PENGARUH KONSUMSI MINUMAN JERUK KEMASAN TERHADAP. PERUBAHAN ph SALIVA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PENGARUH KONSUMSI MINUMAN JERUK KEMASAN TERHADAP. PERUBAHAN ph SALIVA SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan. Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran"

Transkripsi

1 PENGARUH KONSUMSI MINUMAN JERUK KEMASAN TERHADAP PERUBAHAN ph SALIVA SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Nur Nubli Julian Parade G FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011

2 ABSTRAK Nur Nubli Julian Parade, G , Pengaruh Konsumsi Minuman Jeruk Kemasan terhadap Perubahan ph Saliva. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Tujuan Penelitian: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan ph Saliva. Metode Penelitian: Jenis penelitian ini adalah Pre-Post Test Only. Sampel yang digunakan adalah 40 siswa SMA Negeri 1 Gresik yang berumur tahun. Sampel tersebut didapat secara simple random sampling, kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok perlakuan yang masing-masing berjumlah 20 sampel. Kelompok kontrol diberi minum air putih dan kelompok perlakuan diberi minuman jeruk kemasan. Masing-masing kelompok diukur ph salivanya setelah menit ke-2, menit ke-6, dan menit ke-10. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji statistik Mann-Whitney, menggunakan program SPSS 17.0 for Windows. Hasil Penelitian: Penelitian ini menunjukkan terdapat pengaruh pemberian minuman jeruk kemasan terhadap perubahan ph saliva. Hasil kelompok perlakuan tampak signifikan pada menit ke-2 ( 6,47 ± 0,46 dan p = 0,000), menit ke-6 ( 6,18 ± 0,30 dan p = 0,005) dan menit ke-10 ( 6,66 ± 0,27 ). Sedangkan pada kelompok kontrol didapatkan hasil yang tidak signifikan, pada menit ke-2 ( 7,01 ± 0,13 dan p = 0,823 ), menit ke-6 ( 7,03 ± 0,14 dan p = 0,578) dan menit ke-10 ( 7,06 ± 0,11 dan p = 0,338). Secara keseluruhan perbedaan nilai ph saliva lebih signifikan pada kelompok minuman jeruk kemasan. Simpulan Penelitian: Terdapat pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan ph Saliva. Minuman jeruk kemasan memberikan pengaruh yang bermakna dalam menurunkan ph Saliva. Kata kunci : minuman jeruk kemasan, ph Saliva iv

3 DAFTAR ISI PRAKATA... vi DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... DAFTAR LAMPIRAN... ix x BAB I. PENDAHULUAN... 1 A. Latar Belakang Masalah... 1 B. Perumusan Masalah... 2 C. Tujuan Penelitian... 3 D. Manfaat Penelitian... 3 BAB II. LANDASAN TEORI... 4 A. Tinjauan Pustaka Saliva Minuman Jeruk Kemasan Karbohidrat dan ph Saliva Pengukuran ph Saliva B. Kerangka Pemikiran C. Hipotesis BAB III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian B. Lokasi Penelitian vii

4 C. Subjek Penelitian D. Teknik Sampling E. Rancangan Penelitian F. Identifikasi Variabel Penelitian G. Skala Varibel H. Definisi Operasional Variabel Penelitian I. Instrumen Penelitian J. Cara Kerja K. Teknik Analisis Data BAB IV. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Sampel B. Analisis Statistika BAB V. PEMBAHASAN BAB VI. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN viii

5 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang tersebar luas di masyarakat Indonesia. Hasil studi morbiditas Survey Kesehatan Nasional (Surkesnas) 2001 menyatakan bahwa penyakit gigi menduduki urutan pertama dari 60 % jumlah penduduk (Depkes RI, 2007). Penyakit gigi dan mulut yang sering dialami oleh anak usia sekolah dan sebagian orang dewasa adalah karies dan periodontitis (WHO, 2005). Karies adalah penyakit pada jaringan keras gigi yang disebabkan oleh kerja mikroorganisme, ditandai oleh adanya demineralisasi mineral dan dentin, diikuti oleh kerusakan bahan-bahan organik (Kidd, 2005). Karies disebabkan berbagai faktor, di antaranya adalah : karbohidrat, mikroorganisme dan waktu terpapar. (Soesilo et al., 2005). Penelitian sebelumnya menyebutkan bahwa konsumsi jus buah dengan ph rendah dapat menyebabkan penurunan ph Saliva di bawah nilai kritis ph dan jika tetap ada selama beberapa menit akan berpotensi terhadap kerusakan gigi (Preethi et al., 2010). Touyz (1994) dan Bamise et al., (2007) menyimpulkan bahwa jus buah Kanada memiliki ph di bawah nilai kritis, sehingga dapat melarutkan gigi. Dalam studi In vitro telah dibuktikan juga bahwa minuman yang lembut dengan ph rendah dapat menyebabkan erosi gigi dan penurunan ph Saliva dapat meningkatkan risiko erosi gigi. 1

6 2 Pada saat ini anak usia remaja banyak mengkonsumsi berbagai macam jenis minuman yang ada dipasaran. Akan tetapi, informasi mengenai dampak mengkonsumsi minuman tersebut terhadap kesehatan rongga mulut masih sangat sedikit (Andam, 2008). Menurut beberapa pengamatan, mengkonsumsi makanan atau minuman tertentu dapat mempengaruhi ph Saliva yang berakibat mengganggu kesehatan gigi dan mulut. Mengkonsumsi minuman yang mengandung asam seperti minuman jeruk kemasan juga dapat mengakibatkan proses demineralisasi gigi karena terjadi kelarutan gigi dalam saliva (Ilyas dan Yusri, 2007 ; Preethi et al., 2010). Selain memiliki ph yang rendah, minuman jeruk kemasan juga memiliki kandungan yang lain di antaranya : glukosa, fruktosa, sukrosa, dan kandungan gula lainnya. Bakteri dalam mulut dapat memfermentasikan karbohidrat (glukosa, fruktosa, sukrosa) dan menghasilkan asam yang dapat merusak gigi, karena minuman yang manis sering meningkatkan risiko karies gigi. Berdasarkan dari uraian tersebut di atas, maka perlu diteliti apakah ada pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan ph Saliva. B. Perumusan Masalah Apakah ada pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan ph Saliva?

7 3 C. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan ph Saliva. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah kepada masyarakat mengenai pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap kesehatan gigi dan mulut. 2. Manfaat Aplikatif a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan pertimbangan bagi masyarakat untuk lebih selektif dalam memilih makanan atau minuman yang akan dikonsumsi. b. Memberi masukan tentang manfaat dan efek samping konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap kesehatan gigi dan mulut. c. Memberi masukan tentang pencegahan dari pengaruh buruk konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap kesehatan gigi dan mulut.

8 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Saliva Saliva adalah cairan dalam rongga mulut yang dihasilkan oleh kelenjar saliva besar (mayor) di antaranya : glandula parotis, glandula submandibularis, dan glandula sublingualis, bersama dengan cairan sekresi kelenjar saliva kecil (minor) yang terdapat di sekitarnya (Kahn et al., 2010). Cairan tersebut disebarkan dari peredaran darah melalui celah di antara permukaan gigi dan gusi, yaitu sulkus ginggivalis. Jumlah dan susunannya sangat menentukan bagi kesehatan mulut. Kelenjar saliva mayor terletak agak jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan melalui duktusnya ke dalam rongga mulut. Kelenjar saliva mayor terdiri dari kelenjar parotis yang terletak di bagian bawah telinga di belakang ramus mandibula, kelenjar submandibularis yang terletak di bagian bawah korpus mandibula dan kelenjar sublingualis yang terletak di bawah lidah (Martini, 2005). Selain itu terdapat juga kelenjar saliva minor yang terdiri dari kelenjar labial, kelenjar bukkal, kelenjar lingual, kelenjar Von Ebner dan kelenjar Weber (Myers dan Ferris, 2007). Kelenjar parotis merupakan kelenjar ludah terbesar yang terletak di anterior dari aurikel telinga di mana posisinya antara kulit dan otot maseter. Duktus kelenjar ini bermuara pada vestibulus oris pada lipatan antara mukosa 4

9 5 pipi dan gusi dihadapan molar 2 atas. Saluran keluar utama disebut duktus stenon (stenson) terdiri dari epitel berlapis semu (Fritsch dan Kuehnel, 2007). Kelenjar submandibularis merupakan kelenjar yang memproduksi air liur terbanyak dan mempunyai saluran keluar (duktus ekskretoris) yaitu duktus Whartoni yang bermuara pada dasar rongga mulut pada frenulum lidah, di belakang gigi seri bawah ( Fritsch dan Kuehnel, 2007). Kelenjar sublingual merupakan kelenjar terkecil dari kelenjar saliva mayor. Kelenjar ini terletak di lapisan submukosa, di atas otot mylohyoid dan di sebelah lateral dari oto genioglossus. Duktus kelenjar ini disebut duktus Rivinus. Aliran dari sublingualis memasuki rongga mulut melalui sejumlah muara yang terdapat sepanjang plica sublingualis, yaitu suatu lingir mukosa anteroposterior di dasar mulut yang menunjukkan alur dari ductus submandibularis, atau melalui ductus utama (yaitu ductus Bartholin) yang berhubungan dengan ductus submandibularis (Mafee et al., 2005 ; Pramanik, 2007a) Kelenjar Saliva minor merupakan kelenjar mukosa, serosa atau campuran, yang melapisi seluruh rongga mulut dan jumlahnya sekitar Kelenjar ini memiliki saluran sendiri yang bermuara langsung ke dalam rongga mulut. Kelenjar ini terkonsentrasi di daerah bukal, bibir, langit-langit dan lingual. Kelenjar Saliva juga dapat ditemukan di bagian atas dari tonsil (kelenjar weber), pilar tonsil dan dasar lidah (Newlands et al., 2006). Komponen saliva, yang dalam keadaan larut disekresi oleh kelenjar saliva, dapat dibedakan atas komponen organik dan anorganik. Namun

10 6 demikian, kadar tersebut masih terhitung rendah dibandingkan dengan serum, karena pada saliva bahan utamanya adalah air yaitu sekitar 99 % (Pramanik, 2007b). Komponen anorganik saliva antara lain : Sodium, Kalsium, Kalium, Magnesium, Bikarbonat, Khlorida, Rodanida dan Thiocynate (CNS), Fosfat, Potassium dan Nitrat, sedangkan komponen organik pada saliva meliputi protein yang berupa enzim amilase, maltase, lisozim, kalikrein dan musin (Pramanik, 2007a ; Vasudan dan Sreekumari, 2007). Susunan saliva dapat berubah dilihat dari segi derajat keasaman (ph), elektrolit, dan protein yang ditentukan oleh antara lain : waktu siang dan malam, sifat dan kekuatan rangsang, keadaan psikis, diet, kadar hormon, gerak badan, dan obat-obatan (Amerongen, 1991). Saliva mempunyai fungsi yang sangat penting untuk kesehatan rongga mulut karena mempunyai hubungan dengan proses biologis yang terjadi dalam rongga mulut. Secara umum saliva berperan dalam proses perlindungan pada permukaan mulut, pengeluaran virus dan produk metabolisme organisme sendiri dan mikrorganisme, pengaturan kandungan air (kelembapan rongga mulut), pencernaan makanan dan pengecapan serta diferensiasi, dan mengeskresi logam berat seperti tiosianat (Pramanik, 2007b). Saliva juga berfungsi sebagai buffer dan netralisasi ph rongga mulut jika terdapat makanan yang bersifat asam ataupun basa. Saliva juga berpengaruh dalam proses demineralisasi dan remineralisasi, dengan adanya ion-ion Ca dan Fosfat yang merupakan mekanisme penolakan yang terpenting

11 7 terhadap dekalsifikasi gigi dalam lingkungan asam (Ilyas dan Yusri, 2007). Saliva dapat melindungi jaringan di dalam rongga mulut dengan berbagai cara, yaitu dengan: pembersihan mekanis yang dapat menghasilkan pengurangan plak, pelumuran elemen-elemen gigi yang akan mengurangi keausan oklusi yang disebabkan oleh daya pengunyahan, pengaruh buffer sehingga naik turunnya derajat asam (ph) dapat ditekan dan dekalsifikasi elemen gigi-geligi dapat dihambat, agregasi bakteri yang dapat merintangi kolonisasi mikroorganisme, serta aktivitas anti-bakterial sehingga menghalanghalangi pertumbuhan bakteri. Untuk semua pengaruh perlindungan ini tidak hanya diperlukan cukup ludah, tetapi juga susunan ludah yang optimal (Amerongen, 1991; Khurana, 2006). Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit di dalam saliva menentukan ph dan kapasitas buffer. Derajat keasaman saliva tergantung dari perbandingan antara asam dengan kapasitas buffer terutama disebabkan oleh susunan bikarbonat yang naik dengan kecepatan sekresi. Ini berarti ph dan kapasitas buffer saliva juga naik dengan naiknya kecepatan sekresi (Barron et al., 2003). Kapasitas cairan buffer dapat didefinisikan sebagai suatu kemampuan untuk menahan perubahan ph (Ilyas dan Yusri, 2007). Derajat asam dan kapasitas buffer selalu dipengaruhi perubahan-perubahan misalnya: waktu siang dan malam, diet makan, dan perangsangan kecepatan sekresi saliva. Kelenjar saliva dapat dirangsang dengan berbagai cara antara lain : mekanis

12 8 (mengunyah makanan), Kimiawi (rangsangan asam, manis, pahit, asin dan pedas), neuronal, emosional dan rangsangan rasa sakit (Pedersen et al., 2002). 2. Minuman Jeruk Kemasan Minuman jeruk kemasan tergolong minuman yang bersifat asam, minuman ini termasuk dalam kategori minuman ringan non alkohol. Secara umum minuman ringan dapat berupa air berasa, air bergas, teh manis, lemonade, squash dan fruitpunch (Erik dan Kevin, 2002). Minuman jeruk kemasan(nutrisari rasa jeruk manis) mengandung komposisi antara lain : karbohidrat total 11 gr 3%, gula 10 gr, natrium 20 mg, vitamin A 200 IU 10 %, vitamin B1 (Thiamin) 0.12 mg 10 %, vitamin B3 (Niasin) 2.4 mg 15 %, vitamin B6 0.4 mg 30 %, vitamin C 60 mg 100 %, vitamin E 4 mg 40 %, asam fosfat 0.04 mg 10 %, kalsium 38 mg 6 %, fosfor 20 mg 2 % (BPOM, 2007). Jenis asam yang terdapat di makanan dan minuman bermacam-macam seperti asam asetat, asam benzoat, asam malat, asam propionat, asam maleat, asam sitrat, asam fosfor, asam tartarat, asam askorbat (vitamin C) dan lain-lain. Keberadaan polybasic acid pada minuman sangat penting karena kemampuannya untuk mengikat (Chelate) kalsium bahkan pada ph yang tinggi. Penelitian yang dilakukan pada binatang menunjukkan asam fosfor sangat erosif pada ph 2,5-3,3. Asam sitrat, maleat dan tartarat sangat kuat sifat erosifnya karena sifat asam dan kemampuannya dalam mengikat kalsium walaupun pada ph yang tinggi.

13 9 3. Karbohidrat dan ph Saliva Hampir semua karbohidrat dalam diet terdiri atas polisakarida atau disakarida besar yang merupakan gabungan monosakarida yang saling berikatan satu sama lain melalui kondensasi. Ini berarti bahwa sebuah ion hidrogen telah dipindahkan dari salah satu monosakarida, dan satu ion hidroksil telah dipindahkan dari monosakarida lainnya. Kedua monosakarida kemudian bergabung satu sama lainnya pada tempat pemindahan, dan ion hidrogen dan ion karboksil bergabung untuk membentuk air. Bila karbohidrat dicernakan kembali menjadi monosakarida, maka enzim pencernaan dalam mulut (enzim ptialin) akan mengembalikan ion hidrogen dan hidroksil ke poli sakarida, dan dengan demikian memisahkan monosakarida satu sama lain. Proses ini disebut hidrolisis, adalah sebagai berikut : R -R + H2O R OH + R H (Guyton dan Hall, 2007). Hasil dari proses hidrolisis tersebut adalah monosakarida yang merupakan pendonor ion H+, sehingga salivapun akan bersifat asam (ph Saliva turun). Penurunan ph Saliva juga dapat disebabkan karena adanya proses fermentasi karbohidrat oleh bakteri-bakteri asidogenik dalam mulut yang menghasilkan asam. Karbohidrat yang paling kariogenik adalah sukrosa dalam bentuk gula bebas, sebab sukrosa paling mudah difermentasi oleh bakteri plak, juga karena perubahannya menjadi glukans ekstraseluler oleh bakteri glukosil transverase, serta mudah dikonversi menjadi polimer intraseluler (Soames dan Southam, 1998). Sukrosa merupakan pemanis makanan yang paling umum

14 10 digunakan dan terkadang dikombinasi dengan sirup fruktosa. Sukrosa ini dicerna melalui reaksi hidrolisis asam. Sukrosa merupakan makronutrien yang menyediakan sumber energi yang cepat diserap tubuh, kelebihan konsumsi sukrosa dapat menyebabkan beberapa efek samping terhadap kesehatan. Yang paling sering dijumpai adalah karies gigi di mana bakteri oral akan mengkonversi gula (termasuk sukrosa) dari makanan menjadi asam sehingga merusak gigi (Khoswanto dan Soehardjo, 2005). Selesai mengkonsumsi makanan atau minuman yang mengandung karbohidrat ph Saliva yang semula 6,8-7,2 turun hingga 4,5 dalam waktu 5 menit, titik ini disebut dengan ph kritis, pada kondisi ini jika tidak terjadi proses remineralisasi maka proses karies akan berlanjut. Proses remineralisasi membutuhkan waktu lebih lama untuk mengembalikan ph Saliva ke nilai normal yang mana sebagian kristal hidroksiapatit yang terurai akan memperoleh ikatan baru antara fosfat dengan fluoride dan membentuk fluorapatit yang mempunyai daya larut lebih rendah terhadap asam (Alamsyah, 2010). 4. Pengukuran PH Saliva Ada beberapa cara untuk mengukur ph Saliva. ph Saliva normal berkisar pada angka 6,8-7,2. Pada saat akan menguji ph, saliva diambil 1-2 jam sebelum makan. Sampel diinstruksikan untuk mengumpulkan saliva dalam mulut, kemudian sampel saliva ditampung dalam gelas ukur. Pengujian saliva dapat menggunakan kertas indikator ph ataupun ph meter. ph meter merupakan instrumen elektronik yang digunakan untuk mengukur ph

15 11 (keasaman atau kebasaan) dari suatu cairan dengan menggunakan probe khusus yang biasa digunakan untuk mengatur ph bahan semisolid. ( Alamsyah, 2010). Menurut Walsh (2008) dan Rooban et al (2006) bahwa pengukuran ph Saliva dapat dilakukan dengan cara menginstruksikan sampel untuk tidak puasa kurang lebih sekitar 60 menit dan mengumpulkan saliva pada gelas ukur. Kemudian sampel saliva dapat langsung diukur pada gelas ukur tersebut dengan menggunakan ph meter atau dengan menggunakan pipet, saliva diambil dengan menggunakan pipet dan diteteskan pada kertas ph. Eddy (2006) menyatakan bahwa untuk mengukur ph Saliva, sampel diinstruksikan untuk berpuasa selama 30 menit. Kemudian sampel diinstruksikan untuk mengumpulkan saliva pada sebuah wadah dan mengukurnya dengan menggunakan kertas ph meter.

16 12 B. Kerangka Pemikiran Minuman jeruk kemasan Sukrosa, Glukosa,Fruktosa Karbohidrat Bakteri Asidogenik - Asam Askorbat (vitamin C) Hidrolisis R - R + H 2 Enzim Ptialin Asam Monosakarida R OH + R H Pendonor H + Dalam Saliva : Bikarbonat HPO4 - Ureum Protein Keasaman Saliva ph Saliva Faktor luar : Irama siang dan malam, diet, mekanis, kimiawi, neuronal, emosional, rasa sakit, hormonal : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti

17 13 C. Hipotesis Saliva. Ada pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan ph

18 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian only. Jenis Penelitian yang dipakai adalah eksperimental pretest-posttest K1 S1 E Sampel K2 K1 : Kelompok perlakuan K2 : Kelompok kontrol S1 : Sampel saliva perlakuan S2 : Sampel saliva kontrol S2 E E : Efek (Sastroasmoro dan Ismael, 1995). B. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gresik. 14

19 15 C. Subyek Penelitian Subjek penelitian ini adalah Siswa SMA Negeri 1 Gresik dengan kriteria sebagai berikut : 1. Umur ( ) tahun 2. Jenis kelamin laki laki dan perempuan yang tidak dalam masa haid 3. Keadaan umum baik, tidak punya penyakit sistemik 4. Tidak makan dan minum 30 menit sebelum penelitian 5. Tidak merokok 6. Tidak mengkonsumsi obat-obat 7. Tidak mempunyai masalah penyakit gigi (gigi berlubang) D. Teknik Sampling 1. Populasi Sumber Populasi adalah keseluruhan kelompok subjek dapat berupa manusia, hewan percobaan, data laboratorium, dan lain-lain yang ciricirinya akan diteliti (Taufiqurahman, 2004). Populasi dalam penelitian ini adalah siswa SMA Negeri 1 Gresik yang memenuhi kriteria. 2. Metode pengambilan sampel Adapun metode pengambilan sampel yang dipakai pada penelitian ini adalah menggunakan teknik Simple Random Sampling (Murti, 2004).

20 16 3. Besar Sampel Jumlah anggota sampel sering dinyatakan dengan ukuran sampel. Sampel pada penelitian ini adalah setiap anggota populasi sumber yang memenuhi kriteria dari subjek penelitian. Sampel yang digunakan sebanyak 40 anak yang diperoleh secara random (Murti, 2004).

21 17 E. Rancangan Penelitian Rancangan Penelitian eksperimental: Sampel Kelompok 1: 20 orang siswa SMA N 1 Gresik Kelompok 2: 20 orang siswa SMA N 1 Gresik Menggosok gigi Puasa 30 menit Ukur ph Saliva Kelompok 1 Minum air jeruk kemasan Kelompok 2 Minum air mineral Ukur ph saliva pada: 1. Menit ke 2 2. Menit ke 6 3. Menit ke 10 Ukur ph saliva pada: 1. Menit ke 2 2. Menit ke 6 3. Menit ke 10 Data Analisis dengan uji Mann-Whitney

22 18 F. Identifikasi Variabel 1. Variabel terikat : Derajat keasaman (ph) Saliva 2. Variabel bebas : Minum air jeruk kemasan 3. Variabel luar (perancu) : a. Terkendali : 1) Perubahan waktu siang dan malam ( waktu pengambilan sampel ) 2) Volume air jeruk kemasan 3) Rangsang mekanis dan kimiawi 4) Rangsang sakit 5) Merokok 6) Obat-obatan 7) Mempunyai masalah penyakit gigi (gigi berlubang) b. Tak terkendali : 1) Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit dalam saliva 2) Kekentalan saliva 3) Kontaminasi udara 4) Kebersihan mulut ( nilai plak ) 5) Diet G. Skala Variabel 1. Minuman jeruk kemasan : Skala Kategorikal 2. ph saliva : Skala Kontinyu

23 19 H. Definisi Operasional Variabel 1. Minuman jeruk kemasan Minuman jeruk kemasan adalah jenis minuman yang bersifat asam. Minuman ini termasuk dalam kategori minuman ringan non alkohol. Secara umum minuman ringan dapat berupa air berasa, air bergas, teh manis, lemonade, squash dan fruitpunch. Minuman jeruk kemasan (nutrisari) tergolong dalam kategori air berasa. Minuman jeruk kemasan memiliki banyak kandungan natrium, vitamin, dan karbohidrat. Minuman jeruk kemasan dalam bentuk serbuk, dilarutkan dalam air sebanyak 250 ml dan diminum seperti kebiasaan minum sehari-hari, dihabiskan dalam waktu 3 menit. Air jeruk kemasan yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah Nutrisari rasa jeruk manis. 2. ph Saliva ph Saliva merupakan derajat keasaman dari suatu cairan yang diproduksi oleh kelenjar ludah di dalam rongga mulut (ph adalah logaritma negatif konsentrasi H + : - log (H + ) pada suhu 25 C ). Suatu larutan akan bersifat netral jika ph-nya sama dengan 7, dan jika < 7 maka ph-nya bersifat asam, jika ph-nya > 7 bersifat basa. Saliva diambil dari siswa SMA Negeri 1 Gresik yang sebelumnya di instruksikan untuk menggosok gigi dengan pasta gigi sebelum diambil salivanya. Untuk mengembalikan kadar kualitas maupun kuantitas dari saliva, sampel diinstruksikan untuk puasa 30 menit terlebih dahulu. ph

24 20 saliva diukur sebelum dan sesudah minum air jeruk kemasan/air mineral dengan menggunakan ph meter. Pengukuran dilakukan sebanyak tiga kali, pada menit ke-2, menit ke-6, dan menit ke Variabel luar : a. Terkendali 1) Perubahan siang dan malam (waktu pengambilan saliva) Saliva diambil antara pukul 7-10 pagi. 2) Volume air jeruk kemasan Air jeruk kemasan yang digunakan pda penelitian ini menggunakan Nutrisari rasa jeruk manis 14 gram yang dilarutkan dalam air sebesar 250 ml. 3) Rangsang mekanis dan kimiawi Pada penelitian ini, tidak digunakan rangsang mekanis dan kimiawi seperti mengunyah permen, atau makan-makanan yang keras untuk menstimulasi saliva, melainkan perlakuan menggosok gigi sebelum dilakukan perhitungan ph Saliva. 4) Rangsang sakit Pada penelitian ini, sampel dipilih dengan keadaan giginya baik tidak ada radang atau gingivitis.

25 21 5) Merokok Merokok dapat menyebabkan peningkatan aliran saliva sehingga ph Saliva menjadi basa dan meningkat. Maka dari itu, pada penelitian ini kriteria subjek yang digunakan adalah sampel yang tidak merokok. 6) Obat-obatan Terdapat beberapa kelompok obat yang dapat menyebabkan penurunan sekresi saliva, antara lain: anti konvulsan, diuretik, antiemetik, antihistamin, dekongestan. Maka dari itu, pada penelitian ini criteria subjek yang digunakan adalah sampel yang sedang tidak mengkonsumsi obat-obatan tersebut. 7) Mempunyai masalah penyakit gigi (gigi berlubang) Pada penelitian ini sampel yang dipilih adalah yang tidak mempunyai masalah penyakit gigi (gigi berlubang). b. Tak terkendali 1) Susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit dalam saliva Jumlah elektrolit dalam ludah yang berbeda-beda pada masingmasing sampel mempengaruhi perubahan ph Saliva. 2) Kekentalan saliva Kekentalan (viskositas) saliva masing-masing sampel yang berbedabeda mempengaruhi perubahan ph Saliva.

26 22 3) Kontaminasi udara Udara sering kali bercampur dengan zat organik dan anorganik yang dapat mempengaruhi ph Saliva. 4) Kebersihan mulut (plak gigi) Kebersihan mulut (nilai OHI-S) pada masing-masing sampel berbeda. Perbedaan ini mengindikasikan adanya perbedaan jumlah plak dan bakteri mulut pada masing-masing sampel. 5) Diet Jenis dan jumlah makanan yang dikonsumsi masing-masing sampel setiap hari. I. Instrumen Penelitian 1. Panduan wawancara 2. Minuman jeruk kemasan 3. Saliva 4. Penampung minuman jeruk kemasan 5. Penampung saliva 6. Kapas 7. ph meter strip 8. Jam tangan / Stopwacth 9. Aquadest 10. Sikat gigi dan pasta gigi

27 23 J. Cara kerja 1. Alat ukur : ph meter 2. Cara pengukuran : a. Pengambilan data dilakukan pagi hari. b. Sampel diminta untuk menggosok gigi, setelah menggosok gigi diinstruksikan tidak boleh makan dan minum selama 30 menit. c. Saliva ditampung dan diperiksa dengan indikator ph. d. Kemudian sampel pada kelompok 1 diminta untuk meminum air jeruk kemasan sebanyak 250 ml dan kelompok 2 diminta untuk meminum air mineral (aquadest) sebanyak 250 ml langsung diminum seperti biasa dari gelas selama kurang lebih 30 detik. e. Saliva ditampung pada menit ke-2, ke-6, dan ke-10. Kemudian diukur ph-nya. K. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan uji nonparametrik analisis Mann-Whitney.

28 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Sampel Gambaran karateristik sampel yang menjadi komponen dalam penelitian ini adalah usia, jenis kelamin, minuman jeruk kemasan, ph kontrol dan ph perlakuan. Penyajian dalam penelitian ini akan digambarkan sesuai dengan jenis data dari masing-masing karateristik sampel. Berikut ini akan dijelaskan satu persatu karateristik sampel penelitian: Tabel 1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Sampel Penelitian (Data Kategorik) di SMA 1 Gresik, Agustus 2011 (N = 40) No Variabel Frekuensi Persentase 1 Jenis kelamin a. Laki-laki b. Perempuan 2 Minuman jeruk kemasan a. Minum b. Tidak minum ,5 % 32,5 % 50 % 50 % 24

29 25 Hasil analisis didapatkan subjek penelitian paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu 27 orang (67,5 %). Jumlah minuman jeruk kemasan sama antara yang minum dan tidak minum masing-masing 20 orang (50 %). Tabel 2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Sampel Penelitian (Data Numerik) di SMA 1 Gresik, Agustus 2011 (N = 40) No Variabel Frekuensi Mean SD Min Maks 1 Usia 40 15,38 0, ph kontrol - Pre 20 7,00 0,14 6,8 7, ,01 0,13 6,8 7, ,03 0,14 6,8 7, ,06 0,11 6,9 7,3 3 ph perlakuan - Pre 20 7,01 0,19 6,6 7, ,47 0,46 5,3 6, ,18 0,30 5,5 6, ,66 0,27 6,0 7,0 Hasil analisis didapatkan usia rata-rata subjek penelitian adalah 15 tahun dengan usia paling muda 14 tahun dan usia paling tua 17 tahun

30 26 dengan Standar Deviasi 0,838. Untuk ph kontrol dan perlakuan subjek penelitian dibagi menjadi 4 kelompok yaitu pretest, menit ke-2, menit ke- 6 dan menit ke-10. Untuk ph pretest kontrol rata-rata 7,00 dengan nilai terendah 6,8 dan tertinggi 7,3 dengan Standar Deviasi 0,14. Untuk ph menit ke-2 kontrol rata-rata 7,01 dengan nilai terendah 6,8 dan tertinggi 7,2 dengan Standar Deviasi 0,13. Untuk ph menit ke-6 kontrol rata-rata 7,03 dengan nilai terendah 6,8 dan tertinggi 7,3 dengan Standar Deviasi 0,14. Untuk ph menit ke-10 kontrol rata-rata 7,06 dengan nilai terendah 6,9 dan tertinggi 7,3 dengan Standar Deviasi 0,11. Sedangkan Untuk ph pretest perlakuan rata-rata 7,01 dengan nilai terendah 6,6 dan tertinggi 7,4 dengan Standar Deviasi 0,19. Untuk ph menit ke-2 perlakuan rata-rata 6,47 dengan nilai terendah 5,3 dan tertinggi 6,9 dengan Standar Deviasi 0,46. Untuk ph menit ke-6 perlakuan rata-rata 6,18 dengan nilai terendah 5,5 dan tertinggi 6,6 dengan Standar Deviasi 0,30. Untuk ph menit ke-10 perlakuan rata-rata 6,66 dengan nilai terendah 6,0 dan tertinggi 7,0 dengan Standar Deviasi 0,27. B. Analisis Statistika Data penelitian yang telah diperoleh kemudian dianalisis dengan uji Mann-Whitney yang merupakan uji non-parametrik dengan program SPSS Uji Mann-Whitney ini digunakan apabila sebaran datanya tidak normal. Untuk mengetahui bahwa data terdistribusi normal atau tidak, maka dilakukan uji normalitas. Suatu data dikatakan mempunyai sebaran normal jika didapatkan nilai p > 0,05 pada masing-masing

31 27 kelompok tersebut. Uji normalitas yang dilakukan pada masing-masing sebaran data dapat dilakukan dengan cara deskriptif ataupun analitik. Cara analitik memiliki tingkat objektivitas dan sensitivitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan deskriptif sehingga dalam penelitian ini dilakukan dengan uji Kolmogorov-Smirnov (Dahlan, 2005). Tabel 3. Hasil Uji Normalitas Data dengan Kolmogorov Smirnov Data Nilai p Keterangan Kontrol pretest 0,000 Distribusi tidak normal Kontrol menit ke-2 0,044 Distribusi tidak normal Kontrol menit ke-6 0,002 Distribusi tidak normal Kontrol menit ke-10 0,007 Distribusi tidak normal Perlakuan pretest 0,007 Distribusi tidak normal Perlakuan menit ke-2 0,011 Distribusi tidak normal Perlakuan menit ke-6 0,200 Distribusi normal Perlakuan menit ke-10 0,003 Distribusi tidak normal Tabel di atas menunjukkan sebaran data yang di uji normalitas datanya dilakukan dengan Kolmogorov Smirnov Test, dengan ketentuan bila signifikan hitung > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data tersebut terdistribusi secara normal, demikian sebaliknya bila nilai signifikan

32 28 hitung < 0,05 maka data tidak terdistribusi secara normal. Hanya nilai p untuk perlakuan menit ke-6 adalah 0,2 (p > 0,05) maka sebaran data pada perlakuan menit ke-6 normal. Sedangkan nilai p dari data sebaran lainnya tidak normal (p < 0.05). Oleh karena itu, data harus dinormalkan terlebih dahulu melalui proses transformasi. Setelah ditransformasi sebaran data tetap tidak normal. Hal tersebut menunjukkan bahwa penelitian ini tidak dapat menggunakan uji parametrik, melainkan menggunakan uji nonparametrik Mann-Whitney. Tabel 4. Hasil Uji Mann-Whitney Waktu Hasil uji Mann-Whitney Kelompok kontrol Kelompok perlakuan Pretest p: 0,823 p: 0,000 Menit ke-2 Menit ke-2 p: 0,578 p: Menit ke-6 Menit ke-6 p: 0,388 p: 0,000 Menit ke-10 Tabel 4 di atas menunjukkan hasil terdapat perbedaan nyata antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Di mana dari hasil uji

33 29 Mann-Whitney pada kelompok kontrol dari ketiga rentang waktu yang di uji didapatkan hasil yang tidak signifikan (p > 0,05). Untuk hasil uji Mann-Whitney pada kelompok perlakuan dari ketiga rentang waktu yang diuji didapatkan hasil yang signifikan (p < 0,05). Selain itu, karena p < 0,05 juga dapat diintepretasikan bahwa ada perbedaan pada taraf signifikasi 5%. Jadi dapat disimpulkan terdapat perbedaan signifikan antara rerata ph kelompok kontrol yang diberi minuman air putih dengan ph kelompok perlakuan yang diberi air jeruk kemasan.

34 BAB V PEMBAHASAN Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan pada siswa SMA Negeri 1 Gresik, pemberian minuman jeruk kemasan memberikan pengaruh yang signifikan terhadap perubahan ph Saliva. Penurunan ph Saliva pada kelompok perlakuan (minum jeruk kemasan) lebih signifikan dibanding dengan ph Saliva kelompok kontrol (minum air putih). Hal ini disebabkan karena minuman jeruk kemasan mengandung karbohidrat, gula dan asam askorbat (vitamin C). Minuman yang bersifat asam dapat menyebabkan demineralisasi pada jaringan keras gigi. ph Saliva akan kembali pada keadaan normal setelah terpapar minuman dengan cara meningkatkan produksi saliva agar ph-nya kembali dalam keadaan netral. Minuman yang bersifat asam dapat menyebabkan erosi gigi pada waktu kritis yaitu pada menit pertama setelah terpapar. Namun kondisi ini dapat dikompensasi oleh protein yang terkandung dalam saliva yang akan mengurangi kesempatan terjadinya erosi (Tahmassebi dan Duggal, 1997). Penurunan ph Saliva dapat juga disebabkan karena adanya proses fermentasi karbohidrat oleh bakteri asidogenik dalam mulut yang akan menghasilkan asam. Karbohidrat yang paling mudah difermentasi adalah sukrosa (Soames dan Southam, commit 1998). to user 30

35 31 Hasil pada penelitian ini juga menunjukkan perbedaan rata-rata ph pretest untuk kelompok perlakuan 7,01 dengan nilai minimum 6,6 dan nilai maksimum 7,4, sedangkan hasil rata-rata ph pretest untuk kelompok kontrol 7,00 dengan nilai minimum 6,8 dan nilai maksimum 7,3. Perbedaan itu disebabkan adanya variasi individual. Hal ini sesuai dengan pendapat Amerongen (1991) dan Soesilo et al. (2005) bahwa susunan saliva dapat berubah dilihat dari segi derajat keasaman (ph), mikroorganisme rongga mulut, elektrolit, dan protein yang antara lain ditentukan oleh: waktu siang dan malam, sifat dan kekuatan rangsang, keadaan psikis, diet, kadar hormon, gerak badan, dan obat-obatan. Tabel 4. menunjukkan nilai perbedaan ph Saliva antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan. Kelompok kontrol menunjukkan hasil yang tidak signifikan dari ph pretest, menit ke-2, menit ke-6 dan menit ke-10. Hal ini ditunjukkan bahwa kisaran nilai ph pada kelompok kontrol dalam rentang netral yaitu berkisar pada 6,7 7,4 (Walsh, 2008). Kelompok perlakuan menunjukkan perbedaan hasil yang signifikan pada tiap rentang waktu. Dari ph pretest sebesar 7,01 turun menjadi 6,47 pada menit ke-2 dan turun lagi menjadi 6,18 pada menit ke-6 diikuti kenaikan nilai ph pada menit ke-10 menjadi 6,66. Perbedaan yang signifikan kelompok perlakuan pada waktu pretest sampai menit ke-2 disebabkan karena adanya sukrosa yang menyebabkan ph turun secara signifikan dan juga minuman tersebut yang bersifat asam

36 32 (Merdad, 2011). Pada menit ke-2 sampai menit ke-6 penurunan ph masih terjadi yaitu pada menit ke-6 ph berada pada titik terendah, namun tidak sampai pada keadaan ph kritis (Alamsyah, 2010). Kemudian pada menit ke-6 sampai menit ke-10 terjadi kenaikan ph secara signifikan karena aktifitas buffer saliva yang mensekresikan cairan yang bersifat basa sebagai mekanisme homeostasis terhadap perubahan ph Saliva yang ekstrim. Derajat keasaman ph dan kapasitas buffer saliva ditentukan oleh susunan kuantitatif dan kualitatif elektrolit didalam saliva terutama ditentukan oleh susunan bikarbonat, karena susunan bikarbonat sangat konstan dalam saliva (Soesilo et al., 2005 ). Penelitian ini memiliki kelemahan dalam hal alat yang digunakan dalam mengukur ph Saliva. Alat yang digunakan adalah ph strip yang memiliki ketelitian lebih lemah daripada ph meter digital.

37 BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada siswa SMA Negeri 1 Gresik dapat disimpulkan bahwa: 1. Terdapat pengaruh konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap perubahan ph Saliva. 2. Penurunan ph Saliva disebabkan minuman jeruk kemasan mengandung karbohidrat, gula dan bersifat asam. B. Saran Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan, maka saran-saran penulis adalah sebagai berikut: 1. Perlu adanya pemberian informasi mengenai manfaat dan efek samping konsumsi minuman jeruk kemasan terhadap kesehatan gigi dan mulut. 2. Sebaiknya setelah mengkonsusmsi minuman jeruk kemasan segera berkumur dengan air putih untuk menetralkan kembali keasaman mulut. 3. Perlu digunakannya alat yang lebih teliti dalam mengukur derajat keasaman ph Saliva. 33

BAB 2 SALIVA. Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi

BAB 2 SALIVA. Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi BAB 2 SALIVA 2.1 DEFINISI Saliva merupakan salah satu dari cairan di rongga mulut yang diproduksi dan diekskresikan oleh kelenjar saliva dan dialirkan ke dalam rongga mulut melalui suatu saluran. Saliva

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva adalah cairan oral kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral. Saliva yang terbentuk di rongga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut.

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut. 36 BAB 5 HASIL PENELITIAN Berdasarkan penelitian yang dilakukan terhadap 30 mahasiswa FKG UI semester VII tahun 2008 diperoleh hasil sebagai berikut. Tabel 5.1. Frekuensi distribusi tes saliva subjek penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu

BAB I PENDAHULUAN. Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak. disebabkan pada umumnya orang beranggapan gigi sulung tidak perlu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Community Dental Oral Epidemiologi menyatakan bahwa anakanak TK (Taman Kanak-kanak) di Indonesia mempunyai risiko besar terkena karies, karena anak di pedesaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum

BAB 1 PENDAHULUAN. Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerusakan pada gigi merupakan salah satu penyakit kronik yang umum terjadi pada individu di seluruh dunia (Selwitz dkk, 2007). Menurut data riskesdas tahun 2013, sekitar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas

BAB I PENDAHULUAN. Sebanyak 14 provinsi mempunyai prevalensi masalah gigi dan mulut di atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan penyakit gigi dan mulut yang paling sering dijumpai di Indonesia. 1 Hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, menunjukkan prevalensi

Lebih terperinci

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah***

Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**, Yayun Siti Rochmah*** PENGARUH KUMUR SARI BUAH BELIMBING MANIS (Averrhoa carambola L.) (Studi terhadap Anak Usia 12-15 Tahun Pondok Pesantren Al-Adzkar, Al-Furqon, Al-Izzah Mranggen Demak) Bayyin Bunayya Cholid*, Oedijani Santoso**,

Lebih terperinci

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi

I.PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Permasalahan. bersoda dan minuman ringan tanpa karbonasi. Minuman ringan berkarbonasi I.PENDAHULUAN A.Latar Belakang Permasalahan Saat ini konsumsi minuman ringan pada anak maupun remaja mengalami peningkatan hingga mencapai tahap yang mengkhawatirkan. Minuman ringan yang telah beredar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut yang paling dominan di masyarakat. 1 Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 2004,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas

BAB 1 PENDAHULUAN. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang kompleks yang terdiri atas campuran sekresi dari kelenjar saliva mayor dan minor yang ada pada mukosa mulut. 1 Saliva terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah

BAB I PENDAHULUAN. dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pasta gigi adalah produk oral yang digunakan untuk membersihkan gigi dari sisa makanan, menghilangkan plak dan bau mulut serta memperindah penampilan estetik gigi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. rendah (Depkes RI, 2005). Anak yang memasuki usia sekolah yaitu pada usia 6-12 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prevalensi karies gigi dan penyakit periodontal pada anak usia 12-15 tahun di Indonesia cenderung meningkat dari 76,25% pada tahun 1998 menjadi 78,65% pada tahun

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan

BAB 1 PENDAHULUAN. saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu cara untuk menentukan atau mengukur derajat asam atau basa saliva yaitu dengan ph (potensial of hydrogen). Derajat keasaman ph dan kapasitas buffer saliva

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. 90% yaitu kelenjar parotis memproduksi sekresi cairan serosa, kelenjar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan cairan rongga mulut yang terdiri dari sekresi kelenjar saliva dan cairan krevikuler gingiva. Produksi saliva oleh kelenjar mayor sekitar 90%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1

BAB I PENDAHULUAN. karbohidrat dari sisa makanan oleh bakteri dalam mulut. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Erosi merupakan suatu proses kimia dimana terjadi kehilangan mineral gigi yang umumnya disebabkan oleh zat asam. Asam penyebab erosi berbeda dengan asam penyebab karies

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter,

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan cairan komplek yang dapat dihasilkan dari kelenjar saliva mayor dan minor. Saliva diproduksi dalam sehari sekitar 1 2 liter, yang terdiri dari

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian ph dan Saliva 1. PH Hasil kali ( produk ) ion air merupakan dasar bagi skala ph, yaitu cara yang mudah untuk menunjukan konsentrasi nyata H + ( dan juga OH - ) didalam

Lebih terperinci

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK

PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK PENGARUH VISKOSITAS SALIVA TERHADAP PEMBENTUKAN PLAK GIGI PADA MAHASISWA POLTEKKES KEMENKES PONTIANAK Nidia Alfianur 1, Budi Suryana 2 1, 2 Jurusan Keperawatan Gigi Poltekkes Kemenkes Pontianak ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu adalah pemanis tertua yang pertama kali dikenal dan digunakan oleh manusia jauh sebelum mengenal gula. Madu baik dikonsumsi saat perut kosong (Suranto, Adji :

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peran penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut (Harty and

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. peran penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut (Harty and BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Saliva dan Anatomi Glandula Saliva Saliva adalah suatu cairan dalam rongga mulut yang mempunyai peran penting dalam memelihara kesehatan gigi dan mulut (Harty

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak usia sekolah adalah investasi bangsa karena mereka adalah generasi penerus bangsa. Kualitas bangsa di masa depan ditentukan oleh kualitas anak saat ini. Upaya

Lebih terperinci

PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA

PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA 1 PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA Rahmawati Sri Praptiningsih Endah Aryati Eko Ningtyas Dosen Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA ABSTRAK Waktu kegiatan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan 27 November 2008 bertempat di klinik ortodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI. Selama periode tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor yang terdiri dari: parotis, submandibularis, sublingualis, dan

BAB I PENDAHULUAN. saliva mayor yang terdiri dari: parotis, submandibularis, sublingualis, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Saliva merupakan cairan tubuh yang kompleks dan bermanfaat bagi kesehatan rongga mulut. Saliva disekresi oleh tiga pasang glandula saliva mayor yang terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik

BAB I PENDAHULUAN. ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang ata terbaru yang dikeluarkan Departemen Kesehatan (Depkes) Republik Indonesia (RI) dari Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2007, prevalensi nasional masalah gigi dan mulut adalah 23,5%. Menurut hasil RISKESDAS tahun 2013, terjadi peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang

BAB I PENDAHULUAN. aktifitas mikroorganisme yang menyebabkan bau mulut (Eley et al, 2010). Bahan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penggunaan obar kumur memiliki banyak manfaat bagi peningkatan kesehatan gigi dan mulut. Obat kumur digunakan untuk membersihkan mulut dari debris atau sisa makanan,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat,

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar belakang Indonesia saat ini sedang menggalakkan pemakaian bahan alami sebagai bahan obat, baik dibidang kedokteran maupun kedokteran gigi yang dapat dipertanggung jawabkan secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. indeks caries 1,0. Hasil riset kesehatan dasar tahun 2007 melaporkan bahwa 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut pada anak-anak. Target WHO tahun 2010 adalah untuk mencapai indeks caries 1,0. Hasil

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian telah dilakukan di OSCE Center kampus Pendidikan Dokter Gigi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pengambilan sampel diawali dengan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1. Hasil Penelitian Penelitian ini berlangsung di Pesantren Al-Hamidiyah, Depok pada tanggal 4, 5, dan 7 November 2008. Jumlah subyek penelitian yang digunakan adalah 30 orang

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan tanggal 27 November 2008 di klinik orthodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. dalamnya terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rongga mulut adalah pintu gerbang sistem pencernaan manusia yang berperan penting dalam menjaga kesehatan tubuh secara keseluruhan. Di dalamnya terdapat fungsi perlindungan

Lebih terperinci

Lampiran 1. Skema Alur Pikir

Lampiran 1. Skema Alur Pikir Lampiran 1 Skema Alur Pikir 1. Kebiasaan merokok merupakan salah satu masalah kesehatan dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa terdapat lebih dari 1 milyar orang penduduk dunia adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manfaat yang maksimal, maka ASI harus diberikan sesegera mungkin setelah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ASI atau Air Susu Ibu merupakan makanan terbaik untuk bayi dan tidak ada satupun makanan lain yang dapat menggantikan ASI. Untuk mendapatkan manfaat yang maksimal,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi

BAB I PENDAHULUAN. dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Secara anatomis sistem pencernaan manusia dimulai dari rongga mulut. Di dalam rongga mulut terdapat fungsi perlindungan yang mempengaruhi kondisi lingkungan saliva

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSATAKA

BAB II TINJAUAN PUSATAKA BAB II TINJAUAN PUSATAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Menyikat Gigi a. Metode Menyikat Gigi Metode menyikat yang dikenal di kedokteran gigi dibedakan berdasarkan gerakan yang dibuat sikat, pada prinsipnya terdapat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Makanan di dalam rongga mulut merupakan faktor penting yang mempengaruhi derajat keasaman saliva. Saliva memiliki peran penting dalam mengontrol ph plak gigi. Komposisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam bidang kedokteran gigi, masalah kesehatan gigi yang umum terjadi di Indonesia berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) Departemen Kesehatan RI tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. bahan baku utamanya yaitu susu. Kandungan nutrisi yang tinggi pada keju I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keju merupakan makanan yang banyak dikonsumsi dan ditambahkan dalam berbagai makanan untuk membantu meningkatkan nilai gizi maupun citarasa. Makanan tersebut mudah diperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh secara alami merupakan tempat berkoloninya kompleks mikroorganisme, terutama bakteri. Bakteri-bakteri ini secara umum tidak berbahaya dan ditemukan di

Lebih terperinci

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM

PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM PENGARUH KONSUMSI COKELAT DAN KEJU TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM (Ca) PADA SALIVA SKRIPSI Oleh: DIAN NIRMALA SARI NIM. 031610101017 FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2008 PENGARUH KONSUMSI COKELAT

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN 19 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah experimental, dengan rancangan pre and post test control group design. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih bervariasi. Peristiwa ini dapat dilihat dengan konsumsi pada makanan dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut menjadi salah satu hal paling penting bagi kesehatan setiap masyarakat. Pada era modern seperti saat ini, masyarakat memiliki gaya hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada jaman sekarang banyak produk-produk yang menawarkan makanan dan minuman secara instant. Promosi dari masing-masing produk tersebut telah menarik pembeli terutama

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 6 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1. KARIES GIGI 2.1.1. Definisi Karies gigi adalah kerusakan gigi yang progresif akibat karbohidrat melekat pada permukaan gigi dan menyebabkan aktifnya metabolisme

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN

BAB 5 HASIL PENELITIAN BAB 5 HASIL PENELITIAN Data penelitian ini diperoleh dari sampel 30 anak usia 10-12 tahun di Pesantren Al-Hamidiyah, Depok yang dipilih secara acak. Penelitian ini menggunakan metode cross over, sehingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada masa ini Diabetes Melitus (DM) sudah menjadi penyakit yang diderita segala lapisan masyarakat. DM merupakan suatu kondisi abnormal pada proses metabolisme karbohidrat

Lebih terperinci

Gambar 1. Kelenjar saliva 19

Gambar 1. Kelenjar saliva 19 5 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Saliva Saliva adalah cairan yang terdiri atas sekresi yang berasal dari kelenjar saliva dan cairan sulkus gingiva. 90% dari saliva dihasilkan oleh kelenjar saliva mayor yang

Lebih terperinci

Nadia Fitri Hapsari*, Ade Ismail**, Oedijono Santoso***

Nadia Fitri Hapsari*, Ade Ismail**, Oedijono Santoso*** RESEARCH Hapsari / Ismail / Santoso 34 PENGARUH KONSUMSI KEJU CHEDDAR 10 GRAM TERHADAP ph SALIVA - Studi terhadap Mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Islam Sultan Agung Semarang Nadia Fitri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rongga mulut terdapat berbagai macam koloni bakteri yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang masuk melalui makanan,

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1 Distribusi kapasitas dapar saliva sesudah pengunyahan parafin, 2 buah xylitol, dan 4 buah xylitol

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 5.1 Distribusi kapasitas dapar saliva sesudah pengunyahan parafin, 2 buah xylitol, dan 4 buah xylitol BAB 5 HASIL PENELITIAN Penelitian ini dilakukan selama 3 hari di pesantren Al-Hamidiyah pada awal bulan November 2008. Subyek penelitian terdiri dari santri usia 10-12 tahun sebanyak 30 orang untuk mengetahui

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Gigi Mulut terdiri dari bibir atas dan bawah, gusi, lidah, pipi bagian dalam, langit-langit dan gigi. Lapisan gusi, pipi dan langit - langit selalu basah berlendir 7 oleh karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kismis adalah buah anggur (Vitis vinivera L.) yang dikeringkan dan dihilangkan bijinya, merupakan makanan ringan populer yang banyak dikonsumsi oleh masyarakat pada

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 27 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Eksperimental Klinis 4.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 4.2.1. Tempat Penelitian : FKG UI 4.2.2. Waktu Penelitian : November 2008 4.3. POPULASI DAN SUBYEK

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Definisi Karies Gigi dan S-ECC Karies gigi merupakan penyakit infeksi pada jaringan keras gigi yang menyebabkan demineralisasi. Demineralisasi terjadi akibat kerusakan jaringan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan salah satu penyakit kronis yang paling umum terjadi di seluruh dunia dan dialami oleh hampir seluruh individu pada sepanjang hidupnya.

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Early Childhood Caries (ECC) merupakan gabungan suatu penyakit dan kebiasaan yang umum terjadi pada anak dan sulit dikendalikan. 1 Istilah ini menggantikan istilah karies botol atau

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian mengenai hubungan pemberian ASI eksklusif dengan tingkat keparahan karies gigi pada anak usia 4-6 tahun merupakan penelitian observational

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen

BAB I PENDAHULUAN. 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit periodontal merupakan penyakit yang umum terjadi dan mengenai 90% dari populasi dunia. Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan RI tahun 2001

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. minuman yang sehat bagi tubuh untuk mencapai tingkat kesehatan yang optimal. 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan gaya hidup sehat semakin meningkat. Salah satunya adalah adanya kecenderungan masyarakat untuk mengonsumsi makanan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Anak Usia Prasekolah Anak prasekolah adalah anak yang berusia antara tiga sampai enam tahun (Patmonodewo, 1995). Perkembangan fisik yang terjadi pada masa ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan tubuh, baik bagi anak-anak, remaja maupun orang dewasa. 1,2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Susu adalah salah satu hasil ternak yang dikenal sebagai bahan makanan yang memilki nilai gizi tinggi. Kandungan zat gizi susu dinilai lengkap dan dalam proporsi seimbang,

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Jenis dan Takaran Saji Minuman Komersial Minuman komersial yang digunakan sebagai sampel pada peneilitian ini merupakan minuman komersial yang pada awalnya merupakan minuman yang sesuai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat.

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sekolah dasar yang memiliki tingkat pengetahuan tinggi tentang kesehatan gigi dan makanan sehat cenderung dapat menjaga perilaku hidup sehat. Aktivitas anak sekolah

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN TABLET HISAP Xylitol DAN TABLET HISAP SUKROSA TERHADAP ph SALIVA PADA ANAK USIA TAHUN

PENGARUH PEMBERIAN TABLET HISAP Xylitol DAN TABLET HISAP SUKROSA TERHADAP ph SALIVA PADA ANAK USIA TAHUN PENGARUH PEMBERIAN TABLET HISAP Xylitol DAN TABLET HISAP SUKROSA TERHADAP ph SALIVA PADA ANAK USIA 10-12 TAHUN SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi salah satu syarat untuk menyelesaikan

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L)

KARAKTERISTIK  GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) KARAKTERISTIK EMAIL GIGI YANG TERPAPAR ASAM SUNTI (Averrhoa bilimbi L) Latar Belakang Provinsi Aceh merupakan penghasil asam sunti yang merupakan bumbu masakan seperti kuah asam keueng, tumeh eungkot sure,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan nilai gizi, berdasarkan data terbaru pada tahun , masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karies gigi dan gangguan gigi berlubang merupakan gangguan kesehatan gigi yang paling umum dan banyak dijumpai pada penduduk dunia, terutama pada anak. Menurut hasil

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu penyakit gigi dan mulut yang masih menjadi masalah utama di bidang kedokteran gigi adalah karies. 1 Karies merupakan penyakit multifaktorial dan kronis yang

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karies Gigi Karies gigi merupakan penyakit jaringan keras gigi yang disebabkan oleh faktor etiologi yang kompleks. Karies gigi tidak hanya terjadi pada orang dewasa tetapi dapat

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Penelitian. Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian tentang perbedaan status karies pada anak Sekolah Dasar yang mengkonsumsi air minum dari air PAH dan air PDAM di Kecamatan Musuk Kabupaten Boyolali

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saliva merupakan cairan rongga mulut yang memiliki peran penting dalam kesehatan jaringan keras dan lunak didalam rongga mulut. Saliva mempunyai banyak fungsi, diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino,

BAB I PENDAHULUAN. Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Madu merupakan salah satu sumber makanan yang baik. Asam amino, karbohidrat, protein, beberapa jenis vitamin serta mineral adalah zat gizi dalam madu yang mudah diserap

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI 2.1 Karies Gigi 2.1.1 Definisi Karies Gigi Karies gigi adalah suatu proses kronis hilangnya ion-ion mineral dari enamel mahkota gigi atau permukaan akar yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Mulut sangat selektif terhadap berbagai macam mikroorganisme, lebih dari 300 spesies dapat diidentifikasi dalam rongga mulut. Spesies yang mampu berkoloni dalam

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Karies gigi adalah penyakit infeksi dan merupakan suatu proses demineralisasi yang progresif pada jaringan keras permukaan gigi oleh asam organis yang berasal dari makanan yang mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia memiliki organ pencernaan yang salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tubuh manusia memiliki organ pencernaan yang salah satunya adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tubuh manusia memiliki organ pencernaan yang salah satunya adalah rongga mulut. Di dalam rongga mulut terdapat cairan yang dikenal dengan nama saliva. Saliva adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. karies gigi (Anitasari dan Endang, 2005). Karies gigi disebabkan oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. karies gigi (Anitasari dan Endang, 2005). Karies gigi disebabkan oleh faktor BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Penyakit gigi dan mulut yang banyak diderita masyarakat Indonesia adalah karies gigi (Anitasari dan Endang, 2005). Karies gigi disebabkan oleh faktor langsung

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian analitik observasi dengan desain cross sectional.

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian analitik observasi dengan desain cross sectional. 35 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan yaitu penelitian analitik observasi dengan desain cross sectional. 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. tubuh keseluruhan (Tambuwun et al., 2014). Kesehatan gigi dan mulut tidak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh yang tidak dapat dipisahkan satu dengan yang lainnya karena akan mempengaruhi kesehatan tubuh keseluruhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies

BAB I PENDAHULUAN. kelamin, usia, ras, ataupun status ekonomi (Bagramian R.A., 2009). Karies BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan penyakit kronik yang sering terjadi di dalam rongga mulut yang dapat menyerang siapa saja tanpa memandang jenis kelamin, usia, ras, ataupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masalah dengan kesehatan gigi dan mulutnya. Masyarakat provinsi Daerah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut merupakan penyakit yang sering diderita oleh masyarakat Indonesia. Hasil Riset Kesehatan Dasar yang dilakukan pada tahun 2013 menunjukkan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. yaitu aquades sebagai variabel kontrol dan sebagai variabel pengaruh BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengukuran Nilai Kekerasan Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui besar nilai kekerasan gigi desidui sebelum dan sesudah perendaman pada beberapa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara 7 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indera pengecap merupakan salah satu alat untuk merasakan rasa yang ditimbulkan oleh makanan atau bahan lainnya. Lidah adalah sebagai indra pengecapan. Fungsi lidah

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1 SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 4. SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIALatihan Soal 4.1 1. Bila mengunyah nasi tawar lama lama akan terasa manis sebab dalam air liur terdapat enzim Renin Ptialin Pepsin Tripsin Kunci

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB 4 METODE PENELITIAN 27 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. JENIS PENELITIAN Eksperimental Klinis 4.2. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN 4.2.1. Tempat Penelitian : FKG UI 4.2.2. Waktu Penelitian : November 2008 4.3. POPULASI DAN SUBJEK

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan A. DESAIN PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan rancangan post-test only control group design. B. POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN Populasi

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. mukosa, albumin, polipeptida dan oligopeptida yang berperan dalam kesehatan BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Saliva Saliva adalah cairan eksokrin yang terdiri dari 99% air, berbagai elektrolit yaitu sodium, potasium, kalsium, kloride, magnesium, bikarbonat, fosfat, dan terdiri dari

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas

I. PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah. mengenai  , dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas 1 I. PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yang dapat mengenai email, dentin, dan sementum. Penyakit ini disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanaman Indonesia, yaitu berasal dari Brazil dan Paraguay. Kata. Eropa menemukan Pineapple tahun 1664 karena bentuknya mirip

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tanaman Indonesia, yaitu berasal dari Brazil dan Paraguay. Kata. Eropa menemukan Pineapple tahun 1664 karena bentuknya mirip BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Pustaka 1. Nanas (Ananas comosus) a. Sejarah buah nanas Nanas atau bahasa latinnya Ananas Comosus bukan berasal dari tanaman Indonesia, yaitu berasal dari Brazil dan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta yang berusia tahun. Penelitian ini. n= Z 2 p.q d 2 n= 1,96 2.0,5.0,25 0,25 2 n= 7,68

BAB III METODE PENELITIAN. Muhammadiyah Yogyakarta yang berusia tahun. Penelitian ini. n= Z 2 p.q d 2 n= 1,96 2.0,5.0,25 0,25 2 n= 7,68 BAB III METODE PENELITIAN A. Desain Penelitian Penelitian ini termasuk jenis penelitian klinis laboratoris dengan posttest only group design. B. Populasi dan Sampel Penelitian Populasi pada penelitian

Lebih terperinci

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga

Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga Artikel Kimia tentang Peranan Larutan Penyangga A. PENGERTIAN Larutan penyangga atau dikenal juga dengan nama larutan buffer adalah larutan yang dapat mempertahankan nilai ph apabila larutan tersebut ditambahkan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan pada spesimen adalah sebagai berikut:

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Hasil rata rata pengukuran kekerasan  pada spesimen adalah sebagai berikut: 26 BAB 5 HASIL PENELITIAN Hasil rata rata pengukuran kekerasan email pada spesimen adalah sebagai berikut: Tabel 5.1. Kekerasan Email Rata-rata Microhardness Kontrol Perlakuan p Konsentrasi xylitol 20%

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak kalah pentingnya yaitu pertumbuhan gigi. Menurut Soebroto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses tumbuh kembang sangat terkait dengan faktor kesehatan, dengan kata lain hanya pada anak yang sehat dapat diharapkan terjadi proses tumbuh kembang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. melalui mulut, dan pada kalangan usia lanjut. 2 Dry mouth berhubungan dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Dry mouth merupakan keadaan rongga mulut yang kering, berhubungan dengan adanya penurunan aliran saliva. 1 Umumnya terjadi saat cemas, bernafas melalui mulut, dan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. anak-anak sampai lanjut usia. Presentase tertinggi pada golongan umur lebih dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit gigi dan mulut yang terbanyak dialami masyarakat di Indonesia adalah karies gigi. Penyakit tersebut menyerang semua golongan umur, mulai dari anak-anak

Lebih terperinci

EFEK PERBEDAAN CARA MEMINUM SOFTDRINK (MINUMAN RINGAN) TERHADAP PENURUNAN ph SALIVA PADA SISWA SMP RAKSANA MEDAN

EFEK PERBEDAAN CARA MEMINUM SOFTDRINK (MINUMAN RINGAN) TERHADAP PENURUNAN ph SALIVA PADA SISWA SMP RAKSANA MEDAN EFEK PERBEDAAN CARA MEMINUM SOFTDRINK (MINUMAN RINGAN) TERHADAP PENURUNAN ph SALIVA PADA SISWA SMP RAKSANA MEDAN RIKA MAYASARI ALAMSYAH, drg., M.Kes NIP.198105162005012003 DEPARTEMEN KEDOKTERAN GIGI PENCEGAHAN/

Lebih terperinci