BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mencari usaha dan cara untuk mampu bersaing dan memiliki. persaingan, yaitu harga, mutu, dan layanan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mencari usaha dan cara untuk mampu bersaing dan memiliki. persaingan, yaitu harga, mutu, dan layanan."

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan sekarang ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Setiap perusahaan berlomba untuk terus menerus mencari usaha dan cara untuk mampu bersaing dan memiliki keunggulan kompetitif agar tetap hidup dan berkembang. Ada tiga hal yang menjadi persaingan, yaitu harga, mutu, dan layanan. Harga seringkali ditentukan oleh biaya, dan biaya adalah hasil penentuan serta pemilihan proses produksi perusahaan. Salah satu komponen biaya produksi yang tinggi ialah barang, baik barang langsung maupun barang tidak langsung. Ini termasuk pada manajemen barang atau material, yang lebih khusus lagi manajemen persediaaan. Dalam banyak hal, barang ini diperoleh dari tempat yang jauh, bahkan di impor dari negara lain. Di samping itu, penggunaan seringkali tidak teratur, baik Universitas Mercu Buana Page 1

2 frekuensi maupun jumlah dan jenisnya, sehinnga sebelum digunakan perlu di simpan terlebih dahulu dalam gudang penyimpanan barang. Barang persediaan (inventory) adalah barang-barang yang biasanya dapat dijumpai di gudang tertutup, lapangan, gudang terbuka, atau tempat-tempat penyimpanan lain. Tidak peduli perusahaan besar atau kecil, untuk pengadaan dan penyimpanan barang ini diperlukan biaya besar. Biasanya biaya yang paling besar adalah nilai persediaan dan biaya penyimpanannya. Tujuan perusahaan pada umumnya adalah untuk menperoleh laba (profit oriented), meskipun dalam dunia usaha ada juga perusahaan yang nirlaba (non profit oriented). Laba yang maksimal dapat dipakai dengan pengolaaan usaha yang dilakukan secara efisien dan efektif. Suatu perusahaan pada umumnya melakukan aktivitas mengubah input menjadi output melalui proses dan disertai perubahan-perubahan yang tidak menentu dari lingkungan eksternal perusahaan. Kontinuitas jalannya proses produksi dalam perusahaan sangat penting, maka masalah pengendalian persediaan bahan baku merupakan hal yang harus diperhatikan oleh suatu perusahaan, karena pengendalian bahan baku merupakan salah satu faktor yang berkaitan langsung dengan operasi produksi perusahaan, di samping didukung oleh beberapa faktor lainnya kebijakan pengendalian yang sebaiknya dilakukan agar dapat memperoleh hasil yang efektif dan efisien sangat tergantung pada kondisi dan jenis permintaan yang dihadapi. Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap perusahaan yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang Universitas Mercu Buana Page 2

3 merupakan output dari setiap perusahan. Produksi dalam sebuah organisasi perusahaan merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan bidang fungsional lainnya. Bagian produksi harus meningkatkan efisiensi dari proses dan kualitas produk, agar diperoleh produk-produku berkualitas sesuai dengan desain yang telah ditetapkan berdasarkan keingian pasar itu, dengan biaya serendah mungkin. Hal ini dapat dicapai dengan menhilangkan pemborosan (Waste) yang terjadi dalam proses produksi yang efesien dan berkualitas dengan becirikan dari produk yang memenuhi spesifikasi desain yang telah ditetapkan berdasrkan keinginan pasar, di distribusikan ke konsumen melalui bagian pemasaran selanjutnya yang akan bertanggung jawab langsung kepada konsumen. Suatu sistem yang dapat digunakan untuk menangani masalah yang berkaitan dengan bahan baku untuk produksi adalah Material Requirement Planning (MRP) atau sistem perencanaan kebutuhan material. Sistem ini diguanakan untuk menghitung kebutuhan bahan baku yang bersifat defendent terhadap penyelesaian produk akhir. Dengan sistem MRP, dapat diketahui jumlah bahan baku yang diperlukan untuk menyelesaikan suatu produk di masa yang kan datang sehingga perusahaan dapat mengoptimumkan persediaan bahan baku yang diperlukan agar jumlah persediaan bahan baku yang diperlukan agar jumlah persediaan tidak terlalu banyak tetapi juga tidak terlalu sedikit. Berkaitan dengan investasi, investasi bahan bahan baku yang terlalu besar akan mengakibatkan timbulnya biaya-biaya yang seharusnya tidak terjadi, misalnya biaya penyimpanan bahan baku, biaya kerusakan bahan baku selama penyimpanan dan keusanagan bahan baku. Namun sebaliknya, investasi bahan baku yang terlalu kecil akan menyebabkan terganggunya kelancaran Universitas Mercu Buana Page 3

4 proses akibat kekurangan bahan baku untuk diproses. Hal ini mengakibatkan perusahaan tidak dapat memenuhi rencana produksi tepat waktu. Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian menyangkut masalah persediaan bahan baku, terutama akan mengulas tentang Material Requirement Planning (MRP). Adapun hasil penelitian dituangkan dalam skripsi yang berjudul Analisis Perencanaan Kebutuhan Material Pembuatan Produk Obat Betamin, Menggunakan Metode Material Requirement Planning (MRP) Di PT. SAMCO FARMA Perumusan Masalah Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah penerapan sistem Perencanaan Kebutuhan Material yang mana dapat memberikan biaya total optimal pada pembuatan Obat Betamin Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu : 1. Melakukan penerapan dengan sistem Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) pada produk obat Betamin pada PT. Samco Farma 2. Menentukan biaya optimal dengan menggunakan metode Material Requirement Planning (MRP) berdasarkan perbedaan yang didapat dari 5 metode ukuran Lot. Universitas Mercu Buana Page 4

5 1.4. Pembatasan Masalah Dalam batasan masalah ini perlu ditetapkan batasan-batasan dan asumsi agar langkah-langkah pemecahan permasalahan tidak menyimpang dari tujuan yang hendak dicapai yaitu : 1. Jadwal induk produksi didasarkan pada hasil peramalan perusahaan. 2. Yang dianalisa dalam penelitian ini adalah Bahan Baku Material Pembuatan Obat Betamin. 3. Perhitungan setiap material dimulai dari level Sekali pesan sekali terima. 5. Biaya total yang akan dihitung adalah biaya pemesanan dan biaya penyimpanan 6. Tidak menganalisa penjadwalan. 7. Tidak menganalisa persediaan pengaman Metodologi Penelitian Metodologi pengumpulan data yang digunakan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah : 1. Studi Lapangan Untuk mendapatkan data-data dan informasi yang diperlukan dalam penelitian ini dilakukan dengan meninjau langsung ke lapangan. 2. Studi Pustaka Membaca dan mempelajari buku-buku referensi yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dan digunakan dalam memecahkan masalah. Universitas Mercu Buana Page 5

6 3. Mengadakan wawancara dengan karyawan yang berhubungan dengan masalah yang dibahas Sistematika Penulisan Dalam penulisan penelitian yang akan dilakukan, penulis berpedoman pada kriteria penyusunan laporan dan membaginya dalam enam bab yang saling berkaitan satu sama lainnya, yaitu dengan format sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini dijelaskan secara umum tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, pembatasan masalah dan sistematika penulisan. BAB II LANDASAN TEORI Bab ini menerangkan secara singkat tentang teori-teori yang berhubungan dan berkaitan erat dengan masalah yang akan dibahas serta merupakan tinjauan kepustakaan yang menjadi kerangka dan landasan berfikir dalam proses pemecahan masalah penelitian ini. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Pada bab ini tentang metodologi penilitian dan kerangka pemikiran yang dilakukan dengan penelitian untuk tugas akhir dan berisi tahapan pemecahan masalah yang menguraikan secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam memecahkan masalah. Universitas Mercu Buana Page 6

7 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA Dalam bab ini akan membahas tentang data yang digunakan yaitu data bahan baku, jumlah persedian dan biaya pembelian. BAB V ANALISA HASIL Pada bab ini berisikan mengenai analisa dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya yang berdasarkan landasan teori yang digunakan. BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisikan kesimpulan yang diperoleh dari hasil analisa dan penelitian secara menyeluruh serta diberikan juga saran-saran, baik untuk pihak perusahaan maupun pengembangan penelitian selanjutnya. Universitas Mercu Buana Page 7

8 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan/atau jasa). Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi industri itu. Produksi adalah bidang yang terus berkembang selaras dengan perkembangan teknologi, dimana produksi memiliki suatu jalinan hubungan timbal-balik (dua arah) yang sangat erat dengan teknologi. Produksi dan teknologi saling membutuhkan. Kebutuhan produksi untuk beroperasi dengan biaya yang lebih rendah, meningkatkan kualitas dan produktivitas, dan menciptakan produk baru telah menjadi kekuatan yang mendorong teknologi untuk melakukan berbagai terobosan dan penemuan baru. Universitas Mercu Buana Page 8

9 Produksi dalam sebuah organisasi pabrik merupakan inti yang paling dalam, spesifik serta berbeda dengan bidang fungsional lain seperti: keuangan, personalia, dll. Sistem produksi merupakan sistem integral yang mempunyai komponen struktural dan fungsional. Dalam sistem produksi modern terjadi suatu proses transformasi nilai tambah yang mengubah input menjadi output yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. Proses transformasi nilai tambah dari input menjadi output dalam system produksi modern selalu melibatkan komponen structural dan fungsional. Sistem produksi memiliki beberapa karakteristik berikut : 1. Mempunyai komponen-komponen atau elemen-elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk satu kesatuan yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi itu. 2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang dan/atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. 3. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien. 4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya, berupa optimalisasi pengalokasian sumber-sumber daya. Sistem produksi memiliki komponen atau elemen structural dan fungsional yang berperan penting dalam menunjang kontinuitas operasional system produksi itu. Komponen atau elemen structural yang membentuk sistem produksi terdiri dari: bahan (material), mesin dan peralatan, tenaga kerja, modal, energi, informasi, tanah dan lainlain. Sedangkan komponen atau elemen fungsional terdiri dari: supervise, perencanaan, Universitas Mercu Buana Page 9

10 pengendalian, koordinasi, dan kepemimpinan, yang kesemuanya berkaitan dengan manajemen dan organisasi. Suatu sistem produksi selalu berada dalam lingkungan, sehingga aspek-aspek lingkungan seperti perkembangan teknologi, sosial dan ekonomi, serta kebijakan pemerintah akan sangat mempengaruhi keberadaan sistem produksi itu. Secara skematis sederhana, sistem produksi dapat digambarkan seperti dalam gambar 2.1 Gambar 2.1 Alur Proses Sistem Produksi Dari gambar 2.1 tampak bahwa elemen-elemen utama dalam sistem produksi adalah : masukan, proses, dan keluaran, serta adanya suatu mekanisme umpan balik untuk pengendalian sistem produksi itu agar mampu meningkatkan perbaikan terus-menerus (continuous improvement). Beberapa contoh sistem produksi dapat dilihat dalam tabel 2.1 Universitas Mercu Buana Page 10

11 Tabel 2.1 Contoh-contoh Sistem Produksi No Sistem Masukan Keluaran 1 Hotel Resepsionis, Bell-boy, Jasa menginap, layanan Laundry, staf, peralatan perlengkapan & energi menyenangkan, layanan pencucian. kepuasan, 2 Rumah Sakit Dokter, perawat, karyawan, Pelayanan medik bagi pasien fasilitas gedung dan peralatan medik, laboratorium, modal, energi, informasi, manajerial, dll 3 Universitas Dosen, asisten, mahasiswa, Pelayanan akademik bagi karyawan, fasilitas gedung dan mahasiswa untuk peralatan kuliah, perpustakaan, laboratorium, modal, energi, informasi, manajerial, dll 4 Restoran Tukang masak, penerima tamu, bahan makanan, peralatan 5 Manufaktur Karyawan, fasilitas gedung menghasilkan Sarjana (S1), Magister (S2), Doktor (S3), dll Makanan, layanan yang menyenangkan, kepuasan Barang jadi, dl dan peralatan pabrik, material, modal, energi, informasi, manajerial, dll Universitas Mercu Buana Page 11

12 2.1.1 Sistem Produksi dalam Kegiatan Menghasilkan Produk yang Berupa Barang Proses produksi merupakan cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau menambah kegunaan suatu produk dengan mengoptimalkan sumber daya produksi (tenaga kerja, mesin, bahan baku dan dana) yang ada. Kegiatan Menghasilkan Produk yang Berupa Barang, terdapat tiga macam proses yaitu: 1. Proses Produksi Kontinyu (Continuous Process) Di mana peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur dengan memperhatikan urutan-urutan kegiatan atau raouting dalam menghasilkan produk, tersebut serta arus bahan dalam proses telah distandarisasi. 2. Proses Produksi Terputus (Intermittent Process/Discrete System) Di mana kegiatan produksi dilakukan tidak standar, tetapi didasarkan pada produk yang dikerjakan, sehingga peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur dapat bersifat luwes (flexsible) untuk dapat dipergunakan bagi menghasilkan berbagai produk dan berbagai ukuran. 3. Proses Produksi yang Bersifat Proyek Di mana kegiatan produksi dilakukan pada tempat dan waktu yang berbedabeda, sehingga peralatan produksi yang digunakan ditempatkan di tempat atau lokasi di mana proyek tersebut dilaksanakan pada saat yang direncanakan Sistem Produksi Menurut Jenis Produksinya Sistem Produksi bertujuan untuk merencanakan dan mengendalikan produksi agar lebih efisien, efektif, dan produktif, atau optimal. Jumlah jenis sitem produksi Universitas Mercu Buana Page 12

13 sangat banyak. Sistem produksi yang tepat bagi suatu industri akan sangt tergantung pada jenis industrinya. Berdasarkan cara pembuatan (dan masa pengerjaan), produksi dapat diklasifikasikan menjadi tipe-tipe berikut: 1. Engineering To Order (ETO), yaitu bila pemesanan meminta produsen untuk membuat produk yang dimulai dari proses perancangannya (rekayasa). 2. Make To Order (MTO), yaitu bila produsen menyelesaikan item akhirnya jika dan hanya jika telah menerima pesanan konsumen untuk item tersebut. Bila item tersebut bersifat unik dan mempunyai desain yang dibuat menurut pesanan, maka konsumen mungkin bersedia menunggu hingga produsen dapat menyelesaikannya. 3. Assembly To Order (ATO), yaitu bila produsen membuat desain standar, modulmodul opsional standar yang sebelumnya dan merakit suatu kombinasi tertentu dari modul-modul tersebut sesuai dengan pesanan konsumen. Modul-modul standar tersebut bisa di rakit untuk berbagai tipe produk. Contohnya adalah pabrik mobil dimana mereka menyediakan pilihan transmisi secara manual atau otomatis, AC, audio, opsi-opsi interior, dan opsi-opsi mesin khusus sebagaimana juga model bodi dan warna bodi. Komponen-komponen tersebut telah isiapkan terlebih dahulu dan akan mulai diproduksi begitu pesanan dari agen datang. 4. Make To Stock (MTS), yaitu bila produsen membuat item-item yang diselesaikan dan ditempatkan sebagai persediaan sebelum pesanan konsumen diterima. Item akhir tersebut baru akan dikirim dari sistem persediaan setelah pesanan konsumen diterima. Universitas Mercu Buana Page 13

14 Berdasarkan ukuran jumlah produk yang dihasilkan, produksi dapat dikelompokan menjadi: 1. produksi proyek, biasanya jumlah unit yang diproduksi satu dengan jumlah operasi banyak dan melibatkan banyak sumber daya; 2. produksi batch, bila jumlah unit yang diproduksi berukuran sedang, biasanya perusahaan memproduksi banyak jenis produk; 3. produksi missal, bila jumlah unit yang diproduksi sangat besar, jenis yang diproduksi perusahaan umumnya lebih sedikit dibandingkan batch. Berdasarkan cara memproduksi (berhubungan dengan pengaturan fasilitas produksi), produksi dikelompokan menjadi: 1. produksi flow shop, 2. produksi fleksibel (flexsibel manufacturing systems), 3. produksi job shop, biasanya untuk volume produksi batch, 4. produksi kontinu, biasanya untuk volume produksi massal. Sistem produksi mana yang digunakan harus memperhatikan jenis-jenis produksi sebagaimana telah diklasifikasikan tersebut. Secara umum, system produksi yang digunakan oleh mayoritas industri manufaktur dapat dilihat pada tabel 2.2 Universitas Mercu Buana Page 14

15 Tabel 2.2 Sistem Produksi Berdasarkan Jenis Produksi Engineering to Made to Asembly to Made to Jenis Produksi Order Order Order Stock Proyek P FMS F F F Job Shop Pmo Flow Shop (Batch Kecil) Mjo Mjo Flow Shop (Batch Besar) Jom Kontinyu Keterangan: P atau p* F atau f M atau m J atau j O atau o C atau c : Sistem Produksi Proyek : Flexsibel Control System : Sistem MRP : Sistem Just in Time : Optimized Production Technology : Countinuous Process Control System *: Huruf besar kesesuaian tinggi, huruf kecil rendah Universitas Mercu Buana Page 15

16 2.1.3 Perencanaan dan Pengendalian Produksi Perkembangan peradaban manusia menimbulkan adanya perkembangan teknologi canggih pada akhir-akhir ini, dan adanya peningkatan kebutuhan dan keinginan manusia baik dalam jumlah, variasi macamnya dan tingkat mutunya. Perkembangan ini menimbulkan tantangan untuk memenuhinya dengan meningkatkan kemampuan menyediakan atau menghasilkan. Peningkatan kemampuan penyediaan atau produksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia merupakan usaha yang harus dilakukan oleh perusahaan untuk dapat memenuhi permintaan kebutuhan-kebutuhan tersebut secara efektif dan efesien. Untuk mencapai efektivitas pengendalian produksi dan persediaan harus mengenal teknik kuantitatif/perhitungannya. Tujuan dari perencanaan dan pengendalian produksi adalah merencanakan dan mengendalikan aliran material ke dalam, di dalam, dan keluar pabrik sehingga keuntungan optimal yang merupakan tujuan perusahaan dapat dicapai. Pengendalian produksi dimaksudkan mendayakan sumber daya produksi yang terbatas secara efektif, terutama dalam usaha memenuhi permintaan konsumen dan menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Yang dimaksud sumber daya mencakup fasilitas produksi, tenaga kerja, dan bahan baku. Kendala yang dihadapi mencakup ketersediaan sumber daya, waktu pengiriman produk, kebijaksanaan manajemen, tenaga kerja dan lain sebagainya. Oleh karena itu, perencanaan dan pengendalian produksi mengevaluasi perkembangan permintaan konsumen, posisi modal, kapasitas produksi, tenaga kerja dan lain sebagainya. Evaluasi faktor-faktor tersebut harus mempertimbangkan kondisi saat ini dan masa yang akan datang. Universitas Mercu Buana Page 16

17 2.1.4 Fungsi Perencanaan dan Pengendalian Produksi Dalam Aktivitas Produksi Pada dasarnya fungsi dasar yang harus dipenuhi oleh aktivitas perencanaan dan pengendalian produksi adalah : (Hendra Kusuma 2001: 2) 1. Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai fungsi dari waktu. 2. Menetapkan jumlah dan saat pemesanan bahan baku serta komponen secara ekonomis dan terpadu. 3. Menetapkan keseimbangan antara tingkat kebutuhan produksi, teknik penentuan pasanan, serta memonitor tingkat persediaan produk jadi setiap saat, membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi atas rencanan produksi pada saat yang ditentukan. Membuat jadwal produksi, penugasan, pembebanan mesin dan tenaga kerja yang terperinci sesuai dengan ketersediaan kapasitas dan fluktuasi permintaan pada suatu periode Sistem Perencanaan dan Pengendalian Produksi Hubungan pengendalian produksi terhadap keseluruhan organisasi manufaktur yang terutama ialah sebagai alat pengendalian aliran informasi. Pengendalian produksi sendiri berkaitan erat dengan fungsi-fungsi di luarnya sehingga komponen di dalam pengendalian produksi memiliki interaksi aliran yang sangat rumit, Interaksi ini secara sederhana dapat dilihat pada Gambar 3.2. Harus diperhatikan bahwa keputusan dalam satu komponen misalnya penjadwalan, akan memiliki dampak terhadap komponenkomponen yang lainnya. Sebagai contoh, satu cara untuk mencegah keterlambatan produksi karena kekurangan bahan adalah dengan meningkatkan persediaan bahan. Universitas Mercu Buana Page 17

18 Peningkatan persediaan bahan ini mungkin akan menyederhanakan kegiatan penjadwalan tetapi mengakibatkan biaya persediaan menjadi meningkat. Gambar 2.2 Sistem Operasi Pengendalian Produksi Kegiatan pengendalian produksi merupakan suatu system dan harus dilihat secara menyeluruh. Tindakan menekan waktu menganggur tenaga kerja dan mesin, menekan persediaan, atau menekan keterlambatan pengiriman tidaklah selalu bijaksana. Tujuan pengendalian produksi adalah tujuan keseluruhan organisasi. Keputusan yang menyangkut penjualan, produksi, persediaan, dan keuangan lebik baik dicari tingkat optimalitasnya. Peramalan kebutuhan merupakan titik awal kegiatan pengendalian produksi. Untuk setiap kelas produk atau jasa, masa datang harus dapat diramalkan. Peramalan Universitas Mercu Buana Page 18

19 dilakukan dalam satu jangka waktu perencanaan yang sering disebut horison perencanaan. Pada perusahaan tertentu horison perencanaan dapat mencakup jangka waktu antara satu sampai dua tahun mendatang. Tanpa peramalan yang akurat tidaklah mungkin melakukan perencanaan kapasitas jangka panjang. Perencanaan kapasitas merupakan langkah kedua dalam pengendalian produksi. Pada tahap ini direncanakan jumlah tenaga kerja yang akan direkrut, jumlah jam lembur yang dijadwalkan, dan jumlah persediaan sehingga permintaan konsumen dapat dipenuhi secara efisien. Salah satu perhatian perencanaan kapasitas adalah persediaan yang akan dipertahankan. Rencana persediaan yang sering digunakan oleh perusahaan yang menghadapi permintaan musiman adalah dengan cara memproduksi lebih banyak dari kebutuhan pada saat permintaan rendah di mana kelebihannya kemudian disimpan, pada saat permintaan melonjat maka kebutuhan tersebut akan dapat terpenuhi dari produk simpanan. Aktivitas lainnya yang dipengaruhi oleh perencanaan kapasitas adalah rencana kebutuhan jangka pendek yang disebut jadwal induk produksi. Jadwal induk produksi dibuat tanpa mempertimbangkan situasi pabrik. Jika tenaga kerja absen atau mesin rusak maka jadwal tersebut harus diubah. Jika bahan baku itu tidak memnuhi persyaratan, atau peralatan tidak dapat digunakan, jadwal itu pun harus disesuaikan. Dengan demikian kegiatan pengendalian produksi merupakan rantai kegiatan yang saling berkaitan. Keputusan-keputusan yang dibuat akan berbeda dari segi horison waktu dan derajat akurasi. Walaupun demikian keputusan-keputusan tersebut harus mengacu pada tujuan yang akan dicapai, yaitu mendayagunakan sumber daya yang dimiliki secara efektif untuk memenuhi permintaan konsumen dan menciptakan keuntungan bagi perusahaan. Universitas Mercu Buana Page 19

20 2.2 Persediaan Persediaan adalah aktiva yang meliputi barang barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode yang normal, atau persediaan barangbarang yang masih dalam pengerjaan proses produksi, ataupun persediaan bahan baku yang menunggu penggunaannya dalam suatu proses produksi. Persediaan merupakan sejumlah bahan-bahan serta barang-barang jadi atau setengah jadi atau produk yang disediakan untuk memenuhi permintaan dari konsumen dari pelanggan setiap waktu.(assuari,1994) Alasan adanya persediaan adalah : 1. Dibutuhkannya waktu untuk menyelesaikan operasi produksi untuk memindahkan produk dari suatu tingkat ke tingkat proses yang lain, yang disebut persediaan dalam proses dan pemindahan. 2. Alasan organisasi, untuk meyakinkan suatu unit atau bagian membuat jadwal operasinya secara bebas, tidak tergantung dari unit lainnya. Persediaan yang diadakan mulai dari bentuk bahan mentah sampai dengan barang jadi, antara lain berguna untuk : 1. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahan. 2. Menghilangkan resiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan. 3. Untuk menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga dapat digunakan bila bahan itu tidak ada di pasar. Universitas Mercu Buana Page 20

21 4. Merpertahankan stabilitas opersi perusahaan atau menjamin kelancaran arus produksi. 5. Mencapai penggunaan mesin yang optimal. 6. Memberi pelayanan (service) kepada pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan tetap terjadinya barang tersebut. 7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya. Sebagian besar dari sumber-sumber perusahaan juga sering dikaitkan di dalam persediaan yang digunakan dalam perusahaan. Nilai dari persediaan harus dicatat, digolongkan menurut jenisnya yang kemudian dibuatkan perincian dari masing-masing barangnya dalam suatu periode yang bersangkutan. Pada akhir suatu periode, pengalokasian biaya-biaya dapat dibebankan pada aktivitas yang terjadi dalam perode tersebut dan untuk aktivitas mendatang juga harus ditentukan. Kegagalan dalam mengalokasikan biaya akan dapat menimbulkan kegagalan dalam mengetahui posisi keuangan dan kemajuan yang dicapai oleh suatu perusahaan secara layak. Dari keterangan diatas dapatlah diketahui bahwa persediaan sangat penting bagi suatu perusahaan kerena berfungsi menghubungkan antara operasi yang berurutan dalam pembuatan suatu barang dan menyampaikannya kepada konsumen. Persediaan memungkinkan terlaksananya operasi produksi, karena faktor waktu antara produksi dapat dihilangkan sama sekali ataupun diminimumkan. Persediaan dapat diminimumkan dengan mengadakan perencanaan produksi yang lebik baik, serta organisasi bagian produksi yang lebih efesien. Universitas Mercu Buana Page 21

22 Pada dasarnya persediaan akan mempermudah jalannya operasi perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk memproduksi barang-barang dan menyampaikannya kepada konsumen Jenis-Jenis Persediaan Persediaan Menurut Fungsinya 1. Batch Stock/Lot Size Inventory Persediaan yang diadakan kerena kita membeli dan membuat bahan-bahan atau barang-barang dalam jumlah yang lebih besar daripada jumlah yang dibutuhkan saat itu. Keuntungannya: a) Potongan harga pada harga pembelian. b) Efisiensi produksi. c) Penghematan biaya angkutan. 2. Fluctuation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan konsumen yang tidak dapat diramalkan. 3. Anticipation Stock Persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan, penjualan, atau permintaan yang meningkat. Universitas Mercu Buana Page 22

23 Persediaan Menurut Jenis dan Posisi Barang Di samping perbedaan menurut fungsi, persediaan itu dapat pula dibedakan atau dikelompokkan menurut jenis dan posisi barang tersebut di dalam urutan pengerjaan produk yaitu : (Sofjan Assauri 1999: ) a) Persediaan bahan baku (raw material stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, bahan baku mana dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari pemasok atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya. b) Persediaan bagian produk yang dibeli (purchased parts/components stock) yaitu persediaan barang-barang yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung digabungkan dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. c) Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplies stock) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang dipergunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi. d) Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses (work in process/progress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiaptiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi. Universitas Mercu Buana Page 23

24 e) Persediaan barang jadi (finished goods stock) yaitu persediaan barang-barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap untuk dijual kepada langganan atau perusahaan lain Macam-macam Biaya Persediaan. Persediaan merupakan salah satu pos modal kerja yang cukup penting karena kebanyakan modal usaha perusahaan berasal dari persediaan. Pada perusahaan industri, persediaan tersebut dapat berupa bahan mentah (raw material), barang dalam proses(work in process), maupun barang jadi (finished good). Kekurangan atau kelebihan persediaan merupakan gejala yang kurang baik. Kekurangan dapat berakibat larinya pelanggan, sedangkan kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien. Oleh karena itu manajemen persediaan berusaha agar jumlah persediaan yang ada dapat menjamin kelancaran proses produksi. Dengan kata lain, total cost yang berhubungan dengan persediaan dapat minimal. Perhitungan total cost pesediaan secara keseluruhan dipengaruhi olaeh faktor-faktor pembentuk biaya dari persediaan seperti : 1. Biaya Pembelian (Purchasing Cost = c) Biaya pembelian adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang. Besarnya biaya pembelian ini tergantung pada jumlah barang yang dibeli dan harga satuan barang. Biaya pembelian menjadi faktor penting ketika harga barang yang dibeli tergantung pada ukuran pembelian. Situasi ini akan diistilahkan sebagai quantity discount atau price break diamana harga barang per-unit akan turun bila jumlah barang yang dibeli meningkat. Dalam kebanyakan teori persediaan, komponen biaya pembelian Universitas Mercu Buana Page 24

25 tidak dimasukkan kedalam total biaya sistem persediaan karena diasumsikan bahwa harga barang per-unit tidak dipengaruhi oleh jumlah barang yang dibeli sehingga komponen biaya pembelian untuk periode waktu tertentu (misalnya satu tahun) konstan dan hal ini tidak akan mempengaruhi jawaban optimal tentang berapa banyak barang yang harus dipesan. 2. Biaya Pengadaan (Procurement Cost) Biaya pengadaan dibedakan atas 2 jenis sesuai asal-usul barang, yaitu biaya pemesanan (ordering cost) bila barang yang diperlukan diperoleh dari pihak luar (supplier) dan biaya pembuatan (setup cost) bila barang diperoleh dengan memproduksi sendiri. Biaya Pemesanan (Ordering Cost = k) Biaya pemesanan adalah semua pengeluaran yang timbul untuk mendatangkan barang dari luar. Biaya ini meliputi biaya untuk menentukan pemasok (supplier), pengetikan pesanan, pengiriman pesanan, biaya pengangkutan, biaya penerimaan dan seterusnya. Biaya ini diasumsikan konstan untuk setiap kali pesan. Biaya Pembuatan (Setup Cost = k) Biaya pembuatan adalah semua pengeluaran yang timbul dalam mempersiapkan produksi suatu barang. Biaya ini timbul didalam pabrik yang meliputi biaya menyusun peralatan produksi, menyetel mesin, mempersiapkan gambar kerja dan seterusnya. Karena kedua biaya tersebut mempunyai peran yang sama, yaitu pengadaan barang, maka kedua biaya tersebut disebut sebagai biaya pengadaan (procurement cost). Universitas Mercu Buana Page 25

26 3. Biaya Penyimpanan (Holding Cost/Carrying Cost = h) Biaya simpan adalah semua pengeluaran yang timbul akibat menyimpan barang. Biaya ini meliputi : Biaya Memiliki Persediaan (biaya modal) Penumpukan barang digudang berarti penumpukan modal, dimana modal perusahaan mempunyai ongkos (expence) yang dapat diukur dengan suku bunga bank. Oleh karena itu, biaya yang ditimbulkan karena memiliki persediaan harus diperhitungkan dalam biaya sistem persediaan. Biaya memiliki persediaan diukur sebagai persentase nilai persediaan untuk periode waktu tertentu. Biaya Gudang Barang yang disimpan memerlukan tempat penyimpanan sehingga timbul biaya gudang. Bila gudang dan peralatannya disewa, maka biaya gudangnya merupakan biaya sewa sedangkan bila perusahaan mempunyai gudang sendiri maka biaya gudang merupakan biaya depresiasi. Biaya Kerusakan dan Penyusutan Barang yang disimpan dapat mengalami kerusakan dan penyusutan karena beratnya berkurang ataupun jumlahnya berkurang karena hilang. Biaya kerusakan dan penyusutan biasanya diukur dari pengalaman sesuai dengan presentasenya. Biaya Kadaluwarsa (Absolence) Barang yang disimpan dapat mengalami penurunan nilai karena perubahan teknologi dan model seperti barang-barang elektronik. Biaya kadaluwarsa biasanya diukur dengan besarnya penurunan nilai jual dari barang tersebut. Universitas Mercu Buana Page 26

27 Biaya Asuransi Barang yang disimpan diasuransikan untuk menjaga dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti kebakaran. Biaya asuransi tergantung jenis barang yang diasuransikan dan perjanjian dengan perusahaan asuransi. Biaya Administrasi dan Pemindahan Biaya ini dikeluarkan untuk mengadministrasikan persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang maupun penyimpanannya dan biaya untuk memindahkan barang dari, ke, dan didalam tempat penyimpanan, termasuk upah buruh dan biaya peralatan handling. Dalam manajemen persediaan, terutama yang berhubungan dengan masalah kuantitatif, biaya simpan per-unit diasumsikan linier terhadap jumlah barang yang disimpan (misalnya: Rp/unit/tahun). 4. Biaya Kekurangan Persediaan (Shortage Cost = p) Bila perusahaan kehabisan barang pada saat ada permintaan, maka akan terjadi keadaan kekurangan persediaan. Keadaan ini akan menimbulkan kerugian karena proses produksi akan terganggu dan kehilangan kesempatan mendapat keuntungan atau kehilangan konsumen pelanggan karena kecewa sehingga beralih ke tempat lain. Biaya kekurangan persediaan dapat diukur dari : Kuantitas yang tidak dapat dipenuhi Biasanya diukur dari keuntungan yang hilang karena tidak dapat memenuhi permintaan atau dari kerugian akibat terhentinya proses produksi. Kondisi ini diistilahkan sebagai biaya penalty (p) atau hukuman kerugian bagi perusahaan dengan satuan misalnya: Rp/unit. Universitas Mercu Buana Page 27

28 Waktu pemenuhan Lamanya gudang kosong berarti lamanya proses produksi terhenti atau lamanya perusahaan tidak mendapatkan keuntungan, sehingga waktu menganggur tersebut dapat diartikan sebagai uang yang hilang. Biaya waktu pemenuhan diukur berdasarkan waktu yang diperlukan untuk memenuhi gudang dengan satuan misalnya: Rp/satuan waktu. Biaya pengadaan darurat Supaya konsumen tidak kecewa maka dapat dilakukan pengadaan darurat yang biasanya menimbulkan biaya yang lebih besar dari pengadaan normal. Kelebihan biaya dibandingkan pengadaan normal ini dapat dijadikan ukuran untuk menentukan biaya kekurangan persediaan dengan satuan misalnya: Rp/setiap kali kekurangan. Kadang-kadang biaya ini disebut juga biaya kesempatan (opportunity cost).ada perbedaan pengertian antara biaya persediaan actual yang dihitung secara akuntansi dengan biaya persediaan yang digunakan dalam menentukan kebijaksanaan persediaan. Biaya persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan persediaan yang diperhitungkan dalam penentuan kebijaksanaan persediaan hanyalah biaya-biaya yang bersifat variabel (incremental cost), sedangkan biaya yang bersifat fixed seperti biaya pembelian tidak akan mempengaruhi hasil optimal yang diperoleh sehingga tidak perlu diperhitungkan. 2.3 Material Requirement Planning Dalam sebuah pabrik selalu terjadi proses transformasi. Dimulai dari bahan baku sebagai input diproses menjadi produk sebagai outputnya. Proses transformasi tersebut, membentuk sebuah system produksi yang mencakup empat unsur pengaturan, yaitu: Universitas Mercu Buana Page 28

29 1. pengaturan material 2. pengaturan sumber daya material 3. pengaturan modal dan 4. pengaturan mesin Pengaturan material mencakup hal-hal yang berhubungan dengan sistem persediaan sekaligus sistem informasinya, agar dicapai sistem pengadaan material tepat waktu, tepat jumlah, tepat bahan, dan tepat harga. Ide dasar dari konsep Material Requirement Planning (MRP) sudah berkembang lama dan telah banyak digunakan dalam penyelesaian proyek industri, mulai dari pembangunan rumah sederhana hingga gedung pencakar langit. Bahan yang tepat, pada saat yang tepat adalah filosofi yang digunakan dalam berbagai macam proyek tersebut. MRP digunakan untuk mengelola persediaan, terutama untuk produk-produk yang dependent. MRP menguraikan suatu produk secara hierarki mulai dari komponen dasar, subassembly, sampai menjadi barang jadi. Dengan demikian, akan barang jadi dapat diuraikan menjadi kebutuhan sub-sub assembly hingga kebutuhan komponen dasar. Struktur hierarki pembuatan suatu produk disebut Bagan Bahan (Bill of Material (BOM). Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) mengakui hubungan (relationship) antara permintaan (demand) untuk produk akhir dan komponen-komponen yang digunakan untuk membuatnya. Hubungan tersebut digunakan untuk menentukan jumlah kuantitas yang harus diproduksi untuk setiap produk akhir, komponen, dan sub-rakitan Universitas Mercu Buana Page 29

30 dalam satu periode. Pertanyaan dasar yang perlu dijadikan perhatian dalam merencanakan kebutuhan material adalah : 1. Kapan barang jadi akan diproduksi. 2. Komponen atau sub item apa yang dibutuhkan. 3. Berapa banyak komponen yang masih tersedia (inventory) 4. Berapa banyak komponen yang masih harus dipenuhi (kekurangan persediaan). 5. Berapa unit produk minimum yang harus dimiliki perusahaan. 6. Kapan harus dilakukan pemesanan (berkaitan dengan lead time). MRP berfungsi untuk mengendalikan persediaan agar tetap berada pada tingkat minimum dan tetap dapat memenuhi permintaan pada saat dibutuhkan. MRP juga dapat menentukan dengan tepat jadwal pembuatan item-item pembentuk produk dilakukan Pengertian MRP MRP adalah suatu konsep dalam manajemen produksi untuk perencanaan kebutuhan material yang berisikan prosedur dan aturan yang logis serta teknik pencatatan yang akurat, sehingga material yang dibutuhkan dapat tersedia sesuai dengan yang direncanakan. MRP juga sangat berperan sebagai pengendali dan penjadwalan persediaan. Komputer dan perkembangannya memungkinkan semua perhitungan itu menjadi lebih cepat dan tepat. Konsekuensi dari metoda tradisional adalah seringkali barang yang dipesan belum merupakan kebutuhan, sehingga penyimpanannya memerlukan waktu cukup lama dan ongkos simpan yang cukup besar. Universitas Mercu Buana Page 30

31 Sementara itu MRP mempunyai karakteristik sebagai berikut : 1. Perhatian terhadap kapan dibutuhkan Integrasi pemikiran antara fungsi pengawasan produksi dan manajemen persediaan mengakibatkan pergeseran perhatian terhadap kapan dibutuhkan ketimbang perhatian langsung terhadap kapan melakukan pemesanan. Jika manajer operasi memiliki informasi tanggal permintaan, maka pemesanan dan penjadwalan komponen untuk merakit produk merupakan masalah kapan dibutuhkan. 2. Perhatian terhadap prioritas pemesanan Adanya kesadaran bahwa semua pesanan konsumen tidak memiliki prioritas yang sama. Produk yang satu lebih penting jika dibandingkan dengan produk yang lain. Hal ini memungkinkan dilakukannya penjadwalan untuk memenuhi prioritas pesanan. 3. Penundaan pengiriman permintaan Konsekuensi dari prioritas pesanan menghasilkan konsep penundaan pengiriman yaitu menunda produksi atau pesanan terhadap item yang telah dijadwalkan, untuk memaksimumkan keseluruhan operasi. 4. Fungsi integrasi Pengawasan produksi dan manajemen persediaan dipandang sebagai fungsi yang terintegrasi Universitas Mercu Buana Page 31

32 2.3.2 Tujuan MRP Sistem MRP adalah suatu sistem yang bertujuan untuk menghasilkan informasi yang tepat untuk melakukan tindakan yang tepat (pembatalan pesanan, pesan ulang, dan penjadwalan ulang). Tindakan ini juga merupakan dasar untuk membuat keputusan baru mengenai pembelian atau produksi yang merupakan perbaikan atas keputusan yang telah dibuat sebelumnya. Ada empat kemampuan yang menjadi ciri utama dari sistem MRP, yaitu : 1. Menentukan kebutuhan pada saat yang tepat Maksudnya adalah menentukan secara tepat kapan suatu pekerjaan harus diselesaikan atau kapan material harus tersedia untuk memenuhi permintaan atas produk akhir yang sudah direncanakan pada Jadwal Induk Produksi. 2. Menentukan kebutuhan minimal untuk setiap item Dengan diketahuinya kebutuhan akan produk jadi, MRP dapat menentukan secara tepat sistem penjadwalan (berdasarkan prioritas) untuk memenuhi semua kebutuhan minimal setiap item komponen. 3. Menentukan pelaksanaan rencana pemesanan Maksudnya adalah memberikan indikasi kapan pemesanan atau pembatalan terhadap pesanan harus dilakukan, baik pemesanan yang diperoleh dari luar atau dibuat sendiri. 4. Menentukan penjadwalan ulang atau pembatalan atas suatu jadwal yang sudah direncanakan. Apabila kapasitas yang ada tidak mampu memenuhi pesanan yang dijadwalkan pada waktu yang diinginkan, maka sistem MRP dapat memberikan indikasi Universitas Mercu Buana Page 32

33 untuk melakukan rencana penjadwalan ulang (jika mungkin) dengan menentukan prioritas pesanan yang realistik. Jika penjadwalan ulang ini masih tidak memungkinkan untuk memenuhi pesanan, maka pembatalan atas suatu pesanan harus dilakukan. Tujuan Material Requirement Planning (MRP) secara umum adalah : 1. Meminimalkan persediaan Dengan telah ditentukannya jumlah dan waktu suatu komponen yang diperlukan, maka pembelian hanya dilakukan sebatas yang diperlukan saja sehingga dapat meminimalkan biaya persediaan. 2. Mengurangi resiko keterlambatan pengiriman dan produksi Dengan diperhatikannya lead time untuk setiap komponen akan memperkecil resiko tidak tersedianya komponen yang akan diproses serta dapat mengganggu proses produksi. 3. Komitmen yang realistis Dengan dapat dipenuhinya jadwal produksi sesuai waktunya, komitmen terhadap pengiriman barang akan lebih realistis sehingga akan meningkatkan kepuasan dan kepercayaan konsumen. 4. Meningkatkan efisiensi Dengan lebih baiknya perencanaan dalam hal jumlah persediaan, waktu produksi dan waktu pengiriman barang, maka akan meningkatkan efisiensi dalam perusahaan. Universitas Mercu Buana Page 33

34 2.3.3 Syarat Pendahuluan Sistem MRP Agar sistem Material Requirement Planning (MRP) dapat diterapkan mencapai hasil yang baik, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi yaitu : 1. Harus ada jadwal induk produksi (Master Production Schedule) suatu pernyataan yang menentukan jumlah hasil akhir yang akan diproduksi, serta kapan diproduksi. 2. Nomor-nomor dari persediaan harus ditetapkan dan harus unik (jangan sampai keliru dengan item lainnya). 3. Tersedianya catatan mengenai status dari semua item yang dikendalikan dengan sistem Material Requirement Planning (MRP). 4. Lead time bagi semua item sudah diketahui. 5. Tanggal yang dicantumkan dalam jadwal itu benar-benar menunjukan tanggal fabrikasi akan dilaksanakan. 1. Jumlah item yang disebutkan untuk Material Requirement Planning (MRP) harus sama dengan yang akan dipakai untuk fabrikasi Masukan dan Keluaran Proses MRP Untuk melakukan proses MRP, diperlukan tiga masukan utama yaitu : 1. Jadwal Induk Produksi (JIP) 2. Struktur Produk 3. Catatan Status Persediaan Universitas Mercu Buana Page 34

35 Jadwal Induk Produksi Gambar 2.3 Skema masukan proses MRP Jadwal induk produksi merupakan rencana rinci tentang jumlah barang yang akan diproduksi pada beberapa satuan waktu dalam horizon perencanaan. Jadwal induk produksi merupakan optimasi ongkos dengan memperhatikan kapasitas yang tersedia dalam ramalan permintaan untuk mencapai rencana produksi yang akan meminimasi total ongkos produksi dan persediaan Struktur Produk (Product Structure Record & Bill of Material) Setiap item dan komponen produk harus memiliki identifikasi yang jelas dan unik sehingga berguna pada saat komputerisasi. Hal ini dilakukan dengan membuat struktur produk dan bill of material tiap produk. Struktur produk berisi informasi mengenai hubungan antar komponen dalam perakitan. Informasi ini penting dalam penentuan kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih suatu komponen. Lebih jauh lagi, Universitas Mercu Buana Page 35

36 struktur produk juga mengandung informasi tentang semua item, seperti nomor item, serta jumlah yang dibutuhkan pada tiap tahapan perakitan. Struktur produk ini dibagi menjadi beberapa level/tingkatan. Level 0 (nol) ialah tinkatan produk akhir. Level di bawahnya (level 1) merupakan sub assembly yang jika dirakit akan menjadi produk akhir. Level di bawahnya lagi (level 2) merupakan tingkatan sub-sub assembly yang membentuk sub assembly jika dirakit. Untuk kemudahan kodifikasi, item komponen yang sama sebaiknya ditempatkan pada level yang sama. Ini berarti bahwa item komponen yang berada di level yang lebih tinggi harus diturunkan ke level terendah dimana komponen tersebut digunakan Status Persediaan Sistem MRP didasarkan atas keakuratan data status persediaan yang dimiliki sehinnga keputusan untuk membuat atau memesan barang pada suatu saat dapat dilakukan dengan sebaik-baikya. Untuk itu tingkat persediaan komponen dan material harus selalu diamati. Jika terjadi perbedaan antara tingkat persediaan akktual dengan data persediaan dalam sistem computer maka data persediaan dalam sistem komputer tersebut harus segera dimutakirkan. MRP tidak mungkin dijalankan tanpa adanya catatan. Selain itu masukan lain yang harus diperhatikan adalah pesanan komponen dari perusahaan lain yang membutuhkan dan peramalan atas item yang tidak bergantungan. Sementara itu keluaran dari MRP secara garis besar terdiri dari : Catatan tentang pesanan yang harus dikerjakan atau direncanakan baik dari pabrik sendiri maupun dari suplier Indikasi untuk penjadwalan ulang atau pembatalan produksi Universitas Mercu Buana Page 36

37 Indikasi pembatalan pesanan Informasi keadaan persediaan Gambar 2.4 Skema Keluaran MRP Prosedur Sistem MRP Sistem MRP memiliki empat langkah utama yang selanjutnya keempat langkah ini harus diterapkan satu persatu pada periode perencanaan dan pada setiap item. Langkah-langkah prosedur tersebut adalah sebagai berikut: 1. Proses Netting, yaitu penentuan kebutuhan bersih. 2. Proses Lotting, yaitu penentuan besarnya pesanan. 3. Proses Offseting, yaitu penentuan saat pemesanan atau pembuatan komponen atau bahan. 4. Proses Explosion, yaitu proses perhitungan kebutuhan kotor item yang berada di tingkat lebih bawah. Universitas Mercu Buana Page 37

38 PERENCANAAN KEBUTHAN MATERIAL (MRP) Ada perubahan NETTING Perhitungan kebutuhan bersih EKSPLODING Ulangi untuk level berikutnya LOTTING Besarnya ukuran pesanan PELAKSANAAN MRP Level akhir OFFSETTING Waktu pesanan barang Gambar 2.5 Langkah Dasar Proses MRP Proses Netting Netting adalah proses perhitungan untuk menetapkan jumlah kebutuhan bersih yang besarnya merupakan selisih antara kebutuhan kotor dengan keadaan persediaan (yang ada dalam persediaan dan yang sedang dipesan). Masukan yang diperlukan dalam proses perhitungan kebutuhan bersih ini adalah : a. Kebutuhan kotor (yaitu jumlah produk akhir yang akan dikonsumsi) untuk tiap periode selama periode perencanaan. b. Rencana penerimaan dari subkontraktor selama periode perencanaan. c. Tingkat persediaan yang dimiliki pada awal periode perencanaan. Berikut contoh perhitungan kebutuhan bersih. Universitas Mercu Buana Page 38

39 Tabel 2.3. Contoh Perhitungan Netting Periode Total Kebutuhan Kotor Jadwal Penerimaan Persediaan di Tangan : Kebutuhan Bersih Proses Lotting Proses lotting ialah proses untuk menentukan besarnya pesanan yang optimal untuk masing-masing item produk berdasarkan hasil perhitungan kebutuhan bersih. Proses lotting erat hubungannya dengan penentuan jumlah komponen/ item yang harus dipesan/disediakan. Proses lotting sendiri amat penting dalam rencana kebutuhan bahan. Penggunaan dan pemilihan teknik yang tepat sangat mempengaruhi keefektifan rencana kebutuhan bahan. Ukuran lot berarti jumlah item yang harus dipesan/dibuat, dikaitkan dengan besarnya ongkos-ongkos persediaan, seperti ongkos pengadaan barang (ongkos set up), ongkos simpan, biaya modal, serta harga barang itu sendiri. Dengan memperhatikan ongkos-ongkos tersebut maka ukuran lot ideal agar ongkos total persediaan minimal. Berikut ini contoh penentuan ukuran lot lot-for-lot (jumlah yang dipesan hanya sebesar jumlah yang dibutuhkan). Universitas Mercu Buana Page 39

40 Tabel 2.4. Contoh Perhitungan Lotting Periode Total Kebutuhan Bersih Ukuran Lot Proses Offsetting Proses ini ditujukan untuk menentukan saat yang tepat guna melakukan rencana pemesanan dalam upaya memenuhi tingkat kebutuhan bersih. Rencana pemesanan dilakukan pada saat material dibutuhkan dikurangi dengan waktu ancang. Berikut ini contoh offsetting dengan waktu ancang dua periode. Tabel 2.5. Contoh Perhitungan Offsetting Periode Total Ukuran Lot Rencana Pemesanan Proses Explosion Proses explosion adalah proses perhitungan kebutuhan kotor item yang berada di tingkat lebih bawah, didasarkan atas rencana pemesanan yang telah disusun pada proses offsetting. Dalam proses explosion ini data terstruktur produk dan bill of material Memegang peran penting karena menentukan arah explosion item komponen. Proses explosion dilakukan dengan menggunakan persamaan (3). Di bawah ini memberikan gambaran proses explosion yang terjadi pada tiga tingkat. Universitas Mercu Buana Page 40

41 Tabel 2.6. Contoh Perhitungan Explosion Item A Tingkat 1 waktu ancang 2 Periode Periode Total Kebutuhan Kotor Jadwal Penerimaan Persediaan di Tangan : Renc. Pemesanan Item B Tingkat 2 (1/1) waktu ancang 1 Periode Periode Total Kebutuhan Kotor Jadwal Penerimaan Persediaan di Tangan : Renc. Pemesanan Item C Tingkat 3 (2/1) waktu ancang 2 Periode Periode Total Kebutuhan Kotor Jadwal Penerimaan Persediaan di Tangan : Renc. Pemesanan Universitas Mercu Buana Page 41

42 2.3.6 Ukuran Lot Perkembangan sekarang telah dirangsang oleh munculnya sistem Perencanaan Kebutuhan Material yang mengungkapkan permintaan untuk barang persediaan dengan cara rangkaian waktu yang pasti dengan menghitung dimensi waktu untuk kebutuhan kotor dan kebutuhan bersih. Pendekatan-pendekatan yang paling banyak dikenal untuk ukuran lot adalah sebagai berikut : 1. Fixed Order Quantity (FOQ) 2. Economic Order Quantity (EOQ) 3. Lot For Lot (LFL) 4. Fixed Period Requirement (FPR) 5. Period Order Quantity (POQ) 6. Least Unit Cost (LUC) 7. Least Total Cost (LTC) 8. Part Period Balancing (PPB) 9. Wagner Within (WW) Dua dari teknik tersebut diatas adalah berorientasi pada permintaan, sedangkan yang lainnya disebut teknik-teknik ukuran lot yang diskrit. Sebab teknik-teknik tersebut menghasilkan sejumlah pesanan yang sama dengan kebutuhan bersih dalam jumlah yang tepat pada perioda perencanaan yang berhubungan. Ukuran-ukuran lot yang bersifat diskrit tidak menghasilkan sisa persediaan dalam arti jumlah persediaan yang disimpan tidak akan cukup untuk memenuhi Universitas Mercu Buana Page 42

43 kebutuhan perioda yang akan datang secara cepat. Pemilihan teknik-teknik tersebut diatas adalah dengan biaya penyimpanan. Teknik ukuran lot dapat digolongkan dalam dua bagian yaitu statis dan dinamis. Dikatakan statis bila jumlah pesanan yang dihitung hanya satu kali, sesuai dengan jadwal perencanaan pesanan. Dikatakan dinamis bila jumlah pesanan yang dihitung berulang-ulang mengikuti situasi. Gambar dibawah ini memperhatikan hubungan antara ukuran lot dengan biaya total yang dikeluarkan. Minimum Total Cost Biaya Total Ongkos Biaya Penyimpanan Biaya Pemesanan Q Kuantitas Pesanan Gambar 2.6. Hubungan antara Ukuran Lot dan Biaya Persediaan Universitas Mercu Buana Page 43

44 Dalam penelitian ini yang akan dianalisa adalah biaya total yang dikeluarkan dari masing-masing penggunaan teknik penentuan ukuran lot, yang terdiri dari : 1. Fixed Order Quantity (FOQ) 2. Lot For Lot (LFL) 3. Economic Order Quantity (EOQ) 4. Fixed Period Requirement (FPR) 5. Least Unit Cost (LUC) Berikut ini contoh data kebutuhan bersih selama 9 periode yang digunakan untuk menunjukkan hasil dalam memenuhi kebutuhan bersih Fixed Order Quantity (FOQ) FOQ merupakan teknik perhitungan inventory yang ditentukan pada faktor memperhatikan kapasitas yang tersedia dari proses maupun fasilitas. Metode ini berprinsip pada order quantity tetap dengan interval waktu yang berbeda. Tabel 2.7. Contoh Fixed Order Quantity Perioda Total Kebutuhan Bersih Jumlah Pesan Sediaan Misalkan biaya pemesanan Biaya penyimpanan = $ 50 sekali pesan = $ 0.20 / unit Jadi : Biaya pemesanan = 3 X $ 50 = $ 150 Biaya penyimpanan = 220 X $ 0.20 = $ 44 + Universitas Mercu Buana Page 44

45 Total biaya = $ Lot For Lot (LFL) Pemesanan lot for lot adalah pendekatan yang paling mudah dari semua ukuran lot. Jumlah yang dipesan besarnya sama dengan jumlah yang dibutuhkan dalam suatu perioda. Pendekatan ini memperkecil biaya penyimpanan dan biasanya digunakan untuk jenis barang yang mahal. Metode ini cocok untuk produk yang bersifat perishable goods, misalnya produk-produk makanan dan cocok untuk jenis inventory dengan biaya setup kecil, biaya simpan sangat besar, untuk produk dengan demand yang discontinous. Tabel 2.8. Contoh Lot For Lot Periode Total Kebutuhan Bersih Jumlah Pesan Sediaan Biaya pemesanan = 7 X $ 50 = $ 350 Biaya penyimpanan = 0 = $ 0 + Total biaya = $ Economic Order Quantity (EOQ) EOQ merupakan perbaikan dari system FOQ yang turut memperhatikan faktor intern seperti kapasitas dari proses dan fasilitas. Asumsi yang digunakan adalah permintaan bersifat steady state dan continue. Perhitungan EOQ diformulasikan sebagai berikut : (Referensi Teguh Baroto, 2002) Universitas Mercu Buana Page 45

46 Dimana : A = Order Cost D = Demand rata-rata per horison H = Holding Cost (Referensi Arman Hakim Nasution, 2006) Dimana : D = Demand rata-rata per horison k = Order Cost h = Holding Cost Contoh soal: Sebuah perusahaan susu mempunyai Demand rata-rata per horison = 500 setiap kali pemesanan perusahaan tersebut membutuhkakn biaya Rp dan untuk biaya penyimpanannya Rp /periode. Berapa quantitas pemesanan yang harus dilakukan perusahaan susu tersebut, dan berapa jumlah total biayanya (biaya pemesanan + penyimpanan)? Jawab. Dik Dimana : A = Order Cost = Rp D = Demand rata-rata per horison = 500 H = Holding Cost = Rp /periode Dit - Q dan biaya total? EOQ 2AD H EOQ 2x500x Universitas Mercu Buana Page 46

47 Tabel 2.9. Contoh Economic Order Quantity Perioda Total Kebutuhan Bersih Jumlah Pesan Sediaan Biaya pemesanan = 3 X Rp = Rp Biaya penyimpanan = 225 X Rp = Rp Total biaya = Rp Fixed Period Requirement (FPR) Konsep ini menggunakan konsep pemesanan dengan interval tetap, tetapi jumlah yang dipesan berfariasi. Jumlah yang dipesan merupakan jumlah dari permintaan pada periode-periode yang tercakup. Misalnya jika kebutuhan bersih dua perioda telah ditetapkan, teknik ini dapat memasukkan pesanan perioda lainnya, kecuali saat kebutuhan bersih dalam suatu perioda yang ditentukan sama dengan nol dapat memajukan interval pemesanan. Tabel 2.10.Contoh Fixed Period Requirement Perioda Total Kebutuhan Bersih Jumlah Pesan Sediaan Universitas Mercu Buana Page 47

48 Biaya pemesanan = 4 X $ 100 = $ 400 Biaya penyimpanan = 45 X $ 0.2 = $ Total biaya = $ Perhitungan Menggunakan Metode Ongkos Unit Terkecil ( LUC ) Teknik ini mempunyai ukuran kwantitas pemesanan dan interval pemesanannya dapat bervariasi. Pada teknik LUC ini ukuran kwantitas pemesanan (lot size) ditentukan dengan cara coba-coba, yaitu dengan jalan mempertanyakan apakah ukuran lot di suatu periode sebaiknya sama dengan kebutuhan bersih atau bagaimana kalau ditambah dengan periode-periode berikutnya. Keputusan ditentukan berdasarkan ongkos per unit (ongkos pengadaan per unit + ongkos simpan per unit) terkecil dari setiap bakal ukuran lot yang akan dipilih. Contoh soal: - Ongkos pengadaan = Rp Ongkos simpan = Rp. 1 per unit per periode Universitas Mercu Buana Page 48

49 Tabel 2.11.Teknik Perhitungan LUC Ongkos Ongkos Bakal Ongkos Periode Kebutuhan Periode Simpan Per Lot Pengadaan (t) Bersih (Rt) Penyimpanan untuk Per Unit Size Per Unit Lot unit (Rp) Tabel 2.12.Contoh Least Unit Cost Perioda Total Kebutuhan Bersih Rencana Pemesanan Biaya pemesanan = 3 X Rp 100 = Rp 300 Biaya penyimpanan = 265 X Rp 1 = Rp Total biaya = Rp 565 Universitas Mercu Buana Page 49

50 2.3.7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kesulitan dalam Penerapan (MRP) Ada beberapa faktor yang menyulitkan praktisi dalam menerapkan sistem MRP. Faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut : 1. Struktur Produk Struktur produk merupakan sesuatu yang mutlak harus ada bila kita ingin menerapkan sistem MRP, tetapi struktur produk yang rumit dan banyak tingkat (multi level) akan membuat perhitungan semakin kompleks, terutama dalam proses eksplosion. 2. Ukuran Lot Beberapa teknik ukuran lot yang bisa dipakai adalah teknik FPR, L-4-L, FOQ, EOQ dan LUC. Teknik-teknik tersebut akan memberikan hasil yang berbeda dalam ongkos total persediaannya, tetapi yang banyak dipakai karena sederhana adalah teknik L-4-L. 3. Lead Time Berubah ubah Lead time akan mempengaruhi proses offsetting, sehingga jika lead time berubah-ubah, maka offsetting akan berubah juga. Jika offsetting sering berubah, maka kegiatan produksi akan tidak dapat terjadwal dengan baik. Universitas Mercu Buana Page 50

51 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Menentukan Topik Penelitian yang dilakukan ini, mempunyai tujuan untuk merencanakan dan mengendalikan tingkat persediaan bahan baku pada PT. SAMCO FARMA dengan menggunakan pendekatan metode MRP untuk menentukan biaya total yang optimal. Penulis hanya akan meneliti masalah persediaan bahan baku pada satu jenis yaitu Produk Obat Betamin. 3.2 Penelitian Pendahuluan Pada tahap ini merupakan tahap awal dalam metode penelitian, dimana pada tahap ini dilakukan studi lapangan yang berguna untuk mengetahui hal-hal yang perlu diamati dan masalah yang terjadi di perusahaan. Dengan melakukan studi ini, Universitas Mercu Buana Page 51

52 diharapkan penulis dapat memperoleh data-data atau informasi yang dibutuhkan untuk tahap-tahap berikutnya serta memperoleh gambaran perusahaan secara keseluruhan. 3.3 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini yaitu : 1. Melalukan Penerapan dengan sistem Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) pada produk obat Betamin di PT. Samco Farma 2. Menentukan biaya optimal dengan menggunakan metode Material Requirement Planning (MRP) berdasarkan perbedaan yang didapat dari 5 metode ukuran lot. 3.4 Studi Lapangan Pada tahap ini dilakukan pengamatan dan pengumpulan data serta permasalahan yang ada pada Perencanaan Kebutuhan Material di PT. SAMCO FARMA. 3.5 Studi Pustaka Studi pustaka adalah suatu langkah mempelajari dan membaca buku-buku referensi yang berhubungan dengan masalah yang akan dibahas dan digunakan dalam memecahkan masalah serta mencari solusi untuk mengatasi masalah tersebut. 3.6 Pengumpulan dan Pengolahan Data Pada tahap ini akan membahas tentang data yang digunakan yaitu data bahan baku, jumlah persedian, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Pengumpulan data Universitas Mercu Buana Page 52

53 dilakukan dengan wawancara dan pengamatan langsung di perusahaan. Pengolahan data dilakukan berdasarkan teori-teori yang didapat pada buku-buku dan jurnal yang menjadi referensi Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penelitian ini. Data-data dan informasi yang dikumpulkan untuk menunjang pengolahan data adalah sebagai berikut : 1. Data sejarah perusahaan, struktur organisasi dan data umum lainnya. 2. Data-data yang berhubungan dengan persediaan bahan baku utama. 3. Data-data biaya, : Biaya bahan baku Biaya pemesanan (setup cost) Biaya penyimpanan (holding cost) 4. Proses produksi Pengolahan Data Setelah data-data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya dilakukan pengolahan data dengan tahap-tahap sebagai berikut : 1. Menentukan biaya pemesanan untuk masing-masing metode untuk selanjutnya dibandingkan. Universitas Mercu Buana Page 53

54 2. Menentukan biaya penyimpanan untuk masing-masing metode untuk selanjutnya dibandingkan. 3. Menentukan biaya total untuk masing-masing metode untuk selanjutnya dibandingkan. 4. Menggunakan metode lot sizing yaitu : Fixed Order Quantity (FOQ) Lot For Lot (LFL) Economic Order Quantity (EOQ) Fixed Period Requirement (FPR) Least Unit Cost (LUC) 3.7 Analisa Hasil Pada tahap ini dilakukan analisa berdasarkan hasil pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya yang berdasarkan landasan teori yang digunakan. 3.8 Kesimpulan dan Saran Hasil dari analisa dan penelitian secara menyeluruh diatas, maka dapat disusun kesimpulan dan saran yang dapat digunakan sebagai solusi atau langkah pemecahan masalah untuk melakukan pengembangan baik untuk pihak perusahaan maupun pengembangan penelitian selanjutnya. Pemecahan masalah tersebut secara sistematis dapat diilustrasikan dalam gambar 3.1. Skema Metodologi Penelitian, berikut ini : Universitas Mercu Buana Page 54

55 Identifikasi masalah Tujuan penelitian Pengumpulan data Data lapangan Data teoritis Pengolahan data Analisa data Kesimpulan dan saran Selesai Gambar 3-1. Flow Cart Metodologi Penelitian Universitas Mercu Buana Page 55

56 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pengertian Industri Farmasi Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (SK Menkes RI No. 245/Menkes/SK/1990) yang dimaksus industri farmasi adalah industri obat jadi dan industri bahan baku obat. Industri obat jadi adalah industri yang menghasilkan suatu produk (berupa obat) yang telah melalui seluruh tahap proses pembuatan. Proses pembuatan meliputi seluruh rangkaian kegiatan menghasilkan suatu obat yang meliputi produksi dan pengawasan mutu mulai dari pengolahan bahan awal, proses pengolahan, pengemasan sampai obat jadi dan kemudian didistribusikan., sedangkan industri bahan baku adalah industri bahan baku yang diproduksi oleh suatu industri dimana bahan baku tersebut adalah semua bahan baik yang berkhasiat maupun yang tidak berkhasiat, yang berubah maupun tidak berubah, yang digunakan oleh proses pembuatan obat. Universitas Mercu Buana Page 56

57 Setiap industri farmasi wajib memiliki izin usaha dari Mentri Kesehatan. Perusahaan farmasi yang memproduksi obat wajib menerapkan CPOB yang menyangkut keseluruhan aspek produksi dan pengendalian mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa obat yang dihasilkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang bertujuan untuk menjamin bahwa obat yang dihasillkan senantiasa memenuhi persyaratan mutu yang telah ditetapkan sesuai maksud pengguanaannya Sejarah Umum dan Perkembangan Perusahaan Bapak Amantius adalah seorang pemegang saham dan dewan dereksi PT. SAMCO FARMA tertarik pada bidang obat karena sedikit banyak mengetahui tentang obat baik yang berupa ramuan rempah-rempah (tradisional) maupun yang berbentuk pil atau kapsul (modern). Kemudian beliau membuat toko obat ( HIDUP ABADI ) yang menjual berbagai macam obat, baik yang diproduksi oleh pabrik indonesia maupun yang impor langsung dari luar negeri, khususnya Hongkong. Permintaan akan obat yang diimpor ternyata terus meningkat, sehingga timbul ide untuk memproduksi sendiri obat tersebut denan maksud mempeoleh keuntungan yang lebih besar. Motivasi untuk mendirikan pabrik ini lebih diperkuat lagi dengan keadaan pada masa itu dimana pemerintah memberikan berbagai kemudahan untuk menarik dan menghimpun penanaman modal, baik penanaman modal dalam negeri maupun penanaman modal asing (masa peraliahan dari orde lama menjadi orde baru). Kemudahan yang diberikan oleh pemeritah untuk merangsang masuknya modal asing maupu modal dalam negeri antara lain: Kedatangan mesin dari luar negeri yang tidak dikenai pajak Proses mengimpor barang dari luar negeri tidak dikenai pajak. Universitas Mercu Buana Page 57

58 Khusus masalah pajak, ada yang disebut dengan Tax Holiday yang berarti untuk setiap pabrik yang baru beroperasi dibebaskan dari pajak selama kurang lebih 3 tahun sejak dimulainya operasi pabrik itu. Disamping hal-hal tersebut diatas, keinginan untuk memproduksi obat tersebut juga didorong dengan keluarnya peraturan baru dari pemerintah untuk tidak memberi izin impor obat dalam bentuk barang/jasa mulai tahun Setelah dipertimbangkan baik buruknya, maka diputuskan untuk mendirikan pabrik yang memproduksi obat yang diimpor tersebut dibawah lisinsi dari perusahaan First Samwood, Hongkong. Hal ini dilakukan karena pada waktu itu perusahaan sama sekali tidak memiliki pengetahuan tentang proses produksi obat. Setelah keinginan tersebut disepakati oleh PT. First Samwood Hongkong maka mulailah mengumpulkan modal yang dibutuhkan untuk pendirian bangunan pabrik maupun pembelian mesin pabrik. Karena modal yang dibutuhkan banyak maka dicari lokasi pabrik yang sekiranya memenuhi persyaratan (sesuai undang-undang) : Harga tanah murah Tidak terlalu jauh dari jakarta (strategis) Sumber air yang baik, karena dalam produksi obat atau farmasi air merupakan faktor penting. Membantu program pemerintah didalam hal hal penyebaran industri luar jakarta Membantu pemerintah dalm hal penganguran. Universitas Mercu Buana Page 58

59 Dan lokasi yang memenuhi persyaratan tersebut adalah kota Tangerang. Pada tahun 1973 pabrik PT. SAMCO FARMA yang terletak dijalan Gatot Subroto Km 1.2 No 27 Tangerang mulai dibangun diatas tanah seluas 1 hektar. Dan selesai pada tahun setelah pembangunan pabrik selesai, maka mulailah didatangkan mesin-mesin yang dibutuhkan. Setelah itu dilakukan uji coba dibawah naungan atau bimbingan dari PT. First Samwood Hongkong. Pada tahun 1975 oerusahaan memulai produksi komersialnya (berarti produk yang dihasilkan dapat dijual kepada konsumen karena telah memenuhi standar yang telah ditentukan), sesuai dengan surat izin Departemen Kesehatan No. 3492/D/SK/PAB/75, yang dikeluarkan oleh direktorat pemeriksaan obat dan makanan (Dirjen POM). Surat izin tersebut merupakan surat izin yang diberikan untuk mendirikan industri farmasi. Produk pertama dari PT. SAMCO FARMA adalah obat cacing, karena proses pembuatannya sangat mudah. Jumlah karyawan termasuk pimpinan perusahaan pada masa itu hanya 10 orang. Perusahaan Samco Farma berbentuk perseroan terbatas, berdasarkan akte Notaris Soetomo Ramelan,SH No 1 tanggal 1 Desember 1972, Jakarta. PT. SAMCO FARMA dipimpin oleh Dewan Direksi yang terdiri dari direktur utama yang sekaligus sebagai pemegang saham, serta dibantu oleh tiga orang direktur. PT. SAMCO FARMA terus berkembang, hal ini dapat dilihat dari jumlah produk obatobatan yang dihasilkan/diproduksi. Sampai saat ini PT.SAMCO FARMA sudah menghasilkan kurang lebih 100 jenis/macam obat-obatan, baik yang diproduksi sendiri maupun diproduksi dibawah lisensi dari PT. First Samwood Hongkong. Dengan Universitas Mercu Buana Page 59

60 semakin berkembangnya pabrik, maka diperlukan modal tambahan. Pada tahun 1978 Pabrik PT. SAMCO FARMA mengadakan penambahan modal perusahaan Struktur Organisasi PT. Samco Farma Semacam struktural, PT. Samco Farma dipimpin oleh Dewan Direksi yang terdiri dari seorang Presiden Direktur dan dibantu oleh tiga orang direktur diantaranya: 1. Direktur Keuangan Direktur keuangan membawahi departemen purchasing dan departemen keuangan. 2. Direktur Pabrik Direktur pabrik membawahi departemen pengawasan mutu, departemen produksi, departemen personalia atau umum, dan departemen teknik mesin 3. Direktur Marketing Direktur marketing membawahi departemen marketing, dan departemen marketing membawahi dua divisi yaitu, divisi detail dan divisi pabrik besar farmasi. Untuk menjalankan kegiatan operasional produksi, departemen produksi membawahi 5 divisi yaitu: a) Divisi Gudang b) Divisi Produksi Padat c) Divisi Produksi Cair d) Divisi Tradisional Universitas Mercu Buana Page 60

61 e) Divisi Pengemasan Disamping itu divisi detail membawahi administrasi dan sales Penjelasan Produk Obat Betamin Tablet adalah sediaan padat yang mengandung bahan obat dengan atau tanpa bahan pengisi. Tablet juga biasa dibuat dengan penambahan zat warna, dan zat pemberi rasa. Kebanyakan tablet digunkan pada pemberian obat-obatan oral, karena merupakan cara pemberian yang paling utama untuk memperoleh efek sistemik. Vitamin B 1 merupakan senyawa yang mempunyai khasiat secara fundamental berhubungan langsung dengan metabolisme kabohidrat dan dapat juga digunakan untuk difensiensi Vitamin B1 dalam dosis tertentu, Vitamin B 1 merupakan suatu senyawa yang sangat sering digunakan dalam melakukan proses terapi pengobatan sehingga harus diperhatikan secra khusus dalam memformulasikan menjadi bentuk sediaan yang stabil, aman serta praktis untuk digunakan. Khasiat yang di hasilkan oleh obat betamin ialah kekurangan vitamin B1, ganguan urat saraf, nyeri urat saraf, radang urat saraf, gangguan fungsi jantung, beri-beri, rematik sendi dan otot, nyeri otot, sciatica, letih setelah bekerja keras, kurang nafsu makan, berat badan menurun. Produk Betamin yang diproduksi oleh PT. Samco Farma mempunyai 2 kemasan yaitu kemasan botol atau 100 drag/butir tablet dan kemasan toples atau 2000 drag/butir tablet, semua kemasan tersebut diproduksi dalam bentuk batch. Data tersebut berdasarkan keterangan dari kepala bagian produksi PT. Samco Farma. Universitas Mercu Buana Page 61

62 Gambar 4.1. Produk Betamin Data Permintaan Konsumen Pengumpulan data permintaan konsumen sudah diketahui dari departemen marketing PT Samco Farma. Berikut adalah data permintaan Obat Betamin tahun 2009 dapat di lihat dari tabel berikut ini : Tabel 4.1. Data Permintaan Produk Obat Betamin Tahun 2009 Permintaan No. Periode/Bulan Tahun (Batch) 1 Januari Februari Maret April Mei Universitas Mercu Buana Page 62

63 6 Juni Juli Agustus September Oktober November Desember Total 236 sumber data perusahaan Data Perencanaan Kebutuhan Material Data Struktur Produk (Bill of Material) Salah satu data yang dibutuhkan untuk Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) adalah harus mengetahui komponen-komponen atau struktur produk pada Obat Betamin: Tabel 4.2. Data Struktur Produk Obat Betamin Lead Time No Nama Bahan Baku Level Satuan (Bulan) 1 1 Batch Obat Betamin 0 Kg - 2 Vitamin B1 1 Kg 1 Universitas Mercu Buana Page 63

64 3 Laktosa 1 Kg 1 4 Starch 1 Kg 1 5 Mg Stearat 1 Kg 1 Tabel 4.3. Struktur Produk Produk Komposisi (Kg) dalam 1 Batch Vitamin B1 Laktosa Strach Mg Stearat Obat Betamin Biaya-biaya dalam Persediaan Untuk menentukan ukuran lot yang tepat dan waktu yang tepat serta mempunyai biaya yang rendah. Oleh sebab itu biaya-biaya persediaan timbul akibat beroperasinya sistem persediaan dalam proses produksi. Biaya-biaya persediaan itu meliputi : Tabel 4.4. Biaya Bahan Baku Vitamin B1 No Nama Biaya Biaya 1. Biaya Pemesanan Rp Biaya Penyimpanan 0.5% 3. Harga/Kg Rp Universitas Mercu Buana Page 64

65 Tabel 4.5. Biaya Bahan Baku Laktosa No Nama Biaya Biaya 1. Biaya Pemesanan Rp Biaya Penyimpanan 0.5% 3. Harga/Kg Rp Tabel 4.6. Biaya Bahan Baku Starch No Nama Biaya Biaya 1. Biaya Pemesanan Rp Biaya Penyimpanan 0.5% 3. Harga/Kg Rp Tabel 4.7. Biaya Bahan Baku Mg Stearat No Nama Biaya Biaya 1. Biaya Pemesanan Rp Biaya Penyimpanan 0.5% 3. Harga/Kg Rp Universitas Mercu Buana Page 65

66 Struktur Biaya Untuk menentukan ukuran lot perlu diketahui harga dari setiap item per unit, biaya pemesanan dan biaya penyimpanan. Dibawah ini dijelaskan tabel data struktur biaya dari setiap bahan baku. No. Bahan Baku Harga/Kg Tabel 4.8. Struktur Biaya Bahan Baku Ongkos Sekali Pesan Ongkos Simpan (Kg/tahun) 1. Vitamin B1 Rp Rp Rp Laktosa Rp Rp Rp Starch Rp Rp Rp Mg Stearat Rp Rp Rp Proses Produksi Tahapan proses produksi pembuatan obat betamin ialah sebagai berikut : o Tahapan pertama Bahan baku datang dari suplier, dimasukan kedalam karantina untuk diadakan pemeriksaan kualitas. Jika bahan baku tersebut lolos pemeriksaan maka bahan baku tersebut masuk ke gudang bahan baku, jika tidak lolos pemeriksaan maka bahan baku ditolak dan dikembalikan ke pemasok. Universitas Mercu Buana Page 66

67 Gambar 4.2 Bahan Baku Pembuatan Obat Betamin o Tahapan kedua Setelah lolos dari pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian laboraturium, bahan baku dibawah ke proses penimbangan untuk menentukan komposisi yang terdapat dalam masing-masing formula yang sudah ditentukan oleh bagian produksi dan bagian laboraturium. Gambar 4.3 Proses Penimbangan Bahan Baku Universitas Mercu Buana Page 67

68 o Tahapan ketiga Setelah bahan baku ditimbang sesuai dengan formulanya, bahan baku yang sudah ditimbang tersebut dicampur kedalam mesin pencampuran. Gambar 4.4 Mesin Pencampuran o Tahapan keempat Setelah bahan baku tercampur, lalu bahan baku tersebut dimasukan kedalam mesin granulasi untuk dihaluskan. Universitas Mercu Buana Page 68

69 Gambar 4.5. Mesin Granulasi o Tahapan kelima Dan setelah bahan baku tersebut halus, bahan baku tersebut dimasukan kemsin pengeringan, dikeringkan agar mudah untuk dicetak. Gambar 4.6. Mesin Pengeringan Universitas Mercu Buana Page 69

70 o Tahapan keenam Setelah bahan baku dihaluskan dan dikeringkan, lalu dibawa ke proses selanjutnya yaitu pencetakan tablet. Dan setelah obat selesai dicetak bagian quality control memeriksa kadar air, kerapuhan, panjang dan lebar tablet, dengan mengambil sampel dalam tablet tersebut. Gambar 4.7 Proses Pencetakan Obat Tablet o Tahapan ketujuh Setelah tablet tersebut dinyatakan lulus pemeriksaan kualitas dari laboraturium, maka tablet tersebut dilanjutkan ke proses penyalutan yaitu pemberian rasa/gula agar obat tidak terlalu pahit disebut salut dasar, dan salut warna untuk merubah tampilan agar lebih menarik. Universitas Mercu Buana Page 70

71 Gambar 4.8 Proses Penyalutan o Tahapan kedelapan Tahapan selanjutnya ialah penyetripan atau packing primer, ditahapan ini tablet obat yang sudah jadi dimasukan kedalam botol atau distrip dengan alumunium poil untuk kapsul. Gambar 4.9 Proses Packing Primer Universitas Mercu Buana Page 71

72 o Tahapan kesembilan Setelah melalui proses penyetripan atau packing primer, tahapan selanjutnya ialah pengemasan atau packing sekunder. Di proses ini dilakukan pemasangan etiket, plastik, folding box, dan dus untuk dikemas, dan melalui proses selanjutnya. o Tahapan kesepuluh Produk obat yang sudah dikemas, dikarantina terlebih dahulu untuk dilakukan proses pemeriksaan oleh bagian quality control, dengan memeriksa kebocoran strip atau robek dan lain-lain. Setelah itu produk jadi yang sudah lulus pemeriksaan di simpan di gudang produk jadi dan siap untuk dikirim ke distributor. Universitas Mercu Buana Page 72

73 Gambar 4.10 Bagan Alir Proses Produksi Produk Obat Betamin Universitas Mercu Buana Page 73

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan sekarang ini tidak lagi terbatas secara

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan sekarang ini tidak lagi terbatas secara BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan sekarang ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Setiap perusahaan berlomba untuk terus

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan pada Supply Chain Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan,

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebelum penggunaan MRP biaya yang dikeluarkan Rp ,55,- dan. MRP biaya menjadi Rp ,-. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Penelitian Terdahulu Nastiti (UMM:2001) judul: penerapan MRP pada perusahaan tenun Pelangi lawang. Pendekatan yang digunakan untuk pengolahan data yaitu membuat Jadwal

Lebih terperinci

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP)

MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) MATERIAL REQUIREMENT PLANNING (MRP) PENDAHULUAN Dimulai dari 25 s.d 30 tahun yang lalu di mana diperkenalkan mekanisme untuk menghitung material yang dibutuhkan, kapan diperlukan dan berapa banyak. Konsep

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 3.1. Pengendalian Persediaan Setiap perusahaan, apakah itu perusahaan dagang, pabrik, serta jasa selalu mengadakan persediaan, karena itu persediaan sangat penting. Tanpa adanya

Lebih terperinci

3 BAB III LANDASAN TEORI

3 BAB III LANDASAN TEORI 3 BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Bahan Baku Bahan baku atau yang lebih dikenal dengan sebutan raw material merupakan bahan mentah yang akan diolah menjadi barang jadi sebagai hasil utama dari perusahaan yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI 2.1.1. Persediaan Persediaan merupakan salah satu pos modal dalam perusahaan yang melibatkan investasi yang besar. Kelebihan persediaan dapat berakibat pemborosan atau tidak efisien,

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA 1 3.1 PERSEDIAAN BAB III TINJAUAN PUSTAKA Maryani, dkk (2012) yang dikutip oleh Yudhistira (2015), menyatakan bahwa persediaan barang merupakan bagian yang sangat penting bagi suatu perusahaan. Persediaan

Lebih terperinci

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi

kegiatan produksi pada sistem manufaktur, kegiatan pemasaran pada sistem distribusi BABTI KAJIAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Persediaaan adalah sumber daya menganggur (idle resource) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud dengan proses lebih lanjut tersebut adalah berupa kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku.

BAB II KAJIAN LITERATUR. dengan tahun 2016 yang berkaitan tentang pengendalian bahan baku. BAB II KAJIAN LITERATUR 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa penelitian terdahulu sebagai referensi penelitian yang dilakukan. Referensi yang digunakan merupakan

Lebih terperinci

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O

Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Metode Pengendalian Persediaan Tradisional L/O/G/O Perencanaan Persediaan Input data yang harus dipertimbangkan dalam merencanakan jumlah dan periode siklus waktu antar pemesanan/ pembuatan adalah: Total

Lebih terperinci

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin

BAB V ANALISA HASIL. Januari 2008 sampai dengan Desember 2008 rata-rata permintaan semakin BAB V ANALISA HASIL Pada bab sebelumnya telah dilakukan pengolahan data-data yang dikumpulkan untuk pembuatan Perencanaan Kebutuhan Material (MRP). Kemudian dalam bab ini berisikan analisa berdasarkan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8).

BAB II LANDASAN TEORI. berharga bagi yang menerimanya. Tafri (2001:8). BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Informasi Sistem informasi adalah data yang dikumpulkan, dikelompokkan dan diolah sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah satu kesatuan informasi yang saling terkait dan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Fungsi Pengendalian Persediaan Masalah pengendalian persediaan merupakan salah satu masalah penting yang dihadapi oleh perusahaan. Kekurangan bahan baku akan mengakibatkan adanya

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi setiap saat dibidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Dalam melaksanakan aktivitas produksi suatu barang, setiap perusahaan, baik perusahaan jasa atau pun perusahaan perdagangan serta perusahaan manufaktur pasti mengadakan persediaan.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.2. Manajemen Persediaan Persediaan adalah bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi atau perakitan untuk

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 engertian engendalian ersediaan ersediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Keberadaan persediaan dalam suatu unit usaha perlu diatur sedemikian rupa sehingga kelancaran pemenuhan kebutuhan pemakai dapat dijamin

Lebih terperinci

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen

Manajemen Persediaan. Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB. Christian Kuswibowo, M.Sc. Modul ke: Fakultas FEB. Program Studi Manajemen Modul ke: Manajemen Persediaan Perencanaan Kebutuhan Barang (MRP) PPB Fakultas FEB Christian Kuswibowo, M.Sc Program Studi Manajemen www.mercubuana.ac.id Bagian Isi MRP didasarkan pada permintaan dependen.

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 7 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode tertentu, atau persediaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENGERTIAN MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Produksi 2.1.1 Pengertian Manajemen Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Konsep Dasar Sistem Produksi Organisasi industri merupakan salah satu mata rantai dari sistem perekonomian, karena ia memproduksi dan mendistribusikan produk (barang dan/atau

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Persediaan merupakan suatu aktiva yang meliputi barang-barang milik perusahaan dengan maksud untuk dijual dalam suatu periode usaha tertentu, atau persediaan barang-barang yang masi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pada setiap perusahaan, baik perusahaan kecil, perusahaan menengah maupun perusahaan besar, persediaan sangat penting bagi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di PT Klip Plastik Indonesia sejak dari Agustus-Desember 2015, penulis tertarik untuk melakukan penelitian di PT Klip Plastik

Lebih terperinci

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah

Pengantar Sistem Produksi Lanjut. BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Pengantar Sistem Produksi Lanjut BY Mohammad Okki Hardian Reedit Nurjannah Definisi Sistem Sekelompok entitas atau komponen yang terintegrasi dan berinteraksi dengan maksud yang sama untuk mencapai suatu

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirement Planning (MRP) Menurut Gaspersz (2005:177) Perencanaan kebutuhan material (material requirement planning = MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN. penggerakan, dan pengendalian aktivitas organisasi atau perusahaan bisnis atau jasa 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN RERANGKA PEMIKIRAN A. Kajian Pustaka A.1. Teori A.1.1 Manajemen Produksi dan Operasi Menurut Haming (2011:24) Manajemen Operasional dapat diartikan sebagai kegiatan yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEOI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya untuk proses produksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Material Requirement Planning (MRP) Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders dan manufactured planned orders,

Lebih terperinci

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 ( ) ISSN:

Jurnal Sipil Statik Vol.1 No.6, Mei 2013 ( ) ISSN: MANAJEMEN PENGADAAN MATERIAL BANGUNAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE MRP (MATERIAL REQUIREMENT PLANNING) STUDI KASUS: REVITALISASI GEDUNG KANTOR BPS PROPINSI SULAWESI UTARA Inggried Limbong H. Tarore, J. Tjakra,

Lebih terperinci

BAB 2 Landasan Teori

BAB 2 Landasan Teori BAB 2 Landasan Teori 2.1. Manajemen Operasional Menurut Jay Heizer dan Barry Render (2010:4), manajemen operasi adalah serangkaian aktifitas yang menghasilkan nilai dalam bentuk barang dan jasa dengan

Lebih terperinci

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ. menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual BAB II KONSEP PERSEDIAAN DAN EOQ II.1 Pengertian Persediaan Persediaaan adalah semua sediaan barang- barang untuk keperluan menghasilkan barang akhir, termasuk barang akhirnya sendiri yang akan di jual

Lebih terperinci

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI

PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI PERENCANAAN & PENGENDALIAN OPERASI KOMPETENSI MATA KULIAH Setelah mempelajari mata kuliah ini, mahasiswa diharapkan mampu: Memahami pengembangan sistem pengendalian produksi dan umpan balik informasi perkembangan

Lebih terperinci

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB

Jurnal String Vol.1 No.2 Tahun 2016 ISSN : PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB PENENTUAN TEKNIK PEMESANAN MATERIAL PADA PROYEK STEEL STRUCTURE MENGGUNAKAN WINQSB Juliana Program Studi Teknik Informatika, Universitas Indraprasta PGRI Email : kallya_des @yahoo.com Abstrak Perencanaan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta

TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN. Oleh : Arinda Yudhit Bandripta TUGAS AKHIR ANALISA PERSEDIAAN MATERIAL PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEKS PASAR TRADISIONAL DAN PLASA LAMONGAN Oleh : Arinda Yudhit Bandripta 3107.100.551 Dosen Pembimbing : Ir. Retno Indryani, Ms LATAR BELAKANG

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Produksi Persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan tertentu, misalnya

Lebih terperinci

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier

Berupa persediaan barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Diperoleh dari sumber alam atau dibeli dari supplier Hand Out Manajemen Keuangan I Disusun oleh Nila Firdausi Nuzula Digunakan untuk melengkapi buku wajib Inventory Management Persediaan berguna untuk : a. Menghilangkan resiko keterlambatan datangnya bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Peranan Persediaan Merujuk pada penjelasan Herjanto (1999), persediaan dapat diartikan sebagai bahan atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi tujuan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Agar dapat melaksanakan fungsi-fungsi produksi dengan baik, maka diperlukan rangkaian kegiatan yang akan membentuk Sistem Produksi. Sistem Produksi merupakan kumpulan

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN MANAJEMEN PERSEDIAAN PERSEDIAAN: BAHAN / BARANG YG DISIMPAN & AKAN DIGUNAKAN UTK MEMENUHI TUJUAN TERTENTU MISAL UTK PROSES PRODUKSI / PERAKITAN, UNTUK DIJUAL KEMBALI & UTK SUKU CADANG DR SUATU PERALATAN

Lebih terperinci

PERENCANAAN PROSES PRODUKSI

PERENCANAAN PROSES PRODUKSI PERENCANAAN PROSES PRODUKSI Leli Agustin leli@raharja.info Abstrak Perencanaan proses adalah fungsi di dalam proses manufacturing yang menetapkan proses dan parameter apa yang digunakan untuk merubah part

Lebih terperinci

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING

BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING BAB V MATERIAL REQUIREMENTS PLANNING 5.1. Pengertian Material Requirements Planning (MRP) Menurut Gasperz (2004), Material Requirement Planning (MRP) adalah metode penjadwalan untuk purchased planned orders

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia tidak luput

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia tidak luput BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai salah satu negara yang sedang berkembang, Indonesia tidak luput dari persaingan perekonomian global yang sedang terjadi di dunia saat ini. Persaingan perekonomian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa

BAB I PENDAHULUAN. produk dapat berakibat terhentinya proses produksi dan suatu ketika bisa BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tersedianya produk yang cukup merupakan faktor penting guna menjamin kelancaran proses produksi. Persediaan yang terlalu banyak atau persediaan yang terlalu sedikit

Lebih terperinci

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN

BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN BAB 6 MANAJEMEN PERSEDIAAN Perusahaan memiliki persediaan dengan tujuan untuk menjaga kelancaran usahanya. Bagi perusahaan dagang persediaan barang dagang memungkinkan perusahaan untuk memenuhi permintaan

Lebih terperinci

Ratih Wulandari, ST., MT

Ratih Wulandari, ST., MT 10/7/2015 Teknik IndustriIndustri-UG Ratih Wulandari, ST., MT Perencanaan dan pengendalian produksi yaitu merencanakan kegiatan-kegiatan produksi, agar apa yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Akuntansi Menurut (Jerry J.Weygandt 2007:5) pengertian akuntansi adalah : Suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal,

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Persaingan antar perusahaan akhir-akhir ini tidak lagi terbatas secara lokal, tetapi mencakup kawasan regional dan global. Oleh karena itu, setiap perusahaan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Produksi Proses manufaktur dapat digambarkan seperti terlihat dalam Gambar 2.1., berupa kerangka masukan-keluaran, dimana masukannya berupa bahan baku, selanjutnya bahan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Arti dan Peranan Pengendalian Persediaan Penelitian ini bersifat literatur dan disusun berdasarkan rujukan pustaka, dengan pendekatan sebagai berikut: a. Menjelaskan sistem produksi dan hubungan antara pemasok-pembeli. b. Menentukan ukuran lot

Lebih terperinci

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi

Sistem Produksi. Produksi. Sistem Produksi. Sistem Produksi Sistem Produksi Sistem Produksi 84 Produksi Produksi disebut juga dengan istilah manufaktur merupakan salah satu fungsi dalam perusahaan (fungsi lainnya a.l pemasaran, personalia, dan finansial). Produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Material Requirements Planning 2.1.1 Definisi MRP MRP adalah dasar komputer mengenai perencanaan produksi dan inventory control. MRP juga dikenal sebagai tahapan waktu perencanaan

Lebih terperinci

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi

1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi 1. Profil Sistem Grenda Bakery Lianli merupakan salah satu jenis UMKM yang bergerak di bidang agribisnis, yang kegiatan utamanya adalah memproduksi roti dan bermacam jenis kue basah. Bahan baku utama yang

Lebih terperinci

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis

KERANGKA PEMIKIRAN Kerangka Pemikiran Teoritis III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Manajemen Persediaan Manajemen persediaan adalah menentukan keseimbangan antara investasi persediaan dengan pelayanan pelanggan (Heizer dan

Lebih terperinci

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha

Abstrak. Universitas Kristen Maranatha Abstrak CV Belief Shoes merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang manufaktur sepatu. Sepatu yang diproduksi terdiri dari 2 jenis, yaitu sepatu sandal dan sepatu pantofel. Dalam penelitian ini penulis

Lebih terperinci

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen.

BAB III. Metode Penelitian. untuk memperbaiki keterlambatan penerimaan produk ketangan konsumen. BAB III Metode Penelitian 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan di Pt. Anugraha Wening Caranadwaya, diperusahaan Manufacturing yang bergerak di bidang Garment (pakaian, celana, rompi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perkembangan dan kemajuan teknologi, kondisi persaingan yang ada di dunia usaha saat ini semakin ketat. Hal ini disebabkan tuntutan konsumen

Lebih terperinci

USULAN SISTEM PERENCANAAN PRODUKSI RAK-RAK STDI DI PT. INTI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MRP TUGAS SISTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI

USULAN SISTEM PERENCANAAN PRODUKSI RAK-RAK STDI DI PT. INTI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MRP TUGAS SISTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI USULAN SISTEM PERENCANAAN PRODUKSI RAK-RAK STDI DI PT. INTI DENGAN MENGGUNAKAN SISTEM MRP TUGAS SISTEM PERENCANAAN DAN PENGENDALIAN PRODUKSI Dosen Pengampu: Prof. Dr. Ir. Abdul Hakim Halim, M.Sc Oleh:

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Semua jenis perusahaan baik itu perusahaan manufaktur, perusahaan jasa dan perusahaan dagang memiliki persediaan sebagai aktiva lancar. Persediaan bagi perusahaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Persediaan Persediaan merupakan komponen penting dalam suatu kegiatan produksi maupun distribusi suatu perusahaan. Persediaan digunakan sebagai cadangan atau simpanan pengaman

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan Penilaian atas persediaan akan memberikan akibat langsung terhadap penentuan income dan penyajian arus kas. Persediaan merupakan salah satu aktiva yang sangat penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pertumbuhan ekonomi di Indonesia saat ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan-perusahaan di berbagai bidang. Hal ini mendorong banyak pengusaha untuk lebih

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dan menurut Rangkuti (2007) Persediaan bahan baku adalah: 10 2.1. Persediaan 2.1.1. Pengertian Persediaan BAB II TINJAUAN PUSTAKA Dalam perusahaan setiap manajer operasional dituntut untuk dapat mengelola dan mengadakan persediaan agar terciptanya efektifitas

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Manajemen Produksi 1.1.1 Pengertian Proses Produksi Dalam kehidupan sehari-hari, baik dilingkungan rumah, sekolah maupun lingkungan kerja sering kita dengar mengenai apa yang

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen dan Manajemen Operasi Pengertian manajemen operasi tidak terlepas dari pengertian manajemen. Manajemen yang dimaksud disini adalah kegiatan atas usaha yang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Manajemen Produksi dan Operasi Manajemen produksi terdiri dari dua kata yaitu manajemen dan produksi maka dari itu sebelum mengetahui mengenai manajemen produksi

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis

BAB II LANDASAN TEORI. jadi yang disimpan untuk dijual maupun diproses. Persediaan diterjemahkan dari kata inventory yang merupakan jenis BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengendalian Persediaan Persediaan didefinisikan sebagai barang jadi yang disimpan atau digunakan untuk dijual pada periode mendatang, yang dapat berbentuk bahan baku

Lebih terperinci

FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL

FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL FUNGSI PENTING PERSEDIAAN UNTUK PERUSAHAAN TEKSTIL Oleh: Ir. R. Budi Setiawan, M.M., CISCP Senior Consultant at Supply Chain Indonesia Persediaan secara umum dapat didefinisikan sebagai barang yang disimpan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam penyusunan tugas akhir ini dibutuhkan beberapa landasan teori sebagai acuan dalam penyusunannya. Landasan teori yang dibutuhkan antara lain teori tentang Sistem Informasi, teori

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2. 1 Inventory (Persediaan) Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan, para pengusaha

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero

Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Perencanaan Kebutuhan Komponen Tutup Ruang Transmisi Panser Anoa 6x6 PT PINDAD Persero Rizky Saraswati 1), dan I Wayan Suletra 2) 1) Mahasiswa Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sebelas

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Sejarah manajemen menurut William (2008:44) sebagai bidang studi manajemen mungkin berusia 125 tahun, tetapi ide-ide dan praktek manajemen benarbenar

Lebih terperinci

MANAJEMEN PERSEDIAAN

MANAJEMEN PERSEDIAAN Modul ke: MANAJEMEN PERSEDIAAN Merencanakan Kebutuhan Barang Persediaan dengan Teknik Part Period Balancing Fakultas EKONOMI DAN BISNIS M. Soelton Ibrahem, S.Psi, MM Program Studi Manajemen Perencanaan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengendalian Persediaan 2.1.1 Uji Kenormalan Liliefors Perumusan ilmu statistika juga berguna dalam pengendalian persediaan dan biasanya digunakan untuk mengetahui pola distribusi

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perencanaan Produksi dan Pengendalian Persediaan Pengertian mengenai Production Planning and Inventory control (PPIC) akan dikemukakan berdasarkan konsep sistem. Produksi

Lebih terperinci

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga

BAB II. organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga BAB II A. Manajemen Operasi Manajemen Operasi membahas bagaimana membangun dan mengelola operasi suatu organisasi mulai dari perencanaan sistim operasi, perancangan sistim operasi hingga pengendalian sistim

Lebih terperinci

Bab 2 LANDASAN TEORI

Bab 2 LANDASAN TEORI Bab 2 LANDASAN TEORI 1.8 Persediaan 2.1.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Masalah umum pada suatu model persediaan bersumber dari kejadian yang dihadapi tiap saat di bidang usaha, baik dagang ataupun industri.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Persediaan Persediaan (inventory) adalah sumber daya ekonomi fisik yang perlu diadakan dan dipelihara untuk menunjang kelancaran produksi, meliputi bahan baku (raw

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III TINJAUAN PUSTAKA BAB III TINJAUAN PUSTAKA 3.1 Definisi dan Fungsi Persediaan Persediaan adalah sunber daya mengganggur (idle resources) yang menunggu proses lebih lanjut. Yang dimaksud proses lanjut tersebut adalah berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Manajemen Proyek Defenisi dari manajemen proyek adalah semua perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan koordinasi suatu proyek dari awal (gagasan) sampai selesainya proyek

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan setiap waktu. BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori 2.1.1. Persediaan Bahan Baku 2.1.1.1. Pengertian Persediaan Persediaan bahan baku merupakan aktiva perusahaan yang digunakan untuk proses produksi didalam suatu

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5.1 Analisis Perencanaan Kebutuhan Material (MRP) Perencanaann Kebutuhan Material atau MRP dimulai setelah inputnya yaitu Jadwal Induk Produksi, Struktur Produk dan Catatan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaaan,

Lebih terperinci

Menurut Sofjan Assauri (2008 : 5) perkembangan produksi terdiri dari. a. Adanya pembagian kerja dan spesialisasi

Menurut Sofjan Assauri (2008 : 5) perkembangan produksi terdiri dari. a. Adanya pembagian kerja dan spesialisasi 16 Menurut Sofjan Assauri (2008 : 5) perkembangan produksi terdiri dari beberapa faktor yang menunjang, yaitu : a. Adanya pembagian kerja dan spesialisasi b. Revolusi Industri c. Perkembangan alat dan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Setiap perusahaan, apakah perusahaan itu perusahaan jasa ataupun perusahaan manufaktur, selalu memerlukan persediaan. Tanpa adanya persediaan,

Lebih terperinci

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi

Pengantar Manajemen Produksi & Operasi Pengantar Manajemen Produksi & Operasi 1 Manajemen Operasi Manajemen Operasi bertanggung jawab untuk menghasilkan barang atau jasa dalam organisasi. Manajer operasi mengambil keputusan yang berkenaan dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 3 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Industri Kertas Indonesia Indonesia merupakan salah satu negara penghasil kertas yang besar. Sampai tahun 2011 terdapat 84 pabrik pulp dan kertas. Pabrik-pabrik tersebut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah

BAB 1 PENDAHULUAN. oleh konsumen sehingga produk tersebut tiba sesuai dengan waktu yang telah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan berkembangnya jaman dan teknologi, dunia manufakturpun ikut berkembang dengan pesatnya. Persaingan menjadi hal yang sangat mempengaruhi kelangsungan

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1. Material Requirement Planning (MRP) Menurut Heryanto (1997, p193), persediaan adalah bahan baku atau barang yang disimpan yang akan digunakan untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengendalian persediaan. Render dan Heizer (2001:314) merencanakan untuk persediaan bahan baku pada perusa haan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan pengendalian persediaan. Render dan Heizer (2001:314) merencanakan untuk persediaan bahan baku pada perusa haan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persediaan 1. Pengertian Persediaan Persediaan merupakan salah satu aset yang paling mahal dibanyak perusahaan. Semua organisasi memiliki beberapa jenis sistem perencanaan dan

Lebih terperinci

Addr : : Contact No :

Addr : : Contact No : email Addr : heriyanto.lucky@gmail.com : dewa_emas@yahoo.com Contact No : 081318170013 SISTEM INDUSTRI MANUFAKTUR Industri manufaktur didefinisikan sebagai industri yang membuat produk dari bahan mentah

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 7 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Arti dan Fungsi Persediaan 2.1.1 Pengertian Persediaan Pengertian persediaan menurut Handoko (1996) adalah suatu istilah umum yang menunjukkan segala sesuatu atau sumberdaya-sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I FUNGSI OPERASI 1.1. Definisi Manajemen Operasi

BAB I FUNGSI OPERASI 1.1. Definisi Manajemen Operasi BAB I FUNGSI OPERASI 1.1. Definisi Manajemen Operasi Di didalam suatu unit usaha dikenal adanaya berbagai macam fungsi yang saling berkaitan antara yang satu dengan yang lainnya, diantaranya terdapat tiga

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Robbins dan Coulter (2012:36) manajemen mengacu pada proses mengkoordinasi dan mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peramalan 2.1.1 Pengertian Peramalan Di dalam melakukan suatu kegiatan dan analisis usaha atau produksi bidang manufaktur, suatu peramalan (forecasting) sangat diperlukan untuk

Lebih terperinci

A B S T R A K. Universitas Kristen Maranatha

A B S T R A K. Universitas Kristen Maranatha A B S T R A K Negara Indonesia saat ini masih menyandang status sebagai negara berkembang dan masih terus melakukan pembangunan besar-besaran di berbagai bidang. Termasuk pembangunan di bidang ekonomi

Lebih terperinci