MAKNA TATO SEBAGAI REPRESENTASI PESAN KOMUNIKASI PADA KOMUNITAS BLACK CAT TATTOO

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "MAKNA TATO SEBAGAI REPRESENTASI PESAN KOMUNIKASI PADA KOMUNITAS BLACK CAT TATTOO"

Transkripsi

1 MAKNA TATO SEBAGAI REPRESENTASI PESAN KOMUNIKASI PADA KOMUNITAS BLACK CAT TATTOO (Studi Fenomenologi Makna Tato Sebagai Representasi Pesan Komunikasi Pada Komunitas Black Cat Tattoo) Endang Murdaningih Abstrak Penelitian ini berjudul Makna Tato Sebagai Representasi Pesan Komunikasi Pada Komunitas Black Cat Tattoo. Peneliti menggunakan metodologi penelitian kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi. Teori yang digunakan adalah Komunikasi, Fenomenologi, Tato, Teori Interaksi Simbolik, Teori Konstruksi Sosial Diri dan Teori Tindakan Beralasan, Makna dan Komunitas. Pada penelitian ini yang menjadi informan adalah anggota komunitas Black Cat Tattoo. Mereka terdiri dari enam orang yaitu, Pepen, Rangga, Bembeng, Pablo, Zulham dan Ricky. Teknik penentuan informan menggunakan Snowball sampling. Adapun Teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode observasi, wawancara mendalam, dokumentasi dan studi kepustakaan. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode analisis data fenomenologi Van Kamm. Hasil penelitian disimpulkan bahwa seluruh informan merefleksikan pengalamannya melalui sebuah tindakan yaitu menjadi pengguna tato dan seniman tato. Motif individu dalam menggunakan tato pun berbeda-beda, ada yang mentato tubuhnya agar terlihat indah oleh orang lain, mentato tubuh karena inspirasi dari idolanya yang juga bertato dan mentato tubuh karena terpengaruh oleh pergaulan atau teman sepermainannya. Pemaknaan tato yang diperoleh dari mereka juga cenderung mengarah pada tato yang dimaknai sebagai wujud seni dan ekspresi keindahan, walaupun ada satu informan yang memaknai tato sebagai suatu identitas kelompok, layaknya simbol solidaritas di dalam kelompok tersebut. Kata Kunci : Makna, Tato, Komunitas, Black Cat Tattoo, Studi Fenomenologi Pendahuluan Konteks Masalah Pada era Soeharto, tato pernah mendapatkan citra yang negatif dari masyarakat. Pasalnya, saat itu operasi Petrus (penembakan misterius) sedang giat-giatnya dilakukan oleh aparat negara. Sasaran dari operasi Petrus ini adalah para preman, gali (gabungan anak liar), orang-orang yang dianggap berpotensi melakukan tindakan kriminal dan umumnya mereka yang bertato. Mereka diculik, dihajar, ditembak kemudian mayatnya di buang di berbagai tempat seperti di sungai, di tepi jalan, di perempatan dan ada juga di dekat pos siskamling. Tato yang awalnya merupakan wujud ekspresi diri dari penggunanya berubah menjadi sesuatu yang lain bagi negara. Negara pada saat itu beralasan bahwa 1

2 penumpasan mereka didasari tujuan dari kontrol negara dalam rangka stabilitas keamanan yang dapat berdampak pada kontinuitas pembangunan negara. Namun saat ini tato menjadi lebih dianggap moderen dan jauh dari kesan kriminal. Mulai dari desain, alat, proses penatoannya dan makna tato itu pun turut berubah. Tato dalam masyarakat kekinian, terutama muda-mudi dimaknai sebagai kebebasan tanpa ada aturan yang membelenggu mereka (campur tangan pemerintah), sebagai ajang ekspresi diri dan sebagai wujud kecintaan kepada idolanya yang menggunakan tato. Menjamurnya studio tato di kota-kota besar menunjukkan bahwa eksistensi tato perlahan sudah diterima oleh sebagian kalangan. Seiring dengan itu, bermunculan berbagai macam komunitas tato yang di dalamnya adalah para pengguna tato, baik seniman ataupun partisipan. Melalui komunitas yang mereka bentuk, mereka mampu menampilkan kreativitas yang dimiliki. Melalui kegiatan-kegiatan event, exhibition dan lain sebagainya, eksistensi mereka semakin terlihat dan sembari menegaskan bahwa tato saat ini bukan sesuatu yang negatif, bukan sesuatu yang kuno lagi, melainkan sebuah industri kreatif yang harus terusmenerus dikembangkan. Komunitas tato juga menjadi wadah untuk berinteraksi dengan pengguna tato lainnya. Berbagi ilmu, berbagi pengalaman serta menguatkan solidaritas di antara sesamanya. Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian berfokus pada pemaknaan tato yang dimiliki oleh anggota komunitas tato yang dikonstruksi melalui pengalaman-pengalamannya. Pemilihan lokasi penelitian berfokus kepada studio Black Cat Tattoo di Jalan Dr. Mansyur, karena lokasi tersebut menjadi tempat mereka biasa berkumpul. Fokus Masalah Berdasarkan konteks masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah: 1. Bagaimana individu pengguna tato di komunitas Black Cat Tattoo merefleksikan pengalamannya? 2. Bagaimana pemaknaan tato pada individu pengguna tato di komunitas Black Cat Tattoo? Tujuan Penelitian 1. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan mengungkapkan tindakan individu pengguna tato di komunitas Black Cat Tattoo dalam merefleksikan pengalamannya. 2. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan mengungkapkan motif ataupun alasan dalam menggunakan tato. 3. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan mengungkapkan makna tato dari individu pengguna tato di komunitas Black Cat Tattoo. Kajian Pustaka Komunikasi Secara etimologis, komunikasi berasal dari bahasa Latin, Communis yang berarti sama sedangkan secara terminologis, komunikasi adalah ilmu yang mempelajari 2

3 pernyataan antar manusia yang bersifat umum dengan menggunakan lambing-lambang (simbol) yang berarti. Simbol yang dimaksud berarti itu adalah simbol verbal (bahasa, baik lisan ataupun tulisan) dan simbol non verbal (isyarat, misalnya gambar, tanda, grafik, warna dan sebagainya). Menurut salah satu ahli yaitu Theodorson dan Theodorson (1969), komunikasi adalah pengiriman informasi, pemikiran, sikap atau emosi dari seorang individu atau kelompok lain dengan menggunakan simbol-simbol (Sitompul, 2009: 1-2). Kehadiran komunikasi menurut perjalanan sejarah sama tuanya dengan umur peradaban manusia di permukaan bumi ini. Pada zaman pra sejarah, manusia telah mengenal proses penyampaian pernyataan dengan bahasa isyarat, bahasa lisan, gambar-gambar dan berbagai jenis gendering (drum) dan alat penabuh lainnya yang pada wujudnya dimaksudkan untuk menyampaikan pesan komunikasi. Fakta sejarah telah menampilkan berbagai contoh mengenai kegiatan komunikasi pada abad pra sejarah tersebut seperti gambar seekor bison di dinding-dinding gua Altamira di Spanyol, yaitu dilukis di atas batu. Kemudian suku Indian di Benua Amerika memakai sandi-sandi asap di atas bukit yang tinggi sebagai tanda akan diadakan suatu upacara keagamaan atau pemilihan kepala suku (Lubis, 2011: 7). Fenomenologi Fenomenologi berasal dari bahasa Yunani phainomai yang berarti menampak. Phainomenon merujuk pada yang menampak. Fenomena tiada lain adalah fakta yang disadari, dan masuk ke dalam pemahaman manusia. Jadi suatu objek itu ada dalam relasi dengan kesadaran. Fenomena bukanlah dirinya seperti tampak secara kasat mata, melainkan justru ada di depan kesadaran, dan disajikan dengan kesadaran pula. Berkaitan dengan hal ini, maka fenomenologi merefleksikan pengalaman langsung manusia, sejauh pengalaman itu secara intensif berhubungan dengan suatu objek (Kuswarno, 2013: 1). Tato Secara kebahasaan, tato mempunyai istilah yang nyaris sama digunakan di berbagai belahan dunia. Beberapa di antaranya adalah tatoage, tatouage, tatowier, tatuaggio, tatuar,tatoos,tattueringar, tatuagens, tatoveringer, tattos dan tatu. Tato yang merupakan bagian dari body painting adalah suatu produk dari kegiatan menggambar pada kulit tubuh dengan menggunakan alat sejenis jarum atau benda yang dipertajam yang terbuat dari flora. Gambar tersebut dihias dengan pigmen berwarna-warni (Olong, 2006: 83). Dalam bahasa Indonesia, kata tato merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar atau lambang yang membentuk sebuah desain pada kulit tubuh. Di dalam Ensiklopedia Indonesia dijelaskan bahwa tato merupakan lukisan berwarna permanen pada kulit tubuh. Sedangkan dalam Ensiklopedia Americana disebutkan bahwa tatto, tattoing is the production of pattern on the face and body by serting dye under the skin some anthropologist think the practice developed for the painting indication of status, or as mean of obtaining magical protection. 3

4 Teori Interaksi Simbolik Dalam lingkup sosiologi, ide ini sebenarnya sudah lebih dahulu dikemukakan George Herbert Mead, tetapi kemudian dimodifikasi oleh Blumer guna mencapai tujuan tertentu. Teori ini memiliki ide yang baik, tetapi tidak terlalu dalam sebagaimana yang diajukan G.H.Mead. Karakteristik dasar teori ini adalah suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar-individu berkembang melalui simbol-simbol yang mereka ciptakan (Wirawan, 2012: 109). Realitas sosial merupakan rangkaian sosial yang terjadi pada beberapa individu dalam masyarakat. Interaksi yang dilakukan antar-individu itu berlangsung secara sadar. Interaksi simbolik juga berkaitan dengan gerak tubuh, antara lain suara atau vokal, gerakan fisik, ekspresi tubuh yang semuanya itu mempunyai maksud dan disebut dengan simbol. Teori interaksi simbolik sering disebut juga sebagai teori sosiologi interpretatif. Selain itu teori ini ternyata sangat dipengaruhi oleh ilmu psikologi, khususnya psikologi sosial. Teori ini juga didasarkan pada persoalan konsep diri. Teori Konstruksi Sosial Diri Teori konstruksi sosial diri realitas merupakan ide atau prinsip utama dalam tradisi sosiokultural. Ide menyatakan bahwa dunia sosial kita tercipta karena adanya interaksi antara manusia. Cara bagaimana kita berkomunikasi sepanjang waktu mewujudkan pengertian kita mengenai pengalaman, termasuk ide kita mengenai diri kita sebagai manusia dan sebagai komunikator. Dengan demikian, setiap orang pada dasarnya memiliki teorinya masing-masing mengenal kehidupan. Teori itu menjadi model bagi manusia untuk memahami pengalaman hidupnya. Teori berkembang dan diperbaiki terus-menerus sepanjang waktu kehidupan manusia melalui berbagai interaksi (Morissan, 2013: ). Teori Tindakan Beralasan Teori tindakan yang beralasan adalah sebuah teori yang menyatakan bahwa keputusan untuk melakukan tingkah laku tertentu adalah hasil dari sebuah proses rasional di mana pilihan tingkah laku dipertimbangkan, konsekuensi dan hasil dari setiap tingkah laku dievaluasi dan sebuah keputusan sudah dibuat, apakah akan bertingkah laku tertentu atau tidak. Kemudian keputusan ini direfleksikan dalam tujuan tingkah laku, yang sangat berpengaruh terhadap tingkah laku yang tampil (Baron, 2003: 135). Makna Makna sebagai konsep komunikasi, mencakup lebih daripada sekedar penafsiran atau pemahaman seorang individu saja. Makna selalu mencakup banyak pemahaman - aspekaspek pemahaman yang secara bersama dimiliki komunikator (Fisher dalam Rakhmat, 1990: 346). Komunitas Community menunjukkan arti masyarakat yang terbatas. Hanya pada umumnya suatu masyarakat-community ini, selain karena sentimen yang sama juga menunjukkan suatu 4

5 lokalitas, suatu pembatasan letak kediamannya, karena itu dinamakan juga masyarakat setempat, masyarakat sini (Shadily, 1993: 60). Model Teoritik Untuk mengetahui keseluruhan teori dalam penelitian ini, maka di bawah ini dapat dilihat bagaimana model teoritik dalam penelitian ini. Anggota komunitas Black Cat Tattoo Teori Interaksi Simbolik Teori Konstruksi Sosial Diri Teori Tindakan beralasan Keterangan gambar 2.1: Di dalam meneliti anggota komunitas Black Cat Tattoo, peneliti menggunakan teori-teori yang sebagaimana telah disebutkan di atas yaitu, teori interaksi simbolik, teori konstruksi sosial diri dan teori tindakan beralasan. Teori-teori ini juga awalnya beranjak dari tujuan penelitian. Namun, tujuan teori tersebut bukan untuk menguji sebuah realitas tetapi untuk keperluan menjelaskan fokus dan konteks penelitian, jika temuan lapangan berbeda ataupun bertentangan dengan teori yang digunakan, teori boleh diabaikan dan peneliti memprioritaskan untuk menggali lebih dalam temuan lapangan selanjutnya peneliti meyakini pada akhirnya dapat menemukan makna tato yang subjektif dari anggota komunitas Black Cat Tattoo. Metodologi Penelitian Makna Tato Deskripsi Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini adalah Black Cat Tattoo Studio di Jalan Dr. Mansyur, dekat simpang lampu merah jalan setia budi Medan. Penelitian ini berlangsung selama empat bulan yaitu sejak bulan April 2014 hingga Juni Metode Penelitian Metode penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi fenomenologi. Penentuan Informan Informan dalam penelitian ini adalah anggota komunitas Black Cat Tattoo. Peneliti memilih Black Cat Tattoo karena Black Cat Tattoo aktif berpartisipasi dalam event-event tato, mereka tergabung dalam STA (Sumut Tattoo Artist), mereka memiliki artis tato yang cukup popular dari kalangan masyarakat Kota Medan hingga turis mancanegara, terbukti 5

6 dengan pengakuan salah satu informan yang juga merupakan pemilik studio tato itu, Pepen. Ia pernah mentato turis dari Australia dan Belanda, mereka khusus datang ke Medan untuk membuat tato dengan Pepen. Teknik penentuan informan dengan menggunakan snowball sampling yaitu teknik untuk memperoleh beberapa individu dalam organisasi atau kelompok yang terbatas dan dikenal sebagai teman dekat atau kerabat lainnya, sampai peneliti menemukan konstelasi persahabatan yang berubah menjadi suatu pola-pola sosial yang lengkap (Bungin, 2001: 173). Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode observasi 2. Wawancara mendalam 3. Dokumentasi 4. Studi kepustakaan Analisis Data Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Metode analisis fenomenologi Van Kamm Hasil Dan Pembahasan Tindakan Anggota Komunitas Black Cat Tattoo Dalam Merefleksikan Pengalamannya Terkait Tato No. Nama Informan Wujud Sikap 1 Pepen Menjadi Pengguna dan Seniman Tato 2 Rangga Menjadi Pengguna dan Seniman Tato 3 Bembeng Menjadi Pengguna Tato 4 Pablo Menjadi Pengguna dan Seniman Tato 5 Zulham Menjadi Pengguna Tato 6 Ricky Menjadi Pengguna Tato Sumber: Hasil Penelitian Dari hasil penelitian serta wawancara mendalam yang dilakukan peneliti terhadap enam orang informan, peneliti menemukan dua kategori bagaimana para informan mereflesikan pengalamannya lewat tindakan mentato. Adapun kedua kategori itu adalah dengan menjadi pengguna tato atau menjadi pengguna dan seniman tato. Kategori ini bertujuan menjelaskan bagaimana informan merefleksikan pengalaman-pengalaman yang telah diperolehnya selama berinteraksi dengan orang lain. Pada akhirnya, dipahami bahwa dari para informan merefleksikan segala pengalamannya tentang tato lewat sikap/tindakan yaitu, sekedar menjadi pengguna tato atau bahkan menjadi pengguna sekaligus seorang seniman tato. 6

7 1. Kategori menjadi pengguna tato menjelaskan bahwa informan yang telah mendapatkan pengalaman terkait tato sebelumnya, hanya akan memilih menjadi seorang pengguna tato dan partisipan dalam komunitas tersebut. Tidak ada pandangan atau keinginan untuk menjadi seniman tato suatu saat nanti. 2. Kategori menjadi pengguna dan seniman tato menjelaskan bahwa informan yang telah mendapatkan pengalaman terkait tato sebelumnya, tidak hanya memilih menjadi seorang pengguna tato dan partisipan dalam komunitas. Namun mereka juga memiliki minat dan bakat yang lebih kuat dibandingkan informan dengan kategori menjadi pengguna tato. Motif Anggota Komunitas Menggunakan Tato No. Nama Informan Motif 1 Pepen Agar Terlihat Indah 2 Rangga Sebab Meniru Idola 3 Bembeng Sebab Pergaulan 4 Pablo Sebab Pergaulan 5 Zulham Agar Terlihat Indah 6 Ricky Agar Terlihat Indah Sumber: Hasil Penelitian Dari hasil penelitian serta wawancara mendalam yang dilakukan peneliti terhadap enam orang informan, peneliti menemukan tiga kategori motif anggota komunitas menggunakan tato. Adapun ketiga kategori itu adalah agar terlihat indah, sebab meniru idola dan sebab pergaulan. 1. Kategori agar terlihat indah menjelaskan bahwa informan melatarbelakangi dirinya melakukan tindakan mentato dengan alasan keindahan. Keindahan dalam konteks ini menyangkut tato sebagai perhiasan tubuh dan seni lukis tubuh yang didekorasi oleh warna-warni tinta yang dimasukkan ke dalam kulit manusia menggunakan mesin tato. 2. Kategori sebab meniru idola menjelaskan bahwa informan melatarbelakangi dirinya melakukan tindakan mentato dengan alasan inspirasi dari idolanya yang menggunakan tato sehingga mendorongnya untuk menggunakan tato. 3. Kategori sebab pergaulan menjelaskan bahwa informan melatarbelakangi dirinya melakukan tindakan mentato dengan alasan mengikuti teman sepergaulan, di mana tempat informan berinteraksi adalah orang-orang yang sudah terlebih dahulu menggunakan tato dan biasanya dilakukan untuk solidaritas. Kesimpulan Tindakan, Motif dan Pemaknaan Tato Pada Anggota Komunitas No. Nama Informan Makna Tato 1 Pepen Ekspresi Seni dan Keindahan 2 Rangga Ekspresi Seni dan Keindahan 7

8 3 Bembeng Ekspresi Seni dan Keindahan 4 Pablo Identitas 5 Zulham Ekspresi Seni dan Keindahan 6 Ricky Ekspresi Seni dan Keindahan Sumber: Hasil Penelitian Dari hasil penelitian serta wawancara mendalam yang dilakukan peneliti terhadap enam orang informan, peneliti menemukan dua kategori pemaknaan tato bagi informan. Adapun kedua kategori itu adalah ekspresi seni dan keindahan serta identitas. 1. Kategori Ekspresi Seni dan Keindahan menjelaskan bahwa informan yang bersangkutan dilatarbelakangi oleh hobi dan kecintaannya terhadap seni gambar yang melahirkan sebuah keindahan yang tidak biasa. Bagi informan dengan kategori ini, kertas dan dinding adalah media yang sudah banyak digunakan orang untuk berkreativitas. Namun tidak dengan kulit, kulit adalah media yang tidak biasa untuk berkreativitas, bereksperimen dan berekspresi atas kecintaan mereka terhadap tato. 2. Kategori Identitas menjelaskan bahwa informan yang bersangkutan dilatarbelakangi oleh keterlibatannya dalam suatu komunitas, yang di dalamnya semua adalah individu bertato. Tidak ada tato tertentu yang digunakan sebagai simbol komunitas tersebut, namun tato yang digunakan hanya sebagai identitas kelompok semata. Berangkat dari hasil penelitian lapangan, peneliti melihat banyak hal dari informan, namun peneliti hanya memfilter data yang diperlukan saja. Para anggota komunitas tato tersebut memiliki latar belakang pengalaman yang berbeda-beda satu dengan lainnya. Namun lingkungan dan orang-orang yang ada di sekitar mereka ikut terlibat dalam pengalamannya secara sadar. Mereka berkomunikasi, melihat, menyerap dan merefleksikan pengalamannya ke dalam sebuah tindakan, dalam hal ini tindakan mentato. Para informan dalam hal ini kemudian mencari sesuatu yang dapat memperkaya wawasannya tentang tato dan memperkuat identitas dirinya sebagai pecinta tato. Komunitas tersebut adalah tempatnya. Di dalamnya para informan akhirnya bisa menemukan jati dirinya yang sebenarnya. Seiring dengan proses interaksi yang terus-menerus berkembang, para informan menjadi paham atas dirinya sendiri dan membentuk suatu pemaknaan pribadi tentang tato. Motif ataupun alasan yang diperoleh dari enam orang informan ini pun berbeda satu dengan lainnya. Mereka memiliki motif tersendiri mengapa atau bagaimana hingga mereka akhirnya menggunakan tato. Pada dasarnya seperti yang telah disinggung di atas, bahwa motif lahir karena adanya dorongan-dorongan maupun tujuan yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Teori tindakan beralasan telah menjelaskan bahwa seseorang akan melakukan sesuatu atas niat, tanpa niat sesuatu itu tidak akan pernah terjadi. Jadi, dapat dikatakan bahwa sebelum melakukan sesuatu, telah ada niat dan pertimbangan mengenai apa yang terjadi nanti saat ia mengubahnya menjadi sebuah tingkah laku. Pada teori konstruksi diri dijelaskan bahwa dunia sosial kita tercipta karena adanya interaksi antara manusia. Cara bagaimana kita berkomunikasi sepanjang waktu mewujudkan pengertian kita mengenai pengalaman, termasuk ide kita mengenai diri kita 8

9 sebagai manusia dan sebagai komunikator. Demikian halnya seperti yang ditemukan oleh peneliti, informan dalam komunitas tersebut merupakan manusia-manusia sosial di mana mereka selama perjalanan hidupnya berinteraksi dengan manusia sosial lainnya. Akhirnya, interaksi tersebut melahirkan sebuah pengalaman. Misalnya informan Pablo, yang pada awalnya ia bergabung dalam suatu komunitas punk dan untuk menguatkan identitasnya Pablo akhirnya mengikuti jejak teman-teman satu komunitasnya untuk bertato. Lambat laun ia juga tertarik menjadi seorang seniman tato. Simpulan Dan Saran Simpulan Berdasarkan hasil penelitian mengenai makna tato sebagai representasi pesan komunikasi pada anggota komunitas Black Cat Tattoo, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: 1. Setiap individu pengguna tato di komunitas Black Cat Tattoo memiliki pengalaman yang cenderung sama di masa lalu, mereka menjadikan pengalaman sebagai suatu pengetahuan dan selanjutnya mereka wujudkan dalam suatu tindakan yaitu menjadi pengguna tato dan seniman tato. Mereka berinteraksi dan terpengaruh dengan dunia sekitar kemudian akhirnya terkonstruksi lah cara pandang mereka mengenai suatu fenomena. 2. Motif individu dalam menggunakan tato dilatarbelakangi dengan bermacam-macam alasan. Alasan-alasan tersebut merupakan dorongan niat serta pertimbanganpertimbangan yang telah dipikirkan sebelumnya oleh individu. Ada informan yang mentato tubuh agar terlihat indah ketika dilihat oleh orang lain, ada informan yang mentato tubuhnya karena terinsipirasi dari idola kesukaannya dan ada informan yang mentato tubuhnya karena terbawa arus pergaulan dengan teman-teman sepermainannya. 3. Pemaknaan tato pada anggota komunitas Black Cat Tattoo cenderung banyak mengarah kepada informan yang memaknai tato sebagai suatu wujud ekspresi seni dan keindahan, lebih kepada sebuah penghargaan dan kepuasan untuk diri sendiri, meskipun di antara enam informan ada satu yang memaknai tato sebagai sebuah identitas kelompok, di mana informan tersebut menjadikan tato layaknya sebuah simbol solidaritas di dalam kelompoknya. Saran 1. Saran dalam Kaitan Bidang Akademis Penelitian ini adalah penelitian yang menggunakan studi fenomenologi tentang bagaimana anggota komunitas tato merefleksikan pengalamannya tentang tato, motif di balik penggunaan tato dan pemaknaan pribadinya terhadap tato itu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat bagaimana informan dalam merefleksikan pengalamannya, apa motifnya dan pemaknaan tato yang terbentuk dalam dirinya selama menjadi pengguna tato. Dari penelitian tentang pemaknaan tato ini, diharapkan dapat mengetahui proses pemaknaan tato melalui pengalaman- pengalaman yang telah dilewati oleh penggunanya. Selain itu, sangat 9

10 memungkinkan bagi peneliti yang lain untuk mengembangkan penelitian ini menggunakan metode dan kerangka pemikiran yang berbeda. 2. Saran dalam Kaitan Bidang Praktis Peneliti memberi saran kepada pengguna tato untuk terus meningkatkan kegiatankegiatan yang positif dan memiliki etika yang baik saat berinteraksi dengan masyarakat lainnya. Kemudian untuk masyarakat disarankan agar tidak langsung men-judge buruk kepada orang-orang bertato, karena pada dasarnya kita tidak dapat menilai seseorang dari kulit luarnya saja, sebelum kita mengenal seperti apa kepribadian orang tersebut. Daftar Referensi Sumber Buku Baron, Robert A. dan Byrne, Donn Psikologi Sosial. Jakarta: Erlangga Bungin, Burhan Metodologi Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press. Kuswarno, Engkus Fenomenologi: Konsepsi, Pedoman, Dan Contoh Penelitian. Bandung: Widya Padjadjaran. Lubis, Suwardi Sistem Komunikasi Indonesia. Medan: Bartong Jaya. Morissan Teori Komunikasi Individu Hingga Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Olong, Hatib Abdul Khadir Tato. Yogyakarta: LkiS Yogyakarta. Rakhmat, Jalaluddin Teori-Teori Komunikasi. Bandung: Remaja Karya. Shadily, Hasan Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta. Wirawan, I.B Teori-Teori Sosial Dalam Tiga Paradigma: Fakta Sosial, Defenisi Sosial, Perilaku Sosial. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sumber Diktat Perkuliahan Sitompul. Mukti dan Emilia Ramadhani Pengantar Ilmu Komunikasi Bahan Ajar dalam Mata Kuliah Pengantar Ilmu Komunikasi: Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara. 10

BAB I PENDAHULUAN. tindak kriminal sudah tertancap di benak kita. Citra buruk terhadap mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. tindak kriminal sudah tertancap di benak kita. Citra buruk terhadap mereka yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Segala sesuatu yang berhubungan dengan tato, pasti berhubungan dengan tindak kriminal sudah tertancap di benak kita. Citra buruk terhadap mereka yang memiliki tato

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Tato merupakan salah satu karya seni rupa dua dimensi yang layak untuk dihargai keberadaannya. Penenelitian tentang tattoo artist bernama Awang yang merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

1.1 Latar Belakang Masalah

1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa adanya orang lain, maka dari itu manusia selalu berusaha berinteraksi dengan orang lain dan mencari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku komunikasi merupakan suatu tindakan atau respon seseorang

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku komunikasi merupakan suatu tindakan atau respon seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perilaku komunikasi merupakan suatu tindakan atau respon seseorang dalam lingkungan dan situasi komunikasinya. Perilaku komunikasi dapat diamati melalui kebiasaan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak asing lagi di telinga masyarakat pengertian dan pemahaman tentang

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Tidak asing lagi di telinga masyarakat pengertian dan pemahaman tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tidak asing lagi di telinga masyarakat pengertian dan pemahaman tentang citra (image). Setiap orang memiliki citra yang berbeda. Tentu saja citra akan muncul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51).

BAB I PENDAHULUAN. dan dari bahan-bahan tradisional untuk membuat tato (Gumilar, 2005:51). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tato adalah gambar atau simbol pada kulit yang diukir dengan menggunakan alat sejenis jarum. Dulu, orang-orang menggunakan teknik manual dan dari bahan-bahan tradisional

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut artikel kompasiana.com, Tattoo (baca : tatu) adalah sebuah seni merajah tubuh dengan berbagai macam tema, apakah itu gambar, simbol, tulisan-tulisan bahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana

BAB I PENDAHULUAN. pembeda adalah penanganan dalam proses tindak pemidanaan terhadap narapidana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya pandangan hukum terhadap narapidana anak di Indonesia tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan narapidana umum lainnya, yang menajdi pembeda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi dalam kelompok adalah bagian dari kegiatan keseharian kita. Kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan, karena melalui kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan para pengguna tato. Setiap orang yang menggunakan tato memiliki

BAB I PENDAHULUAN. dimaksudkan para pengguna tato. Setiap orang yang menggunakan tato memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Tato merupakan salah satu cara untuk mengekspresikan diri, dimana tato dilihat juga sebagai fenomena seni yang dapat berbicara mengenai sesuatu yang dimaksudkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan di media cetak maupun elektronik. Tindik atau body piercing

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan di media cetak maupun elektronik. Tindik atau body piercing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tindik dan tato merupakan istilah yang sering didengar, dibahas, dan dibicarakan di media cetak maupun elektronik. Tindik atau body piercing adalah proses penusukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih

BAB I PENDAHULUAN. timur dunia. Kebudayaan barat memang sudah tidak asing lagi dan sudah lebih 1 BAB I PENDAHULUAN 1 Latar belakang Banyak kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia dan dijadikan trend bagi masyarakat Indonesia. Kebudayaan yang masuk pun datang dari barat dan timur dunia. Kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tato merupakan seni, dan tubuh merupakan satu dari objek pertama dalam seni, sebuah objek alami dengan tambahan berupa simbol bertransformasi menjadi objek dalam kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang diakses 19 Juni 2014 pukul 23.30

BAB I PENDAHULUAN.  yang diakses 19 Juni 2014 pukul 23.30 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Tato merupakan suatu wahana identitas yang menyebar tidak hanya di belahan dunia barat, tetapi juga mulai mewabah di Indonesia. Pada saat ini tato mempunyai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada beberapa suku di dunia. dalam tradisi suku Dayak dipedalaman

BAB I PENDAHULUAN. ditemukan pada beberapa suku di dunia. dalam tradisi suku Dayak dipedalaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tato pada sejarahnya merupakan bagian kebudayaan kuno yang dapat ditemukan pada beberapa suku di dunia. dalam tradisi suku Dayak dipedalaman Kalimantan (Indonesia),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Istilah komunikasi bukanlah suatu istilah yang baru bagi kita. Bahkan komunikasi itu sendiri tidak bisa dilepaskan dari sejarah peradaban umat manusia, dimana pesan

Lebih terperinci

2015 IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MOTIF HIAS SUMATERA BARAT

2015 IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN MOTIF HIAS SUMATERA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kurikulum sebagai suatu rencana sejalan dengan rumusan kurikulum menurut undang-undang pendidikan yang dijadikan sebagai acuan dalam penyelenggaraan sistem

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap dirinya, maka individu dikatakan memiliki self esteem yang rendah (Deaux,

BAB I PENDAHULUAN. terhadap dirinya, maka individu dikatakan memiliki self esteem yang rendah (Deaux, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Self - esteem merupakan sikap positif ataupun negatif terhadap diri individu (Rosenberg, 2006). Self - esteem menunjukan keseluruhan sikap seseorang terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun orang-orang untuk mengakomodasi tuntutan perubahan suatu

BAB I PENDAHULUAN. membangun orang-orang untuk mengakomodasi tuntutan perubahan suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring perkembangan zaman, berbagai problematika sebuah kehidupan membangun orang-orang untuk mengakomodasi tuntutan perubahan suatu identitas seseorang. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal.

BAB I PENDAHULUAN. muka atau melalui media lain (tulisan, oral dan visual). akan terselenggara dengan baik melalui komunikasi interpersonal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial yang hidup dan menjalankan seluruh aktivitasnya sebagai individu dalam kelompok sosial, komunitas, organisasi maupun masyarakat. Dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

III. PROSES PENCIPTAAN

III. PROSES PENCIPTAAN III. PROSES PENCIPTAAN A. Implementasi Teoritik 1. Tematik Dunia virtual dalam media sosial memang amat menarik untuk dibahas, hal ini pulalah yang membuat penulis melakukan sebuah pengamatan, perenungan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni peorganisasin data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota Bandung selain di kenal sebagai kota Fashion, tapi di kenal juga sebagai kota pendidikan karena banyaknya mahasiswa luar Bandung yang kuliah di sana. Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin

BAB I PENDAHULUAN. gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Dalam kehidupan manusia tidak akan pernah lepas dari yang namanya gaya berbusana, atau fashion secara etimologis fashion berasal dari bahasa Latin factio,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak

BAB I PENDAHULUAN. empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Mobil adalah kendaraan darat yang digerakkan oleh tenaga mesin, beroda empat atau lebih (selalu genap), biasanya menggunakan bahan bakar minyak (bensin atau solar)

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN KEBUDAYAAN 2.1 Uraina Tentang Seni Kata seni berasal dari kata "SANI" yang kurang lebih artinya "Jiwa Yang Luhur/ Ketulusan jiwa". Menurut kajian ilmu di eropa

Lebih terperinci

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL

BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL BAB III STRATEGI KOMUNIKASI DAN KONSEP VISUAL 3.1. Tujuan Komunikasi Dalam melakukan sebuah proses pembuatan / pengkaryaan sebuah karya akhir, agar karya tersebut ataupun informasi yang ingin disampaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia dikenal dengan kemajemukannya dalam berbagai aspek, seperti adanya keberagaman suku bangsa atau etnis, agama, bahasa, adat istiadat dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya dan komunikasi merupakan dua hal yang kaitannya sangat erat. Seseorang ketika berkomunikasi pasti akan dipengaruhi oleh budaya asalnya. Hal tersebut juga menunjukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tahun sebelum masehi. Tato pertama di dunia ini ditemukan di kawasan

BAB I PENDAHULUAN tahun sebelum masehi. Tato pertama di dunia ini ditemukan di kawasan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tato berasal dari kata Tahitian atau tatu yang berarti menandakan sesuatu. Tato pertama kali ditemukan di Mesir, tepatnya pada zaman Mesir kuno, sekitar 2000 tahun sebelum

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Sifat penelitian yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan dalam kasus ini adalah sifat penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian

Lebih terperinci

BAB VI PENUTUP. sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa dari jabat tangan yang

BAB VI PENUTUP. sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa dari jabat tangan yang BAB VI PENUTUP 4.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang diuraikan dalam pembahasan sebelumnya, penulis dapat menyimpulkan bahwa dari jabat tangan yang dilakukan mahasiswa Fisip Unwira Kupang, memberikan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdampak pada

BAB I. PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga berdampak pada BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi saat ini tidak hanya berdampak pada perkembangan ekonomi, politik, sosial ataupun budaya. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagai manusia kita telah dibekali dengan potensi untuk saling berkomunikasi. Manusia juga pada dasarnya memiliki dua kedudukan dalam hidup, yaitu sebagai makhluk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internet yang Anda pakai untuk mengirim dan menjelajahi interenet,

BAB I PENDAHULUAN. internet yang Anda pakai untuk mengirim  dan menjelajahi interenet, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Whatsapp adalah sebuah aplikasi chatting pada yang biasanya tersedia di bursa smartphone yang memungkinkan penggunanya berbagi gambar dan pesan. Whatsapp adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi adalah hal yang mendasar yang diperlukan manusia dalam hidupnya. Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri dan selalu membutuhkan

Lebih terperinci

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Bukti eksistensi warga muslim Tionghoa di kota Bandung yaitu kita dapat

repository.unisba.ac.id BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Bukti eksistensi warga muslim Tionghoa di kota Bandung yaitu kita dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Bukti eksistensi warga muslim Tionghoa di kota Bandung yaitu kita dapat melihat Masjid Lautze di sekitaran Jalan Tamblong. Bangunan dengan dominan warna berwarna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus citacita bagi kemajuan

Lebih terperinci

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan)

AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN BUDAYA HINDU (Studi Tentang Perilaku Keagamaan Masyarakat Islam Tradisional di Gununggangsir Beji Pasuruan) A. Latar Belakang Masalah Setiap agama bagi para pemeluknya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya.meski masyarakat Jepang sangat menjaga budaya dan tradisi dari leluhurnya,

BAB I PENDAHULUAN. masyarakatnya.meski masyarakat Jepang sangat menjaga budaya dan tradisi dari leluhurnya, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang adalah negara maju yang terkenal dengan perkembangan teknologi yang sangat cepat, namun tidak begitu saja meninggalkan budaya lama yang sudah lama melekat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku kegiatan ekonomi dimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Masyarakat dalam kegiatan ekonomi melibatkan

Lebih terperinci

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN

BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN 66 BAB IV INTERPRETASI HASIL PENELITIAN A. Hasil Temuan Penelitian Temuan penelitian berupa data lapangan diperoleh melalui penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Ini sangat diperlukan sebagai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu

I. PENDAHULUAN. dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial, oleh sebab itu manusia pasti berinteraksi dan berkomunikasi dengan manusia lainnya dalam kehidupan sehari-hari, baik itu secara langsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mempertahankan hidupnya. Hal ini terbukti dari salah satu seni di

BAB I PENDAHULUAN. di dalam mempertahankan hidupnya. Hal ini terbukti dari salah satu seni di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam situasi dunia seperti ini dimana banyak ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan pesat membuat masyarakat semakin semangat di dalam melakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia mempunyai rasa saling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia mempunyai rasa saling 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, pada dasarnya manusia mempunyai rasa saling membutuhkan antara satu dengan yang lainya. Manusia sebagai mahluk social didunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal

BAB I PENDAHULUAN. Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Punk merupakan sebuah budaya yang lahir di Negara inggris, pada awal mulanya, sekelompok punk selalu saling berselisih paham dengan golongan skin head. Namun,

Lebih terperinci

2014 SENI FOTOGRAFI BODY PAINTING DENGAN TEKNIK PENCAHAYAAN ULTRAVIOLET

2014 SENI FOTOGRAFI BODY PAINTING DENGAN TEKNIK PENCAHAYAAN ULTRAVIOLET 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Pesatnya perkembangan dunia fotografi menjadikan sebuah bidang yang sangat luas dengan aspek-apek kehidupan didalmnya. Kebutuhan manusia akan dunia fotografi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Remaja merupakan periode yang menarik untuk dibahas, kerena remaja merupakan masa yang pada saat itu terjadi banyak perkembangan fisik pada dirinya misalnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia berpikir, setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe penelitian kualitatif yang bersifat deskriptif. Menurut Bogdan dan Taylor (1975) dalam Moleong

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif

Interaksionisme Simbolik dalam Penelitian Kualitatif Salah satu jenis pendekatan utama dalam sosiologi ialah interaksionisme simbolik. Interaksionisme simbolik memiliki perspektif dan orientasi metodologi tertentu. Seperti halnya pendekatan-pendekatan lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium,

BAB I PENDAHULUAN. manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa pada prinsipnya merupakan alat komunikasi. Melalui bahasa manusia dapat saling berinteraksi. Manusia sebagai animal symbolicium, merupakan makhuk yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini menghasilkan

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan jenis penelitian kualitatif. Jenis penelitian ini menghasilkan 40 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Untuk mengkaji lebih dalam mengenai Konflik Terselubung dalam Keluarga di Desa Prasung Tambak Kecamatan Buduran Kabupaten Sidoarjo, peneliti menggunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Rokok dalam perkembangannya telah menjadi salah satu komoditi dagang yang memiliki banyak konsumen. Rokok dengan mudah dapat dibeli oleh pelbagai kalangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat. Mitchell (dalam Nurgiyantoro, 2005 : 163) yakni, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra daerah merupakan bagian dari suatu kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Kehidupan sastra daerah itu dapat dikatakan masih

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN III. METODOLOGI PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini merupakan Penelitian Kuantitatif. Penelitian kuantitatif, adalah penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan di masyarakat selalu mengalami banyak perubahan dari waktu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kehidupan di masyarakat selalu mengalami banyak perubahan dari waktu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan di masyarakat selalu mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu, perubahan tersebut sering kita jumpai terutama di kalangan anak muda di era modern saat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dewasa ini seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi maka pesat juga perkembangan dalam dunia mode dan fashion. Munculnya subculture seperti aliran Punk, Hippies,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk berekspresi dan berkomunikasi. Menurut Bruner (1986), posisi tubuh

BAB I PENDAHULUAN. untuk berekspresi dan berkomunikasi. Menurut Bruner (1986), posisi tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah 1.1.1. Komunikasi dan tato Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak lepas dari segala bentuk komunikasi 1. Komunikasi memiliki bentuknya masing-masing bergantung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, komunikasi tidak akan. melibatkan proses pemahaman dan memahami orang.

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, komunikasi tidak akan. melibatkan proses pemahaman dan memahami orang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, komunikasi tidak akan pernah lepas dari kehidupan manusia pada umumnya. Kita dapat mengetahui informasi yang dibutuhkan orang lain,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Paradigma penelitian ini menggunakan pendekatan kritis melalui metode kualitatif yang menggambarkan dan menginterpretasikan tentang suatu situasi, peristiwa,

Lebih terperinci

Mata Kuliah Persepsi Bentuk

Mata Kuliah Persepsi Bentuk Modul ke: Mata Kuliah Persepsi Bentuk Pertemuan 11 Fakultas FDSK Nina Maftukha, S.Pd., M.Sn Program Studi Desain Produk www.mercubuana.ac.id IDE Dalam dunia seni rupa umumnya dikenal ada dua struktur,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia

BAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain

BAB I PENDAHULUAN. warung kopi modern sekelas Starbucks. Kebiasaan minum kopi dan. pertandingan sepak bola dunia, ruang pertemuan, live music dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Warung kopi adalah tempat yang mudah dijumpai hampir di seluruh wilayah belahan dunia, mulai dari warung kopi tradisional sampai kepada warung kopi modern

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fina Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fina Lestari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keanekaragaman budaya yang dimiliki Bangsa Indonesia menjadi warisan budaya untuk mengembangkan dan membangun identitas bangsa dalam mempertahankan eksistensinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan periklanan menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak manusia mulai mengenal sistem perdagangan yang paling awal yakni barter, iklan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 1.1 Paradigma Penelitian Paradigma konstruktivisme memandang realitas kehidupan sosial bukanlah realitas yang natural, tetapi terbentuk dari hasil konstruksi. Karenanya, konsentrasi

Lebih terperinci

HOBI COSTUME PLAY (COSPLAY) DAN KONSEP DIRI. (Studi Korelasional Hubungan Antara Hobi Cosplay dengan Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan)

HOBI COSTUME PLAY (COSPLAY) DAN KONSEP DIRI. (Studi Korelasional Hubungan Antara Hobi Cosplay dengan Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan) HOBI COSTUME PLAY (COSPLAY) DAN KONSEP DIRI (Studi Korelasional Hubungan Antara Hobi Cosplay dengan Konsep Diri Anggota Komunitas Cosplay Medan) Oleh : FAROUK BADRI AL BAEHAKI 100904029 ABSTRAK Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom. Komunikasi: Suatu Pengantar Tine A. Wulandari, M.I.Kom. Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi adalah kemampuan alamiah; setiap orang mampu melakukannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi mempunyai definisi yaitu sebuah transmisi sebuah pesan dari sumber kepada penerima, lebih dari 50 tahun konsep komunikasi dikemukakan olehn Harold Lasswell,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan hasil dari kebudayaan manusia yang dapat didokumentasikan atau dilestarikan, dipublikasikan dan dikembangkan sebagai salah salah satu upaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pengganti barang tersebut. Akan tetapi, pada saat ini konsep belanja itu sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Konsep belanja ialah suatu sikap untuk mendapatkan barang yang menjadi keperluan untuk sehari-hari dengan jalan menukarkankan sejumlah uang sebagai pengganti barang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Dari jaman dahulu komunikasi merupakan salah satu aktifitas yang terpenting dalam kehidupan manusia. Dengan adanya komunikasi dapat memberikan suatu informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tato adalah salah satu bentuk kebudayaan yang keberadaannya tidak lepas dari pengaruh proses dialektika sosial. Di Indonesia ada beberapa daerah yang memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1 I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG 1. Batasan Masalah Karya seni mempunyai pengertian sangat luas sehingga setiap individu dapat mengartikannya secara berbeda. Menurut kamus besar bahasa Indonesia, karya

Lebih terperinci

PERAN SIGNIFICANT OTHERS

PERAN SIGNIFICANT OTHERS PERAN SIGNIFICANT OTHERS DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI (Studi Kasus tentang Peran Romo dalam Pembentukan Konsep Diri Kaum Muda melalui Komunikasi Interpersonal di Gereja Paroki Santa Maria Assumpta Babarsari)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk

BAB I PENDAHULUAN. komunikasi dan informasi membawa berbagai kemudahan bagi masyarakat untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi menunjukkan skala berkembang, tumbuh besar, mempercepat dan memperdalam dampak arus dan pola interaksi sosial antar benua (Held dan McGrew, 2002:12). Globalisasi

Lebih terperinci

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA

2015 ANALISIS DESAIN ALAT MUSIK KERAMIK DI DESA JATISURA KECAMATAN JATIWANGI KABUPATEN MAJALENGKA 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia dikenal sebagai negara kaya akan sumber daya alam mineral. Berbagai macam bahan mineral yang banyak ditemukan diantaranya berupa batuan sedimen,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Surakarta selain dikenal sebagai kota batik, juga populer dengan keanekaragaman kulinernya yang sangat khas. Setiap suku bangsa di Indonesia memiliki kekhasan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Sejauh ini ada tiga macam konstruktivisme seperti yang diungkapkan oleh Suparno : pertama, konstruktivisme radikal; kedua, realisme hipotesis; ketiga, konstruktivisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pola pengembangan kepribadian anak terbentuk dari berbagai jenis pembelajaran yang diperoleh. Pengalaman yang didapatkan berasal dari berbagai kejadian sekitarnya yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. menjadi bagian terpadu dan tak terpisahkan dari peningkatan. yang digunakan dalam proses pembelajaran, kemajuan teknologi dapat BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keberhasilan sebuah pelaksanaan Pendidikan ditentukan oleh beberapa hal yang salah satunya adalah kualitas pembelajaran. Upaya peningkatan mutu pembelajaran menjadi

Lebih terperinci

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya Oleh Sarimo NIM: K3201008 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjalanan peradaban bangsa Indonesia telah berlangsung dalam kurun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Manusia hidup dalam dunia komunikasi. Setiap hari dan setiap saat

BAB I PENDAHULUAN. A. Konteks Penelitian. Manusia hidup dalam dunia komunikasi. Setiap hari dan setiap saat BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Manusia hidup dalam dunia komunikasi. Setiap hari dan setiap saat manusia melakukan aktifitas komunikasi antarpribadi, berbicara dengan anggota keluarga, tetangga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan suatu pola dari keseluruhan keyakinan dan harapan yang dipegang teguh secara bersama. Kebudayaan menurut Koentjaraningrat adalah merupakan wujud ideal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kemampuan menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang sangat penting untuk dikuasai. Untuk itu kemampuan menulis perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa Indonesia dahulu dikenal dengan bahasa melayu yang merupakan bahasa penghubung antar etnis yang mendiami kepulauan nusantara. Selain menjadi bahasa penghubung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Ragam budaya yang terdapat di Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi di tiap-tiap penganutnya.

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif adalah jenis penelitian yang memberikan gambaran atau uraian atas

Lebih terperinci