STRATEGI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO (TNGGP) DALAM PENGEMBANGAN PROMOSI KEGIATAN EKOWISATA ERNAWATI EKO HARTONO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "STRATEGI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO (TNGGP) DALAM PENGEMBANGAN PROMOSI KEGIATAN EKOWISATA ERNAWATI EKO HARTONO"

Transkripsi

1 STRATEGI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO (TNGGP) DALAM PENGEMBANGAN PROMOSI KEGIATAN EKOWISATA ERNAWATI EKO HARTONO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

2 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Bogor, Agustus 2008 Ernawati Eko Hartono NRP. E

3 ABSTRACT ERNAWATI EKO HARTONO. The Strategy of Mount Gede Pangrango National Park in Developing Ecotourism Promotion Under direction of RINEKSO SOEKMADI dan E.K.S. HARINI MUNTASIB. Mount Gede Pangrango National Park has a high potential ecotourism site to be promoted. In this case, promotion of ecotourism in Mount Gede Pangrango aims to attract both tourists and partners to devote in ecotourism activities. The purposes of this research are to evaluate recent strategies of ecotourism promotion and to map new strategies of Mount Gede Pangrango National Park in promoting ecotourism. The mapping of these promotion strategies is based on SWOT analysis. Ecotourism promotion in Mount Gede Pangrango National Park has acquired four components of promotion mix which are advertising, personal selling, public relation, and promotion selling, but has not used all promotion media and has not done promotions gradually. Promotion has not been effectively accepted by public. Data shows 71% visitors get information word of mouth, 14% from printed media, 11% from school/work place, and 4% from internet. The result of this SWOT analysis puts promotion in second quadrant, namely stability strategy. Stability strategy is consolidation strategy for reducing weaknesses and maintaining recent market. Stability aims to maintain such condition by using opportunities and restore weaknesses. This strategy leads to a project opening opportunities for private sectors to work on ecotourism, doing cooperation with airports and airlines services, tourism bureaus, mass media, hotels, and also uses an appropriate promotion media for introducing Mount Gede Pangrango National Park. Based on the exposed analysis, strategic ecotourism promotions can be conducted are : using the website of TNGGP by preparing interesting information, cooperation with tourism bureaus by setting or planning tourism packages, cooperation with airport, cooperation with mass media, doing direct mailing promotions, maintaining infrastructures which provides information on ecotourism, raising ticket s prize, giving courses to human resources, developing new potential tourism sites. Keywords: Mount Gede Pangrango National Park, promotion strategy, ecotourism, object and natural tourism potential attraction

4 RINGKASAN ERNAWATI EKO HARTONO. Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata. Dibimbing oleh RINEKSO SOEKMADI dan E.K.S. HARINI MUNTASIB. TNGGP mempunyai potensi ekowisata yang cukup tinggi yaitu keindahan alam (gunung, panorama alam); gejala alam (kawah, air panas, air terjun); keutuhan (udara sejuk, kenyamanan); keanekaragaman hayati (tumbuhan dan satwa); keunikan alam (danau, rawa pegunungan, padang rumput edelweis), dan situs budaya. Potensi ekowisata yang dimiliki TNGGP harus dikenalkan kepada publik melalui kegiatan promosi. Promosi kegiatan ekowisata di TNGGP dilakukan selain untuk menarik pengunjung yang akan menikmati keindahan alam TNGGP juga menarik mitra berinvestasi dalam kegiatan ekowisata Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap kegiatan promosi yang telah dilakukan dan menyusun strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) untuk pengembangan promosi kegiatan ekowisata. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari-Mei 2008 bertempat di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat, dengan menggunakan metode non experimental yaitu deskriptif eksploratif, observasi dan studi pustaka. Pengambilan sampel pengunjung dan mitra menggunakan teknik purposive sampling. Jumlah pengunjung aktual 100 orang (diasumsikan sebagai ekoturis), yang diambil dari Pintu masuk Cibodas 60 orang, Gunung Puteri 15 orang dan Bodogol 25 orang. Selain pengunjung aktual dilakukan juga wawancara terhadap pengunjung potensial sebanyak 30 orang. Analisis dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis SWOT (Strengths, Weaknesesses, Opportunities, Threats). Promosi kegiatan ekowisata di TNGGP secara keseluruhan sudah mencakup keempat komponen bauran promosi, yaitu periklanan, penjualan secara pribadi, hubungan masyarakat dan promosi penjualan, tetapi belum semua media promosi digunakan dan belum secara rutin promosi dilakukan. Sebanyak 75% keatas pengunjung tidak pernah melihat/mendengar media promosi yang digunakan TNGGP untuk mempromosikan wisata. Promosi yang belum dilakukan adalah melalui , siaran pers, presentasi penjualan, pemasangan billboard dan promosi mengenai program-program wisata. Promosi masih dirasakan kurang oleh masyarakat umum, karena sebesar 71% pengunjung memperoleh informasi ekowisata TNGGP dari cerita teman/saudara, 14% memperoleh informasi melaui media cetak, 11% dari sekolah/tempat kerja dan 4% dari media elektronik Berdasarkan Metode SWOT yang digunakan, diketahui bahwa posisi strategi TNGGP dalam promosi ekowisata berada pada sel/quadran ke-2 (-0.19 ; 0.58) dalam Matriks Grand Strategy. Hal ini berarti strategi yang dapat dikembangkan adalah strategi stabilitas (stability strategy). Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk mengurangi kelemahan yang ada, dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah dicapai. Bentuk strategi yang diterapkan dalam konteks promosi adalah meningkatkan kerjasama dengan mitra-mitra TNGGP (bandara dan maskapai penerbangan, biro perjalanan wisata, media massa, hotel, dll) dan memilih

5 media promosi yang tepat untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP baik kepada pengunjung maupun mitra-mitra. Berdasarkan hasil analisis yang telah dipaparkan maka rencana strategis kegiatan promosi ekowisata yang dapat dilakukan adalah : 1. Menggunakan website TNGGP dengan menyiapkan informasi yang menarik 2. Kerjasama dengan Biro Perjalanan Wisata dengan membuat paket-paket wisata 3. Kerjasama dengan bandara, kerjasama dengan media massa 4. Melakukan promosi secara direct mailing yang intensif 5. Peningkatan pemeliharaan sarana dan prasarana 6. Mengadakan pelatihan kepada SDM terkait promosi 7. Mengembangkan potensi wisata yang belum dikembangkan Kata kunci: Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, strategi promosi, ekowisata, obyek dan daya tarik wisata alam.

6 Hak cipta milik IPB, tahun 2008 Hak cipta dilindungi 1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumber. a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah. b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB. 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB.

7 STRATEGI TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO (TNGGP) DALAM PENGEMBANGAN PROMOSI KEGIATAN EKOWISATA ERNAWATI EKO HARTONO Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008

8 Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS

9 Judul Tesis Nama N R P Program Studi : Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata. : Ernawati Eko Hartono : E : Ilmu Pengetahuan Kehutanan Disetujui, Komisi Pembimbing Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F Ketua Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS Anggota Diketahui, Ketua Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Dekan Sekolah Pascasarjana Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, MS Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S. Tanggal Ujian : 19 Agustus 2008 Tanggal Lulus :

10

11 PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas ridho dan anugerah Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Judul penelitian ini adalah Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata. Ungkapan terima kasih dan penghargaan yang paling tulus penulis sampaikan kepada: 1. Departemen Kehutanan, yang telah memberikan izin dan kesempatan melanjutkan pendidikan S2 di Institut Pertanian Bogor 2. Kepala Pusat Informasi Kehutanan beserta staff yang mendukung penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan dengan lancar 3. Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F (ketua komisi pembimbing) dan Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS (anggota komisi) atas curahan pemikiran, waktu, kesabaran dalam memberikan arahan, bimbingan hingga selesainya penulisan tesis ini 4. Prof. Dr. Ir. Hardjanto, MS selaku penguji luar komisi pada ujian sidang tesis yang telah menyediakan waktunya, memberikan koreksi, masukan dan saran untuk penyempurnaan tesis ini 5. Prof. Dr. Imam wahyudi, MS selaku Ketua Program Studi IPK 6. Kepala Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango beserta staff atas dukungan selama melaksanakan penelitian 7. Ayahanda dan Ibunda, Om Nano, Tante Nova, Dik Radith, Dian, Dik Desy dan Enna atas segala doa dan pengorbanannya, secara khusus buat suami tercinta Yudi Ariyanto, SH, MT. yang dengan sabar dan penuh pengertian mendampingi dan mendukung penuh dalam penyelesaian studi ini, serta putraku tersayang Irham Erdiyanto Ramadhan yang memberikan semangat dan inspirasi pada setiap kejenuhan yang datang menghampiri. 8. Teman-teman IPK angkatan 2006 : Eka, Susi, Arida, Apri, Henti, Ratih, Anti, Zaida, Ida, Tekad, Agus Kholik, Yano, Ceng, Ika, Darwis, Ari, Meis, Buyan, Hans, Santi, Dadan, Nunung, Kushartati, Edwin, Andi, Pak Budi, Pak Saptadi

12 terima kasih atas, kebersamaan, kekompakan dan kerjasama dalam suka dan duka selama studi dan semoga ini terus berlanjut kedepannya 9. Laboratorium Rekreasi Alam dan Ekowisata IPB, Mba Eva, Mba Resti, Mba Yun, Mba Tri. Akhir kata mudah-mudahan tesis ini dapat memberikan manfaat bagi siapa saja yang memerlukan. Bogor, Agustus 2008 Ernawati Eko Hartono

13 RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di kota Sragen, Jawa Tengah pada tanggal 7 Januari 1980 sebagai putri pertama dari tiga bersaudara dari ayah Edy Suhartono dan ibu Sulasmi. Menamatkan pendidikan sekolah dasar di SDN Bendungan I Sragen tahun 1992, kemudian menyelesaikan pendidikan di SMP Negeri 1 Sragen tahun 1995 dan lulus dari SMA Negeri 1 Sragen tahun 1998, hingga pada tahun yang sama penulis diterima di IPB melalui undangan PMDK dan akhirnya lulus sebagai Sarjana Kehutanan pada tahun Pada tahun 2002 penulis diterima sebagai Pegawai Negeri Sipil Departemen Kehutanan sebagai Staf Penyaji dan Pengolah Data Pusat Informasi Kehutanan, Sekretariat Departemen Kehutanan, Jakarta sampai sekarang. Penulis menempuh studi S2 pada Sekolah Pascasarjana IPB program studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan melalui sponsor dari Departemen Kehutanan. Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Magister pada Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan (IPK) pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (IPB), penulis melakukan penelitian tentang Strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam Pengembangan Promosi Kegiatan Ekowisata dibawah bimbingan Dr. Ir. Rinekso Soekmadi, MSc.F sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Prof. Dr. E.K.S. Harini Muntasib, MS sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

14 DAFTAR ISI DAFTAR ISI... xi DAFTAR TABEL... xiii DAFTAR GAMBAR... xiv DAFTAR LAMPIRAN... xv I. PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Kerangka Pemikiran... 4 II. TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Taman Nasional Strategi Promosi Segmentasi Pasar Produk Wisata Wisatawan III. METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Batasan Penelitian Metode Pengumpulan Data Tahapan Penelitian Analisis Data IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Sejarah dan Status Kawasan Kondisi Fisik Kawasan Kondisi Biologis Potensi Wisata Kondisi Masyarakat Sekitar Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol (PPKAB) Sarana dan Prasarana Wisata Struktur Organisasi Pengunjung TNGGP IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Promosi yang Telah Dilaksanakan Evaluasi Terhadap Promosi Yang Sudah Dilaksanakan Segmentasi Pasar Peran Mitra-mitra TNGGP dalam Promosi Kebijakan Pengembangan Ekowisata Potensi Wisata yang perlu Dipromosikan Strategi TNGGP dalam Promosi Ekowisata... 77

15 VI. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran VII. DAFTAR PUSTAKA... 88

16 DAFTAR TABEL 1. Bentuk media dari setiap komponen bauran promosi Jenis data primer yang digunakan dalam penelitian Jenis data sekunder yang diperlukan dalam penelitian Matriks SWOT Rangkuman matriks internal Rangkuman matriks eksternal Informasi pintu masuk wisata ke kawasan TNGGP Jumlah pengunjung dan jenis kunjungan (tahun 2000-Juni 2008) Bahan promosi cetakan mengenai TNGGP Potongan harga di wisma tamu, asrama dan tiket rombongan ke air terjun Beberapa situs di internet mengenai TNGGP Jumlah wisatawan dan retribusi tempat rekreasi di tiga kabupaten Penilaian pengunjung terhadap komponen bauran promosi Penilaian pengunjung terhadap sarana dan prasarana TNGGP Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek demografis Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek geografis Segmentasi pasar TNGGP berdasarkan aspek psikografi Formulasi strategi promosi ekowisata di TNGGP Faktor strategis internal terhadap promosi ekowisata di TNGGP Faktor strategis eksternal terhadap promosi ekowisata di TNGGP Urutan prioritas strategi... 84

17 DAFTAR GAMBAR 1. Konseptual pengembangan ekowisata Kerangka pemikiran Bauran pemasaran Kedudukan promosi terhadap permintaan Pengaruh promosi terhadap permintaan Efektivitas dari setiap komponen bauran promosi Model matriks Grand Strategy Peta lokasi penelitian Persentase jumlah pengunjung TNGGP berdasarkan pintu masuk Komposisi pengunjung TNGGP berdasarkan tujuan kedatangannya Struktur organisasi balai TNGGP Beberapa sampul buku mengenai kegiatan ekowisata di TNGGP Beberapa leaflet tentang TNGGP Persentase komposisi topik tulisan mengenai TNGGP Website TNGGP Bahan promosi Kab. Cianjur, Bogor, Sukabumi Beberapa biro perjalanan wisata Persentase sumber informasi obyek wisata di TNGGP Posisi strategis untuk promosi ekowisata di TNGGP dalam matriks Grand Strategy... 85

18 DAFTAR LAMPIRAN 1. Panduan wawancara pengunjung aktual Panduan wawancara pengunjung potensial Panduan wawancara dengan pengelola TNGGP Daftar judul pemberitaan TNGGP di media massa Guntingan beberapa media cetak mengenai TNGGP Beberapa printout mengenai TNGGP di internet

19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) merupakan salah satu dari lima Taman Nasional yang pertama kali diumumkan di Indonesia pada tahun 1980 oleh Menteri Pertanian dan ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 meliputi luas ha. Pada tahun 2003 melalui SK Menteri Kehutanan No. 174/KPTS-II/2003 dilakukan perluasan dari ha menjadi ha. Perluasan dilakukan mengingat kawasan disekitar TNGGP merupakan habitat dan daerah jelajah beberapa jenis satwa langka dan dilindungi seperti Surili, Owajawa, Macan Tutul dan beberapa jenis burung yang perlu dilindungi dan dilestarikan. Departemen Kehutanan telah menunjuk 21 Taman Nasional sebagai Taman Nasional Model, dan salah satunya adalah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP). Sebagai Taman Nasional Model, diharapkan suatu saat TNGGP menjadi taman nasional yang mandiri, yang mampu mengelola secara langsung Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dan pemasukan yang sah, sehingga dapat dikelola secara lestari, efektif dan efisien. Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh Balai TNGGP dalam upaya menuju kemandiriannya. Terdapat tiga hal penting yang merupakan fokus perencanaan berkaitan dengan keberadaan TNGGP sebagai taman nasional model yaitu ekowisata, pendidikan konservasi dan penelitian. Ekowisata telah berkembang sebagai salah satu pariwisata yang potensial untuk kepentingan pembangunan pariwisata yang berkelanjutan, terutama pada dasawarsa terakhir ini. Sebagai bentuk wisata yang sedang trend, ekowisata mempunyai kekhususan tersendiri yaitu mengedepankan konservasi lingkungan, pendidikan lingkungan, kesejahteraan penduduk lokal dan menghargai budaya lokal. Taman nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang memiliki potensi sumberdaya alam hayati dan ekosistemnya yang melimpah menjadi salah satu bagian pengembangan ekowisata. Taman nasional yang menawarkan wisata ekologis banyak diminati wisatawan, hal ini karena adanya pergeseran paradigma kepariwisataan internasional dari bentuk pariwisata massal (mass tourism) ke

20 wisata minat khusus (alternative tourism). Pada wisatawan minat khusus, wisatawan menginginkan perjalanan yang lebih bermakna, berkualitas dan menambah pengalaman hidupnya serta memperoleh pengetahuan baru. TNGGP mempunyai potensi ekowisata yang tinggi antara lain keindahan alam (gunung, panorama alam, dll); gejala alam (kawah, air panas, air terjun, dll); keutuhan (udara sejuk, kenyamanan, dll); keanekaragaman hayati (tumbuhan dan satwa); keunikan alam (danau, rawa pegunungan, padang rumput edelweis, dll), situs budaya. Potensi ekowisata yang dimiliki TNGGP harus dikenalkan kepada publik melalui kegiatan promosi. Promosi merupakan bagian dari bauran pemasaran (Marketing Mix). Menurut Kotler (1997) promosi merupakan usaha pengkomunikasian informasi dari produsen kepada konsumen sedemikian rupa agar menarik minat konsumen untuk membeli barang/jasa yang ditawarkan produsen. Promosi kegiatan ekowisata di TNGGP dilakukan selain untuk menarik pengunjung yang akan menikmati keindahan alam TNGGP juga menarik mitra berinvestasi dalam kegiatan ekowisata. Pertumbuhan ekowisata yang diduga lebih pesat dari wisata lainnya, terutama selama beberapa tahun terakhir ini membuat promosi ekowisata menjadi penting, karena negara yang tidak mempromosikan atraksi alamnya kemungkinan besar akan kehilangan kesempatan dalam pasar ekowisata yang terus tumbuh (Durst&Ingram 1998 diacu dalam Fennel 1999). Berdasarkan laporan World Travel Tourism Council (WTTC) tahun 2004, pertumbuhan rata-rata ekowisata sebesar 10% per tahun. Angka tersebut lebih tinggi dibanding pertumbuhan ratarata per tahun untuk pariwisata pada umumnya yaitu sebesar 4,6% per tahun. Obyek dan Daya Tarik Wisata Alam (ODTWA) yang dimiliki TNGGP menjadi modal untuk promosi. Saat ini kegiatan wisata yang sudah berjalan di TNGGP dapat dikategorikan menjadi dua yaitu wisata massal dan wisata minat khusus. Walaupun terdapat wisata massal tetapi pengelolaannya tetap memperhatikan kelestarian dan keberlanjutan kawasan. Kegiatan wisata yang sudah berjalan saat ini yaitu wisata pendakian, birdwatching, outbond, rekreasi ke air terjun, penelitian, berkemah, dll. ODTWA yang dimiliki TNGGP mempunyai segmen pasar yang berbeda sehingga diperlukan strategi promosi yang spesifik. 2

21 1.2. Perumusan Masalah Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan kawasan pelestarian alam yang kaya dengan obyek wisata baik itu flora, fauna, ekosistem, budaya, dan sudah lama dikunjungi wisatawan. TNGGP memiliki berbagai fungsi yaitu fungsi perlindungan dan pelestarian, fungsi pendidikan, pengetahuan dan kebudayaan, serta fungsi rekreasi dan pariwisata, dengan demikian jenis wisata yang paling sesuai untuk dikembangkan di taman nasional adalah ekowisata. Ekowisata merupakan bentuk pariwisata yang dilakukan di daerah/kawasan alami yang menitikberatkan pada lingkungan, pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal dan adanya penghargaan terhadap budaya masyarakat lokal. Kawasan TNGGP yang memiliki potensi sumberdaya alam yang menjanjikan diharapkan dapat diusahakan kegiatan ekowisata sehingga mengatasi berbagai permasalahan kawasan yang dihadapi pengelola. Pengembangan ekowisata di TNGGP bukan merupakan hal yang baru tetapi sampai saat ini masih mengalami banyak masalah, dari aspek pengelolaan, SDM, sarana dan prasarana, keterlibatan masyarakat lokal, maupun pengunjung. Berbagai kegiatan telah dilakukan oleh TNGGP untuk mengembangkan kegiatan ekowisata, salah satunya adalah melalui kegiatan promosi. Keberhasilan pengembangan ekowisata pada kawasan taman nasional sangat bergantung pada upaya promosi yang dilakukan oleh pengelola, karena dengan promosi orang akan tahu dan akhirnya akan datang untuk mengujungi. Menurut Charty (1981) konsumen tidak akan membeli suatu produk/jasa apabila mereka tidak pernah mendengar atau mengalami produk/jasa tersebut. Sehingga informasi mengenai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan segala potensinya harus sampai kepada orang-orang yang memang berminat dengan wisata yang bersifat khusus ini. Kegiatan promosi yang telah dilakukan oleh pengelola Taman Nasional Gunung Gede Pangrango selama ini adalah dengan penyebaran bahan-bahan cetakan seperti brosur, leaflet, majalah, mengikuti pameran-pameran pariwisata serta secara berkala mengadakan kegiatan seminar/lokakarya. Melalui cara ini usaha untuk memperkenalkan kegiatan ekowisata di TNGGP hanya sampai pada 3

22 sebagian kecil masyarakat dan belum mencapai kelompok dalam masyarakat yang diharapkan menjadi konsumen dari kegiatan ekowisata di TNGGP. Selain itu pelaksanaan promosi yang telah dilakukan selama ini belum didukung oleh mitra-mitra yang diharapkan dapat berinvestasi dalam pengembangan kegiatan ekowisata. Selama ini kegiatan promosi yang dilaksanakan masih sangat kurang dan belum mempertimbangkan strategi bauran promosi sehingga masih kurang mengenai sasaran, maka diperlukan strategi promosi yang tepat Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah 1. Melakukan evaluasi terhadap kegiatan promosi yang telah dilakukan 2. Menyusun strategi Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) dalam pengembangan promosi kegiatan ekowisata Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dalam melaksanakan promosi kegiatan ekowisata Kerangka Pemikiran Taman Nasional Gunung Gede Pangrango sebagai Taman Nasional Model yang diharapkan menjadi TN Mandiri, dituntut untuk dapat mengembangkan sumber-sumber ekonomi yang dapat memberikan masukan dana bagi penyelenggaraan pengelolaan secara mandiri. Pengembangan ekowisata dipandang sebagai langkah tepat untuk mencapai tujuan tersebut. Kerangka pemikiran yang mendasari penelitian ini adalah upaya untuk mengoptimalkan kegiatan ekowisata di TNGGP melalui penyusunan strategi promosi yang tepat. Strategi promosi yang sekarang sudah dilakukan perlu dievaluasi dengan mempertimbangkan fungsi TNGGP sebagai suatu kawasan konservasi, prinsip-prinsip dasar ekowisata, visi ekowisata di TNGGP serta dengan menggunakan strategi bauran promosi yang tepat. 4

23 Potensi ekowisata di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango berupa keindahan alam, gejala alam, keanekaragaman hayati, keunikan alam dan situs budaya merupakan daya tarik yang dapat ditawarkan kepada masyarakat. Upaya untuk mengenalkan ekowisata harus didukung dengan ketersediaan informasi yang akurat, komunikatif dan mudah didapat. Berbagai informasi dan atraksi ekowisata perlu ditampilkan dengan visualisasi yang menarik dalam kemasan yang sederhana dan mudah dimengerti. Promosi merupakan jalan keluar untuk masalah diatas, karena dengan promosi dapat menyampaikan informasi tentang kegiatan wisata yang ditawarkan. Untuk mengetahui strategi promosi yang tepat digunakan analisis pendekatan SWOT. Secara detail kerangka pemikiran penelitian disajikan pada Gambar 2. SUPRA&INFRA STRUKTUR PENGEMBANGAN EKOWISATA SUPPLY DEMAND Gambar 1 Konseptual pengembangan ekowisata. 5

24 TN MODEL-TN MANDIRI Supply Demand POTENSI EKOWISATA di TNGGP Pengunjung Mitra-mitra Taman Nasional Aktual Potensial Supra&Infra Struktur Kebijakan Promosi evaluasi Sarpras Analisis SWOT Strategi Promosi Ekowisata Gambar 2 Kerangka pemikiran. 6

25 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ekowisata Kegiatan wisata alam mencakup banyak kegiatan, dari kegiatan menikmati pemandangan dan kehidupan liar yang relatif pasif hingga kegiatan fisik yang menguras tenaga seperti wisata petualangan yang mengandung resiko. Kegiatan wisata alam ini dapat bersifat konsumtif atau non-konsumtif serta dapat bersifat berkelanjutan maupun tidak berkelanjutan. Hanya sedikit jenis kegiatan wisata yang memberikan sumbangan posistif terhadap upaya pelestarian alam. Jenis wisata yang sedikit inilah yang kemudian membentuk ekowisata (Goodwin, 1996). Ekowisata diperkenalkan pertama kali oleh Ceballos-Lascurain (1983) yang mendefinisikan bahwa ekowisata sebagai kunjungan ke daerah-daerah yang masih bersifat alami yang relatif masih belum terganggu dan terpolusi dengan tujuan spesifik untuk belajar, mengagumi dan menikmati pemandangan alam dengan tumbuhan satwa liarnya serta budaya (baik masa lalu maupun sekarang) yang ada ditempat tersebut. Sepuluh tahun kemudian Ceballos-Lascurain (1993) meninjau ulang batasan yang dirumuskan dengan menambahkan untuk mempromosikan konservasi, dampak negatif yang diakibatkan oleh pengunjung rendah dan masyarakat terlibat secara ekonomi dalam penyelenggaraannya. Hingga tahun 1999, Fennel (2001) mengkaji bahwa terdapat 85 batasan pengertian ekowisata yang menghasilkan definisi ekowisata dengan 6 unsur, yaitu : konservasi, edukasi, etika, pembangunan berkelanjutan, dampak dan local benefit. Pengertian baru ekowisata hasil olahan yang dikaji dari 45 pakar, terdiri dari 31 pakar mancanegara dan 14 pakar nasional, mengindikasikan bahwa ada tiga kelompok konsep ekowisata, yaitu : 1. Tahun menitikberatkan pada : mengurangi dampak negatif lingkungan, destinasi dan motivasi wisatawan.

26 2. Tahun menekankan pada : mengurangi dampak negatif lingkungan, penghasilan masyarakat lokal, perjalanan kerja yang bertanggung jawab dan budaya. 3. Tahun menitikberatkan pada : mengurangi dampak negatif lingkungan, sustainable development, dan penghasilan masyarakat lokal. (Hengky, 2006) Menurut Linberg (1993) definisi ekowisata adalah perjalanan bertanggungjawab ke wilayah-wilayah alami yang melindungi lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan penduduk setempat. Boo (1990) mendefinisikan ekowisata sebagai perjalanan wisata alam yang mendorong usaha pelestarian dan pembangunan berkelanjutan, memadukan pelestarian dengan pembangunan ekonomi dan memberikan dana yang lebih banyak untuk taman-taman, membuka lapangan kerja baru bagi penduduk setempat dan pendidikan lingkungan bagi para pengunjung. Ekowisata dapat dipandang sebagai suatu strategi baru untuk menjaga keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan yang mendorong pemeliharaan dan pemanfaatan sumberdaya alam yang sekaligus bermanfaat bagi masyarakat setempat. Dengan demikian ekowisata adalah bentuk wisata yang gejalanya terlihat dalam bentuk perjalanan yang tidak mengganggu lingkungan alam sebagai sumber apresiasi dan kekaguman (Mardjuka, 1995). Perhatian terhadap ekowisata yang semakin berkembang disebabkan karena adanya perubahan permintaan dan pilihan wisatawan dalam berwisata. Menurut Kusler (1991) fenomena ini timbul karena beberapa hal sebagai berikut : Peningkatan ketertarikan terhadap lingkungan, spesies-spesies flora dan fauna yang unik dan langka serta ciri-ciri alam lainnya Ketidakpuasan terhadap keramaian yang terjadi di pusat-pusat wisata tradisional Keinginan untuk mendapatkan pengetahuan dan pengalaman baru Adanya kepercayaan bahwa beberapa lingkungan alami yang unik di dunia akan segera mengalami kepunahan dan mereka ingin mengunjunginya bila memungkinkan 8

27 Obyek ekowisata yang diinginkan oleh ekowisatawan sangat bervariasi, dari keadaan alam yang masih sangat asli sampai yang sudah mendapat sedikit campurtangan manusia dalam bentuk pembangunan yang sederhana selaras dengan alam. Saat ini, tempat seperti ini di Indonesia hanya dapat ditemui di kawasan yang dilindungi milik negara/pemerintah. Di luar negeri kawasan seperti ini ada yang merupakan milik perorangan/swasta. Kusler (1991) menyatakan bahwa untuk pengembangan ekowisata perlu didukung oleh peningkatan sarana dan prasarana seperti jalan, penginapan, transportasi kerjasama pemerintah dengan pihak swasta serta promosi dan publikasi oleh berbagai instansi terkait Taman Nasional Undang-undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya mendefinisikan Taman Nasional sebagai kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang budidaya, pariwisata dan rekreasi. Ditjen PHPA (1986) mengemukakan bahwa prinsip-prinsip pokok pengertian taman nasional menurut IUCN adalah : 1. Kawasan taman nasional harus relatif cukup luas 2. Taman nasional harus memiliki sumberdaya alam yang khas dan unik baik berupa jenis tumbuhan atau binatang, ekosistem maupun gejala alam yang masih utuh dan alami 3. Satu atau beberapa ekosistem yang terdapat didalamnya secara materi/fisik tidak diubah oleh eksploitasi dan pendudukan manusia 4. Kebijaksanaan dan pengelolaan taman nasional berada pada badan pemerintah yang mempunyai kompetensi sepenuhnya dan bertanggungjawab atas keutuhan dan keaslian baik ekologis, geomorfologis, dan kondisi-kondisi yang bernilai estetis lainnya secara alami merupakan modal utama pembentukan taman nasional 9

28 5. Adanya kemungkinan pengembangan pariwisata sehingga dapat terbuka untuk umum dengan persyaratan khusus untuk tujuan inspirasi, edukasi, kultural dan rekreasi. MacKinnon et al. (1983) mendefinisikan taman nasional sebagai kawasan yang diperuntukkan bagi perlindungan kawasan alami dan pemandangan indah serta memiliki nilai bagi pemanfaatan ilmiah, pendidikan dan rekreasi. Fungsi utama taman nasional adalah : 1. Menjaga keseimbangan ekosistem dan melindungi sistem penyangga kehidupan 2. Melindungi keanekaragaman jenis dan mengupayakan manfaat sebagai sumber plasma nutfah 3. Menyediakan sarana penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan, pendidikan dan latihan 4. Memenuhi kebutuhan sarana wisata alam dan melestarikan budaya setempat 5. Merupakan bagian dari pengembangan daerah setempat Pengembangan pariwisata di taman nasional saat ini lebih dimaksudkan sebagai upaya mendukung misi konservasi hutan berikut keanekaragaman hayatinya. Pengembangan pariwisata hutan juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ekonomi masyarakat lokal yang berdiam di dalam dan sekitar kawasan. Dalam Pedoman Pengembangan Pariwisata Alam di Taman Nasional (Departemen Kehutanan, 2001) disebutkan bahwa pengembangan wisata alam di taman nasional terkait dengan sektor lainnya sehingga untuk menjamin kesinambungan pemanfaatan taman nasional untuk pariwisata para pengelola taman nasional diharapkan dapat membangun jejaring kerja maupun mempromosikan obyek daerah tujuan wisata alam. Pihak-pihak terkait tersebut adalah biro perjalanan wisata, tour operator, perhotelan dan sebagainya. Selain itu perlu juga mengidentifikasi peran dari pihak terkait dalam pelaksanaan pemanfaatan obyek wisata alam Strategi Strategi merupakan alat untuk mencapai tujuan. Definisi strategi pertama kali dikemukakan oleh Chandler pada tahun 1996, menyebutkan bahwa strategi 10

29 merupakan alat untuk mencapai tujuan perusahaan dalam kaitannya dengan tujuan jangka panjang, program tindak lanjut, serta prioritas alokasi sumberdaya. Learned et al. (1965) dalam Rangkuti (2006) mendefinisikan strategi merupakan alat untuk menciptakan keunggulan bersaing. Dengan demikian salah satu fokus strategi adalah memutuskan apakah bisnis tersebut harus ada atau tidak ada. Argyris (1985), Mintzberg (1979), Steiner dan Miner (1997) dalam Rangkuti (2006) menyatakan bahwa strategi adalah respon secara terus menerus maupun adaptif terhadap peluang dan ancaman eksternal serta kekuatan dan kelemahan internal yang dapat mempengaruhi organisasi Promosi Promosi merupakan bagian dari bauran pemasaran (Marketing Mix). Menurut Kotler (1997) bauran pemasaran merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan untuk mencapai sasaran pemasaran. Alat-alat pemasaran dalam bauran pemasaran dikenal sebagai 4P, yaitu promosi (promotion), produk (product), harga (price) dan tempat (place). Pada Gambar 3 dapat dilihat struktur bauran pemasaran menurut Cooper et al. (1990). Produk Harga Promosi Tempat Bauran Pemasaran Gambar 3 Bauran pemasaran. Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk mendapat perhatian, dimiliki atau digunakan yang dapat memuaskan keinginan atau kebutuhan. Reime & Hawkins (1997) dalam Heath et al. (1992) menyatakan bahwa dalam bidang wisata yang dimaksud produk adalah total spektrum dari berbagai 11

30 pengalaman, akomodasi, sumberdaya alam dan sumber daya lainnya, pertunjukkan, transportasi, makanan dan minuman, rekreasi serta daya tarik lainnya. Baud-Bovy (1982) dalam Heath (1992) menyatakan bahwa produk wisata adalah keseluruhan dari berbagai fasilitas dan pelayanan wisata disuatu daerah tertentu yang dimanfaatkan oleh wisatawan. Komponennya adalah sumberdaya daerah tujuan, fasilitas dan transport dari rumah ke tempat tujuan. Komponen lain dari bauran pemasaran adalah harga. Tapi dalam bidang wisata tidak selalu harga yang lebih tinggi akan mengurangi jumlah permintaan karena ada wisatawan yang lebih mempertimbangkan aspek lain dari bauran pemasaran selain harga. Banyak wisatawan yang mau membayar lebih untuk wisata yang berkualitas. Unsur tempat dalam promosi bahwa tempat yang disediaan oleh penjual akan dipandang sebagai kemudahan memperoleh produk yang dibutuhkan pembeli. Komponen lain dalam bauran pemasaran adalah promosi. Kotler (1997) menjelaskan bahwa promosi merupakan usaha pengkomunikasian informasi dari produsen kepada konsumen sedemukian rupa agar menarik minat konsumen untuk membeli barang atau jasa yang ditawarkan produsen atau penjual. Konsumen tidak akan membeli suatu produk/jasa apabila mereka tidak pernah mendengar atau mengalami tertang produk/jasa tersebut (Carthy, 1981). Adapun kedudukan promosi dalam sistem pemasaran dapat dilihat pada Gambar 4. Riset Pemasaran Konsumen Tanggapan (waktu/usaha) Konsumen Komunikasi Tanggapan Produk Produsen Bauran pemasaran yang ditawarkan Promosi Harga Distribusi Gambar 4 Kedudukan promosi dalam sistem pemasaran. 12

31 Fungsi promosi dalam strategi pemasaran terutama untuk mendorong transaksi. Menurut Luck dan Ferrel (1985) dalam Heath (1992) promosi mendorong pembeli dalam hal ini wisatawan pada suatu keputusan dengan memberikan aliran informasi yang dapat mempengaruhi pembeli. Dalam bidang pariwisata promosi juga berfungsi untuk membina hubungan yang efektif dengan para konsumen agar mereka memiliki kesadaran dan pengetahuan tentang keberadaan suatu produk wisata. Promosi dapat mengembangkan nilai positif dari suatu produk wisata sehingga harga menjadi inelastis yang berarti produk lebih dapat bertahan terhadap kenaikan harga dan tidak perlu khawatir untuk menaikkan harga. Cooper et al. (1999) menggambarkan pengaruh promosi terhadap permintaan seperti tampak pada Gambar 5. harga harga P1 P1 Q1 Q2 kuantitas Q2 Q3 kuantitas Permintaan meningkat dengan semakin banyaknya perhatian Permintaan menjadi semakin inelastis karena perbaikan imej Gambar 5 Pengaruh promosi terhadap permintaan Menurut Heath (1992) tujuan promosi wisata adalah : 1. Menarik turis ke kawasan wisata 2. Menjaga nilai kawasan sebagai daerah tujuan wisata 3. Menyampaikan informasi tentang kegiatan wisata yang ditawarkan 4. Membangun unit bisnis wisata yang saling mendukung 5. Memperbaiki informasi tidak tepat/tidak lengkap tentang kegiatan wisata yang ditawarkan 13

32 Istilah strategi bauran yang dikenal dalam promosi merupakan metode kegiatan komunikasi yang digunakan perusahaan agar seseorang mau melakukan kegiatan pembelian atau pertukaran dalam pemasaran. Cooper et al. (1999) menyatakan terdapat empat komponen dalam bauran promosi yaitu : a. Periklanan Periklanan merupakan suatu cara yang tepat untuk memberitakan hasil produk kepada konsumen yang sama sekali belum mereka kenal, dengan tujuan menginformasikan, membujuk atau mengingatkan. Menurut Yoeti (1996), periklanan adalah setiap bentuk penyajian yang sifatnya tidak pribadi dan promosi daripada barang-barang dan jasa yang dipungut bayaran oleh sponsor. Tujuan periklanan dalam pemasaran jasa adalah untuk membangun kesadaran terhadap keberadaan jasa yang ditawarkan, untuk menambah pengetahuan konsumen tentang jasa yang ditawarkan, untuk membujuk calon customer untuk membeli atau menggunakan jasa tersebut, dan untuk membedakan diri perusahaan satu dengan perusahaan lain yang mendukung posisi jasa (Kotler, 1997). b. Promosi Penjualan Menurut Kotler (1997), promosi penjualan terdiri dari kumpulan kiat intensif yang beragam, kebanyakan berjangka pendek, yang dirancang untuk mendorong pembelian suatu produk/jasa tertentu yang lebih cepat dan lebih besar oleh konsumen. Promosi penjualan merupakan semua kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan arus barang atau jasa dari produsen sampai pada penjualan akhirnya. Kiat promosi penjualan bagi konsumen dimaksudkan untuk mendorong pembelian yang lebih besar, sedang bagi tenaga penjualan untuk mendorong dukungan terhadap produk/jasa yang baru, dan mendorong lebih banyak lagi calon pelanggan. c. Penjualan Pribadi Penjualan pribadi adalah interaksi antar individu, saling bertemu muka yang ditujukan untuk menciptakan, memperbaiki, menguasai atau mempertahankan hubungan pertukaran yang saling menguntungkan dengan pihak lain (Swastha, 1981). Sifat penjualan pribadi dapat dikatakan lebih luwes karena tenaga penjual 14

33 dapat secara langsung menyesuaikan penawaran penjualan dengan kebutuhan dan perilaku masing-masing calon pembeli. Selain itu, tenaga penjual juga dapat segera mengetahui reaksi calon pembeli terhadap penawaran penjualan, sehingga dapat mengadakan penyesuaian-penyesuaian di tempat pada saat itu juga. Penjualan pribadi mengharapkan terciptanya suatu kedekatan antara perusahaan dengan pembeli sehingga perusahaan akan lebih mudah untuk menawarkan produk/jasa. d. Hubungan masyarakat Perusahaan tidak hanya harus berhubungan secara konstruktif dengan pelanggan, pemasok dan penyalur, tetapi juga harus berhubungan dengan kumpulan kepentingan masyarakat yang besar. Hubungan masyarakat adalah berbagai program yang dirancang untuk mempromosikan dan atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya, berhubungan dengan komunikasi massa, tanpa dipungut biaya atau diidentifikasikan sebagai bagian dari sponsor tertentu (Ray, 1982). Tabel 1 menyajikan bentuk media dari setiap komponen bauran promosi. Tabel 1 Bentuk media dari setiap komponen bauran promosi Periklanan 1. Iklan cetak dan penyiaran 2. Brosur dan buku kecil 3. Poster dan selebaran 4. Billboard 5. Materi Audio Visual Sumber : Cooper et al., 1999 Promosi Penjualan 1. Pameran 2. Potongan harga 3. Hiburan Hubungan Masyarakat 1. Seminar 2. Ceramah 3. Siaran Pers 4. Laporan Tahunan 5. Publikasi 6. Media Indonesia Penjualan Secara Pribadi 1. Presentasi Penjualan 2. Katalog 3. Pemasaran lewat telepon Internet Masing-masing komponen memiliki kelebihan dan kekurangan, sehingga untuk keberhasilan pemasaran produk harus dicari kombinasi yang tepat dari keempat komponen tersebut. Hal tersebut digambarkan oleh Cooper et al. (1999) pada Gambar 6. 15

34 Efektivitas iklan Penjualan secara pribadi Promosi penjualan Hubungan masyarakat tahu faham yakin tindakan Gambar 6 Efektivitas dari setiap komponen bauran promosi Penyusunan strategi promosi atau bentuk bauran promosi yang tepat harus memperhatikan faktor-faktor yang dapat berpengaruh dalam pemilihan strategi atau bentuk bauran tersebut. Menurut Stanton (1993) dan Kotler (1997) beberapa faktor yang mempengaruhi strategi bauran promosi adalah sebagai berikut : 1. Jumlah dana yang tersedia Perusahaan yang memiliki dana besar kegiatan promosinya dapat lebih efektif dibanding perusahaan yang sumber dananya terbatas 2. Karakteristik produk Produk wisata adalah segala sesuatu yang diperlukan oleh wisatawan sejak meninggalkan tempat tinggalnya untuk berwisata sampai kembali ke tempat tinggalnya. Unsur-unsur produk wisata dapat berupa barang maupun jasa. 3. Karakteristik pasar Karakteristik pasar sangat berpengaruh dalam penyusunan bauran promosi melalui empat hal, yaitu luas geografi pasar, konsentrasi pasar, jumlah jenis pembeli potensial dan jenis pelanggan. 4. Pelanggan Terdapat dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : 16

35 a. Strategi yang ingin digunakan merupakan strategi mendorong atau menarik. Strategi mendorong menggunakan wiraniaga dan promosi penjualan untuk melewati saluran-saluran, sedang strategi menarik menggunakan banyak dana untuk periklanan dan promosi kepada konsumen. b. Tahap kesiapan membeli. Strategi promosi bervariasi dalam efektivitas biaya pada tahap-tahap kesiapan pembelian yang berbeda. Pada tahap kesadaran atau tahap awal proses keputusan, periklanan dan publisitas memegang peranan penting. Pada tahap pemesanan/pembelian, penjualan pribadi dan promosi penjualan lebih penting daripada periklanan dan publisitas. 5. Pesaing Strategi promosi ditentukan dengan mempertimbangkan kegiatan promosi yang dilakukan pesaing juga menyesuaikan dengan tingkat persaingan yang ada dalam industri tersebut. 6. Tahap daur hidup produk Pada tahap perkenalan, iklan dan publisitas memiliki efektivitas biaya yang tinggi, diikuti promosi perkenalan dan promosi langsung. Pada tahap pertumbuhan, semua komponen bauran promosi dapat diperlambat karena promosi akan berjalan dari mulut ke mulut. Pada tahap dewasa, promosi pengenalan, periklanan dan promosi langsung menjadi semakin bertambah penting secara berturut-turut. Sedang pada tahap kemunduran, promosi pengenalan harus diperkuat sedang iklan dan publisitas dikurangi. 7. Bauran pemasaran Produk/jasa dengan harga yang tinggi pada umumnya dapat diidentikkan dengan pelayanan yang baik, dengan demikian promosi yang tepat adalah melalui periklanan. Dalam sistem pendistribusian langsung maka penggunaan promosi langsung merupakan hal yang tepat. Apabila saluran distribusinya panjang maka dalam berpromosi diperlukan iklan. Heath (1992) mengemukakan bahwa dalam mengembangkan strategi promosi wisata langkah-langkahnya adalah sebagai berikut : 1. Mengenali sasaran yang menjadi target 17

36 2. Mengenali tujuan promosi 3. Memperkirakan dana yang diperlukan untuk promosi 4. Memperkirakan bauran promosi dengan mempertimbangkan beberapa faktor yaitu faktor produk, faktor pasar, faktor wisatawan, faktor biaya, faktor bauran pemasaran Segmentasi Pasar Pemasaran produk wisata sangat didasarkan pada pemahaman bahwa secara keseluruhan pangsa pasar adalah tersegmentasi. Segmentasi pasar merupakan konsep pokok yang mendasari strategi pemasaran suatu produk dan alokasi sumberdaya yang harus dilakukan dalam rangka mengimplementasikan program dan strategi pemasaran (Chandra, 2000). Sebuah produk wisata akan memiliki keunggulan kompetitif jika produk wisata tersebut menawarkan atribut-atribut determinan (yang penting dan dinilai unik oleh pasar/pengunjung). Untuk itu langkah pertama yang harus dilakukan adalah melakukan analisis segmentasi pasar. Menurut Irawan (1996), segmentasi pasar adalah tindakan membagi pasar menjadi lebih homogen hingga relatif mempunyai kebutuhan dan keinginan yang sama, dan mengelompokkan menjadi beberapa bagian yaitu : 1. Segmentasi pasar berdasarkan aspek demografis yaitu membagi pasar ke dalam kelompok-kelompok yang didasarkan pada variabel-variabel demografis seperti umur, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, pekerjaan dan agama. 2. Segmentasi pasar berdasarkan aspek geografis yaitu membagi pasar menjadi unit-unit geografis, misalnya negara, propinsi, kabupaten, kota, dsb. 3. Segmentasi pasar berdasarkan aspek psikografis yaitu membagi pasar menurut gaya hidup, ciri kepribadian yang meliputi motivasi, frekuensi kunjungan dan bentuk kunjungan wisatawan Produk Wisata Pengertian produk adalah mencakup segala sesuatu yang dapat diberikan kepada seseorang guna memuaskan suatu kebutuhan atau keinginan. Biasanya, kata 18

37 produk menunjukkan suatu pengertian yang berkaitan dengan obyek fisik yang nyata dan biasanya kita menggunakan istilah produk dan jasa untuk membedakan antara benda nyata dengan obyek yang tidak berwujud. Obyek fisik merupakan alat untuk memberikan jasa (Kotler, 1997). Menurut Kotler (1997), produk wisata adalah sesuatu yang dapat ditawarkan kepada pasar agar orang tertarik perhatiannya, ingin memiliki, memanfaatkan dan mengkonsumsi untuk memenuhi keinginan dan mendapatkan kepuasan. Produk juga merupakan suatu rangkaian jasa yang juga mempunyai segi-segi yang bersifat sosial psikologis dan alam (Suwantoro, 1997). Produk wisata bukanlah suatu produk yang nyata. Pada dasarnya produk wisata meliputi 3 (tiga) unsur yaitu alam, budaya, serta buatan. Produk wisata juga merupakan gabungan dari berbagai komponen seperti (Suwantoro, 1997) : 1) Atraksi suatu daerah tujuan wisata 2) Fasilitas yang tersedia 3) Aksesibilitas ke dan dari tujuan wisata Menurut Suwantoro (1997) dan Suyitno (1999), ciri-ciri dari suatu produk wisata yang khas yang membedakan dengan produk pada umumnya adalah : 1) Hasil atau produk wisata tidak dapat dipindahkan. 2) Melibatkan konsumen (wisatawan) dalam proses produksinya. 3) Proses produksi dan konsumsi terjadi pada waktu dan tempat yang sama. 4) Produk wisata tidak menggunakan standar ukuran fisik atau tidak memiliki ukuran kuantitatif 5) Tidak berwujud atau intangible 6) Tidak tahan lama dan mudah kadaluwarsa (perishable) 7) Tidak dapat disimpan (unstorable) 8) Hasil atau produk wisata banyak tergantung pada tenaga manusia dan hanya sedikit yang menggunakan mesin. 9) Produk wisata merupakan usaha yang mengandung resiko besar Seringkali orang dibuat bingung untuk membedakan antara atraksi, kegiatan, pelayanan dan produk. Padahal menurut Kohl (2003), pada prinsipnya produk wisata 19

38 mengandung elemen dasar berupa atraksi, akses, kegiatan, pelayanan, SDM yang telah terlatih dan promosi. Atraksi yang dimaksud dapat berupa : 1. Estetika-geofisik, seperti : pegunungan, pemandangan, air terjun, formasi awan yang unik, kegiatan vulkano, formasi batu-batuan atau geologi, dsb. 2. Ekological-biological, seperti berbagai jenis makhluk hidup, bagian-bagiannya, behaviour-nya, dsb. 3. Sejarah-budaya, seperti konstruksi masyarakatnya, kehidupan budayanya, ceritacerita rakyat atau mitos, dsb. 4. Rekreasional. Hal ini mencakup berbagai atraksi yang dibangun oleh manusia untuk tujuan entertaiment, seperti museum, teater, kebun binatang, shopping mall, dsb. Namun sumberdaya ini lebih disarankan untuk lokasi di luar kawasan konservasi bukan diareal kawasan konservasi. Sedangkan menurut Medlik dalam Spillane (2000), produk wisata terdiri dari atraksi wisata di daerah tujuan, fasilitas yang tersedia dan kemudahan-kemudahan pencapaian daerah tujuan wisata dari pasar-pasar sumber wisatawan Wisatawan Menurut Lindberg (1991) dalam Fennel 1999, ekowisatawan dikelompokkan menjadi 4 atas dasar klasifikasi yang lebih menekankan pada dedikasi, waktu, apa yang diinginkan ekowisatawan dari perjalanan ekowisata, kemana dan dengan cara apa mereka melakukan perjalanan. Keempat tipe dasar ekowisata tersebut adalah : 1) Hard-core nature tourists (ekowisatawan kelas berat) : yaitu ilmuwan, peneliti, atau peserta program perjalanan yang dirancang untuk pendidikan, pembersihan sampah, atau tujuan lain yang hampir sama. 2) Dedicated nature tourists (ekowisatawan berdedikasi) : orang-orang yang melakukan perjalanan khusus untuk melihat kawasan perlindungan dan yang ingin memahami alam dan budaya lokal. 3) Mainstream nature tourists (ekowisatawan utama) : orang-orang yang mengunjungi tempat tertentu seperti Amazon, atau tujuan lain dengan maksud untuk mengalami perjalanan yang tidak umum. 20

39 4) Casual nature tourists (ekowisatawan biasa) : orang yang mendapatkan pengalaman dengan alam hanya karena menjadi bagian dari perjalanannya yang lebih luas. 21

40 III. METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Waktu yang diperlukan untuk penelitian ini adalah 3 bulan, yaitu bulan Februari-April Batasan Penelitian Wisata yang dikembangkan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango merupakan jenis wisata yang sesuai dengan Peratuan Pemerintah No.18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya dan Taman Wisata Alam dan pengelolaannya diarahkan kepada wisata berkelanjutan (sustainable tourism). Jenis wisata yang ada di TNGGP terdiri dari dua yaitu wisata alam massal dan wisata minat khusus (ekowisata). Wisata yang dimaksud dalam penelitian ini adalah wisata minat khusus yaitu ekowisata Metode Pengumpulan Data Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode non experimental yaitu deskriptif eksploratif, pengamatan lapangan (observasi) dan studi pustaka guna mengumpulkan data yang diperlukan. Data yang dihimpun meliputi data primer dan data sekunder. Jenis data primer dan sekunder secara terperinci dapat dilihat pada Tabel 2 & Tabel 3.

41 Tabel 2 Jenis data primer yang digunakan dalam penelitian Data - Parameter 1 Program-program kegiatan promosi ekowisata yang sudah dan akan dilaksanakan oleh pengelola TNGGP Keterangan (Sumber Informasi) Pengelola TNGGP dan observasi lapangan Metode Pengumpulan Panduan wawancara 2 Permasalahan promosi yang dihadapi dan solusi yang telah diupayakan Pengelola dan lapangan TNGGP observasi Panduan wawancara 3 Persepsi pengunjung terhadap : - Upaya promosi ekowisata - Sarana dan prasarana ekowisata 4 Persepsi mitra-mitra taman nasional terhadap upaya promosi 5 Potensi ekowisata yang dimiliki TNGGP sebagai modal dalam kegiatan pengembangan kegiatan promosi Observasi lapangan dan pengisian kuisioner Observasi lapangan Pengelola TNGGP dan observasi lapangan Panduan Wawancara Pengjng aktual : 100 Pengunjung potensial : 30 Wawancara langsung pada kegiatan wisata Panduan wawancara 6 Kebijakan pengelolaan ekowisata di TNGGP Pengelola TNGGP dan instansi terkait 7 Keberadaan promosi dan kendala-kendala Pengelola TNGGP yang dihadapi Panduan wawancara Studi pustaka 8 Identifikasi exiting mitra TNGGP Pengelola TNGGP Studi Pustaka Tabel 3 Jenis data sekunder yang digunakan dalam penelitian Data Sekunder 1. Keadaan umum kawasan TNGGP, yang terdiri dari letak, luas wilayah, status kawasan, kondisi iklim, curah hujan, suhu, topografi dan tanah. Keterangan (Sumber Informasi) Pengelola TNGGP Metode Pengumpulan Studi pustaka 2. Kondisi biologis, terdiri : data flora dan fauna Pengelola TNGGP, hasil penelitian terdahulu Studi pustaka 3. Pengelolaan ekowisata di TNGGP terdiri : pelayanan yang diberikan, kebijakan yang berlaku, jumlah pegawai, kualitas SDM, fasilitas, sarana dan prasarana, bagan organisasi, dll. 4. Aksesibilitas meliputi : jarak tempuh, penggunaan alternatif kendaraan, kondisi jalan 5. Jumlah pengunjung dan fluktuasi pengunjung 6 (lima) tahun terakhir 6. Rencana pengembangan ekowisata yang akan dilakukan Pengelola TNGGP Pengelola TNGGP Pengelola TNGGP Pengelola TNGGP Studi pustaka Studi pustaka Studi pustaka Studi pustaka 23

42 3.4. Tahapan Penelitian Ada beberapa tahap penelitian yang dilakukan yaitu : Tahap pemilihan responden dan nara sumber Pemilihan responden Pengambilan sampel responden pengunjung dilakukan dengan purposive sampling. Pengambilan secara purposive ini diartikan sebagai pengambilan responden sesuai dengan keadaan yang dikehendaki (Nazir, 1983). Jumlah responden terdiri dari pengunjung aktual sebanyak 100 (seratus) orang dan pengunjung potensial sebanyak 30 (tiga puluh) orang. Pengunjung aktual adalah pengunjung yang saat penelitian dilaksanakan sedang berada atau berwisata di TNGGP dan diasumsikan sebagai ekoturis. Pengambilan data dari pengunjung aktual dilakukan di tiga pintu masuk Cibodas sebagai pintu utama 60 (enam puluh) responden, pintu masuk Bodogol 25 (dua puluh lima), pintu masuk Gunung Puteri 15 (lima belas) responden. Pengambilan data ini didasarkan pada jumlah pengunjung yang masuk di masing-masing pintu dimana sebagian besar masuk dari pintu utama Cibodas sehingga proporsi sampel terbesar diambil pada pengunjung yang masuk dan atau turun lewat pintu Cibodas. Pengunjung potensial adalah pengunjung yang saat penelitian dilaksanakan tidak berada atau tidak berwisata di TNGGP akan tetapi berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata ke TNGGP. Pengambilan data pengunjung potensial ini dilakukan pada kelompok-kelompok yang berpotensi atau yang menjadi segmen pasar ekowisata seperti peneliti, anak sekolah, mahasiswa, PNS, pegawai swasta, pecinta alam Narasumber. Nara sumber dalam penelitian ini adalah pihak-pihak yang berkompeten mengetahui lebih banyak terhadap promosi kegiatan ekowisata. Adapun narasumber dalam penelitian ini adalah pengelola kawasan (Balai Besar TNGGP), Biro Perjalanan Wisata, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Barat, Pemda Bogor, Pemda Cianjur dan Pemda Sukabumi 24

43 Mitra-mitra TNGGP Pengumpulan data dari mitra-mitra TNGGP dilakukan pada kegiatankegiatan wisata dengan melakukan wawancara. Mitra-mitra yang dimaksud antara lain Departemen Perhubungan, Pengelola Bandara, Pengelola Maskapai Penerbangan, Biro Perjalanan Wisata, Pengusaha Hotel dan Wartawan Tahap pengumpulan data Pengumpulan data primer dilakukan dengan melalui pengamatan langsung dilapangan dan wawancara mendalam. Sedangkan data sekunder diperoleh melalui studi pustaka, publikasi ilmiah, perundang-undangan dan bentuk publikasi lainnya yang terkait dengan penelitian. Pada tahap ini diharapkan diperoleh data yang terkait dengan kegiatan-kegiatan promosi ekowisata yang telah dilakukan. Sedangkan untuk tahapan pengumpulan data dari narasumber maupun pengunjung dilakukan melalui proses wawancara mendalam. Pengambilan data melalui wawancara ini didasarkan pada alasan bahwa peneliti dapat menggali informasi selengkap mungkin, baik yang tampak maupun tersembunyi. Wawancara merupakan proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara penanya dengan si penjawab, dengan menggunakan alat yang dinamakan panduan wawancara. Panduan wawancara akan merujuk pada obyek penelitian. Metode yang dipilih merupakan wawancara terstruktur dengan menetapkan panduan mengenai aspekaspek yang diperlukan dengan membatasi skope dan memperluas pertanyaan. Data yang diambil dari pengunjung meliputi : data sosiodemografi (asal kota, umur, pendidikan, pekerjaan, frekuensi kunjungan dan sumber informasi wisata) serta data psikografi pengunjung (persepsi pengunjung terhadap kondisi fasilitas wisata dan kegiatan pengelolaan, saran-saran pengunjung terhadap pengembangan obyek wisata serta bentuk pengembangan kegiatan promosi ekowisata yang diinginkan) Pengolahan data Data yang telah dikumpulkan diolah dengan menggunakan metode analisa deskriptif yaitu mentrasformasikan data mentah ke dalam bentuk data yang mudah 25

44 dimengerti dan ditafsirkan, serta menyusun, memanipulasi dan menyajikan supaya menjadi suatu informasi (Kusmayadi & Sugiarto 2000 : 179). Selain metode analisis deskriptif juga digunakan metode pendekatan analisis SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat) untuk menentukan strategi promosi Analisis Data Data yang diperoleh diolah dengan cara tabulasi data dan kemudian dianalisis sesuai dengan jenis data dan tujuan penelitian. Analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut : Analisis potensi ekowisata yang perlu untuk dipromosikan Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi dan mendeskripsikan obyekobyek wisata pada tiap pintu, kemudian mengelompokkan jenis wisata menjadi dua yaitu wisata massal dan wisata minat khusus. Langkah selanjutnya adalah membuat suatu pengembangan obyek-obyek wisata yang belum dikembangkan oleh TNGGP untuk dijadikan wisata minat khusus Analisis Pengunjung Analisis dilakukan terhadap karakteristik pengunjung serta saran-saran mereka kegiatan promosi ekowisata di TNGGP. Data yang diperoleh dari pengunjung ini kemudian dibuat dalam bentuk tabulasi dan diuraikan secara deskriptif, sehingga diperoleh hasil akhir berupa bahan pemikiran untuk pengembangan kegiatan promosi ekowisata di TNGGP Analisis mitra-mitra TNGGP Analisis terhadap mitra-mitra TNGGP adalah analisis terhadap keberadaan dan peranserta mitra terhadap promosi ekowisata Sintesis Menurut Eriyatno (2007) sintesis pada intinya merupakan suatu cara berpikir suatu sikap, suatu pendekatan, cara untuk melakukan yang diikuti dengan tindakan untuk mencapai sasaran akhir, untuk menghasilkan materi/substansi. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan pendekatan sistem yang mempunyai karakteristik integrasi, interdisiplin, saling terkait, imajinatif dan menyeluruh. Tahap ini merupakan tahap penggabungan antara potensi sumber daya yang tersedia (supply), kebutuhan/keinginan (demand) pengunjung serta kebijakan 26

45 pemerintah baik kebijakan di tingkat regional maupun nasional (supra dan infra struktur) Analisis strategi pengembangan Untuk merumuskan arahan strategi pengembangan promosi ekowisata digunakan pendekatan SWOT. Menurut Rangkuti (2000), analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strenghts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan ancaman (threats). Analisis SWOT membandingkan antara faktor eksternal peluang dan ancaman dengan faktor internal kekuatan dan kelemahan sehingga dari analisis tersebut dapat diambil suatu keputusan strategi. Adapun matriks SWOT disajikan pada Tabel 4. Tabel 4 Matriks SWOT Faktor Eksternal Kekuatan (strenghts) Faktor Internal Kelemahan (weaknesses) Peluang (opportunities) SO WO Ancaman (threaths) ST WT Dalam analisis SWOT, Rangkuti (2000) menggunakan matriks yang akan menghasilkan 4 (empat) set kemungkinan alternatif dari suatu strategi, yaitu ; Strategi SO : Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mendapatkan peluang yang sebesar-besarnya Strategi ST : Menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk mengatasi ancaman yang mungkin timbul. Strategi WO : Berusaha mendapatkan keuntungan dan kesempatan yang ada dengan meminimalkan kelemahan yang ada Strategi WT : Berusaha meminimalkan kelemahan yang ada dan menghindari ancaman 27

46 Faktor internal yang mempunyai kekuatan terhadap promosi ekowisata di TNGGP dan kelemahannya akan dikaji di lapangan, begitu pula dengan faktor eksternal (peluang dan ancaman) yang mempengaruhi kegiatan promosi. Selanjutnya dari analisis ini diperoleh suatu strategi pengembangan promosi yang sesuai dengan harapan untuk mendukung konservasi kawasan dan mendukung kesejahteraan masyarakat lokal secara berkelanjutan. Formulasi strategi ini disusun berdasarkan analisis yang diperoleh dari penerapan model SWOT dengan tahapan sebagai berikut : a. Penentuan faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) didalam kegiatan promosi ekowisata b. Penentuan faktor-faktor eksternal (peluang dan ancaman) didalam kegiatan promosi ekowisata c. Perumusan alternatif strategi pengembangan promosi ekowisata Untuk pengisian tabel, baik tabel internal maupun tabel eksternal (Tabel 5 dan Tabel 6) dapat dilakukan dengan tahapan sebagai berikut : a. Melakukan pengisian didalam kolom 1 (berbagai peluang dan ancaman atau kekuatan dan kelemahan) b. Melakukan pembobotan pada kolom 2, dengan skala mulai dari 1.0 (paling penting) sampai 0.0 (tidak penting). Semua bobot jumlahnya tidak boleh melebihi skor total c. Melakukan penetapan skor (scooring) pada kolom 3, dimulai dari nilai 0-4 d. Pada kolom 4 akan diperoleh nilai tertimbang yang merupakan hasil perkalian nilai dengan bobot. e. Memberikan komentar atau catatan pada kolom 5 mengenai alasan dipilihnya faktor tersebut. f. Melakukan penjumlahan nilai tertimbang yang ada didalam kolom 4, sehingga akan diperoleh total nilai tertimbang. Nilai tertimbang akan menunjukkan seberapa besarnya nilai eksternal dan internal dan nantinya nilai tersebut akan digunakan didalam Matriks Grand Strategy (Gambar 7). Matriks Grand Strategy digunakan untuk menentukan apakah pihak 28

47 yang berkepentingan (pengelola) akan memanfaatkan posisi yang kuat atau mengatasi kendala yang ada. Tabel 5 Rangkuman matriks internal Faktor Internal Bobot Skor Nilai Keterangan Tertimbang Kekuatan 2. Kelemahan Jumlah Tabel 6 Rangkuman matriks eksternal Faktor Eksternal Bobot Skor Nilai Keterangan Tertimbang Peluang 2. Ancaman Jumlah Berbagai Peluang Sel 2 Sel 1 Kelemahan Internal Kekuatan Internal Sel 3 Sel 4 Berbagai Ancaman Gambar 7 Model matriks Grand Strategy. 29

48 Makna masing-masing sel dalam konteks pengembangan ekowisata adalah sebagai berikut : a. Sel I : Growth (pertumbuhan) Strategi pertumbuhan didesain untuk mencapai pertumbuhan, baik dalam penjualan, asset, profit atau kombinasi ketiganya (Freddy Rangkuti, 2001:43). Pertumbuhan dalam ekowisata adalah pertumbuhan jumlah kunjungan wisatawan (frekuensi kunjungan dan asal daerah wisatawan), asset (objek dan daya tarik wisata, prasarana dan sarana pendukung), pendapatan (retribusi masuk dan jumlah yang dibelanjakan). Pertumbuhan dalam ekowisata terbagi dua, yaitu : Rapid Growth Strategy (strategi pertumbuhan cepat), adalah strategi meningkatkan laju pertumbuhan kunjungan wisatawan dengan waktu lebih cepat (tahun ke 2 lebih besar dari tahun ke 1 dan selanjutnya), peningkatan kualitas yang menjadi faktor kekuatan untuk memaksimalkan pemanfaatkan semua peluang. Stable Growth Strategy (strategi pertumbuhan stabil), adalah strategi mempertahankan pertumbuhan yang ada (kenaikan yang stabil, jangan sampai turun). b. Sel II : Stability (Stabilitas) Strategi stabilitas adalah strategi konsolidasi untuk mengurangi kelemahan yang ada, dan mempertahankan pangsa pasar yang sudah dicapai (oka A. Yoeti, 1996:144). Stabilitas diarahkan untuk mempertahankan suatu keadaan dengan berupaya memanfaatkan peluang dan memperbaiki kelemahan. Strategi stabilitas terbagi dua, yaitu : Agressive Maintenance strategy (strategi perbaikan agresif), adalah strategi konsolidasi internal dengan mengadakan perbaikan-perbaikan berbagai bidang. Perbaikan faktor-faktor kelemahan untuk memaksimalkan pemanfaatan peluang Selective Maintenance strategy (strategi perbaikan pilihan), adalah strategi konsolidasi internal dengan melakukan perbaikan pada sesuatu yang menjadi kelemahan. Memaksimalkan perbaikan faktor-faktor kelemahan untuk memanfaatkan peluang. 30

49 c. Sel III : Survival (Bertahan) Turn around strategy (strategi memutar balik), adalah strategi yang membalikkan kecenderungan-kecenderungan negatif sekarang, yang paling umum tertuju pada pengelolaan. Guirelle strategy (strategi merubah fungsi), adalah strategi merubah fungsi yang dimiliki dengan fungsi lain yang bener-benar berbeda. d. Sel IV : Diversifikasi Strategi penganekaragaman adalah strategi yang membuat keanekaragaman terhadap objek dan daya tarik wisata dan mendapatkan dana investasi dari pihak luar. Strategi penganekaragaman dibagi dua, yaitu : Diversifikasi concentric strategy (strategi diversifikasi konsentrik), adalah diversifikasi objek dan daya tarik wisata sehingga dapat meminimalisir ancaman. Diversifikasi conglomerate strategy (strategi diversifikasi konglomerat), adalah memasukkan investor untuk mendanai diversikasi yang mempertimbangkan laba. 31

50 IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Sejarah dan Status Kawasan Pemeritah Hindia Belanda pada tahun 1889 menetapkan Kebun Raya Cibodas dan areal hutan diatasnya seluas 240 ha sebagai contoh flora pegunungan pulau jawa sekaligus sebagai cagar alam. Kemudian dengan SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda Nomor 33 tanggal 11 Juni 1919 kawasan tersebut diperluas hingga areal hutan di sekitar air terjun Cibeureum. Kemudian berdasarkan SK Gubernur Jenderal 11 Juli 1919 kawasan ini bertambah luas dengan penambahan hutan lindung di lereng Gunung Gede Pangrango di sekitar desa Cimungkat seluas 56 ha. Berikutnya melalui SK Gubernur Jenderal Hindia Belanda No.7 tanggal 5 Januari 1925 kawasan puncak Gunung Gede Pangrango, Gunung Gemuruh, Gunung Pangrango, daerah sungai Cibodas, dan sungai Ciwalen yang keseluruhannya meliputi 1040 ha ditetapkan sebagai cagar alam. Pada akhirnya pada tanggal 6 Maret 1980 Menteri Pertanian melaui SK Menteri Pertanian No. 736/Mentan/X/1982 menetapkan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dengan luas ha meliputi cagar alam Cibodas, cagar alam Cimungkat, cagar alam Gunung Gede Pangrango dan areal hutan alam dilerengnya serta Taman Hutan Wisata Situ Gunung. Untuk meningkatkan luas kawasan konservasi, pada tahun 2003 melalui SK Menteri Kehutanan No. 174/KPTS-II/2003 dilakukan perluasan dari ha menjadi ha. Perluasan dilakukan mengingat kawasan disekitar TNGGP merupakan habitat dan daerah jelajah beberapa jenis satwa langka dan dilindungi seperti Surili, Owa jawa, Macan Tutul dan beberapa jenis burung yang perlu dilindungi dan dilestarikan Kondisi Fisik Kawasan Lokasi, Batas Kawasan dan Aksesibilitas Secara geografis Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) terletak antara BT dan LS. Secara administratif taman nasional ini termasuk dalam wilayah tiga kabupaten, yaitu Kabupaten Sukabumi,

51 Kabupaten Bogor dan Kabupaten Cianjur. TNGGP mempunyai luas Ha dengan batas-batasnya adalah sebagai berikut : Sebelah Utara : Wilayah Kabupaten Cianjur dan Bogor; Sebelah Barat : Wilayah Kabupaten Sukabumi dan Bogor; Sebelah Selatan : Wilayah Kabupaten Sukabumi; Sebelah Timur : Wilayah Kabupaten Cianjur. Sumber : Balai Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, tahun 2004 Gambar 8 Peta lokasi penelitian. Aksesibilitas TNGGP relatif lebih bagus dibandingkan taman nasional lain, dikelilingi jalan raya propinsi yang menghubungkan beberapa kota besar di Jawa Barat seperti Bogor, Jakarta, Bandung dan sekitarnya. Dengan kondisi seperti ini, TNGGP mudah untuk dikunjungi dari daerah manapun di sekitar Jakarta, Bogor dan Bandung. TNGGP sebagai kawasan wisata memiliki beberapa pintu masuk. Berikut keterangan beberapa pintu masuk dapat dilihat pada Tabel 7. 33

52 Tabel 7 Informasi pintu masuk wisata ke kawasan TNGGP Pintu Masuk/ Resort Jalur Jarak (km) Waktu (Jam) Obyek Wisata Cibodas Jakarta-Ciawi/Bogor-Puncak-Cibodas Bandung-Cianjur-Cipanas-Cibodas ,5 3 - Telaga Biru - Air terjun Cibeureum - Pendakian ke Puncak Gn.Gede dan Gn.Pangrango Gunung Putri Jakarta-Ciawi/Bogor-Puncak-Cipanas- Gn.Putri Bandung-Cianjur-Cipanas-Gn.Putri 93 3, ,5 - Bumi Perkemahan Bobojong - Pendakian ke Puncak Gn.Gede dan Gn.Pangrango Selabintana Jakarta-Ciawi/Bogor-Sukabumi-Selabintana 156 3,5 - Bumi Perkemahan Pondok Halimun Bandung-Cianjur-Sukabumi-Selabintana 92 3,5 - Air terjun Cibeureum Situgunung Jakarta-Ciawi/Bogor-Cisaat-Situgunung 135 3,5 - Telaga Situgunung Bandung-Cianjur-Sukabumi-Cisaat Air terjun Sawer Situgunung Bodogol Jakarta-Ciawi/Bogor-Cicurug-Bodogol Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Sumber : Balai TNGGP Bandung-Cianjur-Puncak-Ciawi/Bogor- Cicurug-Bodogol 125 4,5 - Air terjun Cipadaranten dan Air terjun Cisuren Cisarua Jakarta-Ciawi/Bogor-Cisarua Bumi Perkemahan Barubolang Bandung-Cianjur-Puncak-Cisarua 91 3,5 - Air terjun Beret Topografi dan Geologi Kawasan TNGGP merupakan rangkaian gunung berapi, terutama Gunung Gede (2958 m dpl) dan Gunung Pangrango (3019 m dpl). Topografi bervariasi mulai dari landai hingga bergunung dengan kisaran ketinggian antara 700 m dan 3000 m dpl. Jurang dengan kedalaman sekitar 70 m banyak dijumpai didalam kedua kawasan tersebut. Sebagian besar kawasan TNGGP merupakan dataran tinggi tanah kering dan sebagian kecil merupakan daerah rawa, terutama di daerah sekitar Cibeureum yaitu Rawa Gayonggong. Pada bagian selatan kawasan yaitu daerah Situgunung, memiliki kondisi lapangan yang berat karena terdapatnya bukit-bukit (seperti bukit masigit) yang memiliki kemiringan lereng sekitar %. Kawasan Gunung Gede yang terletak di bagian timur dihubungkan Gunung Pangrango oleh punggung bukit yang berbentuk 34

53 tapal kuda, sepanjang ± 2500 meter dengan sisi-sisinya yang membentuk lerenglereng curam berlembah menuju dataran Sukabumi, Bogor dan Cianjur Tanah Menurut Peta Tanah Tinjau Propinsi Jawa Barat skala 1: , jenis tanah di kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango terdiri dari a. Jenis tanah regosol dan litosol, terdapat pada lereng-lereng pegunungan yang lebih tinggi, berasal dari lava dan batuan hasil kegiatan gunung berapi. b. Jenis tanah asosiasi andosol dan regosol, pada lereng-lereng pegunungan yang lebih rendah c. Jenis tanah latosol coklat, pada lereng-lereng yang lebih bawah lagi Iklim Menurut klasifikasi Schmidt dan Ferguson, iklim di kawasan ini termasuk tipe A dengan nilai Q antara 5-9. Kawasan TNGGP terletak didaerah terbasah di Pulau Jawa dengan curah hujan rata-rata tahunan berkisar antara mm. Musim hujan terjadi pada bulan Oktober-Mei dengan curah hujan lebih dari 400mm. Juni- September merupakan bulan kering rata-rata curah hujan 100mm Hidrologi Kawasan TNGGP merupakan daerah tangkapan dan pemasok air yang sangat penting bagi daerah sekitarnya. Debit air yang dihasilkannya yaitu sekitar 8 milyar liter per tahun atau setara dengan 12 trilyun rupiah. Tidak kurang dari sungai dan anak sungai yang mendistribusikan air di tiga Daerah Aliran Sungai (DAS), yaitu DAS Ciliwung, DAS Citarum dan DAS Cimandiri terdapat di dalam kawasan ini Kondisi Biologis Terdapat lima tipe ekosistem di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, yaitu : 1. Ekosistem Sub Montana terdapat pada ketinggian mdpl 2. Ekosistem Montana terdapat pada ketinggian mdpl 3. Ekosistem Sub Alpin terdapat pada ketinggian mdpl 35

54 4. Ekosistem Kawah 5. Ekosistem Alun-alun Flora Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) mencatat tidak kurang dari 1500 jenis lumut hidup di kawasan pelestarian ini. Pada tahun 1859 Meijr seorang ahli biologi dari Belanda menemukan sekitar 900 jenis tumbuhan berbunga. Kato biologiawan dari Jepang menaksir kekayaan tumbuhan paku di kawasan ini sekitar 400 jenis. Liem peneliti dari Phillipina mengungkapkan bahwa kawasan ini ditumbuhi tidak kurang dari 120 jenis lumut kerak. Tidak kalah menariknya adalah komposisi dan struktur tumbuhan. Bila kita masuk di kawasan ini bisa menikmati perubahan paling tidak tiga tipe hutan, yaitu tipe Sub Montana (1000 s/d 1400 m dpl), Montana (1500 s/d 2400 m dpl.) dan Sub Alpin (2400 s/d 3019 m dpl.). Bunga abadi atau edelweis (Anaphalis javanica), banyak digemari sebagai lambang keberhasilan pendakian dan lambang keabadian. Raflesia (Rafflesia rochussenii), banyak mengundang rasa penasaran orang karena langka dan unik serta endemik. Misteri keunikan bunga sembilan tahun (Strobilanthus cernua) sampai sekarang belum terungkap, bunga ini hanya hidup dan berbunga sembilan tahun sekali. Kantong semar (Nephentes gymnamphora) yang dikenal sebagai Pembunuh Berdarah Dingin unik dengan kantung penjebak serangga menggelantung diujung daun. Perut (Balanophora spp.), Kiaksara (Macodes petola), Pinang Jawa (Pinanga javana), Paku Sutra (Diksonia blumei) dan beberapa jenis lain sudah langka, unik dan menarik Fauna Menurut data yang ada, 260 dari 450 jenis burung di jawa bisa ditemukan di TNGGP. Sebayak 21 dari 25 jenis endemik Jawa juga hidup di kawasan ini, termasuk Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) yang telah diresmikan sebagai satwa dirgantara. Macan tutul (Panthera pardus) merupakan predator terbesar di kawasan ini. Selain itu terdapat sekitar 110 jenis mamalia lain seperti Anjing Hutan (Cuon 36

55 alpinus), Kijang (Muntiacus muntjak), Owa (Hylobates moloch) dan Surili (Presbytis comata). Tercatat sekitar 75 jenis binatang melata berkembang di taman nasional ini, antara lain Bunglon (Pseudocalotes tymanistriga dan P. chamaeleontinus), Bengkarung (Mabuya multifasciata), Ular Sanca (Python reticulatus), Ular Hijau (Ahaetulla prasina). Tercatat sekitar 20 jenis amfibi, diantaranya Katak Bintik Merah (Leptophyre cruentata) yang endemik Jawa Barat, Katak Serasah (Megophrys montana), Katak Pohon (Rhacophorus reindwardti) dan Katak Bibir Putih (Rana chalconate). Tidak kalah menariknya berbagai jenis serangga. Seorang Zoologiawan asal Australia berhasil mengidentifikasi sebanyak 300 jenis serangga di kawasan ini. Beberapa diantaranya Tawon (Vespa velutina), Kumbang Kayu (Episcapha glabra), Bangbara (Bombus rufipes), Kupu-kupu Paris (Papillio paris), Kupu-kupu Ekor Panjang (Actias maenas) Potensi Wisata Potensi wisata yang terdapat di dalam kawasan TNGGP ini beranekaragam, antara lain: a. Hidrologi Kawasan TNGGP merupakan daerah tangkapan dan pemasok air yang sangat penting bagi daerah sekitarnya. Debit air yang dihasilkan sekitar 8 milyar liter pertahun atau setara dengan 12 trilyun rupiah (Hasan, 2006). Tidak kurang dari 1075 sungai dan anak sungai yang mendistribusikan air di tiga (3) DAS Cimandiri terdapat di kawasan ini. Dalam rangka mendukung ekowisata, beberapa sungai telah dikembangkan untuk kegiatan wisata alam dan pendidikan lingkungan. b. Fenomena alam Puncak Gunung Gede (2.958 mdpl) dan Pangrango (3.019 mdpl), kawah, alunalun suryakencana merupakan fenomena alam yang sangat menarik dan merupakan tujuan wisata yang sangat digemari bagi wisatawan yang datang dikawasan ini. Tercatat 17 (tujuh belas) air terjun yang terdapat di kawasan ini, namun baru 8 yang 37

56 sudah dikenal dan dikunjungi seperti Cibeureum-Cibodas, Cibeureum-Selabintana, Curug Sawer, Curug Beret dan Cipadaranten. Selain air terjun fenomena alam seperti danau dan rawa juga merupakan potensi wisata yang cocok untuk dikembangkan seperti danau Situgunung dan rawa Gayonggong. c. Topografi yang Menantang Topografi ini bisa dilihat di KPA Gunung Puteri yang merupakan sebagian lereng Gunung Gede dengan topografi curam, bergunung-gunung dengan ketinggian m sampai 2958 m. Keadaan topografi dan ketinggian yang bervariasi tersebut disertai pemandangan yang sangat indah, keanekaragaman hayati yang kaya dengan udara yang sejuk segar. d. Panorama Panorama merupakan rekreasi yang memikat, terutama bagi yang ingin melepaskan diri dari suasana sehari-hari. Pemandangan yang indah dan udara yang sejuk terdapat di sekitar KPA Cibodas terutama yang berbatasan dengan Kebun Raya Cibodas Kondisi Masyarakat Sekitar Sebagian besar masyarakat (kurang lebih 75%) di sekitar kawasan TNGGP bermata pencaharian di bidang pertanian (land based activities), sehingga memerlukan lahan dalam pelaksanaan kegiatannya sehari-hari. Namun, sekitar 40 % diantaranya adalah buruh tani yang tidak mempunyai lahan garapan dan tergantung pada lahan orang lain. Disamping itu, tingkat pemilikan lahan rata-rata perkeluarga relatif kecil, yaitu <0,25 ha sehingga intensitas garapan sangat tinggi. Tingkat pendidikan sebagian besar masyarakat tersebut (70 %) hanya sampai tingkat Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kondisi sosial ekonomi masyarakat yang demikian menimbulkan berbagai permasalahan yang merupakan tekanan terhadap kawasan dan sumberdaya alam TNGGP 38

57 4.6. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol berdiri pada akhir 1998, merupakan hasil kerjasama antara 3 lembaga : Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP), Conservation International Indonesia (CII), dan Yayasan Alam Mitra Indonesia (ALAMI). Ketiga lembaga ini bersepakat untuk membentuk Konsorsium Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol. Peran PPKA Bodogol menekankan pada usaha-usaha memperkenalkan hutan hujan tropis kepada masyarakat luas, khususnya kepada masyarakat yang berada di sekitar kawasan TNGGP. PPKA Bodogol berusaha memberikan penyadaran kepada khalayak bahwa menjaga kelestarian alam itu sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol termasuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, dengan ketinggian sekitar 800 mdpl. Letak dan curah hujannya yang tinggi, menyebabkan wilayah ini mampu menopang keanekaragaman hayati yang tinggi. Berbagai jenis pohon, tumbuhan perambat dan epifit menyediakan tempat tinggal berbagai jenis satwa. Beberapa jenis satwa yang dilindungi yang ada di sekitar PPKA Bodogol antara lain : Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Surili (Presbytis comata ), Owa Jawa (Hylobates moloch), Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis), Lutung (Trachypithecus auratus), Kukang (Nyticebus koukang), Macan Tutul (Panthera pardus), dll Sarana dan Prasarana wisata Sarana dan prasarana wisata merupakan salah satu faktor pendukung dalam pengembangan ekowisata di TNGGP. Beberapa fasilitas ekowisata yang ada di TNGGP adalah loket karcis, ruang perijinan, papan informasi, MCK, Gazebo, Shelter, jalan trail dan sebagainya kondisinya tidak semua dalam keadaan baik, banyak juga yang mengalami kerusakan dimakan usia dan terbatasnya anggaran pemeliharaan seperti MCK, Shelter, Gazebo dan papan informasi/penunjuk/ larangan. 39

58 4.8. Struktur Organisasi Pengelolaan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dilaksanakan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007 tanggal 1 Februari 2007 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Taman Nasional. Berdasarkan tipologinya Balai Besar TNGGP termasuk kedalam Tipe A setingkat eselon II, dibantu oleh 5 pejabat eselon III meliputi Kepala Bagian Tata Usaha dan Kepala Bidang Teknis Konservasi yang berkedudukan di Kantor Balai Besar, Kepala Bidang Pengelolaan TN Wilayah I Cianjur, Kepala Bidang Pengelolaan TN Wilayah II Sukabumi dan Kepala Bidang Pengelolaan TN Wilayah III Bogor, 3 (tiga) Pejabat eselon IV berkedudukan di Kantor Balai (Kepala Sub Bagian Umum, Kepala Sub Bagian Perencanaan dan Program, serta Kepala Sub Bagian Data, Evaluasi, Pelaporan dan Hubungan Masyarakat), 2 (dua) Pejabat eselon IV sebagai Kepala Seksi di bawah Bidang Teknis berkedudukan di Kantor Balai, 3 (tiga) Pejabat eselon III sebagai Kepala Bidang Wilayah berkedudukan di Bidang Wilayah (Cianjur, Sukabumi dan Bogor), dan 2 Pejabat eselon IV untuk masingmasing bidang wilayah. Jumlah pegawai tahun 2007 sebanyak 121 orang terdiri atas 116 orang PNS dan 5 orang tenaga upah. Dari jumlah tersebut, 5 orang tenaga struktural, 44 orang tenaga non struktural dan tenaga fungsional berjumlah 67 orang yang terdiri atas 37 orang polhut dan 30 orang PEH Pengujung Taman Nasional Gunung Gede Pangrango Kondisi Umum Pengunjung 7 Tahun Terakhir (tahun ) Jumlah pengunjung TNGGP mengalami peningkatan tiap tahunnya, rata-rata jumlah pengunjung sebesar orang/tahun, paling tinggi kunjungan yaitu tahun 2006 mencapai orang (Tabel 8). Tetapi pada tahun 2007 jumlah pengunjung mengalami penurunan cukup pesat yaitu sebesar orang (19%). Menurut informasi dari Balai TNGGP diperkirakan jumlah tersebut akan semakin menurun. Ada beberapa hal yang menyebabkan penurunan jumlah pengunjung salah satunya yaitu pembukaan tol cipularang yang menghubungkan antara jakarta dan bandung. 40

59 Selain itu pada tahun 2007 Kebun Raya Cibodas juga melakukan penutupan terhadap pengunjung karena memberikan kesempatan kepada kawasan untuk melakukan recovery dan hal ini juga berdampak pada berkurangnya jumlah pengunjung yang datang ke TNGGP. Tabel 8 Jumlah pengunjung dan jenis kunjungan tahun 2002-Juni 2008 Jenis Kunjungan Widyawisata/ Jumlah Rekreasi Pendakian Penelitian Berkemah Lain-lain Thn pendidikan DN LN DN LN DN LN DN LN DN LN DN LN DN LN DN+ LN , , , ,838 1,336 52, ,395 1,761 37, , , ,517 1,974 70, ,169 1,129 6, , , , ,736 1,147 77, , , , , , , , , , , , , , , , , , ,980 Juni , , , , , ,905 Sumber : Kantor Balai TNGGP Keterangan : DN : Wisatawan Dalam Negeri LN : Wisatawan Luar Negeri Menurut keterangan dari Balai TNGGP, jumlah pengunjung yang datang masih dibawah kapasitas daya dukung lingkungan TNGGP, walaupun besarnya kapasitas daya dukung tersebut belum diketahui secara pasti karena belum pernah dilakukan penelitian mengenai hal tersebut. Tetapi perhitungan daya dukung yang didasarkan pada perhitungan Douglas (1982), menyatakan bahwa daya dukung TNGGP sebesar 600 orang/hari. Hasil perhitungan tersebut digunakan oleh Balai TNGGP untuk penentuan quota jumlah pengunjung khusus pendakian, masing-masing untuk Cibodas sebanyak 300 orang, Gunung Putri 200 orang dan Selabintana 100 orang. Sedangkan jumlah quota untuk rekreasi sampai saat ini belum diberlakukan, kecuali untuk pengunjung yang melalui pintu masuk Bodogol memang sudah ada ketentuan pembatasan pengunjung. Fennel (1999) mengemukakan bahwa sulit untuk menyebut kapasitas daya dukung lingkungan dengan angka yang pasti karena setiap komunitas alam dan 41

60 budaya memiliki kapasitas daya dukung yang berbeda. Beberapa faktor yang menjadi pertimbangan dalam penentuan daya dukung suatu kawasan adalah jenis pengunjung, kegiatan yang dilakukan pengunjung, tingkat harapan pengunjung, tingkat kepuasan serta besar kecilnya kemungkinan bertemu dengan rombongan lain. SELABINTANA, 8.4% CISARUA, 0.9% BODOGOL, 3.2% SITUGUNUNG, 10.4% GUNUNG PUTRI, 21.8% CIBODAS, 55.3% Gambar 9 Persentase jumlah pengunjung TNGGP berdasarkan pintu masuk. Penyebaran jumlah pengunjung ke beberapa pintu masuk TNGGP tidak merata, hal ini bisa dilihat pada Gambar 9. Sebesar 55,3% pengunjung masuk melalui pintu Cibodas, sedangkan 21,8% pengunjung masuk melalui pintu masuk Gunung Puteri dan Pintu masuk Cisarua jumlah pengunjungnya paling sedikit yaitu 0,9%. Perbedaan jumlah pengunjung yang cukup besar di beberapa pintu masuk ini disebabkan karena pintu Cibodas memiliki beberapa keunggulan dalam hal aksesibilitas, kesediaan fasilitas serta obyek yang dapat dikunjungi Selain penyebaran pengunjung yang tidak merata, perilaku pengunjung saat berekowisata juga merupakan indikator keberhasilan promosi. Perilaku pengunjung yang bersifat positif sehingga mendukung pelestarian TNGGP sebagai kawasan konservasi merupakan hasil yang diharapkan dari promosi. Penelitian Arif (2004) menunjukkan bahwa jumlah pengunjung TNGGP yang mempunyai kualitas kesadaran konservasi yang tinggi hanya 23%, sedangkan pengunjung yang mepunyai tingkat kepedulian yang tinggi terhadap TNGGP hanya 37%. Hal ini juga ditunjukkan oleh penelitian Pranoto (2001) bahwa masih ada 42

61 pengunjung TNGGP yang melakukan kegiatan negatif seperti memetik daun/bunga, mematahkan ranting/dahan, mengganggu satwa, melakukan corat-coret (vandalisme) dan membuang sampah dalam kawasan. Jumlah sampah rata-rata dalam satu bulan yang berada di luar tempat sampah sebanyak 3,525 kg Pengunjung Berdasarkan Tujuan Kedatangan WIDYASWARA/PEN DIDIKAN 2.25% PENELITIAN 0.63% LAIN-LAIN 5.26% BERKEM AH 4.38% REKREASI 42.49% PENDAKIAN 44.99% Gambar 10 Persentase pengunjung TNGGP berdasarkan tujuan kedatangannya. Gambar 10 menunjukkan sebanyak orang pengunjung dari tahun 2002 s/d 2007, pengunjung yang datang untuk pendakian menempati urutan tertinggi yaitu sebesar 44,99%, rekreasi sebesar 42,49%, lain-lain 5,36%, berkemah 4,38%, widyawisata/pendidikan sebesar 2,25% dan penelitian sebesar 0,63%. 43

62 STRUKTUR ORGANISASI BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BALAI BESAR TAMAN NASIONAL GUNUNG GEDE PANGRANGO BAGIAN TATA USAHA TNGGP SUB BAGIAN UMUM SUB BAGIAN PERENCANAAN & KERJASAMA SUB BAGIAN DATA, MONEV & HUMAS BIDANG TEKNIS KONSERVASI TNGGP BIDANG PENGELOLAAN TNGGP WILAYAH I CIANJUR BIDANG PENGELOLAAN TNGGP WILAYAH II SUKABUMI BIDANG PENGELOLAAN TNGGP WILAYAH III BOGOR SEKSI PERLINDUNGAN, PENGAWETAN & PERPETAAN SEKSI PEMANFAATAN DAN PELAYANAN SP TNGGP WILAYAH I CIBODAS SP TNGGP WILAYAH II GEDEH SP TNGGP WILAYAH III SELABINTANA SP TNGGP WILAYAH IV SITUGUNUNG SP TNGGP WILAYAH V BODOGOL SP TNGGP WILAYAH VI TAPOS Resort Mandalawangi Resort Pasir Sumbul Resort Gunung Putri Resort Maleber Resort Cijoho Resort Sarongge Resort Sukamulya Resort Tegallega Resort Selabintana Resort Cipetir Resort Goalpara Resort Nagrak Resort Resort Situgunung Cimungkad Resort Genteng Resort Cireudeu Resort PPKAB Resort Bodogol Resort Cimande Resort Cisarua Resort Cimisblung Resort Tapos KELOMPOK JABATAN FUNGSIONAL Gambar 11 Struktur Organisasi Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango

63 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Promosi yang Telah Dilaksanakan Berbagai upaya telah dilaksanakan Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP) guna mengembangkan kegiatan ekowisata, diantaranya dengan meningkatkan kegiatan promosi. Menurut Cooper (1999) terdapat 4 komponen bauran promosi, yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan penjualan secara pribadi oleh TNGGP Periklanan Media periklanan ada beberapa macam, yaitu iklan cetak dan penyiaran, brosur, leaflet, buku kecil, billboard dan materi audio visual. Untuk kegiatan ekowisata, TNGGP saat ini sudah membuat beberapa bahan cetakan baik yang berbentuk buku, leaflet, booklet maupun peta. Bahan-bahan tersebut ada yang dibuat oleh pihak TNGGP sendiri maupun bekerjasama dengan pihak lain. Adapun judul bahan promosi ekowisata TNGGP yang berbentuk cetakan dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9 Bahan promosi cetakan mengenai TNGGP No Judul Penerbit/tahun Keterangan 1 Buku Informasi Wisata Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 2 Valuation of Mt Gede Pangrango National Park 3 Mengenal Bryophyta (lumut) di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango. Vol I 4 Mengenal Jalur Interpretasi Obyek Wisata Alam Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 5 ECOMAP-Pengembangan Wisata di Wilayah Cagar Balai TNGGP tahun 2006 Balai TNGGP tahun 2004 Balai TNGGP tahun 2004 Balai TNGGP tahun 2006 Balai TNGGP tahun 2006 Buku berisi informasi potensi wisata TNGGP, tata tertib kunjungan dan prosedur ijin memasuki kawasan Buku berbahasa inggris berisi tentang nilai ekonomi gunung gede pangrango Buku berisi tentang informasi umum mengenai lumut, kunci pengenalan jenis lumut, deskripsi jenis lumut di TNGGP serta istilah-istilah dalam pengenalan jenis lumut Buku berisi jalur interpretasi Pondok Halimun-Cibeureum, Bodogol-Cipadarateun dan Cibodas-Ciwalen Buku berisi tentang potensi wisata sekitar TNGGP berupa aneka ragam budaya, seni,

64 Biosfer. Seri Cianjur 6 Perkemahan Konservasi dan School Visit Paket Dasar Balai TNGGP tahun 2004 dapt istiadat dan kebiasaan lainnya. Modul Pendidikan Lingkungan Hidup Balai TNGGP 7 Buku Informasi FLORA Balai TNGGP Taman Nasional Gunung tahun 2006 Gede Pangrango 8 Wisata Pendakian Balai TNGGP tahun 2007 Buku berisi tentang jenis-jenis flora di TNGGP dan manfaatnya Leaflet berisi tentang ketentuan, persyaratan simaksi, dan penutupan pendakian serta rute menuju puncak Gunung Gede Pangrango 9 Pendakian Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 10 Katak di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 11 Obyek Wisata Bumi Perkemahan Baru Bolang Taman Nasional Gunung Gede Pangrango 12 Pusat Pendidikan Konservasi Alam Bodogol Balai TNGGP tahun 2006 Fak Kehut IPB, BP Conservation & Balai TNGGP Balai TNGGP tahun 2005 Balai TNGGP tahun 2007 Leaflet berisi tentang informasi obyek wisata di pintu masuk Cibodas dan ketentuan umum pendakian Leaflet berbahasa Indonesia dan inggris tentang keanekaragaman jenis katak di TNGGP Leaflet berisi informasi program kegiatan di bumi perkemahan barubolang, aksesibilitas, fasilitas, dan tata tertib kunjungan Leaflet berisi tentang pengenalan PPKA Bodogol, lokasi, fasilitas dan penawaran paket program pendidikan 13 Bird Checklist Taman Ginapala Ind, Nasional Gunung Gede Garuda Wana Pangrango Scan, PBB-LIPI, Balai TNGGP 14 Camping Ground Balai TNGGP tanun 2007 Leaflet berisi tentang daftar pertanyaan jenisjenis burung di TNGGP yang dijumpai oleh pengungjung Leaflet berisi tentang informasi bumi perkemahan Cipelang Pondok Halimun, bumi perkemahan Borubolang dan bumi perkemahan Bobojong 15 Pencegahan Kebakaran Hutan 16 Hiking To Cibeureum Triple Waterfalls 17 Obyek Wisata Bumi Perkemahan Pondok Halimun Selabintana Sumber : Balai TNGGP Balai TNGGP tahun 2005 Balai TNGGP dan JICA tahun 2007 Balai TNGGP tahun 2006 Leaflet berisi tentang upaya pencegahan kebakaran hutan Leaflet berbahasa jepang berisi informasi tentang obyek wisata air terjun Leaflet berisi informasi mengenai informasi umum, program kegiatan dan tata tertib kunjungan Sebagian besar bahan cetakan (80%) dibuat sendiri oleh Balai TNGGP, hanya beberapa saja yang dibuat bekerjasama dengan pihak lain. Gambar 12 menyajikan 46

65 beberapa sampul buku yang berkaitan dengan kegiatan ekowisata di TNGGP dan Gambar 13 menyajikan beberapa bahan promosi berbentuk leaflet. Bahan-bahan promosi cetakan tersebut penyebarannya selain diberikan kepada pengunjung TNGGP juga disebarkan pada saat mengikuti pameran. Sampai saat ini penyebaran dengan mengirimkan langsung (direct mailing) ke beberpa pihak baik perseorangan maupun lembaga yang menjadi sasaran kegiatan ekowisata belum rutin dilakukan. Gambar 12 Beberapa sampul buku mengenai kegiatan ekowisata di TNGGP. Gambar 13 Beberapa leaflet tentang TNGGP. Pemasangan iklan di media baik media cetak maupun elektronik masih jarang dilakukan karena biaya pemasangannya yang cukup mahal. Iklan di media televisi sudah pernah tayang di beberapa stasiun televisi yang merupakan hasil kerjasama antara Balai TNGGP dengan stasiun televisi tersebut. Dalam hal ini, Balai TNGGP menyediakan tempat untuk berlangsungnya suatu program televisi terutama yang berkaitan dengan konservasi dan wisata alam. Sebenarnya banyak acara di televisi yang berkaitan dengan wisata alam yang bisa dimanfaatkan untuk mempromosikan ekowisata di TNGGP antara lain Jejak Petualang (TV 7), Horizon (Indosiar), Potret (SCTV), Jelajah (Trans TV) dan Expedition (Metro TV). 47

66 Pemasangan billboard mengenai TNGGP di tempat-tempat strategis sepanjang jalan menuju kawasan TNGGP belum dilakukan. Saat ini hanya ada satu billboard yang dipasang dijalan menuju TNGGP. Keberadaan billboard ini sebenarnya cukup penting mengingat keberadaan TNGGP sendiri yang sampai saat ini masih belum dikenal secara luas oleh masyarakat umum. Materi audio visual mengenai TNGGP sudah dibuat berupa video yang berisi berbagai potensi yang ada di TNGGP termasuk berbagai obyek yang berpotensi untuk kegiatan ekowisata Promosi Penjualan Terdapat beberapa media promosi penjualan, yaitu pameran, potongan harga dan hiburan. Dari ketiga bentuk promosi tersebut, penyelenggaraan hiburan dirasa kurang sesuai untuk mempromosikan kegiatan ekowisata. Hal ini karena adanya hiburan akan mengundang keramaian yang tidak sesuai dengan prinsip dasar kegiatan ekowisata. Pameran merupakan kegiatan yang rutin diikuti oleh TNGGP, baik pameran di tingkat kabupaten, yaitu Cianjur, Bogor dan Sukabumi maupun tingkat propinsi seperti Expo Jawa Barat tahun 2001, Jawa Barat Travel Exchange (JT X 2002) dan Pameran Bursa Pariwisata pada Mei 2002 di Bandung. Sedangkan pameran tingkat nasional yang pernah diikuti adalah Pasar Wisata Internasional di Jakarta sebagai bagian anjungan Jawa Barat. Pameran tingkat internasional, keikutsertaan TNGGP adalah melalui Departemen Kebudayaan dan Pariwisata serta melalui LSM seperti Indecon yang membawa berbagai produk ekowisata indonesia ke beberapa pameran internasional. Promosi penjualan melalui potongan harga dilakukan oleh Balai TNGGP dalam bentuk potongan harga untuk wisma tamu, asrama dan rombongan yang akan rekreasi ke air terjun. Potongan harga wisma tamu dan asrama diberlakukan kepada mereka yang khusus bekerja di Departemen kehutanan, sedangkan untuk potongan harga tiket dikenakan bagi rombongan yang jumlahnya minimal 25 orang. Adapun rincian pemotongan harga tersebut disajikan dalam Tabel

67 Tabel 10 Potongan harga di wisma tamu, asrama dan tiket rombongan ke air terjun Harga (Rp) No Kriteria Pelayanan Dengan Normal Potongan 1 Wisma Tamu 5 kamar /malam /malam 2 Asrama Kapasitas 25 orang /malam /malam 3 Tiket rombongan air terjun cibeureum Minimal 25 orang 3.000/orang 1.500/orang Sumber : Balai TNGGP Kebijakan potongan harga ini dilakukan selain sebagai suatu strategi promosi khususnya untuk wisata massal. Untuk potongan harga di wisma tamu, sebaiknya jangan dikhususkan untuk pegawai Departemen Kehutanan saja tetapi juga berlaku untuk umum, dengan memberlakukan harga yang berbeda antara peak season dan low season Promosi Melalui Hubungan Masyarakat Kegiatan promosi lain adalah melalui hubungan masyarakat (humas). Beberapa media dari humas adalah seminar dan ceramah, siaran pers, laporan tahunan, publikasi dan media identitas. Kegiatan humas yang sudah pernah dilakukan oleh Balai TNGGP antara lain adalah dengan mengadakan seminar secara rutin setiap tahunnya untuk memaparkan berbagai kegiatan yang telah dilaksanakan di TNGGP termasuk kegiatan ekowisatanya. Seminar ini dilaksanakan dengan mengundang berbagai pihak yang terkait dengan kegiatan ekowisata di TNGGP. Penerbitan media identitas juga dilaksanakan oleh Balai TNGGP melalui pembuatan buletin yang bernama Edelweis. Buletin ini berisi berita-berita terbaru mengenai TNGGP dan masalah-masalah konservasi secara umum. Buletin ini terbit 2 bulan sekali, tetapi dalam pelaksanaannya waktu terbitnya tidak teratur karena masalah dana yang cair tidak tepat pada awal tahun anggaran. Tetapi Balai TNGGP tetap mengusahakan agar buletin dapat terbit 6 kali dalam setahun. Kegiatan mengundang wartawan media cetak dan elektronik belum dilakukan secara intensif oleh balai TNGGP, sehingga tidak heran apabila tulisan mengenai TNGGP dari tahun yang terdaftar di Pusat Dokumentasi dan Informasi Departemen Kehutanan hanya sebanyak 32 judul. Komposisi topik tulisan di media 49

68 massa mengenai TNGGP dapat dilihat pada Gambar 14. Keduapuluh media massa tersebut adalah Agroindonesia, Bisnis Indonesia, Bussiness News, Investor Daily, Jakarta Post, Kompas, Koran Tempo, Media Indonesia, Neraca, Pelita, Pikiran Rakyat, Rakyat Merdeka, Republik, Sinar Harapan, Suara Karya, Suara Pembaruan, Terbit, Majalah Gatra, Majalah Tempo dan Majalah Trust. Beberapa guntingan media cetak tersebut dapat dilihat pada Lampiran 3. Komposisi Topik Tulisan Mengenai TNGGP di 20 Media Cetak tahun PENGELOLAAN 43,80% EKOWISATA 46,90% FLORA DAN FAUNA 9,30% Gambar 14 Persentase komposisi topik tulisan mengenai TNGGP. Topik tulisan mengenai ekowisata/wisata alam merupakan topik yang paling banyak ditulis di media massa yaitu sebesar 46,9%, sedangkan untuk topik mengenai pengelolaan sebesar 43,8% dan topik mengenai flora dan fauna sebesar 9,3% Penjualan Secara Pribadi Penjualan secara pribadi mencakup presentasi penjualan, katalog, pemasaran lewat telepon, pengiriman bahan cetakan, dan internet. Kegiatan yang sudah dilakukan TNGGP adalah melalui internet khususnya melalui situs TNGGP ( yang baru tahun ini dibuat. Situs tersebut berisi informasi umum dan berita-berita terbaru mengenai TNGGP. Tetapi ternyata di internet sudah cukup banyak situs yang berisi informasi dan publikasi mengenai ekowisata di TNGGP. Tabel 11 menyajikan beberapa situs di internet mengenai TNGGP. 50

69 Situs-situs tersebut dibuat oleh lembaga resmi seperti Departemen Kehutanan, Conservation International Indonesia (CII), LSM, dan beberapa Tour Operator maupun beberapa penulis yang menceritakan pengalamannya dalam melakukan ekowisata di TNGGP. Bahkan terdapat situs mengenai TNGGP yang dapat diakses dalam beberapa bahasa yang dilengkapi dengan contact person yang pernah berkunjung ke TNGGP yang bisa dihubungi untuk mendapatkan informasi lebih lengkap mengenai TNGGP. Beberapa contoh printout situs tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4. Tabel 11 Beberapa situs di internet mengenai TNGGP No Judul URL( Keterangan 1. Gunung Gede Pangrango National Park ndex.html Informasi umum mengenai TNGGP 2. Bodogol, Taman Nasional Gede Pangrango 3 Mount Gede and Pangrango Trekking 4 Mountain Trek : GEDE MOUNTAIN TREK AND WHITE WATER RAFTING 5 Gunung Gede Pangrango National Park 6 Bodogol Conservation Education Center 7 Gunung Gede Pangrango National Park 8 Gunung Gede Pangrango National Park Sumber : Internet htt/:// bnnhcatid=25&page=gpeluang.detail&tcati d= go.html temid=34 orts/java.html Informasi mengenai PPKAB Penawaran paket pendakian selama 3 hari, yang masuk melalui Cibodas dan turun lewat Gunung Puteri Informasi peket ekowisata ke TNGGP Informasi umum mengenai TNGGP Informasi yang cukup lengkap mengenai TNGGP Informasi menegani obyek-obyek wisata di TNGGP 51

70 Keberadaan situs-situs tersebut sangat membantu promosi ekowisata TNGGP terutama dalam menjangkau konsumen yang ada di luar negeri serta kalangan menengah keatas karena mereka memiliki kemudahan dalam mengakses internet. Menurut Perkiraan resmi Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) jumlah pemakai internet sampai akhir tahun 2007 berjumlah 25 juta pemakai. Diharapkan dengan pembuatan situs baru TNGGP bisa menjadi media promosi yang efektif. Gambar 15 Website TNGGP. Presentasi mengenai kegiatan ekowisata di TNGGP belum pernah dilaksanakan sendiri oleh Balai TNGGP, tetapi sudah pernah dilakukan oleh Conservation Internatinoal Indonesia (CII) di sekolah dan lembaga pendidikan yang ada di Bogor dan Jakarta. Presentasi penjualan ini khusus ekowisata yang ada di Bodogol. Presentasi ini dimaksudkan untuk memperkenalkan TNGGP langsung ke orang-orang yang potensial untuk menjadi ekowisatawan. Penjualan pribadi melalui katalog, pemasaran lewat telepon, pengiriman bahan cetakan dan belum dilaksanakan dalam mempromosikan kegiatan ekowisata di TNGGP Promosi oleh Pihak Pemerintah Daerah (Pemda) TNGGP yang wilayahnya berada di 3 kabupaten yaitu, Cianjur, Bogor dan Sukabumi tentu memerlukan peran serta dari ketiga Pemerintah Daerah tersebut dalam pengembangan kegiatan wisatanya. Ketiga Kabupaten tersebut telah sepakat membangun pariwisata berkelanjutan di TNGGP, kesepakatan tersebut tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) Kementrian Lingkungan Hidup RI No:B- 52

71 06/Dep.VII/Lh/07/2004 tentang Penyelenggaraan Program Penerapan Teknologi Ramah Lingkungan dalam Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan di TNGGP. Tujuan kerjasama tersebut adalah untuk meningkatkan dan melestarikan fungsi lingkungan dan daya guna TNGGP menjadi suatu kawasan yang menarik bagi wisatawan sehingga dapat mendorong peningkatan perekonomian daerah dan kesejahteraan masyarakat. Dari hasil pengumpulan data dan wawancara diketahui bahwa masing-masing Pemda memiliki kebijakan yang tidak sama berkaitan dengan keberadaan TNGGP di wilayahnya yang tentunya berpengaruh juga pada kegiatan promosi yang dilaksanakan. Pemda Kabupaten Cianjur memiliki perhatian yang sangat besar terhadap TNGGP, karena hampir 90% retribusi obyek wisata yang diperoleh berasal dari TNGGP dan sekitarnya yaitu Kebun Raya Cibodas yang berada dibawah pengelolaan LIPI dan THW Mandalawangi milik Perum Perhutani. Perhatian yang besar juga ditunjukkan oleh keseriusannya untuk menerapkan karcis terusan karena selama ini ketiga pengelola obyek wisata tersebut masih melakukan penarikan tiket sendirisendiri. Perhatian lain yaitu tampak diikutsertakannya TNGGP dalam berbagai kegiatan promosi pariwisata yang dilaksanakan Pemda Cianjur, seperti pameran maupun dalam bahan-bahan cetakan berupa leaflet dan buku wisata yang mempromosikan obyek-obyek wisata di TNGGP. Gambar 16 Bahan-bahan promosi pemda Cianjur, Bogor dan Sukabumi. 53

72 Pemda Kabupaten Bogor sangat mendukung keberadaan TNGGP sebagai aset wisata unggulan di Jawa Barat, hal ini ditunjukkan oleh adanya pencantuman obyekobyek wisata yang ada di TNGGP kedalam buku Profile Pariwisata Kabupaten Bogor. Tabel 12 Jumlah wisatawan dan retribusi tempat rekreasi tiga kabupaten tahun 2007 No Kriteria Kabupaten Cianjur Bogor Sukabumi 1 Jumlah wisatawan (orang) Retribusi Tempat Rekreasi (Rp) Sumber : Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Cianjur, Bogor dan Sukabumi Pemda Kabupaten Sukabumi dalam pengembangan pariwisatanya lebih mengutamakan pada kawasan-kawasan wisata yang pengelolaanya ditangani secara langsung oleh Pemda sehingga perhatian terhadap TNGGP masih sangat terbatas, tetapi pada intinya juga mendukung keberadaan TNGGP sebagai kawasan konservasi dan mencantumkan informasi obyek wisata kedalam bahan-bahan promosi yaitu leaflet maupun VCD mengenai tujuan wisata di Kabupaten Sukabumi Promosi oleh LSM Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang berkiprah di TNGGP cukup banyak, tetapi sampai saat ini yang masih aktif hanya beberapa LSM saja, diantaranya Conservation International Indonesia (CII), Yayasan Alam Mitra Indonesia, Green Ranger, CIBA, Montana, Eagle, Yayasan Survival Indonesia (YSI), Panthera, Suling. CII mempunyai peranan besar dalam mempromosikan ekowisata di TNGGP dengan membuat berbagai tulisan di dalam websitenya ( terutama semenjak kerjasama dalam bentuk konsorsium PPKAB baru terjalin. CII melakukan promosi secara intensif, tetapi semenjak tahun 2003 CII tidak melakukan upaya promosi lagi. Saat ini promosi dilakukan sendiri 54

73 oleh balai TNGGP, peran CII hanya memberi masukan terhadap program-program yang sudah dan akan dilaksanakan, khususnya di Bodogol. Belum ada LSM yang secara khusus berperan dalam pemasaran/promosi ekowisata di TNGGP, kebanyakan dari mereka hanya menginformasikan potensi wisata yang ada di TNGGP, baik melalui internet maupun melalui mulut ke mulut Promosi oleh Biro Perjalanan Wisata Terdapat sekitar sembilan Biro Perjalanan Wisata (BPW) yang menawarkan paket-paket ekowisata seperti Adventure Indonesia, Indonesia Trekking, Ecoadventure Indonesia, adventurindo, Nature Trekker Indonesia, Sunburstadventure, Liburan.info, Trips Indonesia dan Indonesia Travelindo ikut mempromosikan ekowisata di TNGGP melalui situsnya di internet. BPW ini membuat paket-paket perjalanan ke TNGGP secara khusus maupun menjadi bagian dari perjalanan ke berbagai obyek ekowisata di Indonesia. Sampai saat ini belum ada kerjasama antara BPW tersebut dengan Balai TNGGP. Beberapa BPW yang menawarkan paket ekowisata ke TNGGP di internet dapat dilihat pada Gambar 17. Gambar 17 Beberapa biro perjalanan wisata Permasalahan dalam Pelaksanaan Promosi Kegiatan promosi ekowisata di TNGGP masih mengalami banyak permasalahan dalam pelaksanaannya, antara lain : Terbatasnya dana yang tersedia Dana merupakan faktor yang sangat menentukan keberhasilan suatu promosi, semakin banyak dana yang tersedia biasanya semakin berhasil promosi yang 55

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA

PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA PERENCANAAN BEBERAPA JALUR INTERPRETASI ALAM DI TAMAN NASIONAL GUNUNG MERBABU JAWA TENGAH DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFIS TRI SATYATAMA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor

I. PENDAHULUAN. manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Peranan sektor pariwisata bagi suatu negara

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada

TINJAUAN PUSTAKA. Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada TINJAUAN PUSTAKA Ekowisata Ecotouris, dalam bahasa Indonesia diterjemahkan menjadi ekowisata. Ada juga yang menterjemahkan sebagai ekowisata atau wisata-ekologi. Menurut Pendit (1999) ekowisata terdiri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah dengan negara lain. Didukung oleh letak wilayah yang strategis,

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak kalah dengan negara lain. Didukung oleh letak wilayah yang strategis, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pariwisata merupakan aset sebuah negara yang tidak ada habisnya. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki potensi pariwisata yang tidak kalah dengan negara

Lebih terperinci

BAB 7 PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR

BAB 7 PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR BAB 7 PELAKSANAAN KOMUNIKASI PEMASARAN AGROWISATA KEBUN RAYA BOGOR Kebun Raya Bogor merupakan salah satu agrowisata yang sudah terkenal dan juga memiliki tujuan untuk mengembangkan pendidikan lingkungan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Promosi adalah kegiatan menawar (Kasmir, 2004 : 176). Menurut Bashu

BAB II KAJIAN TEORI. Promosi adalah kegiatan menawar (Kasmir, 2004 : 176). Menurut Bashu BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Promosi Promosi merupakan kegiatan Marketing Mix yang terakhir. Dalam kegiatan ini setiap perusahaan berusaha untuk mempromosikan seluruh produk dan jasa yang dimilikinya

Lebih terperinci

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ

STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ STRATEGI PENGELOLAAN PARIWISATA PESISIR DI SENDANG BIRU KABUPATEN MALANG PROPINSI JAWA TIMUR MUHAMMAD ZIA UL HAQ SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2006 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang

I. PENDAHULUAN. individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian ini, penulis menggunakan pengertian pariwisata menurut Undang Undang No. 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA. penelitian ini, penulis menggunakan pengertian pariwisata menurut Undang Undang No. 10 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pariwisata Banyak para pakar dan ahli pariwisata serta organisasi pariwisata yang memberikan batasan atau pengertian dari pariwisata tetapi untuk menyatukan pengertian,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan merupakan salah satu sumberdaya alam yang dapat dimanfaatkan oleh manusia. Sumberdaya hutan yang ada bukan hanya hutan produksi, tetapi juga kawasan konservasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor kepariwisataan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan perekonomian bangsa dan peningkatan kesejahteraan masyarakat yang semakin tampak serta

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Taman Nasional Undang-undang No. 5 Tahun 1990 menyatakan bahwa taman nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Promosi 2.1.1 Pengertian Promosi Menurut Hasan (2009:10), promosi adalah fungsi pemasaran yang fokus untuk mengkomunikasikan program-program pemasaran secara persuasive kepada

Lebih terperinci

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA PT. TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA, BOGOR. Oleh : HAFNANSYAH HARAHAP A

ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA PT. TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA, BOGOR. Oleh : HAFNANSYAH HARAHAP A ANALISIS PRIORITAS STRATEGI BAURAN PEMASARAN PADA PT. TAMAN SAFARI INDONESIA, CISARUA, BOGOR Oleh : HAFNANSYAH HARAHAP A 14103540 PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan dan terletak di garis khatulistiwa dengan luas daratan 1.910.931,32 km 2 dan memiliki 17.504 pulau (Badan Pusat Statistik 2012). Hal

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Taman Nasional Gunung Merbabu (TNGMB) merupakan salah satu dari taman nasional baru di Indonesia, dengan dasar penunjukkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor : 135/MENHUT-II/2004

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR

PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR PENGEMBANGAN KAWASAN HUTAN WISATA PENGGARON KABUPATEN SEMARANG SEBAGAI KAWASAN EKOWISATA TUGAS AKHIR Oleh : TEMMY FATIMASARI L2D 306 024 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada

I. PENDAHULUAN. Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pergeseran tren kepariwisataan di dunia saat ini lebih mengarah pada individual tourism/small group tourism, dari tren sebelumnya tahun 1980-an yang didominasi oleh mass

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pemasaran

BAB II LANDASAN TEORI Pengertian Pemasaran 6 BAB II LANDASAN TEORI 2. 2 2.1 Pemasaran 2.1.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan perusahaan dalam rangka mencapai tujuan yaitu mempertahankan kelangsungan

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA HUTAN LINDUNG GUNUNG LUMUT KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MARIANA ZAINUN

STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA HUTAN LINDUNG GUNUNG LUMUT KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MARIANA ZAINUN STRATEGI PENGEMBANGAN EKOWISATA HUTAN LINDUNG GUNUNG LUMUT KABUPATEN PASER PROVINSI KALIMANTAN TIMUR MARIANA ZAINUN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk

II. TINJAUAN PUSTAKA. pariwisata, seperti melaksanakan pembinaan kepariwisataan dalam bentuk II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengelolaan Pariwisata Pengelolaan merupakan suatu proses yang membantu merumuskan kebijakankebijakan dan pencapaian tujuan. Peran pemerintah dalam pengelolaan pariwisata, seperti

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Pemasaran merupakan salah satu kegiatan pokok yang dilakukan oleh para pengusaha dalam mempertahankan kelangsungan bisnisnya, untuk berkembang dan mendapatkan laba.

Lebih terperinci

Berikut ini pengertian dari bauran pemasaran (Marketing Mix) menuru para

Berikut ini pengertian dari bauran pemasaran (Marketing Mix) menuru para BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan salah satu elemen pokok yang wajib dimiliki oleh setiap perusahaan. Pemasaran berkaitan erat dengan bagaimana cara perusahaan dapat

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Penelitian Terdahulu Mica (2005) melakukan penelitian dengan judul Analisis Segmentasi Pasar Wisatawan Mancanegara Terhadap Daerah Tujuan Wisata Sumatera Utara tentang adakah

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Perkembangan Wisatawan Nusantara pada tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 tentang kepariwisataan, pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Industri pariwisata telah berkembang dengan pesat di berbagai negara dan menjadi sumber devisa yang cukup besar. Di Indonesia pariwisata menjadi suatu bukti keberhasilan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekowisata 2.1.1 Pengertian Ekowisata Ekowisata didefinisikan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) dalam Fennel (1999) sebagai suatu bentuk perjalanan wisata ke area

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG

PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG 1 PEMERINTAH KABUPATEN SINTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SINTANG NOMOR 7 TAHUN 2010 TENTANG RENCANA INDUK PEMBANGUNAN KEPARIWISATAAN DAERAH KABUPATEN SINTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI SINTANG,

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun

I PENDAHULUAN. Tabel 1. Statistik Kunjungan Wisatawan ke Indonesia Tahun Tahun I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pariwisata merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia terutama menyangkut kegiatan sosial dan ekonomi. Hal ini berdasarkan pada pengakuan berbagai organisasi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Pemasaran Pengertian manajemen pemasaran menurut American Marketing Association adalah perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian operasi pemasaran total, termasuk perumusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang berupa keanekaragaman flora, fauna dan gejala alam dengan keindahan pemandangan alamnya merupakan anugrah Tuhan Yang Maha

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Desa Meranti Kecamatan Tapa. Objek wisata ini memiliki luas + 5 Ha, dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terletak di Desa Meranti Kecamatan Tapa. Objek wisata ini memiliki luas + 5 Ha, dengan BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskirpsi Lokasi Salah satu obyek wisata yang mulai banyak diminati masyarakat Gorontalo khususnya sekitar Bone Bolango adalah objek wisata Pemandian Air Terjun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu

BAB 1 PENDAHULUAN. seni dan budaya yang dimiliki merupakan ciri kepribadian bangsa. Salah satu BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki warisan dari nenek moyang berupa keanekaragaman seni dan budaya yang harus dilestarikan. Hal ini karena keanekaragaman seni dan budaya yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI 1. STRATEGI PEMASARAN a. Pengertian Strategi Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditunjukkan untuk mencapai tujuan tertentu.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata

I. PENDAHULUAN. salah satunya didorong oleh pertumbuhan sektor pariwisata. Sektor pariwisata I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan perekonomian Indonesia yang semakin membaik ditandai dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Peningkatan pertumbuhan ekonomi salah satunya didorong oleh

Lebih terperinci

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG

APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG APLIKASI KONSEP EKOWISATA DALAM PERENCANAAN ZONA PEMANFAATAN TAMAN NASIONAL UNTUK PARIWISATA DENGAN PENDEKATAN RUANG (Studi Kasus Wilayah Seksi Bungan Kawasan Taman Nasional Betung Kerihun di Provinsi

Lebih terperinci

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009).

serta menumbuhkan inspirasi dan cinta terhadap alam (Soemarno, 2009). II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Wisata Alam Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 1994 tentang Pengusahaan Pariwisata Alam di Zona Pemanfaatan Taman Nasional, Taman Hutan Raya, dan Taman Wisata Alam, pasal

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kawasan Konservasi Kawasan konservasi dalam arti yang luas, yaitu kawasan konservasi sumber daya alam hayati dilakukan. Di dalam peraturan perundang-undangan Indonesia yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M.

KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. KAJIAN REHABILITASI SUMBERDAYA DAN PENGEMBANGAN KAWASAN PESISIR PASCA TSUNAMI DI KECAMATAN PULO ACEH KABUPATEN ACEH BESAR M. MUNTADHAR SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN

III METODE PENELITIAN III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di kawasan Hutan Lindung Gunung Lumut (HLGL) Kabupaten Paser Provinsi Kalimantan Timur. Penelitian berlangsung selama 3 bulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bisnis pariwisata. karena saat ini semua orang butuh berwisata. Berbagai

BAB I PENDAHULUAN. bisnis pariwisata. karena saat ini semua orang butuh berwisata. Berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang sedang berkembang dalam bisnis pariwisata. karena saat ini semua orang butuh berwisata. Berbagai tujuannya yang ingin

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH

KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH KAJIAN SUMBERDAYA DANAU RAWA PENING UNTUK PENGEMBANGAN WISATA BUKIT CINTA, KABUPATEN SEMARANG, JAWA TENGAH INTAN KUSUMA JAYANTI SKRIPSI DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN KEBUN RAYA BOGOR SEBAGAI OBJEK WISATA SKRIPSI MUHAMMAD SALIM R H34076107 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 RINGKASAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia yang dikenal dengan negara kepulauan memiliki lebih dari 18.000 pulau, memiliki luasan hutan lebih dari 100 juta hektar dan memiliki lebih dari 500 etnik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas 121 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas penunjang bagi masyarakat itu sendiri. Fasilitas penunjang yang di maksud,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI

BAB I PENDAHULUAN. global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri pariwisata dunia kini sedang dalam upaya pertumbuhan global. Adapun pengertian Industri Pariwisata menurut Undang-Undang RI No. 10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan

Lebih terperinci

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR

NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR NILAI EKONOMI EKOTURISME KEBUN RAYA BOGOR Oleh: Nadya Tanaya Ardianti A07400018 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2005 1 I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

Lebih terperinci

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO

APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO APLIKASI CONTINGENT CHOICE MODELLING (CCM) DALAM VALUASI EKONOMI TERUMBU KARANG TAMAN NASIONAL KARIMUNJAWA FAZRI PUTRANTOMO SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2010 PERNYATAAN MENGENAI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kian meningkat pesat setiap

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kian meningkat pesat setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri pariwisata di Indonesia kian meningkat pesat setiap tahunnya. Beberapa sektor pariwisata sudah dapat dikatakan berhasil dan dikenal oleh berbagai

Lebih terperinci

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN

ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN ANALISIS DAN STRATEGI PEMANFAATAN RUANG DI KABUPATEN CIAMIS, JAWA BARAT SANUDIN SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006 SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis dengan judul Analisis

Lebih terperinci

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A

FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT. Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A FORMULASI STRATEGI PEMASARAN OBAT TRADISIONAL PADA TAMAN SYIFA DI KOTA BOGOR, JAWA BARAT Oleh : FANNY SEFTA ADITYA PUTRI A14104093 PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP

POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP POTENSI DAN USAHA PENGEMBANGAN EKOWISATA TELUK PENYU CILACAP Ekowisata pertama diperkenalkan oleh organisasi The Ecotourism Society (1990) adalah suatu bentuk perjalanan wisata ke area alami yang dilakukan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Bangsa Indonesia dikaruniai Tuhan Yang Maha Esa sumber daya alam hayati dan ekosistemnya yang terdiri dari alam hewani, alam nabati ataupun berupa fenomena alam, baik secara

Lebih terperinci

DEFINISI- DEFINISI A-1

DEFINISI- DEFINISI A-1 DEFINISI- DEFINISI Wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan mengunjungi tempat tertentu untuk tujuan rekreasi, pengembangan pribadi, atau mempelajari

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS. masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah.

BAB II KERANGKA TEORITIS. masyarakat, pengusaha, Pemerintah dan Pemerintah Daerah. BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1. Pengertian Pariwisata Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan, pengertian pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata dan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam

BAB I. PENDAHULUAN. yang dimaksud adalah taman nasional, taman hutan raya dan taman wisata alam BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wisata alam oleh Direktorat Jenderal Pariwisata (1998:3) dan Yoeti (2000) dalam Puspitasari (2011:3) disebutkan sebagai kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan

Lebih terperinci

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH

PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH PENGELOLAAN SUMBERDAYA PESISIR UNTUK PENGEMBANGAN EKOWISATA BAHARI DI PANTAI BINANGUN, KABUPATEN REMBANG, JAWA TENGAH BUNGA PRAGAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal

BAB I PENDAHULUAN. oleh bangsa Indonesia dan tersebar di seluruh penjuru tanah air merupakan modal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Potensi sumber daya alam hutan serta perairannya berupa flora, fauna dan ekosistem termasuk di dalamnya gejala alam dengan keindahan alam yang dimiliki oleh bangsa

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN - 2 STRATEGI PEMASARAN

KEWIRAUSAHAAN - 2 STRATEGI PEMASARAN KEWIRAUSAHAAN - 2 Modul ke: STRATEGI PEMASARAN Fakultas Galih Chandra Kirana, SE.,M.Ak Program Studi www.mercubuana.ac.id 1 PEMASARAN Pemasaran adalah proses perencanaan dan pelaksanaan konsepsi, penetapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN OBJEK WISATA DANAU SIAIS DALAM MENARIK KUNJUNGAN WISATAWAN

ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN OBJEK WISATA DANAU SIAIS DALAM MENARIK KUNJUNGAN WISATAWAN ANALISIS STRATEGI PENGEMBANGAN DAN PEMASARAN OBJEK WISATA DANAU SIAIS DALAM MENARIK KUNJUNGAN WISATAWAN (Studi kasus pada Dinas Pemuda, Olahraga, dan Pariwisata Kab.Tapanuli Selatan) GELADIKARYA Oleh:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi

BAB I PENDAHULUAN. Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keberadaan tempat wisata di Lampung merupakan daya tarik tersendiri bagi masyarakat Lampung sebagai wisatawan khususnya yang menginginkan tempat wisata dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki potensi besar dalam lingkup pariwisata. Pariwisata merupakan bagian dari sektor industri yang memiliki prospek dan potensi cukup besar untuk

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Promosi 2.1.1 Pengertian Promosi Promosi merupakan kegiatan terpenting, yang berperan aktif dalam memperkenalkan,memberitahukan dan mengingatkan kembali manfaat suatu produk

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 104 BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan penelitian tentang Strategi Komunikasi Pemasaran Museum Gunungapi Merapi, maka dapat dikemukakan kesimpulan dan saran-saran sebagai berikut: A. KESIMPULAN Dari

Lebih terperinci

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA RESTORAN LASAGNA GULUNG BOGOR, JAWA BARAT SKRIPSI DEFIETA H34066031 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2009 RINGKASAN DEFIETA.

Lebih terperinci

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA

EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA EVALUASI POTENSI OBYEK WISATA AKTUAL DI KABUPATEN AGAM SUMATERA BARAT UNTUK PERENCANAAN PROGRAM PENGEMBANGAN EDWIN PRAMUDIA SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2008 SURAT PERNYATAAN Dengan

Lebih terperinci

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung

VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR. dari 67 orang laki-laki dan 33 orang perempuan. Pengunjung TWA Gunung VI. KARAKTERISTIK PENGUNJUNG TAMAN WISATA ALAM GUNUNG PANCAR 6.1 Karakteristik Responden Penentuan karakteristik pengunjung TWA Gunung Pancar diperoleh berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner dari 100

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata termasuk ke dalam kelompok industri terbesar di dunia.

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata termasuk ke dalam kelompok industri terbesar di dunia. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata termasuk ke dalam kelompok industri terbesar di dunia. Menurut Santoso (2002), sekitar delapan persen dari ekspor barang dan jasa pada umumnya berasal

Lebih terperinci

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG

STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG STRATEGI BAURAN PEMASARAN DENGAN PENERAPAN METODE PROSES HIERARKI ANALITIK DI AGROWISATA LITTLE FARMERS LEMBANG, BANDUNG SKRIPSI IMAM WAHYUDI H34066064 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta

BAB I PENDAHULUAN. tahun ke tahun. Dari tahun wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Yogyakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki daya tarik wisata dan merupakan kota tujuan wisata yang paling diminati oleh wisatawan, dilihat dari

Lebih terperinci

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR)

STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) STUDI PENGELOLAAN KAWASAN PESISIR UNTUK KEGIATAN WISATA PANTAI (KASUS PANTAI TELENG RIA KABUPATEN PACITAN, JAWA TIMUR) ANI RAHMAWATI Skripsi DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan industri jasa yang bergerak di bidang kepariwisataan saat ini mengalami kenaikan yang cukup pesat. Banyak perusahaan baru hadir dan berkompetisi dengan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepariwisataan meliputi berbagai kegiatan yang berhubungan dengan wisata, pengusahaan, objek dan daya tarik wisata serta usaha lainnya yang terkait. Pembangunan kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Pariwisata merupakan industri perdagangan jasa yang memiliki mekanisme pengaturan yang kompleks karena mencakup pengaturan pergerakan wisatawan dari negara asalnya, di

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini merupakan kesimpulan akhir dari studi yang dilakukan dan beberapa saran dan rekomendasi terhadap studi lanjutan pengembangan pariwisata daerah studi. Kesimpulan berupa

Lebih terperinci

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN

KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN KAJIAN SUMBERDAYA EKOSISTEM MANGROVE UNTUK PENGELOLAAN EKOWISATA DI ESTUARI PERANCAK, JEMBRANA, BALI MURI MUHAERIN DEPARTEMEN MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah salah satu provinsi yang terletak di Indonesia Timur. Salah satu obyek wisata yang terkenal sampai mancanegara di provinsi ini adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. primer dan sekunder yang berbeda (R.M. Soedarsono, 2001: 170).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. primer dan sekunder yang berbeda (R.M. Soedarsono, 2001: 170). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni pertunjukan dan kehidupan berkesenian pada umumnya merupakan salah satu perilaku budaya manusia, baik secara individu maupun sebagai sebuah kelompok masyarakat.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Menurut Kotler dan Keller (2009:6) : Pemasaran adalah fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan, mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan nasional dan mempunyai peranan besar dalam perekonomian. Hal ini ditandai dengan semakin meningkatnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem

II. TINJAUAN PUSTAKA. Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Definisi Taman Nasional Taman Nasional adalah Kawasan pelestarian alam yang mempunyai ekosistem asli, dikelola dengan sistem zonasi yang dimanfaatkan untuk tujuan penelitian,

Lebih terperinci

2.2 Bauran Pemasaran Laksana (2008:17) menyatakan bahwa bauran pemasaran (marketing mix) yaitu alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai

2.2 Bauran Pemasaran Laksana (2008:17) menyatakan bahwa bauran pemasaran (marketing mix) yaitu alat pemasaran yang digunakan untuk mencapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan suatu fungsi bisnis yang memegang peranan penting dalam perusahaan. Bidang pemasaran berupaya untuk mengindentifikasi keinginan dan

Lebih terperinci

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU TATA CARA MASUK KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Nomor: P.7/IV-Set/2011 Pengertian 1. Kawasan Suaka Alam adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 (https://id.wikipedia.org/wiki/indonesia, 5 April 2016).

BAB I PENDAHULUAN. tahun 2010 (https://id.wikipedia.org/wiki/indonesia, 5 April 2016). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dunia pariwisata saat ini semakin menjadi sorotan bagi masyarakat di dunia, tak terkecuali Indonesia. Sektor pariwisata berpeluang menjadi andalan Indonesia untuk mendulang

Lebih terperinci

ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS. Oleh TUTUT RETNO LESTARI A

ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS. Oleh TUTUT RETNO LESTARI A ANALISIS FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA GALERI TANAMAN HIAS KEBUN RAYA CIBODAS Oleh TUTUT RETNO LESTARI A 14102716 PROGRAM EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG

IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG IDENTIFIKASI SEGMENTASI PENGUNJUNG WISATA AGRO STUDI KASUS KARAKTERISTIK PENGUNJUNG KAMPOENG WISATA CINANGNENG SKRIPSI HESTI FANNY AULIA SIHALOHO H34066060 DEPARTEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Lebih terperinci

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Lindung

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Lindung II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Lindung Hutan Lindung merupakan kawasan hutan yang ditetapkan karena memiliki sifat khas sebagai sistem penyangga kehidupan yang mampu memberikan perlindungan kepada mahluk

Lebih terperinci

KEWIRAUSAHAAN-II MERANCANG STRATEGI PEMASARAN. Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen

KEWIRAUSAHAAN-II MERANCANG STRATEGI PEMASARAN. Oloan Situmorang, ST, MM. Modul ke: Fakultas Ekonomi Bisnis. Program Studi Manajemen KEWIRAUSAHAAN-II Modul ke: 10 Fakultas Ekonomi Bisnis MERANCANG STRATEGI PEMASARAN Oloan Situmorang, ST, MM Program Studi Manajemen http://mercubuana.ac.id Pokok Bahasan 1. Makna pemasaran 2. Pengenalan

Lebih terperinci

Kegiatan Belajar 1: Mengkonstruksi Industri Pariwisata

Kegiatan Belajar 1: Mengkonstruksi Industri Pariwisata Kegiatan Belajar 1: Mengkonstruksi Industri Pariwisata Capaian Pembelajaran Mata Kegiatan 1. Menggambarkan karakteristik industry dan produk pariwisata 2. Mengenali dan membedakan potensi kepariwisataan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada dasarnya wisata adalah kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang di luar tempat tinggalnya, bersifat sementara untuk berbagai tujuan

Lebih terperinci

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR

ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR ARAHAN PENGEMBANGAN KAWASAN TAMAN HUTAN RAYA NGARGOYOSO SEBAGAI OBYEK WISATA ALAM BERDASARKAN POTENSI DAN PRIORITAS PENGEMBANGANNYA TUGAS AKHIR Oleh : AGUSTINA RATRI HENDROWATI L2D 097 422 JURUSAN PERENCANAAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

Pengaruh Biaya Periklanan, Biaya Direct Marketing, Dan Biaya Promosi Penjualan Terhadap Nilai Penjualan Tiket Pada Bali Zoo Park Di Singapadu Gianyar

Pengaruh Biaya Periklanan, Biaya Direct Marketing, Dan Biaya Promosi Penjualan Terhadap Nilai Penjualan Tiket Pada Bali Zoo Park Di Singapadu Gianyar Pengaruh Biaya Periklanan, Biaya Direct Marketing, Dan Biaya Promosi Penjualan Terhadap Nilai Penjualan Tiket Pada Bali Zoo Park Di Singapadu Gianyar Oleh : A.A. Wirmantara ABSTRAK Dalam upaya meningkatkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran Kegiatan pemasaran sudah diketahui semenjak manusia mulai mengenal sistem pembagian kerja dalam masyarakat, sehingga kelompok masyarakat hanya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Pemasaran Pemasaran merupakan kegiatan manusia yang berlangsung dalam hubungannya denga pasar. Pemasaran berarti bekerja denga pasar untuk mewujudkan pertukaran potensial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan,

BAB I PENDAHULUAN. perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan salah satu negara yang turut mengembangkan perekonomiannya melalui industri pariwisata. Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki kekayaan

Lebih terperinci