Implementasi Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Formal

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Implementasi Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Formal"

Transkripsi

1 Vol. 1 No. 2 Hal ISSN (Print) : Juli Desember 2013 ISSN (Online) : X Implementasi Pendidikan Karakter di Lembaga Pendidikan Formal Hj. Deliani Dosen Kopertis Wilayah I Dpk. FKIP UISU Medan Jl. Sisingamangaraja Medan deliani@fkip.uisu.ac.id ABSTRACT Character education based on basic human character from the universal moral which is based on religious values that are considered as The Golden Rule. Character education can have definite goals when based on the core values of love of God and his creation, responsibility, honesty, respect and courtesy, compassion, caring and cooperation, confidence, creativity, hard work and perseverance, justice and leadership, good and humble, peace-loving, tolerance and love of unity. Nowadays many people are demanding an increase in the intensity and quality of implementation of character education in the formal education institution, these claims are based on a growing social phenomenon, namely the rising juvenile delinquency in society, such as a mass brawl and a variety of other cases of moral decadence. Even in some big cities, such symptoms has reached the extent that disturbing. Therefore the formal educational institutions as the official youth coaching containers is expected to boost its role in shaping the personality of teenagers through an increase in the intensity and quality of character education. Keywords : character education, formal education institution, moral, personality, teenagers. A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tentang dalam berbagai tulisan di media cetak, wawancara, dialog, dan gelar wicara di media elektronik. Selain di media massa, para pemuka masyarakat, para ahli, dan para pengamat pendidikan, dan pengamat sosial berbicara mengenai persoalan budaya dan karakter bangsa di berbagai forum seminar, baik pada tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan, perkelahian massa, kehidupan ekonomi yang konsumtif, kehidupan politik yang tidak produktif, dan sebagainya menjadi topik pembahasan hangat di media massa, seminar, dan di berbagai kesempatan. Berbagai alternatif penyelesaian diajukan seperti peraturan, undang-undang, peningkatan upaya pelaksanaan dan penerapan hukum yang lebih kuat. Alternatif lain yang banyak dikemukakan untuk mengatasi, paling tidak mengurangi, masalah budaya dan karakter bangsa yang dibicarakan itu adalah pendidikan. Pendidikan dianggap sebagai alternatif yang bersifat preventif karena pendidikan membangun generasi baru bangsa yang lebih baik. Sebagai alternative yang bersifat preventif, pendidikan diharapkan dapat mengembangkan kualitas generasi muda bangsa dalam berbagai aspek yang dapat memperkecil dan mengurangi penyebab berbagai masalah budaya dan karakter bangsa. Memang diakui bahwa hasil dari pendidikan akan terlihat dampaknya dalam waktu yang tidak segera, tetapi memiliki daya tahan dan dampak yang kuat di masyarakat. B. Pembahasan 1. Pembangunan Karakter Siswa Penegasan yang menyebutkan bahwa pendidikan berfungsi untuk mengembangkan pembinaan watak sebagai tujuan (output) penyelenggaraan pendidikan tentu akan berkaitan dengan seperangkat acuan nilai dan norma yang berkembang dan dijadikan pegangan oleh masyarakat. Nilai sebagai sesuatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia dan norma yang berfungsi mengatur hak dan kewajiban secara pembinaan peserta didik. Muara dari usaha tersebut 87

2 ditegaskan dengan segenap potensi yang dimiliki untuk menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pendidikan dasar sebagai salah satu jenjang pendidikan dalam system pendidikan nasional diibaratkan sebagai tiket masuk atau paspor untuk melanjutkan perjalanan berikutnya. Gagalnya pendidikan pada tahap ini terutama dalam pembinaan sikap/nilai diyakini akan berdampak sistemik terhadap pendidikan berikutnya. Orientasi penyelenggaraan pendidikan dasar sangat menekankan pada pembinaan kepribadian, watak dan karakter anak. Karena itu, integrasi pendidikan yang sarat dengan nilai dan pembentukan karakter diperlukan untuk membekali peserta didik dalam mengantisipasi tantangan ke depan yang dipastikan akan semakin berat dan kompleks. Guru sebagai pengembang kurikulum selanjutnya dituntut untuk mampu secara terampil menghadirkan suasana dan aktivitas pembelajaran yang berorientasi pada penanaman dan pembinaan kepribadian, watak dan karakter. 2. Hakikat Pendidikan Nilai Kebutuhan akan penanaman pendidikan mulai Nampak dan dirasakan penting setelah maraknya berbagai bentuk penyimpangan asusila dan amoral di tengah masyarakat. Hampir setiap hari ada saja pemberitaan di media cetak dan elektronik tentang pembunuhan, pemerkosaan, seks bebas di luar nikah, aborsi, peredaran dan pemakaian narkoba, bahkan pernah dilansir kasus pemerasan yang dilakukan geng anak usia Sekolah Dasar (SD). Tentu hal ini membuat gelisah dan cemas terutama akan dirasakan oleh para orangtua termasuk pihak lembaga sekolah yang mengemban tugas melakukan untuk mendidik, melatih dan membimbing anak didiknya. Ini persoalan serius dan perlu mendapat perhatian ekstra khusunya bagi pelaku-pelaku dunia pendidikan. Ketidakseimbangan desain pendidikan yang hanya memfokuskan pada pencapaian aspek intelektual atau ranah kognitif semata dan mengabaikan aspek penanaman atau pembinaan nilai/sikap diduga sebagai penyebab munculnya degradasi atau demoralisasi terutama yang dialami oleh anak sekolah. Gaffar (Sauri:2009) menyebutkan bahwa pendidikan bukan hanya sekedar menumbuhkan dan mengembangkan keseluruhan aspek kemanusiaan tanpa diikat oleh nilai, tetapi nilai itu merupakan pengikat dan pengarah proses pertumbuhan dan perkembangan tersebut. Nilai sebagai suatu yang berharga, baik, luhur, diinginkan dan dianggap penting oleh masyarakat pada gilirannya perlu diperkenalkan pada anak. Sanjaya (2007) mengartikan nilai (value) sebagai norma-norma yang dianggap baik oleh setiap individu. Inilah yang menurutnya selanjutnya akan menuntun setiap individu menjalankan tugas-tugasnya seperti nilai kejujuran, nilai kesederhanaan dan lain sebagainya. Mulyana (2004) pendidikan nilai sebagai bantuan terhadap peserta didik agar menyadarinya dan mengalami nilai-nilai serta menempatkannya secara integral dalam keseluruhan hidupnya. Pendidikan nilai tidak hanya merupakan program khusus yang diajarkan melalui sejumlah mata pelajaran, akan tetapi mencakup keseluruhan program pendidikan. Nursid Sumaatmadja (2002) menambahkan bahwa pendidikan nilai ialah upaya mewujudkan manusia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan berkepedulian terhadap kebutuhan serta kepentingan orang lain; yang intinya menjadi manusia yang terdidik baik terdidik dalam imannya, ilmunya maupun akhlaknya serta menjadi warga negara dan dunia yang baik (well educated men and good citizenship). Sebagai perbandingan, penerapan konsep-konsep pendidikan nilai menurut Sofyan Sauri (2007) pernah diterapkan pada sebuah lembaga pendidikan di Thailand dengan menggunakan suku kata yang terdapat dalam kata EDUCATION yang memiliki arti sebagai berikut: 88

3 E D U C A T I O N : Singkatan untuk Englightenment (Pencerahan). Ini adalah proses pencapaian pemahaman dari dalam diri atau batin melalui peningkatan kesadaran menuju pikiran super sadar yang akan memunculkan intuisi, kebijaksanaan dan pemahaman. : Singkatan untuk Duty and Devotion (Tugas dan Pengabdian). Pendidikan harus membuat siswa menyadari tugasnya dalam hidup. Selain memiliki tugas atau kewajiban yang terhadap orang tua dan keluarga, siswa juga memiliki kewajiban yang berlandaskan cinta kasih dan belas kasih untuk melayani dan menolong semua orang di masyarakat dan di dunia. : Singkatan untuk Understanding (Pemahaman). Ini bukan hanya mengenai pemahaman terhadap mata pelajaran yang diberikan dalam kurikulum nasional tetapi juga penting untuk memahami diri sendiri. : Singkatan untuk Character (Karakter). Guru mesti membentuk karakter yang baik pada diri siswa. Seorang yang berkarakter adalah seseorang yang memiliki kekuatan moral dan lima nilai kemanusiaan yaitu: Kebenaran, Kebajikan, Kedamaian, Kasih sayang dan tanpa Kekerasan. Nilai kemanusiaan tersebut harus terpadu dalam pembelajaran di kelas. : Singkatan untuk Action (Tindakan). Para siswa jaman sekarang belajar dengan giat dan menuangkan pengetahuan yang dipelajarinya dalam ruang ujian tetapi keluar kelas dengan kepala kosong. Pengetahuan yang mereka peroleh jika tidak diterapkan dalam tindakan tak akan berguna. Apapun yang dipelajari siswa mesti diterapkan dalam praktik. Model pembelajaran yang baik mesti mengkomunikasikan antara yang dipelajari dan situasi nyata dalam kehidupan nyata. : Singkatan untuk Thanking (Berterima kasih). Siswa harus selalu berterima kasih kepada orang-orang yang telah membantu mereka. Di atas segalanya adalah orang tua yang telah melahirkan dan mengasuh mereka. Siswa harus mengasihi dan menghormati orang tua mereka. Selanjutnya siswa harus berterima kasih kepada para guru karena siswa memperoleh pengetahuan dan kebijaksanaan melalui mereka. Maka siswa harus bersikap mengasihi dan menghormati guru. Demikian pula, siswa telah mendapatkan banyak hal dari masyarakat, bangsa, dunia dan alam. Siswa mesti selalu berterima kasih kepada semua hal dalam hidupnya. : Singkatan untuk Integrity (Integritas). Integritas adalah sifat jujur dan karakter menjunjung kejujuran. Siswa harus tumbuh menjadi seseorang yang memiliki integritas, bisa dipercaya untuk menjadi pemimpin di bidangnya masing-masing. : Singkatan untuk Oneness (Kesatuan). Pendidikan mesti membantu siswa melihat kesatuan dalam keberagaman. Apakah kita memiliki agama atau kepercayaan berbeda, warna kulit, suku atau ras yang berbeda dan lain-lain. Kita harus hidup damai dan harmonis dengan dunia sekitar kita. : Singkatan untuk Nobility (Kemuliaan). Kemuliaan adalah sifat yang muncul karena memiliki karakter yang tinggi atau mulia. Kemuliaan tidak timbul dari lahir tetapi muncul dari pendidikan. Jadi, kemuliaan terdiri dari semua nilai-nilai yang dijelaskan di atas. Berdasarkan konsep-konsep yang telah dikemukakan tadi, kunci pendidikan nilai terletak pada penanaman nilai-nilai luhur ke dalam diri peserta didik. Nilai-nilai tersebut yaitu: a. Kecintaan kepada Tuhan dan segenap ciptaan-nya (love God, trust, reverence, loyalty); b. Tanggung jawab, kedisiplinan dan kemandirian (responsibility, excellence, self reliance, discipline, orderliness); c. Kejujuran/amanah dan arif (trustwortines, honesty and tactful); d. Hormat dan santun (respect, courtesy, obedience); e. Dermawan, suka menolong dan gotong royong/kerjasama (love, compassion, caring, emphaty, generousity, moderation, cooperation); 89

4 f. Percaya diri, kreatif dan pekerja keras (confidence, assertiveness, creativity, resourcefulness, courage, determination, enthusiasm); g. Kepemimpinan dan keadilan (justice, fairness, mercy, leadership); h. Baik dan rendah hati (kindness, friendliness, humility, modesty) toleransi, kedamaian dan kesatuan (tolerance, flexibility, peacefulness, unity). Penanaman nilai-nilai tersebut memerlukan pembiasan. Artinya sejak usia dini termasuk pada tingkatan anak sekolah dasar, anak mulai dibiasakan mengenal mana prilaku atau tindakan yang baik dan mana yang buruk, mana yang boleh dilakukan mana yang tidak sehingga diharapkan pada gilirannya menjadi sebuah kebiasaan (habit). Perlahan-lahan sikap/nilai-nilai luhur yang ditanamkan tersebut akan terinternalisasi ke dalam dirinya dan membentuk kesadaran sikap dan tindakan sampai usia dewasa. Hal pertama yang harus diketahui dalam penyelenggaraan pendidikan dasar ialah mengenal, menggali dan mengembangkan potensi dasar yang dimiliki abak usia Sekolah Dasar (SD/MI). Sumaatmadja, (2005) menjelaskan bahwa pada prinsipnya anak sebagai individu memiliki empat dasar mental yaitu meliputi dorongan ingin tahu (sense of curiosity), minat (sense of interest), dorongan ingin melihat (sense of reality), dorongan untuk menemukan diri sendiri halhal dan gejala-gejala dalam kehidupan (sense of discovery). Dasar mental tadi merupakan modal yang sangat berharga bagi pelaksanaan dan penyelenggaraan pendidikan. Oleh karena itu, harus dipupuk dan dikembangkan secara positif bagi kepentingan anak sendiri. Selanjutnya sebagai anggota masyarakat, dasar mental yang dimiliki harus dibina kearah tanggungjawab anak tersebut sebagai insan social. Kewajaran kehidupan mereka dapat dikatakan normal, bila dasar mental mereka serasi dengan kondisi dan situasi kehidupan sosialnya. Upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengintegrasikan pendidikan nilai di Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa pendekatan diantaranya adalah sebagai berikut. a. Pendekatan Penanaman Nilai Pendekatan penanaman nilai (inculcation approach) ialah suatu pendekatan yang menitikberatkan pada penanaman nilai-nilai social agar mampu terinternalisasi dalam diri siswa. Metode pembelajaran yang dapat digunakan oleh guru saat menerapkan ke proses kegiatan pembelajaran diantaranya melalui penanaman teladan, penguatan sikap positif dan negatif, simlasim bermain peran, tindakan social dan lain-lain. b. Pendekatan Perkembangan Kognitif Lawrence Kohlberg (Dorothy J. Skeel:1995) menyatakan bahwa anak-anak akan mencapai kemampuan untuk membuat keputusan nilai berdasarkan tingkatan dan tahapan perkembangan moral. Pendekatan ini memandang bahwa siswa merupakan individu yang memiliki potensi kognitif yang sedang dan akan terus tumbuh dan berkembang. Karena itu, melalui pendekatan ini siswa didorong untuk membiasakan berpikir aktif tentang seputar masalah-masalah moral yang hadir di sekeliling mereka dimana siswa dilatih untuk belajar dalam membuat keputusan-keputusan moral. Melalui pendekatan ini, tujuan yang ingin dicapai pertama, sesuai dengan tingkat perkembangannya, siswa dibantu untuk mampu membuat pertimbangan moral mulai dari yang paling sederhana menuju tingkatan yang lebih kompleks berdasarkan kepada tata nilai yang lebih tinggi. Kedua, siswa berikutnya didorong untuk mendiskusikan rasionalisasi atau alas an-alasan terhadap nilai yang dipilih kaitannya dengan masalah-masalah moral. c. Pendekatan Klarifikasi Nilai Orientasi pendekatan klarifikasi nilai (values clarification) ialah member penekanan untuk membantu siswa mengkaji perasaan dan perbuatannya sendiri, kemudian secara bertahap kemampuan kesadaran mereka ditingkatan terhadap nilai-nilai mereka sendiri. Tujuan pendidikan nilai menurut pendekatan ini ada tiga pencapaian, yaitu: pertama, membantu siswa untuk menggali, menemukan, menyadari serta mengidentifikasi nilai-nilai yang terdapat pada diri mereka sendiri serta nilai-nilai orang lain. Kedua, mendorong siswa untuk 90

5 mampu berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan orang lain yang berkaitan dengan nilai yang mereka miliki. Ketiga, memfasilitasi siswa agar mereka mampu secara bersamasama mengembangkan dan meningkatkan kemampuan berpikir rasional dengan disertai kesadaran emosional dalam memahami hal-hal yang berhubungan dengan perasaan, nilainilai dan pola tingkah laku mereka sendiri. d. Pendekatan Pembelajaran Berbuat Karakteristik pendekatan pembelajaran berbuat (action learning approach) berupaya menekankan pada usaha guru untuk memfasilitasi dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan perbuatan-perbuatan moral yang dilakukan baik secara perseorangan maupun berkelompok. Menurut pendekatan ini ada dua tujuan utama pendidikan moral yang diharapkan dapat dimiliki oleh siswa, pertama, siswa terlebih dahulu diberi kesmpatan untuk melakukan perbuatan moral sesuai dengan yang mereka pilih berdasarkan pertimbangan alasan moral dan nilai-nilai mereka sendiri. Kedua, guru mengajak siswa untuk memahami konsep diri (self concept), yaitu dengan membantu siswa untuk melihat diri mereka sendiri sebagai makhluk individu dan makhluk social dalam berinteraksi sehari-hari di tengah kehidupan masyarakat. 3. Pembangunan Karakter Sekolah-sekolah di daerah harus membangun karater siswa yang positif sehinggat tidak hanya mencetak generasi yang berhasil dalam bidang kognitif (nilai) tapi juga afektif (moral). Pembangunan bangsa dimulai dari pembangunan karakter pelajar dari usia dini sehingga untuk memajukan bangsa ini diperlukan kurikulum yang tidak hanya mencetak siswa berprestasi dalam nilai namun juga siswa yang berkarater berani, postif namun tetap sopan. Sekolah memiliki peran yang besar dalam pembentukan karakter siswa sebab selama delapan jam siswa berada di sekolah untuk belajar. Sedangkan waktu dirumah lebih sedikit dibandingkan dengan di sekolah sehingga pembentukan karakter siswa tersebut seharusnya dapat dibentuk di sekolah melalui kurikulum pendidikan. 4. Upaya Peningkatan Karakter dan Prestasi Siswa Saat ini, ada kecenderungan masyarakat maupun sekolah sekadar memacu siswa untuk memiliki kemampuan akademik tinggi tanpa diimbangi pembentukan karakter yang kuat dan cerdas. Terdapat dua strategi untuk membentuk guru yang berkarakter kuat dan cerdas. Strategi pertama adalah strategi formal yang dilakukan pada saat calon pendidik mengikuti proses pendidikan. Strategi kedua adalah program tindak lanjut dari strategi pertama yang dilakukan saat lulusan telah menjadi pendidik. Pendidikan karakter juga tidak bisa diserap melalui sekadar ceramah, akan tetapi harus berulang-ulang dilakukan. 5. Pendidikan Olahraga Dapat Membangun Karakter Siswa Distorsi dalam segi moral yang melanda karakter masyarakat Indonesia dapat dibangun melalui pendidikan olahraga. Pendekatan dengan pendidikan olahraga itu sendiri dapat dilakukan keoada siswa di kelas, sekolah ataupun di dalam rumah. Pendidikan karakter dapat dilakukan bersamaan dengan kegiatan belajar mengajar yang diintegrasikan dalam setiap mata pelajaran. Sebab, pendidikan jasmani tersebut tidak sekadar gerak badam, tapi juga alat yang strategis untuk membina karkater. Dalam olahraga mengandung nilai-nilai kejujuran dan sportivitas. Karena itu, merupakan langkah yang sangat maju untuk memposisikan kembali olahraga dalam pembentukan karakter. 6. Pentingnya Character Building Pendidikan di sekolah bukan sekadar memberikan berbagai macam pengetahuan, namun pendidikan juga harus bisa membentuk karakter siswanya. Hal inilah yang tidak terlalu 91

6 diabaikan oleh para pengajar di Indonesia. Para guru lebih mengedepankan pencapaian prestasi akademis setinggi-tingginya tanpa memperhatikan hal lain seperti pembentukan karakter. 7. Peran Guru Dalam Character Building Dalam memasukkan nilai-nilai karakter pada siswa, hal yang tidak dapat dipisahkan adalah peran guru. Menurut Karen Bohlin, Deborah Farmer dan Kevin Ryan dalam Megawangi (2004, ada tujuh kompetensi yang harus dimiliki oleh para pendidik atau giri dalam membangun karakter siswa: a. Para pendidik harus dapat menjadikan dirinya sebagai contoh berkarakter yang baik dan mempunyai komitmen untuk menegakan kebenaran. b. Para pendidik harus mampu menjadikan tujuan pembentukan karakter muridnya sebagai suatu yang prioritas dan merupakan bagian terpenting dari pekerjaan profesionalnya. c. Para pendidik harus senantiasa mengadakan diskusi tentang isu-isu moral dengan muridmuridnya, tentang bagaimana seharusnya menjalanan hidup serta menjelakamn apa yang baik dan apa yang buruk. d. Para pendidik harus dapat menyampaikan secara diplomasi (bijak) mengenai posisinya pada isu-isu etika, tanpa harus membebani mereka dengan pendapat dan opini pribadi. e. Para pendidik harus dapat mengajarkan empati terhadap orang lain yaitu mengajaknya untuk keluar dari diri mereka dan melihat dari perspektif orang lain. f. Para pendidik harus dapat menciptakan suasana kelas yang bernuansa karate, yang menerapkan standar etika tinggi dan penghormatan untuk semua. g. Para pendidik harus dapat membuat serangkaian aktivitas untuk mempraktikkan nilai-nilai karakter di rumah, di sekolah dan di komunitas lingkungan, agar mereka bisa tumbuh menjadi manusia yang peduli untuk selalu melakukan kebajikan. C. Kesimpulan Pada dasarnya manusia adalah makhluk dengan berbagai karakter, baik karakter buruk maupun karakter baik. Pembentukan karakter dapat dimulai sejak anak usia dini, sehingga karakter anak mudah terbentuk. Sebenarnya pembentukan bukan hanya tugas guru tetapi tugas orangtua juga sangat berperan. Pada zaman sekarang ini, pembangunan karakter di sekolah/madrasah adalah sebuah kebutuhan. Sekolah/madrasah tidak lagi hanya tempat untuk belajar bidang akademik tetapi juga sebagai tempat pembangunan karakter siswa. Dengan demikian diharapkan nantinya, sekolah/madrasah dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas yaitu lulusan yang tidak hanya cerdas tetapi juga berkarakter. Karakter yang dimaksud tentunya tidak terlepas dari nilai-nilai moral dan agama yang menjadi bekal dalam hidup bermasyarakat dan bernegara. Daftar Pustaka Amri, Sofan, dkk Implementasi Pendidikan Karakter dalam Pembelajaran. Jakarta : PT. Prestasi Pustakaraya. Mulyana, Rahmat Mengartikulasikan Pendidikan Nilai. Bandung : Alfabeta. Muslich, Masnur Pendidikan Karakter Menjawab Tantangan Krisis Multidimensional. Jakarta : Bumi Aksara. Raka, Gede, dkk Pendidikan Karakter di Sekolah. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo. Sanjaya, Wina Kurikulum dan Pembelajaran Sekolah Dasar. Bandung : SPs UPI. Sauri, Sofyan Implementasi Pendidikan Nilai dalam Paedagogik dan Penyusunan Unsurunsurnya. Bandung : SPs PU UPI. Soedarsono, Soemarno H Character Building. Jakarta : PT. Elex Media Computindo. Sumaatmadja, Nursid Konsep Dasar IPS. Jakarta : Pusat Penerbitan Universitas Terbuka. 92

LATAR BELAKANG. Jika dicermati, ternyata kesepuluh tanda jaman tersebut sudah ada di Indonesia.

LATAR BELAKANG. Jika dicermati, ternyata kesepuluh tanda jaman tersebut sudah ada di Indonesia. LATAR BELAKANG Indonesia saat ini sedang menghadapi dua tantangan besar, yaitu desentralisasi atau otonomi daerah yang saat ini sudah dimulai, dan era globalisasi total yang akan terjadi pada tahun 2020.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders)

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan karakter di sekolah, semua komponen (stakeholders) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan karakter adalah suatu sistem penanaman nilai-nilai karakter kepada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pendidikan mempunyai peran utama dalam kehidupan manusia. Keadaan suatu bangsa sangat dipengaruhi dengan bagaimana kondisi sumber daya manusia yang ada dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI Dalam bab dua ini penulis akan menguraikan isi tentang hasil penelitian terdahulu, konsep terkait variabel yang digunakan pada judul skripsi, dan landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di

BAB I PENDAHULUAN. tingkat lokal, nasional, maupun internasional. Persoalan yang muncul di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan di media cetak,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar kerja siswa (LKS) adalah media belajar yang dapat meningkatkan pemahaman

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar kerja siswa (LKS) adalah media belajar yang dapat meningkatkan pemahaman 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Lembar kerja siswa (LKS) adalah media belajar yang dapat meningkatkan pemahaman siswa mengenai materi kimia yang harus mereka kuasai.(senam, 2008). Menurut

Lebih terperinci

STRATEGI PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN PRAKTEK BUSANA

STRATEGI PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN PRAKTEK BUSANA STRATEGI PENERAPAN PENDIDIKAN KARAKTER PADA PEMBELAJARAN PRAKTEK BUSANA Emy Budiastuti Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta ABSTRAK Pembelajaran praktek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Selain di media massa, para tokoh masyarakat, ahli, dan para pengamat

BAB I PENDAHULUAN. Selain di media massa, para tokoh masyarakat, ahli, dan para pengamat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan karakter dan budaya bangsa saat ini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, dalam berbagai tulisan di media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan pendidikan nasional dalam Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 pada Pasal 3 menyebutkan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk

BAB I PENDAHULUAN. peranan sekolah dalam mempersiapkan generasi muda sebelum masuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan sarana yang secara sengaja dirancang untuk melaksanakan pendidikan. Semakin maju suatu masyarakat semakin penting peranan sekolah dalam mempersiapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya

BAB I PENDAHULUAN. kewibawaan guru di mata peserta didik, pola hidup konsumtif, dan sebagainya 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Permasalahan karakter saat ini banyak diperbincangkan. Berbagai persoalan yang muncul di masyarakat seperti korupsi, kekerasan, kejahatan seksual, perusakan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 pasal 3 menyatakan bahwa Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang MasalahPendidikan di Indonesia diharapkan dapat mempersiapkan peserta didik menjadi warga negara yang memiliki komitmen kuat dan konsisten untuk mempertahankan Negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan pilar utama bagi kemajuan bangsa dan negara. Semua negara membutuhkan pendidikan berkualitas untuk mendukung kemajuan bangsa, termasuk Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan elemen yang sangat penting dalam perkembangan sebuah negara. Untuk menyukseskan program-program pendidikan yang ada diperlukan kerja keras

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu

BAB I PENDAHULUAN. untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kajian tentang pendidikan adalah sebuah kajian yang tidak pernah selesai untuk dibahas. Sebuah perubahan apapun bentuknya, senantiasa akan mengacu pada pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan mampu manghasilkan manusia sebagai individu dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Visi, misi, dan tujuan pendidikan nasional harus mencerminkan kemampuan sistem pendidikan nasional untuk mengakomodasi berbagi tuntutan peran yang multidimensional.

Lebih terperinci

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN

PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN PENANAMAN NILAI-NILAI KARAKTER BANGSA DALAM PEMBELAJARAN Oleh: Anik Ghufron FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2011 RASIONAL 1. Pendidikan diyakini sebagai wahana pembentukan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Disiplin merupakan kesadaran diri yang muncul dari batin terdalam untuk mengikuti dan menaati peraturan-peraturan nilai-nilai dan hukum yang berlaku dalam satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga

BAB I PENDAHULUAN. berubah dari tradisional menjadi modern. Perkembangan teknologi juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Zaman selalu berubah setiap waktu, keadaan tidak pernah menetap pada suatu titik, tetapi selalu berubah.kehidupan manusia yang juga selalu berubah dari tradisional menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu

BAB I PENDAHULUAN. anggota suatu kelompok masyarakat maupun bangsa sekalipun. Peradaban suatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Moral dalam kehidupan manusia memiliki kedudukan yang sangat penting. Nilai-nilai moral sangat diperlukan bagi manusia, baik sebagai pribadi maupun sebagai anggota suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan prasyarat mutlak untuk mencapai tujuan pembangunan, salah satu wahana untuk meningkatkan kualitas Sumber

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Sisdiknas tahun 2003 pasal I mengamanahkan bahwa tujuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya mencapai kedewasaan subjek didik yang mencakup segi intelektual, jasmani dan rohani, sosial maupun emosional. Undang-Undang Sisdiknas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia kini menjadi sorotan

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia kini menjadi sorotan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Persoalan budaya dan karakter bangsa Indonesia kini menjadi sorotan tajam masyarakat. Sorotan itu mengenai berbagai aspek kehidupan, tertuang dalam berbagai tulisan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA PADA PKn DALAM KERANGKA KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN. oleh Tubagus Herlambang

PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA PADA PKn DALAM KERANGKA KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN. oleh Tubagus Herlambang PENDIDIKAN BUDAYA DAN KARAKTER BANGSA PADA PKn DALAM KERANGKA KONSEP PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI, OLAHRAGA DAN KESEHATAN A. PENDAHULUAN Budaya dan karakter merupakan hasil dari pendidikan dalam arti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita

BAB I PENDAHULUAN. dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi yang semuanya serba canggih ini telah membawa dampak bagi gaya hidup manusia baik positif maupun negatif. Di sisi lain kita banyak diuntungkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi persoalan karakter menjadi sorotan tajam masyarakat dalam sistem pendidikan. Persoalan yang muncul seperti kekerasan dan kurusuhan, kejahatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hak bagi setiap warga negara Indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan manusia yang berkualitas dan berkarakter.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. sendiri serta bertanggung jawab atas pembangunan bangsa. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pengubahan sikap dan tingkah laku seseorang atau sekelompok orang untuk mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang mengemuka di

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang mengemuka di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Persoalan budaya dan karakter bangsa merupakan isu yang mengemuka di masyarakat saat ini. Korupsi, tindakan asusila, kekerasan, perkelahian massa, pelanggaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan anak usia dini merupakan penjabaran dari sebuah pendidikan yang bermula dari seluruh negara di dunia yang dalam bahasa Inggrisnya disebut dengan early childhood

Lebih terperinci

KARAKTER SEBAGAI MODAL MAYA MEMBANGUN INDIVIDU DAN BANGSA. Prof. Dr. Yoyo Mulyana, M.Ed.

KARAKTER SEBAGAI MODAL MAYA MEMBANGUN INDIVIDU DAN BANGSA. Prof. Dr. Yoyo Mulyana, M.Ed. KARAKTER SEBAGAI MODAL MAYA MEMBANGUN INDIVIDU DAN BANGSA Prof. Dr. Yoyo Mulyana, M.Ed. Character education, we always emphasize, Is not a new idea. Down through history, all over the world, education

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter kepada generasi penerus bangsa yang berakar pada nilai karakter dari budaya bangsa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak

BAB I PENDAHULUAN. didik, sehingga menghasilkan peserta didik yang pintar tetapi tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini dinilai sarat dengan muatanmuatan pengetahuan dan tuntutan arus global yang mana mengesampingkan nilai-nilai moral budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan Arus kemajuan zaman dan teknologi pada era globalisasi saat ini pendidikan selalu suatu hal yang tidak dapat dihindari. Sama halnya dalam mengalami

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan bagian yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka pembentukan dan peningkatan

Lebih terperinci

KAJIAN TEORETIS. lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Di

KAJIAN TEORETIS. lain, serta diwujudkan dalam sikap dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari. Di 8 KAJIAN TEORETIS 2.1 Pengertian Karakter Samani dan Hariyanto (2011:43) menjelaskan pengertian karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk karena pengaruh hereditas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang

BAB I PENDAHULUAN. Dari ketiga hal tersebut terlihat jelas bahwa untuk mewujudkan negara yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejak zaman pemerintahan Ir. Soekarno, ada tiga hal penting yang menjadi tantangan. Pertama adalah mendirikan negara yang bersatu dan berdaulat, kedua adalah membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas. siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan moral bagi siswa sangat penting untuk menunjang kreativitas siswa dalam mengemban pendidikan di sekolah dan menumbuhkan karakter siswa yang diharapkan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya

BAB I PENDAHULUAN. Dengan potensi tersebut, seseorang akanmenjadi manfaat atau tidak untuk dirinya BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Pendidikan dapat dimaknai sebagai usaha untuk membantu peserta didik mengembangkan seluruh potensinya (hati, pikir, rasa, dan karsa, serta raga). Dengan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Masyarakat terus berkembang dan berubah menyesuaikan dengan kondisi jaman dan peradaban. Manusia sebagai bagian dari perkembangan jaman adalah faktor penentu keberlangsungan

Lebih terperinci

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1

PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 PERAN GURU DALAM MENANAMKAN PENDIDIKAN KARAKTER DI SEKOLAH DASAR 1 Fauzatul Ma rufah Rohmanurmeta 2 IKIP PGRI Madiun ABSTRAK Salah satu kewajiban utama yang harus dijalankan oleh guru kepada peserta didik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan ditujukan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, sebagaimana dirumuskan dalam Tujuan Pendidikan Nasional dalam UU Sistem Pendidikan Nasional

Lebih terperinci

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan

BAB I. A. Latar Belakang Penelitian. sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pendidikan merupakan sistem yang harus dijalankan secara terpadu dengan sistem yang lain guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pendidikan berlangsung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan

BAB I PENDAHULUAN. Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karakter merupakan hal sangat esensial dalam berbangsa dan bernegara, oleh sebab itu hilangnya karakter akan menyebabkan hilangnya generasi penerus bangsa. Karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN. Pancasila sebagai landasan kehidupan berbangsa dan bernegara juga. meningkatkan kualitas pendidikan. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Dewasa ini bangsa Indonesia terus berusaha untuk meningkatkan masyarakatnya menjadi masyarakat yang berbudaya demokrasi, berkeadilan dan menghormati hak-hak

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara

I. PENDAHULUAN. makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan upaya untuk membantu perkembangan siswa sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, sehingga siswa dapat hidup secara layak dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai nilai kesopanan, sehingga dikenal sebagai bangsa yang

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai nilai kesopanan, sehingga dikenal sebagai bangsa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang dikenal sebagai bangsa yang menjunjung tinggi nilai nilai kesopanan, sehingga dikenal sebagai bangsa yang ramah tamah.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang.

I. PENDAHULUAN. karakter dan akhlak mulia peserta didik secara utuh, terpadu, dan seimbang. 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan di sekolah yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-undang No 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 3 menyebutkan bahwa : Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Generasi muda adalah generasi penerus bangsa. Membangun manusia Indonesia diawali dengan membangun kepribadian kaum muda. Sebagai generasi penerus, pemuda harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan karakter yang merupakan upaya perwujudan amanat Pancasila dan Pembukaan UUD 1945 dilatarbelakangi oleh realita permasalahan kebangsaan yang berkembang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indri Cahyani

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah  Indri Cahyani 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan menurut UNESCO merupakan upaya mempersiapkan manusia untuk bisa hidup di masyarakat dan harus sesuai dengan tuntutan kebutuhan pendidikan masa lalu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya dari aspek jiwa, manusia memiliki cipta rasa dan karsa sehingga dalam tingkah laku dapat membedakan benar atau salah, baik atau buruk, menerima atau menolak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk

BAB I PENDAHULUAN. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana yang dapat mempersatukan bangsa. Melalui pendidikan, setiap siswa difasilitasi, dibimbing dan dibina untuk menjadi warga negara

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum pendidikan bertujuan untuk menjadikan manusia seutuhnya yang bermanfaat bagi diri, keluarga, masyarakat dan bagi negaranya. Hal ini selaras dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal turut bertanggung jawab dalam pembentukan karakter (character building) generasi bangsa. Pentingnya pendidikan karakter

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan karakter penting bagi bangsa Indonesia, karena untuk melahirkan generasi bangsa yang tangguh. Bung Karno menegaskan bahwa bangsa ini harus dibangun dengan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1

PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 PENGEMBANGAN PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA BERBASIS KEARIFAN LOKAL* 1 Oleh Drs. H. Syaifuddin, M.Pd.I Pengantar Ketika membaca tema yang disodorkan panita seperti yang tertuang dalam judul tulisan singkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam

BAB I PENDAHULUAN. setiap warga negara berhak mendapatkan pendidikan. Kemudian dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak asasi setiap individu anak bangsa yang telah diakui dalam UUD 1945 pasal 31 ayat (1) yang menyebutkan bahwa setiap warga negara berhak mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan.

BAB I PENDAHULUAN. adalah generasi penerus yang menentukan nasib bangsa di masa depan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sesungguhnya memiliki modal besar untuk menjadi sebuah bangsa yang maju, adil, makmur, berdaulat, dan bermartabat. Hal itu didukung oleh sejumlah fakta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan sosial yang sering terjadi di masyarakat membuktikan adanya penurunan moralitas, kualitas sikap serta tidak tercapainya penanaman karakter yang berbudi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karakter siswa. Pendidikan agama merupakan sarana transformasi pengetahuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga pendidikan mempunyai peranan yang cukup penting dalam membentuk kepribadian, karakter, serta tingkah laku moral para peserta didik. Di bangku sekolah, para peserta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN. sikap, perilaku, intelektual serta karakter manusia. Menurut Undang-Undang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan memiliki peran penting dalam meningkatkan sumber daya manusia. Tujuan utama pendidikan yaitu untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Berdasarkan tujuan tersebut

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah salah satu kebutuhan yang penting bagi setiap bangsa. Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus dipenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan

BAB I PENDAHULUAN. Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan BAB I PENDAHULUAN Bab Pendahuluan Ini Memuat : A. Latar Belakang, B. Fokus Penelitian,C. Rumusan Masalah, D. Tujuan Penelitian, E. Manfaat Penelitian, F. Penegasan Istilah A. Latar Belakang Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai tanggungjawab untuk mendidik peserta didiknya. Sekolah menyelenggarakan proses belajar mengajar dengan

Lebih terperinci

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS

PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS PENTINGNYA PENDIDIKAN KARAKTER DI PERGURUAN TINGGI: KAJIAN TEORITIS PRAKTIS Konstantinus Dua Dhiu, 2) Nikodemus Bate Program Studi Pendidikan Guru PAUD, STKIP Citra Bakti, NTT 2) Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER

PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER PEMBELAJARAN MENULIS KARYA ILMIAH BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER Ary Kristiyani, M.Hum. PBSI, FBS, UNY arykristiyani@uny.ac.id atau ary_kristiyani79@yahoo.com Disampaikan pada Seminar Internasional di Hotel

Lebih terperinci

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG

2015 PERSEPSI GURU TENTANG PENILAIAN SIKAP PESERTA DIDIK DALAM KURIKULUM 2013 DI SMA NEGERI KOTA BANDUNG BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi semua orang dan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan sampai kapanpun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sosiologi pada dasarnya mempunyai dua pengertian dasar yaitu sebagai ilmu dan sebagai metode. Sebagai ilmu, Sosiologi merupakan kumpulan pengetahuan tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah pembelajaran sangat ditentukan keberhasilannya oleh masingmasing guru di kelas. Guru yang profesional dapat ditandai dari sejauh mana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. secara terus-menerus. Hal ini disebabkan karena pada dasarnya manusia memiliki BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini diuraikan latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan pengembangan, spesifikasi produk yang diharapkan, pentingnya penelitian dan pengembangan, asumsi dan keterbatasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan, sampai kapanpun dan dimanapun ia berada. Pendidikan adalah usaha sadar

Lebih terperinci

PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA

PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA PERAN MUSEUM SEBAGAI SUMBER BELAJAR DAN SARANA PENDIDIKAN KARAKTER BANGSA OLEH: DR. SUKIMAN, M.PD. DIREKTUR PEMBINAAN PENDIDIKAN KELUARGA DITJEN PAUD DAN DIKMAS KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN YOGYAKARTA,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sebuah upaya yang dilakukan negara untuk mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa. Tujuan pendidikan adalah untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi

BAB I PENDAHULUAN. sekarang merupakan persoalan yang penting. Krisis moral ini bukan lagi BAB I PENDAHULUAN A. LatarBelakang Pendidikan karakter merupakan proses pembentukan karakter yang memberikan dampak positif terhadap perkembangan emosional, spiritual, dan kepribadian seseorang. Oleh sebab

Lebih terperinci

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan cara untuk mencerdaskan bangsa yang sesuai dengan pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai tujuan pendidikan nasional.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm. 6. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk hidup manusia dituntut memiliki perilaku yang lebih baik dari makhluk hidup yang lainnya. Oleh sebab itu, perlu adanya pendidikan. Pendidikan

Lebih terperinci

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN

PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN PETUNJUK PENYELENGGARAAN POLA DAN MEKANISME PEMBINAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN UNIVERSITAS PADJADJARAN (HASIL AMANDEMEN MUSYAWARAH MAHASISWA VIII KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri,

BAB I PENDAHULUAN. permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan yang sering terjadi di kalangan remaja dewasa ini adalah permasalahan degradasi moral. Mulai dari tidak menghargai diri sendiri, menghargai orang lain,

Lebih terperinci

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia.

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan merupakan hak bagi semua warga Negara Indonesia. Pendidikan memiliki peran yang sangat penting dalam menciptakan Sumber Daya Manusiayang berkualitas dan berkarakter.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pendidikan diselenggarakan dalam rangka mengembangkan pengetahuan, potensi, akal dan perkembangan diri manuisa, baik itu melalui jalur pendidikan formal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20

BAB I PENDAHULUAN. Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembinaan akhlak mulia adalah amanat dari Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional khususnya pasal 1 ayat 1. Pasal tersebut menyatakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. antara lain pemerintah, guru, sarana prasarana, dan peserta didik itu sendiri. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah tumpuan sebuah bangsa menuju persaingan global. Di dalam pendidikan banyak aspek yang saling mempengaruhi satu sama lain, antara lain pemerintah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan nasional memiliki peranan yang sangat penting bagi warga negara. Pendidikan nasional bertujuan untk mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan

Lebih terperinci

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA

PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA Pendidikan Karakter Sebagai Pembentuk Karakter Bangsa 15 PENDIDIKAN KARAKTER SEBAGAI PEMBENTUK KARAKTER BANGSA Oleh: Yulianti Siantayani 1 Konflik antar suku dan agama yang terus bergulir dari waktu ke

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semuanya mengacu pada pengembangan individu. Upaya pendidikan secara

BAB I PENDAHULUAN. semuanya mengacu pada pengembangan individu. Upaya pendidikan secara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan bagi perannya di masa datang. Upaya pendidikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara

I. PENDAHULUAN. positif dan negatif pada suatu negara. Orang-orang dari berbagai negara I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi informasi dan komunikasi berkembang secara cepat seiring dengan globalisasi sehingga interaksi dan penyampaian informasi akan berkembang dengan cepat.

Lebih terperinci

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG)

2015 PEMBINAAN KECERDASAN SOSIAL SISWA MELALUI KEGIATAN PRAMUKA (STUDI KASUS DI SDN DI KOTA SERANG) 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Undang Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003 berisi rumusan tujuan pendidikan yang kaya dengan dimensi moralitas, sebagaimana disebutkan dalam

Lebih terperinci

ABSTRACT. By (Ranti Febriani, M. Mona Adha, Holilulloh)

ABSTRACT. By (Ranti Febriani, M. Mona Adha, Holilulloh) 1 ABSTRACT THE INFLUENCE STUDY RESULT OF THE CIVIC EDUCATION ON THE APPLICATION OF THE VALUE CHARACTER STUDENTS IN THE CLASS STATE SENIOR HIGH SCHOOL 1 SEPUTIH BANYAK LAMPUNG TENGAH ACADEMIC YEAR 2012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan sarana untuk menjadikan seseorang atau individu menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta :

BAB I PENDAHULUAN. BP. Dharma Bhakti, 2003), hlm Depdikbud, UU RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Jakarta : BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter saat ini memang menjadi isu utama pendidikan, selain menjadi bagian dari proses pembentukan akhlak anak bangsa. Dalam UU No 20 Tahun 2003

Lebih terperinci

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER

PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER PEMBELAJAR YANG MENDIDIK DAN BERKARAKTER Pengertian Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu tujuan pendidikan Nasional adalah agar anak didik menjadi manusia yang beriman kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berahlak mulia. Untuk mewujudkan tujuan Pendidikan

Lebih terperinci