BAB II LANDASAN TEORI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II LANDASAN TEORI"

Transkripsi

1 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka Pada bab ini, peneliti akan menjelaskan kerangka pemikiran tesis ini dengan menggunakan teori-teori yang berkaitan dengan komunikasi antarbudaya khususnya fokus pada kajian mengenai proses interaksi yang terjadi antara mahasiswa asing dengan mahasiswa lokal yang akan dilihat dari aspek komunikasi sebagai sebuah proses. Proses komunikasi ini terjadi pada saat mahasiswa asing dengan mahasiswa lokal saling berinteraksi. Peneliti akan melihat bagaimana pesan-pesan yang muncul untuk mewujudkan sebuah tujuan yang terbentuk yaitu terjadinya kesepahaman dalam berkomunikasi dan terciptanya komunikasi yang baik dan lancar diantara mahasiswa asing dengan mahasiswa lokal. Seperti yang telah dikemukanan sebelumnya, dalam mendiskripsikan dan menganalisis proses interaksi yang terjadi, peneliti menggunakan pendekatan pada bangunan model conversation dari Littlejohn dan Foss yang dikemukakan dalam bukunya Theories of Human Communication (2011) yang melihat bahwasannya dalam sebuah interaksi terdapat unsur-unsur yang saling berkaitan yaitu: (1) Uncertainty management (manajemen ketidakpastian), (2) Adaptation (adaptasi), (3) Meaning in interaction (pemaknaan sebuah interaksi), (4) Culture (budaya). Berikut ini adalah penjelasan mengenai komunikasi dan komunikasi antarbudaya serta pendekatan model conversation pada komunikasi antarbudaya juga peranan individu dalam sebuah interaksi. B. Komunikasi Komunikasi berhubungan dengan perilaku manusia dan kepuasan terpenuhinya kebutuhan berinteraksi dengan manusia-manusia lainnya. Hampir setiap orang membutuhkan hubungan sosial dengan orang-orang lainnya dan kebutuhan akan terpenuhi melalui pertukaran pesan yang berfungsi sebagai jembatan untuk mempersatukan manusia-manusia yang tanpa berkomunikasi akan terisolasi, Porter & Samovar dalam (Mulyana dan Rahmat, 2009: 12). 11

2 12 1. Definisi Komunikasi Istilah komunikasi sudah sangat akrab ditelinga, namun ternyata membuat definisi komunikasi tidak semudah seperti yang diperkirakan. Hal ini disebabkan komunikasi berasal dari kata kerja to communicate (berkomunikasi) sudah sangat mapan sebagai kosakata yang sangat umum dan karenanya tidak mudah ditangkap maknanya untuk keperluan ilmiah. Stephen W. Littlejohn (1999) mengatakan : Communication is difficult to difine. The word is abstract and, like most term, posses numerous meaning bahwa komunikasi sulit untuk didefinisikan. Kata komunikasi bersifat abstrak, seperti kebanyakan istilah, memiliki banyak arti. Dikutip dari Littlejohn (2002: 6), para ahli melakukan berbagai upaya untuk mendefinisikan komunikasi, namun membangun suatu definisi tunggal mengenai komunikasi terbukti tidak mungkin dilakukan dan mungkin juga tidak bermanfaat. Frank Dance (1970) melakukan langkah besar dalam upaya memperjelas konsep komunikasi dengan menguraikan sejumlah elemen yang digunakan untuk membedakan komunikasi. Dance menemukan tiga elemen dasar yang disebut diferensiasi konseptual kritis (critical conceptual differentiation) yang membentuk dimensi dasar teori komunikasi yang terdiri atas: a. Level observasi (level of observation) Pada dimensi ini definisi komunikasi dilihat dari seberapa luas cakupannya. Menurut Dance beberapa definisi mengenai komunikasi bersifat sangat luas (inclusive) sementara definisi lainnya bersifat terbatas. Misal definisi komunikasi yang menyatakan komunikasi adalah the process that links discotinous parts of the living world to one another (komunikasi adalah proses yang menghubungkan antara berbagai makhluk di dunia) dinilai sebagai definisi terlalu umum atau luas. Sebaliknya definisi yang menyatakan, communication as the means of sending military messages, orders etc, as by telephone, telegraph, radio and couries (komunikasi adalah alat untuk mnegirim pesan militer, perintah dan sebagainya melalui telephon, telegraf, radio dan kurir) sebagai terlalu sempit. b. Kesengajaan (intentionality) Dimensi ini melihat bahwa sebagaian definisi komunikasi yang dikemukakan para ahli hanya memasukkan faktor pengirim dan penerima pesan yang memiliki kesengajaan atau maksud tertentu, sementara definisi lain tidak memasukkan batasan ini.

3 13 c. Penilaian Normatif (normatif judgement) Dimensi ini melihat sebagian definisi komunikasi memasukkan pernyataan keberhasilan atau keakuratan (accuracy), sedangkan definisi lainnya tidak memiliki penilaian implisit semacam itu. Definisi atau batasan mengenai komunikasi adalah hal yang sangat penting, karena dari definisi yang akan kita gunakan dalam penelitian bukanlah hal sepele. Definisi yang berbeda akan memberikan fungsi yang berbeda pula dan harus dievaluasi atas seberapa besar definisi tersebut membatu dalam mencapai tujuan penelitian. Dengan demikian definisi adalah alat yang harus digunakan secara fleksibel. Pada tahun 1976 Dance dan Larson menemukan ada lebih dari 126 definisi komunikasi yang diajukan dalam literature. Untuk menggambarkan beragam definisi yang diusulkan, berikut adalah beberapa definisi komunikasi dari para ahli yang dikutip dari Miller (2005: 4): - W. Weaver (1949) Communication is all the procedures by which one mind can affect another (Komunikasi adalah semua prosedur dimana satu pikiran dapat mempengaruhi orang lain) - Miller (1951) Communication means that information is passed from one palce to another (Komunikasi berarti bahwa informasi diteruskan dari satu tempat ke tempat lain) - Hovland, Janis dan Kelley (1953) Communication is the process by which an individual (the communicator) transmits symbols (act), under specific circumstances (scene), by an individual or individuals (agent), using selected media (agency), for defined end (purposes) (Komunikasi adalah proses dimana seorang individu (communicator) mengirimkan simbol (act), dalam keadaan tertentu (scene), oleh seorang individu atau lebih (agent), menggunakan media yang dipilih (agency), untuk tujuan yang ditetapkan (purposes)). Jika kita lihat dari beberapa definisi komunikasi diatas, para ahli mempunyai pendapat yang berbeda beda dalam mendefinisikan komunikasi, namun dari diskusi selama bertahun-tahun telah muncul konsep penting yang secara luas sesuai dengan

4 14 definisi komunikasi yaitu komunikasi sebagai suatu proses, simbol, dan transaksional. (Miller,2005: 5). Dalam kaitannya dengan komunikasi antarbudaya, ketika akan mempersatukan budaya dan komunikasi secara ringkas dan mudah dimengerti, maka seperti yang diungkapkan Griffin (2005) pengertian komunikasi yaitu : communication is the management of messages with the objective of creating meaning (Komunikasi adalah pengelolaan pesan dengan tujuan untuk menciptakan makna). Jika kita lihat definisi ini agak bersifat luas, namun tepat jika kita akan menentukan apa yang terjadi dalam setiap tahap komunikasi, yaitu berusaha mengetahui untuk apakah suatu proses komunikasi akan berhasil atau gagal baik dalam konteks komunikasi antar pribadi maupun komunikasi dalam suatu kelompok. Dengan kata lain, jika komunikasi dianggap sebagai tujuan, baik membujuk, menginformasikan, atau menghibur maka kita berkomunikasi dengan niat, dan kita dapat mencapai tujuan kita hanya dengan berinteraksi dengan seseorang (Samovar dkk, 2012:9). 2. Proses Komunikasi Komunikasi adalah suatu proses, yang berarti bahwa itu adalah berkelanjutan dan dinamis. Sulit untuk mengatakan ketika komunikasi dimulai dan berhenti, karena apa yang terjadi sebelum kita berbicara dengan seseorang dapat mempengaruhi interaksi kita, dan apa yang terjadi pada pertemuan tertentu dapat mempengaruhi masa depan. Bahwa komunikasi adalah suatu proses berarti selalu bergerak, bergerak maju dan berubah terus-menerus (Wood,2011: 13). Pada awal konseptualisasi komunikasi, proses komunikasi yang berkembang adalah proses komunikasi linier, dimana komunikasi bergerak dari sumber ke penerima. Salah satu model komunikasi secara linier dikemukakan oleh Harold Lasswell (1949) Model proses komunikasi dari Harold Lasswell (1948) ini merupakan model yang diturunkan dari definisi komunikasi, yakni : Cara yang baik untuk menggambarkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan berikut, Who Says What In Which Chanel To Whom With What Effect? Atau Siapa Mengatakan Apa Dengan Saluran Apa Kepada Siapa Dengan Pengaruh Bagaimana? Berdasarkan definisi Lasswell ini dapat diturunkan lima unsur dalam proses komunikasi yang saling bergantung satu sama lain, yaitu: Komunikator, pesan, media, komunikan dan efek.

5 15 Pada tahun 1949 Shannon dan Weaver dalam buku The Mathematical Theory of Communication menyempurnakan model linier dari Lasswell. Model ini mengalami perkembangan yaitu dengan menambahkan unsur noise (gangguan) pada modelnya. Menurut Shanoon dan Weaver gangguan ini selalu ada dalam saluran bersama pesan tersebut yang diterima oleh penerima. Model ini adalah salah satu model yang mempunyai pengaruh paling kuat atas model dan teori komunikasi lainnya (Mulyana, 2007: 148). Model-model komunikasi linier menggambarkan bahwa komunikasi mengalir hanya satu arah, dari pengirim ke penerima dan menunjukkan bahwa seseorang hanya mengirim atau menerima pesan secara pasif. Ketika para ahli komunikasi menyadari bahwa pendengar merespon pengirim, akhirnya mereka menambahkan umpan balik (feedback) pada model komunikasi. Feedback merupakan respon terhadap pesan. Mungkin verbal atau nonverbal, dan mungkin disengaja atau tidak disengaja (Wood, 2011: 16-17) Wilbur Schramm (1955) menunjukkan bahwa komunikator membuat dan menafsirkan pesan kedalam bidang pengalaman pribadi (personal field of experience). Schramm juga menambahkan bahwa semakin tumpang tindih bidang pengalaman (field of experience) komunikator dalam bidang pengalaman komunikan, akan semakin efektif pesan yang dikomunikasikan. Dengan menambahkan bidang pengalaman dan umpan balik dimungkinkan untuk mengembangkan model yang menggambarkan komunikasi sebagai proses interaktif dimana kedua pengirim dan penerima berpartisipasi aktif (Wood, 2011: 17). Meskipun model interaktif merupakan peningkatan dari model linier, akan tetapi masih belum menangkap dinamika komunikasi manusia. Model interaktif menggambarkan komunikasi sebagi proses yang berurutan, namun orang dapat berkomunikasi secara bersamaan bukan bergiliran. Model interaktif juga menunjuk satu orang sebagai pengirim dan orang lain sebagai penerima. Pada kenyataanya, komunikator mengirim dan menerima pesan. Menurut Wood, kelemahan lain dari model interaktif adalah tidak menggambarkan komunikasi sebagai perubahan dari waktu ke waktu sebagai akibat dari apa yang terjadi diantara manusia. Artinya bahwa apa yang dibicarakan dan bagaimana manusia saling berinteraksi akan mengalami perubahan dari waktu ke waktu. Sebuah model komunikasi harus

6 16 mencakup fitur waktu dan harus menggambarkan komunikasi terjadi secara bervariasi, tidak konstan. Wood mengajukan sebuah model transaksional seperti pada gambar 2.3. Model ini menunjukkan bahwa kebisingan (noise) dapat mendistorsi komunikasi, dimana kebisingan dapat menyebabkan perubahan makna atau arti dari suatu informasi/pesan baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Selain itu, model ini menekankan bahwa komunikasi adalah proses yang terus berubah, dimana orang berkomunikasi bervariasi dari waktu ke waktu (Wood, 2011: 18) Secara garis besar model dari Wood menekankan bahwa komunikasi terjadi dalam sistem yang dapat mempengaruhi apa dan bagaimana orang berkomunikasi dan apa arti yang mereka buat. Pengirim dan penerima pesan didefinisikan sebagai komunikator yang mempunyai partisipasi yang sama, dan sering bersamaan dalam proses komunikasi. Singkatnya, model komunikasi sebagai proses transaksional yang paling akurat adalah di mana orang berinteraksi dengan dan melalui simbolsimbol dari waktu ke waktu untuk membuat makna. Terkait dengan penelitian yang akan dilakukan, peneliti akan menerapkan model komunikasi transaksional dari DeVito dimana masing-masing konsep yang diidentifikasi dan dibahas pada model ini dapat dianggap sebagai model komunikasi interpersonal secara universal (DeVito, 2013: 10).

7 17 Gambar 2.1. Model Proses Komunikasi Interpersonal Sumber : DeVito, Joseph A The Interpersonal Communication Book. 13 th edition. New York: Hunter College of the City University of New York. hlm. 11 Model yang dikemukakan DeVito dirancang untuk mencerminkan sifat melingkar komunikasi interpersonal dimana kedua orang mengirim pesan secara bersamaan bukan di urutan linear di mana komunikasi bergerak dari orang 1 ke 2 dan orang 1 ke orang 2 dan seterusnya. Didalamnya terdapat unsur-unsur komunikasi yaitu: (1) sumber-penerima, (2) encoding-decoding, (3) pesan, (4) saluran, (5) noice, (6) konteks, dan meskipun tidak ditunjukkan dalam diagram tetapi pertimbangan utama dalam semua komunikasi interpersonal yaitu (7) etika. 3. Level Komunikasi Komunikasi merupakan proses penyampaian pesan, ide atau informasi yang bertujuan untuk membawa pemahaman yang sama antara penyampai dan penerima pesan. Pembagian paling umum dalam mengklasifikasikan teori komunikasi adalah dengan menggunakan level mulai dari komunikasi mulai dari: 1). Komunikasi interpersonal, terkait dengan komunikasi antara orang, biasanya secara tatap muka dalam situasi yang pribadi; 2). Komunikasi kelompok, terkait dengan interaksi manusia dalam kelompok kecil. Dalam komunikasi kelompok ini sebenarnya juga melibatkan hubungan interpersonal, dan kebanyakan teori interpersonal berlaku juga

8 18 pada teori kelompok; 3). Komunikasi organisasi, terjadi pada jaringan kerja sama yang besar yang meliputi seluruh aspek baik komunikasi interpersonal dan komunikasi kelompok; 4). Komunikasi massa, yaitu berhubungan dengan komunikasi publik, biasanya melalui perantara (mediasi). Dalam proses komunikasi massa banyak aspek komunikasi yang masuk didalamnya baik komunikasi interpersonal, kelompok dan organisasi dalam proses komunikasi massa (Morissan, 2013: 14-15). Dalam proses komunikasi pada level apapun, akan melibatkan unsur-unsur komunikasi. Pada umumnya studi komunikasi pada masa lalu lebih menekankan pada bagaimana membujuk (persuasi) sebagai bentuk efek yang diinginkan. Namun pada perkembangannya, komunikasi tidak hanya terbatas pada upaya membujuk tetapi juga upaya memaksa. Menurut Joseph Dominick (2002) dalam bukunya The Dynamic of Mass Communication setiap peristiwa komunikasi akan melibatkan delapan elemen komunikasi yang meliputi: sumber, enkoding, pesan, saluran, dekoding, penerima, umpan balik, dan gangguan (Morissan, 2014: 16-17). Dalam penelitian ini, secara garis besar akan membahas proses komunikasi yang terjadi pada level komunikasi interpersonal yang melibatkan kedelapan unsurunsur dalam proses komunikasi untuk menganalisa bagaimana proses interaksi antar individu yang terjadi antara mahasiswa asing dengan mahasiswa lokal yang sedang melakukan studi di Universitas Sebelas Maret. C. Komunikasi Antarbudaya Jika kita berbicara tentang komunikasi antarbudaya, tentunya sangat erat kaitannya dengan komunikasi lintas budaya. Seperti yang dikemukanan William B. Gudykunst dalam encyclopedia communication theory (2009) mengidentifikasi baik komunikasi antarbudaya maupun komunikasi lintas budaya merupakan bagian dari komunikasi antar kelompok. Ketika peneliti ingin membandingkan komunikasi orang dari budaya yang berbeda dan menjelaskan bagaimana komunikasi bervariasi dari satu budaya ke yang lain, maka studi komunikasi lintas budaya terjadi. Komunikasi lintas budaya dibedakan menjadi dua yaitu komunikasi intrabudaya, yang terjadi antara orangorang dari berbagai budaya, sedangkan komunikasi antarbudaya mengacu pada pertukarandalam pengaturan interpersonal antara individu dan budaya yang berbeda.

9 19 Komunikasi antarbudaya sendiri pada umumnya didefinisikan menurut dua konsep pokok, yaitu budaya dan komunikasi. Dalam disiplin ilmu komunikasi, komunikasi antarbudaya bisa dibedalan secara konseptual dari komunikasi antarpribadi berdasarkan kadar perbedaan yang relative tinggi yang berkenaan dengan sistem makna, pengetahuan, nilai-nilai dan pandangan dunia para komunikator yang mengakar secara kultur dan subkultur ( Berger dkk, 2011: ). Pembicaraan tentang komunikasi antarbudaya tak dapat dielakkan dari pengertian kebudayaan (budaya). Komunikasi dan kebudayaan tidak sekedar dua kata tetapi dua konsep yang tidak dapat dipisahkan. Hubungan antara budaya dan komunikasi sangat kompleks, dimana budaya dan komunikasi saling terkait dan timbal balik. Artinya, budaya mempengaruhi komunikasi, dan sebaliknya. Bahkan juga mempunyai asumsi bahwa komunikasi membantu menciptakan realitas budaya masyarakat (Martin & Nakayama,2010: 95). Menurut William B. Hart II pada tahun 1996 menyatakan bahwa studi komunikasi antarbudaya dapat diartikan sebagai studi yang menekankan pada efek kebudayaan pada komunikasi. Sedangkan menurut Liliweri (2009: 8-9) komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara dua orang/lebih yang berbeda latar belakang kebudayaan. Selain itu ada beberapa pengertian komunikasi antarbudaya yang dikutip oleh Alo Liliweri, antara lain definisi dari Andrea L. Rich dan Dennis M. Ogawa dalam buku Larry A. Samovar dan Richard E. Potter Intercultural Communication, A Reader (1976: 25), mengatakan komunikasi antarbudaya adalah komunikasi antara orang-orang yang berbeda kebudayaan, misalnya antar suku bangsa, antar etnik dan ras, antar kelas sosial. Charley H. Dood (Dood, 1991: 5), mengatakan bahwa komunikasi antarbudaya meliputi komunikasi yang melibatkan peserta komunikasi yang mewakili pribadi, antarpribadi dan kelompok, dengan tekanan pada latar belakang kebudayaan yang mempengaruhi perilaku komunikasi para peserta. Dari pengertian-pengertian komunikasi antarbudaya tersebut membenarkan sebuah hipotesis proses komunikasi antarbudaya, bahwa semakin besar derajat perbedaan budaya, maka semakin besar pula kehilangan peluang untuk merumuskan suatu tingkat kepastian sebuah komunikasi yang efektif. Pada hakekatnya proses komunikasi antarbudaya sama dengan proses komunikasi lain, yakni suatu proses interaktif dan traksaksional serta dinamis. Itu artinya baik komunikasi interaktif maupun transaksional mengalami proses yang

10 20 bersifat dinamis, karena proses tersebut berlangsung dalam kontek sosial yang hidup, berkembang bahkan berubah-ubah berdasarkan waktu, situasi dan kondisi tertentu. Karena komunikasi yang dilakukan merupakan komunikasi antarbudaya, maka kebudayaan merupakan dinamisator atau penghidup bagi proses komunikasi tersebut (Liliweri, 2009: 25). Supaya komunikasi dalam interaksi antarbudaya berlangsung dengan baik, pelaku komunikasi harus bergantung pada bahasa yang sama, yang biasanya berarti bahwa satu atau lebih individu tidak akan menggunakan bahasa ibu mereka. Orang yang menggunakan bahasa lain akan sering memiliki aksen atau menyalah gunakan kata atau frase yang dapat berpengaruh pada baik buruknya pemahaman penerima pesan (Samovar, 2012: 10). Istilah komunikasi antarbudaya sering digunakan untuk mengacu pada semua aspek studi budaya dan komunikasi. Lustig dan Koester (2003: 44) mendefinisikan komunikasi antarbudaya sebagai: a symbolic process ini which people from different cultures create shared meanings (proses simbolik di mana orang-orang dari budaya yang berbeda menciptakan makna bersama). Dalam menghadapi budaya dan bahasa yang berbeda siswa asing harus mampu untuk mengelola ketidaktahuan atau ketidakpastian pada orang lain yang terdiri atas bagaimana seseorang itu mendapatkan informasi tentang orang lain, dan bagaimana ketidakpastian dan kecemasan untuk berhubungan antara orang lain, serta pengurangan ketidakpastian yang berhubungan dengan kebudayaan dalam hal ini baik teman dan lingkungan baru (Littlejohn dan Foss, 2011: 179). Dalam mempelajari komunikasi antarbudaya antar negara tentunya kita harus memahami karakteristik dan keanekaragaman budaya masing-masing negara. Orangorang dari budaya yang berbeda berbagi konsep dasar, tetapi memandang konsep tersebut dari sudut dan perspektif yang berbeda, yang menyebabkan mereka berperilaku dalam suatu cara yang mungkin dianggap irasional atau bahkan bertentangan langsung dengan apa yang dianggap sebagai hal yang tabu. Namun perilaku orang-orang dengan budaya yang berbeda bukankah suatu hal yang tidak bisa diprediksi. Ada kecenderungan urutan, dan tradisi yang jelas. Richard D. Lewis (1996) mengklasifikasikan budaya dunia kedalam tiga kategori besar, yaitu: 1. Linier-aktif, adalah orang-orang yang merencanakan, menjadwalkan,

11 21 mengorganisasikan dan melakukan suatu kegiatan satu-demi satu. Jerman, Swiss, Belanda, Amerika termasuk dalam kelompok ini. 2. Multi-aktif, adalah orang-orang yang suka berbicara dan lincah, yang melakukan banyak hal sekaligus, merencanakan prioritas mereka tidak sesuai dengan jadwal, tapi sesuai dengan gerak hati yang relatif atau tingkat kepentingan perjanjian. Italia, Amerika, Latin, Arab, India termasuk dalam kelompok ini. 3. Reaktif, adalah budaya yang memprioritaskan sopan santun dan rasa hormat, mendengarkan lawan bicara dengan tenang dan memberi reaksi terhadap usulan pihak lain dengan hati-hati. Yang termasuk dalam kelompok ini antara lain Jepang Cina, Finlandia, Kepulauan Pasifik (Fiji, Tonga dsb), dan negara-negara di Asia Tenggara seperti Taiwan, Korea, Singapura Vietnam, Kamboja, Laos, Malaysia, Indonesia. Secara garis besar tujuan utama komunikasi antarbudaya antara lain agar para peserta komunikasi dapat bersama-sama menggambarkan, menguraikan dan memprediksikan pesan-pesan yang berkaitan dengan perubahan/perbedaan kebudayaan pada tingkat dan arah tertentu pada suatu waktu atau rangkaian waktu dari beberapa kelompok kebudayaan (Liliweri, 2011:83). Seperti sudah dikemukakan diatas, bahwa untuk menganalisa proses komunikasi budaya, khususnya proses interaksi yang terjadi pada mahasiswa asing dengan mahasisiwa lokal di Universitas Sebelas Maret, peneliti menggunakan model conversation dari Littlejohn dan Foss (2011). Sebelum masuk kedalam penjelasan model conversation tersebut terlebih dahulu akan dijelaskan bagaimana peran masing-masing individu dalam sebuah interaksi. Dalam hal ini individu tersebut bisa mahasiswa asing atau mahasiswa lokal. D. Peran Individu pada Model Conversation Littlejohn dan Foss (2011) mengemukakan bahwa dalam sebuah percakapan, individu dapat berperan sebagai komunikator maupun komunikan. Hal ini disebabkan masing-masing individu dapat saling berganti peran baik sebagai komunikator maupun komunikan pada saat terjadi percakapan. Hal itu sesuai dengan Tubbs (2008 :10) yang mendefinisikan komunikasi manusia dalam bukunya, Human Communication : Principles and Contexts, sebagai

12 22 proses menciptakan makna yang melibatkan dua orang atau lebih, yang masing masing mempunyai peran yaitu sebagai Komunikator 1 (pengirim / penerima) dan Komunikator 2 (penerima / pengirim). Kedua belah pihak secara simultan dipengaruhi oleh satu sama lain dalam transaksi pesan. Namun demikian, dalam kenyataannya, keduanya merupakan sumber komunikasi, dan masing-masing berasal dan menerima pesan secara bersamaan. Karena peran masing individu yang setiap saat dapat berubah maka penulis mengistilahkan komunikator dan komunikan sebagai komunikator 1 dan komunikator 2. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai komunikator 1 dan komunikator 2 yang dikutip dari Tubbs (2008 :10-18). 1. Komunikator 1 : Pengirim / Penerima Komunikator 1 adalah orang yang mencoba untuk mengirim pesan kepada orang lain (komunikator 2) dengan tujuan untuk menciptakan makna yang mirip dengan yang dimaksud oleh pengirim pesan dengan menggunakan berbagai saluran. Disini komunikator 1 dan komunikator 2 secara bersamaan mengirim dan menerima pesan sepanjang waktu. Pesan. Pesan bisa verbal maupun non verbal, yang mungkin dikirim secara sengaja maupun tidak sengaja. Sehingga ada empat jenis pesan yang mungkin terjadi: 1). intentional verbal (verbal dilakukan secara sengaja), 2). un intentional verbal (verbal tidak disengaja), 3). intentional nonverbal (non verbal dilakukan secara sengaja), 4). unintentional nonverbal ( non verbal tidak disengaja). Menurut Tubbs pesan ini terjadi berisi dua rangsangan atau lebih dan pesan berlangsung secara tumpang tindih (overlap). Pesan verbal adalah jenis komunikasi yang menggunakan satu perkataan atau lebih. Sebagian besar rangsangan komunikasi sadar masuk dalam kategori pesan verbal disengaja; upaya sadar menyebabkan orang untuk berkomunikasi dengan orang lain melalui cara berbicara. Di sisi lain, pesan verbal disengaja adalah hal-hal yang orang katakan tanpa sengaja. Pesan nonverbal adalah semua pesan yang dikirim tanpa kata-kata atau lebih dari kata-kata yang digunakan, yaitu mencakup semua aspek nonverbal dari perilaku manusia: ekspresi wajah, postur, nada suara, gerakan tangan, cara berpakaian, dan sebagainya. Pesan nonverbal tidak dapat dijelaskan dengan mudah seperti pesan verbal, mungkin karena kategori sangat luas. Ketika komunikator 2 (penerima/pengirim) menerima pesan, ada empat proses yang akan terlibat: perhatian, pendengaran, pemahaman, dan mengingat.

13 23 Saluran. Jika orang berbicara melalui telepon, maka yang mentransmisikan rangsangan komunikatif adalah gelombang udara melalui telephon, akan tetapi saluran komunikasi akan berbeda pada saat terjadi komunikasi tatap muka yaitu malalui organ sensorik. Walaupun semua panca indera dapat menerima rangsangan namun orang secara umum hampir menggunakan tiga hal : pendengaran, penglihatan, dan sentuhan. Misalnya, seseorang mendengarkan keadaan argumen dari orang lain, atau seseorang bertukar pandangan dengan teman atau meletakkan tangan di bahu seseorang. 2. Komunikator 2 : Penerima/Pengirim Secara umum, penekanan pada istilah komunikator adalah sebagai pengirim pesan, namun dalam sebuah percakapan komunikator juga berperan sebagai penerima pesan. Pada kebanyakan komunikasi, persepsi visual akan menjadi aspek penting dari penerimaan pesan, namun sebenarnya ada aspek penting lain dari penerimaan pesan yaitu listening (mendengarkan). Seperti juga dikemukakan DeVito (2013: 83) bahwa dalam komunikasi interpersonal mendengarkan adalah salah satu yang paling penting. Ketika Komunikator 2 (penerima/pengirim) mendengarkan, juga ada empat proses yang terjadi, yaitu : perhatian, pendengaran, pemahaman, dan mengingat. Setelah menerima pesan, komunikator 2 kemudian memberi umpan balik (feedback) kepada komunikator 1, dimana feedback secara umum didefinisikan sebgai the return to you of behavior you have generated. Dapat diartikan bahawa pesan yang telah dibuat akan kembali kepada pada yang telah membuat pesan. Dalam komunikasi tatap muka (percakapan) terjadi saling ketergantungan dan umpan balik diantara komunikator 1 dan komunikator 2. Sebagai contoh, masukan budaya komunikator 2 mungkin cukup berbeda dengan komunikator 1. Dalam penelitian ini pada saat terjadi interaksi, mahasiswa asing dapat berperan sebagai komunikator 1 maupun komunikator 2, dan peran tersebut berganti secara terus menerus selama interaksi berlangsung. E. Model Conversation dalam Komunikasi Antarbudaya Model adalah representasi suatu fenomena, baik nyata ataupun abstrak, dengan menonjolkan unsur-unsur terpenting dari fenomena tersebut. Model digunakan untuk

14 24 menjelaskan fenomena komunikasi dan mempermudah dalam menjelaskannya. Werner J. Severin dan James W. Tankard, Jr. mengatakan, model membantu merumuskan teori dan menyarankan hubungan. Model dapat berfungsi sebagai basis bagi suatu teori yang lebih kompleks (Mulyana, 2005: ). Penjelasan lain tentang model juga dikemukakan oleh B. Aubrey Fisher (1986: 93-94) mengatakan, model adalah analogi mengabstraksikan dan memilih bagian dari keseluruhan, unsur, sifat atau komponen yang penting dari fenomena yang dijadikan model. Dengan kata lain model adalah teori Pada penelitian ini, peneliti akan melakukan kajian proses interaksi yang terjadi pada mahasiswa asing dengan mahasiswa lokal dengan menggunakan konsep model conversation dari Littlejohn yang berangkat dari pemikiran bahwa setiap kali seseorang masuk kedalam suatu situasi yang baru atau bertemu orang-orang baru, maka seseorang tersebut sangat mungkin untuk berinteraksi dengan orang tersebut. Seseorang yang berinteraksi dengan orang baru akan mengalami mengalami tahap-tahap yang diperlukan dalam mencapai suatu komunikasi yang baik dan efektif (Littlejohn dan Foss, 2011: 179). Pada penelitian ini peneliti akan berada pada ranah konteks komunikasi interpersonal dimana peneliti akan menganalisa proses interaksi yang terjadi antar individu yaitu antara mahasiswa asing dengan mahasiswa lokal. Seperti yang dinyatakan oleh DeVito (2013: 5) bahwa Interpersonal communication is the verbal and nonverbal interaction between two (or sometimes more than two) interdependent people (Komunikasi interpersonal adalah interaksi verbal dan nonverbal antara dua atau kadang-kadang lebih dari dua orang yang saling tergantung). Komunikasi interpersonal adalah bagian utama dari eksistensi manusia yang setiap orang berpendidikan perlu memahami. Dari apa yang dikemukakan DeVito, dapat disimpulkan bahwa komunikasi interpersonal merupakan faktor kunci bagi mahasiswa pada sebuah lembaga pendidikan untuk memperoleh keterampilan untuk berkomunikasi dan memiliki kemampuan bekerja sama dalam kegiatan di lingkungan tempat mereka belajar. Selain itu komunikasi interpersonal antara mahasiswa dari berbagai negara dan budaya yang berbeda dapat membuka peluang bagi mereka untuk berbagi pengetahuan informasi dan pengalaman. Pada saat yang sama, membantu mereka untuk memecahkan masalah akademik mereka sehari-hari malalui kerjasama dan meningkatkan komunikasi mereka.

15 25 Littlejohn menyatakan..people use socially negotiated rules to read social situations and actions and to know how to respond to others in concersation (.orang menggunakan aturan negosiasi sosial untuk membaca situasi sosial dan tindakan serta untuk mengetahui bagaimana respon orang lain dalam sebuah percakapan). Itu artinya jika orang berada dalam situasi conversation, maka akan melihat pola komunikasi yang terbentuk dalam proses komunikasi tersebut. Littlejohn memandang percakapan mencakup semua jenis interaksi, termasuk pembicaraan sosial, perdebatan-perdebatan dan argumen, upaya pemecahan masalah, dan jenis lain dari wacana dimana komunikator menggunakan bahasa dan komunikasi non verbal. Jika kita lihat dari apa yang dikemukanan Littlejohn, conversation benar-benar menjadi jantung komunikasi, dan untuk itulah menonjol dalam teori komunikasi (Liitejohn dan Foss, 2011: 179). Secara lebih lanjut akan dijelaskan pada bab ini. Peneliti melihat model yang dibangun oleh Littlejohn dalam bukunya Theories of Human Communication (2011) pada pembahasan conversation sangat tepat untuk menggambarkan bagaimana proses interaksi yang terjadi pada siswa asing disuatu negara, khususnya dalam penelitian ini akan dilakukan di Indonesia, tepatnya Universitas Sebelas Maret. Seperti yang telah dikemukakan pada latar belakang penelitian, Littlejohn dan Foss (2011) berpendapat ada empat komponen unsur-unsur yang saling berkaitan dalam model conversation, yaitu : (1) Uncertainty management (manajemen ketidakpastian); (2) Adaptation (adaptasi); (3) Meaning in interaction (pemaknaan sebuah interaksi); (4) Culture (budaya). Komponen unsur-unsur inilah yang kemudian akan dijadikan sebagai pijakan dalam melakukan penelitian komunikasi antarbudaya ini. Untuk menguraikan unsur-unsur dalam model conversation tersebut maka penulis akan menggunakan teori-teori yang mempunyai pengaruh dan hubungan dengan komunikasi antarbudaya yang akan dijelaskan lebih lanjut pada bagian berikutnya pada bab ini. 1. Pengelolaan Ketidakpastian Salah satu perspektif komunikasi antarbudaya menekankan bahwa tujuan komunikasi antarbudaya adalah mengurangi tingkat ketidakpastian tentang orang lain. Gudykunst dan Kim (1984) dalam Liliweri (2009: 19) menunjukkan bahwa orang-orang yang kita kenal selalu berusaha mengurangi tingkat ketidakpastian melalui peramalan

16 26 yang tepat atas relasi antar pribadi. Gudykunts mengasumsikan bahwa setidaknya satu orang dalam sebuah komunikasi antar kelompok adalah orang asing yang melalui serangkaian krisis awal yang dihadapi, yaitu mengalami kecemasan, ketidakpastian, merasa tidak aman, dan mereka tidak yakin bagaimana harus bersikap (Griffin, 2006: 427). Teori-teori tentang bagaimana mengelola ketidakpastian berawal dari teori yang dikembangkan oleh Charles Berger, William Gudykunts dan rekan-rekannya. Teori ini berkaitan dengan cara kita mengumpulkan informasi tentang orang lain, mengapa kita melakukannya, dan apa hasil yang kita peroleh ketika kita melakukan sesuatu. Dengan kata lain, fokusnya adalah pada cara-cara individu memantau lingkungan sosial mereka dan menginginkan informasi yang lebih banyak tentang diri sendiri maupun orang lain melalui interaksi (Littlejohn dan Foss, 2011: ). Secara garis besar dapat dikatakan komunikasi yang efektif merupakan tujuan dari pengelolaan kecemasan dan ketidakpastian yang dihadapi seseorang pada saat berkomunikasi dengan orang yang baru dikenal. Gudykunts (1995) dalam Yoshitake (2002: 178) melihat komunikasi sebagai proses dari pertukaran pesan dan penciptaan makna, bukan hasil. Artinya,pesan tidak dapat hanya dikirim saja. Hal ini dapat diasumsikan bahwa komunikasi yang efektif terjadi bila orang menafsirkan makna yang melekat pada pesan relatif sama dengan yang dimaksud oleh pengirim pesan. Teori yang akan dijadikan rujukan peneliti dalam menganalisa manajemen ketidakpastian adalah teori manajemen kecemasan-ketidakpastian disingkat AUM (Anxiety Uncertainty Management) yang merupakan teori dari Gudykunts. Teori Pengelolaan Kecemasan/ketidakpastian. Teori ini adalah karya dari Gudykunts (1988) yang dikembangkan dari teori pengurangan ketidakpastian karya Charles Berger yaitu melihat bagaimana ketidakpastian dan kecemasan itu terjadi dalam situasi budaya yang berbeda. Gudykunts menemukan bahwa setiap orang yang menjadi anggota suatu kebudayaan tertentu akan berupaya mengurangi ketidakpastian pada tahap awal hubungan mereka, namun mereka melakukannya dengan cara yang berbedabeda berdasarkan latar belakang budayanya. Perbedaan ini dapat dijelaskan dengan cara melihat apakah seseorang berasal atau merupakan anggota dari budaya konteks tinggi atau budaya konteks rendah (Littlejohn dan Foss, 2011: 182).

17 27 Baik secara langsung maupun tidak langsung, semua teori dibidang komunikasi antarbudaya, termasuk teori yang akan dibahas pada topik ini, membahas tentang efektifitas dalam berkomunikasi dengan para individu yang berbeda budayanya. Teori Gudykunts tentang pengelolaan kecemasan/ketidakpastian (Anxiety/Uncertainty Management, AUM) ditujukan secara langsung dan spesifik untuk menjelaskan efektifitas komunikasi yang didefinisikan menurut korespondensi antara makna yang dimaksud dari pengirim dan interpretasi penerimanya didalam perjumpaan antarbudaya. Dari awal diciptakannya teori ini hingga versi terkini teori dari Gudykunts ini berpendirian bahwa kemampuan untuk mengelola kedua pengalaman psikologis yaitu ketidakpastian dan kecemasan sangat hakiki untuk meningkatkan efektifitas komunikasi antarbudaya (Berger dkk, 2014: 656). Gudykunts menemukan bahwa setiap orang yang menjadi anggota suatu kebudayaan tertentu akan berupaya mengurangi ketidakpastian pada tahap awal hubungan mereka, namun mereka melakukannya dengan cara berbeda-beda berdasarkan atas latar belakang budayanya masing-masing. Littlejohn dan Foss (2011: ) mengemukakan, bahwa secara garis besar hal-hal yang menjadi dasar dalam teori pengelolaan kecemasan/ketidakpastian dapat dilihat pada penjelasan berikut ini: 1. Proses pengurangan ketidakpastian antara orang-orang yang berasal dari kebudayaan berbeda dipengaruhi oleh konteks budaya seseorang itu berasal. 2. Proses pengurangan ketidakpastian juga dipengaruhi oleh sejumlah variable tambahan seperti identitas diri, pengalaman persahabatan dan juga pengetahuan bahasa orang asing itu 3. Setiap orang memiliki tingkatan atau level yang berbeda dalam menangani ketidakpastian dan kecemasan yang dirasakannya Asumsi satu, Perbedaan ini dapat dilihat dengan cara apakah seseorang itu berasal atau merupakan anggota dari budaya konteks tinggi (high-context cultures) yang melihat pada situasi keseluruhan untuk menginterpretasikan peristiwa atau budaya konteks rendah (low-context cultures) yang melihat pada isi pesan verbal yang terungkap dengan jelas (Littlejohn dan Foss, 2011: 182). Asumsi kedua, ketika seseorang mengidentifikasikan dirinya secara kuat dengan budayanya dan ia berfikir orang lain berasal dari kelompok budaya yang berbeda maka orang pertama tadi akan

18 28 merasakan kecemasan dan juga ketidakpastian yang cukup besar, begitu pula sebaliknya. Pengalaman dan persahabatan dengan orang-orang yang berasal dari budaya berbeda dapat meningkatkan kepercayaan dseseorang ketika ia bertemu dengan orang asing yang tidak dikenalnya. Sedangkan dengan mengetahui bahasa orang asing lain akan menolong seseorang meningkatkan kepercayaan dan toleransi, sehingga jika seseorang lebih percaya dan tidak terlalu cemas untuk bertemu dengan kelompok yang berbeda maka kemungkinan akan lebih baik dalam mendapatkan informasi sehingga mengurangi ketidakpastian. Asumsi ketiga, setiap individu memiliki ambang batas yang berbeda dalam menangani ketidakpastian dan kecemasan yang dirasakannya. Jika level ketidakpastian malampaui batas atas yang dimiliki seseorang, maka kepercayaannya akan berkurang, dan jika level kecemasan terlalu tinggi maka seseorang bahkan akan menghindari komunikasi sama sekali. Dalam hal ini terdapat pula batas bawah, dan jika ketidakpastian dan kecemasan seseorang lebih rendah dari batas bawah ini maka motivasi seseorang untuk berkomunikasi juga akan hilang. Dengan demikian level atau tingkat ketidakpastian dan kecemasan yang ideal bagi suatu situasi komunikasi antarbudaya terletak diantara ambang batas atas dan ambang batas bawah, dimana akan memotivasi seseorang untuk berkomunikasi, sehingga ia akan menggunakan strategi pengurangan ketidakpastian. Efektifitas komunikasi antarbudaya nampaknya sangat tergantung pada ketidakpastian dan kecemasan. Semakin sedikit seseorang tahu dan semakin cemas, maka semakin sedikit pula keefektifan seseorang yang berada dalam situasi antarbudaya (Littlejohn dan Foss, 2011: 183). Skema dari Anxiety/Uncertainty Management (AUM) dapat dilihat pada gambar 2.5.berikut ini (Griffin, 2006: 248):

19 29 Gambar 2.2. Skema Anxiety/Uncertainty Management (AUM) Self Concept Social indentities Personal identities Collective self-esteem Motivation to Interact Need for predictability Need for group inclusion Need to sustain self-concept Reactions to Strangers Empathy Tolerance for ambiguity Rigid intergroup attitudes Social Categorization of Strangers Positive expectations Peceived personal similarities Understanding group differences Situation Processes Ingroup power Cooperate task Presence of ingroup members Connection with Strangers Attraction to strangers Interdependence with strangers Quality and quantity of contact Ethical Interactions Maintaning dignity Moral inclusiveness Respect for strangers Uncertainty Management Anxiety Management Mindfulness Communication Effectiveness SUPERFICIAL CAUSES BASIC CAUSES MODERATING PROCESS OUTCOME Sumber : Griffin E.M A First Look At Communication Theory. 6 th McGraw-Hill hlm. 428 edition. New York: Pada gambar dari kiri superficial causes/ penyebab permukaan, merupakan faktor-faktor yang biasanya menyebabkan ketidakpastian dan kecemasan pada pertemuan antarbudaya. Superficial causes adalah faktor permukaan yang mempunyai kontribusi terhadap masalah mendasar dari kecemasan dan ketidak pastian dalam pertemuan antarbudaya. Dalam AUM ada 39 dari 47 aksioma yang menyajikan hubungan sebab akibat dengan ketakutan dan kebingungan yang biasanya terjadi ketika adanya pertemuan dua budaya berbeda. Namun untuk penyelidikan dalam penelitian ini penulis hanya akan menggunakan 10 aksioma yang akan membantu dalam pamahaman pada pertemuan awal seseorang dengan suatu budaya yang berbeda. 10 Aksioma tersebut disajian oleh Grifin dalam bukunya A First Look At Communication Theory

20 30 (2006: ) yang secara garis besar aksioma tersebut terbagi menjadi tujuh bagian yang menyebabkan terjadinya kecemasan dan ketidakpastian yaitu : 1. Konsep diri Aksioma 3 : Peningkatan harga diri kita saat berinteraksi dengan orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan dan peningkatan kemampuan kita untuk memprediksi perilaku mereka secara akurat 2. Motivasi untuk berinteraksi Aksioma 9 : Peningkatan kepercayaan kita pada kemampuan kita untuk memprediksi perilaku orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita. Penurunan kecemasan kita akan menghasilkan peningkatan kepercayaan diri kita dalam memprediksi orang asing. 3. Reaksi terhadap orang lain Aksioma 10 : Peningkatan kemampuan kita untuk memproses informasi secara kompleks tentang orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan dan peningkatan kemampuan kita untuk memprediksi perilaku mereka secara akurat. Aksioma 13 : Peningkatan toleransi untuk ambiguitas akan menghasilkan penurunan kecemasan kita. 4. Pengkatagorian sosial pada orang asing Aksioma 17 : Peningkatan kesamaan personal yang kita rasakan antara dirikita sendiri dengan orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan dan peningkatan kemampuan kita untuk secara akurat memprediksi perilaku mereka. Aksioma 20 : Peningkatan pemahaman bahwa kita berbagi identitas dengan orang asing dalam suatu kelompok akan menghasilkan penurunan kecemasan dan meningkatan kemampuan kita untuk memprediksi perilaku mereka secara akurat. 5. Proses situasional Aksioma 26 : Peningkatan pada kekuatan kita untuk melihat bahwa kita memiliki kelebihan dari orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan dan penurunan akurasi prediksi kita pada perilaku mereka.

21 31 6. Hubungan dengan orang asing Aksioma 27 : Peningkatan daya tarik pada orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan dan peningkatan kepercayaan diri kita dalam memprediksi perilaku mereka. Aksioma 31 : Peningkatan jaringan/networks kita dengan orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan dan peningkatan kemampuan kita untuk secara akurat memprediksi perilaku mereka. 7. Interaksi etika Aksioma 34 : Peningkatan inklusivitas moral kita terhadap orang asing akan menghasilkan penurunan kecemasan kita. Sepuluh aksioma diatas adalah faktor-faktor yang menurut Gudykunts mempengaruhi kecemasan dan ketidakpastian. Gudykunts juga menyatakan bahwa komunikasi antarbudaya merupakan perpanjangan dari prinsip-prinsip komunikasi interpersonal. 2. Adaptasi Pada bagian ini peneliti akan melakukan penyelidikan fokus pada adaptasi perilaku dari individu terhadap individu lain dalam sebuah interaksi. Peneliti menggunakan pendekatan pada teori akomodasi (accommodation theory) dari Howard Giles yang digunakan untuk menjelaskan tentang alasan bagaimana dan mengapa seseorang melakukan penyesuaian pada saat seseorang melakukan komunikasi dengan orang lain. Teori Akomodasi Komunikasi. Salah satu pemikiran teoritik yang menjadi landasan berfikir dalam penelitian ini adalah teori yang dikembangkan oleh Howard Giles yang merupakan salah satu teori perilaku yang paling berpengaruh dalam ilmu komunikasi. Teori akomodasi (accommodation theory) adalah teori yang menjelaskan bagaimana dan mengapa kita menyesuaikan perilaku komunikasi kita dengan perilaku komunikasi orang lain (Littlejohn dan Foss, 2011: 183). Inti dari teori ini adalah adaptasi, dimana orang menyesuaikan komunikasi mereka dengan orang lain, baik di dalam hubungan interpersonal, dalam kelompok kecil, maupun lintas budaya. Teori akomodasi komunikasi ini sebelumnya dikenal sebagai teori akomodasi wicara (speech Accommodation Theory), tetapi kemudian dikonseptualisasikan secara lebih luas untuk mencakup perilaku non verbal. Teori Akomodasi komunikasi berpijak pada

22 32 premis bahwa ketika pembicara berinteraksi, mereka menyesuaikan pembicaraan, pola vocal, dan/atau tidak tanduk mereka untuk mengakomodasi orang lain (West&Turner, 2008: 212) Untuk mendapatkan pengertian mengenai karakteristik utama dari Teori akomodasi komunikasi, kita harus mengetahui apa yang dimaksud dengan kata akomodasi. Dalam konteks ini, akomodasi (accommodation) didefinisikan sebagai kemampuan untuk menyesuaikan, memodifikasi, atau mengatur perilaku seseorang dalam responnya terhadap orang lain. Meskipun akomodasi kadang-kadang dilakukan secara sadar, namun biasanya dilakukan secara tidak sadar (West & Turner, 2008: 212). Beberapa asumsi yang menjadi dasar teori akomodasi komunikasi yang dikemukakan oleh West & Turner (2008: 219) adalah sebagai berikut : 1. Persamaan dan perbedaan berbicara dan perilaku terdapat didalam semua percakapan. 2. Cara dimana kita mempersepsikan tuturan dan perilaku orang lain akan menentukan bagaimana kita mengevaluasi sebuah percakapan. 3. Bahasa dan perilaku memberikan informasi mengenai status sosial dan keanggotaan kelompok. 4. Akomodasi bervariasi dalam hal tingkat kesesuaian, dan norma mengarahkan proses akomodasi. Berikut ini penjelasan lebih lanjut tentang keempat asumsi dari teori akomodasi komunikasi diatas. Asumsi pertama, asumsi ini timbul karena prinsip teori akomodasi komunikasi banyak berpijak pada keyakinan bahwa terdapat persamaan dan perbedaan antara para komunikator dalam sebuah percakapan. Asumsi kedua, yaitu terletak pada persepsi, yaitu proses memperhatikan dan menginterpretasikan pesan, maupun evaluasi yaitu, proses menilai percakapan. Akomodasi komunikasi adalah teori yang mementingkan bagaimana orang mempersepsikan dan mengevaluasi apa yang terjadi didalam sebuah percakapan. Asumsi ketiga, adalah berkaitan dengan dampak yang dimiliki bahasa terhadap orang lain, dimana secara khusus bahasa memiliki kemampuan untuk mengkomunikasikan status dan keanggotaan kelompok diantara para komunikator dalam suatu percakapan. Asumsi keempat, berfokus pada norma dan isu mengenai kepantasan sosial. Dalam konteks ini norma memiliki pengertian harapan mengenai

23 33 perilaku yang dirasa seseorang harus atau tidak harus terjadi didalam percakapan (West & Turner, 2008: ) Secara garis besar, teori ini mempertimbangkan motivasi dan konsekuensi yang mendasari dari apa yang terjadi ketika dua pembicara menyesuaikan gaya komunikasi mereka. Selama komunikasi berlangsung, orang akan berusaha untuk mengakomodasi atau menyesuaikan gaya berbicara mereka dengan orang lain. Ini terutama dilakukan dalam dua cara : divergensi (divergence) dan konvergensi (convergence). Giles, Nikolas Coupland dan Justine Coupland (1991) mendefinisikan konvergensi sebagai strategi dimana individu beradaptasi terhadap perilaku komunikatif satu sama lain. Sedangkan divergensi adalah strategi yang digunakan untuk menonjolkan perbedaan verbal dan non verbal diantara komunikator. Kelompok-kelompok dengan kabanggan budaya yang kuat sering kali menggunakan divergensi untuk menekan identitas kelompok. Konvergensi terjadi ketika terdapat kebutuhan besar akan persetujuan sosial, sering kali dari individuindividu yang memiliki kekuasan (West & Turner, 2008: ) 3. Pemaknaan Dalam Sebuah Interaksi Makna merupakan hakekat komunikasi. Seseorang yang terlibat dalam sebuah interaksi, maka ia dan lawan bicaranya akan terus menerus memberikan makna pada berbagai pesan/informasi yang mereka sampaikan maupun yang diterimanya. Secara garis besar pada bagian ini peneliti akan memberikan perhatian pada bagaimana makna tercipta dalam sebuah interaksi. Dalam topik ini akan digunakan pendekatan dari teori interaksi simbolis (symbolic interactionism) dari George Herbert Mead yang akan menjelaskan tentang apa yang menyebabkan orang bersama-sama dan mengapa orang mau untuk berbagi makna, serta bagaimana komunikator dan komunikan bekerja sama dalam cara yang terstruktur untuk mengatur pembicaraan mereka. Teori Interaksi Simbolis. Teori interaksi simbolis (symbolic interactionism) lahir pada awal abad ke sembilan belas yang merupakan suatu gerakan pemikiran ilmu sosiologi yang dibangun oleh seorang warga Amerika, George Herbert Mead. Teori dari Mead ini kemudian diteruskan oleh Herbert Blumer, seorang murid Mead. Karya Mead kemudian menjadi inti dari aliran pemikiran yang dinamakan Chicago School (Paloma, 2000: 255). Blumer (1969: 2) mengemukakan, interaksi simbolik berdasar pada tiga premis sederhana. Premis pertama, perilaku manusia selalu mengarah pada makna yang

24 34 mereka miliki atau manusia (human being) bertindak terhadap sesuatu berdasarkan makna mereka. Sesuatu (thing) yang dimaksudkan adalah obyek fisik seperti pohon atau kursi, makhluk hidup sebagai teman berinteraksi, dan obyek yang sifatnya abstrak seperti keadilan, kebenaran, identitas, kepercayaan, dan lain sebagainya. Premis kedua, adalah makna yang ada datangnya dari suatu proses interaksi sosial. Makna dalam interaksi simbolik tidak menyatakan sebagai hal yang melekat pada suatu obyek, bukan juga sebagai sebuah proses psikologi, melainkan makna dilihat sebagai hasil dan kreasi yang dibentuk di dalam dan melalui aktifitas orang-orang yang ada dalam suatu proses interaksi. Jadi makna tidak pernah absolut karena makna dicapai berdasarkan suatu proses negosiasi dalam suatu interaksi. Sedangkan premis ketiga, mengatakan bahwa makna itu sendiri dikelola dan dimodifikasi melalui proses interpretasi yang digunakan dalam menghadapi obyek sosial untuk bertindak dalam suatu interaksi. Proses interaksi sendiri mempunyai dua tahapan, pertama melihat makna dari obyek yang ada atau manusia mengindikasikan sesuatu pada dirinya sendiri kearah mana dia akan bertindak. Kedua, melihat makna dari satu kesatuan yang melekat dari obyek tersebut. Artinya, saat proses komunikasi dalam diri sendiri, interpretasi menjadi suatu cara dalam menghadapi makna yang ada. Dalam hal ini, manusia memilih, melihat, mengembangkan, mengelompokkan, dan mentransformasikan makna dalam situasi dimana dia berada dan arah dari tindakannya. Permainan makna menjadi bagian dalam suatu tindakan melalui proses interaksi dalam diri sendiri. Interaksi simbolik adalh produk sosial yang dibentuk oleh dan melalui aktivitas manusia yang saling berinteraksi (Blumer, 1969: 3). Seperti yang disebutkan sebelumnya, Blumer (169: 10) mengkategorikan obyek menjadi tiga yaitu, obyek fisik, obyek sosial, dan obyek abstrak. Makna tersebut belum tentu mempunyai kesamaan bagi setiap individu karena makna terhadap suatu obyek bagi individu tergantung dari dengan siapa mereka berinteraksi sehingga obyek dilihat sebagi hasil kreasi sosial. Mead memperkenalkan konsep society (masyarakat), self (diri), dan mind (fikiran). Ketiga konsep tersebut memiliki aspek-aspek yang berbeda namun berasal dari proses umum yang sama yang disebut social act (tindakan sosial), yaitu suatu unit tingkah laku lengkap yang tidak dapat dianalisis kedalam subbagian tertentu. Dalam

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh FIKOM Marcomm 03 85001 Deskripsi Pokok bahasan pengantar ilmu komunikasi membahas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Rakhmat (1992) menjelaskan bahwa komunikasi berasal dari bahasa Latin communicare, yang berarti berpartisipasi untuk memberitahukan. Thoha (1983) selanjutnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang

BAB II KAJIAN TEORITIS. (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal, yang BAB II KAJIAN TEORITIS 2.1 Pengertian Komunikasi Antarpribadi Komunikasi antarpribadi disebut juga dengan komunikasi interpersonal (interpersonal communication). Diambil dari terjemahan kata interpersonal,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Ada banyak definisi tentang komunikasi yang diungkapkan oleh para ahli dan praktisi komunikasi. Akan tetapi, jika dilihat dari asal katanya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Tujuan I.2 Batasan Masalah I.3 Sasaran

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Tujuan I.2 Batasan Masalah I.3 Sasaran BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang dan Tujuan Masih banyak mahasiswa yang belum mengetahui tentang apa itu model komunikasi. Sebagian dari mereka masih mengetahui model komunikasi melalui prasangka-prasangka

Lebih terperinci

Tradisi SosioPsikologi

Tradisi SosioPsikologi Tugas 3 Tradisi SosioPsikologi Mengelola Ketidakpastian dan Kecemasan Kelompok 4 Herdian Yudi H Lukni F Riski P Patrick L Metty A Hendri C Irfan J Fahrul F Bachtiar R Galang H Dodi A Teori Komunikasi Percakapan

Lebih terperinci

DASAR-DASAR KOMUNIKASI ORGANISASI

DASAR-DASAR KOMUNIKASI ORGANISASI MODUL PERKULIAHAN DASAR-DASAR KOMUNIKASI ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Konsep Dasar Komunikasi 2. Konsep Dasar Organisasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Public Relations

Lebih terperinci

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF

KOMUNIKASI YANG EFEKTIF KOMUNIKASI YANG EFEKTIF Oleh: Muslikhah Dwihartanti Disampaikan pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat Tahun 2004 Penyuluhan tentang Komunikasi yang Efektif bagi Guru TK di Kecamatan Panjatan A. Pendahuluan

Lebih terperinci

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Teori teori umum Definisi Komunikasi. Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini,

BAB 2 STUDI PUSTAKA. 2.1 Teori teori umum Definisi Komunikasi. Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini, BAB 2 STUDI PUSTAKA 2.1 Teori teori umum 2.1.1 Definisi Komunikasi Definisi komunikasi yang digunakan dalam penelitian ini, berdasarkan definisi komunikasi yang dikutip oleh Deddy Mulyana (2008: 68-69)

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 2 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : POKOK BAHASAN Subjek, Wilayah dan Fokus Kajian Komunikasi Antarbudaya DESKRPISI Dalam

Lebih terperinci

DASAR DASAR KOMUNIKASI ORGANISASI

DASAR DASAR KOMUNIKASI ORGANISASI DASAR DASAR KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke: 01 Fakultas Ilmu Komunikasi Pokok Bahasan 1. Konsep Dasar Komunikasi 2. Konsep Dasar Organisasi Dr. Inge Hutagalung Program Studi Public Relations KONSEP DASAR

Lebih terperinci

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas

05FIKOM. Pengantar Ilmu Komunikasi. Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi. Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Modul ke: Fakultas Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi Prinsip-prinsip Atau Dalil Dalam Komunikasi Fakultas 05FIKOM Reddy Anggara. S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM 1. PROSES KOMUNIKASI Salah satu prinsip komunikasi

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 03FIKOM. Ruang Lingkup Komunikasi. Fakultas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM

Pengantar Ilmu Komunikasi. Modul ke: 03FIKOM. Ruang Lingkup Komunikasi. Fakultas. Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM Modul ke: Pengantar Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Komunikasi Fakultas 03FIKOM Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom Program Studi MARCOMM Ruang Lingkup Komunikasi Dalam memahami ruang lingkup komunikasi sama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa

BAB II TINJAUAN TEORITIS. Kasoos. Untuk itu, di bawah ini akan dijelaskan secara singkat tentang apa BAB II TINJAUAN TEORITIS Tinjauan teoritis merupakan pendekatan teori yang akan digunakan untuk menjelaskan persoalan penelitian. Dalam bab II ini akan membahas pengertian mengenai komunikasi, interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat mempunyai dampak yang besar terhadap perkembangan dunia usaha dan semakin tajamnya tingkat persaingan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang

BAB I PENDAHULUAN. Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Dalam era keterbukaan dan globalisasi yang sudah terjadi sekarang yang berkembang pesat ini, dunia pekerjaan dituntut menciptakan kinerja para pegawai yang baik

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 13 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Motivasi kerja 1. Pengertian motivasi kerja Menurut Anoraga (2009) motivasi kerja adalah sesuatu yang menimbulkan semangat atau dorongan kerja. Oleh sebab itu, motivasi kerja

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi

Pengantar Ilmu Komunikasi MODUL PERKULIAHAN Pengantar Ilmu Komunikasi Model-Model Komunikasi Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Broadcasting 07 Abstract Modul ini membahas pengertian dan funsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Antarbudaya Hal-hal yang sejauh ini dibicarakan tentang komunikasi, berkaitan dengan komunikasi antarbudaya. Fungsi-fungsi dan hubungan-hubungan antara komponen-komponen

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci : akomodasi, jawa, batak, interaksi

ABSTRAK. Kata kunci : akomodasi, jawa, batak, interaksi ABSTRAK Judul Skripsi : Pengalaman Akomodasi Komunikasi (Kasus: Interaksi Etnis Jawa dengan Etnis Batak) Nama : Osa Patra Rikastana NIM : 14030111140104 Jurusan : Ilmu Komunikasi Geografis Indonesia yang

Lebih terperinci

ini. TEORI KONTEKSTUAL

ini. TEORI KONTEKSTUAL TEORI KOMUNIKASI DASAR-DASAR TEORI KOMUNIKASI Komunikasi merupakan suatu proses, proses yang melibatkan source atau komunikator, message atau pesan dan receiver atau komunikan. Pesan ini mengalir melalui

Lebih terperinci

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari

MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari FAKULTAS ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS MERCU BUANA JAKARTA PERTEMUAN 13 MODUL KOMUNIKASI ANTARBUDAYA ( 3 SKS ) Oleh : Ira Purwitasari POKOK BAHASAN Kompetensi Komunikasi Antarbudaya DESKRIPSI Dalam modul

Lebih terperinci

PERAN SIGNIFICANT OTHERS

PERAN SIGNIFICANT OTHERS PERAN SIGNIFICANT OTHERS DALAM PEMBENTUKAN KONSEP DIRI (Studi Kasus tentang Peran Romo dalam Pembentukan Konsep Diri Kaum Muda melalui Komunikasi Interpersonal di Gereja Paroki Santa Maria Assumpta Babarsari)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses.

BAB I PENDAHULUAN. I.2 Batasan Masalah. Makalah ini hanya membahas prinsip komunikasi dan komunikasi sebagai. proses. BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Menurut lexicographer (ahli kamus bahasa), komunikasi adalah upaya yang bertujuan berbagi untuk mencapai kebersamaan. Jika dua orang berkomunikasi maka pemahaman yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH Manusia merupakan mahluk sosial, yang berarti dalam menjalani kehidupannya manusia tidak dapat hidup sendiri. Setiap individu membutuhkan orang lain untuk

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Komunikasi Antarbudaya Dalam ilmu sosial, individu merupakan bagian terkecil dalam sebuah masyarakat yang di dalamnya terkandung identitas masing-masing. Identitas tersebut yang

Lebih terperinci

IDENTITAS ETNIS DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA SKRIPSI YUANITA EVIANI BR SITEPU

IDENTITAS ETNIS DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA SKRIPSI YUANITA EVIANI BR SITEPU IDENTITAS ETNIS DAN KOMUNIKASI ANTARBUDAYA (Studi Kasus Peran Identitas Etnis dalam Komunikasi Antarbudaya pada Warga Negara Amerika di Kota Medan) SKRIPSI YUANITA EVIANI BR SITEPU 100904039 UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II KERANGKA TEORITIS

BAB II KERANGKA TEORITIS BAB II KERANGKA TEORITIS 2.1 Proses Komunikasi 2.1.1 Pengertian Proses Komunikasi Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya sehingga dapat menciptakan suatu

Lebih terperinci

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 74 Komuniti, Vol. VII, No. 2, September 2015 CULTURE SHOCK SANTRI LUAR JAWA DI LINGKUNGAN PONDOK PESANTREN DI JAWA (STUDI DESKRIPTIF KUALITATIF CULTURE SHOCK SANTRI ETNIS LUAR JAWA DENGAN SANTRI ETNIS

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut:

BAB IV ANALISIS DATA. pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah. disajikan dalam Bab III didapatkan, sebagai berikut: 74 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Dari hasil penelitian yang dilakukan di keluarga Bapak Mardianto, pada orang tua dengan anak dan berdasarkan data-data yang telah disajikan dalam Bab III didapatkan,

Lebih terperinci

UNSUR, PRINSIP, MODEL KOMUNIKASI

UNSUR, PRINSIP, MODEL KOMUNIKASI UNSUR, PRINSIP, MODEL KOMUNIKASI Fitri Rahmawati, MP. Jurusan Pendidikan Teknik Boga dan Busana Fakultas Teknik UNY email: fitri_rahmawati@uny.ac.id Unsur-unsur komunikasi Adalah yang membuat komunikasi

Lebih terperinci

ILMU KOMUNIKASI : KARAKTERISTIK DAN TRADISI PENDEKATAN TEORITIS

ILMU KOMUNIKASI : KARAKTERISTIK DAN TRADISI PENDEKATAN TEORITIS ILMU KOMUNIKASI : KARAKTERISTIK DAN TRADISI PENDEKATAN TEORITIS Disarikan dari buku Griffin (2006) dan Littlejohn & Foss (2008) Oleh : Prof. Sasa Djuarsa Sendjaja, Ph.D Departemen Ilmu Komunikasi FISIP-UI

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyampaikan dan memperoleh pesan. Komunikasi selalu akan terjadi dalam

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. menyampaikan dan memperoleh pesan. Komunikasi selalu akan terjadi dalam BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi 2.1.1 Definisi Komunikasi Komunikasi adalah salah satu kunci dari kegiatan yang dilakukan untuk menyampaikan dan memperoleh pesan. Komunikasi selalu akan terjadi dalam

Lebih terperinci

Dra. Dwi Pangastuti Marhaeni, M.Si

Dra. Dwi Pangastuti Marhaeni, M.Si Dra. Dwi Pangastuti Marhaeni, M.Si Dalam pengertian luas, model menunjuk pada setiap representasi simbolis dari suatu benda, proses atau gagasan/ide. Pada level konseptual model merepresentasikan ide ide

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Pengetahuan Komunikasi Notoatmodjo (2012) mengemukakan bahwa pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) Pengertian Komunikasi Antar Pribadi BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Teori Komunikasi Antar Pribadi (Interpersonal Communication) 2.1.1 Pengertian Komunikasi Antar Pribadi Menurut Joseph De Vito, dalam bukunya The Interpersonal Communication

Lebih terperinci

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM

PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM PENGANTAR ILMU KOMUNIKASI MUHAMMAD IRAWAN SAPUTRA, S.I.KOM., M.I.KOM KOMUNIKASI EKSPRESIF ALAT PENYAMPAI EMOSI BERGANTUNG KONTEKS KOMUNIKASI RITUAL DILAKUKAN KOLEKTIF PERILAKU SIMBOLIK MENEGASKAN KEMBALI

Lebih terperinci

Bahan Bacaan Komunikasi Efektif. Pengertian Komunikasi Efektif

Bahan Bacaan Komunikasi Efektif. Pengertian Komunikasi Efektif Bahan Bacaan Komunikasi Efektif Pengertian Komunikasi Efektif Semua orang dapat berkomunikasi dengan caranya masing-masing, tetapi tidak semuanya mampu berkomunikasi secara efektif. Lalu apa itu komunikasi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Interpersonal 2.1.1 Pengertian Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonal adalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini

Lebih terperinci

KECAKAPAN INTERPERSONAL. Pertemuan 4 Konsep Dasar Komunikasi

KECAKAPAN INTERPERSONAL. Pertemuan 4 Konsep Dasar Komunikasi KECAKAPAN INTERPERSONAL Pertemuan 4 Konsep Dasar Komunikasi Bahasan: - Why - WhatWho - Where - How Who needs to know what I know now? Sharing Information Who knows what I need to know? Communication should

Lebih terperinci

Teori Komunikasi MODUL PERKULIAHAN. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Teori-Teori Dalam Konteks Komunikasi Antar Pribadi

Teori Komunikasi MODUL PERKULIAHAN. Mahasiswa Mampu Menjelaskan Tentang Teori-Teori Dalam Konteks Komunikasi Antar Pribadi MODUL PERKULIAHAN Teori Komunikasi Pokok Bahasan 1 Antarpribadi 1.1 Elemen pembentuk kesadaran diri 1.2 Konsep-konsep yang mempengaruhi perkembangan kesadaran diri 1.3 Teori-Teori Tentang Diri (Konsep

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL

BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL BAB II PENDEKATAN KONSEPTUAL 2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Karakteristik Etnis Arab dan Etnis Sunda Kata Arab sering dikaitkan dengan wilayah Timur Tengah atau dunia Islam. Negara yang berada di wilayah Timur

Lebih terperinci

Luas Lingkup Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Luas Lingkup Komunikasi. Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Luas Lingkup Komunikasi Drs. Alex Sobur, M.Si. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Untuk Apa Kita Berkomunikasi? (Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi) Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi

Lebih terperinci

MINDFULNESS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA (Studi Deskriptif pada Peserta Indonesia Poland Cross-Cultural Program)

MINDFULNESS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA (Studi Deskriptif pada Peserta Indonesia Poland Cross-Cultural Program) MINDFULNESS DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA (Studi Deskriptif pada Peserta Indonesia Poland Cross-Cultural Program) Durrotul Mas udah (Alumni Prodi Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta) ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni

BAB IV ANALISIS DATA. Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni BAB IV ANALISIS DATA Analisis data merupakan proses pengaturan data penelitian, yakni peorganisasin data kedalam pola-pola yang saling berhubungan, serta setiap kategori maupun sistem yang ada. Pada tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar

BAB I PENDAHULUAN. serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia hidup di bumi dengan berbagai macam budaya dan kepercayaan serta kebiasaan dan lingkungan yang berbeda-beda, itulah yang sebagian besar mempengaruhi

Lebih terperinci

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom.

Komunikasi: Suatu Pengantar. Tine A. Wulandari, M.I.Kom. Komunikasi: Suatu Pengantar Tine A. Wulandari, M.I.Kom. Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi adalah kemampuan alamiah; setiap orang mampu melakukannya.

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Komunikasi merupakan salah satu hal yang sangat vital dalam kehidupan bermasyarakat. Komunikasi memegang peran penting dalam kehidupan bersosial dan bermasyarakat. Tanpa

Lebih terperinci

PENGERTIAN DAN SEJARAH PSIKOLOGI

PENGERTIAN DAN SEJARAH PSIKOLOGI PENGERTIAN DAN SEJARAH PSIKOLOGI KOMUNIKASI BY : NURJANAH, M.SI MEMAHAMI PSIKOLOGI KOMUNIKASI Tujuan Pembelajaran: Mampu menjelaskan sejarah komunikasi dan psikologi komunikasi Mampu menguraikan lingkup

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggali informasi yang dibutuhkan dari para penyedia data. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. dalam menggali informasi yang dibutuhkan dari para penyedia data. Kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemampuan komunikasi merupakan salah satu faktor yang penting dalam menggali informasi yang dibutuhkan dari para penyedia data. Kemampuan komunikasi merupakan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Judi Perjudian adalah permainan di mana pemain bertaruh untuk memilih satu pilihan di antara beberapa pilihan dimana hanya satu pilihan saja yang benar dan menjadi

Lebih terperinci

ANXIETY UNCERTAINTY MANAGEMENT MAHASISWI INHOLLAND PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS INTERNASIONAL

ANXIETY UNCERTAINTY MANAGEMENT MAHASISWI INHOLLAND PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS INTERNASIONAL JURNAL E-KOMUNIKASI PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS KRISTEN PETRA, SURABAYA ANXIETY UNCERTAINTY MANAGEMENT MAHASISWI INHOLLAND PROGRAM STUDI MANAJEMEN BISNIS INTERNASIONAL Rony Wijaya, Prodi

Lebih terperinci

Modul Perkuliahan I Komunikasi Massa

Modul Perkuliahan I Komunikasi Massa Modul ke: 1 Modul Perkuliahan I Komunikasi Massa Pengertian Komunikasi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Ponco Budi Sulistyo., S.Sos., M.Comm., Ph.D Program Studi Broadcasting Judul Sub Bahasan Pengertian Komunikasi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Komunikasi Pengertian komunikasi secara umum (Uchjana, 1992:3) dapat dilihat dari dua sebagai: 1. Pengertian komunikasi secara etimologis Komunikasi berasal dari

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi merupakan aktivitas penting serta mendasar dalam kehidupan manusia. Manusia mulai berkomunikasi sejak dia lahir hingga sepanjang hidupnya. Manusia normal

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI

PSIKOLOGI KOMUNIKASI MODUL PERKULIAHAN PSIKOLOGI KOMUNIKASI RUANG LINGKUP PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul Standar untuk digunakan dalam Perkuliahan di Universitas Mercu Buana Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh

Lebih terperinci

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA. Tanggal Penyusunan 28/02/2017 Tanggal revisi dd/bb/thn

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA. Tanggal Penyusunan 28/02/2017 Tanggal revisi dd/bb/thn RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS GUNADARMA Tanggal Penyusunan 28/02/2017 Tanggal revisi dd/bb/thn Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Ilmu Komunikasi Kode Prodi

Lebih terperinci

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan.

Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan. Hubungan Komunikasi Antar Pribadi Antara Warga Amerika dan Warga Medan yang tergabung di Lembaga Language and Cultural Exchange Medan Yora Munirah ABSTRAK Penelitian ini berjudul Hubungan Komunikasi Antara

Lebih terperinci

Dari asal kata common yg bermakna bersama-sama, istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yg berarti

Dari asal kata common yg bermakna bersama-sama, istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yg berarti Komunikasi & Konseling dalam Praktik Kebidanan Apa itu Komunikasi? Dari asal kata common yg bermakna bersama-sama, istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin, yaitu communicatio yg

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia diciptakan sebagai makhluk multidimensional, memiliki akal pikiran dan kemampuan berinteraksi secara personal maupun sosial. Karena it manusia disebut sebagai

Lebih terperinci

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu

PSIKOLOGI KOMUNIKASI. Ruang Lingkup Psikologi. Komunikasi. Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom. Komunikasi. Modul ke: Fakultas Ilmu PSIKOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 01 Fakultas Ilmu Komunikasi Ruang Lingkup Psikologi Komunikasi Oni Tarsani, S.Sos.I., M.Ikom Program Studi Public Relation www.mercubuana.ac.id Psychology: * The science

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini.

BAB IV ANALISIS DATA. secara bersamaan dengan pengumpulan data pada penelitian ini. 74 BAB IV ANALISIS DATA 1. Temuan Penelitian Pada bab Analisis data ini akan disajikan data yang diperoleh peneliti dari informan dan dari lapangan untuk selanjutnya dikaji lebih lanjut. Analisis data

Lebih terperinci

Tine A. Wulandari, S.I.Kom.

Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Tine A. Wulandari, S.I.Kom. Untuk Apa Kita Berkomunikasi? Berbagai Kekeliruan dalam Memahami Komunikasi Tidak ada yang sukar tentang komunikasi. Komunikasi adalah kemampuan alamiah; setiap orang mampu

Lebih terperinci

PENGERTIAN KOMUNIKASI

PENGERTIAN KOMUNIKASI PENGERTIAN KOMUNIKASI Saundra Hybels & Richard L. Weafer komunikasi merupakan setiap proses pertukaran informasi, gagasan, dan perasaan. Proses itu meliputi informasi yang disampaikan tidak hanya secara

Lebih terperinci

Materi Minggu 1. Komunikasi

Materi Minggu 1. Komunikasi T e o r i O r g a n i s a s i U m u m 2 1 Materi Minggu 1 Komunikasi 1.1. Pengertian dan Arti Penting Komunikasi Komunikasi adalah proses penyampaian pikiran atau perasaan oleh seseorang kepada orang lain

Lebih terperinci

Komunikasi dan Etika Profesi

Komunikasi dan Etika Profesi Modul ke: 01Fakultas Ekonomi & Bisnis Program Studi Manajemen Komunikasi dan Etika Profesi Perspektif Komunikasi Dosen : Nia Kusuma Wardhani, S.Kom, MM. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam kehidupan sehari-hari seseorang melakukan komunikasi, baik antarindividu maupun dengan kelompok. Selama proses komunikasi, komunikator memiliki peranan yang sangat

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS. a. Pengertian Komunikasi Interpersonal

BAB II KAJIAN TEORITIS. a. Pengertian Komunikasi Interpersonal BAB II KAJIAN TEORITIS A. Kajian Pustaka 1. Komunikasi Interpersonal a. Pengertian Komunikasi Interpersonal Proses komunikasi dimulai atau berawal dari sumber (source) atau pengirim pesan yaitu dimana

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. KOMUNIKASI Sebelum membahas mengenai tinjuan pustaka dan teori yang akan digunakan dalam bab II ini, penulis ingin menjelaskan secara singkat apa itu komunikasi menurut para

Lebih terperinci

Ada 3 unsur komunikasi menurut Schramm:

Ada 3 unsur komunikasi menurut Schramm: (2) Model Schramm Model pertama model komunikasi manusia yang sederhana mirip dengan model komunikasi Shannon & Weaver Model kedua model komunikasi yang lebih rumit yang memperhitungkan pengalaman dua

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Perkembangan Sosial 2.1.1 Pengertian Perkembangan Sosial Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Menjadi orang yang mampu

Lebih terperinci

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King

PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King PEMBAHASAN Gambaran Model Konseptual Keperawatan Menurut Imogene M. King Imogene M. King mengawali teori ini melalui studi literatur dalam keperawatan, ilmu-ilmu perilaku terapan, diskusi dengan beberapa

Lebih terperinci

SOSIOLOGI KOMUNIKASI

SOSIOLOGI KOMUNIKASI Modul ke: 02 Dr. Fakultas ILMU KOMUNIKASI SOSIOLOGI KOMUNIKASI Komunikasi Sebagai Proses Interaksi Heri Budianto,M.Si Program Studi PUBLIC RELATIONS KOMUNIKASI SEBAGAI PROSES INTERAKSI Setiap manusia pasti

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima.

BAB 1 PENDAHULUAN. terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi. pengirim, dan diterima serta ditafsirkan oleh penerima. BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk individu sekaligus makhluk sosial, manusia senantiasa berhubungan dengan manusia lainnya, ingin mengetahui lingkungan sekitarnya, bahkan ingin

Lebih terperinci

Lingkup Teori Komunikasi

Lingkup Teori Komunikasi TEORI KOMUNIKASI MODUL 3 Lingkup Teori Komunikasi Sejalan dengan perkembangan ilmu komunikasi sebagai ilmu pengetahuan sosial yang bersifat multidisipliner, definisi mengenai komunikasi yang diberikan

Lebih terperinci

BAB V. Penutup. A. Kesimpulan

BAB V. Penutup. A. Kesimpulan BAB V Penutup A. Kesimpulan Dalam studi komunikasi antarbudaya, salah satu yang menarik untuk dikaji dan ditelaah lebih jauh adalah proses akomodasi komunikasi yang dilakukan oleh dua orang atau lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi yang dilakukan oleh manusia merupakan suatu proses yang melibatkan individu dalam suatu hubungan, kelompok, organisasi dan masyarakat yang merespon dan menciptakan

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI. Pengertian, Sifat, Tujuan dan Fungsi Teori

TEORI KOMUNIKASI. Pengertian, Sifat, Tujuan dan Fungsi Teori MODUL PERKULIAHAN TEORI KOMUNIKASI Pengertian, Sifat, Tujuan dan Fungsi Teori Fakultas Program Studi Tatap Muka Kode MK Disusun Oleh Ilmu Komunikasi Ilmu Komunikasi 02 85004 Abstract Pengertian Teori Dalam

Lebih terperinci

PERAN SERTA INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI

PERAN SERTA INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI Modul ke: 10 Fakultas Ilmu Komunikasi PERAN SERTA INDIVIDU DAN KELOMPOK DALAM KOMUNIKASI ORGANISASI Pokok Bahasan 1. Peran Serta Individu Dalam Organisasi 2. Peran Serta Kelompok Dalam Organisasi Dr. Inge

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360).

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi antarbudaya dengan baik. kemampuan komunikasi antarbudaya (Samovar dan Porter, 2010: 360). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan dunia bisnis yang ada membuat banyak perusahaan asing hadir di Indonesia. Berbagai perusahaan yang bergerak di bidang seperti telekomunikasi, transportasi,

Lebih terperinci

1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : 2013/ Semester : II 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Teori Komunikasi

1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : 2013/ Semester : II 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Teori Komunikasi 1. Institusi : FISIP Jurusan Ilmu Komunikasi 2. Tahun Akademik : 2013/ 2014 3. Semester : II 4. Nama dan Kode Mata Kuliah : Teori Komunikasi (SPK 1201) 5. SKS : 3-0 6. Pengampu : Dr. M. Sulthan Tri Nugroho

Lebih terperinci

TEORI KOMUNIKASI PERTEMUAN KETUJUH

TEORI KOMUNIKASI PERTEMUAN KETUJUH TEORI KOMUNIKASI PERTEMUAN KETUJUH Pengertian teori dalam komunikasi TEORI merupakan konseptualisasi atau penjelasan logis dan empiris tentang suatu fenomena Jadi teori dalam komunikasi pada dasarnya merupakan

Lebih terperinci

Psikologi Komunikasi Antar Pribadi

Psikologi Komunikasi Antar Pribadi Modul ke: Psikologi Komunikasi Antar Pribadi Fakultas 04FIKOM Komunikasi Antarpribadi Sebagai Proses Komponen-Komponen dalam Komunikasi Antarpribadi Saling Tergantung Para Pelaku dalam komunikasi Antarpribadi

Lebih terperinci

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana

PERSEPSI INTI KOMUNIKASI. Rizqie Auliana PERSEPSI INTI KOMUNIKASI Rizqie Auliana rizqie_auliana@uny.ac.id Pengertian Persepsi atau perception adl hal sederhana dari getaran apapun dari pikiran sehat kita. Persepsi sebagai proses yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola

BAB I PENDAHULUAN. pengalihasandian. Keberlangsungan ini pada akhirnya akan membentuk suatu pola BAB I PENDAHULUAN To effectively communicate, we must realize that we are all different in the way we perceive the world and use this understanding as a guide to our communication with others. (Anthony

Lebih terperinci

O u t l I n e. T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n

O u t l I n e. T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n Proses Komunikasi O u t l I n e T P U & T P K P e n d a h u l u a n P e m b a h a s a n T P U Diharapkan mampu ampu menjelaskan dan menerapkan konsep-konsep dasar dalam komunikasi, jenis dan teknik komunikasi,

Lebih terperinci

MEMAHAMI PROSES KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM KELOMPOK KERJA: PENELITIAN PADA ANGGOTA AIESEC BERKEWARGANEGARAAN INDONESIA YANG BERTUGAS DI LUAR NEGERI

MEMAHAMI PROSES KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM KELOMPOK KERJA: PENELITIAN PADA ANGGOTA AIESEC BERKEWARGANEGARAAN INDONESIA YANG BERTUGAS DI LUAR NEGERI MEMAHAMI PROSES KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM KELOMPOK KERJA: PENELITIAN PADA ANGGOTA AIESEC BERKEWARGANEGARAAN INDONESIA YANG BERTUGAS DI LUAR NEGERI Skripsi Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keterampilan intelektual. Karena itu pengorganisasian materi pembelajaran BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Keterampilan Intelektual Dalam proses belajar mengajar yang menekankan konstruksi pengetahuan, kegiatan utama yang berlangsung adalah berpikir atau mengembangkan keterampilan intelektual.

Lebih terperinci

TEKNIK MELOBBY & PERSUASI

TEKNIK MELOBBY & PERSUASI TEKNIK MELOBBY & PERSUASI Makalah ini disamkan dihadapan peserta pengkaderan DPD Golkar DIY di Kaliurang O L E H Drs. Mulyo Prabowo, M.Pd NIP. 131656350 JURUSAN KURUKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu daerah tujuan para pelajar untuk mengembangkan dan menuntut

BAB I PENDAHULUAN. salah satu daerah tujuan para pelajar untuk mengembangkan dan menuntut BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yogyakarta yang terkenal dengan sebutan kota pelajar merupakan salah satu daerah tujuan para pelajar untuk mengembangkan dan menuntut ilmu dari seluruh Indonesia. Banyaknya

Lebih terperinci

Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. Teori Sosiologi Kontemporer

Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. Teori Sosiologi Kontemporer Kuliah ke-7 Amika Wardana, PhD. a.wardana@uny.ac.id Teori Sosiologi Kontemporer Asumsi Dasar Interaksionisme-Simbolik Akar kesejarahan Interaksionisme-Simbolik Max Weber: Verstehen (Pemahaman Subyektif)

Lebih terperinci

MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI

MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI MEMAHAMI ANTILOKUSI PADA POLISI Skripsi Disusun Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Penyusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial budaya yang memperoleh perilakunya melalui belajar. Dari semua aspek belajar manusia, komunikasi merupakan aspek terpenting dan paling

Lebih terperinci

BAB II URAIAN TEORITIS. Komunikasi berasal dari bahasa Latin Communicatio, yang artiya sama. Maksudnya

BAB II URAIAN TEORITIS. Komunikasi berasal dari bahasa Latin Communicatio, yang artiya sama. Maksudnya 15 BAB II URAIAN TEORITIS II.1. Teori Komunikasi Komunikasi berasal dari bahasa Latin Communicatio, yang artiya sama. Maksudnya adalah komunikasi dapat terjadi apabila terdapat kesamaan makna mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lainnya adalah hal yang tidak bisa terhindarkan karena setiap

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang lainnya adalah hal yang tidak bisa terhindarkan karena setiap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dengan hakikatnya sebagai makhluk social, manusia tidak bisa hidup tanpa pengaruh manusia lain, maka dari itu komunikasi antar manusia dengan manusia yang lainnya adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal

BAB I PENDAHULUAN. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Komunikasi memiliki peran yang sangat penting bagi kehidupan manusia karena komunikasi merupakan alat manusia untuk saling berinteraksi satu sama lain. Manusia

Lebih terperinci

KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI EFEK KONASI UMPAN BALIK

KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI EFEK KONASI UMPAN BALIK KOMUNIKASI EFEKTIF EFEK KOGNISI KOMUNIKATOR PESAN SALURAN KOMUNIKATE EFEK EFEK AFEKSI EFEK KONASI UMPAN BALIK POSITIF NETRAL NEGATIF 1 KOMUNIKASI SUATU PROSES DI MANA SUATU GAGASAN DIALIHKAN DARI SUMBER

Lebih terperinci

Pengantar Ilmu Komunikasi Komunikasi Antar Pribadi

Pengantar Ilmu Komunikasi Komunikasi Antar Pribadi Modul ke: 11Fakultas FIKOM Pengantar Ilmu Komunikasi Komunikasi Antar Pribadi Reddy Anggara, S.Ikom., M.Ikom. Program Studi MARCOMM KAP Definisi komunikasi antarpribadi dapat dijelaskan dari 3 perspektif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, dengan WNA dari budaya barat (Sabon, 2005). BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkawinan antar budaya telah menjadi fenomena dalam masyarakat modern, terutama di kalangan masyarakat Indonesia, khususnya Jakarta. Menurut Faradila, berdasarkan

Lebih terperinci

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1

Komunikasi Bisnis Kelompok 7 1 1.1 Pengertian Komunikasi bisnis adalah komunikasi yang digunakan dalam dunia bisnis ynag mencakup berbagai macam bentuk komunikasi baik komunikasi verbal maupun non verbal. Berikut ini merupakan beberapa

Lebih terperinci