KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GONDANG NAPOSO PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA DESAGAJAH KECAMATAN SEI BALAI KABUPATEN ASAHAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GONDANG NAPOSO PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA DESAGAJAH KECAMATAN SEI BALAI KABUPATEN ASAHAN"

Transkripsi

1 KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GONDANG NAPOSO PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA DESAGAJAH KECAMATAN SEI BALAI KABUPATEN ASAHAN SKRIPSI DISUSUN OLEH: LEONALD NAINGGOLAN NIM: DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N 2008

2 KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yesus Kristus, yang telah melimpahkan kasih dan karunianya kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berjudul : KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GONDANG NAPOSO PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI DESA DESAGAJAH KECAMATAN SEI BALAI KABUPATEN ASAHAN, disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Seni (S1) pada Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra, Medan. Banyak pihak yang telah memberikan dukungan serta bantuan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan rasa terima kasih dan hormat yang tulus dan tiada terhingga kepada Ayahanda J.Nainggolan dan Ibunda R. Br. Manullang, yang tiada lelah memberikan bimbingan, dorongan semangat serta iringan doa yang tulus sehingga penulis dapat menyelesaikan perkuliahan di Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra. Begitu juga kepada kedua Kakak tercinta Elem Br Nainggolan dan Imelda Br Nainggolan, Abangku Ribur Nainggolan dan kedua Adikku tersayang Nentiara Br Nainggolan dan Herlina Br Nainggolan atas dorongan semangat dan doa yang telah diberikan. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada :

3 Bapak Drs. Syaifuddin, M.A.Ph.D, selaku Dekan Fakultas Sastra USU Ibu Dra. Frida Deliana, M.Si, selaku Ketua Departemen Etnomusikologi dan Pembimbing I. Bapak Drs. Setia Dermawan Purba. M.Si, selaku Pembimbing II Ibu Dra. Heristina Dewi. M. Pd, selaku Sekretaris Departemen Etnomusikologi Seluruh Staf Pengajar di Departemen Etnomusikologi Fakultas Sastra USU Bapak Sari Simangunsong dan Oppu Hellen Gultom, selaku informan dan penuntun penulis dalam melakukan pengumpulan data. Rekan-rekan seperjuangan : Bang Hardoni Sitohang, Martahan Sitohang, Saridin Sinaga. Rekan-rekan mahasiswa Etnomusikologi: Dina M Sitopu, Flora Hutagalung, Wely Simbolon, Frendy Sirait. Cory Ester P Br. Rajagukguk yang telah banyak memberikan dukungan dan dorongan semangat kepada penulis. Seluruh rekan-rekan yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun untuk kesempurnaan penulisan selanjutnya. Penulis juga berharap agar tulisan ini dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi para pembaca.

4 Akhir kata penulis sangat berharap semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran dan bermanfaat bagi pembaca, khususnya dalam bidang Etnomusikologi. Medan, Desember 2008 Penulis Leonald Nainggolan

5 DAFTAR ISI KATA PENGANTAR i DAFTAR ISI....iv DAFTAR GAMBAR...vii DAFTAR TABEL..viii DAFTAR LAMPIRAN ix BAB I. PENDAHULUAN Latar Belakang Pokok Permasalahan Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Konsep Teori Metode Penelitian Pemilihan Lokasi Penelitian Pemilihan Informan Kerja Lapangan Studi Kepustakaan Kerja Laboratorium 19 BAB II. GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA DESAGAJAH Lokasi dan Keadaan Geografis Sejarah Desa Desagajah Keadaan Penduduk Agama.27

6 2.5. Mata Pencaharian Sistem Kemasyarakatan..30 BAB III. DESKRIPSI GONDANG NAPOSO Sejarah Gondang Naposo Acara Gondang Naposo Periode Pertama ( ) Pelaku Acara Panitia Pelaksana Pemusik Peserta Acara Waktu dan Tempat Acara Alat-alat Pendukung Acara Alat Musik (Gondang Sabangunan) Kostum Bambu Beranting dan Batang Pohon Beringin Tahapan Acara Pembukaan Acara Manortor Penutup Acara Gondang Naposo Periode Kedua (1999-sekarang) Pelaku Acara Panitia Pelaksana Pemusik Peserta Acara Seksi Langit Waktu dan Tempat Acara Alat-alat Pendukung Acara Alat Musik (Sulkibta) Kostum Sound System..52

7 Panggung dan Tenda Tahapan Acara Gondang Naposo Pembukaan Acara Manortor Penutup...71 BAB IV. KONTINUITAS DAN PERUBAHAN GONDANG NAPOSO Fungsi Musik Dalam Gondang Naposo Sebagai Fenomena Kontinuitas Fungsi Pengungkapan Emosional Fungsi Penghayatan Estetis Fungsi Hiburan Fungsi Komunikasi Fungsi Kesinambungan Budaya Bergantinya Musik Pengiring Dalam Gondang Naposo Sebagai Fenomena Perubahan Status Sosial Pargonsi Repertoar Faktor Penyebab Perubahan 86 BAB V. PENUTUP Ringkasan Kesimpulan Saran..93 GLOSARIUM.. 95 DAFTAR PUSTAKA.. 97 LAMPIRAN I LAMPIRAN II LAMPIRAN III

8 DAFTAR GAMBAR Gambar 1. Sulim..48 Gambar 2. Keyboard 49 Gambar 3. Taganing 50 Gambar 4. Hasapi 51 Gambar 5. Posisi gerakan pada saat Gondang Somba-somba.58 Gambar 6. Posisi gerakan pada saat Gondang Liat-liat...59 Gambar 7. Posisi pada saat Gondang Pasu-pasu Gambar 8. Posisi gerak pada saat Gondang Sappe-sappe Gambar 9. Silua Gambar 10. Posisi gerakan Manjalo-jalo Silua...68 Gambar 11.Marembas.69

9 DAFTAR TABEL Tabel 1. Jumlah penduduk menurut kelompok etnik.. 24 Tabel 2. Jumlah penduduk menurut kelompok umur.. 24 Tabel 3. Jumlah penduduk menurut dusun.. 26 Tabel 4. Komposisi penduduk menurut agama Tabel 5. Komposisi jumlah tempat ibadah.. 27 Tabel 6. Keadaan mata pencaharian 29

10 DAFTAR LAMPIRAN Lampiran Lampiran Lampiran 3.104

11 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni adalah suatu nilai hakiki yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dunia seni adalah dunia kita bersama. Hidup dan matinya merupakan tanggung jawab kita bersama pula (Maran 2000:103). Kesenian tidak pernah lepas dari peran masyarakatnya. Sebagai salah satu bagian yang paling penting dalam kebudayaan, kesenian merupakan ungkapan kreatifitas dari kebudayaan. Masyarakat yang menyangga kebudayaan demikian pula kesenian mencipta, memberi peluang untuk bergerak, memelihara, serta menularkan, mengembangkan serta kemudian menciptakan kebudayaan baru lagi. Apa yang disebut seni atau kesenian meliputi penciptaan dari segala macam hal yang atau benda yang karena keindahan bentuknya senang orang melihat atau mendengarnya. (Ensiklopedia Nasional Indonesia). Kita mengenal masyarakat Batak Toba adalah masyarakat yang suka merantau apalagi ketika seseorang tersebut dianggap sudah dewasa. Bila kita melihat langsung ke daerah asal (Bona Pasogit), yang banyak kita jumpai adalah orang-orang yang sudah tua dan anak-anak. Sedangkan para pemuda/i lebih banyak yang merantau keluar daerah.

12 Kebiasaan merantau pada masyarakat Batak Toba ini didorong oleh rasa ingin mencari dan memiliki kehidupan yang lebih layak (Simatupang 2002:168). Selanjutnya Siahaan (1982:48) mengatakan bahwa sekalipun di rantau suku Batak selalu peduli dengan identitas sukunya, seperti berusaha mendirikan perhimpunan semarga atau sekampung dengan tujuan untuk menghidupkan ide-ide adat budayanya. Mereka mengadakan pertemuan secara berkala dalam bentuk adat ataupun silaturahmi. Salah satu daerah perantauan masyarakat Batak Toba adalah Kabupaten Asahan. Di daerah ini mereka hidup pada umumnya sebagai petani dan pedagang. Masyarakat Batak Toba mempunyai budaya yang sangat kaya yang mereka peroleh dari leluhurnya secara turun-temurun. Warisan budaya tersebut adalah budaya tradisional yang harus dijaga kesinambungannya. Salah satu budaya yang diwariskan pada masyarakat Batak Toba adalah Gondang Naposo. Gondang Naposo adalah pesta muda-mudi pada masyarakat Batak Toba yang merupakan sarana untuk membina hubungan antara generasi muda. Dahulu acara ini biasa dilakukan pada saat terang bulan (Rondang Bulan) dan pada saat masyarakat mendapatkan hasil panen yang baik. Gondang Naposo adalah pesta yang ditunggu-tunggu muda-mudi. Dimana dalam acara tersebut muda-mudi dari berbagai desa diundang untuk turut berpatisipasi dalam acara Gondang Naposo tersebut dan disana mereka bisa berkenalan satu dengan yang lain. Kesempatan untuk para muda-mudi untuk saling berkenalan satu dengan yang lain sangatlah besar karena di dalam acara Gondang

13 Naposo tersebut dilengkapi dengan perilaku tortor (Thompson HS dalam artikel Gondang Naposo Di Jakarta 2008). Tortor dalam gondang naposo pada masyarakat Batak Toba juga dapat berfungsi sebagai ajang melepas rindu, sehingga nilai-nilai dalam kehidupan masyarakat Batak Toba yang berupa kegembiraan, kesedihan, perjuangan hidup serta pengharapan dapat diwujudkan melalui tortor yang diiringi musik gondang (Sinaga 1994:9). Dibeberapa tempat sub etnis Batak tradisi untuk muda-mudi seperti ini juga sering dilakukan, seperti di Tanah Karo dengan Guro-guro Aron dan di Simalungun dengan Rondang Bintang. Pada dasarnya acara Gondang Naposo tidak semata-mata urusan naposo (muda-mudi) saja. Acara seperti ini justru diprakarsai oleh orang tua yang ingin memberi peluang kepada anak-anak mereka untuk bergembira, dan pembiayaannya digalang oleh penduduk setempat. Karena menurut tradisi Batak, naposo belum bisa pahundul pargonsi 1. Sehingga untuk dapat menghadirkan pargonsi 2 sebagai pemain musik pengiring dalam acara ini peran orang tua sangat dibutuhkan (Naipospos dalam Dialog Gondang Naposo Tahun 1998). Acara ini dimulai dengan pahundul atau manggalang pargonsi, tahap ini merupakan ajakan atau sambutan secara adat kepada pargonsi untuk dapat memulai acara. Setelah tahap manggalang pargonsi selesai, acara dilanjutkan dengan tahap mambuat tua ni Gondang oleh orang tua, dimana orang tua meminta 1 Pahundul pargonsi adalah menyambut pargonsi ditempat yang telah disediakan 2 Pargonsi adalah orang-orang yang memainkan ensambel gondang

14 (maminta) kepada pargonsi untuk memainkan gondang sebagai tanda dimulainya acara ini. Kemudian orang tua dan para naposo manortor (menari) bersama. Acara kemudian di lanjutkan dengan kata-kata sambutan dan nasehat-nasehat dari orang tua kepada naposo. Setelah acara manggalang pargonsi dan mambuat tua ni gondang selesai, kemudian acara dilanjutkan dengan manortor bersama oleh orang tua dan seluruh naposo yang menjadi panitia. Kemudian acara diserahkan sepenuhnya kepada naposo namun sepanjang acara berlangsung orang tua tetap memantau jalannya acara agar tidak melenceng dari aturan etika kesopanan dan ketertiban 3. Naipospos mengatakan bahwa keberadaan Gondang Naposo pada masa sekarang ini boleh dikatakan sudah jarang kita jumpai, khususnya di daerah-daerah perantauan masyarakat Batak Toba. Hal ini disebabkan oleh pengaruh modernisasi yang kuat pada masyarakat Batak Toba khususnya muda-mudi Batak Toba, sehingga rasa ingin tahu akan budaya Batak pun sudah berkurang. Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan adalah salah satu daerah yang sampai saat ini masih tetap menyelenggarakan acara Gondang Naposo yang dilaksanakan dua kali dalam satu tahun yaitu pada bulan Januari dan bulan Juni karena pada saat itulah mereka panen. Hal ini sesuai dengan konsep Gondang Naposo yang selalu dilaksanakan setelah musim panen. Walaupun penduduk Desa Desagajah bukan hanya terdiri dari masyarakat Batak Toba saja melainkan ada Melayu dan Jawa, namun tradisi Gondang Naposo 3 Hasil wawancara dengan Pasu. Sirait tanggal 21 maret 2008 di desa Desagajah

15 tetap dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba yang ada disana sebagai ungkapan kegembiraan setelah panen dan sebagai acara untuk pertemuan muda-mudi masyarakat Batak Toba yang ada di sana. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa modernisasi tersebut juga berpengaruh dan membawa perubahan terhadap acara Gondang Naposo yang ada di Desa Desagajah. Perubahan pada acara Gondang Naposo tersebut di antaranya yaitu yang menjadi musik pengiring. Pada awalnya musik pengiring dalam acara ini adalah Gondang Sabangunan yang terdiri dari instrumen Taganing, Gordang, Sarune, seperangkat Ogung(Gong) dan Hesek. Namun pada acara Gondang Naposo yang ada di Desa Desagajah saat ini yang menjadi musik pengiring adalah Sulkibta ( Sulim Keyboard Taganing). Perubahan yang terjadi bukan hanya pada ensambel pengiringnya saja tetapi juga pada repertoar-repertoar yang dimainkan untuk mengiringi tortor 4. Menurut Hotman ( wordpress.com ) Gondang Naposo sendiri ada 20 macam; Goar-goar ni gondang naposo (Nama-nama Gondang Naposo) itu; (1) Gondang siburuk (2) Gondang sibane doli (3) Gondang sitapitola (4) Gondang siboru illa-illa (5) Gondang siboru enggan (6) Gondang siboru sanggul miling-iling (7) Gondang sibunga jambu (8) Gondang pinasa sidung-dungon (9) Gondang sibintang purasa (10) Gondang silote dolok (11) Gondang alit-alit aman jabatan (12) Gondang marhusip (13) Gondang parhabang ni siruba (14) Gondang sahali tuginjang sahali 4 Hasil wawancara dengan personil Iwans Entertainment tanggal 22 maret 2008

16 tutoru (15) Gondang tohur-tohur ni bajar-bajar langit somatombuk tano somaganggang (16) Gondang pidong patia raja (17) Gondang pidong imbulu buntal (18) Gondang anduhur titi, anduhur tabu (19) Gondang sipitu dai (20) Gondang ni pargonsi sisia sauduran pulik pulik pandohan. Namun, walaupun banyak perubahan-perubahan dalam acara Gondang Naposo tersebut, masih ada nilai-nilai budaya yang tetap bertahan sampai sekarang di antaranya fungsi acara Gondang Naposo tersebut, tata cara dalam menari (manortor) dan maminta gondang (meminta gondang) yang masih tetap seperti dulu 5. Melihat keadaan tersebut penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai Gondang Naposo di Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan serta perubahan-perubahan yang terjadi dalam acara tersebut. Serta bermaksud untuk mengangkat topik ini menjadi satu tulisan atau karya ilmiah Dengan demikian penulis memberi judul penelitian ini Kontinuitas dan Perubahan Gondang Naposo Pada Masyarakat Batak Toba Di Desa Desagajah- Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan. 1.2 Pokok Permasalahan Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka ada beberapa hal pokok yang menjadi perhatian penulis dalam tulisan ini antara lain: 5 Hasil wawancara dengan Bapak Sari Simangunsong tanggal 22 Maret 2008

17 1. Bagaimana pertunjukan Gondang Naposo pada masyarakat Batak toba di Desa Desagajah-Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan? 2. Aspek apa yang mengalami perubahan pada pelaksanaan Gondang Naposo pada masyarakat Batak Toba di Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan? 3. Aspek apa yang tetap berlanjut pada pelaksanaan Gondang Naposo pada masyarakat Batak Toba di Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan? 4. Apa faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan Gondang Naposo pada masyarakat Batak Toba di Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan? 1.3 Tujuan Penelitian Sesuai dengan latar belakang dan permasalahan penelitian, maka penelitian ini bertujuan untuk mengungkap: 1. Bentuk penyajian acara Gondang Naposo pada masyarakat Batak di Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan.. 2. Perubahan yang terdapat pada pelaksanaan Gondang Naposo pada masyarakat Batak Toba di Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan..

18 3. Faktor-faktor penyebab terjadinya perubahan pada pelaksanaan Gondang Naposo pada masyarakat Batak Toba Di Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan. 4. Aspek-aspek yang tetap berlanjut pada pelaksanaan Gondang Naposo di Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan. 1.4 Manfaat Penelitian berikut: Adapun yang menjadi manfaat penelitian ini diantaranya adalah sebagai 1. Memberikan informasi baru bagi masyarakat luas tentang keberadaan Gondang Naposo pada masyarakat Batak Toba di luar daerah kebudayaannya. 2. Untuk mengetahui perubahan yang terdapat pada pelaksanaan Gondang Naposo pada masyarakat Batak Toba di Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan. 3. Untuk mengetahui aspek-aspek yang tetap bertahan dan berlanjut pada pelaksanaan Gondang Naposo di Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan 4. Sebagai dokumentasi tentang salah satu kebudayaan Batak Toba yang dapat menjadi bahan masukan bagi Departemen Etnomusikologi.

19 1.5 Konsep Untuk mendapatkan pengetahuan mendasar tentang objek penelitian dan menghindari penyimpangan, maka diperlukan pengertian atau definisi terhadap terminologi yang menjadi pokok bahasan. Definisi ini akan menjadi kerangka konsep yang mendasari batasan-batasan makna terhadap topik yang menjadi pokok penelitian. Konsep adalah kesatuan pengertian tentang sesuatu hal atau persoalan yang perlu di rumuskan (Mardalis 2003:46). Tulisan ini membahas tentang Kontinuitas dan Perubahan Gondang Naposo di Desa Desagajah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia kata kontinuitas dapat di artikan sebagai kelangsungan, kelanjutan dan kesinambungan. Kelanjutan yang dimaksud di dalam tulisan ini menyangkut aspek-aspek budaya dalam hal ini lebih menitikberatkan pada fungsi musik dalam Gondang Naposo di Desa Desagajah. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005:1234), kata perubahan berarti; hal (keadaan) berubah, peralihan, pertukaran. Berangkat dari pengertian tersebut, perubahan yang dimaksud pada Gondang Naposo yaitu peralihan atau pergantian musik pengiring dari ensambel Gondang Sabangunan menjadi Sulkibta (Sulim Keyboard Taganing) serta repertoar-repertoar yang dimainkan dalam acara Gondang Naposo. Selain itu juga perubahan yang dimaksud menyangkut aspek-aspek dari materi acara dalam acara Gondang Naposo tersebut. Secara harfiah perubahan berarti keadaaan berubah, peralihan atau pergantian. Dalam bahasa inggris perubahan disebut change, misalnya perubahan sosial atau

20 sosial change, artinya perubahan dalam kemasyarakatan yang mempengaruhi sistem sosial suatu masyarakat yang berhubungan dengan nilai-nilai, dan perilaku di antara kelompok manusia (Yandianto, 2000:656; Abdulsyani, 1995:83) Gondang pada masyarakat Batak Toba mengandung banyak pengertian diantaranya: sebagai sebuah ensambel musik, komposisi, repertoar, tempo komposisi, upacara atau bagian dari satu rangkaian upacara.(hutajulu 2005:19) Kata Gondang dalam konteks Gondang Naposo bermakna untuk menyatakan giliran para muda-mudi untuk manortor (menari) dalam sebuah acara atau upacara tertentu.(harahap 2005:19) Naposo dalam bahasa Batak berarti muda-mudi yang belum berkeluarga. Sehingga dalam acara Gondang Naposo, kata Naposo berarti pertunjukan yang diselenggarakan dan diperuntukkan kepada muda-mudi. Dimana dalam acara ini muda-mudi berperan sebagai penyelenggara dan sekaligus pendukung acara Gondang Naposo tersebut. Dari pengertian diatas dapat diartikan bahwa Gondang Naposo adalah acara atau pesta yang diadakan oleh muda-mudi dan ditujukan untuk muda-mudi itu sendiri dimana dalam acara tersebut para muda-mudi berkumpul dan melakukan kegiatan manortor (menari). Dari uraian di atas dapat diartikan bahwa yang dimaksud dengan Kontinuitas dan Perubahan Gondang Naposo adalah suatu kajian tentang acara pesta muda-mudi

21 pada masyarakat Batak Toba dimana kajian tersebut meliputi hal atau aspek-aspek yang tetap berlanjut atau bertahan dan yang mengalami perubahan pada pelaksanaan acara Gondang Naposo tersebut. 1.6 Teori Teori dalam pembahasan ini digunakan sebagai landasan kerangka berpikir dalam membahas permasalahan. Penulis mengambil beberapa teori sebagai referensi dalam penulisan skripsi ini. Untuk menganalisis kontinuitas dan perubahan dalam tulisan ini penulis menggunakan teori evolusi kebudayaan. Pada prinsipnya teori ini melihat perkembangan-perkembangan dan pergeseran-pergeseran kebudayaan. Seperti yang dikemukakan oleh Merriam dalam Skripsi Martuah (2003:13) sebagai berikut:...there are few musicologist, indeed who have interested them selves in the broader study of music as a human phenomenon, as apposed to the more limited study of music in a single western culture... The music of other people is sometimes used vaguely, as an introduction to courses in the history of music and, more particulary, as an example of what is primitif in music, fitting thereby, into a deductive schemata organized around invalid concept of cultural evolution. It is also sometimes used by western musicologist to support theories of the supposed origin of music, and on accasion it has formed the basic for melodic or rhythmic materials used composition (1964:17).

22 Dari kutipan di atas dapat dilihat bahwa teori evolusi kebudayaan berkaitan dengan sejarah musik. Teori ini mendukung asal-usul musik, bagaimana ia dibentuk dari materi melodi atau ritmik dasar yang dipergunakan pada suatu komposisi. Kontinuitas yang dimaksud dalam tulisan ini di lihat dari segi fungsi, dimana fungsi Gondang Naposo pada masyarakat Batak Toba adalah sebagai sarana untuk membina hubungan antara generasi muda dan fungsi tersebut tidak berubah atau tetap berlanjut sampai sekarang. Gondang Naposo tidak terlepas dari unsur musik. Sehubungan dengan fungsi Gondang Naposo pada masyarakat Batak Toba, penulis mengutip teori yang dikemukakan oleh Merriam (1964: ) yang menawarkan sekurang-kurangnya ada sepuluh fungsi musik, yaitu: (1) fungsi pengungkapan emosional (the funtion of emotional), (2) fungsi penghayatan estetis (the funtion of aesthetic enjoyment), (3) fungsi hiburan (the funtion of entertainment), (4) fungsi komunikasi (the funtion of comunication), (5) fungsi perlambangan (the funtion of symbolic representation), (6) fungsi reaksi jasmani (the funtion of physical response), (7) fungsi yang berkaitan dengan norma-norma sosial (the funtion of enforcing coformity to social norms), (8) fungsi pengesahan lembaga sosial dan upacara agama (the funtion of validation of social institution and religious rituals), (9) fungsi kesinambungan budaya (the funtion of contribution to the continuity and stability of culture), (10) fungsi pengintegrasian masyarakat (the funtion of contribution the integration of society).

23 Dari sepuluh fungsi musik yang dikemukakan oleh Merriam, dalam fokus tulisan ini penulis mengacu pada fungsi pengungkapan emosional, fungsi penghayatan estetis, fungsi hiburan, fungsi komunikasi dan fungsi kesinambungan budaya. Tulisan ini dapat dikatakan sebagai tulisan yang membahas tentang perubahan kebudayaan. Koentjaraningrat (1965:135) mengemukakan tentang salah satu faktor yang menyebabkan perubahan kebudayaan, yaitu: inovasi adalah suatu proses perubahan kebudayaan yang besar tetapi yang terjadi dalam waktu yang tidak terlalu lama. Proses ini meliputi satu penemuan baru, jalannya unsur itu disebarkan ke lain bagian masyarakat dan cara unsur kebudayaan tadi diterima, dipelajari, dan akhirnya dipakai dalam masyarakat yang bersangkutan. Untuk lebih lengkap lagi penulis penulis juga mengacu pada teori yang dikemukakan Soekanto, dalam Skripsi Gurning (2006:14), yaitu: difusi (persebaran kebudayaan) adalah setiap masyarakat pasti mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan dalam arti luas maupun perubahan dalam arti sempit, perubahan secara cepat maupun lambat. Berubahnya musik pengiring dalam acara Gondang Naposo adalah gejala pergeseran nilai-nilai budaya. Untuk membahas masalah tersebut penulis mengacu pada teori yang dikemukakan oleh Koentjaraningrat yang mengatakan bahwa gejala-gejala yang sedang berlangsung dan bergeser disebut dengan dinamika sosial. (Koentjaraningrat 1985 :20). Selanjutnya Akwan (1983: ) mengemukakan

24 sekurang-kurangnya ada 5 (lima) sebab orang memodernisasi musik tradisi, yaitu: (1) modernisasi sesuai dengan program pemerintah untuk mengembangkan kebudayaan Indonesia, (2) musikus didorong oleh rasa tidak puasnya atau rasa kebosanannya terhadap bentuk-bentuk dan gaya musikal yang sudah dipergelarkan berulang-ulang, (3) musikus ingin mengembangkan daya kreatifitasnya, (4) pengembangan tradisi berdasarkan kesadaran individual atau kelompok orang yang mendalam sebagai sumber identitas diri, dan (5) modernisasi tradisi dimungkinkan juga oleh iklim kehidupan yang lebih bebas dalam sistem pemerintahan. Modernisasi adalah penerapan ilmu pengetahuan. Oleh karena itu, modernisasi hanya akan berkembang sejauh didukung oleh sikap-sikap budaya yang mampu memberikan kondisi yang mengimbanginya. Artinya suatu proses modernisasi memerlukan proses penyesuaian budaya. (Zulkarnain 1999:625) Lauwer berpendapat bahwa terjadinya suatu perubahan dapat diakibatkan oleh adanya akulturasi, dimana akulturasi disini mengacu pada pengaruh suatu kebudayaan lain atau saling mempengaruhi antara dua kebudayaan yang mengakibatkan terjadinya suatu perubahan. (Lauwer 1989:402). Sejalan dengan pendapat tersebut dalam tulisan ini penulis juga akan meneliti apakah perubahan yang terjadi dalam acara Gondang Naposo adalah merupakan akibat dari adanya akulturasi dengan kebudayaan lain. Perubahan yang terjadi pada acara Gondang Naposo tentulah memakan waktu atau melalui proses yang panjang. Menurut Richard, perubahan yang terjadi pada

25 masyarakat berlangsung dalam jangka waktu yang panjang melalui beberapa generasi dan terutama ditujukan kearah perbaikan baik dari aspek kemasyarakatan, kelembagaan sosial masyarakat, aspek ekonomi, tradisi, teknologi, kesenian serta hiburan. Menurut Soekanto (1990:292) perubahan yang terjadi secara lambat (evolusi) memerlukan waktu yang lama, dimana terdapat suatu rentetan perubahan-perubahan kecil berlangsung secara lambat laun. Perubahan secara evolusi terjadi dengan sendirinya, tanpa rencana atau kehendak tertentu. Perubahan tersebut terjadi karena usaha masyarakat untuk menyesuaikan diri sesuai kebutuhan, situasi, dan kondisi yang timbul sejalan dengan pertumbuhan masyarakat. Perubahan juga dapat terjadi karena perubahan yang berasal dari masyarakat itu sendiri dan perubahan yang berasal dari luar masyarakat. Perubahan dari masyarakat itu meliputi perkembangan ilmu pengetahuan, jumlah penduduk, pertentangan dan pemberontakan. Sedangkan perubahan dari luar masyarakat meliputi pengaruh kebudayaan masyarakat lain, peperangan (Pelly 1994:191) Lebih lanjut Maran (2005) mengatakan, tidak ada kebudayaan yang bersifat statis, setiap individu dan setiap generasi melakukan penyesuaian-penyesuaian dengan semua desain kehidupan sesuai kepribadian mereka dan sesuai dengan tuntutan zaman.

26 1.7 Metode Penelitian Metode disini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang dilakukan dalam proses penelitian. Sedangkan penelitian diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar dan hati-hati serta sistematis untuk mewujudkan kebenaran (Mardalis 2003:24). Metode penelitian yang penulis gunakan adalah metode penelitian kualitatif. Menurut Nawawi dan Martini (1995:209) penelitian kualitatif adalah rangkaian atau proses menjaring data (informasi) yang bersifat sewajarnya mengenai suatu masalah dalam kondisi aspek atau bidang kehidupan tertentu pada objeknya. Selanjutnya Moleong juga menambahkan bahwa penelitian kualitatif dibagi dalam empat tahap, yaitu: tahap sebelum kelapangan (pra lapangan), tahap kerja lapangan, analisis data dan penulisan laporan. Dalam penelitian ini penulis juga menggunakan metode deskriptif yang bersifat kualitatif. Menurut Koentjaraningrat (1990:29) mengatakan bahwa penelitian yang bersifat deskriptif adalah bertujuan untuk memaparkan secara tepat sifat-sifat suatu individu, keadaan, gejala atau kelompok tertentu untuk menentukan frekwensi atau penyebaran dari suatu gejala kegejala lain dalam suatu masyarakat.

27 1.8 Pemilihan Lokasi Penelitian Dalam hal lokasi penelitian, penulis menetapkan di Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai kabupaten Asahan dengan studi kasus Persatuan Muda-mudi Simpang Desagajah (PERMUSIMDES). Desa Desagajah sebagai lokasi penelitian karena daerah ini adalah salah satu daerah yang sampai saat ini masih tetap menyelenggarakan tradisi Gondang Naposo. Walaupun penduduk di desa Desagajah bukan hanya masyarakat Batak Toba melainkan ada Melayu dan Jawa, namun tradisi Gondang Naposo tetap dilaksanakan oleh masyarakat Batak Toba yang ada di sana. 1.9 Pemilihan Informan Sebelum melakukan penelitian penulis terlebih dahulu menentukan informan pangkal 6 yang dapat membantu memberikan informasi untuk keperluan penelitian. Dalam hal ini penulis memilih Bapak M Simangunsong selaku Kepala Desa Desagajah untuk menjadi informan pangkal. Dari informan pangkal inilah penulis mendapat informasi mengenai siapa orang yang banyak mengetahui tentang Gondang Naposo. Setelah mendapat informasi dari informan pangkal selanjutnya penulis menentukan informan kunci 7. Dalam hal ini yang menjadi informan kunci adalah Bapak Sari Simangunsong dan Oppu Helen Gultom. Dari informan kunci inilah penulis memperoleh data dan masukan mengenai permasalahan yang ada dalam 6 Informan pangkal adalah orang yang memberikan informasi awal tentang Gondang Naposo 7 Informan kunci adalah orang yang memberikan informasi mendalam mengenai pokok permasalahan dalam tulisan ini.

28 tulisan ini, serta dibantu oleh tokoh-tokoh masyarakat yang dituakan oleh masyarakat di Desa Desagajah Kecamatan Sei Balai Kabupaten Asahan. Untuk kelengkapan data tentang permasalahan yang ada dalam tulisan ini terutama dalam hal perubahan musik, penulis mendapat informasi dari para personil musik yang tergabung dalam Grup Udut Manik Raja yaitu grup musik yang berasal dari Tiga Dolok, yang mana mereka juga adalah grup musik yang menjadi pengiring dalam acara Gondang Naposo yang ada di Desa Desagajah Kerja Lapangan Dalam kerja lapangan penulis melakukan wawancara untuk mendapatkan informasi yang akurat tetang tulisan ini. Sebelum melakukan wawancara terlebih dahulu penulis menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan didalam melakukan wawancara, yaitu: menyusun pertanyaan, mempersiapkan alat-alat tulis, menyediakan alat perekam untuk merekam wawacara penulis dengan informan Studi Kepustakaan Sebagai landasan penulis dalam melakukan penelitian, sebelum melakukan kerja lapangan penulis terlebih dahulu melakukan studi kepustakaan, baik dari artikel, skripsi, buku-buku yang yang berkaitan dengan objek penelitian. Studi ini bertujuan

29 untuk memperoleh konsep-konsep serta teori-teori yang relevan untuk membahas permasalahan dalam tulisan ini Kerja Laboratorium Seluruh data yang diperoleh penulis dari lapangan dan studi kepustakaan, diproses didalam kerja laboratorium. Proses analisa data penelitian di mulai dengan menelaah keseluruhan data yang diperoleh. Analisa data dilakukan mulai awal penelitian dan berlangsung sampai pada saat proses penulisan laporan penelitian.

30 BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT DESA DESAGAJAH 2.1. Lokasi dan Keadaan Geografis. Desa Desagajah merupakan salah satu desa yang berada di kecamatan Sei Balai kabupaten Asahan, berada pada ketinggian 5 meter dari permukaan laut. Luas wilayah Desa Desagajah adalah Ha, sebagian besar dari wilayah desa ini digunakan sebagai tempat pemukiman penduduk lahan pertanian dan perkebunan. Desa ini memiliki batas-batas wilayah sebagai berikut: Sebelah utara berbatasan dengan desa Kuala Sikasim Sebelah selatan berbatasan dengan desa Durian Sebelah timur berbatasan dengan desa PS Balai Sebelah barat berbatasan dengan desa Sei Mentaram Berdasarkan data statistik yang diperoleh dari kantor kepala desa, Desa Desagajah memiliki jumlah penduduk sebanyak 3800 jiwa dengan 889 kepala keluarga dan terdiri dari beraneka ragam etnis. Sebagai pusat pemerintahan desa, desa ini memiliki 10 dusun yang berada di Desa Desagajah yang dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (a) Dusun I, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa PS Balai; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Durian; sebelah Barat berbatasan dengan dusun II; sebelah Timur berbatasan dengan dusun III. (b) Dusun II, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Dusun IX; sebelah Selatan berbatasan dengan

31 Desa Durian; sebelah Barat berbatasan dengan Dusun VIII; sebelah Timur berbatasan dengan Dusun I. (c) Dusun III, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa PS Balai dan Dusun VII; sebelah Selatan berbatasan dengan persawahan Dusun I; sebelah Barat berbatasan dengan Dusun I; sebelah Timur berbatasan dengan persawahan Dusun X. (d) Dusun IV, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Dusun V; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Air Putih; sebelah Barat berbatasan dengan persawahan Dusun X; sebelah Timur berbatasan dengan persawahan Desa PS Balai. (e) Dusun V, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa Kuala Sikasim; sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun VI; sebelah Barat berbatasan dengan persawahan Desa Kuala Sikasim; sebelah Timur berbatasan dengan persawahan Desa PS Balai. (f) Dusun VI, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Dusun V; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Air Putih; sebelah Barat berbatasan dengan Dusun IV; sebelah Timur berbatasan dengan persawahan desa PS Balai. (g) Dusun VII, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa PS Balai; sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun III; sebelah Barat berbatasan dengan persawahan Desa PS Balai; sebelah Timur berbatasan dengan Dusun V. (h) Dusun VIII, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Dusun IX; sebelah Selatan berbatasan dengan persawahan Desa Durian; sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Mentaram; sebelah Timur berbatasan dengan Dusun II. (i) Dusun IX, letaknya yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Desa PS Balai; sebelah Selatan berbatasan dengan Dusun VIII; sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sei Mentaram; sebelah Timur berbatasan dengan Desa PS Balai. (j) Dusun X, letaknya

32 yaitu: sebelah Utara berbatasan dengan Dusun V dan Dusun III; sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Air Putih; sebelah Barat berbatasan dengan Dusun I; sebelah Timur berbatasan dengan Dusun IV. 2.2 Sejarah Desa Desagajah Pada awalnya Desa Desagajah adalah hutan belantara yang dihuni berbagai macam binatang liar termasuk Gajah. Daerah hutan ini berbatasan dengan perkebunan masyarakat. Pada waktu itu belum ada masyarakat yang mendiami daerah tersebut, sehingga pemilik perkebunan sering merasa resah akibat ulah Gajah yang sering merusak kebun mereka. Sekitar tahun 1952 masuklah masyarakat untuk membuka lahan di daerah tersebut yang akan mereka gunakan untuk persawahan. Orang pertama yang datang untuk membuka lahan di daerah ini adalah orang Batak Toba yang bermarga Samosir 8. Sehingga sampai saat ini mayoritas masyarakat Batak Toba yang ada di Desa Desagajah adalah bermarga Samosir. Meskipun masyarakat telah membuka lahan di daerah tersebut, namun Gajah- Gajah tersebut juga tetap merusak persawahan mereka. Untuk mengatasi Gajah tersebut akhirnya masyarakat membangun sebuah pondok untuk menjaga dan mengawasi lahan persawahan mereka dari Gajah-Gajah tersebut. Kemudian pondok itu mereka beri nama Pondok Gajah dan Pondok Gajah tersebut akhirnya menjadi sebuah kampung yang bernama kampung Pondok Gajah. 8 Wawancara dengan Oppu Helen Gultom tanggal 20 Juli 2008

33 Dengan bertambahnya masyarakat yang tinggal di daerah tersebut akhirnya Gajah-Gajah yang dulu sering mengganggu dan merusak lahan persawahan warga pun pindah tempat dan tidak pernah lagi muncul sampai sekarang. Pada tahun 1960 setelah terjadi pemekaran dari Kampung Durian, sehingga nama Kampung Pondok Gajah berubah menjadi Desa Desagajah hingga sekarang. Hingga tahun 1999 Desa Desagajah termasuk Kecamatan Tanjung Tiram, namun setelah terjadi pemekaran Desa Desagajah termasuk Kecamatan Sei Balai hingga sekarang Keadaan Penduduk. Desa Desagajah memiliki jumlah penduduk sebanyak 3800 jiwa, dan 889 kepala keluarga. Penduduk Desa Desagajah bersifat heterogen, karena memiliki berbagai macam etnis di dalamnya. Adapun etnis yang mendominasi di desa ini adalah etnis Batak Toba. Fenomena ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Naim (1984:9) bahwa ada beberapa suku bangsa yang mempunyai mobilitas yang cukup tinggi seperti etnis Batak Toba, Minangkabau, Banjar, Bugis. Oleh sebab itu, dengan beraneka ragamnya etnis di daerah tersebut tidak menutup kemungkinan adanya terjadi perubahan kebudayaan pada masing-masing etnis, seperti halnya pada masyarakat Batak Toba juga terjadi perubahan pada upacara adat ataupun acara yang bersifat hiburan. Hal ini disebabkan karena adanya interaksi antara kelompok etnis yang berbeda di desa tersebut. Kelompok-kelompok etnis yang berada di Desa Desagajah

34 terdiri dari Batak Toba, Jawa, Melayu, Karo, Nias. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari tabel berikut ini. Tabel.1. Jumlah Penduduk menurut kelompok Etnik. NO. KELOMPOK ETNIK JUMLAH 1. Batak Toba 2885 jiwa 2. Melayu 300 jiwa 3. Jawa 435 jiwa 4. Karo 35 jiwa 5. Nias 145 jiwa Sumber: Kantor Kepala Desa Desagajah Tahun Disamping itu untuk jumlah penduduk berdasarkan kelompok umur juga dapat dilihat dalam tabel berikut ini. Tabel.2. Jumlah penduduk menurut kelompok umur NO KELOMPOK UMUR JUMLAH tahun 202 jiwa tahun 199 jiwa tahun 710 jiwa tahun 280 jiwa

35 tahun 300 jiwa tahun 310 jiwa tahun 305 jiwa tahun 300 jiwa tahun 320 jiwa tahun 340 jiwa tahun 200 jiwa tahun 245 jiwa tahun ke atas 89 jiwa Jumlah 3800 jiwa Sumber: Kantor Kepala Desa Desagajah Tahun 2008 Dari tabel diatas dapat kita ketahui bahwa penduduk Desa Desagajah yang paling banyak adalah berusia tahun yaitu sebanyak 710 jiwa. Seluruh penduduk dengan jumlah 3800 jiwa tersebut terbagi kedalam sepuluh dusun yang ada di Desa Desagajah. Berikut ini adalah tabel jumlah penduduk menurut dusun. Tabel.3. Jumlah Penduduk Menurut Dusun. NO. DUSUN JUMLAH PENDUDUK

36 1. Dusun I 366 jiwa 2. Dusun II 445 jiwa 3. Dusun III 409 jiwa 4. Dusun IV 398 jiwa 5. Dusun V 197 jiwa 6. Dusun VI 280 jiwa 7. Dusun VII 238 jiwa 8. Dusun VIII 673 jiwa 9. Dusun IX 423 jiwa 10. Dusun X 371 jiwa Sumber: Kantor Kepala Desa Desagajah Tahun Dalam hal pendidikan formal, masyarakat Desa Desagajah sudah menyadari akan arti pentingnya pendidikan bagi kehidupan masyarakat. Hal ini terlihat dari antusiasme para orang tua yang berusaha keras menyekolahkan anaknya hingga ke perguruan tinggi. Sarana pendidikan yang tersedia di desa ini adalah untuk Sekolah Dasar (SD) sebanyak 3 (tiga) unit, ketiga Sekolah Dasar tersebut adalah Sekolah Dasar Negeri, 1 (satu) unit (SLTP) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri I Desa Desagajah, 1 (satu) unit (SLTA) Sekolah Lanjutan Tingkat Atas Negeri I Desa Desagajah.

37 2.4. Agama. Masyarakat di Desa Desagajah pada umumnya telah memeluk beberapa agama yang diakui di Indonesia, yaitu: Kristen Protestan, Katholik, Islam. Penduduk di Desa Desagajah mayoritas memeluk agama Kristen Protestan dan selebihnya adalah agama lain. Ada beberapa tempat pelaksanaan ibadah di Desa Desagajah, yaitu Gereja sebanyak 19 unit, Mesjid sebanyak 2 unit, mushollah sebanyak 1 unit. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Tabel.4. Komposisi Penduduk Menurut Agama NO. Agama dan kepercayaan Jumlah 1. Kristen Protestan 2799 jiwa 2. Katholik 205 jiwa 3. Islam 796 jiwa Sumber: Kantor Kepala Desa Desagajah Tahun Tabel.5. komposisi Jumlah Tempat Ibadah. NO. Nama Tempat Ibadah Jumlah 1. GEREJA 19 UNIT

38 2. MESJID 2 UNIT 3. MUSHOLLAH 1 UNIT Sumber: Kantor Kepala Desa Desagajah Tahun Mata Pencaharian Mata pencaharian penduduk Desa Desagajah sangat bervariasi, namun mata pencaharian yang utama adalah sebagai petani. Hal dapat dilihat dari pemanfaatan tanah di desa yang didominasi oleh lahan pertanian antara lain areal persawahan dan perkebunan. Areal persawahan yang mereka tanami dengan padi terletak disekitar pemukiman penduduk. Selain itu mereka juga mengelola tanah perladangan dengan tanaman palawija seperti jenis umbi-umbian, jagung dan lain-lain. Diluar pertanian masyarakat di desa ini juga mengusahakan peternakan walaupun dalam skala yang kecil, seperti: kerbau, itik, babi dan kambing. Selain bertani dan beternak, mata pencaharian lain penduduk desa ini ada yang berdagang. Kriteria berdagang disini juga dalam skala kecil yaitu ada yang berusaha sendiri dengan membuka warung-warung kecil menjual keperluan rumah tangga, membuka kedai-kedai kopi dan kedai tuak. Selain warung-warung dan kedaikedai kopi, ada juga sebagian masyarakat desa yang membuka bengkel sambil

39 menjual bahan bakar minyak untuk konsumsi kendaraan seperti premiun, solar, dan minyak tanah. Sebagian kecil dari penduduk desa desagajah ada juga yang bekerja sebagai pegawai negeri di instansi seperti pegawai di kantor Kecamatan, pegawai di Kantor Kepala Desa, Guru, TNI dan POLRI. Hasil dari pertanian dan peternakan yang mereka peroleh, selain digunakan untuk kebutuhan rumah tangga pada hari pekan (pasar) akan mereka jual untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Pekan (pasar) di Desa Desagajah dilaksanakan satu kali dalam seminggu yaitu setiap hari Jumat di tanah lapang disekitar Balai Desa. Berikut ini adalah tabel yang menerangkan tentang keadaan mata pencaharian penduduk di Desa Desagajah. Tabel.6. Keadaan Mata Pencaharian NO Jenis mata pencaharian Jumlah 1. Bertani 838 jiwa 2. Pedagang 104 jiwa 3. Pegawai negeri 157 jiwa Jumlah 1099 jiwa Sumber: Kantor Kepala Desa Desagajah Tahun 2008

40 Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa mata pencaharian utama penduduk Desa Desagajah adalah dari sektor pertanian yang mencapai 838 jiwa. Sehingga dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis mata pencaharian lain seperti pegawai negeri ataupun pedagang belum dapat menggeser sektor pertanian sebagai mata pencaharian utama di Desa Desagajah Sistem Kemasyarakatan Setiap masyarakat memiliki suatu sistem kemasyarakatan yang mana sistem tersebut berfungsi untuk mengatur kehidupan masyarakat tersebut. Sistem kemasyarakatan pada masyarakat Batak Toba di Desa Desagajah tidak berbeda dengan sistem kekerabatan masyarakat Batak Toba di daerah lain. Dimana dalam masyarakat Batak Toba terdapat sebuah sistem sosial kemasyarakatan yang disebut Dalihan Na Tolu. Secara harfiah, Dalihan Na Tolu mengandung arti tungku yang tiga. Dalihan Na Tolu terdiri dari tiga unsur dasar yaitu hula-hula, boru, dongan tubu. Berikut ini penulis akan menguraikan secara singkat pengertian umum dari ketiga unsur Dalihan Na Tolu tersebut. Yang pertama adalah hula-hula yaitu pihak orang tua dan saudara dari pihak keluarga perempuan atau pihak pemberi istri dalam suatu perkawinan pada masyarakat Batak Toba. Pada masyarakat Batak Toba hula-hula merupakan golongan yang harus dihormati, karena hula-hula dalam masyarakat Batak Toba dianggap sebagai pemberi berkat. Sehingga sudah menjadi kewajiban bagi masyarakat Batak Toba untuk menghormati hula-hulanya.

41 Yang kedua adalah boru yaitu pihak keluarga penerima istri. Dalam sebuah upacara atau acara adat, pihak boru sangat berperan besar di dalam kelangsungan acara tersebut. Sehingga tanpa kehadiran dari pihak boru maka acara tidak dapat berlangsung. Dengan demikian pihak boru juga harus mendapat perhatian dan dilindungi oleh pihak hula-hulanya. Yang ketiga adalah dongan tubu yaitu para turunan atau saudara semarga dari satu leluhur atau dari keturunan yang sama. Hubungan sesama dongan tubu sangatlah penting dijaga karena hubungan mereka merupakan hubungan yang telah terjalin dari leluhur atau turunan mereka. Dalam menjaga konsep Dalihan Na Tolu pada masyarakat Batak Toba ada pepatah yang mengatakan: somba marhula-hula, elek marboru, manat mardongan tubu (Gultom 1992:53). Somba marhula-hula maksudnya adalah agar pihak boru selalu memberikan sembah kepada hula-hula, elek marboru maksudnya adalah agar pihak hula-hula selalu bersikap mangelek (membujuk) dan sayang terhadap pihak boru, manat mardongan tubu maksudnya adalah agar pihak sesama marga selalu saling memperhatikan dan selalu berhati-hati dalam bersikap agar tidak terjadi sakit hati bagi sesama dongan tubu. Selanjutnya pada masyarakat Batak Toba dapat kita lihat dengan jelas struktur sosial dalam kehidupan masyarakatnya, dimana terdapat banyak marga (klan) yang merupakan suatu kelompok kekerabatan besar yang menunjukkan nama dan asal nenek moyang serta merupakan lambang identitas suku bangsa.

42 kemudian dari sistem marga tersebut dapat dilihat garis keturunan yang berlaku pada suku Batak Toba yaitu Patrilineal (garis keturunan ayah). Oleh karena itu setiap orang Batak Toba, pria maupun wanita mempunyai marga menurut marga ayahnya. Dengan demikian dalam masyarakat Batak Toba kaum pria berfungsi sebagai pewaris dan penerus keturunan marga. Sedangkan wanita apabila berumah tangga secara otomatis akan masuk lingkungan marga suaminya dan tidak menjadi pewaris marga bagi keturunannya. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa marga (klan) pada masyarakat Batak Toba mempunyai peranan yang sangat penting di dalam kehidupan masyarakatnya. Begitu juga jika ditinjau dari hubungan kekerabatan antar individu, marga (klan) juga sangat berperan dalam kehidupan masyarakat.

43 BAB III DESKRIPSI GONDANG NAPOSO 3.1 Sejarah Gondang Naposo Gondang Naposo merupakan suatu tradisi pada masyarakat Batak Toba, dimana acara ini telah berlangsung secara turun-temurun. Acara Gondang Naposo ini diadakan oleh masyarakat Batak Toba sebagai rasa ucapan syukur masyarakat atas hasil panen atau pertanian yang mereka dapat. Selain sebagai rasa ucapan syukur, acara Gondang Naposo juga diadakan sebagai sarana hiburan dan sarana pertemuan antara muda-mudi yang diharapkan dapat mempererat hubungan antara muda-mudi daerah yang satu dengan yang lain(naipospos dalam Dialog Gondang Naposo tahun 1998). Di Desa Desagajah sendiri acara Gondang Naposo pertama kali diadakan sekitar tahun 70-an (Wawancara dengan Oppu Hellen Gultom tanggal 21 Juni 2008). Hal ini sangat berkaitan dengan terbentuknya kelompok-kelompok marga, dimana pada masa itu sudah mulai banyak terdapat kelompok marga (Raja Sonang, Gultom, Parna, Borbor Marsada, Sipitu Ama/Situmorang, Toga Simatupang), dan Serikat Tolong Menolong (STM) seperti Serikat Jalan Siantar, Serikat Jalan Kisaran dan Serikat Jalan Gereja. Dalam acara atau kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh serikat marga maupun Serikat Tolong Menolong (STM) biasanya yang berperan adalah para orang tua, sedangkan para muda-mudi tidak terlibat dalam kegiatan tersebut. Hal tersebut

44 menunjukkan bahwa hubungan antara muda-mudi yang satu dengan yang lain tidak terjalin dengan baik. Melihat keadaan tersebut para tokoh masyarakat dan orang tua yang tergabung dalam tiga Serikat yakni Jalan Siantar, Jalan Kisaran dan Jalan Gereja sepakat untuk membentuk satu wadah atau organisasi pemuda yaitu Persatuan Muda- Mudi Simpang Desa Gajah yang disingkat dengan PERMUSIMDES. PERMUSIMDES dibentuk pada tahun 1971 pada bulan Juni dan beranggotakan muda-mudi simpang Desa Desagajah dan dibina oleh para tokoh masyarakat. Adapun yang menjadi anggota dari organisasi ini adalah muda-mudi yang berusia minimal lima belas tahun dan belum menikah. Apabila ada acara-acara atau pesta yang diadakan oleh Serikat marga atau Serikat Tolong Menolong yang ada di Desa Desagajah, PERMUSIMDES juga sering dilibatkan dalam membantu kelangsungan acara. Melihat kinerja dari organisasi PERMUSIMDES tersebut membawa dampak yang baik bagi orang tua dan juga muda-mudi, maka tokoh masyarakat dan para orang tua beserta dengan pengurus dari organisasi tersebut mengadakan rapat dan hasil dari rapat tersebut disepakati untuk merayakan ulang tahun PERMUSIMDES. Perayaan ulang tahun PERMUSIMDES dimeriahkan dengan mengadakan acara gondang Batak khusus untuk muda-mudi atau yang lebih dikenal dengan Gondang Naposo. Hari ulang tahun PERMUSIMDES berdekatan dengan masa panen di Desa Desagajah sehingga acara perayaan ulang tahun PERMUSIMDES dicocokkan dengan masa panen maka konsep awal diadakannya Gondang Naposo pada masyarakat Batak Toba yakni sebagai rasa ucapan syukur setelah panen tetap

45 terlaksana. Inilah yang menjadi awal diadakannya Gondang Naposo di Desa Desagajah. Untuk mempermudah dalam proses mendeskripsikan acara Gondang Naposo, penulis membagi kedalam dua periode yaitu periode pertama ( ) dan periode kedua ( ) Acara Gondang Naposo Periode Pertama ( ) Seperti yang telah dijelaskan pada sub BAB III, bahwa awal diadakannya Gondang Naposo pada masa ini adalah dalam rangka memperingati hari ulang tahun PERMUSIMDES. Namun perayaan acara ulang tahun PERMUSIMDES tersebut juga bertepatan dengan masa panen di Desa Desagajah pada saat itu. Pada bagian ini penulis akan membahas mengenai pelaku acara, waktu dan tempat acara, alat-alat pendukung acara serta tahapan-tahapan dalam acara. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian di bawah ini Pelaku Acara Panitia pelaksana Pada dasarnya yang menjadi panitia pelaksana dari acara Gondang Naposo adalah muda-mudi ( naposo ), namun yang memprakarsai dilaksanakannya acara ini adalah orang tua dari muda-mudi ( naposo ) yang ingin memberikan kesempatan kepada anak-anak mereka untuk bergembira dan berkumpul bersama dengan mudamudi yang lain. Selain naposo dan orang tua, tokoh masyarakat juga turut terlibat

46 dalam kepanitiaan. Pada acara ini naposo yang menjadi panitia juga adalah organisasi yang bernama PERMUSIMDES (Persatuan Muda Mudi Simpang Desagajah) Pemusik Awalnya yang menjadi musik pengiring dalam acara Gondang Naposo adalah ensambel Gondang Sabangunan sehingga untuk menyelenggarakan acara tersebut para pemain musik didatangkan dari Samosir, karena tidak ada pemain musik gondang atau pargonsi di Desa Desagajah. Untuk mengundang pargonsi dari Samosir biasanya dikirim utusan ke daerah tersebut. Orang yang dikirim adalah orang yang memiliki hubungan kerabat di Samosir, hal ini untuk lebih mempermudah mengundang pargonsi tersebut. Pemusik atau pargonsi dalam acara Gondang Naposo terdiri dari delapan orang yaitu: pemain taganing, pemain gordang, pemain sarune bolon, pemain ogung oloan, pemain ogung ihutan, pemain ogung doal, pemain ogung panggora, pemain hesek Peserta Acara Walaupun nama acara ini Gondang Naposo, namun yang hadir dalam acara ini bukan naposo saja, melainkan ada juga dari kalangan orang tua. Orang tua dalam acara ini berperan sebagai partisipan. Adapun bentuk partisipasi orang tua dalam acara ini adalah sebagai pemrakarsa dan donatur serta memantau selama acara berlangsung agar tidak menyimpang dari aturan-aturan. Orang tua yang hadir dalam

47 acara ini adalah orang-orang tua yang tergabung dalam organisasi-organisasi seperti Serikat marga, Gereja, STM (Serikat Tolong Menolong), Pemerintah serta undangan lainnya. Kemudian muda-mudi (naposo) yang diundang untuk menjadi peserta dalam acara ini juga adalah muda-mudi yang tergabung dalam komunitas atau organisasi diantaranya perkumpulan muda-mudi dari gereja-gereja, perkumpulan muda-mudi satu daerah atau Desa Desagajah, perkumpulan muda-mudi dari desa-desa tetangga Waktu dan Tempat Acara Lamanya acara Gondang Naposo berlangsung selama satu hari yaitu dimulai dari sore hari hingga esok pagi/subuh. Pada awalnya pelaksanaan acara Gondang Naposo dilaksanakan tepat pada hari ulang tahun PERMUSIMDES yang telah dicocokkan dengan masa panen. Namun karena banyak dari naposo dan para undangan yang kadang berhalangan, waktu pelaksanaan acara disesuaikan dengan hari libur sekolah yang juga berdekatan dengan hari ulang tahun PERMUSIMDES agar tidak mengganggu kegiatan para peserta. Tempat acara juga merupakan hal yang penting dalam melaksanakan acara Gondang Naposo. Adapun yang menjadi tempat acara Gondang Naposo ini biasanya diadakan dilapangan atau di halaman rumah yang agak luas. Lapangan atau halaman rumah yang luas merupakan tempat yang cocok, karena dalam acara ini terdapat kegiatan manortor yang melibatkan banyak peserta dan juga banyak orang yang

48 menonton, sehingga dengan tempat yang luas acara tidak akan terganggu oleh banyaknya peserta Alat-alat Pendukung Acara Alat Musik (Gondang Sabangunan) Gondang Sabangunan merupakan salah satu ensambel musik pada masyarakat Batak Toba yang disebut juga dengan istilah parhohas na ualu 9 (delapan perangkat) yang terdiri dari taganing, gordang, sarune bolon, ogung (oloan,ihutan,panggora,doal), hesek Kostum Dalam acara Gondang Naposo tidak ada ketentuan yang baku dalam hal kostum, hanya saja harus dalam kategori sopan. Biasanya kaum laki-laki memakai celana panjang dan kemeja, sedangkan wanita mengenakan pakaian yang tertutup dan menggunakan sarung. Namun yang menjadi kewajiban dalam acara ini adalah pada saat manortor seluruh peserta mengenakan ulos 10. Ulos tersebut disediakan oleh panitia sehingga bagi siapapun yang datang untuk manortor tidak perlu lagi membawa ulos. 9 Wawancara dengan Sitohang tanggal 12 Agustus Ulos adalah kain tenun khas Batak Toba berbentuk selendang

49 Bambu beranting dan Batang Pohon Beringin Bambu beranting digunakan sebagai alat untuk menyampaikan sumbangan berupa uang dari peserta yang manortor kepada panitia. Uang tersebut disematkan diantara ranting bambu yang kemudian disampaikan kepada panitia pada saat manortor. Sedangkan batang pohon beringin yang telah dipotong dahan dan daunnya, ditancapkan di tengah-tengah lapangan atau lokasi manortor. Kemudian pada sekeliling batang pohon tersebut di ikatkan ijuk dan daun-daun beringin disematkan diantara ijuk tersebut. Ini merupakan salah satu perlengkapan yang digunakan pada saat manortor Tahapan Acara Pembukaan Tahap pertama dalam acara pembukaan Gondang Naposo adalah manggalang pargonsi yang dipimpin oleh orang tua dari naposo. Pada tahap ini pargonsi di undang oleh Hasuhuton (yang punya hajat) untuk makan dan minum. Dalam tahap inilah maksud dan tujuan diundangnya pargonsi disampaikan oleh orang tua secara adat. Setelah pargonsi selesai makan, maka acara dilanjutkan dengan tahap berikutnya yaitu pajujuron gondang atau dapat diartikan memainkan repertoar gondang secara berurut 11. Dalam tahap ini hasuhuton meminta kepada pargonsi untuk memainkan Si Pitu Gondang yang terdiri dari tujuh repertoar gondang 11 Wawancara dengan Sitohang tanggal 12 Agustus 2008

50 berturut-turut yang dapat dimainkan tanpa henti tetapi bisa juga dengan jeda. Adapun repertoar yang termasuk dalam Si Pitu Gondang yaitu Gondang Mula-mula, Gondang Somba-somba, Gondang Sampur marmeme, Gondang Didang-didang, Gondang Sampur Marorot, Gondang Simonang-monang, Gondang Sitio-tio. Si Pitu Gondang dimainkan tanpa diikuti oleh tarian sama sekali. Tahap terakhir dalam pembukaan Gondang Naposo yaitu Mambuat Tua ni Gondang atau memohon berkat dari Tuhan untuk acara Gondang yang akan dilaksanakan. Setelah tahap ini selesai dilakukan, para orang tua dan naposo dalam hal ini panitia akan manortor bersama Acara Manortor Dengan berakhirnya acara pembukaan, maka acara pun sepenuhnya diserahkan kepada naposo untuk melanjutkan acara namun tetap mendapat pengawasan dari orang tua selama acara berlangsung. Pada bagian inilah seluruh peserta dan undangan yang ingin manortor diberikan waktu sesuai dengan urutan yang telah ditetapkan oleh panitia. Secara umum urutan gondang yang diminta pada saat manortor dibagi kedalam tiga bagian. Pada bagian yang pendahuluan yaitu Gondang Mula-mula, pada bagian kedua yaitu Gondang Liat-liat dan Gondang Sappe-sappe kemudian pada bagian penutup yaitu Gondang Hasahatan. Namun apabila undangan merasa belum puas manortor, biasanya mereka akan meminta kembali kepada pargonsi untuk memainkan gondang tambahan sesuai dengan permintaan mereka. Pada bagian ini

51 biasanya seluruh peserta akan manortor dan berbaur satu dengan yang lainnya. Bagian ini merupakan saat-saat yang sering dimanfaatkan untuk berkenalan antara naposo yang satu dengan yang lain. Tidak tertutup kemungkinan bagi mereka yang ingin mencari jodoh atau pasangan hidup. Bilamana ada diantara naposo tersebut ada yang saling tertarik, biasanya sang laki-laki akan mengambil daun pohon beringin yang telah tersedia ditengah lokasi manortor dan akan menyematkan daun tersebut di telinga sang wanita yang disukainya. Bagi masyarakat Batak Toba, pohon atau daun beringin bermakna sebagai pelindung. Sehingga apabila seorang laki-laki menyematkan daun beringin kepada seorang wanita pada saat manortor, itu merupakan simbol atau tanda bahwa laki-laki tersebut bersedia untuk menjadi pelindung wanita tersebut (wawancara dengan ibu Pakpahan tanggal 22 juni 2008). Selanjutnya, apabila sang wanita tidak menolak ketika sang laki-laki menyematkan daun beringin tersebut, maka itu adalah tanda bahwa sang wanita juga menyukai laki-laki tersebut. Tidak jarang para naposo yang menemukan pasangan hidupnya dalam acara Gondang Naposo. Karena acara Gondang Naposo merupakan salah satu acara yang berfungsi sebagai ajang mencari jodoh bagi para naposo. Acara manortor ini berlangsung sampai seluruh peserta selesai manortor sesuai dengan urutannya.

52 Penutup Setelah seluruh peserta selesai manortor, para orang tua kembali berkumpul untuk memimpin acara penutupan dan menyampaikan pesan-pesan serta nasehatnasehat kepada para naposo. Kemudian perwakilan dari orang tua meminta kepada pargonsi untuk memainkan gondang sebagai tanda berakhirnya acara Gondang Naposo tersebut Acara Gondang Naposo Periode Kedua ( ) Sekitar tahun 70-an sampai dengan pertengahan 80-an, Gondang Naposo diadakan sekali dalam setahun setelah panen dan bertepatan dengan ulang tahun PERMUSIMDES. Namun pada tahun 1986 sampai tahun 1998 (± duabelas tahun) Gondang Naposo tidak diadakan, adapun faktor yang menyebabkan antara lain: 1. Pada masa tersebut banyak pemuda/i dari Desa Desagajah yang merantau dan melanjutkan pendidikan di luar daerah Desa Desagajah sehingga aktivitas organisasi PERMUSIMDES pun bekurang. 2. Pengaruh meningkatnya teknologi seperti lancarnya transportasi dan komunikasi sehingga aktivitas sehari-hari dari masyarakat khususnya naposo menjadi meningkat dan mata pencaharian pun berkembang bukan hanya berpusat pada sektor pertanian di Desa Desagajah melainkan mata pencaharian lain di luar Desa Desagajah. (wawancara dengan Sari Simangunsong tanggal 21 Juni 2008)

53 Orang tua di Desa Desagajah menyadari bahwa kegiatan tradisional termasuk Gondang Naposo semakin terlupakan. Melihat keadaan tersebut para orang tua merasa perlu untuk menjaga agar kegiatan-kegiatan tradisional tetap dilestarikan. Pada tahun 1999 sampai saat ini (tahun 2008) acara Gondang Naposo kembali diadakan rutin bukan hanya sekali dalam setahun tetapi dua kali dalam setahun. Hal ini juga berkaitan dengan musim panen yang telah mengalami peningkatan menjadi dua kali dalam setahun dan di laksanakan terus sampai sekarang Pelaku Acara Panitia pelaksana Dalam kepanitiaan tidak ada perbedaan antara acara Gondang Naposo pada periode pertama ( ) dengan acara Gondang Naposo periode kedua ( ) yaitu muda-mudi yang tergabung dalam Pesatuan Muda-mudi Simpang Desagajah (PERMUSIMDES). Pembentukan panitia harus melalui rapat pengurus PERMUSIMDES, mewakili orang tua, tokoh adat dan pembina dari PERMUSIMDES. Setelah panitia terbentuk maka panitia akan bekerja untuk menyiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk persiapan acara Gondang Naposo. Rapat akan terus diadakan untuk membahasan dan mengevaluasi sejauh mana persiapan yang telah dilakukan oleh panitia.

54 Tugas panitia adalah merencanakan dan melaksanakan acara, mengundang peserta, mencari dana serta menyediakan peralatan yang dibutuhkan dalam acara Gondang Naposo yang akan mereka adakan Pemusik Musik merupakan bagian yang sangat penting dan harus ada dalam acara Gondang Naposo. Oleh karena hampir dari keseluruhan acara Gondang Naposo adalah manortor yang otomatis harus diiringi musik. Mulai tahun 1999 hingga sekarang (tahun 2008) pemain musik untuk acara Gondang Naposo juga didatangkan dari luar daerah Desa Desagajah seperti Kisaran, Tiga Dolok dan Limapuluh, namun yang menjadi pengiring bukanlah ensambel Gondang Sabangunan melainkan Sulkibta (sulim keyboard taganing). Grup musik Sulkibta yang diundang untuk mengiringi Gondang Naposo yang diadakan pada bulan Juni 2008 adalah Grup Udut Manik Raja dari Tiga Dolok. Hingga kini belum ada grup musik di Desa Desagajah yang dapat mengiringi acara Gondang Naposo. Jumlah pemusik pada acara Gondang Naposo periode kedua berbeda dengan jumlah pemusik pada periode yang kedua karena ensambel pengiring dalam acara ini juga telah berubah. Pemusik berjumlah empat orang, yaitu : pemain keyboard, pemain taganing, pemain sulim, pemain hasapi. Walaupun musik pengiring dalam acara Gondang Naposo ini bukanlah ensambel Gondang Sabangunan, namun panggilan untuk pemusik dalam acara Gondang Naposo pada periode ini juga adalah pargonsi.

55 Peserta Acara Pada prinsipnya peserta acara yang terlibat dalam acara ini juga tidak berbeda dengan acara Gondang Naposo pada periode sebelumnya yaitu naposo (PERMUSIMDES), komunitas muda-mudi dari daerah Desa Desagajah maupun dari daerah luar Desa Desagajah. Hanya saja jumlah peserta yang diundang dari Desa Desagajah dan daerah lain lebih banyak. Sehingga waktu yang dibutuhkan lebih panjang dibandingkan dengan acara Gondang Naposo pada periode sebelumnya Seksi Langit Kata seksi langit adalah kata yang sudah lazim digunakan oleh masyarakat Desa Desagajah untuk istilah seorang pawang hujan. Seksi langit berfungsi untuk menangkal hujan atau menjaga cuaca tetap bagus selama acara berlangsung. Dikarenakan apabila turun hujan pada saat acara berlangsung maka akan sangat mengganggu jalannya acara. Pada dasarnya seksi langit bukanlah panitia, namun secara tidak langsung seksi langit merupakan pendukung acara yang peranannya sangat besar Waktu dan Tempat Acara Waktu berlangsungnya acara Gondang Naposo ini diadakan selama dua hari, biasanya dimulai dengan pembukaan pada hari sabtu sekitar pukul Wib sampai dengan selesai. Setelah selesai acara pembukaan, acara dihentikan beberapa lama kemudian acara dilanjutkan kembali mulai pukul Wib sampai dengan selesai.

56 Selanjutnya para orang tua dan muda-mudi baik panitia maupun peserta dapat kembali kerumah mereka untuk beristirahat dan melakukan kegiatan yang lain. Kemudian acara dilanjutkan kembali mulai pukul Wib pada hari minggu atau setelah makan siang dan selesai kebaktian dari gereja bagi yang beragama Kristen. Pada saat inilah kesempatan untuk manortor bagi para peserta yang belum mendapat waktu untuk manortor dihari sebelumnya dan juga bagi para peserta yang tidak hadir pada hari pertama. Acara tersebut berlangsung hingga senin subuh sekitar pukul Wib atau sampai seluruh peserta selesai manortor. Tempat diadakannya acara Gondang Naposo tidak berbeda dengan periode sebelumnya yaitu diadakan dilapangan terbuka, karena lapangan terbuka merupakan tempat yang cocok dan mampu menampung peserta acara dalam jumlah yang banyak. Sehingga dengan lapangan yang luas, acara manortor dapat berjalan dengan lancar Alat-alat Pendukung Acara Alat Musik (Sulkibta) Sulkibta adalah istilah yang sudah cukup popular dikalangan pemusik, khususnya pemusik pengiring pesta acara-acara adat maupun hiburan pada masyarakat Batak Toba. Kata Sulkibta sendiri adalah merupakan singkatan dari Sulim, Keyboard, Taganing, dimana alat-alat atau instrumen yang digunakan dalam ensambel ini terdiri dari sulim, keyboard dan taganing. Namun saat ini dalam formasi ensambel Sulkibta sering dikombinasikan dengan instumen hasapi yang merupakan salah satu instumen dari ensambel Gondang Hasapi, tetapi tidak merubah nama dari

57 istilah sulkibta tersebut. Hal ini dilakukan agar suasana musik tersebut lebih ramai 12. Sulkibta merupakan salah satu alternatif bagi masyarakat yang akan mengadakan pesta baik itu pesta adat maupun hiburan, karena harganya yang jauh lebih murah dari ensambel musik tiup atau Brassband. Sulim (seruling) Pada awalnya sulim merupakan salah satu intrumen tunggal, namun setelah musik Batak Toba mengalami perkembangan sulim tergabung dalam ensambel Gondang Hasapi yang merupakan salah satu ensambel musik tradisional Batak Toba. Mengacu pada klasifikasi alat musik menurut Sach-Hornbostel, sulim termasuk pada jenis aerofon, dimana suara yang dihasilkan berasal dari udara yang dihembuskan melalui lubang tiup. Sulim terdiri dari enam buah lubang nada dan satu lubang tiup. Setiap sulim memiliki nada dasar yang berbeda. Nada-nada yang dihasilkan dari setiap lubang nada berbeda-beda, tergantung dari nada dasar pada sulim tersebut. Apabila nada dasar sulim adalah F maka nada-nada yang dihasilkan dari setiap lubang nada adalah F-G-A-Bb-C-D-E-F. Sehingga dari interval nada yang yang ada (1-1-1/ /2) menghasilkan tangga nada diatonis Barat dan dapat menjangkau nada hingga dua oktaf. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar dibawah ini. 12 Wawancara dengan Bapak Manik selaku pimpinan Grup Musik Udut Manik Raja (tanggal 22 Juni 2008).

58 Lubang nada Lubang tiup Gambar 1. Sulim Keyboard Keyboard adalah satu-satunya instrumen elektrik yang digunakan dalam ensambel Sulkibta (sulim keyboard taganing). Keyboard merupakan alat musik yang berfungsi sebagai akord pengiring ketika sulim membawakan melodi lagu. Namun pada lagu-lagu tertentu keyboard selain memainkan akord juga berfungsi membawa melodi khususnya pada lagu-lagu pop. Keyboard terdiri dari tuts-tuts nada dan tombol-tombol untuk mengganti karakter suara yang diinginkan. Tangga nada pada instrumen ini adalah tangga nada diatonis Barat dan instumen ini dapat menjangkau nada minimal empat oktaf tergantung pada tipe dari keyboard tersebut. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

59 Tombol suara Tuts nada Gambar 2. Keyboard Taganing Taganing merupakan salah satu instrumen yang tergabung dalam ensambel Gondang Sabangunan. Taganing terdiri dari enam buah gendang dengan satu sisi kulit gendang. Adapun keenam gendang tersebut memiliki nama-nama sebagai berikut: gendang yang pertama disebut odap, gendang ke dua disebut paidua ni odap, gendang ke tiga disebut panonga, gendang ke empat disebut paidua ni tingting, gendang kelima disebut tingting. Gendang keenam atau gendang yang terbesar disebut Gordang yang bentuknya sama seperti kelima gendang sebelumnya, hanya saja ukurannya lebih besar dan berfungsi sebagai pembawa ritem. Dalam formasi ensambel Gondang Sabangunan, instumen Taganing memiliki dua fungsi, yaitu berfungsi sebagai pembawa melodi bersamaan dengan Sarune Bolon dan sebagai ritem variabel pada repertoar-repertoar tertentu. Sedangkan dalam ensambel Sulkibta, taganing berfungsi sebagai pembawa ritem variabel.

60 Dalam penggunaannya, taganing dalam ensambel Sulkibta sebagai pengiring Gondang Naposo di Desa Desagajah telah dikombinasikan dengan alat musik perkusi dalam hal ini Remo dan satu buah Cymbal. Hal ini dilakukan untuk menambah variasi dalam mengiringi acara-acara seperti manortor dalam acara Gondang Naposo. Remo Cymbal Gordang Tingting Odap Paidua ni odap Panonga Paidua ni tingting Gambar 3. Taganing Hasapi Hasapi merupakan salah satu intrumen yang tergabung dalam ensambel Gondang Hasapi. Instrumen dalam ensambel Gondang Hasapi terdiri dari hasapi ende, hasapi doal, sarune etek, sulim dan garantung. Dalam klasifikasi alat musik menurut Sach-Hornbostel, hasapi termasuk pada jenis Chordofon dengan spesifikasi

61 long neck lute (leher panjang) dan fretless (tanpa fret). Hasapi memiliki dua senar dan dimainkan dengan cara dipetik, dengan menggunakan piltik-piltik 13 (Pick). Hasapi merupakan instrumen pembawa melodi dan dapat juga berfungsi sebagai pembawa ritem. Dalam penggunaannya, nada dasar hasapi disesuaikan dengan nada dasar sulim. Tuner (penyetem) dalam instumen hasapi dinamakan pinggol-pinggol atau disebut juga kupingan dalam instrumen gitar. Pinggol-pinggol Senar Gambar 4. Hasapi 13 Piltik-piltik adalah alat yang digunakan untuk memetik senar hasapi yang terbuar dari tanduk kerbau.

62 Kostum Kostum dalam acara Gondang Naposo pada periode ini sedikit banyak telah mengalami perubahan dimana pada acara Gondang Naposo, pakaian atau kostum yang digunakan lebih bebas dibandingkan dengan periode sebelumnya. Para naposo bagi yang laki-laki banyak yang memakai celana Jeans dan baju kaos, begitu juga dengan wanita yang sebagian besar mengenakan celana Jeans tidak lagi mengenakan sarung. Namun ulos yang tetap menjadi kewajiban dikenakan pada saat manortor Sound System Pada kegiatan ini sound system berfungsi untuk membantu menguatkan suara ketika parhata 14 sedang berbicara, meminta gondang dan dan untuk memperkuat suara alat musik ketika dimainkan untuk mengiringi acara manortor. Daya yang dibutuhkan untuk kegiatan ini minimal watt karena acara tersebut diadakan di ruang terbuka Panggung dan Tenda Tenda juga merupakan perlengkapan yang sangat diperlukan dalam acara Gondang Naposo. Tenda ini berfungsi untuk melindungi para peserta dan pemusik 14 Parhata terdiri dari kata par yang berarti orang yang melakukan dan hata yang berarti kata. Sehingga parhata adalah orang yang menyampaikan kata-kata. Namun yang dimaksud parhata dalam konsep budaya Batak Toba adalah orang yang di tuakan yang dianggap layak dan berhak untuk menyampaikan kata-kata baik itu dalam bentuk pidato ataupun dalam bentuk nasehat. Dalam Gondang Naposo, Parhata adalah orang yang memimpin kelompok untuk manortor dan maminta gondang.

63 agar terlindung dari sengatan sinar matahari ataupun ketika turun hujan, sehingga dalam keadaan seperti itu acara dapat tetap berlangsung. Sedangkan panggung digunakan untuk tempat untuk para pemusik berikut peralatannya. Sehingga posisi pemusik lebih tinggi dari peserta yang ingin manortor dengan demikian komunikasi antara pemusik dan parhata pada saat meminta dan memberi tanda untuk memberhentikan lagu dapat lebih mudah dilakukan Tahapan Acara Gondang Naposo Pembukaan Acara Gondang Naposo pada pada periode yang kedua ini diawali dengan Pahundul atau Manggalang pargonsi yang dilakukan oleh orang tua, karena secara adat para naposo atau muda-mudi belum bisa untuk Pahundul atau Manggalang pargonsi. Menurut tradisi Batak Toba pargonsi hanya bisa masisisean (saling menyapa dan saling bertanya) dengan pengetua dari Suhut (pelaksana acara Gondang Naposo). Hal ini dikarenakan orang yang dituakanlah yang dianggap mengerti dan memahami ruhut-ruhut ni adat atau sendi-sendi adat. Pargonsi yang diundang tersebut terlebih dahulu masisisean dengan Hasuhuton apa kepentingan mereka diundang? Kemudian yang mewakili dari pihak Hasuhuton dalam hal ini Oppu Helen Gultom menjawab: bahwa mereka ingin memberikan kesempatan kepada anak-anak mereka untuk bergembira dengan Gondang yang akan diadakan tersebut. Pada tahap ini juga para orang tua menyampaikan harapan-harapan dan nasehat-nasehat mereka kepada muda-mudi,

64 semoga dengan diadakannya Gondang Naposo tersebut mereka semakin dewasa dan mendapat jodoh bagi yang belum mendapat jodoh, manogu na di lambung mangalap di nadao yang artinya merapat atau merangkul yang dekat dan memanggil kepada yang jauh. Maksud dari pepatah tersebut adalah diharapkan dengan berlangsungnya acara Gondang Naposo tali persaudaraan dengan yang terdekat semakin erat dan persaudaraan dengan orang-orang dari desa tetangga atau dari daerah yang lebih jauh dapat terjalin dengan baik. Nasehat-nasehat yang diberikan juga berupa dorongan dan motivasi kepada muda-mudi khususnya panitia, agar dapat menjadi muda-mudi yang berbakti dan dapat menjadi kebanggaan orang tua serta menjadi panunduti di harajaon panorusi dihagabeon 15 dan menjadi muda-mudi yang tidak melupakan apa yang menjadi budayanya sendiri. Disini juga para muda-mudi akan di arahkan agar dalam acara Gondang Naposo tersebut tidak melenceng dari aturan dan norma-norma yang ada. Setelah orang tua selesai memberikan nasehat, acara dilanjutkan dengan katakata sambutan dari yang mewakili dari pihak Gereja dan juga dari pihak pemerintahan setempat dalam hal ini Bapak Kepala Desa Desagajah. Tahap kedua yaitu Mambuat Tua Ni Gondang. Mambuat Tua Ni Gondang artinya adalah memohon berkat dari Tuhan untuk acara Gondang yang akan dilaksanakan. Pada tahap ini parhata dari pihak Hasuhuton atau yang punya hajat 15 Panunduti di harajaon panorusi dihagabeon artinya menjadi generasi pemimpin dan penerus atau pengembang (populasi) klan.

65 meminta kepada pargonsi untuk memainkan repertoar Gondang pembuka dengan kata sebagai berikut: Ale Amang panggual pargonsi nami Dison ro do hami natua-tua akka ianakkon nami on Laho mambuat tua ni gondang asa resmi Gondang ta on di bukka Jadi alu-aluhon amang majo tu Amatta Debata. Artinya: Wahai bapak pemain musik/musisi kami Di sini kami datang orang tua dari anak-anak kami Ingin memohon tuah agar Gondang ini resmi di buka Untuk itu pemusik kami, elu-elukanlah dulu kepada Tuhan. Kemudian pargonsi memainkan gondang untuk mengelu-elukan dan sebagai pemberitahuan dan permohonan secara musikal kepada Tuhan Yang Maha Esa agar acara Gondang tersebut direstui. Tidak ada repertoar khusus ketika gondang dimainkan untuk mengelu-elukan, yang bermain disini hanyalah pemain taganing memainkan improvisasi seperti variasi-variasi pukulan. Selanjutnya parhata melanjutkan dengan kembali meminta kepada pargonsi untuk memainkan gondang sebagai permohonan ijin kepada roh nenek moyang/leluhur dengan kata-kata sebagai berikut: Mauliate ma di hamu amang pargonsi nami Nunga di alu-aluhon amang tu Amatta Debata Nuaeng alu-aluhon amang ma muse tu sahala ni ompu ta na parjolo. Artinya: Terimakasih kepada bapak pemusik kami Telah bapak elu-elukan kepada Tuhan Sekarang elu-elukanlah lagi kepada roh nenek moyang/leluhur. Kemudian pargonsi memainkan gondang sama seperti yang sebelumnya untuk mengelu-elukan kepada roh nenek moyang/leluhur sebagai pemberitahuan dan

66 permohonan ijin untuk memulai acara Gondang tersebut. Selanjutnya parhata kembali meminta kepada pargonsi untuk memainkan gondang sebagai permohonan ijin kepada khalayak ramai atau hadirin yang hadir dengan kata-kata sebagai berikut: mauliate ma di hamu amang pargonsi nami Nunga di alu-aluhon amang tu ompu ta na parjolo Nuaeng alu-aluhon amang ma muse tu si tuan na torop. Artinya: Terimakasih kepada bapak pemusik kami Telah bapak elu-elukan kepada roh nenek moyang Sekarang elu-elukanlah lagi kepada khalayak ramai/hadirin yang hadir. Selanjutnya pargonsi memainkan gondang yang sama seperti sebelumnya untuk mengelu-elukan kepada khalayak ramai sebagai pemberitahuan dan permohonan ijin untuk memulai acara Gondang tersebut Acara Manortor Setelah tahap demi tahap pembukaan selesai dilakukan, tibalah saatnya untuk memulai acara manortor. Pada bagian ini orang tua, naposo dan seluruh undangan yang hadir akan manortor menurut kelompok sesuai urutan pada saat mendaftar kepada panitia. Sebelum peserta dan undangan manortor, orang tua dari panitialah yang akan manortor untuk mengawali acara ini. Pada saat orang tua dari pantia (Hasuhuton) manortor untuk mengawali acara manortor ini, gondang yang diminta adalah Gondang Mula-mula, Gondang Sombasomba, Gondang Liat-liat, Gondang Pasu-pasu, Gondang Hasahatan. Sedangkan

67 pada saat orang tua maupun naposo dari undangan manortor, urutan gondang yang diminta sedikit berbeda yaitu Gondang Mula-mula, Gondang Liat-liat, Gondang Sappe-sappe dan Gondang Hasahatan. Dibawah ini akan dijelaskan mengenai urutan Gondang dan bentuk gerakannya. 1. Gondang mula-mula Gondang Mula-mula merupakan wujud rasa hormat para peserta yang diwakili oleh si peminta gondang kepada Tuhan dan sesamanya serta untuk mengemukakan kepercayaan bahwa segala sesuatu yang ada di bumi ini memiliki asal mula. Gerakan tortor pada saat Gondang Mula-mula antara kaum laki-laki dan kaum perempuan berbeda. Gerakan tortor untuk kaum laki-laki adalah dengan mengangkat kedua telapak tangan keatas namun tidak melebihi kening lalu kedua telapak tangan dirapatkan namun tidak sampai bersentuhan dan jari-jari tangan direnggangkan. Sedangkan gerakan tortor untuk kaum perempuan yaitu dengan merapatkan kedua telapak tangan dan mengangkat sampai posisi tepat di depan dada atau dibawah dagu seperti posisi menyembah. Selanjutnya daun kaki diangkat dan diturunkan sesuai dengan irama dari musik gondang yang dimainkan dan diikuti dengan gerakan sembah berirama oleh kedua telapak tangan. 2. Gondang Somba-somba Dalam kebudayaan masyarakat Batak Toba, Gondang Somba-somba bertujuan untuk mengekspresikan rasa hormat kepada Sang Pencipta dan kepada

68 hadirin yang hadir. Berbeda dengan tujuan Gondang Somba-somba pada masa dulu yaitu bertujuan untuk mengekspresikan rasa hormat kepada kekuatan supranatural (Malau 2007:5). Gerakan tortor somba untuk laki-laki yaitu kedua tangan di angkat dan telapak tangan dirapatkan kemudian ditaruh dikening dengan posisi sembah dan kepala agak menunduk. Sedangkan gerakan tortor untuk kaum perempuan yaitu dengan merapatkan kedua telapak tangan dan mengangkat sampai posisi tepat di depan dada atau dibawah dagu seperti posisi menyembah dan kepala agak menunduk. Selanjutnya daun kaki diangkat dan diturunkan sesuai dengan irama dari musik gondang yang dimainkan dan diikuti dengan gerakan sembah berirama oleh kedua telapak tangan. Gambar 5 Posisi gerakan pada saat Gondang Somba-somba

69 3. Gondang Liat-liat Pada saat Gondang Liat-liat seluruh peserta akan manortor sambil mengelilingi tempat atau lokasi manortor sebanyak tiga kali. Gambar 6. Rombongan orang tua berkeliling pada saat Gondang Liat-liat 4. Gondang Pasu-pasu Gondang Pasu-pasu adalah gondang untuk memberikan pasu-pasu/berkat. Gondang Pasu-pasu hanya dilakukan oleh orang tua dari panitia (hasuhuton) kepada naposo. Proses memberi berkat ini dilakukan dengan cara mengusap bagian kepala dari para naposo serta meletakkan ujung ulos yang dikenakan orang tua ke bahu dari para naposo. Dalam upacara adat Batak Toba, sebagai contoh upacara pernikahan

70 gerakan tortor seperti ini biasa dilakukan oleh pihak hula-hula terhadap pihak boru. Hal ini mengandung arti bahwa pihak hula-hula akan selalu melindungi pihak borunya. Sehingga dengan kata lain, kita dapat melihat sistem kekerabatan pada masyarakat Batak Toba yaitu Dalian Na Tolu dalam proses dan urutan manortor pada acara ini. Gambar 7 Posisi gerakan pada saat Gondang Pasu-pasu 5.Gondang Sappe-sappe Gondang Sappe-sappe adalah gondang untuk menyampaikan Silua dari setiap kelompok peserta yang manortor kepada panitia. Pada bagian ini gerakan tortor sedikit lebih bebas, biasanya para peserta akan manortor secara menyebar di sekitar lokasi tempat manotor.

71 Gambar.8. Posisi gerak pada Gondang Sappe-sappe Yang pertama berkesempatan untuk manortor adalah para orang tua dari panitia atau Hasuhuton. Setelah para orang tua dan para naposo yang menjadi panitia berkumpul, parhata menyampaikan kepada pargonsi bahwa acara manortor akan segera dimulai. Kemudian parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan repertoar Gondang pembukaan atau Gondang Mula-mula dengan kata-kata sebagai berikut: Ale amang panggual pargonsi nami Nunga sae be mambuat tua ni Gondang on Saonari naeng dimulai hami ma manortor Antong bahen amang ma Gondang Mula-mula i Ala marmula do sude na di tano on. Artinya:

72 Wahai bapak pemain musik kami Telah selesai acara memohon tuah untuk Gondang ini Sekarang kami akan memulai acara manortor Oleh karena itu mainkanlah Gondang pembukaan Karena semua yang ada di bumi mempunyai asal mula. Kemudian pargonsi memainkan repertoar Gondang Mula-mula atau gondang pembukaan. Pada saat gondang dimainkan para orang tua dan naposo (panitia) manortor ditempat masing-masing dalam waktu yang tidak terlalu lama, karena Gondang Mula-mula adalah merupakan penyampaian rasa hormat dan pemberitahuan kepada Tuhan Yang Maha Esa bahwasanya para orang tua dan naposo ingin memulai untuk manortor. Setelah Gondang Mula-mula selesai, kemudian dilanjutkan kembali oleh parhata dengan meminta kepada pargonsi untuk memainkan Gondang Somba-somba dengan kata-kata sebagai berikut: mauliate ma di hamu amang pargonsi nami Nunga dibahen hamu Gondang Mula-mula i Saonari bahen amang majo Gondang Somba Asa di somba hami Amatta Debata dohot naliat nalolo. Artinya: Terimakasih kepada bapak pemusik kami Telah bapak mainkan Gondang Mula-mula itu Sekarang mainkanlah dulu Gondang Somba Agar kami menyembah Tuhan dan para hadirin. Pargonsi memainkan repertoar Gondang Somba-somba kemudian para orang tua dan muda-mudi manortor. Setelah selesai Gondang Somba-somba, parhata kembali melanjutkan dengan meminta pargonsi untuk memainkan Gondang Liat-liat dengan kata-kata sebagai berikut:

73 mauliate ma di hamu amang pargonsi nami Nunga dibahen amang be Gondang Somba i Saonari naeng mangaliat nama hami Antong bahen amang ma Gondang Liat-liat i Asa liat gabe liat horas. Artinya: Terimakasih kepada bapak pemusik kami Telah bapak mainkan Gondang Somba itu Sekarang kami ingin berkeliling/mengitari tempat ini Untuk itu mainkanlah dulu Gondang Liat-liat itu Agar selamat sampai ke tujuan. Pargonsi memainkan repertoar Gondang Liat-liat. Pada saat Gondang Liatliat dimainkan, para orang tua dan muda-mudi manortor sambil mangaliat/mengitari tempat acara gondang sebanyak kurang lebih tiga kali putaran. Setelah Gondang Liatliat selesai dimainkan, kembali parhata meminta gondang yaitu Gondang Pasu-pasu dengan kata-kata sebagai berikut: mauliate ma di hamu amang pargonsi nami Nunga dibahen amang be Gondang Liat-liat i Saonari naeng di pasu-pasu hami nama ianakkon nami on Antong bahen amang ma Gondang Pasu-pasu i Anggiat hatop jumpang si rokkap ni tondi na Jala anggiat sahat sude sinakkap ni roha na. Artinya: Terimakasih kepada bapak pemusik kami Telah bapak mainkan Gondang Liat-liat itu Sekarang kami ingin memberkati anak-anak kami Untuk itu mainkanlah Gondang Pasu-pasu itu Semoga anak-anak kami ini cepat dapat jodoh Dan dapat tercapai semua apa yang dicita-citakan. Pada saat Gondang Pasu-pasu dimainkan para orang tua manortor sambil berjalan kearah muda-mudi untuk memberikan pasu-pasu/berkat. Setelah orang tua selesai memberkati, maka mereka kembali pada posisi semula. Selanjutnya para

74 muda-mudi selaku anak-anak manortor mendatangi para orang tua untuk marsomba/menyembah sebagai wujud dari rasa hormat mereka. Setelah semua mudamudi selesai marsomba/menyembah kepada orang tua, mereka kembali ke posisi semula dan selesailah Gondang Pasu-pasu. Seluruh rangkaian gondang dan tortor telah selesai dilakukan, kemudian parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan Gondang Hasahatan Sitio-tio sebagai tanda bahwa mereka telah selesai manortor dengan kata sebagai berikut: mauliate ma di hamu amang pargonsi nami Nunga dibahen hamu be sude gondang pangidoan nami Saonari bahen amang ma Gondang Hasahatan na i. Artinya: Terimakasih kepada bapak pemusik kami Telah bapak mainkan semua gondang yang kami minta Sekarang mainkanlah Gondang Hasahatan itu. Musik dimainkan dan para orang tua dan para muda-mudi manortor di tempat masing-masing. Tortor hasahatan merupakan penghujung dari suatu upacara adat Batak Toba. Hasahatan berasal dari kata sahat yang berati sampai. Hasahatan berarti seluruh permintaan dan permohonan telah disampaikan kepada Tuhan dengan harapan agar semua permohonan tersebut dapat dikabulkan. Akhir dari Gondang Hasahatan ditandai dengan mengucapkan kata horas sebanyak tiga kali dan sambil mengangkat ujung ulos keatas. Setelah para orang tua dan muda-mudi dari hasuhuton selesai manortor, acara selanjutnya diserahkan sepenuhnya kepada naposo atau panitia. Namun para orang tua tetap melakukan pemantauan guna menghindari acara gondang tersebut

75 melenceng dari aturan dan etika kesopanan. Pada kesempatan inilah para orang tua memberikan kesempatan kepada anak-anak mereka untuk bergembira. Di sini juga para muda-mudi akan belajar dan di matangkan bagaimana manortor dan maminta gondang secara runtut. Rombongan pertama yang datang untuk manortor adalah rombongan orang tua atas nama Natua-tua Ni Huta. Karena acara telah diserahkan kepada naposo, maka yang berperan adalah naposo. Beberapa orang dari naposo membagikan ulos kepada seluruh anggota rombongan dan memberikan pinggan atau piring yang berisi beras. Pinggan tersebut berfungsi untuk meletakkan uang/silua 16 yang merupakan sumbangan dari peserta untuk panitia. Gambar 9. Silua 16 Silua adalah sumbangan/persembahan berupa uang yang disampaikan dengan cara manortor.

76 Yang menjadi parhata dalam rombongan ini adalah Oppu Hellen Gultom. Setelah semua peserta berbaris pada posisinya, parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan gondang dengan kata-kata sebagai berikut: Ale amang panggual pargonsi nami Dison ro do hami sian natua-tua ni huta laho mangadopi acara Gondang Naposo on Jadi saonari naeng manortor nama hami Antong bahen amang ma Gondang Mula-mula i Ala marmula do sude na adong ditano on. Artinya: Wahai bapak pemusik kami Disini kami datang atas nama natua-tua ni huta Guna menghadiri acara Gondang Naposo ini Jadi sekarang kami ingin memulai manortor Oleh karena itu mainkanlah dulu Gondang Mula-mula itu Karena semua yang ada di dunia ini memiliki asal mula. Musik dimainkan para orang tua dan naposo pun manortor ditempat masingmasing. Selesai Gondang Mula-mula dimainkan, parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan Gondang Liat-liat dengan kata-kata sebagai berikut: mauliate ma amang pargonsi nami Nunga dibahen amang Gondang Mula-mula i Saonari bahen amang ma Gondang Liat-liat i asa mangaliat hami Laguna anakkonki da hamoraon di ahu. Artinya: terima kasih bapak pemusik kami Telah bapak mainkan Gondang Mula-mula Sekarang mainkanlah dulu Gondang Liat-liat supaya kami berkeliling Lagunya anakku adalah harta yang paling berharga dalam hidupku. Pada saat musik dimainkan, rombongan manortor mengelilingi lokasi acara gondang sebanyak tiga kali dengan di pandu oleh dua orang naposo dari panitia. Pada

77 saat inilah bagi ketua rombongan atau anggota dari rombongan yang ingin menyumbang mulai mengeluarkan uangnya dan menyematkannya di sela-sela jemari dari anggota rombongan yang sedang manortor. Setelah mangaliat sebanyak tiga kali, rombongan kembali ke barisan semula. Parhata kembali melanjutkan acara dengan meminta Gondang Sappe-sappe atau gondang untuk menyampaikan silua/sumbangan. Sumbangan tersebut merupakan wujud dari sikap tolong menolong yang dapat mempererat rasa persaudaraan sesama orang Batak yang ada di Desa Desagajah. Sebelum gondang dimainkan, parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan gondang dengan kata-kata sebagai berikut: Mauliate ma amang pargonsi nami Nunga di bahen hamu be Gondang Liat-liat i Saonari naeng pasahaton nami ma silua nami on Antong bahen amang ma Gondang Sappe-sappe i Laguna Anak Medan. Artinya: Terimakasih bapak pemusik kami Telah bapak mainkan Gondang Liat-liat Sekarang kami akan menyampaikan sumbangan kami Untuk itu mainkanlah Gondang Sappe-sappe itu Lagunya anak Medan. Ketika Gondang Sappe-sappe dimainkan, para naposo/panitia mulai manortor ketengah lapangan untuk manjalo-jalo silua/ meminta-minta sumbangan dari para rombongan yang sedang manortor. Pada bagian ini para naposo manortor dengan dengan cara mangelek/membujuk agar silua/sumbangan tersebut segera di serahkan

78 kepada panitia. Setelah silua/sumbangan telah diserahkan maka para orang tua beserta para naposo pun kembali ke tempat semula, dan Gondang Sappe-sappe pun selesai dimainkan. Gambar 10. Posisi gerakan manjalo-jalo silua pada saat Gondang Sappe-sappe Rangkaian dari acara manortor oleh rombongan natua-tua ni huta telah selesai, namun sebelum dimainkan Gondang Hasahatan, parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan lagu dengan judul Gadis Melayu. Pada dasarnya ini bukanlah merupakan bagian baku dari urutan gondang, melainkan hanya sebuah tambahan/selingan. Ini adalah merupakan salah satu bentuk perubahan dalam repertoar yang dimainkan untuk mengiringi tortor dalam Gondang Naposo, untuk

79 pembahasan lebih dalam mengenai hal ini dapat dilihat pada BAB selanjutnya. Pada bagian ini orang tua dan naposo dapat menari/manortor sepuasnya. Ada yang melompat, ada juga yang membentuk lingkaran sambil marembas 17. Gambar 11 Manortor sambil marembas Setelah puas manortor, para orang tua dan naposo kembali ketempat masingmasing. Parhata meminta kepada pargonsi untuk memainkan Gondang Hasahatan dengan kata-kata yang sama seperti pada bahasan sebelumnya. Usai Gondang Hasahatan dimainkan panitia kembali mengumpulkan ulos dan bersiap-siap untuk menyambut peserta selanjutnya yang akan manortor. 17 Marembas adalah salah satu bentuk gerakan pada saat manortor.

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dunia seni adalah dunia kita bersama. Hidup dan matinya merupakan

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Dunia seni adalah dunia kita bersama. Hidup dan matinya merupakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seni adalah suatu nilai hakiki yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan manusia. Dunia seni adalah dunia kita bersama. Hidup dan matinya merupakan tanggung

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 2.1. Letak Geografis Kabupaten Tapanuli Utara Kabupaten Tapanuli Utara merupakan salah satu kabupaten yang tekstur wilayahnya bergunung-gunung. Tapanuli Utara berada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. [Type text]

BAB I PENDAHULUAN. [Type text] BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Tari adalah suatu pertunjukan yang melibatkan seluruh elemen masyarakat pendukungnya. Tari merupakan warisan budaya leluhur dari beberapa abad yang lampau. Tari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri.

BAB I PENDAHULUAN. ini sudah memiliki kebudayaan dan karya sastra tersendiri. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah bangsa yang besar yang terdiri atas berbagai suku yang tersebar di seluruh pelosok tanah air. Salah satunya adalah etnis Batak. Etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, yang lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap masyarakat dalam kelompok masyarakat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu

BAB I PENDAHULUAN. kekerabatan yang baru akan membentuk satu Dalihan Natolu. Dalihan Natolu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat. Peristiwa penting tersebut dikaitkan dengan upacaraupacara yang bersifat

Lebih terperinci

GONDANG NAPOSO (Studi Deskriptif Tentang Reproduksi Kebudayaan Orang Batak Toba di Desa Gajah, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan)

GONDANG NAPOSO (Studi Deskriptif Tentang Reproduksi Kebudayaan Orang Batak Toba di Desa Gajah, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan) GONDANG NAPOSO (Studi Deskriptif Tentang Reproduksi Kebudayaan Orang Batak Toba di Desa Gajah, Kecamatan Meranti, Kabupaten Asahan) SKRIPSI Diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Ilmu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA

BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA BAB II GAMBARAN UMUM PERNIKAHAN DALAM ADAT BATAK TOBA 2.1 SISTEM SOSIAL MASYARAKAT BATAK TOBA Adat bagi masyarakat Batak Toba merupakan hukum yang harus dipelihara sepanjang hidupnya. Adat yang diterima

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat tersebut yang berusaha menjaga dan melestarikannya sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bhineka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia terhadap perbedaan suku bangsa dan budaya yang menjadi kekayaan bangsa Indonesia. Setiap daerah masing-masing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seni merupakan salah satu bentuk unsur kebudayaan manusia, baik manusia sebagai individu, manusia sebagai kelompok masyarakat. Kondisi ekonomi, sosial dan adat istiadat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat Batak Toba adalah salah satu suku yang terdapat di Sumatera Utara. Suku Batak Toba termasuk dalam sub etnis Batak, yang diantaranya adalah, Karo, Pakpak,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tercakup seperti adat serta upacara tradisional. Negara Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, budaya ada di dalam masyarakat dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10

BAB I PENDAHULUAN. 1 Bungaran A. Simanjuntak, Konflik, status dan kekuasaan orang Batak Toba, Yogyakarta, Jendela, 2002, hal 10 BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1 LATAR BELAKANG MASALAH Orang Batak Toba sebagai salah satu sub suku Batak memiliki perangkat struktur dan sistem sosial yang merupakan warisan dari nenek moyang. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. bentukan manusia yang tidak lahir begitu saja yang bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Adat istiadat merupakan konsepsi pemikiran yang lahir sebagai rangkaian pemikiran manusia yang bersumber dari hakikat kemajuan akalnya. Sebelumnya disebut bahwa adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi sebagai proses pertukaran simbol verbal dan nonverbal antara pengirim dan penerima untuk merubah tingkah laku kini melingkupi proses yang lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian dalam kehidupan manusia telah menjadi bagian dari warisan nenek moyang. Sejak dulu berkesenian sudah menjadi kebiasaan yang membudaya, secara turun temurun

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DAN FUNGSI MUSIK MINUS ONE SEBAGAI PENGIRING AKTIVITAS IBADAH MINGGU DI GEREJA KRISTEN

PENGGUNAAN DAN FUNGSI MUSIK MINUS ONE SEBAGAI PENGIRING AKTIVITAS IBADAH MINGGU DI GEREJA KRISTEN PENGGUNAAN DAN FUNGSI MUSIK MINUS ONE SEBAGAI PENGIRING AKTIVITAS IBADAH MINGGU DI GEREJA KRISTEN INDONESIA BERASTAGI SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA NIM : 100707023 : MARK S ARITONANG UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir.

BAB I PENDAHULUAN. Humbang Hasundutan, Kabupaten Toba Samosir, dan Kabupaten Samosir. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara geografis di Provinsi Sumatera Utara, suku Batak terdiri dari 5 sub etnis yaitu : Batak Toba (Tapanuli), Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang

BAB I PENDAHULUAN. hak dan kewajiban yang baru atau ketika individu telah menikah, status yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di dalam masyarakat, perkawinan adalah ikatan sosial atau ikatan perjanjian hukum antar pribadi yang membentuk hubungan kekerabatan dan merupakan suatu pranata dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai suku bangsa yang memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini oleh dilambangkan oleh bangsa Indonesia dengan semboyan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Perempuan merupakan kaum yang sering di nomor duakan di kehidupan sehari-hari. Perempuan seringkali mendapat perlakuan yang kurang adil di dalam kehidupan masyarakat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai

I. PENDAHULUAN. Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Wilayah tanah air Indonesia terdiri dari ribuan pulau dan dihuni oleh berbagai suku bangsa, golongan, dan lapisan sosial. Sudah tentu dalam kondisi yang demikian

Lebih terperinci

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN

BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN BAB II MUSIK TIUP PADA UPACARA ADAT KEMATIAN PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KOTA MEDAN 2.1 Deskripsi Masyarakat Batak Toba di Kota Medan 2.1.1 Etnografi Kota Medan Kota Medan merupakan ibukota provinsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Simalungun adalah salah satu suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sama seperti suku batak yang lainnya, Simalungun mempunyai adat dalam setiap upacara salah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jubelando O Tambunan, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara kepulauan yang mempunyai ciri keanekaragaman budaya yang berbeda tetapi tetap satu. Indonesia juga memiliki keanekaragaman agama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka

BAB I PENDAHULUAN. identik dengan nada-nada pentatonik contohnya tangga nada mayor Do=C, maka BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Musik merupakan bunyi yang terorganisir dan tersusun menjadi karya yang dapat dinikmati oleh manusia. Musik memiliki bentuk dan struktur yang berbeda-beda dan bervariasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudayaan serta memiliki beraneka ragam budaya. Kekayaan budaya tersebut tumbuh karena banyaknya suku ataupun etnis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Budaya daerah adalah sebuah ciri khas dari sekelompok suatu Etnik yang memiliki kebiasaan, aturan, serta norma yang harus dilakukan dalam kehidupan sehari-hari.

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG MASALAH

A. LATAR BELAKANG MASALAH I. PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebudayaan dalam arti luas adalah perilaku yang tertanam, ia merupakan totalitas dari sesuatu yang dipelajari manusia, akumulasi dari pengalaman yang dialihkan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN. penduduk, sistem kekerabatan, agama dan kepercayaan, dan sistem kesenian BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN Pada bab ini merupakan penjelasan tentang gambaran secara umum wilayah penelitian, yang tidak hanya mengenai lokasi penelitian melainkan juga meliputi penduduk,

Lebih terperinci

P E N D A H U L U A N

P E N D A H U L U A N BAB I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Sebagaimana telah kita ketahui, Negara Kesatuan Republik Indonesia terdiri dari berbagai-bagai pulau dari Sabang sampai Merauke, dan didiami oleh berbagai-bagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. yang dihasilkan dari kebiasaan dari masing-masing suku-suku tersebut. BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang multikultural, hal ini terbukti dengan banyaknya suku bangsa di Indonesia yang mempunyai budaya berbedabeda. Perbedaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya.

BAB I PENDAHULUAN. budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia adalah mahluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat

Lebih terperinci

STUDI ORGANOLOGI HASAPI BATAK TOBA BUATAN GUNTUR SITOHANG Di DESA TURPUK LIMBONG KECAMATAN HARIAN BOHO KABUPATEN SAMOSIR Skripsi Sarjana Dikerjakan

STUDI ORGANOLOGI HASAPI BATAK TOBA BUATAN GUNTUR SITOHANG Di DESA TURPUK LIMBONG KECAMATAN HARIAN BOHO KABUPATEN SAMOSIR Skripsi Sarjana Dikerjakan STUDI ORGANOLOGI HASAPI BATAK TOBA BUATAN GUNTUR SITOHANG Di DESA TURPUK LIMBONG KECAMATAN HARIAN BOHO KABUPATEN SAMOSIR Skripsi Sarjana Dikerjakan O L E H Gideon Simaremare NIM: 100707016 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Musik merupakan suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung unsur-unsur irama, melodi, dan tempo. Disamping itu, musik juga merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya, suku dan kesenian yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian Batak secara umum dibagi menjadi 2(dua) bagian yaitu Gondang Sabangunan dan Gondang Batak. Gondang Sabangunan (Gondang Bolon) untuk mengiringi upacara adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa terbesar di Indonesia. Suku ini banyak mendiami wilayah Provinsi Sumatera Utara, khususnya daerah di sekitar Danau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam.

BAB I PENDAHULUAN. Utara.Sumatera Utara juga memiliki kebudayaan yang beragam. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara adalah sebuah provinsi yang terletak di pulau Sumatera, berbatasan dengan Aceh disebelah utara dan dengan Sumatera Barat serta Riau disebelah selatan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian Naim (1984:9) bahwa ada beberapa kelompok masyarakat yang. Banjar, Bugis, dan termasuk juga orang Batak.

BAB I PENDAHULUAN. hasil penelitian Naim (1984:9) bahwa ada beberapa kelompok masyarakat yang. Banjar, Bugis, dan termasuk juga orang Batak. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perpindahan penduduk sudah terjadi sejah dahulu kala dan bukanlah suatu hal yang baru bagi masyarakat Indonesia. Hal ini terbukti dari hasil penelitian

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( )

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR ( ) BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN AJIBATA KABUPATEN TOBA SAMOSIR (1998-2005) 2.1 Letak Geografis dan Keadaan Alam Kecamatan Ajibata merupakan salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir dengan luas wilayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan

BAB I PENDAHULUAN. Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara memiliki beberapa suku Batak yaitu suku Batak Toba, Batak Pak-Pak - Dairi, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Angkol dan Batak Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. spesifik akan memfokuskan pembahasan pada perubahan dan kontinuitas ritual

BAB I PENDAHULUAN. spesifik akan memfokuskan pembahasan pada perubahan dan kontinuitas ritual BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Skripsi ini akan membahas aspek ritual pembuatan taganing dan secara lebih spesifik akan memfokuskan pembahasan pada perubahan dan kontinuitas ritual pembuatan

Lebih terperinci

KATA SAPAAN DALAM BAHASA BATAK TOBA

KATA SAPAAN DALAM BAHASA BATAK TOBA KATA SAPAAN DALAM BAHASA BATAK TOBA SKRIPSI OLEH RICARDO GORAT 07070038 DEPARTEMEN SASTRA INDONESIA FAKULTAS ILMU BUDAYA MEDAN 2012 Kata Sapaan Dalam Bahasa Batak Toba Skripsi Oleh Ricardo Gorat Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian

BAB I PENDAHULUAN. dalam membedakan suku-suku yang ada di Sumatera Utara. Yaitu ende dan ende-ende atau endeng-endeng. Ende adalah nyanyian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mandailing merupakan salah satu bagian dari suku batak yang ada di Sumatera Utara. Sumatera Utara merupakan salah satu Propinsi yag memiliki beraneka macam suku

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu

BAB I PENDAHULUAN. Malinowyki mengemukakan bahwa cultural determinan berarti segala sesuatu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Budaya merupakan kebutuhan hidup manusia, sekaligus sebagai salah satu unsur pokok dalam pembangunan manusia dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya.

BAB I PENDAHULUAN. dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan Negara yang terdiri dari beribu ribu pulau, dan juga dikenal dengan berbagai suku, agama, dan ras serta budayanya. Keberagaman budaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh keturunan maka penerus silsilah orang tua dan kekerabatan keluarga 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan kebahagiaan, kebanggaan, penerus keturunan, serta harta kekayaan pada sebuah keluarga. namun tidak semua keluarga dapat memperoleh keturunan

Lebih terperinci

BAB II TRADISI KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA. yang tinggal di Sumatera Utara. Empat kelompok etnik lainnya yaitu Pakpak,

BAB II TRADISI KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA. yang tinggal di Sumatera Utara. Empat kelompok etnik lainnya yaitu Pakpak, BAB II TRADISI KEBUDAYAAN MUSIK BATAK TOBA 2.1 Gambaran Umum Masyarakat Batak Toba Batak Toba merupakan salah satu suku dari lima kelompok etnik suku Batak yang tinggal di Sumatera Utara. Empat kelompok

Lebih terperinci

KONFLIK PILKADES DAN PENYELESAIANNYA (Suatu Kajian Antropologi Terhadap Pilkades Periode 2008/2013 Di Desa Sosor Mangulahi Kabupaten Humbahas)

KONFLIK PILKADES DAN PENYELESAIANNYA (Suatu Kajian Antropologi Terhadap Pilkades Periode 2008/2013 Di Desa Sosor Mangulahi Kabupaten Humbahas) KONFLIK PILKADES DAN PENYELESAIANNYA (Suatu Kajian Antropologi Terhadap Pilkades Periode 2008/2013 Di Desa Sosor Mangulahi Kabupaten Humbahas) SKRIPSI Diajukan guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh

Lebih terperinci

STUDI DESKRIPTIF UPACARA SACAPME

STUDI DESKRIPTIF UPACARA SACAPME STUDI DESKRIPTIF UPACARA SACAPME DAN PENGGUNAAN MUSIK PADA SEMBAHYANG MALAM TAHUN BARU GONG XI FAT CAI DI VIHARA PEKONG KELURAHAN POLONIA DALAM BUDAYA MASYARAKAT TIONGHOA AGAMA BUDHA KOTA MEDAN SKRIPSI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bangsa Indonesia merupakan masyarakat majemuk yang dilatarbelakangi kebudayaan yang beranekaragam. Sebagai bangsa besar, Indonesia merupakan negara yang di kawasan nusantaranya

Lebih terperinci

PENGGUNAAN DAN FUNGSI ENSAMBEL CHUI KO DALAM UPACARA BING YI GUAN PADA MASYARAKAT TIONGHOA DI YAYASAN BALAI PERSEMAYAMAN ANGSAPURA MEDAN

PENGGUNAAN DAN FUNGSI ENSAMBEL CHUI KO DALAM UPACARA BING YI GUAN PADA MASYARAKAT TIONGHOA DI YAYASAN BALAI PERSEMAYAMAN ANGSAPURA MEDAN PENGGUNAAN DAN FUNGSI ENSAMBEL CHUI KO DALAM UPACARA BING YI GUAN PADA MASYARAKAT TIONGHOA DI YAYASAN BALAI PERSEMAYAMAN ANGSAPURA MEDAN SKRIPSI SARJANA DISUSUN O L E H NAMA : HERBERT F. S NIM : 020707019

Lebih terperinci

DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN

DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN DESKRIPSI MUSIK PADA PERTUNJUKAN OPERA BATAK DALAM CERITA PEREMPUAN DI PINGGIR DANAU OLEH PLOt (PUSAT LATIHAN OPERA BATAK) DI MEDAN SKIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H NAMA : TUMPAK JOSEPIN SINAGA NIM :

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh

BAB 1 PENDAHULUAN. Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sistem perkawinan exogami merupakan sistem yang dianut oleh masyarakat adat batak toba. Sistem ini dalam arti positif merupakan suatu sistem dimana seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah Panaek Gondang merupakan salah satu ritual yang menjadi bagian dari seluruh rangkaian upacara adat perkawinan dalam masyarakat Mandailing,jika perkawinan tersebut

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam menyusun sebuah karya ilmiah sangat diperlukankajian pustaka.kajian pustaka adalah paparan atau konsep-konsep yang mendukung pemecahan masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan.

BAB I PENDAHULUAN. Simalungun, Dairi, Nias, Sibolga, Angkola, dan Tapanuli Selatan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Provinsi Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis, dimana setiap etnis memiliki kebudayaan atau ciri khas yang berbeda-beda kebudayaan. Ciri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia memiliki banyak suku, dimana setiap suku memiliki kebudayaan sendiri yang menjadi ciri khas bagi setiap suku tersebut. Salah satu suku yang terdapat di Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal)

BAB I PENDAHULUAN. khas dan beragam yang sering disebut dengan local culture (kebudayaan lokal) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan suatu negara kesatuan yang menganut paham demokrasi dan memiliki 33 provinsi. Terdapat lebih dari tiga ratus etnik atau suku bangsa di Indonesia,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau,

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara multikulturalis yang memiliki ribuan pulau, beragam suku bangsa, kaya akan nilai budaya maupun kearifan lokal. Negara mengakui perbedaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran

BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI. pusat pemerintahan Kabupaten Tapanuli Utara yang merupakan daerah pemekaran BAB II GAMBARAN UMUM DESA SIGAOL MARBUN KECAMATAN PALIPI 2.1. Letak Geografis Desa Sigaol Marbun merupakan salah satu desa di Kecamatan Palipi yang berada di Kabupaten Samosir. Kecamatan Palipi terletak

Lebih terperinci

ANALISIS STRUKTUR MUSIK KOMPANG DALAM UPACARA MENGANTAR PENGANTIN DI SUNGAI GUNTUNG, KECAMATAN

ANALISIS STRUKTUR MUSIK KOMPANG DALAM UPACARA MENGANTAR PENGANTIN DI SUNGAI GUNTUNG, KECAMATAN ANALISIS STRUKTUR MUSIK KOMPANG DALAM UPACARA MENGANTAR PENGANTIN DI SUNGAI GUNTUNG, KECAMATAN KATEMAN, RIAU OLEH: NAMA :ANDI FARHAN NIM : 100707001 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU BUDAYA DEPARTEMEN

Lebih terperinci

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun

BAB I PEDAHULUAN. tersebut telah menjadi tradisi tersendiri yang diturunkan secara turun-temurun BAB I PEDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Sumatera Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Semua etnis memiliki budaya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kepulauan Nusantara terdiri atas aneka warna kebudayaan dan bahasa. Keaneka ragaman kebudayaan dari berbagai suku bangsa yang ada di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya ditunjukkan kepada masyarakat Batak Toba saja. Batak Toba adalah sub atau bagian dari suku bangsa Batak yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak terdiri dari beberapa etnik yaitu Toba, Simalungun, Karo, Angkola/Mandailing dan Pakpak Dairi. Namun sekarang ini sebutan Batak hanya ditunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di zaman modern, mereka tetap melanjukan tradisi leluhurnya, seperti yang dapat dilihat

BAB I PENDAHULUAN. di zaman modern, mereka tetap melanjukan tradisi leluhurnya, seperti yang dapat dilihat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat Batak Toba 1 adalah masyarakat yang mewarisi adat leluhur.kendati hidup di zaman modern, mereka tetap melanjukan tradisi leluhurnya, seperti yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain

BAB I PENDAHULUAN. pembentuknya, antara lain kuningan, logam, kayu, tanduk, bambu, dan lain BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Secara umum pengertian musik tiup adalah alat musik yang bunyinya bersumber dari getaran udara atau aerofon dan cara memainkannya adalah dengan cara meniupnya.

Lebih terperinci

POTENSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR DALAM MENDUKUNG INDUSTRI PARIWISATA ( )

POTENSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR DALAM MENDUKUNG INDUSTRI PARIWISATA ( ) POTENSI SITUS DI KECAMATAN SIANJUR MULA- MULA KABUPATEN SAMOSIR DALAM MENDUKUNG INDUSTRI PARIWISATA (1995-2010) SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN O L E H JUNITA I SITUMORANG NIM :130706052 PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG

BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG BAB II GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN BIOGRAFI SINGKAT GUNTUR SITOHANG Pada bab II ini penulis akan membahas gambaran umum lokasi penelitian dan biografi singkat Guntur Sitohang. Namun sebelum membahas

Lebih terperinci

KAJIAN TERHADAP STRUKTUR MUSIK DAN PERTUNJUKAN JARAN KEPANG KELOMPOK BRAWUJAYA DI BINJAI

KAJIAN TERHADAP STRUKTUR MUSIK DAN PERTUNJUKAN JARAN KEPANG KELOMPOK BRAWUJAYA DI BINJAI KAJIAN TERHADAP STRUKTUR MUSIK DAN PERTUNJUKAN JARAN KEPANG KELOMPOK BRAWUJAYA DI BINJAI SKRIPSI SARJANA Dikerjakan O l e h NAMA: AGUS FREDDY SIMAMORA NIM : 050707014 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesenian merupakan unsur kebudayaan yang dalam kehidupannya tidak lepas dari masyarakat karena mencakup aktivitas masyarakat dari tiap tiap daerah tempat kesenian itu

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN LUMBANJULU. Kecamatan Lumbanjulu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Toba

BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN LUMBANJULU. Kecamatan Lumbanjulu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Toba BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN LUMBANJULU 2.1 Kondisi geografis Kecamatan Lumbanjulu Kecamatan Lumbanjulu adalah salah satu kecamatan di Kabupaten Toba Samosir yang dimekarkan dari Kabupaten Tapanuli Utara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Pada etnik Simalungun memiliki struktur sosial berbentuk pentangon sehingga BAB I PENDAHULUAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Beragam kebudayaan Indonesia di berbagai daerah seperti bahasa dan budaya yang berbeda dan keunikan yang dipengaruhi lingkungan sosial maupun ekoniminya.

Lebih terperinci

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK 1 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK FENOMENA PILIHAN HIDUP TIDAK MENIKAH (STUDI DESKRIPTIF PADA WANITA KARIR ETNIS BATAK TOBA DI KOTA MEDAN) SKRIPSI Diajukan Oleh PRIMA DAFRINA

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. lain yang berhubungan dengan perasaan dari orientasi seleksinya. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Nilai Batasan nilai bisa mengacu pada berbagai hal, seperti minat, kesukaan, pilihan, tugas, kewajiban agama, kebutuhan, keamanan, hasrat, keengganan, daya tarik, dan

Lebih terperinci

SOLIDARITAS PADA MASYARAKAT MARGINAL DI PERKOTAAN

SOLIDARITAS PADA MASYARAKAT MARGINAL DI PERKOTAAN SOLIDARITAS PADA MASYARAKAT MARGINAL DI PERKOTAAN Studi deskriptif Pada Anggota Lembaga Keuangan Masyarakat Kota (LKMK) Keska Kelurahan Sei Mati, Lingkungan XII Medan Maimun SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi

Lebih terperinci

KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTA MARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN

KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTA MARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN P a g e 80 KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTA MARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN Febi Andreas Manik Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Raya Kabupaten Simalungun.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Provinsi sumatera utara dewasa ini mencatat adanya suku Batak dan Suku Melayu sebagai suku tertua. Dalam suku Batak terdapat beberapa sub-suku-suku yang membentuk

Lebih terperinci

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: )

11. TINJAUAN PUSTAKA. berbagai macam peristiwa tetap yang biasanya terjadi di masyarakat yang. bersangkutan. Koentjaranigrat (1984: ) 11. TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Konsep Upacara Adat Upacara adalah sistem aktifitas atau rangkaian atau tindakan yang ditata oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Provinsi Sumatera Utara adalah salah Provinsi yang terletak di Negara Indonesia. Sumatera Utara memiliki keanekaragaman suku dan budaya. Suku yang berada di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. memahami wacana dengan baik dan tepat diperlukan bekal pengetahuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Wacana merupakan unsur kebahasaan yang relatif paling kompleks dan paling lengkap. Satuan pendukung kebahasaannya meliputi fonem, morfem, kata, frasa, klausa,

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN BAB II DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN 2.1 Lokasi dan Lingkungan Alam Penelitian ini dilakukan di Desa Janji Hutanapa, Kecamatan Parlilitan, Kabupaten Humbang Hansundutan. Desa ini memiliki batas-batas administratif

Lebih terperinci

UPAYA MELESTARIKAN SENI BUDAYA TRADISIONAL PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KABUPATEN SAMOSIR

UPAYA MELESTARIKAN SENI BUDAYA TRADISIONAL PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KABUPATEN SAMOSIR UPAYA MELESTARIKAN SENI BUDAYA TRADISIONAL PADA MASYARAKAT BATAK TOBA DI KABUPATEN SAMOSIR KERTAS KARYA DISUSUN O L E H AFRINA BUTARBUTAR NIM : 072204017 UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat aspek mood dan emosi (Pautz, 2010). Lebih lanjut, Pautz

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat aspek mood dan emosi (Pautz, 2010). Lebih lanjut, Pautz 14 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Mood merupakan salah satu aspek psikologis yang termasuk dalam afek yang dialami manusia. Afek adalah perasaan yang dialami seseorang, yang di dalamnya terdapat aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya

BAB I PENDAHULUAN. suku bangsa. Unsur-unsur kebudayaan itu dirangkai dalam istilah-istilah budaya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Setiap suku bangsa memiliki kekhasan pada budayanya masing-masing. Tujuh unsur kebudayaan universal tersebut dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku bangsa. Unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti (Bolinger BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep 2.1.1 Makna Makna merupakan hubungan antara bahasa dengan dunia luar yang telah disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat dimengerti

Lebih terperinci

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960

BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 BAB II DESA HUTAJULU HINGGA TAHUN 1960 Alur dalam bab ini dimulai dengan deskripsi sejarah, dan terbentuknya Desa Hutajulu, kemudian menjelaskan desa dan seluruh isi desa tersebut hingga tahun 1960 yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna

BAB I PENDAHULUAN. kekayaan budaya nasional yang tetap harus dijaga kelestariannya.guna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ragam dari kebudayaan yaitu sistem religi dan upacara keagamaan, sistem dan organisasi kemasyarakatan, sistem pengetahuan, bahasa, kesenian, system mata pencaharian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses realisasi karya seni bersumber pada perasaan yang merupakan bentuk ungkapan atau ekspresi keindahan. Setiap karya seni biasanya berawal dari ide atau

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS. merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli BAB II GAMBARAN UMUM MASYARAKAT MELAYU BATANG KUIS 2.1 Identifikasi Kecamatan Batang Kuis, termasuk di dalamnya Desa Bintang Meriah, merupakan sebuah kecamatan yang termasuk ke dalam bagian Kabupaten Deli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia terdiri dari beraneka ragam suku yang masing-masing suku memiliki bahasa daerah tersendiri yang membedakan bahasa suku yang satu dengan bahasa

Lebih terperinci

DESKRIPSI TAR! GUEL PADA UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT GAYO DI KOTA MEDAN

DESKRIPSI TAR! GUEL PADA UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT GAYO DI KOTA MEDAN DESKRIPSI TAR! GUEL PADA UPACARA PERKAWINAN MASYARAKAT GAYO DI KOTA MEDAN SKRIPSI SARJANA DIKERJAKAN 0 L E H DESI ARI NATALIA S. N1M. 010707001 UNIVERS1TAS SUMATERA UTARA FAKULTAS SASTRA JURUSAN ETNOMUSIKOLOGI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Indonesia merupakan sebuah negara yang terkenal akan keanearagaman budaya yang dimiliki setiap suku bangsa yang mendiami wilayahnya. Kemajemukan Indonesia tercermin

Lebih terperinci

ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN ANDUNG DALAM KEMATIAN PADA MASYARAKAT TOBA DESA SIGUMPAR KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN

ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN ANDUNG DALAM KEMATIAN PADA MASYARAKAT TOBA DESA SIGUMPAR KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN ANALISIS TEKSTUAL PENYAJIAN ANDUNG DALAM KEMATIAN PADA MASYARAKAT TOBA DESA SIGUMPAR KECAMATAN LINTONG NIHUTA KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN Skripsi Sarjana Dikerjakan O l e h MEDINA HUTASOIT NIM : 080707012

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Budaya merupakan bagian dari kehidupan masyarakat, dan lahir dari pengalaman hidup sehari-hari yang dialami oleh setiap kelompok masyarakat tertentu. Dalam budaya, kita

Lebih terperinci

SKRIPSI SARJANA DISUSUN OLEH: TRI SYAHPUTRA SITEPU NIM: DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N

SKRIPSI SARJANA DISUSUN OLEH: TRI SYAHPUTRA SITEPU NIM: DEPARTEMEN ETNOMUSIKOLOGI FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS SUMATERA UTARA M E D A N Deskriptif Penggabungan Alat Musik Keyboard Dengan Gendang Lima Sendalanen Pada Perayaan Ulang Tahun Karo Mergana Ras Anak Beruna Di Cinta Damai Kecamatan Medan Helvetia SKRIPSI SARJANA DISUSUN OLEH: TRI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang

BAB I PENDAHULUAN. Angkola, Tapanuli Selatan dan Nias. Dimana setiap etnis memiliki seni tari yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumatera Utara merupakan provinsi yang memiliki beberapa sub etnis yang terdiri dari suku Melayu, Batak Toba, Karo, Simalungun, Dairi, Sibolga, Angkola, Tapanuli Selatan

Lebih terperinci

KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTAMARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN. Febi Andreas Manik.

KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTAMARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN. Febi Andreas Manik. KEBERADAAN MUSIK TRADISIONAL SIMALUNGUN DALAM PESTAMARSOMBUH SIHOL DI KECAMATAN RAYA KABUPATEN SIMALUNGUN Febi Andreas Manik Abstrak Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah pariwisata yang cukup

BAB I PENDAHULUAN. Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah pariwisata yang cukup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kabupaten Samosir merupakan salah satu daerah pariwisata yang cukup terkenal di Indonesia.Keindahan alam dan pemandangan serta banyaknya peninggalan-peninggalan

Lebih terperinci