- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Desember 2011 KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN, ttd SJARIEF WIDJAJA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Desember 2011 KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN, ttd SJARIEF WIDJAJA"

Transkripsi

1 KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.97/BPSDMKP/2011 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TEACHING FACTORY PADA SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN, Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kompetensi lulusan Sekolah Usaha Perikanan Menengah di lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan agar sesuai dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri, perlu menerapkan strategi pembelajaran teaching factory; Mengingat b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, perlu menetapkan Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan tentang Pedoman Pelaksanaan Teaching Factory pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan; : 1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional; 2. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 Perikanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009; 3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan; 4. Peraturan Presiden Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011; 5. Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 92 Tahun 2011; 6. Keputusan Presiden Nomor 140/M Tahun 2010; 7. Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor PER.15/MEN/2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Kelautan dan Perikanan;

2 Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.21/MEN/2002 tentang Pedoman Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah Usaha Perikanan Menengah; 9. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.24/MEN/2002 tentang Tata Cara dan Teknik Penyusunan Peraturan Perundang-undangan di Lingkungan Departemen Kelautan dan Perikanan; MEMUTUSKAN: Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TEACHING FACTORY PADA SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN. KESATU : Menetapkan Pedoman Pelaksanaan Teaching Factory pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagaimana tersebut dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan Kepala Badan ini. KEDUA KETIGA : Pedoman Pelaksanaan Teaching Factory pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagaimana dimaksud diktum KESATU merupakan acuan dalam melaksanakan sistem pembelajaran Teaching Factory pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan. : Keputusan Kepala Badan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 19 Desember 2011 KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN, ttd SJARIEF WIDJAJA Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Organisasi dan Kepegawaian, Hearsanto Effendy

3 - 3 - Lampiran : Keputusan Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan Nomor KEP.97/BPSDMKP/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Teaching Factory pada Sekolah Usaha Perikanan Menengah di Lingkungan Kementerian Kelautan dan Perikanan PEDOMAN PELAKSANAAN TEACHING FACTORY PADA SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam rangka menyiapkan SDM yang profesional dan kompeten dipandang perlu dilakukan peningkatan kemampuan/kualitas terhadap SDM tersebut. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin global. Peningkatan sumber daya manusia ini juga berpengaruh terhadap dunia pendidikan. Pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus terprogram dan melalui jalur yang tepat agar yang dihasilkan bermutu dan kompeten serta bisa bersaing dalam dunia global. Demikian juga dengan SUPM yang berfungsi sebagai lembaga pencetak tenaga terampil dan kompeten dibidang kelautan dan perikanan harus bisa selaras dengan kebutuhan dunia industri untuk bisa bersaing. Oleh karena itu peningkatan sumber daya manusia harus menjadi prioritas utama dalam rangka meningkatkan kualitas lulusannya. Berbagai upaya telah dilakukan Kementerian Kelautan dan Perikanan khususnya Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan untuk meningkatkan kualitas satuan pendidikan sehingga dihasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi dan mampu berwirausaha agar mampu menghasilkan tamatan yang siap mendukung Pembangunan Nasional terutama dalam menyongsong era pasar bebas dan mengantisipasi perkembangan IPTEK yang begitu pesat. Salah satu dasar dan penentu dasar arah pengembangan sistem Pendidikan Kelautan dan Perikanan dewasa ini adalah kebijakan link and match yang diterapkan melalui pendidikan sistem ganda. Kebijakan yang merupakan reformasi sistem pendidikan telah mengubah pola pengembangan sekolah dari suply driven menjadi demand driven. Kebijakan lain yang akan diterapkan dalam sistem Pendidikan Kelautan dan Perikanan untuk jenjang menengah dan tinggi adalah pengembangan Unit produksi sebagai sarana teaching factory untuk meningkatkan profesionalisme dan menumbuhkan jiwa kewirausahaan tenaga pendidik dan kependidikan serta peserta didik, sehingga akan membawa institusi dalam hal ini SUPM menjadi sentra industri.

4 - 4 - Sejalan dengan semangat tersebut, kita harus terus menerus memacu untuk melakukan pembenahan diri dan terobosan-terobosan yang dapat dipertanggungjawabkan manfaatnya. Keberhasilan SUPM dalam usaha mendukung terlaksananya reformasi tersebut salah satunya adalah melalui kegiatan unit produksi dan pembelajaran dengan penerapan teaching factory. Dasar hukum pengembangan dan pembangunan unit produksi (teaching factory) yang ada diinstitusi pendidikan, khususnya pada saat ini berdasar dan berpedoman pada kurikulum SUPM. B. Tujuan bagi: 1. Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan Sebagai instrumen kontrol dan standar monitoring dan evaluasi dalam pelaksanaan pembelajaran teaching factory di SUPM 2. SUPM Sebagai acuan dalam melaksanakan pembelajaran teaching factory yang efektif C. Ruang Lingkup Pedoman Ruang lingkup pedoman ini meliputi: 1. Pengelolaan Teaching Factory 2. Mekanisme Kegiatan Pembelajaran pada Teaching Factory 3. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan D. Pengertian Teaching Factory Teaching factory merupakan konsep pembelajaran dalam suasana sesungguhnya, sehingga dapat menjembatani kesenjangan kompetensi antara kebutuhan industri dan pengetahuan di satuan pendidikan. Teknologi pembelajaran yang inovatif dan praktek produktif merupakan konsep pendidikan yang berorientasi pada manajemen peserta didik dalam pembelajaran agar selaras dengan kebutuhan dunia usaha/dunia industri. Dalam pengertian lain bahwa pembelajaran berbasis produksi adalah suatu proses pembelajaran keahlian atau keterampilan yang dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja yang sesungguhnya (real job) untuk menghasilkan barang atau jasa yang sesuai dengan tuntutan pasar atau konsumen. Dengan kata lain barang/jasa yang diproduksi dapat berupa hasil produksi yang dapat dijual atau yang dapat digunakan oleh masyarakat, atau konsumen. Program teaching factory merupakan perpaduan pembelajaran yang sudah ada yaitu Competency Based Training (CBT) dan Production Based Training (PBT), dalam pengertiannya bahwa suatu proses keahlian atau keterampilan (life skill) dirancang dan dilaksanakan berdasarkan prosedur dan standar bekerja (Standard Operation Procedure) yang sesungguhnya untuk menghasilkan produk yang sesuai dengan tuntutan pasar/konsumen.

5 - 5 - BAB II PENGELOLAAN TEACHING FACTORY A. Tujuan dan Manfaat Teaching Factory 1. Tujuan Teaching Factory a. Tujuan umum teaching factory adalah pengembangan budaya kewirausahaan unsur-unsur satuan pendidikan dan peserta didik dengan tetap menjalankan fungsinya sebagai lembaga pendidikan untuk memanfaatkan faktor-faktor produksi secara optimal. b. Tujuan Khusus Teaching Factory adalah: 1) Mengoptimalkan penggunaan sarana dan prasarana yang dimiliki sesuai dengan tupoksinya. 2) Menumbuh kembangkan jiwa wirausaha pada segenap unsur SDM satuan pendidikan dan peserta didik. 3) Meningkatkan nilai tambah keberadaan satuan pendidikan bagi masyarakat sekitarnya. 4) Memberikan peluang bagi pihak ketiga untuk dapat berpartisipasi dalam kegiatan teaching factory yang berorientasi bisnis yang saling menguntungkan. 5) Meningkatkan pemasukan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP). 2. Manfaat Teaching Factory a. Manfaat bagi peserta didik Memberikan pengalaman langsung suasana industri di SUPM dalam proses pembelajaran sekaligus memberikan kesempatan kepada peserta didik dalam mengembangkan kompetensi personal yang meliputi aspek sosial, akademik dan vokasional. b. Manfaat bagi Pendidik dan Tenaga Kependidikan Memberikan wawasan yang luas, peningkatan pengalaman dan keterampilan dalam penerapan teknologi pada proses produksi, pemasaran dan pengelolaan bisnis sehingga mengubah peran pendidik menjadi konsultan, asesor dan fasilitator. c. Manfaat bagi Sekolah Dapat menjadi center of business bagi peserta didik dan pendidik, masyarakat dan industri/usaha bidang kelautan dan perikanan, meningkatkan daya saing lulusan, meningkatkan mutu penyelenggaraan pendidikan serta mendapat pengakuan akan terjaminnya mutu lulusan dari pihak industri/usaha bidang kelautan dan perikanan baik tingkat nasional maupun internasional. d. Manfaat Bagi Industri/Mitra usaha Mendapatkan alih teknologi dan informasi, sebagai bentuk pengabdian masyarakat, mendapatkan sumber tenaga kerja serta sebagai sarana promosi perusahaan. Perusahaan/industri juga dapat mencari solusi dari permasalahan yang timbul selama menghasilkan/berproduksi barang/jasa, melalui dunia akademis. Selain itu, diharapkan menjadi bahan kajian dan diskusi dalam pengembangan metode pembelajaran yang tepat bagi pendidik dalam rangka melaksanakan teaching factory.

6 - 6 - B. Jenis Usaha e. Manfaat bagi Kementerian Kelautan dan Perikanan Menjadi aset SDM dalam proses mewujudkan SDM kelautan dan perikanan dalam rangka mendorong pencapaian visi dan misi Kementerian Kelautan dan Perikanan. Jenis Usaha pada teaching factory di SUPM meliputi usaha di bidang: 1. Penangkapan Ikan Sesuai Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009, yakni; kegiatan memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apapun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan atau mengawetkannya. 2. Budidaya Perikanan Kegiatan memelihara, membesarkan dan atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah dan atau mengawetkannya. 3. Mesin Perikanan Kegiatan memproduksi mesin dan alat perikanan, baik mesin dan alat bantu penangkapan, budidaya ataupun pengolahan ikan dalam bentuk unit maupun sparepart. 4. Pengolahan hasil perikanan Kegiatan pengolahan yang meliputi aspek menjaga mutu hasil perikanan, sanitasi higiene proses produksi, pengendalian dan pemanfaatan limbah hasil perikanan, serta mengatur proses produksi hasil perikanan. 5. Sumberdaya Kelautan Kegiatan mengelola dan mengembangkan potensi kelautan (misal : usaha garam) C. Pola Pelaksanaan 1. Kemitraan Pola kemitraan dilakukan dengan prinsip saling menguntungkan antara pihak yang bermitra, memiliki kesepakatan untuk maju bersama, serta dilandasi sikap dan perilaku yang profesional dalam melaksanakan kegiatan, merasa memiliki dan menjaga serta disiplin dan saling mentaati peraturan dan kesepakatan yang telah dibuat. a. Prinsip Pelaksanaan Kemitraan Dalam pola kemitraan ini kedua belah pihak berada pada posisi yang sejajar/sama dalam melaksanakan kegiatan dengan memanfaatkan sumber daya kedua belah pihak untuk melaksanakan kegiatan usaha. b. Prosedur Pelaksanaan Kemitraan 1) Kedua belah pihak saling mengidentifikasi sumber daya masingmasing (sarana dan prasarana, SDM, keuangan, dsb) untuk dipakai dalam kegiatan teaching factory. 2) Kedua belah pihak menetapkan jenis usaha, hak dan kewajiban, dan hal lain yang berkaitan dengan kegiatan yang dilaksanakan.

7 - 7-3) Membuat dan mentandatangani naskah kerjasama kemitraan. 4) Kepala Sekolah melaksanakan monitoring dan evaluasi pelaksanaan, dan melaporkan kegiatan kemitraan kepada Sekretaris BPSDM KP dan Kepala Pusat Pendidikan KP. 5) Mekanisme keuangan kegiatan kemitraan teaching factory dilaksanakan berpedoman kepada peraturan yang berlaku. 2. Swakelola Salah satu pola pelaksanaan teaching factory adalah swakelola. Dalam pola ini semua input/kebutuhan disediakan/berasal dari sekolah, baik menyangkut SDM, sarana, prasarana maupun pendanaan. Dalam pola swakelola kegiatan tersebut pendanaannya bersumber dari APBN yang telah diprogramkan dalam DIPA sekolah setiap tahun anggaran. Selain itu dapat dibiayai dari sumber dana lain yang bersifat tidak mengikat dari. Mekanisme keuangan kegiatan swakelola teaching factory dilaksanakan berpedoman sesuai peraturan yang berlaku. D. Organisasi Pengelola Dalam pelaksanaannya, teaching factory dikelola oleh suatu organisasi yang melibatkan beberapa pemangku kepentingan dengan susunan sebagai berikut: 1. Kepala Pusat Kepala Pusat adalah pejabat yang bertindak sebagai Pembina Program di tingkat Pusat dan menetapkan aturan-aturan sesuai dengan tupoksinya. 2. Kepala Sekolah Kepala Sekolah sebagai penanggung jawab kegiatan dan bertugas: a. Mengelola program, b. Menunjuk Pengelola teaching factory, c. Mengkonsultasikan dengan Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan, Sekretaris BPSDM KP serta pihak lain yang terkait, d. Menyiapkan tata naskah perjanjian kerjasama, e. Menandatangani perjanjian kerjasama, f. Melaksanakan monitoring dan evaluasi kegiatan secara internal 3. Pengelola Teaching Factory Pengelola teaching factory ditunjuk dan ditetapkan oleh Kepala Sekolah yang merupakan tenaga profesional di bidangnya, baik pejabat fungsional, struktural maupun peserta didik, serta berkemauan keras untuk memajukan teaching factory. Apabila disuatu sekolah terdapat beberapa jenis usaha, maka sebagai Koordinator teaching factory (General Manager) adalah Kepala Bagian/Seksi/Wakasek yang mengelola Sarana Pendidikan. Sedangkan masing-masing jenis usaha kegiatan teaching factory dipimpin oleh seorang manajer yang dipegang oleh seorang pendidik. Selanjutnya dalam operasional kegiatan peserta didik diperankan sebagai manager, dibawah bimbingan manajer unit usaha yang bersangkutan serta pendidik dari mata pelajaran yang terkait. Manajer dapat memperkerjakan orang-orang baik yang berasal dari staf Sekolah maupun tenaga yang lain sesuai dengan kebutuhan guna mendukung kontinuitas kegiatan usaha.

8 Pengelola Teaching Factory bertugas: a. Menganalisa proposal yang masuk dari sisi kelayakan manajemen, teknis, finansial, dan manfaat kegiatan bagi satuan pendidikan. b. Hasilnya dilaporkan kepada Kepala Sekolah untuk ditindak lanjuti. c. Bila proposal diterima, Kepala Sekolah mengkonsultasikan terlebih dahulu dengan Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan. 5. Organisasi Pengelola Teaching Factory, sebagaimana berikut: Mitra / Pihak Ke 3 Kepala Sekolah Pengelola General Manager/ Koordinator Penanggung Jawab Usaha PI Manajer Penanggung Jawab Usaha Pengolahan Manajer Penanggung Jawab Usaha Budidaya Manajer Dan lain-lain Usaha Manajer Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan Pelaksanaan Siswa diperankan sebagai manajer Siswa diperankan sebagai manajer Siswa diperankan sebagai manajer Siswa diperankan sebagai manajer

9 E. Perencanaan Kegiatan Dalam perencanaan kegiatan, sekolah sebaiknya melakukan tahap-tahap sebagai berikut: 1. Penyusunan Proposal Unit Usaha Produksi Proposal hendaknya disusun oleh peserta didik dibawah bimbingan pendidik yang berperan sebagai konsultan. Setelah proposal dianggap layak, kepala sekolah menetapkan kelompok unit usaha produksi tersebut. Isi proposal hendaknya memuat antara lain: a. Judul Usaha Unit Produksi b. Latar Belakang c. Tujuan d. Periode Waktu e. Biaya yang dibutuhkan f. Rencana Kegiatan 2. Membentuk Manajemen Teaching Factory Kelompok unit usaha bisa terdiri dari satu atau lebih dari masing masing program keahlian. Setiap kelompok hendaknya terdiri dari peserta didik dari kelas 1 sampai kelas 3. Peserta didik yang telah memasuki kelas 3 dapat berperan sebagai manajer. Sedangkan untuk peserta didik kelas 1 dan 2, berperan sebagai pelaksana atau pekerja. Kelompok Kerja Unit Usaha Produksi hendaknya terdiri dari: a. Manajer Peserta didik yang berperan sebagai manajer memiliki tugas: 1) Menyusun rencana kegiatan, mulai dari perencanaan, proses dan evaluasi usaha dibawah bimbingan pendidik yang berperan sebagai konsultan. 2) Mengkoordinir seluruh proses produksi dari semua bagian, baik bagian administrasi, produksi, pemasaran. 3) Melaporkan hasil kerja ke pendidik yang berperan sebagai manajer penanggungjawab kegiatan teaching factory. b. Bagian Administrasi Bagian administrasi dilaksanakan oleh peserta didik dari kelas 1 dan kelas 2 serta kelas 3, yang memiliki tugas antara lain : 1) Mencatat biaya input produksi atau modal usaha 2) Mencatat keuntungan dari produksi 3) Melaporkan administrasi usaha ke manajer 4) Kegiatan administrasi dibawah bimbingan pendidik yang berperan sebagai konsultan. c. Bagian produksi Bagian produksi, peserta didik memiliki tugas antara lain: 1) Menyiapkan bahan produksi 2) Menjalankan proses produksi sesuai SOP 3) Mencatat setiap tahapan produksi dan kemajuan proses produksi d. Bagian pemasaran Apabila sekolah belum menjalin kerjasama dengan mitra kerja sebagai pembeli hasil produksi, maka peserta didik diharapkan mampu membuka peluang pasar sendiri. Dalam hal ini, kreatifitas untuk mendapatkan peluang pasar sangat dibutuhkan. Promosi bisa dilakukan beberapa cara, seperti promosi lewat media internet, promosi lewat pameran

10 produk perikanan serta mengajukan sendiri ke perusahaan perusahaan perikanan. Hendaknya setiap bagian dalam manajemen produksi dibawah bimbingan pendidik yang berperan sebagai konsultan. F. Kerja Sama dengan Pihak Ketiga 1. Pihak Ketiga Pihak ketiga adalah pihak lain baik dari unsur dalam sekolah (misalnya koperasi, perorangan/kelompok) maupun unsur dari luar sekolah (misalnya perusahaan, yayasan berbadan hukum, maupun perseorangan) yang bersungguh-sungguh berminat mengadakan kerja sama dengan satuan pendidikan, mengembangkan SDM sekolah dan memanfaatkan faktorfaktor produksi dengan orientasi bisnis yang saling menguntungkan kedua belah pihak. 2. Tata Naskah Kerja Sama dengan Pihak Ketiga Tata naskah kerja sama harus dipersiapkan dengan matang dan cermat. Selanjutnya dikonsultasikan kepada Kepala Pusat dan Sekretaris BPSDM KP, untuk diminta persetujuan atas naskah kerja sama tersebut. Untuk menjunjung prinsip kehati-hatian, maka sekolah yang bekerja sama dengan pihak ketiga harus mensyaratkan hal-hal sbb: a. Kesesuaian dengan tugas dan fungsi sekolah Jenis usaha yang dilakukan harus disesuaikan dengan tugas dan fungsi sekolah b. Kejelasan Jenis Usaha Jenis usaha yang dikembangkan di dalam teaching factory harus jelas, seperti: 1) Penangkapan Ikan 2) Budidaya Perikanan (Budidaya Air Tawar, Budidaya Air Payau, Budidaya Laut, Budidaya Perairan Umum) 3) Permesinan Perikanan (mesin kapal, mesin pendingin, mesin-mesin deck dan alat bantu penangkapan, komponen permesinan) 4) Pengolahan Hasil Perikanan (Pengolahan Tradisional, Pengolahan Modern) 5) Pemanfaatan Sumberdaya Perairan 6) Jasa Kelautan c. Jangka Waktu Kerja Sama Batasan waktu kerja sama harus diatur, sehingga dapat disusun jadual kegiatan dengan benar dan dapat memproyeksikan hasil yang akan dicapai. 1) Kejelasan Hak Bagi Hasil Pihak sekolah harus memiliki secara jelas item-item pemasukan finansial dari kegiatan dan pengembangan usaha ke masa depan dan terus bersandar pada prinsip saling menguntungkan. 2) Kejelasan Skala Usaha Skala usaha yang akan dilaksanakan perlu diklasifikasikan (kecil, menengah, besar), berkaitan dengan penyediaan faktor-faktor produksi seperti kebutuhan tenaga kerja baik jumlah, kualifikasi dan asalnya.

11 - 11-3) Kejelasan Output (keluaran) yang dihasilkan Output yang dihasilkan harus layak, hal ini penting sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan kelangsungan kemitraan. 4) Kejelasan Kewajiban Pertanggung resiko Tata naskah harus menguraikan tanggung jawab masing-masing pihak di dalam melaksanakan operasional kegiatan termasuk kemungkinan resiko yang akan dialami seperti kerusakan alat produksi, ketiadaan bahan baku, dan lain-lain. 5) Pemutusan Hubungan Kerja Apabila salah satu pihak merasa usaha tersebut sudah tidak menguntungkan dan dinyatakan secara tertulis, maka salah satu pihak tersebut dapat mengajukan opsi pemutusan hubungan kerja sebelum selesainya kerjasama. Pengajuan ini, minimal 1 (satu) tahun sebelum pemutusan kerja tersebut direalisasikan. 6) Penyelesaian Perselisihan Bila terjadi perselisihan antara dua pihak, hal yang perlu diantisipasi adalah bagaimana cara penyelesaian baik melalui musyawarah, pengadilan atau penyelesaian di luar pengadilan. 3. Tata Cara Penyusunan Kerja Sama dengan Pihak Ketiga Perjanjian kerja sama harus memuat hal-hal yang bersifat spesifik, atau teknis dan implementatif yang disepakati oleh kedua belah pihak. Tahap-tahap penyusunan perjanjian kerja sama adalah sebagai berikut: a. Penjajakan Pihak ketiga menyampaikan proposal ke satuan pendidikan, setelah dipelajari dan dianalisis maka perlu diprakarsai suatu perjanjian kerja sama b. Perundingan Kepala Sekolah menyampaikan prakarsa dimaksud dengan calon pihak ketiga dan melakukan perundingan mengenai materi yang akan diperjanjikan. Prakarsa, isi materi yang dirundingkan harus dilaporkan kepada Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan untuk mendapat tanggapan dan persetujuan c. Penyiapan Naskah Kerjasama Naskah kerjasama harus ditandatangani oleh Kepala Sekolah dan pihak ketiga serta diketahui oleh Kepala Pusat Pendidikan dan Kelautan sebagai tanda persetujuan.

12 BAB III KEGIATAN PEMBELAJARAN PADA TEACHING FACTORY A. Perencanaan Pembelajaran Teaching Factory Dalam perencanaan pembelajaran, guru hendaknya menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) sebelum melaksanakan proses pembelajaran, baik di kelas maupun di luar kelas (unit produksi, laboratorium, bengkel, dll). RPP ini merupakan penjabaran silabus yang telah disusun oleh Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan. Setiap pendidik berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sistematis agar penyelenggaraan pembelajaran berlangsung secara interaktif, menyenangkan serta aplikatif dengan dunia usaha / dunia industri yang sesungguhnya. RPP disusun setiap KD (Kompetensi Dasar) yang dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih yang disesuaikan dengan penjadualan di satuan pendidikan. Langkah langkah dalam penyusunan RPP meliputi antara lain: 1. Menuliskan Identitas Mata Pelajaran Identitas mata pelajaran meliputi: kelas, semester, program keahlian, mata pelajaran, jumlah pertemuan. 2. Menuliskan Standar Kompetensi Standar kompetensi merupakan kualifikasi kemampuan minimal peserta didik yang menggambarkan penguasaan pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang diharapkan dicapai pada setiap atau semester pada suatu mata pelajaran. 3. Kompetensi Dasar Kompetensi dasar adalah sejumlah kemampuan yang harus dikuasai peserta didik dalam mata pelajaran tertentu sebagai rujukan penyusunan indikator kompetensi dalam suatu pelajaran. Kompetensi dasar dapat dikutip dari silabus yang telah disusun. 4. Menuliskan Indikator Pencapaian Kompetensi Indikator pencapaian kompetensi adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dirumuskan dengan menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan. 5. Merumuskan Tujuan Pembelajaran Tujuan pembelajaran menggambarkan proses dan hasil belajar yang diharapkan dicapai oleh peserta didik sesuai dengan kompetensi dasar 6. Materi Ajar Materi ajar memuat fakta, konsep, prinsip dan prosedur yang relevan, dan ditulis dalam bentuk butir butir sesuai dengan rumusan indikator pencapaian kompetensi 7. Alokasi waktu Alokasi waktu ditentukan sesuai dengan keperluan untuk pencapaian KD dan beban belajar

13 Menentukan Metode Pembelajaran Metode pembelajaran digunakan pendidik untuk mewujudkan suasana proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan pembelajaran teaching factory sehingga proses pembelajaran berjalan dengan efektif sehingga menyentuh tidak hanya menyentuh aspek kognitif dan afektif, tapi juga menyentuh aspek psikomotorik. B. Pelaksanaan Pembelajaran Teaching Factory 1. Tahap-tahap pelaksanaan pembelajaran teaching factory Dalam implementasi pembelajaran dalam teaching factory, terdapat beberapa tahapan pembelajaran, yakni: a. Introduction 1) Pembelajaran awal pada ranah kognisi, dimana pada tahap ini dijelaskan mengenai produk yang akan dibuat dan tahap-tahapnya. Pembelajaran ini dilakukan selain untuk memberi wawasan juga memberi infomasi sejelasnya mengenai job sheet atau work sheet yang meliputi prosedur kerja, peralatan yang digunakan, bahan kerja. 2) Melakukan pekerjaan persiapan, yakni mempersiapkan peralatan manual dan masinal yang digunakan b. Application 1) Pembelajaran kontekstual dan mengintegrasikan semua aspek yang dibahas pada rencana pembelajaran 2) Pendampingan oleh fasilitator, menyampaikan hal-hal diperlukan, pemberian masukan untuk perbaikan dan penyempurnan langkahlangkah kerja 3) Setelah selesai peralatan, dirapihkan, dibereskan, dibersihkan dan dikembalikan ke tempat semula c. Reflection 1) Fasilitator menanyakan dan memantau peserta didik apakah mereka sudah mampu mencapai tujuan yang diharapkan 2) Fasilitator memberikan penguatan kepada peserta agar mereka termotivasi untuk menerpakan dan mengembangakan 2. Pembelajaran Kewirausahaan Program Pembelajaran Kewirausahaan ini dapat disusun dan dilaksanakan secara sistematis melalui tahapan-tahapan dibawah ini. a. Pengembangan kelompok kewirausahaan siswa: Sebagai langkah awal dari fokus pengembangan ini untuk memperkenalkan pengetahuan kewirausahaan kepada para peserta didik. Selanjutnya peserta didik yang berminat diharapkan membentuk kelompok-kelompok wirausaha dan menyusun rencana bisnis (business plan) dibawah bimbingan ahli dan guru kewirausahaan. Rencana bisnis tersebut mencakup paling tidak hal-hal yang berhubungan dengan kebutuhan sumber daya manusia, modal usaha, manajemen, pemasaran dan proses produksi. Pada tahap ini sekolah dapat menyediakan fasilitas yang dibutuhkan termasuk menyelenggarakan training-training yang perlu serta pengembangan web-site sebagai media komunikasi dan pemasaran.

14 b. Pengembangan Program Keberlanjutan: Pergantian personil peserta didik yang aktif dalam setiap kelompok kewirausahaan dari waktu ke waktu tidak dapat dihindarkan. Oleh karena itu, untuk menjaga keberlanjutan dan peningkatan kinerja pengelola perlu merencanakan penjadualan shift kerja dan menjalin partnership dengan tenaga kerja lain. C. Evaluasi Pembelajaran Teaching Factory 1. Penilaian Prestasi Pembelajaran teaching factory Peserta didik yang berkompeten dinilai melalui penyelesaian produk. Berikut ini aspek-aspek yang dinilai dalam penyelesaian produk pada pembelajaran teaching factory yang dilaksanakan: a. Langkah-langkah atau prosedur kerja b. Teknik pengggunaan alat-alat kerja (masinal-manual) c. Sikap kerja (Individu/kelompok) d. Penggunaan sumber informasi e. Kemampuan analisis pekerjaan f. Ketelitian dan keakuratan g. Kerapihan h. Kebersihan i. Waktu capai produk/kecepatan j. Keselamatan kerja 2. Pengakuan Kompetensi Teaching factory menilai kompetensi peserta didik menggunakan National Competency Assessment, dimana asesor bersertifikat melakukan observasi pada kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan tugas pekerjaan di bawah badan standar kompetensi nasional.

15 A. Monitoring dan Evaluasi BAB IV MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Monitoring dan evaluasi kegiatan teaching factory dilakukan untuk mengetahui kemajuan pelaksanaan, kendala yang dihadapi dan tindak lanjut pemecahan masalah. Kegiatan monitoring dan evaluasi dilaksanakan secara internal dan eksternal. Kegiatan secara internal dilakukan oleh Kepala Sekolah untuk memantau perkembangan pelaksanaan kegiatan maupun hambatan-hambatan yang terjadi. Sasaran monitoring adalah semua komponen kegiatan teaching factory tahun berjalan dan dilaksanakan secara terus menerus setiap bulan atau tiga bulan sekali, sedangkan sasaran evaluasi adalah penilaian atas kegiatan tahun sebelumnya. Aspek-aspek yang dimonitoring antara lain perkembangan pelaksanaan kegiatan usaha, pengelolaan dana dan proses pembelajaran. Kegiatan monitoring dan evaluasi secara eksternal dilakukan oleh Badan Pengembangan SDMKP untuk melihat kesesuaian program dan kebijakan pusat dengan implementasi di SUPMKP. Untuk kegiatan monitoring diperlukan instrumen monitoring yang meliputi: 1. Target produksi 2. Manfaat kegiatan bagi SDM sekolah dan masyarakat 3. Pemanfaatan dana dan faktor produksi (kesesuaian dengan proposal) 4. Kesesuaian pelaksanaan dengan proposal 5. Rencana tindak lanjut 6. Penyelenggaraan administrasi B. Pelaporan Pelaporan dibuat oleh Pengelola teaching factory kepada Kepala Sekolah secara berkala setiap 3 (tiga) bulan sekali berdasarkan hasil kegiatan di lapangan. Sedangkan pada akhir tahun Kepala Sekolah menyampaikan laporan Pengelolaan teaching factory kepada Kepala Pusat Pendidikan KP dan Sekretaris Badan Pengembangan SDMKP. Sistematika Pelaporan sebagai berikut: a. Latar Belakang teaching factory b. Pola Pengelolaan c. Kerjasama d. Jadual Pelaksanaan e. Perencanaan fisik dan pembiayaan f. Pelaksanaan g. Capaian kinerja h. Permasalahan dan pemecahan masalah i. Kesimpulan dan penutup j. Lampiran (dokumen, foto, dll)

16 BAB V PENUTUP Penyelenggaraan kegiatan teaching factory ini merupakan salah satu upaya dalam rangka lebih mengembangkan kemampuan berwirausaha bagi segenap unsur SDM sekolah, terutama peserta didik yang pada akhirnya akan meningkatkan profesionalitasnya. Kewajiban dari sekolah untuk membuat turunan dari pedoman ini berupa pedoman teknis pelaksanaan teaching factory. Hal-hal yang belum diatur dalam pedoman ini akan disampaikan lebih lanjut dalam ketentuan tambahan yang didasarkan kepada kebijakan Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan. KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN, ttd SJARIEF WIDJAJA Salinan sesuai dengan aslinya Kepala Bagian Organisasi dan Kepegawaian, Hearsanto Effendy

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 2011 KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN, ttd SJARIEF WIDJAJA

- 2 - Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 20 Desember 2011 KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN, ttd SJARIEF WIDJAJA KEPUTUSAN KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA KELAUTAN DAN PERIKANAN NOMOR KEP.100/BPSDMKP/2011 TENTANG STANDAR KOMPETENSI LULUSAN SEKOLAH USAHA PERIKANAN MENENGAH KEPALA BADAN PENGEMBANGAN SUMBER

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY UNTUK PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENDIDIKAN VOKASI

MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY UNTUK PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENDIDIKAN VOKASI MODEL PEMBELAJARAN TEACHING FACTORY UNTUK PENINGKATAN JIWA KEWIRAUSAHAAN PADA PENDIDIKAN VOKASI Sunaryo Mahasiswa Pascasarjana Magister Pendidikan Universitas Negeri Yogyakarta Abstraksi Masalah tenaga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. regional, nasional maupun internasional. Untuk mencapai tujuan tersebut, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan industrial Training yang keberhasilanya di tandai dengan output (tamatan dan produk barang / jasa ) tersebut mempunyai

Lebih terperinci

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN Dalam bab ini membahas hasil penelitian Peran dan Fungsi Komite Sekolah Dalam Upaya Meningkatkan Mutu Pendidikan di Sekolah (Studi Kasus di SMK Negeri 1 Terbanggi Besar

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN

PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007. TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 67/Permentan/OT.140/11/2007 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN Dl SEKOLAH PERTANIAN PEMBANGUNAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PERTANIAN, Menimbang

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN D. PRAKTEK REGULER / TEACHING FACTORY TAHUN ANGGARAN 2018

KERANGKA ACUAN KERJA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN D. PRAKTEK REGULER / TEACHING FACTORY TAHUN ANGGARAN 2018 KERANGKA ACUAN KERJA 2376.001.001 PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN D. PRAKTEK REGULER / TEACHING FACTORY TAHUN ANGGARAN 2018 Kementerian negara/lembaga : Kementerian Kelautan dan Perikanan Unit Eselon I : Badan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-18.KP.05.02 TAHUN 2011 TENTANG SASARAN KERJA PEGAWAI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

2016, No Republik Indonesia Nomor 3614); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyara

2016, No Republik Indonesia Nomor 3614); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pembinaan dan Pembimbingan Warga Binaan Pemasyara No.2057, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Hasil Kegiatan Industri LP. Pengelolaan dan Pemanfaatan. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 53 TAHUN 2016

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN KERJA PESERTA DIDIK DAN LULUSAN PENDIDIKAN TAHUN 2017

KERANGKA ACUAN KERJA PESERTA DIDIK DAN LULUSAN PENDIDIKAN TAHUN 2017 KERANGKA ACUAN KERJA PESERTA DIDIK DAN LULUSAN PENDIDIKAN TAHUN 2017 Kementerian Negara/Lembaga : Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) Unit Eselon I : Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Pemberdayaan

Lebih terperinci

2011, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Le

2011, No Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3890); 2. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Le BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.621, 2011 KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA. Sasaran Kerja. Penilaian. Evaluasi. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR M.HH-18.KP.05.02

Lebih terperinci

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L

2017, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan L No.1236, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKO-KEMARITIMAN. SAKIP. PERATURAN MENTERI KOORDINATOR BIDANG KEMARITIMAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA DI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surakarta, 24 Januari 2017 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP

KATA PENGANTAR. Surakarta, 24 Januari 2017 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja ini disusun sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Politeknik Kesehatan Surakarta selama menjalankan tugas-tugas kedinasan dan dimaksudkan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2013 NOMOR 23 SERI E PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENDIDIKAN MUATAN LOKAL KABUPATEN BANJARNEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1646, 2013 KEMENTERIAN PERDAGANGAN. Pendidikan dan Pelatihan. Pengujian Mutu Barang. Penyelenggaraan. PERATURAN MENTERI PERDAGANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 76/M-DAG/PER/12/2013

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP

PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP SALINAN PERATURAN MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP NOMOR 26 TAHUN 09 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN DI BIDANG LINGKUNGAN HIDUP MENTERI NEGARA LINGKUNGAN HIDUP, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.25/MEN/2009 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KELAUTAN DAN PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.174, 2014 PENDIDIKAN. Pelatihan. Penyuluhan. Perikanan. Penyelenggaraan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5564) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan

BAB I PENDAHULUAN. Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menjelang tahun 2020 perekonomian Indonesia akan berubah dan berkembang kearah perekonomian global. Industrinya dituntut untuk mampu bersaing dipasar regional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas.

BAB I PENDAHULUAN. dapat dimanfaatkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat luas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia pendidikan saat ini sedang memasuki era yang ditandai dengan gencarnya inovasi teknologi, sehingga menuntut adanya penyesuaian sistem pendidikan

Lebih terperinci

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009

SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 SALINAN LAMPIRAN I PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TANGGAL 4 MARET 2009 INSTRUMEN AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) 1. Periksalah kelengkapan Perangkat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 74 TAHUN 2008 TENTANG GURU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR : 43 Tahun 2012 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT. NOMOR : 43 Tahun 2012 TENTANG Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 43 Tahun 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KERJASAMA DAERAH Menimbang

Lebih terperinci

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb

2 Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lemb BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1136, 2014 KEMEN KP. Penyuluh Perikanan. Swasta. Swadaya. Pemberdayaan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 31/PERMEN-KP/2014

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015 PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 07/PERMENTAN/OT.140/2/2015 TENTANG PEDOMAN KERJASAMA BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU KEBIJAKAN AKADEMIK FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS DAYANU IKHSANUDDIN BAU BAU DAFTAR ISI Halaman DAFTAR ISI i KATA PENGANTAR ii BAB I. PENDAHULUAN 1 BAB II. ARAH KEBIJAKAN 2 2.1 Kebijakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan sekaligus membuka peluang-peluang baru bagi pembangunan ekonomi dan sumber daya manusia Indonesia

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA DI BIDANG METEOROLOGI, KLIMATOLOGI, DAN GEOFISIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG

MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 52 TAHUN 2008 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH ATAS/MADRASAH ALIYAH DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2006 TENTANG STATUTA UNIVERSITAS AIRLANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL, Menimbang : a. bahwa dalam

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER. 01/MEN/2007 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

Lebih terperinci

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA

> MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA > MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan.

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia (SDM). Oleh karena itu, perkembangan sumber daya. pengetahuan maupun penguasaan tinggi sangat diperlukan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan dunia kerja erat hubungannya dengan dunia pendidikan. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia selalu mendapat perhatian mutlak bagi

Lebih terperinci

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KEPADA KELOMPOK MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KEPADA KELOMPOK MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN SALINAN PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 48 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN KEPADA KELOMPOK MASYARAKAT KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BERAU, Menimbang

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA, SALINAN PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PENDIDIKAN DAN/ATAU PELATIHAN DI BIDANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, www.bpkp.go.id PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 41 TAHUN 2011 TENTANG PENGEMBANGAN KEWIRAUSAHAAN DAN KEPELOPORAN PEMUDA, SERTA PENYEDIAAN PRASARANA DAN SARANA KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA NOMOR 09/PRT/M/2018 TENTANG PENYELENGGARAAN SISTEM AKUNTABILITAS KINERJA INSTANSI PEMERINTAH DI KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN - PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR /PERMEN-KP/2017 TENTANG PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN, PEMBUDIDAYA IKAN

Lebih terperinci

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PEKALONGAN, Menimbang

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 38/PERMEN-KP/2013 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR BUPATI MALANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI MALANG NOMOR TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS DAN FUNGSI, SERTA TATA KERJA DINAS PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

VISI, MISI, ARAHAN PROGRAM, DAN STRUKTUR ORGANISASI FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA (FEMA) IPB

VISI, MISI, ARAHAN PROGRAM, DAN STRUKTUR ORGANISASI FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA (FEMA) IPB VISI, MISI, ARAHAN PROGRAM, DAN STRUKTUR ORGANISASI FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA (FEMA) IPB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Fakultas Ekologi Manusia harus mewarnai pola pikir para staf dan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG - 1 - SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN

Lebih terperinci

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS BELAJAR

PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS BELAJAR PERATURAN KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG TUGAS BELAJAR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN INFORMASI GEOSPASIAL, Menimbang : a. bahwa program penataan sistem manajemen

Lebih terperinci

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 41 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN UMUM PELAKSANAAN PROGRAM REHABILITASI SOSIAL DAERAH KUMUH KOTA SURABAYA DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 88 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN PERGURUAN TINGGI NEGERI MENJADI PERGURUAN TINGGI NEGERI BADAN HUKUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal abad XXI, dunia pendidikan di Indonesia menghadapi tiga tantangan besar. Tantangan pertama, sebagai akibat dari krisis ekonomi, dunia pendidikan dituntut

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Jalan Jenderal Sudirman, Gedung E Lantai 12 13, Senayan, Jakarta 10270 Telepon (021) 5725477 (Hunting), 5725471-74

Lebih terperinci

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL SALINAN WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 45 TAHUN 2012 TENTANG TATA KELOLA AKADEMI KEPERAWATAN PEMERINTAH KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TEGAL, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DEKONSENTRASI DAN TUGAS PEMBANTUAN BIDANG KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.5/Menhut-II/2012 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN TUGAS KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KEHUTANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Surakarta, Januari 2016 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP

KATA PENGANTAR. Surakarta, Januari 2016 Direktur Poltekkes Surakarta. Satino, SKM. M.Sc.N. NIP KATA PENGANTAR Laporan Akuntabilitas Kinerja ini disusun sebagai pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Politeknik Kesehatan Surakarta selama menjalankan tugas-tugas kedinasan dan dimaksudkan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN,

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.20/Menhut-II/2004 TENTANG PEDOMAN PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEHUTANAN MENTERI KEHUTANAN, Menimbang: a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA

MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2015 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR : 8 TAHUN 2009 SERI : E NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG KERJASAMA PEMERINTAH KABUPATEN KEBUMEN DENGAN BADAN USAHA DALAM PENYEDIAAN

Lebih terperinci

Peraturan...

Peraturan... KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08/KEPMEN-KP/05 TENTANG PELAKSANAAN PROGRAM DAN KEGIATAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN TAHUN ANGGARAN 05 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA : 120/Permentan/OT.140/11/2013

LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA : 120/Permentan/OT.140/11/2013 5 LAMPIRAN PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : 120/Permentan/OT.140/11/2013 PEDOMAN PENGELOLAAN KERJASAMA DALAM NEGERI DI BIDANG PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SUMBER DAYA MANUSIA PERTANIAN

Lebih terperinci

1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan.

1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan. 1.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran serta Strategi Pencapaian 1.1.1 Mekanisme penyusunan visi, misi, tujuan dan sasaran program studi, serta pihak-pihak yang dilibatkan. Visi, misi, tujuan dan sasaran

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.06/MEN/2012 TENTANG PEDOMAN KERJA SAMA ANTARLEMBAGA DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

Permen PU No. 294/2005 tt BPPSPAM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 294/PRT/M/2005 TENTANG

Permen PU No. 294/2005 tt BPPSPAM PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 294/PRT/M/2005 TENTANG Page 1 of 10 MENTERI PEKERJAAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PEKERJAAN UMUM NOMOR: 294/PRT/M/2005 TENTANG BADAN PENDUKUNG PENGEMBANGAN SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM MENTERI PEKERJAAN UMUM, Menimbang

Lebih terperinci

Pasal Permen 70/PERMEN-KP/2016 Rancangan Perubahan Keterangan

Pasal Permen 70/PERMEN-KP/2016 Rancangan Perubahan Keterangan MATRIK RANCANGAN PERATURAN MENTERI TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI NOMOR 70/PERMEN- KP/2017 TENTANG PEDOMAN UMUM DALAM RANGKA PENYALURAN BANTUAN PEMERINTAH DI KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.606, 2015 KEMENRISTEKDIKTI. Universitas Sriwijaya. Tata Kerja. Organisasi. Pencabutan. PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

WALIKOTA TASIKMALAYA

WALIKOTA TASIKMALAYA WALIKOTA TASIKMALAYA PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA Nomor : 14 Tahun 2008 Lampiran : - TENTANG PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN NON FORMAL DI KOTA TASIKMALAYA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA TASIKMALAYA,

Lebih terperinci

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN.

MEMUTUSKAN : Menetapkan : PERATURAN WALIKOTA TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN. PERATURAN WALIKOTA PADANG NOMOR 85 TAHUN 2016 TENTANG KEDUDUKAN, SUSUNAN ORGANISASI, TUGAS, FUNGSI, DAN TATA KERJA DINAS KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA PADANG, Menimbang

Lebih terperinci

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb

2017, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Perencanaan Pemb No.1572, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAPPENAS. Piagam Pengawasan Intern. PERATURAN MENTERI PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL/ KEPALA BADAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pesatnya perkembangan industri mendorong para pelaku bisnis untuk lebih

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. Pesatnya perkembangan industri mendorong para pelaku bisnis untuk lebih I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pesatnya perkembangan industri mendorong para pelaku bisnis untuk lebih peka terhadap berbagai perubahan. Hal ini berpengaruh terhadap pengelolaan dan perencanaan suatu

Lebih terperinci

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166,

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2008 tentang Kementerian Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 166, No.968, 2017 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKUMHAM. Metode E-Learning. DIKLAT. PERATURAN MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2017 TENTANG PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN

BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN BERITA DAERAH KOTA SAMARINDA SALINAN WALIKOTA SAMARINDA PROVINSI KALIMANTAN TIMUR PERATURAN WALIKOTA SAMARINDA NOMOR 23 TAHUN 2014 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERNAL DENGAN RAHMAT YANG MAHA ESA WALIKOTA SAMARINDA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu upaya dalam menyelaraskan kegiatan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Salah satu upaya dalam menyelaraskan kegiatan pendidikan adalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya dalam menyelaraskan kegiatan pendidikan adalah memberikan perhatian yang lebih kepada bidang pendidikan kejuruan yang diwujudkan dengan penyesuaian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman.

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman. Pendidikan yang merupakan

Lebih terperinci

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 246/P/SK/HT/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PUSAT STUDI REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA,

PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 246/P/SK/HT/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PUSAT STUDI REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, PERATURAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA NOMOR 246/P/SK/HT/2006 TENTANG PENYELENGGARAAN PUSAT STUDI REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA, Menimbang : a. bahwa dalam rangka melaksanakan Pasal 84 Keputusan Majelis

Lebih terperinci

Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP

Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP Penyusunan KTSP Berbasis Kurikulum 2013 Dokumen 1 BIMBINGAN TEKNIS PENDAMPINGAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 BAGI KEPALA SMP TUJUAN : Setelah mengikuti kegiatan bimtek diharapkan peserta mampu Menjelaskan

Lebih terperinci

2018, No ketentuan mengenai Identifikasi Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Non-Gelar di Lingkungan Kementerian Keuangan; d. bahwa berdasarkan

2018, No ketentuan mengenai Identifikasi Kebutuhan Pendidikan dan Pelatihan Non-Gelar di Lingkungan Kementerian Keuangan; d. bahwa berdasarkan No.609, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENKEU. Pedoman AKP. Pencabutan. PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 45 /PMK.011/2018 TENTANG PEDOMAN ANALISIS KEBUTUHAN PEMBELAJARAN DI

Lebih terperinci

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L

2016, No Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan L No. 1449, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENPORA. Sentra Pemberdayaan Pemuda. PERATURAN MENTERI PEMUDA DAN OLAHRAGA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32 TAHUN 2016 TENTANG SENTRA PEMBERDAYAAN PEMUDA DENGAN

Lebih terperinci

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP)

1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) I. STANDAR ISI 1. Program keahlian melaksanakan kurikulum berdasarkan muatan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) A. Melaksanakan kurikulum berdasarkan 9 muatan KTSP B. Melaksanakan kurikulum berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rohyan Sosiadi, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian    Rohyan Sosiadi, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung selanjutnya dalam tesis ini oleh penulis disingkat STP Bandung, dahulu dikenal dengan nama National Hotel Institute (NHI

Lebih terperinci

2016, No Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 te

2016, No Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang- Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 te BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.579, 2016 KEMEN-LHK. Jabatan Fungsional. Penyuluh Kehutanan. Uji Kompetensi. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.37/Menlhk/Setjen/Kum.1/4/2016

Lebih terperinci

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PEMAGANGAN MAHASISWA PADA DUNIA INDUSTRI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA KEMENTERIAN AGAMA RI

PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PEMAGANGAN MAHASISWA PADA DUNIA INDUSTRI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA KEMENTERIAN AGAMA RI PETUNJUK TEKNIS PROGRAM PEMAGANGAN MAHASISWA PADA DUNIA INDUSTRI PERGURUAN TINGGI AGAMA ISLAM SWASTA KEMENTERIAN AGAMA RI DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM DIREKTORAT PENDIDIKAN TINGGI ISLAM TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KUASA PENGGUNA ANGGARAN SATUAN KERJA DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN, KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH Komplek Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Jl. Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta 10270 Telp. 5725058, 57906195

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2008 TENTANG STANDAR PROSES PENDIDIKAN KESETARAAN PROGRAM PAKET A, PROGRAM PAKET B, DAN PROGRAM PAKET C DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI

BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI SALINAN BUPATI PATI PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI PATI NOMOR 21 TAHUN 2O16 TENTANG PIAGAM AUDIT INTERN DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, Menimbang

Lebih terperinci

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL

STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SM SPMI Hal : 1/11 1 Judul STANDAR DOSEN DAN TENAGA KEPENDIDIKAN SISTEM PENJAMINAN MUTU INTERNAL SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK-SPMI SM 04 SUMEDANG 2016 SM SPMI Hal : 2/11 2 Lembar

Lebih terperinci

STANDAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN

STANDAR PENGELOLAAN PEMBELAJARAN STD-SPM.Pol//7/2017 STD-SPM.Pol//7/2017 1. Visi dan Misi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Surakarta Visi : Misi : Menjadi Institusi pendidikan tinggi kesehatan yang unggul, kompetitif dan bertaraf

Lebih terperinci

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 36 TAHUN 2017 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN ATAS PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMBERDAYAAN NELAYAN

Lebih terperinci

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73/KEPMEN-KP/2016 TENTANG KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 73/KEPMEN-KP/2016 TENTANG PENGELOLA SENTRA KELAUTAN DAN PERIKANAN TERPADU DI PULAU-PULAU KECIL DAN KAWASAN PERBATASAN DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan..

BAB I KETENTUAN UMUM. peraturan.. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.19/MEN/2010 TENTANG PENGENDALIAN SISTEM JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN HASIL PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2014 TENTANG PENDIRIAN, ORGANISASI, DAN TATA KERJA POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP

BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP SALINAN BUPATI KEBUMEN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 36 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI SATU ATAP DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KEBUMEN,

Lebih terperinci

PEDOMAN MAGANG DU/DI 2016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

PEDOMAN MAGANG DU/DI 2016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI PEDOMAN MAGANG DU/DI 2016 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Magang DU/DI Magang Dunia Usaha/Dunia

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN KEDOKTERAN SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2018 TENTANG STANDAR NASIONAL PENDIDIKAN

Lebih terperinci

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke

2016, No c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Pendidikan dan Ke No. 426, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDIKBUD. Akuntabilitas Kinerja. Sistem. Pencabutan. PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG SISTEM AKUNTABILITAS

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.221, 2014 KEMEN KP. Perpustakaan Khusus. Penyelenggaraan. Pedoman. PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8/PERMEN-KP/2014 TENTANG PEDOMAN

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIVERSITAS TERBUKA

PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA UNIVERSITAS TERBUKA SALINAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI RISET, TEKNOLOGI, DAN PENDIDIKAN TINGGI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2017 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN, DAN PENCABUTAN IZIN AKADEMI KOMUNITAS

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN, DAN PENCABUTAN IZIN AKADEMI KOMUNITAS SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 48 TAHUN 2013 TENTANG PENDIRIAN, PERUBAHAN, DAN PENCABUTAN IZIN AKADEMI KOMUNITAS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG SALINAN PERATURAN MENTERI PENDIDIKAN NASIONAL NOMOR 12 TAHUN 2009 TENTANG KRITERIA DAN PERANGKAT AKREDITASI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA/MADRASAH TSANAWIYAH (SMP/MTs) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.208, 2014 ADMINISTRASI. Sumber Daya Manusia. Metereologi. Klimatologi. Geofisika. Pengembangan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.1531, 2016 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENDAGRI. Pusat Penilaian. PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 75 TAHUN 2016 TENTANG PUSAT PENILAIAN KEMENTERIAN DALAM NEGERI DENGAN

Lebih terperinci