Makna Jilbab Pada Komunitas Hijabers Gorontalo

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Makna Jilbab Pada Komunitas Hijabers Gorontalo"

Transkripsi

1 Makna Jilbab Pada Komunitas Hijabers Gorontalo Agustina A. Sugeha, Sumarjo, dan Zulaeha Laisa Makna Jilbab Pada Komunitas Hijabers Gorontalo 1 Agustina A. Sugeha, 2 Sumarjo, 3 Zulaeha Laisa 1 Mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, 2,3 Dosen Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Gorontalo 1 kikiesugeha26@gmail.com, 2 sumarjo@ung.ac.id, 3 zulaeha@ung.ac.id Abstrak Jilbab pada masa modernisasi ini penggunaan jilbab sudah tidak lagi sesuai dengan syari at Islam. Komunitas hijabers adalah suatu aktivitas ciri khas suatu kelompok wanita berhijab, yang pertukaran simbol yang diberi makna melalui interaksi sosial, yang menciptakan aturanaturan yang ada dalam suatu komunitas dengan belajar dari pengalaman sebelumnya. Metode yang digunakan adalah metode penelitian fenomenologi dengan teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara mendalam dan analisis dokumen. Hasil Penelitian ini menunjukkan: (1). Anggota hijabers memaknai jilbab dari kesadaran diri mereka, melalui pengalaman yang mereka alami melalui buka lepas jilbab dan memaknai jilbab tidak lagi hanya sebatas perintah agama, namun juga sebagai simbol wanita muslimah yang fashionable; (2). Hijabers Gorontalo mempunyai gaya hidup tersendiri, merujuk pada status dimana komunitas HG dilihat sebagai komunitas yang punya gaya tersendiri. Gaya dalam berpakaian ini khususnya menampakkan ciri komunitas yang berbeda dengan komunitas fashion style lainnya. Identitas sosial yang dibentuk komunitas HG adalah identitas diri dan identitas komunitas yang bersifat ekslusif. Image yang ditampakkan HG sebagai komunitas jilbab kontemporer yang menjadi patron gaya berjilbab di Gorontalo. Kata Kunci: hijabers, gaya hidup, identitas, makna Abstract This modernization headscarf during the use of the veil is no longer in accordance with the Shari'ah. Community hijabers is an activity characteristic of a group of veiled women, the exchange of symbols given meaning through social interaction, which creates rules that exist within a community to learn from previous experiences. The method used is the phenomenological research method with data collection by observation, in-depth interviews and document analysis. The data have been obtained was then collected, and classified. The results of this study indicate: (1). Hijabers members interpret the veil of consciousness themselves, through their experiences through open off the veil and interpret hijab is no longer only a religious order, but also as a symbol of Muslim women are fashionable; (2). Hijabers Gorontalo has its own life-style, which refers to the status of HG community is seen as a community that has its own style. The style of dress is especially revealing characteristics of different communities with other style fashion community. Social identity is formed HG community identity and community identity and exclusive. Image that is displayed as a community HG contemporary veil became patron style headscarf in Gorontalo. Keywords: hijabers, lifestyle, identity, meaning 72 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

2 ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari Pendahuluan Perbincangan masalah aurat memang tak pernah lekang dan memang tidak boleh disepelekan. Berbicara mengenai aurat, Islam mewajibkan kaum hawa untuk menutup auratnya. Imam Tsa aliby (An- Nur, 2006:10) mendefinisikan aurat sebagai berikut : Tiap-tiap sesuatu yang memalukan manakala terbuka itu adalah Aurat. Adapun Aurat menurut istilah hukum Islam berarti batas minimal dari bagian tubuh yang wajib ditutup karena perintah Allah Ta ala Seperti yang sudah tercantum dalam surat Al- Ahzab ayat 59 yang artinya: Hai Nabi, katakanlah pada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mukmin hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Ada beberapa syarat dalam berjilbab yang bisa dijadikan standart mode jilbab, yaitu: (1). Menutup seluruh tubuh, selain bagian yang dikecualikan(2). Bukan untuk berhias; (3). Tebal; (4). Longgar; (5). Bahannya juga sebaiknya modelnya tidak terlepas mewah dan berlebihan atau mencolok mata, dengan warna yang anehaneh hingga menarik perhatian orang. Apalagi jika sampai menimbulkan rasa angkuh dan sombong (Fitri dan Khasanah, 2013:17). Jika pada awalnya jilbab digunakan untuk menutup aurat dan melindungi wanita dari gangguan yang membahayakan mereka, kini jilbab menjadi mode yang tak kalah sepi di pasaran. Dalam bentuk berpenampilan rapi, fashionable, stylish dan menarik, termasuk dalam berbagai aktivitas. Kini banyak kaum hawa yang mulai memakai jilbab, kalau dahulu kebanyakan orang yang memakai jilbab adalah orang tua, kini banyak anak muda yang juga sudah mulai memakai jilbab, seperti para kaum hawa yang berhijab yang sering mereka sebut para hijabers. Dian Pelangi adalah orang yang memperkenalkan pakaian muslimah yang modis serta jilbab yang fashionable dan stylish pada pagelaran Jakarta Fashion Week 2009 lalu adalah anak muda Indonesia yang bekerja sebagai fashion designer ini merupakan pendiri komunitas hijabers dan menjadi ikonnya hijabers. Menurutnya istilah hijabers itu sendiri digunakan agar terlihat lebih internasional, karena di luar negeri jilbab itu disebut hijab. Pada saat ini di Indonesia sudah ada komunitas para kaum hawa yang berhijab yang dinamakan Komunitas Hijabers, Komunitas ini menjadi suatu trending topic dikalangan masyarakat dengan kemunculan trend baru dalam berhijab bagi para kaum hawa. Berbusana muslimah yang fashionable dan stylish dengan berbagai kreasi-kreasi jilbab. Perkembangan Komunitas Hijabers ini begitu cepat dan mempunyai cabang komunitas Hijabers dibeberapa kota besar di Indonesia seperti di kota Gorontalo yang dinamakan komunitas Hijabers Gorontalo yang disingkat HG. Komunitas ini membuktikan bahwa pemakaian jilbab tidak menjadikan wanita menjadi terkekang, sebaliknya dengan jilbab ini seorang wanita bisa berbuat untuk memberi manfaat bagi orang lain. Banyak acara-acara yang dilakukan oleh komunitas ini, seperti adanya lomba model jilbab, bakti sosial, dan lain-lain. Hal ini menunjukkan pemakaian jilbab tidak bisa dijadikan alasan kekangan bagi kaum wanita. Pemakaian jilbab tetap bisa menunjukkan citra seorang wanita yang cerdas dan tidak ketinggalan jaman. Munculnya komunitas semacam ini memuat esensi dari hijab atau jilbab mengalami kekurangan, yang dulunya menjadi sebuah ajaran dan perintah bagi wanita muslim sekarang menjadi sebuah budaya konsumerisme yang tidak bisa dijangkau oleh seluruh kalangan dan juga hanya mencitrakan fashion belaka. Rumusan Masalah antara lain: Bagaimana makna jilbab dari perspektif komunitas hijabers Gorontalo dan Bagaimana makna identitas hijabers dari gaya berjilbab. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 73

3 Makna Jilbab Pada Komunitas Hijabers Gorontalo Agustina A. Sugeha, Sumarjo, dan Zulaeha Laisa Kajian Pustaka Teori Fenomenologi Schutz dikenal sebagai ahli teori fenomenologi yang paling menonjol, dan yang membawa fenomenologi ke dalam ilmu sosial, fenomenologi menjadi ciri khas bagi ilmu sosial hingga saat ini. Bagi Schutz, tugas fenomenologi adalah menghubungkan antara pengetahuan ilmiah dengan pengalaman sehari-hari dan dari kegiatan di mana pengalaman dan pengetahuan itu berasal. Dengan kata lain mendasarkan tindakan sosial pada pengalaman, makna dan kesadaran. Schutz memusatkan perhatiannya kepada struktur kesadaran yang diperlukan untuk terjadinya saling bertindak atau interaksi dan saling memahami antar sesama manusia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa interaksi sosial terjadi dan berlangsung melalui penafsiran dan pemahaman tindakan masing-masing baik anta r individu maupun antar kelompok. Teori Fenomenologi dari Alfred Schutz menyatakan bahwa orang secara aktif menginterpretasikan pengalamannya dengan memberi tanda dan arti tentang apa yang mereka lihat. Interpretasi merupakan proses aktif dalam menandai dan mengartikan tentang sesuatu yang diamati, seperti bacaan, tindakan atau situasi bahkan pengalaman apapun. Lebih lanjut, Schutz menjelaskan pengalaman inderawi sebenarnya tidak punya arti. Semua itu hanya ada begitu saja obyekobyeklah yang bermakna. Semua itu memiliki kegunaan-kegunaan, nama-nama, bagian- bagian, yang berbeda-beda dan individu-individu itu memberi tanda tertentu mengenai sesuatu, misalnya menandai orang yang mengajar adalah seorang guru (Kuswarno, 2008:17). Teori Interaksionisme Simbolik George Ritzer (dalam Mulyana, 2010:73), meringkaskan teori interaksi simbolik kedalam prinsip-prinsip berikut: (1). Manusia, tidak seperti hewan lebih rendah, diberkahi dengan kemampuan berpikir; (2). Kemampuan berpikir itu dibentuk oleh interaksi sosial; (3). Dalam interaksi sosial orang belajar makna dan simbol yang memungkinkan mereka menerapkan kemampuan khas mereka sebagai manusia, yakni berpikir; (4). Makna dan simbol memungkinkan orang melanjutkan tindakan (action) dan interaksi yang khas manusia; (5). Orang mampu memodifikasi atau mengubah makna dan simbol yang mereka gunakan dalam tindakan dan interaksi berdasarkan interpretasi mereka atas situasi; (6). Orang mampu melakukan modifikasi dan perubahan ini karena, antara lain, kemampuan mereka berinteraksi dengan diri sendiri, yang memungkinkan mereka memeriksa tahapan-tahapan tindakan, menilai keuntungan dan kerugian relatif, dan kemudian memilih salah satunya; (7). Pola-pola tindakan dan interaksi yang jalinmenjalin ini membentuk kelompok masyarakat. Makna itu berasal dari interaksi, dan tidak ada cara lain untuk membentuk makna, selain dengan membangun hubungan dengan individu lain melalui interaksi. Mead (Dalam Ritzer & Goodman, 2011 : 274), menyatakan ada empat tahapan tindakan yang dilakukan oleh seseorang hingga ia mengambil keputusan untuk dilakukan, yaitu: (1). Impuls adalah dorongan hati yang meliputi stimuli atau rangsangan spontan yang berhubungan dengan indra dan reaksi aktor terhadap rangsangan. Rangsangan semacam ini didapatkan ketika seseorang melakukan interaksi dengan orang lain. Interaksi ini mampu menghasilkan sauatu keadaan baru yang sama sekali belum pernah dirasakan oleh seseorang. Implus juga bisa didapatkan dari dalam diri individu sendiri ketika melakukan proses berfikir mengenai tindakan yang akan dikerjakanya. Dalam berpikir tentang reaksi, manusia tidak hanya mempertimbangkan situasi terkini tapi juga pengalaman masa lalu dan mengantisipasi akibatnya di masa depan; (2). Persepsi merupakan reaksi yang dilakukan oleh seseorang untuk menanggapi rangsangan tersebut. Setelah manusia mendapatkan 74 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

4 ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari rangsangan maka manusia itu akan bergerak menanggapi rangsang tersebut. Melalui indra ini mereka mengkombinasikan pemikiran-pemikiran yang akan dilakukanya nanti. Aktor tidak secara spontan menanggapi stimuli dari luar, tetapi memikirkannya sebentar dan menilainya melalui bayangan mental. Dalam tahap persepsi, manusia tidak hanya tunduk pada satu alternatif tetapi bebas memilih dan menentukan tindakan yang akan diambilnya. Hal ini juga yang membedakan antara manusia dengan hewan yaitu keampuan berfikirnya yang mampu membayangkan hal-al yang akan terjadi dimasa depan sebelum seseorang melakukan tindakan tersebut; (3). Manipulasi adalah tahap dimana seseorang setelah mempresepsikan tindakan kembali berfikir lagi dalam beberapa waktu untuk memikirkan alternatif tindakan yang lebih baik artinya setelah manusia bereaksi dengan adanya rangsangan tersebut, manusia dengan proses berpkirnya masih bisa memanipulasi tindakanya. Setelah tahap presepsi dilakukan maka seseorang akan memiliki waktu jeda untuk memikirkan lagi tidakan yang dilakuakan; (4). Konsumsi adalah merupakan proses dimana seseorang sudah menentukan tindakan apa yang akan dia ambil dan dia pilih dengan berbagai konsekuensinya. Teori interaksionisme simbolik menjelaskan bahwa suatu hubungan yang terjadi secara alami antara manusia dalam masyarakat dan hubungan masyarakat dengan individu. Interaksi yang terjadi antar individu berkembang melalui symbolsimbol yang mereka ciptakan.interaksi yang dilakukan oleh individu itu berlangsung secara sadar dan berkaitan dengan gerak tubuh, vokal, suara, dan ekspresi tubuh yang kesemuanya itu memiliki maksud tertentu yang disebut dengan simbol (Kuswarno, 2008:22). Metode Penelitian Metode penelitian ini menggunakan pendekatan studi fenomenologi yaitu suatu pendekatan yang menggali kesadaran terdalam para subjek mengenai pengalaman beserta maknanya. Penelitian ini ditujukan agar dapat mempelajari secara mendalam dan mendetail. Penelitian ini menganut metode deskriptif kualitatif dimana penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran nyata, dan penjelasan dengan dianalisis secara deskriptif, secara sistematis dan faktual di lapangan. Seperti yang dikemukakan oleh Creswell (2013 : 4-5) bahwa Penelitian kualitatif merupakan metode-metode untuk mengekplorasi dan memahami makna yang oleh sejumlah individu atau sekelompok orang dianggap berasal dari masalah sosial atau kemanusiaan. Penentuan informan peneliti mengikuti prosedur fenomenologi yaitu 10 informan yang mampu menceritakan kembali kisah mereka berjilbab secara terbuka. Latar atau lokasi dari penelitian ini dilakukan di Kota Gorontalo, tepatnya di Jl. Makassar No. 2, Kelurahan Dulalowo. Alasan peneliti mengambil lokasi ini, karena di lokasi ini merupakan Sekretariat Hijabers Cabang Gorontalo. Namun tidak menutup kemungkinan jika lokasi penelitian bertambah, karena banyak kegiatan komunitas hijabers ini berada diluar Sekretariat Hijabers. Teknik pengumpulan data yang dilakukan mengikuti prosedur penelitian fenomenologi, yang dikemukakan oleh Creswell (Talani, 2013: 109): Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 75

5 Makna Jilbab Pada Komunitas Hijabers Gorontalo Agustina A. Sugeha, Sumarjo, dan Zulaeha Laisa Gambar 1. Sirkulasi Pengumpulan Data Fenomenologi Sumber: diadaptasi, dimodifikasi, dan direproduksi dari Figure 7.1 Data Collection Activities (Creswell, 1998: 110) dikutip dari Talani (2013:109). Sirkulasi pengumpulan data dimulai dari kegiatan penentuan lokasi dan individu, kemudian akses dan menjalin hubungan, kemudian tujuan pemilihan partisipan, setelah memilih partisipan kemudian pengumpulan data, setelah itu merekam informasi yang diberikan informan, kemudian memecahkan isu lapangan, dan terakhir menyimpan data. Pengumpulan data antara lain : (1). Observasi Terus Terang atau Tersamar Dalam hal ini, peneliti melakukan observasi terlebih dahulu dengan bertemu salah satu anggota komunitas hijabers, kemudian peneliti dalam melakukan pengumpulan data menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian. Jadi mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir tentang aktivitas peneliti. Tetapi dalam suatu saat peneliti juga tidak terus terang atau tersamar dalam observasi, hal ini untuk menghindari kalau suatu saat data yang dicari merupakan data yang masih dirahasiakan; (2). Wawancara. Teknik wawancara yang dilakukan dengan melakukan tanya jawab langsung kepada informan atau anggota Komunitas Hijabers Gorontalo yang berdasarkan pada tujuan penelitian. Teknik wawancara yang dilakukan peneliti adalah dengan cara mencatat berdasarkan pedoman pada daftar 76 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya sehubungan dengan pertanyaan penelitian. Kemudian menyediakan rekaman visual dan audiovisual agar datadata yang di inginkan terpenuhi dan lebih lengkap. Wawancara ini dilakukan beberapa kali sesuai dengan keperluan peneliti yang berkaitan dengan kejelasan dan kemantapan masalah yang dijelajahi; (3) Analisis Dokumen. Dokumen yang peneliti dimaksudkan bisa berbentuk tulisan, visual, dan audiovisual. Analisis Data. Dari hasil penelitian ini di analisa secara kualitatif. Artinya data-data yang telah diperoleh itu kemudian dikumpulkan, dan diklasifikasi. Setelah itu dianalisis secara kualitatif dengan berpedoman pada kerangka pikiran yang telah disajikan guna memberikan gambaran yang jelas dari fenomena yang diteliti. Hasil dan Pembahasan Konsep Pemaknaan JIlbab Saat ini fenomena kerudung/jilbab tidak cukup lagi hanya dipahami sematamata sebagai ungkapan taqwa. Akan tetapi, bagi sebagian kalangan orang modern, busana muslimah itu sendiri tak ubahnya seperti pergantian mode berpakaian saja. Hampir semua wanita yang memakai busana muslim merasa yakin bahwa dirinya adalah Muslim yang lebih baik daripada

6 ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari sebelumnya. Meski tidak berarti mereka selalu lebih shaleh daripada wanita yang tidak memakai busana muslim (Subandy, 2008:249). Di abad gaya hidup, penampilan adalah segalanya. Perhatian terhadap urusan penampilan sebenarnya bukanlah hal yang baru dalam sejarah. Penampilan diri itu justru mengalami estetisasi, estetisasi kehidupan sehari-hari dan bahkan tubuh/diri (bodyself) pun justru mengalami estetisisasi tubuh. Tubuh/diri/atau kehidupan sehari-hari pun menjadi sebuah proyek, benih penyamaian gaya hidup. kamu bergaya maka kamu ada! adalah ungkapan mungkin cocok untuk melukiskan kegandrungan manusia modern akan gaya. Itulah sebabnya industri gaya hidup untuk sebagian besar adalah industri penampilan. Dalam ungkapan Chaney, penampakan luar menjadi salah satu situs yang penting daripada substansi. Gaya dan desain menjadi lebih penting daripada fungsi. Gaya menggantikan substansi. (Dalam Chaney, 2008 : 15). Gaya hidup adalah suatu cara terpola dalam penggunaan, pemahaman, atau penghargaan artefak-artefak budaya material untuk menegosiasikan permainan kriteria status dalam konteks sosial yang tidak diketahui namanya. Jelas bahwa peredaran gaya hidup merupakan makna simbolik dari artefak-artefak tersebut. Yaitu apa yang terlihat merepresentasikan tentang dan melebihi identitas yang lebih kompleks. Pendekatan ini juga memberi kita suatu cara menangkap modernitas gaya hidup berbeda dengan formasi sosial sebelumnya. Pada masyarakat tradisional sementara para anggotanya jelas menggunakan atau memahami atau menghargai budaya material dengan caracara yang khusus, mereka mau tidak mau juga ambil bagian dalam kelompokkelompok yang tidak diketahui namanya. Arti anoniminitas berasal dari situasi, di mana makna simbolik dianggap dapat diketahui, dijalani, dan diterima secara luas dalam suatu komunitas yang stabil. Dalam lingkungan orang-orang asing yang mencirikan kehidupan sosial perkotaan modern, makna simbolik bisa dinegosiasikan secara tak terbatas dan secara terus-menerus diciptakan kembali. Gaya hidup selanjutnya merupakan caracara terpola dalam menginvestasikan aspekaspek tertentu kehidupan sehari-hari dengan nilai sosial atau simbolik, tapi ini juga berarti bahwa gaya hidup adalah cara bermain dengan identitas. Islam telah mengajarkan para wanita muslimah untuk memakai jilbab yang sesuai dengan syari at Islam dengan memaknai jilbab sebagai suatu representasi spiritual, suatu ketaatan kepada Allah, sebagai identitas seorang muslimah, melindungi wanita dari berbagai macam fitnah, dan demi kemaslahatan wanita muslimah. Pemaknaan akan selalu muncul dalam setiap pembuatan pesan, penerimaan pesan dan proses yang berlangsung di dalamnya. Pembuatan dan penerimaan pesan dapat dimaknai dari berbagai perspektif termasuk individual. Pembuatan pesan berurusan dengan bagaimana pesanpesan dihasilkan yang bermuara pada produk pesan. Baik pembuatan maupun penerimaan pesan, berkutat di seputar bagaimana manusia memahami, mengorganisasikan dan menggunakan informasi yang terkandung dalam pesan. Sebagaimana diketahui bahwa komunikasi merupakan proses yang fokus pada pesan yang dibangun oleh berbagai informasi. Makna dan pemaknaan ini sesungguhnya harus dilakukan terhadap apa atau siapa, sehingga bisa diperoleh kebenaran. Konsep pemaknaan yang peneliti maksudkan yaitu jilbab adalah sebuah objek dan anggota komunitas hijabers adalah sebuah subjek. Jadi bagaimana pemaknaan jilbab menurut komunitas hijabers dalam segi syari at, karena mereka yang merubah paradigma atas jilbab dulu dan jilbab sekarang sehingga paradigma mereka menjadi populer dan bahkan booming hampir diseluruh dunia. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 77

7 Makna Jilbab Pada Komunitas Hijabers Gorontalo Agustina A. Sugeha, Sumarjo, dan Zulaeha Laisa Makna Jilbab dari Perspektif Komunitas Hijabers Gorontalo Setiap wanita yang berhijab mempunyai kisah masing-masing asal mula berjilbab atau pengalaman yang membuat mereka sadar akan berhijab termasuk para wanita-wanita yang tergabung dalam komunitas Hijabers Gorontalo (HG) ini. Berdasarkan wawancara dengan sepuluh informan. Informan pertama menyatakan bahwa mulai dari kebiasaan berjilbab dari sekolah yang membuat dia semakin nyaman menggunakan jilbab dan sampai sekarang tetap berjilbab. Secara tidak langsung dia sudah melaksanakan aturan Allah yang tertera dalam firman Allah. Memakai jilbab bukan hanya sekedar pakai lepas-pakai lepas, karena berdosalah jika wanita yang telah mengenakan jilbab, tapi masih saja pakai lepas-pakai lepas. Karena ketika kita mengenakan jilbab, sebenarnya kita telah membangun konsolidasi dengan Allah dengan menutup aurat yang dianjurkan Allah kepada kaum hawa. Informan kedua dan ketiga menyatakan bahwa ketika kita ingin berjilbab sungguh-sungguh harus ada kesadaran diri dari kita untuk berjilbab. Tapi itu semua tidak bisa dipungkiri bahwa setiap manusia membutuhkan interaksi sosial untuk menyampaikan pesan dan penerima pesan, agar pesan dapat diterima dengan baik. Dengan kemampuan berpikir manusia yang dibentuk oleh interaksi sosial, maka simbol jilbab ini diberi makna sehingga timbul adanya tindakan yang akan dilakukan manusia dengan mengenakan jilbab itu semua hasil dari interaksi yang dilakukan. Jilbab sesungguhnya menunjukkan simbol agama Islam. Mengenakan jilbab memiliki banyak fungsi dan manfaat untuk kaum hawa, seperti pelindung dari godaan orang-orang jahat, bisa mengontrol kita berbuat-buat maksiat atau hal-hal yang buruk. Makna yang dapat disimpulkan dari ketiga informan ini adalah jilbab suatu perintah Allah yang wajib dilaksanakan dan dari pengalaman yang mereka alami ada kesadaran diri dari mereka, yang membuat mereka berpikir serta melakukan 78 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo tindakan dengan berjilbab. Informan ke empat sampai kesepuluh menyatakan bahwa bahwa makna jilbab sekarang mengalami perubahan dalam segi berpenampilan. Jilbab dulu hanya monoton itu-itu saja bentuknya seperti model topi, segi empat dan tidak fashionable. Melalui komunitas hijabers Gorontalo ini menginspirasikan banyak wanita untuk berhijab. Makna jilbab ini telah dibangun komunitas HG Komunitas ini adalah mereka melihat bahwa perkembangan gaya busana sudah semakin banyak mengalami perubahan. Busana wanita muslim yang seharusnya menjadikan jati diri dari wanita muslim mulai bergeser dan menurun peminatnya karena anggapan mereka bahwa busana muslim tersebut tidak bisa mengikuti perkembangan gaya berbusana terkini. Persepsi, manusia tidak hanya tunduk pada satu alternatif tetapi bebas memilih dan menentukan tindakan yang akan diambilnya. Hal ini juga yang membedakan antara manusia dengan hewan yaitu kemampuan berfikirnya yang mampu membayangkan hal-al yang akan terjadi dimasa depan sebelum seseorang melakukan tindakan tersebut. Dengan busana muslimah yang modis maka komunitas HG mampu membangun simbol dalam masyarakat bahwa wanita bisa tampil modis tanpa harus melepaskan jilbabnya yang menunjukan sebagai jati diri wanita muslim yang anggun. Dalam HG setelah menentukan bahwa jilbab bisa dimodifikasi dengan busana terkini yang mampu menghasilkan trend fashion baru, sebagai suatu komunitas yang berlabelkan Islam maka mereka menambah dengan berbagai tindakan yang menunjukan kalau mereka itu komunitas Islam. Komunitas HG menentukan tindakan agar jilbab tetap memiliki eksistensinya dalam masyarakat dengan cara mengkeasikan jilbab tersebut dengan gaya busana terkini dan juga tata rias yang menarik.

8 ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari Identitas dan Gaya Berjilbab Hijabers Busana muslimah kian up to date, begitu kesan yang muncul, dan menandakan bahwa dunia fashion pada akhirnya melirik busana muslimah sebagai alternatif gaya dan merupakan upaya adaptasi busana muslimah yang dahulu diidentikkan dengan pakaian kaum pinggiran kepada kalangan atas, dan sebagaimana lazimnya peragaan busana lainnya, hanya sekitar 30% saja dari busana yang diperagakan dapat dipakai, selebihnya hanyalah untuk menarik perhatian saja. Umumnya para wanita muslim lebih memilih memakai jilbab modern/modifikasi karena mereka tertarik dengan berbagai macam model jilbab sekarang. Selain itu ada diantara mereka yang memakai jilbab modern untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya, sedangkan yang lainnya memakai jilbab modern karena tidak ingin dianggap kuno. Disini bisa dilihat bahwa para wanita muslim tersebut tidak ingin menjadi terasing dari lingkungannya, oleh sebab itu mereka memutuskan untuk memakai jilbab modifikasi karena lingkungan sekitar mereka juga memakai jilbab yang sama. Mengomunikasikan identitas diri menggunakan medium fashion adalah hal umum yang dilakukan oleh banyak orang. Salah satu pilihan fashion tersebut adalah jilbab. Penutup kepala ini telah berkembang menjadi satu identitas sosial bagi pemakainya. Jilbab sekarang ini memiliki banyak varian corak dan model. Seperti yang berlaku dalam komunitas hijabers Gorontalo. Ciri utama yang ditonjolkan oleh komunitas ini lebih menekankan konsep fashionable yang selalu menjadi sayang untuk tidak diikuti muslimah penikmat mode. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup adalah pola hidup seseorang di dunia yang diekspresikan dalam aktivitas, minat dan opininya. Gaya hidup menggambarkan keseluruhan diri seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Gaya hidup juga menunjukkan bagaimana orang hidup, bagaimana membelanjakan uangnya, dan bagaimana mengalokasikan waktu dalam kehidupannya, juga dapat dilihat dari aktifitas sehari-harinya dan minat apa yang menjadi kebutuhan hidupnya. Dua informan menyatakan bahwa orang-orang yang memakai jilbab ala Hijabers akan terlihat lebih Stylish dan tidak kolot. Komunitas ini menunjukkan bahwa mereka sangat kreatif dan unik. Karena tidak semua pakaian mereka di beli di pusat pertokoan. Misalnya butik ataupun distro. Mereka menjahit pakaian mereka sendiri. Bahkan menurut penuturan salah satu informan ada juga pakaian yang mereka jahit itu mereka jual dengan label nama mereka sendiri. Banyak orang berpendapat bahwa jilbab dan kerudung itu adalah pakaian orang kampung yang masih kolot, seperti orang yang hidup di zaman dahulu dan sudah kuno. Oleh karena itu jilbab dan kerudung tidak lagi cocok untuk dipakai di masa modern seperti saat ini. Dan orang masih memakainya adalah orang yang fanatik dan ekstrim terhadap agamanya saja. Namun, kini sepertinya pernyataan itu mulai terkikis dengan lahirnya banyak mode kerudung. Sebelumnya memang jarang orang yang berkerudung, Baik anak muda maupun orang tua. Namun dengan munculnya mode kerudung yang beraneka ragam tersebut banyak muslimah yang kini memakai jilbab. Walaupun tidak semuanya murni lahir dari diri sendiri atau hanya ingin mengikuti mode saja, mode jilbab yang kini semakin beraneka ragam bisa mengubah masyarakat yang awalnya beranggapan bahwa kerudung itu menyeramkan menjadi menyukainya. Wanita berhijab yang tergabung dalam HG berupaya untuk selalu tampil maksimal dengan kreasi jilbab kontemporer atau jilbab kekinian di Indonesia. Chaney (Ibrahim, 2007) mengatakan tentang lookism atau tampangisme atau wajahisme yang kini mulai menjadi persoalan untuk Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 79

9 Makna Jilbab Pada Komunitas Hijabers Gorontalo Agustina A. Sugeha, Sumarjo, dan Zulaeha Laisa selalu tampil menarik yang tidak hanya dalam dunia fashion tetapi juga kehidupan sehari-hari. Menurut dua informan lainnya menyatakan bahwa hijabers berusaha memadupadankan mode jilbab dan kerudung ala mereka yakni sesuatu yang tidak monoton dari segi warna dan potongan kain baju. Aksesoris jilbab yang unik dan minimalis seperti ciput ninja (kain sebagai pelapis dalaman jilbab yang berbentuk seperti penutup kepala seorang ninja namun terbuka untuk keseluruhan wajah) dengan beragam motif pun menjadi sesuatu yang disayangkan untuk tidak dipadukan. Dapat dilihat bahwa ciri jilbab ala HG yakni selalu berwarna, dipakai dengan metode berjilbab yang tidak biasa dan dipadankan dengan pakaian yang juga fashionable. Sumber: Dokumentasi anggota Hijabers Gorontalo Ciri khas jilbab kontemporer tersebut menandakan gaya hidup tersendiri dari komunitas Hijabers. Mengingat, persoalan gaya hidup juga menyangkut apa yang dikenakan seseorang termasuk kerudung, pakaian, dan aksesoris pendukung penampilan. Selain dari gaya hidup berpakaian yang kemudian melahirkan ciri khas tersendiri, HG juga menampilkan gaya hidup yang lain. Dalam menciptakan identitas diri maupun identitas komunitas, komunitas bisa saja menitikberatkan pada pilihan busana dan gaya hidup. Seperti halnya HG Ekslusifitas dirasa lahir dari gaya berbusana mereka. Eksklusifitas itu pula yang melekatkan identitas sosial pada komunitas jilbab kontemporer ini. John Berger (Ibrahim, 2007) mengatakan Pakaian kita, model rambut, dan seterusnya adalah sama tingkatannya dan digunakan untuk menyatakan identitas kita Menurut Chaney (Ibrahim 2007) dalam kajian kasus HG ini, setiap perilaku baik individu atau kelompok akan membentuk suatu identitas sosial. Terlepas apakah identitas tersebut sifatnya positif atau negatif. Maksudnya, ada fungsi dan Gambar 2. Gaya Jilbab Hijabers Gorontalo 80 Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo identitas baik yang ingin ditampakkan HG namun juga terjadi fungsi dan identitas yang tidak diinginkan. Simpulan dan Saran Simpulan antara lain: (1). Anggota Hijabers memaknai jilbab sebagai kewajiban yang harus ditaati oleh semua wanita muslim, sebagai petunjuk jati diri sebagai wanita Islam melalui kesadaran dari diri mereka dengan adanya suatu pengalaman yang mereka alami, seperti pengalaman pakai lepas jilbab dan berinteraksi dengan teman mereka yang telah berjilbab lebih dulu, menjadikan mereka berpikir bahwa buka lepas jilbab adalah perbuatan dosa dan membuat mereka sadar serta bertindak untuk mengenakan jilbab yang sebenar-benarnya. Dan memaknai jilbab tidak hanya sekedar suatu representasi spiritual kepada Allah, tetapi juga jilbab sekarang sebagai bentuk dari fashion baru seperti tren mode busana muslim dan kreasi jilbab yang lucu dan menarik. Penggunaan jilbab tidak lagi hanya sebatas perintah agama, namun juga sebagai simbol wanita muslimah yang fashionable; (2). Identitas sosial yang

10 ARTIKEL ILMIAH Vol. 1, No. 1, Januari dibentuk komunitas HG adalah identitas diri dan identitas komunitas yang bersifat ekslusif. Dalam menciptakan identitas diri maupun identitas komunitas, komunitas bisa saja menitikberatkan pada pilihan busana dan gaya hidup. Seperti halnya HG Ekslusifitas dirasa lahir dari gaya berbusana mereka. Eksklusifitas itu pula yang melekatkan identitas sosial pada komunitas jilbab kontemporer ini. Saran antara lain: (1). Diharapkan kepada para perempuan muslimah yang tergabung dalam komunitas jilbab kontemporer atau Hijabers agar mengindahkan sisi religiutas sebuah hijab dan bukan hanya karena fashion semata. Sebab penilaian masyarkat berbeda-beda. Ada yang postif dan negatif terhadap komunitas Hijabers Gorontalo ini; (2). Diharapkan kepada masyarakat yang menilai negatif untuk tidak menilai suatu komunitas secara negatif dari tampilan luar suatu komunitas, termasuk kumpulan wanita wanita berhijab yang disebut Hijabers Gorontalo. Daftar Pustaka An-Nur Fenomena Jilbab. Manado: Majelis Jalsatul Itsnain. Chaney, David Lifestyle Sebuah Pengantar Komprehensif. Yogyakarta: Jalasutra Creswell, John W Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ritzer, G. dan D.J. Goodman Teori Sosiologi Modern Edisi Keenam. Terj. Alimandan. Jakarta: Kencana. Fitri, Idatul dan Nurul Khasanah Kekeliruan dalam Berjilbab. Jakarta: Al Msaghfiroh. Ibrahim, Idi Subandy Budaya Populer Sebagai Komunikasi (Dinamika Popscape dan Mediascape di Indonesia Kontemporer). Yogyakarta: Jalasutra. Kuswarno, Engkus Fenomenologi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Talani, Noval S Fenomena Pengelolaan Kesan Facebookers Dalam Akun Funco Comics : Studi Fenomenologi Tentang Pengelolaan Kesan Pengguna Situs Jejaring Sosial Facebook (Facebookers) Dalam Akun Pecinta Komik Funco Comics. Tesis Magister Ilmu Komunikasi. Bandung: Program Pascasarjana UNISBA. Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo 81

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keindahan dan kecantikan seorang perempuan bersumber dari dua arah, yaitu kecantikan ragawi dan juga inner beauty atau kecantikan dari dalam. Kecantikan dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab

I. PENDAHULUAN. Islam menyerukan seorang wanita muslimah untuk mengulurkan jilbab-jilbab 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Di dalam kehidupan seorang muslimah, menutup aurat merupakan sebuah kewajiban yang tidak dapat dihindari. Dalam menutup aurat tersebut, ajaran Islam menyerukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Konteks Masalah 13 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Masalah Jilbab merupakan jenis pakaian yang memiliki arti sebagai kerudung lebar yang dipakai wanita muslim untuk menutupi kepala dan leher sampai dada (kbbiweb.id). Jilbab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. jilbab. Selain dari perkembangan fashion atau mode, jilbab juga identik dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Fashion atau mode saat ini semakin berkembang di Indonesia, begitu pula dengan perkembangan jilbab. Saat ini semakin banyak wanita yang memakai jilbab. Selain dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tampil cantik dan modis dengan gaya elegan, feminine, atau simple kini dapat dinikmati dalam balutan busana muslimah, Anak muda sekarang kian menggemari tren busana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengenakan jilbab atau kerudung sudah menjadi sesuatu yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Siapa yang tidak mengenal istilah jilbab? Jilbab atau kerudung merupakan istilah yang sudah tidak asing bagi masyarakat Indonesia. Di Indonesia mengenakan jilbab atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. bagi kemajuan suatu bangsa. Masa anak-anak disebut-sebut sebagai masa. yang panjang dalam rentang kehidupan. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak merupakan karunia terbesar bagi keluarga, agama, bangsa, dan negara. Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, anak adalah penerus citacita bagi kemajuan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan

BAB V PENUTUP. menengah perkotaan, mereka menyadari bahwa penampilan memegang peranan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Sebagai komunitas yang dibentuk berdasarkan kesadaran religious, Komunitas Hijabers Yogyakarta ingin menampilkan sebuah identitas baru yaitu berbusana yang modis tapi tetap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di era globalisasi ini, manusia pada dasarnya akan merasakan kesulitan jika hidup tanpa bantuan orang lain untuk melakukan hubungan atau interaksi dan melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Religiusitas erat kaitannya dengan keyakinan terhadap nilai-nilai keislaman dan selalu diidentikkan dengan keberagamaan. Religiusitas dalam kehidupan seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam,

BAB I PENDAHULUAN. Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Wanita muslim umumnya identik dengan hijab. Dalam agama Islam, berhijab diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Adapun pengertian hijab ini sebenarnya sangat

Lebih terperinci

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis menyimpulkan inti permasalahan yang dihadapi, sebagai berikut :. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Fashion, sepintas adalah mengenai pakaian atau busana. Jika kita berbicara tentang pakaian, hal tersebut merupakan sesuatu yang sangat dekat dengan diri kita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pakaian merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia selain papan dan pangan, hal tersebut sangat penting bagi manusia untuk menutup bagian bagian tubuh manusia. Perkembangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara etimologis, dalam Oxford English Dictonary (OED),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Secara etimologis, dalam Oxford English Dictonary (OED), 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara etimologis, dalam Oxford English Dictonary (OED), Fashion is good place to start as any, dari bahasa latin Faction yang berarti make or to do. Sementara itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. masyarakatnya, terutama pada kaum perempuan. Sebagian besar kaum perempuan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menururt Waspodo (2014) Negara Indonesia merupakan negara muslim terbesar di dunia, meskipun hanya 88% penduduknya beragama Islam. Besarnya jumlah pemeluk agama Islam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya.

BAB I PENDAHULUAN. daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia jumlah muslimnya terbesar dan keanekaragaman budaya daerah terkaya jika di bandingkan dengan negeri-negeri muslim lainya. Oleh karena itu konsep

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Obyek BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang 1.1.1 Latar Belakang Obyek Hai anak Adam sesungguhnya Kami telah menurunkan kepadamu pakaian untuk menutup auratmu dan pakaian indah untuk perhiasan. Dan pakaian

Lebih terperinci

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga

BAB IV. Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga BAB IV Mahasiswi Berjilbab di FKIP- PGSD UKSW Salatiga UKSW merupakan satu-satunya Universitas Swasta yang ada di kota Salatiga. Kebanyakan masyarakat mengeanal UKSW sebagai Indonesia mini. Karena didalamnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama merupakan hal yang boleh dikatakan universal dalam hidup manusia. Sebagian besar penghuni planet bumi kita dengan berbagai latar belakang lingkungan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia selalu memiliki rasa untuk terus bersama dengan orang lain. Hal ini dikemukakan oleh seorang tokoh sosiologi dunia, Aristoteles (384-322 SM) dalam buku Sosiologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Berhijab adalah. Sebagaimana kewajiban berhijab dalam Al-Qur'an Q.

BAB I PENDAHULUAN. diwajibkan bagi perempuan untuk menjaga fitrahnya. Berhijab adalah. Sebagaimana kewajiban berhijab dalam Al-Qur'an Q. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia, hijab yang lebih sering merujuk pada kerudung atau jilbab ditunjukkan sebagai sesuatu yang selalu digunakan untuk menutupi bagian kepala hingga dada wanita.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46

BAB I PENDAHULUAN. pada dasarnya mengundang kekaguman pria. M.Quraish Shihab hlm 46 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jilbab berasal dari bahasa Arab yang jamaknya jalaabiib yang artinya pakaian yang lapang atau luas. Pengertiannya adalah pakaian yang lapang dan dapat menutup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Gaya hidup merupakan gambaran bagi setiap orang yang mengenakannya dan menggambarkan seberapa besar nilai moral dalam masyarakat disekitarnya, menurut Suratno dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48).

BAB I PENDAHULUAN. memberikan identitas kultural terhadap seseorang (Jayanti, 2008: 48). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia fashion terus mengalami kemajuan sehingga menghasilkan berbagai trend mode dan gaya. Hal ini tidak luput dari kemajuan teknologi dan media sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi merupakan salah satu alat media massa yang paling digemari oleh masyarakat. Karena televisi telah ada di tengah-tengah lingkungan masyarakat. Televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masih banyak sekali wanita wanita berhijab yang ingin tampil stylish tetapi masih kurang dalam mix n match gaya dengan berhijab. Maka dari itu mereka butuh panduan

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang

BAB IV PENUTUP. dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Penelitian mengenai terjadinya variasi penggunaan hijab di masyarakat perkotaan, dalam hal ini yaitu kota Yogyakarta bertujuan untuk melihat pola-pola yang menimbulkan pembentukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau

BAB I PENDAHULUAN. merupakan pengindonesiaan dari kata tattoo yang berarti goresan, gambar, atau BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perkembangan kebutuhan hidup manusia yang dipicu oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi terus mengalami perkembangan dari zaman ke zaman. Semakin banyaknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap aktivitasnya. Pemandangan perempuan berjilbab di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. dalam setiap aktivitasnya. Pemandangan perempuan berjilbab di Indonesia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini banyak kita lihat perempuan yang menggunakan jilbab dalam setiap aktivitasnya. Pemandangan perempuan berjilbab di Indonesia pada saat ini bermula dengan

Lebih terperinci

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari 33 BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di kompleks Mulawarman, dilihat dari geografisnya terletak di daerah Kelurahan Teluk Dalam Kecamatan Banjarmasin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. kecantikan pada kulit wajah dan tubuh sudah menjadi prioritas utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada saat ini penampilan menjadi suatu perhatian utama bagi seluruh kalangan terlebih pada kaum wanita. Setiap wanita selalu berkeinginan untuk memiliki penampilan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan. mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, teknologi dan pola pikir manusia mengakibatkan berbagai perilaku manusia sebagai konsumen semakin mengalami banyaknya perubahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Masyarakat sudah menyadari

BAB I PENDAHULUAN. dan terkait dengan tren yang sedang berlaku. Masyarakat sudah menyadari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan globalisasi telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi dunia. Pesatnya pangsa pasar yang disebabkan oleh semakin dinamisnya perokonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kaum hawa. Bahkan kebanyakan dari mereka merasa bangga dengan

BAB I PENDAHULUAN. kaum hawa. Bahkan kebanyakan dari mereka merasa bangga dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan globalisasi telah membawa pengaruh besar terhadap perkembangan ekonomi dunia. Pesatnya pangsa pasar yang disebabkan oleh semakin dinamisnya perokonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Memakai jilbab merupakan kewajiban bagi seorang muslimah. Hal ini dimaksudkan untuk menjaga kehormatan perempuan dengan menutup aurat mereka. Di zaman jahiliyah dulu,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara dengan mayoritas penduduk muslim. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia pada tahun 2010 sekitar 217 juta jiwa dari total penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dinamika pergantian mode dalam fashion yang ada di dunia selalu berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru bermunculan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pakaian yang ketinggalan zaman, bahkan saat ini hijab sudah layak 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hijab merupakan kewajiban bagi wanita umat Islam untuk menutup auratnya. Hijab sendiri kini tidak hanya digunakan oleh perempuan dewasa dan tua saja, akan tetapi sudah

Lebih terperinci

TEORI PENELITIAN METODE PENELITIAN

TEORI PENELITIAN METODE PENELITIAN PENDAHULUAN Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada suatu perguruan tinggi (Paryati Sudarman, 2004: 32). Mahasiswa juga dapat diartikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Teknologi komunikasi yang semakin maju dan berkembang pesat memberikan berbagai pengaruh bagi para penggunanya. Dalam pengembangannya teknologi memberikan kelebihan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagaimana telah disebutkan dalam ayat Al-Qur an. Jilbab diambil dari bahasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sebagaimana telah disebutkan dalam ayat Al-Qur an. Jilbab diambil dari bahasa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penggunaan jilbab merupakan suatu kewajiban bagi setiap muslimah sebagaimana telah disebutkan dalam ayat Al-Qur an. Jilbab diambil dari bahasa Arab yang artinya baju

Lebih terperinci

TREND FASHION HIJAB TERHADAP KONSEP DIRI HIJABERS KOMUNITAS HIJAB MEDAN

TREND FASHION HIJAB TERHADAP KONSEP DIRI HIJABERS KOMUNITAS HIJAB MEDAN TREND FASHION HIJAB TERHADAP KONSEP DIRI HIJABERS KOMUNITAS HIJAB MEDAN Khairun Nisa, Rudianto Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Jalan Kapten Mukhtar Basri No 3 Medan 20238 Abstract His study aims

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini.

BAB I PENDAHULUAN. busana yang ketat dan menonjolkan lekuk tubuhnya. istilah jilboobs baru muncul belakangan ini. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jilboobs berasal dari kata jilbab dan boobs. Jilbab adalah kain yang digunakan untuk menutup kepala sampai dada yang dipakai oleh wanita muslim, sedangkan boobs berasal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Era globalisasi merupakan era yang tengah berkembang dengan pesat pada zaman ini. Globalisasi adalah ketergantungan dan keterkaitan antar manusia dan antar bangsa

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seperti yang dikutip penulis dalam Fadwa El Guindi (2005:30), jilbab

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Seperti yang dikutip penulis dalam Fadwa El Guindi (2005:30), jilbab BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Hijab sebagai Pemaknaan Sosial Seperti yang dikutip penulis dalam Fadwa El Guindi (2005:30), jilbab secara etimologi berasal dari Bahasa Inggris, yaitu veil. Veil mempunyai empat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar mempengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online

BAB I PENDAHULUAN. Tengok saja majalah, koran, radio, acara televisi, sampai media online BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media massa di zaman ini telah menjadi bagian wajib dari kehidupan manusia. Sadar atau tidak, media massa telah menempati posisi penting untuk memuaskan kebutuhan manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki umat Islam yang berjumlah kurang lebih 87% yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki umat Islam yang berjumlah kurang lebih 87% yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Indonesia memiliki umat Islam yang berjumlah kurang lebih 87% yang sebagian besar adalah kaum wanita. Kaum wanita muslim di wajibkan agar menggunakan hijab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berimpitan, lokasi penduduk padat, dan sarana-prasarana memadai serta

BAB I PENDAHULUAN. yang berimpitan, lokasi penduduk padat, dan sarana-prasarana memadai serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dinamika kota memberikan dampak tersendiri, dimana perkembangan kota secara alamiah melahirkan kegembiraan untuk menjadi daya tarik dan pusat pendidikan, ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehidupan sehari-hari manusia selalu melakukan berbagai upaya dalam memenuhi kebutuhan yang beragam. Kebutuhan adalah salah satu aspek yang menggerkan manusia

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion kini merambah begitu besar. Para pelaku bisnis dan perancang busana berlombalomba untuk menciptakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat yang disebabkan oleh adanya ide kreatif dan inovatif dari pelaku

BAB I PENDAHULUAN. sangat pesat yang disebabkan oleh adanya ide kreatif dan inovatif dari pelaku 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era globalisasi saat ini membawa dunia usaha pada perkembangan sangat pesat yang disebabkan oleh adanya ide kreatif dan inovatif dari pelaku usaha. Setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Indonesia merupakan negara yang memiliki penduduk mayoritas beragama Islam. Dalam ajarannya, Islam memerintahkan wanita yang telah memasuki usia akil baligh

Lebih terperinci

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah

Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah Kreasi Jilbab, Bisnisnya Mudah Omsetnya Jutaan Rupiah Perkembangan bisnis fashion yang semakin bervariatif, ternyata mendorong para muslimah di Indonesia untuk berkarya menciptakan kreasi jilbab baru dengan

Lebih terperinci

NASKAH PUBLIKASI JILBAB DAN IDENTITAS DIRI MUSLIMAH

NASKAH PUBLIKASI JILBAB DAN IDENTITAS DIRI MUSLIMAH NASKAH PUBLIKASI JILBAB DAN IDENTITAS DIRI MUSLIMAH (Studi Kasus Persepsi Pergeseran Identitas Diri Muslimah di Komunitas Solo Hijabers Kota Surakarta ) Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita,

BAB I PENDAHULUAN. Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hijab merupakan simbol komunikasi dan sebagai identitas bagi wanita, sehingga wanita mudah dikenal melalui pesan penampilan atau hijab yang dikenakan. Melalui hijab,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. antara individu dengan individu maupun kelompok. Interaksi sosial terjadi. pada setiap usia dan gender pada manusia.

BAB I PENDAHULUAN. antara individu dengan individu maupun kelompok. Interaksi sosial terjadi. pada setiap usia dan gender pada manusia. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk sosial yang membutuhkan individu lainnya untuk hidup. Dalam kehidupan setiap hari manusia selalu bertemu dengan manusia lainnya yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya zaman dari waktu ke waktu, yang diiringi dengan perkembangan ilmu dan tekhnologi, telah membawa manusia kearah modernisasi dan globalisasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan fashion dibidang aksesoris jilbab dengan manik, kristal dan peniti saat ini semakin pesat. Bisa dikatakan kerajinan yang sudah ada sejak dulu ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang dibawakan kepada para rasul-nya. Apabila seseorang tidak mau tunduk

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT, yang dibawakan kepada para rasul-nya. Apabila seseorang tidak mau tunduk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Umat Islam wajib melaksanakan segala perintah dan meninggalkan segala larangan Allah SWT, yang dibawakan kepada para rasul-nya. Apabila seseorang tidak mau tunduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran internet di tengah masyarakat saat ini, tentu membuat sangat

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran internet di tengah masyarakat saat ini, tentu membuat sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan manusia yang dinamis adalah salah satu yang membuat berbagai perkembangan-perkembangan yang sangat menarik untuk di pelajari dan di ikuti.inovasi

Lebih terperinci

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1

BAB 1. PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha. Gambar 1.1 BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Negara Cina yang merupakan salah satu dengan penduduk terbanyak di dunia memiliki berbagai seni budaya maupun mitos yang masih sangat kental. Acara-acara besar yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tahun 2005 merupakan tahun saat penulis memasuki masa remaja awal, yakni 15 tahun dan duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pada saat itu, masa remaja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang La Belle Epoque merupakan jaman keemasan dan jaman kemakmuran di Perancis. Periode La Belle Epoque dalam sejarah Perancis yang konvensional di mulai pada tahun 1871

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GAYA HIDUP FASHION DENGAN CITRA DIRI PADA KOMUNITAS HIJABERS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Oleh:

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GAYA HIDUP FASHION DENGAN CITRA DIRI PADA KOMUNITAS HIJABERS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI. Oleh: HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI GAYA HIDUP FASHION DENGAN CITRA DIRI PADA KOMUNITAS HIJABERS DI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI Oleh: FADILAH NUR KOMARIYAH F 100 080 082 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempengaruhi kehidupan manusia. Inti perspektif sosiologis ialah

BAB I PENDAHULUAN. tersebut mempengaruhi kehidupan manusia. Inti perspektif sosiologis ialah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Perspektif sosiologis (Sosiological perspective) menekankan pada konteks sosial dimana manusia hidup. Perspektif sosiologis mengkaji bagaimana konteks tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran Public Relations. Public Relations adalah fungsi manajemen yang

BAB I PENDAHULUAN. kehadiran Public Relations. Public Relations adalah fungsi manajemen yang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Dewasa ini perusahaan di seluruh dunia mulai tersadarkan akan pentingnya kehadiran Public Relations. Public Relations adalah fungsi manajemen yang membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perancangan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perancangan Dunia fesyen merupakan salah satu gaya hidup manusia dan tidak dipungkiri menjadi salah satu kebutuhan pokok manusia. Pertumbuhan masyarakat modern bersamaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea

BAB I PENDAHULUAN. luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini Korea Selatan sudah dapat dikatakan berhasil dalam menyebar luaskan budaya mereka ke dunia Internasional. Melalui banyak media Korea telah menyebarkan budayanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemikiran Perubahan sosial merupakan bagian dari perubahan kebudayaan, perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagiannya yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. ide baru untuk menemukan cara-cara baru untuk melihat masalah dan

BAB 1 PENDAHULUAN. ide baru untuk menemukan cara-cara baru untuk melihat masalah dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Zimmerer, Scarborough, & Wilson dalam Wijatno (2009: 42) kreativitas adalah kemampuan untuk mengembangkan suatu gagasan atau ide baru untuk menemukan cara-cara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Perkembangan fashion yang sangat pesat di Indonesia disebabkan karena adanya globalisasi dan media masa yang menunjang, hal ini membuat Indonesia menjadi salah

Lebih terperinci

Ideologi dan identitas..., Muchamad Sidik Roostandi, FIB UI, Universitas Indonesia

Ideologi dan identitas..., Muchamad Sidik Roostandi, FIB UI, Universitas Indonesia terdapat proses pertukaran (exchange) antara kapital yang dimiliki konsumen dengan nilai simbolik (dan juga nilai materi: uang) yang terkandung dalam suatu produk. Sementara pada kasus Bu Lani dan Pak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya komunitas hijabers dan muslimah. membuat tren berbusana tersendiri yang akhirnya menjadi happening.

BAB I PENDAHULUAN. Munculnya komunitas hijabers dan muslimah. membuat tren berbusana tersendiri yang akhirnya menjadi happening. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Munculnya komunitas hijabers dan muslimah tak ditampik membuat tren berbusana tersendiri yang akhirnya menjadi happening. Alhasil, era berbusana para muslimah

Lebih terperinci

- Meniti Jalan Keindahan 121. Daftar Pustaka 130

- Meniti Jalan Keindahan 121. Daftar Pustaka 130 DAFTAR ISI Ucapan Terimakasih 3 Daftar Isi 7 1 Mengenal Hijab 9 - apa itu Hijab 11 - Kenapa Mesti Berhijab 11 2 Catatan Hati Para Muslimah yang memperjuangkan hijab menjadi bagian dari hidupnya 15 - Aku

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup. dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung zaman

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Gaya Hidup. dari kebutuhan sekunder manusia yang bisa berubah tergantung zaman BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gaya Hidup 1. Pengertian Gaya Hidup Istilah gaya hidup pada awalnya dibuat oleh psikolog Austria yaitu Alfred Adler pada tahun 1929. Gaya hidup (lifestyle) adalah bagian dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. komunitas-komunitas hijabers di Indonesia. 1. Sebagai sebuah perkumpulan, komunitas hijabers mempunyai ciri

BAB I PENDAHULUAN. komunitas-komunitas hijabers di Indonesia. 1. Sebagai sebuah perkumpulan, komunitas hijabers mempunyai ciri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Gaung perkembangan fashion muslim belakangan ini memang kian terdengar. Fashion muslim terus melakukan transformasi dari gaya konservatif menjadi lebih kontemporer

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan

BAB I PENDAHULUAN. dalam kegiatan ekonomi melibatkan produksi, distribusi, pertukaran dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masyarakat merupakan pelaku kegiatan ekonomi dimana masyarakat memenuhi kebutuhan hidup mereka terhadap barang dan jasa. Masyarakat dalam kegiatan ekonomi melibatkan

Lebih terperinci

BAB IV DESKRIPTIF PROSES DAN HASIL PRODUKSI. Profil Tayangan Feature Dibalik Wanita adalah sebagai berikut:

BAB IV DESKRIPTIF PROSES DAN HASIL PRODUKSI. Profil Tayangan Feature Dibalik Wanita adalah sebagai berikut: BAB IV DESKRIPTIF PROSES DAN HASIL PRODUKSI 4.1 Profil Tayangan Profil Tayangan Feature Dibalik Wanita adalah sebagai berikut: Judul Tayangan : Dibalik Wanita Jenis Tayangan : Feature Durasi : 15 menit

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi

BAB VI KESIMPULAN. dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi BAB VI KESIMPULAN Kajian media dan gaya hidup tampak bahwa pengaruh media sangat besar dalam kehidupan masyarakat. Gaya hidup yang menjadi pilihan bebas bagi masyarakat tidak lain merupakan hasil dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut

BAB I PENDAHULUAN. laku serta keadaan hidup pada umumnya (Daradjat, 1989). Pendapat tersebut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masyarakat Indonesia adalah masyarakat religius yang berpegang pada nilai-nilai yang ada dalam ajaran agamanya dalam sikap atau tingkah laku serta keadaan hidup

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pakaian merupakan kebutuhan dasar yang memiliki beragam. makna bagi manusia. Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai pelindung

I. PENDAHULUAN. Pakaian merupakan kebutuhan dasar yang memiliki beragam. makna bagi manusia. Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai pelindung I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pakaian merupakan kebutuhan dasar yang memiliki beragam makna bagi manusia. Pakaian tidak hanya berfungsi sebagai pelindung tubuh, tetapi juga berfungsi sebagai identitas

Lebih terperinci

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MANAJEMEN BISNIS BUSANA BUTIK SEBAGAI KESIAPAN PERINTISAN BISNIS D ISTRO BUSANA MUSLIMAH

2015 MANFAAT HASIL BELAJAR MANAJEMEN BISNIS BUSANA BUTIK SEBAGAI KESIAPAN PERINTISAN BISNIS D ISTRO BUSANA MUSLIMAH BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Studi Pendidikan Tata Busana merupakan salah satu Program Studi yang terdapat di Departemen Pendidikan Kesejahteraan Keluarga Fakultas Pendidikan Teknologi dan

Lebih terperinci

MOTIVASI IBU MUDA BERGABUNG DENGAN HIJABERSMOM COMMUNITY ACEH

MOTIVASI IBU MUDA BERGABUNG DENGAN HIJABERSMOM COMMUNITY ACEH MOTIVASI IBU MUDA BERGABUNG DENGAN HIJABERSMOM COMMUNITY ACEH Mawaddah Magister Jurnalistik, Selcuk University, Turki Email: mhaluck@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui motivasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadaan modern (modernitas) adalah berkaitan dengan suatu keadaan di mana segala sistem kemasyarakatan yang bersifat tradisional dilepaskan menjadi tatanan yang mengimplikasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kekayaan alam dan keanekaragaman budaya yang dimiliki Indonesia menjadikan bumi pertiwi terkenal di mata internasional. Tidak terlepas oleh pakaian adat dan

Lebih terperinci

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melalui upaya pendidikan Islam, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dapat

BAB l PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Melalui upaya pendidikan Islam, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dapat 1 BAB l PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Melalui upaya pendidikan Islam, nilai-nilai yang terkandung dalam ajaran Islam dapat diberikan kepada peserta didik yang kelak akan menjadi pemimpin masyarakat.

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN UMUM BUTIK ALAM BENING

BAB III GAMBARAN UMUM BUTIK ALAM BENING BAB III GAMBARAN UMUM BUTIK ALAM BENING A. Profil Butik Alam Bening Butik Alam Bening didirikan oleh Indanawati atau yang sering disapa dengan Ibu Iin pada Tahun 2013. Pada awalnya beliau hanya coba-coba

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian yang pesat di indonesia dalam rangka

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan perekonomian yang pesat di indonesia dalam rangka 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan perekonomian yang pesat di indonesia dalam rangka pembangunan menyangkut hampir meliputi disegala bidang, pada dasarnya tujuan utama pembangunan adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada saat sekarang ini penggunaan hijab dikalangan remaja telah mengalami perkembangan. Tidak hanya dikalangan remaja, namun ibu-ibu juga menggunakannya dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia dalam siklus hidupnya tidak dapat melepaskan diri dari busana. Busana merupakan salah satu penunjang yang digunakan manusia agar bisa berinteraksi dan berkomunikasi

Lebih terperinci

JURNAL SOSIOLOGI ANTROPOLOGI

JURNAL SOSIOLOGI ANTROPOLOGI JURNAL SOSIOLOGI ANTROPOLOGI JILBAB SEBAGAI IDENTITAS DIRI DI LINGKUNGAN SEKOLAH (STUDI FENOMENOLOGI TENTANG ALASAN DAN DAMPAK PEMAKAIAN JILBAB OLEH SISWI KELAS XI SMA NEGERI 3 SRAGEN) Oleh : ELISA LISDIYASTUTI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang

BAB I PENDAHULUAN. meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kita hidup di zaman modern yang menuntut setiap individu untuk meninggalkan kebiasaan, pandangan, teknologi dan hal - hal lainnya yang dianggap kuno dan memperbaharui

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan istilah ilmiah, saling berinteraksi. Suatu kesatuan manusia dapat mempunyai prasarana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah

BAB I PENDAHULUAN. kelompok yang lain, bahkan memecahkan suatu permasalahan. 1 Kelompok adalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komunikasi dalam kelompok adalah bagian dari kegiatan keseharian kita. Kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan bagi kehidupan, karena melalui kelompok

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penciptaan Indonesia adalah negara yang memiliki tradisi dan hasil budaya yang beraneka ragam, salah satu hasil budaya tersebut adalah batik. Batik merupakan warisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression,

BAB I PENDAHULUAN. maupun lisan. Namun fungsi ini sudah mencakup lima fungsi dasar yakni expression, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan sistem lambang bunyi berartikulasi yang bersifat sewenagwenang dan konvensional yang dipakai sebagai alat komunikasi untuk melahirkan perasaan

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata Kunci : Intensitas Membaca, Daya Tarik dan Perilaku Imitasi

ABSTRAK. Kata Kunci : Intensitas Membaca, Daya Tarik dan Perilaku Imitasi Nama NIM Judul : Dubha Kaldota Diptapramana : D2C009058 : Hubungan Intensitas Memperoleh Informasi dari Majalah Hijabella dan Daya Tarik Konten dengan Perilaku Imitasi Hijab Modern Syar i. ABSTRAK Busana

Lebih terperinci

MAKNA JILBAB BAGI KOMUNITAS HIJABERS SURABAYA

MAKNA JILBAB BAGI KOMUNITAS HIJABERS SURABAYA MAKNA JILBAB BAGI KOMUNITAS HIJABERS SURABAYA Faizol Riduwan *) Abstrak Pakaian, dalam tradisi Islam, diatur dengan kriteria tertentu yang biasa dikenal sebagai konsep aurat. Salah satunya adalah jilbab

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era globalisasi merupakan perubahan global yang melanda seluruh dunia. Dampak yang terjadi sangatlah besar terhadap berbagai aspek kehidupan manusia di semua lapisan

Lebih terperinci