PENGGUNAAN GAYA BAHASA MELAYU DALAM TAYANGAN FILM KARTUN ANIMASI UPIN DAN IPIN PADA PERILAKU KOMUNIKASI ANAK DI SD NEGERI 1 POASIA KENDARI.

Transkripsi

1 PENGGUNAAN GAYA BAHASA MELAYU DALAM TAYANGAN FILM KARTUN ANIMASI UPIN DAN IPIN PADA PERILAKU KOMUNIKASI ANAK DI SD NEGERI 1 POASIA KENDARI Oleh : *Prameswari Anugrah Mustanzier**La tarifu***sutiyana Fachruddin. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Halu Oleo Kampus Hijau Bumi Tri Dharma Anduonohu, Kendari Prameswari028@gmail.com ABSTRAK Masalah dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana penggunaan gaya Bahasa Melayu dalam tayangan Film Kartun Animasi Upin dan Ipin (2) Bagaimana perilaku komunikasi anak di SD Negeri 1 Poasia Kendari. Tujuan penelitian ini adalah Mengetahui penggunaan gaya Bahasa Melayu dalam tayangan Film Kartun Animasi Upin dan Ipin. Mengetahui perilaku komunikasi anak di SD Negeri 1 Poasia Kendari. Penelitian ini menggunakan teori belajar sosial. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif yaitu dengan penulis mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, kemudian mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan pengamatan atau data yang didapatkan ketika penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa siswa-siswi yang ada di SD Negeri 1 Poasia Kendari sering mengikuti gaya bahasa Melayu seperti pada film kartun animasi Upin dan Ipin segi penggunaan kata, kalimat, maupun dialek, serta para siswa banyak mencontoh dan mengaplikasikan prilaku dan hal positif yang ada pada film kartun animasi Upin dan Ipin sehingga orang tua mereka tidak kesulitan dalam mengajar dan mendidik anak-anaknya untuk menerapkan hal-hal baik dalam kehidupannya. Kata Kunci: Gaya Bahasa, Animasi Upin Ipin, Perilaku Komunikasi

2 ABSTRACT The problem in this research are: (1) How to use Malay style in Cartoon Animation Film impressions Upin and Ipin (2) How is the communication behavior of children in primary schools 1 Poasia Kendari. Knowing the purpose of this study is the use of Malay style in Cartoon Animation Film impressions Upin and Ipin. Knowing the communication behavior of children in primary schools 1 Poasia Kendari. This study used social learning theory. Data analysis techniques in this study using qualitative analysis techniques is the author collected the data, compile systematically, and then describe the results of research based on observations or data obtained when the research. These results indicate that students in SD Negeri 1 Poasia Kendari often follows the style of the Malay language as the cartoon animation Upin and Ipin terms of the use of words, sentences, and dialects, as well as the students a lot of copying and applying behavior and positive things there is the animated cartoon Upin and Ipin and their parents have no difficulty in teaching and educating children to adopt good things in life. Keywords : Style Language, animation upin ipin, communication behavior PENDAHULUAN Teknologi sudah semakin canggih sehingga pola hidup dan dunia bermain anak juga semakin berkembang tidak seperti anak-anak pada zaman dulu. Anak-anak sekarang cenderung banyak duduk di depan televisi untuk menyaksikan tayangan yang mereka sukai. Melihat perkembangan teknologi yang sangat pesat, hampir semua masyarakat sudah memiliki televisi, sehingga mereka dapat menikmati tayangan televisi di setiap saat. Tidak terkecuali pada acara anak-anak misalnya film kartun animasi. Anak-anak sangat menyukai yang namanya film kartun animasi, salah satunya adalah Upin dan Ipin. Film kartun animasi ini tayang setiap hari jam 1 siang dan jam 6 malam.

3 Keunikan dalam bahasa pengantar Upin dan Ipin inilah yang menjadikan daya tarik bagi anak-anak untuk menontonnya. Anak-anak hampir setiap hari menonton film kartun Upin dan Ipin, bahkan dalam kehidupan sehari-hari mereka menggunakan Bahasa Melayu. Mereka menirukan gaya bahasa yang di gunakan Upin dan Ipin. Bahasanya yang unik menjadikan film kartun animasi Upin dan Ipin di gemari oleh anak-anak. Saat ini hampir semua anak sering atau bahkan tidak mau melewatkan film kartun Upin dan Ipin. Tingkat keseringan menonton Upin dan Ipin yang timbul dalam diri anak-anak, menjadikan mereka ikut menirukan bahasa pengantar Upin dan Ipin dalam keseharian mereka. Film Kartun Animasi Upin dan Ipin memberikan pengaruh terhadap anak-anak bukan hanya soal pengetahuan saja melainkan sudah merambah ke ranah bahasa anak-anak dalam kehidupan sehari-hari. Karena tayangan film kartun animasi Upin dan Ipin setiap episode diputar berulang-ulang sehingga anak-anak menjadi hafal di luar kepala. Jika dibandingkan dengan film kartun lainnya seperti Naruto tersebut menambah panjang catatan ihwah film animasi kartun televisi yang mendapat protes masyarakat. Kita tentu masih ingat, beberapa waktu silam film animasi kartun Sinchan dan Doraemon, banyak mendapat kritik bagi masyarakat karena dinilai kurang edukatif dan tidak sesuai untuk anak-anak. Sinchan dalam beberapa serialnya menampilkan perilaku yang menjurus ke arah pornografi. Sementara film animasi kartun Doraemon banyak disoroti karena memanjakan tokoh Nobita dengan hal-hal yang bersifat instan. Ini menyebabkan tokoh Nobita menjadi sosok anak yang malas dan kurang mandiri, selalu mengandalkan Doraemon dalam menyelesaikan setiap masalah yang dihadapi.

4 Perilaku kedua tokoh kartun tersebut, dikhawatirkan pihak orangtua bisa memberi pengaruh negatif bagi perkembangan anak. Kembali pada Naruto, pada dasarnya film ini memang cukup menarik. Bercerita tentang petualangan seorang bocah dari perkampungan ninja bernama Konoha. Film animasi kartun ini menampilkan hal yang berbeda dari sosok ninja pada umumnya. Tokoh-tokoh ninja dalam kisah Naruto tampil lebih terbuka, fashionable, lepas dari mainstream figur ninja klasik yang cenderung berpenutup wajah dan misterius. Begitu pula dengan persenjataan. Kalau ninja klasik banyak mengandalkan kepiawaian dalam memainkan jurus samurai, tombak dan senjata rahasia, maka Naruto dan kawan-kawan digambarkan lebih hebat dari itu. Mereka tidak lagi tergantung pada senjata konfensional karena memiliki kesaktian luar biasa. Dengan menggunakan teknis animasi modern, ilmu-ilmu yang ditampilkan menjadi tampak hebat, dramatik, dan heroik. Wajar apabila banyak disukai oleh anakanak. Tapi, di lain sisi, harus diakui, sepanjang film ini selalu tak lepas dari adegan kekerasan. Pertempuran yang tak jarang berujung pada pembunuhan, selalu menjadi pilihan dalam menyelesaikan setiap masalah, yang diangkat sebagai inti cerita. Tidak berlebihan apabila orangtua menjadi khawatir. Apabila dibandingkan dengan film kartun animasi Upin Ipin hasilnya sangat jauh berbeda. Film Kartun animasi Upin Ipin lebih mengajarkan banyak kebaikan jadi orangtua tidak perlu terlalu khawatir akan pengaruh yang diberikan pada film kartun Upin Ipin. Hanya saja karena banyaknya anak yang menyukai film kartun animasi Upin dan Ipin mereka terkadang terbawa hingga mengikuti gaya bahasa melayu yang ada di film kartun tersebut.

5 Fenomena ini terjadi pada siswa-siswa sekolah di Kota Kendari, yaitu di SD Negeri 1 Poasia. Setelah melakukan observasi awal di temukan siswa yang menggunakan bahasa dan dialek Upin dan Ipin. Hal ini terjadi dikarenakan terlalu seringnya si anak menonton film kartun animasi upin dan ipin, mereka pun sejenak melupakan Bahasa Indonesia yang seharusnya mereka gunakan. Anak-anak saat ini banyak mengikuti cara berbicara mereka seperti selamat pagi cikgu, betul.. betul.. betul atau dua singgit dua singgit. Anak-anak tersebut jadi terbuai oleh apa yang di tayangkan oleh film kartun animasi Upin dan Ipin. Mereka juga jadi lebih tahu Budaya Malaysia di bandingkan Indonesia. Hal ini sangat di sayangkan, semoga dengan adanya tayangan film kartun animasi Upin dan Ipin ini anak-anak Indonesia sebagai penikmat dan penonton aktif film kartun animasi Upin dan Ipin tidak melupakan Bahasa Indonesia yang seharusnya di pertahankan dan tetap cinta akan nilai-nilai budaya yang ada di Indonesia. Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah Bagaimana penggunaan gaya Bahasa Melayu dalam tayangan Film Kartun Animasi Upin dan Ipin dan bagaimana perilaku komunikasi anak di SD Negeri 1 Poasia Kendari. Hasil dari penelitian ini diharapkan agar anak-anak bisa menonton tayangan yang banyak memberikan edukasi dan sesuai umur mereka, sehingga prilaku positif pada anak bisa terbentuk sejak dini, seperti menonton tayangan film kartun animasi Upin dan Ipin yang banyak memberikan edukasi dan contoh positif. Teori Belajar Sosial Teori belajar sosial atau disebut juga teori observational learning adalah sebuah teori belajar yang relatif masih baru dibandingkan dengan teori-teori belajar lainnya. Albert Bandura lahir tanggal 4 Desember 1925 di Mundare Alberta berkebangsaan

6 Kanada. Ia seorang psikolog yang terkenal dengan teori belajar sosial atau kognitif sosial. Ekperimennya yang sangat terkenal adalah eksperimen Bobo Doll yang menunjukkan anak meniru secara persis perilaku agresif dari orang dewasa disekitarnya. Teori pembelajaran sosial ini adalah perkembangan utama dari tradisi teori pembelajaran prilaku (Behaviorisme). Menurut Bandura, kita belajar bukan saja dari pengalaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampilan tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita. METODE PENELITIAN Subjek dan Informan Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa di SD Negeri 1 Poasia Kendari yang duduk di kelas IV (empat) yang berjumlah 234 siswa dan kelas V (lima) yang berjumlah 191 siswa, guru kelas IV (empat) yang berjumlah 11 orang dan guru kelas V (lima) yang berjumlah 10 orang serta orang tua siswa kelas IV dan V sebanyak 425orang, Jadi total keseluruhan yaitu 871 orang. Informan dalam penelitian ini adalah sebanyak delapan orang, yang ditetapkan secara purposive sampling, yaitu dua orang dari siswa kelas IV (empat), dua orang dari siswa kelas V (lima), dua orangtua siswa, dan dua guru kelas IV (empat) dan V (lima).

7 Teknik Pengumpulan Data 1. Observasi adalah pengamatan yang dilakukan dengan sengaja dan sistematis terhadap aktivitas individu atau obyek lain yang diselidiki. Adapun jenis-jenis observasi tersebut diantaranya yaitu observasi terstruktur, observasi tak terstruktur, observasi partisipan, dan observasi nonpartisipan. Observasi ini dilakukan agar peneliti dapat menentukan informan yang akan diteliti, alamat, nomor telepon dari calon informan sehingga mudah untuk mendapatkan informasi untuk kepentingan penelitian. 2. Wawancara adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai dengan menggunakan pedoman wawancara. 3. Studi pustaka yaitu dengan cara menelaah berbagai buku-buku referensi, laporan-laporan, majalah, jurnal-jurnal, dan media lainnya yang erat kaitannya dengan permasalahan penelitian. Teknik Analisis Data Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis kualitatif. Dimana penulis mengumpulkan data yang ada, menyusun secara sistematis, kemudian mendeskripsikan hasil penelitian berdasarkan pengamatan atau data yang didapatkan ketika penelitian.

8 HASIL DAN PEMBAHASAN Penggunaan Gaya Bahasa Melayu dalam Tayangan Film Kartun Animasi Upin dan Ipin Film kartun upin ipin menjadi kartun yang paling digemari oleh anak-anak pada saat ini. Meskipun berbahasa Melayu tetapi tayangan film kartun animasi Upin dan Ipin sangat banyak memberikan ajaran positif pada anak-anak. Gaya bahasa yang digunakannya menjadi populer dikalangan anak-anak bahkan orang dewasa sekalipun. Seringnya menonton film kartun Upin Ipin menjadikan anak-anak hafal dengan bahasa yang sering digunakannya baik dari segi kata-kata, kalimat maupun dialek yang digunakan dalam film animasi tersebut. 1. Kata-kata Kata-kata yang paling sering terdengar dalam film kartun animasi Upin dan Ipin yaitu ketika Ipin mengatakan betul betul betul.. dan ketika Mail mengatakan dua singgit.. dua singgit. Adapun kata-kata lain yang sering terdengar dan diucapkan yaitu : Berjaya artinya berhasil, bila artinya kapan, boleh artinya bisa, budak artinya anak, cakap artinya bicara, cantik artinya bagus, cikgu artinya bu guru, garang artinya galak, lepas ni artinya setelah ini, macam ni artinya seperti ini, opah artinya nenek, seronok artinya senang atau gembira. 2. Kalimat Tidak berbeda jauh dengan kata yang sering anak-anak gunakan pada tayangan Upin dan Ipin, kalimat yang diucapkan dalam kartun tersebut juga menjadi daya tarik tersendiri. Penonton pun kadang mengaplikasikannya dalam percakapan di kehidupan nyata, apa yang mereka lihat dan apa yang mereka dengar. Meskipun

9 kalimat yang digunakan memiliki makna yang berbeda jika diartikan dengan bahasa Indonesia, tetapi itulah keunikan tersendiri dari kartun ini. Misalnya: Tak seronok tak ada baju baru = tidak senang kalau tidak ada baju baru Bila sampai masanya = kalau sudah waktunya Apa yang kamu buat tu? = apa yang kamu lakukan Sedapnya bau = baunya enak Kak Ros bising tu = Kak Ros cerewet nih Ini semua Kak Ros punya pasal = ini semua gara-gara Kak Ros 3. Dialek Dialek yaitu irama dalam pengucapan kata maupun kalimat. Setiap pengucapan kata maupun kalimat ada irama tersendiri. Kata-kata maupun kalimat yang terucap dan terdengar memiliki intonasi. Dialek Melayu yang kental pada film kartun animasi Upin dan Ipinlah yang menjadikan daya tarik untuk anak-anak yang menonton film kartun animasi. Perilaku Komunikasi Anak di SD Negeri 1 Poasia Film kartun animasi upin dan ipin memberikan banyak pembelajaranpembelajaran positif bagi anak yang menontonnya karena banyaknya episode-episode yang mendidik dan bisa dijadikan panutan. Dalam hal ini baik dari segi cara berbicara maupun tingkah lakunya. 1. Cara berbicara Dalam kartun animasi Upin dan Ipin anak-anak diajarkan untuk berbicara yang sopan baik itu kepada orangtua maupun teman sebayanya. Mereka tidak boleh berbicara yang kasar ataupun bersuara tinggi. Anak-anak yang menonton film kartun

10 animasi Upin dan Ipin seringkali mengikuti cara berbicara yang ada di film kartun tersebut. 2. Tingkah laku Film kartun animasi Upin dan Ipin banyak membantu anak-anak melalui pesan-pesan yang ditangkap dari setiap episode dalam film kartun animasi tersebut. Dari pesan-pesan positif tersebut membuat anak menjadi lebih baik. Film kartun animasi Upin dan Ipin memberikan contoh-contoh pembelajaran karakter yang baik. Anak-anak diajarkan untuk rajin sholat, rajin mengaji, rajin berpuasa dan masih banyak hal-hal positif yang diajarkan. Kartun animasi Upin dan Ipin menjadi salah satu kartun animasi populer, baik di kalangan remaja, dewasa, terlebih pada anak-anak. Banyak kartun animasi tetapi belum tentu bisa disukai oleh anak-anak, apalagi bisa dijadikan contoh dalam menjalankan kehidupan sehari-hari. Banyak hal positif yang bisa didapatkan ketika menyaksikan animasi ini, dan tidak semua kartun animasi bisa menjadi tontonan yang layak bagi anak-anak. Film kartun animasi ini banyak di puji karena membawa nilai-nilai positif, seperti tanggung jawab, kemandirian, tolong-menolong, kepatuhan kepada agama, orang tua, guru, serta pesan-pesan lainnya. Tidak sedikit dari anak-anak yang meniru gaya berbicara dengan logat Melayu seperti Upin dan Ipin. Ini merupakan salah satu contoh berjalannya teori belajar sosial. Secara sederhana, anak-anak belajar dari media, kemudian sang anak meniru dari apa yang mereka lihat di televisi. Anak-anak adalah peniru yang baik dan

11 cepat. Mereka belajar dan meniru apa saja seperti gaya berbicara. Dengan demikian, bisa dikatakan bahwa anak meniru apapun yang mereka lihat di televisi. Film kartun memberi pengaruh yang cukup signifikan terhadap anak-anak. Anak-anak adalah peniru yang sangat handal sehingga apa yang mereka lihat bisa mereka tirukan dengan tepat. Namun mereka belum bisa memilah dan memilih mana yang baik untuk ditiru dan mana yang kurang baik. Di sinilah peran orang tua, terutama ibu, dibutuhkan untuk mendampingi anak-anak ketika mereka sedang menonton film kartun. Orang tua harus bisa menjelaskan dengan tepat kepada anakanak tentang film kartun yang sedang mereka tonton. Beri mereka penjelasan tentang apa yang baik atau kurang baik dan apa yang boleh atau tidak boleh mereka tiru dari adegan film kartun yang ditonton itu. Isi cerita dalam tayangan Upin dan Ipin sangat disukai oleh anak-anak, maka anak-anak meniru apa yang ada dalam tayangan ini. Ketika mereka menonton tayangan film kartun animasi Upin dan Ipin oleh keluarga terutama orang tua. KESIMPULAN 1. Minat anak-anak untuk menonton film kartun upin ipin sangat tinggi, itu disebabkan karena pada penggunaan bahasanya yang khas dan unik yaitu bahasa melayu. Sehingga banyak anak-anak yang menirukan gaya bahasa upin ipin lalu mereka terapkan dalam kehidupan sehari-hari. Logat bahasa melayu sendiri sangat lucu diucapkan oleh upin ipin hingga anak-anak menirukan gaya bahasa upin ipin.

12 2. Anak- anak di SD Negeri l Poasia Kendari juga mengikuti perilaku komunikasi BUKU yang ada di film kartun animasi Upin dan Ipin seperti rajin beribadah, rajin berpuasa, rajin menolong terhadap sesama dan hal-hal terpuji lainnya. DAFTAR PUSTAKA Baksin, Askurifai Jurnalistik Televisi Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Effendi, Onong Uchjana Televisi Siaran Teori dan Praktek. Jakarta: Mandar Maju. Kriyantono, Rachmat Teknik Praktek Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Kuswandi, Wawan Komunikasi Massa (sebuah analisis isi media). Jakarta: PT.Rineka Cipta. Little, John,dkk TEORI KOMUNIKASI Theories of Human Communication. Jakarta: Salemba Humanika. McQuail, Denis Teori Komunikasi Massa Suatu Pengantar (edisi dua). Jakarta: Erlangga. Nurudin Komunikasi Massa. Malang: Cespur. Rakhmat, Jalaluddin Psikologi Komunikasi. Bandung: PT. Rosda Karya. Rivers, William et.al Media Massa & Masyarakat Modern edisi kedua. Jakarta: Prenada Media. Subroto, Darwanto Sastro Produksi Acara Televisi. Yogyakarta: Duta Wacana University Press. Winarso, Heru Puji Sosiologi Komunikasi Massa. Jakarta: Prestasi Pustaka. Sumber Elektronik di akses pada tanggal 05/02/2016 jam di akses pada tanggal 05/02/2016 jam di akses pada tanggal 05/02/2016 jam 22.45