VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL"

Transkripsi

1 VI ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL Analisis aspek-aspek non finansial dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana usaha peternakan ayam petelur layak jika dilihat dari aspek-aspek non finansial. Dalam penelitian ini dikaji beberapa aspek non finansial diantaranya aspek pasar, aspek teknis, aspek manajemen, hukum, sosial ekonomi dan lingkungan. 6.1 Aspek Pasar Aspek pasar merupakan suatu aspek yang menghubungkan antara perusahaan dengan konsumen. Langkah awal yang harus dilakukan perusahaan adalah mengetahui peluang pasar dan bauran pemasaran yang akan ditetapkan. Jika kemampuan pasar dalam menyerap hasil produksi sangat tinggi dan harga jual yang ditetapkan sesuai, maka akan menghasilkan keuntungan bagi perusahaan. Begitu pula dengan sebaliknya jika pasar tidak menyediakan kemungkinan dalam menyerap hasil produksi maka usaha yang akan dilakukan akan mengalami kerugian Peluang Pasar Peluang pasar DLF sangat besar dan memiliki prospek yang baik. Hal ini dikarenakan tidak adanya pesaing DLF dalam usaha peternakan ayam ras petelur disekitar daerah peternakan yaitu Desa Sukadamai (Pemerintah Desa Sukadamai,2011). Peternakan yang ada disekitar daerah tersebut adalah peternakan ayam potong dan pedaging. Keadaan ini sangat berpotensi terhadap kelanjutan usaha ayam ras petelur pada DLF. Pasar merupakan salah satu aspek penentu yang sangat besar kaitannya dengan kesuksesan suatu usaha. Dengan jumlah permintaan yang terus meningkat, peluang pasar untuk produk DLF masih sangat besar. Untuk memperoleh informasi permintaan telur atau market share dari DLF, pendekatannya menggunakan data produksi telur ayam ras yang di Kabupaten Bogor ( Tabel 4) yaitu : 56

2 Peluang pasar untuk telur ayam ras yang dihasilkan Dian Layer Farm masih sangat besar. Karena dari total produksi yang ada pada Kabupaten Bogor DLF hanya mampu memenuhi pasar sebesar 0.66 persen. DLF masih sangat layak untuk mengembangkan produksinya Bauran Pemasaran a. Produk Perusahaan DLF sudah menghasilkan telur ayam ras yang baik. Dalam menjual hasil telurnya perusahaan telah melakukan seleksi terhadap telur yang dihasilkan. Telur yang retak atau tidak berkerabang dipisahkan dan terkadang dijual dengan harga yang lebih murah kepada pelanggan-pelanggan tertentu. Kemasan yang digunakan juga sudah standar terutama bagi pelanggan yang membeli dalam jumlah besar. Gambar 4. Telur Dalam Peti 57

3 Pada gambar 3 tampak telur yang baik dikemas dalam peti kayu yang dialasi koran dan sekam untuk mencegah telur agar tidak pecah. Dalam satu peti, berisi 15 kilogram telur atau setara dengan butir telur. Satu kilogram telur berisi butir telur. Tergantung berat satu butir telur. Sedangkan untuk telur yang tidak berkerabang atau telur pecah tidak ada penanganan secara khusus. Karena pelanggan yang membeli adalah masyarakat sekitar peternakan, sehingga telur dikemas dalam kantong plastik biasa, atau terkadang untuk beberapa pelanggan membawa wadah sendiri. b. Harga Dalam memberikan harga telur kepada pelanggan, DLF selalu mengikuti harga pasar yang berlaku. DLF dalam menjual produknya tidak menjual dalam bentuk kiloan tetapi dalam peti. Satu peti telur berisi 15 kilogram dengan harga RP ,00 per peti. Harga telur kiloan diberikan hanya untuk telur pecah atau retak dengan harga Rp ,00 per kilogram. Sedaangkan untuk harga ayam afkir DLF mematok Rp ,00 per ekor dan kotoran ayam Rp 4.500,00 per karung. Di Kabupaten Bogor banyak peternak ayam ras petelur dan peternak ayam pedaging yang menjadi saingan. Sehingga apabila perusahaan tidak mengikuti harga yang berlaku maka konsumen akan pindah ke produsen lain. c. Tempat atau saluran distribusi Saluran distribusi adalah sekumpulan organisasi yang saling tergantung satu sama lain yang terlibat dalam proses penyediaan sebuah produk atau jasa untuk dikonsumsi ataupun menjadi bahan baku produk lainnya. Saluran distribusi DLF terbagi atas pedagang pengumpul, pedagang eceran, dan konsumen akhir. Pedangan pengumpul dan pedagang eceran yang dituju adalah pedagang yang ada di sekitar Darmaga dan Bogor. Dan yang langsung kepada konsumen akhir berasal dari sekitar DLF. d. Promosi Promosi adalah proses memperkenalkan suatu produk yang telah dihasilkan oleh perusahaan agar konsumen mengetahui produk tersebut dan mendorong konsumen untuk melakukan pembelian. Kegiatan promosi dilakukan dalam rangkaian 58

4 kegiatan lanjutan dari proses produksi setelah panen dan pasca panen. Promosi yang dilakukan oleh DLF adalah dengan menawarkan kepada pedagang eceran dan usaha dagang dengan mendatangi tempat usaha tersebut sambil memperkenalkan DLF Hasil Analisis Aspek Pasar Pada aspek ini, yang dikaji adalah jumlah permintaan dan penawaran yang ada sehingga dapat mengindikasikan adanya peluang pasar serta bauran pemasaran yang dilakukan oleh DLF. Hingga saat ini DLF belum mampu memenuhi keseluruhan permintaan yang ada di perusahaan. Umumnya pembeli yang datang adalah penjual eceren atau warung klontong. Bauran pemasaran berupa produk, harga, saluran pemasaran, dan promosi yang telah diterapkan pada DLF turut menunjang kelayakan aspek pasar sehingga keadaan DLF dilihat dari aspek pasar layak untuk dijalankan. 6.2 Aspek Teknis Analisis aspek teknis yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemilihan lokasi usaha dengan variabel utama dan pelengkap, budidaya dan pemilihan teknologi dan perlengkapan serta proses produksi dilakukan Penentuan Lokasi Budidaya Memulai usaha peternakan perlu memperhatikan lokasi yang ideal bagi pemeliharaan ayam ras petelur. Lokasi tersebut hendaknya tidak akan mengganggu lingkungan masyarakat sekitar. Kesalahan menentukan lokasi tanpa memperhatikan aspek sosial akan menimbulkan masalah akibat bau limbah kotoran yang dapat mengganggu kesehatan. Sebaiknya lokasi peternakan tidak berada di lingkungan pemukiman penduduk. Oleh sebab itu perlu memperhatikan master plan pengembangan dan tata ruang wilayah. Lokasi DLF terletak di Kampung kahuripan, Desa Sukadamai, kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Lokasi dilakukan dengan beberapa pertimbangan yaitu : 1. Kondisi iklim dan temperatur sesuai dengan kebutuhan ideal usaha ayam ras petelur. Temperatur di lokasi adalah sekitar C, dan temperatur ideal untuk usaha ayam ras petelur adalah 32 0 C hingga Ketika malam hari 59

5 temperatur mengalami penurunan. Untuk mengatasi hal tersebut DLF menggunakan pemanas tambahan untuk meningkatkan temperatur udara dengan menggunakan lampu. 2. Tidak mengganggu lingkungan masyarakat disekitarnya. 3. Berada pada kawasan yang menurut Rencana Tata Ruang diperuntukkan untuk pengembangan peternakan. 4. Memperhatikan potensi sumberdaya alam sekitarnya yang dapat dimanfaatkan. 5. Menghindari daerah-daerah yang peka terhadap kerusakan lingkungan. 6. Lokasinya terbuka, cukup luas dan tidak ada bangunan atau pun pepohonan rindang yang menghalangi peredaran udara sehingga udaranya segar. 7. Keadaan sekitarnya tenang, tidak terlalu berdekatan dengan keramaian, untuk menghindari ayam mengalami stres akibat kebisingan dan suara-suara yang menggaduhkan yang akan merugikan usaha peternakan. 8. Lokasi lebih tinggi dari lingkungan sekitarnya, sehingga gerakan udara bebas dan untuk menghindari air menggenang pada waktu musim hujan, sehingga tidak menimbulkan kelembaban yang tinggi yang akan mengganggu kesehatan ayam. 9. Lokasi harus dekat dengan sumber air yang bersih dan sumber listrik. 10. Lokasi tidak jauh dengan tempat pemasaran, agar biaya tataniaga dapat ditekan dan resiko terhadap kerusakan telur dalam pengangkutan dapat dihindari. Dalam hal ini DLF dekat dengan pasar Darmaga dan pasar sekitar Bogor 11. DLF dekat dengan jalan utama yang sudah diaspal dan masih dalam keadaan kondisi baik. Hal ini untuk mengurangi resiko ketika telur dipasarkan dan mempermudah pelanggan untuk datang ke DLF. 12. DLF masih memiliki lahan yang cukup luas untuk pengembangan usahanya dengan menambah 2 blok kandang baterai yang baru Budidaya Penyiapan Sarana dan Peralatan 1. Kandang 60

6 Iklim kandang yang cocok untuk beternak ayam petelur meliputi persyaratan temperatur berkisar antara 32,2 35 derajat C, kelembaban berkisar antara 60 70%, penerangan dan atau pemanasan kandang sesuai dengan aturan yang ada, tata letak kandang agar mendapat sinar matahari pagi dan tidak melawan arah mata angin kencang serta sirkulasi udara yang baik, jangan membuat kandang dengan permukaan lahan yang berbukit karena menghalangi sirkulasi udara dan membahayakan aliran air permukaan bila turun hujan, sebaiknya kandang dibangun dengan sistem terbuka agar hembusan angin cukup memberikan kesegaran di dalam kandang. Untuk kontruksi kandang tidak harus dengan bahan yang mahal, yang penting kuat, bersih dan tahan lama. Selanjutnya perlengkapan kandang hendaknya disediakan selengkap mungkin seperti tempat pakan, tempat minum, tempat air, tempat ransum, tempat obat-obatan dan sistem alat penerangan. DLF menggunakan sistem kandang individual, kandang ini lebih dikenal dengan sebutan cage atau kandang baterai. Ciri dari kandang ini adalah pengaruh individu di dalam kandang tersebut menjadi dominan karena satu kotak kandang untuk satu ekor ayam. Kandang baterai di DLF menggunakan lantai kolong berlubang, lantai untuk sistem ini terdiri dari bambu atau kayu kaso dengan lubanglubang diantaranya, yang nantinya untuk membuang kotoran ayam yang langsung jatuh dibawah sekitar kandang sehingga mudah dalam membersihkan. Di DLF terdapat 11 kandang layer dan satu kandang DOC. Setiap kandang layer menampung ekor ayam yang siap betelur. Pada saat pengembangan ada perubahan dalam struktur kandang. Kandang yang awal sebelum melakukan pengembangan hanya ada dua tingkatan. Sedangkan kandang yang baru diubah menjadi tiga tingkat. Hal ini sangat menguntungkan dari segi lahan. Lahan yang digunakan jadi lebih efisien dan ayam yang ditampung lebih banyak. Yang semula hanya mampu menampung 1180 ekor menjadi 1350 ekor ayam untuk setiap kandang. Kandang yang baru dibangun sebanyak dua kandang yang ditotal menjadi 2700 ekor ayam layer. Untuk memperjelas bentuk kandang dapat dilihat pada gambar. 61

7 (a) Gambar 5. (a) Bentuk Kandang Awal, (b) Kandang Baru (b) 2. Peralatan a. Litter (alas lantai) Alas lantai atau litter harus dalam keadaan kering, maka tidak ada atap yang bocor dan air hujan tidak ada yang masuk walau angin kencang. Tebal litter setinggi 10 cm, bahan litter dipakai campuran dari kulit padi atau sekam dengan sedikit kapur dan pasir secukupnya, atau hasi serutan kayu dengan panjang antara 3 5 cm untuk pengganti kulit padi atau sekam. b. Tempat bertelur Bentuk lantai kandang ayam dibuat miring dari bambu hingga telur langsung ke luar sarang setelah bertelur dan dibuat lubang yang lebih besar dari besar telur pada dasar sarang. Pada ujung lantai kandang disediakan kayu kaso sedikit lebih tinggi dari lantai yang berfungsi untuk menahan telur agar tidak terjatuh, pecah, terinjak-injak dan dimakan. c. Tempat pakan dan minum Tempat pakan dan minum harus tersedia cukup. Tempat pakan terbuat dari kayu kaso, sedangkan tempat minum terbuat dari paralon yang 62

8 cukup besar dan terletak lebih rendah dari tempat pakan. Setiap ujung tempat minum disediakan keran air yang berfungsi untuk mengalirkan air. Panjang tempat pakan dan minum disesuaikan dengan panjang kandang baterai. d. Tempat telur Tray untuk menampung telur dari kandang ke tempat pengemasan. Tray terbuat dari plastik fiber agar kuat dan awet. Tray harus sering dicuci agar tidak kotor dan menimbulkan penyakit. Sedangkat tempat telur yang digunakan dalam pengemasan terbuat dari kayu berbentuk peti atau kotak yang berukuran 50x30x20. Ketika melakukan pengemasan peti dilapisi koran kemudian ditaburi sekam padi agar telur tidak pecah ketika diangkut. Gambar 6. Tray Telur 3. Penyiapan Bibit Dian Layer Farm dalam menjalankan usahanya menggunakan ayam petelur jenis Hisex Brown ayam petelur berwana coklat yang menghasilkan telur pertahunnya 272 butir. Ayam petelur yang akan dipelihara haruslah memenuhi syarat sebagai berikut, antara lain: a. Ayam petelur harus sehat dan tidak cacat fisiknya. b. Pertumbuhan dan perkembangan normal c. Ayam petelur berasal dari bibit yang diketahui keunggulannya 63

9 Ada beberapa pedoman teknis untuk memilih bibit atau DOC (Day Old Chicken) atau ayam umur sehari: a. Anak ayam (DOC ) berasal dari induk yang sehat b. Bulu tampak halus dan penuh serta baik pertumbuhannya c. Tidak terdapat kecacatan pada tubuhnya d. Anak ayam mempunyai nafsu makan yang baik e. Ukuran badan normal, ukuran berat badan antara gram f. Tidak ada letakan tinja diduburnya. Pemilihan Bibit dan Calon Induk. Penyiapan bibit ayam petelur yang berkriteria baik dalam hal ini tergantung sebagai berikut: a. Konversi Ransum Konversi ransum merupakan perabandingan antara ransum yang dihabiskan ayam dalam menghasilkan sejumlah telur. Keadaan ini sering disebut dengan ransum per kilogram telur. Ayam yang baik akan makan sejumlah ransum dan menghasilkan telur yang lebih banyak atau lebih besar daripada sejumlah ransum yang dimakannya. Bila ayam itu makan terlalu banyak dan bertelur sedikit maka hal ini merupakan cermin buruk bagi ayam itu. Bila bibit ayam mempunyai konversi yang kecil maka bibit itu dapat dipilih, nilai konversi ini dikemukakan berikut ini pada berbagai bibit ayam dan juga dapat diketahui dari lembaran daging yang sering dibagikan pembibit kepada peternak dalam setiap promosi penjualan bibit ayamnya. b. Produksi Telur Produksi telur sudah tentu menjadi perhatian utama dalam usaha peternakan ayam petelur. Dipilih bibit yang dapat memproduksi telur banyak. Tetapi konversi ransum tetap menjadi perhatian utama sebab ayam yang produksi telurnya tinggi tetapi makannya banyak juga tidak menguntungkan. DLF menggunakan ayam jenis Hisex Brown yang menghasilkan rata-rata 272 butir telur setahun. c. Siklus Produksi Pada siklus produksi pemasukan ayam di DLF, perusahaan melakukannya sejak DOC. DOC yang diambil dari PT.Sierad berumur nol hari atau baru menetas. Tingkat kematian diperkirakan 2 persen dari 100 ekor ayam. Sehingga ketika 64

10 melakukan pengiriman DOC setiap 100 ekor ayam ditambah 2 ekor ayam sebagai ganti resiko kematian yang 2 persen. Di DLF ayam tidak dimasukkan secara bersamaan. Adapun tahapan yang digunakan oleh perusahaan, agar proses produksi tetap berlangsung. Pada kondisi awal perusahaan ada empat siklus dalam setahun yang dibagi menjadi empat triwulan. Pada Triwulan I ( dimulai dari bulan Juli ) Tahun I, Triwulan II ( dimulai dari bulan Oktober) Tahun I dan Triwulan III ( dimulai dari bulan Januari ) Tahun II DLF membeli ekor DOC untuk dibesarkan pada masing-masing triwulan. Jumlah tersebut akan mengisi tiga jalur kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi ekor ayam. Pada Triwulan IV ( dimulai dari bulan April ) Tahun II DLF membeli ekor DOC untuk dibesarkan. Jumlah tersebut akan mengisi dua jalur kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi ekor ayam. Ayam akan dipelihara selama 30 hari di kandang DOC, kemudian dimasukkan ke kandang Grower yang akan mulai belajar bertelur hingga saat Layer. Selama masa betelur ayam akan tetap divaksin dan diberi vitamin. Ayam mulai mengalami penurunan produksi pada saat berusia dua tahun, sehingga pada awal tahun ke tiga ayam sudah afkir dan dapat dijual.agar siklus usaha tetap berjalan dengan baik, kandang akan selalu dibersihkan sebelum masa pemasukan ayam yang baru. Hal ini untuk menjaga agar ayam bebas dari penyakit serta jamur atau bakteri yang bersarang pada kandang. Pada saat pengembangan DOC yang masuk pemeliharaanya digabung dengan kandang pada kondisi awal. Jumlah DOC yang masuk digabung dengan kondisi awal dimana penambahan ayam sebanyak ekor ditambah dengan resiko kematian 2 persen menjadi ekor. Sehingga siklus pada saat pengembangan menjadi pada Triwulan I ( dimulai dari bulan Juli ) Tahun II dan Triwulan II ( dimulai dari bulan Oktober ) Tahun III DLF membeli ekor DOC masing-masing triwulan. Jumlah tersebut akan mengisi enam jalur kandang baterai, tiga kandang lama yang berisi ekor ayam tiap kandang dan dua kandang baru yang berisi ekor ayam tiap kandang. Triwulan III ( dimulai dari bulan Januari) Tahun III DLF membeli ekor DOC untuk dibesarkan pada masing-masing triwulan. Jumlah tersebut dan mengisi tiga jalur kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi ekor 65

11 ayam. Pada Triwulan IV ( dimulai dari bulan April ) Tahun III DLF membeli ekor DOC untuk dibesarkan. Jumlah tersebut akan mengisi dua jalur kandang baterai, dimana setiap kandang ayam berisi ekor ayam.untuk lebih jelas siklus produksi dapat dilihat pada lampiran 5. Gambar 7. Day Old Chiken 4. Pemeliharaan a. Sanitasi dan Tindakan Preventif Kebersihan lingkungan kandang (sanitasi) pada areal peternakan merupakan usaha pencegahan penyakit yang paling murah, hanya dibutuhkan tenaga yang ulet atau terampil saja. Tindakan preventif dengan memberikan vaksin pada ternak dengan merek dan dosis sesuai catatan pada label yang dari poultry shoup atau dokter hewan. DLF selalu melakukan tindakan preventif ini agar ayam-ayam ternak tersebut tidak terkena penyakit atau virus. b. Pemberian Pakan Untuk pemberian pakan ayam petelur ada 2 (dua) fase yaitu fase starter (umur 0-4 minggu) dan fase finisher (umur 4-6 minggu). Kualitas dan kuantitas pakan fase starter adalah sebagai berikut: 66

12 Tabel 9. Fase Pemberian Pakan Fase Starter Fase Finisher Kandungan Zat Gizi Kuantitas Pakan Kandungan Zat Gizi Kuantitas Pakan Jenis Jumlah (%) Minggu Jumlah (gr/hr/ekor) Jenis Jumlah (%) Minggu Jumlah (gr/hr/ekor) Protein Protein 18,1-21, Lemak 2, Lemak 2, serat kasar serat kasar 4, Kalsium Kalsium (Ca) (Ca) Phospor (P) 0,7-0,9% Phospor (P) 0,7-0,9 ME (energi) Kcal ME (energi) Kcal Total Pakan Hingga Umur 4 Minggu gram Total Pakan Hingga Umur 8 Minggu gram Sumber :Dian Layer Farm, 2011 Apabila fase pemberian pakan ini diterapkan sesuai ketentuan yang berlaku, maka pertumbuhan ayam akan tumbuh dengan kondisi yang maksimal. Hal ini tampak pada bobot ayam yang terus bertambah dari hari ke hari. c. Pemberian minum disesuaikan dangan umur ayam, dalam hal ini dikelompokkan dalam 2 (dua) fase yaitu: a) Fase starter (umur 1-29 hari) Kebutuhan air minum terbagi lagi pada masing-masing minggu yaitu: i) Minggu ke-1 (1-7 hari) 1,8 lliter/hari/100 ekor ii) Minggu ke-2 (8-14 hari) 3,1 liter/hari/100 ekor iii) Minggu ke-3 (15-21 hari) 4,5 liter/hari/100 ekor iv) Minggu ke-4 (22-29 hari) 7,7 liter/hari/ekor Jadi jumlah air minum yang dibutuhkan sampai umur 4 minggu adalah sebanyak 122,6 liter/100 ekor. Pemberian air minum pada hari pertama hendaknya diberi tambahan gula dan obat anti stress kedalam air minumnya. Banyaknya gula yang diberikan adalah 50 gram/liter air. b) Fase finisher (umur hari) Terkelompok dalam masing-masing minggu yaitu: i) Minggu ke-5 (30-36 hari) 9,5 lliter/hari/100 ekor ii) Minggu ke-6 (37-43 hari) 10,9 liter/hari/100 ekor iii) Minggu ke-7 (44-50 hari) 12,7 liter/hari/100 ekor 67

13 iv) Minggu ke-8 (51-57 hari) 14,1 liter/hari/100 ekor Jadi total air minum hari sebanyak 333,4 liter/hari/100 ekor. d. Pemberian Vaksinasi dan Obat Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit virus yang menular dengan cara menciptakan kekebalan tubuh. Pemberiannya secara teratur sangat penting untuk mencegah penyakit. Vaksin dibagi menjadi 2 macam yaitu: a) Vaksin aktif adalah vaksin mengandung virus hidup. Kekebalan yang ditimbulkan lebih lama daripada dengan vaksin inaktif atau pasif. b) Vaksin inaktif, adalah vaksin yang mengandung virus yang telah dilemahkan atau dimatikan tanpa merubah struktur antigenic, hingga mampu membentuk zat kebal. Kekebalan yang ditimbulkan lebih pendek, keuntungannya disuntikan pada ayam yang diduga sakit. Macam-macam vaksin: i) Vaksin NCD virus Lasota ii) Vaksin NCD virus Komarov iii) Vaksin NCD HB-1/Pestos iv) Vaksin Cacar/pox, virus Diftose v) Vaksin anti RCD Vaksin Lyomarex untuk Marek Persyaratan dalam vaksinasi adalah: i) Ayam yang divaksinasi harus sehat ii) Dosis dan kemasan vaksin harus tepat iii) Sterilisasi alat-alat DLF melakukan vaksinisasi sesuai jadwal yang diberikan dokter hewan yang bekerja sama dengan DLF. Yang melakukan faksinisasi adalah manager peternakan sendiri atau terkadang DLF menyewa tenaga dari SANBE. e. Pemeliharaan Kandang Agar bangunan kandang dapat berguna secara efektif, maka bangunan kandang perlu dipelihara secara baik yaitu kandang selalu dibersihkan dan dijaga atau dicek apabila ada bagian yang rusak supaya segera diperbaiki kembali. Dengan demikian daya guna kandang bisa maksimal tanpa mengurangi persyaratan 68

14 kandang bagi ayam yang dipelihara. DLF mempunyai satu tenaga kerja khusus yang selalu mengecek keadaan dan kondisi kandang ayam agar tetap baik. 6. Hama dan Penyakit a. Penyakit i) Berak putih (pullorum) Menyerang ayam kampung dengan angka kematian yang tinggi. Penyebab : Salmonella pullorum. Pengendalian : diobati dengan antibiotika ii) Foel typhoid Sasaran yang disering adalah ayam muda atau remaja dan dewasa. Penyebab : Salmonella gallinarum. Gejala : ayam mengeluarkan tinja yang berwarna hijau kekuningan. Pengendalian : dengan antibiotika/preparat sulfa. iii) Parathyphoid Menyerang ayam dibawah umur satu bulan. Penyebab : bakteri dari genus Salmonella Pengendalian : dengan preparat sulfa/obat sejenisnya. iv) Kolera Penyakit ini jarang menyerang anak ayam atau ayam remaja tetapi selain menyerang ayam menyerang kalkun dan burung merpati. Penyebab : pasteurella multocida. Gejala : pada serangan yang serius pial ayam (gelambir dibawah paruh) akan membesar. Pengendalian : dengan antibiotika (Tetrasiklin/Streptomisin). v) Pilek ayam (Coryza) Menyerang semua umur ayam dan terutama menyerang anak ayam. Penyebab : makhluk intermediet antara bakteri dan virus. 69

15 Gejala : ayam yang terserang menunjukkan tanda-tanda seperti orang pilek. Pengendalian : dapat disembuhkan dengan antibiotia/preparat sulfa. vi) CRD CRD adalah penyakit pada ayam yang populer di Indonesia. Menyerang anak ayam dan ayam remaja. Pengendalian dilakukan dengan antibiotika (Spiramisin dan Tilosin). vii) Infeksi synovitis Penyakit ini sering menyerang ayam muda terutama ayam broiler dan kalkun. Penyebab : bakteri dari genus Mycoplasma. Pengendalian : dengan antibiotika. b. Penyakit karena Virus 1. Newcastle disease (ND) ND adalah penyakit oleh virus yang populer di peternak ayam Indonesia. Pada awalnya penyakit ditemukan tahun 1926 di daerah Priangan.Tungau (kutuan) Penemuan tersebut tidak tersebar luas ke seluruh dunia. Kemudian di Eropa, penyakit ini ditemukan lagi dan diberitakan ke seluruh dunia. Akhirnya penyakit ini disebut Newcastle disease. 2. Infeksi bronchitis Infeksi bronchitis menyerang semua umur ayam. Pada dewasa penyakit ini menurunkan produksi telur. Penyakit ini merupakan penyakit pernafasan yang serius untuk anak ayam dan ayam remaja. Tingkat kematian ayam dewasa adalah rendah, tapi pada anak ayam mencapai 40 persen. Bila menyerang ayam petelur menyebabkan telur lembek, kulit telur tidak normal, putih telur encer dan kuning telur mudah berpindah tempat (kuning telur yang normal selalu ada 70

16 ditengah). Tidak ada pengobatan untuk penyakit ini tetapi dapat dicegah dengan vaksinasi. 3. Infeksi laryngotracheitis Infeksi laryngotracheitis merupakan penyakit pernapasan yang serius terjadi pada unggas. Penyebabnya virus yang diindetifikasikan dengan Tarpeia avium. Virus ini di luar mudah dibunuh dengan desinfektan, misalnya karbol. Pengendalian: (1) belum ada obat untuk mengatasi penyakit ini (2) pencegahan dilakukan dengan vaksinasi dan sanitasi yang ketat. 4. Cacar ayam (Fowl pox) Gejala yang tampak tubuh ayam bagian jengger yang terserang akan bercak-bercak cacar. Disebabkan oleh virus Borreliota avium. Pengendalian dengan vaksinasi. 5. Marek Penyakit ini menjadi populer sejak tahun 1980-an hingga kini menyerang bangsa unggas, akibat serangannya menyebabkan kematian ayam hingga 50 persen. Pengendalian: dengan vaksinasi. 6. Gumboro Penyakit ini ditemukan tahun 1962 oleh Cosgrove di daerah Delmarva Amerika Serikat. Penyakit ini menyerang bursa fabrisius, khususnya menyerang anak ayam umur 3 6 minggu. c. Penyakit karena Jamur dan Toksin Penyakit ini karena ada jamur atau sejenisnya yang merusak makanan. Hasil perusakan ini mengeluarkan zak racun yang kemudian di makan ayam. Ada pula pengolahan bahan yang menyebabkan asam amino berubah menjadi zat beracun. Beberapa penyakit ini adalah : 1. Muntah darah hitam (Gizzerosin) Ciri kerusakan total pada gizzard ayam. Disebabkan oleh racun dalam tepung ikan tetapi tidak semua tepung ikan menimbulkan penyakit ini. Timbul penyakit ini akibat pemanasan bahan makanan yang 71

17 menguraikan asam amino hingg menjadi racun. Cara pengendalian belum ada untuk saat ini. 2. Racun dari bungkil kacang Minyak yang tinggi dalam bungkil kelapa dan bungkil kacang merangsang pertumbuhan jamur dari grup Aspergillus. Untuk menghindari keracunan bungkil kacang maka dalam rancung tidak digunakan antioksidan atau bungkil kacang dan bungkil kelapa yang mengandung kadar lemak tinggi. d. Penyakit karena Parasit 1. Cacing Karena penyakit cacing jarang ditemukan di peternakan yang bersih dan terpelihara baik. Tetapi peternakan yang kotor banyak siput air dan minuman kotor maka mungkin ayam terserang cacingan. Ciri serangan cacingan adalah tubuhnya kurus, bulunya kusam, produksi telur merosot dan kurang aktif. 2. Kutu Banyak menyerang ayam di peternakan Indonesia. Dari luar kutu tidak terlihat tapi bila bulu ayam disibak akan terlihat kutunya. Tanda fisik ayam terserang ayam akan gelisah. Kutu umum terdapat di kandang yang tidak terkena sinar matahari langsung maka sisi samping kandang diarahkan melintang dari Timur ke Barat. Penggunaan semprotan kutu sama dengan cara penyemprotan nyamuk. Penyemprotan ini tidak boleh mengenai tangan dan mata secara langsung dan penyemprotan dilakukan malam hari sehingga pelaksanaannya lebih mudah karena ayam tidak aktif. 3. Penyakit karena Protoza Penyakit ini berasal dari protozoa (trichomoniasis, Hexamitiasis dan Blachead), penyakit ini dimasukkan ke golongan parasit tetapi sebenarnya berbeda. Penyakit ini jarang menyerang ayam lingkungan peternakan dijaga kebersihan dari alang-alang dan genangan air. 72

18 6.2.3 Teknologi Berdasarkan keragaan budidaya ayam ras petelur di DLF, pengusahaan peternakan tidak memerlukan teknologi yang canggih dan modren. Peralatan yang digunakan sama seperti pengusahaan peternakan lainya yang masih sederhana. Peralatan mesin hanya digunakan pada kegiatan pembuatan pakan. Untuk kegiatan produksi sendiri banyak digunakan peralatan sederhana yang mudah digunkana oleh para pekerja. Teknologi yang digunakan DLF yaitu mesin pembuat pakan, saluran instalasi air yang memudahkan dalam proses produksi, sistem produksi yang sudah mengikuti kriteria ideal budidaya ayam ras petelur. Pada pengembangan usahanya DLF melakukan perubahan pada struktur kandang. Kandang yang baru dibangun lebih banyak menampung ayam serta menghemat lahan yang digunakan. Sedangkan pada produksi tidak ada teknologi yang berubah Hasil dan Analisis Aspek Teknis Kelayakan usaha ayam ras petelur dari aspek teknis dapat dilihat dari penentuan lokasi, budidaya dan teknologi yang diterapkanoleh DLF. DLF mampu memenuhi persyaratan yang ideal dalam aspek teknis seperti persiapan kandang yang baik, pemeliharaan, kontrol mutu dan kesehatan terhadap ayam petelur, adanya perubahan teknologi yang menambah keuntungan DLF. Berdasarkan dari kriteria tersebut DLF secara teknis layak untuk dijalankan. 6.3 Aspek Manajemen Pengkajian aspek manajemen pada dasarnya menilai para pengelola usaha ayam ras petelur dan struktur organisasi yang ada. Usaha akan berhasil apabila dijalankan oleh orang-orang yang profesional dan bertanggung jawab mulai dari merencanakan, melaksanakan hingga hingga mengendalikannya agar tidak terjadi penyimpangan Struktur Organisasi dan Jod Description Usaha peternakan DLF memiliki struktur organisasi yang sederhana, yaitu dimana usaha ini dipimpin oleh seorang pendiri usaha tersebut Bapak Dian Herman 73

19 yang mengatur dan membuat segala kebijakan yang berkaitan dengan usaha peternakan ayam ras petelur di DLF dan memiliki tenaga kerja berjumlah 17 orang. Tidak ada penambahan pekerja pada saat dilakukannya pengembangan. Hal ini di karenakan pekerjaan di Dian layer Farm tidak memerlukan waktu yang padat dalam memelihara ayam setiap kandangnya. Sehingga untuk menghemat biaya pihak perusahaan menggunakan pekerja yang ada. Adapun struktur organisasi DLF yaitu: Pemilik Administrasi Kepala Kandang Bagian Produksi Bagian Pengemasan Bagian Pendistribusian Bagian Bangunan Gambar 8. Struktur Organisasi Dian Layer Farm Sumber : Dian Layer Farm, 2011 Sistem manajemen yang ada di DLF ini belum tertata dengan rapi, hal ini dapat dilihat dari job descriptions yang ada sehingga para pekerja memiliki tanggung jawab diluar pekerjaannya. Secara umum job descriptions yang ada di DLF adalah sebagai berikut: 1. Kepala Kandang Tugasnya: a. Mengontrol proses produksi b. Memecahkan permasalahan yang ada diperusahaan c. Mencari area pemasaran d. Ikut serta dalam proses produksi 2. Administrasi Tugasnya : 74

20 a. Menyusun sistem keuangan b. Membuat laporan produksi c. Bertanggung jawab terhadap recording penjualan, pembelian DOC, pakan, obat-obatan dan vaksin d. Membeli perlengkapan DLF dan peralatan yang dibutuhkan untuk produksi 3. Produksi Tugasnya yaitu bertanggung jawab dalam kebersihan kandang, pengambilan telur, pemberian pakan dan minum 4. Pengemasan Tugasnya : a. Membersihkan telur yang kotor b. Memisahkan telur yang bagus dan tidak c. Memyiapkan peti kemas d. Menimbang telur sesuai ukuran peti 5. Pendistribusian dan supir Tugasnya yaitu mendistribusikan telur kepada pelanggan dan Menbeli bahan baku pakan 6. Bangunan Tugasnya: a. Perbaikan dan perawatan kandang b. Pembuatan kandang baru Sistem Gaji dan Insentif Gaji yang diberikan kepada masing-masing pekerja disesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan. Tidak ada pemberian gaji harian di DLF. Semua pekerja di gaji setiap akhir bulan. Pemberian gaji dihitung berdasarkan jumlah hari pekerja masuk. Apabila pekerja tidak masuk dalam sehari maka gaji akan dipotong sesuai ketentuan DLF. Selain gaji pokok para pekerja juga diberi insentif tambahan. Apabila produksi bulan tersebut kurang dari 85 persen telur yang dihasilkan, maka pekerja akan memperoleh Rp ,00 sebagai tambahan. Apabila telur yang diproduksi 75

21 melebihi 85 persen maka setiap pekerja memperoleh tambahan insentif Rp ,00 per orang. Tidak hanya gaji dan insentif, para pekerja sebagian mendapatkan fasilitas tambahan yaitu mess sebagai tempat tinggal para pekerja dan keluarganya. Tidak ada sistem promosi di DLF karena sebagian besar tenaga kerja yang digunkan oleh pemilik adalah orang sekitar daerah tersebut yang memiliki keterbatasan dalam pendidikan. Dalam pengembangannya perusahaan menggunakan tenaga kerja yang sudah ada. Perusahaan tidak mengambil tenaga kerja baru dikarenakan pekerjaan yang dilakukan tenaga kerja yang ada tidak membutuhkan waktu yang penuh dalam memelihara ayam. Pekerja yang ingin menambah insentif bulanannya diberi kesempatan untuk memelihara dan merawat ayam dan kandang yang baru Hasil Analisis Aspek Manajemen Berdasarkan hasil analisis terhadap aspek manajemen, usaha ayam ras petelur di DLF layak untuk dijalankan. Hal ini dikarenakan adanya struktur organisasi dan job description yang cukup jelas membantu kelancaran kegiatan operasional DLF serta mampu memberikan manfaat finansial atau keuntungan bagi peternak yang dapat memberi semangat pada pekerja dengan cara pembagian insentif. 6.4 Aspek Hukum Pada aspek hukum, hal yang perlu dianalisis adalah bentuk badan hukum usaha yang dijalankan serta izin yang diperoleh perusahaan Bentuk Badan Usaha Badan usaha adalah kumpulan orang dan modal yang mempunyai kegiatan dan aktivitas yang bergerak dibidang perdagangan atau dunia usaha. Usaha peternakan ayam ras petelur sejak awal pendiriannya belum memiliki penyelesaian izin usaha yang dilakukan untuk mendapatkan bentuk badan usaha yang sah dari pemerintah. Periziznan yang dilakukan hanya sebatas izin usaha pemerintah Desa Sukadamai dan Dinas Peternakan dari Kabupaten Bogor. Bentuk badan usaha akan mempengaruhi struktur organisasi perusahaan. Karena usaha ini didirkan atas modal 76

22 pribadi dari pemilik dan belum ada izin usaha dari pemerintah pusat maka bentuk usaha peternakan DLF tergolong usaha perorangan karena modal tersebut berasal dari perorangan. Bentuk badan usaha adalah nama yang melekat pada satu perusahaan sementara untuk skala usaha adalah nama yang melekat untuk tiap unit bisnis. Maka jika dilihat dari badan usaha peternakan DLF merupakan badan usaha perorangan, sedangkan berdasarkan skala usahanya peternakan DLF merupakan peternakan berskala usaha besar dan wajib izin karena jumlah ayam ras petelur yang diusahakan berjumlah ( Dinas Peternakan Kabupaten Bogor, 2010) Jenis Perizinan Usaha peternakan ayam ras petelur DLF memiliki perizinan usaha hanya sebatas lokasi usaha peternakan. Perizinan yang seharusnya dilakukan adalah perizinan lokasi usaha dan perizinan peternakan. Perizinan lokasi usaha yang telah didapatkan DLF dilakukan melalui proses birokrasi yang cukup panjang. Berbagai tahapan harus dilakukan oleh pemilik seperti membuat Surat Keterangan Domisili Usaha (SKDU) di tingkat Kecamatan Darmaga. Setelah ada pernyataan dari kecamatan,surat keterangan tersebut digunakan sebagai bukti dalam pembuatan ijin prinsip di Dinas Peternakan Kabupaten Bogor. Setelah ijin prinsip itu keluar, maka perijinan dilanjutkan ke instansi selanjutnya, yaitu Departemen Perindustrian dan perdagangan untuk mendapatkan tanda bukti perusahaan. Selain itu DLF juga mengurus surat ke Dinas Perindustrian dan perdagangan untuk mendapatkan Surat izin Usaha dan perdagangan. Dilihat dari tahapan tersebut DLF telah memiliki legalitas dari segi lokasi usaha Hasil Analisis Aspek Hukum Dilihat dari aspek hukum maka usaha ini layak untuk dijalankan, tetapi masih perlu memenuhi beberapa ketentuan persyaratan ijin usaha agar usaha tidak ada hambatan kedepannya. DLF belum memperoleh ijin-ijin lain dikarenakan belum adanya keluhan dari masyrakat sekitar peternakan akan berdirinya usaha ini. Akan tetapi untuk mengantisipasi hambatan-hambatan yang timbul sewaktu-waktu 77

23 sebaiknya ijin-ijin lainnya yang berkaitan dengan usaha segera diurus seperti Surat Daftar Ijin Gangguan atau ijin tetangga. 6.6 Aspek Sosial dan Lingkungan Aspek sosial yang perlu dianalisis dalam penelitian usaha ayam petelur pada DLF adalah pengaruh usaha terhadap kondisi sosial dan lingkungan disekitar perusahaan. Pengaruh berdirinya perusahaan DLF bagi lingkungan sekitar antara lain adanya perluasan kesempatan kerja dan peningkatan pendapatan serta analisis lingkungan mengenai dampak limbah usaha terhadap lingkungan sekitar. Pengaruh yang dihasilkan terhadap lingkungan sekitar lebih banyak menberikan dampak positif. Adapun dampak yang diterima oleh masyarakat yaitu: a. Penyerapan Tenaga Kerja Usaha peternakan ayam ras petelur DLF menggunakan sumberdaya manusia atau tenaga kerja yang berasal dari sekitar lingkungan perusahaan yaitu Desa Sukadamai. Dengan adanya penyerapan tenaga kerja ini, membuktikan bahwa DLF membantu mengurangi pengangguran dan menambah mata pencaharian atau masyrakat yang menjadi pekerja di DLF. Hal ini merupakan dampak positif bagi masyarakat. Selain tenaga kerja DLF juga membeli peti, koran bekas, sekam padi yang merupakan input untuk kebutuhan peternakan dari penduduk sekitar desa tersebut yang merupakan petani dan pengrajin, yang artinya menambah pemasukkan bagi usaha-usaha warga di sekitar DLF. b. Limbah atau Kotoran Ayam Limbah yang dihasilkan kotoran ayam dari kandang ayam menghasilkan bau yang dapat mengganggu kenyamanan masyarakat karena menghasilkan bau yang kurang sedap. Akan tetapi keadaan ini tidak membawa dampak buruk kepada lingkungan atau masyarakat sekitar DLF. Hal ini dikarenakan lokasi DLF yang diatas bukit dan sedikit terlindungi oleh pepohonan yang dapat mengurangi bau. Selain itu DLF memiliki tenaga kerja khusus untuk membersihkan kotoran ayam setiap harinya agar kandang tetap bersih dan terhindar dari penyakit. DLF 78

24 memanfaatkan limbah kotorannya dengan baik yaitu dengan menjualnya kepada petani-petani disekitar lokasi peternakan sebagai pupuk kandang. Gambar 9. Kotoran Ayam Hasil Analisis Aspek Sosial dan Lingkungan Berdasarkan dari keterangan tersebut, jika dilihat dari aspek sosial dan lingkungan usaha ayam ras peterlur pada perusahaan DLF ini layak untuk dijalankan. Kondisi sosial budaya masyarakat sekitar tidak ada yang menentang usaha ini. Selain tidak menimbulkan limbah yang dapat menganggu masyarakat sekitar perusahaan, usaha ini juga dapat menambah matapencarian atau penghasilan masyarakat dan mengurangi pengangguran. 79

BUDIDAYA AYAM RAS PETELUR. (Gallus sp.)

BUDIDAYA AYAM RAS PETELUR. (Gallus sp.) BUDIDAYA AYAM RAS PETELUR (Gallus sp.) 1. SEJARAH SINGKAT Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan

Lebih terperinci

Pedoman teknis beternak ayam petelur antara lain: Penyiapan Sarana & Peralatan. 1. Kandang

Pedoman teknis beternak ayam petelur antara lain: Penyiapan Sarana & Peralatan. 1. Kandang . Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yg dipelihara khusus utk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan & itik liar yg ditangkap & dipelihara serta dpt bertelur cukup

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ayam ayam lokal (Marconah, 2012). Ayam ras petelur sangat diminati karena 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur dikenal oleh sebagian masyarakat dengan nama ayam negeri yang mempunyai kemampuan bertelur jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan ayam ayam

Lebih terperinci

BUDIDAYA AYAM PETELUR (Gallus sp.)

BUDIDAYA AYAM PETELUR (Gallus sp.) BUDIDAYA AYAM PETELUR (Gallus sp.) 1. SEJARAH SINGKAT Ayam petelur adalah ayam-ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Asal mula ayam unggas adalah berasal dari ayam hutan dan

Lebih terperinci

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN V GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Gambaran Umum Desa Sukadamai Usaha peternakan ayam ras petelur ini terletak di Kampung Kahuripan, Desa Sukadamai, Kecamatan Darmaga, Kabupaten Bogor. Desa Sukadamai merupakan

Lebih terperinci

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau.

Budidaya dan Pakan Ayam Buras. Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. Budidaya dan Pakan Ayam Buras Oleh : Supriadi Loka Pengkajian Teknologi Pertanian Kepulauan Riau. PENDAHULUAN Ayam kampung atau ayam bukan ras (BURAS) sudah banyak dipelihara masyarakat khususnya masyarakat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ayam yang berasal dari hasil genetik yang memiliki karakteristik secara ekonomis dengan pertumbuhan yang cepat sebagai ayam penghasil

Lebih terperinci

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam

II. ISI 2.1. Pra Produksi Penyiapan Sarana (Kandang) Persiapan peralatan dan ayam I. PENDAHULUAN Usaha peternakan ayam ras petelur saat ini berkembang sangat pesat, baik dari segi skala usaha maupun dari jumlah peternakan yang ada. Beberapa alasan peternak untuk terus menjalankan usaha

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1. Budidaya Ayam Ras Pedaging Ayam ras pedaging atau ayam broiler merupakan bangsa unggas yang arah kemampuan utamanya

Lebih terperinci

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08

Nama : MILA SILFIA NIM : Kelas : S1-SI 08 Nama : MILA SILFIA NIM : 11.12.5933 Kelas : S1-SI 08 Permintaan daging ayam kampung cenderung mengalami peningkatan dari waktu ke waktu. Hal ini disebabkan oleh kesadaran sebagian masyarakat untuk mengkonsumsi

Lebih terperinci

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL

VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL VII ANALISIS KELAYAKAN FINANSIAL Analisis kelayakan finansial dalam penelitian ini ditujukan untuk mengetahui kelayakan usaha peternakan ayam ras petelur dari segi keuangan. Analisis finansial digunakan

Lebih terperinci

USAHA AYAM BURAS SECARA INTENSIF SEBAGAI PELUANG BISNIS

USAHA AYAM BURAS SECARA INTENSIF SEBAGAI PELUANG BISNIS USAHA AYAM BURAS SECARA INTENSIF SEBAGAI PELUANG BISNIS D I S U S U N OLEH ELRADHIE NOUR AMBIYA KAPITA SELEKTA POLITEKNIK AGROINDUSTRI 2011 KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

Lebih terperinci

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS

MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS MENGENAL SECARA SEDERHANA TERNAK AYAM BURAS OLEH: DWI LESTARI NINGRUM, S.Pt Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Bibit merupakan ayam muda yang akan dipelihara menjadi ayam dewasa penghasil telur. Ayam bibit bertujuan untuk menghasilkan telur berkualitas tinggi dan daya

Lebih terperinci

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru.

1. Penyakit Tetelo (ND=Newcastle Disease) Penyebab : Virus dari golongan paramyxoviru. Ayam kampong atau kita kenal dengan nama ayam buras (bukanras) merupakan salah satu potensi unggas lokal, yang mempunyai prospek dikembangkan terutama masyarakat di perdesaan. Ayam buras, selain memiliki

Lebih terperinci

[Pemanenan Ternak Unggas]

[Pemanenan Ternak Unggas] SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN [AGRIBISNIS TERNAK UNGGAS] [Pemanenan Ternak Unggas] [Endang Sujana, S.Pt., MP.] KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BETERNAK AYAM RAS PETELUR

BETERNAK AYAM RAS PETELUR Petunjuk Teknis BETERNAK AYAM RAS PETELUR Disusun Oleh : Y. Suci Pramudyati Agung Prabowo GTZ MERANG REDD PILOT PROJECT (MRPP) BEKERJASAMA DENGAN BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN (BPTP) SUMATERA SELATAN

Lebih terperinci

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS

INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS INTENSIFIKASI TERNAK AYAM BURAS 1. PENDAHULUAN Perkembangan ayam buras (bukan ras) atau lebih dikenal dengan sebutan ayam kampung di Indonesia berkembang pesat dan telah banyak dipelihara oleh peternak-peternak

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. medium (dwiguna). Tipe petelur memiliki ciri-ciri tubuh ramping, cuping telinga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. medium (dwiguna). Tipe petelur memiliki ciri-ciri tubuh ramping, cuping telinga 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur adalah ayam yang dibudidayakan untuk menghasilkan telur secara komersil atau dapat dikatakan jenis ayam yang memiliki produksi telur tinggi. Ayam

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%.

BAB III METODE PENELITIAN. Ayam Pedaging dan Konversi Pakan ini merupakan penelitian penelitian. ransum yang digunakan yaitu 0%, 10%, 15% dan 20%. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Onggok Kering Terfermentasi Probiotik dalam Ransum Terhadap Konsumsi Pakan, Pertambahan Bobot Badan Ayam

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial.

MATERI DAN METODE. Tabel 3. Komposisi Nutrisi Ransum Komersial. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan di CV. Mitra Mandiri Sejahtera Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jarak lokasi kandang penelitian dari tempat pemukiman

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul 27 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Percobaan 3.1.1. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian adalah ayam kampung jenis sentul umur satu hari (day old chick) yang diperoleh

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap dalam ransum sebagai substitusi bungkil kedelai terhadap konsumsi pakan, pertambahan bobot

Lebih terperinci

I Peternakan Ayam Broiler

I Peternakan Ayam Broiler I Peternakan Ayam Broiler A. Pemeliharaan Ayam Broiler Ayam broiler merupakan ras ayam pedaging yang memiliki produktivitas tinggi. Ayam broiler mampu menghasilkan daging dalam waktu 5 7 minggu (Suci dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase 38 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Campuran Onggok dan Molase Terfermentasi Terhadap Konsumsi Pakan, Konversi Pakan dan Pertambahan Bobot

Lebih terperinci

PELUANG USAHA TERNAK AYAM POTONG

PELUANG USAHA TERNAK AYAM POTONG PELUANG USAHA TERNAK AYAM POTONG STMIK AMIKOM YOGYAKARTA Nama : Zaka nurhadi NIM : 11.11.5663 Program studi dan jurusan : S1-Teknik informatika Kelas : 11-S1TI-15 Mata kuliah : Lingkungan bisnis NOTHING

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus 18 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh penggunaan tepung daun katuk (Sauropus androgynus) dalam ransum terhadap persentase potongan komersial karkas, kulit dan meat bone ratio dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang Pengaruh Penggunaan Limbah Ikan Bandeng (Chanos chanos Forsk) dalam Ransum sebagai Subtitusi Tepung Ikan Terhadap Konsumsi

Lebih terperinci

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh

I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh I. JUDUL Prospek Budidaya Burung Puyuh II. ABSTRAKS Persaingan dunia bisnis semakin merajalela, mulai dari sektor peternakan, material, bahkan hingga teknologi. Indonesia adalah salah satu negara yang

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN

TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN TEKNOLOGI BUDIDAYA ITIK DI LAHAN PEKARANGAN Oleh Ermidias Penyuluh Pertanian Madya I.PENDAHULUAN Iitik merupakan ternak unggas penghasil telur yang cukup potensial disamping ayam. Kelebihan ternak itik

Lebih terperinci

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL

VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL VI. ANALISIS ASPEK-ASPEK NON FINANSIAL 6.1 Aspek Pasar Dalam menjalankan usaha sebaiknya terlebih dahulu mengetahui aspek pasar yang akan dimasuki oleh produk yang akan dihasilkan oleh usaha yang akan

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016 11 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan selama 5 minggu pada tanggal 25 Oktober 2016 sampai 28 November 2016. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang

V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA. 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang V. GAMBARAN UMUM PETERNAKAN MAJU BERSAMA 5.1.Gambaran Umum Desa Cikarawang Desa Cikarawang merupakan salah satu desa yang yang berada dalam wilayah administrasi Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor Jawa Barat.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. peternakan (telur, daging, dan susu) terus meningkat. Pada tahun 2035 1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Ternak ayam merupakan komuditas peternakan yang paling banyak dipelihara oleh petani-peternak di pedesaan. Produk komuditas peternakan ini adalah sumber protein hewani

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS DAN AGROTEKNOLOGI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : AGRIBISNIS PRODUKSI TERNAK KOMPETENSI KEAHLIAN

Lebih terperinci

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL

VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL VII. ANALISIS KELAYAKAN ASPEK FINANSIAL Analisis finansial dilakukan untuk melihat sejauh mana Peternakan Maju Bersama dapat dikatakan layak dari aspek finansial. Untuk menilai layak atau tidak usaha tersebut

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014,

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014, 21 III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 30 hari pada 16 Maret sampai 15 April 2014, di closed house PT. Rama Jaya Farm Lampung, Dusun Sidorejo,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Mesin Tetas Penetasan telur ada dua cara, yaitu melalui penetasan alami (induk ayam) dan melaui penetasan buatan (mesin tetas) (Paimin, 2000). Penetasan buatan dilakukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. produk akhir ayam ras (Sudaryani dan Santoso, 2002). Ayam petelur dibagi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk menghasilkan telur dan tidak boleh disilangkan kembali karena merupakan produk akhir ayam ras (Sudaryani

Lebih terperinci

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PETELUR RAS *) ZULFIKAR. Abstrak

MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PETELUR RAS *) ZULFIKAR. Abstrak MANAJEMEN PEMELIHARAAN AYAM PETELUR RAS *) ZULFIKAR Abstrak Ayam petelur dijadikan pilihan dalam beternak karena dirasa ayam tersebut mampu untuk menghasilkan telur dalam jumlah yang cukup dengan waktu

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal. [20 Pebruari 2009]

I PENDAHULUAN. Aman, dan Halal.  [20 Pebruari 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris dengan kondisi daratan yang subur dan iklim yang menguntungkan. Pertanian menjadi sumber mata pencaharian sebagian penduduk dan berkontribusi

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 48 V. GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 5.1. Sejarah Umum Perusahaan AAPS merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak dalam peternakan ayam ras petelur. AAPS berdiri pada tahun 2002 dengan skala usaha yang relatif

Lebih terperinci

karena sudah sepantasnya bila perhatian lebih diarahkan pada pemberian penyuluhan kepada peternak, mengenai unsur-unsur teknik yang mencakup dalam pan

karena sudah sepantasnya bila perhatian lebih diarahkan pada pemberian penyuluhan kepada peternak, mengenai unsur-unsur teknik yang mencakup dalam pan TINGKAT KERUGIAN PADA USAHA PETERNAKAN AYAM BAMBANG KUSHARTONO DAN NAM IRIANI Balai Penelitian Ternak, P.O. Box 221 Bogor, 16002 RINGKASAN Usaha peternakan ayam mempunyai arti ekonomis yang sangat penting

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher

LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA. Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher LAPORAN PRAKTIKUM NUTRISI TERNAK UNGGAS DAN NON RUMINANSIA Penyusunan Ransum dan Pemberian Pakan Pada Broiler Fase Finisher Disusun oleh : Kelompok 9 Robby Trio Ananda 200110090042 Gilang Dayinta P 200110090071

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014)

PENDAHULUAN. yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014) 1 I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Usaha peternakan ayam broiler merupakan usaha subsektor peternakan yang berkembang pesat saat ini. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2014) populasi ayam broiler

Lebih terperinci

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan

Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan PangandaranBeach http://www.pangandaranbeach.com Budidaya Bebek Peking Sangat Menjanjikan Bebek Peking adalah bebek pedaging dengan pertumbuhan sangat cepat. Karena itu usaha budidaya ternak bebek peking

Lebih terperinci

VI HASIL DAN PEMBAHASAN

VI HASIL DAN PEMBAHASAN VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1. Perumusan Fungsi Tujuan Berdasarkan metode penelitian, perumusan model program linear didahului dengan penentuan variabel keputusan, fungsi tujuan, dan kendala. Fungsi tujuan

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi Ternak Percobaan. Kandang dan Perlengkapan MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan Agustus 2008 di Desa Pamijahan, Leuwiliang, Kabupaten Bogor, menggunakan kandang panggung peternak komersil. Analisis

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unggul dari tetuanya. Ayam pembibit terbagi atas 4 yaitu ayam pembibit Pure 2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam bibit adalah ayam yang dipelihara dengan tujuan untuk menghasilkan keturunan yang mempunyai kualitas genetik yang sama atau lebih unggul dari tetuanya.

Lebih terperinci

BAHAN DAN METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE PENELITIAN BAHAN DAN METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Biologi Ternak Jln. Prof. Dr. A Sofyan No.3 Program Studi Peternakan Fakultas Pertanian. Penelitian ini berlangsung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki

I. PENDAHULUAN. Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Broiler adalah ayam yang memiliki karakteristik ekonomis, memiliki pertumbuhan cepat sebagai penghasil daging, konversi pakan sangat irit, siap dipotong pada

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei hingga September 2010. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapangan Blok B, Ilmu Produksi Ternak Unggas, Fakultas

Lebih terperinci

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014

PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014 PROTER UNGGAS PETELUR MK PROTER UNGGAS SEMESTER V PS PROTER 16 DESEMBER 2014 ISTILAH-ISTILAH Grand parent stock= ayam nenek Parent stock= ayam induk Commercial stock= ayam komersial Feed supplement = pakan

Lebih terperinci

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN

TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN TERNAK AYAM KAMPUNG PELUANG USAHA MENGUNTUNGKAN Peluang di bisnis peternakan memang masih sangat terbuka lebar. Kebutuhan akan hewani dan produk turunannya masih sangat tinggi, diperkirakan akan terus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Ayam pembibit atau parent stock (PS) adalah ayam penghasil final stock dan merupakan hasil pemeliharaan dengan metode perkawinan tertentu pada peternakan generasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Broiler Pembibit Ayam broiler merupakan ayam penghasil daging dalam jumlah yang banyak dengan waktu yang cepat. Tipe ayam pembibit atau parent stock yang ada sekarang

Lebih terperinci

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan

Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan Manajemen Pemeliharaan Ayam Jantan- Tidak seperti layaknya beternak ayam broiler maupun ayam petelur. Beternak ayam jantan lebih membutuhkan pengalaman dilapangan sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak

BAB III METODE PENELITIAN Analisis proksimat dilakukan di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di kandang peternakan ayam broiler Desa Ploso Kecamatan Selopuro Kabupaten Blitar pada bulan Februari sampai Mei 2014.

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam ras petelur yang banyak dipelihara saat ini adalah ayam ras petelur yang berasal dari strain-strain hasil produk dari perusahaan pembibitan. Ayam ras petelur

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang pengaruh penggunaan ampas kecap sebagai subsitusi bungkil kedelai dalam ransum terhadap persentase karkas, kadar lemak daging,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani

I. PENDAHULUAN. tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara dengan jumlah dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi. Fakta ini menyebabkan kebutuhan yang tinggi akan protein hewani dengan

Lebih terperinci

Peluang Bisnis Beternak Puyuh

Peluang Bisnis Beternak Puyuh Peluang Bisnis Beternak Puyuh Sebagian besar masyarakat Indonesia pasti sudah menikmati sedapnya telur puyuh. Jenis unggas yang dikenal sebagai Gemak merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran

Lebih terperinci

Wajib menjaga kelestarian lingkungan.

Wajib menjaga kelestarian lingkungan. I. PENDAHULUAN A. Rencana Usaha Peningkatan jumlah populasi penduduk mengakibatkan meningkatnya kenutuhan sumber makanan. salah satu jenis makanan yang mengandung gizi yang lengkap adalah daging. Salah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pemeliharaan Ayam Salah satu syarat keberhasilan dalam pemeliharaan pembibitan ayam yaitu kemampuan untuk menyeleksi pejantan dan betina yang memiliki kualitas tinggi untuk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani,

I. PENDAHULUAN. Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap kebutuhan protein hewani, mengakibatkan meningkatnya produk peternakan. Broiler merupakan produk peternakan yang

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK

PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK PEDOMAN TEKNIS PENGEMBANGAN PEMBIBITAN AYAM LOKAL TAHUN 2012 DIREKTORAT PERBIBITAN TERNAK DIREKTORAT JENDERAL PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2012 KATA PENGANTAR Pengembangan pembibitan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi

METODE PENELITIAN. Waktu dan Tempat. Materi METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari hingga Mei 2011. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Lapang Kandang C, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.

Lebih terperinci

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan

Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan Pada waktu panen peralatan dan tempat yang digunakan harus bersih dan bebas dari cemaran dan dalam keadaan kering. Alat yang digunakan dipilih dengan tepat untuk mengurangi terbawanya bahan atau tanah

Lebih terperinci

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam.

Sebagai acuan / pedoman pelaku percontohan budidaya lele dengan menggunakan pakan (pellet) jenis tenggelam. PETUNJUK TEKNIS DEMPOND BUDIDAYA LELE MENGGUNAKAN PAKAN (PELET) TENGGELAM DI KAB I. Pendahuluan 1. Latar Belakang Usaha Budidaya lele sampe sekarang banyak diminati masyarakat dikarenakan dalam perlakuannya

Lebih terperinci

BUDIDAYA BURUNG PUYUH. : Coturnix-coturnix Japonica

BUDIDAYA BURUNG PUYUH. : Coturnix-coturnix Japonica BUDIDAYA BURUNG PUYUH ( Coturnix-coturnix Japonica ) 1. SEJARAH SINGKAT Puuh merupakan jenis burung yang tidak dapat terbang, ukuran tubuh relatif kecil, berkaki pendek dan dapat diadu. Burung puyuh disebut

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia.

MATERI DAN METODE. Sumber : Label Pakan BR-611 PT. Charoen Pokphand Indonesia. MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di CV Mitra Sejahtera Mandiri, Desa Babakan, Kecamatan Ciseeng, Kabupaten Bogor. Penelitian dilaksanakan selama lima minggu yang dimulai dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daging ayam merupakan salah satu daging yang memegang peranan cukup penting dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, karena banyak mengandung protein dan zat-zat

Lebih terperinci

I. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Laboratarium UIN Agriculture Research and

I. MATERI DAN METODE. Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Laboratarium UIN Agriculture Research and I. MATERI DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian ini bertempat di Laboratarium UIN Agriculture Research and Development Station (UARDS) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Organisasi Organisasi merupakan suatu gabungan dari orang-orang yang bekerja sama dalam suatu pembagian kerja untuk mencapai tujuan bersama (Moekijat, 1990). Fungsi struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat

BAB I PENDAHULUAN. Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya pemenuhan gizi hewani membuat tingginya permintaan kebutuhan daging ayam broiler. Permintaan pasar yang tinggi terhadap daging ayam

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor jantan dan 10 ekor betina Itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Penelitian 3.1.1. Bahan Penelitian Penelitian menggunakan 30 ekor Itik Rambon dengan jumlah ternak yang hidup sampai penelitian berakhir adalah 13 ekor

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jenis sentul dengan umur 1 hari (day old chick) yang diperoleh dari Balai

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. jenis sentul dengan umur 1 hari (day old chick) yang diperoleh dari Balai 21 III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1. Bahan dan Alat Percobaan 3.1.1. Ternak Percobaan Ternak yang digunakan dalam penelitian sebanyak 125 ekor ayam kampung jenis sentul dengan umur 1 hari (day old chick)

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian,

BAB III MATERI DAN METODE. November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian, 10 BAB III MATERI DAN METODE Penelitian dilaksanakan pada tanggal 16 Oktober 2015 sampai dengan 22 November 2015 di Kandang Ayam Fakultas Peternakan dan Pertanian, Universitas Diponegoro, Semarang. Analisis

Lebih terperinci

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu.

BAB III MATERI DAN METODE. periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu. BAB III MATERI DAN METODE Penelitian tentang pengaruh lama periode brooding dan level protein ransum periode starter terhadap performans pada Ayam Kedu Hitam umur 0-10 Minggu. Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Keadaan Umum di dalam Kandang Rataan temperatur dan kelembaban di dalam kandang selama penelitian dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7. Rataan Suhu dan Kelembaban Relatif Kandang Selama

Lebih terperinci

Penyiapan Mesin Tetas

Penyiapan Mesin Tetas Dian Maharso Yuwono Pemeliharaan unggas secara intensif memerlukan bibit dalam jumlah yang relatif banyak, sehingga penetasan dengan mesin semakin diperlukan. Penetasan telur unggas (ayam, itik, puyuh,

Lebih terperinci

BUDIDAYA TERNAK ITIK Oleh : Sapto Waluyo

BUDIDAYA TERNAK ITIK Oleh : Sapto Waluyo BUDIDAYA TERNAK ITIK Oleh : Sapto Waluyo 1.PENDAHULUAN Di Indonesia, ternak itik merupakan ternak unggas penghasil telur yang cukup potensial disamping ayam. Kelebihannya itik lebih tahan penyakit dibanding

Lebih terperinci

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R

PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB. Totok B Julianto dan Sasongko W R PERKEMBANGAN AYAM KUB pada Visitor Plot Aneka Ternak BPTP NTB Totok B Julianto dan Sasongko W R Ayam KUB Ayam kampung atau ayam buras (bukan ras), masih digemari oleh masyarakat baik di pedesaan maupun

Lebih terperinci

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di

III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di III. BAHAN DAN METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan selama 26 hari mulai 15 April--10 Mei 2014, di kandang closed house milik PT. Rama Jaya Lampung, Dusun Sidorejo,

Lebih terperinci

PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN

PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN 5 A. Latar Belakang LAMPIRAN: PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 33/Permentan/OT.140/2/2014 TANGGAL: 24 Februari 2014 PEDOMAN BUDI DAYA BURUNG PUYUH YANG BAIK BAB I PENDAHULUAN Burung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk

I. PENDAHULUAN. Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Protein hewani memegang peran penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Untuk memenuhi kebutuhan gizi tersebut, masyarakat akan cenderung mengonsumsi daging unggas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Pembibit Pembibitan ayam merupakan suatu kegiatan pemeliharaan ternak untuk menghasilkan bibit induk atau bibit sebar. Ayam yang akan digunakan sebagai bibit harus memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. yang menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Rancangan Penelitian Penelitian tentang penaruh pemberian limbah bandeng terhadap karkas dan kadar lemak ayam pedaging ini merupakan penelitian eksperimental yang

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di kandang percobaan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di kandang percobaan III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di kandang percobaan milik PT. Rama Jaya Lampung yang berada di Desa Fajar Baru II, Kecamatan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Break Even Point (BEP) Break Even Point adalah titik pulang pokok dimana total revenue = total cost. Terjadinya titik pulang pokok tergantung pada lama arus penerimaan sebuah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Ras Pedaging (Broiler) Ayam Ras pedaging (Broiler) adalah ayam jantan dan betina muda yang umumnya dipanen pada umur 5 6 minggu dengan tujuan sebagai penghasil daging

Lebih terperinci

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari.

Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan. bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan jumlah penduduk diikuti dengan meningkatnya kebutuhan akan bahan pangan yang tidak lepas dari konsumsi masyarakat sehari-hari. Hal ini berdampak

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di unit kandang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di unit kandang III. METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan pada Februari -- Maret 2013 di unit kandang percobaan PT. Rama Jaya Lampung yang berada di Desa Fajar Baru II, Kecamatan

Lebih terperinci

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi ke-3 sebanyak 9 ekor itik III BAHAN DAN METODE PENELITIAN 3.1 Bahan dan Objek Penelitian 3.1.1 Ternak Percobaan Itik Rambon dan Cihateup yang digunakan sebagai bahan penelitian adalah Day Old Duck (DOD) hasil pembibitan generasi

Lebih terperinci

MATERI DAN METODE. Materi

MATERI DAN METODE. Materi MATERI DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilakukan dari bulan Juli sampai Agustus 2011 di Laboratorium Lapang (Kandang B) Bagian Unggas, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas

Lebih terperinci

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan

1) Pencarian dan sewa lahan yang digunakan untuk tempat penggemukan sapi. BAB V RENCANA AKSI. 5.1 Kegiatan BAB V RENCANA AKSI 5.1 Kegiatan Untuk dapat mulai menjalankan bisnis penggemukan agar mendapatkan hasil yang sesuai dengan yang diharapkan, disusun rencana aksi sebagai acuan dalam melakukan kegiatan sekaligus

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1. Tinjauan Pustaka 2.1.1 Budidaya Ayam Ras Pedaging Budidaya ayam broiler merupakan salah satu budidaya yang utama di Indonesia Karena

Lebih terperinci

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN V KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Keadaan Umum Peternakan Bapak Maulid 5.1.1. Sejarah Perusahaan Peternakan Bapak Maulid adalah usaha peternakan ayam broiler yang didirikan oleh Bapak Maulid Ibrahim

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Materi

METODE PENELITIAN. Materi METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Lapang Ilmu Nutrisi Ternak Unggas Departemen Ilmu Nutrisi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Ayam Petelur Ayam petelur merupakan ayam yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam petelur memiliki keunggulan dan kelemahan, keunggulan ayam petelur yaitu memiliki

Lebih terperinci