TANGGUNG JAWAB KLIEN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN FACTOR DALAM PENAGIHAN PIUTANG DAGANG PADA TRANSAKSI ANJAK PIUTANG (FACTORING)

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "TANGGUNG JAWAB KLIEN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN FACTOR DALAM PENAGIHAN PIUTANG DAGANG PADA TRANSAKSI ANJAK PIUTANG (FACTORING)"

Transkripsi

1 TESIS TANGGUNG JAWAB KLIEN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN FACTOR DALAM PENAGIHAN PIUTANG DAGANG PADA TRANSAKSI ANJAK PIUTANG (FACTORING) I DEWA AYU DWI MAYASARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

2 2 TESIS TANGGUNG JAWAB KLIEN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN FACTOR DALAM PENAGIHAN PIUTANG DAGANG PADA TRANSAKSI ANJAK PIUTANG (FACTORING) I DEWA AYU DWI MAYASARI NIM : PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i

3 3 TANGGUNG JAWAB KLIEN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN FACTOR DALAM PENAGIHAN PIUTANG DAGANG PADA TRANSAKSI ANJAK PIUTANG (FACTORING) Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister Program Studi Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana I DEWA AYU DWI MAYASARI NIM : PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 ii

4 4 Lembar Pengesahan TESIS INI TELAH DISETUJUI PADA TANGGAL 3 JUNI 2015 Pembimbing I Pembimbing II Dr. I Ketut Westra, SH. MHDr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.M.Hum NIP NIP Mengetahui, Ketua Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Program PascasarjanaUniversitas Udayana Direktur Program Pascasarjana Universitass Udayana Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH.,M.Hum.,LLM. Prof. Dr. dr. A..A. Raka Sudewi, Sp. S (K) NIP NIP iii

5 5 Tesis Ini Telah Diuji Pada 3 Juni 2015 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan Surat Keputusan Rektor Universitas Udayana Nomor 1754/UN.14.4/HK/2014 Tanggal 1 Juni 2015 Ketua Sekretaris Anggota : Dr. I Ketut Westra, SH.,MH. : Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH.M.,Hum. : 1. Dr. I Wayan Wiryawan, SH.,MH. 2. Dr. I Made Sarjana, SH., MH. 3. Dr. I Made Udiana, SH., MH. iv

6 6 SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT Yang bertandatangan dibawah ini : Nama Program Studi Judul Tesis : I Dewa Ayu Dwi Mayasari : Ilmu Hukum : Tanggung Jawab Klien Dan Perlindungan Hukum Terhadap Perusahaan Factor Dalam Penagihan Piutang Dagang Pada Transaksi Anjak Piutang (Factoring) Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas Plagiat.Apabila dikemudian hari terbukti Plagiat dalam karya ilmiah ini maka saya bersedia menerima sanksi sebagaimana diatur dalam Peraturan Mendiknas RI Nomor 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku. Denpasar, 21 April 2015 Yang menyatakan Materai I Dewa Ayu Dwi Mayasari v

7 7 UCAPAN TERIMA KASIH Om Swastyastu, Puji syukur Penulis panjatkan kepada Ida Sang Hyang Widhi Wasa, yang melimpahkan rahmat, tuntunan, berkah, sehingga penulisan Tesis dengan judul TANGGUNG JAWAB KLIEN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN FACTOR DALAM PENAGIHAN PIUTANG DAGANG PADA TRANSAKSI ANJAK PIUTANG (FACTORING) dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Tesis ini merupakan tugas akhir selama penulis menempuh pendidikan Pasca Sarjana (S2) Ilmu Hukum Universitas Udayana dan sebagai syarat guna mencapai gelar Magister Hukum pada Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa keberhasilan dalam penyusunan tesis ini tidak terlepas berkat adanya bantuan, bimbingan, dorongan, arahan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tidak terhingga kepada Rektor Universitas Udayana Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD. KEMD atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister di Universitas Udayana dan ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada Direktur Program Pascasarjana Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp. S (K) atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi vi

8 8 mahasiswa Program Magister (S2) Ilmu Hukum pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Dekan Fakultas Hukum Universitas Udayana, Prof. Dr. I Gusti Ngurah Wairocana, SH., MH., atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister (S2) Il mu Hukum di Universitas Udayana, kepada Dr. I Ketut Westra, SH., MH., selaku Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, dorongan semangat, arahan serta saran secara baik dan teliti dalam penyelesaian tesis ini, kepada Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH., M. Hum., selaku Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan, semangat, arahan, serta saran secara baik dan teliti dalam penyelesaian penyusunan tesis ini dan Prof. Dr. Ida Bagus Wyasa Putra, SH., MH., selaku Pembimbing Akademik penulis yang telah memberikan arahan dan dorongan semangat kepada penulis selama menuntut ilmu pada Program Studi Magister Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana. Penulis mengucapkan rasa terima kasih kepada Ketua Program studi Magister (S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayan a Dr. Ni Ketut Supasti Dharmawan, SH., M.Hum., LLM., dan Sekretaris Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana Dr. Putu Tuni Cakabawa Landra, SH., M.Hum., atas kesempatan dan fasilitas yang diberikan untuk mengikuti dan menyelesaikan pendidikan pada Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana. Dan terima kasih kepada seluruh Dosen pada Program Studi Magister (S2) Ilmu vii

9 9 Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana, khususnya Dosen pada konsentrasi Hukum Bisnis atas segala ilmu yang telah diberikan beserta Staf Tata Usaha Program Studi Magister (S2) Ilmu Hukum Program Pascasarjana Universitas Udayana. Rasa terima kasih penulis juga tidak lupa ucapkan kepada Kepada Orang Tua tercinta, Ayah Dewa Gede Rudy, SH., MH., dan Ibu Desak Putu Kerti, AMa., Pd., Suami I Gede Wahyu Diastika, anak Gede Bagas Narendra Maiastika, kakak Dewa Gede Prima Yudha, Ni Nyoman Putri Wulandari, adik Ni Made Winda Diantika Sari, juga seluruh keluarga besar yang telah banyak memberikan doa serta dukungannya kepada penulis dalam penyelesaian tesis ini. Serta temanteman semua, Pret, Dewi, Gita, Edi, Aryana, Dwik, Ratih, Gek Cha, Dwi Suarini, Intan, Pradnya, serta seluruh sahabat Program Studi Magister (S2) Ilmu Hu kum Program Pascasarjana Universitas Udayana angkatan 2012 yang telah banyak menginspirasi serta memberi semangat dalam penyelesaian tesis ini. Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini sudah tentu masih jauh dari kesempurnaan dan memiliki kekurangan-kekurangan baik dari metode penulisan maupun analisis, sehingga tesis ini dapat diperbaiki demi penyempurnaannya dan untuk itu dibutuhkan kritik serta saran yang membangun sehingga dapat menyempurnakan penulisan tesis ini sesuai dengan apa yang diharapkan. Akhir kata, besar harapan semoga tesis ini dapat bermanfaat. Om Shanti, Shanti, Shanti, Om Denpasar, 21 April 2015 Penulis viii

10 10 ABSTRAK Penelitian sehubungan dengan penulisan karya tulis tesis ini mengambil tema Tanggung Jawab Klien dan Perlindungan Hukum Terhadap Perusahaan Factor Dalam Penagihan Piutang Dagang Pada Transaksi Anjak Piutang ( Factoring). Permasalahan yang diteliti menyangkut 2 (dua) hal yaitu, pertama; tentang tanggung jawab Klien dalam hal adanya kegagalan penagihan piutang dagang oleh perusahaan Factor. Kedua; tentang bentuk perlindungan hukum bagi Factor dari kemungkinan gagalnya penagihan piutang dagang. Penelitian yang dilakukan ini termasuk kategori penelitian hukum normatif, yaitu penelitian hukum kepustakaan atau penelitian hukum yang didasarkan pada data sekunder.pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan perundang-undangan ( the statue approach), pendekatan fakta ( the fact approach), dan pendekatan analisis konsep hukum ( analytical and conceptual approach).selanjutnya teknik analisisnya menggunakan teknik deskripsi, interpretasi, argumentasi, evaluasi, dan sistematisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terhadap gagalnya penagihan piutang dagang oleh perusahaan Factor, maka tanggung jawab Klien tergantung pada apa yang sudah disepakati dalam perjanjian Anjak Piutang (Factoring). Apabila dalam perjanjian disepakati With Recourse Factoring, maka Klienakan bertanggung jawab untuk melunasi piutang tersebut dalam hal Factor tidak mendapatkan tagihan piutangnya dari Customer baik seluruh maupun sebagian. Selanjutnya bentuk perlindungan hukum yang dapat diberikan terhadap Factor dari kemungkinan gagalnya penagihan piutang dagang adalah; a) Menerapkan jenis Recourse Factoring dalam perjanjian Anjak Piutang, b) Menerapkan sistem Personal/Corporate Guarantee, c) Menerapkan prinsip kehati-hatian (PrudentialPrinciple). Kata Kunci : Tanggung Jawab, Perlindungan Hukum, Klien, Perusahaan Factor, Anjak Piutang. ix

11 11 ABSTRACT Research in connection with the writing of this thesis paper takes the theme the responsibility of the client and the legal protection of the company factors in billing accounts receivable factoring transactions. Problems studied involues two things; the first of the responsibility of the client in the event of any failure by the company billing accounts receivable factor. The second of the froms of legal protection for the factor of the possibility of failure of billing accounts receivable. This includes research conducted legal research categories, namely normative legal research literature or legal research based on secondary data. The approach used in this study is the approach of the laws, approaches the facts, and approach to the analysis of legal concepts. Subsequent analysis technique using the technique of description, interpretation, argument, evaluation, and systematization. The results showed that the collection of accounts receivable againts the failure by the company factor, it is the responsibility of the client depending on what is agreed in the factoring agreement. If the treaty was agreed with recourse factoring, the client will be responsible for paying off the debt in terms of factors not get a bill receibale from the customer either whole or in part. The next from of legal protection that can be given to the factor of the possibility of failure of collection of accounts receivable is the first to apply the type of recourse factoring in the factoring agreement, the two introduced a system of personal/corporate guarantees, third apply the principle of prudent. Keywords : Responsibility, Legal Protection, Clients, Company Factor, Factoring. x

12 12 RINGKASAN TANGGUNG JAWAB KLIEN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN FACTOR DALAM PENAGIHAN PIUTANG DAGANG PADA TRANSAKSI ANJAK PIUTANG (FACTORING) Penelitian ini disusun dalam 5 (lima) bab yang secara garis besar dapat dikemukakan sebagai berikut : Bab I yakni pendahuluan merupakan bab yang berisi tentang hal-hal yang menjadi latar belakang penulisan penelitian ini bahwa perkembangan dan pertumbuhan di bidang ekonomi dan bisnis (usaha) semakin pesat. Karenanya dalam menopang perkembangan dunia usaha tidak dapat dipungkiri bahwa setiap perusahaan apapun memerlukan modal (dana) untuk menjalankan kegiatan usahanya. Disamping modal (dana) itu dapat dipenuhi sendiri oleh perusahaan, ada kalanya dana tersebut di dapat dari bantuan pihak lain seperti bank atau lembaga pembiayaan yang lainnya. Dimana kegiatan lembaga pembiayaan dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Salah satunya adalah lembaga pembiayaan Anjak Piutang (Factoring). Walaupun lembaga pembiayaan ini masih tergolong baru dan belum banyak dikenal oleh masyarakat. Anjak piutang (Factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. Ada 3 (tiga) pihak yang terlibat di dalam transaksi Anjak Piutang ( Factoring) yaitu Pihak Perusahaan Anjak Piutang (Factor), Pihak Klien, dan Pihak Customer. Pada transaksi Anjak Piutang ini, pihak Klien menjual atau mengalihkan piutang yang dimilikinya kepada Perusahaan Anjak Piutang (Factor), selanjutnya pihak Factor berhak untuk menagih piutang tersebut kepada Customer. Dalam praktek sangat mungkin bisa terjadi, Customer tidak dapat memenuhi kewajibannya (wanprestasi) membayar utang kepada Perusahaan Factor. Bab II menguraikan tentang pengertian dan pengaturan lembaga Pembiayaan dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan Republik xi

13 13 Indonesia Nomor 84/PMK/012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan. Pada Bab ini juga di bahas mengenai bentuk hukum dan jenis-jenis lembaga Pembiayaan termasuk pengertian dan Klasifikasi anjak Piutang (Factoring) menurut para ahli, subyek dan objek dari Anjak Piutang (Factoring), serta bentuk dan substansi dari Anjak Piutang (Factoring). Bab III membahas mengenai tanggung jawab perusahaan Factor dan Klien dalam penagihan piutang dagang. Yang di dalamnya mencakup konsep dan dasar tuntutan tanggung jawab. Setiap tuntutan pertanggung jawaban harus mempunyai dasar yaitu hal yang menyebabkan seseorang harus (wajib) bertanggung jawab. Dasar pertanggungjawaban itu menurut Hukum Perdata bila didasarkan pada perjanjian dan bila pula didasarkan pada perbuatan melawan hukum. Dan diuraikan pula mengenai piutang yang dialihkan serta aspek-aspek lain yang berkaitan dengan piutang dagang. Dalam hal transaksi Factoring, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan antara lain ; 1) piutang yang dialihkan adalah piutang dagang, 2) piutang yang dialihkan itu belum jatuh tempo, dan 3) piutang yang dialihkan adalah piutang yang sudah ada. Serta bagaimana tanggung jawab Klien dalam hal adanya kegagalan penagihan piutang dagang, ketika Customer tidak mampu melaksanakan kewajibannya (wanprestasi) untuk membayar utangnya kepada Perusahaan Factor. Bab IV membahas tentang konsep dasar dan bentuk perlindungan hukum bagi Factor dari kemungkinan gagalnya penagihan piutang dagang. Dasarnya adalah perlindungan terhadap para pelaku usaha atau pihak-pihak yang terlibat dalam kegiatan usaha dapat dilihat dari adanya jaminan yang diberikan oleh pemerintah terhadap aktivitas yang mereka jalankan dan perlindungan terhadap aset-aset usaha mereka. Dijelaskan juga definisi perlindungan hukum menurut beberapa ahli hukum. Perlindungan hukum itu sendiri timbul karena adanya hubungan hukum antara seseorang dengan orang lain atau dengan badan hukum. Dalam konteks perlindungan Perusahaan Factor, maka yang dilindungi adalah kepentingan Factor dalam kaitanya sebagai pembeli piutang dalam mendapatkan jaminan hak pengembalian atau penagihan piutang terhadap Customer. Terlebih lagi untuk jenis Without Recourse Factoring, dimana perusahaan Factor akan xii

14 14 menanggung risiko apabila Customer tidak memenuhi kewajibannya untuk melunasi utangnya. Pada jenis Factoring ini kedudukan Factor sangat lemah karena minimnya perlindungan yang berupa jaminan pengembalian piutang dagang dari Customer. Untuk menghindari atau mencegah adanya kerugian bagi Factor dalam hal adanya kegagalan penagihan piutang dagang yang pada dasarnya merupakan hak dari Factor, maka penting untuk diberikan perlindungan hukum yang memberikan jaminan pengembalian piutang dari Customer. Untuk itu, dalam perjanjian Anjak Piutang yang telah disepakati oleh para pihak, Factor perlu memperhatikan hak-hak apa saja yang tercantum dalam perjanjian Anjak Piutang ( Factoring) tersebut, penggunaan jenis Factoring yang akan di terapkan (with recourse atau without recourse), penerapan Personal/Corporate Guarantee, serta penerapan prinsip kehati-hatian ( Prudential Principle) dengan memperhatikan prinsip 5C yaitu Character (Kepribadian), Capacity (Kemampuan), Capital (Modal), Condition of Economy (Kondisi Ekonomi), dan Collateral (Agunan). Bab V merupakan bab terakhir atau bab penutup yang memuat kesimpulan dan saran. Kesimpulan yang dipaparkan penulis yakni terhadap gagalnya penagihan piutang dagang dari Customer, maka tanggung jawab Klien tergantung dari perjanjian Anjak Piutang (Factoring) yang telah disepakati. Apabila di dalam perjanjian Anjak Piutang (Factoring) tidak jelas diatur mengenai jenis Factoring yang dipilih, maka terhadap gagalnya penagihan piutang dagang dari Customer menjadi risiko Factor sebagai pembeli piutang. Mengingat lembaga Anjak Piutang ( Factoring) merupakan bisnis yang berisiko tinggi, maka bentuk perlindungan hukum yang dapat diberikan terhadap Factor selaku pembeli piutang adalah dengan menggunakan jenis With Recourse Factoring, menerapkan sistem Personal/Corporate Guarantee dan menerapkan prinsip kehati-hatian (PrudentialPrinciple). Untuk menghindari terjadinya kegagalan penagihan piutang dagang, sudah seharusnya Factor agar waspada menilai secara cermat dan teliti kualitas piutang yang akan dibeli dan kondisi Klien maupun Customer. Serta dalam perumusan klausul-klausul perjanjian Anjak Piutang (Factoring) hendaknya memperhatikan ketentuan Undang-Undang. xiii

15 15 DAFTAR ISI HALAMAN DEPAN HALAMAN SAMPUL DALAM... HALAMAN PERSYARATAN GELAR MAGISTER... LEMBAR PENGESAHAN... PERNYATAAN TELAH DIUJI... SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT... UCAPAN TERIMA KASIH... ABSTRAK... ABSTRACT... RINGKASAN... DAFTAR ISI... i ii iii iv v vi ix x xi xiv BAB I PENDAHULUAN LatarBelakangMasalah RumusanMasalah RuangLingkupMasalah TujuanPenelitian TujuanUmum TujuanKhusus ManfaatPenelitian ManfaatTeoritis xiv

16 ManfaatPraktis OrisinalitasPenelitian LandasanTeori MetodePenelitian JenisPenelitian JenisPendekatan SumberBahanHukum TehnikPengumpulanBahanHukum TehnikAnalisis BAB II ANJAK PIUTANG (FACTORING) SEBAGAI LEMBAGA PEMBIAYAAN PengertiandanPengaturanLembagaPembiayaan BentukHukumdanJenis-jenisLembagaPembiayaan PengertiandanKlasifikasiAnjakPiutang (Factoring) SubjekdanObjekAnjakPiutang (Factoring) BentukdanSubstansiAnjakPiutang (Factoring) BAB III TANGGUNGJAWAB PERUSAHAAN FACTOR DAN KLIEN DALAM PENAGIHAN PIUTANG DAGANG KonsepdanDasarTuntutanTanggungjawab PengalihandanPenagihanPiutangDagang TanggungjawabKlienDalam Hal AdanyaKegagalanPenagihanPiutangDagang xv

17 17 BAB IV KONSEP DASAR DAN BENTUK PERLINDUNGAN HUKUM BAGI FACTOR DARI KEMUNGKINAN GAGALNYA PENAGIHAN PIUTANG DAGANG KonsepDasarPerlindunganHukum BentukPerlindunganHukum Perli ndunganhukumbagifactordarikemungkinangagalnyapen agihanpiutangdagang KlausulJanji-janjiKlienDalamUpayaMelindungi Factor BAB V PENUTUP Kesimpulan Saran DAFTAR BACAAN xvi

18 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian nasional digerakkan oleh para pelaku ekonomi, baik perorangan maupun institusi yang mepunyai tujuan memperoleh keuntungan.para pelaku ekonomi melakuan kegiatan ekonomi dengan menggunakan bentuk usaha yang bervariasi, dan menjalankan usaha yang bervariasi pula. Hal ini diungkapkan oleh Sri Rejeki Harono sebagai berikut : Kegiatan ekonomi masyarakat pada hakekatnya dilaksanakan oleh para pelaku ekonomi. Pelaku ekonomi terdiri atas perorangan dan institusi yang bertujuan komersial dengan istilah badan usaha atau korporasi. Kegiatan ekonomi dilaksanakan dalam berbagai sekala dan berbagai bentuk kegiatan. Kegiatan dimaksud dapat meliputi baik dalam bentuk produksi (barang dan atau jasa), perdagangan (barang atau jasa), maupun perantara, baik berskala lokal, nasional maupun internasional. 1 Selain bervariasi dalam bentuk usaha, jenis usaha dan ruang lingkup usaha, para pelaku ekonomi sangat bervariasi pula dalam eksistensinya didalam hukum nasional dan kedudukan institusinya. Mengenai hal ini Sri Redjeki Hartono mengungkapkan; Pelaku ekonomi di Indonesia pada hakekatnya sangat bervariasi, baik;mengenai eksistensinya didalam peraturan, kegiatan maupun kedudukan institusinya. Pada strata terendah, misalnya terdiri dari pelaku ekonomi perorangan 1 Sri Rejeki Hartono, 2000, Kapita Selekta Hukum Ekonomi, Mandar Madju, Bandung, hal

19 2 dengan kekuatan modal yang relatif terbatas. Pada strata menengah ke atas dapat dijumpai beberapa bentuk badan usaha, baik yang bukan badan hukum maupun yang mempunyai status badan hukum, jyaitu perseroan atau koperasi sebagai suatu korporasi. 2 Pada era globalisasi dewasa ini perkembangan dan pertumbuhan dibidang ekonomi dan bisnis (usaha) demikian pesat. Perkembangan tersebut demikian atraktif, dinamis, sangat prospektif dan penuh persaingan. 3 Dalam menopang pertumbuhan dunia usaha tidak dapat dipungkiri diperlukan modal (dana) dalam persaingan yang semakin ketat dan kompetitif. Tanpa adanya modal atau dana yang memadai, suatu kegiatan usaha mustahil dapat berjalan seperti yang diharapkan. Setiap perusahaan dalam bentuk atau skala apapun, selalu membutuhkan dana yang cukup agar laju kegiatan usaha serta perkembangannya dapat diharapkan terwujud sesuai dengan rencana. Kebutuhan dana, adakalanya dapat dipenuhi sendiri sesuai dengan kemampuan perusahaan, tetapi adakalanya dana tersebut sulit didapat. Untuk itu dibutuhkan bantuan pihak lain yang bersedia membantu menyediakan dana sesuai dengan kebutuhan perusahaan. Secara umum, kebutuhan dana dapat dipenuhi oleh bank sebagai salah satu perusahaan yang bergerak di bidang keuangan. Meskipun 2 Sri Redjeki Hartono, Pengembangan Korporasi Sebagai Pelaku Ekonomi di Indonesia, Makalah disampaikan pada Seminar dan Lokakarya Pengembangan Hukum Nasional VIII, Denpasar, Juli 2003, h Syarin Naihasy, 2007, Hukum Bisnis (Business Law), Mida Pustaka, Yogyakarta, hal.7.

20 3 demikian, bank tidak selalu mampu memenuhi setiap permintaan kebutuhan dana. Kebutuhan dana yang relatif makin berjalan sejalan dengan laju pertumbuhan dunia usaha, maka perlu dicari alternatif lain untuk mendapatkan dana selain dari bank. Upaya-upaya untuk itu antara lain dengan mencarilembaga pembiayaan yang kiranya dapat dimanfaatkan sebagaialternatif sumber pendanaan perusahaan. Adapun lembaga pembiayaan tersebut diantaranya adalah lembaga Anjak Piutang ( Factoring).Guna mendapatkan bantuan pendanaan perusahaan, pelaku usaha dapat memanfaatkan lembaga perbankan untuk mendapatkan pinjaman melalui fasilitas kredit yang ditawarkan. Seperti diketahui, secara konvensional lembaga keuangan/pembiayaan bank disamping kegiatannya menghimpun dana dari masyarakat juga menyalurkan pinjaman dalam bentuk kredit kepada masyarakat yang membutuhkan. Bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan, badan-badan usaha menyimpan dana atau mendapatkan dana. Melalui kegiatan perkreditan, bank melayani kebutuhanpembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaransemua sektor ekonomi. 4 Pendanaan perusahaan tidak hanya bisa didapatkan dari bank saja, tetapi bisa juga didapatkan dari lembaga bukan bank, seperti melalui lembaga pembiayaan. Lembaga pembiayaan adalah salah 4 Hermansyah, 2006, Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 7.

21 4 satu bentuk usaha di bidang lembaga keuangan non bank yang mempunyai peranan sangat penting dalampembiayaan dan pengelolaan salah satu sumber danapembangunan di Indonesia. 5 Kegiatan lembaga pembiayaan dilakukan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik dana secara langsung dari masyarakat. Kegiatan lembaga pembiayaan yang pertama kali diperkenalkan dan dikembangkan di Indonesia adalah kegiatan sewa guna usaha (leasing).,dan kemudianberkembang lembaga-lembaga pembiayaan lainnya seperti; modal ventura, kartu kredit, pembiayaan konsumen, dan anjak piutang (factoring). Tumbuh dan berkembangnya lembaga pembiayaan tidak dapat dilepaskan dari adanya berbagai deregulasi. Hal ini bisa dilihat dari upaya pemerintah dalam meningkatkan usaha pembiayaan yang dikonkritkan melalui deregulasi dengan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayaan dan Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 84/PMK.012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan. Menurut pasal 1 angka 1 Peraturan Presiden No. 9 Tahun 2009 Lembaga Pembiayaan adalah "badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal." 5 Rachmat, 2002, Multi Finance Sewa Guna Usaha, Anjak Piutang, Pembiayaan Konsumen, C.V. Novindo Pustaka Mandiri, Jakarta, h. 1

22 5 Dari pengertian Lembaga Pembiayaan di atas, ada 2 (dua) unsur pokok yang dapat ditarik yaitu :pertama, melakukan kegiatan dalam bentuk penyediaan dana dan/atau barang modal, kedua, tidak ditegaskan bahwa lembaga pembiayaan dapat menarik dana secara langsung dari masyarakat. 6 Lembaga pembiayaan dimaksud berdasarkan pasal 2 Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 dan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK.012/2006 Lembaga Pembiayaan meliputi: 7 1. Perusahaan Pembiayaan 2. Perusahaan Modal Ventura 3. Perusahaan Pembiayaan Infrastruktur Selanjutnya kegiatan perusahaan pembiayaan meliputi ; 1. Sewa guna usaha 2. Anjak Piutang 3. Usaha Kartu Kredit dan / atau 4. Pembiayaan Konsumen Salah satu lembaga pembiayaan yang juga sedang berkembang dan mulai diminati oleh masyarakat adalahlembaga pembiayaan Anjak Piutang (Factoring).Sebagai lembaga pembiayaan, factoring masih tergolong baru dan belum begitu 6 Harry Harsojono Notodiporo, 1982, Kemungkinan-kemungkinan Aplikasi Lembaga Pembiayaan di Indonesia, Jakarta. h. 2 7 Zudin Arif Fakrulloh, 2001, Aspek Hukum Kerjasama Perusahaan Modal Ventura Dengan Perusahaan Pasangan Usaha, Pro Justitia, Tahun XIX Nomor 3 Juli, h. 87.

23 6 banyak dikenal, bahkan pada perkembangannya terakhir, factoring masih terbatas dimanfaatkan oleh pengusaha-pengusaha besar saja.padahal sebenarnya usaha kecil danmenengah dapat juga memanfaatkan lembaga Anjak Piutang (Factoring) sebagai alternatif pendanaan perusahaan. Pengertian factoring atau Anjak Piutang di Indonesia yang merupakan hasil adopsi dari Common Law System, juga dijumpai dalam referensi formal isi Kamus Bank Indonesia, yaitu sebagai kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian dan/atau pengalihan serta pengurusan piutang atau tagihan jangka pendek suatu perusahaan atau transaksi perdagangan dalam atau luar negeri, sedangkan penganjak perusahaan yang melakukan Anjak Piutang disebut piutang ( Factoring) dan pengertian penganjak piutang adalah pihak yang kegiatannya membeli piutang pihak lain dengan menanggung resiko tak terbayarnya utang. 8 Mengacu pada ketentuan pasal 1 angka 6Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009, Anjak Piutang ( Factoring) adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk pembelian piutang dagang jangka pendek suatu perusahaan berikut pengurusan atas piutang tersebut. Dari pengertian Anjak Piutang (Factoring) tersebut ada 3 pihak yang terlibat dalam transaksi anjak piutang yaitu ; 1. Pihak Perusahaan Anjak Piutang (Factor) 8 Rinus Pantouw, 2006, Hak Tagih Factor Atas Piutang Dagang, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, h. 8.

24 7 Perusahaan factor adalah perusahaan yang bergerak dibidang pembelian dan atau pengalihan piutang dagang. 2. Pihak Klien Klien adalah perusahaan yang menjual dan atau mengalihkan piutang dagang. 3. Pihak Customer Adalah pihak yang mempunyai hutang dagang kepada klien. Dalam transaksi Anjak Piutang (Factoring) terdapatadanya pengalihan piutang/tagihan oleh klien sebagai pemilikpiutang kepada perusahaan Factor yang bersedia menerima atau membeli piutang/tagihan tersebut.pihak yang memiliki hutangkepada klien disebut customer.mengingat piutang/tagihan klienterhadap customeritu sudah dialihkan kepada perusahaan Factor,maka selanjutnya perusahaan Factor itulah yang mempunyai hakuntuk menagih piutang/tagihan itu kepada customer. Sehubungan dengan pengalihan piutang dari klien kepada perusahaan anjak piutang (factor) mengenai prosesnya mendapatkan pengaturannya dalam KUH Perdata, karena disana ada ketentuan tentang hal-hal yang berkaitang dengan pengalihan piutang yang disebut Subrograsi, Novasi, Cessie.Ketiga bentuk bangunan hukum ini mempunyai kaitan erat dengan Factoring. Menurut Pasal 1400 KUH Perdata, yang dimaksud dengan Subrogasi adalah perpindahan hak kreditur kepada pihak ketiga, dimana pihak ketiga tersebut

25 8 melakukan pembayaran harga piutang yang bersangkutan kepada kreditur. Sementara yang dimaksud dengan Novasi tidak lain dari pembaharuan hutang. 9 Kemudian yang disebut Cessie adalah penyerahan piutang dari kreditur lama kepada kreditur baru. 10 Dalam konteks kepentingan kegiatan usaha atau perusahaan, tidak mudah mencari dana segar, apalagi pemain baru di dunia usaha. Pada satu sisi mereka mempunyai piutang atau tagihan, namun belum jatuh tempo, sementara kebutuhan dana segar makin mendesak untuk menjalankan usaha. Salah satu solusinya adalah anjak piutang (Factoring). 11 Skema yang ditawarkan perusahaan Anjak Piutang (Factoring) pada hakekatnya memikat dan mengandung manfaat bagi perusahaan ( klien) yang memiliki piutang atau tagihan. Adapun manfaatnya diantaranya: Pertama, penyediaan dana segar. Dengan pola transaksi ekspor biasa, eksportir akan menunggu cukup "lama untuk menerima dana tunai dan pihak importir melalui banknya atau bank lain sebagai bank pembayar ( paying bank). Itu pun sejauh tidak ada perselisihan atau segala sesuatu sudah sesuai (comply with) dengan syarat-syarat yang disetujui dalam letter of credit (L/C). Dengan skema anjak piutang mi, eksportir tidak perlu menunggu terlalu lama untuk memperoleh dana tunai. 9 Munir Fuady, 2006, Hukum tentang Pembiayaan (Dalam Teori dan Praktek), PT Citra Aditya Bakti, Bandung, hal Ibid, hal Paul Sutaryo, Melirik Pembiayaan Anjak Piutang, htm

26 9 Kedua, terjaminnya kelancaran usaha. Dana segar ini dapat dimanfaatkan sebagai modal kerja tambahan "untuk menjalankan roda bisnis lebih lanjut. Dampak positif yang paling manis untuk dinikmati adalah aliran kas lancar. Dengan demikian, bisnis selanjutnya akan tetap lebih cepat berjalan. Ketiga, mitigasi risiko kredit. Dengan pola anjak piutang ini, sejatinya pihak eksportir atau perusahaan yang memiliki piutang atau tagihan akan merasa aman, karena mereka tidak perlu lagi memikirkan piutang atau tagihannya. Itu semua sudah diambil alih perusahaan anjak piutang.inilah manfaat bagi pihak klien karena pembelian atau pengambilalihan tersebut berdasarkan tanggung jawab without recourse atau nonrecourse. 12 Dari sisi ekonomi tidak dapat dipungkiri adanya manfaat dari lembaga pembiayaan anjak piutang, namun dari segi hukum tidak dapat dihindari dapat muncul persoalan-persoalan hukum yang memerlukan perhatian secara serius.hal mana terjadi karena landasan hukum anjak piutang hanya berbentuk Keputusan Presiden dan Keputusan Menteri.Belum ada peraturan khusus yang berbentuk undang-undang yang mengatur tentang lembaga pembiayaan, khususnya Anjak Piutang (Factoring). Dalam praktek Lembaga Pembiayaan Anjak Piutang sangat mungkin bisa terjadi pihak customer tidak merasa terikat untuk membayar utang kepada perusahaan factoring dengan dalih tidak ada ikatan/hubungan hukum, dan hubungan hukum hanya ada dengan klien.apabila terjadi hal seperti itu perlu dilakukan penelusuran hukum tentang mekanisme atau persyaratan hukum yang harus 12 Ibid.

27 10 dipenuhi agar pengalihan piutang oleh klien kepada perusahaan factoring mengikat customer. Selain itu dapat terjadi pula karena sesuatu hal customer tidak dapat memenuhi kewajibannya membayar utang kepada perusahaan factor.dalam hal ini menimbulkan pertanyaan tentang tanggung jawab pihak klien sebagai pihak yang telah menjual atau mengalihkan piutang tersebut kepada perusahaan factor. Ketika telah disepakati piutang klien terhadap customer dialihkan kepada perusahaan factor, maka selanjutnya resiko kerugian akibat adanya kegagalan penagihan ada ditangan perusahaan factor.dalam konteks ini penting untuk diperhatikan mengenai perlindungan hukum bagi perusahaan factor. Persoalan hukum sebagaimana diutarakan di atas tidak mudah untuk diberikan jawabannya yang pasti, mengingat tidak jelasnya norma hukum yang mengaturnya. Aturan hukum yang ada di Indonesia mengenai hal itu hanya diketemukan didalam Keputusan Presiden No. 61 tahun 1988 yang mengatur tentang Lembaga Pembiayaan dan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 448/KMK.01/2000 tentang Perusahaan Pembiayaan, sehingga aturan Anjak Piutang hanyalah diketemukan sebagai salah satu bagian di dalam Hukum Administrasi yang mengatur tentang jenis-jenis kegiatan perusahaan pembiayaan.

28 11 Dengan demikian terlihat pengaturan hukum dibidang lembaga pembiayaan Anjak Piutang terlihat masih sederhana dan belum lengkap. 13 Konsekuensi hukum administrasi adalah memberikan aturan yang hanya mengikat para anggota perusahaan dibidang usaha anjak piutang saja. 14 Apabila dikaji berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 9 Tahun 2009 tentang Lembaga Pembiayan, di dalamnya hanya mengatur mengenai ketentuan umum, jenis, kegiatan usaha, pendirian lembaga pembiayaan dan apabila dikaji berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 84/PMK. 012/2006 tentang Perusahaan Pembiayaan juga hanya mengatur mengenai ketentuan umum, kegiatan usaha, tata cara pendirian, kepemilikan dan kepengurusan. Sedangkan mengenai tanggung jawab sebagai klien maupun perlindungan hukum terhadap perusahaan factor dalam hal terjadinya kegagalan penagihan piutang dagang belum ada pengaturannya.dalam sistem hukum Indonesia menganut prinsip kebebasan berkontrak inilah yang menjadi basis utama terhadap justifikasi adanya pranata hukum anjak piutang ( factoring) dengan persoalan-persoalan hukum yang menyertainya.berdasarkan hal inilah penulis ingin meneliti lebih lanjut tentang TANGGUNGJAWAB KLIEN DAN PERLINDUNGAN HUKUM 13 Rinus Pantouw, Loc.Cit. 14 Rinus Pantouw, Op.Cit, h. 14.

29 12 TERHADAP PERUSAHAAN FACTOR DALAM PENAGIHAN PIUTANG DAGANG PADA TRANSAKSI ANJAK PIUTANG (FACTORING) Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah sebagaimana dikemukakan di atas, maka dapat dirumuskan 2 (dua) masalah pokok penelitian sebagai berikut : 1. Bagaimanakah tanggung jawab klien dalam hal adanya kegagalan penagihan piutang dagang oleh perusahaan factor? 2. Apa bentuk perlindungan hukum terhadap perusahaan factor dari kemungkinan adanya kegagalan penagihan piutang dagang kepada customer? 1.3. Ruang Lingkup Masalah Agar pembahasan dalam proposal penelitian ini tidak jauh keluar dari cakupan permasalahan yang akan dibahas, maka ruang lingkup masalah dalam penulisan proposal ini hanya dibatasi pada : 1. Tanggung jawab klien dalam hal adanya kegagalan penagihan piutang dagang oleh perusahaan factor. 2. Bentuk perlindungan hukum terhadap perusahaan factordari kemungkinan adanya kegagalan penagihan piutang dagang kepada customer.

30 Tujuan Penelitian Tujuan Umum Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untukmemahami tentang aspek hukum berkaitan dengan pengalihan piutang pada kelembagaan Anjak Piutang (Factoring) sebagai lembaga pembiayaan. Pemahaman dari segi hukum sangat penting artinya, mengingat Factoringsangat besar perannya sebagai alternatif pembiayaan bagi perusahaan Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui dan memahami tentang tanggung jawab klien dalam hal adanya kegagalan penagihan piutang dagang oleh perusahaan factor. 2. Untuk mengetahui dan memahami tentangbentuk perlindungan hukum terhadap perusahaan factordari kemungkinan adanya kegagalan penagihan piutang dagang kepada customer Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis

31 14 Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat positif bagi perkembangan ilmu hukum, khususnya bidang hukum pembiayaan yang keberadaannya sangat dibutuhkan dalam menopang aktivitas lembaga pembiayaan sebagai sumber pendanaan perusahaan Manfaat Praktis Secara praktis hasil penelitian ini diharapkandapat memberikan masukan ataukontribusi bagi pemerintah, khususnya pembuat undang-undang dalam menyiapkan perangkat hukum yang lebih memadai untuk mengatur lembaga-lembaga pembiayaan, terutama lembaga pembiayaan Anjak Piutang (Factoring) Orisinalitas Penelitian Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang dilakukan ada beberapa hasil penelitian tesis yang telah dilakukan oleh peneliti terdahulu yang berkaitan dengan penulisan tesis ini namun berbeda baik dari segi substansi maupun permasalahan pokok yang dikaji. Sebagai sumber informasi dan referensi dalam melakukan penelitian, sehingga nantinya hasil penelitian tesis ini dapat dipertanggungjawabkan tingkat keasliannya (orisinalitasnya), maka berikut ini dipaparkan beberapa hasil penelitian tesis terdahulu sebagai berikut;

32 15 1. Penelitian tesis tentang Aspek Hukum Transaksi Anjak Piutang/Factoring (Suatu Studi tentang Jasa Pembiayaan Melalui Perusahaan Anjak Piutang/Factoring di Indonesia) oleh Aniek Tyaswati Wiji Lestari, Universitas Diponegoro Tahun 1998 di Semarang, dengan beberapa permasalahan pokok yang dikaji yaitu ; 1) Bagaimana konstruksi hukum pengalihan piutang pada transaksi anjak piutang ( factoring) tersebut dalam hukum Indonesia; 2) Bagaimana hubungan hukum para pihak dalam transaksi anjak piutang ( factoring); 3) Sejauhmana kalangan dunia usaha memanfaatkan jasa jpembiayaan melalui Perusahaan Anjak Piutang ( factoring); 4) Seberapa jauh upaya-upaya yang dilakukan Perusahaan Anjak Piutang ( factoring) dalam rangka melindungi kepentingannya terhadap Klien dan Customer. 2. Penelitian tesis tentang Analisis Hak dan Kewajiban Para Pihak Pada Perjanjian Jual Beli Piutang Dalam Pembiayaan Anjak Piutang, oleh Muhammad Hendra Universitas Sumatera Utara pada tahun 2013 di Medan, dengan dua permasalahan pokok yang dikaji yaitu ; 1) Bagaimana mengenai hak dan kewajiban Para Pihak serta kemungkinan wanprestasi dalam pelaksanaan perjanjian Anjak Piutang ; 2) Bagaimana mekanisme penyelesaian sengketa jika terjadi suatu perselisihan pada para pihak dalam perjanjian anjak piutang tersebut.

33 16 Berdasarkan pemaparan beberapa hasil penelitian tesis terdahulu seperti diuraikan di atas, maka dapat dikemukakan bahwa penelitian tesis penulis tentang "Tanggung jawab Klien dan Perlindungan Hukum Terhadap Perusahaan Factor Dalam Penagihan Piutang Dagang Pada Transaksi Anjak Piutang (Factoring)", berbeda dengan penelitian-penelitian terdahulu baik dari segi judul maupun substansi penelitian Landasan Teori Membahas permasalahan penelitian tesis ini dipergunakan landasan teori, yang merupakan landasan berpikir yang bersumber dari suatu teori yang diperlukan sebagai tuntunan untuk memecahkan berbagai permasalahan penelitian.begitu pula landasan teori berfungsi sebagai kerangka acuan yng dapat mengarahkan suatu penelitian.untuk mengkaji suatu permasalahan hukum secara lebih mendalam, diperlukan teori yang berupa serangkaian asumsi, konsep, definisi dan proposisi untuk menerangkan suatu fenomena sosial secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antar konsep. 15 Suatu teori pada hakekatnya merupakan hubungan antara dua fakta atau lebih, atau pengaturan fakta menurut cara-cara tertentu Burhanudin Ashofa, 2004, Metode Penelitian Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hal Ronny Hanitijo Soemitro, 1992, Metode Penelitian Hukum, Ghalia Indonesia, Jakarta, hal. 46.

34 17 Fakta tersebut sesuatu yang dapat diamati dan pada umumnya dapat diuji secara empiris. Dalam bentuknya yang paling sederhana suatu teori merupakan hubungan antara dua variabel atau lebih yang telah diuji kebenarannya. 17 Teori juga sangat diperlukan dalam penulisan karya ilmiah dalam tatanan hukum positif kongkrit. 18 Dalam teori hukum diperlukan suatu pandangan yang merupakan pendahuluan dan dianggap mutlak perlu ada sebagai dasar studi ilmu pengetahuan terhadap aturan hukum positif. Adapun teori-teori yang dipergunakan dalam membedah permasalah penelitian tesis ini dapat dikemukakan dan diuraikan sebagai berikut: 1. Teori Tanggung Jawab Dalam bahasa Indonesia, kata tanggung jawab sudah dipakai secara umum oleh masyarakat.di kalangan para ahli hukum, baik praktisi maupun teoritisi untuk tanggung jawab diistilahkan responsibility (verantwoordelijkheid) maupun liability (aansprakelijkheid) Soerjono Soekanto, 2001, Sosiologi Suatu Pengantar, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, hal Sedarmayanti & Syarifudin Hidayat, 2002, Metodologi Penelitian, Mandar Maju, Bndung, hal Agus M Toar, 1990 Tanggung Jawab Produk, Sejarah, dan Perkembangannya, Kerjasama Ilmu Hukum Belanda Dengan Indonesia, Proyek Hukum Perdata, Denpasar, Bali, 3-14 Januari 1990, hal. 1

35 18 Menurut Muhammad Siddiq Tgk. Armia, tanggung jawab merupakan hasil yang ditimbulkan dari suatu perbuatan. Ketika seseorang melakukan perbuatan maka perbuatannya akan berdampak pada orang lain, dampak atau akibat itu harus ditanggung oleh yang melakukan perbuatan tersebut. Tanggung Jawab dituntut karena ada suatu kesalahan yang dapat merugikan hak dan kepentingan orang lain. 20 Pada umumnya setiap orang harus bertanggung jawab (aanspraklijk) atas perbuatannya.oleh karena itu bertanggung jawab dalam pengertian hukum berarti keterikatan. 21 Dengan demikian, tanggung jawab hukum ( legal responsibility) dimaksudkan sebagai keterikatan terhadap ketentuan-ketentuan hukum.bila tanggung jawab hukum ini hanya dibatasi pada bidang Hukum Perdata saja, maka orang hanya terikat pada ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan hukum diantara mereka. 22 Suatu tanggung jawab dalam Hukum Perdata dapat timbul dari atau karena adanya perikatan. Sementara perikatan adalah merupakan hubungan hukum antara dua pihak di dalam lapangan 20 Muhammad Siddiq Tgk. Armia, 2009, Perkembangan Pemikiran Teori Ilmu Hukum, Pradnya Paramita, Jakarta, hal Veronica Komalawati, 1989, Hukum dan Etika Dalam Profesi Dokter, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hal Bernadette M. Waluyo, 1997, Hukum Perlindungan Konsumen, Bahan Kuliah, Universitas Parahyangan, Bandung, hal. 15.

36 19 harta kekayaan, dimana pihak yang satu (kreditur) berhak atas prestasi dan pihak yang lain (debitur) berkewajiban memenuhi prestasi itu. 23 Perikatan itu sendiri dapat lahir karena perjanjian maupun karena undang-undang. Berbicara tanggung jawab klien dalam transaksi Anjak Piutang dihubungkan dengan adanya perikatan disini meliputi baik tanggung jawab kontraktual (berdasarkan perjanjian Anjak Piutang) maupun tanggung jawab berdasarkan undang-undang (peraturan yang mengatur tentang Anjak Piutang). Berkaitan dengan tanggung jawab klien sehubungan adanya kegagalan penagihan piutang perusahaan factor terhadap customer, maka akan dicermati disamping perjanjian factoring (Anjak Piutangnya) juga peraturan yang mengatur Anjak Piutang (Factoring) yang ada.dalam transaksi Anjak Piutang bila dicermati nampaknya sangat riskan sekali, terutama bila customertidak dapat memenuhi kewajibannya. Atau dengan kata lain, bila terjadi kegagalan dalam penagihan piutang oleh perusahaan factor terhadap customer. Yang dipersoalkan disini adalah mengenai tanggung jawabklien sebagai pihak yang mengalihkan / menjual piutang perlu mendapatkan kepastian. 23 Ridwan Syahrani, 1985, Seluk-Beluk dan Azas-Azas Hukum Perdata, Alumni, Bandung, hal. 203.

37 20 Dalam konteks transaksi Anjak Piutang, guna menjamin adanya keamanan dan kenyamanan dalam melakukan transaksi, harus ada kepastian hukum siapa pihak yang harus bertanggung jawab atas kegagalan penagihan piutang terhadap customer. Beban risiko kegagalan penagihan piutang itu apakah menjadi beban dan tanggung jawab klien atau perusahaan factor. 2. Teori Mengikatnya Kontrak Dipergunakannya teori tentang kontrak/perjanjian dalam membedah permasalahan yang pertama penelitian ini mengingat dasar hubungan hukum antara pihak-pihak dalam transaksi anjak piutang ( factoring) adalah kontrak/perjanjian.dengan prinsip kebebasan berkontrak, para pihak dapat dan bebas membuat perjanjian/kontrak, termasuk perjanjian/kontrak anjak piutang (factoring). Sistem hukum Indonesia menganut prinsip kebebasan berkontrak.azas kebebasan berkontrak inilah yang menjadi dasar utama terhadap justifikasi adanya transaksi anjak piutang (factoring).dengan demikian, tidak diragukan lagi eksistensi anjak piutang sebagai lembaga pembiayaan yang dasarnya adalah kontrak/perjanjian. Ditinjau dari jenis perjanjian anjak piutang bila dibandingkan ke dalam penggolongan menurut BW, termasuk

38 21 dalam perjanjian tidak bernama ( onbenoemde overeenkomst), yaitu perjanjian yang tidak diatur dalam BW (Kitab Undang -Undang Hukum Perdata), akan tetapi terdapat di dalam masyarakat. 24 Suatu perjanjian tersebut sebagai perjanjian tidak bernama sebab pada waktu kodifikasi belum dikenal dan oleh karenanya belum diberi nama dalam kodifikasi. Pada dasarnya boleh-boleh saja membuat perjanjian di luar BW, yaitu berdasarkan azas kebebasan berkontrak yang diatur dalam pasal 1338 ayat (1) BW, yaitu kesusilaan, kepatutan, dan ketertiban umum (openbare order). Dalam ilmu hukum kontrak/perjanjian dikenal berbagai teori tentang mengikatnya kontrak. Adapun teori-teori tersebut adalah sebagai berikut; 25 (1) Teori Kehendak (Will Theory) Menurut teori ini suatu kesepakatan mengikat karena memang merupakan keinginan para pihak yang menginginkan kesepakatan itu mengikat.para pihak sendirilah yang pada intinya menyatakan kehendaknya untuk mengikatkan diri. (2) Teori Persetujuan (The Bargain Theory), Teori persetujuan ini nampaknya mengikat teori pertama. Menurut teori ini dasar mengikatnya suatu kontrak bukan 24 Mariam Darus Badrulzaman, et.al, 2001, Kompilasi Hukum Perikatan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, hal Huala Adolf, 2007, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, PT. Refika Aditama, h. 18.

39 22 kehendak para pihak, tetapi persetujuan para pihak. Persetujuan yang telah dibuat oleh para pihak mengikat sepanjang apa yang telah disepakati oleh para pihak. (3) Teori Kesetaraan (The EquivalentTheory) Menurut tori ini bahwa para pihak dalam kesepakatan tersebut telah memberikan kesetaraan (kesamaan bagi para pihak). (4) Teori Kerugian (Injurious Reliance Theory) Menurut teori ini bahwa kesepakatan itu mengikat karena para pihak telah menyatakan dirinya untuk mengandalkan pada pihak yang menerima janji dengan akibat adanya kerugian. Dengan kata lain, pelanggaran kesepakatan akan menimbulkan kerugian. Dari berbagai teori tersebut yang dinyatakan oleh Pound, tampaknya teori yang lebih tepat adalah teori yang pertama yaitu teori kehendak ( will theory). 26 Teori ini tampak sesuai dengan pandangan para sarjana. Sarjana terkemuka Indonesia, R. Subekti misalnya mengungkapkan bahwa; perikatan yang lahir dari perjanjian, memang dikehendaki oleh dua orang atau dua pihak yang membuat suatu perjanjian 27 Selain itu ada juga aliran atau mazhab dalam filsafat hukum yang memberika jawaban atas kekuatan mengikat kontrak, yaitu 26 Ibid. 27 Subekti R, 1979, Hukum Perjanjian, Intermasa, Jakarta, h. 3.

40 23 aliran atua mazhab Hukum Alam.Perlu diketahui bahwa aliran atau mazhab Hukum Alam merupakan aliran tertua dalam aliran filsafat. Sarjana yang sangat terkenal pengikut aliran Hukum Alamini adalah Hugo Grotius.Menurutnya bahwa kekuatan mengikat suatu kontrak berasal dari Hukum Alam. Grotius mencari dasar konsensus itu dalam Hukum Alam. Ia mengatakan, bahwa pacta sunt servanda (janji itu mengikat). Selanjutnya ia menyatakan lagi promisorum implendorum obligation (kita harus memenuhi janji kita). Lebih lanjut G rotius dalam teori kontraknya menyatakan, the theory of the inherent moral force of a promise made as such, came to prevail 28. Kekuatan mengikat dari perjanjian adalah adanya tanggungjawawb moral dari para pembuatnya.azas konsensualisme ini mempunyai hubungan yang erat dengan azas kebebasan berkontrak ( contractvrijheid) dan azas kekuatan mengikat yang terdapat didalam pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata. Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata yang merupakan arti pentingnya hukum perdata berkaitan dengan penjabaran dari asas kebebasan berkontrak, yaitu : 1. Bebas membuat jenis perjanjian apapun 2. Bebas mengatur isi perjanjian 3. Bebas mengatur bentuk perjanjian 28 Grotius dalam Roscoe Pound, 1954, An Introduction to the Philosophy of Law, (Revised Edition), New Haven : Yale University Press, h. 146.

41 24 Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata menjadi landasan hukum terhadap lahirnya perjanjian-perjanjian baru seperti perjanjian anjak piutang ( factoring).dalam pasal tersebut termuat konsep hukum sistem terbuka yang berasal dari kalimat semua perjanjian mengikat sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya.selanjutnya disebut sebagai Asas Kebebasan Berkontrak. Dengan asas ini memberikan kedudukan kedua belah pihak pada posisi sama kuat. Berkaitan dengan perjanjian anjak piutang ( factoring), dalam hal sudah diperjanjikan didalam perjanjian pihak klien akan menjamin piutang yang dialihkan itu, maka selanjutnya pihak klien akan bertanggung jawab apabila pihak perusahaan factor gagal melakukan penagihan terhadap customer.sebaliknya apabila tidak diperjanjikan dalam perjanjian, maka terhadap adanya kegagalan penagihan piutang sepenuhnya menjadi resiko perusahaan factor. Dalam mengkaji tentang transaksi anjak piutang, terutama tentang mengikatnya perjanjian anjak piutang, maka pandangan dari Hans Kelsen juga sangat relevan untuk dikemukakan.salah seorang sarjana terkemuka yang menjelaskan hakikat mengikatnya suatu kontrak atau perjanjian adalah Hans Kelsen. Maka beliau yang menarik adalah apa yang beliau sebut sebagai doktrin transaksi atau tindakan hukum (legal transaction atau juristic act).

42 25 Menurut Hans Kelsen Doktrin Transaksi atau Tindakan Hukum (Legal Transaction atau Juristic Act) terbagi ke dalam dua bentuk, yaitu: pertama: Transaksi hukum sebagai tindakan yang menciptakan hukum dan yang menerapkan hukum, bentuk kedua dari doktrin Transaksi Hukum ini adalah kontrak. 29 Menurut Hans Kelsen, transaksi hukum adalah suatu tindakan dimana individu diberi wewenang oleh (tertib) hukum untuk mengatur tindakan tindakan tertentu secara sah. Transaksi inilah yang disebut dengan tindakan yang menciptakan hukum (law-creating act).disebut demikian karena tindakan tersebut melahirkan hak dan kewajiban pada para pihak yang terlibat dalamtransaksi tersebut. 30 Tindakan transaksi hukum tersebut bukan hanya menciptakan hukum tetapi juga adalah tindakan penerapan hukum (law applying act).jntuk memungkinkan semua tindakan tersebut sah, para pihak menggunakan norma-norma hukum (legal order), yang akan memberikan para individu suatu otonomi hukum tertentu. Dalam fungsinya sebagai pembentukan hukmn maka transaksi hukum tersebut sebagai otonomi para pihak (privateautonomy). Dengan adanya suatu tindakan hukum, maka terbentuklah suatu norma-norma hukum (umum) yang mengatur hubungan 29 Huala Adolf, 2008, Dasar-Dasar Hukum Kontrak Internasional, PT Refika Aditama, Bandung, hal Ibid.

TANGGUNG JAWAB KLIEN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN FACTOR DALAM PENAGIHAN PIUTANG DAGANG PADA TRANSAKSI ANJAK PIUTANG (FACTORING)

TANGGUNG JAWAB KLIEN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN FACTOR DALAM PENAGIHAN PIUTANG DAGANG PADA TRANSAKSI ANJAK PIUTANG (FACTORING) TESIS TANGGUNG JAWAB KLIEN DAN PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PERUSAHAAN FACTOR DALAM PENAGIHAN PIUTANG DAGANG PADA TRANSAKSI ANJAK PIUTANG (FACTORING) I DEWA AYU DWI MAYASARI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perekonomian nasional digerakkan oleh para pelaku ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perekonomian nasional digerakkan oleh para pelaku ekonomi, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perekonomian nasional digerakkan oleh para pelaku ekonomi, baik perorangan maupun institusi yang mepunyai tujuan memperoleh keuntungan. Para pelaku ekonomi

Lebih terperinci

KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI

KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI TESIS KEKUATAN HUKUM AKTA NOTARIS BERKENAAN DENGAN PENANDATANGANAN RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (RUPS) PERSEROAN TERBATAS MELALUI MEDIA TELEKONFERENSI KOMANG FEBRINAYANTI DANTES 1292461007 PROGRAM MAGISTER

Lebih terperinci

KEDUDUKAN PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG DALAM HAL PIHAK NASABAH WANPRESTASI

KEDUDUKAN PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG DALAM HAL PIHAK NASABAH WANPRESTASI KEDUDUKAN PERUSAHAAN ANJAK PIUTANG DALAM HAL PIHAK NASABAH WANPRESTASI Oleh: Ketut Hari Purnayasa Tanaya Dewa Gede Rudy A.A Sri Indrawati Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRACT

Lebih terperinci

KONSEP JANJI DALAM IKLANSEBAGAI DASAR PERLINDUNGAN HAK KONSUMEN

KONSEP JANJI DALAM IKLANSEBAGAI DASAR PERLINDUNGAN HAK KONSUMEN TESIS KONSEP JANJI DALAM IKLANSEBAGAI DASAR PERLINDUNGAN HAK KONSUMEN NI KETUT DEWI MEGAWATI NIM :1490561004 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM TESIS PERLINDUNGAN HUKUM BAGI PEMEGANG HAK MILIK ATAS TANAH UNTUK KEPENTINGAN UMUM IDA BAGUS ADHI BHAWANA NIM 1392461016 PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

TESIS KEWENANGAN MENGADILI SENGKETA KEPEGAWAIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA

TESIS KEWENANGAN MENGADILI SENGKETA KEPEGAWAIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA TESIS KEWENANGAN MENGADILI SENGKETA KEPEGAWAIAN BADAN USAHA MILIK NEGARA PUTU AYU ANASTASIA WIERDARINI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 TESIS KEWENANGAN MENGADILI SENGKETA KEPEGAWAIAN

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK SATUAN RUMAH SUSUN DI ATAS TANAH BERSAMA YANG DIBEBANKAN HAK TANGGUNGAN

PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK SATUAN RUMAH SUSUN DI ATAS TANAH BERSAMA YANG DIBEBANKAN HAK TANGGUNGAN TESIS PERLINDUNGAN HUKUM PEMILIK SATUAN RUMAH SUSUN DI ATAS TANAH BERSAMA YANG DIBEBANKAN HAK TANGGUNGAN MADE ARI PARYADNYA NIM. 1392461029 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KENOTARIATAN PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN

KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN TESIS KEWENANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH(BLUD) DALAM HAL PENGAWASAN PERTANGGUNGJAWABAN PENGELOLAAN KEUANGAN I GEDE PERDANA YOGA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2012 TESIS KEWENANGAN

Lebih terperinci

TESIS KEKUATAN EKSEKUTORIAL PERJANJIAN KREDIT DENGAN AKTA FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN (STUDI KASUS PADA KOPERASI DI WILAYAH KOTA DENPASAR)

TESIS KEKUATAN EKSEKUTORIAL PERJANJIAN KREDIT DENGAN AKTA FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN (STUDI KASUS PADA KOPERASI DI WILAYAH KOTA DENPASAR) TESIS KEKUATAN EKSEKUTORIAL PERJANJIAN KREDIT DENGAN AKTA FIDUSIA YANG TIDAK DIDAFTARKAN (STUDI KASUS PADA KOPERASI DI WILAYAH KOTA DENPASAR) PUTU HELENA EVIE OKTYAVINA SRIDANA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGKONSUMSI MAKANAN KADALUWARSA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGKONSUMSI MAKANAN KADALUWARSA SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN YANG MENGKONSUMSI MAKANAN KADALUWARSA AGUS FAHMI PRASETYA NIM. 1103005181 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP

Lebih terperinci

PENGATURAN PENGALIHAN PIUTANG DARI KLIEN KEPADA PERUSAHAAN FACTOR DALAM KEGIATAN ANJAK PIUTANG

PENGATURAN PENGALIHAN PIUTANG DARI KLIEN KEPADA PERUSAHAAN FACTOR DALAM KEGIATAN ANJAK PIUTANG PENGATURAN PENGALIHAN PIUTANG DARI KLIEN KEPADA PERUSAHAAN FACTOR DALAM KEGIATAN ANJAK PIUTANG Oleh: Anak Agung Putu Krisna Putra 1, I Made Udiana 2 Abstrack The Presidential Regulation Number 9 of 2009

Lebih terperinci

PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN

PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN PENYELESAIAN KREDIT MACET BAGI DEBITUR DI LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD), DESA PAKRAMAN KABA KABA KECAMATAN KEDIRI, KABUPATEN TABANAN ANAK AGUNG NGURAH BAGUS CANDRA DINATA NIM. 0916051193 FAKULTAS HUKUM

Lebih terperinci

SKRIPSI TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR DALAM PERJANJIAN KONTRAK KERJA KONTRUKSI ANTARA KONTRAKTOR DENGAN KONSUMEN

SKRIPSI TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR DALAM PERJANJIAN KONTRAK KERJA KONTRUKSI ANTARA KONTRAKTOR DENGAN KONSUMEN SKRIPSI TANGGUNG JAWAB KONTRAKTOR DALAM PERJANJIAN KONTRAK KERJA KONTRUKSI ANTARA KONTRAKTOR DENGAN KONSUMEN I MADE ARY ANANDA PUTRA NIM. 0816051035 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 i SKRIPSI

Lebih terperinci

EKSISTENSI ANJAK PIUTANG (FACTORING) DARI SISI YURIDIS DAN EKONOMIS

EKSISTENSI ANJAK PIUTANG (FACTORING) DARI SISI YURIDIS DAN EKONOMIS EKSISTENSI ANJAK PIUTANG (FACTORING) DARI SISI YURIDIS DAN EKONOMIS Holy Oktaviani Putri Mahasiswa S2 Program Magister Kenotariatan Fakultas Hukum Universitas Sebelasm Maret Surakarta Burhanudin Harahap

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KOPERASI DALAM TINDAK PIDANA PERBANKAN TANPA IJIN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KOPERASI DALAM TINDAK PIDANA PERBANKAN TANPA IJIN TESIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KOPERASI DALAM TINDAK PIDANA PERBANKAN TANPA IJIN DESSY LINA OKTAVIANI SUENDRA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA KOPERASI

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WISATAWAN DALAM PASOKAN JASA PARIWISATA OLEH BIRO PERJALANAN WISATA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WISATAWAN DALAM PASOKAN JASA PARIWISATA OLEH BIRO PERJALANAN WISATA TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WISATAWAN DALAM PASOKAN JASA PARIWISATA OLEH BIRO PERJALANAN WISATA PRINCESS INNEZ PRIMANTARA NIM : 1390561024 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS

Lebih terperinci

KAJIAN YURIDIS PENGALIHAN PIUTANG DARI KREDITUR KEPADA PERUSAHAAN FACTORING DALAM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG

KAJIAN YURIDIS PENGALIHAN PIUTANG DARI KREDITUR KEPADA PERUSAHAAN FACTORING DALAM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG KAJIAN YURIDIS PENGALIHAN PIUTANG DARI KREDITUR KEPADA PERUSAHAAN FACTORING DALAM PERUSAHAAN PEMBIAYAAN ANJAK PIUTANG Oleh Luh Kade Pebria Satyani Anak Agung Gede Agung Dharma Kusuma Bagian Hukum Keperdataan

Lebih terperinci

A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah 3 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya lembaga anjak piutang (Factoring) dapat mengatasi berbagai kendala yang muncul dalam dunia usaha dan dapat menjadi alternatif pembiayaan suatu usaha

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA KARTU KREDIT SEBAGAI KONSUMEN DI KABUPATEN GIANYAR

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA KARTU KREDIT SEBAGAI KONSUMEN DI KABUPATEN GIANYAR PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP NASABAH PENGGUNA KARTU KREDIT SEBAGAI KONSUMEN DI KABUPATEN GIANYAR Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum Pada Fakultas Hukum Universitas Udayana Ida Ayu Gede

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tidak asing dikenal di tengah-tengah masyarakat adalah bank. Bank tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya lembaga keuangan di Indonesia dibedakan atas dua bagian, yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan non bank, namun dalam praktek sehari-hari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang-undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945, dinyatakan bahwa Indonesia merupakan negara hukum (rechtsstaat) yang bersumber pada Pancasila dan bukan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA. A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN DAN PENGATURAN MENURUT KUH PERDATA A. Pengertian Perjanjian dan Asas Asas dalam Perjanjian 1. Pengertian Perjanjian Pasal 1313 KUH Perdata menyatakan Suatu perjanjian

Lebih terperinci

SKRIPSI KEKUATAN PEMBUKTIAN PERJANJIAN KERJASAMA BISNIS BERBENTUK PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS

SKRIPSI KEKUATAN PEMBUKTIAN PERJANJIAN KERJASAMA BISNIS BERBENTUK PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS SKRIPSI KEKUATAN PEMBUKTIAN PERJANJIAN KERJASAMA BISNIS BERBENTUK PERJANJIAN DIBAWAH TANGAN YANG DILEGALISASI OLEH NOTARIS IDA AYU GITA SRINITA 1116051079 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015

Lebih terperinci

KEDUDUKAN HUKUM PT TAMAN SAFARI INDONESIA III (BALI SAFARI AND MARINE PARK) DALAM MELAKUKAN PENGELOLAAN LEMBAGA KONSERVASI SATWA

KEDUDUKAN HUKUM PT TAMAN SAFARI INDONESIA III (BALI SAFARI AND MARINE PARK) DALAM MELAKUKAN PENGELOLAAN LEMBAGA KONSERVASI SATWA TESIS KEDUDUKAN HUKUM PT TAMAN SAFARI INDONESIA III (BALI SAFARI AND MARINE PARK) DALAM MELAKUKAN PENGELOLAAN LEMBAGA KONSERVASI SATWA I GUSTI AYU PRADNYA SWARI DEWI NIM : 1290561003 PROGRAM MAGISTER PROGRAM

Lebih terperinci

TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR

TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR TESIS PENINGKATAN PEMAHAMAN AFIKS PADA KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI PENERAPAN METODE INTENSIF PADA PESERTA DIDIK KELAS VIIIA SMP PGRI 7 DENPASAR A.A. ISTRI AGUNG BINTANG SURYANINGSIH NIM 1490161024

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari keperluan akan dana guna menggerakkan roda perekonomian dirasakan semakin meningkat. Di satu sisi ada masyarakat yang kelebihan dana, tetapi

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN BANK SEBAGAI PIHAK YANG TERAFILIASI TERKAIT DILAKUKANNYA MERGER BANK PADA P.T.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN BANK SEBAGAI PIHAK YANG TERAFILIASI TERKAIT DILAKUKANNYA MERGER BANK PADA P.T. SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KARYAWAN BANK SEBAGAI PIHAK YANG TERAFILIASI TERKAIT DILAKUKANNYA MERGER BANK PADA P.T. BANK CIMB NIAGA I MADE HADI KUSUMA NIM. 1003005187 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam rangka meningkatkan taraf hidup masyarakat, bangsa Indonesia telah melakukan pembangunan untuk mewujudkan tujuan nasional, yaitu mewujudkan masyarat yang

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP BENDA JAMINAN FIDUSIA YANG MUSNAH DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK Oleh : Dewa Ayu Dwi Julia Ramaswari Ida Bagus Wyasa Putra Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan pinjam-meminjam uang telah dilakukan sejak lama dalam kehidupan masyarakat yang telah mengenal uang sebagai alat pembayaran. Hampir semua masyarakat

Lebih terperinci

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN TESIS MORALITAS INDIVIDU, MANAJEMEN LABA, SALAH SAJI, PENGUNGKAPAN, BIAYA DAN MANFAAT, SERTA TANGGUNG JAWAB DALAM ETIKA PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN \ INGRID SARASWATI BAYUSENA PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KAMAR RUMAH KOST DI KECAMATAN KUTA

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KAMAR RUMAH KOST DI KECAMATAN KUTA SKRIPSI PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN SEWA MENYEWA KAMAR RUMAH KOST DI KECAMATAN KUTA VIRIYANANTA GOTAMA NIM. 1103005022 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 PENYELESAIAN WANPRESTASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia selalu berusaha untuk mencapai kesejahteraan dalam hidupnya. Hal ini menyebabkan setiap manusia di dalam kehidupannya senantiasa melakukan berbagai

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAM MODAL ASING DALAM SENGKETA HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAM MODAL ASING DALAM SENGKETA HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENANAM MODAL ASING DALAM SENGKETA HUKUM PENANAMAN MODAL DI INDONESIA OLEH : ADE HENDRA YASA NIM : 0916051080 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i PERLINDUNGAN

Lebih terperinci

LUH PUTU SWANDEWI ANTARI

LUH PUTU SWANDEWI ANTARI TESIS BATAS PENGATURAN PERUSAHAAN DAERAH (STUDI TERHADAP PERATURAN DAERAH TENTANG PERUSAHAAN DAERAH AIR MINUM PADA KABUPATEN BADUNG, KOTA DENPASAR, DAN KABUPATEN BULELENG) LUH PUTU SWANDEWI ANTARI PROGRAM

Lebih terperinci

LUH MIRA AMBARASARI SAKA

LUH MIRA AMBARASARI SAKA TESIS TINGKAT KEPUASAN MASYARAKAT DALAM PENGURUSAN PERIZINAN SIUP AGRIBISNIS DI BADAN PELAYANAN PERIJINAN TERPADU SATU PINTU DAN PENANAMAN MODAL KOTA DENPASAR LUH MIRA AMBARASARI SAKA NIM. 1291161015 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat 9 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ekonomi nasional dewasa ini menunjukkan arah yang semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat menunjang sekaligus dapat berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dilakukan dengan tujuan memperoleh keuntungan. Para pelaku ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dilakukan dengan tujuan memperoleh keuntungan. Para pelaku ekonomi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam perekonomian nasional, usaha yang dijalankan oleh para pelaku ekonomi dilakukan dengan tujuan memperoleh keuntungan. Para pelaku ekonomi melakukan kegiatan ekonomi

Lebih terperinci

S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : KONTRAK PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN STATUS MATA KULIAH : KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2

S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : KONTRAK PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN STATUS MATA KULIAH : KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 S I L A B U S A. IDENTITAS MATA KULIAH NAMA MATA KULIAH : KONTRAK PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN STATUS MATA KULIAH : KODE MATA KULIAH : JUMLAH SKS : 2 B. DESKRIPSI MATA KULIAH Mata kuliah ini mempelajari berbagai

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TERKAIT DENGAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN

PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TERKAIT DENGAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN TESIS PELAKSANAAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BALI NOMOR 9 TAHUN 2009 TERKAIT DENGAN PROGRAM WAJIB BELAJAR 12 TAHUN I NYOMAN BUDI SENTANA NIM: 099 056 1043 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU HUKUM PROGRAM

Lebih terperinci

TESIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI DOKTER ATAS DUGAAN MALPRAKTIK MEDIK ENY HERI MANIK NIM

TESIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI DOKTER ATAS DUGAAN MALPRAKTIK MEDIK ENY HERI MANIK NIM TESIS PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI DOKTER ATAS DUGAAN MALPRAKTIK MEDIK ENY HERI MANIK NIM. 1390561014 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i PERTANGGUNG JAWABAN PIDANA BAGI DOKTER ATAS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN. A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG PERJANJIAN PEMBIAYAAN KONSUMEN A. Pembiayaan Konsumen dan Dasar Hukumnya 1. Pembiayaan Konsumen Pembiayaan konsumen merupakan salah satu model pembiayaan yang dilakukan oleh

Lebih terperinci

SKRIPSI PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS

SKRIPSI PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS SKRIPSI PENGATURAN ASAS REBUS SIC STANTIBUS DAN ASAS PACTA TERTIIS NEC NOCENT NEC PROSUNT TERKAIT PENYELESAIAN SENGKETA CELAH TIMOR ANTARA INDONESIA, AUSTRALIA DAN TIMOR LESTE STEPHANIE MAARTY K SATYARINI

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. yang berjudul : Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan

KATA PENGANTAR. yang berjudul : Pelaksanaan Pemberian Kredit Usaha Rakyat Tanpa Agunan KATA PENGANTAR Om Swastyastu, Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan bimbingan-nya akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : Pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya

BAB I PENDAHULUAN. kalangan individu maupun badan usaha. Dalam dunia usaha dikenal adanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah Negara hukum, dimana Negara hukum memiliki prinsip menjamin kepastian, ketertiban dan perlindungan hukum yang berintikan kepada kebenaran dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda. perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu roda perekonomian masyarakat. Namun sayangnya pertumbuhan institusi perekonomian tersebut tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan

BAB I PENDAHULUAN. jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan perekonomian yang pesat telah menghasilkan berbagai jenis dan variasi dari masing-masing jenis barang dan atau jasa yang akan dikonsumsi. Barang dan atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki kelebihan dana dengan pihak-pihak yang kekurangan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Bank Pembangunan Daerah dengan fungsinya meningkatkan pertumbuhan perekonomian dan pembangunan daerah, sebagai perantara pihakpihak yang memiliki kelebihan

Lebih terperinci

TANGGUNGG JAWAB PERUSAHAAN TERHADAP PEKERJA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA CV. SINAR KAWI DI TAMPAKSIRING GIANYAR

TANGGUNGG JAWAB PERUSAHAAN TERHADAP PEKERJA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA CV. SINAR KAWI DI TAMPAKSIRING GIANYAR SKRIPSI TANGGUNGG JAWAB PERUSAHAAN TERHADAP PEKERJA DALAM HAL TERJADINYA KECELAKAAN KERJA PADA CV. SINAR KAWI DI TAMPAKSIRING GIANYAR OLEH: I.B. PUTU WIRA ADITYA 1103005183 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia tak lepas dari kebutuhan yang bermacam-macam. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia harus berusaha dengan cara bekerja.

Lebih terperinci

RESIKO KREDITUR ATAS KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KOTA DENPASAR

RESIKO KREDITUR ATAS KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KOTA DENPASAR TESIS RESIKO KREDITUR ATAS KREDIT MACET DENGAN JAMINAN FIDUSIA YANG BUKAN MILIK DEBITUR PADA BANK PERKREDITAN RAKYAT DI KOTA DENPASAR NI NYOMAN MURYATINI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

PENERAPAN ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENGAJARAN PAST TENSE SISWA KELAS X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR

PENERAPAN ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENGAJARAN PAST TENSE SISWA KELAS X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR TESIS PENERAPAN ANALISIS KONTRASTIF DALAM PENGAJARAN PAST TENSE SISWA KELAS X IPA 3 SMAN 2 DENPASAR COKORDA ISTRI MAS KUSUMANINGRAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PENERAPAN

Lebih terperinci

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN PARATE EKSEKUSI SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN

EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN PARATE EKSEKUSI SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN TESIS EKSEKUSI HAK TANGGUNGAN BERDASARKAN PARATE EKSEKUSI SERTIFIKAT HAK TANGGUNGAN I PUTU INDRA YOGA ABIMANIU NIM:1392461017 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI KENOTARIATAN PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS

Lebih terperinci

STATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DALAM HUKUM PERJANJIAN INDONESIA

STATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DALAM HUKUM PERJANJIAN INDONESIA SKRIPSI STATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING (MoU) DALAM HUKUM PERJANJIAN INDONESIA KETUT SURYA DARMA FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 SKRIPSI STATUS HUKUM MEMORANDUM OF UNDERSTANDING

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan yang sedang giat dilaksanakan melalui rencana bertahap, pada hakikatnya merupakan salah satu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, baik materiil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Aktivitas bisnis merupakan fenomena yang sangat kompleks karena mencakup berbagai bidang baik hukum, ekonomi, dan politik. Salah satu kegiatan usaha yang

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HAK-HAK ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR 2/PID.SUS.ANAK/2015/PN DPS

PERLINDUNGAN HAK-HAK ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR 2/PID.SUS.ANAK/2015/PN DPS TESIS PERLINDUNGAN HAK-HAK ANAK YANG BERKONFLIK DENGAN HUKUM DALAM PUTUSAN PENGADILAN NEGERI DENPASAR NOMOR 2/PID.SUS.ANAK/2015/PN DPS WAYAN SANTOSO NIM. 1390561065 PROGRAM MAGISTER PROGRAM STUDI ILMU

Lebih terperinci

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR SKRIPSI PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERBIT KARTU KREDIT BERKAITAN DENGAN PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/2/PBI/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU ANANDITA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum BAB I PENDAHULUAN Hukum perjanjian adalah bagian dari Hukum Perdata yang berlaku di Indonesia. Hal janji adalah suatu sendi yang amat penting dalam Hukum Perdata, karena Hukum Perdata banyak mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing lagi di masyarakat dan lembaga jaminan memiliki peran penting dalam rangka pembangunan perekonomian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja

BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK. kelemahan, kelamahan-kelemahan tersebut adalah : 7. a. Hanya menyangkut perjanjian sepihak saja BAB II TINJAUAN TENTANG PERJANJIAN KREDIT BANK 1. Pengaturan Perjanjian Kredit Pengertian perjanjian secara umum dapat dilihat dalam Pasal 1313 Kitab Undang-undang Hukum Perdata, yaitu suatu perbuatan

Lebih terperinci

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR

MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR TESIS MANAJEMEN RISIKO DALAM PROSES ESTIMASI BIAYA PADA PROYEK KONSTRUKSI GEDUNG BERTINGKAT DI KOTA DENPASAR IDA AYU PRANITI TRESNA PUTRI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS MANAJEMEN

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI TUKANG GIGI KARENA KELALAIAN DALAM MELAKUKAN PEKERJAANNYA DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI TUKANG GIGI KARENA KELALAIAN DALAM MELAKUKAN PEKERJAANNYA DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI TUKANG GIGI KARENA KELALAIAN DALAM MELAKUKAN PEKERJAANNYA DITINJAU DARI KITAB UNDANG- UNDANG HUKUM PIDANA dan UNDANG-UNDANG NO. 36 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN I

Lebih terperinci

PELAKSANAAN KEWAJIBAN OLEH TENAGA KERJA DALAM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) DI HOTEL HORISON JIMBARAN

PELAKSANAAN KEWAJIBAN OLEH TENAGA KERJA DALAM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) DI HOTEL HORISON JIMBARAN SKRIPSI PELAKSANAAN KEWAJIBAN OLEH TENAGA KERJA DALAM PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU (PKWT) DI HOTEL HORISON JIMBARAN I PUTU AGUS SUMARNATA NIM: 0816051021 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman

BAB I PENDAHULUAN. khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sampai sekarang pembuatan segala macam jenis perjanjian, baik perjanjian khusus (benoemd) maupun perjanjian umum (onbenoemd) masih berpedoman pada KUH Perdata,

Lebih terperinci

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu

Bab 1 PENDAHULUAN. merupakan suatu usaha untuk meningkatkan taraf hidup masyarakat, salah satu Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam kehidupan ekonomi dan perdagangan dewasa ini, sulit dibayangkan bahwa pelaku usaha, baik perorangan maupun badan hukum mempunyai modal usaha yang cukup untuk

Lebih terperinci

PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA BAGI PEKERJA PADA PT. TARU SAKTI UTAMA DI KUTA BADUNG

PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA BAGI PEKERJA PADA PT. TARU SAKTI UTAMA DI KUTA BADUNG SKRIPSI PELAKSANAAN JAMINAN SOSIAL KECELAKAAN KERJA BAGI PEKERJA PADA PT. TARU SAKTI UTAMA DI KUTA BADUNG NI NYOMAN RISKA AGUSTINA NIM. 1216051045 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i PELAKSANAAN

Lebih terperinci

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI

DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI TESIS DAMPAK KEGIATAN PERTANIAN TERHADAP TINGKAT EUTROFIKASI DAN JENIS JENIS FITOPLANKTON DI DANAU BUYAN KABUPATEN BULELENG PROVINSI BALI NI PUTU VIVIN NOPIANTARI NIM. 1191261003 PROGRAM MAGISTER PROGRAM

Lebih terperinci

PERSYARATAN JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PRAKTEKNYA PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA ADAT KUTA

PERSYARATAN JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PRAKTEKNYA PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA ADAT KUTA PERSYARATAN JAMINAN DAN PENYELESAIAN KREDIT MACET DALAM PRAKTEKNYA PADA LEMBAGA PERKREDITAN DESA (LPD) DESA ADAT KUTA Oleh I Gusti Bagus Wijaya Negara I Gusti Ayu Puspawati Dewa Gde Rudy Bagian Hukum Bisnis

Lebih terperinci

SKRIPSI. ASPEK HUKUM TERHADAP PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk.

SKRIPSI. ASPEK HUKUM TERHADAP PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. SKRIPSI ASPEK HUKUM TERHADAP PENYELESAIAN KREDIT MACET PADA PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. THE LAW S ASPECT TO OVER ANCAUNTED CREDIT AT PT. BANK RAKYAT INDONESIA (PERSERO) Tbk. LISKA WAHYU PRASMANTO

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ATAS KERUGIAN YANG DIDERITA PENGIRIM BARANG YANG DISEBABKAN KELALAIAN PENGANGKUT ( STUDI KASUS PADA PT. BALI SEMESTA AGUNG )

TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ATAS KERUGIAN YANG DIDERITA PENGIRIM BARANG YANG DISEBABKAN KELALAIAN PENGANGKUT ( STUDI KASUS PADA PT. BALI SEMESTA AGUNG ) SKRIPSI TANGGUNG JAWAB PENGANGKUT ATAS KERUGIAN YANG DIDERITA PENGIRIM BARANG YANG DISEBABKAN KELALAIAN PENGANGKUT ( STUDI KASUS PADA PT. BALI SEMESTA AGUNG ) GDE YOGI YUSTYAWAN 1103005216 FAKULTAS HUKUM

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan masyarakat yang akan mengajukan pinjaman atau kredit kepada bank. Kredit merupakan suatu istilah

Lebih terperinci

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR

DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR DEPOSITO SEBAGAI JAMINAN PADA KREDIT DI BANK MANDIRI CABANG SANUR Oleh I Made Dwi Ika Ganantara Putu Tuni Cakabawa Landra Bagian Hukum Bisnis Fakultas Hukum Universitas Udayana Abstract Writing is titled

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN

PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN PERLINDUNGAN HUKUM BAGI KREDITUR DALAM PERJANJIAN KREDIT DENGAN JAMINAN HAK TANGGUNGAN Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program studi Strata I pada Jurusan Hukum Perdata Fakultas hukum Oleh

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK i PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KONSUMEN AKIBAT WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI ELEKTRONIK Skripsi ini dibuat untuk memperoleh Gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Udayana IDA BAGUS ABHIMANTARA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah

BAB I PENDAHULUAN. Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Didalam kehidupan bermasyarakat kegiatan pinjam meminjam uang telah dilakukan sejak lama, masyarakat mengenal uang sebagai alat pembiayaan yang sah. Dapat kita ketahui

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali

BAB I PENDAHULUAN. adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali 11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bank sebagai lembaga keuangan memiliki banyak kegiatan, salah satunya adalah dengan menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kembali kepada masyarakat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

BAB I PENDAHULUAN. sebagaimana terkandung dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini, peran perbankan dalam memajukan perekonomian suatu negara sangatlah besar. Hampir semua sektor yang berhubungan dengan berbagai kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan dana atau barang modal dengan tidak menarik

Lebih terperinci

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ANGSURAN MOBIL BEKAS MELALUI LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN DI PT. ADIRA FINANCE DENPASAR

PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ANGSURAN MOBIL BEKAS MELALUI LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN DI PT. ADIRA FINANCE DENPASAR SKRIPSI PENYELESAIAN WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN JUAL BELI SECARA ANGSURAN MOBIL BEKAS MELALUI LEMBAGA PEMBIAYAAN KONSUMEN DI PT. ADIRA FINANCE DENPASAR KADEK SITTA BULANDARI NIM. 1116051104 FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme

BAB I PENDAHULUAN. dituntut untuk senantiasa meningkatkan kompetensi dan profesionalisme BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagai salah satu profesi pendukung kegiatan dunia usaha, kebutuhan pengguna jasa akuntan publik semakin meningkat terutama kebutuhan atas kualitas informasi

Lebih terperinci

LEGALITAS HEWAN TERNAK SEBAGAI OBJEK JAMINAN FIDUSIA

LEGALITAS HEWAN TERNAK SEBAGAI OBJEK JAMINAN FIDUSIA SKRIPSI LEGALITAS HEWAN TERNAK SEBAGAI OBJEK JAMINAN FIDUSIA OLEH : KADEK LISA KARTINI MAHASARI SUTEJA NIM. 0816051202 FAKULTAS HUKUM PROGRAM EKSTENSI UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2016 i LEGALITAS HEWAN

Lebih terperinci

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN

PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN SKRIPSI PERTANGGUNGJAWABAN PIDANA BAGI PEMBELI BARANG HASIL KEJAHATAN DITINJAU DARI PASAL 480 KUHP TENTANG PENADAHAN I GEDE MADE KRISNA DWI PUTRA NIM : 0803005200 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah

BAB I PENDAHULUAN. sedang pihak lain menuntut pelaksanaan janji itu. 1. perjanjian dalam Pasal 1313 KUHPerdata adalah Suatu perjanjian adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perjanjian pada hakikatnya sering terjadi di dalam masyarakat bahkan sudah menjadi suatu kebiasaan. Perjanjiaan itu menimbulkan suatu hubungan hukum yang biasa

Lebih terperinci

TANGGUNGJAWAB KEPALA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL TERKAIT KEWENANGAN MENERBITKAN KEPUTUSAN PEMBATALAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH

TANGGUNGJAWAB KEPALA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL TERKAIT KEWENANGAN MENERBITKAN KEPUTUSAN PEMBATALAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH TESIS TANGGUNGJAWAB KEPALA KANTOR WILAYAH BADAN PERTANAHAN NASIONAL TERKAIT KEWENANGAN MENERBITKAN KEPUTUSAN PEMBATALAN SERTIPIKAT HAK MILIK ATAS TANAH ANAK AGUNG ISTRI DIAH MAHADEWI PROGRAM PASCASARJANA

Lebih terperinci

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta

TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT. Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta TANGGUNG JAWAB DEBITUR TERHADAP MUSNAHNYA OBJEK JAMINAN FIDUSIA DALAM PERJANJIAN KREDIT Oleh : Ida Bagus Gde Surya Pradnyana I Nengah Suharta Hukum Bisnis, Fakultas Hukum Program Ekstensi Universitas Udayana

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI. 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 22 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG LEMBAGA PEMBIAYAAN, PERUSAHAAN PEMBIAYAAN DAN WANPRESTASI 2.1 Pengertian dan Dasar Hukum Lembaga Pembiayaan 2.1.1 Pengertian Lembaga Pembiayaan Istilah lembaga pembiayaan

Lebih terperinci

KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA

KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA KEBIJAKAN DIVIDEN SEBAGAI VARIABEL MODERASI PENGARUH PAJAK PENGHASILAN, LEVERAGE DAN UKURAN PERUSAHAAN PADA MANAJEMEN LABA Tesis untuk Memperoleh Gelar Magister pada Program Magister, Program Studi Akuntansi,

Lebih terperinci

TESIS KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM MELEGALISIR FOTOKOPI TERJEMAHAN IJAZAH MENURUT UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS

TESIS KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM MELEGALISIR FOTOKOPI TERJEMAHAN IJAZAH MENURUT UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS TESIS KEWENANGAN DAN TANGGUNG JAWAB NOTARIS DALAM MELEGALISIR FOTOKOPI TERJEMAHAN IJAZAH MENURUT UNDANG-UNDANG JABATAN NOTARIS NI KETUT AYU MAS DIRMAYUNTI NIM. 1492461030 PROGRAM MAGISTER KENOTARIATAN

Lebih terperinci

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA MENGENAI SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIAL DALAM PERSPEKTIF TINDAK PIDANA KORUPSI PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KOSNSTITUSI NOMOR :

KEBIJAKAN HUKUM PIDANA MENGENAI SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIAL DALAM PERSPEKTIF TINDAK PIDANA KORUPSI PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KOSNSTITUSI NOMOR : SKRIPSI KEBIJAKAN HUKUM PIDANA MENGENAI SIFAT MELAWAN HUKUM MATERIAL DALAM PERSPEKTIF TINDAK PIDANA KORUPSI PASCA PUTUSAN MAHKAMAH KOSNSTITUSI NOMOR : 03/PUU-IV/2006 MUHAMMAD ZAINAL ABIDIN NIM. 1103005144

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya jaminan dalam pemberian kredit merupakan keharusan yang tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan ekonomi yang dilaksanakan pada masa sekarang diarahkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat dan mengatasi ketimpangan ekonomi guna mencapai kesejahteraan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam

BAB I PENDAHULUAN. atau mesin. Transportasi digunakan untuk memudahkan manusia dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Transportasi adalah pemindahan manusia atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan menggunakan sebuah kendaraan yang digerakan oleh manusia atau mesin. Transportasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi saat ini memiliki dampak yang positif, yaitu menunjukkan arah untuk menyatukan ekonomi global, regional ataupun lokal, 1 serta dampak terhadap

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WHISTLEBLOWER DAN JUSTICE COLLABORATOR DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WHISTLEBLOWER DAN JUSTICE COLLABORATOR DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI TESIS PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP WHISTLEBLOWER DAN JUSTICE COLLABORATOR DALAM TINDAK PIDANA KORUPSI ADITYA WISNU MULYADI PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2015 TESIS PERLINDUNGAN HUKUM

Lebih terperinci

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN

PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN TESIS PENGARUH PENGAWASAN PIMPINAN,DISIPLIN DAN KOMPETENSI PEGAWAI PADA KINERJA PEGAWAI INSPEKTORAT KABUPATEN TABANAN NI LUH MADE HERAWATI NIM 1391661043 PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR

Lebih terperinci

Tesis ini telah diuji pada tanggal : 18 Juli 2016

Tesis ini telah diuji pada tanggal : 18 Juli 2016 Tesis ini telah diuji pada tanggal : 18 Juli 2016 Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana Nomor : 432/VII/M.Kn/UN14.4/DT/2016 Tanggal : 15 Juli 2016 Ketua : Prof. DR. I Made Pasek

Lebih terperinci

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK

PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT BANK NI KETUT LILIK PURNAMA DEWI NIM. 051.605.1244 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA DENPASAR 2013 1 PEMBEBANAN HAK TANGGUNGAN DALAM PERJANJIAN KREDIT

Lebih terperinci

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM DI BIDANG TEKNIS TENAGA KERJA MAINTENANCE PADA PT. AEROFOOD CATERING SERVICE DENPASAR BALI

PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM DI BIDANG TEKNIS TENAGA KERJA MAINTENANCE PADA PT. AEROFOOD CATERING SERVICE DENPASAR BALI SKRIPSI PELAKSANAAN PERLINDUNGAN HUKUM DI BIDANG TEKNIS TENAGA KERJA MAINTENANCE PADA PT. AEROFOOD CATERING SERVICE DENPASAR BALI KOMANG ALIT ADNYA SARI DEWI NIM 1203005016 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS UDAYANA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran

BAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan semakin meningkatnya kegiatan pembangunan Nasional, peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan masyarakat dapat dilihat pada perkembangan lembaga yang ada pada masyarakat tersebut, baik di bidang ekonomi, sosial, budaya dan politik. Sejalan

Lebih terperinci