BAB III UNSUR-UNSUR METODIS UMUM PENELITIAN FILSAFAT
|
|
- Hadian Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB III UNSUR-UNSUR METODIS UMUM PENELITIAN FILSAFAT PENDAHULUAN Bab III ini menguraikan pemikiran Bakker dan Charris (1990) tentang unsureunsur metodis umum penelitian filsafat. Dalam penelitian filsafat objek itu hanya dapat diselidiki dengan metode hermeneutika, yaitu metode interpretasi. Hermeneutika itu bersifat umum, juga dipergunakan untuk semua ilmu sosial/human. Ada 10 unsurunsur metodis umum bagi penelitian filsafat yaitu; 1) interpretasi, 2) induksi dan deduksi, 3) Koherensi intern, 4) Holistika, 5) Kesinambungan historis, 6) Idealisasi, 7) Komparasi, 8) Heuristika, 9) Bahasa inklusif atau analogal, 10) Deskripsi. Bab III ini memperdalam dan memperluas wawasan mahasiswa dalam melakukan penelitian filsafat, sehingga dengan bekal ini para mahasiswa mampu melakukan berbagai model penelitian filsafat seperti; penelitian historis tentang tokoh, naskah, atau buku; penelitian mengenai suatu konsep sepanjang sejarah; penelitian komparatif penelitian pandangan filosofis di lapangan; penelitian sistematis-refleksif; penelitian mengenai masalah aktual, penelitian mengenai teori ilmiah dan mengetahui kesulitankesulitan yang dihadapi oleh masing-masing model. SEPULUH UNSUR METODIS PENELITIAN FILSAFAT 3.1. Interpretasi Menurut Aristoteles ( SM) the appearance of impersonal authority- a echanical brain always giving the same questions. But the real man was not like that (The Ethics of Aristotle, translated by J.A.K Thomson, London 1961). Dalam penelitian filsafat manusialah sebagai subjek yang ingin mengetahui segala sesuatu yang ada di dalam dan di luar dirinya. Perbedaannya dengan penelitian ilmu adalah dan objek formal yang khas bagi filsafat, dengan sifat-sifatnya sebagaimana disebut dalarn bab II, membawa konsekuensi bagi metode penelitian di bidang filsafat. Objek itu hanya dapat diselidiki dengan metode Hermeneutika, yaitu metode interpretasi. Tentu muncul dalam pikiran kita apakah metode interpretasi tersebut dapat dipertanggungjawabkan, karena setiap orang sepanjang sejarah memiliki persepsi yang berbeda terhadap suatu fakta sejarah, maupun suatu teks. Dengan demikian besar kemunkinan akan terjadi kesalahan tafsir maupun subjektivitas dalam penelitian filsafat. Persoalannya adalah bagaimana objektivitas dan intersubjektivitas dalam hermeneutika tersebut dapat ditelusuri dan dipertanggungjawabkan. Untuk itu marilah
2 kita ikuti dulu apakah yang dimaksud dengan metode hermeneutika tersebut? Sejauh manakah metode eneutika tersebut dapat dipergunakan dalam penelitian fisafat? Secara etilogis, kata hermeneutik berasal dan bahasa Yunani hermeneuein yang menafsirkan. Maka kata benda hermeneia secara harfiah dapat diartikan sebagai penafsiran atau interpretasi. Istilah Yunani ini mengingatkan kita pada tokoh mitologi yang bernama Hermes, yaitu seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan Yupiter kepada manusia. Hermes digambarkan sebagai seseorang yang mempunyai kaki bersayap, dan lebih banyak dikenal dengan sebutan Mercurius dalam bahasa latin. Tugas Hermes adalah menerjemahkan pesan-pesan dari dewa di gunung Olympus ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh manusia. Oleh karena itu, fungsi Hermes adalah penting sebab bila terjadi kesalah-pahaman tentang pesan dewa-dewa, akibatnya akan fatal bagi seluruh umat manusia. Hermes harus mampu menginterpretasikan atau menyadur sebuah pesan ke dalam bahasa yang dipergunakan oleh pendengrnya. Sejak saat itu Hermes menjadi simbol seorang duta yang dibebani dengan sebuah misi tertentu. Berhasil-tidaknya misi itu sepenuhnya tergantung pada cara bagaimana pesan itu dianggap benar. Persoalannya adalah bagaimana pesan itu dianggap benar? Apakah semua orang bisa menerima kebenaran itu atau langsung saja mempercayainya? Hermeneutik pada akhimya diartikan sebagai proses mengubah sesuatu atau situasi ketidaktahuan menjadi mengerti. Batasan umum ini selalu dianggap benar, baik hermeneutik dalam pandangan kiasik maupun dalam pandangan modern (Richard E. Palmer, 1963: dikutip dan E. Maryono 1993: 23-24). Menurut Bakker dan Charris (1990) dalam pelaksanaan segala macam penelitian seorang peneliti akan berhadapan dengan kenyataan. Dalam kenyataan itu dapat dibedakan beberapa aspek. Bisa berbentuk fakta, yaitu suatu perbuatan atau kejadian (dari kata latin facere, artinya membuat atau berbuat). Bisa berbentuk data, yaitu pemberian, dalam wujud hal atau peristiwa yang disajikan dasar keterangan selanjutnya (dari kata latin dare, artinya memberi). Mungkin juga kenyataan berbetuk gejala, yaitu yang nampak sebagai tanda adanya peristiwa atau kejadian. Ketiga aspek tersebut akan mendapat titik berat yang berbeda menurut masing-masing disiplin ilmu. Dalam penelitian filsafat kita dihadapkan kepada pikiran manusia dan tindakannya yang sulit diramalkan. Pikiran dan tindakannya diekspresikan melalui simbol-simbol, kata, bahasanya, kebudayaannya, kepercayaan dan agamanya.
3 Menurut Ogden dan Richard: The symbol (i.e. words or expresion) the thought or interpretation, and the referent (or that refered to), (we get from words to things inderectly by way of thought). Thought Symbol (words) Referent Dalam penelitian filsafat, si peneliti pertama dan terutama berhadapan dengan manusia hidup, dengan tingkah lakunya, agamanya, kebudayaannya, bahasanya, struktur sosialnya, kebaikan dan dosanya. Saya lihat, saya dengar, atau saya merabaraba suatu fakta, namun fakta itu diketahui tidak hanya fisik: kulit, besar, sehat. Fakta itu saya tangkap sebagai suatu ekspresi manusia, entah dalam pribadi manusia sendiri (bahasa, tarian, deklamasi, kesopanan) atau dalam salah satu produk (puisi, sistem hukum, karya seni, alat, struktur sosial). Bagi peneliti filsafat sebuah fakta atau peristiwa tidak hanya dilihat sebagai suatu benda mati saja tetapi merupakan suatu nilai yang tersembnyi yang perlu diungkapkan. Peneliti filsafat tidak hanya membaca yang tertulis dalam kejadian sejarah, atau dokumen, arsip-arsip tetapi bertanya lebih lanjut dan menafsirkan peristiwa-peristiwa tersebut sesuai dengan makna yang terkandung didalamnya. Bakker dan Charris (1990) mengatakan di dalam ekspresi itu dibaca dan ditangkap arti, nilai, maksud human. Oleh seorang filsuf tidak hanya dipahami segi biologis atau ekonomis semata-mata melainkan nilai estetis (estetika), sosial (filsafat social), religius (filsafat agama), etis (filsafat moral). Menurut Bertens (1981:225) ahli filsafat berusaha mencai hakikatnya. Sejak Dilthey macam pengertian itu disebut verstehen, artinya memahami. Persoalan-persoalan hakikat (fundamental) apakah yang diteliti oleh filsafat? The Liang Gie (1979) berpendapat bahwa filsafat adalah suatu rangkaian aktivitas dari budi manusia. Yang dimaksud dengan budi manusia ialah diri atau pelaku yang mencerap, mengingat, membayangkan, merasakan, mencipta, menalar, berkemauan, dan aktivitas sejenis, serta fungsional bertalian dengan suatu organisme jasmaniah perseorangan. Budi manusia itu ditantang oleh sekumpulan pertanyaan yang dapat disebut persoalan filsafati sebagai bahan masuk sehingga melakukan rangkaian aktivitas untuk menjawab pertanyaan tersebut. Tanpa input persoalan filsafati budi
4 manusia takkan melakukan kegiatan yang merupakan filsafat. Suatu persoalan filsafati pada pokoknya adalah pertanyaan mengenai sesuatu pada taraf keumuman yang tertinggi (tidak mengenai misalnya meja atau kursi melainkan tentang materi seumumnya), menyangkut persoalan arti, nilai, dasar atau asas (misalnya arti perkataan dari arti, nilai dari pengalaman kenikmatan, dasar dari kebenaran sesuatu atau asas dari tindakan baik), serta bercorak mencengangkan (sulitnya bahan pembuktian atau tata cara penyelesaian yang pasti) dan implikatif (yakni jawabannya mengandung simpulan berganda atau akibat lebih jauh yang perlu perenungan selanjutnya). Berdasarkan sesuatu pertanyaan yang ciri-cirinya demikian itu, budi manusia melakukan analisa, pemahaman, deskripsi, penilaian, penafsiran, dan perekaan yang mengarah pada kejelasan, kecerahan, keterangan, pembenaran, pengertian, dan penyatupaduan. Ke-enam aktiva budi itu sebagai suatu kebulatan dapatlah dianggap sebagai proses konversi yang berusaha mengubah persoalan-persoalan filsafati menjadi hasil keluar yang dapat berupa kearifan hidup, pandangan dunia, sistem pemikiran, keyakinan dasar atau kebenaran filsafati. Output dari budi ini terutama kearifan (wisdom), umurnnya juga disebut filsafat yang kiranya lebih jelas dicakup dengan istilah pengetahuan filsafati. Dalam kepustakaan Barat memang filsafat masih dikenal sebagai cinta akan kearifan. Untuk menyelesaikan pensoalan-pensoalan filsafati, seseorang filsuf memakai sesuatu prosedur tertentu yang kini dikenal sebagai metode filsafat. Metode filsafat itu cukup banyak ragamnya sesuai dengan pendapat berbagai filsuf yang mengemukakannya. Sokrates menggunakan tata cara yang kini disebut the Socratic method of analysis dengan bertanya dan membagi-bagi sehingga intisari persoalan tercapai. Plato, Aristoteles, filsuf-filsuf Abad Tengah memakai metode sintetik dengan menunjukkan hubungan sebab akibat antara pikiran dengan peradaban. Rene Decartes memperkenalkan metode kritik yang meliputi suatu analisa mengenai persyaratan dan batas-batas dari pengetahuan. George Wilhelm Friedrich Hegel menerapkan metode dialektik dalam seluruh filsafatnya yang berlangsung dengan tesa, antitesa, dan sintesa. Masih ada pelbagai metode lainnya dari filsuf-filsuf yang terkenal seperti misalnya Hensri Bergson (intuitive method), Edmund Husserl (the method of phenomenological description), William James (the pragmatic method), Bertrand Russell (the method of logical atomism), dan Gilbert Ryle (the method of philosophial analysis).
5 Kini, dan kapanpun perenungan kembali tujuan hidup adalah persoalan filsafat sepanjang masa setelah orang terkesima oleh peristiwa yang menimpa dirinya meskipun dunia teknologi modern telah dicapainya. Manusia perlu merenungkan kembali tentang masa depannya yang ingin dicapainya. Oleh karena itu penelitian filsafat sangat penting artinya dewasa ini, setelah ilmu pengetahuan terbentur oleh keterbatasannya. Persolannya seringkali dipertanyakan darimana dan bagaimana filsafat diteliti? Apakah dimulai dari fakta kongkrit (induksi) atau dari pikiran-pikiran (deduksi) Induksi dan Deduksi Induksi dimaksudkan untuk mengenali secara kongkrit objek yang diselidiki dengan cara memilah-milahkan (analisis) menjadi fakta-fakta, yang lalu ditangkap dengan intuisi. Meski demikian, intuisiatas fakta ini bukan lantas tergantung subjektivitas peneliti, melainkan tetap objektif terhadap hal/masalah yang diteliti. Juga bukan bersifat pragmatis dan abstrak, dalam arti bertumpu pada kecenderungan mendapatkan manfaat praktis individu dan tidak berhubungan dengan kenyataan kongkrit. Dengan induksi universalitas kemanusiaan akan tertangkap singularitasnya, yakni berupa fakta-fakta kasuistik. Konsekuensinya nilai universal yang sifafnya hakiki berlaku untuk semuanya. Proses demikian dinamakan generalisasi atau transendental. Dari generalisasi hasil induksi tersebut kemudian dideduksikan pada sifat-sifat khusus, meski tetap merupakan pengertian umum. Dan yang umum ini akan kembali digunakan untuk melihat yang individual, selanjutnya secara reflektif generalisasi dilihat kesesuaiannya dengan kenyataan real. Antara induksi dan deduksi sesungguhnya bukan soal yang satu mendahului yang lain. Artinya, induksi ditempuh sebagai satu tahap khusus untuk merangkai sebab deduksi atau sebaliknya, deduksi ditetapkan untuk melihat fakta singular. Tetapi keduanya saling memperkaya dalam lingkaran hermeneutik, berkesinambungan dan induksi ke deduksi, kembali ke induksi lagi dan seterusnya Koherensi Intern Hakikat objek yang transsendental tadi memiliki banyak unsur. Misalnya hakikat manusia dengan berbagai unsur di dalamnya. Karena itu, menangkap secara utuh jelas tidak dapat dilakukan secara parsial, melainkan harus dipahami sebagai keseluruhan dalam struktur internal atau relasi internal. Menangkap keutuhan unsurunsur struktural ini akan memperjelas hakikat objek. Demikian pula, unsur-unsur ini
6 lebih dikenali dalam relasinya dengan yang lain. Hakikat manusia misalnya, menjadi jelas ketika dihubungkan dengan soal nafsu, kebebasan, orang sekitar dan sebagainya Holistika Langkah lanjut dari koherensi intern adalah tinjauan terhadap objek yang diteliti haruslah dalam hubungannya dengan seluruh kenyataan, dalam korelasi dan komunikasi dengan Iingkungannya. Pembingkaian demikian penting untuk mendapatkan gambaran utuh tentang objek yakni harus dalam kesinambungan dengan satu totalitas. Dalam ilmu-ilmu yang bersentuhan dengan manusia seperti ilmu kesehatan, pendekatan holistik dewasa ini terhadap masalah pencegahan maupun pengobatan terhadap penderita berbagai macam penyakit mulai menjadi perhatian di kalangan medis maupun pemegang kebijakan Kesinambungan Historis Objek yang diteliti harus ditempatkan dalam konteks jaman atau sejarah yang melatarbelakangi. Terlebih bila objek penelitian berupa manusia atau tokoh dengan sistem pemikirannya. Dengan mengaitkan historis objek, pemahaman lebih utuh akan terungkap. Kesinambungan sejarah juga berarti bahwa hakikat objek yang diteliti ternyata berlaku untuk jaman dulu dan tidak jarang berlaku pula untuk masa kini, bahkan masa mendatang, setidaknya, universalitas hakikat objek yang kita dapatkan untuk mengatisipasi masa mendatang Idealisasi Penelitian filsafat dimaksudkan terutama untuk memahami kenyataan secara lebih dalam. Oleh karena itu, penelitian diusahakan untuk merekonstruksi gambaran yang murni yang dapat menjelaskan ciri khas yang berlaku pada hakikat objek yang diteliti. isainva. Frans Magnis mengungkap hakikat manusia Jawa dalam penelitian tentang etika Jawa. Atau Max Weber yang menempuh langkah idealisasi untuk menggambarkan kebangkitan kapitalisme Eropa sebagai eksplitasi etos kerja Kristiani Komparasi Komparasi atau perbandingan, ditempuh untuk mencari persamaan dan perbedaan yang maksudnya untuk mendapat gambaran mengenai hakikat objek menjadi lebih jelas. Komparasi dapat dilakukan antara tokoh atau antar naskah.
7 Komparasi dapat ditempuh antara objek yang dekat atau yang jauh, yang lemah dengan yang kuat Heuristika Meskipun jawaban penelitian filsafat tidak bersifat final. Bahkan awal sebuah persoalan lagi, namun setidaknya hams dapat menyuguhkan suatu pemecahan masalah, sekalipun untuk sementara Heuristika-lah metode untuk menemukan jalan baru pemecahan masalah dimaksud. Meskipun sebagai logika kreativitas ia tak dapat dihafal, namun tidak lalu berarti bersifat irasional dan emosional. Untuk heruistika harus berdasar kaidah yang jelas, yakni menempuh perumusan secara sistematis, menyelidiki asumsi dasar, mencari alternatif, selalu konsisten, dan peka terhadap berbagai masalah. Heuristika merupakan hasil penemuan spontan dan pengalaman manusia, aku menemukan sesuatu yang selama ini tidak menjadi perhatian orang Bahasa Inklusif atau Analogal Sebagaimana disebutkan di muka bahwa penelitian filsafat meliputi seluruh aktivitas budi manusia lengkap dengan berbagai unsurnya, arti dan maksud ekspresi kemanusiaan, maka bahasa, kata dan konsep yang digunakan haruslah bersifat inklusif, yaitu meliputi kata dan konsep lain Deskripsi Umumnya sebuah kegiatan penelitian yang harus dijabarkan untuk diketahui, hasil penelitian filsafat juga harus dieksplisitkan, dipaparkan atau dideskripsikan. Dengan demikan, atas hasil penelitian dapat dilakukan suatu evaluasi kritis untuk ditindaklanjuti. Dan pada tahap berikutnya hasil deskripsi ini memerlukan pemikiran refleksi dan budi manusia. Latihan 1. Terangkan perbedaan antara filsafat dengan penelitian filsafat. 2. Jelaskan cara pengumpulan data dalam penelitian filsafat. 3. Apa perbedaan antara deskripsi dengan interpretasi. 4. Sebutkan unsur-unsur penting dalam penelitian filsafat. 5. Apa yang dimaksud dengan berpikir secara refleksif.
8 PENUTUP Rangkuman Filsafat adalah kegiatan refleksif. Filsafat memang juga kegiatan akal budi, tetapi lebih merupakan perenungan dan suatu tahap lebih lanjut dari kegiatan rasional umum. Yang direfleksikan pada prinsipnya adalah apa saja, tanpa terbatas pada bidang atau tema tertentu. Tujuannya adalah untuk mempermudah kebenaran yang mendasar, menemukan makna, inti dan segala inti. Oleh karena itu filsafat merupakan eksplisitasi tentang hakiki realitas yang ada dalam kehidupan manusia; dapat meliputi hakikat manusia itu sendiri hakikat semesta, bahkan hakikat Tuhan, baik menurut segi struktural maupun segi normatifnya. Filsafat menguraikan dan merumuskan hakikat realitas secara sistimatis-modis. Karena itu juga filsafat merupakan ilmu pengetahuan, filsafat mempelajari semua objek. Filsafat mempelajari semua bidang dan semua dimensi yang diteliti oleh ilmu-ilmu lain, dan membuat bidang-bidang itu semua menjadi objek langsung penelitiannya. Semua bidang itu dipelajari oleh filsafat menurut sebab-sebab yang mendasar, dan dalam hal inilah terletak objek formal filsafat. Manusia sebagai objek formal memiliki beberapa sifat dasariah. Sifat-sifat dasariah itu menyebabkan kekhususan metodologi penelitian dalam filsafat. Hal ini membawa konsekuensi-konsekuensi bagi filsafat dalam metodologi penelitiannya. Objek itu diselidiki dengan metode hermenutika, metode interpretasi yang memuat banyak unsur dan langkah, merupakan unsur-unsur metodis umum penelitian filsafat, yaitu 1) interpretasi, 2) induksi dan deduksi, 3) koherensi intern, 4) holistika, 5) kesinambungan historis, 6) idealisme, 7) komparasi, heuristika, 9) bahasa inklusif atau analogal, dan 10) deskripsi. Tes formatif 1. Sebutkan unsur-unsur metodis umum bagi penelitian filsafat. 2. Terangkan asal mula kata hermenutika. 3. Terangkan mengapa interpretasi digunakan dalam penelitian filsafat. Kunci jawaban test formatif bab III 1. Interpretasi, induksi dan deduksi, koherensi intern, holistika, kesinambungan historis, idealisasi, komparasi, heuristika, bahasa inklusif, atau analogal, deskripsi. 2. Kata hermenutik berasal dari bahasa Yunani hermeneuen yang berarti menafsirkan. Maka kata benda hermeneia secara harfiah dapat diartikan sebagai penafsiran atau interpretasi.
9 3. Manusia sebagai objek formal filsafat sangat kompleks. Dan justru seluruh pemikiran filsafat sendiri merupakan bukti dan saksi akan kompleksitas hidup manusia. Maka sesungguhnya interpretasi merupakan upaya penting untuk menyingkap kebenaran. Pada dasarnya interpretasi berarti, bahwa tercapai pemahaman benar mengenai ekspresi manusiawi yang dipelajari. Daftar Pustaka Bakker, A dan Charris, A Zubair Metodologi Penelitian Filsalat. Kanisius. Yogyakarta. Thomson, J. A. K The Ethics of Aristotle. Penguin Books. London. The Liang Gie Penelitian dalam Bidang Filsafat dalam Dari Administrasi ke Filsafat; Suatu Kumpulan Karangan Lagi. Karya Kencana. Yogyakarta.
BAB IV MODEL PENELITIAN FILSAFAT
BAB IV MODEL PENELITIAN FILSAFAT 4.1 PENDAHULUAN Bab IV ini menjelaskan tentang model-model penelitian filsafat. Mengapa penelitian filsafat memerlukan model? Bab IV ini memerlukan wawasan mahasiswa tentang
Lebih terperinciBAB VI RANCANGAN PENELITIAN KONSEP SEPANJANG SEJARAH
BAB VI RANCANGAN PENELITIAN KONSEP SEPANJANG SEJARAH 6.1. PENDAHULUAN Bab VI ini menguraikan rancangan penelitian mengenai suatu konsep sepanjang sejarah, dan pikiran-pikiran para filsuf tersebut banyak
Lebih terperinciSek Se i k las tentang te filsafat Hendri Koeswara
Sekilas tentang filsafat Hendri Koeswara Pengertian ilmu filsafat 1. Etimologi Falsafah (arab),philosophy (inggris), berasal dari bahasa yunani philo-sophia, philein:cinta(love) dan sophia: kebijaksanaan(wisdom)
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dan Logika
Filsafat Ilmu dan Logika Modul ke: METODE-METODE FILSAFAT Fakultas Psikologi Masyhar Zainuddin, MA Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Pengantar metode filsafat bukanlah metode ketergantungan
Lebih terperinciBAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun
BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun yang ada diluar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal-hal
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Novel merupakan salah satu jenis media dimana penyampaianya berupa teks yang isinya berbagai jenis, baik berupa ide, gagasan, pemikiran suatu tokoh tertentu ataupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam artikel Japan s Suicide Generation 1, dikatakan bahwa bunuh diri bukanlah suatu hal yang baru dalam masyarakat Jepang. Tingkat bunuh diri di Jepang setiap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati dan. sistematis untuk mewujudkan kebenaran.
BAB III METODE PENELITIAN Metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang akan dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dan dikaruniai berbagai kelebihan dibandingkan dengan ciptaan lainnya. Karunia itu berupa akal, cipta, rasa,
Lebih terperinciRELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN. Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor
RELEVANSI FILSAFAT MANUSIA DALAM KEHIDUPAN Oleh Dr. Raja Oloan Tumanggor Pokok Persoalan Apakah filsafat manusia itu? Apa perbedaan filsafat manusia dengan ilmu lain (dalam hal ini psikologi klinis)? Apa
Lebih terperinciEtika dan Filsafat. Komunikasi
Modul ke: Etika dan Filsafat Komunikasi Pokok Bahasan Fakultas Ilmu Komunikasi Pengantar Kepada Bidang Filsafat Dewi Sad Tanti, M.I.Kom. Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Pengantar Rasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. adalah pengetahuan. Kemudian Plato, menurutnya baik itu apabila ia dikuasai oleh
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Etika di mulai pada abad ke lima sebelum masehi. Berbagai mazhab di yunani yang ditandai dengan kehadiran Socrates, yang mengatakan bahwa kebaikan itu adalah
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI FILSAFAT Pengertian Filasat Filsafat berasal dari bahasa Yunani yaitu philosophia : philo/philos/philen yang artinya cinta/pencinta/mencintai. Jadi filsafat adalah cinta akan kebijakan
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PENGERTIAN FILSAFAT FILSAFAT (Philosophia) Philo, Philos, Philein, adalah cinta/ pecinta/mencintai Sophia adalah kebijakan, kearifan, hikmah, hakikat kebenaran Cinta pada
Lebih terperinciFilsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman
Filsafat Ilmu dalam Perspektif Studi Islam Oleh: Maman Suratman Berbicara mengenai filsafat, yang perlu diketahui terlebih dahulu bahwa filsafat adalah induk dari segala disiplin ilmu pengetahuan yang
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,2009
BAB I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar belakang Berangkat dari sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa Estetika sebagai logika, mengantarkan saya untuk mencoba mendalami dan menelusuri tentang keduanya, serta
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi di dunia memungkinkan manusia untuk terarah pada kebenaran. Usahausaha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kebenaran selalu aktual di zaman yang dipengaruhi perkembangan Ilmu pengetahuan dan Teknologi. Berbagai perkembangan yang terjadi di dunia memungkinkan manusia
Lebih terperinciSebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika
Sebuah Pengantar Populer Karangan Jujun S. Sumantri Tentang Matematika Dan Statistika A. MATEMATIKA Matematika Sebagai Bahasa Untuk mengatasi kekurangan yang terdapat pada bahasa maka kita berpaling kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Pengertian Logika. B. Tujuan Penulisan
BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian Logika Logika berasal dari kata Logos yaitu akal, jika didefinisikan Logika adalah sesuatu yang masuk akal dan fakta, atau Logika sebagai istilah berarti suatu metode atau
Lebih terperinciEstetika Desain. Oleh: Wisnu Adisukma. Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen
Estetika Desain Oleh: Wisnu Adisukma Seni ternyata tidak selalu identik dengan keindahan. Argumen inilah yang seringkali muncul ketika seseorang melihat sebuah karya seni. Mungkin karena tidak memahami
Lebih terperinciFilsafat Manusia (PERKULIAHAN)
Filsafat Manusia (PERKULIAHAN) Modul ke: Pendahuluan Firman Alamsyah Ario Buntaran Fakultas Psikologi Program Studi S1 - Psikologi http://www.mercubuana.ac.id Kontrak perkuliahan Tatap muka 14 x pertemuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke-
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada abad pencerahan (Aufklarung) telah membawa sikap kritis atas metafisika pada puncaknya. Kemudian pada pasca-pencerahan (sekitar abad ke- 19) di Jerman,
Lebih terperinciRENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) METODE PENELITIAN FILSAFAT
RENCANA PROGRAM DAN KEGIATAN PEMBELAJARAN SEMESTER (RPKPS) METODE PENELITIAN FILSAFAT Oleh: NUSYIRWAN FAKULTAS FILSAFAT UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA 2003 HALAMAN PERSEMBAHAN Mengenang Sembilan Tahun
Lebih terperinciBAB IV. PENUTUP. Universitas Indonesia. Estetika sebagai..., Wahyu Akomadin, FIB UI,
BAB IV. PENUTUP 4. 1. Kesimpulan Pada bab-bab terdahulu, kita ketahui bahwa dalam konteks pencerahan, di dalamnya berbicara tentang estetika dan logika, merupakan sesuatu yang saling berhubungan, estetika
Lebih terperinciTugas Filsafat. Mohamad Kashuri M
Tugas Filsafat Mohamad Kashuri 090810530M PROGRAM STUDI ILMU FARMASI FAKULTAS FARMASI PASCA SARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA 2008 1. Pendahuluan Sejalan dengan kemajuan pola berpikir manusia saat ini, ilmu
Lebih terperinciBentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati
Bentuk Dasar Pengetahuan Bentuk dasar pengetahuan ada dua: 1. Bentuk pengetahuan mengetahui demi mengetahui saja, dan untuk menikmati pengetahuan itu demi memuaskan hati manusia 2. Bentuk pengetahuan untuk
Lebih terperinciDESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator. Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn
DESKRIPSI KARYA SENI MONUMENTAL Judul Karya Seni Monumental (kriya Seni): Predator Pencipta I Made Sumantra, S.Sn, M.Sn FAKULTAS SENI RUPA DAN DESAIN INSTITUT SENI INDONESIA DENPASAR 2017 DESKRIPSI KARYA
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Pendekatan Penelitian Metode berasal dari kata methodos, bahasa Latin, sedangkan methodos itu sendiri berasal dari akar kata meta dan hodos. Meta berarti menuju,
Lebih terperinciI. DASAR-DASAR PENGETAHUAN
I. DASAR-DASAR PENGETAHUAN JENIS MANUSIA BERDASARPENGETAHUAN ADA ORANG TAHU DI TAHUNYA ADA ORANG TAHU DI TIDAKTAHUNYA ADA ORANG TIDAK TAHU DI TAHUNYA ADA ORANG TIDAK TAHU DI TIDAKTAHUNYA PENGETAHUAN DIMULAI
Lebih terperinciOleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si
Oleh : Lia Aulia Fachrial, M.Si Konsep (pengertian) ilmu pengetahuan Memahami dan menjelaskan konsep (pengertian) ilmu pengetahuan secara umum Hubungan sosiologi dengan ilmu-ilmu sosial lainnya Memahami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam latar belakang ini, ada beberapa hal yang akan disampaikan penulis. hal tersebut terkait masalah yang diangkat. masalah atau isu yang diangkat tentunya
Lebih terperinciALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS
ALIRAN-ALIRAN FILSAFAT PENDIDIKAN DI AS 1. PROGRESSIVISME a. Pandangan Ontologi Kenyataan alam semesta adalah kenyataan dalam kehidupan manusia. Pengalaman adalah kunci pengertian manusia atas segala sesuatu,
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI. Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka memuat uraian sistematis tentang teori-teori dasar dan konsep atau hasil-hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Simpulan
BAB V PENUTUP A. Simpulan Dari keseluruhan kajian mengenai pemikiran Kiai Ṣāliḥ tentang etika belajar pada bab-bab sebelumnya, diperoleh beberapa kesimpulan penting, terutama mengenai konstruksi pemikiran
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN. uraian yang sudah dibahas secara keseluruhan. Penulis akan menyimpulkan bab
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini penulis akan menyimpulkan penulisan skripsi ini atas semua uraian yang sudah dibahas secara keseluruhan. Penulis akan menyimpulkan bab ke-3, bab ke-4 dan bab ke-5.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN Di dalam bab ini disajikan tujuh hal yang berkaitan dengan metode penelitian, yakni (1) penentuan data dan sumber data; (2) desain penelitian; (3) metode penelitian; (4) definisi
Lebih terperinciETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI
ETIKA & FILSAFAT KOMUNIKASI Modul ke: Pokok Bahasan : PENGANTAR BIDANG FILSAFAT Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Yogi Prima Muda, S.Pd, M.Ikom Program Studi (Marcomm) www.mercubuana.ac.id MENGAPA HARUS
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang masing-masing berarti
28 III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode hermeneutik. Hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang masing-masing berarti
Lebih terperinciEtika dan Filsafat. Komunikasi
Modul ke: 02 Martina Fakultas Fakultas Ilmu Komunikasi Etika dan Filsafat Komunikasi Komunikasi dan Filsafat Shalaty Putri, M.Si. Program Studi Advertising dan Marketing Communication Pengantar pada Filsafat
Lebih terperinciBab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang Masalah
Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat yang digunakan untuk menyampaikan maksud tertentu oleh seseorang kepada orang lain. Dengan kata lain, untuk berkomunikasi. Menurut Keraf
Lebih terperinciILMU DAN ILMU PENGETAHUAN
ILMU DAN ILMU PENGETAHUAN ILLIA SELDON MAGFIROH KULIAH VIII METODE ILMIAH PROGRAM STUDI AGRIBISNIS, UNIVERSITAS JEMBER 2017 KOMPETENSI YANG DIHARAPKAN : Mahasiswa dapat menjelaskan : 1. Ciri-ciri ilmu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan alat komunikasi utama bagi seorang anak untuk mengungkapkan berbagai keinginan maupun kebutuhannya, serta memungkinkan anak untuk menerjemahkan
Lebih terperinciBAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN
BAB I PENGERTIAN FILSAFAT INDONESIA PRA MODERN A. Objek Bahasan 1. Objek materi Filsafat Indonesia ialah kebudayaan bangsa. Menurut penjelasan UUD 1945 pasal 32, kebudayaan bangsa ialah kebudayaan yang
Lebih terperinciDr. I Gusti Bagus Rai Utama, SE., M.MA., MA.
M.MA., MA. M.MA., MA. 09/01/2016 1 Manusia mencari kebenaran dengan menggunakan akal sehat (common sense) dan dengan ilmu pengetahuan. Ada empat hal pokok yang membedakan antara ilmu dan akal sehat. 1)
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU PENGETAHUAN OLEH LASIYO UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015
FILSAFAT ILMU PENGETAHUAN OLEH LASIYO UNIVERSITAS GADJAH MADA 2015 PENDAHULUAN MANUSIA PUNYA TUJUAN DAN CITA- CITA HIDUP MANUSIA MELAKUKAN AKTIVITAS: 1. MENCIPTAKAN 2. MENELITI 3. MEREFLEKSI 4. MEMPERCAYAI
Lebih terperinciPengertian Etika. Nur Hidayat TIP FTP UB 2/18/2012
Nur Hidayat http://nurhidayat.lecture.ub.ac.id TIP FTP UB Pengertian Etika Berasal dari Yunani -> ethos artinya karakter, watak kesusilaan atau adat. Fungsi etika: Sebagai subjek : Untuk menilai apakah
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT 1 PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Filsafat (Philosophia) : - Philo/Philos/Philein yang berarti cinta/pecinta/mencintai. - Sophia yang berarti kebijakan/kearifan/hikmah/hakekat
Lebih terperinciotaknya pasti berbeda bila dibandingkan dengan otak orang dewasa. Tetapi esensi otak manusia tetap ada pada otak bayi itu, sehingga tidak pernah ada
KESIMPULAN UMUM 303 Setelah pembahasan dengan menggunakan metode tiga telaah, deskriptif-konseptual-normatif, pada bagian akhir ini, akan disampaikan kesimpulan akhir. Tujuannya adalah untuk menyajikan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang
23 III. METODE PENELITIAN A. Metode yang Digunakan Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode hermeneutik. Hermeneutika berasal dari kata Yunani hermeneuine dan hermeneia yang masing-masing berarti
Lebih terperinciDiterjemahkan oleh K.J. Veeger, (Jakarta: Gramedia, 1998), hlm Zainal, Abidin, Filsafat Manusia, (Jakarta: Rosda Karya, 2003), hlm.
Filsafat Antropologi 1 Filsafat antropologi merupakan salah satu cabang dari filsafat teoritika. Selain itu filsafat antropologi juga dapat disebut sebagai ilmu. Palmquis memahami bahwa filsafat mengalami
Lebih terperinciKELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2
KELAHIRAN SOSIOLOGI Pertemuan 2 SOSIOLOGI??? APA MANFAAT LETAK LAHIRNYA SOSIOLOGI Sosiologi lahir manakala muncul perhatian terhadap masyarakat karena perubahan yang terjadi Terdapat peristiwa besar di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial karena merupakan bagian dari masyarakat. Ia mustahil dapat hidup sendirian saja. Seseorang yang mengalami kecelakaan lalu lintaspun pasti
Lebih terperinciFILSAFAT PENGANTAR TERMINOLOGI
FILSAFAT PENGANTAR Kata-kata filsafat, filosofi, filosofis, filsuf, falsafi bertebaran di sekeliling kita. Apakah pemakaiannya dalam kalimat-kalimat sudah tepat atau sesuai dengan arti yang dimilikinya,
Lebih terperinciMAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU
Modul ke: MAKNA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT DAN DASAR ILMU Fakultas TEKNIK Yayah Salamah, SPd. MSi. Program Studi Arsitektur www.mercubuana.ac.id Pokok Bahasan Pendahuluan Pengertian Sistem Filsafat
Lebih terperinciBab 3 Filsafat Ilmu. Agung Suharyanto,M.Si. Psikologi - UMA
Bab 3 Filsafat Ilmu Agung Suharyanto,M.Si Psikologi - UMA 2017 Definisi Filsafat Ilmu Robert Ackermann Filsafat ilmu dalam suatu segi adalah sebuah tinjauan kritis tentang pendapatpendapat ilmiah dewasa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian merupakan tempat di mana penelitian akan dilakukan yaitu di Kelompok Bermain Bunga Nusantara
Lebih terperinciOleh: Regina Tamburian Gita Nur Istiqomah
Tugas Ringkasan Oleh: Regina Tamburian Gita Nur Istiqomah Imelda Polii Pracecilia Damongilala Anastania Maria Stephanie Bokong Pontoh UNIVERSITAS SAM RATULANGI TEKNIK ARSITEKTUR MANADO 2006 PANCASILA SEBAGAI
Lebih terperinciBAB VI PENUTUP. Berdasarkan kajian tentang Dimensi Epistemologi dalam Sosiologi Peter. Ludwid Berger dan Relevansinya terhadap Pengembangan Studi
219 BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kajian tentang Dimensi Epistemologi dalam Sosiologi Peter Ludwid Berger dan Relevansinya terhadap Pengembangan Studi Islam di Indonesia dapat disimpulkan sebagai
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
FILSAFAT ILMU OLEH SYIHABUDDIN SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA FILSAFAT ILMU Filsafat: upaya sungguh-sungguh dlm menyingkapkan segala sesuatu, sehingga pelakunya menemukan inti dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah 1.1.1 Latar Belakang Karya sastra tidak terlepas dari kehidupan masyarakat karena dalam karya sastra terdapat kenyataan yang dialami oleh masyarakat itu
Lebih terperinciPARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL
PARADIGMA POSITIVISTIK DALAM PENELITIAN SOSIAL Memahami Paradigma positivistik (fakta sosial) menganggap realitas itu sebagai sesuatu yang empiris atau benar-benar nyata dan dapat diobservasi. Dalam meneliti,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan lembaga untuk peserta didik. Kurikulum pendidikan sudah beberapa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa
BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini akan dibahas delapan hal. Pertama, dibahas latar belakang masalah penelitian yang berisikan pentingnya keterampilan menulis bagi siswa sekolah dasar. Kemudian, dibahas identifikasi
Lebih terperinciASAS DEMOKRASI LIBERAL DAN KEMAJUAN AMERIKA: SEBUAH TINJAUAN FILSAFAT PRAGMATISME AMERIKA (Charles Peirce, John Dewey dan William James)
ASAS DEMOKRASI LIBERAL DAN KEMAJUAN AMERIKA: SEBUAH TINJAUAN FILSAFAT PRAGMATISME AMERIKA (Charles Peirce, John Dewey dan William James) Oleh: Muhammad Hasmi Yanuardi Dosen Jurusan Sejarah FIS UNJ Abstrak.
Lebih terperinciBAB III PROSEDUR PENELITIAN. situasi kondisi yang tengah berlangsung sekarang ini, tujuannya mencoba
58 BAB III PROSEDUR PENELITIAN A. Pendekatan Penelitian dan Metode Penelitian 1. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian naturalistik kualitatif. Metode penelitian yang digunakan
Lebih terperinciPANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT
PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT PREVIEW PENGERTIAN FILSAFAT PANCASILA SEBAGAI SISTEM KESATUAN SILA-SILA PANCASILA SEBAGAI SUATU SISTEM FILSAFAT NILAI-NILAI PANCASILA MENJADI DASAR DAN ARAH KESEIMBANGAN
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Media Kartu Bergambar 2.1.1 Pengertian Media Kartu Bergambar Kata media berasal dari bahasa latin yaitu medium yang secara harfiah berarti perantara. Dengan demikian media dapat
Lebih terperinciSebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan
Subjudul Sebuah sarana atau definisi tentang alam semesta yang diterjemahkan ke dalam Bahasa yang bisa dimengerti manusia sebagai usaha untuk mengetahui dan mengingat tentang sesuatu. Sesuatu yang didapat
Lebih terperinciMasuknya Hermeneutika dalam Lingkup Ilmu Tafsir (Review atas Artikel Sofyan A.P. Kau) Oleh: Wahidatul Wafa dan Asep Supianudin
Masuknya Hermeneutika dalam Lingkup Ilmu Tafsir (Review atas Artikel Sofyan A.P. Kau) Oleh: Wahidatul Wafa dan Asep Supianudin Abstrak Pada awalnya, Tafsir dan Hermeneutik berawal dari tempat dan tradisi
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Munculnya feminisme memang tak lepas dari akar persoalan yang ada di kalangan masyarakat, bahwa perempuan sebagai anggota masyarakat masih dianggap sebagai makhluk inferior.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi
58 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Metode merupakan cara kerja dalam memahami objek yang menjadi sasaran penelitian. Peneliti dapat memilih salah satu dari berbagai metode yang ada sesuai
Lebih terperinciPembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi
Pertemuan 1 Pembahasan 1. Norma 2. Etika 3. Moral 4. Pengertian Etika Profesi 5. Fungsi Kode Etik Profesi 1.1. Norma Norma (dalam sosiologi) adalah seluruh kaidah dan peraturan yang diterapkan melalui
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Paradigma Penelitian Paradigma menurut Wimmer dan Dominick, yaitu seperangkat teori, prosedur, dan asumsi yang diyakini tentang bagaimana peneliti melihat dunia. 1 Sedangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nasibatun Umul Khairat, 2014
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ilmu kimia dipandang penting dengan beberapa pertimbangan diantaranya adalah dapat memberikan bekal ilmu kepada peserta didik untuk menumbuhkan kemampuan berpikir yang
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU. Drs. Dede Kosasih, M.Si.
FILSAFAT ILMU Drs. Dede Kosasih, M.Si. DEFINISI Pengetahuan : Persepsi subyek (manusia) atas obyek (riil dan gaib) atau fakta. Ilmu Pengetahuan : Kumpulan pengetahuan yang benar disusun dengan sistem dan
Lebih terperinciMAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU
MAKALAH PENDIDIKAN SEBAGAI ILMU Oleh : Septy Indriyani (15105244006) Teknologi Pendidikan A A. PENDAHULUAN Ilmu adalah rangkaian aktivitas manusia yang rasional dan kognitif dengan berbagai metode berupa
Lebih terperinciAkal dan Pengalaman. Filsafat Ilmu (EL7090)
Akal dan Pengalaman Filsafat Ilmu (EL7090) EROPA History TEOLOGI ±10 Abad COSMOS RENAISSANCE Renaissance Age ITALY Renaissance = Kelahiran Kembali - TEOLOGIS - Rasionalitas dan Kebebasan Berfikir Martabat
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. atau tujuan pemecahan masalah (P. Joko Subagyo, S.H 2006 : 1).
17 III. METODE PENELITIAN Metode dalam sebuah penelitian merupakan langkah penting karena metode dapat menentukan berhasil atau tidaknya sebuah penelitian. Metode berasal dari bahasa Yunani methodos berarti
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian Dalam Penelitian ini, peneliti menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Menurut Moleong (2010 hlm.6) : Penelitian kualitatif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk ciptaan Tuhan yang bermartabat. Sebagai makhluk yang bermartabat, manusia memiliki di dalam dirinya akal budi, rasa, hati dan kehendak. Manusia
Lebih terperinciFUNGSI SENI. Ayat Suryatna. dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.1 No.3 Agustus Abstrak
FUNGSI SENI Ayat Suryatna dipublikasikan pada Jurnal Seni Rupa dan Desain Vol.1 No.3 Agustus 2001 Abstrak Dalam kenyataannya, seni meliputi dua hal, yaitu proses penciptaan seni dan karya seni. Seni juga
Lebih terperinciMATERI KULIAH ETIKA BISNIS. Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis
MATERI KULIAH ETIKA BISNIS Pokok Bahasan: Pancasila sebagai Landasan Etika Bisnis Latar Belakang Di zaman yang serba modern ini, nilai, etika, norma,dan moral seringkali diabaikan oleh rakyat Indonesia,
Lebih terperinciPANCASILA PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT. Nurohma, S.IP, M.Si. Modul ke: Fakultas FASILKOM. Program Studi Sistem Informasi.
PANCASILA Modul ke: PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT Fakultas FASILKOM Nurohma, S.IP, M.Si Program Studi Sistem Informasi www.mercubuana.ac.id PANCASILA SEBAGAI SISTEM FILSAFAT ABSTRACT Menjelaskan Pengertian,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Paradigma Penelitian Paradigma adalah suatu cara pandang untuk memahami kompleksitas dunia nyata. Paradigma tertanam kuat dalam sosialisasi para penganut dan praktisinya.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bahasa merupakan rangkaian bunyi yang dihasilkan oleh alat ucap manusia secara sadar dengan tujuan untuk menyampaikan ide, pesan, maksud, perasaan, dan pendapat
Lebih terperinciPendahuluan BAB I. A. Pengertian
BAB I Pendahuluan A. Pengertian Sebelum memasuki topik bahasan pokok, ada baiknya dipahami terlebih dulu tentang pengertian etika. Apakah etika itu? Etika dalam pengertian keilmuan adalah ilmu pengetahuan
Lebih terperinciEPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN. Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum
EPISTEMOLOGI & LOGIKA PENDIDIKAN Oleh Dr. Dwi Siswoyo, M. Hum MAKNA FILOSOFI Kata filosofi berasal dari perkataan yunani philos (cinta) dan sophia (kebijaksanaan) dan berarti cinta kebijaksanaan. Filosofi
Lebih terperinciBAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kepenerima pesan (2006:6). Dalam Accociation for education and communication
BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Media Secara harfiah media berarti perantara atau pengantar. Oleh Sadiman dikemukakan bahwa media adalah perantara atau pengantar
Lebih terperinciOBJEK MATERIAL DAN FORMAL FILSAFAT ILMU
BAB I PENDAHULUAN Filsafat Ilmu mulai merebak di awal abad ke 20, namun di abad ke 19 merupakan dasar filsafat ilmu dengan metode yang dimilikinya, metode induksi. Filsafat ilmu mengedepankan ilmu pengetahuan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (fiction), wacana naratif (narrative discource), atau teks naratif (narrativetext).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Karya sastra adalah sebuah karya imajiner yang bermedia bahasa dan memiliki nilai estetis. Karya sastra juga merupakan sarana untuk mengungkapkan ide, gagasan
Lebih terperinciPENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 09Fakultas Dr. PSIKOLOGI PENGETAHUAN DAN FILSAFAT ILMU H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id KONSEP PENGETAHUAN Dalam Encyclopedia of
Lebih terperinciDeskripsi Mata Kuliah
Minggu ke Deskripsi Mata Kuliah Mata kuliah ini menyajikan bahasan tentang: manusia dan hakekatnya, arti filsafat dan Kristen, manusia dan filsafat, manusia dan, aliran-aliran filsafat, filsafat Kristen,
Lebih terperinciidealisme: suatu aliran filsafat yang cara pandangnya sama dengan rasionalisme.
Rasionalisme rasionalisme. Relativisme Falsifikanisme idealisme: suatu aliran filsafat yang cara pandangnya sama dengan pragmatisme realism Idealisme adalah: o Orang yang menerima standar estetik, moral,
Lebih terperinciILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH
ILMU SEBAGAI AKTIVITAS PENELITIAN DAN METODE ILMIAH Ilmu adalah sebagai aktivitas penelitian. Sudah kita ketahui bersama bahwa ilmu mempunyai andil yang cukup besar dalam perkembangan kehidupan manusia
Lebih terperinciTeori-Teori Penunjang dalam Penelitian Kualitatif
Teori-Teori Penunjang dalam Penelitian Kualitatif Fenomenologi Hermeneutik Interaksi Simbolik Etnometodologi Teori Budaya Tri Nugroho Adi,M.Si./MPK Kual. 1 FENOMENOLOGI Perspektif ini mengarahkan bahwa
Lebih terperinciBahasan Kajian Filsafat
PENGERTIAN FILSAFAT Secara etimologi istilah filsafat berasal dari bahasa Yunani philein yang artinya cinta dan sophos yang artinya hikmah atau kebijaksanaan atau wisdom. Secara harfiah istilah filsafat
Lebih terperinciFILSAFAT????? Irnin Agustina D.A, M.Pd
FILSAFAT????? am_nien@yahoo.co.id PENGERTIAN FILSAFAT SECARA ETIMOLOGI Istilah filsafat yang merupakan terjemahan dari philolophy (bahasa Inggris) berasal dari bahasa Yunani philo (love of ) dan sophia
Lebih terperinciMata kuliah : Filsafat Kebudayaan Pertemuan ke : 10 (K10) : Kebudayaan sebagai strategi: : Mahasiswea memahami konsep pentahapan kebudayaan dan
Mata kuliah : Filsafat Kebudayaan Pertemuan ke : 10 (K10) Materi : Kebudayaan sebagai strategi: Tujuan : Mahasiswea memahami konsep pentahapan kebudayaan dan pengertian strategikebudayaan. --------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lebih terperinciFILSAFAT ILMU DAN CABANG FILSAFAT. H. SyahrialSyarbaini, MA. Modul ke: 02Fakultas PSIKOLOGI. Program Studi Psikologi
FILSAFAT ILMU DAN LOGIKA Modul ke: 02Fakultas Dr. PSIKOLOGI CABANG FILSAFAT H. SyahrialSyarbaini, MA. Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id CABANG- CABANG FILSAFAT Standar Kompetensi Setelah perkualiahan
Lebih terperinci