PURA DI ANTARA SERIBU MASJID : STUDI KERUKUNAN ANTAR ETNIS BALI DAN SASAK DI DESA KARANG TAPEN, CAKRANEGARA, LOMBOK BARAT OLEH : MERI YULIANI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PURA DI ANTARA SERIBU MASJID : STUDI KERUKUNAN ANTAR ETNIS BALI DAN SASAK DI DESA KARANG TAPEN, CAKRANEGARA, LOMBOK BARAT OLEH : MERI YULIANI"

Transkripsi

1 PURA DI ANTARA SERIBU MASJID : STUDI KERUKUNAN ANTAR ETNIS BALI DAN SASAK DI DESA KARANG TAPEN, CAKRANEGARA, LOMBOK BARAT OLEH : MERI YULIANI NIM Oleh Meri Yuliani JURUSAN PENDIDIKAN SEJARAH FAKULTAS HUKUM DAN ILMU SOSIAL UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA 2016

2 Pura di antara Seribu Masjid: Studi Kerukunan Antar etnis Bali dan Sasak di Desa Karang Tapen, Cakranegra, Lombok Barat. Oleh Meri Yuliani, Dr. I Wayan Mudana, M.Si, Dr. Drs. I Made Pageh, M.Hum Jurusan Pendidikan Sejarah, Fakultas Hukum dan Ilmu Sosial Universitas Pendidikan Ganesha Meriyuliani123@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui kehidupan masyarakat Desa Karang Tapen yang bisa hidup rukun berdampingan satu sama lain dalam perbedaan keyakinan; (2) mengetahui strategi etnis Bali dan Sasak di Desa Karang Tapen dalam mempertahankan kerukunan; (3) Aspek - aspek kerukunan antaretnis Bali dan Sasak di desa Karang Tapen, Cakranegara, Lombok Barat, yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan tahap-tahap; (1) teknik penentuan lokasi penelitian, (2) teknik penentuan informan, (3) teknik pengumpulan data (observasi, wawancara, studi dokumen), (4) teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah penyajian data dan penarikan kesimpulan. Penelitian ini menghasilkan temuan yakni (1) bahwa terciptanya kerukunan, karena masing-masing setiap pemeluk agama saling terbuka dan menerima keberadaan dari agama lain. (2) strategi yang digunakan etnis Bali dan Sasak dalam mempertahankan kerukunan di Karang Tapen yaitu: (a) ikatan kekeluargaan, (b) saling menghormati dan menghargai antarumat beragama. (3) Aspek-aspek dari kerukunan antar etnis yang dapat dipakai sebagai sumber belajar sejarah yakni: (a) aspek kognitif, yang meliputi pengetahuan, pemahaman dan penerapan (b) aspek afektif, meliputi menanggapi, menerima atau memperhatikan (c) psikomotorik, pengamatan peserta didik selama proses pembelajaran berlangsung. Kata Kunci: Kerukunan, Etnis Bali dan Sasak, Sumber Belajar Sejarah ABSTRACT This study aims to (1) determine Karang Tapen community life that could live harmoniously alongside one another in a different beliefs; (2) determine the strategy of ethnic Balinese and Sasak village of Karang Tapen in maintaining harmony; (3) aspects - aspects of interethnic harmony in Bali and Sasak village of Karang Tapen, Cakranegara, Lombok Barat, which can be used as a source of learning history. This study used a qualitative descriptive approach to the stages of (1) a technique of determining the location of the research, (2) determination techniques informant, (3), data collecti on techniques (observation, interviews, document study), (4) data analysis techniques used in this study is the presentation of the data and drawing conclusions. This research has resulted in findings that (1) that the creation of harmony, because each every religion open to each other and accept the existence of other religions. (2) the strategies used ethnic Balinese and Sasak in maintaining harmony in Coral Tapen namely: (a) a familial bond, (b) mutual respect and respect among religions. (3) aspects of harmony between ethnic groups that can be used as a source of learning history namely: (a) cognitive, which includes knowledge, understanding and application (b) the affective aspects, including responding to, accept or pay attention to (c) psychomotor observation learners during the learning process. Keywords: Harmony, Community Balinese and sasak village, learning history

3 A. PENDAHULUAN Kemajemukan telah melahirkan perpaduan yang sangat indah dalam berbagai bentuk mozaik budaya. Berbagai suku, agama, adat istiadat dan budaya dapat hidup berdampingan dan memiliki ruang negoisasi yang sangat tinggi dalam kehidupan sehari-hari Kerukunan antar etnis di Indonesia masih banyak menyisakan masalah. Kasuskasus yang muncul terkait dengan hal ini belum bisa terhapus secara tuntas. Kasus Ambon, Kupang, Poso, dan lainnya masih menyisakan masalah ibarat api dalam sekam yang sewaktu-waktu siap membara dan memanaskan suasana di sekelilingnya. Hal ini mengindikasikan bahwa pemahaman masyarakat tentang kerukunan antarumat perlu ditinjau ulang. Banyaknya konflik yang melibatkan agama sebagai pemicunya menuntut adanya perhatian yang serius untuk mengambil langkah-langkah yang antisipatif demi damainya kehidupan umat beragama di Indonesia pada masa-masa mendatang (Mukti Ali, 1996). Pengkajian tentang hubungan antarumat beragama dan antaretnis sekarang ini memasuki tantangan baru dan semakin menarik untuk diteliti dan di diskusikan. Hal ini disebabkan oleh munculnya konflikkonflik bernuansa SARA (Suku, Ras, Agama dan Antar Golongan) dan perubahan dinamika hubungan sosial dan keagamaan yang terjadi dilapangan. Berbagai peristiwa yang sempat menggejolak disebagian wilayah Indonesia beberapa tahun terakhir menunjukan indikasi bahwa telah terjadi pergeseran hubungan antaragama dan antaretnis di negeri ini. Akan tetapi sekelompok etnik yang bermukim dalam suatu wilayah tidak selamanya saling bersifat berlawanan seperti yang terjadi di Ambon, Kupang dan daerah lainnya. Lombok adalah satu dari puluhan pulau di Indonesia yang memiliki masyarakat yang multi - etnis, dan dikenal akan penerimaan keberagaman etnis tersebut dengan sifat saling menghargai ini terbukti dari minimnya pemberitaan mengenai pertikaian atau konflik antaretnik yang terjadi. Sebutkan saja, hubungan yang terdapat di desa Blahbatuh, antara etnis Tionghoa dengan etnis Sasak. Etnis Tionghoa membantu upacara adat suku Sasak, selain itu etnis Bali membantu menjaga lancarnya persembahyangan etnis Tionghoa di Vihara dengan menyediakan beberapa pecalang di kawasan vihara dan sebaliknya. Sifat solidaritas yang tinggi yang dimiliki oleh etnis Sasak dan etnis Bali, dapat dilihat dari letak lokasi tempat ibadah di kawasan ini. Tempat peribadatan seperti Pura untuk umat Hindu, dan Masjid untuk umat Islam, dibangun saling berdekatan dan aktivitas yang dilakukan oleh masing - masing umat tidak ada yang saling menggangu. selain itu juga dapat kita lihat, aktivitas keagamaan atau adat di Bali juga bisa ditemui sehari-hari di Lombok khususnya di Desa Karang Tapen pada masyarakat Hindunya, bahkan masih terkesan etnisitasnya. Bahasa daerah Bali logat Bali masih mudah di dengar di desa tersebut dan menjadi alat komunikasi keluarga. Seperti, bila ada hari raya umat Hindu, umat Hindu di Desa Karang Tapen sangat antusias dan marak merayakannya. Demikian halnya saat hari raya Nyepi umat Hindu di Desa Karang Tapen juga melaksanakannya termasuk juga menyelenggarakan pawai Ogoh-ogoh. Terkait tentang kerukunan antaretnis di Pulau Lombok sudah pernah diteliti oleh Sofyan, yang menulis tentang kerukunan antaretnis di Lombok penelitian ini menganalisa tentang kerukunan antaretnis yang berbeda, antaretnis yang minoritas dan mayoritas (2009). akan tetapi khususnya di Desa Karang Tapen Cakra, sepengetahuan penulis belum ada yang meneliti karena itu penulis mencoba mengkajinya secara khusus dengan mengambil judul Pura Diantara seribu Masjid (Studi Tentang Kerukunan antar etnis di Pulau Lombok), penelitian ini membahas tentang kerukunan hubungan antara etnis Bali dan etnis Sasak di desa Karang Tapen yang saling berhubungan sehingga membentuk interaksi sosial yang

4 berjalan secara damai dan aman. Adapun Rumusan Masalah yang diangkat yaitu 1. Mengapa etnis Bali dan etnis Sasak di Desa karang Tapen, Kecamatan Cakranegara, Lombok Barat bisa menciptakan kerukunan. 2. Bagaimana strategi etnis Bali dan Sasak di Desa Karang Tapen, Kecamatan Cakranegara, Lombok Barat untuk bisa mempertahankan kerukunan. 3. Aspek - aspek apa sajakah dari kerukunan antar etnis Bali dan Sasak di desa Karang Tapen, Cakranegara, Lombok Barat, yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar sejarah. B. METODE PENULISAN Penulisan suatu penelitian sangat diperlukan suatu metode yang tepat untuk mendapatkan data yang valid dan sesuai dengan permasalahan yang di bahas. Metode yang diterapkan disebut akan memberikan arah dan ketepatan langkah dalam penelitian. Sehingga hasil yang didpatkan akan lebih optimal terkait dengan hal tersebut maka langkah-langkah yang akan penulis terapkan yakni: (1) Rancangan Penelitian Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif yang menyangkut tentang Mengapa etnis Bali dan etnis Sasak di Desa Karang Tapen, Kecamatan Cakranegara, Lombok Barat bisa menciptakan kerukunan, strategi etnis Bali dan Sasak di Desa Karang Tapen, Kecamatan Cakranegara, Lombok Barat untuk bisa mempertahankan kerukunan, dan Aspek - aspek yang dapat dimanfaatkan dari kerukunan antar etnis Bali dan Sasak terhadap pembelajaran sejarah. (2). Lokasi Penelitian penelitian ini di lakukan di desa Karang Tapen, Kecamatan cakra. Lokasi ini di pilih sebab Desa karang tapen merupakan tempat Tinggal atau tempat berlangsungnya proses kehidupan antar etnis Bali dan etnis. (3) Teknik penentuan Informan Pemilihan informan sebagai sumber data dalam penelitian ini adalah berdasarkan pada asas subyek yang menguasai permasalahan, informan kunci disini ialah Bapah Haji jamal (35 tahun), beliau kemudian menunjukkan individu lin yang juga mengetahui tentang kerukunan ntar etnis tersebut seperti kepala desa. (4) Teknik Pengumpulan Data Adapun metode yang dipergunakan dalam pengumpulan dta dilapangan ntara lain: (1) Observasi, (2) wawancara (interview), (3) Studi Dokumen (5) Teknik Analisis Data Pada penelitian ini analisis data yan digunakan adalah model analisis deskriftif kualitatif. Data-data yang terkumpul didapatkan melalui observasi, wawancara, kajian pustaka atau dokumentasi, selanjutnya diseleksi dan dianalisis, sehingga diperoleh suatu kesimpulan. C. HASIL DAN PEMBHASAN 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Desa Karang Tapen merupakan salah satu Desa dari empat desa yang termasuk dalam kecamatan Cakranegara, Kabupaten Lombok Barat. Jarak tempuh dari pusat kecamatan cakranegara yaitu 6 km dan jarak ke kabupaten 5 km, serta jarak ke provinsi 5 km. Desa ini memliki luas Ha atau 8,43 km yang terbagi atas Ha. Desa Karang Tapen terletak pada ketinggian m di atas permukaan laut, terletak pada sebuah bukit, di sebelah Utara dan Selatan terdapat persawahan dan ladang penduduk. Untuk menjangkau desa Karang Tapen tidak terlalu sulit karna untuk menjangkau desa ini dapat menggunakan bemo (mobil) yang menuju jurusan ke Cakra kemudian lurus

5 Karang Tapen. ini membuktikan desa Karang Tapen bukanlah desa yang terisolir tapi merupakan desa yang strategis juka ditinjau dari pusat-pusat kegiatan ekonominya, bahkan desa Karang Tapen sudah dikenal oleh masyarakat luar. 2.Sejarah Masuknya Hindu di Karang Tapen Desa Pada masa pemerintahan Dalem Watu Renggong (abad XV), kerajaan Gelgel di pulau Bali mengalami puncak kebesaran. Daerah kekuasaannya sampai di luar pulau Bali meliputi :Lombok, Sumbawa, dan Blambangan. Setelah Dalem Watu Renggong meninggal, ia digantikan oleh dua orang putranya yang belum dewasa, yaitu yang sulung bernama I Dewa Pemayun, kemudian setelah di angkat menjadi raja bergelar Dalem Bekung dan yang lebih kecil bernama I Dewa Anom Saganing, bergelar Dalem Saganing. Jabatan patih agung pada saat itu di pegang oleh I Gusti Arya Batanjeruk, dan semua kebijakan pemerintahan ada di tangan patih agung Batan jeruk. Situasi seperti ini lama kelamaan menimbulkan ketidak puasan dikalangan pejabat kerajaan. Pada tahun 1556, terjadilah kekacauan di kerajaan Gelgel. Pada bulan Januari 1838 pecahlah perang antara kerajaan Karangasem Sasak melawan kerajaan Mataram. Perang itu meletus di sebabkan oleh pertikaian masalah air antara desa Kateng (wilayah Lombok Tengah bagian selatan) yang ada di bawah kekuasaan kerajaan Karangasem sasak dengan desa Penujak (juga wilayah Lombok Tengah bagian selatan) yang berada di bawah kekuasaankerajaan Mataram. Raja Mataram I Gusti Ngurah Ketut Karangasem menyatakan perang karena kerajaan Karangasem Sasak mengambil desa Penujak dan daerah sekitarnya ke dalam wilayahnya. Menjelang akhir tahun 1838 raja Mataram I Gusti Ngurah Ketut Karangasem memindahkan ibukota kerajaannya ke wilayah kerajaan Karangasem Sasak Lombok, kemudian beberapa tahun kemudian bekas ibukota Karangasem Sasak selesai dibina, dan tahun 1866 diganti namanya menjadi kerajaan Cakranegara. Cakra menurut bahasa sansekerta berarti lingkaran atau bundaran, dan Negara adalah kota, hunian, atau negeri. Jadi Cakranegara berarti kota hunian yang bundar melingkar. Berdasarkan perjalanan sejarah diatas suatu yang sangat wajar jika sampai saat ini pemukiman etnis Bali berada di sekitar Lombok Barat khususnya di Desa Karang Tapen yang sebagian besar penduduknya beragama Hindu yang datang dari Bali (Parmitha Gede, 2001). 3. Etnis Bali dan Sasak dalam Menciptakan Kerukunan Umat Beragama di Desa Karang Tapen Kondisi aktual dalam kehidupan seharihari masyarakat Desa Karang Tapen terlihat pada semua suasana kehidupan sosial sehari-harinya. Mereka hidup rukun berdampingan satu dengan yang lainnya walaupun mereka berbeda agama. dalam kaitannya dengan pola kerukunan umat beragama, masyarakat desa Karang Tapen secara umum mempunyai pola kerukunan yang sangat dinamik. Hal ini terlihat dari hubungan sosial keagamaan, hubungan sosial kemasyarakatan dan aktivitas sosial keagamaan umat islam seperti kegiatan Jama ah sholat lima waktu, Jama ah sholat Jum at, Jama ah Tahlilan dan Yasinan setiap hari senin dan jum at bagi bapak-bapak, Jama ah Tahlilan dan Yasinan setiap malam selasa dan rabu bagi ibu-ibu, setiap malam sabtu bagi ibu-ibu, Diba an di masjid setiap malam selasa kliwon., yang mana hal-hal tersebut akan menjelaskan bagaimana kerukunan umat beragama yang terjadi di desa Karang Tapen. Aktivitas Sosial keagamaan Pemeluk Hindu seperti hari raya nyepi, Ngaben, dan aktivitas keagamaan lainnya. Terdapat beberapa Hubungan atau aktivitas sosial keagamaan dalam menciptakan kerukunan di Desa Karang Tapen antara lain:

6 1. Adanya Sikap Kekeluargaan Masyarakat Desa Karang Tapen menyadari bahwa menerapkan sikap kekeluargaan dalam menjalin hubungan dengan tetangga karena masyarakat sadar bahwa mereka tidak bisa hidup sendiri. Mereka mampu bersosialisasi dengan masyarakat sekitar tanpa memandang perbedaan agama. Hal ini terbukti dengan sikap warga saat salah satu warga atau tetangga mengalami musibah warga datang untuk menjenguk dan menolongnya. Sikap seperti ini menunjukkan bahwa warga Karang Tapen peduli dengan sesamanya. 2. Adanya Hubungan Sosial Keagamaan Masing-masing umat beragama yang ada di Desa Karang Tapen menjalankan ajaran agama yang mana telah digariskan oleh agamanya masing-masing, baik ajaran-ajaran ritual perorangan, kelompok, maupun dalam kehidupan sehari-hari. Hubungan sosial keagamaan yang secara nyata membentuk interaksi sosial yang harmonis serta komunikasi sosial selalu terjadi antara pemeluk agama yang berbeda. Masyarakat Desa Karang Tapen memandang bahwa perbedaan faham keagamaan adalah urusan individu dengan Tuhan. Keyakinan yang mereka pegang dan masalah keimanan tidak bisa dilihat oleh orang lain. Kebebasan dalam hal memeluk agama sangat dijunjung tinggi, serta perbedaan agama tidak menjadi jurang pemisah yang suram bagi mereka dalam berinteraksi antar pemeluk agama yang berbeda. Seperti halnya keluarga Bapak Kento, yang mana beliau memiliki anggota keluarga yang berbeda agama. Bapak Kento menganut agama islam dan Istrinya menganut agama Hindu, anak lakilakinya menganut agama Islam, dan anak perempuannya menganut agama Hindu kemudian ia menikah dengan laki-laki yang beragama Islam dan pada akhirnya ia mengikitu suaminya memeluk agama Islam. Dalam keluarga ini tercipta hubungan yang harmonis, mereka menganggap perbedaan agama dalam keluarga itu adalah sesuatu hal yang wajar, karena bagi mereka kebebasan agama dan keyakinan terhadap suatu agama tidak bisa dipaksakan dan pada saat mereka merayakan hari-hari besar agama antara Bapak Kento dan Istrinya saling menghargai dalam artian jika Istrinya ada upacara keagamaan seperti hari raya nyepi Bapak Kento juga ikut tidak keluar rumah untuk menghargai Istrinya yang beragama Hindu. 3. Adanya Hubungan Sosial Kemasyarakatan Menurut Warga Karang Tapen Hubungan sosial kemasyarakatan yang berkembang di Desa Karang Tapen secara nyata telah menunjukan pada kehidupan sosial yang integrasi atau kerukunan. Hal ini dibuktikan bahwa selama masyarakat setempat tinggal ditempat itu belum pernah terjadi konflik yang dilatar belakangi oleh agama, bahkan mereka hidup rukun dan damai saling menghormati satu sama lain walaupun keyakinan mereka berbeda-beda. Kehidupan yang kian terjaga tercipta karena adanya keterkaitan antara norma yang menjadi acuan masyarakat dengan nilai-nilai agama maupun nilai adat atau kebudayaan yang kemudian menjelma dalam sikap dan cara kehidupan seharihari. Potensi kerukunan yang ada di masyarakat secara jelas bisa dilihat dalam berbagai upacara tradisional. Hal ini memperlihatkan adanya potensi lokal atau pengetahuan asli masyarakat untuk tetap menjaga kerukunan hidup. Dalam tradisi orang Sasak memiliki kebiasaan dalam hal kehidupan perorangan maupun kelompok yang mendekatkan tali persaudaraan yang kuat, seperti tradisi selametan, tradisi ini memiliki nilai spiritual dan sosial yang tinggi. Selametan dalam tradisi orang Sasak perlu dilihat dari aspek waktu biasanya dilakukan pada hari yang bagus secara agama semisal malam Jum at. Partisipasi orang-orang terdekat seperti tetangga dan saudara satu keturunan menjadi lebih terlihat, dalam selametan orang-orang yang datangpun tidak membedakan dari segi etnis dan agama, acara ini biasanya ditunjukan kepada kaum

7 laki-laki. Upacara selametan ini dilakukan berkaitan dengan niat tuan rumah untuk berbagi kebahagiaan atau memohon do a sesuatu. Contoh yang paling lumrah adalah ketika seorang anaknya dikhitan, orang tua sang anak akan mengadakan selametan untuk meminta do a restu kepada tetangga atau keluarganya sendiri. 4. Adanya aktivitas Sosial Keagamaan (a) Aktivitas Keagamaan Umat Islam Aktivitas dan kegiatan keagamaan Umat Islam adalah Jama ah sholat lima waktu, Jama ah sholat Jum at, Jama ah Tahlilan dan Yasinan setiap hari senin dan jum at bagi bapak-bapak, Jama ah Tahlilan dan Yasinan setiap malam selasa dan rabu bagi ibu-ibu, setiap malam sabtu bagi ibu-ibu, Diba an di masjid setiap malam selasa kliwon. Lain dengan hari-hari biasa, pada bulan ramadhan kegiatan di Masjid cukup banyak dibanding dengan hari-hari biasa. Selain rutin jama ah sholat lima waktu ada pula tadarus atau mengaji Al-Qur an setiap habis sholat tarawih, ada pula ta jil atau pembagian makanan kecil untuk buka puasa. (b). Aktivitas Sosial keagamaan Pemeluk Hindu Aktivitas sosial budaya dan keagamaan di lingkup unit hunian bagi masyarakat Hindu di Desa Karang Tapen sangat sering dilaksanakan. Masyarakat setempat menyatakan bahwa aktivitas sosial budaya dan keagamaan ini tidak saja dilaksanakan pada setiap unit hunian tetapi lebih luas pada lingkup kota. Aktivitas yang dimaksud adalah sebagai berikut: proses siklus kehidupan manusia, antara lain: (1) upacara "megedong - gedongan". Upacara ini dilaksanakan bila kandungan janin telah berumur 6-8 bulan, (2) upacara menyambut bayi lahir disebut upacara "pamagpagrare", (3) upacara bayi berumur dua belas hari disebut "kepus pengsed", (4) upacara bayi berumur satu bulan tujuh hari disebut"mecolongan", (5) upacara bayi berumur105 hari disebut "nyambuti", (6) upacara bayi berumur 210 hari disebut "ngotonin", (7) upacara potong gigi, dan (8) upacara perkawinan setelah berumur dewasa, serta upacara-upacara lainnya yang bersifat keagamaan Kedua; aktivitas berkaitan dengan penanganan jenazah (kegiatan kematian); dimulai dari membersihkan jenazah, pembakaran jenazah dan upacara mengembalikan roh kepada Tuhan Yang Maha Kuasa (upacara "ngeroras"). Kedua aktivitas tersebut sebelum dilaksanakan terlebih dahulu mereka mengundang keluarga dekat dan tetangga. Hasil observasi ditemukan bahwa semua proses aktivitas diawali dari halaman unit hunian, berdoa di pura dan kemudian meletakkan sesajen dibeberapa tempat yang dianggap memiliki kekuatan supernatural. Semua upacara di atas melibatkan jalan raya sebagai area kegiatan upacaranya. Selain aktivitas keagamaan yang sudah dipaparkan diatas berbagai aktivitasaktivitas keagamaan lainnya yang mencerminkan kerukunan antar etnis Bali dan Sasak seperi hari raya Nyepi, Perang Topat,dan hari raya besar lainnya. 4.Bentuk kerukunan Antarumat Beragama yang ada di Desa Karang Tapen Desa Karang Tapen adalah desa yang mempunyai keragaman agama dengan agama yang berbeda-beda, sebagian besar beragama Islam dan sebagian penduduk beragama Hindu, adanya keragaman agma dalam masyarakat sangatlah rentan terhadap terjadinya konflik itu masalah yang berhubungan dengan agama. Banyak orang yang berpendapat bahwa agama merupakan sumber konflik. Tapi dalam masyarakat Desa Karang Tapen hal tersebut tidak berlakun karena menurut masyarakat Desa Karang Tapen dengan adanya keragaman tersebut justru mereka dapat hidup rukun dan berdampingan dengan warga yang berbeda agama tanpa menimbulkan konflik. Dalam catatan keamanan dan ketertiban Desa Tahun

8 2016, tidak pernah ada kasus konflik antaragama yang terjadi di Desa Karang Tapen. Masyarakat Desa Karang Tapen sangat menghargai adanya perbedaan agama yang ada dalam lingkungan mereka, karena masyarakat sadar bahwa mereka hidup dalam lingkungan yang berbeda agama tidak hanya sekali ini saja namun warga sejak dahulu sudah terbiasa dengan perbedaan agama. Dalam hal ini masyarakat sudah dapat mengatur dan mengelola keragaman agama tersebut dan dapat memastikan bahwa agama tidak saling bertentangan satu sama lain. Warga Karang Tapen percaya bahwa semua agama mengajarkan tentang kebaikan dan menolak kejahatan. Dengan mengamalkan ajaran agama, masyarakat dapat mewujudkan kerukunan antar pemeluk agama yang berbeda. Kerukunan di Desa Karang Tapen dapat terlihat dalam keseharian dan kegiatan masyarakat sekitar. Bentuk dari kerukunan hidup antarumat beragama di Desa Karang Tapen adalah adanya sikap saling tolong menolong dan sikap saling peduli terhadap sesamanya. Contoh dari sikap tolong menolong warga adalah ketika tetangga mengalami kesusahan atau bantuan seperti ada salah satu warga yang meninggal, maka dengan kesadaran warga itu sendiri datang untuk menolong tanpa diminta. Bahkan warga yang beragama Hindu mengikuti acara Yasinan. Berikut wawancara peneliti dengan salah seorang warga yang beragam Hindu pada tanggal 2 juni 2016 pada pukul 16.45, Menerapkan sikap toleransi antarumat beragama sangatlah penting bagi terbentuknya kerukunan antarumat beragama yang berbeda. Hubungan antara umat Hindu dengan umat Islam dalam masyarakat Desa Karang Tapen sangatlah harmonis. Dalam mewujudkan keharmonisan antar pemeluk agama yang berbeda sangatlah dipengaruhi sikap toleransi warga. Sikap toleransi tidak datang dengan sendirinya tetapi harus melalui kesadaran yang mendalam dari pribadinya sendiri. Kesadaran warga akan adanya perbedaan agama dalam lingkungannya dan kesadaran akan pentingnya hidup berdampingan dapat menimbulkan suatu sikap toleransi antarsesama. Toleransi di Desa Karang Tapen terwujud dengan adanya kebebasan beragama, dan melakukan kegiatan keagamaan yang sesuai dengan ajaran agama masing-masing tanpa ada rasa takut akan adanya gangguan dalam menjalankan kegiatan keagamaan mereka. Meskipun berada dalam lingkungan yang mayoritas beragama Islam, namun agama minoritas dapat melaksanakan kegiatan keagamaan dengan rasa aman dan nyaman karena warga memiliki sikap toleransi yang tinggi. Warga Desa Karang Tapen mempunyai kesadaran tentang adanya perbedaan cara dan kegiatan dalam menjalankan ajaran agama mereka sehingga dengan adanya kesadaran tentang perbedaan ajaran agama warga merasa tidak terganggu dengan acara kegiatan tersebut. Sikap toleransi antarumat beragama sudah tertanam sejak mereka tinggal dilingkungan mereka. Dengan kebiasaan melihat bahkan mendengar dan membantu dalam kegiatan keagamaan membuat warga merasa bahwa itu adalah hal yang biasa dan tidak mengganggu aktifitas mereka. Misalnya dalam kegiatan Yasinan yang dilakukan tiap malam jum at, warga yang beragama lain merasa tidak terganggu, begitu juga dengan warga yang beragama Islam tidak terganggu dengan acara keagamaan warga Hindu. Fenomena diatas menunjukkan makna toleransi dalam masyarakat yang berada dalam keragaman agama. Dengan menanamkan sikap toleransi, masyarakat Desa Karang Tapen juga dapat menciptakan sikap saling menghormati antar sesama pemeluk agama. Bila ada warga atau seseorang yang merasa terpanggil untuk mengikuti ajaran agama lain dan agama tersebut menerima dia dengan baik, maka keputusannya dihormati. Dalam kasus di Desa Karang Tapen, warga berpindah agama bukan karena hasutan atau paksaan dari pihak manapun melainkan berpindah agama karena adanya unsur pernikahan dan kesadaran mereka sendiri.

9 5.Strategi Masyarakat Desa Karang Tapen Dalam Memelihara Kerukunan Antar Umat (a) Ikatan Kekeluargaan Dari hasil temuan wawancara dilapangan dapat dikatakan bahwa faktor kekeluargaan ini cukup baik dimasyarakat Desa Karang Tapen. Dalam hal kehidupan sosial nampaknya ikatan kekeluargaan menjadi faktor penting, ini terlihat dari adanya penduduk Sasak yang beragama Islam melakukan perkawinan dengan Penduduk Karang Tapen yang beragama Hindu akan tetapi ini tidak menjadi halangan untuk tetap hidup rukun walaupun mereka berbeda agama. Ini membuktikan bahwa masyarakat Karang Tapen tidak memandang adanya perbedaan dari segi agama, masyarakat Karang Tapen sangat menjunjung tinggi nilai toleransi karna kalo toleransi tidak kita bina sangat sulit untuk menciptakan kerukunan hidup dalam bermasyarakat. Dengan adanya perbedaan-perbedaan keyakinan tersebut maka tidak bisa dipungkiri bahwa akan muncul suatu konflik. Tetapi konflik-konflik yang dilatar belakangi oleh perbedaan keyakinan ini bisa diredam bahkan tidak bisa terjadi karena adanya faktor ikatan kekeluargaan ini. Misalkan dalam sutu keluarga besar terdapat angota-anggota keluarga yang memiliki perbedaan keyakinan, ketika mereka hendak berkonflik yang dilatarbelakangi oleh keyakinan beragama, mereka berfikir bahwa semua ini tidak ada gunanya karena kita berada dalam satu rumpun keluarga yang katakanlah satu Nenek atau satu Kakek. Dengan demikian terlihat bahwa ikatan kekeluargaan ini memiliki faktor penting yang mempengaruhi kerukunan antar umat beragama di Desa Karang Tapen (b) Saling Menghormati dan Menghargai Antar Umat Beragama Untuk mengembangkan kehidupan beragama, diperlukan suasana yang tertib, aman dan rukun. Kekhusuan beribadat tidak mungkin terwujud dalam suasana yang tidak aman. Disinalah letak pentingnya kerukunan, ketertiban dan keamanan dalam kehidupan beragama. Dengan prilaku tersebut, kehidupan beragama yang tertib, aman dan rukun akan tercapai. Sikap egois pada dasarnya merupakan penyakit manusia yang senantiasa mementingkan dirinya sendiri dan menempatkan dirinya pada kedudukan yang paling tinggi dengan tidak memperhatikan kepentingan orang lain. Sikap selalu menganggap dirinya sebagai yang terhebat, terpandai, terpenting, terpercaya atau paling berpengaruh merupakan sikap egois yang perlu dihindari. Sikap egois seperti ini dapat menimbulkan kebencian orang lain sehingga suasana kerukunan dalam kehidupan akan hilang. Dengan selalu menanamkan sikap saling menghormati dan menghargai ini, kerukunan dan kedamaian atau keharmonisan antar pemeluk agama di masyarakat Desa Karang Tapen terjalin begitu baik. (c) Gotong Royong Masyarakat desa Karang Tapen secara umum masih memegang teguh nilainilai dan adat istiadat nenek moyang secara utuh. Seperti halnya gotong royong, masyarakat Desa Karang Tapen selalu mengerjakan semua hal dalam bentuk kerjasama baik yang bersifat pribadi maupun sosial kemasyarakatan. Prinsip hidup seperti inilah yang terlihat di masyarakat desa Karang Tapen. Yang mana gotong royong menjadi suatu tradisi masyarakat setempat dan merupakan suatu elemen yang berkembang selama puluhan tahun lamanya. Gotong royong inilah yang merupakan salah satu faktor pendorong terwujudnya suasana yang harmonis di masyarakat desa Karang Tapen. 5. Aspek-Aspek Kerukunan antaretnis Bali dan Sasak Sebagai Sumber Pembelajaran Sejarah 1. Aspek Kognitif Dengan diberlakukannya kurikulum 2013 maka pembelajaran sejarah menjadi mata pelajaran yang sangat penting.

10 Sejarah memberikan manfaat bagi siswa guna memberikan rasa bangga akan negranya sendiri Indonesia. Pelajaran sejarah di sekolah selama ini hanya mengandalkan fakta-fakta sejarah yang sudah ada. Guru cenderung tidak mengupdate pemahaman mengenai faktafakta sejarah yang baru. Kurikulum 2013 memberikan peluang bagi guru dan siswa untuk menambah wawasan mengenai fakta fakta dan sumber belajar sejarah yang ada di lingkungan siswa. Salah satu sumber sejarah yang bisa di manfaatkan guru dan siswa sebagi sumber belajar sejarah adalah Kerukunan antar etnis Bali dan Sasak di Desa Karang Tapen. Keberadaan komunitas ini erat kaitannya dengan penaklukan Lombok yang di lakukan oleh Raja Karangasem. Pada saat itu Kerajaan Karangasem di bawah pemerintahan tiga bersaudara yakni I Gusti Anglurah Nengah Karangasem, I Gusti Anglurah Wayan Karangasem, dan I Gusti Anglurah Ketut Karangasem telah berhasil membawa Kerajaan Karangasem mengalami masa keemasannya pada sekitar tahun Sejarah masuknya orang orang Bali terutama yang memiliki keyakinan berbeda, agama Hindu di Desa Karang Tapen dapat memberikan kontribusi terhadap materi mata pelajaran sejarah. Proses masuknya orang orang Hindu Bali yang membentuk komunitas di Desa Karang Tapen ini di kaitkan dalam materi proses masuknya Hindu ke Indonesia. Kerukunan antaretnis Bali dan Sasak di Desa Karang Tapen ini dapat di masukkan ke dalam sejarah wajib di kelas X semester genap dalam materi Zaman Perkembangan. 2. Aspek Afektif Negara Indonesia adalah negara besar yang di dalamnya ada berbagai macam suku, ras, agama, dan budaya. Keberadaan hal tersebut merupakan berkah bagi Negara Indonesia sendiri, namun bila tidak bisa menjaganya maka timbul perpecahan. Negara Indonesia tidak lagi menjadi negara yang seutuhnya dalam satu kesatuan namun menjadi negara yang terkotak kotak. Untuk menghindari hal terebut maka di perlukan adanya toleransi di Indonesia. Untuk menanamkan toleransi tentu saja sekolah menjadi tempat yang sangat tepat selain lingkungan sekitar siswa dan keluarga. Rasa untuk saling menghargai antar teman yang memiliki keyakinan yang berbeda, budaya dan ras sangat penting untuk di lakukan. Indonesia sendiri banyak sekali contoh contoh toleransi antara umat beragama tidak terkecuali di kecamatan Cakra Lombok Barat. Di Cakra sendiri banyak sekali penduduk yang memiliki keyakinan berbeda hidup saling berdampingan salah satunya adalah di Desa Karang Tapen. Kurikulum 2013 menekankan pada siswa untuk saling menghargai hal ini termuat dalam KI (Kompetensi Inti) nomor 2 yaitu Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Dalam Kompetensi Inti tersebut menekannya siswa untuk saling menghargai dan toleran terhadap lingkungan sekitar siswa. Keberadaan etnis bali di desa Karang Tapen bisa menjadi contoh secara real. Komunitas ini hidup dalam komunitas yang mayoritas penduduk Muslim. Namun kenyataannya Komunitas Muslim Sasak Bayan hidup rukun dengan Komunitas Hindu yang ada di Desa Karang Tapen. Mereka bisa hidup dengan rukun dan bergandengan tangan satu dengan yang lainnya walaupun berbeda keyakinan. Kerukunan antaretnis Bali dan Sasak di desa Karang Tapen dapat memberikan gambaran kepada siswa bahwa Indonesia adalah negara yang terdiri dari berbagai macam suku, ras, budaya dan agama. 3. Aspek Psikomotorik Agar pelajaran sejarah tidak menjadi pelajaran yang membosankan maka guru sejarah bisa menggunakan siswa untuk

11 melakukan metode pembelajaran inovatif karya wisata. Dimana guru bisa mengajak siswa untuk terjun langsung ke sumber belajar sejarah yang ada di lingkungan sekitar siswa. Salah satu yang dapat di kunjungi keberadaan etnis bali dan Sasak di desa Karang Tapen, Cakranegara, Lombok Barat. Desa tersebut dapat memberikan gambaran bagaimana masuknya Hindu ke Lombok terutama di Cakranegara. Bukan berarti belajar sejarah hanya berada di dalam kelas saja akan tetapi juga bisa belajar di luar kelas. Hal ini juga bermanfaat melatih dan mengasah kemampuan siswa untuk memiliki sifat bertanggung jawab, jujur, disiplin dalam melakukan pelajaran di luar kelas. Bila di kaitkan dalam kurikulum 2013 aspek psikomotorik ini masuk dalam KI 1 yakni Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif, dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia. Dan KI 4 yakni Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, dan mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan. D. SIMPULAN DAN SARAN 1. Kesimpulan Etnis Bali dan Sasak dapat hidup berdampingan secara harmonis dalam perbedaan agama yang di anut yaitu agama Hindu dan Islam. Perbedaan tersebut tidak hanya terdapat pada masingmasing warganya melainkan perbedaan tersebut juga ada dalam satu keluarga Batih. Perbedaan yang ada pada masyarakat Karang Tapen tidak menjadikan mereka hidup dalam ketegangan yang menimbulkan konflik seperti yang terjadi di daerah lain. Perbedaan agama yang ada justru menjadikan masyarakat Karang Tapen dapat hidup harmonis, hidup secara berdampingan dan sangat menjunjung tinggi toleransi beragama. Setiap masyrakatnya bukan hanya mengakui keberadaan hak agama lain, tetapi juga terlibat dalam usaha memahami perbedaan dan persamaan dari masing-masing penganut agama yang ada. Hal seperti ini tentunya tidak terjadi secara alamiah atau datang dengan sendirinya. Jelas ada usaha-usaha yang mereka lakukan untuk mempertahankan kerukunan. Dimana usaha-usaha tersebut mereka implementasikan dengan baik dalam kehidupan sehari-hari. Kerukunan umat beragama yang berkembang di Desa Karang Tapen sangat dinamik hal ini dapat terlihat dari beberapa pola kerukunan yang berkembang di masyarakat misalkan, hubungan sosil keagamaan, hubungan sosial kemasyarakatan. Selain itu juga ada beberapa faktor yang mempengaruhi kerukunan umat beragama di Karang Tapen seperti, ikatan kekeluargaan, saling menghormati dan menghargai antarumat beragama serta gotong royong yang telah menjadi budaya masyarakat Karang Tapen. 2. Saran Berdasarkan penelitian di atas, maka dapat disimpulkan beberapa saran yakni: 1. Bagi Departemen Agama Diharapkan agar tetap mengupayakan dalam membantu menciptakan kondisi masyarakat Karang Tapen yang rukun dan harmonis, dengan cara tidak menanamkan sikap fanatisme agama yang akan mengarah pada timbulnya konflik antar mat beragama. 2. Bagi Pemerintah Setempat Mampu memberikan keamanan (mejaga) warganya untuk melakukan tindakan yang tidak melanggar normanorma agama serta menanamkan sikap adil dalam bentuk apapun terhadap semua pemeluk agama tanpa membedakan agama yang satu dengan yang lain,

12 sehingga tercipta suatu hubungan yang rukun dan harmonis dalam kehidupan masyarakat Karang Tapen. 3. Bagi Masyarakat Karang Tapen Masyarakat Karang Tapen hendaknya terus menjaga dan memelihara kerukunan yang terjadi di antara pemeluk Hindu dan Islam. Masyarakat juga dapat ikut serta dalam memberikan pengetahuan lebih dalam terhadap generasi penerus mengenai kerukunan antarumat di Karang Tapen Daftar Pustaka Hartoyo (tesis) Keserasian Hubungan Antar Etnik, Faktor Pendorong dan Pengelolaannya. Universitas Indonesia. Jakarta. Moeloeng, Lexy Metodologi Penelitian kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosda karya. Mukti Ali Beberapa Persoalan Agama Dewasa Ini. Jakarta, Rajawali Pers. Parmitha, I Gede LOMBOK: Lombok Abad XIX. Jakarta: Balai Pustaka. Sedana Subak pancoran sebagai sumber belajar sejarah kebudayaan indonesia (studi kasus di jurusan pendidikan sejarah fakultas ilmu sosial universitas pendidikam ganesha) Sudrajat,Ajat Pengertian dan Bentuk-bentuk KonflikSosial Tersedia pada pengertian-dan-bentuk-bentuk konflik.html. (Akses ) Azhari, Akmal Membangun kerukunan umatberagama Tersedia pada id=175639:membangunkerukunanu matberagama&catid=33:artikeljumat &Itemid=981. (Akses )

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat

BAB I PENDAHULUAN. dan Satu Pemerintahan (Depag RI, 1980 :5). agama. Dalam skripsi ini akan membahas tentang kerukunan antar umat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia ditakdirkan menghuni kepulauan Nusantara ini serta terdiri dari berbagai suku dan keturunan, dengan bahasa dan adat istiadat yang beraneka ragam,

Lebih terperinci

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa

Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Pentingnya Toleransi Umat Beragama Sebagai Upaya Mencegah Perpecahan Suatu Bangsa Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia, toleransi berasal dari kata toleran yang berarti sifat/sikap menenggang (menghargai,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah

BAB IV ANALISA DATA. A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat. jika yang dinamakan hidup bersama dan berdampingan pasti ada masalah BAB IV ANALISA DATA A. Bentuk-bentuk kegiatan keagamaan dan sosial masyarakat Keadaan kerukunan di Desa Balonggarut antara Islam dan Hindu masuk dalam kategori damai tanpa konflik. Meskipun dalam suatu

Lebih terperinci

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA

TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA TUGAS AGAMA KLIPING KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA, ANTAR SUKU, RAS DAN BUDAYA Nama : M. Akbar Aditya Kelas : X DGB SMK GRAFIKA DESA PUTERA Kerukunan Antar Umat Beragama. Indonesia adalah salah satu negara

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN Dari pembahasan hasil penelitian pada BAB IV peneliti dapat merumuskan kesimpulan dan rekomendasi untuk berbagai pihak. A. Simpulan 1. Simpulan Umum Masyarakat Dusun Kalibago merupakan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU

BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU BAB IV ANALISIS TENTANG TOLERANSI MASYARAKAT ISLAM TERHADAP KEBERADAAN GEREJA PANTEKOSTA DI DESA TELAGABIRU Pluralisme adalah sebuah realitas sosial yang siapapun tidak mungkin memungkirinya, kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika

BAB IV ANALISIS. Pustaka Pelajar, 2001, hlm Azyumardi Azra, Kerukunan dan Dialog Islam-Kristen Di Indonesia, dalam Dinamika 44 BAB IV ANALISIS A. Kualitas Tingkat Toleransi Pada Masyarakat Dukuh Kasaran, Desa Pasungan, Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten Toleransi antar umat beragama, khususnya di Indonesia bertujuan untuk menumbuhkan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi

BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI. A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi BAB IV ANALISIS NILAI-NILAI KEAGAMAAN DALAM UPACARA SEDEKAH BUMI A. Analisis Pelaksanaan Upacara Sedekah Bumi Bersyukur kepada sang pencipta tentang apa yang telah di anugerahkan kepada seluruh umat manusia,

Lebih terperinci

KISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN

KISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN KISI KISI PENILAIAN KENAIKAN KELAS TAHUN PELAJARAN 2016/2017 Nama Sekolah : MTsN 1 Kota Serang Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas / Kur : VII / K13 Semester : Genap Kompetensi Inti : 1.

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN. klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Dusun mojosantren bila dilihat dari sudut geografis termasuk pada klasifikasi data rendah. Dusun Mojosantren merupakan dusun yang strategis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih dikenal dengan multikultural yang terdiri dari keragaman ataupun BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara kepulauan yang dicirikan oleh adanya keragaman budaya. Keragaman tersebut antara lain terlihat dari perbedaan bahasa, etnis dan agama.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan bangsa yang majemuk, yang terdiri dari keberagaman suku, agama, ras dan antar golongan dimana kesemuanya itu merupakan anugrah dari Tuhan yang maha

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan

I. PENDAHULUAN. teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia yang begitu pesat ditandai dengan kemajuan ilmu dan teknologi, pergeseran kekuatan ekonomi dunia serta dimulainya perdagangan antarnegara

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan IMPLEMENTASI NILAI GOTONG-ROYONG DAN SOLIDARITAS SOSIAL DALAM MASYARAKAT (Studi Kasus pada Kegiatan Malam Pasian di Desa Ketileng Kecamatan Todanan Kabupaten Blora) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 178 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh beberapa temuan penelitian yang kemudian dijadikan sebagai dasar untuk menarik kesimpulan. Berikut

Lebih terperinci

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati

NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati NILAI-NILAI SIKAP TOLERAN YANG TERKANDUNG DALAM BUKU TEMATIK KELAS 1 SD Eka Wahyu Hidayati I Proses pendidikan ada sebuah tujuan yang mulia, yaitu penanaman nilai yang dilakukan oleh pendidik terhadap

Lebih terperinci

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah suatu negara majemuk yang dikenal dengan keanekaragaman suku dan budayanya, dimana penduduk yang berdiam dan merupakan suku asli negara memiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti

I. PENDAHULUAN. sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kata Tahlil secara etimologi dalam tata bahasa Arab membahasnya sebagai sebuah kalimat yang berasal dari lafadz hallala-yuhallilu-tahlilan yang berarti mengucapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat pesisir pantai barat. Wilayah budaya pantai barat Sumatera, adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masyarakat yang tinggal disepanjang pinggiran pantai, lazimnya disebut masyarakat pesisir. Masyarakat yang bermukim di sepanjang pantai barat disebut masyarakat

Lebih terperinci

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya

KELAS: X. 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya 20. PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS/ MADRASAH ALIYAH/SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN/MADRASAH ALIYAH KEJURUAN (SMA/MA/SMK/MAK) KELAS: X KOMPETENSI INTI 1 (SIKAP SPIRITUAL) 1. Menghayati

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani kehidupan sosial dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah salah satu negara yang dilihat dari letak geografis merupakan negara yang kaya dibandingkan dengan negara yang lainnya, hal ini dapat dibuktikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan

BAB I PENDAHULUAN. Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberagaman etnik yang ada di Indonesia dapat menjadi suatu kesatuan apabila ada interaksi sosial yang positif, diantara setiap etnik tersebut dengan syarat kesatuan

Lebih terperinci

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN

BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN 42 BAB IV MENELUSURI DESA DI TENGAH PERSAWAHAN A. Kondisi Geografis dan Demografis Desa Titik Lokasi penelitian ini berada di wilayah Kabupaten Lamongan, dengan luas wilayah kurang lebih 1.812,8 km2 atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang mempunyai beragam suku, agama dan budaya, ada sekitar 1.340 suku bangsa di Indonesia. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) pada

Lebih terperinci

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA - 1062 - A. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB TUNAGRAHITA KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB)

SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB) SILABUS MATA PELAJARAN: SEJARAH INDONESIA (WAJIB) Satuan Pendidikan : SMA/SMK Kelas : X Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 : Menghayati dan mengamalkan

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Bab V membahas tentang simpulan dan saran. Mengacu pada hasil temuan dan pembahasan penelitian yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat dirumuskan beberapa simpulan

Lebih terperinci

2. SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN

2. SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN 2. SILABUS MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Satuan Pendidikan : SMK/MAK Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti : KI

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA

BAB IV ANALISIS DATA BAB IV ANALISIS DATA A. Relasi antarumat Islam dan Kristen di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota Surabaya. Kondisi relasi Islam-Kristen berbasis kerukunan di Kelurahan Pakis Kecamatan Sawahan Kota

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia hidup juga berbeda. Kemajemukan suku bangsa yang berjumlah. 300 suku hidup di wilayah Indonesia membawa konsekuensi pada BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang berbhineka, baik suku bangsa, ras, agama, dan budaya. Selain itu, kondisi geografis dimana bangsa Indonesia hidup juga

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Sejarah Restu Rahayu Secara administratif Desa Restu Rahayu berada dalam wilayah Kecamatan Raman Utara, Kabupaten Lampung Timur. Wilayah Kecamatan Raman Utara memiliki

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. potensi perselisihan hidup beragama, perulah adanya upaya-upaya

BAB I PENDAHULUAN. potensi perselisihan hidup beragama, perulah adanya upaya-upaya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pluralitas agama merupakan fenomena realitas sosial yang tidak dapat dielakan dalam kehidupan ini. Sehingga adanya pluralitas atau kemajemukan sebenarnya merupakan suatu

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 5 (lima) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Barisan dan Deret

Lebih terperinci

ESSAY INDAHNYA TOLERANSI DALAM PERBEDAAN

ESSAY INDAHNYA TOLERANSI DALAM PERBEDAAN ESSAY INDAHNYA TOLERANSI DALAM PERBEDAAN DISUSUN OLEH : AMALIA GHASSANI W. ( 071211531031 ) DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL 1 DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS AIRLANGGA 2012 2013 http://madib.blog.unair.ac.id

Lebih terperinci

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK

STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK A. SD/MI KELAS: I STRUKTUR KURIKULUM 2013 MATA PELAJARAN PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN SD/MI, SMP/MTS, SMA/MA DAN SMK/MAK Kompetensi Dasar Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan 1. Menerima

Lebih terperinci

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS

A. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS - 1914 - A. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DAN BUDI PEKERTI SMALB AUTIS KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan dirumuskan

Lebih terperinci

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan keanekaragaman budaya, hal ini dikarenakan Indonesia terdiri dari berbagai suku dan adat budaya. Setiap suku

Lebih terperinci

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia

BAB 1. Pendahuluan. kepada manusia lainnya. Karena itu, manusia disebut sebagai makhluk sosial. Manusia BAB 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Manusia dalam kehidupannya membutuhkan seorang partner untuk bekerja sama sehingga suatu pekerjaan yang berat menjadi ringan. Hal ini berarti bahwa untuk menempuh pergaulan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XII / 5 (lima) : Matematika : Umum :

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN: PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 21 JAKARTA

SILABUS MATA PELAJARAN: PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 21 JAKARTA SILABUS MATA PELAJARAN: PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN Satuan Pendidikan : SMK NEGERI 21 JAKARTA Kelas : XI Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2 :

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 5 (lima) Mata Pelajaran : Matematika Program : Wajib Pokok Bahasan : Barisan dan Deret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari.

BAB I PENDAHULUAN. beragama itu dimungkinkan karena setiap agama-agama memiliki dasar. damai dan rukun dalam kehidupan sehari-hari. 1 BAB I A. Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN Dengan tumbuhnya pengetahuan tentang agama-agama lain, menimbulkan sikap saling pengertian dan toleran kepada orang lain dalam hidup sehari-hari, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Istilah kepuasan perkawinan, ialah sesuatu yang merujuk pada sebuah perasaan positif yang dimiliki pasangan dalam perkawinan yang memiliki makna lebih luas daripada

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN

BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN 37 BAB III PRAKTIK UTANG-PIUTANG DI ACARA REMUH DI DESA KOMBANGAN KEC. GEGER BANGKALAN A. Gambaran Umum Desa Kombangan 1. Letak Lokasi Desa Kombangan merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan

Lebih terperinci

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN

BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN BAB III DESKRIPSI ADAT SAMBATAN BAHAN BANGUNAN DI DESA KEPUDIBENER KECAMATAN TURI KABUPATEN LAMONGAN A. Deskripsi Umum tentang Desa Kepudibener 1. Letak Geografis Desa Kepudibener merupakan satu desa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Agama merupakan sebuah ajaran atau sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan

Lebih terperinci

BAB VII RAGAM SIMPUL

BAB VII RAGAM SIMPUL BAB VII RAGAM SIMPUL Komunitas India merupakan bagian dari masyarakat Indonesia sejak awal abad Masehi. Mereka datang ke Indonesia melalui rute perdagangan India-Cina dengan tujuan untuk mencari kekayaan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Kalimantan Selatan merupakan salah satu dari lima provinsi yang ada di Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan keanekaragaman

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. RT dengan jumlah penduduk jiwa yang terdiri dari kepala BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis Desa Kasikan Desa Kasikan berada di Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar yang mempunyai luas 22.700 ha yang terdiri dari 4 dusun dan 11 RW dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya

BAB I PENDAHULUAN. Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semboyan Bhinneka Tunggal Ika secara de facto mencerminkan multi budaya bangsa dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Wilayah negara yang terbentang luas

Lebih terperinci

41. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

41. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 41. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal

I. PENDAHULUAN. mempunyai cara-cara hidup atau kebudayaan ada di dalamnya. Hal I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai sebuah negara yang besar berdiri dalam sebuah kemajemukan komunitas. Beranekaragam suku bangsa, ras, agama, dan budaya yang masingmasing mempunyai

Lebih terperinci

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012

Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012 Sambutan Presiden RI pada Perayaan Tahun Baru Imlek 2563 Nasional, Jakarta, 3 Februari 2012 Jumat, 03 Pebruari 2012 SAMBUTAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PERAYAAN TAHUN BARU IMLEK 2563 TINGKAT NASIONAL

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama.

BAB V PENUTUP. mempertahankan identitas dan tatanan masyarakat yang telah mapan sejak lama. BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan kasus konversi agama di Bukitsari maka dapat disimpulkan bahwa beberapa kepala keluarga (KK) di daerah tersebut dinyatakan benar melakukan pindah agama

Lebih terperinci

Alokasi Waktu. Sumber Belajar

Alokasi Waktu. Sumber Belajar Satuan Pendidikan : SMK/MAK Mata Pelajaran : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) Kelas : XII (dua belas) Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI 2

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat.

I.PENDAHULUAN. kebiasaan-kebiasaan tersebut adalah berupa folklor yang hidup dalam masyarakat. I.PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara kepulauan, yang memiliki berbagai macam suku bangsa yang kaya akan kebudayaan serta adat istiadat, bahasa, kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bangsa Indonesia adalah bangsa yang khas dengan pluralitas agama dan budaya. Pluralitas sendiri dapat diterjemahkan sebagai kemajemukan yang lebih mengacu pada jumlah

Lebih terperinci

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015

PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 PERANG TOPAT 2015 KABUPATEN LOMBOK BARAT Taman Pura & Kemaliq Lingsar Kamis, 26 November 2015 I. PENDAHULUAN. Lingsar adalah sebuah Desa yang terletak di Wilayah Kecamatan Lingsar Lombok Barat, berjarak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Masyarakat Jember merupakan percampuran dari berbagai suku. Pada umumnya masyarakat Jember disebut dengan masyarakat Pandhalungan. 1 Wilayah kebudayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia.

BAB I PENDAHULUAN. sekali. Selain membawa kemudahan dan kenyamanan hidup umat manusia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era global, plural, multikultural seperti sekarang setiap saat dapat saja terjadi peristiwa-peristiwa yang tidak dapat terbayangkan dan tidak terduga sama

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas/Semester : XI / Genap Materi Pokok : Gejala Pemanasan Global Sub Materi Pokok : Penyebab, Dampak dan Upaya untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat diartikan secara umum sebagai usaha proses pembentukan budi-pekerti dan akhlak-iman manusia secara sistematis, baik aspek ekspresifnya yaitu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. bangsa Indonesia, sesuatu yang sangat unik, yang tidak dimiliki oleh semua BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bangsa Indonesia yang di bangun di atas keberagaman/kemajemukan etnis, budaya, agama, bahasa, adat istiadat.kemajemukan merupakan kekayaan bangsa Indonesia, sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Perkawinan merupakan salah satu sunnatullah yang berlaku untuk semua makhluk Allah SWT yang bernyawa. Adanya pernikahan bertujuan untuk memperoleh kebahagiaan

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dapat dilakukan penganalisisan sebagai berikut: A. Analisis Terhadap Peran Keluarga dalam Pengamalan Ibadah Mualaf

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN. dapat dilakukan penganalisisan sebagai berikut: A. Analisis Terhadap Peran Keluarga dalam Pengamalan Ibadah Mualaf BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan melalui wawancara dan observasi, mengenai peran keluarga terhadap pengamalan ibadah mualaf maka dapat dilakukan penganalisisan

Lebih terperinci

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar Kompetensi Inti 2. Mengembangkan perilaku (jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, ramah lingkungan, gotong royong, kerjasama, cinta damai, responsif dan proaktif) dan menunjukan sikap sebagai

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN

BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN BAB IV ANALISIS TOLERANSI ATAR UMAT BERAGAMA DI KALANGAN SISWA DI SMA NEGERI 3 PEKALONGAN Setelah penulis mengumpulkan data penelitian di lapangan tentang toleransi antar umat beragama di kalanga siswa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XI / 3 (tiga) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Lingkaran 1 Alokasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : X / 2 (dua) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Peluang 1 Alokasi

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XI / 3 (tiga) : Matematika : Wajib :

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan Kelas / Semester Mata Pelajaran Program Pokok Bahasan Alokasi Waktu : Sekolah Menengah Atas : XII / 5 (lima) : Matematika : Peminatan

Lebih terperinci

PROGRAM PENILAIAN : SMK N 1 PAJANGAN : HILMI MUHAMMAD AQWAM : : 1 TGB ( TGB-A, TGB-B, TGB-C

PROGRAM PENILAIAN : SMK N 1 PAJANGAN : HILMI MUHAMMAD AQWAM : : 1 TGB ( TGB-A, TGB-B, TGB-C PROGRAM PENILAIAN Nama Sekolah : SMK N 1 PAJANGAN Nama Guru : HILMI MUHAMMAD AQWAM Mata Pelajaran : Konstruksi Bangunan Kelas : 1 TGB ( TGB-A, TGB-B, TGB-C ) Semester : Ganjil ( 1 ) No Kompetensi Inti

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa Kabupaten A. Deskripsi Hasil Penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan pengelolaan pendidikan karakter di Sekolah Dasar Negeri 2 Botumoputi Kecamatan Tibawa

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XI / 3 (tiga) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Barisan dan Deret

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan salah satu pelajaran yang memiliki peran penting dari proses pendidikan. Melalui pembelajaran

Lebih terperinci

PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI

PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI PUDARNYA PERNIKAHAN NGEROROD PADA MASYARAKAT BALI DESA TRI MULYO KABUPATEN LAMPUNG TENGAH (JURNAL) Oleh : NYOMAN LUSIANI PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS

Lebih terperinci

MELIHAT PEGAYAMAN, MERAYAKAN PERBEDAAN. Oleh I Nyoman Payuyasa. (Prodi Film dan Televisi FSRD ISI Denpasar) Abstrak

MELIHAT PEGAYAMAN, MERAYAKAN PERBEDAAN. Oleh I Nyoman Payuyasa. (Prodi Film dan Televisi FSRD ISI Denpasar) Abstrak MELIHAT PEGAYAMAN, MERAYAKAN PERBEDAAN Oleh I Nyoman Payuyasa (Prodi Film dan Televisi FSRD ISI Denpasar) Abstrak Indonesia dikenal karena keragamannya. Hal ini juga membuat Indonesia rentan konflik. Aneka

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa

I. PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia adalah Bangsa yang heterogen, kita menyadari bahwa bangsa Indonesia memang sangat majemuk. Oleh karena itu lahir sumpah pemuda, dan semboyan bhineka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya

BAB I PENDAHULUAN. watak pada individu. Karena salah satu faktor yang mempengaruhi terbentuknya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kebudayaan Indonesia mempunyai nilai yang tinggi karena merupakan suatu system yang dikembangkan oleh nenek moyang kita sejak berabad-abad lamanya, di dalam kebudayaan

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja

BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN. Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja 13 BAB II GAMBARAN UMUM TENTANG LOKASI PENELITIAN A. Kondisi Geografis Desa Pagaran Dolok merupakan salah satu desa dari Kecamatan Hutaraja Tinggi Kabupaten Padang Lawas di Propinsi Sumatera Utara dengan

Lebih terperinci

D. Antropologi Materi Pembelajaran. Alokasi Waktu. Kegiatan Pembelajaran. Sumber Belajar

D. Antropologi Materi Pembelajaran. Alokasi Waktu. Kegiatan Pembelajaran. Sumber Belajar D. Antropologi Satuan Pendidikan : SMA/MA Kelas : X (sepuluh) Kompetensi Inti KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya. KI 2 : Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisa dengan analisis induktif.

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, dikumpulkan, diklasifikasikan dan dianalisa dengan analisis induktif. BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses mengatur urutan data, mengorganisasikanya ke dalam suatu pola, kategori dan satu uraian dasar. Pada tahap ini data yang diperoleh dari berbagai sumber

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XI / 3 (tiga) Mata Pelajaran : Matematika Program : Wajib Pokok Bahasan : Barisan dan Deret

Lebih terperinci

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA

KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA Dosen : Drs.Tahajudin Sudibyo N a m a : Argha Kristianto N I M : 11.11.4801 Kelompok : C Program Studi dan Jurusan : S1 TI SEKOLAH TINGGI TEKNIK INFORMATIKA DAN KOMPUTER AMIKOM

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja

BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS. persaudaraan antar keluarga/gandong sangat diprioritaskan. Bagaimana melalui meja BAB IV PEMBAHASAN DAN ANALISIS Salah satu adat perkawinan di Paperu adalah adat meja gandong. Gandong menjadi penekanan utama. Artinya bahwa nilai kebersamaan atau persekutuan atau persaudaraan antar keluarga/gandong

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian 195 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil laporan, deskripsi serta pembahasan hasil penelitian yang telah dilaksanakan terhadap penduduk Kelurahan Cigugur Kabupaten Kuningan tentang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Kesimpulan ini merupakan inti pembahasan yang disesuaikan dengan permasalahan penelitian yang dikaji. Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasil penelitian

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Fisika Kelas / Semester : XI / Genap Alokasi Waktu : 2 x 45 menit A. KOMPETENSI INTI 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti 231 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Dari deskripsi dan pembahasan hasil penelitian pada bab IV, dapat peneliti rumuskan suatu kesimpulan dan rekomendasi sebagai berikut : A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum

Lebih terperinci

44. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK

44. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK 44. KOMPETENSI INTI DAN PENDIDIKAN AGAMA BUDDHA DAN BUDI PEKERTI SMA/SMK KELAS: X Kompetensi Sikap Spiritual, Kompetensi Sikap Sosial, Kompetensi Pengetahuan, dan Kompetensi Keterampilan secara keseluruhan

Lebih terperinci

13. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SOSIOLOGI SMA/MA

13. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR SOSIOLOGI SMA/MA 13. KOMPETENSI INTI DAN SOSIOLOGI SMA/MA KELAS: X Tujuan kurikulum mencakup empat kompetensi, yaitu (1) kompetensi sikap spiritual, (2) sikap sosial, (3) pengetahuan, dan (4) keterampilan. Kompetensi tersebut

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 5 (lima) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Matriks 3 Alokasi

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN Nilai-nilai Pendidikan Islam Dalam Tradisi Saparan di Kaliwungu Kendal BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Analisis Pelaksanaan Tradisi Saparan di Kaliwungu Kabupaten Kendal Pelaksanaan tradisi Saparan

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : XII / 5 (lima) Mata Pelajaran : Matematika Program : Wajib Pokok Bahasan : Matriks 3 Alokasi

Lebih terperinci

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG

BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG BAB III PRAKTIK UTANG PIUTANG HEWAN TERNAK SEBAGAI MODAL PENGELOLA SAWAH DI DESA RAGANG A. Letak Geografis 1. Letak Lokasi Desa Ragang merupakan satu desa yang berada di wilayah Kecamatan Waru Kabupaten

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dimana

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang Masalah. Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Masalah Masyarakat Indonesia adalah masyarakat yang majemuk dimana berbagai suku, kebudayaan dan agama terdapat didalamnya. Keanekaragaman Indonesia juga tidak terlepas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang majemuk. Kemajemukan dari Indonesia tergambar dalam berbagai keragaman suku, budaya, adat-istiadat, bahasa dan agama.

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) A. IDENTITAS Satuan Pendidikan : Sekolah Menengah Atas Kelas / Semester : X / 2 (dua) Mata Pelajaran : Matematika Program : Umum Pokok Bahasan : Geometri Ruang 1

Lebih terperinci