ANALISIS FINANSIAL, RESIKO DAN SENSITIVITAS USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR (Survei pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Kabupaten Lamongan)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS FINANSIAL, RESIKO DAN SENSITIVITAS USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR (Survei pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Kabupaten Lamongan)"

Transkripsi

1 ANALISIS FINANSIAL, RESIKO DAN SENSITIVITAS USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR (Survei pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Kabupaten Lamongan) Sunaryo Hadi Warsito¹, Zaenal Fanani², Budi Hartono³ ¹ Mahasiswa Program Studi Ilmu Ternak Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang ² dan ³ Staf Pengajar Program Studi Ilmu Ternak Pascasarjana Universitas Brawijaya Malang ABSTRACT This research aims to investigate : 1. The feasibility of the layer poultry business evaluated from facet of financial; 2. Risk of financial of the layer poultry enterprise 3. Influence of price change of chicken's egg and feed to earnings of farmer. Analysis the used is production cost structure analysis, revenue, advantage, financial, risk of financial and sensitivity. The method used is the method of survey undertaken in groups of layer poultry farming "Gunungrejo Makmur", which consists of 24 members. To simplify the calculation, so the sample was stratified or grouped into three based on the business scale. The result of research show that average of result in one year at scale of I used production cost equal to Rp 119,061,052 and obtained revenue equal to Rp 147,464,147 and also clean advantage which obtained equal to Rp 28,403,094; at scale of II used production cost equal to Rp 240,795,738 and obtained revenue equal to Rp 318,949,828 and also clean advantage which obtained equal to Rp 78,154,037; at scale of III used production cost equal to Rp 761,154,395 and obtained revenue equal to Rp 966,528,077 and also clean advantage which obtained equal to Rp 205,373,681. The result of analysis of financial show that at scale of I obtained by result of ARR equal to 69.86%; NPV equal to Rp 108,840,066; B/C Ratio ; PP equal to 16 days 7 months 1 year and of IRR equal to %. At scale of II obtained by result of ARR equal to 91.55%; NPV equal to Rp 303,559,110; B/C Ratio ; PP equal to 7 days 4 months 1 year and of IRR equal to %. At scale of III obtained by result of ARR equal to 72.45%; NPV equal to Rp 648,408,885; B/C Ratio ; PP equal to 13 days 9 months 1 year and of IRR equal to 48,2183%. Pursuant to analysis of financial as a whole that at all of group member scale farmer of the layer poultry of Gunungrejo Makmur still feasible to be developed by its enterprise. The result of risk analysis of financial show that at scale of I obtained by result of OER equal to 71.45%; CR equal to 3.25; DAR equal to 11.97%; ROA equal to 43.92%; ROE equal to 47.10%; DCR equal to %; Coefficient Variation of equal to 27.57% and Down of Limit equal to Rp 12,743,020. At scale of II obtained by result of OER equal to 66.70%; CR equal to 3.22; DAR equal to 11.81%; ROA equal to 56.73%; ROE equal to 61.62%; DCR equal to %; Coefficient Variation of equal to 37.36% and Down of Limit equal to Rp 19,765,221. At scale of III obtained by result of OER equal to 72.34%; CR equal to 3.07; DAR equal to 11.46%; ROA equal to 44.59%; ROE equal to 48.57%; DCR equal to %; 1

2 Coefficient Variation of equal to 47.57% and Down of Limit equal to Rp 9,970,779. Pursuant to risk analysis as a whole that at all of scale show generated risk level still is peaceful, because result of obtained advantage admit of to close over risk which possible happened. The result of analysis of sensitivity show that at scale of I will experience of loss at condition happened increase of price of feed start 10% and when at the same time happened degradation of egg price start 15% or will happened at condition of price of feed go up to start 15% and followed by egg price go down to start 10%. At scale of II not yet experienced of loss although happened increase of price of feed until 15% and when at the same time happened degradation of egg price until 15%. At scale of III will experience of loss at condition happened increase of price of feed start 10% and during at the same time happened degradation of egg price start 15%. Level of sensitivity to changes in feed prices are rising as well as egg prices decreased once advanced financial analysis the overall results obtained in all strata indicate that changes in the rate of decline in egg prices have higher sensitivity than a change in feed price increases. Key words : analysis, financial, risk of financial, sensitivity PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan terbukti paling tahan menghadapi krisis yang telah terjadi di Indonesia. Demikian juga subsektor peternakan merupakan subsektor yang sangat penting peranannya dalam menjaga ketahanan pangan yang tidak tergantikan oleh subsektor lainnya. Peranan tersebut menjadi begitu penting karena pangan asal hewan merupakan penyedia protein hewani sebagai kebutuhan pokok utama dalam pemenuhan gizi masyarakat. Hal ini ditunjang oleh peningkatan jumlah penduduk, pendapatan perkapita, perubahan selera konsumen / gaya hidup, serta meningkatnya kesadaran masyarakat, maka akan menyebabkan meningkatnya tuntutan pada pemenuhan kebutuhan pangan baik kualitas dan kuantitasnya. Salah satu kebutuhan pangan tersebut adalah protein hewani yang sangat menunjang program pemerintah untuk mencerdaskan bangsa, sehingga diharapkan rakyat Indonesia tidak semakin tertinggal jauh oleh bangsa lain. 2

3 Salah satu komoditi ternak yang menyediakan protein hewani adalah ayam petelur. Ayam petelur selain menghasilkan produk protein hewani yang berupa telur utamanya, namun juga dagingnya yang berupa ayam afkir. Usaha ayam petelur dapat menghasilkan perputaran modal yang cepat dan harga telurnya yang relatif murah yang mudah terjangkau oleh lapisan masyarakat Indonesia. Sehingga usaha peternakan ayam petelur masih memberikan prospek pasar yang semakin tahun semakin meningkat seiring faktor faktor penunjang di atas, yang sangat memungkinkan peluang tersebut untuk dimanfaatkan. Berdasarkan kondisi tersebut maka sudah selayaknya usaha peternakan ayam tersebut perlu dilindungi dan didukung oleh kebijakan pemerintah agar usaha ini lebih berkembang. Hal ini sejalan dengan pernyataan Anonimus (2003) bahwa pemerintah telah bertekad menjadikan sektor agribisnis sebagai sektor unggulan. Untuk jangka panjangnya, diharapkan sektor agribisnis dapat menjadi lokomotif bagi stimulasi pembangunan nasional. Indonesia mempunyai potensi besar di sektor agribisnis. Kekayaan sumber daya agribisnis sangat besar, agribisnis berperan sebagai mata pencaharian sebagian besar penduduk, serta agribisnis mempunyai potensi menghasilkan pemasukan devisa bagi negara. Ironisnya, potensi sektor agribisnis belum tergarap secara optimal. Pertumbuhan kapasitas produksi dan utilisasi agribisnis dirasakan masih lambat. Akibatnya, keinginan untuk mengandalkan sektor agribisnis sebagai salah satu faktor pendukung stimulasi pemulihan ekonomi dirasakan masih akan menghadapi kendala. Sementara itu menurut Inounu dkk. (2006) bahwa subsektor peternakan berperan nyata dalam ketahanan pangan nasional melalui penyediaan protein hewani dan penyedia lapangan kerja baik di pedesaan maupun perkotaan. Secara nasional industri perunggasan merupakan pemicu utama pertumbuhan pembangunan di subsektor peternakan. Pada kenyataannya usaha peternakan ayam petelur merupakan usaha yang secara cepat dapat menghasilkan protein hewani dan 3

4 dengan harga yang relatif lebih murah bila dibandingkan usaha ternak lainnya, maka siklus perputaran usaha ini sangat besar dan cepat. Namun demikian usaha peternakan ayam petelur tersebut masih sangat fluktuatif harganya karena komponen yang mendukung proses produksinya sangat bergantung pada keadaan ekonomi gobal dunia. Sehingga usaha peternakan ayam petelur sangat rentan dalam perkembangannya, karena itu peluang untuk mendapat keuntungan ataupun kerugian juga sangat besar kemungkinannya. Upaya memperoleh keuntungan yang besar dan berkelanjutan merupakan sasaran utama bagi semua kegiatan usaha termasuk di dalamnya usaha peternakan ayam petelur, yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan bagi pelaku usaha peternakan ayam petelur tersebut. Untuk mencapai sasaran tersebut perlu adanya langkah upaya, salah satu diantaranya dengan mengetahui kelayakan suatu usaha peternakan ayam petelur. Berpijak dari keadaan di atas maka diperlukan suatu analisis untuk mengetahui seberapa besar tingkat keberhasilan dari suatu usaha peternakan ayam petelur, sehingga perlu dilakukan suatu penelitian tentang Analisis Finansial, Resiko Finansial dan Sensitivitas Usaha Peternakan Ayam Petelur. Oleh karena itu yang menjadi permasalahan dalam penelitian adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana kelayakan finansial suatu usaha peternakan ayam petelur? 2. Bagaimana resiko finansial suatu usaha peternakan ayam petelur? 3. Bagaimana apabila terjadi perubahan harga pakan dan hasil produksi (telur ayam) terhadap pendapatan peternak? Penelitian bertujuan untuk melakukan analisis : a. Kelayakan suatu usaha peternakan ayam petelur ditinjau dari segi finansial. b. Resiko finansial suatu usaha peternakan ayam petelur. c. Pengaruh perubahan harga pakan dan hasi produksi (telur ayam) terhadap pendapatan peternak. Hasil penelitian diharapkan dapat dimanfaatkan sebagai 1. bahan pertimbangan bagi peternak yang bersangkutan dalam memutuskan menerapkan manajemen usaha peternakan 4

5 ayam petelurnya di masa mendatang. 2. bahan informasi bagi peternak lainnya untuk diketahui dan dapat diterapkan pada usaha peternakan ayam petelurnya. METODE PENELITIAN Penelitian dilaksanakan pada kelompok usaha peternakan ayam petelur Gunungrejo Makmur, yang beranggotakan peternak - peternak di kecamatan Kedungpring, Sekaran, Sugio, Babat, Widang, Modo, Karang Geneng serta Maduran dalam wilayah Kabupaten Lamongan (kecuali Widang, masuk kabupaten Tuban). Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan bahwa kelompok usaha peternakan ayam petelur tersebut mempunyai catatan (recording) yang relatif lengkap mengenai usaha peternakannya dan belum pernah diteliti sebelumnya serta mengalami perkembangan usaha yang cukup baik. Penelitian di lapangan dilaksanakan mulai tanggal 16 Pebruari 2009 sampai dengan 30 Agustus Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Singarimbun dan Effendi (1995) menyatakan bahwa metode survei merupakan metode penelitian yang mengambil sampel dari beberapa populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok (primer). Selain itu pengumpulan data primer juga dilakukan melalui pengamatan langsung dan wawancara yang mendalam (Sumardjono, 1996). Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan ilmiah, literatur atau referensi yang relevan dengan penelitian ini. Total sampel yang digunakan adalah 24 orang anggota kelompok, yang merupakan jumlah keseluruhan anggota kelompok usaha peternakan ayam petelur Gunungrejo Makmur. Sampel tersebut kemudian dilakukan stratifikasi atau pengelompokan menjadi tiga berdasarkan skala usahanya. Pengelompokan tersebut bertujuan untuk memudahkan dalam perhitungan analisis finansial maupun resiko finansial serta sensitivitas. Penentuan skala usaha dibagi atas skala kecil (strata I), skala menengah (strata II) dan skala besar (strata III) dengan menggunakan rumus Teken dan Asnawi (1997) sebagai berikut : 5

6 a. skala kecil : < X 0,5sd b. skala menengah : antara X 0,5sd sampai dengan X + 0,5sd c. skala besar : > X + 0,5sd Di mana X merupakan rata rata kepemilikan ayam petelur dan sd merupakan simpangan deviasi. Berdasarkan rumus tersebut diperoleh hasil dengan jumlah sampel sebanyak 24 peternak dengan rata rata kepemilikan ternak 2281 ekor, standar deviasi jumlah pemeliharaan sebesar 1856 ekor, maka yang termasuk kategori peternak skala kecil (strata I) adalah peternak dengan populasi ayam petelur kurang dari 1353 ekor. Pada skala menengah (strata II) dengan populasi antara 1353 ekor sampai dengan 3209 ekor, sedangkan pada skala besar (strata III) dengan populasi lebih dari 3209 ekor. Analisis Data Data kualitatif yang nanti diperoleh akan digunakan untuk menjelaskan dan menggambarkan keadaan obyek penelitian atau responden, dalam hal ini adalah anggota kelompok usaha peternakan ayam petelur Gunungrejo Makmur. Sedangkan data kuantitatif digunakan untuk menggambarkan analisis input ouput usaha yang meliputi analisis biaya produksi, penerimaan dan keuntungan, yang selanjutnya dipergunakan untuk perhitungan analisis finansial, resiko dan sensitivitas. Analisis Biaya Produksi Biaya produksi merupakan seluruh biaya yang dikeluarkan selama proses produksi. Biaya dibedakan menjadi dua, yakni : a. Biaya tetap Merupakan biaya yang tidak dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan dan dirumuskan sebagai berikut : TFC = FC x n (Himawati, 2006) Keterangan : TFC = Total Fixed Cost (Total Biaya Tetap) FC = Fixed Cost (Biaya Tetap) N = banyaknya input Biaya tetap ini meliputi biaya penyusutan peralatan, kandang, gudang, pajak dan bunga. Biaya penyusutan dihitung sebagai berikut (Himawati, 2006) Pb - Ps D = T Keterangan : 6

7 D = Depresiasi (penyusutan) Pb = Harga beli (Rp) Ps = Harga jual (Rp) T = lama pemakaian (tahun) b. Biaya variabel Merupakan biaya yang besar kecilnya dipengaruhi oleh produksi yang dihasilkan (biaya operasi) dan dirumuskan sebagai berikut (Himawati, 2006) : TVC = VC x n Keterangan : TVC = Total Variable Cost VC = Variable Cost n = banyaknya unit Akhirnya biaya produksi secara matematis dapat ditulis sebagai berikut : TC = TFC + TVC Keterangan : TC = Total Cost TFC = Total Fixed Cost TVC = Total Variable Cost Analisis Penerimaan Penerimaan merupakan hasil kali antara harga dengan total produksi dan dituliskan sebagai berikut (Himawati, 2006) : TR = Pq x Q Keterangan : TR = Total Revenue Pq = Harga per satuan unit Q = Total Produksi Analisis Keuntungan Keuntungan merupakan selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi dan secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut (Himawati, 2006) : Π = TR TC Keterangan : Π = Keuntungan TR = Total Revenue TC = Total Cost Analisis Finansial : 1. Average Rate of Return (ARR) ANI TI ARR = AI = AI 2 Keterangan : ANI = Average Net Income AI = Average Investment TI = Total Investment (Sjahrial, 2008) Kriteria : Suatu proyek dapat diterima apabila ARR-nya melebihi suatu target ARR. 2. Net Present Value (NPV) n NCFt NPV = A0 t=1 (1+r) 7

8 Keterangan : NCFt = aliran kas masuk bersih yang diharapkan dari proyek tersebut pada periode t r = tingkat diskonto (biaya modal rata rata tertimbang) A0 = investasi yang diasumsikan dikeluarkan pada awal tahun pertama atau tahun ke nol (Sjahrial, 2008) Kriteria : NPV > 0 berarti investasi tersebut layak, NPV < 0 berarti investasi tersebut tidak layak dan NPV = 0 berarti investasi tersebut berada dalam keadaan impas (BEP) 3. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Merupakan perbandingan antara nilai sekarang aliran kas masuk bersih dengan nilai sekarang investasi (Sjahrial, 2008) Kriteria : B/C Ratio > 1 berarti usaha tersebut layak B/C Ratio < 1 berarti usaha tersebut tidak layak B/C Ratio = 1 berarti usaha tersebut impas (BEP). 4. Payback Period (PP) Nilai Investasi PP = x 1 tahun Aliran Kas Bersih (Sjahrial, 2008) Kriteria : Apabila investasi lebih pendek dari PP maksimum maka usul investasi diterima. 5. Internal Rate of Return (IRR) NPV1 IRR = i (i2 i1) NPV1 - NPV2 Keterangan : i1 = nilai coba coba discount factor pertama (NPV positif) i2 = nilai coba coba discount factor kedua (NPV negatif) NPV1 = NPV dengan nilai discount factor pertama (NPV positif) NPV2 = NPV dengan nilai discount factor kedua (NPV negatif) (Prawirokusumo, 1990) Kriteria : Apabila IRR lebih besar atau sama dengan sosial discount factor berarti usaha tersebut layak. Analisis Resiko Finansial 1. Rasio Biaya Operasi / Operating Expense Ratio TFOE TFC OER = x 100% GPFR 8

9 Keterangan : OER = Operating Expense Ratio TFOE = Total Farm Operating Expense TFC = Total Fixed Cost GPFR = Gross Profit Farm Revenue (Syamsuddin, 2004) Kriteria pengujian : OER < 65% menunjukkan kondisi aman, artinya usaha tersebut menguntungkan. OER antara 65% sampai 80% menunjukkan kondisi hati hati, artinya usaha tersebut berada dalam batasan minimum untuk mendapatkan keuntungan. OER > 80% menunjukkan kondisi tidak aman, artinya usaha tersebut tidak menguntungkan. (Anonimus, 2006 yang dikutip oleh Chumairoh, 2008) 2. Rasio Likuiditas Current Assets Current Ratio = Current Liabilities Keterangan : Current Assets = aktiva lancar Current Liabilities = hutang lancar (Syamsuddin, 2004) Kriteria pengujian : CR > 1,5 menunjukkan aman, artinya usaha tersebut berada pada kondisi yang aman atau mampu untuk membayar semua kewajiban lancarnya menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. CR antara 1,1 sampai 1,5 menunjukkan hati hati, artinya usaha tersebut harus berjaga jaga karena berada pada kondisi batas keamanan minimal untuk dapat membayar hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. CR < 1,1 menunjukkan tidak aman, artinya usaha tersebut berada pada kondisi yang tidak aman atau berbahaya karena kemampuan untuk membayar hutang lancarnya dengan menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya sangat kecil. (Anonimus, 2006 yang dikutip oleh Chumairoh, 2008) 9

10 3. Rasio Solvabilitas Total Debt DAR = x 100% Total Assets Keterangan : Total Debt = total hutang Total Assets = total aktiva (Syamsuddin, 2004) Kriteria pengujian : DAR < 30% menunjukkan aman, artinya keadaan usaha tersebut termasuk kategori aman karena prosentase hutangnya termasuk kecil. DAR antara 30% sampai 75% menunjukkan hati hati, artinya keadaan usaha tersebut termasuk kategori dalam peringatan atau batas minimal keadaan aman dalam hal penggunaan hutang. DAR > 75% menunjukkan tidak aman, artinya keadaan usaha tersebut termasuk dalam kategori keadaan bahaya karena sebagian besar atau hampir seluruh aktiva yang dimiliki berasal dari hutang. (Anonimus, 2006 yang dikutip oleh Chumairoh, 2008) 4. Rasio Profitabilitas Rasio profitabilitas yang digunakan pada perhitungan dalam penelitian ini adalah Return On Assets (ROA) dan Return On Equity (ROE). NFI + IOD ROA = x 100% ATA Keterangan : NFI (Net Farm Income) = pendapatan bersih ; IOD (Interest On Debt) = bunga hutang ; dan ATA (Average Total Assets) = rata rata total modal (modal sendiri dan hutang) (Syamsuddin, 2004) Kriteria pengujian : ROA > 5% menunjukkan aman, artinya usaha tersebut dalam keadaan aman atau menguntungkan. ROA antara 0 sampai 5% menunjukkan hati hati, artinya usaha tersebut dalam keadaan batas keamanan atau keuntungan minimal (peringatan). ROA < 0% menunjukkan tidak aman, artinya usaha tersebut dalam keadaan tidak aman atau tidak menguntungkan. (Anonimus, 2006 yang dikutip oleh Chumairoh, 2008 ) 10

11 NFI ROE = x 100% ASE Keterangan : NFI (Net Farm Income) = pendapatan bersih ASE (Average Stockholders Equity) = rata rata modal peternak sendiri (Syamsuddin, 2004) Kriteria pengujian : ROE > 15% menunjukkan aman, artinya usaha tersebut dalam keadaan aman atau menguntungkan. ROE antara 5 sampai 15% menunjukkan hati hati, artinya usaha tersebut dalam keadaan batas keamanan atau keuntungan minimal. ROE < 5% menunjukkan tidak aman, artinya usaha tersebut dalam keadaan tidak aman atau tidak menguntungkan. (Anonimus, 2006 yang dikutip oleh Chumairoh, 2008) 5. Rasio Kemampuan Membayar Hutang / Debt Coverage Ratio EBIT + TFC DCR = x 100% I + PR Keterangan : EBIT = Earning Before Interest and Tax (laba sebelum bunga dan pajak) TFC = Total Fixed Cost I = Interest (bunga pinjaman) PR = Principal Repayment (pinjaman pokok) t = tax (pajak) (Syamsuddin, 2004) Kriteria pengujian : DCR > 150% menunjukkan aman, artinya keuntungan yang diperoleh usaha tersebut cukup untuk membayar hutang. DCR antara 110 sampai 150% menunjukkan hati hati, artinya keuntungan yang diperoleh usaha tersebut berada pada batas minimal kecukupan untuk membayar hutang. DCR < 110% menunjukkan tidak aman, artinya keuntungan yang diperoleh usaha tersebut berada pada tingkat bahaya atau ketidakcukupan dalam membayar hutang. (Anonimus, 2006 yang dikutip oleh Chumairoh, 2008) (1 t) 11

12 6. Analisis Resiko Finansial Secara Statistik Parameter yang dipakai sebagai ukuran untuk keuntungan Semakin besar nilai koefisien variasi menunjukkan bahwa resiko yang harus ditanggung oleh peternak semakin besar yang diharapkan selama satu tahun dibandingkan dengan adalah hasil rata rata (mean) keuntungan tiap bulan. Rumusnya adalah : n Ei i=1 E = n Keterangan : E = nilai rata rata keuntungan yag diharapkan Ei = hasil bersih pada bulan pertama n = jumlah bulan dalam satu tahun Untuk mengukur resiko finansial secara statistik dipergunakan ukuran ragam dan simpangan baku dengan rumus : n (Ei E)² i=1 V² = (n 1) Simpangan baku merupakan akar dari ragam dan menunjukkan besarnya resiko yang harus ditanggung oleh peternak, dengan rumus : V = V² Keterangan : V² = Ragam V = Simpangan baku keuntungannya. Rumus koefisien variasi : V CV = E Keterangan : CV = Koefisien variasi V = Simpangan baku E = Hasil rata rata Batas bawah menunjukkan nilai rata rata terendah yang mungkin diterima oleh peternak dan dirumuskan seperti berikut : L = E 2V Keterangan : L = Batas bawah E = Rata rata hasil V = Simpangan baku Berdasarkan rumus rumus di atas dapat diperoleh hubungan antara batas nilai bawah dengan koefisien variasi (Hernanto,1991) : Apabila nilai CV < 0,5 atau L > 0 maka peternak terhindar dari kerugian. Apabila nilai CV > 0,5 atau L < 0 maka peternak mempunyai peluang mengalami kerugian. 12

13 Analisis Sensitivitas Analisis sensitivitas dipergunakan untuk melihat mengenai perubahan harga pakan dan hasil produksinya (telur ayam) terhadap pendapatan peternak. Hal ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa kedua faktor tersebut merupakan bagian terbesar dari arus biaya dan manfaat usaha peternakan ayam petelur. Untuk perubahan harga pakan dan hasil produksinya dihitung sebesar 5%, 10% dan 15%. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Struktur Biaya, Peneri - maan dan Keuntungan Analisis usaha peternakan pada umumnya dilakukan untuk mengetahui keuntungan yang diperoleh. Keuntungan yang diperoleh dalam sebuah usaha peternakan merupakan selisih antara penerimaan dengan pengeluaran atau biaya. Untuk menghasilkan suatu produk diperlukan beberapa item biaya yang harus dikeluarkan. Biaya produksi terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Biaya tetap merupakan semua biaya yang dikeluarkan yang besarnya tidak bergantung pada jumlah produksi yang dihasilkan, yang antara lain berupa biaya sewa tanah dan penyusutan. Sedangkan biaya variabel merupakan biaya yang besarnya selalu berubah tergantung jumlah produksi yang akan dihasilkan atau dengan kata lain biaya yang digunakan untuk sesuatu barang, yang barang tersebut habis terpakai dalam satu kali proses produksi. Pada pemeliharaan ayam petelur dengan cara pemeliharaan awal berupa pullet, biaya variabelnya berupa biaya pembelian pakan, obat obatan dan vaksin, tenaga kerja dan lain lain. Biaya tetap pada usaha peternakan ayam petelur pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur Kabupaten Lamongan meliputi : sewa tanah, penyusutan ayam, penyusutan kandang, penyusutan peralatan dan bunga modal. Penyusutan ayam memerlukan biaya paling besar pada penggunaan biaya tetap, yakni pada strata I rata rata mencapai 72,26% atau Rp ; strata II 72,49% atau Rp ; dan strata III 69,31% atau Rp dari total biaya tetap. Sedangkan total biaya tetap menghabiskan pengeluaran pada strata I rata rata 13

14 sebesar 11,51% atau Rp ; strata II 11,65% atau Rp ; dan strata III 8,14% atau Rp dari keseluruhan total biaya. Biaya variabel merupakan komponen yang memerlukan biaya yang cukup besar yakni pada strata I total biaya variabel mencapai 88,49% atau Rp ; strata II 88,35% atau Rp ; dan strata III 91,86% atau Rp dari keseluruhan total biaya. Biaya variabel pada usaha peternakan ayam petelur pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur Kabupaten Lamongan meliputi : pakan, obat dan vaksin, listrik dan air, tenaga kerja, dan lain lain. Pengadaan pakan memerlukan biaya yang cukup besar yang nilainya pada strata I rata rata mencapai 92,01% atau Rp ; strata II 92,36% atau Rp ; strata III 92,09% atau Rp dari seluruh biaya variabel. Dengan melihat kondisi demikian maka pakan merupakan salah satu komponen yang harus diperhatikan guna mencapai keberhasilan usaha peternakan ayam petelur. Telur merupakan produk utama peternakan ayam petelur sebagai sumber penerimaan peternak. Pada strata I hasil penerimaan dari telur rata rata sebesar 98,30% atau Rp ; strata II 99,13% atau Rp ; dan strata III 99,80% atau Rp dari total penerimaan. Berdasarkan kenyataan di atas maka jumlah produksi telur dan harga telur juga merupakan komponen yang harus juga mendapatkan perhatian yang serius guna mencapai keberhasilan usaha peternakan ayam petelur. Keuntungan yang merupakan target utama dalam usaha peternakan ayam petelur pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur Kabupaten Lamongan pada strata I rata rata setiap tahun mencapai laba kotor dan bersih sebesar Rp dan Rp ; strata II Rp dan Rp ; strata III Rp dan Rp Analisis Finansial Tujuan dilakukannya analisis finansial adalah untuk mengetahui apakah usaha 14

15 peternakan ayam petelur pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur Kabupaten Lamongan layak untuk dikembangkan atau tidak. Seluruh modal yang digunakan dalam usaha peternakan ayam petelur secara umum berasal dari modal sendiri. Asumsi asumsi yang digunakan antara lain : 1) Anggota kelompok peternak mengeluarkan biaya sewa tanah ; 2) Anggota kelompok peternak memulai usaha dengan memasukkan ayam berupa pullet ; 3) Pajak tidak diperhitungkan ; 4) Biaya pemasaran, mendatangkan bahan peternakan ataupun biaya tak terduga dimasukkan ke dalam biaya lain lain ; 5) Anggota kelompok peternak hanya mempunyai hutang kepada ketua kelompok berupa pakan beserta obat dan vaksin ; 5) Bunga bank yang berlaku 12% per tahun dan bunga deposito sebesar 6% per tahun serta jangka pinjaman dalam kurun waktu 5 tahun. Struktur permodalan usaha peternakan pada kelompok Gunungrejo Makmur terdiri dari modal tetap yang meliputi tanah, ayam, kandang beserta peralatannya. Sedangkan modal tidak tetap meliputi pakan, obat dan vaksin, listrik dan air, tenaga kerja serta lain lain. Beberapa indikator yang digunakan untuk analisis finansial berupa Average Rate of Return (ARR), Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Payback Period (PP) dan Internal Rate of Return (IRR). 1. Average Rate of Return (ARR) Hasil perhitungan ARR selama satu tahun periode produksi seperti disajikan pada tabel 5 adalah strata I sebesar 69,86% yang memberikan pengertian bahwa untuk setiap nilai Rp ,- yang diinvestasikan pada usaha peternakan ayam petelur strata I pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur akan memberikan tingkat rata rata keuntungan sebesar Rp ,- setiap tahunnya. Pada strata II sebesar 91,55% yang memberikan pengertian bahwa untuk setiap nilai Rp ,- yang diinvestasikan pada usaha peternakan ayam petelur strata II pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur akan memberikan tingkat rata rata keuntungan sebesar Rp ,- setiap tahunnya. Sedangkan strata III sebesar 72,45% yang 15

16 memberikan pengertian bahwa untuk setiap nilai Rp ,- yang diinvestasikan pada usaha peternakan ayam petelur strata III pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur akan memberikan tingkat rata rata keuntungan sebesar Rp ,- setiap tahunnya. Bila dibandingkan dari strata yang ada maka strata III menghasilkan nilai ARR dibawah strata II. Hal ini terjadi dikarenakan pada strata III harga jual telur yang diproduksinya dijual secara harga partai dibandingkan strata lain yang dapat menjual secara retail (eceran). Selain itu penerimaan strata III dari penjualan kotoran dan karung bekas pakan masih rendah yakni hanya 0,20% dari total penerimaan apabila dibandingkan dengan strata II sebesar 0,87% dan strata I sebesar 1,70%. Namun secara keseluruhan hasil ARR yang diperoleh anggota peternak Gunungrejo Makmur pada semua strata masih lebih besar daripada suku bunga deposito maupun pinjaman bank yang berlaku yakni sebesar 6% dan 12%, sehingga ketiga strata tersebut masuk kategori layak. 2. Net Present Value (NPV) Hasil NPV usaha peternakan ayam petelur pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur yang dihitung dengan menggunakan social discount rate sebesar 6% (setara bunga deposito 6% per tahun) seperti terlihat pada tabel 5 pada strata I adalah sebesar Rp ; strata II sebesar Rp dan pada strata III sebesar Rp Usaha peternakan tersebut pada semua strata berdasarkan nilai NPV layak untuk dikembangkan, karena NPV yang dihasilkan lebih besar dari nol. 3. Benefit Cost Ratio (B/C Ratio) Berdasarkan hasil analisis B/C Ratio seperti terlihat pada tabel 5, dapat dilihat bahwa pada strata I diperoleh hasil B/C Ratio sebesar 2,5890 ; strata II sebsar 3,1106 ; dan strata III sebesar 2,3576. Artinya dari setiap modal yang ditanamkan sebesar Rp 1,- maka akan menghasilkan pada strata I sebesar Rp 2,5890 yang berarti peternak masih memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,5890 ; pada strata II sebesar Rp 3,1106 yang berarti peternak masih memperoleh keuntungan sebesar Rp 2,1106 ; 16

17 dan pada strata III sebesar Rp 2,3576 yang berarti peternak masih memperoleh keuntungan sebesar Rp 1,3576. Jadi dari hasil analisis tersebut dapat disimpulkan bahwa semua strata pada usaha peternakan ayam petelur pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur masih mendapatkan keuntungan. Keuntungan yang diperoleh pada strata III tidak lebih tinggi daripada strata II, hal ini disebabkan karena marjin keuntungan yang diperoleh strata III lebih kecil sebagai akibat menjual harga telur tidak secara retail atau eceran. Selain itu penerimaan strata III dari penjualan kotoran dan karung bekas pakan masih rendah yakni hanya 0,20% dari total penerimaan apabila dibandingkan dengan strata II sebesar 0,87% dan strata I sebesar 1,70%. 4. Payback Period (PP) Berdasarkan hasil PP seperti terlihat pada tabel 5, bahwa PP strata I dalam kurun waktu 1 tahun 7 bulan 16 hari, strata II dalam kurun waktu 1 tahun 4 bulan 7 hari dan strata III dalam kurun waktu 1 tahun 9 bulan 13 hari. Hal ini berarti bahwa usaha peternakan ayam petelur pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur pada strata I akan menutup modal yang tertanam selama 1 tahun 7 bulan 16 hari, pada strata II selama 1 tahun 4 bulan 7 hari dan pada strata III selama 1 tahun 9 bulan 13 hari. Sehubungan dengan jangka pinjaman di bank selama 5 tahun, sedangkan hasil PP pada semua strata masih di bawah 5 tahun maka usaha peternakan tersebut pada semua strata masih layak untuk dikembangkan. 6. Internal Rate of Return (IRR) IRR merupakan jumlah antara penerimaan dan pengeluaran yang telah dihitung dengan present value sama dengan nol. Perhitungan IRR dilakukan dengan beberapa kali ujicoba dengan social discount rate sampai menghasilkan nilai NPV yang negatif. Seperti tersaji pada tabel 5 bahwa nilai IRR strata I sebesar 54,5139% ; strata II sebesar 68,4660% dan strata III sebesar 48,2183%. Berdasarkan nilai IRR tersebut maka usaha peternakan ayam petelur pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur pada strata I masih dapat menguntungkan sampai pada suku bunga pinjaman 17

18 maksimum 54,5139% dan pada strata II masih dapat menguntungkan sampai pada suku bunga pinjaman maksimum 68,4660% serta pada strata III masih dapat menguntungkan sampai pada suku bunga pinjaman maksimum 48,2183%. Berarti secara keseluruhan usaha peternakan tersebut masih layak untuk dikembangkan karena nilai IRR yang dihasilkan lebih besar dari social discount rate sebesar 6% ataupun suku bunga pinjaman yang berlaku sebesar 12%. return dari masing masing proyek (Syamsuddin, 2004). Beberapa indikator yang digunakan dalam analisis resiko untuk menghitung tingkat resiko meliputi : rasio biaya (Operating Expenses Ratio / OER), rasio likuiditas (Current Ratio / CR), rasio solvabilitas (Debt to Assets Ratio / DAR), rasio profitabilitas (Return on Assets / ROA dan Return on Equity / ROE), rasio kemampuan mengembalikan hutang (Debt Coverage Ratio / DCR) dan penghitungan resiko finansial secara statistik. Analisis Resiko Finansial Pengukuran suatu proyek adalah sangat penting dalam mengadakan penilaian atas anggaran modal (capital budgeting) secara menyeluruh. Dengan adanya kemampuan untuk mengukur resiko yang terkandung dalam masing masing proyek maka akan memungkinkan seseorang untuk dapat memandang proyek proyek yang mempunyai tingkat pengembalian (return) yang sama secara berbeda karena adanya perbedaan tingkat resiko. Untuk dapat mengukur suatu proyek maka haruslah dibedakan variabilitas 1. Rasio Biaya Operasi (Operating Expenses Ratio / OER) Perhitungan rasio biaya operasi atau OER pada tabel 6 menunjukkan pada masing masing strata adalah strata I sebesar 71,45%, strata II sebesar 66,70% dan strata III sebesar 72,34%. Rasio biaya operasi pada strata I selama satu tahun sebesar 71,45% artinya setiap penerimaan sebesar Rp ,- selama satu tahun akan memerlukan biaya sebesar Rp ,-. Sedangkan rasio biaya operasi pada strata II selama satu tahun sebesar 66,70% artinya setiap penerimaan sebesar Rp ,- selama satu 18

19 Tabel 1. Hasil Average Rate of Return (ARR), Net Present Value (NPV), Benefit Cost Ratio (B/C Ratio), Payback Period (PP) dan Internal Rate of Return (IRR) pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Strata ARR NPV B/C Ratio PP IRR I 69,86% Rp ,5890 1,6269 (1 tahun 7 bulan 16 hari) II 91,55% Rp ,1106 1,3541 (1 tahun 4 bulan 7 hari) III 72,45% Rp ,3576 1,7865 (1 tahun 9 bulan 13 hari) 54,5139 % 68,4660 % 48,2183 % tahun akan memerlukan biaya sebesar Rp ,-. Sementara itu rasio biaya operasi pada strata III selama satu tahun sebesar 72,34% artinya setiap penerimaan sebesar Rp ,- selama satu tahun akan memerlukan biaya sebesar Rp ,-. Nilai rasio biaya operasi pada ketiga strata berdasarkan kriteria yang disampaikan oleh Anonimus (2006) seperti dikutip oleh Chumairoh (2008) termasuk kategori hati - hati karena berada dalam rentang antara 65% sampai 80%. Sedangkan yang termasuk kategori aman adalah dengan nilai rasio biaya operasi kurang dari 65%. Artinya usaha yang dilakukan oleh ketiga strata tersebut kurang efisien dalam proses produksinya. Lebih lanjut Anonimus (2006) yang dikutip Chumairoh (2008) menyatakan bahwa semakin rendah nilai OER, maka semakin efisien usaha peternakan tersebut dalam menghasilkan keuntungan. Namun bila dibandingkan diantara ketiga strata tersebut, maka strata II merupakan yang paling efisien dalam memanfaatkan sumber biaya untuk menghasilkan penerimaan yang besarnya sama dengan strata I dan III. Sedangkan paling kurang efisien adalah strata III, karena nilai rasio biaya operasinya merupakan yang tertinggi. Besarnya nilai rasio biaya operasi sangat dipengaruhi oleh 19

20 harga sapronak (pullet, pakan, obat dan vaksin) serta harga jual output yang berupa telur dan kotoran ayam beserta karung bekas pakan. Pada strata III paling rendah penerimaan yang diperoleh dari penjualan kotoran dan karung bekas pakan apabila dibandingkan dengan strata I maupun II yakni hanya sebesar 0,20% dari total penerimaan, sedangkan pada strata I sebesar 1,70 dan strata II sebsar 0,87. Selain itu pada strata III menjual harga telurnya yang lebih rendah karena dijual dengan harga partai disebabkan produksinya yang lebih banyak. Sedangkan pada strata I dan II dapat menjual telurnya dengan harga eceran karena produksinya yang relatif lebih sedikit. 2. Rasio Likuiditas (Current Ratio / CR) Perhitungan rasio likuiditas yang dipergunakan adalah Current Ratio (CR) yaitu perbandingan antara jumlah aktiva lancar dengan hutang lancar. Berdasar hasil penelitian seperti yang terlihat pada tabel 6 menunjukkan CR pada strata I sebesar 3,25 ; strata II sebesar 3,22 dan strata III sebesar 3,07. Nilai CR 3,25 pada strata I mempunyai arti bahwa setiap Rp ,- hutang lancar yang dimiliki oleh peternak strata I dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp ,-. Nilai CR 3,22 pada strata II berarti bahwa setiap Rp ,- hutang lancar yang dimiliki oleh peternak strata II dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp ,-. Sedangkan nilai CR 3,07 pada strata III mempunyai arti bahwa setiap Rp ,- hutang lancar yang dimiliki oleh peternak strata III dijamin oleh aktiva lancar sebesar Rp ,-. Nilai CR pada ketiga strata berdasarkan kriteria yang disampaikan oleh Anonimus (2006) seperti dikutip oleh Chumairoh (2008) termasuk kategori aman karena nilai CR lebih dari 1,5 yang berarti ketiga strata kelompok peternak Gunungrejo Makmur berada pada kondisi yang aman atau mampu untuk membayar semua kewajiban lancarnya menggunakan aktiva lancar yang dimilikinya. Sedangkan menurut Syamsuddin (2004) menyatakan tidak ada suatu ketentuan mutlak tentang berapa tingkat CR yang dianggap baik atau yang harus dipertahankan oleh suatu perusahaan karena biasanya tingkat 20

21 CR ini juga sangat tergantung pada jenis usaha dari masing masing perusahaan. 3. Rasio Solvabilitas (Debt to Assets Ratio / DAR) Rasio solvabilitas yang dipergunakan adalah Debt to Assets Ratio (DAR) yang mengukur jumlah aktiva usaha peternakan yang dibiayai oleh hutang atau modal yang berasal dari kreditur. Berdasar hasil penelitian seperti yang terlihat pada tabel 6 menunjukkan DAR pada strata I sebesar 11,97% ; strata II sebesar 11,81% dan strata III sebesar 11, 46%. Nilai DAR 11,97% pada strata I berarti bahwa nilai hutang yang ada besarnya senilai 11,97% dari jumlah harta yang dimiliki oleh peternak strata I. Nilai DAR 11,81% pada strata II berarti bahwa nilai hutang yang ada besarnya senilai 11,81% dari jumlah harta yang dimiliki oleh peternak strata II. Selanjutnya Nilai DAR 11,46% pada strata III berarti bahwa nilai hutang yang ada besarnya senilai 11,46% dari jumlah harta yang dimiliki oleh peternak strata III. Nilai DAR pada ketiga strata berdasarkan kriteria yang disampaikan oleh Anonimus (2006) seperti dikutip oleh Chumairoh (2008) termasuk kategori aman karena nilai DAR lebih kecil 30% yang berarti keadaan usaha semua strata kelompok peternak Gunungrejo Makmur dalam keadaan aman sebab prosentase hutangnya termasuk kecil. 4. Rasio Profitabilitas (Return on Assets / ROA dan Return on Equity / ROE) Rasio profitabilitas yang dipergunakan adalah Return on Assets (ROA) dan Return on Equity (ROE). Nilai ROA satu tahun pada strata I sebesar 43,92% mempunyai arti bahwa setiap Rp ,- harta yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp ,- dalam satu tahun. Nilai ROA satu tahun pada strata II sebesar 56,73% mempunyai arti bahwa setiap Rp ,- harta yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp ,- dalam satu tahun. Sedangkan nilai ROA satu tahun pada strata III sebesar 44,59% mempunyai arti bahwa setiap Rp ,- harta yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp 21

22 ,- dalam satu tahun. Nilai ROA pada ketiga strata berdasarkan kriteria yang disampaikan oleh Anonimus (2006) seperti dikutip oleh Chumairoh (2008) termasuk kategori aman karena nilai ROA lebih dari 5% yang berarti usaha kelompok peternak Gunungrejo Makmur semua strata dalam keadaan menguntungkan. Berdasarkan nilai ROA maka strata II yang paling menguntungkan sebab mempunyai tingkat pengembalian atau keuntungan dalam hal ini adalah keuntungan kotor terhadap harta atau assets yang paling tinggi, sedangkan strata I yang paling sedikit memberikan keuntungan sebab tingkat pengembalian atau keuntungan kotor yang diperoleh jumlahnya paling rendah. Nilai ROE satu tahun pada strata I sebesar 47,10% mempunyai arti bahwa setiap Rp ,- modal sendiri yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp ,- dalam satu tahun. Nilai ROE satu tahun pada strata II sebesar 61,62% mempunyai arti bahwa setiap Rp ,- modal sendiri yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp ,- dalam satu tahun. Sedangkan nilai ROE satu tahun pada strata III sebesar 48,57% mempunyai arti bahwa setiap Rp ,- modal sendiri yang diinvestasikan akan menghasilkan keuntungan bersih sebesar Rp ,- dalam satu tahun. Nilai ROE pada ketiga strata berdasarkan kriteria yang disampaikan oleh Anonimus (2006) seperti dikutip oleh Chumairoh (2008) termasuk kategori aman karena nilai ROE lebih dari 15% yang berarti usaha kelompok peternak Gunungrejo Makmur semua strata dalam keadaan menguntungkan. Berdasarkan nilai ROA maka strata II yang paling menguntungkan sebab keuntungan yang diperoleh dalam hal ini keuntungan bersih yang jumlahnya paling tinggi diantara kedua strata yang lain, sedangkan strata I yang paling sedikit memberikan keuntungan sebab keuntungan yang diperoleh paling rendah diantara kedua strata yang lainnya. 22

23 5. Rasio Kemampuan Mengem - balikan Hutang (Debt Coverage Ratio / DCR) Rasio kemampuan mengembalikan hutang atau Debt Coverage Ratio (DCR) sering dipergunakan sebagai pembanding mengenai kemampuan pendapatan atau keuntungan yang dihasilkan suatu usaha untuk menutup angsuran pinjaman. Berdasar hasil penelitian seperti yang terlihat pada tabel 6 menunjukkan DCR pada strata I sebesar 476,99% ; strata II sebesar 576,28% dan strata III sebesar 448,40%. Nilai DCR pada ketiga strata berdasarkan kriteria yang disampaikan oleh Anonimus (2006) seperti dikutip oleh Chumairoh (2008) termasuk kategori aman karena nilai DCR lebih dari 150%. Hal ini berarti bahwa keuntungan yang diperoleh pada usaha peternakan ayam petelur tersebut masih cukup untuk membayar hutang. Tabel 2. Hasil Rasio Biaya Operasi (Operating Expenses Ratio / OER), Rasio Liquiditas (Current Ratio / CR), Rasio Solvabilitas (Debt to Assets Ratio / DAR), Rasio Profitabilitas (Return on Assets / ROA dan Return on Equity / ROE) dan Rasio Kemampuan Mengembalikan Hutang (Debt Coverage Ratio / DCR) pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Strata OER CR DAR ROA ROE DCR I 71,45 % 3,25 11,97 % 43,92 % 47,10 % 476,99 % II 66,70 % 3,22 11,81 % 56,73 % 61,62 % 576,28% III 72,34 % 3,07 11,46 % 44,59 % 48,57 % 448,40 % 23

24 6. Resiko Finansial Secara Statistik Varian atau standar deviasi pada perhitungan analisis resiko merupakan varian dari hasil yang diharapkan (E). Varian menunjukkan besarnya tingkat resiko dari masing masing proyek atau usaha, apabila semakin tinggi nilai varian maka semakin tinggi pula tingkat resiko suatu usaha tersebut (Syamsuddin, 2004). Lebih lanjut Syamsuddin (2004) mengatakan bahwa dengan menggunakan varian maka perbandingan antara usaha yang satu dengan yang lain harus hati hati karena hal tersebut merupakan pengukuran absolut dari penyebaran, dan tidaklah mempertimbangkan penyebaran hasil yang diperoleh dalam hubungannya dengan nilai hasil yang dharapkan. Hasil perhitungan pada tabel 3 menunjukkan varian selama satu tahun pada masing masing strata kelompok peternak Gunungrejo Makmur. Pada strata I diperoleh hasil sebesar Rp artinya besarnya fluktuasi keuntungan bersih atau dengan kata lain besarnya resiko yang harus ditanggung oleh peternak strata I selama satu tahun adalah Rp Nilai standar deviasi pada strata II diperoleh hasil sebesar Rp artinya besarnya fluktuasi keuntungan bersih atau dengan kata lain besarnya resiko yang harus ditanggung oleh peternak strata II selama satu tahun adalah Rp Sedangkan nilai standar deviasi pada strata III diperoleh hasil sebesar Rp artinya besarnya fluktuasi keuntungan bersih atau dengan kata lain besarnya resiko yang harus ditanggung oleh peternak strata III selama satu tahun adalah Rp Jika nilai standar deviasi atau varian yang diperoleh dari hasil perhitungan pada masing masing strata dibandingkan maka tingkat resiko pada strata III merupakan yang paling tinggi diantara ketiga strata tersebut. Namun besarnya nilai varian yang diperoleh pada perhitungan analisis resiko dalam penelitian belum tentu mencerminkan tingkat resiko, sebab menurut Syamsuddin (2004) menyatakan bahwa varian merupakan pengukuran variabilitas yang bersifat absolut, maka akan kurang tepat apabila digunakan untuk mengukur proyek atau usaha yang berbeda besarnya. Hasil perhitungan koefisien variasi selama satu tahun menunjukkan bahwa pada strata I sebesar 27,57% yang berarti bahwa jumlah resiko yang harus ditanggung oleh peternak strata I nilainya 27,57% dari jumlah keuntungan 24

25 bersih yang diterima peternak strata I selama satu tahun. Nilai koefisien variasi pada strata II sebesar 37,36% yang berarti bahwa jumlah resiko yang harus ditanggung oleh peternak strata II nilainya 37,36% dari jumlah keuntungan bersih yang diterima peternak strata II selama satu tahun. Sedangkan nilai koefisien variasi pada strata III sebesar 47,57% yang berarti bahwa jumlah resiko yang harus ditanggung oleh peternak strata III nilainya 47,57% dari jumlah keuntungan bersih yang diterima peternak strata III selama satu tahun. Besarnya angka yang diperoleh pada ketiga strata tersebut menunjukkan perbandingan besarnya tingkat resiko yang sesungguhnya atau dapat dikatakan sebagai indikator tingkat resiko yang mungkin terjadi pada masing masing strata. Hal ini sejalan dengan Syamsuddin (2004) yang menyatakan bahwa pengukuran dengan koefisien variasi memepertimbangkan variabilitas yang relatif antara masing masing proyek sehingga akan sangat tepat untuk digunakan dalam pengukuran proyek proyek atau usaha usaha yang berbeda besarnya. Dengan demikian berdasarkan nilai koefisien variasi yang diperoleh maka strata III mempunyai tingkat resiko yang lebih tinggi dari kedua strata yang lainnya, sedangkan strata I mempunyai tingkat resiko yang paling rendah. Hasil perhitungan nilai batas bawah selama satu tahun menunjukkan bahwa pada strata I sebesar Rp yang artinya bahwa besarnya keuntungan bersih terendah yang mungkin diterima oleh peternak strata I selama satu tahun sebesar Rp Nilai batas bawah pada strata II sebesar Rp yang artinya bahwa besarnya keuntungan bersih terendah yang mungkin diterima oleh peternak strata II selama satu tahun sebesar Rp Sedangkan Nilai batas bawah pada strata III sebesar Rp yang artinya bahwa besarnya keuntungan bersih terendah yang mungkin diterima oleh peternak strata III selama satu tahun sebesar Rp Menurut Hernanto (1991) batas bawah (L) menunjukkan nilai rata rata terendah yang mungkin diterima oleh peternak. Jika nilai L > 0 maka peternak yang mengusahakan peternakan ayam petelur akan terhindar dari kerugian. Sebaliknya apabila nilai L < 0 maka peternak akan mengalami kerugian. Dengan demikian berdasarkan nilai batas bawah yang diperoleh pada ketiga strata menunjukkan anggota peternak ayam petelur Gunungrejo Makmur 25

26 Kabupaten terhindar dari kerugian yang strata I memiliki tingkat resiko keuangan mungkin terjadi. yang paling rendah, sedangkan strata III Berdasarkan tabel 3 secara memiliki resiko keuangan yang paling keseluruhan maka usaha peternakan tinggi. ayam petelur yang dilakukan pada Tabel 3. Analisis Resiko Finansial Secara Statistik pada Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur Strata Keuntungan Bersih Rata Rata (Rp) Varian (Rp) Koefisien Variasi (%) Batas Bawah (Rp) I , II , III , Analisis Sensitivitas Kelayakan suatu usaha dapat berubah karena disebabkan adanya suatu perubahan pada faktor faktor biaya dan penerimaan, sebagai akibatnya dapat saja suatu proyek yang semula layak diusahakan menjadi tidak layak untuk diusahakan. Pada usaha peternakan ayam petelur, perubahan harga pakan dan telur sangat besar peranannya karena merupakan komponen yang memberikan kontribusi terbesar pada arus output input usaha peternakan. Pada tabel 4 menunjukkan bahwa pada strata I masih layak untuk diusahakan atau dikembangkan apabila dalam kondisi seperti berikut : harga pakan tetap dan telur tetap atau turun sampai 15%; pakan naik sampai 5% dan telur tetap atau turun sampai 15%; pakan naik sampai 10% dan telur tetap atau turun sampai 10%; pakan naik sampai 15% dan telur tetap atau turun sampai 5%. Selanjutnya pada strata I akan menjadi tidak layak karena akan mengalami kerugian apabila terjadi kenaikan harga pakan mulai 10% dan dalam waktu bersamaan terjadi penurunan harga telur mulai 15% atau akan terjadi pada kondisi harga pakan naik mulai 15% dan diikuti harga telur turun mulai 10%. 26

27 Tabel 4. Analisis Keuntungan Selama Satu Tahun Kelompok Peternak Gunungrejo Makmur dengan Harga Telur dan Pakan Berubah pada Strata I Harga Telur (Rp) Harga Pakan (Rp) Tetap Turun 5% Turun 10% Turun 15% Tetap Naik 5% Naik 10% Naik 15% Pada tabel 5 menunjukkan bahwa pada strata II masih layak untuk diusahakan atau dikembangkan, karena dalam kondisi harga pakan naik sampai 15% dan dalam waktu bersamaan harga telur turun sampai 15% masih belum terjadi kerugian pada usaha peternakan ayam petelur pada kelompok peternak Gunungrejo Makmur. Pada tabel 6 menunjukkan bahwa pada strata III masih layak untuk diusahakan atau dikembangkan apabila dalam kondisi seperti berikut : harga pakan tetap dan telur tetap atau turun sampai 15%; pakan naik sampai 5% dan telur tetap atau turun sampai 15%; pakan naik sampai 10% dan telur tetap atau turun sampai 10%; pakan naik sampai 15% dan telur tetap atau turun sampai 10%. Selanjutnya pada strata III akan menjadi tidak layak karena akan mengalami kerugian apabila terjadi kenaikan harga pakan mulai 10% dan dalam waktu bersamaan terjadi penurunan harga telur mulai 15%. Berdasarkan hasil keuntungan seperti tersaji pada tabel 4, 5 dan 6 secara keseluruhan maka strata I merupakan kelompok peternak yang memiliki tingkat sensitivitas yang paling tinggi untuk berpeluang mengalami kerugian apabila terjadi gejolak perubahan harga pakan dan telur. Sedangkan yang paling rendah tingkat sensitivitasnya terhadap perubahan harga pakan dan telur adalah strata II. 27

ANALISIS USAHA PADA PETERNAKAN RAKYAT AYAM PETELUR DI KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR

ANALISIS USAHA PADA PETERNAKAN RAKYAT AYAM PETELUR DI KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR ANALISIS USAHA PADA PETERNAKAN RAKYAT AYAM PETELUR DI KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR Ike Metasari 1), Sunaryo Hadi Warsito 2), Iwan Sahrial Hamid 3) Mahasiswa 1), Departemen Peternakan 2), Departemen

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN ANALISIS FINANSIAL USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR DI KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN Boya Eviana 1), Budi Hartono 2), Zaenal Fanani 2) 1. Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Brawijaya. 2.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja dan terbukti paling tahan menghadapi krisis yang telah terjadi di Indonesia. Demikian juga subsektor

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian

IV. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Maju Bersama, Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi penelitian

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di perusahaan peternakan sapi perah di CV. Cisarua Integrated Farming, yang berlokasi di Kampung Barusireum, Desa Cibeureum, Kecamatan

Lebih terperinci

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG

ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG ANALISIS PROFFITABILITAS USAHA PENGGEMUKAN SAPI POTONG (Studi Kasus di II Desa Gunungrejo Kecamatan Kedungpring Kabupaten Lamongan) Ista Yuliati 1, Zaenal Fanani 2 dan Budi Hartono 2 1) Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2 Jenis dan Sumber Data 4.3 Metode Penentuan Narasumber IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan milik Bapak Sarno yang bertempat di Desa Citapen, Kecamatan Ciawi, Kabupaten Bogor, Jawa barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VIII. ANALISIS FINANSIAL

VIII. ANALISIS FINANSIAL VIII. ANALISIS FINANSIAL Analisis aspek finansial bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan.

Lebih terperinci

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science

Peternakan Tropika. Journal of Tropical Animal Science ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL USAHA BUDIDAYA PULLET (Studi Kasus pada UD Prapta di Desa Pasedahan, Kecamatan Manggis, Kabupaten Karangasem) Arta, I M. G., I W. Sukanata dan R.R Indrawati Program Studi Peternakan,

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR Abel Gandhy 1 dan Dicky Sutanto 2 Surya University Tangerang Email: abel.gandhy@surya.ac.id ABSTRACT The

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah kegiatan-kegiatan yang dapat direncanakan dan dilaksanakan dalam suatu bentuk kesatuan dengan mempergunakan

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG

ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG ANALISIS FINANSIAL UNIT PENAMPUNGAN SUSU DI KUD TANI WILIS KECAMATAN SENDANG KABUPATEN TULUNGAGUNG Financial Analysis In Fresh Milk Collecting Unit Of Tani Wilis Dairy Cooperatives At Sendang Sub District

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KERANGKA TEORI 2.1.1. Pengertian Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan bisnis adalah suatu kegiatan yang mempelajari secara mendalam tentang kegiatan atau usaha atau bisnis

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR KELOMPOK WANITA TANI TERNAK WANITA KARYA KABUPATEN BANYUMAS

KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR KELOMPOK WANITA TANI TERNAK WANITA KARYA KABUPATEN BANYUMAS KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM PETELUR KELOMPOK WANITA TANI TERNAK WANITA KARYA KABUPATEN BANYUMAS Feasibility Study of Layer Poultry Farming KWTT Wanita Karya at Banyumas District Altri Mulyani 1*, Ratna

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN

IV METODE PENELITIAN IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Dian Layer Farm yang terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor,

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Rancabungur, Desa Pasirgaok, Bogor, Provinsi Jawa Barat. Pemilihan lokasi ini dilakukan dengan pertimbangan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan di Kota depok yang memiliki 6 kecamatan sebagai sentra produksi Belimbing Dewa. Namun penelitian ini hanya dilakukan pada 3 kecamatan

Lebih terperinci

VII. RENCANA KEUANGAN

VII. RENCANA KEUANGAN VII. RENCANA KEUANGAN Rencana keuangan bertujuan untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat yang diharapkan dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan. Untuk melakukan

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang

METODOLOGI PENELITIAN. (Purposive) dengan alasan daerah ini cukup representatif untuk penelitian yang IV. METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Tempat dan Waktu Penelitian Pengambilan data dilakukan pada bulan Februari sampai dengan bulan Maret 2011, bertempat di Desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor,

Lebih terperinci

3. METODOLOGI. Gambar 5 Peta lokasi penelitian di kabupaten Sukabumi.

3. METODOLOGI. Gambar 5 Peta lokasi penelitian di kabupaten Sukabumi. 3. METODOLOGI 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kabupaten Sukabumi pada UPI yang bergerak dalam kegiatan pengolahan hasil perikanan. UPI ini berlokasi di kabupaten Sukabumi, Jawa

Lebih terperinci

ABSTRACT. Keywords: capital budgeting, fixed asset investment. vii

ABSTRACT. Keywords: capital budgeting, fixed asset investment. vii ABSTRACT This study describes the application of Capital Budgeting analysis to determine and assess the feasibility of fixed asset investment plan that will be carried CV. Qolbu Tamajaya form of additional

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Nogosari, Kabupaten Boyolali pada tanggal 16 Desember 2015 sampai 29 Januari 2016. B. Desain Penelitian Metode dasar

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Teori Manfaat dan Biaya Dalam menganalisa suatu usaha, tujuan analisa harus disertai dengan definisi-definisi mengenai biaya-biaya dan manfaat-manfaat.

Lebih terperinci

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL

ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL 1 ANALISIS PROFITABILITAS USAHA PETERNAKAN AYAM BROILER DENGAN POLA KEMITRAAN DI KECAMATAN LIMBANGAN KABUPATEN KENDAL Profitability Analysis of Livestock Broiler Business with Partnership Pattern in the

Lebih terperinci

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan

Pertemuan 4 Manajemen Keuangan MK MANAJEMEN BISNIS & KEWIRAUSAHAAN Pertemuan 4 Manajemen Keuangan Tujuan Memahami mengenai manajemen keuangan, manfaat nilai waktu uang dan dapat membuat analisis laporan keuangan Manajemen Keuangan adalah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 17 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Usaha Kecil Menengah (UKM) pengolahan pupuk kompos padat di Jatikuwung Innovation Center, Kecamatan Gondangrejo Kabupaten

Lebih terperinci

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN

II ASPEK PASAR DAN PEMASARAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring perkembangan jaman dimana masyarakat mulai sadar akan pentingnya kebutuhan pangan yang harus terpenuhi. Salah satu faktor yang paling di lirik oleh masyarakat

Lebih terperinci

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS

BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TERNAK RIMUNANSIA BAB XVI KEGIATAN AGRIBISNIS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL GURU DAN TENAGA KEPENDIDIKAN

Lebih terperinci

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG

FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG FINANCIAL ANALYSIS OF FATTENING CROSSING BOER (F1) LIVESTOCK COMPANY IN CV. AGRIRANCH KARANGPLOSO MALANG Amam 1), Zaenal Fanani 2) and Umi Wisaptiningsih 2) 1) Student of Animal Husbandry Faculty, Brawijaya

Lebih terperinci

FINANCIAL FEASIBILITY STUDY OF BEEF CATTLE FATTENNING IN KOPERASI TERNAK ROJO KOYO POGALAN SUB-DITRICT OF TRENGGALEK REGENCY

FINANCIAL FEASIBILITY STUDY OF BEEF CATTLE FATTENNING IN KOPERASI TERNAK ROJO KOYO POGALAN SUB-DITRICT OF TRENGGALEK REGENCY FINANCIAL FEASIBILITY STUDY OF BEEF CATTLE FATTENNING IN KOPERASI TERNAK ROJO KOYO POGALAN SUB-DITRICT OF TRENGGALEK REGENCY Dymastri Rangga P, Budi Hartono, and Hari Dwi Utami Faculty of Animal Husbandry,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka

BAB I PENDAHULUAN. produksi daging ayam dinilai masih kurang. Berkenaan dengan hal itu, maka 1 BAB I PENDAHULUAN I.A. Latar Belakang Masalah Peluang usaha di bidang peternakan ayam pada saat ini terbilang cukup baik, karena kebutuhan akan daging ayam setiap tahunnya meningkat, sementara produksi

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN SENSITIVITAS USAHA TERNAK AYAM BROILER

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN SENSITIVITAS USAHA TERNAK AYAM BROILER ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL DAN SENSITIVITAS USAHA TERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Pada Peternak Ayam Broiler Rosna Ente di Desa Bulonthala Timur Kecamatan Suwawa Selatan Kabupaten Bone Bolango) JURNAL

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Definisi Proyek Menurut Kadariah et al. (1999) proyek merupakan suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan

Lebih terperinci

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT

Simon Candra, Hari Dwi Utami and Budi Hartono Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang ABSTRACT ANALISIS EKONOMI USAHA AYAM PETELUR CV. SANTOSO FARM DI DESA KERJEN KECAMATAN SRENGAT KABUPATEN BLITAR (Economic Analysis Of Layer At CV. Santoso Farm In Kerjen Village Srengat Subdistrict Blitar Regency)

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Laba 2.1.1 Pengertian Laba Laba merupakan elemen yang paling menjadi perhatian pemakai karena angka laba diharapkan cukup kaya untuk merepresentasi kinerja perusahaan secara

Lebih terperinci

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode

Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode Hasil akhir dari proses pencatatan keuangan adalah laporan keuangan. Laporan keuangan merupakan cerminan dari prestasi manajemen pada satu periode tertentu. Dengan melihat laporan keuangan suatu perusahaan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional

III. METODE PENELITIAN. tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional III. METODE PENELITIAN A. Definisi Operasional Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpamaham mengenai pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat definisi operasional sebagai

Lebih terperinci

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya

Manajemen Keuangan Agroindustri. Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT Manajemen Keuangan Agroindustri Riyanti Isaskar, SP, M.Si Lab. Manajemen Agribisnis, Faculty of Agriculture, Universitas Brawijaya Email : riyanti.fp@ub.ac.id

Lebih terperinci

II. KERANGKA PEMIKIRAN

II. KERANGKA PEMIKIRAN II. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan erat dengan permasalahan yang ada

Lebih terperinci

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ

STUDI KELAYAKAN BISNIS. Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ STUDI KELAYAKAN BISNIS Julian Adam Ridjal PS Agribisnis UNEJ http://adamjulian.web.unej.ac.id/ PENDAHULUAN Arti Studi Kelayakan Bisnis??? Peranan Studi Kelayakan Bisnis Studi Kelayakan Bisnis memerlukan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI Untuk menjawab pertanyaan dari studi ini banyak digunakan acuan teori keuangan. Teori yang digunakan untuk landasan perhitungan studi ini adalah teori proses bisnis, financial planning

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Kerangka Pemikiran Penilaian kinerja keuangan suatu perusahaan merupakan hal yang sangat membantu terhadap suatu keputusan yang diambil karena kinerja keuangan akan menunjukkan

Lebih terperinci

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M.

ASPEK KEUANGAN. Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. ASPEK KEUANGAN Disiapkan oleh: Bambang Sutrisno, S.E., M.S.M. PENDAHULUAN Aspek keuangan merupakan aspek yang digunakan untuk menilai keuangan perusahaan secara keseluruhan. Aspek keuangan memberikan gambaran

Lebih terperinci

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data

3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2 Alat dan Bahan 3.3 Metode Penelitian 3.4 Metode Pengambilan Responden 3.5 Metode Pengumpulan Data 19 3 METODOLOGI 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian di lapangan dilakukan di Pelabuhan Perikanan Nusantara Palabuhanratu, Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data di lapangan dilakukan selama 1 bulan,

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data

IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Domba Tawakkal, yang terletak di Jalan Raya Sukabumi, Desa Cimande Hilir No.32, Kecamatan Caringin, Kabupaten

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi

BAB III METODE PENELITIAN. Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan lokasi 23 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di industri pembuatan tempe UD. Tigo Putro di Rantauprapat Kabupaten Labuhanbatu Propinsi Sumatera Utara. Pemilihan

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Peternakan Agrifarm, yang terletak di desa Cihideung Udik Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Pemilihan lokasi

Lebih terperinci

VII. ANALISIS FINANSIAL

VII. ANALISIS FINANSIAL VII. ANALISIS FINANSIAL Usaha peternakan Agus Suhendar adalah usaha dalam bidang agribisnis ayam broiler yang menggunakan modal sendiri dalam menjalankan usahanya. Skala usaha peternakan Agus Suhendar

Lebih terperinci

ANALISA KELAYAKAN BISNIS PT. SUCOFINDO UNIT PELAYANAN DONDANG. Sahdiannor, LCA. Robin Jonathan, Suyatin ABSTRACT

ANALISA KELAYAKAN BISNIS PT. SUCOFINDO UNIT PELAYANAN DONDANG. Sahdiannor, LCA. Robin Jonathan, Suyatin ABSTRACT ANALISA KELAYAKAN BISNIS PT. SUCOFINDO UNIT PELAYANAN DONDANG Sahdiannor, LCA. Robin Jonathan, Suyatin Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda, Indonesia. ABSTRACT SAHDIANNOR,

Lebih terperinci

ECONOMIC ANALYSIS OF LAYER AT HS INDRA JAYA ENTERPRISE AT PONGGOK SUBDISTRICT BLITAR REGENCY

ECONOMIC ANALYSIS OF LAYER AT HS INDRA JAYA ENTERPRISE AT PONGGOK SUBDISTRICT BLITAR REGENCY ECONOMIC ANALYSIS OF LAYER AT HS INDRA JAYA ENTERPRISE AT PONGGOK SUBDISTRICT BLITAR REGENCY Edy Sularso¹, Budi Hartono² and Hari Dwi Utami³ Faculty of Animal Husbandry, University of Brawijaya. Malang

Lebih terperinci

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province

Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province Feasibility Analysis of Patin Fish Business (Pangasius Sutchi) In Sipungguk Village Pond Salo Sub District Regency of Kampar Riau Province By Muhammad Syafii 1), Darwis 2), Hazmi Arief 2) Faculty of Fisheries

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur)

ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur) Analisis Finansial Budidaya Ayam Petelur di Kalimantan Timur (Mariyah) 15 ANALISIS FINANSIAL BUDIDAYA AYAM PETELUR DI KALIMANTAN TIMUR (The Financial Analysis Of Layer Poultry In Kalimantan Timur) Mariyah

Lebih terperinci

ANALISIS CAPITAL BUDGETING UNTUK MENILAI KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP (Studi Pada CV. Alfa 99 Malang)

ANALISIS CAPITAL BUDGETING UNTUK MENILAI KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP (Studi Pada CV. Alfa 99 Malang) ANALISIS CAPITAL BUDGETING UNTUK MENILAI KELAYAKAN INVESTASI AKTIVA TETAP (Studi Pada CV. Alfa 99 Malang) Erika Kuncahyani Achmad Husaini Maria Goretti Wi Endang Fakuktas Ilmu Administrasi Universitas

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN 46 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk mengenai variabel yang akan diteliti untuk memperoleh dan menganalisis

Lebih terperinci

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai)

ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai) ANALISIS FINANSIAL USAHATANI JERUK NIPIS (Citrus Aurantifolia) (Studi Kasus: Desa Marjanji Kecamatan Sipispis Kabupaten Serdang Bedagai) Roni Johannes Sinaga *), Dr. Ir. Salmiah, MS **), Ir. M. Jufri,

Lebih terperinci

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain:

Dalam menganalisa laporan keuangan terdapat beberapa metode yang bisa dijadikan tolak ukur untuk menilai posisi keuangan perusahaan antara lain: Analisis Rasio Laporan Keuangan Perusahaan Rasio Keuangan atau Financial Ratio adalah merupakan suatu alat analisa yang digunakan oleh perusahaan untuk menilai kinerja keuangan berdasarkan data perbandingan

Lebih terperinci

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT

MODUL 13 PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI 1. PENDAHULUAN SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT SELF-PROPAGATING ENTREPRENEURIAL EDUCATION DEVELOPMENT PPENGANTAR USAHATANI: KELAYAKAN USAHATANI Silvana Maulidah, SP, MP Lab of Agribusiness Analysis and Management, Faculty of Agriculture, Universitas

Lebih terperinci

BAB 5 ANALISA KEUANGAN

BAB 5 ANALISA KEUANGAN BAB 5 ANALISA KEUANGAN 5.1 Ekuitas (Equity) Tiga elemen penting dari bisnis adalah aset, hutang, dan ekuitas yang dimiliki oleh perusahaan. Menurut Weygandt, Kimmel, dan Kieso (2011:12), terdapat hubungan

Lebih terperinci

Bab II. Tinjauan Pustaka

Bab II. Tinjauan Pustaka Bab II Tinjauan Pustaka 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Likuiditas Rasio likuiditas merupakan suatu indikator mengenai kemampauan perusahaan-perusahaan membayar semua kewajiban finansial jangka pendek pada

Lebih terperinci

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian

IV METODE PENELITIAN. 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di peternakan kambing perah Prima Fit yang terletak di Desa Cibuntu, Kecamatan Ciampea, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat.

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. II. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan Desember 2014. Tempat Pengambilan sampel harga pokok produksi kopi luwak dilakukan di usaha agroindustri

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN 6.1. Kebutuhan Investasi Tahun ke-0 Dalam menjalankan usaha ini, FVN melakukan investasi awal sebesar Rp 100.000.000,- sebelum masuk ke tahun pertama. FVN perlu membeli semua kebutuhan

Lebih terperinci

RASIO LAPORAN KEUANGAN

RASIO LAPORAN KEUANGAN RASIO LAPORAN KEUANGAN NERACA (BALANCED SHEET) Terdiri dari elemen pokok : Asset, Hutang, dan Modal. Pengukuran terhadap elemen-elemen Neraca biasanya menggunakan historical cost LAPORAN RUGI-LABA (INCOME

Lebih terperinci

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal

Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Pertemuan 12 Investasi dan Penganggaran Modal Disarikan Gitman dan Sumber lain yang relevan Pendahuluan Investasi merupakan penanaman kembali dana yang dimiliki oleh perusahaan ke dalam suatu aset dengan

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Analisis Kelayakan Usaha Analisis Kelayakan Usaha atau disebut juga feasibility study adalah kegiatan untuk menilai sejauh mana manfaat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 20 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Keuangan Pengertian manajemen keuangan menurut beberapa pendapat, yaitu: Segala aktifitas yang berhubungan dengan perolehan, pendanaan, dan pengelolaan aktiva dengan

Lebih terperinci

Riska Dewi 1), Yusmini 2), Susy Edwina 2) Agribusiness Department Faculty of Agriculture UR ABSTRACT

Riska Dewi 1), Yusmini 2), Susy Edwina 2) Agribusiness Department Faculty of Agriculture UR ABSTRACT ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL AGROINDUSTRI TAHU (Agroindustri Tahu Bapak Iwan di Desa Pangkalan Pisang Kecamatan Koto Gasib Kabupaten Siak Sri Indrapura) FINANCIAL FEASIBILITY ANALYSIS OF TAHU AGROINDUSTRY

Lebih terperinci

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR

TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR TUGAS PENGANTAR EKONOMI PRODUKSI ANALISIS USAHA JAHIT ARYAN TAILOR Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar Ekonomi Produksi Perikanan dan Kelautan Disusun Oleh: Ludfi Dwi 230110120120 Sofan

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1.Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Menurut Husnan dan Suwarsono (2000), proyek pada dasarnya merupakan kegiatan yang menyangkut pengeluaran modal (capital

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang

METODE PENELITIAN. ini yang dianalisis adalah biaya, benefit, serta kelayakan usahatani lada putih yang III. METODE PENELITIAN A. Metode Dasar Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, yang merupakan suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI A. Metode Kelayakan Investasi Evaluasi terhadap kelayakan ekonomi proyek didasarkan pada 2 (dua) konsep analisa, yaitu analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekomoni bertujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk

BAB II LANDASAN TEORI. Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Keuangan Manajemen keuangan adalah aktivitas pemilik dan manajemen perusahaan untuk memperoleh modal yang semurah murahnya dan menggunakan seefektif, seefisien,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. 44 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan PT. HM Sampoerna Tbk, didirikan di Indonesia pada tanggal 19 Oktober 1963 berdasarkan Akta Notaris Anwar Mahajudin, S.H., No. 69.

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis merupakan kumpulan teori yang digunakan dalam penelitian. Teori-teori ini berkaitan dengan permasalahan yang ada dalam

Lebih terperinci

ANALISIS SENSITIVITAS USAHA PENGOLAHAN KERUPUK IKAN PIPIH DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN

ANALISIS SENSITIVITAS USAHA PENGOLAHAN KERUPUK IKAN PIPIH DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN 177 ANALISIS SENSITIVITAS USAHA PENGOLAHAN KERUPUK IKAN PIPIH DI KECAMATAN SERUYAN HILIR KABUPATEN SERUYAN (Sensitivity Analysis of Flat Fish Cracker Processing Busines in Seruyan Hilir Sub District of

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK Dalam dunia bisnis, tingginya tingkat persaingan membuat setiap perusahaan akan senantiasa meningkatkan kinerjanya agar dapat bertahan. Oleh karena itu, setiap perusahaan akan selalu berusaha memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seorang penganalisis untuk mengevaluasi tingkat earning dalam hubungannya BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Uraian Teoritis 2.2.1. Profitabilitas Ada beberapa pengukuran terhadap profitabilitas perusahaan dimana masing-masing pengukuran dihubungkan dengan volume penjualan, total

Lebih terperinci

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut :

BAB IV. Analisis dan Pembahasan. dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut : BAB IV Analisis dan Pembahasan Berdasarkan laporan keuangan PT. Astra Internasional pada tahun 2011 dan 2012 terdapat analisis keuangan sebagai berikut : 1. Rasio Likuiditas Rasio ini menunjukkan kemampuan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PRODUK KOPI HERBAL INSTAN TERPRODUKSI OLEH UD. SARI ALAM Financial Feasibility Study of Herbal Instan Coffee Produced by UD. Sari Alam Hilda Rosmalia Saida 1), Nurhayati Nurhayati

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah penulis uraikan dalam bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Laba a. Pengertian Laba Tujuan utama perusahaan adalah memaksimalkan laba. Laba merupakan indikator prestasi atau kinerja perusahaan yang besarnya tampak

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data

METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu 4.2. Jenis dan Sumber Data 4.3. Metode Pengumpulan Data IV METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian dilakukan di Usaha Mi Ayam Bapak Sukimin yang terletak di Ciheuleut, Kelurahan Tegal Lega, Kota Bogor. Lokasi penelitian diambil secara sengaja (purposive)

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB II URAIAN TEORITIS BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu Firani (2006) melakukan penelitian dengan judul Analisis Pengaruh Financial Leverage terhadap Earning Per Share pada Emiten Sektor Infrastruktur di Bursa

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di PT Mekar Unggul Sari, Kabupaten Bogor. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive) dengan alasan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, Rasio Pasar.

ABSTRAK. Kata kunci : Rasio Likuiditas, Rasio Aktivitas, Rasio Solvabilitas, Rasio Profitabilitas, Rasio Pasar. ABSTRAK Setiap kegiatan usaha yang dijalankan oleh setiap perusahaan, wajib membuat laporan keuangan. Laporan keuangan ini menunjukkan kondisi dari kinerja keuangan perusahaan selama periode tertentu,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Laporan Keuangan Pengertian laporan keuangan menurut Feriansya (2015:4) : Laporan keuangan merupakan tindakan pembuatan ringkasan dan keuangan perusahaan. Laporan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU

ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU J. Agroland 22 (2) : 70-75, Agustus 2015 ISSN : 0854 641X E-ISSN : 2407 7607 ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL PADA INDUSTRI JAGAD SUTERA DI KELURAHAN KAMONJI KECAMATAN PALU BARAT KOTA PALU Analysis of Financial

Lebih terperinci

IV. METODE PENELITIAN

IV. METODE PENELITIAN IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pulau Panggang, Kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu, DKI

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kebutuhan perusahaan dalam aktiva lancar adalah untuk membiayai operasi

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS. Kebutuhan perusahaan dalam aktiva lancar adalah untuk membiayai operasi 12 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Rasio Aktiva Lancar Kebutuhan perusahaan dalam aktiva lancar adalah untuk membiayai operasi sehari hari. Unsur modal

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1. Studi Kelayakan Proyek Proyek adalah suatu keseluruhan aktivitas yang menggunakan sumber-sumber untuk mendapatkan kemanfaatan (benefit),

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional. Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Bahan Batasan Operasional Konsep dasar dan defenisi opresional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil analisis terhadap laporan keuangan PT. Mayora Tbk maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Hasil kinerja Likuiditas dilihat dari rasio

Lebih terperinci

BAB 6 ASPEK KEUANGAN

BAB 6 ASPEK KEUANGAN BAB 6 ASPEK KEUANGAN Mengelola keuangan suatu usaha bukan hanya dilakukan oleh usaha yang besar saja, tetapi usaha kecil dan menengah juga harus melakukan pengelolaan keuangan dengan baik dan benar. Karena

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)

ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara) ANALISIS KELAYAKAN USAHA PENGGILINGAN PADI SKALA KECIL (Studi Kasus : Kecamatan Tanjung Morawa, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara) Ismael Limbong*), Mozart B Darus**), Emalisa**) *) Alumni

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN Laporan keuangan merupakan media yang penting untuk menilai prestasi serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat mengambil suatu keputusan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum.

III. METODE PENELITIAN. Petani buah naga adalah semua petani yang menanam dan mengelola buah. naga dengan tujuan memperoleh keuntungan maksimum. 26 III. METODE PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Batasan Operasional Konsep dasar dan batasan operasional mencakup semua pengertian yang digunakan untuk memperoleh data yang akan dianalisis sesuai dengan

Lebih terperinci

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara

II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI. Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara 6 II. KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Teori dan Tujuan Koperasi di Indonesia Koperasi berasal dari kata ( co = bersama, operation = usaha) yang secara bahasa berarti bekerja bersama dengan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Pada akhirnya setelah penulis melakukan penelitian langsung ke perusahaan serta melakukan perhitungan untuk masing-masing rumus dan mencari serta mengumpulkan

Lebih terperinci

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si

ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si ANALISIS KEPUTUSAN INVESTASI (CAPITAL BUDGETING) Disampaikan Oleh Ervita safitri, S.E., M.Si PENDAHULUAN Keputusan investasi yang dilakukan perusahaan sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup perusahaan,

Lebih terperinci

ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS

ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS ANALISIS INVESTASI USAHATANI PEMBIBITAN SAPI POTONG DI KABUPATEN SLEMAN TESIS untuk memenuhi sebagian persyaratan mencapai derajat Sarjana S-2 Program Studi Ilmu Peternakan Kelompok Bidang Ilmu-Ilmu Pertanian

Lebih terperinci