BAB VII FINAL KONTROL

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB VII FINAL KONTROL"

Transkripsi

1 BAB VII FINAL KONTROL TUJUAN PEMBELAJARAN Di dalam bab ini, diperkenalkan teknik yang umum digunakan untuk implementasi fungsi elemen kontrol. Setelah membaca bab ini, anda harus bisa: 1. Mendefinisikan ketiga bagian dari operasi kontrol akhir. 2. Memberi dua contoh konversi sinyal listrik. 3. Menguraikan prinsip operasi ac, dc, dan motor stepper. 4. Menjelaskan bagaimana suatu aktuator pnematik posisi baik yang langsung maupun yang membalikkan. 5. Membedakan control valve(control valve)yang quick-opening, linier, dan persentase dalam kaitan dengan aliran versus posisi stem. 6. Menjelaskan bagaimana teknik perekat control valve mengijinkan pemilihan ukuran control valve yang sesuai. 7.1 PENGENALAN Komponen sistem kontrol pada kontrol bagian akhir adalah tranduser. Ada beberapa jenis trnduser yang dapat digunakan pada proses kontrol. Dalam pemilihan tranduser harus dipertimbangkan di lingkungan yang bagaimana tranduser tersebut akan diguanakan. 7.2 OPERASI KONTROL AKHIR Operasi Elemen kontrol akhir melibatkan langkah-langkah yang diperlukan untuk mengkonversi sinyal kontrol (yang dihasilkan oleh suatu kontroler proses) ke dalam tindakan proporsional pada proses itu sendiri. Jadi, untuk menggunakan suatu sinyal kontrol tertentu 4-20 ma untuk mengubah suatu laju alir besar 10.0 m3/min sampai 50.0 m3/min, tentu memerlukan beberapa operasi perantara (intermediate). Operasi Intermediate yang spesifik sangat tergantung pada disain kontrol proses, tetapi penyamarataan tertentu dapat dibuat mengenai langkah-langkah yang membawa sinyal kontrol kepada elemen kontrol akhir. Untuk suatu aplikasi kontrol proses tertentu, konversi suatu sinyal process-controller kepada suatu fungsi kontrol dapat diwakili oleh langkah-langkah yang ditunjukkan Gambar 7.1. Sinyal Masukan boleh dapat berupa macam-macam bentuk, mencakup suatu arus listrik, sinyal digital, atau tekanan pnematik. 110

2 Gambar 7.1 Elemen operasi kontrol akhir Konversi Sinyal Langkah ini mengacu pada modifikasi yang harus dibuat pada sinyal kontrol untuk terhubung dengan baik dengan langkah kontrol berikutnya, yaitu aktuator. Sehngga, jika suatu elemen kontrol valve dioperasikan oleh suatu aktuator motor listrik, maka sinyal kontrol 4-20 ma dc harus dimadifikasi untuk mengoperasikan motor itu. Jika suatu motor dc digunakan, modifikasi boleh jadi adalah konversi arus ke tegangan dan penguatan. Bentuk standar modifikasi sinyal dibahas Bagian 7.3. Alat yang melaksanakan konversi sinyal seperti itu sering disebut transduser sebab ia mengkonversi sinyal kontrol dari satu bentuk ke bentuk lain, seperti arus ke tekanan, arus ke tegangan, dan semacamnya Aktuator (Lihat Gambar 7.1) Hasil konversi sinyal menyediakan suatu sinyal yang dikonversi dan/atau diperkuat yang dirancang untuk beroperasi/menggerakkan suatu mekanisme untuk merubah suatu variabel kontrol di dalam proses itu. Efek langsung pada umumnya diterapkan oleh sesuatu dalam proses, seperti suatu valve atau heater yang harus dioperasikan oleh beberapa alat. Aktuator adalah suatu terjemahan sinyal kontrol (yang dikonversi) ke dalam tindakan pada elemen kontrol. Jadi, jika suatu valve dioperasikan, maka aktuator adalah suatu alat yang mengkonversi sinyal kontrol ke dalam tindakan fisik membuka atau menutup valve. Beberapa contoh aktuator bersama-sama penggunaan kontrol proses dibahas Bagian Elemen Kontrol Lihat Gambar 7.1) Pada akhirnya kita mendapatkan elemen kontrol akhir sendiri. Alat ini mempunyai pengaruh langsung pada variabel dinamis proses dan dirancang sebagai suatu bagian integral dari proses itu sendiri. Jadi, jika aliran dikontrol, maka elemen kontrol, suatu valve, harus dibangun secara langsung pada sistem aliran. Dengan cara yang sama, jika temperatur dikontrol, maka beberapa mekanisme atau elemen kontrol yang mempunyai suatu pengaruh langsung pada temperatur harus dilibatkan pada proses itu. Ini bisa jadilah kombinasi suatu heater/cooler yang secara elektris digerakkan oleh rele atau suatu valve pnematik untuk mengendalikan influks reaktan. 111

3 Pada Gambar 7.2, suatu sistem kontrol ditunjukkan untuk mengendalikan derajat tingkat baking (tingkat kematangan/bakaran) dari, katakanlah, biskuit, yang ditentukan oleh warna biskuit. Sistem Pengukuran optis menghasilkan suatu sinyal pengkondisii 4-20 ma yang merupakan suatu representasi analog warna biskuit (dan, oleh karena itu, menunjukkan baking yang sesuai). Kontroler membandingkan pengukuran itu dengan setpoint dan suatu sinyal keluaran 4-20 ma yang mengatur konveyer menumpan m kecepatan motor untuk melakukan penyesuaian waktu membakar biskuit. Operasi Kontrol akhir kemudian direpresentasikan dengan suatu konversi sinyal yang mengubah bentuk sinyal 4-20 ma ke dalam suatu sinyal volt seperti yang diperlukan untuk kontrol kecepatan motor. Motor sendiri adalah aktuator, sedangkan perakitan ban berjalan konveyer adalah elemen kontrol. Disebabkan aplikasi teknik kontrol proses di dalam industri adalah bervariasi seperti industri itu sendiri, [adalah tidak praktis untuk mempertimbangkan lebih dari beberapa teknik pengendalian akhir. Dengan mempelajari beberapa contoh, pembaca seharusnya disiapkan untuk meneliti dan memahami banyak teknik lain yang muncul di industri. Gambar 7.2 Sebuah sistem kontrol proses yang memperlihatkan operasi kontrol akhir 7.3 KONVERSI SINYAL Sasaran konversi sinyal yang prinsip adalah untuk mengkonversi sinyal kontrol lowenergy kepada suatu sinyal energi tinggi untuk men-drive aktuator. Sinyal Keluaran Kontroler secara khusus adalah salah satu dari tiga bentuk: (1) arus listrik, pada umumnya 4-20 ma; (2) tekanan pnematik, pada umumnya 3-15 psi atau kpa; dan (3) sinyal digital, pada umumnya tegangan LEVEL TTL dalam bentuk paralel atau serial. Ada banyak pola yang berbeda untuk konversi sinyal ini kepada bentuk lain, tergantung pada bentuk akhir yang diinginkan dan tergantung pada teknologi untuk menghasilkan konversi seperti ini. Di bagian berikut, sejumlah pola konversi yang lebih umum diperkenalkan. Anda perlu selalu mau menerima kemajuan teknologi dan metoda baru pengkondisii dan konversi sinyal yang akan datang dengan kemajuan ini. 112

4 7.3.1 Sinyal Listrik Analog Berbagai metoda pengkondisi sinyal analog yang dibahas pada Bab 2 digunakan dalam konversi yang penting bagi kontrol akhir. Paragrap berikut meringkas sebagian dari pendekatan yang lebih umum. RELAY Suatu konversi umum untuk digunakan sinyal kontroler [itu] untuk mengaktipkan suatu relay ketika suatu ON/OFF sederhana atau kontrol dua-position adalah cukup. Dalam beberapa hal, sinyal arus rendah adalah tidak cukup untuk men-drive suatu relay industri berat, dan suatu amplifier digunakan untuk menaikkan tegangan sinyal kontrol tersebut kepada suatu level yang cukup untuk melakukan pekerjaan itu. AMPLIFIER amplifier ac atau dc daya tinggi sering dapat menyediakan konversi yang perlu dari sinyal kontrol daya rendah bagi suatu bentuk energi tinggi. amplifier seperti itu bisa melayani kontrol motor, kontrol panas, kontrol level cahaya, dan sejumlah besar lain kebutuhan industri. CONTOH Suatu penguat magnet memerlukan suatu sinyal masukan 5-10 volt dari suatu sinyal kontrol 4-20 ma. Disain suatu sistem konversi sinyal untuk menyediakan hubungan ini. SOLUSI Kita pertama harus mengkonversi arus kepada suatu tegangan, dan kemudian menyediakan penguat dan bias yang diperlukan. Kita biasa mendapatkan suatu tegangan dengan menggunakan suatu resistor dalam garis arus, misalnya, 100 Ω. Sehingga yang 4-20 ma menjadi volt. Sekarang, Sistem Amplifier harus menyediakan suatu keluaran yang diberikan oleh: V out = KV in + V B di mana jika K adalah gain dan VB adalah suatu tegangan bias yang sesuai. Kita mengetahui bahwa 0.4 volt masukan harus menyediakan 5 volt keluaran, dan 2 volt masukan harus menyediakan 10 volt keluaran. Ini mengijinkan kita untuk memukan K dan VB, menggunakan persamaan simultan sebagai: dengan pengurangan, kita mendapatkan 5 = 0.4 K + V B 10 = 2 K + V B 5 = 1,6 K 113

5 K = 3,125 yang kita gunakan dalam persamaan di atas yang mana saja untuk mendapatkan Sehingga, hasilnya adalah VB= 3.75 Vout = V in Rangkaian Gambar 7.3 memperlihatkan bagaimana ini dapat diterapkan dengan menggunakan suatu konfigurasi op amp. Gambar 7.3 Rangkaian opamp untuk menghasilkan pengkondisi sinyal yang diperlukan pada Contoh 7.1 KONTROL MOTOR Banyak rangkaian kontrol motor dirancang sebagai unit yang dikemas yang menerima suatu sinyal dc level rendah secara langsung untuk mengendalikan kecepatan motor. Jika sistim yang demikian tidak tersedia, [itu] adalah mungkin untuk membangun rangkaian yang menggunakan amplifier bersama dengan SCR atau TRIAC untuk melaksanakan kontrol ini. Elemen-elemen dasar motor listrik dan beberapa kata-kata tentang kontrolnya didiskusikan nanti dalam bab ini Sinyal Listrik Digital Konversi sinyal digital ke bentuk yang diperlukan oleh operasi kontrol akhir secara umum dilaksanakan menggunakan sistem yang telah dibahas Bab 3. Bagaimanapun kiita menyebutkan lagi, elemen-elemen dasar interface keluaran antara komputer dan kontrol akhir. 114

6 KONTROL ON/OFF Ada banyak kasusdalam kontrol proses dimana algoritma kontrol terpenuhi oleh perintah sederhana ke peralatan luar untuk mengubah kecepatan, menyalakan (atau mematikan), bergerak naik, dan seterusnya. Dalam kasus yang demikian, komputer dapat dengan mudah memuat/men-load suatu garis keluaran dengan suatu l atau 0 yang sesuai. Maka, ini merupakan suatu perihal sederhana untuk menggunakan sinyal ini untuk menutup suatu relay atau mengaktipkan beberapa rangkaian luar lain. DAC Ketika keluaran digital harus menyediakan suatu kontrol yang lembut, seperti terjadi dalam memposisikan valve, komputer harus menyediakan suatu masukan bagi suatu DAC yang kemudian menentukan suatu keluaran analog yang sesuai. Ketika suatu komputer harus menyediakan keluaran bagi banyak elemen kontrol akhir, suatu modul keluaran data atau sistem seperti yang uraikan Bab 3 dapat dipakai. Modul yang terintegrasi ini berisi saluran pengalamatan, DAC, dan elemen-elemen yang diperlukan lainnya dari sistem interface output yang terisi sendir/selfcontained. DIRECT ACTING Karena penggunaan digital dan teknik komputer dalam kontrol proses menjadi semakin tersebar luas metoda baru dari kontrol akhir telah dikembangkan dimana dapat digerakkan secara langsung oleh komputer. Sehingga, suatu motor stepper, untuk dibahas kemudian, dengan mudah berhubungan dengan sinyal digital yang merupakan keluaran komputer. Di dalam pengembangan lain, IC khusus dibuat dengan berada di dalam elemen kontrol akhir dan mengijinkan sinyal digital untuk dihubungkan secara langsung Sinyal Pneumatik Bidang pnematik yang umum meliputi suatu spektrum yang lebar dari aplikasi tekanan fluida ke kebutuhan industri. Salah satu aplikasi yang paling umum adalah untuk menyediakan suatu gaya oleh tekanan gas yang bertintak pada suatu piston atau diafragma. Kemudian dalam bab ini, kita akan berhadapan dengan aplikasi ini dalam kontrol proses. Akan tetapi, di dalam bagian ini, kita tertarik akan pnematik sebagai alat perambatan informasi, yaitu, sebagai pembawa sinyal, dan bagaimana sinyal tersebut dapat dikonversi ke dalam bentuk lain. PRINSIP- PRINSIP Di dalam suatu sistem pnematik, informasi dibawa oleh tekanan gas dalam suatu pipa. Jika kita mempunyai suatu pipa dengan panjang berapa saja dan menaikkan tekanan gas pada satuujungnya, peningkatkan tekanan ini akan menyebarn sepanjang pipa sampai tekanan sepanjang/seluruhnya dinaikkan kepada nilai yang baru. Sinyal Tekanan menjalar sepanjang pipa pada suatu kecepatan di sekitar kelajuan bunyi di (dalam) gas (udara), sekitar 330 m/s (1082 ft/s). jadi, jika suatu transduser memvariasi tekanan gas pada satu ujung 330-meter pipa (sekitar 360 yard), sebagai jawaban atas beberapa variabel terkontrol, maka tekanan yang sama terjadi di ujung pipa lain setelah suatu penundaan kira-kira l detik. Untuk banyak instalasi kontrol 115

7 proses, penundaan waktu ini] tidak tatap, walaupun itu adalah sangat lambat dibandingkan dengan sinyal listrik. Perkembangbiakan Sinyal jenis ini telah digunakan selama bertahun-tahun dalam kontrol proses sebelum teknologi electrical/electronic dikembangkan sampai suatu level keandalan dan keselamatan untuk memungkinkan penggunaannya dengan konfidens. Pnematik masih digunakan banyak instalasi baik oleh karena bahaya pada perlengkapan listrik atau sebagai suatu carryover dari tahun sebelumnya, di mana konversi ke metoda listrik tidak hemat biaya. Secara umum, sinyal pnematik dibawa dengan udara kering sebagai gas dan informasi sinyal disesuaikan untuk berada di dalam cakupan 3-15 psi. Di dalam sistem unit SI, digunakan cakupan kpa. Ada tiga jenis konversi sinyal dari perhatian utama dan dibahas dibawah.. AMPLIFIKASI (PENGUATAN) Suatu amplifier pnematik, juga disebut suatu booster atau relay, menaikkan tekanan dan/atau volume arus udara oleh beberapa jumlah proporsional secara linier dari sinyal masukan. Jadi, jika pendorong mempunyai suatu gain tekanan 10, keluaran akan psi untuk suatu masukan 3-15 psi. Ini terpenuhi via suatu regulator yang diaktipkan oleh sinyal kontrol. Sebuah diagram bagan/pola salah satu jenis booster tekanan ditunjukkan Gambar 7.4. perahtikan bahwa, karena tekanan sinyal bervariasi, gerakan diafragma akan menggerakkan busi/penyumbat dalam blok bodi dari booster. Jika gerakan adalah ke bawah, kebocoran gas dikurangi dan tekanan di luar garis akan meningkat. Alat yang ditunjukkan adalah bertindak reverse/kebalikan, sebab suatu tekanan high-signal akan menyebabkan tekanan keluaran berkurang. Banyak disain lainnya juga digunakan. Gambar 7.4 Sebuah amplifier pnematik atau booster mengkonversi tekanan sinyal kepada tekanan yang lebih tinggi atau beberapa dengan volume udara yang lebih besar. SISTEM NOZZLE/FLAPPER Suatu konversi sinyal yang sangat penting adalah dari tekanan ke gerakan mekanis dan sebaliknya. Konversi ini dapat disajikan oleh suatu sistem nozzle/flapper (kadang-kadang disebut suatu sistem nozzle/baffle). Suatu diagram 116

8 alat ini ditunjukkan Gambar 7.5a. Suatu persediaan tekanan yang ter-regulasi, pada umumnya di atas 20 psig, menyediakan suatu sumber udara melalui restriksi/pembatasan. Alat pemercik (nozzle) terbuka pada ujung di mana gap ada antara nozzle dan flapper, dan udara lepas dalam daerah ini. Jika flapper bergerak menurun dan menutup flapper yang terbuka sehingga tidak ada udara bocor, tekanan sinyal akan naik kepada tekanan supply/persediaan. Ketika flappere pindah, tekanan sinyal akan turun oleh karena kebocoran gas. Akhirnya, ketika flapper adalah jauh sekali (terbuka), tekanan akan stabil pada beberapa nilai yang ditentukan oleh kebocoran yang maksimum melalui nozzle itu. Gambar 7.5b menunjukkan hubungan antara tekanan sinyal dan jarak gap. Perhatikan sesitivitas yang besar dalam daerah pusat. Suatu nozzle/flapper dirancang untuk beroperasi dalam daerah pusat, di mana keniringan garis adalah terbesar. Di daerah ini, tanggapan akan seperti sedemikian hingga suatu gerakan yang sangat kecil dari flapper dapat merubah tekanan oleh suatu ordemagnitude. Diskusi lebih lebar tentang sistem ini diberikan pada Bab 10 mengenai diskusi tentang kontroler pnematik. Gambar 7.5 Prinsip-prinsip sistem flapper/nozzle. KONVERTER0 ARUS KE TEKANAN (CURRENT-TO-PRESSURE CONVERTER) Current-To-Pressure Converter, atau disingkat l/p converter, adalah suatu elemen penting dalam kontrol proses. Sering, ketika kita ingin menggunakan sinyal arus listrik level rendah untuk bekerja, adalah lebih mudah untuk dibiarkan pekerjaan dilaksanakan oleh suatu sinyal pnematik. I/P Converter memberi kita suatu cara yang linier menterjemahkan arus 4-20 ma ke dalam suatu sinyal 3-15 psig. Ada banyak disain untuk konverter ini, tetapi prinsip dasar dasar hampir selalu melibatkan penggunaan suatu sistem nozzle/flapper. Gambar 7.6 menggambarkan suatu cara sederhana untuk membangun konverter seperti itu. Perhatikan bahwa arus melalui 117

9 suatu kumparan menghasilkan suatu gaya yang akan cenderung untuk menarik flappere itu turun dan menutup gap. Ini beras\rti bahwa suatu arus yang besar akan menghasilkan tekanan yang besar sewhingga ini merupakan direct acting. Penyesuaian pegas dan barangkali posisi relatif terhadap poros memungkinkan unit itu untuk dikalibrasi sedemikian sehingga 4 ma sesuai dengan 3 psig dan 20 ma sesuai dengan 15 psig. 7.4 AKTUATOR Jika suatu valve digunakan untuk kontrol aliran fluida, beberapa mekanisme harus secara fisik membuka atau menutup valve itu. Jika suatu heater adalah menghangatkan suatu sistem, beberapa alat harus membuat heater itu ON atau OFF beberapa eksitasinya. Ini adalah contoh-contoh yang dibutuhkan untuk suatu keduaaktuator dalam loop kontrol proses. Perhatikan perbedaan alat ini dari masukan sinyal kontrol dan elemen kontrol sendiri (valve, heater, dan seterusnya, seperti ditunjukkan Gambar 7.1). Aktuator mempunyai banyak bentuk berbeda untuk sesuai kebutuhan loop kontrol proses tertentu. Kita akan melihat beberapa jenis aktuator pnematik dan listrik. Gambar 7.1 Prinsip-prinsip suatu konverter arus ke tekanan Aktuator Listrik Paragrap berikut memberi suatu uraian pendek beberapa jenis aktuator listrik yang umum. Tujuannya adalah untuk menyajikan hanya corak yang penting dari alat dan bukan suatu studi yang mendalam tenteng prinsip dan karakteristik operasional. Di dalam suatu aplikasi spesifik, orang akan diharapkan untuk mengkonsultasikan spesifikasi produk terperinci dan buku yang berhubungan dengan masing-masing jenis aktuator. SOLENOID Suatu solenoid adalah suatu alat dasar yang mengkonversi suatu sinyal listrik ke dalam gerakan mekanis, pada umumnya seperti garis. Seperti ditunjukkan Gambar 7.7, solenoid terdiri dari suatu kumparan dan alat pengisap. Pengisap tersebut mungkin adalah free-standing atau dimuati pegas. Kumparan mempunyai beberapa rating tegangan atau arus dan tipenya mungkin dc atau ac. Spesifikasi Solenoid meliputi rating listrik dan gaya pengisap menarik atau mendorong ketika yang diberi 118

10 tegangan tertentu]. Gaya ini mungkin dinyatakan dalam newton atau kilogram di dalam sistem SI, dan dalam pound atau ons dalam Sistem Inggris. Beberapa solenoid terbatas hanya untuk tugas sebentar-sebentar oleh karena batasan yang berkenaan dengan panas. Dalam hal ini, duty cycle maksimum (persentase total waktu) akan ditetapkan. Solenoid digunakan ketika suatu gaya mendadak yang besar harus dipakai untuk melaksanakan beberapa pekerjaan. Di dalam Gambar 7.8, suatu solenoid digunakan untuk perubahan gigi persneling suatu transmisi dua-position. Suatu SCR digunakan untuk mengaktipkan kumparan solenoid tersebut. Gambar 7.7 Sebuah solenoid mengkonversi suatu sinyal listrik ke perpindahan fisik Gambar 7.8 Sebuah solenoid digunakan untuk mengubah gigi perseneling MOTOR LISTRIK Motor listrik adalah alat yang menerima masukan listrik dan menghasilkan suatu perputaran kontinu sebagai hasilnya. Jenis motor dan ukurannya bermacammacam tergantung pada hal kecepatan putaran (jumlah putaran tiap menit, atau rpm), tenaga awal putaran (torsi), tenaga putaran, dan macam-macam spesifikasi lainnya. Motor listrik banyak dipakai sebagai aktuator dalam kontrol proses. Mungkin situasi kontrol yang paling umum adalah di mana kecepatan motor men-drive beberapa bagian suatu proses, dankecepatan tersebut harus dikontrol untuk mengendalikan beberapa variabel di dalam pross tersebut, ebagai contoh suatu sistem konveyer. Banyak jenis motor listrik, masing-masing dengan kekhususan karakteristiknya. Kita akan mendiskusikan ke tiga variasi yang paling umum: motor dc, motor ac, dan motor stepper. 119

11 MOTOR DC Dalam bentuk paling sederhana, suatu motor dc menggunakan suatu magnet tetap (PM) untuk menghasilkan suatu medan magnet statis melintasi dua kutub. Antara kutub-kutub dihubungkan suatu kumparan kawat yang bebas untuk berputar (armature) dan kumparan kawat ini dihubungkan ke suatu sumber arus dc melalui suatu tombol yang tertempel pada batang (komutator). Sistem ini ditunjukkan secara skematis di dalam Gambar 7.9a. Untuk kondisi yang diperlihatkan, arus di dalam kumparan akan menghasilkan suatu medan magnet dengan suatu orientasi utara/selatan seperti itu ditunjukkan Gambar 7.9b. Penolakan selatan PM dan selatan kumparan (dan yang utara) akan menyebabkan suatu tenaga putaran yang akan memutar kumparan tersebut seperti yang ditunjukkan. Jika komutator tidak dipisah, kumparan hanya akan berputar sampai PM dan kumparan kutub utara dan selatan terletak di atas dan kemudian berhenti, tetapi karena komutator, kumparan tersebut mendapati bahwa saat berputar arah arus yang melalui melalui kumparan membalik sedemikian sehingga kondisi yang ditunjukkan Gambar 7.9c terjadi. Jadi, tenaga putaran muncul lagi, dan kumparan terus berputar. Dari model yang sederhana ini anda dapat melihat bahwa kumparan akan terus berputar. Kecepatan akan tergantung pada arus. Pada kenyataannya, arus jangkar tidaklah ditentukan oleh resistansi kumparan, oleh karena suatu emf lawan yang diproduksi oleh perputaran kawat di dalam suatu medan magnet. Sehingga, tegangan yang efektif, yang menentukan arus dari resistansi kawat dan Hukam Ohm, adalah perbedaan antara tegangan yang diterapkan dan emf lawan yang diproduksi oleh perputaran tersebut. Gambar 7.9 Motor dc magnet permanen Banyak Motor dc menggunakan suatu elektromagnet sebagai ganti dari PM untuk menyediakan medan statis. Kumparan yang digunakan untuk menghasilkan medan ini disebut kumparan medan. Arus untuk kumparan-medan ini dapat disajikan dengan penempatan kumparan tersebut secara seri atau paralel. Dalam beberapa hal medan adalah terdiri atas dua lilitan, salah satu dari masing-masing tipe. Ini adalah 120

12 suatu motor dc compound/campuran. Lambang skematik dari tiap jenis motor ditunjukkan Gambar Karakteristik motor dc dengan suatu kumparan medan sebagai berikut. 1. Medan seri. Motor ini mempunyai tenaga putaran awal yang besar tetapi sukar untuk mempercepat kontrol. Baik untuk aplikasi starting ringan, nonmobile loads dan di mana kontrol kecepatan tidaklah penting, seperti untuk quick-opening valve. 2. Medan shunt. Motor ini mempunyai suatu starting tenaga putaran yang lebih kecil, tetapi karakteristik speed-control yang sangat baik yang dengan bermacammacam arus eksitasi jangkar. Baik untuk aplikasi di mana kecepatan hendak dikontrol, seperti sistem konveyor. 3. Medan Campuran/Compound. Motor ini mencoba untuk memperoleh corak yang terbaik daridua jenis sebelumnya. Biasanya, tenaga awal putaran dan kemampuan speed-control berkisar antara kedua kasus murni di atas. Gambar 7.10 Tiga konfigurasi motor dc MOTOR AC Ada banyak jenis motor ac. Kita akan memberikan prinsip-prinsip dasar dari beberapa tipe. Suatu kecepatan putaran motor ac synchronous ditentukan oleh frekuensi tegangan arus ac yang men-drive-nya. Aplikasi utamanya adalah di dalam 121

13 pemilihan waktu, oleh karena stabilitas yang tinggi dari frekuensi saluran listrik. Operasi motor jenis ini dapat dilihat dari suatu contoh sederhana yang ditunjukkan Gambar Di sini, Rotor adalah suatu PM, dan medan disajikan oleh kumparan yang di-drive dari saluran arus ac-nya. Oleh karena kelembaman PM, tenaga awal putaran tidaklah sangat tinggi, tetapi sekali perputaran dimulai PM itu akan berputar dalam fase dengan pembalikan medan disebabkan oleh osilasi tegangan saluran ac. Itu telah jelas, kemudian bahwa kecepatan perputaran ditentukan oleh frekuensi saluran ac. Suatu motor induksi menggantikan PM dengan suatu kumparan kawat beratyang diinduksi arus dari perubahab medan ac yang dieksitasi kumparan-medan. Gambar 7.12 menggambarkan motor ini. Seperti sebelumnya, sekali perputaran dimulai rotor tersebut akan terus berputar di dalam fase dengan frekuensi saluran yang diinduksi perubahan eksitasi kumparan-medan. Kesukaran dengan motor ini adalah bahwa motor ini tidak self-starting, dan diperlukan modifikasi khusus untuk mendapat/kannya mulai berputar. Kemudian, dengan jelas, tenaga putaran permulaan adalah sangat rendah. Satu metoda untuk menyediakan self-starting adalah mendrive motor dengan dua atau lebih fase eksitasi. Akan tetapi, secara umum, motor ac tidak mempunyai suatu tenaga awal putaran yang tinggi maupun metoda kontrol kecepatan baik sekali. Gambar 7.11 Motor ac sederhana dengan rotor pm Gambar 7.12 Motor induksi tergantung pada sebnuah medan rotor yang diinduksi oleh kumparankumparan medan ac (tidak diperlihatkan MOTOR STEPPER Motor stepper tahun-tahun ini telah menjadi semakin penting oleh karena kemudahannya dihubungkan dengan rangkaian digital. Suatu motor stepper adalah suatu mesin putar yang sebetulnya berputar penuh oleh/dengan sequencing melalui serangkaian step-step pemutaran diskrit. Masing-Masing step posisi adalah suatu posisi keseimbangan yang, tanpa eksitasi lebih lanjut, posisi rotor akan tetap pada 122

14 step terakhir. Jadi, perputaran yang berlanjut dicapai oleh masukan suatu deretan pulsa, masing-masing menyebabkan suatu kemajuan satu langkah. Ingat ini bukanlah perputaran yang benar-benar kontinyu, tetapi perputaran diskrit. Kecepatan putaran ditentukan oleh banyaknya step satu putaran dan rate pulsa yang dipakai. Suatu rangkaian driver diperlukan untuk mengkonversi deretan pulsa tersebut ke dalam sinyal yang sesuai untuk men-drive motor itu. Gambar 7.13 Sebuah motor stepper dasar Operasi suatu motor stepper dapat dipahami dari model yang sederhana yang dituunjukkan Gambar 7.13, yang mempunyai 90 per step. Di dalam motor ini, rotor adalah suatu PM yang di-drive oleh satu set elektromagnet tertentu. Di dalam posisi yang ditunjukkan, sistem adalah dalam keseimbangan dan tidak ada gerakan yang terjadi. Tombol-tombol secara khas adalah divais solid-state, seperti transistor, SCR, atau TRIAC. Tombol sequencer akan mengarahkan tombol-tombol itu melalui suatu urutan posisi ketika pulsa diterima. Pulsa berikutnya pada Gambar 7.13 akan mengubah S2 dari C ke D, menghasilkan kutub elektromagnet tersebut membalikkan medan. Sekarang, sebab orientasi kutub utara/selatan adalah berbeda, rotor tertolak dan tertarik sedemikian sehingga bergerak ke posisi keseimbangan yang baru yang ditunjukkan Gambar 7.14b. Dengan pulsa berikutnya, SI diubah ke B, menyebabkan yang sama dengan pembalikan kutub dan perputaran PM ke suatu posisi baru, seperti ditunjukkan Gambar 7.14c. Akhirnya, pulsa berikutnya menyebabkan S2 switch ke C lagi, dan rotor PM melangkah lagi ke suatu posisi 123

15 keseimbangan baru, seperti di Gambar 7.14d. Pulsa berikutnya akan mengirimkan sistem kembali ke status yang asli dan rotor kepada posisi yang asli. Urutan ini kemudian diulangi seperti urutan pulsa masuk, menghasilkan suatu perputaran yang berlanjut menurut step rotor PM. Walaupun contoh ini menggambarkan prinsip operasi, yang paling umum motor stepper tidak menggunakan suatu PM, tetapi lebih suatu rotor material magnetis (bukan magnet) dengan gigi sejumlah tertentu. Rotor ini di-drive oleh susunan yang berubah-ubah (phased) dari kumparan-kumparan dengan sejumlah kutub yang berbeda sehingga rotor tidak pernah bisa benar-benar lurus dengan ststor. Gambar 7.15 menggambarkan ini untuk rotor dengan delapan gigi dan stator dengan dua belas kutub. Perhatikan bahwa seperangkat empat gigi dikelompokkan sedangkan empat lagi tidak. Jika eksitasi ditempatkan pada kelompok kutub berikutnya (B) dan mengambil alih kelompok pertama (A), maka rotor akan melangkah sekali sampai lurus dengan kelompok kutub B. 124

AKTUATOR. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser

AKTUATOR. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser AKTUATOR PENGANTAR Pada sistem pengaturan, kebanyakan sinyal kontrol yang dihasilkan oleh kotroler tidak cukup kuat dayanya untuk mendrive plan sehingga diperlukan aktuator. Pada bagian ini akan dijelaskan

Lebih terperinci

Bab VI. Motor Stepper

Bab VI. Motor Stepper Bab VI Motor Stepper 64 6.1. Pendahuluan Motor stepper adalah motor DC yang khusus berputar dalam suatu derajat yang tetap yang disebut step (langkah). Satu step antara 0,9 sampai 90. Motor stepper terdiri

Lebih terperinci

Universitas Medan Area

Universitas Medan Area BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan teori Generator listrik adalah suatu peralatan yang mengubah enersi mekanis menjadi enersi listrik. Konversi enersi berdasarkan prinsip pembangkitan tegangan induksi

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 9 Motor Stepper

Mekatronika Modul 9 Motor Stepper Mekatronika Modul 9 Motor Stepper Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari Motor Stepper Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan penerapan

Lebih terperinci

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d

TIN310 - Otomasi Sistem Produksi. h t t p : / / t a u f i q u r r a c h m a n. w e b l o g. e s a u n g g u l. a c. i d Sumber: Mikell P Groover, Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 5 Materi #6 Peralatan Ukur 2 Terdapat berbagai

Lebih terperinci

Bab V. Motor DC (Direct Current)

Bab V. Motor DC (Direct Current) Bab V Motor DC (Direct Current) 52 5.1. Pendahuluan Salah satu komponen yang tidak dapat dilupakan dalam sistem pengaturan adalah aktuator. Aktuator adalah komponen yang selalu bergerak mengubah energi

Lebih terperinci

AKTUATOR AKTUATOR 02/10/2016. Rian Rahmanda Putra Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indo Global Mandiri

AKTUATOR AKTUATOR 02/10/2016. Rian Rahmanda Putra Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indo Global Mandiri AKTUATOR Rian Rahmanda Putra Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indo Global Mandiri AKTUATOR Istilah yang digunakan untuk mekanisme yang menggerakkan robot. Aktuator dapat berupa hidrolik, pneumatik dan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka 59 BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT 3.1. Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat Mulai Tinjauan pustaka Simulasi dan perancangan alat untuk pengendali kecepatan motor DC dengan kontroler PID analog

Lebih terperinci

PERTEMUAN #4 SENSOR, AKTUATOR & KOMPONEN KENDALI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI

PERTEMUAN #4 SENSOR, AKTUATOR & KOMPONEN KENDALI 6623 TAUFIQUR RACHMAN TKT312 OTOMASI SISTEM PRODUKSI SENSOR, AKTUATOR & KOMPONEN KENDALI Sumber: Mikell P Groover, Automation, Production Systems, and Computer-Integrated Manufacturing, Second Edition, New Jersey, Prentice Hall Inc., 2001, Chapter 5 PERTEMUAN

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN SISTEM BAB III PERANCANGAN SISTEM Pada bab ini akan dibahas mengenai perancangan dan realisasi sistem yang dibuat. Gambar 3.1 menunjukkan blok diagram sistem secara keseluruhan. Anak Tangga I Anak Tangga II Anak

Lebih terperinci

SISTEM KENDALI DIGITAL

SISTEM KENDALI DIGITAL SISTEM KENDALI DIGITAL Sistem kendali dapat dikatakan sebagai hubungan antara komponen yang membentuk sebuah konfigurasi sistem, yang akan menghasilkan tanggapan sistem yang diharapkan. Jadi harus ada

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Pengertian Sistem Kontrol Sistem kontrol adalah proses pengaturan atau pengendalian terhadap satu atau beberapa besaran (variable, parameter) sehingga berada pada suatu harga

Lebih terperinci

Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK

Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK PENDAHULUAN Dalam banyak aplikasi, maka perlu untuk memberikan torsi pengereman bagi peralatan yang digerakkan oleh motor listrik. Dalam beberapa

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Perangkat Keras ( Hardware) Dalam pembuatan tugas akhir ini diperlukan penguasaan materi yang digunakan untuk merancang kendali peralatan listrik rumah. Materi tersebut merupakan

Lebih terperinci

KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM

KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM 1.1. Latar Belakang Mahasiswa perlu mengetahui aspek pengereman pada motor arus searah (Direct Current

Lebih terperinci

TUGAS PERTANYAAN SOAL

TUGAS PERTANYAAN SOAL Nama: Soni Kurniawan Kelas : LT-2B No : 19 TUGAS PERTANYAAN SOAL 1. Jangkar sebuah motor DC tegangan 230 volt dengan tahanan 0.312 ohm dan mengambil arus 48 A ketika dioperasikan pada beban normal. a.

Lebih terperinci

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu Brilliant Adhi Prabowo Pusat Penelitian Informatika, LIPI brilliant@informatika.lipi.go.id Abstrak Motor dc lebih sering digunakan

Lebih terperinci

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik.

Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Generator listrik Generator listrik adalah sebuah alat yang memproduksi energi listrik dari sumber energi mekanik, biasanya dengan menggunakan induksi elektromagnetik. Proses ini dikenal sebagai pembangkit

Lebih terperinci

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik 1 Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik Pada motor DC berlaku persamaan-persamaan berikut : V = E+I a Ra, E = C n Ф, n =E/C.Ф Dari persamaan-persamaan diatas didapat : n = (V-Ra.Ra) / C.Ф

Lebih terperinci

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1)

TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) TEKNIK MESIN STT-MANDALA BANDUNG DASAR ELEKTRONIKA (1) DASAR ELEKTRONIKA KOMPONEN ELEKTRONIKA SISTEM BILANGAN KONVERSI DATA LOGIC HARDWARE KOMPONEN ELEKTRONIKA PASSIVE ELECTRONIC ACTIVE ELECTRONICS (DIODE

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sebagai Sumber angin telah dimanfaatkan oleh manusaia sejak dahulu, yaitu untuk transportasi, misalnya perahu layar, untuk industri dan pertanian, misalnya kincir angin untuk

Lebih terperinci

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC

Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC Module : Sistem Pengaturan Kecepatan Motor DC PERCOBAAN 2 SISTEM PENGATURAN KECEPATAN MOTOR DC 2.1. PRASYARAT Memahami komponen yang digunakan dalam praktikum sistem pengaturan kecepatan motor dc Memahami

Lebih terperinci

BAB II MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR ARUS SEARAH BAB II MOTOR ARUS SEARAH 2.1 Umum Motor arus searah (motor DC) adalah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanis. Pada prinsip pengoperasiannya, motor arus searah sangat identik

Lebih terperinci

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik

Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik Makalah Mata Kuliah Penggunaan Mesin Listrik KARAKTERISTIK MOTOR UNIVERSAL DAN MOTOR COMPOUND Tatas Ardhy Prihanto (21060110120039) Tatas_ap@yahoo.co.id Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas

Lebih terperinci

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation

Gambar 3.1 Susunan perangkat keras sistem steel ball magnetic levitation Bab III Perancangan Perangkat Keras Sistem Steel Ball Magnetic Levitation Dalam perancangan perangkat keras sistem Steel Ball Magnetic Levitation ini dibutuhkan pengetahuan dasar tentang elektromagnetik,

Lebih terperinci

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro

TKC306 - Robotika. Eko Didik Widianto. Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Robot Robot TKC306 - Robotika Eko Didik Sistem Komputer - Universitas Diponegoro Review Kuliah Pembahasan tentang aktuator robot beroda Referensi: : magnet permanen, stepper, brushless, servo Teknik PWM

Lebih terperinci

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC

MOTOR DC. Karakteristik Motor DC MOTOR DC Karakteristik Motor DC Karakteristik yang dimiliki suatu motor DC dapat digambarkan melalui kurva daya dan kurva torsi/kecepatannya, dari kurva tersebut dapat dianalisa batasanbatasan kerja dari

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 14 (DAC 0808) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat memahami karakteristik pengkondisi sinyal DAC 0808 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian pengkondisi sinyal DAC 0808

Lebih terperinci

Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah

Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah Modul 3 Dasar Konversi Energi Listrik Motor Arus Searah 3.1 Definisi Motor Arus Searah Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah tenaga listrik arus searah menjadi tenaga listrik arus

Lebih terperinci

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1)

MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) MODUL 3 TEKNIK TENAGA LISTRIK PRODUKSI ENERGI LISTRIK (1) 1. 1. SISTEM TENAGA LISTRIK 1.1. Elemen Sistem Tenaga Salah satu cara yang paling ekonomis, mudah dan aman untuk mengirimkan energi adalah melalui

Lebih terperinci

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik

PRINSIP KERJA MOTOR. Motor Listrik Nama : Gede Teguh Pradnyana Yoga NIM : 1504405031 No Absen/ Kelas : 15 / B MK : Teknik Tenaga Listrik PRINSIP KERJA MOTOR A. Pengertian Motor Listrik Motor listrik merupakan sebuah perangkat elektromagnetis

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Mikrokontroller AVR Mikrokontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan serta keluaran serta dapat di read dan write dengan cara khusus. Mikrokontroller

Lebih terperinci

Otomasi Sistem. Peralatan Otomasi Sistem: I/O Programmable Logic Controller

Otomasi Sistem. Peralatan Otomasi Sistem: I/O Programmable Logic Controller Otomasi Sistem Peralatan Otomasi Sistem: I/O Programmable Logic Controller Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp. 5947302 Fax.5931237 Email: pramudijanto@gmail.com Otomasi Sistem

Lebih terperinci

Arsitektur Programmable Logic Controller - 2

Arsitektur Programmable Logic Controller - 2 Aplikasi Proggrammable Logic Controller Arsitektur Programmable Logic Controller - 2 Ir. Jos Pramudijanto, M.Eng. Jurusan Teknik Elektro FTI ITS Telp. 5947302 Fax.5931237 Email: pramudijanto@gmail.com

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian dan perancangan tugas akhir dilakukan di Laboratorium Terpadu Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011 sampai dengan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

DASAR MOTOR STEPPER. I. Pendahuluan.

DASAR MOTOR STEPPER. I. Pendahuluan. DASAR MOTOR STEPPER I. Pendahuluan Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit. Motor stepper bergerak berdasarkan urutan

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN ALAT BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 Perancangan Alat Perancangan merupakan suatu tahap yang sangat penting dalam pembuatan suatu alat, sebab dengan menganalisa komponen yang digunakan maka alat yang akan dibuat

Lebih terperinci

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan

BAB II TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan BAB II TEORI 2.1 Pengertian Sistem Pengaturan Pengertian kontrol atau pengaturan adalah proses atau upaya untuk mencapai tujuan. Sebagai contoh sederhana dan akrab dengan aktivitas sehari-hari dari konsep

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Dalam merealisasikan suatu alat diperlukan dasar teori untuk menunjang hasil yang optimal. Pada bab ini akan dibahas secara singkat mengenai teori dasar yang digunakan untuk merealisasikan

Lebih terperinci

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1

DC TRACTION. MK. Transportasi Elektrik. Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION MK. Transportasi Elektrik Fakultas Teknologi Industri Universitas Katolik Soegijapranata Semarang 1 DC TRACTION Motor DC adalah andalan penggerak traksi listrik pada motor listrik dan motor

Lebih terperinci

Pendahuluan. Prinsip Kerja Motor Stepper

Pendahuluan. Prinsip Kerja Motor Stepper Pendahuluan Motor stepper adalah perangkat elektromekanis yang bekerja dengan mengubah pulsa elektronis menjadi gerakan mekanis diskrit. Motor stepper bergerak berdasarkan urutan pulsa yang diberikan kepada

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK

BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK BAB IV ANALISIS RANGKAIAN ELEKTRONIK 4.1 Rangkaian Pengontrol Bagian pengontrol sistem kontrol daya listrik, menggunakan mikrokontroler PIC18F4520 seperti yang ditunjukkan pada Gambar 30. Dengan osilator

Lebih terperinci

+ - KONTROLER. Σ Kontroler Plant. Aktuator C(s) R(s) Sensor / Elemen ukur

+ - KONTROLER. Σ Kontroler Plant. Aktuator C(s) R(s) Sensor / Elemen ukur KONTROLER PENGANTAR merupakan salah satu komponen dalam sistem pengaturan yang memegang peranan sangat penting. menghasilkan sinyal kontrol yang menjadi masukan bagi plant sedemikian hingga plant memberikan

Lebih terperinci

Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/

Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/ 18 Implementasi Pengendali PLC Pada Sistem Motor Tiga Phasa Untuk Star Y/ Ade Elbani Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik, Universitas Tanjungpura Pontianak e-mail : adeelbani@yahoo.com Abstract Pada

Lebih terperinci

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi

MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK. Motor induksi MODUL 10 DASAR KONVERSI ENERGI LISTRIK Motor induksi Motor induksi merupakan motor yang paling umum digunakan pada berbagai peralatan industri. Popularitasnya karena rancangannya yang sederhana, murah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin

BAB I PENDAHULUAN. menggerakan belt conveyor, pengangkat beban, ataupun sebagai mesin 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Motor DC atau motor arus searah yaitu motor yang sering digunakan di dunia industri, biasanya motor DC ini digunakan sebagai penggerak seperti untuk menggerakan

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

BAB III RANCANGAN SISTEM. dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram BAB III RANCANGAN SISTEM 3.1. Diagram Blok Rangkaian Diagram blok merupakan gambaran dasar dari rangkaian sistem yang akan dirancanag. Setiap diagram blok mempunyai fungsi masing-masing. Adapun diagram

Lebih terperinci

Bab 2. Landasan Teori

Bab 2. Landasan Teori 6 Bab 2 Landasan Teori 2.1 Sistem Kontrol Kata kontrol atau pengendalian mempunyai arti mengatur, mengarahkan dan memerintah. Dengan kata lain bahwa sistem pengendalian adalah susunan komponen - komponen

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar

BAB II DASAR TEORI. searah. Energi mekanik dipergunakan untuk memutar kumparan kawat penghantar BAB II DASAR TEORI 2.1 Umum Generator arus searah mempunyai komponen dasar yang hampir sama dengan komponen mesin-mesin lainnya. Secara garis besar generator arus searah adalah alat konversi energi mekanis

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN SISTEM

BAB II LANDASAN SISTEM BAB II LANDASAN SISTEM Berikut adalah penjabaran mengenai sistem yang dibuat dan teori-teori ilmiah yang mendukung sehingga dapat terealisasi dengan baik. Pada latar belakang penulisan sudah dituliskan

Lebih terperinci

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa

Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Dasar Teori Generator Sinkron Tiga Fasa Hampir semua energi listrik dibangkitkan dengan menggunakan mesin sinkron. Generator sinkron (sering disebut alternator) adalah mesin sinkron yangdigunakan untuk

Lebih terperinci

KONSTRUKSI GENERATOR DC

KONSTRUKSI GENERATOR DC KONSTRUKSI GENERATOR DC Disusun oleh : HENDRIL SATRIYAN PURNAMA 1300022054 PROGRAM STUDI TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN YOGYAKARTA 2015 I. DEFINISI GENERATOR DC Generator

Lebih terperinci

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile :

GENERATOR DC HASBULLAH, MT, Mobile : GENERATOR DC HASBULLAH, MT, 2009 ELECTRICAL ENGINEERING DEPT. ELECTRICAL POWER SYSTEM Email : hasbullahmsee@yahoo.com has_basri@telkom.net Mobile : 081383893175 Definisi Generator DC Sebuah perangkat mesin

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 13 (ADC 2 Bit) I. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 2 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC 2 Bit dengan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 2.1 Penampang kumparan rotor dari atas.[4] permukaan rotor, seperti pada gambar 2.2, saat berada di daerah kutub dan BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor DC 2.1.1. Prinsip Kerja Motor DC Motor listrik adalah mesin dimana mengkonversi energi listrik ke energi mekanik. Jika rotor pada mesin berotasi, sebuah tegangan akan

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING 2.1 Jenis Gangguan Hubung Singkat Ada beberapa jenis gangguan hubung singkat dalam sistem tenaga listrik antara lain hubung singkat 3 phasa,

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Rekondisi dan modifikasi BAB II DASAR TEORI Pendekatan pemecahan masalah dapat digunakan untuk merekondisi sepeda motor Honda C86 tahun 1986. Salah satu hal yang menyangkut pendekatan pemecahan masalah adalah dasar teori. Dasar

Lebih terperinci

PENGANTAR ELEKTRONIKA DAYA

PENGANTAR ELEKTRONIKA DAYA PENGANTAR ELEKTRONIKA DAYA Pengantar Elektronika Daya ALMTDRS 2014 KOMPETENSI DASAR Setelah mengikuti materi ini diharapkan mahasiswa memiliki kompetensi: Menguasai definisi/konsep dan keterkaitan elektronika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Motor Arus Searah Sebuah mesin yang mengubah energi listrik arus searah menjadi energi mekanik dikenal sebagai motor arus searah. Cara kerjanya berdasarkan prinsip, sebuah konduktor

Lebih terperinci

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan

BAB III PEMBUATAN ALAT Tujuan Pembuatan Tujuan dari pembuatan alat ini yaitu untuk mewujudkan gagasan dan BAB III PEMBUATAN ALAT 3.. Pembuatan Dalam pembuatan suatu alat atau produk perlu adanya sebuah rancangan yang menjadi acuan dalam proses pembuatanya, sehingga kesalahan yang mungkin timbul dapat ditekan

Lebih terperinci

Mekatronika Modul 7 Aktuator

Mekatronika Modul 7 Aktuator Mekatronika Modul 7 Aktuator Hasil Pembelajaran : Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan karakteristik dari Aktuator Listrik Tujuan Bagian ini memberikan informasi mengenai karakteristik dan penerapan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan,

TINJAUAN PUSTAKA. Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, 5 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sistem kontrol (control system) Sistem kontrol adalah suatu alat yang berfungsi untuk mengendalikan, memerintah dan mengatur keadaan dari suatu sistem. [1] Sistem kontrol terbagi

Lebih terperinci

TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK

TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK TOPIK 5 PENGUKURAN BESARAN LISTRIK Pengukuran sering dilakukan dalam melakukan analisis rangkaian. Pengukuran dilakukan untuk mendapatkan nilai besaran listrik, seperti : nilai arus yang melalui suatu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang 7 BAB II LANDASAN TEORI A. LANDASAN TEORI 1. Pembebanan Suatu mobil dalam memenuhi kebutuhan tenaga listrik selalu dilengkapi dengan alat pembangkit listrik berupa generator yang berfungsi memberikan tenaga

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 LAPORAN PRAKTIKUM TEKNIK TENAGA LISTRIK NO LOAD AND LOAD TEST GENERATOR SINKRON EXPERIMENT N.2 & N.4 DOSEN PEMBIMBING : Bp. DJODI ANTONO, B.Tech. Oleh: Hanif Khorul Fahmy LT-2D 3.39.13.3.09 PROGRAM STUDI

Lebih terperinci

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan

KENDALI MOTOR DC. 3. Mahasiswa memahami pengontrolan arah putar dan kecepatan motor DC menggunakan KEGIATAN BELAJAR 7 KENDALI MOTOR DC A. Tujuan 1. Mahasiswa memahami penerapan switching dengan rangkaian H-bridge pada motor DC 2. Mahasiswa memahami pengontrolan arah dan kecepatan motor DC menggunakan

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM

BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM 42 BAB III PERENCANAAN DAN REALISASI SISTEM Pada bab ini dijelaskan pembuatan alat yang dibuat dalam proyek tugas akhir dengan judul rancang bangun sistem kontrol suhu dan kelembaban berbasis mirkrokontroler

Lebih terperinci

MODUL III SCD U-Telkom. Generator DC & AC

MODUL III SCD U-Telkom. Generator DC & AC MODUL III SCD U-Telkom 2013 Generator DC & AC Pengertian Generator DC Generator DC merupakan sebuah perangkat mesin listrik dinamis yang mengubah energi mekanis menjadi energi listrik. Generator DC menghasilkan

Lebih terperinci

3. METODE PENELITIAN

3. METODE PENELITIAN 3. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Kegiatan penelitian dilaksanakan selama 8 bulan, dimulai bulan Agustus 2010 sampai dengan Maret 2011. Penelitian dilakukan di dua tempat, yaitu (1)

Lebih terperinci

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun

Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun 2007 1 Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun 2007 2 Protech Vol. 6 No. 1 April Tahun 2007 3 PENGATURAN ARUS STARTING DAN KECEPATAN MOTOR DC PENGUAT MEDAN SERI MENGGUNAKAN PLC

Lebih terperinci

BAB VIII MOTOR DC 8.1 PENDAHULUAN 8.2 PENYAJIAN

BAB VIII MOTOR DC 8.1 PENDAHULUAN 8.2 PENYAJIAN BAB VIII MOTOR DC 8.1 PENDAHULUAN Deskripsi Singkat Manfaat Relevansi Capaian Pembelajaran Pembahasan mengenai prinsip dasar motor DC. Pembahasan bagian-bagian motor DC. Pembahasan tentang prinsip kerja

Lebih terperinci

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor.

BAB II. 1. Motor arus searah penguatan terpisah, bila arus penguat medan rotor. dan medan stator diperoleh dari luar motor. BAB II MOTOR ARUS SEARAH II.1. Umum (8,9) Motor arus searah adalah suatu mesin yang berfungsi mengubah energi listrik menjadi energi mekanik, dimana energi gerak tersebut berupa putaran dari motor. Ditinjau

Lebih terperinci

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF)

Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) FISIKA II Gerak Gaya Listrik (GGL) Electromotive Force (EMF) Jika suatu kawat penghantar digerakkan memotong arah suatu medan magnetic, maka akan timbul suatu gaya gerak listrik pada kawat penghantar tersebut.

Lebih terperinci

Standby Power System (GENSET- Generating Set)

Standby Power System (GENSET- Generating Set) DTG1I1 Standby Power System (- Generating Set) By Dwi Andi Nurmantris 1. Rectifiers 2. Battery 3. Charge bus 4. Discharge bus 5. Primary Distribution systems 6. Secondary Distribution systems 7. Voltage

Lebih terperinci

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING)

INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) INSTRUMENTASI INDUSTRI (NEKA421) JOBSHEET 2 (PENGUAT INVERTING) I. TUJUAN Tujuan dari pembuatan modul Penguat Inverting ini adalah: 1. Mahasiswa mengetahui karakteristik rangkaian penguat inverting sebagai

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI. robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam

BAB 2 LANDASAN TEORI. robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Jenis Jenis Motor DC Motor DC merupakan jenis motor yang paling sering digunakan di dalam dunia robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam

Lebih terperinci

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM BAB 3 PERACAGA SISTEM Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai perencanaan modul pengatur mas pada mobile x-ray berbasis mikrokontroller atmega8535 yang meliputi perencanaan dan pembuatan rangkaian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kajian Pustaka Dalam tugas akhir ini, penulis memaparkan empat penelitian terdahulu yang relevan dengan perangkat yang akan dirancang bangun yaitu trainer Variable Speed Drive

Lebih terperinci

MAKALAH MOTOR STEPPER DI BIDANG INDUSTRI

MAKALAH MOTOR STEPPER DI BIDANG INDUSTRI MAKALAH MOTOR STEPPER DI BIDANG INDUSTRI Oleh : Winji Dwi Margunani 4211413023 JURUSAN FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 1.Motor Stepper Motor stepper

Lebih terperinci

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER)

LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) LAB PTE - 05 (PTEL626) JOBSHEET 8 (ADC-ANALOG TO DIGITAL CONVERTER) A. TUJUAN 1. Mahasiswa dapat mengetahui prinsip kerja dan karakteristik rangkaian ADC 8 Bit. 2. Mahasiswa dapat merancang rangkaian ADC

Lebih terperinci

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik

Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik Perlengkapan Pengendali Mesin Listrik 1. Saklar Elektro Mekanik (KONTAKTOR MAGNET) Motor-motor listrik yang mempunyai daya besar harus dapat dioperasikan dengan momen kontak yang cepat agar tidak menimbulkan

Lebih terperinci

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik yang BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 3.1 Daya 3.1.1 Daya motor Secara umum, daya adalah energi yang dikeluarkan untuk melakukan usaha. Dalam system tenaga listrik, daya merupakan jumlah energy listrik

Lebih terperinci

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas

BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM. Gambar 4.1 Blok Diagram Sistem. bau gas yang akan mempengaruhi nilai hambatan internal pada sensor gas BAB IV CARA KERJA DAN PERANCANGAN SISTEM 4.1 Blok Diagram Sistem Sensor Gas Komparator Osilator Penyangga/ Buffer Buzzer Multivibrator Bistabil Multivibrator Astabil Motor Servo Gambar 4.1 Blok Diagram

Lebih terperinci

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika

DAN RANGKAIAN AC A B A. Gambar 4.1 Berbagai bentuk isyarat penting pada sistem elektronika + 4 KAPASITOR, INDUKTOR DAN RANGKAIAN A 4. Bentuk Gelombang lsyarat (signal) Isyarat adalah merupakan informasi dalam bentuk perubahan arus atau tegangan. Perubahan bentuk isyarat terhadap fungsi waktu

Lebih terperinci

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 ECS (Engine Control System) TROOT024 B3 Diagnosa Ignition Control Sistem Tujuan Umum : Peserta dapat mengidentifikasi fungsi, konstruksi, cara kerja sistem control ngine Peserta dapat mendiagnosa dan memperbaiki

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Pembangkit Listrik Tenaga Angin Pembangkit Listrik Tenaga Angin memberikan banyak keuntungan seperti bersahabat dengan lingkungan (tidak menghasilkan emisi gas), tersedia dalam

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia industri diperhadapkan pada suatu persaingan (kompetisi). Kompetisi dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. dunia industri diperhadapkan pada suatu persaingan (kompetisi). Kompetisi dapat BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Untuk dapat meraih suatu tujuan yang dikehendaki, akhir akhir ini dunia industri diperhadapkan pada suatu persaingan (kompetisi). Kompetisi dapat meliputi kemampuan

Lebih terperinci

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

BAB II DASAR TEORI. open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk. memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai BAB II DASAR TEORI 2.1 Arduino Uno R3 Arduino adalah pengendali mikro single-board yang bersifat open-source, diturunkan dari Wiring platform, dirancang untuk memudahkan penggunaan elektronik dalam berbagai

Lebih terperinci

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital

Gambar 3. 1 Diagram blok system digital 3.1 Introduction Kebanyakan informasi yang ada di dunia nyata adalah besaran analog. Contohnya tegangan, arus listrik, massa, tekanan, suhu, intensitas cahaya dan lain sebagainya. Namun pada era masa kini

Lebih terperinci

Kegiatan 2 : STARTING MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN

Kegiatan 2 : STARTING MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN Kegiatan 2 : STARTING MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN 2.1. Latar Belakang Mahasiswa perlu mengetahui aspek starting motor arus searah (Direct Current = DC) karena starting motor DC merupakan

Lebih terperinci

DAFTAR ISTILAH. : perangkat keras sistem : perangkat lunak sistem. xiii

DAFTAR ISTILAH. : perangkat keras sistem : perangkat lunak sistem. xiii DAFTAR ISTILAH USART : Jenis komunikasi antar mikrokontroler tipe serial yang menggunakan pin transmitter dan receiver. Membership function : Nilai keanggotaan masukan dan keluaran dari logika fuzzy. Noise

Lebih terperinci

Elektronika Daya dan Electrical Drives. AC & DC Driver Motor

Elektronika Daya dan Electrical Drives. AC & DC Driver Motor Elektronika Daya dan Electrical Drives AC & DC Driver Motor Driver Motor AC Tujuan : Dapat melakukan pengontrolan dan pengendalian pad motor AC : Motor induksi atau motor asinkron adalah motor arus bolak-balik

Lebih terperinci

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos 1. TUJUAN PERCOBAAN Praktikan dapat menguasai pemodelan sistem, analisa sistem dan desain kontrol sistem dengan software simulasi Scilab dan Scicos.

Lebih terperinci

SENSOR DAN TRANDUSER. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser

SENSOR DAN TRANDUSER. Aktuator C(s) Sensor / Tranduser SENSOR DAN TRANDUSER PENGANTAR Pada sistem pengaturan loop tertutup, terkadang bentuk energi dari sinyal keluaran plant tidak sama dengan bentuk energi dari sinyal masukan sehingga tidak dapat dibandingkan,

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Metode penelitian Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode eksperimen murni. Eksperimen dilakukan untuk mengetahui pengaruh frekuensi medan eksitasi terhadap

Lebih terperinci

2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic

2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic 2. Pengendalian otomat dengan tenaga hydroulic Keuntungan : Pengontrolan mudah dan responnya cukup cepat Menghasilkan tenaga yang besar Dapat langsung menghasilkan gerakan rotasi dan translasi 1 P a g

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi

LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI. Kontrol Putaran Motor DC. Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi LAPORAN PRAKTIKUM SISTEM KENDALI Kontrol Putaran Motor DC Dosen Pembimbing Ahmad Fahmi Oleh: Andrik Kurniawan 130534608425 PRODI S1 PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 4 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 PENDAHULUAN Sistem Pengisian Konvensional Pembangkit listrik pada alternator menggunakan prinsip induksi yaitu perpotongan antara penghantar dengan garis-garis gaya magnet.

Lebih terperinci

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan

BAB III PERANCANGAN ALAT. Gambar 3.1 Diagram Blok Pengukur Kecepatan BAB III PERANCANGAN ALAT 3.1 PERANCANGAN PERANGKAT KERAS Setelah mempelajari teori yang menunjang dalam pembuatan alat, maka langkah berikutnya adalah membuat suatu rancangan dengan tujuan untuk mempermudah

Lebih terperinci