KARAKTERISTIK KEBUTUHAN INFORMASI JURNALIS DETEKSI JAWA POS SURABAYA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KARAKTERISTIK KEBUTUHAN INFORMASI JURNALIS DETEKSI JAWA POS SURABAYA"

Transkripsi

1 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 1 KARAKTERISTIK KEBUTUHAN INFORMASI JURNALIS DETEKSI JAWA POS SURABAYA (Studi Deskriptif Mengenai Karakeristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya Dalam Penyampaian Informasi) Faizal Rahman 1 Abstrak Departemen DetEksi merupakan salah satu departemen yang berada di bawah naungan PT. Jawa Pos. Departemen ini adalah departemen yang memproduksi Halaman DetEksi. Halaman DetEksi merupakan halaman yang segmentasinya di khususkan bagi anak muda. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan karakteristik kebutuhan informasi pada kalangan jurnalis DetEksi dengan melihat dari segi aspek antara perilaku jurnalis, kebutuhan informasi, sumber informasi, dan hambatan yang ditemui dalam proses pencarian informasi. Dalam penelitian ini menggunakan teori Information Seeking Behaviour dalam jurnalisme menurut D. Nicholas. Teknik pengambilan sample menggunakan Non Probability dengan menggunakan penarikan sampling jenuh/total sampling dan metode yang digunakan metode kuantitatif deskriptif. Kebutuhan informasi yang meliputi 5 aspek yang dijelaskan sudah baik dengan tingkatan tinggi (94% responden ada dalam kategori ini). Dari 5 aspek kebutuhan informasi yang paling menonjol adalah 3 aspek yaitu : Pemeriksaan fakta, Kesadaran terkini dan Ransangan yang masing-masing memiliki prosentase 94% dari total responden. Selain itu, dari pendapat para ahli mengenai karakterisik kebutuhan informasi sebagaian besar mengatakan bahwa diperlukan kecepatan informasi dalam memenuhi kebutuhan pada sumber otoritatif dan terbaru serta hambatan terbesar yang mereka alami adalah kurangnya waktu. Dapat disimpulkan dari hasil penelitian ini bahwa penelitian tersebut membuka wawasan luas mengenai Karakteristik Kebutuhan Informasi yang terdiri dari Perilaku Penemuan Informasi, Sumber Informasi dan Hambatan yang ditemukan oleh jurnalis DetEksi. Kata kunci : Kebutuhan Informasi, Perilaku Informasi, Penemuan Informasi, Sumber Informasi, Hambatan Informasi. 1 Korespondensi: Faizal Rahman. Departemen Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. faizal_rahman17@yahoo.com

2 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 2 Abstract The DetEksi is one of the departments that are under the auspices of PT. Jawa Pos. This Department is the Department that produces the DetEksi Page. DetEksi page is a page that segmentasinya specialized for young children. This study aims to describe the characteristics of the information needs on DetEksi by viewing the journalist circles in terms of aspects of the behavior of journalists, information needs, information sources, and the obstacles encountered in the process of information search. In this research uses theories of Information Seeking Behaviour in journalism according to D. Nicholas. Sample retrieval technique using Non-Probability sampling withdrawal by using saturated/total sampling and methods a descriptive quantitative methods used. Information needs which includes 5 aspects described it well with high levels (94% of respondents in this category). Of the 5 aspects of the most outstanding information requirements are 3 aspects, namely: Fact Checking, Current Awareness and Stimulus each of which has a percentage of 94% of the total respondents. In addition, the opinion of experts on karakterisik information needs largely said that necessary information in meeting the needs of speed on the authoritative source of up-to-date and as well as largest barriers they experienced was the lack of time. It can be concluded from the results of this research that such research opens up broad insights regarding Characteristics Need Consist of Information Behavior of Invention Information, Information Sources and The Obstacles that are found by the journalist DetEksi. Keywords: Information Needs, Information Behavior, Information Discovery, Information Sources, Information Obstacle. Pendahuluan Dalam zaman sekarang ini banyak media informasi yang menyajikan suatu informasi yang bermanfaat untuk masyarakat luas. Informasi tersebut disajikan dalam bentuk cetakan ataupun naskah meliputi koran, majalah dan tabloid. Adapaun dalam bentuk elektronik meliputi televisi, radio, dan media online atau internet. Pada proses penemuan informasi tersebut yang berperan penting ialah seorang jurnalis atau wartawan. Mereka adalah seseorang yang melakukan jurnalisme yaitu orang yang secara teratur menuliskan berita (berupa laporan) dan tulisannya dikirimkan atau dimuat di media massa secara teratur. Laporan ini lalu dapat dipublikasikan dalam media massa, seperti koran, televisi, radio, majalah, tabloid, film dokumentasi, dan internet. Wartawan mencari sumber mereka untuk ditulis dalam laporannya dan mereka diharapkan untuk menulis laporan paling objektif dan tidak memiliki pandangan dari sudut tertentu untuk melayani masyarakat. Redaksi media massa

3 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 3 harus selalu memiliki menu untuk disajikan kepada pembaca, pendengar, atau penontonnya. Untuk mengolahnya sebagai berita, tentu saja harus tersedia bahan liputannya. Setiap wartawan harus punya bahan liputan untuk diolah menjadi berita. Sumber tersebar adalah dari lokasi terjadinya suatu peristiwa atau yang populer di sebut TKP (Tempat Kejadian Perkara). Berita kriminal dan olahraga misalnya, bahan liputannya kebanyakan dari TKP, kemudian bahan liputan berikutnya adalah dari wawancara dengan sumber sumber berita utama dan pihak pihak yang terkait dengan melakukan liputan investigasi. Hasil informasi tersebut akan disajikan dalam bentuk berita yang akan ditujukan kepada masyarakat luas dan bisa dimanfaatkan informasinya. Jurnalis atau wartawan bukan kelompok homogen sehingga pendekatan mereka terhadap informasi pun berbeda dengan yang lain. Selain itu, ketika memanfaatkan jasa petugas informasi, wartawan tidak bersedia menyatakan kebutuhan informasi mereka dengan jelas dan pasti. Menurut Nicholas dan Martin (1997) wartawan melakukan hal ini karena kerahasiaan kepentingan mereka, ketidakpastian mereka terhadap apa yang mereka butuhkan, dan arogansi profesional tertentu, seperti: mengapa penyedia informasi harus ingin tahu lebih banyak tentang pekerjaan wartawan. Pemahaman mendalam mengenai cara pendekantan wartawan terhadap informasi ini merupakan hal penting untuk merancang sistem dan layanan informasi yang adakn dapat membantu wartawan menemukan kebutuhan informasi mereka. Lebih dari itu, wartawan juga merupakan profesi yang unik karena jurnalisme bukan sekedar pekerjaan, tetapi sebuah jalan hidup di mana seorang wartawan secara alamiah adalah pengumpul informasi. Wartawan mempunyai peran vital dalam memperoleh, mengelola, dan menyajikan sebuah fakta atau peristiwa menjadi berita yang bisa dibaca dan dipahami masyarakat umum. Peran penting tersebut dapat dilihat dari besarnya dampak pemberitaan yang disampaikan wartawan bagi masyarakat. Jika informasi yang disajikan dalam bentuk berita tidak didukung dengan fakta atau data yang akurat, maka akan menimbulkan berbagai dampak negatif, seperti munculnya kepanikan pembaca yang seharusnya tak perlu terjadi. Perlu diketahui, untuk menelusuri atau mencari informasi pendukung yang mampu memperkuat berita sehingga berita tersebut tersaji secara seimbang memerlukan kemauan dan kemapuan tersendiri bagi seorang wartawan. Kemauan dibutuhkan karena penelusuran informasi juga bergantung pada apa yang diinginkan wartawan dengan berita yang disajikannya. Apakah ingin menyajikan berita yang seimbang ataukah berita yang bombastis yang memang selalu berhasil merebut banyak pembaca. Kemampuan juga dibutuhkan karena dengan semakin berkembangnya teknologi terutama di bidang Teknologi Informasi, merupakan syarat kemampuan tertentu untuk mengakses informasi yang dibutuhkan. Semakin luasnya akses informasi dan makin banyaknya informasi yang bisa diperoleh peluang bagi terciptanya karya karya jurnalistik yang lebih akurat, lebih

4 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 4 komprehensif, dan lebih informatif tentu juga makin besar. Namun risiko riset informasi dengan internet biasanya membuat wartawan kebingungan karena merima banjir informasi. Banyak artikel di internet sebernarnya berisi informasi yang sama, tapi terdapat di situs situs yang berbeda. Sebagai contoh, ketika kantor berita Associated Press memuat tulisan tentang masalah tertentu, tulisan serupa juga muncul di The Washington Post dan The New York Times. Program pencarian informasi (search engine) di intenet mencatat seluruh tiga artikel tersebut walaupun isi artikel itu sama. Dalam hal ini, wartawan harus peintar memilah dan menyeleksi informasi. Di sisi lain, keuntungan yang nyata dari perkembangan teknologi internet ini adalah berkurangnya monopoli informasi yang selama ini dilakukan lewat pembatasan akses informasi. Oleh karena itu, wartawan harus pandai memilah dan menyeleksi, situs mana saja yang bisa dijadikan referensi dan dikutip beritanya, dan situs mana yang harus dihindari. Situs yang terkait dengan media yang sudah ternama, seperti The Washington Post, The New York Times, Associated Press, Reuters, CNN, Kompas, dan sebagainya bisa dijadikan pegangan Tujuan awal didirikannya Deteksi adalah untuk mempersiapkan pembaca Jawa Pos di masa mendatang. Selain itu Azrul berharap Deteksi dapat kembali meningkatkan kembali minat baca masyarakat, khususnya anak muda. Hal ini dilakukan untuk menggantisipasi berkembangnya teknologi informasi yang mulai meninggalkan kertas sebagai media penyampaiannya. Walaupun Deteksi dapat dibaca di seluruh Indonesia, namun kegiatan produksi berita Deteksi tetap di kerjakan di kantor pusat Deteksi yaitu di Kota Surabaya. Berbeda dengan Jawa Pos yang Lay Out nya terkesan lebih kaku, Lay Out Deteksi jauh lebih fleksibel dibanding dengan Lay Out Jawa Pos. Hal ini menunjukkan target segmentasi dan identitas Deteksi sebagai bacaan anak muda. Jurnalis deteksi adalah sekumpulan anak muda yang bekerja dalam bidang jurnalistik pada media informasi dari suatu bagian media cetak Jawa Pos. Deteksi dikerjakan khusus oleh anak muda, untuk anak muda serta membahas permasalahan anak muda sehingga tidak mengherankan jika halaman ini juga mendapat sambutan yang baik khususnya pada kalangan anak muda. Dalam penelitian sebelumnya yang ditulis oleh Dwi Prihastuti (2009) skripsi yang berjudul Perilaku Penemuan Informasi Wartawan di Surabaya menemukan bahwa perilaku wartawan mencari dan mengolah informasi yang ditemukan ketika menjalankan suatu tugas. Dalam penelitian tersebut bertujuan untuk menggambarkan berbagai aspek antara tugas tugas jurnalistik dan pencarian serta manipulasi informasi dengan mempergunakan kegiatan jurnalistik sebagai studi deskriptif. Penelitian tersebut menggunakan motode statistik deskriptif untuk mengetahui kecenderungan perilaku informasi di antara para wartawan di Surabaya. Berdasarkan hasil analisa data interpretasi teoritik bahwa penelitian tersebut tidak hanya membuka cakrawala wawasan mengenai perilaku penemuan informasi yang terdiri dari karateristik kebutuhan informasi, sumber informasi, dan batasan serta hambatan di antara wartawan di Surabaya.

5 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 5 Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, peneliti tertarik mengadakan penelitian untuk mengetahui karakterisik kebutuhan informasi bagi jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya dalam penyampaian informasi kembali. Alasan pemilihan Karakterisik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya sebagai objek penelitian karena Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis merupakan suatu kumpulan informasi yang berbentuk berita dan akan ditampilkan kembali kepada masyarakat luas. Dan alasan memilih lokasi DetEksi Jawa Pos Surabaya karena Departemen media cetak tersebut menyediakan sumber informasi yang berkualitas bagi gaya hidup anak muda di kota metropolitan. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka penelitian ingin melakukan penelitian tentang Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya. Pertanyaan Penelitian Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya maka peneliti ingin mengetahui gambaran karakteristik kebutuhan informasi jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya dengan menjawab pertanyaan penelitian berikut : 1. Bagaimana gambaran karakteristik kebutuhan informasi pada kalangan jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya? 2. Hambatan apa sajakah yang ditemui oleh para jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya dalam penemuan informasi? Tinjauan Pustaka Information Seeking Behaviour dalam Jurnalisme Menurut Nicholas Termotivasi pada pengabaian laporan mengenai keterampilan pencarian pengguna aktif pada media online, Nicholas (1996) membuat perbandingan antara aktifitas pencarian para perantara pencarian dan para end user mereka masing masing di harian Guardian dan house of Commons. Penelitian itu menggunakan wawancara, kuesioner dan analisis logika transaksional untuk membandingkan faktor faktor yang meneliputi: luas kosa kata perintah yang digunakan, banyaknya terminologi pencarian, ruang lingkup bidang query yang digunakan, jangkauan browsing, jumlah reformulasi query, kecepatan pencarian, jumlah sumber yang digunakan, dan keberhasilan pencarian. Nicholas menemukan bahwa para wartawan mempunyai kosa kata pencarian yang lebih terbatas dan menggunakan terminologi pencarian yang lebih sedikit dibandingkan para perantara mereka. Mereka juga menggunakan cakupan bidang

6 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 6 query yang lebih terbatas, kebanyakan berfokus pada pencarian subyek, yang Nicholas catat, khususnya penggunaan sebagai terminologi query. Browsing berlangsung ekstensif di antara para wartawan itu. 16% pencarian mereka melibatkan browsing pengguna pada lebih dari 100 arsip. Namun, browsing juga ekstensif di antara para perantara yang diteiti. Nicholas juga mengamati, bahwa wartawan menunjukan lebih sedikit pencarian reformulasi dibanding para perantara itu. Banyak dari ukuran ini menyatakan bahwa wartawan yang dipelajari sesuai diri kepada hasil stereotipi negatif yang Nicholas perkenalkan untuk dipertimbangkan. Namun, Ia juga menemukan bahwa wartawan bukanlah para pencari yang lamban dan cenderung menggunakan berbagai sumber. Barangkali khususnya, sebagai ukuran keberhasilan, Nicholas menemukan bahwa, kepuasan mencari di antara para wartawan tinggi (walaupun lebih sedikit pada wartawan perempuan). Berdasarkan ukuran keberhasilan yang lain jumlah nol hit pencarian atau jumlah error. Nicholas menemukan para wartawan hanya secara garis besar sedikit lebih sukses dibandingkan rekan pendamping perantara mereka (tidak ada perbandingan statistik ditunjukkan). Juga, walaupun pustakawan membuat lebih sedikit kesalahan system command, mereka cenderung lebih banyak membuat kesalahan mengeja. Kebutuhan informasi adalah suatu kondisi kekosongan atau kesenjangan (gap) dalam diri seseorang, dalam hal ini menyangkut informasi, yang harus dipenuhi dan dipuaskan (David Nicholas, 2000). Sementara perilaku mengacu pada bagaimana cara seseorang memenuhi dan memuaskan kebutuhannya. Untuk mengetahui kebutuhan dan perilaku pemakai informasi, maka perlu dilakukan suatu penelitian baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Dalam sebuah interview berdasarkan studi kasus, Nicholas dan Martin (1997) informasi yang muncul memerlukan data dari wartawan yang bekerja pada The Independent, The Sunday Times dan The Guardian. Penelitian ini disusun menurut kerangka yang semula diusulkan oleh Line (1969 & 1974), dan dikembangkan lebih lanjut oleh Nicholas (1996). Kerangka itu membedakan sebelas karateristik kebutuhan informasi dan empat macam hambatan yang dapat menghalangi penemuan informasi itu. Berikut uraian dari karakteristik penelusuran informasi dan hambatan tersebut. a. Pokok masalah (Subject) Subjek yang terkandung dalam suatu informasi merupakan karakteristik kebutuhan informasi yang paling jelas dan segera terlihat. Ada tiga aspek yang harus dipertimbangkan dalam menguraikan pokok masalah, yaitu: 1) berapa banyak pokok masalah yang terkandung dalam suatu informasi, 2) seberapa jauh kedalaman pokok masalah itu, dan 3) apakah terdapat masalah dalam menentukan subjek yang lebih rinci.

7 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 7 b. Fungsi (Function) Setiap pemakai informasi memiliki fungsi yang berbeda beda dalam memanfaatkan informasi, tergantung pada kegiatan dan hasil kegiatan dari pemakai informasi. Pada dasarnya pemakai membutuhkan informasi dengan tujuan untuk memenuhi lima fungsi pokok, yaitu: 1) fungsi temuan (fact finding), 2) fungsi aktualisasi informasi (current awareness), 3) fungsi penelitian (research), 4) fungsi penyegaran (briefing), dan 5) fungsi pendorong (stimulus). c. Sifat (Nature) Sifat informasi merujuk pada ciri esensial yang ada pada suatu informasi, yaitu apakah informasi itu memiliki salah satu sifat berikut, seperti berubah pada periode tertentu, atau kebutuhan informasi berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. d. Tingkat intelektual (Intelectual Level) Informasi baru dapat dipahami secara efektif oleh pemakai bila memiliki prasyarat keluasan pengetahuan minimum atau tingkat kecerdasan tertentu. Sehinggga dalam konsep kebutuhan informasi terkandung karakteristik yang berkaitan dengan tingkat intelektual pemakai. e. Sudut pandang (Viewpoint) Informasi dalam ilmu sosial sering dituangkan dengan sudut pandang atau pendekatan tertentu. Untuk memudahkan sudut pandang tersebut maka dibuat kategori berdasarkan pada pemikiran, orientasi politik, pendekatan positif negatif, dan orientasi disiplin ilmu. f. Kualitas (Quality) Kualitas kebutuhan informasi sangat tergantung pada sifat individu pemakai informasi. Sehingga keputusan pengguaan informasi berdasarkan pada kualitas ini bersifat pribadi. Untuk dapat melakukan pemilihan kebutuhan informasi berdasarkan kualitas secara tepat, sangat diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap pemakai informasi. g. Kuantitas (Quantity) Pemakai informasi membutuhkan jumlah yang berbeda dalam memenuhi keperluan tugas pekerjaan atau dalam memecahkan suatu permasalahan. Jumlah informasinya yang dibutuhkan sangat tergantung pada sifat individu pemakai, artinya setiap pemakai dianggap mampu menentukan batasan kebutuhan informasi masing masing.

8 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 8 h. Batas waktu informasi (Date) Untuk memahami kebutuhan informasi pemakai berdasarkan karakteristik batas waktu informasi, ada dua pertanyaan yang harus diajukan. Pertanyaan tersebut adalah, 1) seberapa lama informasi masa lampau yang diperlukan?, dan 2) seberapa baru informasi yang diperoleh?. Pertimbangan utama yang menentukan ialah berapa lama umur informasi dalam simpanan berkas yang ada. Informasi pada setiap disiplin ilmu yang ada akan memiliki umur penyimpanan berkas informasi berbeda beda. i. Kecepatan pengiriman (Speed of delivery) Informasi diupayakan secepatnya sampai pada pemakai, dan diharapkan tidak terhenti dalam masa transit atau penyebarannya, sehingga aktualitas informasi dapat dijaga. Hal ini berarti informasi jangan sampai tidak up to date kemanfaatannya. j. Tempat asal publikasi (Place) Bagai pemakai informasi, tempat asal publikasi bisa menjadi masalah. Masalah tersebut berhubungan dengan tiga hal utama, yaitu, 1) pokok masalah dalam informasi, 2) posisi pengguna, dan 3) kelancaran bahasa. k. Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and Packaging) Pemrosesan berkaitan dengan cara penyajian informasi dari pokok pikiran dan riset yang sama, sedangkan pengemasan berkaitan dengan tampilan luar atau bentuk fisik dari informasi. Hambatan Hambatan: a. Waktu (Time): Batasan waktu kerja b. Akses (Access): Ketersediaan informasi c. Kelebihan informasi (Overload Information): Memiliki informasi lebih dari yang bisa dikelola dengan praktis d. Pelatihan (Coaching): Tingkatan keahlian dalam pemanfaatan sumber informasi Karena tujuan penelitian ini untuk memahami information seeking dan manajemen informasi dalam konteks suatu tugas lebih luas yakni pada suatu tingkat tugas jurnalistik yang lebih luas, maka hasil yang diperoleh oleh Nicholas dan Martin mengenai karakteristik fungsi / tujuan menjadi sangat relevan. Nicholas dan Martin menyimpulkan dengan menekan tingkat kebutuhan informasi wartawan, bahwa kebutuhan wartawan pada sumber otoritatif dan terbaru, dan diperlukan kecepatan

9 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 9 informasi. Hambatan terbesar (atau tantangan) yang mereka alami adalah kurangnya waktu. Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan metode kuantitatif deskriptif dengan teknik mengambilan sample secara Non Probability adalah teknik yang tidak memberi peluang / kesempatan yang sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono,2010). Dengan teknik penarikan menggunakan metode sampling jenuh adalah teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Sedangkan sample yang digunakan sebanyak 50 orang responden. Teknik pengumpulan data penelitian yang digunakan adalah kuesioner, wawancara, observasi dan studi pustaka Dan teknik pengelolahan data penelitian yang digunakan adalah editing, coding dan tabulasi data. Analisis Data Berikut akan dijelaskan mengenai pokok bahasan apa saja yang akan dianalisis dengan lebih dalam maka penelitian ini ingin mengkaji tentang bagaimana Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya (Studi Deskriptif Mengenai Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya Dalam Penyampaian Informasi). Data yang akan disajikan mengenai penentuan responden yang ada pada daftar kuisioner terdapat juga beberapa pertanyaan mengenai perilaku pencarian informasi yang berdasarkan ada pada model teori perilaku pencarian informasi jurnalistik Nicholas yang digunakan untuk mengkaji temuan data dalam peneltian ini. Adapun penjabarannya. Kebutuhan informasi dalam jurnalis, meliputi : (1) Pokok masalah (Subject), (2) Fungsi (Function), (3) Sifat (Nature), (4) Tingkat intelektual (Intelectual Level), (5) Sudut pandang (Viewpoint), (6) Kualitas (Quality), (7) Kuantitas (Quantity), (8) Batas waktu informasi (Date), (9) Kecepatan pengiriman (Speed of delivery), (10) Tempat asal publikasi (Place), (11) Pemrosesan dan pengemasan (Processing and Packaging). Hambatan penemuan informasi, meliputi : (1) Waktu (Time), (2) Akses (Access), (3) Kelebihan informasi (Overload Information), (4) Pelatihan (Coaching). Berikut analisis data yang akan dibahas oleh peneliti yang nantinya dapat memberikan banyak data serta referensi yang dapat dijadikan pembanding.

10 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 10 Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis Berdasarkan Proses Penemuan Informasi Dalam perilaku penemuan informasi tidak lepas dari apa yang menjadi kebutuhan informasinya, yakni kebutuhan jurnalis akan sumber informasi yang dimanfaatkannya. Oleh karena itu jurnalis akan membentuk perilaku penemuan informasi yang sesuai dengan karateristik kebutuhan informasi. Menurut Wilson dalam Eskola (1998) model umum perilaku informasi terdiri dari tiga unsur berikut: kebutuhan informasi dan peran informasi, faktor faktor yang mempengaruhi persepsi individu terhadap kebutuhan, proses atau tindakan dalam memberikan respons. Dari uraian diatas dapat dijelaskan bahwa proses atau tindakan dalam memberikan respon terhadap kebutuhan akan informasi merupakan bagian dari perilaku informasi. Respon yang dimaksudkan yaitu bagaiamana perilaku dari seseorang yakni jurnalis dalam menemukan informasi untuk memenuhi kebutuhannya serta yang didorong oleh faktor faktor yang mempengaruhi presepsi pengguna terhadap kebutuhan informasinya tentu berpengaruh terhadap perilaku penemuan informasi. Dalam sebuah interview berdasarkan studi kasus, Nicholas dan Martin (1997) informasi yang muncul memerlukan data dari wartawan yang bekerja pada The Independent, The Sunday Times dan The Guardian. Penelitian ini disusun menurut kerangka yang semula diusulkan oleh Line (1969 & 1974), dan dikembangkan lebih lanjut oleh Nicholas (1997). Kerangka itu membedakan sebelas karateristik kebutuhan informasi. Melihat dari penjelasan diatas tersebut maka peneliti dapat menyajikan analisis dari perilaku pencarian informasi jurnalis sesuai dengan model teori perilaku pencarian informasi jurnalistik Nicholas (1997). Adapun penjabarannya. Kebutuhan informasi dalam jurnalis, meliputi : (1) Pokok masalah (Subject), (2) Fungsi (Function), (3) Sifat (Nature), (4) Tingkat intelektual (Intelectual Level), (5) Sudut pandang (Viewpoint), (6) Kualitas (Quality), (7) Kuantitas (Quantity), (8) Batas waktu informasi (Date), (9) Kecepatan pengiriman (Speed of delivery), (10) Tempat asal publikasi (Place), (11) Pemrosesan dan pengemasan (Processing and Packaging). Dari temuan data pada bab 3 yang terdiri dari table table hasil pengolahan dari kuisioner maka peneliti dapat mengelompokkan jenis kebutuhan informasi dari jurnalis. Pertama yakni berkaitan dengan Pokok Masalah (Subject), bagaimana jurnalis mendapatkan informasi yang dibutuhkan dalam menunjang kegiatan jurnalistik yang terkait dengan banyaknya pokok masalah yang terkandung dalam suatu informasi (Nicholas 1997), yang terlihat pada Tabel III.1.6, Tabel III.1.7, dan Tabel III.1.8. Hasil dari masing masing tabel tersebut menjelaskan bahwa banyak dari jurnalis mendapaktan suatu masalah pokok informasi dengan cara laporan investigasi berjumlah 22 responden dari jumlah total responden sebesar 50 responden. Jurnalis yang melakukan kegiatan laporan investigasi untuk menemukan suatu pokok masalah

11 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 11 informasi dengan prosentase sebesar 44%. Adapun bentuk kedalaman pokok masalah suatu informasi saat liputan yang mereka temukan dilapangan yaitu, opini publik, isu aktual, laporan investigasi, dan feature. Dengan menggunakan cara laporan investigasi menurut mereka sangat berguna dalam menemukan informasi yang akurat langsung dilokasi peristiwa. Dengan langsung mewawancarai narasumber mereka banyak menemukan fakta sebuah informasi dalam suatu peristiwa. Pokok masalah yang terkandung dalam suatu informasi yang dinyatakan responden tersebut merupakan karakteristik kebutuhan informasi yang paling jelas dan segera dapat dilihat. Pokok masalah tersebut juga tergantung minat responden seperti yang telah diungkapkan Nicholas (2000). Kedua yakni berkaitan dengan Fungsi (Function), setiap jurnalis memiliki kebutuhan yang berbeda beda dalam memanfaatkan informasi tergantung dari pada kegiatan dan hasil kegiatan dari jurnalis tersebut. Pada dasarnya jurnalis membutuhkan informasi dengan tujuan untuk memenuhi lima fungsi pokok, yaitu fungsi temuan, fungsi aktualisasi informasi, fungsi penelitian, fungsi penyegaran, dan fungsi pendorong (Nicholas 1997), yang terlihat pada Tabel III.2.9 dan Tabel III Hasil dari masing masing tabel tersebut yakni berkaitan dengan bagaiamana cara memanfaatkan informasi bidang tertentu secara lengkap dan mendalam. Jurnalis banyak memilih menggunakan cara liputan investigasi dengan penyelidikan atau pengusutan secara mendalam atau cermat. Cara tersebut hampir separuh dari semua jurnalis menggunakannya yakni dengan jumlah 22 jurnalis dan prosentase sebesar 44%. Adapaun cara memanfaatkan informasi bidang tertentu secara lengkap dan mendalam dengan menggunakan cara wawancara langsung dengan narasumber, observasi atau terjun ke lapangan tempat peristiwa terjadi, sharing sesama jurnalis atau ikut serta jumpa pers, dan liputan investigasi dengan penyelidikan atau pengusutan secara mendalam atau cermat. Hampir seluruh jurnalis disini menggunakan cara liputan investigasi dengan penyelidikan atau pengusutan secara mendalam atau cermat. Mereka lebih memilih cara tersebut dengan wawancara langsung karena akan menemukan sumber informasi yang akurat, dengan cara tersebut mereka bisa mendapatkan informasi yang berkualitas yang tujuannya banyak dimanfaatkan oleh pengguna dan informasinya tepat waktu. Ketiga berkaitan dengan Sifat (Nature), sifat informasi merujuk pada ciri esensial yang ada pada suatu informasi, yaitu apakah informasi memiliki salah satu sifat berubah pada periode tertentu atau kebutuhan informasi jurnalis yang berbeda dengan jurnalis lainnya (Nicholas 1997), yang terlihat pada Tabel III.3.11 dan Tabel III Hasil dari masing masing tabel tersebut menjelaskan bahwa yang membedakan kebutuhan informasi dengan jurnalis lainnya terkait dengan desk liputan yang diberikan adalah berbedanya jenis informasi dari desk liputan sebanyak 18 jurnalis dengan prosentase 36% memilih jawaban tersebut. Adapun yang membedakan kebutuhan informasi dengan jurnalis lainnya terkait dengan desk liputan yaitu, pengetahuan lebih tentang informasi tersebut, jenis informasi dari desk liputan,

12 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 12 tugas yang diberikan redaktur, dan lokasi liputan dan narasumber. Deks liputan yang diberikan kepada jurnalis membedakan semua kegiatan pecarian informasi jurnalis. Jurnalis yang mendapatkan kategori desk liputan tidak selalu memahami tentang infromasi desk liputan tersebut, oleh karena itu para jurnalis memiliki kendala tersendiri dalam menentukan tema atau pokok permasalahan suatu informasi yang diterimanya. Keempat berkaitan dengan Tingkat Intelektual (Intelectual Level), informasi baru dapat jurnalis pahami secara efektif bila memilik prasyarat keluasan pengetahuan minimum atau tingkat kecerdasan tertentu. Sehingga dalam konsep kebutuhan informasi terkandung karakteristik yang berkaitan dengan tingkat intelektual yang jurnalis miliki (Nicholas 1997). Terlihat pada Tabel III.4.13, Tabel III.4.14, dan Tabel III Hasil masing masing tabel tersebut menjelaskan bahwa pengetahuan yang paling jurnalis pahami lebih terkait dengan desk liputan, mereka memilih teknologi (hanphone, laptop, komputer, tab, ipod, dll) sebagai jawaban terbanyak. Sebanyak 24 jurnalis dengan prosentase 48% memilih jawaban tersebut. Adapun pengetahuan yang paling dipahami jurnalis lebih terkait dengan desk liputan yaitu, Teknologi (handphone, laptop, komputer, tab, ipod, dll), Life style (fashion, komunitas, tempat tinggal, kebutuhan hidup lainnya), Hiburan (musik, film, dan game), dan Otomotif (modifikasi, kejuaraan balap). Pengetahuan tentang teknologi pada zaman ini adalah hal yang wajar untuk diketahui perkembangan informasinya. Banyak informasi yang diberitakan mengenai perkembangan teknologi khususnya seputar gadget pada kalangan anak muda. Jurnalis banyak memilih kategori informasi mengenai teknologi karena mereka ingin menyampaikan suatu informasi yang berkualitas bagi perkembangan teknologi pada kalangan anak muda di zaman ini. Informasi ini sangat banyak dimanfaatkan olek kaum anak muda, oleh karena itu jurnalis berusaha semaksimal mungkin mendapatkan informasi tersebut dengan cara bertanya kepada para pakar teknologi dan jurnalis juga mempelajari pengetahuan mengenai teknologi tersebut khususnya pada bidang gadget. Kelima berkaitan dengan Sudut Pandang (Viewpoint), informasi dalam ilmu sosial sering dituangkan dengan sudut pandang atau pendekatan tertentu. Untuk memudahkan sudut pandang tersebut maka dibuat kategori berdasarkan pada pemikiran, orientasi politik, pendekatan positif negatif, dan orientasi disiplin ilmu (Nicholas 1997), yang terlihat pada Tabel III.5.16 dan Tabel III Hasil masing masing tabel tersebut menjelaskan bahwa dalam kategori berdasarkan apa sudut pandang informasi yang sering jurnalis temukan, mereka memilih jawaban orientasi disiplin ilmu (sesuai dengan ilmu/pengetahuan yang didalami secara detail) sebagai pilihan terbanyak. Sebanyak 19 jurnalis dengan prosentase 38% memilih jawaban tersebut. Adapaun kategori berdasarkan sudut pandang informasi yang sering jurnalis temukan yaitu, pemikiran (opini publik), orientasi politik (berkaitan dengan dunia politik), pendekatan positif negatif (kehidupan sosial berkaitan dengan hukum, agama, adat istiadat), dan orientasi disiplin ilmu (sesuai dengan ilmu/pengetahuan

13 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 13 yang didalami secara detail). Orietasi disiplin ilmu adalah ilmu yang dipahami oleh jurnalis terkait dengan minat dan pengetahuan mereka terhadap ilmu tersebut. Jurnalis memiliki kebutuhan informasi yang berbeda beda sesuai dengan minat mereka dan sesuai dengan tugas yang diberikan. Dengan bekal pengetahuan individu mereka terkait dengan desk liputan atau tugas yang diberikan dalam mencari informasi setidaknya mereka sudah mengetahui latar belakang informasi tersebut yang akan memudahkan mereka dalam mencari informasi yang akurat. Keenam berkaitan dengan Kualitas (Quality), kualitas kebutuhan informasi sangat tergantung pada sifat individu pemakai informasi. Sehingga keputusan pengguna informasi berdasarkan pada kualitas ini bersifat pribadi. Untuk dapat melakukan pemilihan kebutuhan informasi berdasarkan kualitas secara tepat, sangat diperlukan pemahaman yang mendalam terhadap pemakai informasi (Nicholas 1997), yang terlihat pada Tabel III.6.18 dan Tabel III Hasil masing masing tabel tersebut menjelaskan bahwa bagaimana sumber informasi yang dikatakan berkualitas, mereka memilih jawaban semuanya sebagai pilihan terbanyak. Sebanyak 24 jurnalis dengan prosentase 48% memilih jawaban tersebut. Adapun bagaimana sumber informasi yang dikatakan berkualitas yaitu, narasumber yang akurat dan terpecaya, memberikan manfaat bagi pemakai, tepat waktu, dan semuanya. Sumber informasi yang dikatakan berkualitas adalah sumber informasi yang bernarasumber terpercaya, tepat waktu dan bermanfaat. Dalam mencari sumber informasi yang akurat dengan cara liputan investigasi langsung atau dengan bertanya kepada para pakar. Sumber informasi sangatlah penting bagi jurnalis dalam memperoleh informasi karena informasi yang mereka peroleh akan disampaikan kembali kepada pemakai informasi, oleh karena itu mereka harus benar benar mencari sumber informasi yang berkualitas untuk penyampaian kembali informasi tersebut. Ketujuh berkaitan dengan Kuantitas (Quantity), pemakai informasi membutuhkan jumlah yang berbeda dalam memenuhi keperluan tugas pekerjaan atau dalam memecahkan suatu permasalahan. Jumlah informasinya yang dibutuhkan sangat tergantung pada sifat individu pemakai, artinya setiap pemakai dianggap mampu menentukan batasan kebutuhan informasi masing masing (Nicholas 1997), yang terlihat pada Tabel III.7.20 dan Tabel III Hasil masing masing tabel tersebut menjelaskan bahwa jumlah sumber informasi yang dibutuhkan dalam tugas sesuai dengan desk liputan, mereka memilih jawaban 1-2 desk liputan sebagai pilihan terbanyak. Sebesar 21 jurnalis dengan prosentase 42% memilih jawaban tersebut. Adapun jumlah sumber informasi yang dibutuhkan dalam tugas sesuai dengan desk liputan yaitu, 1-2 desk liputan, 3-4 desk liputan, 5 desk liputan, dan lebih dari 5 desk liputan. Dalam sebuah jumlah kebutuhan informasi setiap jurnalis memiliki perbedaan tergantung dari tugas yang diberikan dari redaktur. Dalam setiap harinya jurnalis mampu memperoleh informasi 2 kategori desk liputan. Jumlah informasi yang mereka peroleh berpengaruh pada aktifitas individu karena sebagian besar jurnalis adalah seorang mahasiswa yang masih aktif diperkuliahan.

14 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 14 Kedelapan berkaitan dengan Batas Waktu Informasi (Date), untuk memenuhi kebutuhan informasi pemakai berdasarkan karakteristik batas waktu informasi, ada dua pertanyaan yang harus diajukan ialah seberapa lama informasi masa lampau yang diperlukan dan seberapa baru informasi yang diperoleh. Pertimbangan utama yang menentukan ialah berapa lama umur informasi dalam simpanan berkas yang ada. Informasi pada setiap disiplin ilmu yang ada akan memiliki umur penyimpanan berkas informasi berbeda beda (Nicholas 1997), yang terlihat pada Tabel III.8.22 dan Tabel III Hasil masing masing tabel tersebut menjelaskan bahwa seberapa lama umur informasi masa lampau yang masih diperlukan, mereka memilih jawaban 1 minggu yang lalu sebagai pilihan terbanyak. Sebanyak 22 jurnalis dengan prosentase 44% memilih jawaban tersebut. Adapun lama umur informasi masa lampau yang masih diperlukan yaitu, 3 hari yang lalu, 1 minggu yang lalu, lebih dari 2 minggu yang lalu, dan 1 bulan yang lalu. Tabel tersebut juga menjelaskan tentang seberapa baru informasi yang diperoleh, mereka memilih jawaban up date internet sebagai pilihan terbanyak. Sebanyak 20 jurnalis dengan prosentase 40% memilih jawaban tersebut. Adapun kebaruan informasi yang diperoleh yaitu, dengan observasi langsung dari lokasi peristiwa, wawancara langsung pada narasumber, up date internet, dan up date berita elektronik (televisi dan radio). Karena kategori ini tidak dapat terpisahkan maka peneliti menganalisis kedua kategori tersebut menjadi suatu ringkasan yang berhubungan. Kebaruan informasi sangat penting bagi penyampaian informasi kembali, karena berita yang up to date adalah berita yang paling dimanfaatkan oleh banyak pemakai seagai pengetahuan. Kebaruan informasi menjadi kualitas tersendiri akan berita bagi pemakai informasi. Banyak jurnalis yang memanfaatkan internet sebagai salah satu sumber rujukan informasi, karena akses internet tergolong mudah untuk saat ini, hanya dengan bermodalkan handphone mereka semua bisa menggunakan internet. Internetpun terdapat banyak informasi mengenai bidang apa saja. Tergantung dari pemahaman atau pengetahuan yang dimiliki jurnalis dalam memanfaatkan sumber informasi yang akurat pada internet, seperti memanfaatkan sumber informasi berita online pada intenet. Kesembilan berkaitan dengan Kecepatan Pengiriman (Speed of Delivery), Informasi diupayakan secepatnya sampai pada pemakai, dan diharapkan tidak terhenti dalam masa transit atau penyebarannya, sehingga aktualitas informasi dapat dijaga. Hal ini berarti informasi jangan sampai tidak up to date kemanfaatannya (Nicholas 1997), yang terlihat pada Tabel III.9.24 dan Tabel III Hasil masing masing tabel tersebut menjelaskan bahwa seberapa cepat informasi yang dikirimkan ke bagian redaksi, mereka memilih jawaban langsung setelah liputan sebagai pilihan terbanyak. Sebanyak 29 jurnalis dengan prosentase 58% memilih jawaban tersebut. Adapaun seberapa cepat informasi yang dikirimkan ke bagian redaksi yaitu, 1 jam setelah liputan, 2 jam setelah liputan, lebih dari 2 jam setelah liputan, dan langsung setelah liputan. Kecepatan pengiriman informasi menjadi salah satu hal yang perlu diperhatikan oleh jurnalis karena menyangkut kebaruan informasi yang akan disampaikan kepada pemakai informasi. Dalam pengiriman informasi ke bagian

15 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 15 redaksi diharapkan tidak terhenti dalam waktu yang lama, karena akan mempengaruhi aktualisasi informasi tersebut. Sebagian besar jurnalis memilih langsung mengirimkan informasi yang diperoleh setelah liputan, tujuan mereka agar menghindari keterlambatan informasi dan juga mempercepat informasi tersebut disampaikan secara tepat waktu kepada para pemakai informasi. Setelah memperoleh sebuah informasi jurnalis langsung mengirimkan hasil informasinya ke bagian redaksi untuk diproses publikasinya. Kesepuluh berkaitan dengan Tempat Asal Publikasi (Place), Bagai pemakai informasi, tempat asal publikasi bisa menjadi masalah. Masalah tersebut berhubungan dengan tiga hal utama yaitu, pokok masalah dalam informasi, posisi pengguna, dan kelancaran bahasa (Nicholas 1997), yang terlihat pada Tabel III.10.26, Tabel III.10.27, Tabel III.10.28, dan Tabel III Hasil masing masing tabel tersebut menjelaskan bahwa apakah yang harus dipahami terkait dengan suatu masalah tempat asal informasi ditemukan, mereka memilih jawaban semuanya sebagai pilihan terbanyak. Sebanyak 27 jurnalis dengan prosentase 54% memilih jawaban tersebut. Adapun yang harus dipahami terkait dengan suatu masalah tempat asal informasi ditemukan yaitu, pokok masalah, posisi pengguna, kelancaran bahasa, dan semuanya. Dalam hubungannyan dengan tempat asal publikasi, terlebih dahulu jurnalis harus memahami tiga hal utama yaitu pokok masalah, posisi pengguna dan kelancaran bahasa. Hal tersebut sebagai proses menentukan masalah pada tempat asal publikasi. Tempat asal publikasi berhubungan dengan dimana jurnalis tersebut menemukan informasi, posisi jurnalis pada saat itu dan juga kelancaran bahasa yang digunakan sebagai proses wawancara kepada narasumber. Dari pemahaman ke tiga hal tersebut maka akan menimbulkan suatu latarbelakang informasi yang diperoleh. Kesebelas berkaitan dengan Pemrosesan dan Pengemasan (Processing and Packaging), Pemrosesan berkaitan dengan cara penyajian informasi dari pokok pikiran dan riset yang sama, sedangkan pengemasan berkaitan dengan tampilan luar atau bentuk fisik dari informasi (Nicholas 1997), yang terlihat pada Tabel III dan Tabel III Hasil masing masing tabel tersebut menjelaskan bahwa yang perlu diperhatikan terkait dengan produksi berita dalam penyampaianya, mereka memilih jawaban kebaruan sumber berita sebagai pilihan terbanyak. Sebanyak 24 jurnalis dengan prosentase 48% memilih jawaban tersebut. Adapun yang perlu diperhatikan terkait dengan produksi berita dalam penyampaiannya yaitu, pemilihan penting tidaknya berita, kebaruan sumber berita, susunan kata berita yang akan disampaikan, dan tema atau judul yang sesuai dengan isi berita. Kebaruan sumber berita dalam proses penyampaiannya adalah suatu kualitas media informasi. Dalam memilih berita yang akan disampaikan seorang jurnalis haruslah memilih informasi yang benar benar tepat waktu dan banyak dimanfaatkan oleh pemakai informasi. Pengemasan sebuah informasi yang akan disampaikan haruslah sesuai dengan tema informasi tersebut agar tidak membuat pemakai informasi kebingungan dalam memanfaatkan berita tersebut. Pengemasan berkaitan dengan tampilan luar atau

16 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 16 bentuk fisik menjadi sorotan utama bagi pemakai informasi dalam surat kabar atau koran. Oleh karena itu tema haruslah sesuai menggambarkan informasi tersebut. Hambatan Hambatan Dalam Penemuan Informasi Jurnalis Dari hasil analisis diatas peneliti mengenai bagaimana perilaku penemuan informasi jurnalis yang dilihat berdasarkan konteks kebutuhan informasi beserta sumber informasi yang digunakan guna untuk menunjang gambaran perilaku penemuan informasi jurnalis, peneliti juga menemukan mengenai hambatan hambatan yang dialami oleh jurnalis dalam melakukan proses penemuan informasi. Menurut Wilson (2009) menjelaskan terjadinya hambatan ketika seseorang membutuhkan informasi dan selama proses penemuan informasi tersebut. mengajukan unsur hambatan dalam model perilaku informasi. Hambatan yang terjadi dalam proses pemenuhan kebutuhan informasi dan proses penemuan informasi ini disebut sebagai Intervening Variable dari perilaku penemuan informasi. Dalam sebuah interview berdasarkan studi kasus, Nicholas dan Martin (1997) informasi yang muncul memerlukan data dari wartawan yang bekerja pada The Independent, The Sunday Times dan The Guardian. Penelitian ini disusun menurut kerangka yang semula diusulkan oleh Line (1969 & 1974), dan dikembangkan lebih lanjut oleh Nicholas (1996). Kerangka itu juga membedakan empat macam hambatan yang dapat menghalangi penemuan informasi tersebut. Berikut uaraian dari hambatan yang mempengaruhi proses penemuan informasi jurnalis : Waktu (time), Akses (Access), Kelebihan informasi (Overload Information), dan Pelatihan (Coaching). Peneliti dapat menyajikan data yang sesuai dengan teori diatas yakni seperti terdapat pada Tabel IV tentang hambatan penemuan informasi jurnalis. Hasilnya hampir separuh dari keseluruhan jurnalis mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhan informasi dikarenakan kendala yang terkait dengan waktu kerja, kendala yang terkait dengan akses, kendala yang terkait dengan kelebihan informasi, dan kendala yang terkait dengan pelatihan tingkat keahlian. Berbagai hambatan akan dijelaskan ringkasan temuan hasil penelitian di bawah ini. Hambatan pertama yang dijelaskan adalah hambatan yang terkait dengan waktu kerja terlihat pada Tabel IV.32 dengan pilihan jawaban meliputi : Deadline, Jadwal acara yang berbenturan, Kesulitan mengatur jadwal wawancara dan Ketinggalan peristiwa. Terlihat pada tabel tersebut Deadline menjadi pilihan hambatan terbanyak sebesar 25 jurnalis dengan prosentase sebesar 50%. Tabel tersebut menjelaskan bahwa jurnalis sulit mengatur waktu kerja terkait dengan deadline tugas yang diberikan redaktur karena sebagian besar jurnalis masih aktif sebagai mahasiswa universitas. Namun waktu kerja yang diberikan selama proses penemuan informasi cukup, terlihat pada

17 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 17 Tabel IV.33 sebesar 36 jurnalis dengan prosentase sebesar 72%. Tabel tersebut menjelaskan bahwa sebagian besar jurnalis dalam menerima waktu kerja dilapangan dirasa cukup, karena ruang lingkup tugas dari jurnalis ini berbeda dengan ruang lingkup kerja wartawan pada umumnya. Seperti hasil dari penelitian Dwi Prihastuti (2009) yang menyatakan bahwa hambatan dalam penemuan informasi terkait dengan waktu adalah deadline tugas yang diberikan redaktur sangat membebankan kinerja wartawan dalam proses penemuan informasi. Karena setiap wartawan menerima tugas yang berbeda dengan wartawan lainnya terkait dengan desk liputan yang diterima. Namun mengenai waktu dilapangan pada penelitian tersebut mengatakan tidak cukup karena banyaknya informasi yang dicari meliputi bidang apa saja menjadi hambatan sebagai tuntutan dari desk liputan. Dalam hambatan ini berhubungan dengan hambatam eksternal yang dikemukakan oleh Wilson (dalam Faber, et.al., 2006) yang berkaitan dengan keterbatasan waktu. Terbatasnya waktu dapat menjadi hambatan dalam penemuan informasi. Aktivitas yang padat memungkinkan berkurangnya waktu untuk menemukan informasi yang dibutuhkan. Perlu diketahui karena sebagian besar jurnalis adalah seorang mahasiswa jadi tidak menutup kemungkinan aktifitas perkuliahan dan tugas dari redaktur untuk mencari informasi akan saling berbenturan. Hambatan kedua yang dijelaskan adalah hambatan yang terkait dengan akses terlihat pada Tabel IV.34 dengan pilihan jawaban meliputi : Narasumber yang sulit untuk ditemui, Petugas pusat informasi yang tidak kooperatif, Jadwal acara jumpa pers yang berbenturan dan Ketinggalan sebuah peristiwa. Terlihat pada tabel tersebut Ketinggalan sebuah peristiwa menjadi pilihan hambatan terbanyak sebesar 19 jurnalis dengan prosentase sebesar 38%. Tabel tersebut menjelaskan bahwa dalam proses penemuan informasi dilapangan ketinggalan sebuah peristiwa menjadi hambatan yang utama karena kebaruan sebuah informasi sangat diutamakan dalam penyampaian informasi kembali kepada pengguna. Karena informasi dikatakan akurat selain informasi tersebut terpecaya, informasi tesebutpun juga harus tepat waktu. Dalam proses pencarian informasi apakah akses membebankan juga dipertanyakan saat terjun langsung ke lapangan, jawaban tidak terlihat pada Tabel IV.35 sebesar 39 jurnalis dengan prosentase sebesar 78%. Tabel tersebut menjelaskan bahwa akses selama terjun langsung ke lapangan dalam proses pencarian informasi tidak membebankan jurnalis. Karena ruang lingkup pencarian informasi jurnalis deteksi ini berbeda dengan ruang lingkup pencarian wartawan pada umumnya, jika pada penelitian Dwi Prihastuti (2009) menjelaskan bahwa hambatan utama terkait dengan akses menurut wartawan di Surabaya adalah mereka memilih Narasumber yang sulit ditemui sebagai pilihan terbanyak. Karena ruang lingkup kerja wartawan tidak terbatas membuat mereka kesulitan dalam menemui narasumber yang tepat karena melihat dari kepadatan jadwal wartawan setiap harinya mereka harus pandai menentukan waktu yang tepat untuk menemui narasumber yang tepat. Wilson (dalam Faber, et.al., 2006) berpendapat berkaitan dengan hambatan eksternal dalam hambatan geografis yaitu lokasi yang jauh dari sumber informasi dapat menjadi

18 Faizal Rahman : Karakteristik Kebutuhan Informasi Jurnalis DetEksi Jawa Pos Surabaya 18 hambatan geografis. Sehingga memerlukan waktu yang lama untuk bisa mengaksesnya. Dalam hambatan kedua ini yang berhubungan dengan ketinggalan sebuah peristiwa dimana sumber informasi yang berkualitas dan aktual yaitu langsung terjadi di lokasi peristiwa. Banyak jurnalis yang terkendala dengan hal tersebut karena kembali lagi dengan aktifitas diluar jurnalis yang sebagaian besar masih berstatus mahasiswa. Hambatan ketiga yang dijelaskan adalah hambatan yang terkait dengan kelebihan informasi terlihat pada Tabel IV.36 dengan pilihan jawaban meliputi : Informasi yang tidak akurat, Kedala pemilihan informasi yang relevan, Banyaknya sumber yang terkait dengan perkembangan informasi tersebut dan Kebenaran yang tidak sesuai dengan peristiwa. Terlihat pada tabel tesebut Banyaknya sumber yang terkait dengan perkembangan informasi tersebut menjadi pilihan hambatan terbanyak sebesar 20 jurnalis dengan prosentase sebesar 40%. Tabel tersebut menjelaskan bahwa kendala kelebihan informasi pada saat proses pencarian informasi dengan banyaknya sumber yang terkait dengan perkembangan informasi tersebut menjadi kendala dalam sebagian besar jurnalis. Dalam proses pencarian informasi, sumber informasi adalah hal yang utama yang harus mereka pahami sebagai jurnalis. Karena dalam menentukan keakuratan sumber informasi menjadi kualitas lebih bagi nilai guna penyampaian informasi tersebut. Semakin akurat sumber informasi yang ditemukan semakin relevan juga fakta informasi tersebut yang ditemukan. Dalam proses penemuan informasi kelebihan informasi juga sangat berpengaruh pada jurnalis dalam menentukan informasi yang akurat, terlihat pada Tabel IV.37 sebesar 37 jurnalis dengan prosentase sebesar 74%. Jurnalis banyak memilih jawaban ya sebagai pengaruh kelebihan informasi dalam menentukan informasi yang akurat. Semakin banyak sumber informasi yang membahas suatu informasi akan berpengaruh kepada pemahaman jurnalis terhadap informasi tersebut. Jurnalis akan kesulitan menentukan sumber informasi yang akurat untuk pemenuhan kebutuhan informasi sesuai dengan tugas desk liputan yang diberikan. Dalam penelitian Dwi Prihastuti (2009) menjelaskan bahwa dalam tugas kesehariannya tak jarang wartawan mendapatkan terlalu banyak informasi sehingga mengalami kesulitan untuk pengolahannya dan mengaturnya hingga bermanfaat bagi pelaksanaan tugasnya. Informasi yang tidak akurat menjadi hambatan informasi berlebihan utama bagi wartawan di Surabaya. Wilson (Faber, et.al. 2006) berpendapat dalam hambatan internal yaitu disonansi kognitif bahwa gangguan ini terkait dengan motivasi individu dalam berperilaku. Disonansi ini merupakan adanya konflik dalam kognisi individu sehingga individu merasa tidak nyaman, akibatnya mereka akan berupaya memecahkan konflik tersebut dengan satu atau beberapa jalan penyelesaiaan. Hubungannya dengan hambatan tersebut bahwa jurnalis akan menentukan rujukan sumber informasi yang mereka temukan menyesuaikan dengan tingkat pengetahuan yang mereka miliki. Hambatan keempat yang dijelaskan adalah hambatan yang terkait dengan pelatihan tingkat keahlian terlihat pada Tabel IV.38 dengan pilihan jawaban meliputi :

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam

Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam Jurnalistik (journalistic) artinya kewartawanan atau kepenulisan. Kata dasarnya jurnal (journal), artinya laporan atau catatan, atau jour dalam bahasa Prancis yang berarti hari (day). Asalmuasalnya dari

Lebih terperinci

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan

Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan September 2013 Sebelum memahami pengelolaan konten majalah dan web, sebaiknya tahu dulu apa itu jurnalistik, karena konten majalan dan web bersentuhan dengan jurnalistik. Jurnalistik dapat diartikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Citizen journalism atau jurnalisme warga merupakan suatu terobosan terbaru dari dunia jurnalistik. Kehadirannya dipengaruhi oleh tingginya tingkat kebutuhan informasi

Lebih terperinci

Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom Wartawan profesional tidak sekadar "bisa nulis berita", tapi juga memahami dan menaati aturan yang berlaku di dunia jurnalistik, terutama kode etik jurnalistik. Jika

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion,

BAB I PENDAHULUAN. harus dipenuhi, seperti kebutuhan untuk mengetahui berita tentang dunia fashion, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Media telah menjadi bagian dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, bahkan kita tidak akan pernah terlepas dari media. Seiring dengan perkembangan peradaban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbicara mengenai media, tentunya tidak terlepas dari konsep komunikasi massa. Wilbur Scramm menggunakan ide yang telah dikembangkan oleh seorang psikolog, yaitu Charles

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH. Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Masyarakat informasi saat ini, telah menjadikan berita sebagai kebutuhan yang penting, bahkan menjadi primer terutama untuk mengisi kebutuhan pikiran tentang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media televisi sebagai media komunikasi massa adalah mengutamakan suatu proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat lainnya saat yang

Lebih terperinci

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita)

BAB III PENYAJIAN DATA. tentang analisis kebijakan redaksi dalam penentuan headline (judul berita) BAB III PENYAJIAN DATA A. Penyajian Data Berikut ini penyajian data berdasarkan penelitian yang dilakukan di harian surat kabar Pekanbaru Pos. Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh data tentang analisis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa. Dalam komunikasi massainformasi disampaikan melalui media massa.

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa. Dalam komunikasi massainformasi disampaikan melalui media massa. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Penelitian Saat ini tidak diragukan lagi bahwa informasi sangat dibutuhkan untuk berbagai kepentingan yang sifatnya sangat mendasar karena itu perannya sangat luar biasa.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibutuhkan masyarakat. Saat ini ada beragam media yang memberikan informasi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Media massa merupakan sarana menyebarkan informasi kepada masyarakat. Oleh karena itu, media massa memiliki peranan penting dalam penyebaran informasi yang dibutuhkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara.

BAB I PENDAHULUAN. adalah media online seperti yang digunakan oleh Humas Pemerintah Kabupaten Jepara. BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH Publisitas menjadi sangat penting dalam aktivitas humas di organisasi, banyak sekali media yang bisa digunakan untuk menunjang publikasi humas. Salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara sederhana jurnalistik adalah proses kegiatan meliput, membuat, dan menyebarluaskan berita dan pandangan kepada khalayak melalui saluran media massa (Romli: 2009:

Lebih terperinci

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer

Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom. Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Menulis di Media Massa Jenis-jenis Tulisan di Media Massa Berita Feature Opini Tajuk Essay Kolom Sastra Tulisan Ilmiah Tulisan Ilmiah Populer Peluang Dimuat Berita Opini Berita Ditulis oleh wartawan Bisa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. informasi dari berbagai sumber, agar manusia dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak dapat dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan berbahasa erat hubungannya dengan kemampuan berpikir. Bahasa seseorang mencerminkan pikirannya. Semakin terampil seseorang berbahasa, semakin jelas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan dan kepentingannya. Seperti yang diibaratkan oleh Djafar Assegaf. sarana untuk mendapatkan informasi dari luar. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia akan informasi dewasa ini menjadi sebuah kebutuhan yang tidak bisa dikesampingkan. Hal tersebut mendorong manusia untuk mencari informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di era yang semakin dikuasai oleh teknologi dan informasi saat ini menuntut manusia untuk selalu tahu berbagai informasi. Media massa sebagai sarana informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi. Berita mengenai sesuatu yang terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi. Berita mengenai sesuatu yang terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran media massa memberikan kemudahan bagi masyarakat dalam mendapatkan informasi. Berita mengenai sesuatu yang terjadi di daerah-daerah dapat dengan mudah dilihat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wartawan adalah seorang yang melakukan kegiatan sehari-hari sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Wartawan adalah seorang yang melakukan kegiatan sehari-hari sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wartawan adalah seorang yang melakukan kegiatan sehari-hari sebagai pencari dan pemburu informasi, pengumpul berita, pembawa berita penyusun berita, yaitu orang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa saat ini berkembang dengan sangat pesat. Perkembangan media massa sangat erat kaitannya dengan komunikasi, lisan maupun tulisan. Seiring perkembangan teknologi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. beragam peristiwa baik yang bersifat lokal, nasional maupun internasional. Salah

I. PENDAHULUAN. beragam peristiwa baik yang bersifat lokal, nasional maupun internasional. Salah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia pada masa kini tidak terlepas dari kebutuhan untuk memperoleh informasi. Informasi yang tersaji di hadapan masyarakat haruslah memuat beragam peristiwa baik yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan teknologi

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan teknologi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, kebutuhan manusia akan teknologi semakin berkembang. Salah satu teknologi yang berkembang paling pesat adalah internet. Seperti yang

Lebih terperinci

Universitas Airlangga Surabaya merupakan salah satu universitas negeri terbesar

Universitas Airlangga Surabaya merupakan salah satu universitas negeri terbesar LITERASI INFORMASI MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA (STUDI DEKRIPTIF MENGENAI LITERASI INFORMASI MAHASISWA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Koran dalam bentuk media cetak merupakan salah satu bentuk media massa yang sudah ada sejak beratus tahun lalu, dan menjadi bagian dari masyarakat. Koran berfungsi

Lebih terperinci

Teknik Reportase dan Wawancara

Teknik Reportase dan Wawancara Modul ke: 01Fakultas FIKOM Teknik Reportase dan Wawancara Media Dan Humas (Pengantar Teknik Reportase dan Wawancara) Mintocaroko. S.Sos. Program Studi HUMAS Latar Belakang Public Relations merupakan salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu hal atau peristiwa yang baru saja atau sedang terjadi. Orang tersebut

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu hal atau peristiwa yang baru saja atau sedang terjadi. Orang tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di jaman globalisasi telah mengalami berbagai perkembangan yang begitu cepat. Salah satu hal yang mengalami perkembangan dengan cepat adalah perkembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN BAB II TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN A. Data Perusahaan Ketika melaksanakan kerja praktek, praktikan mempelajari mengenai data perusahaan, mulai dari rubric yang terdapat dalam majalah Herworld Indonesia hingga

Lebih terperinci

PEMBUATAN MEDIA INTERNAL PERUSAHAAN PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH GEMA WANA RESUME. Disusun oleh : Dewi Susanti D0C007023

PEMBUATAN MEDIA INTERNAL PERUSAHAAN PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH GEMA WANA RESUME. Disusun oleh : Dewi Susanti D0C007023 PEMBUATAN MEDIA INTERNAL PERUSAHAAN PERUM PERHUTANI UNIT I JAWA TENGAH GEMA WANA RESUME Disusun oleh : Dewi Susanti D0C007023 PROGRAM DIPLOMA III PUBLIC RELATIONS FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dewasa ini, media adalah hal yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia yang senantiasa membutuhkan informasi yang dapat memperkaya hidupnya. Media merupakan

Lebih terperinci

KARYA BIDANG PEMBUATAN DAN PENGELOLAAN WEBSITE WAWASAN.CO (REPORTER 2, ADMIN 2, DAN VIDEOGRAPHER) ABSTRAK

KARYA BIDANG PEMBUATAN DAN PENGELOLAAN WEBSITE WAWASAN.CO (REPORTER 2, ADMIN 2, DAN VIDEOGRAPHER) ABSTRAK KARYA BIDANG PEMBUATAN DAN PENGELOLAAN WEBSITE WAWASAN.CO (REPORTER 2, ADMIN 2, DAN VIDEOGRAPHER) Trian Kurnia Hikmandika 14030111130042 ABSTRAK Saat ini, industri media di Indonesia saling terintegrasi

Lebih terperinci

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA ATRIBUT PRODUK DENGAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN SURAT KABAR KOMPAS. (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Kadipiro)

ANALISIS HUBUNGAN ANTARA ATRIBUT PRODUK DENGAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN SURAT KABAR KOMPAS. (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Kadipiro) ANALISIS HUBUNGAN ANTARA ATRIBUT PRODUK DENGAN KEPUTUSAN KONSUMEN DALAM PEMBELIAN SURAT KABAR KOMPAS (Studi Kasus Pada Masyarakat Kelurahan Kadipiro) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menyatakan bahwa wartawan dipahami sebagai orang yang

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menyatakan bahwa wartawan dipahami sebagai orang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) menuliskan bahwa wartawan adalah orang yang pekerjaannya mencari dan menyusun berita untuk dimuat dalam surat kabar, majalah,

Lebih terperinci

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte

#! Beragam peristiwa dan informasi yang diperoleh masyarakat tidak terlepas dari peranan suatu media massa dalam hubungannya dengan penyajian dan inte BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat dewasa ini mulai berkembang ke arah masyarakat informasi. keberadaan sebuah informasi dianggap sangat penting. Sehingga dengan demikian masyarakat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti diharapkan mendapatkan responden yang menggunakan handphone Nokia

BAB III METODE PENELITIAN. peneliti diharapkan mendapatkan responden yang menggunakan handphone Nokia 34 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan pada areal Malang raya. Dengan pertimbangan, peneliti diharapkan mendapatkan responden yang menggunakan handphone Nokia E-72

Lebih terperinci

Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos. Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura Satya Bharata. Program Studi Ilmu Komunikasi

Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos. Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura Satya Bharata. Program Studi Ilmu Komunikasi Problem Jurnalis Lingkungan di SKH Riau Pos (Studi Deskriptif Kualitatif Terhadap Jurnalis SKH Riau Pos Dalam Pemberitaan Seputar Kebakaran Hutan dan Lahan di Riau) Oleh : Ayu Puspita Sari / Bonaventura

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar,

BAB I PENDAHULUAN. kebijakan yang dibuat agar diketahui masyarakat. Misalnya ; kampanye, seminar, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam setiap usaha yang berhubungan dengan publik, kepuasan publik senantiasa menjadi patokan utama. Oleh karena itu, segala upaya dilakukan untuk memuaskan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Informasi telah menjadi kebutuhan masyarakat di era modern. Informasi menambah pengetahuan masyarakat dan membantu mereka membuat keputusan dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 46 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek penelitian ini adalah di sekitar kampus Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang memiliki atau menjaga usaha di sekitar kampus. Alasan dipilihnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas

BAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan kebenaran secara fairness. Yaitu salah satu syarat objektivitas BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Media massa merupakan sarana manusia untuk memahami realitas. Oleh sebab itu, media massa senantiasa dituntut mempunyai kesesuaian dengan realitas dunia yang benar-benar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk sosial yang memerlukan pemenuhan kebutuhan dalam mendapatkan informasi dari luar dirinya. Berbagai upaya dilakukan oleh manusia dalam mendapatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Doli Nirwansyah, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Doli Nirwansyah, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan jurnalistik sebenarnya sudah lama dikenal manusia di dunia ini, karena selalu hadir di tengah-tengah kita. Seiring dengan kegiatan kegiatan hidup manusia

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 174 BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui bagaimanakah Perpustakaan ITS Surabaya dan Perpustakaan UK Petra Surabaya melakukan pemanfaatan fungsi ruang yang

Lebih terperinci

MENGENAL DUNIA REPORTER DAN JURNALISTIK TV

MENGENAL DUNIA REPORTER DAN JURNALISTIK TV MENGENAL DUNIA REPORTER DAN JURNALISTIK TV TVRI STASIUN KALIMANTAN TENGAH PENYAJI : NENI MARIA, S.Si * Dikutip dari berbagai sumber PENGERTIAN JURNALISTIK Jurnalistik dapat diartikan sebagai proses penulisan

Lebih terperinci

STUDI TENTANG PEMANFAATAN MAJALAH ILMIAH DI UPT PERPUSTAKAAN UNSRAT OLEH MAHASISWA UNSRAT MANADO

STUDI TENTANG PEMANFAATAN MAJALAH ILMIAH DI UPT PERPUSTAKAAN UNSRAT OLEH MAHASISWA UNSRAT MANADO STUDI TENTANG PEMANFAATAN MAJALAH ILMIAH DI UPT PERPUSTAKAAN UNSRAT OLEH MAHASISWA UNSRAT MANADO Oleh: Anthonius M. Golung e-mail: tonygolung@yahoo.com Abstract Target of this research is to know student

Lebih terperinci

MENGAPA MENGELUH? Oleh Yoseph Andreas Gual

MENGAPA MENGELUH? Oleh Yoseph Andreas Gual MENGAPA MENGELUH? Oleh Yoseph Andreas Gual Banyak penikmat media (cetak) yang sering membandingkan isi media A, B dan C. Mereka kemudian bertanya mengapa media A memberitakan topik ini sedangkan topik

Lebih terperinci

RANCANGAN PEMBELAJARAN

RANCANGAN PEMBELAJARAN RANCANGAN PEMBELAJARAN 1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : 2011/2012 3. Semester : IV 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Jurnalistik Media Cetak (SPK 2207) 5. SKS : 2 6. Pengampu

Lebih terperinci

Seminar Pendidikan Matematika

Seminar Pendidikan Matematika Seminar Pendidikan Matematika TEKNIK MENULIS KARYA ILMIAH Oleh: Khairul Umam dkk Menulis Karya Ilmiah adalah suatu keterampilan seseorang yang didapat melalui berbagai Latihan menulis. Hasil pemikiran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

PENGARUH USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MEDIA

PENGARUH USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MEDIA PENGARUH USIA, TINGKAT PENDIDIKAN, DAN JENIS KELAMIN TERHADAP PERILAKU KONSUMSI MEDIA Skripsi Disusun untuk memenuhi persyaratan menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama dari pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Secara khusus, hal ini berarti meningkatkan Sumber Daya Manusia. Salah satu masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era sekarang ini adalah jamannya menggunakan segala sesuatunya dengan online. Mulai dari menonton televisi, bermain game, mengirimkan pesan, memesan kendaraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya teknologi internet membuat problema tersendiri bagi media cetak.

BAB I PENDAHULUAN. Berkembangnya teknologi internet membuat problema tersendiri bagi media cetak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Berkembangnya teknologi internet membuat problema tersendiri bagi media cetak. Di Indonesia, meskipun penggunaan internet belum merata ke seluruh

Lebih terperinci

Penulisan Media PR Ekternal

Penulisan Media PR Ekternal Modul ke: Penulisan Media PR Ekternal Press Release Fakultas FIKOM Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Enjang Pera Irawan, S.Sos, M.I.Kom Press Release Definisi Naskah sederhana yang bertujuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia pertelevisian sudah mulai mendominasi dunia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dewasa ini, dunia pertelevisian sudah mulai mendominasi dunia BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini, dunia pertelevisian sudah mulai mendominasi dunia informasi dalam rangka pemenuhan kebutuhan hidup masyarakat. Televisi memberikan banyak sekali kemudahan

Lebih terperinci

Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas

Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas Etika Jurnalistik Dalam Media Komunitas (Analisis Isi Penerapan Etika Jurnalistik pada Berita Daerah Istimewa Yogyakarta di Portal Komunitas Suarakomunitas.net periode Januari Desember 2013) Yosephine

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan

BAB 1 PENDAHULUAN. makhluk hidup yang lainnya, manusia dalam usahanya memenuhi kebutuhan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dunia ini semua makhluk hidup pasti akan selalu berusaha memenuhi semua kebutuhan hidupnya, tak terkecuali manusia. Akan tetapi berbeda dengan makhluk hidup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dila Farida Nurfajriah, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) di dunia berkembang sangat pesat dan telah mempengaruhi berbagai bidang kehidupan dan profesi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. media massa yang beredar, baik media cetak seperti: surat kabar, tabloid dan

BAB I PENDAHULUAN. media massa yang beredar, baik media cetak seperti: surat kabar, tabloid dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Media massa adalah sarana penunjang bagi manusia untuk memenuhi kebutuhan akan informasi, hiburan dan kontrol sosial. Saat ini begitu banyak media massa yang beredar,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Fenomena menjamurnya media massa di Indonesia, yang sangat erat keterkaitannya dengan masyarakat luas, menjadi salah satu pilar perubahan suatu negara,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuatu yang sedang terjadi, terutama yang berhubungan dengan sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Informasi menjadi suatu kebutuhan yang tidak lepas dari kehidupan manusia, apalagi pada zaman sekarang yang sudah semakin modern membuat kebutuhan akan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya

BAB I PENDAHULUAN. menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Kata infotainment merupakan neologisme, atau kata bentukan baru yang menggabungkan information (informasi) dan infotainment (hiburan). Artinya infotainment adalah informasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seperti yang kita ketahui media massa saat ini mengalami perkembangan yang begitu cepat dan pesat. Ditandai dengan bermunculan berbagai macam media massa, baik itu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit

BAB 1 PENDAHULUAN. adalah alat yang dekat dan mampu berinteraksi secara eksplisit dan implisit 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana tidak hanya dipandang sebagai pemakaian bahasa dalam tuturan dan tulisan, tetapi juga sebagai bentuk dari praktik sosial. Dalam hal ini, wacana adalah

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Mencermati hasil analisis data dan pembahasan mengenai profesionalisme wartawan / jurnalis pada stasiun televisi lokal Batu Televisi (Batu TV) Kota Batu Jawa Timur pada bulan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pemanfaatan resensi..., Yusuf Margono, FIB UI, 2009

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pemanfaatan resensi..., Yusuf Margono, FIB UI, 2009 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran sebuah media massa tentunya diharapkan sebagai salah satu media penyebaran informasi untuk khalayak ramai. Informasi yang ditampilkan tersebut muncul atas

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan kuantitatif, yaitu hanya memapaparkan situasi yang didapat atau peristiwa yang diperoleh dari data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah untuk diakses dan dibaca oleh masyarakat luas. Dalam menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. sangat mudah untuk diakses dan dibaca oleh masyarakat luas. Dalam menghadapi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Media massa memiliki peran penting di era yang serba modern dan global saat ini. Segala macam pemberitaan, baik dari dalam maupun luar negeri akan sangat mudah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan pemodelan Website Quality (WebQual), terdapat tiga dimensi

BAB III METODE PENELITIAN. Berdasarkan pemodelan Website Quality (WebQual), terdapat tiga dimensi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Identifikasi Masalah Berdasarkan pemodelan Website Quality (WebQual), terdapat tiga dimensi kualitas website yang selanjutnya akan dipakai sebagai Variabel Bebas. Tiga dimensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun

BAB I PENDAHULUAN. cetak seperti majalah, koran, buklet, poster, tabloid, dan sebagainya. Walaupun BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Dalam era informasi sekarang ini, kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dari peran media. Dari zaman ke zaman media massa mengalami perkembangan yang pesat.

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Pada masa sekarang ini, kebutuhan masyarakat untuk mendapatkan informasi sangatlah besar. Informasi secara tidak langsung harus didapatkan dengan cepat dan tepat, sehingga

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian merupakan tahapan proses penelitian yang digunakan untuk memecahkan persoalan yang muncul. Metode penelitian disusun dengan mengacu pada latar belakang dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha

BAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah mahluk sosial yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Dalam kehidupan sehari-harinya manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain. Melalui bahasalah

Lebih terperinci

Perilaku Informasi, Semesta Pengetahuan

Perilaku Informasi, Semesta Pengetahuan Perilaku Informasi, Semesta Pengetahuan Oleh: Putu Laxman Pendit www.iperpin.wordpress.com Perilaku manusia tak lekang dari semesta yang menghidupinya. Bagi profesor TD Wilson, kalimat ini berlaku mutlak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sebagaimana kita ketahui, bahwa saat ini sebagian besar aspek kehidupan manusia tidak terlepas dari proses komunikasi dan komunikasi tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan informasi dan hiburan yang terlengkap, tercepat, dan terakurat. alternatif untuk mendapatkan hiburan dan informasi.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan informasi dan hiburan yang terlengkap, tercepat, dan terakurat. alternatif untuk mendapatkan hiburan dan informasi. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Di masa sekarang ini, kebutuhan masyarakat akan informasi dan hiburan sudah menjadi hal yang tidak dapat ditawar lagi. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, media

Lebih terperinci

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN

BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN BAB III PROSEDUR PELAKSANAAN 3.1 Proses Pelaksanaan Umum Proses hubungan kerja di Bidang Redaksi 1. Pemimpin Redaksi Memimpin bagian redaksi Bertanggung jawab terhadap mekanisme dan kegiatan kerja redaksi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3. 1. Jenis Pendekatan Metode yang digunakan dalam penelitian tentang efek informasi Tabloid PULSA ini adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Sugiyono (2005), metode penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan Cikal bakal berdirinya Kelompok Kompas Grameda (KKG) diawali dengan diterbitkannya Majalah Intisari pada tahun 1963. Dua tahun kemudian, tepatnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Hidup kita tidak akan lepas dari peran media massa, mulai dari bangun tidur sampai mau tidur lagi pikiran kita dipenuhi informasi dari media massa. Betapa media

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan

BAB I PENDAHULUAN. dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perpustakaan berkembang pesat dari waktu ke waktu serta disesuaikan dengan perkembangan pola kehidupan masyarakat, kebutuhan, pengetahuan, dan teknologi informasi.

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Pendekatan Penelitian Fenomena perempuan bercadar merupakan sebuah realitas sosial yang terjadi di tengah masyarakat kita. Fenomena yang terjadi secara alamiah dalam setting dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. massa baru bermunculan. Secara umum, media massa tergolong. media elektronik (televisi dan radio), serta media online.

BAB I PENDAHULUAN. massa baru bermunculan. Secara umum, media massa tergolong. media elektronik (televisi dan radio), serta media online. 12 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kebutuhan khalayak akan informasi yang tinggi membuat banyak mediamedia massa baru bermunculan. Secara umum, media massa tergolong menjadi tiga jenis bagian, yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perpustakaan perguruan tinggi merupakan perpustakaan yang berada di lingkungan kampus. Penggunanya adalah sivitas akademika perguruan tinggi tersebut. Adapun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Penelitian. Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Kota berasal dari kata urban yang mengandung pengertian kekotaan dan perkotaan. Kekotaan menyangkut sifat-sifat yang melekat pada kota dalam artian fisikal, sosial,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu sendiri. Penelitian terkait judi online pada kalangan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian itu sendiri. Penelitian terkait judi online pada kalangan BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian harus benar-benar dipertimbangkan sehingga dapat diperoleh data yang dibutuhkan dan tercapainya tujuan penelitian itu sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan semakin banyaknya media massa yang beredar di tanah air

BAB I PENDAHULUAN. dibuktikan dengan semakin banyaknya media massa yang beredar di tanah air 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia komunikasi saat ini berkembang dengan sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan semakin banyaknya media massa yang beredar di tanah air terutama media massa-media

Lebih terperinci

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO

MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO MOTIF DAN KEPUASAN AUDIENCE TERHADAP PROGRAM ACARA SEKILAS BERITA DI BANTUL RADIO 89.1 FM YOGYKARTA YUNIATI PATTY / YOHANES WIDODO PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari 9 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan Televisi di Indonesia saat ini sangat pesat. Ini terlihat dari menjamurnya stasiun televisi swasta, dan televisi televisi lokal di daerah. Fenomena

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG DRAFT PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.24/MEN/2010 TENTANG PENYELENGGARAAN KEHUMASAN DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN KELAUTAN DAN PERIKANAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Berita sudah menjadi hal yang dapat dinikmati oleh masyarakat dengan berbagai macam bentuk media seperti media cetak dalam wujud koran dan berita gerak (media

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program

BAB 1 PENDAHULUAN. stakeholders ataupun untuk mengkomunikasikan visi, misi, tujuan dan program BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Setiap instansi atau perusahaan membutuhkan seorang public relations karena peran dan fungsinya yang sangat penting dalam melakukan aktivitasnya tersebut. Dalam melakukan

Lebih terperinci

TEKNIK PENULISAN OPINI UNTUK MEDIA MASSA

TEKNIK PENULISAN OPINI UNTUK MEDIA MASSA TEKNIK PENULISAN OPINI UNTUK MEDIA MASSA Dwi Andreas Santosa Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan Fakultas Pertanian IPB, Kampus IPB Darmaga, Bogor OPINI Opini merupakan jenis tulisan yang berisi

Lebih terperinci

Kuesioner (diisi dengan membuat tanda silang (X)) A. Demografi

Kuesioner (diisi dengan membuat tanda silang (X)) A. Demografi Page 1 of 5 Kuesioner (diisi dengan membuat tanda silang (X)) A. Demografi D1. Jenis Kelamin Pria 1 Perempuan 2 D2. Berapa usia anda saat ini? Di bawah 20 tahun 1 36 40 tahun 5 21 25 tahun 2 41 45 tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Public relations atau humas merupakan suatu kebutuhan dalam masyarakat dewasa ini untuk menciptakan kerja sama, dimana orang-orangnya bergerak di dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia tidak dapat dipisahkan dengan peranan media. Media massa dianggap penting karena berfungsi sebagai pemberi informasi dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG

BAB IV PELAKSANAAN MAGANG BAB IV PELAKSANAAN MAGANG g. Tempat dan Waktu Pelaksanaan Dinas Perhubungan Komunikasi Dan Informasi Kabupaten Karanganyar yang beralamatkan di Jalan Nyi Ageng karang, Karanganyar, Jawa Tengah, merupakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era saat ini, masyarakat modern dituntut untuk mendapatkan sebuah informasi yang aktual dan akurat. Informasi tersebut dapat diperoleh melalui beberapa media penyiaran.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap daerah untuk melaksanakan kebijakan, ternyata membawa

BAB I PENDAHULUAN. kepada setiap daerah untuk melaksanakan kebijakan, ternyata membawa BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya kebijakan desentralisasi yang memberi kewenangan kepada setiap daerah untuk melaksanakan kebijakan, ternyata membawa banyak terobosan bagi terciptanya kemajuan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi, dan lain lain khususnya di Indonesia ini. pemirsa TV dan 2,3 persen pendengar radio

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi, dan lain lain khususnya di Indonesia ini. pemirsa TV dan 2,3 persen pendengar radio BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Informasi merupakan hal yang penting dalam kehidupan saat ini, Peran informasi tidak dapat diabaikan sama sekali di tengah perkembangan teknologi. Media masa merupakan

Lebih terperinci