Oleh : SRI FITDIYAH NINGSIH

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Oleh : SRI FITDIYAH NINGSIH"

Transkripsi

1 HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU DALAM MENERAPKAN TOILET TRAINING DENGAN KEBIASAAN MENGOMPOL PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RW 02 KELURAHAN BABAKAN KOTA TANGERANG Skripsi Diajukan Sebagai Tugas Akhir Strata-1 (S-1) pada Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) Oleh : SRI FITDIYAH NINGSIH PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1433 H / 2012 M

2 i

3 ii

4 iii

5 iv

6 RIWAYAT HIDUP Nama : SRI FITDIYAH NINGSIH Tempat, Tanggal Lahir : Tangerang, 15 April 1989 Agama : Islam Status : Belum Menikah Alamat : Jl. Perintis Kemerdekaan Gg. Teladan IV RT 003 RW 02 No. 6 Babakan Tangerang Anak ke : 3 dari 3 bersaudara Telepon : clievied_niezs@yahoo.com atau srifitdiyah@gmail.com Riwayat Pendidikan : 1. TK Al- Husna Kota Tangerang tahun SD Negeri Tangerang 2 tahun Madrasah At-Taqwa Tangerang tahun SMP Negeri 17 Tangerang tahun SMA Negeri 7 Tangerang tahun S1 Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun Pengalaman Organisasi : 1. Anggota Pramuka SMP Negeri 17 Tangerang tahun Bendahara OSIS SMP Negeri 17 Tangerang tahun Anggota Paskibra SMA Negeri 7 Tangerang tahun Bendahara OSIS SMA Negeri 7 Tangerang tahun Staf Divisi Infokom BEMJ Ilmu Keperawatan tahun Ketua Departemen Informasi dan Komunikasi BEMJ Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun v

7 FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Skripsi, September 2012 Sri Fitdiyah Ningsih, NIM: Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Ibu dalam Menerapkan Toilet Training dengan Kebiasaan Mengompol pada Anak Usia Prasekolah di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang xxi halaman + 16 tabel + 2 gambar + 5 lampiran ABSTRAK Kebiasaan mengompol merupakan kondisi yang sering terjadi pada anak usia prasekolah, padahal pada usia ini anak sudah dapat mengontrol buang air kecilnya. Salah satu upaya mengatasi kebiasaan ini adalah toilet training. Agar penerapan toilet training berjalan baik, perlu adanya pemahaman dan tindakan yang nyata tentang toilet training dari orang tua terutama ibu, karena ibu adalah orang terdekat bagi anak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan perilaku ibu dalam menerapkan toilet training dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif dengan metode cross sectional. Sampel yang digunakan sebanyak 82 responden. Teknik sampling yang digunakan adalah teknik total sampling. Pengumpulan data menggunakan kuesioner, kemudian data dianalisis menggunakan uji chi square dengan komputerisasi. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan antara pengetahuan ibu tentang toilet training dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah (p = 0,232) dan ada hubungan antara perilaku ibu dalam menerapkan toilet training dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah (p = 0,041). Agar anak dapat mengatasi kebiasaan mengompolnya maka perlu adanya penerapan toilet training yang baik oleh ibu. Kata kunci : Anak usia prasekolah, Ibu, Kebiasaan mengompol, Pengetahuan, Perilaku, Toilet training Referensi : 42 ( ) vi

8 FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCE NURSING SCIENCE STUDY PROGRAM ISLAMIC STATE UNIVERSITY SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA Undergraduate Thesis, September 2012 Sri Fitdiyah Ningsih, NIM: The Relationship between Mother s Knowledge and Behavior in Implementing Toilet Training with Enuresis Habit in Preschool Age Children in RW 02 Babakan Tangerang xxi pages + 16 tables + 2 pictures + 5 attachments ABSTRACT Enuresis is the condition which is frequently happened in preschool children, where at this age children are should be able to control the urine. One of the effort to overcome this habit is toilet training. The good application of a toilet training need a real action from parents especially mother, because mother is the closest person to the child. This study aimed to determine the relationship between knowledge and behavior of mother in implementing toilet training with enuresis habit in preschool children in RW 02 Babakan Tangerang. This research is a quantitative study with cross sectional method. The sample used in this study was 82 respondent. This study was using the total sampling technique. Data collected using questionnaires, and were analyzed using chi square test with computerization. The results showed no correlation between mother knowledge about toilet training with enuresis habit in preschool age children (p = 0.232) and there was a correlation between the behavior of mother implementing toilet training with enuresis habit in preschool age children (p = 0.041). In order to overcome this enuresis habit, it is necessary for mother to implementing a good toilet training. Key Word : Preschool age children, Mother, Enuresis Habit, Knowledge, Behavior, Toilet training Reference : 42 ( ) vii

9 LEMBAR PERSEMBAHAN Skripsi ini ku persembahkan.. Untukmu Mama, Bapak, dan Teteh Enchi khususnya kepadamu,,, Kakakku tercinta,,indriyati,,, Ku tak dapat berkata apapun kecuali kata Terima Kasih Terima Kasih atas pengorbanan, ketulusan dan keikhlasanmu selama ini... Terima Kasih atas jasamu yang tak mungkin dapat ku balas,,, Terima Kasih atas kasih sayangmu kepada ku melebihi apapun.., viii

10 KATA PENGANTAR Assalamu alaikum wr.wb Alhamdulillahi rabbil alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Ibu dalam Menerapkan Toilet Training dengan Kebiasaan Mengompol pada Anak Usia Prasekolah di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan sehingga penulis tetap semangat dalam menyelesaikan skripsi ini. Dalam penyelesaian skipsi, penulis sadar bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada : 1. Prof. DR (hc). Dr. Muhammad Kamil Tadjuddin, Sp. And, selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. H.M. Djauhari W, AIF., PFK, selaku Pembantu Dekan Bidang Akademik Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. Dr. H. Arif Sumantri, SKM, M.Kes, selaku Pembantu Dekan Bidang Administrasi Umum Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. ix

11 4. Dra. Farida Hamid, Mpd, selaku Pembantu Dekan Bidang Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 5. Ibu Tien Gartinah, MN, selaku Ketua Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 6. Ibu Irma Nurbaeti, S.Kep, MKep, Sp.Mat, selaku Sekretaris Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta dan Pembimbing Akademik penulis selama perkuliahan. 7. Ibu Rita Yuliani S.Kp., M.Si. selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan masukan, nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 8. Ibu Maulina Handayani S.Kp., M.Sc. selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan mencurahkan pikirannya untuk memberikan masukan, nasihat, petunjuk dan arahan serta motivasi kepada penulis dalam metodologi penyusunan skripsi ini. 9. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang telah mengajarkan dan membimbing penulis, serta staff akademik (Bapak Azib Rosyidi S. Psi dan Ibu Syamsiah) atas bantuannya yang telah memudahkan penulis dalam proses pembelajaran di PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 10. Segenap jajaran staf dan karyawan Perpustakaan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN yang telah banyak membantu dalam menyediakan referensi-referensi sebagai bahan rujukan skripsi. x

12 11. Segenap Ketua RW dan Ketua RT Kelurahan Babakan Kota Tangerang yang telah mengizinkan penulis untuk melakukan penelitian. 12. Segenap responden yang telah bersedia meluangkan waktu untuk mengisi kuisioner. 13. Orang tua tercinta (Bapak Uci Sanusi dan Ibu Sumaryati) yang telah memberikan kasih sayang tulus dan selalu mendoakan serta memberikan motivasi tiada hentinya kepada penulis. 14. Kakak kakak penulis (Teteh Indriyati, Teteh Sri Budiarti dan Ka Wanto) yang selalu memberikan dukungan baik moril maupun materiil serta doa yang tiada henti. 15. Ade Sulistyawan yang telah menjadi motivator sehingga penulis selalu semangat dalam menyusun skripsi ini. 16. Keponakan penulis (Nisrina Al-Habsyi dan Irestha Felladivany) yang telah menjadi inspirasi dalam menyusun skripsi ini. 17. Teman-teman angkatan 2008 (Wensil, Nurfatimah, Selly, Novi, Pia, Sri K, Ika, Kiki dan semuanya) yang telah bersama-sama dengan penulis melewati hari-hari baik suka maupun duka dalam menyelesaikan perkuliahan di PSIK UIN Jakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangannya. Untuk itu, kritik dan saran sangat penulis harapkan demi perbaikan di masa mendatang. Wassalamu alaikum wr.wb Jakarta, September 2012 SRI FITDIYAH NINGSIH xi

13 DAFTAR ISI Halaman PERNYATAAN PERSETUJUAN i LEMBAR PENGESAHAN ii LEMBAR PERNYATAAN iv RIWAYAT HIDUP.. v ABSTRAK.... vi ABSTRACT... vii LEMBAR PERSEMBAHAN. viii KATA PENGANTAR ix DAFTAR ISI xii DAFTAR SINGKATAN xvii DAFTAR GAMBAR.. xviii DAFTAR TABEL... xix DAFTAR LAMPIRAN... xxi BAB I PENDAHULUAN.. 1 A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah... 7 C. Pertanyaan Penelitian.. 8 D. Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus.. 9 E. Manfaat Bagi Ilmu Pengetahuan Bagi Profesi Keperawatan Bagi Kelurahan Babakan Kota Tangerang Bagi Peneliti Bagi Peneliti Selanjutnya.. 11 F. Ruang Lingkup Penelitian xii

14 BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 12 A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah Pertumbuhan Fisik Perkembangan Motorik Perkembangan Kognitif Perkembangan Psikoseksual Perkembangan Psikososial Perkembangan Moral 18 B. Toilet Training Pengertian Kesiapan Toilet Training Teknik Mengajarkan Toilet Training Hal yang perlu Diperhatikan selama Toilet Training Dampak Keberhasilan Toilet Training Dampak Kegagalan Toilet Training.. 24 C. Kebiasaan Mengompol (Enuresis) Pengertian Penyebab Jenis Enuresis Faktor yang Mempengaruhi Kebiasaan Mengompol (Enuresis) Penatalaksanaan D. Pengetahuan Pengertian Tingkatan Pengetahuan Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan E. Perilaku Pengertian Proses Pembentukan Perilaku Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seseorang.. 41 F. Penelitian Terkait 45 G. Kerangka Teori xiii

15 BAB III KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL. 50 A. Kerangka Konsep 50 B. Hipotesis.. 51 C. Definisi Operasional 52 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 60 A. Desain Penelitian. 60 B. Lokasi dan Waktu Penelitian C. Populasi dan Sampel Penelitian.. 61 D. Instrumen Penelitian 63 E. Uji Validitas dan Reliabilitas Penelitian Uji Validitas Uji Reliabilitas Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas.. 70 F. Teknik Pengumpulan Data. 71 G. Pengolahan Data 73 H. Analisis Data Analisis Univariat Analisis Bivariat.. 75 I. Etika Penelitian.. 76 BAB V HASIL PENELITIAN. 79 A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Gambaran Umum RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Gambaran Umum Karakteristik Responden. 80 a) Usia Ibu b) Tingkat Pendidikan Ibu c) Status Pekerjaan Ibu 83 d) Usia Anak 84 e) Jenis Kelamin Anak 85 xiv

16 B. Analisis Univariat Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Toilet Training Gambaran Perilaku Ibu dalam Menerapkan Toilet Training Gambaran Kebiasaan Mengompol 92 C. Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Toilet Training dengan Kebiasaan Mengompol pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Hubungan Perilaku Ibu dalam Menerapkan Toilet Training dengan Kebiasaan Mengompol pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) BAB VI PEMBAHASAN.. 96 A. Keterbatasan Penelitian.. 96 B. Gambaran Karakteristik Responden Usia Ibu Tingkat Pendidikan Ibu Status Pekerjaan Ibu Usia Anak Jenis Kelamin Anak C. Hasil Analisis Univariat Gambaran Pengetahuan Ibu tentang Toilet training Gambaran Perilaku Ibu dalam Menerapkan Toilet training Gambaran Kebiasaan Mengompol pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun). 103 D. Hasil Analisis Bivariat Hubungan Pengetahuan Ibu tentang Toilet training dengan Kebiasaan Mengompol (Enuresis) pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) Hubungan Perilaku Ibu dalam Menerapkan Toilet training dengan Kebiasaan Mengompol (Enuresis) pada Anak Usia Prasekolah (3-6 Tahun) xv

17 BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 108 A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN xvi

18 DAFTAR SINGKATAN BAB = Buang Air Besar BAK = Buang Air Kecil DSM-IV-TR = Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV-Text Revision RT = Rukun Tetangga RW = Rukun Warga SPSS = Statistical Package for Social Science xvii

19 DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian. 49 Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian. 50 xviii

20 DAFTAR TABEL Tabel 3.1 Definisi Operasional.. 52 Tabel 4.1 Indikator pengukuran pengetahuan ibu tentang toilet training. 64 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6 Tabel 5.7 Distribusi frekuensi usia ibu yang memiliki anak usia prasekolah di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun Distribusi frekuensi ibu yang memiliki anak usia prasekolah berdasarkan tingkat pendidikan di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun Distribusi frekuensi ibu yang memiliki anak usia prasekolah berdasarkan kategori tingkat pendidikan di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun Distribusi Frekuensi Ibu yang Memiliki Anak Usia Prasekolah Berdasarkan Status Pekerjaan di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun Distribusi frekuensi ibu yang memiliki anak usia prasekolah berdasarkan kategori status pekerjaan di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun Distribusi frekuensi usia anak prasekolah di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun Distribusi frekuensi anak usia prasekolah berdasarkan jenis kelamin di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun Tabel 5.8 Tabel 5.9 Distribusi frekuensi pengetahuan ibu tentang toilet training di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun Distribusi frekuensi responden berdasarkan kategori pengetahuan ibu tentang toilet training di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun Tabel 5.10 Distribusi frekuensi perilaku ibu dalam menerapkan toilet training di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun Tabel 5.11 Distribusi frekuensi responden berdasarkan kategori perilaku ibu dalam menerapkan toilet training di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun xix

21 Tabel 5.12 Distribusi frekuensi kebiasaan mengompol anak usia prasekolah di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun Tabel 5.13 Hubungan pengetahuan ibu tentang toilet training dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun Tabel 5.14 Hubungan perilaku ibu dalam menerapkan toilet training dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang Tahun xx

22 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Permohonan Izin Pengambilan Data Lampiran 2 Surat Izin Pengambilan Data dari Kelurahan Babakan Kota Tangerang Lampiran 3 Lembar persetujuan menjadi responden penelitian (Informed consent) Lampiran 4 Kuesioner penelitian Lampiran 5 Hasil uji statistik penelitian xxi

23 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua istilah yang berbeda, namun keduanya tidak dapat dipisahkan dan bersifat interdependen (Potter & Perry, 2005). Pertumbuhan didefinisikan sebagai bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh seseorang karena bertambahnya jumlah dan besarnya sel secara kuantitatif, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Perkembangan didefinisikan sebagai pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing tubuh dan bersifat kualitatif, seperti kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, berbicara, memungut benda-benda di sekelilingnya, serta kematangan emosi dan sosial anak (Nursalam, 2008). Menurut Wong (2000 dalam Supartini 2004), perkembangan anak terdiri dari periode prenatal (mulai konsepsi sampai usia kehamilan 40 minggu), periode bayi (sejak lahir sampai usia 12 bulan), periode kanak-kanak awal (usia 1 tahun sampai 6 tahun), periode kanak-kanak pertengahan (usia 6 tahun sampai tahun), dan periode kanak-kanak akhir (usia tahun sampai 18 tahun). Periode kanak-kanak awal terdiri atas masa toddler, yaitu usia anak 1 sampai 3 tahun dan masa prasekolah, yaitu antara 3 sampai 6 tahun (Supartini, 2004). Pertumbuhan dan perkembangan masa kanak-kanak terjadi sangat cepat. Hal ini disebabkan karena adanya stimulus internal, yaitu dari hereditas dan temperamen maupun stimulus eksternal, yaitu dari keluarga, teman sebaya, 1

24 2 pengalaman hidup dan elemen dari lingkungan yang didapatkan oleh anak (Potter & Perry, 2005). Perkembangan fisik anak usia prasekolah lebih lambat dan relatif menetap. Sistem tubuh sudah matang dan keterampilan motorik seperti berjalan, berlari, melompat menjadi semakin luwes, namun otot dan tulang belum begitu sempurna, serta pada masa ini anak sudah mulai terlatih untuk toileting (Supartini, 2004). Menurut teori Perkembangan Psikoseksual Sigmund Freud (1905 dalam Wong, 2008) menjelaskan bahwa usia prasekolah termasuk dalam fase falik, dimana genitalia menjadi area yang menarik dan area tubuh yang sensitif. Pada fase ini anak sudah dapat melakukan buang air kecil dan buang air besar di tempatnya. Pada periode ini pula, konsep diri anak sudah mulai berkembang, terjadi peningkatan kontrol diri dan penguasaan, lebih banyak bergerak, peningkatan kemandirian dan sudah siap untuk melakukan toilet training (Potter & Perry, 2005). Toilet training merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol buang air kecil dan buang air besar (Hidayat, 2008). Latihan ini mulai dilakukan pada anak usia 1-3 tahun, karena pada usia ini kemampuan sfingter uretra untuk mengontrol rasa ingin buang air kecil mulai berkembang (Supartini, 2004). Latihan ini dapat dilakukan oleh sebagian besar anak secara mandiri pada akhir periode prasekolah (Muscari, 2005). Keberhasilan toilet training memberikan beberapa keuntungan bagi anak, seperti dapat mengontrol buang air kecil (BAK) dan buang air besar (BAB), awal terbentuknya kemandirian sehingga anak bisa melakukan sendiri BAK atau BAB dan juga mulai mengetahui beberapa bagian tubuh dan fungsinya

25 3 (Warga, 2007). Toilet training juga penting dalam perkembangan kepribadian anak, karena toilet training merupakan latihan moral pertama kali yang diterima anak dan sangat berpengaruh pada perkembangan moral selanjutnya (Suherman, 2000). Faktor yang mempengaruhi keberhasilan program toilet training antara lain motivasi orang tua dan kesiapan anak secara fisik, psikologis maupun secara intelektual (Hidayat, 2008). Widayatun (1999 dalam Subagyo dkk, 2008) menjelaskan bahwa motivasi orang tua sendiri dipengaruhi oleh faktor intrinsik dan faktor ekstrinsik. Faktor intrinsik merupakan dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang yaitu berupa pengetahuan, sikap, keadaan mental, dan kematangan usia sedangkan faktor ekstrinsik yaitu berupa sarana, prasarana, dan lingkungan (Subagyo dkk, 2008). Pengetahuan orang tua terutama ibu sangat berperan dalam menciptakan perilaku yang baik bagi anak-anaknya karena orang tua adalah cerminan bagi anak. Hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Hidayat (2010) pada 58 ibu yang memiliki anak usia prasekolah di TK Al-Azhar Medan menjelaskan bahwa gambaran pengetahuan ibu tentang toilet training pada anak usia prasekolah secara umum di tempat tersebut adalah baik (60,3%). Hal ini diketahui dari kesuksesan anak dalam melakukan daytime control yaitu mampu menjaga dan mengatur BAB dan BAK di toilet sepanjang hari, tanpa menggunakan popok atau alat bantu lain. Hasil penelitian lain yang telah dilakukan oleh Nursila (2007) pada 40 orang tua yang memiliki anak berusia 3-5 tahun menjelaskan bahwa keluarga dengan pengetahuan tinggi memiliki 42,9% anak masih mengompol dan keluarga dengan pengetahuan rendah

26 4 memiliki 66,7% anak masih mengompol sehingga penelitian tersebut menyimpulkan bahwa tidak ada hubungan pengetahuan orang tua dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah. Proses toilet training yang dilakukan oleh orang tua dapat mengalami kegagalan pada anak. Kegagalan toilet training mungkin disebabkan oleh beberapa faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal dapat berupa abnormalitas kongenital saluran kemih, infeksi saluran kemih, poliuria atau neurogenic bladder (Hull, 2008) sedangkan faktor eksternal dapat berupa faktor keluarga terutama orang tua dimana kurangnya perhatian dan kepedulian orang tua sehingga toilet training ini terabaikan ataupun pelatihan toilet training yang terlalu dini (Aziz, 2006). Kegagalan toilet training yang disebabkan oleh toilet training yang terlalu dini dapat beresiko menimbulkan infeksi saluran kemih (ISK) (Natalia, 2006). Selain itu, kegagalan toilet training dapat menyebabkan anak kurang mandiri, memiliki sikap egois, keras kepala, kikir, cenderung ceroboh, dan seenaknya dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Hidayat, 2008). Menurut Aziz (2006) kegagalan toilet training juga dapat menyebabkan anak mengalami enuresis atau mengompol. Enuresis atau mengompol adalah pengeluaran urin tanpa sengaja pada usia dimana saat pengendalian pengeluaran urin seharusnya dapat dilakukan atas kemauannya sendiri (Behrman dkk, 1999). Wong (2008) menyatakan mengompol adalah keluarnya urin yang disengaja atau tidak disengaja di tempat tidur (biasanya di malam hari) atau pada pakaian di siang hari dan terjadi pada anak-anak yang usianya secara normal telah memiliki kendali

27 5 terhadap kandung kemih secara sadar. Menurut Hidayat (2008) mengompol ini lebih dikenal dengan istilah Enuresis Fungsional yang merupakan gangguan dalam pengeluaran urin secara tidak sadar pada siang atau malam hari pada anak yang berusia lebih dari empat tahun tanpa adanya kelainan fisik maupun penyakit organik. Anak usia 3 tahun secara umum sudah mampu mengendalikan kandung kemih pada siang hari dan sekitar 75% anak usia 3,5 tahun ini sudah tidak mengompol pada malam hari, dikarenakan pengendalian mengompol pada malam hari biasanya tercapai pada usia 2,5 3,5 tahun. Pada usia 4,5 tahun, kurang lebih 88% anak sudah mampu mengendalikan kandung kemih secara adekuat dan tidak mengompol lagi saat tidur malam. Anak usia 5 tahun akan buang air kecil 5-8 kali sehari dan mereka akan menolak buang air kecil bila bukan pada tempatnya dan sekitar 98,5% pada usia ini sudah mampu mengendalikan kandung kemihnya secara sempurna (Noer, 2006). Hull (2008) menyatakan bahwa sekitar 10% anak usia 5 tahun masih mengompol dan bahkan kurang dari 5% masih mengompol pada usia 10 tahun. Behrman dkk (1999) juga menyatakan bahwa prevalensi anak yang mengompol pada usia 5 tahun adalah 7% laki-laki dan 2% wanita. Penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati dkk (2007) pada anak usia prasekolah (4-5 tahun) di TK Sekar Ratih Krembangan Jaya Selatan, Surabaya menyatakan bahwa terdapat 52% anak mengompol dengan frekuensi sering sekali, 4% sering, 36% jarang dan 8% sangat jarang. Kebiasaan mengompol ini apabila berlangsung lama dan panjang, akan mengganggu pencapaian tugas perkembangan anak (Hidayat, 2008).

28 6 Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di Rukun Tetangga (RT) 003 Rukun Warga (RW) 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang pada tanggal 12 Februari 2012 kepada 10 orang ibu yang memiliki anak usia prasekolah (3-6 tahun) secara random, didapatkan hasil bahwa 6 orang (60%) ibu tidak mengajarkan anak pergi ke toilet dan membiarkan anaknya mengompol, 3 orang (30%) ibu telah menyuruh anaknya untuk pergi ke toilet tetapi tetap saja anaknya masih mengompol, dan hanya 1 orang (10%) ibu yang menyuruh dan mengajak anaknya pergi ke toilet dan diketahui anaknya jarang mengompol. Berdasarkan fenomena di atas dapat dilihat bahwa masih kurangnya perhatian orang tua terutama ibu terhadap proses toilet training sehingga masih banyak anak usia prasekolah (3-6 tahun) yang memiliki kebiasaan mengompol di daerah tersebut, padahal pada usia 3-6 tahun ini seharusnya anak sudah dapat melakukan buang air kecil secara mandiri di tempat yang semestinya (toilet atau kamar mandi). Kurangnya perhatian ibu menunjukkan perilaku ibu yang kurang peduli terhadap proses toilet training. Perilaku tersebut mungkin disebabkan akibat rendahnya tingkat pengetahuan ibu tentang toilet training. Hal ini sesuai dengan teori Bloom yang dipaparkan oleh Notoatmodjo (1997 dalam Sunaryo, 2004) bahwa perilaku memiliki 3 domain yakni cognitive, affective dan psychomotor, dimana cognitive domain diukur dari knowledge (pengetahuan). Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya perilaku terbuka (overt behavior). Perilaku yang didasari pengetahuan umumnya bersifat langgeng (Sunaryo, 2004). Teori perkembangan kognitif

29 7 anak usia prasekolah (Piaget, 1969 dalam Wong, 2008) menunjukkan bahwa anak usia tersebut mulai berpikir praoperasional bersifat konkret dan nyata. Anak membutuhkan tindakan nyata karena mereka menginterpretasikan objek dan peristiwa dari segi hubungan mereka terhadap objek tersebut, oleh karena itu ibu harus mengajarkan toilet training kepada anak secara langsung dengan mempraktekkannya dan anak disuruh mengikuti serta memahami perilaku tersebut sehingga anak lebih termotivasi dan akhirnya anak mulai menghilangkan kebiasaan mengompol. Berdasarkan hal di atas dan dilihat pula besarnya dampak yang ditimbulkan akibat kegagalan toilet training serta belum banyaknya penelitian terkait toilet training dan kebiasaan mengompol maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti tentang Hubungan Pengetahuan dan Perilaku Ibu dalam Menerapkan Toilet Training dengan Kebiasaan Mengompol Pada Anak Usia Prasekolah di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang. Penelitian ini lebih memusatkan pada salah satu rukun warga yang ada di wilayah Kelurahan Babakan Kota Tangerang karena sesuai dengan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan bahwa terdapat sekitar 60% anak masih mengompol di daerah tersebut. B. Rumusan masalah Toilet training merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol buang air kecil dan buang air besar (Hidayat, 2008). Kegagalan toilet training dapat menyebabkan kerugian psikologis bagi anak dan dapat menyebabkan anak mengompol (Aziz, 2006). Menurut Wong (2008)

30 8 mengompol adalah keluarnya urin yang disengaja atau tidak disengaja di tempat tidur (biasanya di malam hari) atau pada pakaian di siang hari dan terjadi pada anak-anak yang usianya secara normal telah memiliki kendali terhadap kandung kemih secara sadar. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Kurniawati dkk (2007) terhadap anak usia prasekolah (4-5 tahun) menunjukkan sebanyak 52% anak mengompol dengan frekuensi sering sekali. Berdasarkan studi pendahuluan yang telah dilakukan oleh peneliti di RT 003 RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang pada tanggal 12 Februari 2012 kepada 10 orang ibu yang memiliki anak usia prasekolah (3-6 tahun), didapatkan hasil bahwa 6 orang (60%) ibu tidak mengajarkan anak pergi ke toilet dan membiarkan anaknya mengompol. Tingginya angka anak prasekolah yang masih mengompol serta masih kurangnya pengetahuan ibu tentang toilet training yang dicerminkan dari perilaku yang salah seperti kurangnya perhatian dan kepedulian ibu terhadap toilet training, membuat peneliti merumuskan masalah penelitian ini yakni adakah hubungan antara pengetahuan dan perilaku ibu dalam menerapkan toilet training dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang. C. Pertanyaan Penelitian 1. Bagaimana gambaran karakteristik responden di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang? 2. Bagaimana gambaran pengetahuan ibu tentang toilet training di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang?

31 9 3. Bagaimana gambaran perilaku ibu dalam menerapkan toilet training di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang? 4. Bagaimana gambaran kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang? 5. Adakah hubungan antara pengetahuan ibu tentang toilet training dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang? 6. Adakah hubungan antara perilaku ibu dalam menerapkan toilet training dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui hubungan pengetahuan dan perilaku ibu dalam menerapkan toilet training dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang. 2. Tujuan Khusus a. Melihat gambaran karakteristik responden di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang. b. Melihat gambaran pengetahuan ibu tentang toilet training di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang. c. Melihat gambaran perilaku ibu dalam menerapkan toilet training di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang.

32 10 d. Melihat gambaran kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang. e. Mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu tentang toilet training dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang. f. Mengetahui hubungan antara perilaku ibu dalam menerapkan toilet training dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang. E. Manfaat Penelitian 1. Bagi ilmu pengetahuan Menambah referensi tentang toilet training pada anak usia prasekolah. 2. Bagi profesi keperawatan Dapat menjadi bahan referensi untuk pengembangan ilmu keperawatan, terutama pada bidang keperawatan anak terkait toilet training. 3. Bagi Kelurahan Babakan Kota Tangerang Dapat menjadi bahan informasi sehingga dapat memberikan penyuluhan kesehatan pada ibu dan anak. 4. Bagi peneliti Dapat menambah wawasan dan pengetahuan peneliti tentang penerapan toilet training pada anak usia prasekolah yang masih mengalami kebiasaan mengompol.

33 11 5. Bagi peneliti selanjutnya Dapat menjadi informasi tambahan atau gambaran untuk penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan penerapan toilet training pada anak usia prasekolah. F. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan desain penelitian kuantitatif-analitik, dengan metode cross sectional. Data dikumpulkan dengan cara penyebaran kuesioner terkait pengetahuan dan perilaku ibu dalam menerapkan toilet training dengan kebiasaan mengompol pada anak usia prasekolah (3-6 tahun). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki anak usia prasekolah (3-6 tahun) di RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang dengan kriteria inklusi sampel meliputi ibu yang memiliki anak prasekolah usia 3-6 tahun, bersedia menjadi responden dan bertempat tinggal di wilayah RW 02 Kelurahan Babakan Kota Tangerang. Teknik sampling yang digunakan adalah sampling jenuh (total sampling), dengan jumlah sampel sebanyak 82 responden.

34 12 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Usia Prasekolah Pertumbuhan didefinisikan sebagai bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh seseorang karena bertambahnya jumlah dan besarnya sel secara kuantitatif, seperti pertambahan ukuran berat badan, tinggi badan dan lingkar kepala. Perkembangan didefinisikan sebagai pertambahan kematangan fungsi dari masing-masing tubuh dan bersifat kualitatif, seperti kemampuan anak untuk tengkurap, duduk, berjalan, berbicara, memungut benda-benda di sekelilingnya, serta kematangan emosi dan sosial anak (Nursalam, 2008). Menurut Wong (2008) Perkembangan diartikan sebagai perubahan dan perluasan secara bertahap, perkembangan tahap kompleksitas dari yang lebih rendah ke yang lebih tinggi, peningkatan dan perluasan kapasitas seseorang melalui pertumbuhan, maturasi dan pembelajaran. Anak usia prasekolah termasuk dalam masa kanak-kanak awal yang terdiri dari anak usia 3 sampai 6 tahun (Wong, 2008). Perkembangan pada masa ini sangat penting, dimana masa ini merupakan masa emas atau golden age. Berdasarkan beberapa teori pertumbuhan dan perkembangan anak maka pertumbuhan dan perkembangan anak usia prasekolah meliputi : 1. Pertumbuhan Fisik Secara umum anak usia prasekolah yang sehat adalah anak yang ramping, periang dan cekatan serta memiliki sikap tubuh yang baik. Pertambahan tinggi pada usia ini rata-rata adalah 6,25-7,5 cm pertahun

35 13 misalnya, rata-rata anak usia 4 tahun adalah 101,25 cm. Pertambahan berat badan rata-rata adalah 2,3 kg per tahun, misalnya berat badan rata-rata anak usia 4 tahun adalah 16,8 kg (Muscari, 2005). Volume berkemih pada usia ini rata-rata 500 sampai 1000 ml/hari. Anak usia prasekolah sudah mulai terlatih untuk toileting dan sudah mampu melakukan toilet training dengan mandiri pada akhir periode prasekolah. Beberapa anak mungkin masih mengompol di celana dan sebagian besar lupa untuk mencuci tangannya untuk membilas (Muscari, 2005 dan Supartini, 2004). Seorang anak tidak dapat mengontrol buang air kecilnya secara total sampai dia berusia 4 atau 5 tahun. Anak laki-laki umumnya lebih lambat mengontrol buang air kecil daripada anak perempuan. Pengontrolan berkemih di siang hari lebih mudah dicapai daripada pengontrolan berkemih di malam hari dan terjadi lebih dini pada proses perkembangan anak, biasanya pada usia 2 tahun (Potter & Perry, 2005). Anak dalam fase usia ini seharusnya sudah mampu mengenali penuhnya kandung kemih mereka, menahan urin selama 1 sampai 2 jam dan mengomunikasikan keinginannya untuk berkemih kepada orang dewasa. Anak kecil memerlukan pengertian, kesabaran dan konsistensi orang tuanya (Potter & Perry, 2005). 2. Perkembangan Motorik Perkembangan motorik dibagi menjadi 2 jenis, yaitu motorik kasar dan motorik halus. Keterampilan motorik kasar anak usia prasekolah

36 14 bertambah baik, misalnya anak sudah dapat melompat dengan satu kaki, melompat dan berlari lebih lancar serta dapat mengembangkan kemampuan olahraga seperti meluncur dan berenang (Muscari, 2005). Perkembangan motorik halus menunjukkan perkembangan utama yang ditunjukkan dengan meningkatnya kemampuan menggambar, misalnya pada usia 3 tahun, anak dapat membangun menara dengan 9 atau 10 balok, membuat jembatan dari 3 balok, meniru bentuk lingkaran, dan menggambar tanda silang (Muscari, 2005). Fase usia ini anak tetap beresiko pada cedera meskipun tidak terlalu rentan seperti anak toddler, namun orang tua dan orang dewasa lainnya harus tetap menekankan tindakan keamanan. Anak usia prasekolah ini mendengarkan orang dewasa, mampu memahami serta memperhatikan tindakan pencegahan karena anak usia ini merupakan pengamat yang cermat dan meniru orang lain sehingga orang dewasa perlu melakukan apa yang mereka ajarkan tentang masalah keamanan (Muscari, 2005). 3. Perkembangan Kognitif Perkembangan kognitif (berpikir) sudah mulai menunjukkan perkembangan. Anak sudah mempersiapkan diri untuk memasuki sekolah, tampak sekali kemampuan anak belum mampu menilai sesuatu berdasarkan apa yang mereka lihat. Anak membutuhan pengalaman belajar dengan lingkungan dan orang tuanya (Hidayat, 2007). Berdasarkan teori Kognitif Piaget (1969 dalam Muscari, 2005) menyatakan bahwa pada usia ini anak memasuki tahap berpikir

37 15 praoperasional karena tahapan ini dimulai dari usia 2 tahun sampai 7 tahun. Tahapan ini memiliki dua fase yakni prakonseptual dan intuitif, yaitu : a. Fase prakonseptual (usia 2-4 tahun) yakni anak membentuk konsep yang kurang lengkap dan logis dibandingkan dengan konsep orang dewasa. Anak membuat klasifikasi yang sederhana, menghubungkan satu kejadian dengan kejadian yang simultan (penalaran transduktif misalnya semua wanita yang berperut besar pasti hamil) dan anak menampilkan pemikiran egosentrik. Wong (2008) menyatakan bahwa egosentrisme merupakan ciri yang menonjol pada tahap ini dalam perkembangan intelektual, hal ini bukan berarti egois atau berpusat pada diri sendiri, tetapi ketidakmampuan untuk menempatkan diri di tempat orang lain. Selain itu, pada usia ini pemikiran mereka didominasi oleh apa yang mereka lihat, dengar, atau alami. b. Fase intuitif (usia 4-7 tahun) yakni anak mulai menunjukkan proses berpikir intuitif (anak menyadari bahwa sesuatu adalah benar, tetapi tidak dapat mengatakan/mengetahui alasan untuk melakukannya), mampu membuat klasifikasi, menjumlahkan, menghubungkan objekobjek, dan mampu menginterpretasikan objek dan peristiwa dari segi hubungan mereka atau penggunaan mereka terhadap objek tersebut serta mulai menggunakan banyak kata yang sesuai, tetapi kurang memahami makna sebenarnya, misalnya anak usia 3 tahun rata-rata telah mengucapkan 900 kata, berbicara kalimat dengan tiga atau empat kata, dan berbicara terus menerus (Muscari, 2005 dan Wong, 2008).

38 16 4. Perkembangan Psikoseksual Freud (1905 dalam Wong, 2008) menyatakan bahwa anak usia prasekolah termasuk ke dalam tahap falik dimana kepuasan anak berpusat pada genitalia dan masturbasi sehingga genitalia menjadi area tubuh yang menarik dan sensitif. Anak mulai mempelajari adanya perbedaan jenis kelamin perempuan dan laki-laki dengan mengetahui adanya perbedaan alat kelamin. Anak sering meniru ibu atau bapaknya untuk memahami identitas gender, misalnya dengan menggunakan pakaian ayah dan ibunya (Supartini, 2004). Banyak anak yang melakukan masturbasi pada usia ini untuk kesenangan fisiologis dan membentuk hubungan yang kuat dengan orang tua lain jenis, tetapi mengidentifikasi orang tua sejenis. Anak usia prasekolah merupakan pengawas yang cermat tetapi kemampuan interpretasinya buruk sehingga anak dapat mengenali tetapi tidak dapat memahami aktivitas seksual. Apabila anak menanyakan tentang seks maka orang tua harus menjawab pertanyaan mengenai seks dengan sederhana dan jujur, hanya memberikan informasi yang anak tanyakan dan penjelasan lebih rincinya dapat diberikan nanti serta sebelum menjawab pertanyaan anak, orang tua harus mengklarifikasi kembali apa yang sebenarnya ditanyakan dan dipikirkan anak tentang subjek spesifik (Muscari, 2005). Anak usia prasekolah ini mengalami fase yang ditandai dengan kecemburuan dan persaingan terhadap orang tua sejenis dan cinta terhadap orang tua lain jenis, yang disebut sebagai konflik Odipus. Tahap ini

39 17 biasanya berakhir pada akhir periode usia prasekolah dengan identifikasi kuat pada orang tua sejenis (Freud, 1905 dalam Muscari, 2005). 5. Perkembangan Psikososial Berdasarkan teori Psikososial Erikson (1963 dalam Muscari, 2005) menyatakan bahwa krisis yang dihadapi anak usia antara 3 dan 6 tahun disebut inisiatif versus rasa bersalah, yakni anak berupaya menguasai perasaan inisiatif dengan dukungan orang tua dalam imajinasi dan aktivitas karena orang terdekat anak usia prasekolah adalah keluarga. Wong (2008) menyatakan bahwa tahap inisiatif ini berkaitan dengan tahap falik Freud dan dicirikan dengan perilaku yang instrusif dan penuh semangat, berani berupaya, dan imajinasi yang kuat. Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indera dan kekuatan mereka. Mereka membentuk suara hati dan tidak lagi hanya dibimbing oleh pihak luar, terdapat suara dari dalam yang memperingatkan dan mengancam. Perkembangan inisiatif ini diperoleh dengan cara mengkaji lingkungan melalui kemampuan inderanya. Anak mengembangkan keinginan dengan cara eksplorasi terhadap apa yang ada disekelilingnya. Hasil akhir yang diperoleh adalah kemampuan untuk menghasilkan sesuatu sebagai prestasi, arahan dan tujuan (Supartini, 2004 dan Wong, 2008). Perasaan bersalah akan timbul pada anak apabila anak tidak mampu berprestasi sehingga merasa tidak puas atas perkembangan yang tidak tercapai (Supartini, 2004). Perasaan bersalah pun muncul ketika orang tua membuat anak merasa bahwa imajinasi dan aktivitasnya tidak dapat

40 18 diterima. Ansietas dan ketakutan terjadi ketika pemikiran dan aktivitas anak tidak sesuai dengan harapan orang tua (Muscari, 2005). Hubungan anak dengan orang lain semakin meluas pada masa ini. Anak tidak saja menjalin hubungan dengan orang tua, tetapi juga dengan kakek-nenek, saudara kandung, dan guru-guru di sekolah. Anak perlu melakukan interaksi yang teratur dengan teman sebaya untuk membantu mengembangkan keterampilan sosial (Muscari, 2005). 6. Perkembangan Moral Perkembangan moral anak usia prasekolah sudah menunjukkan adanya rasa inisiatif, konsep diri yang positif serta mampu mengidentifikasi identitas dirinya (Hidayat, 2007). Supartini (2004) menjelaskan bahwa anak usia ini secara psikologis mulai berkembang superego, yaitu anak mulai berkurang sifat egosentrisnya (Supartini, 2004). Kohlberg (1968 dalam Wong, 2008) menyatakan bahwa usia ini termasuk ke dalam tahap prakonvensional, yakni anak-anak mengintegrasikan label baik/buruk dan benar/salah yang terorientasi secara budaya dalam konsekuensi fisik atau konsekuensi menyenangkan dari tindakan mereka. Awalnya anak-anak menetapkan baik atau buruknya suatu tindakan dari konsekuensi tindakan tersebut. Mereka menghindari hukuman dan mematuhi tanpa mempertanyakan siapa yang berkuasa untuk menentukan bahwa perilaku yang benar terdiri atas sesuatu yang memuaskan kebutuhan mereka sendiri (dan terkadang kebutuhan orang lain). Unsur-

41 19 unsur keadilan, memberi dan menerima serta pembagian yang adil juga terlihat pada tahap ini, namun hal tersebut diinterpretasikan dengan cara yang sangat praktis dan konkret tanpa kesetiaan, rasa terima kasih, atau keadilan (Wong, 2008). Perasaan bersalah muncul pada tahap ini dan penekanannya adalah pada pengendalian eksternal. Standar moral anak usia ini adalah apa yang ada pada orang lain, dan anak mengamati mereka untuk menghindari hukuman atau mendapatkan penghargaan (Muscari, 2005). B. Toilet Training 1. Pengertian Toilet training merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar (Hidayat, 2008). Menurut Suherman (2000) toilet training merupakan latihan moral yang pertama kali diterima anak dan sangat berpengaruh pada perkembangan moral anak selanjutnya. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa toilet training merupakan upaya dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar di toilet, dimana pelatihan ini dapat membentuk moral anak. 2. Kesiapan Toilet Training Ada beberapa kesiapan anak yang perlu dikaji baik kesiapan fisiologis maupun kesiapan psikologis sebelum anak memulai toilet training (Wong, 2008). Adapun kesiapan yang perlu dikaji adalah sebagai berikut :

42 20 a. Kesiapan fisik 1) Kontrol volunter sfingter anal dan uretral, biasanya pada usia 18 sampai 24 bulan. 2) Mampu tidak mengompol selama 2 jam, jumlah popok yang basah berkurang, tidak mengompol selama tidur siang. 3) BAB teratur. 4) Keterampilan motorik kasar yaitu duduk, berjalan, dan berjongkok. 5) Keterampilan motorik halus yaitu membuka pakaian. b. Kesiapan Mental 1) Mengenali urgensi BAB atau BAK. 2) Keterampilan komunikasi verbal atau nonverbal untuk menunjukkan saat basah atau memiliki urgensi BAB atau BAK. 3) Keterampilan kognitif untuk menirukan perilaku yang tepat dan mengikuti perintah. c. Kesiapan Psikologis 1) Mengekspresikan keinginan untuk menyenangkan orang tua. 2) Mampu duduk di toilet selama 5 sampai 10 menit tanpa bergoyang atau terjatuh. 3) Keingintahuan mengenai kebiasaan toilet orang dewasa atau kakak. 4) Ketidaksabaran akibat popok yang kotor oleh feses atau basah; ingin untuk segera diganti. d. Kesiapan Orang tua 1) Mengenali tingkat kesiapan anak. 2) Berkeinginan untuk meluangkan waktu untuk toilet training.

43 21 3) Ketiadaan stress atau perubahan keluarga, seperti perceraian, pindah rumah, sibling baru, atau akan bepergian. 3. Teknik Mengajarkan Toilet Training Berikut ini beberapa teknik yang dapat dilakukan oleh orang tua dalam melatih anak buang air kecil dan buang air besar setelah orang tua mengetahui tanda-tanda kesiapan anak melakukan toilet training yaitu : a. Teknik Lisan Teknik lisan merupakan usaha untuk melatih anak dengan cara memberikan instruksi pada anak dengan kata-kata sebelum atau sesudah buang air kecil dan besar. Teknik lisan ini mempunyai nilai yang cukup besar dalam memberikan rangsangan untuk buang air kecil atau buang air besar, dimana dengan lisan ini persiapan psikologis pada anak akan semakin matang dan akhirnya anak mampu dengan baik dalam melaksanakan buang air kecil dan buang air besar (Hidayat, 2008). b. Teknik Modelling Teknik modelling merupakan usaha melatih anak dalam melakukan buang air kecil atau buang air besar dengan memberikan contoh, seperti menggunakan boneka (Hidayat, 2008 dan Warner, 2006). Teknik ini memiliki kekurangan yakni apabila contoh yang diberikan salah sehingga akan dapat diperlihatkan pada anak akhirnya anak juga mempunyai kebiasaan yang salah (Hidayat, 2008). Untuk itu, berikanlah contoh yang benar pada anak.

44 22 c. Teknik pemilihan tempat duduk untuk eliminasi, misalnya : 1) Tempat duduk berlubang (potty chair) dan/atau penggunaan toilet. Tempat duduk berlubang untuk eliminasi yang tidak ditopang oleh benda lain memungkinkan anak merasa aman (Stark, 1994 dalam Wong, 2008). 2) Tempat duduk portable yang diletakkan di atas toilet biasa, yang memudahkan transisi dari kursi berlubang untuk eliminasi ke toilet biasa dan menempatkan bangku panjang yang kecil di bawah kaki untuk membantu menstabilkan posisi anak (Wong, 2008). 3) Menempatkan kursi berlubang untuk eliminasi di kamar mandi dan membiarkan anak mengamati ekskresinya ketika dibilas ke dalam toilet untuk menghubungkan aktivitas ini dengan praktik yang biasa (Wong, 2008). d. Teknik yang lain adalah : 1) Menghadapkan anak ke tangki toilet memberi dukungan tambahan. Anak lelaki biasa memulai toilet training dalam posisi berdiri atau duduk di kursi berlubang untuk eliminasi di toilet. Anak meniru perilaku ayahnya dalam BAK selama masa prasekolah merupakan dorongan motivasi yang sangat kuat bagi anak untuk melakukan toilet training (Wong, 2008). 2) Melakukan observasi pada saat anak merasakan BAK dan BAB. 3) Ajak anak ke kamar mandi. 4) Ingatkan pada anak bila akan melakukan BAK dan BAB.

45 23 5) Dudukkan anak di atas pispot atau orang tua duduk atau jongkok dihadapannya sambil mengajak bicara atau bercerita. 6) Berikan pujian jika anak berhasil, namun apabila gagal jangan disalahkan dan dimarahi. 7) Biasakan akan pergi ke toilet pada jam-jam tertentu. 8) Beri anak celana yang mudah dilepas dan dipasangkan kembali (Hidayat, 2008). Sesi latihan ini harus dibatasi 5 sampai 10 menit, orang tua harus menunggu anaknya dalam melakukan toilet training dan kebiasaan sanitasi harus dilakukan setiap kali selesai eliminasi (Wong, 2008). Teknik-teknik di atas merupakan bentuk nyata dari perilaku orang tua dalam melatih anak buang air kecil maupun buang air besar secara mandiri di toilet atau kamar mandi. 4. Hal yang perlu Diperhatikan Selama Toilet Training Menurut Hidayat (2008) dalam melakukan pengkajian kebutuhan buang air kecil dan besar, terdapat beberapa hal-hal yang perlu diperhatikan selama toilet training, diantaranya : a. Hindari pemakaian popok sekali pakai atau diaper dimana anak akan merasa aman. b. Ajari anak mengucapkan kata-kata yang berhubungan dengan buang air besar, misalnya pup dan buang air kecil, misalnya pipis. c. Mendorong anak melakukan rutinitas ke kamar mandi seperti cuci muka saat bangun tidur, cuci tangan, cuci kaki dan lain-lain.

46 24 d. Jangan marah bila anak gagal dalam melakukan toilet training. 5. Dampak Keberhasilan Toilet Training Seorang anak yang berhasil melakukan toilet training memiliki beberapa keuntungan sebagai berikut : a. Anak memiliki kemampuan mengontrol BAK dan BAB. b. Anak memiliki kemampuan menggunakan toilet pada saat ingin BAK atau BAB. c. Toilet training menjadi awal terbentuknya kemandirian anak secara nyata sebab anak sudah bisa melakukan sendiri hal-hal seperti BAB atau BAK. d. Toilet training membuat anak dapat mengetahui bagian-bagian tubuh serta fungsinya (Warga, 2007). 6. Dampak Kegagalan Toilet Training Kegagalan dalam melakukan toilet training ini memiliki dampak yang kurang baik pada anak seperti anak akan terganggu kepribadiannya, misalnya anak cenderung bersifat retentive dimana anak cenderung bersikap keras kepala bahkan kikir. Sikap tersebut dapat disebabkan oleh sikap orang tua yang sering memarahi anak pada saat buang air besar atau buang air kecil atau melarang anak saat bepergian. Apabila orang tua santai dalam memberikan aturan dalam toilet training maka anak akan dapat mengalami kepribadian eksprensif dimana anak lebih tega, cenderung ceroboh, suka membuat gara-gara, emosional dan seenaknya

47 25 dalam melakukan kegiatan sehari-hari (Hidayat, 2008). Kegagalan toilet training pun akan menyebabkan anak mengalami enuresis atau mengompol (Aziz, 2006). C. Kebiasaan Mengompol 1. Pengertian Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (2008) kebiasaan adalah sesuatu yang biasa dikerjakan dan dilakukan secara berulang untuk hal yang sama. Mengompol dalam istilah medis disebut enuresis (Aziz, 2006). Enuresis atau mengompol adalah pengeluaran urin tanpa sengaja pada umur dimana saat pengendalian pengeluaran urin seharusnya dapat dilakukan atas kemauannya sendiri (Behrman dkk, 1999). Wong (2008) enuresis adalah keluarnya urin yang disengaja atau tidak disengaja di tempat tidur (biasanya di malam hari) atau pada pakaian di siang hari dan terjadi pada anak-anak yang usianya secara normal telah memiliki kendali terhadap kandung kemih secara sadar. Menurut Hidayat (2008) mengompol ini lebih dikenal dengan istilah Enuresis Fungsional yang merupakan gangguan dalam pengeluaran urin yang involunter pada siang atau malam hari pada anak yang berumur lebih dari empat tahun tanpa adanya kelainan fisik maupun penyakit organik. Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders-IV (DSM- IV) (American Psychiatric Assosiation (APA), 1994 dalam Daulay, 2008) diagnosa enuresis fungsional dapat ditegakkan apabila :

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Defenisi Kesiapan adalah keseluruhan kondisi seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon / jawaban di dalam acara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP

BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP BAB II TINJAUAN TEORI DAN KONSEP A. Toilet Training Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil dan buang air besar. (Hidayat

Lebih terperinci

SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK

SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK SATUAN ACARA PENYULUHAN TOILET TRAINING PADA ANAK Disusun oleh kelompok 3 1. I Putu Endra Setyawan 2. K. Rani Ardinanthi 3. Lanang Galih Kriswianto 4. Maya Rosita 5. Mei Ratna Sari 6. Muhammad Reza 7.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan

BAB I PENDAHULUAN. etika-moral. Perkembangan anak sangat penting untuk diperhatikan karena akan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa anak adalah masa yang paling penting dalam proses pembentukan dan pengembangan kepribadian baik dalam aspek fisik, psikis, spiritual, maupun etika-moral. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada dasarnya, manusia dalam kehidupannya mengalami tahapan tumbuh kembang dan setiap tahap mempunyai ciri tertentu. Tahapan yang paling memerlukan perhatian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu

BAB I PENDAHULUAN. orang tua yang sudah memiliki anak. Enuresis telah menjadi salah satu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Enuresis atau yang lebih kita kenal sehari-hari dengan istilah mengompol, sudah tidak terdengar asing bagi kita khususnya di kalangan orang tua yang sudah memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan anak selanjutnya (Nursalam dkk, 2008). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usia toddler merupakan usia emas karena perkembangan anak di usia ini yaitu usia 1-3 tahun mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat cepat. Sehingga apabila

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING TERHADAP PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TOODLER DI KELURAHAN SEWU SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING TERHADAP PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TOODLER DI KELURAHAN SEWU SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING TERHADAP PELAKSANAAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TOODLER DI KELURAHAN SEWU SURAKARTA Skripsi Di ajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah

BAB I PENDAHULUAN. 1 tahun), usia bermain/toddler (1-2,5 tahun), pra sekolah (2,5-5 tahun), sekolah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan individu yang berada dalam rentan perubahan perkembangan yang dimulai dari bayi hingga remaja (Hidayat, 2009). Masa anak merupakan waktu anak untuk tumbuh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat. yang tepat melakukan toilet training setelah anak mulai bisa

BAB I PENDAHULUAN. air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat. yang tepat melakukan toilet training setelah anak mulai bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Toilet training terdiri dari bowel control atau kontrol buang air besar dan bladder control atau kontrol buang air kecil. Saat yang tepat melakukan toilet

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang

BAB I PENDAHULUAN. dini. Salah satu permasalahan yang sering dijumpai adalah mengompol yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan anugerah dari Tuhan yang mengalami proses perkembangan dan pertumbuhan. Anak dalam masa pertumbuhan dan perkembangannya mengalami berbagai permasalahan

Lebih terperinci

TOILET TRAINING. 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati

TOILET TRAINING. 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati TOILET TRAINING 1) Imam Rifa i 2) Rut Aprilia Kartini 3) Sukmo Lelono 4) Sulis Ratnawati Definisi Toilet training pada anak merupakan suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan

Lebih terperinci

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH

TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH TUMBUH KEMBANG ANAK USIA PRA SEKOLAH Oleh: Sugihartiningsih Abstrak Pertumbuhan dan perkembangan merupakan proses yang terjadi pada setiap mahkluk hidup secara alamiah. Pertumbuhan akanmengalami perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah 7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengetahuan (Knowledge) Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui

Lebih terperinci

GAMBARAN KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN KESIAPAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI TAMANTIRTO KASIHAN BANTUL YOGYAKARTA KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Keperawatan Pada Program

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN SIKAP IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK TODDLER DI DESA GLODOGAN KECAMATAN KLATEN SELATAN Yeni Frestina, Chori Elsera, Dian Wahyu A Latar belakang Jumlah balita di Indonesia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK) (Hidayat,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN INSOMNIA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN INSOMNIA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES DAN INSOMNIA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA MAHASISWA KEPERAWATAN SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : MUKHAMMAD HASAN TSU BANULLAH

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan

Bab 1 PENDAHULUAN. pada kehidupan selanjutnya. Perhatian yang diberikan pada masa balita akan Bab 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Anak mengalami pertumbuhan dan perkembangan sejak ia lahir sampai mencapai usia dewasa. Pada masa balita pertumbuhan dan perkembangan anak terjadi sangat cepat. Masa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anticipatory guidance merupakan petunjuk yang perlu diketahui terlebih dahulu agar orang tua dapat mengarahkan dan membimbing anaknya secara bijaksana, sehingga anak

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAYANAN DAN KINERJA KADER TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU DESA KARANGMANGU KECAMATAN BATURADEN

HUBUNGAN PELAYANAN DAN KINERJA KADER TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU DESA KARANGMANGU KECAMATAN BATURADEN HUBUNGAN PELAYANAN DAN KINERJA KADER TERHADAP MOTIVASI KUNJUNGAN IBU BALITA KE POSYANDU DESA KARANGMANGU KECAMATAN BATURADEN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya.

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang. sesuai dengan tahap pertumbuhan dan perkembangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah anugerah dan merupakan titipan serta amanah yang diberikan oleh Allah SWT dan akan menjadi generasi penerus serta generasi masa depan bangsa. Dalam kehidupannya,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2005). Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan mengekplorasi rumah dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2005). Pada periode ini anak akan mulai berjalan dan mengekplorasi rumah dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Toddler dan Teori Perkembangan 2.1.1 Definisi toddler Toddler merupakan anak anak usia 1-3 tahun yang dapat dilihat peningkatan ukuran tubuh terjadi secara bertahap bukan secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU ASERTIF MAHASISWA KEPERAWATAN S1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANGKATAN 2014

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU ASERTIF MAHASISWA KEPERAWATAN S1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANGKATAN 2014 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP PERILAKU ASERTIF MAHASISWA KEPERAWATAN S1 UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOKERTO ANGKATAN 2014 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana

Lebih terperinci

KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER. Dadang Kusbiantoro

KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER. Dadang Kusbiantoro ARTIKEL PENELITIAN FIKES FIKES Universitas Muhammadiyah Purwokerto KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA 3-4 TAHUN BERHUBUNGAN DENGAN PEMAKAIAN DISPOSIBLE DIAPER Dadang Kusbiantoro Program Studi

Lebih terperinci

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING JURNAL HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PENGGUNAAN DIAPER PADA ANAK USIA TODDLER (Suatu Penelitian Di Taman Kanak-Kanak PAUD Kecamatan Tilong Kabila

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, POLA PEMBERIAN MAKAN, DAN PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PAJERUKAN KECAMATAN KALIBAGOR

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, POLA PEMBERIAN MAKAN, DAN PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PAJERUKAN KECAMATAN KALIBAGOR HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU, POLA PEMBERIAN MAKAN, DAN PENDAPATAN KELUARGA TERHADAP STATUS GIZI BALITA DI DESA PAJERUKAN KECAMATAN KALIBAGOR SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana. Oleh: DEWI LESTARI

SKRIPSI. Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana. Oleh: DEWI LESTARI HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN TENTANG DIARE, PENGGUNAAN JAMBAN SEHAT DAN KEBIASAAN MENCUCI TANGAN MENGGUNAKAN SABUN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA ANAK USIA SEKOLAH SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat

Lebih terperinci

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak

TOILET TRAINING. C. Faktor-Faktor Yang Mendukung Toilet Training Pada Anak 1 TOILET TRAINING A. Pengertian Toilet Training Toilet Training pada anak adalah latihan menanamkan kebiasaan pada anak untuk aktivitas buang air kecil dan buang air besar pada tempatnya (toilet). B. Tanda-Tanda

Lebih terperinci

JURNAL ABDIMAS BSI Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 Februari 2018, Hal. 7-13

JURNAL ABDIMAS BSI Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 Februari 2018, Hal. 7-13 Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol. 1 No. 1 Februari 218, Hal. 7-13 Gambaran Pengetahuan Orangtua Tentang Toilet Training pada Anak Usia Toddler di Puskesmas Pasir Kaliki Maidartati, Dhea Dwiyanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak (Wong, 2009). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler

BAB I PENDAHULUAN. mencapai perkembangan dan pertumbuhan anak (Wong, 2009). Menurut Kementrian Kesehatan RI (2013), jumlah anak usia toddler BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa toddler yang berada pada usia 12 sampai 36 bulan merupakan masa eksplorasi lingkungan yang intensif karena anak berusaha mencari tahu bagaimana semua terjadi. Meskipun

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA

HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA HUBUNGAN POLA ASUH IBU DENGAN TINGKAT PERKEMBANGAN PERSONAL SOSIAL PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH DI TK PDHI BANGUNTAPAN BANTUL YOGYAKARTA Karya Tulis Ilmiah Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training ( Pelatihan Buang Air ) Toilet training adalah suatu usaha untuk melatih anak agar mampu mengontrol dalam melakukan buang air kecil

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT

HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT HUBUNGAN FAKTOR PREDISPOSING (Tingkat Pengetahuan, Pendidikan, Sikap, Pekerjaan) KADER DENGAN KEAKTIFAN KADER PADA KEGIATAN POSYANDU DI DESA RAKIT SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai

Lebih terperinci

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI

SKRIPSI. Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat. Memperoleh Ijazah S1 Gizi. Disusun Oleh : RATNA MALITASARI J PROGRAM STUDI S1 GIZI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG INISIASI MENYUSU DINI DAN STATUS PEKERJAAN IBU DENGAN STATUS PEMBERIAN ASI DI KECAMATAN JATIPURO KABUPATEN KARANGANYAR SKRIPSI Disusun Guna Memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah 54321 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enuresis adalah inkontinensia urin pada usia dimana seharusnya seorang anak sudah mampu berkemih secara normal namun anak tidak dapat melakukannya sehingga

Lebih terperinci

Oleh Yulia Yekti Subekti S

Oleh Yulia Yekti Subekti S PENGARUH JENIS KELAMIN, PAJANAN MEDIA, PERAN TEMAN SEBAYA, PENGETAHUAN PENYAKIT MENULAR SEKSUAL, KEDEKATAN KELUARGA TERHADAP PERILAKU BERISIKO PENYAKIT MENULAR SEKSUAL PADA ANAK JALANAN TESIS Disusun untuk

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, TEMAN SEBAYA DAN KEPRIBADIAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR DI PURWOKERTO 2016

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, TEMAN SEBAYA DAN KEPRIBADIAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR DI PURWOKERTO 2016 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT STRES, TEMAN SEBAYA DAN KEPRIBADIAN DENGAN PENYALAHGUNAAN ALKOHOL PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR DI PURWOKERTO 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG

HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG HUBUNGAN SIKAP DAN PERSEPSI GAMBAR DAMPAK KESEHATAN TERHADAP PERILAKU MEROKOK DI SMA NEGERI 1 BANTARBOLANG SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh : DALU BANGUN FRIDEWA

Lebih terperinci

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ORANG TUA DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA KELAS VIII DI SMP PGRI BATURRADEN

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ORANG TUA DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA KELAS VIII DI SMP PGRI BATURRADEN HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK ORANG TUA DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP PERILAKU MEROKOK REMAJA KELAS VIII DI SMP PGRI BATURRADEN SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi sebagaian syarat Mencapai derajat sarjana Oleh:

Lebih terperinci

SKRIPSI. OLEH : Elisabeth Buku Kumanireng NRP :

SKRIPSI. OLEH : Elisabeth Buku Kumanireng NRP : HUBUNGAN PEMBERIAN ASI DAN MAKANAN PENDAMPING ASI DENGAN STATUS GIZI ANAK 6-23 BULAN DI POSYANDU RW III KELURAHAN KEPUTRAN KECAMATAN TEGALSARI SURABAYA SKRIPSI OLEH : Elisabeth Buku Kumanireng NRP : 9103011008

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEKERJAAN, PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN USIA BALITA DENGAN KEAKTIFAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU

HUBUNGAN PEKERJAAN, PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN USIA BALITA DENGAN KEAKTIFAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU HUBUNGAN PEKERJAAN, PENGETAHUAN, PENDIDIKAN DAN USIA BALITA DENGAN KEAKTIFAN IBU BERKUNJUNG KE POSYANDU SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh: EVIE PURWATI 1211020140

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga dalam hubungannya dengan anak diidentikkan sebagai tempat atau lembaga pengasuhan yang dapat memberi kasih sayang. Pemenuhan kebutuhan emosi dan kasih sayang

Lebih terperinci

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA DENGAN TINGKAT KEMANDIRIAN ANAK USIA PRASEKOLAH DI TK ABA KECAMATAN TANGGUL KABUPATEN JEMBER SKRIPSI oleh Yense Eldiana Dhita NIM 072310101050 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMILIHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DENGAN KECUKUPAN GIZI BALITA DI KELURAHAN DWIKORA HELVETIA MEDAN TAHUN 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMILIHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DENGAN KECUKUPAN GIZI BALITA DI KELURAHAN DWIKORA HELVETIA MEDAN TAHUN 2014 SKRIPSI HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMILIHAN DAN PENYAJIAN MAKANAN DENGAN KECUKUPAN GIZI BALITA DI KELURAHAN DWIKORA HELVETIA MEDAN TAHUN 2014 Oleh JUWITA SITOHANG 10 02 076 PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU IBU DALAM TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU IBU DALAM TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU DENGAN PERILAKU IBU DALAM TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG Yosefina Peni 1), Ni Luh Putu Eka Sudiwati 2), Neni Maemunah 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I. dan perkembangan anak selanjutnya. Salah satu tugas anak toddler ini yaitu

BAB I. dan perkembangan anak selanjutnya. Salah satu tugas anak toddler ini yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia toddler adalah usia 1-3 tahun atau batita, yang merupakan masa pertumbuhan dan perkembangan anak yang sangat cepat, sehingga apabila mengalami hambatan maka akan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK PENANGANAN BALITA DIARE DI RUMAH PADA WILAYAH PUSKESMAS KALIMANAH PURBALINGGA

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK PENANGANAN BALITA DIARE DI RUMAH PADA WILAYAH PUSKESMAS KALIMANAH PURBALINGGA HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU DENGAN PRAKTIK PENANGANAN BALITA DIARE DI RUMAH PADA WILAYAH PUSKESMAS KALIMANAH PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan guna mendapatkan gelar Sarjana Keperawatan Oleh : SUPRIYATNO

Lebih terperinci

MUHAMMAD ARISY DEKY PRABOWO

MUHAMMAD ARISY DEKY PRABOWO HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG TOILET TRAINING DENGAN PERILAKU PENGGUNAAN DIAPER ANAK PADA IBU YANG MEMPUNYAI ANAK USIA TODDLER DI KAMPUNG NGADIMULYO PAKUNCEN WIROBRAJAN YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD PERMATA BUNDA RW 01 DESA JATI SELATAN 1 SIDOARJO

HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD PERMATA BUNDA RW 01 DESA JATI SELATAN 1 SIDOARJO HUBUNGAN PERAN ORANG TUA DENGAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI PAUD PERMATA BUNDA RW 01 DESA JATI SELATAN 1 SIDOARJO Devi Muji Rahayu *, Firdaus, S.Kep., Ns., M.Kes** (UNUSA, FIK,

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA INKONTINENSIA URIN DENGAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDA DHARMA BAKTI PAJANG SURAKARTA

HUBUNGAN ANTARA INKONTINENSIA URIN DENGAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDA DHARMA BAKTI PAJANG SURAKARTA HUBUNGAN ANTARA INKONTINENSIA URIN DENGAN DEPRESI PADA LANJUT USIA DI PANTI WREDA DHARMA BAKTI PAJANG SURAKARTA SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Meraih Gelar Sarjana Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orang

KATA PENGANTAR. dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Hubungan Antara Pola Asuh Orang KATA PENGANTAR Alhamdulillah puji syukur kehadirat Illahi Robbi atas segala rahmat, taufik serta hidayah-nya yang telah diberikan kepada peneliti sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Orang pada masa mulai lahir sampai masa anak- anak tertentu pasti pernah mengalami ngompol yang dalam bahasa medisnya disebut enuresis. Secara sederhana definisi enuresis

Lebih terperinci

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA

BAB II Enuresis Stres Susah buang air besar Alergi TINJAUAN PUSTAKA Faktor psikis A. Enuresis Pada Anak Stres a. Pengertian Psikologi Lingkungan Faktor fisik Genetik/familial Hambatan perkembangan Pola tidur Toilet trainning yang tidak adekuat Infeksi saluran kencing Stres

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PEKERJA TENTANG APD TERHADAP PENGGUNAANNYA DI CV. UNGGUL FARM NGUTER SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Tati Sri Wahyuni R. 0209054 PROGRAM

Lebih terperinci

SKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM

SKRIPSI. oleh Dita Dityas Hariyanto NIM HUBUNGAN PERSEPSI TENTANG KESESUAIAN HARAPAN ORANG TUA DENGAN DIRI DALAM PILIHAN STUDI LANJUT DENGAN TINGKAT STRES PADA SISWA KELAS XII DI KABUPATEN JEMBER SKRIPSI oleh Dita Dityas Hariyanto NIM 092310101015

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, PERAN KELUARGA DAN SUMBER INFORMASI (MEDIA) DENGAN PERILAKU SEKSUAL REMAJA PRANIKAH DI SMP 1 PARANG KABUPATEN MAGETAN Skripsi ini disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk

Lebih terperinci

Ima Syamrotul M Dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto

Ima Syamrotul M Dosen Kebidanan Universitas Muhammadiyah Purwokerto GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU SEBELUM DAN SETELAH DIBERIKAN PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG TOILET TRAINING ANAK USIA 2-5 TAHUN DI DESA BEJI KECAMATAN KEDUNGBANTENG KABUPATEN BANYUMAS Ima Syamrotul M

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA

KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA KARYA TULIS ILMIAH PENGARUH PENDIDIKAN GIZI SEIMBANG DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PENGETAHUAN SISWA SD NEGERI PAJANG III SURAKARTA Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah D III Gizi. Disusun Oleh :

KARYA TULIS ILMIAH. Karya Tulis Ilmiah ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Ijazah D III Gizi. Disusun Oleh : KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN PENGETAHUAN IBU TENTANG MP-ASI DENGAN KETEPATAN WAKTU PEMBERIAN MP-ASI DAN STATUS GIZI BALITA USIA 6-24 BULAN DI POSYANDU PERMATA DESA BAKI PANDEYAN KABUPATEN SUKOHARJO Karya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan Nasional jangka panjang menitikberatkan pada kualitas sumber daya manusia (SDM) yang tangguh dan produktif. Tujuan tersebut dapat tercapai dengan upaya mengusahakan

Lebih terperinci

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK

MASA KANAK-KANAK AWAL. Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK MASA KANAK-KANAK AWAL Masa ini dialami pada usia : 2 tahun 5/6 th Masa Usia Pra Sekolah : Play group atau TK 1 Tugas Perkembangan Kanak-kanak Awal a)belajar perbedaan dan aturan-aturan jenis kelamin. b)kontak

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN TUGAS PERKEMBANGAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) DI TK INSAN CENDEKIA TULANGAN SIDOARJO TAHUN 2016 SKRIPSI

HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN TUGAS PERKEMBANGAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) DI TK INSAN CENDEKIA TULANGAN SIDOARJO TAHUN 2016 SKRIPSI HUBUNGAN POLA ASUH ORANGTUA DENGAN TUGAS PERKEMBANGAN PADA ANAK USIA PRA SEKOLAH (3-5 TAHUN) DI TK INSAN CENDEKIA TULANGAN SIDOARJO TAHUN 2016 SKRIPSI OLEH: Agustina Ina B Making NRP: 9103012035 FAKULTAS

Lebih terperinci

GAMBARAN SISTEM SENSORI PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DEWANATA CILACAP TAHUN 2016

GAMBARAN SISTEM SENSORI PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DEWANATA CILACAP TAHUN 2016 GAMBARAN SISTEM SENSORI PADA LANSIA DI BALAI PELAYANAN SOSIAL LANJUT USIA DEWANATA CILACAP TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagai Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh: TRI YULIANTI 1211020135

Lebih terperinci

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi SebagaiSyarat Mencapai Derajat Skripsi. Disusun oleh : SAMPURNO TRI UTOMO

SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi SebagaiSyarat Mencapai Derajat Skripsi. Disusun oleh : SAMPURNO TRI UTOMO HUBUNGAN JENIS KELAMIN, TINGKAT PENGETAHUAN, DUKUNGAN KELUARGA, SIKAP LANSIA, JARAK RUMAH DAN PEKERJAAN DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KE POSYANDU LANSIA DI DESA LEDUG KECAMATAN KEMBARAN KABUPATEN BANYUMAS SKRIPSI

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X SMA N 1 NGLUWAR MAGELANG

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X SMA N 1 NGLUWAR MAGELANG HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PERSONAL HYGIENE DAN KEJADIAN KEPUTIHAN PADA SISWI KELAS X SMA N 1 NGLUWAR MAGELANG KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Penerapan Toilet Training 1. Pengertian Toilet Training Toilet training atau latihan berkemih dan defekasi adalah salah satu tugas perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).

Lebih terperinci

PERAN IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO

PERAN IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO 260 Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 3, Desember 2017 PERAN IBU DALAM TOILET TRAINING PADA ANAK USIA TODDLER DI KECAMATAN KEMLAGI KABUPATEN MOJOKERTO Veryudha Eka Prameswari 1*, Indah Kusmindarti 2, Linda

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA STRES, POLA MAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO

HUBUNGAN ANTARA STRES, POLA MAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO HUBUNGAN ANTARA STRES, POLA MAKAN DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN TERJADINYA KEKAMBUHAN PADA PENDERITA HIPERTENSI DI PUSKESMAS BENDOSARI SUKOHARJO SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CO-ASSISTANT DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROF. SOEDOMO FKG UGM YOGYAKARTA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN CO-ASSISTANT DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROF. SOEDOMO FKG UGM YOGYAKARTA FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEDISIPLINAN PENGEMBALIAN BERKAS REKAM MEDIS OLEH CO-ASSISTANT DI RUMAH SAKIT GIGI DAN MULUT PROF. SOEDOMO FKG UGM YOGYAKARTA Skripsi ini Disusun untuk Memenuhi Salah

Lebih terperinci

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali

Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali Hubungan Antara Pengetahuan Tentang Vulva Hygiene dan Kejadian Keputihan Pada Wanita Perimenopause Di Desa Mojo Kecamatan Andong Boyolali KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Lebih terperinci

EFFEKTIVITAS TEKNIK ORAL DAN MODELLING TERHADAP KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA TODDLER

EFFEKTIVITAS TEKNIK ORAL DAN MODELLING TERHADAP KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA TODDLER EFFEKTIVITAS TEKNIK ORAL DAN MODELLING TERHADAP KEBERHASILAN TOILET TRAINING PADA TODDLER ABSTRAK Umy Kartika 1, Siti Mulidah 2, Keksi Girindra S. 3 1) Akademi Keperawatan Yakpermas Banyumas 2) Poltekkes

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana setiap keluarga sangat berharap mempunyai anak. Orangtua dan keluarga adalah lingkungan pertama yang bertanggung

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU OLEH IBU DAN BALITA DI DESA SIDOMULYO BANJAREJO BLORA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU OLEH IBU DAN BALITA DI DESA SIDOMULYO BANJAREJO BLORA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU BALITA TENTANG POSYANDU DENGAN PEMANFAATAN POSYANDU OLEH IBU DAN BALITA DI DESA SIDOMULYO BANJAREJO BLORA Karya Tulis Ilmiah Disusun Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RAWAT INAP PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA

HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RAWAT INAP PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI RAWAT INAP PUSKESMAS KARANGANYAR KABUPATEN PURBALINGGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh: METRI

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati

BAB 1 PENDAHULUAN. namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan dan perkembangan merupakan dua peristiwa yang berbeda, namun saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. (Hidayat dalam Ernawati 2008). Setiap

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE KANTIN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENJAMAH MAKANAN PT. X DI KARANGANYAR

HUBUNGAN ANTARA HIGIENE KANTIN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENJAMAH MAKANAN PT. X DI KARANGANYAR HUBUNGAN ANTARA HIGIENE KANTIN DENGAN KEJADIAN DIARE PADA PENJAMAH MAKANAN PT. X DI KARANGANYAR SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sains Terapan Fitri Kuswanti R. 0209020 PROGRAM

Lebih terperinci

PENGARUH HARGA, IKLAN DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PRODUK PT. DJARUM INDONESIA

PENGARUH HARGA, IKLAN DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PRODUK PT. DJARUM INDONESIA PENGARUH HARGA, IKLAN DAN KUALITAS PRODUK TERHADAP LOYALITAS KONSUMEN PRODUK PT. DJARUM INDONESIA (Studi Pada Konsumen Produk PT. Djarum Indonesia di Kota Surakarta) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas

Lebih terperinci

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS

PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS PENGARUH TINGKAT PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL SISWA SEKOLAH MENENGAH ATAS DI SMAN 1 SIDAREJA DI DESA DAN DI SMAN 1 CILACAP DI KOTA Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita

BAB I PENDAHULUAN. anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Usia batita merupakan periode penting dalam proses tumbuh kembang anak, yang merupakan masa pertumbuhan dasar anak. Pada usia batita Perkembangan kemampuan berbahasa,

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DESA KARANGDUREN KECAMATAN SOKARAJA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DESA KARANGDUREN KECAMATAN SOKARAJA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PERILAKU IBU DENGAN KEJADIAN SIBLING RIVALRY PADA ANAK USIA 3-6 TAHUN DI DESA KARANGDUREN KECAMATAN SOKARAJA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat

Lebih terperinci

STIKES NGUDI WALUYO HUBUNGAN PENGETAHUAN ANC TERHADAP PRAKTEK ANC PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR

STIKES NGUDI WALUYO HUBUNGAN PENGETAHUAN ANC TERHADAP PRAKTEK ANC PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR STIKES NGUDI WALUYO HUBUNGAN PENGETAHUAN ANC TERHADAP PRAKTEK ANC PADA MAHASISWA PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Lebih terperinci

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO

FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT PEMAHAMAN AKUNTANSI MAHASISWA PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh Rahayu Dyah Lestarini NIM

SKRIPSI. Oleh Rahayu Dyah Lestarini NIM HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU YANG MENIKAH PADA USIA DINI TENTANG PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI DENGAN STATUS GIZI BALITA DI DESA SUCOPANGEPOK KECAMATAN JELBUK KABUPATEN JEMBER SKRIPSI diajukan guna melengkapi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008 ) Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, parkembangan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. perencanaan atau penataan pembangunan bangsa (Hidayat, 2008 ) Peningkatan dan perbaikan upaya kelangsungan, parkembangan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan anak merupakan salah satu masalah utama dalam bidang kesehatan yang saat ini terjadi di Negara Indonesia. Derajat kesehatan anak merupakan derajat kesehatan

Lebih terperinci

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh MUHAMMAD IRFAN RIZALDY PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

KARYA TULIS ILMIAH. Disusun oleh MUHAMMAD IRFAN RIZALDY PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN FAKTOR KETURUNAN DENGAN MIOPIA PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA HALAMAN JUDUL Disusun oleh MUHAMMAD IRFAN RIZALDY 20130310131

Lebih terperinci

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI RW 02 DAN RW 06 KELURAHAN TLOGOMAS MALANG

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI RW 02 DAN RW 06 KELURAHAN TLOGOMAS MALANG 1 HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN KEBERHASILAN TOILET LEARNING PADA ANAK USIA TODDLER DI RW 02 DAN RW 06 KELURAHAN TLOGOMAS MALANG Ela 1) Roni Yuliwar 2) Novita Dewi 3) 1,3) Program Studi Ilmu Keperawatan.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel

BAB III METODE PENELITIAN. mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal dua variabel BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian dan Metoda Pendekatan Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif korelasi. Penelitian korelasi mengkaji hubungan antara variabel dengan melibatkan minimal

Lebih terperinci

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL.

EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL. EVALUASI KEMAMPUAN PERAWAT DALAM PEMASANGAN KATETER URIN SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN PATIENT SAFETY DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL Tesis Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training.

BAB I PENDAHULUAN. adalah aktifitas untuk mencapai tugas perkembangan melalui toilet training. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak merupakan karunia Tuhan yang harus disyukuri, dimana seseorang yang sudah berkeluarga sangat berharap mempunyai anak. Jika anak dalam keadaan sehat, orang tuapun

Lebih terperinci

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN KECIL DI KELURAHAN DONAN KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP

KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN KECIL DI KELURAHAN DONAN KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP KAJIAN TINGKAT KESEJAHTERAAN NELAYAN KECIL DI KELURAHAN DONAN KECAMATAN CILACAP TENGAH KABUPATEN CILACAP SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S-1) Disusun

Lebih terperinci

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KEPRIBADIAN ANAK DENGAN KEJADIAN BULLYING PADA SISWA KELAS V DI SD X DI KABUPATEN BADUNG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KEPRIBADIAN ANAK DENGAN KEJADIAN BULLYING PADA SISWA KELAS V DI SD X DI KABUPATEN BADUNG SKRIPSI HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KEPRIBADIAN ANAK DENGAN KEJADIAN BULLYING PADA SISWA KELAS V DI SD X DI KABUPATEN BADUNG OLEH : NI KADEK DIYANTINI NIM. 1102105023 PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG FAKTOR RISIKO KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN KUNJUNGAN ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA KARYA TULIS ILMIAH Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU DENGAN KEJADIAN ANEMIA REMAJA PUTRI KELAS X DAN XI SMA NEGERI 1 POLOKARTO Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1

Lebih terperinci

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA GURU BERSERTIFIKASI DAN GURU NON SERTIFIKASI DI KABUPATEN PONOROGO (STUDI KASUS PADA SMK PGRI 1 PONOROGO) SKRIPSI

ANALISIS PERBEDAAN KINERJA GURU BERSERTIFIKASI DAN GURU NON SERTIFIKASI DI KABUPATEN PONOROGO (STUDI KASUS PADA SMK PGRI 1 PONOROGO) SKRIPSI ANALISIS PERBEDAAN KINERJA GURU BERSERTIFIKASI DAN GURU NON SERTIFIKASI DI KABUPATEN PONOROGO (STUDI KASUS PADA SMK PGRI 1 PONOROGO) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi sebagai syarat-syarat

Lebih terperinci

OLEH: Ria Rahmawati NRP:

OLEH: Ria Rahmawati NRP: HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH ORANGTUA DENGAN PERILAKU MAKAN PADA ANAK USIA PRASEKOLAH DI RW 01 RUNGKUT KIDUL SURABAYA SKRIPSI OLEH: Ria Rahmawati NRP: 9103012012 FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA

Lebih terperinci

HUBUNGAN TOILET LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK USIA BULAN DALAM MENGONTROL ELIMINASI DI POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK

HUBUNGAN TOILET LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK USIA BULAN DALAM MENGONTROL ELIMINASI DI POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG ABSTRAK HUBUNGAN TOILET LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN ANAK USIA 18 24 BULAN DALAM MENGONTROL ELIMINASI DI POSYANDU MELATI KELURAHAN TLOGOMAS MALANG Dede Kendi 1), Atti Yudiernawati 2), Neni Maemunah 3) 1) Mahasiswa

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN

HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN HUBUNGAN PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA) PADA BAYI DAN ANAK USIA 7 BULAN 5 TAHUN KARYA TULIS ILMIAH Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi

ABSTRAK. Kata kunci: persepsi, minat, remaja, alat ortodontik cekat, maloklusi ABSTRAK Persepsi adalah suatu proses menerima dan menginterpretasikan data. Persepsi tentang penggunaan alat ortodontik cekat dapat dilihat dari aspek estetik dan aspek fungsional. Bagi remaja, salah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA DAN STRES DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA PADA SMA 1 BAWANG KABUPATEN BANJARNEGARA

HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA DAN STRES DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA PADA SMA 1 BAWANG KABUPATEN BANJARNEGARA i HUBUNGAN PERSEPSI REMAJA DAN STRES DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL REMAJA PADA SMA 1 BAWANG KABUPATEN BANJARNEGARA SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat Mencapai Derajat Sarjana Oleh: RAHMAT DWI

Lebih terperinci