BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu, mengubah sikap, pendapat, atau perilaku, baik secara langsung dengan lisan ataupun tidak langsung yakni melalui media (Effendy, 2008:5). Secara sederhana proses komunikasi yaitu pihak komunikator membentuk pesan dan menyampaikannya melalui suatu saluran tertentu kepada pihak penerima yang menimbulkan efek tertentu melalui media komunikasi baik yang bersifat modern maupun tradisional. Komunikasi terus menerus berkembang hingga saat ini dan telah mencapai taraf yang lebih maju. Hal ini ditandai dengan kemunculan berbagai macam media massa modern. Komunikasi sangat terkait dengan media massa, karena media massa tersebut terbentuk dari proses komunikasi yang terjadi di masyarakat. Pada saat sekarang ini media merupakan salah satu konsumsi masyarakat setiap hari. Masyarakat dapat secara bebas memilih jenis media apa yang dibutuhkan dan diinginkannya. Everertt M Rogers menyatakan, selain media modern juga terdapat media tradisional diantaranya adalah teater rakyat, juru dongeng keliling, dan juru pantun (Onong Uchjana Effendy, 2001: 20). Menurut Coseteng dan Nemenzo sendiri defenisi media tradisional adalah bentuk-bentuk verbal lisan dan visual yang dikenal atau diakrabi rakyat, diterima oleh mereka, serta diperdengarkan atau dipertunjukkan oleh dan atau untuk mereka dengan maksud menghibur, memaklumkan menjelaskan, 1

2 mengajar, dan mendidik. 1 Bukan hanya media penyalur mitos kedaerahan, media tradisional juga dapat difungsikan sebagai media penyalur isu-isu kontemporer (Fernandes, 1982). Sejalan dengan definisi ini, maka media rakyat tampil dalam bentuk nyayian rakyat, tarian rakyat, musik instrumental rakyat, drama rakyat, pidato rakyat. Semua kesenian rakyat ini baik berupa produk sastra, visual ataupun pertunjukkan selalu diteruskan dari generasi ke generasi (Clavel dalam Jahi,1988). Membicarakan media tradisional tidak bisa dipisahkan dari seni tradisional, yakni suatu bentuk kesenian yang digali dari cerita-cerita rakyat dengan memakai media tradisional. Media tradisional sering disebut sebagai bentuk folklor (Nurudin, 2004). Folkor sendiri memiliki beberapa bentuk yaitu, cerita prosa rakyat yang dapat digolongkan seperti mite, legenda maupun dongeng, ungkapan rakyat seperti peribahasa, pameo, pepatah, kemudian puisi rakyat, nyanyian rakyat, teater rakyat, gerak isyarat, alat pengingat, dan alat bunyi-bunyian seperti kentongan, bedug atau gong. Dimasa kini setelah perkembangan komunikasi mencapai taraf yang lebih maju dengan ditemukannya tulisan, seni cetak dan berbagai teknologi yang menunjang komunikasi, maka peranan media tradisional mulai mengalami masa surut dan berkurang. Persaingan yang terjadi anatara media tradisional dan modern pun semakin terlihat tidak berimbang. Banyak faktor yang menyebabkan media tradisional yang sering kali menggunakan bahasa daerah ini mulai kehilangan eksistensinya, terlihat dari jumlah para seniman pada saat ini yang menciptakan dan melakoni pertunjukan-pertunjukan tradisional semakin mengalami penurunan, generasi baru pun terlihat kurang berminat untuk melibatkan diri dalam pengembangan pertunjukan tradisional, kebanyakan mereka lebih memilih hal-hal yang berbau kebarat-baratan. 1 Anonim. Pengertian Seni Ritual. Tersalip dalam elib.unikom.ac.id/download.php?id= Diakses 22 Februari, pada pukul

3 Namun hal itu tidak serta merta membuat media tradisional menjadi dianggap tidak penting lagi dan benar-benar ditinggalkan, masih dapat kita jumpai beberapa daerah di Indonesia yang masih menggunakan media tradisional hingga saat ini, contohnya adalah pertunjukan tutur lisan bakaba barito di Sumartera Barat tanah Minangkabau yang biasa disebut Randai yang masih dilestarikan oleh kelompok kesenian tradisi minang Palito Nyalo. Palito Nyalo merupakan salah satu kelompok seni pertunjukan tradisional Minangkabau yang menitik beratkan aktivitasnya pada kesenian randai. Kelompok ini sudah berjalan kurang lebih 20 tahun terakhir, sudah banyak prestasi yang yang telah mereka torehkan bahkan hingga dilevel internasional. Kelompok ini telah melakukan pagelaran di Honolulu, Hawaii Amerika Serikat secara rutin sejak beberapa waktu lalu, selain di Hawaii, Palito Nyalo juga melakukan pertunjukan randai di sejumlah Negara lainnya seperti Australia, Kanada dan Belanda. Khususnya di Hawaii, Palito Nyalo juga mendirikan sebuah sanggar randai yang dibina oleh salah seorang instruktur randai Palito Nyalo. Randai merupakan suatu bentuk teater tradisional yang bersifat kerakyatan yang terdapat di daerah Minangkabau Sumatera Barat. Teater tradisional adalah teater yang berkembang di kalangan rakyat, yaitu suatu bentuk seni yang berakar dan bersumber dari tradisi masyarakat lingkungannya. Teater tradisional di wilayah nusantara dapat dikelompokkan menjadi tiga macam, salah satunya adalah teater rakyat. Teater rakyat berkembang di daerah wilayah nusantara. Masing-masing daerah memiliki teater daerah yang berbeda-beda. Teater rakyat memiliki ciri bahwa pemainnya menyatu dengan penonton. Jadi teater tradisional tidak menggunakan panggung khusus. Teater tradisional memiliki tujuan yang terangkum dalam fungsi pertunjukkan teater tradisional tersebut. Fungsi-fungsi teater tradisional digunakan antara lain untuk keperluan upacara, media ekspresi, sarana hiburan, dan media pendidikan. Sampai saat ini Randai masih hidup dan bahkan berkembang serta masih digemari oleh beberapa masyarakat. Namun juga tidak dapat dipungkiri penggemar media tradisional dirasa juga semakin menyempit pada umumnya mereka terdiri dari 3

4 masayarakat pedesaan atau orang-orang lanjut usia yang memiliki pengalaman atau cerita nostalgia dimasa kecil dengan media tersebut, sedangkan generasi saat ini yang sudah memiliki pilihan sendiri sesuai dengan perkembangannya dan otomatis mulai banyak yang meninggalkan media tradisional. Seperti halnya seni pertunjukan di kebanyakan daerah, Randai yang lahir di daerah Sumatra Barat yang kini lebih dikenal sebagai bentuk teater rakyat, ternyata juga telah melewati perjalanan sejarah yang cukup panjang. Randai dahulu merupakan pertunjukan komunal yang diajarkan oleh pria desa yang lebih senior kepada pemuda yang lebih junior, yang mana biasanya diselenggarakan di halaman surau atau mesjid pada malam hari menjelang tidur. Randai yang memiliki warna budaya islam bukan merupakan pertunjukan ritual. Bahkan masyarakat dahulu hanya menyebutnya sebagai permainan. Namun demikian masyarakat minangkabau selalu memeprtunjukkan randai untuk menyemarakkan peristiwa-peristiwa penting. Pada awalnya Randai adalah media untuk menyampaikan kaba atau cerita rakyat melalui gurindam atau syair yang di dendangkan dan tarian yang mengadopsi gerakan-gerakan silat Minangkabau. Cerita Randai biasanya diambil dari kenyataan hidup yang ada ditengah masyarakat. Fungsi Randai sendiri adalah sebagai seni pertunjukan hiburan yang didalamnya juga disampaikan pesan dan nasehat. Randai berasal dari kata andai yang berarti berbicara menggunakan kias, ibarat, pantun serta pepatah petitih. Randai adalah sebuah keseniaan yang merupakan permainan anak nagari 2 minangkabau. Suatu permainan dengan gerakan membentuk lingkaran, kemudian melangkah kecil-kecil secara perlahan, sambil menyampaikan cerita lewat nyanyiaan secara bergantian. 3 2 Nagari dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti wilayah atau sekumpulan kampung yg dipimpin (dikepalai) oleh seorang penghulu. 3 Azrial, Yulfian Budaya Alam Minang Kabau. Angkasa Raya. Hal 71. 4

5 Sebagai seni tradisional, kesenian Randai hidup tumbuh dan berkembang dalam masyarakat. Selain digunakan untuk upacara adat, kesenian Randai juga merupakan bagian dari kehidupan sosial budaya masyarakat oleh sebab itu pada gilirannya kesenian Randai masa lalu menjadi fokus kebudayaan bagi masyarakat. Sebagai fokus kebudayaan kesenian Randai diwariskan dan dilestarikan oleh masyarakat, sehingga kesenian Randai menjadi budaya tradisi yang berkesinambungan sampai saat ini dalam kehidupan masyarakat walaupun terjadi degradasi atau penurunan jumlah peminat dan pengelola serta pelaku dari kesenian Randai tersebut. Seiring dengan itu, keberadaan kesenian Randai dalam kehidupan masyarakat telah menjadi suatu identitas budaya bagi daerah Minangkabau. Kesenian Randai merupakan refleksi dari karakteristik dan perilaku masyarakat. Melalui pertunjukan kesenian Randai, masyarakat luar di luar komunitas kesenian Randai akan menerjemahkan perilaku dan karakteristik komunitasnya melalui simbol-simbol yang terangkai dalam sebuah kesatuan struktur dari pertunjukan kesenian Randai. Sehingga kesenian Randai merupakan sebuah deskripsi dari kehidupan masyarakat dari berbagai aspek sosial dan budaya. Seperti dialek atau logat bahasa yang digunakan, aliran silat yang digunakan dalam Randai, mampu mendeskripsikan karakteristik dan budaya masyarakat. Randai merupakan suatu bentuk kesenian tradisional yang hidup bersama tradisi yang belaku dalam masyarakat minangkabau. 4 Ia hadir bersama upacara-upacara dan acara-acara yang ada dalam masyarakat tradisional Minangkabau. Saat ini kesenian Randai masih dibudayakan oleh masyarakat Minangkabau dalam kehidupan sosialnya, walaupun dewasa ini tingkat pendidikan dan pengetahuan serta pengaruh budaya modren serta tingkat perekonomian masyarakat telah jauh meningkat dari 4 Ensten, Mursal dalam Edy Sedyawati Seni Dalam Masyarakat Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Hal

6 pada masa silam. Selain itu, tingkat akulturasi budaya telah terjadi dalam berbagai adat kebiasaan pada masyarakat dewasa ini. Namun hal itu tidak sepenuhnya memunahkan keberadan kesenian Randai saat ini. Secara realitas kesenian Randai masih tetap beraktifitas. Penyampaian pesan yang mudah diterima dan dicerna oleh masyarakat yang menyaksikan menjadi landasan yang kuat untuk mempertahankan media tradisional randai ini, meskipun terjadi penurunan frekuensi pertunjukan dan proses latihan serta proses pewarisan dalam masyarakat. Konteks pertunjukan teater rakyat sebagai salah satu bentuk media tradisional di tengah-tengah terpaan teknologi komunikasi yang cukup massif merupakan masalah yang menarik perhatian, khususnya adalah bagaimana kelompok seni minang palito nyalo menyikapi tantangan tersebut. Penelitian ini diharapkan mampu menjawab bagaimana kelompok minang palito nyalo melestarikan tradisi tutur lisan bakaba barito Minangkabau sebagai media komunikasi tradisional. Terpaan arus media modern tidak menyurutkan semangat para seniman Randai di kelompok Kesenian Tradisi Minang Palito Nyalo yang hingga kini masih menyelenggarakan pertunjukan dari satu tempat lainnya demi menjaga eksistensi dan melestarikan tradisi tutur lisan bakaba barito daerahnya. B. Rumusan Masalah Sebagaimana latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana kelompok kesenian tradisi minang Palito Nyalo menjaga tradisi tutur lisan bakaba barito Randai Minangkabau sebagai media komunikasi tradisional? 6

7 C. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: a. Mengetahui kelompok kesenian tradisi minang Palito Nyalo dalam menjaga tradisi tutur lisan bakaba barito Randai Minangkabau sebagai media komunikasi tradisional. b. Mengetahui sejarah Kelompok Tradisi Minang Palito Nyalo D. Manfaat Penelitian 1. Akademis Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan untuk menambah perbendaharaan kepustakaan bagi jurusan ilmu komunikasi Universitas Gadjah Mada. Hasil penelitian ini juga diharapkan daoat digunakan sebagai bahan refrensi dan informasi bagi peneliti lain yang tertarik untuk mendalami penelitian yang sejenis. 2. Praktis Penelitian ini bermanfaat sebagai panduan atau rekomendasi bagi praktisi kelompok kesenian tradisi minang Palito Nyalo dalam menjaga tradisi tutur lisan bakaba barito randai sebagai media tradisional, sehingga randai dapat terus dilestarikan. 3. Sosial Penelitian ini bermanfaat untuk menambah pengetahuan serta wawasan masyarakat luas tentang kelompok kesenian tradisi minang Palito Nyalo dalam menjaga tradisi tutur lisan bakaba barito randai sebagai media komunikasi tradisional. 7

8 E. Kerangka Pemikiran 1. Seni Sebagai Media Komunikasi Seni tradisional dimasyarakat telah menjadi suatu pola dalam proses komunikasi yang tidak bisa dipandang sebelah mata. Seni tradisional telah membantu perkembangan masyarakat baik yang menyangkut kepercayaan, perkembangan sosial dan budaya atau secara ekonomi. Bahkan, lewat seni tradisional itulah jati diri suatu kelompok masyarakat bias terlihat. Seni tradisional bisa termasuk sebagai alat komunikasi karena didalamnya juga ada pesan-pesan yang disampaikan pada orang lain. Perbedaan pakaian, style seni yang dikembangkan dan atribut yang melekat bisa dibedakan satu sama lain. Media komunikasi pada dasarnya merupakan sarana yang dipergunakan untuk memproduksi, mereproduksi, mendistribusikan atau menyebarkan dan menyampaikan informasi. 5 Sementara seni tradisi jauh lebih luas dari media komunikasi, meskipun fakta menunjukkan bahwa sebagian seni tradisional bisa digunakan dan seringkali dikembangkan menjadi media komunikasi. Kesenian tradisional pada dasarnya memiliki pola yang membuat kesenian itu menjadi khas atau memiliki ciri tersendiri, berbeda dari kesenian jenis lainnya. Akan tetapi, ciri khas tersebut bukanlah suatu aturan yang tidak dapat berubah, melainkan potensi yang dapat berkembang, berubah, dan bercampur satu sama lain. Seni tradisi secara alami mampu mengakomodasi perubahan isi sesuai dengan kepentingan situasi. Oleh karena pemanfaatan seni tradisi sebagai sebuah media komunikasi akan sangat berkaitan dengan aspek bentuk, pola, atau pakem, kemudian daya atau potensi untuk berubah, dan muatan-muatan atau pesan-pesan yang berisikan pendidikan kultural, spiritual, dan komentar sosial. Dalam tiga aspek itulah sesungguhnya terletak kapabilitas seni tradisi sebagai media ungkap atau ekspresi keindahan, yang 5 Suranto AW. Komunikasi Sosial Budaya, Penerbit PT Graha Ilmu, Yogyakarta,

9 pada gilirannya memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi media komunikasi tradisional. Seni tradisional sebagai media komunikasi memiliki potensi yang terbuka luas sepanjang problem dan masalah yang selama ini dihadapi seni tradisional dapat dipetakan dan dipelajari entitasnya secara jelas. Selain harus didukung dari entitas internal seni tradisionalnya sendiri, agar efektif sebagai media tradisional juga harus menyentuh pada konstelasi proses mediasi dan apresiasi seni tradisonal yang digunakan di masyarakat. Seni pertunjukan teater memiliki pola komunikasi yang kompleks sebagaimana kompleksitas unsur-unsur pertunjukan teater yang didukung oleh unsure rupa, musik, sastra dan lain-lain. Pola komunikasi intrapersonal bisa didapatkan ketika proses perwujudan seni teater berlangsung dan seiring dengan terwujudnya pertunjukan teater, terdapat pola-pola komunikasi berikutnya seperti interpersonal, publik, budaya, dan bisa jadi massa bahkan komunikasi transenden (Jaeni, 2012). Catatan Lustig dan Koster menyatakan bahwa kehidupan budaya (dunia seni pertunjukan) merupakan juga ruang proses komunikasi simbolik, interpretatif, transaksional dan kontekstual yang dilakukan sejumlah orang yang memberikan interpretasi dan harapan berbeda terhadap apa yang disampaikan (Lustig dan Koester dalam Liliweri, 2003:13). 2. Media Tradisional Sebagai Bentuk Komunikasi Sosial Media tradisional yaitu bentuk-bentuk komunikasi verbal, gerakan, lisan, dan visual yang dikenal rakyat, diterima oleh mereka dan diperdengarkan atau dipertunjukkan adegan dengan maksud menghibur, memberi tahu, menjelaskan, mengajar ataupun mendidik. Media tradisional sudah lama digunakan disuatu tempat sebelum kebudayaannya disentuh oleh tekhnologi modern dan sampai sekarang 9

10 masih digunakan. Ranganath (1976) mengatakan bahwa media tradisional itu akrab dengan massa khalayak, kaya akan variasi, dengan segera tersedia, dan biayanya rendah. Ia disenangi baik pria ataupun wanita dari berbagai kelompok umur. Disamping itu, ia memiliki potensi yang besar bagi komunikasi persuasif, komunikasi tatap muka, dan umpan balik yang segera. Ranganath juga mempercayai bahwa media tradisional juga mampu membawa pesan-pesan modern. Membicarakan media tradisional tidak bisa dipisahkan dari seni tradisional, yaitu suatu bentuk kesenian yang digali dari cerita rakyat dengan memakai media tradisional. Sifat kerakyatan bentuk kesenian ini menunjukkan bahwa ia berakar pada kebudayaan rakyat yang hidup di lingkungannya. Dalam penyajiannya pertunjukan ini biasanya diiringi musik daerah setempat (Direktorat penerangan Rakyat, dalam Jahi, 1988). Pertunjukan-pertunjukan semacam ini biasanya sangat komunikatif, sehingga mudah dipahami oleh masyarakat daerah. Komunikasi membutuhkan beberapa syarat agar menjadi efektif, sebagaimana dikatakan oleh Josep A Devito (Ninik Sri Rejeki dan Anita Herawati, 1999:8): a. Opennes Keterbukaan menunjukkan adanya sikap untuk saling terbuka diantara pelaku komunikasi dalam melangsungkan komunikasinya. b. Emphaty Kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu. Orang yang berempati mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain, perasaan dan sikap mereka, serta harapan dan keinginan mereka untuk masa mendatang sehingga dapat mengkomunikasikan empati, baik secara verbal maupun non-verbal c. Positiveness 10

11 Sikap positif terhadap diri sendiri maupun terhadap orang lain. Seseorang harus memiliki perasaan positif terhadap dirinya, mendorong orang lain lebih aktif berpartisipasi, dan menciptakan situasi komunikasi kondusif untuk interaksi yang efektif. d. Equality Ada pengakuan secara diam-diam bahwa kedua belah pihak menghargai, berguna, dan mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan. Kesetaraan meminta kita untuk memberikan penghargaan positif tak bersyarat kepada individu lain. Media tradisional sering disebut sebagai bentuk folklor. William Boscon mengemukakan fungsi-fungsi folklor sebagai media tradisional antara lain yaitu: a. Sebagai sistem proyeksi. Folklor menjadi proyeksi angan-angan atau impian rakyat jelata, atau sebagai alat pemuasan impian (wish fulfilment) masyarakat yang termanifestasikan dalam bentuk stereotipe dongeng b. Sebagai penguat adat c. Sebagai alat pendidik d. Sebagai alat paksaan dan pengendalian sosial agar norma-norma masyarakat dipatuhi. Sifat-sifat umum media tradisional antara lain mudah ditermia, relevan dengan budaya yang ada, menghibur, menggunakan bahasa lokal, memiliki unsur legitimasi, fleksibel, memiliki kemampuan untuk mengulangi pesan yang dibawanya, komunikasi dua arah, dan lain-lain. Dissanayake (Jahi, 1988) menambahkan bahwa media tradisional menggunakan ungkapan-ungkapan dan simbol-simbol yang mudah dipahami oleh rakyat, dan mencapai sebagian dari populasi yang berada diluar jangkauan pengaruh media massa, dan yang menuntut partisipasi aktif dalam proses komunikasi. 11

12 Dahulu komunikasi merupakan bagian dari tradisi, peraturan, upacara keagamaan, hal-hal tabu, dan lain sebagainya, yang berlaku pada masyarakat tertentu. Komunikasi sebagai bagian dari tradisi memiliki perbedaan antara kebudayaan yang satu dengan yang lain. Komunikasi tradisional sangat penting dalam suatu masyarakat karena dapat mempererat persahabatan dan kerja sama untuk mengimbangi tekanan yang datang dari luar. Komunikasi tradisional mempunyai dimensi sosial, mendorong manusia untuk bekerja, menjaga keharmonisan hidup, memberikan rasa keterikatan, bersama-sama menantang kekuatan alam dan dipakai dalam mengambil keputusan bersama. Dengan demikian, komunikasi tradisional merupakan salah satu bentuk komunikasi yang sangat penting bagi kehidupan manusia. 3. Keberadaan Media Tradisional dalam Masyarakat Pada masa silam media tradisional pernah menjadi perangkat komunikasi sosial yang penting, kini keberadaannya dalam masyarakat telah surut. Di filipina Coseteng dan Nemenzo (Amri Jahi,1988) melaporkan bahwa penampilan media ini antara lain karena: a. Diperkenalkannya media massa dan media hiburan modren seperti media cetak, bioskop, radio, dan televisi b. Penggunaan bahasa inggris di sekolah-sekolah yang mengakibatkan berkurangnya penggunaan dan penguasaan bahasa pribumi c. Semakin berkurangnya jumlah orang-orang dari generasi terdahulu yang menaruh minat pada pengembangan media tradisional ini dan d. Berubahnya selera generasi muda 12

13 Hal demikian ini kurang lebih sama terjadi pula di Indonesia. Setelah media modern masuk ke pedesaan media rakyat atau media tradisional mulai kurang mendapatkan perhatian, dapat dilihat bahwa persaingan antara media tradisional dan media modern menjadi semakin tidak berimbang, terlebih lagi setelah masyarakat desa mulai mengenal hiburan modern seperti televisi, VCD/DVD, radio bahkan internet. Pertunjukkan rakyat yang kebanyakan menggunakan bahasa daerah mulai ditinggalkan orang, terutama setelah banyak warga masyarakat menguasai bahasa Indonesia dan memperlajari bahasa asing yang dianggap lebih berkelas. Di sisi lain, jumlah para seniman yang menciptakan dan memerankan pertunjukkan-pertunjukkan tradisional pun semakin berkurang, serta generasi muda juga terlihat kurang berminat untuk melibatkan diri dalam pengembangan pertunjukkan tradisional yang semakin kurang mendapat sambutan khalayak ini. Namun demikian pertunjukan rakyat tentu tetap harus kita lestarikan dengan sedemikan cara, sebagaimana yang diungkapkan oleh Talcott Parsons dalam teori fungsionalisme struktural. Parsons yang mengatakan agar tetap bertahan (survive), suatu sistem harus memiliki empat fungsi berikut: 1. Adaptation (Adaptasi): sebuah sistem harus menanggulangi situasi eksternal yang gawat. Sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya. 2. Goal attainment (Pencapaian tujuan): sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya. 3. Integration (Integrasi): sebuah sistem harus mengatur antar hubungan bagianbagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting lainnya. 13

14 4. Latency (latensi atau pemeliharaan pola): sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Surutnya media tradisional ini dicerminkan pula oleh surutnya perhatian para peneliti komunikasi pada media tersebut. Schramm dan Robert (Ragnarath, 1976) melaporkan bahwa antara tahun 1954 dan 1970 lebih banyak hasil penelitian komunikasi yang diterbitkan dari masa sebelumnya. Akan tetapi dalam laporanlaporan penelitian itu tidak terdapat media tradisional. Berkurangnya minat masyarakat pada media tradisional ini ada hubungannya dengan pola pembangunan yang dianut oleh negara dunia ketiga pada waktu itu. Ideologi modernisasi yang populer saat itu, mendorong negara-negara tersebut untuk mengikuti juga pola komunikasi yang dianjurkan. Dalam periode itu kita menyaksikan bahwa tradisi lisan mulai digantikan oleh media yang berdasarkan teknologi. Sebagai akibatnya, komunikasi menjadi linear dan satu arah. Untuk mempercepat laju pembangunan, banyak negara yang sedang berkembang di dunia ketiga menginvestasikan dana secara besar-besaran pada pembangunan jaringan televisi, dan akhir-akhirnya pada komunikasi satelit (Wang dan Dissanayake, dalam Jahi, 1988). Mereka lupa bahwa investasi besar pada teknologi komunikasi itu, jika tidak diiringi oleh investasi yang cukup pada perangkat lunaknya, akan menimbulkan masalah serius di kemudian hari. Kekuarangan ini menjadi kenyataan tidak lama setelah mereka mulai mengoperasikan perangkat keras media besar itu. Mereka segera mengalami kekuarangan program yang sesuai dengan dengan situasi dan kebutuhan domestik, dan juga mengalami kesulitan besar dalam pembuatan program-program lokal. Kesulitan ini timbul karena terbatasnya sumber daya manusiawi yang terlatih untuk membuat program-program lokal yang kualitasnya dapat diterima masyarakat dan besarnya biaya produksi. 14

15 Situasi ini mengakibatkan negara-negara dunia ketiga itu mengambil jalan pintas dengan mengimpor banyak program berita maupun hiburan dari negara-negara maju. Keluhan yang timbul kemudian ialah bahwa isi program-program tersebut tidak sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan domestik. Kecenderungan ini tentunya sangat berbahaya, karena dapat mengikis kebudayaan asli dan merangsang tumbuhnya konsumerisme yang kurang sesuai dengan perkembang di negara itu. Perhatian para peneliti komunikasi pada media tradisional, bangkit kembali setelah menyaksikan kegagalan media massa, dan kegagalan pembangunan di banyak negara dunia ketiga dalam dasawarsa Media tradisonal secara pasti dan mantap mulai dikaji kembali pada dasawarsa 1960 di negara-negara sedang berkembang di Asia dan Afrika. Kemungkinan untuk memanfaatkan media ini secara resmi mulai ditelusuri. UNESCO pada tahun 1972 menyarankan penggunaan media tradisional secara terorganisasikan dan sistematik dapat menumbuhkan motivasi untuk kerja bersama masyarakat yang tujuan utamanya tidak hanya bersifat pengembangan sosial dan ekonomi, tetapi juga kultural (Ranganath, 1976). Kemudian Ranganath (1976) menunjukkan peristiwa-peristiwa internasional yang menaruh perhatian pada pengembangan dan pendayagunaan media tradisional bagi pembangunan. Salah satu di antaranya ialah seminar yang dilaksanakan oleh East West Communication Institute di Hawai, yang menegaskan kembali bahwa strategi komunikasi modern di negara-negara yang sedang berkembang akan mengalami kerugian besar, jika tidak didukung oleh media tradisional. 4. Teater Rakyat Sebagai Media Tradisional Seorang pakar media tradisional, M. Fermana Yuliansyah (2008) mengatakan bahwa media tradisional mempunyai peranan yang hidup dan berkembang dalam masyarakat, mempunyai sentuhan yang berdimensi personal dan budaya sehingga 15

16 dapat mendukung proses komunikasi yang efktif, dimana dalam unsur-unsur media tradisional sebagai media pertunjukan rakyat biasanya mengandung nilai-nilai yang berakar pada budaya masyarakat dan bahkan ada yang terkait langsung pada kegiatan ritual masyarakat, sehingga akan menjadi kekuatan dalam mengembangkan dan melestarikan nilai-nilai budaya bangsa khususnya nilai-nilai budaya bangsa yang tumbuh dan berkembang di Indonesia. 6 Teater rakyat merupakan seni pertunjukan yang biasanya mengekspresikan dan menggambarkan kehidupan suatu masyarakat. Bentuk teater tradisi rakyat ini ada yang berasal dari tradisi religi asli dan ada pula yang berasal dari sistem religi Hindu- Budha dan Islam. Bentuk teater dari sistem religi Hindu-Budha serta sistem religi Islam dapat diduga berasal dari pengaruh budaya keraton yang menyebar di kalangan masyarakat. Hal ini disebabkan bahwa sistem religi Hindu-Budha berkembang dan bersumber dari kehidupan keraton. Meskipun bentuk-bentuk teater tradisi rakyat ini berasal dari sistem religi tertentu, fungsi pokok dari teater ini telah berubah ke bentuk hiburan yang ditonton secara gratis oleh masyarakat. Pementasan teater tradisi rakyat ini dilakukan pada acaraacara tertentu seperti pernikahan, kelahiran, khitanan, ruwatan, dan kegiatan lainnya yang dianggap memiliki hubungan dengan sistem religi. Para pemain serta pendukung teater tradisi rakyat ini pada umumnya adalah masyarakat biasa dan tidak berprofesi sebagai pemain sandiwara. Para pemain ini bermain berdasarkan tradisi pementasan yang telah dikenal secara luas di masyarakatnya. Unsur teater rakyat yang paling utama adalah cerita, pelaku, dan penonton. Cerita yang disajikan dapat diperpanjang atau diperpendek sesuai dengan respons dan suasana penonton yang terjadi pada saat pementasan. Cerita dibawakan dengan akting memainkan peran atau dengan menari dan nyanyian. Kostum para pelaku disesuaikan 6 Diakses 1 Agustus 2014, pada pukul

17 dengan kondisi budaya masing-masing daerah serta zaman yang berkembang pada saat itu. Pertunjukan rakyat diselenggarakan pada tempat dan waktu tertentu untuk menyalurkan hasrat rasa hiburan, emosi atau keresahan yang dilakukan tidak secara gamblang. Seni pertunjukan rakyat ini biasanya bersifat sederhana, spontan dan menyatu dengan kehidupan sehari-hari. Salah satu contohnya adalah pertunjukan Randai, terjadi hubungan yang erat antara pemain dan penonton. Bahkan penonton dapat menyela pembicaraan para pemain. Dengan eratnya relasi emosional antara pemain dan penonton, maka pesan yang terdapat dalam pertunjukan menjadi semakin mudah dipahami oleh para penonton. Ide-ide cerita yang disampaikan juga biasanya diangkat dari kisah-kisah teladan, kemudian dikemas sedemikian rupa. 5. Media Tradisional Melestarikan Budaya Media Tradisional merupakan hal penting dalam pencapain informasi dalam konteks komunikasi tradisional. Oleh sebab itu media tradisional harus dipertahankan bahkan dilestarikan agar tidak tersisih atau terkikis oleh perkembangan zaman yang semakin meminimalisir keberadaan media tradisional sebagai penyampai informasi. Media tradisional yang ditampilkan melalui kesenian-kesenian di daerah sesungguhnya merupakan cerminan bahwa di setiap daerah di tanah air ini ternyata masih ditemui berbagai sarana komunikasi yang bersifat hiburan namun memiliki nilai pendidikan, terutama dalam keikutsertaan mewariskan kebudayaan setempat. Sebagaimana yang dinyatakanharold Laswell dan Charles Wright (1959) yang membagi empat fungis media. Keempat fungsi tersebut adalah pengawasan (surveillance), korelasi (correlation), penyampaian warisan sosial (transmission of the social heritage), hiburan (entertainment). 17

18 Indonesia merupakan suatu negara yang kaya akan kebudayaan, antara satu daerah dengan daerah yang lain pasti memiliki budaya yang berbeda. Jelaslah, bahwa kebudayaan manusia bukanlah suatu hal yang hanya timbul sekali atau yang bersifat sederhana. Tiap masyarakat mempunyai suatu kebudayaan yang berbeda dari kebudayaan masyarakat lain dan kebudayaan itu merupakan suatu kumpulan yang berintegrasi dari cara-cara berlaku yang dimiliki bersama dan kebudayaan yang bersangkutan secara unik mencapai penyesuaian kepada lingkungan tertentu. 7 Pentingnya pelestarian kebudayaan lokal yang direalisasikan dalam media tradisonal pada setiap daerah juga menunjukkan bahwa setiap suku bangsa di negeri tercinta ini memiliki karakter yang khas sebagai dasar bertindak dan beraktivitas untuk pengembangan diri ke depan. Oleh karenanya, pihak-pihak yang berkompeten secara terpadu perlu memerhatikan keberadaan dan keberlangsungnya supaya tidak menjadi punah. Media tradisional berfungsi sebagai alat pendidik, yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma dan etika dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Fungsi pewarisan sosial yang dilakukan media tradisional ini hendaknya terus di berlangsungkan dengan demikian budaya pun akan tetap terus tejaga. Keberadaan media tradisional disetiap daerah di Indonesia sebagai bentuk modal sosial lokal, dapat dimanfaatkan sebagai media untuk mengkampanyekan atau mensosialisasikan suatu permasalahan. Masing-masing jenis media tradisional menggunakan bahasa daerah setempat, sehingga mudah dipahami oleh penontonnya. Selain itu, media tradisional menggunakan ungkapan-ungkapan dan simbol-simbol yang mudah dimengerti masyarakat, sehingga membuatnya menjadi penyampai pesan yang efektif. 7 Ihromi, T,O Antropologi budaya. Jakarta: Yayasan obor Indonesia. Hal

19 F. Kerangka Konsep Komunikasi tradisional layak dilestarikan sebagai salah satu bagian yang memegang peranan penting dalam sejarah pekembangan komunikasi manusia. Komunikasi tradisional dilakukan melalui media tradisional. Media tradisional yakni media komunikasi yang sudah ada sebelum munculnya media modern, seperti mesin cetak (surat kabar, majalah, dan buku) radio, televisi. Atau dapat dikatakan bahwa media tradisional adalah media komunikasi yang menggunakan seluruh potensi komunikatif yang ada dalam diri atau tubuh manusia dalam menyampaikan pesan secara langsung tanpa adanya bantuan mesin atau alat teknis. 8 Pada masa kini, media komunikasi telah banyak mengalami perubahan. Perubahan tersebut juga menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kebudayaan dan nilai kemanusiaan yang ada dimasyarakat. Sehingga media tradisional mulai banyak ditinggalkan, sebab media tradisional dianggap kurang menarik. Keberadaan media tradisional dalam berbagai seni tradisional dan seni pertunjukan hendaknya dihormati dan dilestarikan, diturunkan dari generasi ke generasi, sehingga tidak hilang begitu saja di tengah arus modernisasi. Salah satu media tradisional yang masih eksis hingga kini yaitu Randai Minangkabau. Kelompok kesenian tradisi minang Palito Nyalo adalah salah satu wadah dalam media tradisional randai ini. Penyampaian pesan yang mudah ditangkap dan dicerna oleh masyarakat yang menyaksikan atau mengalaminya menjadi dasar yang sangat kuat untuk mempertahankan bentuk dan media komunikasi tradisional. Kelompok kesenian tradisi minang Palito Nyalo selalu berusaha untuk tetap eksis dalam menghidupkan komunikasi media tradisional walaupun bukan menjadi perkara yang 8 I Gusti Ngurah Putra Media Tradisional sebagai Saluran Komunikasi dan Diseminasi Informasi dalam Tinjauan Komunikasi Massa. Disampaikan saat Sarahsehan dan Diskusi Panel Forum Komunikasi Media Tradisional yang diselenggarakan Badan Informasi Daerah Pemerintahan DIY, 30 April Hal 3. 19

20 mudah. Oleh sebab itu fokus pada penelitian ini terletak pada cara kelompok kesenian tradisi minang Palito Nyalo menjaga tradisi tutur lisan bakaba barito Randai melalui: 1. Adaptasi: Kelompok tradisi minang Palito Nyalo harus mampu beradaptasi dengan dunia yang beubah dengan cepat. Sejarah membuktikan banyak peradaban yang telah hilang karena tidak mampu beradaptasi dengan perubahan dunia, yang mampu menyesuaikan diri dengan perubahan serta memanfaatkan peluang yang timbul akan unggul. Palito Nyalo dituntut harus mampu mengatasi kebutuhan yang datang dari luar. Ia harus mampu beradaptasi agar tidak kandas di tengah jalan. Kebudayaan Minangkabau adalah kebudayaan yang dinamis, terbuka terhadap inovasi, maka perkembangan Randai dewasa ini cukup beragam. Ada unsur-unsur gerak dan musik baru yang diadaptasi ke dalam Randai, yang umumnya berasal dari lagu-lagu melayu bahkan juga dari musik dangdut. Idiom baru ini antara lain diadaptasi untuk membuat pertunjukan Randai tetap relevan dengan perkembangan masyarakat dan zamannya 2. Pencapaiapan Tujuan: Kelompok tradisi minang Palito Nyalo harus mendefinisikan dan memiliki tujuan yang jelas, tanpa adanya goal yang jelas tidak dapat muncul sinergi antara kelompok Palito Nyalo dan masyarakat penikmat randai minangkabau. Tujuan bersama yang dimiliki kelompok tradisi minang Palito Nyalo dari masa ke masa juga dapat bertransformasi karena terus diperbaiki mengikuti dinamika pada masanya. 3. Integrasi: Kelompok tradisi minang Palito Nyalo harus mengatur hubungan antara bagian yang satu dengan bagian yang lainnya. Bisa dikatakan, integrasi yang dilakukan Palito Nyalo juga bertugas mengatur hubungan antara fungsi Adapatation, Goal, dan Latency. Selain itu, Palito Nyalo disini diminta untuk melakukan penyesuaian antara unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga mencapai suatu keserasian fungsi dalam kehidupan saat ini. 20

21 4. Latensi: Kelompok tradisi minang Palito Nyalo harus memelihara dan juga terus memperbaiki diri, baik dari segi motivasi pada kelompok ini maupun pola-pola budaya yang menciptakan dan menopang motivasi itu sendiri yang kemudian akan tertanam dalam diri kelompok Palito Nyalo. Nilai budaya adalah endapan perilaku manusia. Budaya yang ada itu akan berubah karena terjadi transformasi nilai dari pada masa terdahulu ke masa sekarang, tetapi Palito Nyalo tetap memelihara nilai-nilai yang dianggap luhur. Kesenian ini merupakan wujud identitas, jati diri yang dimiliki masyarakat Minangkabau yang tidak dimilik oleh daerah lain. Oleh karena itu, seharusnya masyarakat menyadari apa yang dimiliki dan mampu untuk melestarikan serta mengembangkan kesenian ini terutama sekali dalam masyarakat Minangkabau dan kemudian bisa mempromosikannya ke daerah-daerah lain bahkan keluar negeri sekalipun. G. Metode Penelitian 1. Pendekatan dan Metode Penelitian ini bersifat deskriptif dengan mendasarkan diri pada data yang dihimpun dan disusun secara sistematik, faktual dan cermat. Metode deskriptif tidak menjelaskan hubungan antara variable, tidak menguji hipotesis atau melakukan prediksi. 9 Dengan demikian pelaksaan metode deskriptif tidak hanya sampai pada pengumpulan dan penyusunan data, tetapi meliputi analisa dan interpretasi tentang arti data itu. 10 Metode penelitian deskriptif juga dapat diuraikan sebagai prosedur pemecah masalah yang diselidiki dengan menggambarkan atau menuliskan keadaan subyek atau obyek penelitian suatu lembaga masyarakat dan lain-lain. 9 Rakhmat, Jalaluddin Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Karya. Hal Surakhmad, Winarno Dasar dan Teknik Research: Pengantar Metodologi Ilmiah. Bandung: Tarsito. Hal

22 Selanjutnya Surakhamad memberikan sifat-sifat metode deskriptif yang terdiri dari dua macam: a. Memutuskan pada masalah-masalah yang ada pada masa sekarang, pada masalahmasalah aktual. b. Data yang dikumpulkan mula-mula disusun, dijelaskan dan kemudian dianalisa karena itu metode ini sering disebut metode analitik. 11 Penelitian deskriptif biasanya mempunyai dua tujuan yaitu: a. Untuk mengetahui perkembangan sarana fisik tertentu atau frekuensi terjadinya suatu aspek fenomena sosial tertentu. b. Untuk mendeskripsikan fenomena sosial tertentu, umpamanya sistem sosial, sistem kekerabatan dan lain-lain. Penelitian seperti ini biasanya dilakukan tanpa hipotesa yang telah dirumuskan secara kilat. Ada kalanya menggunakan hipotesa tetapi bukan diuji secara statistik Obyek Penelitian Obyek dalam penelitian ini adalah kelompok kesenian tradisi minang Palito Nyalo, yang mana merupakan sebuah kelompok seni pertunjukan randai yang sudah berjalan kurang lebih 20 tahun terakhir. Kelompok kesenian tradisi minang Palito Nyalo yang hingga saat ini masih hadir di tengah masyarakat dalam menjaga tradisi tutur lisan bakaba barito minangkabau melaui Randai. Penulis menetapkan Kelompok Kesenian Tradisi minang Palito Nyalo sebagai obyek dengan alasan, dari kelompok kesenian yang ada di Minangkabau, Kelompok 11 Ibid. Hal Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi Metodologi Penelitian Survei. Jakarta: LP3ES. Hal 4. 22

23 Kesenian Tradisi minang Palito Nyalo lah yang sampai saat ini masih mempertahankan keberadaan tradisi tutur lisan melalui randai dengan segala kreativitasnya dalam berkesenian. Selama 20 tahun ini Palito Nyalo sudah cukup dikenal masyarakat luas, para pecinta seni tradisi randai serta lembaga kesenian kota Padang. Penelitian ini dilaksanakan langsung di lokasi latihan dan kesekretariatan kelompok kesenian tradisi minang Palito Nyalo yakni di Jalan Koto Panjang, Kelurahan Limau Manis, Kecamatan Pauh, Sumatra Barat. Adapun peneliti memilih lokasi ini agar mendapatkan data yang akurat dengan cara mengunjungi objek secara langsung. 3. Teknik Pengumpulan Data Data Primer Observasi Peneliti akan mengikuti keseharian informan dan akan turut serta dalam kegiatan informan untuk mengetahui konteks sosial dalam kehidupan sehari-hari. Wawancara mendalam Wawancara disini berarti peneliti melakukan Tanya jawab dengan informan berkaitan dengan suatu peristiwa atau masalah tertentu. Untuk mendapatkan alternative data yang mendalam dan terperinci maka peneliti akan melakukan indepth interview dengan menggunakan interview guide yakni peneliti akan terlebih dahulu menyiapkan pertanyaan yang akan diajukan yang berisi garis bersar topik atau sejumlah pertanyaan umum sebagai pedoman untuk memperoleh informasi. 23

24 Data Sekunder Studi pustaka. Tidak hanya melakukan observasi dan wawancara, studi pustaka juga dibutuhkan dalam memperoleh informasi. Studi pustaka disini terkait dengan buku-buku pendukung yang dapat menambah muatan dalam penelitian ini. Teknik studi pustaka dianggap mampu memberikan kelengkapan data untuk menjawab pertanyaan peneliti yang masih dilevel permukaan. Studi pustaka juga digunakan untuk memperdalam informasi secara lebih teoritis. Dokumentasi. Penggunaan dokumentasi dalam penelitian ini adalah sebagai data pendukung dan menambah bukti dari sumber-sumber lain. Dokumen dapat menambah rincian spesifik serta inferensi dapat dibuat dari dokumen-dokumen yang ada. 4. Teknik Analisis Data Pengertian teknik analisis data menurut (Bogdan dan Biklen, 1982) adalah upaya yang dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengorganisasikan data dan kemudian memilahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari serta memutuskan apa yang akan diceritakan kepada orang lain. 13 Seperti halnya yang diutarakan oleh Patton (1980:268), analisis data adalah proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar. Membedakannya dengan penafsiran, yaitu memberikan arti yang signifikan terhadap hasil analisis, menjelaskan pola uraian, dan mencari hubungan diantara dimensi- 13 Lexy. J. Moleong Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda Karya. Hal

25 dimensi uraian. 14 Data yang telah diproses kemudian disederhanakan kedalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan dipahami, setelah itu disajikan secara sistematis, menarik kesimpulan dan melakukan evaluasi. Penelitian ini adalah suatu penelitian deskriptif yaitu suatu penelitian yang tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis berdasarkan teori teori tertentu. Oleh sebab itu analisa data penelitian akan dilakukan secara pemaparan dan kualitatif. Sesuai dengan sifatnya maka penelitian ini berusaha untuk melakukan analisis terhadapat kelompok tradisi minang palito nyalo dalam menjaga tradisi tutur lisan bakaba barito randai minang kabau. Untuk memudahkan proses analisis, peneliti membagi penyajian data menjadi tiga bagian yaitu: 1. Penyajian data deskriprif Peneliti akan menguraikan hasil pencarian data-data primer dan sekunder secara deskriptif untuk memahami fenomena-fenomena yang terjadi secara menyeluruh dan mendalam mengenai kelompok kesenian Randai. 2. Penyajian data evaluatif Peneliti kemudian akan mengevalusi cara dan upaya kelompok kesenian dalam menjaga serta melestarikan tradisi tutur lisan bakaba barito Randai sebagai media komunikasi tradisional di minangkabau. Evaluasi akan dikaitan dengan teori-teori yang ada agar bisa ditarik kesimpulan dari fenomena yang ada. 3. Penyajian data konklusif Terakhir peneliti akan memaparkan simpulan, kritik, serta saran untuk mempertegas penelitian ini. 14 Ibid. Hal

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional

MEDIA TRADISIONAL. A. Pengertian Media Tradisional MEDIA TRADISIONAL A. Pengertian Media Tradisional Dongeng adalah salah satu media tradisional yang pernah popular di Indonesia. Pada masa silam, kesempatan untuk mendengarkan dongeng tersebut selalu ada,

Lebih terperinci

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di

ini. Setiap daerah memilki ciri khas kebudayaan yang berbeda, salah satunya di 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara dengan beraneka ragam macam budaya. Kebudayaan daerah tercermin dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat di seluruh daerah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Media tradisional dikenal juga sebagai media rakyat, atau dalam arti sempitnya disebut sebagai kesenian rakyat. Coseteng dan Nemenzo (Jahi 2003: 29) mendefinisikan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang heterogen atau majemuk, terdiri dari berbagai etnik dan berada dalam keberagaman budaya. Belajar dari sejarah bahwa kemajemukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prima Suci Lestari, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah suatu peristiwa sosial yang mempunyai tenaga kuat sebagai sarana kontribusi antara seniman dan penghayatnya, ia dapat mengingatnya, menyarankan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun

BAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat unik dengan berbagai keanekaragaman budaya, adat istiadat, bahasa dan sebagainya. Setiap daerah pun memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kehidupan sosial, adat istiadat. Indonesia memiliki beragam kebudayaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia yang terdiri atas beberapa pulau dan kepulauan serta di pulau-pulau itu terdapat berbagai suku bangsa masing-masing mempunyai kehidupan sosial,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULULAN. sebenarnya ada makna yang terkandung di dalamnya yang diharapkan dimengerti oleh sasaran

BAB I PENDAHULULAN. sebenarnya ada makna yang terkandung di dalamnya yang diharapkan dimengerti oleh sasaran BAB I PENDAHULULAN A. Latar Belakang Komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk menyampaikan pesan yang ditujukan pada sasaran, tetapi komunikasi juga berarti makna dan proses. Ketika seseorang mengirimkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi Riau adalah rumpun budaya melayu yang memiliki beragam suku, yang dapat di jumpai bermacam-macam adat istiadat, tradisi, dan kesenian yang ada dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra

BAB I PENDAHULUAN. dan seloka. Sedangkan novel, cerpen, puisi, dan drama adalah termasuk jenis sastra 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra pada umumnya terdiri atas dua bentuk yaitu bentuk lisan dan bentuk tulisan. Sastra yang berbentuk lisan seperti mantra, bidal, pantun, gurindam, syair,

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN

PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN PELAKSANAAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT BIDANG KEBUDAYAAN A. PENGANTAR Pengabdian kepada Masyarakat (PkM) merupakan salah satu unsur dalam Tri Darma Perguruan Tinggi. Secara umum, PkM tidak hanya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki keanekaragaman seni, budaya dan suku bangsa. Keberagaman ini menjadi aset yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan

BAB I PENDAHULUAN. pada masyarakat Pesisir adalah pertunjukan kesenian Sikambang di Kelurahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kabupaten Tapanuli Tengah dikenal dengan sebutan Negeri Wisata Sejuta Pesona. Julukan ini diberikan kepada Kabupaten Tapanuli Tengah dikarenakan dibeberapa

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 80 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari pembahasan yang telah dikaji sebelumnya, ada beberapa hal penting dalam kesenian Brai ini. 1. Kesenian Brai memiliki peran serta fungsi tersendiri bagi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki

BAB I PENDAHULUAN. keberagaman suku, agama, ras, budaya dan bahasa daerah. Indonesia memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya merupakan simbol peradaban. Apabila sebuah budaya luntur dan tidak lagi dipedulikan oleh sebuah bangsa, peradaban bangsa tersebut tinggal menunggu waktu

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN

2015 PERKEMBANGAN KESENIAN BRAI DI KOTA CIREBON TAHUN 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesenian tradisional yang tumbuh dan berkembang di Jawa Barat memiliki jenis yang beragam. Keanekaragaman jenis kesenian tradisional itu dalam perkembangannya

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Ada beberapa buku yang penulis pakai dalam memahami dan langsung mendukung penelitian ini, diantaranya buku yang berkaitan dengan revitalisasi yang

Lebih terperinci

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT

2015 KREASI TARI RONGGENG LENCO DI DESA CURUG RENDENG KECAMATAN JALAN CAGAK KABUPATEN SUBANG JAWA BARAT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kabupaten Subang merupakan salah satu daerah yang kaya akan ragam kesenian tradisional. Subang dikenal dengan kesenian Sisingaan yang menjadi ikon kota Subang. Kesenian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Landasan Dasar, Asas, dan Prinsip K3BS Keanggotaan Masa Waktu Keanggotaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Objek Penelitian Berdasarkan Undang Undang Dasar 1945 Pasal 29 ayat satu dan dua maka Negara Indonesia menjamin kebebasan berserikat dan berkeyakinan. Bahwa agama Katolik adalah salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kesenian tradisional daerah dengan kekhasannya masing-masing senantiasa mengungkapkan alam pikiran dan kehidupan kultural daerah yang bersangkutan. Adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Fendra Pratama, 2014 Perkembangan Musik Campak Darat Dari Masa Ke Masa Di Kota Tanjung Pandan Belitung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik Melayu Indonesia lahir pada tahun 50an. Musik Melayu Indonesia sendiri adalah musik tradisional yang khas di daerah Pantai Timur Sumatera dan Semenanjung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian adalah ciptaan dari segala pikiran dan perilaku manusia yang fungsional, estetis dan indah, sehingga ia dapat dinikmati dengan panca inderanya yaitu

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator.

PENDAHULUAN. (feedback) dan respon yang sesuai dengan keinginan atau tujuan komunikator. 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Ilmu Komunikasi adalah seni menyampaikan pesan dari komunikator kepada komunikan melalui saluran-saluran dengan harapan mendapatkan umpan balik (feedback) dan

Lebih terperinci

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN

BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN BENTUK DAN FUNGSI KESENIAN OJROT-OJROT DI DESA KARANGDUWUR KECAMATAN PETANAHAN KABUPATEN KEBUMEN Oleh: Ari Rahmawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Jawa rahmawatiarie21@yahoo.co.id ABSTRAK

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA Rizky Imania Putri Siswandari 1, Muh. Ariffudin Islam 2, Khamadi 3 Jurusan Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara

BAB I PENDAHULUAN. kelompok atau lapisan sosial di dalam masyarakat. Kebudayaan ini merupakan suatu cara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia pada dasarnya dilatarbelakangi oleh adanya suatu sejarah kebudayaan yang beragam. Keberagaman yang tercipta merupakan hasil dari adanya berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sumedang memang dikenal memiliki beraneka ragam kesenian tradisional berupa seni pertunjukan yang biasa dilaksanakan dalam upacara adat daerah, upacara selamatan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone

BAB I PENDAHULUAN. dapat dilakukan dengan mudah dan cepat, yakni dengan penggunaan handphone 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perkembangan zaman yang ditandai dengan munculnya kemajuan teknologi dan informasi yang semakin pesat membuat kehidupan manusia menjadi serba mudah. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Provinsi Jawa Barat yang lebih sering disebut sebagai Tatar Sunda dikenal memiliki warisan budaya yang beranekaragam. Keanekaragaman budayanya itu tercermin

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap

A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap A. Latar Belakang Kegiatan pembelajaran di sekolah dilaksanakan dalam rangka untuk meningkatkan kemampuan siswa, baik pada aspek pengetahuan, sikap maupun keterampilan. Untuk mencapai ketiga aspek tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu

BAB I PENDAHULUAN. Nilai budaya yang dimaksud adalah nilai budaya daerah yang dipandang sebagai suatu BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku tersebut memiliki nilai budaya yang dapat membedakan ciri yang satu dengan yang lainnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian merupakan segala hasil kreasi manusia yang mempunyai sifat keindahan dan dapat diekspresikan melalui suara, gerak ataupun ekspresi lainnya. Dilihat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan peradaban manusia tidak pernah terlepas dari apa yang disebut karya sastra. Karya sastra merupakan hasil ide atau pemikiran dari anggota masyarakat yang

Lebih terperinci

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH

PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH PELESTARIAN KARUNGUT SENI TRADISI LISAN KLASIK DAYAK NGAJU DI KALIMANTAN TENGAH Oleh: Neni Puji Nur Rahmawati Balai Pelestarian Nilai Budaya Kalimantan Barat Karungut adalah sebuah kesenian tradisional

Lebih terperinci

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH

PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH PROBLEMATIKA PENGEMBANGAN BAHASA UNTUK MASYARAKAT DAERAH Hetty Purnamasari FKIP Universitas Dr. Soetomo Surabaya hettypurnamasari@unitomo.ac.id Abstrak: Pendidikan di Indonesia saat ini menghadapi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengenal ketoprak. Ketoprak berasal dari kata tok dan prak yaitu bunyi dari kentongan

BAB I PENDAHULUAN. mengenal ketoprak. Ketoprak berasal dari kata tok dan prak yaitu bunyi dari kentongan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ketoprak merupakan teater rakyat yang paling populer di Jawa Tengah, namun terdapat juga di Jawa Timur. Masyarakat Jawa Tengah/Timur umumnya sangat mengenal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ludruk merupakan seni kesenian tradisional khas daerah Jawa Timur. Ludruk digolongkan sebagai kesenian rakyat setengah lisan yang diekspresikan dalam bentuk gerak dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan salah satu media komunikasi massa yang sangat penting dan menjadi salah satu kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memiliki kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan

BAB I PENGANTAR Latar Belakang Masalah. kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan BAB I PENGANTAR 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia pada hakikatnya merupakan bangsa dengan warisan kekayaan budaya yang amat sangat melimpah. Budaya warisan leluhur merupakan aset tidak ternilai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. Riqoh Fariqoh, 2013 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Moeflich (2011) mengatakan bahwa pengajaran bahasa Indonesia bagi penutur asing merupakan salah satu cara untuk mengenalkan bahasa Indonesia ke negera-negara lain,

Lebih terperinci

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN

2015 PERTUNJUKAN KESENIAN EBEG GRUP MUNCUL JAYA PADA ACARA KHITANAN DI KABUPATEN PANGANDARAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kesenian merupakan salah satu bagian dari kebudayaan yang mempunyai ciri khas dan bersifat kompleks, sebuah kebudayaan yang lahir di dalam suatu lingkungan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Dari penilitian skripsi yang berjudul Kesenian Tradisional Mak Yong di Kabupaten Bintan Tahun 1980-2007 diketahui bahwa kesenian Mak Yong merupakan seni pertunjukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian pustaka sangat diperlukan dalam penyusunan sebuah karya ilmiah. Kajian pustaka adalah paparan atau konsep konsep yang mendukung pemecahan masalah dalam suatu penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, kita ketahui terdapat beberapa jenis seni yang di antaranya adalah Seni Rupa, Seni Musik, Seni Tari, dan Seni Teater. Beberapa jenis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Hiburan adalah segala sesuatu yang berbentuk kata-kata, tempat, benda, perilaku yang dapat menjadi penghibur atau pelipur hati yang susah atau sedih. Hiburan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten 1 A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Kesenian pada dasarnya muncul dari suatu ide (gagasan) dihasilkan oleh manusia yang mengarah kepada nilai-nilai estetis, sehingga dengan inilah manusia didorong

Lebih terperinci

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran

BAB 7. Standar Kompetensi. Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek. Kompetensi Dasar. Tujuan Pembelajaran BAB 7 Standar Kompetensi Memahami kesamaan dan keberagaman Bahasa dan Dialek Kompetensi Dasar 1. Menjelaskan keberadaan dan perkembangan tradisi lisan dalam masyarakat setempat. 2. Mengembangkan sikap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran.

pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya pergelaran. BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Gending Karatagan wayang adalah gending pembuka pada pergelaran wayang golek. Dalam setiap pergelaran wayang golek, Gending Karatagan berfungsi sebagai tanda dimulainya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri atas beribu-ribu pulau dan berbagai etnis, kaya dengan seni dan sastra seperti permainan rakyat, tarian rakyat, nyanyian rakyat, dongeng,

Lebih terperinci

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN

2017 DAMPAK MODERNISASI TERHADAP KEHIDUPAN MASYARAKAT KAMPUNG BENDA KEREP KOTA CIREBON TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberagaman dalam budaya Indonesia tercermin dalam berbagai kebudayaan lokal yang berkembang di masyarakat. Keragaman tersebut tidak muncul begitu saja, melainkan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. DESAIN PENELITIAN Metode penelitian merupakan rangkaian cara atau kegiatan pelaksanaan penelitian yang didasari oleh asumsi-asumsi dasar, pandangan-pandangan filosofis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari mempunyai peranan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia terutama dalam aktivitas bermasyarakat, komunikasi juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seni pertunjukan yang ada di Indonesia sangat beragam bentuk dan jenisnya. Seni pertunjukan yang berada dalam suatu lingkungan masyarakat Indonesia tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni 147 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil temuan di lapangan mengenai perkembangan seni tradisional wayang kulit purwa di Kabupaten Tegal, maka terdapat empat hal yang ingin penulis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan saat-saat penting dalam kehidupan seseorang. Peristiwa-peristiwa penting BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan manusia, kita mengenal adanya siklus hidup, mulai dari dalam kandungan hingga kepada kematian. Berbagai macam peristiwa yang dilalui merupakan saat-saat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT.

BAB II LANDASAN TEORI. tradisi slametan, yang merupakan sebuah upacara adat syukuran terhadap rahmat. dan anugerah yang diberikan oleh Allah SWT. 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Seni Pertunjukan dalam Tradisi Masyarakat Seni pertunjukan yang terdapat dalam tradisi masyarakat, umumnya masih banyak ditemui ritual-ritual yang berkenaan dengan sebuah prosesi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Dari pembahasan yang sudah dikaji pada bab sebelumnya, ada beberapa poin penting dalam kesenian calung ini. 1. Kesenian calung memiliki peran serta fungsi tersendiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Budaya lokal menjadi media komunikasi di suatu daerah yang dapat mempersatukan dan mempertahankan spiritualitas hingga nilai-nilai moral yang menjadi ciri

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ><

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang >< BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebudayaan adalah sesuatu yang tidak dipisahkan dari negara Indonesia yang terkenal akan keanekaragamannya. Keanekaragaman ini menjadi unsur perekat kesatuan dan persatuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Umum Komunikasi Massa 2.1.1 Pengertian Komunikasi Massa Hakikat komunikasi adalah proses penyampaian pernyataan antar manusia, yang dinyatakan itu adalah pikiran atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berkaitan erat dengan proses belajar mangajar. Seperti di sekolah tempat pelaksanaan pendidikan, peserta didik dan pendidik saling melaksanakan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan baik secara jasmani maupun rohani dimana kita lahir secara turun-temurun, membawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal

BAB I PENDAHULUAN. dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semua manusia berpikir, setelah berpikir dia ingin menyatakan pikirannya dalam bentuk kata-kata. Manusia mengikuti aturan pembentukan kode verbal yang merupakan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini berjudul Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Penelitian ini berjudul Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan 173 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan Penelitian ini berjudul Transformasi Persepsi Publik Terhadap Pertunjukan Teater Dul Muluk di Kota Palembang-. Penelitian ini memaknai nilai peruntuhan

Lebih terperinci

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA

- 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA - 1 - PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 57 TAHUN 2014 TENTANG PENGEMBANGAN, PEMBINAAN, DAN PELINDUNGAN BAHASA DAN SASTRA, SERTA PENINGKATAN FUNGSI BAHASA INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang merupakan daerah yang memiliki potensi budaya yang masih berkembang secara optimal. Keanekaragaman budaya mencerminkan kepercayaan dan kebudayaan masyarakat setempat

Lebih terperinci

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN

2015 PERKEMBANGAN SENI PERTUNJUKAN LONGSER DI KABUPATEN BANDUNG TAHUN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan budaya dan juga memiliki berbagai macam kesenian. Keberagaman budaya yang dimiliki oleh Indonesia terlahir

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan budaya yang sangat luar biasa. Dapat dikatakan dalam suatu bagian daerah Indonesia memiliki kebudayaan dan kesenian khas

Lebih terperinci

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLATEN NOMOR 2 TAHUN 2014 TENTANG PELESTARIAN BAHASA DAN BUDAYA JAWA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KLATEN, Menimbang : a. bahwa Bahasa dan Budaya Jawa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji kebudayaan kita tidak dapat melihatnya sebagai sesuatu yang statis, tetapi merupakan sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Saat ini di kalangan para pelajar marak terjadinya peristiwa tawuran, kekerasan antar pelajar, penggunaan narkoba, dan seks bebas. Hal ini sangatlah memprihatinkan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. cerita rakyat sebagai folklor dalam tradisi lisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan pustaka ini akan membahas tentang tinjauan pustaka atau kajian teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Adapun tinjauan pustaka dalam penelitian ini meliputi 1) Repustakaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan Negara yang memiliki ragam warisan budaya. Seiring perubahan zaman, kemajuan teknologi menimbulkan perubahan pola hidup masyarakat Indonesia yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai macam suku, yang memiliki seni budaya, dan adat istiadat, seperti tarian tradisional. Keragaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 1 BAB I PENDAHULUAN 1.5. Latar Belakang Masalah Keberhasilan suatu proses pembangunan di suatu daerah tidak dapat dipisahkan dari peran media massa di daerah itu sendiri, karena media massa menyebarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kesenian ronggeng gunung merupakan kesenian tradisional masyarakat Ciamis. Ronggeng gunung sebenarnya masih dalam koridor terminologi ronggeng secara umum, yakni

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Asti Purnamasari, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesenian diciptakan oleh masyarakat sebagai wujud dari jati dirinya. Pencapaiannya dilakukan dengan cara yang beragam, sehingga melahirkan identitas yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan 116 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Dari hasil analisis semiotika dengan unsur tanda, objek, dan interpretasi terhadap video iklan pariwisata Wonderful Indonesia episode East Java, serta analisis pada tiga

Lebih terperinci

ARTIKEL TENTANG SENI TARI

ARTIKEL TENTANG SENI TARI NAMA : MAHDALENA KELAS : VII - 4 MAPEL : SBK ARTIKEL TENTANG SENI TARI A. PENGERTIAN SENI TARI Secara harfiah, istilah seni tari diartikan sebagai proses penciptaan gerak tubuh yang berirama dan diiringi

Lebih terperinci

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk

BAB I. Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk BAB I Seni Pertunjukan Daerah Dulmuluk 1.1 Bagaimana Kabar Seni Pertunjukan Dulmuluk Dewasa Ini? Seni adalah bagian dari kebudayaan. Sebagai bagian dari kebudayaan, sebagai perwujudan keberakalan manusia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Indonesia merupakan negara kesatuan yang dibangun di atas keheterogenan bangsanya. Sebagai bangsa yang heterogen, Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa,

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Musik dangdut merupakan sebuah genre musik yang mengalami dinamika di setiap jamannya. Genre musik ini digemari oleh berbagai kalangan masyarakat Indonesia. Berkembangnya dangdut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang memiliki berbagai kebudayaan yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, kebudayaan ini tersebar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi

BAB I PENDAHULUAN. rumah adat yang menjadi simbol budaya daerah, tetapi juga tradisi lisan menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan sebuah negeri yang memiliki aneka ragam budaya yang khas pada setiap suku bangsanya. Tidak hanya bahasa daerah, pakaian adat, rumah adat

Lebih terperinci

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO

PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO PERANAN SURAT KABAR DALAM MENUMBUHKAN MINAT BACA REMAJA DI KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO Oleh Kristevel Mokoagow e-mail: kristevelmokoagow@yahoo.co.id Abstrak Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rempah-rempah menjadi bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan dan kebutuhan manusia di dunia. Kehidupan masyarakat Indonesia pun sangat dekat dengan beragam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan teknologi komunikasi menyebabkan generasi mudah kita terjebak dalam koptasi budaya luar. Salah kapra dalam memanfaatkan teknologi membuat generasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi begitu penting bagi kita. Hampir setiap orang selalu menyediakan waktunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki bahasa yang beragam pula. Walaupun telah ada bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional, bahasa daerah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia terkenal dengan keragaman budayanya. Ragam budaya yang terdapat di Indonesia memiliki nilai-nilai budaya yang tinggi di tiap-tiap penganutnya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1

BAB I PENDAHULUAN. Museum Budaya Dayak Di Kota Palangka Raya Page 1 BAB I PENDAHULUAN 1. 1. LATAR BELAKANG EKSISTENSI PROYEK Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat. Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala sesuatu yang terdapat

Lebih terperinci