Efek Pemberian Serbuk Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) terhadap Motilitas dan Abnormalitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Efek Pemberian Serbuk Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) terhadap Motilitas dan Abnormalitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus)"

Transkripsi

1 159 Efek Pemberian Serbuk Pasak Bumi (Eurycoma longifolia) terhadap Motilitas dan Abnormalitas Spermatozoa Mencit (Mus musculus) Effect of Pasak Bumi (Euricoma longifolia) Powder on Sperm Motility and Abnormality in Mice (Mus musculus) Dina Fatmawati 1, Tyas Rini Saraswati 2, dan Mohamad Anwar Djaelani 2 ABSTRACT Background: Pasak Bumi has been traditionally used as aphrodisiac. This research was conducted to observe the effect of powdered pasak bumi at various doses on motility and abnormality of mice spermatozoa. Design and Methods: This experimental study was complete randomized design. We uses four doses of pasak bumi powder i.e 700 mg/kgbb, 1400 mg/kgbb and 2800 mg/kgbb. Parameters in this study were motility and abnormality of spermatozoa (%) and reproduction organ weight (g). Spermatozoa abnormatilty was observed by sperm smear method, while motility was observed as Ellyzar (1999) method. The results were analyzed with ANOVA with 95% in significantly. Results: The result showed difference in motility, abnormality of spermatozoa and reproductive organ among the treated group although statistically not significant (p > 0.05). Conclusion: The pasak bumi treatment at the dose of 700 mg/kgbb and 2800 mg/kgbb have not increase the motility and decrease the abnormality of mice spermatozoa yet, (Sains Medika, 1 (2) : ). Key words: abnormality, motility, pasak bumi (Eurycoma longifolia), spermatozoa, testosteron ABSTRAK Latar belakang: Pasak bumi (Eurycoma longifolia) telah lama digunakan sebagai bahan baku campuran dalam produksi jamu tradisional penambah gairah seksual. Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh pemberian serbuk pasak bumi dengan berbagai dosis yang berbeda terhadap motilitas dan abnormalitas spermatozoa pada mencit. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap. Dosis yang digunakan yaitu 700 mg/kgbb, 1400 mg/kgbb dan 2800 mg/kgbb. Parameter pada penelitian ini meliputi motilitas dan abnormalitas spermatozoa yang dinyatakan dalam prosentase dan bobot organ reproduksi yang dinyatakan dalam gram. Pengamatan terhadap abnormalitas dilakukan dengan menggunakan metode apus semen, sedangkan motilitas dilakukan dengan menggunakan metode Ellyzar (1999). Hasil yang diperoleh dianalisa dengan menggunakan ANOVA dengan taraf signifikasi 95%. Hasil: Hasil analisa data menunjukkan perbedaan tidak nyata terhadap motilitas, abnormalitas spermatozoa, dan bobot organ reproduksi untuk tiap kelompok perlakuan (p>0,05). Kesimpulan: Pemberian pasak bumi dengan menggunakan dosis 700 mg/kgbb sampai 2800 mg/kgbb belum dapat meningkatkan motilitas maupun menurunkan abnormalitas spermatozoa pada mencit, (Sains Medika, 1 (2) : ). Kata kunci : Abnormalitas, motilitas, pasak bumi (Eurycoma longifolia), spermatozoa, testosteron PENDAHULUAN Penggunaan pasak bumi (Eurycoma longifolia) sebagai bahan baku campuran dalam produksi jamu tradisional penambah gairah seksual sekarang ini banyak dijumpai 1 2 Bagian Biologi Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sultan Agung Semarang Bagian Biologi Struktur dan Fungsi Hewan Fakultas MIPA Universitas Diponegoro Semarang, (diena_home@yahoo.co.id).

2 160 Vol. 1, No. 2, Juli Desember 2009 (Ruslina, 1999). Tanaman ini mempunyai beberapa kandungan senyawa kimia aktif berupa saponin yang berkhasiat dalam meningkatkan nafsu makan, golongan sterol dan isoprenoid yang berperan dalam biosintesis hormon testosteron. Berbagai mineral (Fe, Co, Mg, dan Zn) yang terkandung pada tanaman ini berperan sebagai kofaktor enzim yang terlibat dalam pembentukan hormon-hormon androgen dan maturasi spermatozoa (Purwatyastuti, 1995; Anonim, 1999). Selama maturasi spermatozoa terjadi peningkatan motilitas dan perubahan morfologi dari spermatozoa. Proses maturasi ini terjadi pada epididimis di bawah pengaruh hormon testosteron. Pasak bumi (Eurycoma longifolia) merupakan tanaman asli hutan Indonesia yang khasiatnya telah terbukti dalam meningkatkan libido. Ang dan Lee (2002) menyatakan bahwa penggunaan pasak bumi dengan dosis 400 mg/kgbb dan 800 mg/kgbb dapat meningkatkan libido pada tikus jantan dimana peningkatan libido tersebut terkait dengan peningkatan kadar testosteron. Sejauh ini pasak bumi dapat meningkatkan libido, namun belum diketahui efektifitas kerja dari kandungan aktif pasak bumi terhadap peningkatan kualitas spermatozoa yang menjadi salah satu faktor penting untuk menilai tingkat kesuburan pada pria. Penentuan kualitas spermatozoa meliputi motilitas dan abnormalitas spermatozoa. Berdasarkan informasi tersebut maka perlu dilakukan penelitian mengenai pengaruh penggunaan serbuk pasak bumi terhadap motilitas dan abnormalitas spermatozoa sebagai bagian dalam penentuan kualitas spermatozoa. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh pemberian serbuk pasak bumi sebagai salah satu bahan pemacu reproduksi terhadap peningkatan motilitas maupun penurunan abnormalitas spermatozoa mencit jantan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi kepada masyarakat mengenai manfaat pemberian serbuk pasak bumi terhadap peningkatan motilitas maupun penurunan abnormalitas spermatozoa, sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu bahan untuk mengatasi gangguan kesuburan pada pria. Kandungan senyawa aktif dari pasak bumi termasuk diantaranya berupa isoprenoid, sterol, dan berbagai mineral yang berperan dalam pembentukan testosteron melalui peningkatan biosintesis kolesterol, dimana testosteron berperan dalam proses maturasi spermatozoa. Berdasarkan informasi tentang khasiat serbuk pasak bumi terhadap peningkatan testosteron tersebut, maka dapat diajukan suatu hipotesis bahwa

3 161 pemberian pasak bumi dengan dosis 700 mg/kgbb, 1400mg/kgBB, dan 2800mg/kgBB dapat meningkatkan kualitas spermatozoa yang diamati melalui peningkatan prosentase motilitas dan penurunan persentase abnormalitas spermatozoa pada mencit jantan. METODE PENELITIAN Penelitian menggunakan metode eksperimental secara in vivo, kondisi lingkungan diatur sedemikian rupa sehingga stabil dan homogen. Rancangan penelitian yang digunakan adalah post test only control group design dengan 24 ekor sampel mencit berumur 35 hari yang dibagi menjadi 4 kelompok perlakuan. Masing-masing kelompok terdiri dari 6 ekor tikus. Perlakuan pertama (P0) sebagai kontrol diberi aquadest 1 ml, perlakuan kedua (P1) diberi larutan serbuk pasak bumi dosis 700 mg/kgbb, perlakuan ketiga (P2) diberi larutan serbuk pasak bumi dosis 1400 mg/kgbb dan perlakuan keempat (P3) diberi larutan serbuk pasak bumi dosis 2800 mg/ kgbb. Serbuk pasak bumi sebanyak 56 mg dicampurkan dengan 100 ml aquades, kemudian dididihkan. Setelah agak dingin larutan disaring dengan menggunakan kertas saring. Hasil yang diperoleh merupakan larutan serbuk pasak bumi dengan dosis 2800 mg/kgbb, selanjutnya diencerkan dengan perbandingan volume 1:1 untuk menghasilkan larutan serbuk pasak bumi dengan dosis 1400 mg/ kgbb. Dosis 700 mg/ kgbb diperoleh dari hasil pengenceran larutan serbuk pasak bumi dosis 1400 mg/kgbb dengan perbandingan volume 1:1. Mencit ditempatkan pada kandang individual dan diaklimasi selama dua minggu untuk membiasakan mencit hidup dalam lingkungan dan perlakuan baru, serta untuk membatasi pengaruh lingkungan dalam percobaan. Setiap hari mencit diberi makan dan minum secukupnya (ad libitum) disertai dengan pengamatan umum dimana mencit yang tampak sakit tidak diikutsertakan dalam penelitian. Tanda-tanda mencit sakit adalah berkurangnya aktivitas, lebih banyak diam, dan bulu-bulunya banyak yang berdiri (Satayavivad et al., 1998). Larutan diberikan secara oral kepada mencit jantan dengan frekuensi pemberian 1 kali dalam sehari selama 48 hari sesuai dengan kelompok perlakuan. Pemberian perlakuan dilakukan secara oral dengan menggunakan jarum gavage/ acufirm (blunt type needle) setiap hari pukul 4 sore. Pada akhir perlakuan, dilakukan dislokasi leher

4 162 Vol. 1, No. 2, Juli Desember 2009 selanjutnya organ reproduksi berupa testis dan epididimis sampai vas deferent diisolasi dan ditimbang. Penghitungan motilitas spermatozoa Ellyzar (1999) mengemukakan cara perhitungan motilitas spermatozoa yang dilakukan dengan menggunakan hemositometer, yaitu: sediaan semen diambil melalui pengurutan dari bagian epididimis cauda sampai batas ampula dengan menggunakan pinset secara searah. Semen berupa spermatozoa dan sekret vas deferens ditampung dalam gelas arloji yang telah diisi dengan larutan NaCl 0,9% sebanyak 0,25 ml serta diaduk agar homogen. Setelah homogen sampel dihisap dengan pipet Thoma leukosit sampai batas skala 1 kemudian dilakukan pengenceran sebanyak 10 kali dengan cara menambahkan larutan pengencer berupa NaCl 0,9% maupun larutan George sampai skala 11, lalu dilakukan penggojokan dengan hati-hati, namun cukup cepat dengan cara membuat angka 8 selama 3-5 menit. Setelah itu semen yang telah diencerkan tadi diteteskan diatas gelas obyek penghitung dan dihitung jumlah spermatozoa yang mati maupun yang bergerak ditempat. Persentase motilitas spermatozoa = Σ Spermatozoa pada larutan George Σ spermatozoa pada NaCl 0,9% x 100% Σ spermatozoa pada larutan George Pengamatan abnormalitas spermatozoa Pengamatan abnormalitas spermatozoa dilakukan dengan cara membuat preparat apus dari sampel semen yang telah homogen menggunakan pewarna giemsa 3 % (Ellyzar, 1999), dimana spermatozoa yang normal mempunyai kepala berbentuk kait, leher tidak melipat, dan ekor yang Iurus panjang, sedangkan bentuk spermatozoa yang lainnya digolongkan abnormalitas spermatozoa (Rugh, 1968). Analisa Data Data yang diperoleh dianalisa normalitas dan homogenitasnya. Hasil analisa data pada penelitian ini menujukkan data terdistribusi normal dan mempunyai varian yang homogen, setelah itu data diuji beda dengan analisa sidik ragam (ANOVA)

5 163 berdasarkan rancangan acak lengkap, selanjutnya jika terdapat beda nyata akan dilanjutkan dengan uji lanjut Duncan pada taraf signifikansi 95% (Santoso, 2003). HASIL Data motilitas dan abnormalitas spermatozoa yang dinyatakan dalam prosentase merupakan parameter utama, sedangkan parameter pendukung berupa bobot testis, dan hobot saluran reproduksi (epididimis sampai vasa deferensia) yang dinyatakan dalam gram. Hasil analisa data terhadap motilitas dan abnormalitas spermatozoa mencit dengan menggunakan ANOVA pada taraf signifikansi 95% menunjukkan bahwa pemberian serbuk pasak bumi dengan dosis 700 mg/ kgbb, 1400 mg/kgbb, dan 2800 mg/kgbb tidak mempengaruhi motilitas, abnormalitas spermatozoa, bobot testis, dan bobot saluran reproduksi, sebagaimana ditampilkan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil analisa data motilitas, abnormalitas spermatozoa, bobot testis, dan bobot saluran reproduksi menggunakan Anova pada taraf signifikansi 95% Keterangan: Data merupakan rata-rata ± standar deviasi dengan n = 6 untuk tiap kelompok. Huruf yang sama dalam satu kolom yang sama menunjukkan perbedaan tidak nyata (p>0,05) PEMBAHASAN Ang dan Lee (2002) melaporkan bahwa pemberian pasak bumi dengan dosis 400 mg/kgbb dapat meningkatkan libido tikus jantan, namun hasil analisis terhadap motilitas dan abnormalitas spermatozoa menunjukkan bahwa pemberian pasak bumi tidak berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan motilitas maupun penurunan abnormalitas spermatozoa pada mencit. Hal ini diduga karena frekuensi lama pemberian yang kurang lama, sehingga pemberian pasak bumi dengan dosis 400 mg/kgbb sampai mg/kgbb belum efektif dalam meningkatkan biosintesis testosteron pada mencit. Pasak bumi berperan dalam meningkatkan motilitas maupun penurunan

6 164 Vol. 1, No. 2, Juli Desember 2009 abnormalitas spermatozoa melalui peningkatan testosteron. Testosteron berperan dalam proses transport ion yang diperlukan untuk mencegah keadaan hipoosmotik dalam duktus epididimis, sehingga abnormalitas spermatozoa dapat berkurang. Disamping itu testosteron juga berperan dalam meningkatkan sintesis dan sekresi protein, serta enzim yang diperlukan untuk motilitas spermatozoa (Jones dan Dott dalam Nita, 1998). Biosintesis testosteron yang belum meningkat, menyebabkan efektifitas kerja testosteron terhadap organ target berkurang, sehingga mengakibatkan perbedaan tidak nyata antar kelompok perlakuan. Purwantyastuti (1995) menyatakan bahwa testosteron merupakan salah satu jenis androgen yang penting untuk mengontrol fertilitas jantan. Bila terjadi hambatan baik pada biosintesis maupun transport menuju sel target, maka akan mempengaruhi kualitas spermatozoa. Efektifitas kerja testosteron juga dipengaruhi oleh kadar SHBG (Sex Hormone Binding Globulin). SHBG berfungsi mempertahankan keseimbangan dan disosiasi testosteron dalam sirkulasi sel target. Hal ini sesuai dengan pernyataan Sutyarso (2003) bahwa perbedaan efektifitas kerja testosteron dalam sel germinal maupun sel target lain sangat tergantung pada kadar, struktur molekul, dan kemampuan ikatan SHBG, dimana biosintesis SHBG terkait dengan umur dan kadar SHBG berkorelasi positif dengan jumlah dan kualitas spermatozoa. Rendahnya SHBG diduga herhubungan dengan mekanisme umpan balik negatif terhadap produksi testosteron. Granner (2000) menyatakan bahwa testosteron terikat dengan afinitas tinggi pada SHBG sehingga perubahan kadar SHBG mengakibatkan perubahan besar pada kadar testosteron bebas. Sutyarso (2003) menambahkan bahwa rendahnya SHBG menyebabkan peningkatan testosteron bebas, sehingga efek umpan halik negatif ke hipofisis menjadi efektif. Efek ini berpengaruh menekan hormon gonadotropin dan sintesis serta sekresi testosteron sehingga secara tidak langsung mengakibatkan motilitas dan abnormalitas spermatozoa menurun. Pada penelitian ini bentuk abnormalitas spermatozoa yang banyak ditemukan berupa spermatozoa dengan tetes sitoplasma (sitoplasmic droplet) dan ekor bergulung. Hal ini diduga akibat menurunnya sintesis dan sekresi protein spesifik dan gangguan terhadap transport ion, karena berkurangnya efektifitas kerja dari testosteron. Testosteron dalam epididimis berperan dalam menstimulasi sintesis dan sekresi protein spesifik

7 165 dan enzim salah satunya berupa fosfatase (Dellman dan Brown, 1999). Dalam epididimis terjadi perubahan morfologi spermatozoa yang meliputi penghilangan tetes sitoplasma melalui pinositosis (Dellman dan Brown, 1999). Ganong (1997) menyatakan bahwa protein merupakan induser terjadinya pinositosis sehingga gangguan terhadap sintesis maupun sekresi protein tersebut akan mengakibatkan menurunnya kemampuan pinositosis pada sel epitel epididimis. Transport ion diperlukan untuk menjaga keseimbangan osmotik dalam duktus epididimis. Gangguan terhadap transport ion akan mengakibatkan keadaan hipoosmotik dalam duktus epididimis, sehingga mengakibatkan abnormalitas spermatozoa berupa spermatozoa dengan ekor bergulung. Fosfatase berperan dalam proses pengubahan ATP (Adenosin Triposfat) menjadi ADP (Adenosin Diposfat) yang menghasilkan energi, apabila kadar fosfatase berkurang dalam epididimis akan mengakibatkan gangguan terhadap produksi energi untuk yang secara tidak langsung akan mempengaruhi motilitas (WHO, 1994; Mayes, 2000). Dampak anabolik dari peningkatan biosintesis testosteron akibat dari pemberian pasak bumi dapat diamati melalui peningkatan bobot organ reproduksi, dimana testosteron akan berikatan dengan reseptor di sitoplasma. Kompleks reseptor-testosteron ini akan mengalami modifikasi dan translokasi ke dalam nukleus dan berikatan dengan tempat ikatan spesifik (specific binding protein) pada kromosom. Hal ini menyebabkan aktifitas RNA (Ribo Nucleic Acid) polimerase meningkat diikuti peningkatan sintesis RNA spesifik dan selanjutnya terjadi peningkatan sintesis protein (Purwaningtyas, 1995). Bobot testis dan saluran reproduksi antar kelompok perlakuan dengan dosis 700 mg/kgbb, mg/kgbb, dan mg/kgbb tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan. Hasil ini mendukung hasil perhitungan motilitas dan abnormalitas spermatozoa dimana perubahan bobot organ reproduksi terkait dengan fungsi fisiologis dari organ tersebut. Peningkatan bobot testis terkait dengan peningkatan kadar testosteron yang berperan dalam spermatogenesis. Testosteron berpengaruh langsung terhadap perkembangan dan fungsi testis. Purwantyastuti (1995) menyatakan bahwa pemberian androgen dengan dosis rendah mengakibatkan atropi testis dan penurunan fungsi testis, karena menghambat sekresi gonadotropin, sehingga testosteron yang dihasilkan berkurang. Epididimis merupakan salah satu organ reproduksi yang berperan dalam proses pematangan spermatozoa, yang meliputi perubahan morfologi dan peningkatan motilitas.

8 166 Vol. 1, No. 2, Juli Desember 2009 Peningkatan bobot epididimis terkait dengan peran fisiologisnya dalam hal tersebut. Sutyarso (2003) menyatakan bahwa pematangan untuk menghasilkan spermatozoa yang fungsional terjadi dalam epididimis, sedangkan fungsi epididimis sangat tergantung pada testosteron. Apabila kadar androgen pada epididimis rendah akibat dari penurunan SHBG, maka akan mempengaruhi fungsi epididimis. Keadaan tersebut menyebabkan kualitas spermatozoa menurun. KESIMPULAN Penggunaan serbuk pasak bumi sampai dengan dosis mg/kgbb belum mampu meningkatkan kualitas spermatozoa mencit, yang diamati melalui motilitas dan abnormalitas spermatozoa (Mus musculus) jantan. SARAN Perlu dilakukan penelitian Iebih lanjut mengenai pengaruh pasak bumi dengan dosis dan lama waktu yang berbeda terhadap kualitas spermatozoa disertai dengan uji toksikologisnya. DAFTAR PUSTAKA Ang, H.H., and K.L. Lee, 2002, Effect of Eurycoma longifolia on Libido in Middle Aged Male Rats, J. Basic C/in Physio/ Pharmacol, 13(3): Anonim, 1999, Pasak Bumi Tumbuhan Obat yang Terancam Kelestariannya, Duta Rimba No. 225/XXIV: Dellman, D.H., dan E.M. Brown, 1999, Buku Teks Histologi Veteriner H, Edisi kedua. Terjemahan: R. Hartono, Penerbit UI Press, Jakarta. Ellyzar, L.M.A., 1999, Pengaruh Pemberian Ekstrak Rimpang Jahe Zingiber officinale Roscoe Terhadap Motilitas, Keabnormalitasan, serta Jumlah Fetus Mencit Mus muculus. DEXA ME, 3(12) Juli-September Ganong, W.F., 1997, Review of Medical Physiology, Lange publishing, California, pp Granner, D.K., 2000, Hormones of the Gonads in Harpers Biochemistry 25 th ed., Lange Medical Publishing, New York, pp Mayes, P.A., 2000, Glycolysis and The Oxydation of Pyruvate in Harper s Biochemistry 25 th ed 2000, Lange Medical Publishing, New York pp Purwantyastuti, A., 1995, Androgen, Anti Androgen, Anabolik Steroid dalam Farmakologi dan Tempi, Edisi keempat. Bagian Farmakologi Fakultas Kedokteran UI:

9 167 Nita, S., 1998, Pengaruh Mangostin Terhadap Kualitas Sperma Epididimis Cauda Tikus Wistar Jantan, Tesis, Institut Teknologi Bandung, Bandung. Rugh, R., 1968, The Mouse its Reproduction and Development, Burgess Publising Co. Minneapolis, pp 1:7-8:10:17: Ruslina, S., 1999, Mengapa Jamu Fokus ke Seks?, Majalah SWA Swadaya. Santoso, A., 2003, Rancangan Percobaan, Teori & Aplikasi, Edisi ketiga, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta. Satayavivad, J., S. Noppamas, S. Aimon, and T. Yodhathai, 1998, Toxicological and Antimalarial Activity of Eurycomalactone and Eurycoma longifolia Jack Extracts in Mice; Thai Journal of Phytopharmacy, Vol 5(2): Sutyarso, 2003, Protein Pengikat Hormon Seks/ Sex Hormone Binding Globulin (SHBG) Sebagai Parameter Evaluasi Klinik Laki-laki Infertil, Majalah Kedokteran Indonesia (The Journal of The Indonesian Medical Assosiation), Vol : 53(1), Januari WHO, 1994, Practical Laboratory Andrology, Oxford University Press, New York.

Pengaruh Pemberian Tepung Tempe terhadap Motilitas Spermatozoa Mencit

Pengaruh Pemberian Tepung Tempe terhadap Motilitas Spermatozoa Mencit Pengaruh Pemberian Tepung Tempe 153 Pengaruh Pemberian Tepung Tempe terhadap Motilitas Spermatozoa Mencit The Effect of Soya Bean Bake Powder on Rat s Sperm Motility Chodidjah 1, Israhnanto Isradji 2,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012).

BAB III METODE PENILITIAN. Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilakukan selama 3 bulan (Januari - Maret 2012). Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah hewan percobaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

BAB III METODE PENELITIAN. motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan, 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan, perlakuan, pengamatan jumlah, morfologi, viabilitas, dan motilitas spermatozoa terhadap hewan coba dilaksanakan di rumah hewan,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian yang berjudul Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Jati Belanda (Guazuma ulmifolia Lamk.) Terhadap Berat Badan, Berat Testis, dan Jumlah Sperma Mencit

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5

METODOLOGI PENELITIAN. eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol. Desain ini melibatkan 5 (lima) kelompok

Lebih terperinci

ABSTRAK. Susan, 2007, Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sri Utami S., Dra., M.Kes.

ABSTRAK. Susan, 2007, Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II : Sri Utami S., Dra., M.Kes. ABSTRAK PENGARUH PASTA TOMAT (Solanum lycopersicum) TERHADAP KECEPATAN GERAK, JUMLAH, DAN VIABILITAS SPERMATOZOA PADA MENCIT GALUR BALB/c YANG MENGALAMI SPERMIOTOKSISITAS AKIBAT INDUKSI SISPLATIN Susan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007)

BAB I PENDAHULUAN. penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas. dan rumit (Hermawanto & Hadiwijaya, 2007) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas pada pria merupakan masalah yang perlu perhatian dan penanganan serius, bukan hanya itu tetapi begitu juga dengan infertilitas wanita dalam penatalaksanaan

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat Metode Penelitian Pembuatan Larutan Ekstrak Rumput Kebar BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan dari bulan Desember 2008 sampai dengan Mei 2009. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fisiologi, Departemen Anatomi, Fisiologi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Pembuatan ekstrak kulit manggis (Garcinia

Lebih terperinci

ABSTRAK. Antonius Budi Santoso, Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr. M.Kes. Pembimbing II: Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes.

ABSTRAK. Antonius Budi Santoso, Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr. M.Kes. Pembimbing II: Sri Utami Sugeng, Dra., M.Kes. ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN TEPUNG TEMPE KEDELAI (Glycine max (L.) Merrill) SELAMA MASA PREPUBERTALTERHADAP VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT JANTAN GALUR SWISS WEBSTER Antonius Budi Santoso, 2007. Pembimbing

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya

I. PENDAHULUAN. Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infertilitas adalah ketidak mampuan untuk hamil setelah sekurang-kurangnya satu tahun berhubungan seksual, sedikitnya empat kali seminggu tanpa kontrasepsi (Straight,

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 34 BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. HASIL Dalam penelitian ini sampel diambil dari Laboratorium Penelitian dan Pengujian Terpadu (LPPT) UGM untuk mendapatkan perawatan hewan percobaan yang sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan selama 3 bulan, yaitu bulan Januari sampai Maret 2012. Pemeliharaan dan perlakuan terhadap hewan coba dilakukan di rumah

Lebih terperinci

ABSTRAK. I Putu Gede Darma Eka Putra, 2014, Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt., Pembimbing II : Pinandojo D.S., dr, Drs., AIF.

ABSTRAK. I Putu Gede Darma Eka Putra, 2014, Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra., MS., AFK., Apt., Pembimbing II : Pinandojo D.S., dr, Drs., AIF. ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK KULIT SALAK (Salacca zalacca) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN DENGAN TES TOLERANSI GLUKOSA ORAL I Putu Gede Darma Eka Putra, 2014, Pembimbing I :

Lebih terperinci

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian

Infertilitas pada pria di Indonesia merupakan masalah yang perlu perhatian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas adalah menurunnya atau hilangnya kemampuan menghasilkan keturunan, istilah ini sama sekali tidak menunjukkan ketidakmampuan menghasilkan keturunan sepertinya

Lebih terperinci

Pengaruh pemberian ekstrak pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) terhadap kualitas spermatozoa tikus wistar (Rattus norvegicus)

Pengaruh pemberian ekstrak pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) terhadap kualitas spermatozoa tikus wistar (Rattus norvegicus) Pengaruh pemberian ekstrak pasak bumi (Eurycoma longifolia Jack) terhadap kualitas spermatozoa tikus wistar (Rattus norvegicus) 1 Bill C. A. Bogar 2 Lydia Tendean 2 Grace L. A. Turalaki 1 Mahasiswa Fakultas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental (experiment research),yaitu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). bulan November sampai dengan Desember 2012. 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan Rancangan Acak Terkontrol (RAT). B. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP MOTILITAS DAN JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI LATIHAN FISIK BERAT

ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP MOTILITAS DAN JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI LATIHAN FISIK BERAT ABSTRAK EFEK EKSTRAK KULIT MANGGIS TERHADAP MOTILITAS DAN JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT SWISS WEBSTER YANG DIINDUKSI LATIHAN FISIK BERAT Ardi Prawira, 2014. Pembimbing I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK LAKSANSIA JAMU EKSTRAK AKAR KELEMBAK (Rheum officinale Baill) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN Swiss Webster DEWASA

ABSTRAK. EFEK LAKSANSIA JAMU EKSTRAK AKAR KELEMBAK (Rheum officinale Baill) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN Swiss Webster DEWASA ABSTRAK EFEK LAKSANSIA JAMU EKSTRAK AKAR KELEMBAK (Rheum officinale Baill) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN Swiss Webster DEWASA Muhammad Ahmad Syammakh, 2011, Pembimbing I : Rosnaeni, Dra.,Apt. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai usaha telah dilakukan oleh para peneliti anti fertilitas untuk menemukan obat yang tepat dalam mengatasi masalah Keluarga Berencana. Bagi pemerintah Indonesia

Lebih terperinci

TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT

TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT ABSTRAK EFEK EKSTRAK BIJI (Nigella sativa Linn.) TERHADAP MOTILITAS DAN VIABILITAS SPERMATOZOA MENCIT Swiss Webster YANG DIINDUKSI GELOMBANG ELEKTROMAGNETIK TELEPON SELULER Chakra Bakti, 2015; Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Bidang ilmu yang tercakup dalam penelitian ini adalah Biologi, Farmakologi, dan Kimia. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian Laboratorium

Lebih terperinci

ABSTRAK. Dilanny Puspita Sari, 2014; Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra. Apt, M.S, AFK Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr. M.

ABSTRAK. Dilanny Puspita Sari, 2014; Pembimbing I : Endang Evacuasiany, Dra. Apt, M.S, AFK Pembimbing II : Fanny Rahardja, dr. M. ABSTRAK PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK BIJI JINTEN HITAM (Nigella sativa Linn.) TERHADAP JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT GALUR Swiss-Webster YANG DIPAJANKAN RADIASI ELEKTROMAGNETIK TELEPON SELULER Dilanny Puspita

Lebih terperinci

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN

UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN UJI EFEKTIVITAS EKSTRAK DAUN LEMBAYUNG (Vigna unguiculata) TERHADAP PENURUNAN KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS DIABETES MELLITUS DENGAN INDUKSI ALOKSAN Tia Afelita 1, Indah Permata Sari 1, Rizki Chairani Zulkarnain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada

BAB I PENDAHULUAN. internal dan faktor eksternal. Salah satu faktor internal yang berpengaruh pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infertilitas merupakan salah satu masalah penting bagi setiap orang. Infertilitas pada pria berkaitan erat dengan spermatogenesis. Proses ini dipengaruhi oleh dua faktor

Lebih terperinci

ABSTRAK. Natalia, 2011; Pembimbing I : Teresa Liliana W., S. Si., M. Kes Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M. Si

ABSTRAK. Natalia, 2011; Pembimbing I : Teresa Liliana W., S. Si., M. Kes Pembimbing II : Djaja Rusmana, dr., M. Si ABSTRAK PEMBERIAN VITAMIN C, E, SERTA KOMBINASINYA MENINGKATKAN DIAMETER TUBULUS SEMINIFERUS MENCIT (Mus musculus) GALUR Swiss Webster YANG DIBERI PAJANAN Allethrin Natalia, 2011; Pembimbing I : Teresa

Lebih terperinci

Key words : sukun, mencit dan fertilitas.

Key words : sukun, mencit dan fertilitas. Saintek Vol 5, No 2 Tahun 2010 PENGARUH EKSTRAK DAUN SUKUN (Arthocarpus communis ) TERHADAP FERTILITAS MENCIT (Mus musculus) ICR JANTAN Ekawaty Prasetya Staf Dosen Kesehatan Masyarakat FIKK Universitas

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas

BAB 3 METODE PENELITIAN. Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran Universitas BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1. Lingkup Tempat Penelitian ini telah dilakukan di Laboratorium Biologi Universitas Negeri Semarang, Laboratorium Sentral Fakultas Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa

BAB I PENDAHULUAN. oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki fase kehidupan sejak lahir di dunia yang akan dilalui oleh seluruh umat manusia, meliputi lahir, masa kanak-kanak, remaja, dewasa hingga sebelum kematiannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riki Ahmad Taufik, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Riki Ahmad Taufik, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertambahan jumlah penduduk di Negara berkembang khususnya Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat secara tajam. Beberapa usaha telah di lakukan untuk menekan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA

ABSTRAK. EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA ABSTRAK EFEK INFUSA DAUN SALAM (Syzygium polyanthum) TERHADAP PENURUNAN KADAR KOLESTEROL TOTAL DARAH TIKUS JANTAN GALUR WISTAR MODEL DISLIPIDEMIA Entin Hartini, 2011, Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diberi 2-ME Hasil pengamatan pengaruh ekstrak etanol biji labu kuning

Lebih terperinci

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH

PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH PENGARUH AKAR GINSENG ( Wild ginseng ) DALAM RANSUM MENCIT ( Mus musculus) TERHADAP JUMLAH ANAK DAN PERTUMBUHAN ANAK DARI LAHIR SAMPAI DENGAN SAPIH KADARWATI D24102015 Skripsi ini merupakan salah satu

Lebih terperinci

ABSTRAK. Elizabeth, 2016; Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc.

ABSTRAK. Elizabeth, 2016; Pembimbing I : Heddy Herdiman, dr., M.Kes. Pembimbing II : Dr. Rita Tjokropranoto, dr., M.Sc. ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL PURWOCENG (Pimpinella alpina) DAN JINTAN HITAM (Nigella sativa) TERHADAP KONSENTRASI SPERMATOZOA DAN KADAR TESTOSTERON PADA TIKUS WISTAR JANTAN Elizabeth, 2016; Pembimbing

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan.

BAB III METODE PENELITIAN. (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan. 52 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Rancangan penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL). Perlakuan dikelompokkan menjadi 7 kelompok dengan 5 kali ulangan. Perlakuan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group

BAB IV METODE PENELITIAN. hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Disain penelitian Penelitian ini merupakan penelitian experimental laboratoris dengan hewan coba tikus Wistar menggunakan desain post test only control group design. Tikus

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh pemberian ekstrak etanol daun sirsak (Annona muricata L.) terhadap kadar Superoksida Dismutase (SOD) dan Malondialdehide (MDA)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok

BAB III METODE PENELITIAN. dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok 27 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan rancangan acak lengkap. Penelitian ini menggunakan empat kelompok perlakuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Population Data Sheet (2014), Indonesia merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepadatan penduduk di Indonesia merupakan salah satu permasalahan yang dihadapi oleh pemerintah yang sampai sekarang belum dapat diatasi, hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Penelitian ini meliputi bidang Histologi, Mikrobiologi, dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi 22 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan desain eksperimen Posttest-Only Control Design, yaitu dengan melakukan observasi pada mencit

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design.

BAB III METODE PENELITIAN. eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test. Randomized Control Group Design. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimental dengan menggunakan rancangan penelitian Post Test Randomized Control

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian Adaptasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only 32 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Rancangan Penelitian Penelitian menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Melibatkan dua kelompok subyek, dimana salah satu kelompok

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Farmakologi. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia, Gizi dan 4.2 Tempat Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. 19 III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April hingga Mei 2015. Penginduksian zat karsinogen dan pemberian taurin kepada hewan uji dilaksanakan di

Lebih terperinci

POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus)

POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus) Seminar Nasional Hasil Penelitian Universitas Kanjuruhan Malang 2017 POTENSI EKSTRAK DAUN DAN TANGKAI DAUN PEGAGAN (Centella asiatica) PADA PENURUNAN MOTILITAS SPERMATOZOA MENCIT (Mus muscullus) Susie

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Hasil Penelitian Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian 4.1.1 Pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa mencit yang terpapar 2-ME Telah dilakukan penelitian pengaruh ekstrak jahe terhadap jumlah spermatozoa

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen. Dalam penelitian eksperimen terdapat kontrol sebagai acuan antara keadaan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Pada penelitian ini menggunakan eksperimental laboratorik dengan metode post-test only with control group design. B. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN A.

BAB III METODE PENELITIAN A. 28 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian yaitu mencit yang diberi beberapa perlakuan, sehingga jenis penelitian ini

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan

BAB III METODE PENELITIAN. dibagi menjadi kelompok kontrol dan perlakuan lalu dibandingkan kerusakan BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental laboratorik. Penelitian dilakukan dengan memberikan perlakuan pada sampel yang telah dibagi menjadi

Lebih terperinci

ABSTRACT THE EFFECT OF ADMINISTRATING ZINC SUPPLEMENT SOLD IN INDONESIA ON SWISS WEBSTER MICE S SPERM MOTILITY AND SPERM COUNT

ABSTRACT THE EFFECT OF ADMINISTRATING ZINC SUPPLEMENT SOLD IN INDONESIA ON SWISS WEBSTER MICE S SPERM MOTILITY AND SPERM COUNT ABSTRACT THE EFFECT OF ADMINISTRATING ZINC SUPPLEMENT SOLD IN INDONESIA ON SWISS WEBSTER MICE S SPERM MOTILITY AND SPERM COUNT Daud Immanuel Wijaya, 2012. Tutor I : Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Tutor II :

Lebih terperinci

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini adalah bidang Histologi, Patologi Anatomi, dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian akan

Lebih terperinci

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Departemen. Farmasi FMIPA UI dari September 2008 hingga November 2008.

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Departemen. Farmasi FMIPA UI dari September 2008 hingga November 2008. BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN Penelitian dilakukan di Laboratorium Farmakologi Departemen Farmasi FMIPA UI dari September 2008 hingga November 2008. B. BAHAN DAN ALAT 1. Bahan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian berdasarkan kehadiran variabel adalah penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian berdasarkan kehadiran variabel adalah penelitian BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian berdasarkan kehadiran variabel adalah penelitian eksperimen, dimana variabel yang hendak diteliti (variabel terikat) kehadirannya sengaja

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dalam penelitian ini adalah ilmu kedokteran forensik, farmakologi dan ilmu patologi anatomi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Adaptasi

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Biokimia. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Pemeliharaan hewan coba dan penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

ORGAN REPRODUKSI DAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus) YANG MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN KEMANGI (Ocimum basilicum) SEGAR

ORGAN REPRODUKSI DAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus) YANG MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN KEMANGI (Ocimum basilicum) SEGAR ORGAN REPRODUKSI DAN KUALITAS SPERMA MENCIT (Mus musculus) YANG MENDAPAT PAKAN TAMBAHAN KEMANGI (Ocimum basilicum) SEGAR SKRIPSI ADITYA DWI SETYADI PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PRODUKSI TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan dari penelitian ini adalah Histologi, Patologi Anatomi dan Farmakologi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu Anestesiologi, Farmakologi, dan Patologi Klinik. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang ditempuh ialah jenis penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan penelitian dimana variabel yang hendak diteliti (variabel

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rokok adalah masalah utama kesehatan sebagai penyebab penyakit dan penyebab kematian di dunia. Menurut WHO, lebih dari 4,2 juta orang di seluruh dunia meninggal

Lebih terperinci

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK

S. Suharyati Jurusan Produksi Ternak Fakultas Pertanian Universitas Lampung, Bandarlampung ABSTRAK PENGARUH PENAMBAHAN VITAMIN E DAN MINERAL Zn TERHADAP KUALITAS SEMEN SERTA FERTILITAS DAN DAYA TETAS TELUR KALKUN LOKAL [The Effect of Vitamin E and Zinc Suplementation on the Quality of Semen, Egg Fertility

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen, karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. disfungsi ereksi, dan ejakulasi dini. Pada tahun 2025, diduga terdapat 322 juta

I. PENDAHULUAN. disfungsi ereksi, dan ejakulasi dini. Pada tahun 2025, diduga terdapat 322 juta 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah fungsi seksual merupakan hal serius bagi kebanyakan pria. Beberapa masalah fungsi seksual yang dialami pria, antara lain libido yang rendah, disfungsi ereksi,

Lebih terperinci

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(

EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA( ABSTRAK EFEK PEMBERIAN REBUSAN DAUN AFRIKA(Vernonia amygdalina Del), TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL PADA TIKUS JANTAN GALUR WISTAR YANG DI INDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK Elton Fredy Kalvari, 2015 ;Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat untuk mencapai tata kehidupan yang selaras dan seimbang dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah Keterbatasan sumber daya alam dan pertambahan penduduk yang pesat merupakan masalah negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia. Pertambahan penduduk

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Sampel dan Lokasi Penelitian Sampel atau bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji karabenguk (Mucuna pruriens var. utilis (L.) DC) yang berasal dari Bantul,

Lebih terperinci

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN

ABSTRAK. PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN ABSTRAK PENGARUH EKSTRAK ETANOL DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava Linn.) TERHADAP KADAR KOLESTEROL TOTAL TIKUS Wistar JANTAN Dyota Sulia Mutiari, 2014 Pembimbing I : Dr. Sugiarto Puradisastra dr., M. Kes.

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN 22 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Penelitian ini adalah penelitian di bidang Ilmu Farmakologi, Farmasi dan Patologi Anatomi. 4.2. Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan 33 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Rancangan penelitian dalam penelitian ini menggunakan rancangan eksperimental dengan Post Test Only Control Group Design. Desain ini menggunakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 19 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian eksperimen, karena pada penelitian ini terdapat manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus)

SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SUPLEMENTASI GINSENG LIAR (Wild ginseng) PADA RANSUM TERHADAP PERTUMBUHAN MENCIT (Mus musculus) SKRIPSI SRINOLA YANDIANA PROGRAM STUDI NUTRISI DAN MAKANAN TERNAK FAKULTAS PETERNAKAN INSTITUT PERTANIAN

Lebih terperinci

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN ETANOL 40% PERORAL TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SEL SPERMATOGENIK TUBULUS SEMINIFERUS TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA

ABSTRAK EFEK PEMBERIAN ETANOL 40% PERORAL TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SEL SPERMATOGENIK TUBULUS SEMINIFERUS TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA ABSTRAK EFEK PEMBERIAN ETANOL 40% PERORAL TERHADAP KETEBALAN LAPISAN SEL SPERMATOGENIK TUBULUS SEMINIFERUS TIKUS WISTAR JANTAN DEWASA Kadek Devi Aninditha Intaran, 2016 Pembimbing I : Hartini Tiono, dr.,

Lebih terperinci

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK ABSTRAK PENGARUH KALSIUM TERHADAP KADAR KOLESTEROL DARAH TIKUS WISTAR JANTAN YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK Andry Setiawan Lim, 2012, Pembimbing I : Dr. Meilinah Hidayat, dr., M.Kes. Pembimbing II: Sijani

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimental (experimental research) yaitu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap

Lebih terperinci

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan III. METODOLOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimental murni dengan Rancangan Acak Terkontrol. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN

ABSTRAK. EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN ABSTRAK EFEK PROPOLIS TERHADAP PENINGKATAN KADAR KOLESTEROL HDL PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR JANTAN Richard Ezra Putra, 2010. Pembimbing I: Sylvia Soeng, dr., M.Kes. Pembimbing II: Fen Tih,

Lebih terperinci

ABSTRAK. EFEK ANTIDIARE JAMU EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN SWISS WEBSTER DEWASA

ABSTRAK. EFEK ANTIDIARE JAMU EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN SWISS WEBSTER DEWASA ABSTRAK EFEK ANTIDIARE JAMU EKSTRAK DAUN JAMBU BIJI (Psidium guajava L) TERHADAP MENCIT (Mus musculus) JANTAN SWISS WEBSTER DEWASA Rijallul Fiqhri, 2011; Pembimbing I : Dra. Rosnaeni, Apt Pembimbing II:

Lebih terperinci

UJI KUALITAS SPERMATOZOID MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.)

UJI KUALITAS SPERMATOZOID MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.) UJI KUALITAS SPERMATOZOID MENCIT PUTIH JANTAN DENGAN EKSTRAK BUAH PARE (Momordica charantia L.) Mitayani 1, Nova Fridalni 2 dan Elmiyasna 3 STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG 1,2,3 mitayani_dd@yahoo.co.id Abstrak

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 26 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup ilmu dari penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik, Ilmu Patologi Anatomi dan Farmakologi. 4.2. Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Hasil dari pengamatan kualitas sperma mencit (konsentrasi sperma, motilitas sperma, dan abnormalitas sperma) yang dilakukan di Laboratorium Fisiologi secara

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: Rattus sp, asap rokok, ekstrak buah juwet, kualitas spermatozoa, ROS, antioksidan.

ABSTRAK. Kata kunci: Rattus sp, asap rokok, ekstrak buah juwet, kualitas spermatozoa, ROS, antioksidan. ABSTRAK Penelitian yang bertujuan mengetahui kualitas spermatozoa tikus putih jantan dewasa (Rattus sp.) setelah diberikan paparan asap rokok dan ekstrak buah juwet (Syzygium cumini L.) telah dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan

BAB I PENDAHULUAN. Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Late-onset hypogonadism (LOH) atau andropause secara klinis dan biokimia dijelaskan sebagai penyakit pada pria tua dengan level serum testosteron di bawah parameter

Lebih terperinci

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.1 Pengaruh polisakarida krestin dari ekstrak jamur Coriolus versicolor terhadap kecepatan motilitas spermatozoa mencit Hasil pengamatan pengaruh polisakarida

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanaman Jati Belanda (Guazuma ulmifolia) merupakan tanaman berupa pohon yang biasanya memiliki tinggi mencapai 10 m sampai 20 m. Tanaman ini merupakan tanaman dikotil

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup keilmuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian 1)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes. Pembimbing II : Teresa Liliana Wargasetia, S.Si., M.Kes.

ABSTRAK. Pembimbing I : Prof. Dr. Susy Tjahjani, dr., M.Kes. Pembimbing II : Teresa Liliana Wargasetia, S.Si., M.Kes. ABSTRAK JUS DAN PUREE TOMAT (Solanum lycopersicum) MENURUNKAN PERSENTASE SPERMATOZOA DENGAN MORFOLOGI ABNORMAL PADA MENCIT YANG DIBERI PAJANAN ASAP ROKOK Fatrika Dewi, 2011. Pembimbing I : Prof. Dr. Susy

Lebih terperinci

EFEK CENDAWAN ULAT CINA

EFEK CENDAWAN ULAT CINA ABSTRAK EFEK CENDAWAN ULAT CINA (Cordyceps sinensis [Berk.] Sacc.) TERHADAP KADAR INTERLEUKIN 1 PADA MENCIT (Mus musculus L.) YANG DIINDUKSI PARASETAMOL Banu Kadgada Kalingga Murda, 2009. Pembimbing I

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan merupakan penelitian eksperimen karena dalam penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia saat ini, banyak sekali pasangan suami istri yang kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat Indonesia saat ini, banyak sekali pasangan suami istri yang kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Infertilitas merupakan salah satu masalah yang menjadi perhatian masyarakat Indonesia saat ini, banyak sekali pasangan suami istri yang kehidupan keluarganya

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal, Ilmu Patologi Anatomi dan Fisika kedokteran. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 4.2.1 Tempat 1. Laboratorium

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. > 6 ekor

BAB III METODE PENELITIAN. > 6 ekor BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini termasuk ke dalam jenis penelitian eksperimental, yaitu merupakan penelitian yang di dalamnya terdapat perlakuan untuk memanipulasi beberapa

Lebih terperinci

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro

F.K. Mentari, Y. Soepri Ondho dan Sutiyono* Program Studi S-1 Peternakan Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro On Line at : http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/aaj PENGARUH UMUR TERHADAP UKURAN EPIDIDIMIS, ABNORMALITAS SPERMATOZOA DAN VOLUME SEMEN PADA SAPI SIMMENTAL DI BALAI INSEMINASI BUATAN UNGARAN (The

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL ISOLAT PROPOLIS GUNUNG LAWU TERHADAP HITUNG SPERMATOZOA MENCIT MODEL INFERTILITAS PRIA

PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL ISOLAT PROPOLIS GUNUNG LAWU TERHADAP HITUNG SPERMATOZOA MENCIT MODEL INFERTILITAS PRIA PENGARUH PEMBERIAN EKSTRAK ETANOL ISOLAT PROPOLIS GUNUNG LAWU TERHADAP HITUNG SPERMATOZOA MENCIT MODEL INFERTILITAS PRIA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Christian

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah Ilmu Kedokteran Forensik dan Ilmu Patologi Anatomi. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilaksanakan selama

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. Laboratorium Patologi Anatomi RSUP dr. Kariadi Semarang. BAB III METODE PENELITIAN 3.3 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Pada penelitian ini, ruang lingkup keilmuan yang digunakan adalah Patologi Anatomi, Histologi, dan Farmakologi. 3.1.2

Lebih terperinci