PEMANFAATAN PLASMA NUTFAH KACANG HIJAU BELU DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN KELUARGA TANI PADA SISTEM USAHATANI LAHAN KERING

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PEMANFAATAN PLASMA NUTFAH KACANG HIJAU BELU DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN KELUARGA TANI PADA SISTEM USAHATANI LAHAN KERING"

Transkripsi

1 PEMANFAATAN PLASMA NUTFAH KACANG HIJAU BELU DALAM MENDUKUNG PEREKONOMIAN KELUARGA TANI PADA SISTEM USAHATANI LAHAN KERING Yohanes Leki Seran dan Onike T. Lailogo BPTP NTT ABSTRAK Kegiatan budidaya kacang hijau Belu yang dilakukan selama ini walaupun masih secara tradisional, namun telah menunjukkan upaya masyarakat mempertahankan keanekaragaman hayati komoditas ini, baik variabilitas dan keunikan gen, maupun spesies. Komoditas kacang hijau Belu merupakan salah satu aset sumberdaya plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan diusahakan pada setiap sistem usahatani petani serta dioptimalkan pemanfaatnya demi kesejahteraan dan mendukung perekonomian keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk (1) Melestarikan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu, (2) Memanfaatkan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu untuk menyediakan bahan pangan, dan (3) Memanfaatkan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu sebagai sumber pendapatan. Penelitian dilaksanakan di Kawasan Besikama pada musim kemarau Penelitian ini merupakan penelitian sistem usahatani yang melibatkan 5 kelompok tani di 5 Desa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Klon-klon kacang hijau Belu dilestarikan oleh masyarakat sebagai upaya untuk mempertahankan eksistensinya sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penghasil uang tunai. Selain itu, pertumbuhan dan produktivitas klon-klon tanaman yang dikaji tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan. Sedangkan kontribusi klon-klon tanaman yang diusahakan dalam sistem usahatani memberikan kontribusi yang cukup berarti bagi petani dalam upaya melestarikan dan memanfaatkan komoditas tersebut. Kata Kunci : Plasma Nutfah, Kacang Hijau Belu, Ekonomi PENDAHULUAN Latar Belakang Kacang hijau masuk ke Kabupaten Belu sekitar tahun 1700 oleh Pedagang dari Cina. Komoditas ini dikembangkan di Perkampungan Cina di daerah Weluli sebagai sumber bahan baku Tauge dan Kecap (Missie Werk Op Timor). Keberadaannya sangat sesuai dengan kondisi agroklimat dan agroekologi di wilayah tersebut sehingga dapat berkembang dan menyebar ke seluruh pelosok pedesaan di Kabupaten Belu. Penyebaran dan perkembangan kacang hijau di Kabupaten Belu telah dilakukan sejak ratusan tahun silam. Kawasan Besikama merupakan daerah sentra produksinya bahkan secara spesifik telah teradaptasi dengan kondisi agroekologi, sosial dan budaya masyarakat di kawasan tersebut. Olehnya komoditas tersebut terus dikembangkan secara turun temurun hingga saat ini. Pada awal penyebarannya, Kawasan Besikama dikuasai oleh sebuah kerajaan yang disebut Kerajaan Wehali. Wilayah kerajaan ini menjadi daerah sentra produksi kacang hijau maka oleh masyarakat di kawasan ini mengabadikan nama Kerajaan Wehali melalui pemberian nama Fore Wehali bagi tanaman kacang hijau yang diintroduksikan oleh Pedagang Cina. Kacang hijau Belu sebagai salah satu komoditas dari keragaman hayati yang terdapat di Kabupaten Belu. Keragaman hayati komoditas ini merupakan salah satu aset yang dimiliki oleh masyarakat. Eksistensinya sebagai aset daerah memberikan peranan yang cukup besar dalam kehidupan masyarakat setempat. Peranan yang melekat pada komoditas ini sangat beragam yang ditandai oleh multi fungsi yang dimiliki baik sebagai sumber pangan, sumber pendapatan, sumber pakan ternak maupun sebagai penyubur tanah, bahkan secara sosial komoditas ini dipergunakan juga dalam seremonial tertentu. Peran penting komoditas kacang hijau dalam kehidupan sosial kemasyarakatan telah memberikan suatu status khusus bagi kacang hijau sehingga komoditas ini selalu dan selalu diusahakan pada musimnya. Kegiatan budidaya yang dilakukan pada sistem usahatani kacang hijau yang walaupun masih dilakukan secara tradisional, telah menunjukkan upaya masyarakat mempertahankan keanekaragaman

2 hayati komoditas ini, baik variabilitas maupun keunikan gen, spesies dan ekosistem. Keanekaragaman gen atau yang disebut juga plasma nutfah adalah substansi yang terdapat dalam setiap kelompok makhluk hidup yang merupakan sumber sifat keturunan yang dapat dirakit untuk menciptakan jenis unggul atau kultivar baru. Dengan demikian plasma nutfah adalah aset yang sangat penting karena merupakan bahan mentah dalam program pemuliaan untuk merakit jenis-jenis unggul yang sangat penting dalam penyediaan/pemenuhan kebutuhan manusia (Sastrapradja, 1992). Deskripsi ini menggambarkan komoditas kacang hijau merupakan salah satu aset sumberdaya plasma nutfah yang perlu dilestarikan dan diusahakan pada setiap sistem usahatani petani serta dioptimalkan pemanfaatannya demi kesejahteraan dan mendukung perekonomian keluarga dari setiap masyarakat yang melestarikannya. Tujuan Tujuan yang dicapai dalam kegiatan ini adalah : 1) Melestarikan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu 2) Memanfaatkan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu untuk menyediakan bahan pangan 3) Memanfaatkan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu sebagai sumber pendapatan. METODOLOGI Penetapan Lokasi dan Waktu Lokasi Penelitian ditetapkan secara sengaja berdasarkan kebiasaan masyarakat untuk menempatkan sistem usahatani kacang hijau Belu pada bagian integral dari keseluruhan pengelolaan sistem usahatani setahun. Berdasarkan pada kriteria tersebut maka penetapan lokasi penelitian yakni ditetapkan berdasarkan hamparan-hamparan pertanian yang selalu diusahakan kacang hijau Belu. Olehnya ditetapkan hamparan Biris yakni Desa Webriamata dan Weulun, hamparan Aitoi yakni Desa Alkani, hamparan Naimana dan hamparan Umanen Lawalu. Kegiatan ini telah dilaksanakan di Kabupaten Belu pada Tahun Anggaran Metode Pendekatan Penelitian ini merupakan penelitian sistem usahatani yang menggunakan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu sebagai materi pokok penelitian. Pada penelitian dilakukan perbandingan keragaan tanaman kacang hijau yang berbeda klon-klon tanamannya. Materi yang dikaji adalah tanaman kacang hijau Belu yang berhipokotil ungu dan tanaman yang berhipokotil putih. Metode pendekatan yang diterapkan dalam penelitian ini yakni menggunakan metode pendekatan on farm research client oriented (OFCOAR), yaitu suatu pendekatan penelitian yang berorientasi kepada pengguna (Merrill Sand, 1989 dalam Sumarno, 1997). Kajian ini menggunakan model pendekatan partisipatif, sehingga petani bersama peneliti dan penyuluh berdiskusi untuk menentukan model usahatani berdasarkan keinginan dan kemampuan petani (farmer circumstance). Selama penelitian berlangsung selalu adanya komunikasi yang mendiskusikan berbagai persoalan yang berhubungan dengan pelestarian dan pengelolaan tanaman kacang hijau dan mencari alternatif pemecahannya. Penentuan petani Kooperator. Petani kooperator ditetapkan secara purposive sampling berdasarkan beberapa kriteria yang diterapkan yakni : (1) Petani dan kelompok tani yang dipilih harus berada pada kodisi lahan satu hamparan. (2) Petani dan kelompok tani tersebut selalu mengusahakan tanaman kacang hijau Belu dalam sistem usahataninya setiap tahun. Berdasarkan pada kriteria tersebut maka ditetapkan beberapa kelompok tani yang anggotanya memenuhi persyaratan tersebut di atas. tani yang terpilih adalah seperti pada tabel 1. Tabel 1. Jumlah petani kooperator pada setiap kelompok Tani. No Nama Tani Jumlah Petani 1 Tani Weulun 28 2 Tani Derok Morin 36

3 3 Tani Sehati 43 4 Tani Oan Kiak 33 5 Tani Mane Matak 28 Jumlah 168 Jenis Dan Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data dilakukan secara berkala disesuaikan dengan jenis kegiatan dalam usahatani. Data yang dikumpulkan dapat meliputi data keragaan tanaman dan data keragaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu. Pengumpulan data dengan menggunakan Farm Record Keeping (FRK). Pencacatan dilakukan secara berkala disesuaikan dengan jenis kegiatan dalam usahatani setahun seperti : pada tahap persiapan lahan dan tanam, pemeliharaan tanaman, panen dan pasca panen serta pemasaran. Wawancara dan pengamatan langsung digunakan untuk mengumpulkan informasi yang relavan dengan kegiatan usahatani. Data dan informasi yang dikumpulkan selama satu musim tanam meliputi : Sumberdaya : jenis sumberdaya plasma nutfah yang digunakan, jumlah curahan tenaga kerja berdasarkan jenis kegiatan dalam usahatani, sumberdaya lahan dan jumlah kelompok tani Sarana Produksi : benih (Varietas), pupuk dan pestisida Manajemen Usahatani : pola tanam, persiapan lahan, manajemen tenaga kerja, dan teknologi budidaya (varietas, cara tanam, jumlah benih, alat tanam, alat penyiang, alat perontok, mutu benih, pengendalian gulma, pupuk (frekuensi, dosis, umur), pengendalian hama dan penyakit). Panen dan Pasca Panen : umur panen, cara panen dan cara merontok Metode Analisis Data Untuk mencapai tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini maka seperangkat alat analisis yang akan diterapkan yakni : (1) Analisis statistik sederhana seperti analisis tabel frekwensi, Uji beda hasil antar teknologi yang dikaji, (Gomez and Gomez, 1983), (2) Analisis finansial digunakan untuk mengevaluasi keragaan finansial teknologi yang dikaji, (3) Analisis ekonomi terhadap pengembangan sistem usahtani kacang hijau Belu. HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik sumberdaya Status penguasaan lahan oleh petani kooperator bagi pengelolaan sistem usahatani kacang hijau Belu sangat bervariasi antara satu petani dengan petani lainnya. Rata-rata penguasan lahan oleh petano kooperator pada setiap kelompok tani adalah seperti pada tabel 2. Tabel 2. Penguasan lahan yang dikelola bagi sistem Usahatani Kacang Hijau Belu No Nama Tani Rara-rata Luas Lahan/petani (ha) 1 Tani Weulun 0,71 2 Tani Derok Morin 0,56 3 Tani Sehati 0,47 4 Tani Oan Kiak 0,61 5 Tani Mane Matak 0.71 Rata-rata 0,61 Pada tabel 2 menunujukkan bahwa luas penguasaan lahan yang dimanfaatkan bagi pengelolaan sistem usahatani kacang hijau Belu hanya mencapai 0.71/ha sedangkan rata rata secara keseluruhan hanya mencapai 0.61 ha/petani. Kacang Hijau Belu Sebagai Sumber Plasma Nutfah Masyarakat di Kabupaten Belu mengusahakan kacang hijau sebagai bagian dari pengelolaan sistem usahatani yang dikembangkan. Kacang hijau tersebut telah beradaptasi dengan kondisi

4 agroekologi dan sosial budaya masyarakat. Masyarakat mengembangkan beragam jenis kacang hijau. Dari jenis-jenis yang dikembangkan ini telah dirilis satu jenis sebagai varietas unggul. Keragaman beberapa jenis kacang hijau ini sangat berperan dalam kehidupan kamasyarakat baik sebagai sumber bahan pangan, sumber pendapatan dan pakan ternak serta penyubur tanah. Moeljopawiro., et al 2003 mengemukakan bahwa pada masa mendatang keanekaragaman hayati akan memegang peran yang penting dalam pembangunan, mengingat kebutuhan bahan hayati untuk pangan, pakan, kosmetika, obat dan pembentukan varietas, strain/galur maupun rumpun baru tanaman semakin meningkat. Selanjutnya dikemukakan bahwa perkembangan IPTEK dunia dan potensi sumber daya genetik belum dimanfaatkan secara optimal di Indonesia. Hambatan yang terasa, masih rendahnya kepedulian dan tingkat pemahaman para pelaku pengelolaan sumberdaya genetik Indonesia. Akibatnya ialah kurang efektif dan efisiennya pengelolaan termasuk pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya genetik atau plasma nutfah. Keadaan seperti ini tidak boleh dibiarkan berlarut, dan untuk mengatasinya diperlukan upaya peningkatan kepedulian dan kemampuan dalam pemahaman dan pengelolaan plasma nutfah. Kacang Hijau Belu merupakan salah satu sumber plasma nutfah yang ada di Nusa Tenggara Timur. Beberapa klon tanaman kacang hijau Belu yang merupakan sumberdaya plasma nutfah yakni (1) kacang hijau yang berhipokotil ungu dan, (2) kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong kuning serta (3) kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berbiji hitam (4) kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong kuning dan berbiji kuning (5) kacang hijau yang berhipokotil putih dan. Semua sumberdaya plasma nutfah ini sangat adaptif terhadap kondisi kekeringan seperti Nusa Tenggara Timur. Moeljopawiro et al. 2003, mengemukakan bahwa plasma nutfah telah dimanfaatkan oleh manusia secara turun temurun, tetapi keberadaannya belum dipahami secara mendalam dan upaya pelestariannyapun kurang mendapat perhatian. Kalau keadaan ini terus berlanjut maka plasma nutfah akan punah, yang tentu saja akan berdampak negatif terhadap kehidupan makhluk di bumi. Namun kenyataannya plasma nutfah kacang hijau Belu telah dimanfaatkan oleh masyarakat sejak ratusan tahun silam baik sebagai sumber gizi keluarga, sumber pakan ternak, penyubur tanah maupun sumber pendapatan masyarakat di Kabupaten Belu, serta memiliki kontribusi yang cukup berarti bagi perekonomian daerah. Pada sisi lain dalam berbagai upaya Instansi terkait telah mencurahkan perhatian dan kepeduliaan serta kemampuannya dalam pemahaman dan pengelolaan sumberdaya plasma nutfah Kacang Hijau Belu agar dapat menjadi salah satu sumber plama nutfah yang dilestarikan dan dilindungi. Hal tersebut dilakukan melalui perjuangan instansi terkait untuk merilis Kacang Hijau Varietas Belu sebagai varietas unggul. Dengan demikian kekayaan genetik (plasma nutfah) ini dapat terlindungi, menjadi aset atau milik daerah serta terus dikembangkan dalam skala luas untuk mendatangkan keuntungan bagi daerah. Pelestarian Sumberdaya Plasma Nutfah Kacang Hijau Belu. Aktivitas masyarakat untuk mempertahankan keberadaan plasma nutfah adalah konservasi. Konservasi tersebut secara garis besar terdiri dari konservasi in-situ dan konservasi ex-situ. Kesediaan yang lestari dari plasma nutfah secara ex-situ dilakukan antara lain dengan upaya rejuvenasi atau pembaharuan viabilitasnya, sedangkan untuk memperluas keragaman dapat dilakukan dengan eksplorasi. Keberadaan kacang hijau Belu dipertahankan untuk menjaga keberlanjutan sumber plasma nutfah tersebut. Upaya pelestarian terhadap sumberdaya plasma nutfah kacang hijau dapat dilakukan pula di tingkat petani. Berbagai upaya yang dilakukan untuk melestarikan keberadaan plasma kacang hijau dapat dilihat pada tabel 3. Tabel 3. Tahapan, kegiatan dan indikator pelestarian sumberdaya plasma nutfah kacang Hijau Belu Tahapan Pelestarian Kegiatan Indikator Lokasi budidaya Dikembangkan di lahan kering Diusahakan secara rutin setiap tahun Jenis yang Identifikasi klon-klon yang a. Kacang hijau yang berhipokotil dibudidayakan diusahakan petani ungu dan b. Kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong kuning serta c. Kacang hijau yang berhipokotil ungu dan

5 berbiji hitam d. Kacang hijau yang berhipokotil ungu dan berpolong kuning dan berbiji kuning e. Kacang hijau yang berhipokotil putih dan. Sumber benih Diseleksi dari tanaman yang sehat Tanaman yang subur dan berpolong banyak Kualitas benih Menyortir benih Kacang hijau yang berbiji besar dan utuh Perlakuan terhadap Diberikan perlakuan pada Benih yang rusak pada saat tanam benih Saat tanam Panen Alokasi hasil benih yang disimpan Diseleksi atau disortir untuk mengeluarkan benih yang rusak Tanaman yang memiliki pertumbuhan yang sama Mengalokasikan hasil untuk di jual, konsumsi dan cadangan benih. berkurang Benih bernas yang terseleksi dan daya tumbuh tinggi Panen serempak Benih selalu tersedia dan dialokasikan untuk musim tanam tahun berikutnya Pada tabel 3 dapat diperoleh gambaran bahwa masyarakat secara tradisional telah melakukan berbagai upaya untuk mempertahankan keberlanjutan jenis-jenis kacang hijau yang terdapat di wilayah tersebut. Selain itu dapat dilihat bahwa (1) Petani menjadikan sumberdaya plasma nutfah kacang hijau sebagai salah satu komponen penting dalam pengelolaan sistem usahatani petani. (2) Menjaga keberlanjutannya melalui budidaya secara rutin dan mempertahankan ketersediaan sumber benih yang layak. Dalam konteks ini masyarakat di Kawasan Besikama selalu melakukan upaya budidaya tanaman tersebut pada setiap tahun. Benih yang dialokasikan untuk penanaman tahun berikutnya disisihkan dari hasil panen sebelumnya. Masyarakat memiliki kearifan lokal dalam menjaga keberlanjutan benih kacang hijau. Dengan demikian pelestarian sumberdaya plasma nutfah kacang hijau Belu lebih mengarah pada upaya konservasi secara in-situ. Olehnya jenis-jenis kacang hijau Belu diberi kesempatan dikembangkan dan bertahan dalam keadaan lingkungan alam dan habitatnya yang asli. Pelestarian plasma nutfah bisa dilakukan dengan berbagai cara, tergantung kepada tujuan yang ingin dicapai. Pemanfaatan plasma nutfah bisa secara langsung atau melalui proses pemuliaan. Pemanfaatan secara langsung sebenarnya sudah dilakukan sejak dahulu kala oleh para petani dengan cara hanya memilih tanaman-tanaman yang mereka anggap baik untuk ditanam pada musim berikutnya; dalam hal ini sudah terkait unsur seleksi, (Somantri dkk, 2003). Pemanfaatan Sumberdaya Plasma Nutfah Kacang Hijau Belu. Pelestarian dapat berlangsung secara berkelanjutan apabila upaya pelestarian tersebut dibaringi dengan pemanfaatannya bagi pemenuhan kebutuhan hidup pengelolanya. Kajian pemanfaatan sekaligus pelestariannya dilakukan di kawasan Besikama dengan melibatkan beberapa kelompok tani. Setiap kelompok disarankan untuk menggunakan salah satu klon kacang hijau Belu. Keterlibatan kelompok dalam memilih jenis klon tanaman kacang hijau, pertumbuhan dan produktivitasnya adalah seperti pada tabel 4. Tabel 4. Jumlah kelompok, jenis klon tanaman, produktivitas dan alokasi hasil tanaman kacang hijau N a m a Tani Tani Weulun luas lahan (ha) Klon Tanaman Kacang Hijau 20 Kacang hijau yang berhipokotil ungu dan Pertumbuhan Tinggi Tanaman (cm) Produktivitas (kg/ha) Produksi yang dijual (%) ,43 20 Kacang hijau yang ,51

6 Tani Derok Morin Tani Sehati Tani Oan Kiak Tani Mane Matak berhipokotil ungu dan 20 Kacang hijau yang berhipokotil putih dan 20 Kacang hijau yang berhipokotil ungu dan 20 Kacang hijau yang berhipokotil ungu dan ,69 73, ,16 61, ,43 Rata-rata 20 65, ,65 74,44 Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa rata-rata pertumbuhan kacang hijau Belu baik berhipokotil ungu maupun yang berhipokotil putih yakni 65,81 cm bagi kacang hijau berhipokotil ungu sedangkan kacang hijau berhipokotil putih setinggi 65,41cm. Dari data ini menunjukkan bahwa antara kedua jenis klon ini tidak terdapat perbedaan yang sangat menyolok. Sedangkan tingkat produktivitas dari masing-masing klon adalah 748,25 kg/ha cm bagi kacang hijau berhipokotil putih sedangkan kacang hijau berhipokotil ungu sebanyak kg/ha. Tanaman kacang hijau merupakan tanaman penghasil uang maka produktivitas yang diperoleh ini sebagian besar dialokasikan untuk dijual guna mendapatkan tambahan penghasilan dan hanya sebagian kecil yang dialokasikan untuk konsumsi dan benih musim tanam berikutnya. Dari tabel tersebut pula dapat dilihat bahwa preferensi masyarakat lebih kuat untuk mengembangkan hanya dua klon tanaman kacang hijau. Hal ini sangat erat kaitannya dengan preferensi pasar yang lebih mengutamakan biji kacang hijau yang kusam dalam perdagangan. Dengan demikian ketiga klon lainnya sangat terbatas budidayanya. Kacang Hijau Belu Ditinjau Dari Aspek Sosial Budaya Kacang Hijau Belu telah menjadi bagian yang integral dalam sistem usahatani yang dilaksanakan petani. Komoditas ini telah diusahakan sejak ratusan tahun silam dan selalu dibudidayakan setiap tahunnya. Kebiasaan mengusahakan kacang hijau Belu telah terpola dengan baik pada sistem usahatani yang dikembangkan oleh petani. Komoditas ini selalu diusahakan petani atau ditanam pada awal musim kemarau yakni bulan Mei-Juni, (Murdolelono dkk., 1997) baik secara monokultur maupun tumpangsari dengan tanaman jagung. Bagi masyarakat di daerah sentra produksi, komoditas ini merupakan komoditas utama dalam pengelolaan sistem usahatani sehingga petani akan merasa kehilangan jika komoditas tersebut tidak diusahakan. Kacang hijau Belu telah menyatu dalam tatanan sosial dan budaya masyarakat setempat. Hal ini ditandai dengan pemberian nama lokal yang sudah secara turun temurun digunakan. Nama lokal yang sebutan bagi kacang hijau ini adalah Fore Wehali. Kacang Hijau Lokal Belu Ditinjau Aspek Ekonomi Aspek ekonomi merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan dalam melestarikan dan sekaligus memafaatkan sumberdaya plasma nutfah kacang Hijau Pelestarian dan pemanfaatannya dikembangkan secara bersamaan dengan pola tanam tertentu pada sistem usahatani yang dikembangkan masyarakat. Kacang Hijau Belu merupakan salah satu sumberdaya plasma nutfah yang berpontesi ekonomi dalam meningkatkan pendapatan petani. Pemanfaatan plasma nutfah secara ekonomi akan menjadi faktor pendorong bagi petani untuk tetap melestarikannya. Pada musim panen para tengkulak datang untuk membeli, menampung dan kemudian memasarkan di tempat lain baik pasar lokal maupun antar pulau, bahkan ada peluang besar untuk memasarkan ke negara tetangga Republica Democratic Timor Leste yang letaknya relatif dekat atau berbatasan langsung dengan Kabupaten Belu. Keragaan ekonomi tanaman kacang hijau dapat dilihat pada Tabel 5.

7 Dari tabel 5 dapat dilihat bahwa total biaya sarana produksi pertanian yang dikeluarkan oleh petani per satuan luas lahan pada kedua jenis klon tanaman kacang hijau dapat mencapai Rp /ha. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan selama proses produksi usahatani kacang hijau sebanyak 44,86 HOK dengan total biaya tenaga kerja sebesar Rp /ha. Total biaya produksi yang harus dikeluarkan dalam sistem usahatani kacang hijau sebesar Rp 736,786/ha. Pengeluaran biaya selama pengelolaan sistem usahatani kacang hijau dapat mendatangkan produktivitas sebesar 748,25 kg/ha bagi kacang hijau berhipokotil putih sedangkan kacang hijau berhipokotil ungu sebanyak 755,00 kg/ha. Dengan tingkat produktivitas ini dan tingkat harga penjualan tingkat petani sebesar Rp 3.000/kg maka petani mampu menghasilkan pendapatan sebesar Rp /ha bagi tanaman kacang hijau klon berhipokotil ungu. Sedangkan kacang hijau klon berhipokotil putih mampu menghasikan pendapatan sebesar Rp /ha Tabel 5. Analisis Ekonomi Usahatani Kacang Hijau, MK N0. Uraian Klon berhipokotil Ungu Klon berhipokotil Putih A. SARANA PRODUKSI B. TENAGA KERJA (HOK) * Total Biaya Produksi (Rp) C. PRODUKSI (kg/ha) Harga (Rp/kg) Penerimaan (Rp/ha) Keuntungan (Rp/ha) R/C Ratio ,05 Keterangan : * Biaya yang diperhitungkan Dari analisis R/C Ratio menunjukkan bahwa nilai R/C Ratio usahatani kacang hijau lokal Belu yang dihasilkan lebih besar dari 1 yakni 3.08 bagi Klon berhipokotil ungu dan 3,05 bagi yang berhipokotil putih. Implikasi dari nilai R/C Ratio tersebut adalah setiap satu rupiah yang dikeluarkan dalam mengusahakan kacang hijau maka mampu menghasilkan uang tunai sebesar Rp 3,08 dan Rp 3,05. Nilai R/C Ratio yang dihasilkan lebih besar dari satu maka usahatani tersebut secara ekonomi layak untuk dikembangkan. SIMPULAN Berdasarkan pada deskripsi diatas maka dapat dimpulkan bahwa : 1. Klon-klon kacang hijau Belu dilestarikan oleh masyarakat sebagai upaya untuk mempertahankan eksistensinya sekaligus dapat dimanfaatkan sebagai tanaman penghasil uang tunai. 2. Pertumbuhan dan produktivitas klon-klon tanaman yang dikaji tidak menunjukkan perbedaan pertumbuhan. 3. Klon-klon tanaman yang diusahakan dalam sistem usahatani memberikan penerimaan yang cukup berarti bagi petani dalam upaya melestarikan dan memanfaatkan komoditas tersebut. DAFTAR PUSTAKA Gomes K. A. and Arturo A. Gomes Statistical Prosedures for Agricultural Research.. Second Edition. The International Rice Research Institute. Los Banos. Philippines Kadariah Evaluasi proyek Analisa Ekonomi. LPFE-UI, Jakarta. Moeljopawiro, S., Husni Kasim, Hermanto Pemahaman Plasma Nutfah bagi Para Guru SMU Bidang Biologi. Warta Plasma Nutfah Indonesia. No. 13. Tahun 2003.

8 Moeljopawiro Sugiono Paradigma Baru Pemanfaatan Sumber Daya Genetik Untuk Pembangunan Pertanian. Murdolelono, B., T.S. Panjaitan, I.K. Lidjang, dan Subandi, Perakitan dan evaluasi sistem usahatani spesifik lokasi di Kawasan Besikama, Kabupaten Belu, NTT. Prodising Seminar Regional Hasil- Hasil Penelitian Pertanian Berbasis Perikanan, Peternakan dan Sistem Usahatani Kawasan Timur Indonesia, di Kupang Juli Kerjasama BPTP Naibonat dengan DPIF-NT Australia. Hal Somantri Ida Hanarida, M. Hasanah, H. Kurniawan. Teknik Konservasi Ex-Situ, Rejuvenasi, Karakterisasi, Evaluasi, Dokumentasi, dan Pemanfaatan Plasma Nutfah Sumarno, Penelitian Adaptif di lahan petani dengan orientasi pengguna (PAOP). BPTP Karangploso. Sutrisno dan T. Sudiaty Silitonga Pengelolaan Plasma Nutfah Nabati Dan Jasad Renik (Tumbuhan Dan Tanaman) Sebagai Aset dalam Pemenuhan Kebutuhan Manusia. Makalah disampaikan pada Apresiasi Pengelolaan Plasma Nutfah bagi Peneliti, Bogor, September 2004

PENGGUNAAN KACANG HIJAU VARIETAS VIMA-1 SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF DALAM PENGELOLAAN SISTEM USAHATANI YANG PRODUKTIF DI LUAR MUSIM

PENGGUNAAN KACANG HIJAU VARIETAS VIMA-1 SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF DALAM PENGELOLAAN SISTEM USAHATANI YANG PRODUKTIF DI LUAR MUSIM PENGGUNAAN KACANG HIJAU VARIETAS VIMA-1 SEBAGAI LANGKAH ANTISIPATIF DALAM PENGELOLAAN SISTEM USAHATANI YANG PRODUKTIF DI LUAR MUSIM Yohanes Leki Seran, Medo Kote, dan Helena da Silva Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS TIME SERIES TERHADAP PENGELOLAAN SUT KACANG HIJAU BELU (klon berhipokotil Putih) DI LAHAN KERING SETELAH PANEN JAGUNG

ANALISIS TIME SERIES TERHADAP PENGELOLAAN SUT KACANG HIJAU BELU (klon berhipokotil Putih) DI LAHAN KERING SETELAH PANEN JAGUNG ANALISIS TIME SERIES TERHADAP PENGELOLAAN SUT KACANG HIJAU BELU (klon berhipokotil Putih) DI LAHAN KERING SETELAH PANEN JAGUNG Yohanes Leki Seran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Lahan

Lebih terperinci

MODEL SISTEM USAHATANI BERBASIS KONSERVASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DAN PENYULUHAN BAGI PETANI LAHAN KERING DI KABUPATEN ENDE

MODEL SISTEM USAHATANI BERBASIS KONSERVASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DAN PENYULUHAN BAGI PETANI LAHAN KERING DI KABUPATEN ENDE MODEL SISTEM USAHATANI BERBASIS KONSERVASI SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN DAN PENYULUHAN BAGI PETANI LAHAN KERING DI KABUPATEN ENDE Yohanes Leki Seran, Medo Kote dan Sophia Ratnawaty Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

Yohanes Leki Seran, Medo Kote dan Joko Triastono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

Yohanes Leki Seran, Medo Kote dan Joko Triastono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT PENINGKATAN KAPASITAS PETANI JAGUNG MELALUI UJI COBA TEKNOLOGI BERSAMA PETANI DALAM MENDUKUNG PENGUATAN PENYULUHAN PERTANIAN (Farmer Managed Extension Activiyt/FMA) Yohanes Leki Seran, Medo Kote dan Joko

Lebih terperinci

PROSPEK PERBAIKAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG HIJAU FORE BELU DI NUSA TENGGARA TIMUR

PROSPEK PERBAIKAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG HIJAU FORE BELU DI NUSA TENGGARA TIMUR PROSPEK PERBAIKAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG HIJAU FORE BELU DI NUSA TENGGARA TIMUR Masniah dan Yusuf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT e-mail: masniahyusuf@yahoo.com ABSTRAK Kacang hijau Varietas

Lebih terperinci

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA

PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA PEMANFAATAN LIMBAH PETERNAKAN DALAM PENGEMBANGAN SISTEM USAHATANI SAYUR-SAYURAN ORGANIK DI TIMOR TENGAH UTARA Amirudin Pohan dan Yohanes Leki Seran Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Pengembangan

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG, KACANG HIJAU DAN SAPI DALAM MODEL KELEMBAGAAN PETANI, PERMODALAN DAN PEMASARAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR

PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG, KACANG HIJAU DAN SAPI DALAM MODEL KELEMBAGAAN PETANI, PERMODALAN DAN PEMASARAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR PENGEMBANGAN AGRIBISNIS JAGUNG, KACANG HIJAU DAN SAPI DALAM MODEL KELEMBAGAAN PETANI, PERMODALAN DAN PEMASARAN DI PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Yohanes Leki Seran Yusuf Helena PENDAHULUAN Komoditas yang

Lebih terperinci

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya)

PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) PENTINGNYA PLASMA NUTFAH DAN UPAYA PELESTARIANNYA Oleh : DIAN INDRA SARI, S.P. (Pengawas Benih Tanaman Ahli Pertama BBPPTP Surabaya) I. PENDAHULUAN Plasma nutfah merupakan sumber daya alam keempat selain

Lebih terperinci

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT

KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Seminar Nasional Serealia, 2013 KELAYAKAN USAHATANI JAGUNG HIBRIDA PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN MELALUI PENDEKATAN PTT Syuryawati, Roy Efendi, dan Faesal Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Untuk

Lebih terperinci

KELAYAKAN PAKET TEKNOLOGI USAHATANI TANAMAN PANGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) OESAO KABUPATEN KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR

KELAYAKAN PAKET TEKNOLOGI USAHATANI TANAMAN PANGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) OESAO KABUPATEN KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR KELAYAKAN PAKET TEKNOLOGI USAHATANI TANAMAN PANGAN DI DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) OESAO KABUPATEN KUPANG NUSA TENGGARA TIMUR Nelson H. Kario, B. Murdolelono, Yusuf Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Lebih terperinci

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai

Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Menanam Laba Dari Usaha Budidaya Kedelai Sebagai salah satu tanaman penghasil protein nabati, kebutuhan kedelai di tingkat lokal maupun nasional masih cenderung sangat tinggi. Bahkan sekarang ini kedelai

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG

PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG PENINGKATAN KEUNTUNGAN USAHA TANI KACANG TANAH MELALUI INTRODUKSI TEKNOLOGI VARIETAS UNGGUL DI DESA SIGEDONG KECAMATAN MANCAK KABUPATEN SERANG Resmayeti Purba dan Zuraida Yursak Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

PLASMA NUTFAH. OLEH SUHARDI, S.Pt.,MP

PLASMA NUTFAH. OLEH SUHARDI, S.Pt.,MP PLASMA NUTFAH OLEH SUHARDI, S.Pt.,MP Sejak berakhirnya konvensi biodiversitas di Rio de Jenairo, Brasil, 1992, plasma nutfah atau sumber daya genetik tidak lagi merupakan kekayaan dunia di mana setiap

Lebih terperinci

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT

KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT KERAGAAN VARIETAS UNGGUL BARU KACANG HIJAU SETELAH PADI SAWAH PADA LAHAN KERING DI NTT Helena da Silva* dan Bambang Murdolelono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT *Helena_dasilva73@yahoo.com

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK Tim Peneliti : Dr. Bambang Sayaka PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN

Lebih terperinci

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK

KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN ABSTRAK KACANG TANAH DILAHAN LEBAK KALIMANTAN SELATAN UNTUK PENGEMBANGAN AGRIBISNIS DI PEDESAAN (Studi kasus Desa Panggang Marak, Kecamatan Labuan Amas Selatan, Kabupaten Hulu Sungai Tengah) Rosita Galib Balai

Lebih terperinci

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA PERTANIAN BERKELANJUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa dalam mencapai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan I. PENDAHULUAN Latar Belakang Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan pertanian secara nasional maupun regional serta terhadap ketahanan pangan dan perbaikan perekonomian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di

BAB I PENDAHULUAN. Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Bagi Indonesia, jagung merupakan tanaman pangan kedua setelah padi. Bahkan di beberapa tempat, jagung merupakan bahan pokok makanan utama pengganti beras atau sebagai

Lebih terperinci

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI

MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI MODUL PTT FILOSOFI DAN DINAMIKA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU KEDELAI Prof. Dr. Marwoto dan Prof. Dr. Subandi Peneliti Balai Penelitian Tanaman Kacang-kacangan dan Umbi-umbian MALANG Modul B Tujuan Ikhtisar

Lebih terperinci

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani.

sosial yang menentukan keberhasilan pengelolaan usahatani. 85 VI. KERAGAAN USAHATANI PETANI PADI DI DAERAH PENELITIAN 6.. Karakteristik Petani Contoh Petani respoden di desa Sui Itik yang adalah peserta program Prima Tani umumnya adalah petani yang mengikuti transmigrasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Ubi kayu (Manihot esculenta Crantz) merupakan sumber bahan pangan ketiga di Indonesia setelah padi dan jagung. Dengan perkembangan teknologi, ubi kayu dijadikan

Lebih terperinci

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi

VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi POLICY BRIEF VALUASI EKONOMI SUMBER DAYA GENETIK PERTANIAN INDONESIA: Studi Kasus Padi Tim Peneliti: Ening Ariningsih Pantjar Simatupang Putu Wardana M. Suryadi Yonas Hangga Saputra PUSAT SOSIAL EKONOMI

Lebih terperinci

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai

2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai 3 2 TINJAUAN PUSTAKA Perkembangan dan Biologi Tanaman Kedelai Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) bukanlah tanaman asli Indonesia. Kedelai diduga berasal dari daratan China Utara atau kawasan subtropis. Kedelai

Lebih terperinci

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia.

PENGANTAR. Latar Belakang. Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. PENGANTAR Latar Belakang Hijauan merupakan sumber pakan utama bagi ternak ruminansia. Produktivitas ternak ruminansia sangat ditentukan oleh ketersediaan pakan yang berkualitas secara cukup dan berkesinambungan.

Lebih terperinci

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN

PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS JAGUNG DENGAN INTRODUKSI VARIETAS SUKMARAGA DI LAHAN KERING MASAM KALIMANTAN SELATAN Rosita Galib dan Sumanto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Kalimantan Selatan Abstrak.

Lebih terperinci

KARAKTERISASI LAHAN JAGUNG AHUKLEAN DI KAWASAN BESIKAMA, KABUPATEN BELU, NUSA TENGGARA TIMUR. B. Murdolelono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT

KARAKTERISASI LAHAN JAGUNG AHUKLEAN DI KAWASAN BESIKAMA, KABUPATEN BELU, NUSA TENGGARA TIMUR. B. Murdolelono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT KARAKTERISASI LAHAN JAGUNG AHUKLEAN DI KAWASAN BESIKAMA, KABUPATEN BELU, NUSA TENGGARA TIMUR B. Murdolelono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Ahuklean adalah teknologi indegenous di Kawasan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR

ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR ANALISIS KELAYAKAN EKONOMI USAHATANI JAGUNG HIBRIDA BIMA 1 DI NUSA TENGGARA TIMUR Helena Da Silva dan Bambang Murdolelono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK Pengembangan jagung hibrida di

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Jurnal Agrorektan: Vol. 2 No. 2 Desember 2015 75 PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG Cucu Kodir Jaelani 1 1) Badan Pelaksana Penyuluhan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun Namun

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun Namun I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kacang tanah diperkirakan masuk ke Indonesia antara tahun 1521-1529. Namun ada pendapat yang mengatakan bahwa tanaman ini masuk ke Indonesia setelah tahun 1557. Tanaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang mayoritas penduduknya mempunyai mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap pembangunan di Indonesia,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pertanian Anorganik Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang menggunakan varietas unggul untuk berproduksi tinggi, pestisida kimia, pupuk kimia, dan

Lebih terperinci

Onike T. Lailogo, Tony Basuki dan Yohanes Leki Seran BPTP NTT

Onike T. Lailogo, Tony Basuki dan Yohanes Leki Seran BPTP NTT AKSESIBILITAS PETANI TERHADAP ASET SUMBERDAYA DAN KELEMBAGAAN PERTANIAN DALAM MENUNJANG PENINGKATAN PRODUKTIVITAS SISTEM USAHATANI DI LOKASI PRIMA TANI (Kasus Prima Tani Kupang) Onike T. Lailogo, Tony

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumber Daya Alam (SDA) adalah segala sesuatu yang berasal dari alam yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Pada umumnya, sumber daya alam

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT

PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT PENGEMBANGAN TANAMAN KACANG HIJAU SEGERA SETELAH PANEN PADA SAWAH DI KOLISIA DAN NANGARASONG KABUPATEN SIKKA NTT I.Gunarto, B. de Rosari dan Tony Basuki BPTP NTT ABSTRAK Penelitian dilaksanakan di hamparan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan komoditas pangan kedua setelah padi di Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan sebagai pakan ternak.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan pasal 1 ayat (6) menyatakan bahwa buah lokal adalah semua jenis buahbuahan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Buah-buahan Lokal Buah-buahan lokal merupakan buah yang varietas tanamannya asli dari Indonesia dan ditanam oleh petani Indonesia terlepas dari nama dan varietasnya.

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT

KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT KEUNGGULAN KOMPETITIF SISTEM USAHATANI TANAMAN PANGAN DI KABUPATEN SUMBA TIMUR, NTT Rachmat Hendayana Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian, Jl Tentara Pelajar, 10 Bogor ABSTRAK Makalah

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif

PENDAHULUAN. Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif PENDAHULUAN Latar Belakang Jeruk Keprok Maga merupakan salah satu komoditi buah buahan andalan Sumatera Utara, karena mempunyai keunggulan komperatif dan kompetitif dengan kultivar atau varietas jeruk

Lebih terperinci

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura

Seminar Nasional : Menggagas Kebangkitan Komoditas Unggulan Lokal Pertanian dan Kelautan Fakultas Pertanian Universitas Trunojoyo Madura KERAGAAN VARIETAS KEDELAI DI KABUPATEN LAMONGAN Eli Korlina dan Sugiono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur Jl. Raya Karangploso Km. 4 Malang E-mail korlinae@yahoo.co.id ABSTRAK Kedelai merupakan

Lebih terperinci

KONTRIBUSI PERBAIKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SAYUR- SAYURAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING DI KABUPATEN ENDE

KONTRIBUSI PERBAIKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SAYUR- SAYURAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING DI KABUPATEN ENDE KONTRIBUSI PERBAIKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA SAYUR- SAYURAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI LAHAN KERING DI KABUPATEN ENDE Made Ratnada, Bambang M. L., Ujang A. S. BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN NUSA TENGGARA

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertanian merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya untuk menghasilakan bahan pangan, bahan baku untuk industri, obat ataupun menghasilkan sumber energi. Secara sempit

Lebih terperinci

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK

TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL. M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK TEKNOLOGI BUDIDAYA JAGUNG UNTUK PRODUKSI BIOMAS PADA LAHAN MARJINAL M. Akil Balitsereal Maros ABSTRAK Pengembangan pertanaman jagung akan lebih produktif dan berorientasi pendapatan/agribisnis, selain

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kedelai tetap dipandang penting oleh Pemerintah dan telah dimasukkan dalam program pangan nasional, karena komoditas ini mengandung protein nabati yang tinggi 38%, lemak

Lebih terperinci

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau Abstrak.

Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau   Abstrak. Profil Pengembangan Tanaman Palawija dan Kelembagaan Penunjang di Lokasi Eks Primatani Agroekosistem Lahan Pasang Surut Kabupaten Indragiri Hilir, Propinsi Riau Oni Ekalinda, Reni Astarina dan Anita Sofia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan Pertanian merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari pembangunan nasional. Pertanian memegang peranan penting dalam perekonomian bangsa, hal ini ditunjukkan

Lebih terperinci

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1

DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE. Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 DINAMIKA USAHATANI JAGUNG HIBRIDA DAN PERMASALAHANNYA PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN BONE Hadijah A.D. 1, Arsyad 1 dan Bahtiar 2 1 Balai Penelitian Tanaman Serealia 2 Balai Pengkajian teknologi Pertanian

Lebih terperinci

PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH

PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH PENINGKATAN PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI BAWANG MERAH LOKAL PALU MELALUI PENDEKATAN PTT DI SULAWESI TENGAH Muh. Rusdi, Herman S. dan Ruslan Boy Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah ABSTRAK

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PUBLIK

DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PUBLIK DEWAN PERWAKILAN DAERAH REPUBLIK INDONESIA RANCANGAN UNDANG-UNDANG TENTANG PENGADAAN BARANG DAN JASA PUBLIK JAKARTA 2015 RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG SISTEM BUDIDAYA

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah

PENDAHULUAN. manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah PENDAHULUAN Latar Belakang Pangan adalah kebutuhan dasar manusia. Tanpa makan (dan minum) manusia tidak bisa mempertahankan eksistensinya atau hidupnya. Masalah pangan di Indonesia yaitu kualitas dan nilai

Lebih terperinci

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS Keberhasilan usahatani yang dilakukan petani biasanya diukur dengan menggunakan ukuran pendapatan usahatani yang diperoleh. Semakin besar pendapatan usahatani

Lebih terperinci

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK

ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH ABSTRAK ADAPTASI VARIETAS UNGGUL JAGUNG KOMPOSIT PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN TOJO UNA-UNA SULAWESI TENGAH Yakob Bunga T, Saidah 1) dan Amran Muis 2) 1) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah 2)

Lebih terperinci

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio). III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis Kerangka pemikiran teoritis penelitian ini meliputi konsep usahatani, biaya usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C

Lebih terperinci

Abstrak

Abstrak Peningkatan Produktivitas dan Finansial Petani Padi Sawah dengan Penerapan Komponen Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) (Studi Kasus di Desa Kandai I Kec. Dompu Kab. Dompu) Yuliana Susanti, Hiryana

Lebih terperinci

Peningkatan Indeks Panen pada Pertanian Lahan Kering Beriklim Kering sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Petani

Peningkatan Indeks Panen pada Pertanian Lahan Kering Beriklim Kering sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Peningkatan Indeks Panen pada Pertanian Lahan Kering Beriklim Kering sebagai Upaya Peningkatan Pendapatan Petani Yohanes G. Bulu, Sylvia Kusumaputri, Sudarto, dan Ika Novita Sari Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN

ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN ANALISIS USAHATANI PADI DAN PALAWIJA PADA LAHAN KERING DI KALIMANTAN SELATAN (Studi Kasus di Desa Budi Mulia, Kabupaten Tapin) Oleh : Adreng Purwoto*) Abstrak Di masa mendatang dalam upaya mencukupi kebutuhan

Lebih terperinci

SUMBANGAN NITRAT DALAM TANAH SETELAH PANEN TANAMAN KACANG-KACANGAN DALAM MENDUKUNG SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI NTT

SUMBANGAN NITRAT DALAM TANAH SETELAH PANEN TANAMAN KACANG-KACANGAN DALAM MENDUKUNG SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI NTT SUMBANGAN NITRAT DALAM TANAH SETELAH PANEN TANAMAN KACANG-KACANGAN DALAM MENDUKUNG SISTEM PERTANIAN BERKELANJUTAN DI NTT Yohanes Leki Seran, Sophia Ratnawaty, dan Medo Kote Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI

BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI BAB VII ANALISIS PERBANDINGAN USAHATANI 7.1. Produktivitas Usahatani Produktivitas merupakan salah satu cara untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan sumberdaya yang ada (lahan) untuk menghasilkan keluaran

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang

III. METODE PENELITIAN. penerimaan yang diperoleh petani kedelai, pendapatan dan keuntungan yang III. METODE PENELITIAN Penelitian ini bersifat kuantitatif, dalam pembahasannya lebih ditekankan pada biaya-biaya yang dikeluarkan selama proses produksi, input yang digunakan, penerimaan yang diperoleh

Lebih terperinci

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK

POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH ABSTRAK POTENSI PENGEMBANGAN PRODUSEN/PENANGKAR BENIH KEDELAI BERSERTIFIKAT DI JAWA TENGAH Abdul Choliq, Sri Rustini, dan Yulianto Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Tengah Bukit Tegal Lepek, Sidomulyo,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2010 TENTANG HORTIKULTURA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Kedelai (Glycine max [L.] Merril) merupakan salah satu komoditas penting dalam hal penyediaan pangan, pakan dan bahan-bahan industri, sehingga telah menjadi

Lebih terperinci

KAJIAN ROTASI TANAMAN LEGUM HERBA JAGUNG DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN PETANI DI LAHAN KERING

KAJIAN ROTASI TANAMAN LEGUM HERBA JAGUNG DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN PETANI DI LAHAN KERING KAJIAN ROTASI TANAMAN LEGUM HERBA JAGUNG DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS DAN PENDAPATAN PETANI DI LAHAN KERING Yohanes Leki Seran, Medo Kote, dan Paskalis Th. Fernandes Balai Pengkajian Teknologi Pertanian

Lebih terperinci

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB

Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB Kode Penelitian : SIDa Kajian Teknologi Spesifik Lokasi Budidaya Jagung Untuk Pakan dan Pangan Mendukung Program PIJAR di Kabupaten Lombok Barat NTB Nama Penelitian : 1. Baiq Tri Ratna Erawati, SP, MSc

Lebih terperinci

Dalam upaya pemuliaan tanaman, tidak jarang varietas modern hasil pemuliaan akan menggeser varietas lama. Perkembangan pembuatan

Dalam upaya pemuliaan tanaman, tidak jarang varietas modern hasil pemuliaan akan menggeser varietas lama. Perkembangan pembuatan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL TREATY ON PLANT GENETIC RESOURCES FOR FOOD AND AGRICULTURE (PERJANJIAN MENGENAI SUMBER DAYA GENETIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L) Merill) adalah salah satu komoditi tanaman pangan yang penting di Indonesia termasuk salah satu jenis tanaman palawija/ kacang-kacangan yang

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN KESEHATAN HEWAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG PETERNAKAN DAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa hewan sebagai karunia dan amanat Tuhan Yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (Glycine max (L.) Merill.), merupakan salah satu sumber protein penting di Indonesia, termasuk ke dalam jenis tanaman polong-polongan. Saat ini tanaman kedelai

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

III. METODELOGI PENELITIAN. untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan III. METODELOGI PENELITIAN A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas tanaman menjadi sumber protein nabati dan diolah menjadi berbagai bahan pangan seperti tahu, tempe dan sari kedelai, dan lainnya, yang dikonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Pangan merupakan substansi pokok dalam kehidupan manusia sehingga diperlukan untuk mencukupi kebutuhan setiap penduduk. Di Indonesia, masalah ketahanan pangan

Lebih terperinci

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK

KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH ABSTRAK KAJIAN PERBAIKAN USAHA TANI LAHAN LEBAK DANGKAL DI SP1 DESA BUNTUT BALI KECAMATAN PULAU MALAN KABUPATEN KATINGAN PROVINSI KALIMANTAN TENGAH M. A. Firmansyah 1, Suparman 1, W.A. Nugroho 1, Harmini 1 dan

Lebih terperinci

1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam 2. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT

1. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nanggroe Aceh Darussalam 2. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu ABSTRACT KERAGAAN USAHATANI VARIETAS UNGGUL BARU (VUB) PADI SAWAH DENGAN POLA PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT):Studi Kasus di Desa Aneuk Glee Kecamatan Indrapuri Nanggroe Aceh Darussalam (The Farm Performance

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN V. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis hasil penelitian mengenai Analisis Kelayakan Usahatani Kedelai Menggunakan Inokulan di Desa Gedangan, Kecamatan Wirosari, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah meliputi

Lebih terperinci

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2

KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 KEUNGGULAN KOMPARATIF USAHATANI JAGUNG MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN DI PROVINSI NTT Yusuf 1 dan Rachmat Hendayana 2 1 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, 2 Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi

Lebih terperinci

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA ANALISIS USAHATANI TALAS KIMPUL DI NAGARI DURIAN GADANG KECAMATAN AKABULURU KABUPATEN LIMA PULUH KOTA Husnarti Agribisnis Faperta Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat Abstrak Penelitian ini bertujuan

Lebih terperinci

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG

KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG KERAGAAN DAN TINGKAT KEUNTUNGAN USAHATANI KEDELAI SEBAGAI KOMODITAS UNGGULAN KABUPATEN SAMPANG Moh. Saeri dan Suwono Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur ABSTRAK Sampang merupakan salah satu

Lebih terperinci

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara

Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Analisis Usahatani Beberapa Varietas Unggul Baru Jagung Komposit di Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. Sondakh 1), dan Andi Tenrirawe 2) 1)Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, Sulawesi Utara dan 2)Balai Penelitian

Lebih terperinci

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING

KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING KERAGAAN USAHATANI JAGUNG VARIETAS KOMPOSIT PADA BERBAGAI JARAK TANAM DI LAHAN KERING Margaretha SL dan Zubachtirodin Balai Penelitian Tanaman Serealia ABSTRAK Penelitian keragaan usahatani jagung komposit

Lebih terperinci

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI

METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI LAMPIRAN 1 PERATURAN MENTERI PERTANIAN NOMOR : 61/Permentan/OT.140/10/2011 TANGGAL : 5 Oktober 2011 METODA BAKU UJI ADAPTASI DAN UJI OBSERVASI I. UMUM. A. Latar belakang Dalam rangka pelepasan suatu varietas

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. baru. Plasma nutfah merupakan salah satu SDA yang sangat penting karena tanpa

PENDAHULUAN. baru. Plasma nutfah merupakan salah satu SDA yang sangat penting karena tanpa PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Plasma nutfah merupakan koleksi sumber daya genetik yang berupa keanekaragaman tumbuhan, hewan atau jasad remik untuk tujuan yang luas Sastrapraja (1992) menyatakan bahwa

Lebih terperinci

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara

Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Prospek Produksi Benih Sumber Jagung Komposit di Provinsi Sulawesi Utara Bahtiar 1), J. W. Rembang 1), dan Andi Tenrirawe 2) Peneliti pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Utara 1) Balai Penelitian

Lebih terperinci

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41

VI. UBI KAYU. Balai Penelitian Tanaman Aneka Kacang dan Umbi 41 VI. UBI KAYU 6.1. Perbaikan Genetik Sejatinya komoditas ubi kayu memiliki peran cukup penting dalam perekonomian Indonesia. Pada level harga ubi kayu Rp750/kg, maka dengan produksi 25,5 juta ton (tahun

Lebih terperinci

FASILITASI METODE UJI COBA TEKNOLOGI BERSAMA FMA DI LOKASI FEATI DI NTT TAHUN 2008

FASILITASI METODE UJI COBA TEKNOLOGI BERSAMA FMA DI LOKASI FEATI DI NTT TAHUN 2008 FASILITASI METODE UJI COBA TEKNOLOGI BERSAMA FMA DI LOKASI FEATI DI NTT TAHUN 2008 Ir. Yohanes Leki Seran Ir Sophia Ratnawaty, MSi Ir. Ignas K. Lidjang, MSi Don Bosco Meke, STP Ir. Andreas Ila Maxwel Robertson

Lebih terperinci

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR

UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR UJI ADAPTASI BEBERAPA VARIETAS JAGUNG PADA LAHAN SAWAH TADAH HUJAN DI TAKALAR Amir dan St. Najmah Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Selatan ABSTRAK Pengkajian dilaksanakan pada lahan sawah

Lebih terperinci

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI

II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI II. IKLIM, TANAH DAN WILAYAH PRODUKSI 2.1. Iklim Ubi kayu tumbuh optimal pada ketinggian tempat 10 700 m dpl, curah hujan 760 1.015 mm/tahun, suhu udara 18 35 o C, kelembaban udara 60 65%, lama penyinaran

Lebih terperinci

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI e-j. Agrotekbis 2 (3) : 332-336, Juni 2014 ISSN : 2338-3011 ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI Analysis of income and feasibility farming

Lebih terperinci

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN :

Prosiding Pekan Serealia Nasional, 2010 ISBN : Usaha tani Padi dan Jagung Manis pada Lahan Tadah Hujan untuk Mendukung Ketahanan Pangan di Kalimantan Selatan ( Kasus di Kec. Landasan Ulin Kotamadya Banjarbaru ) Rismarini Zuraida Balai Pengkajian Teknologi

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001).

I PENDAHULUAN. Kegagalan dalam memenuhi kebutuhan pokok akan dapat menggoyahkan. masa yang akan datang IPB, 1998 (dalam Wuryaningsih, 2001). I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian pangan khususnya beras, dalam struktur perekonomian di Indonesia memegang peranan penting sebagai bahan makanan pokok penduduk dan sumber pendapatan sebagian

Lebih terperinci

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari:

Komponen PTT Komponen teknologi yang telah diintroduksikan dalam pengembangan usahatani padi melalui pendekatan PTT padi rawa terdiri dari: AgroinovasI Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) Padi Rawa Meningkatkan Produktivitas Dan Pendapatan Petani Di Lampung, selain lahan sawah beririgasi teknis dan irigasi sederhana, lahan rawa juga cukup potensial

Lebih terperinci

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis

I. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis I. TINJAUAN PUSTAKA 1.1 Botani Kacang Tanah Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija jenis Leguminosa yang memiliki kandungan gizi sangat tinggi. Kacang tanah merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia.

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pangan merupakan sesuatu hal yang sangat vital bagi kehidupan manusia. Peningkatan ketahanan pangan merupakan tanggung jawab bersama antara masyarakat dan pemerintah.

Lebih terperinci

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2)

PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK. ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2) PRODUKSI JAGUNG ORIENTASI TONGKOL MUDA MENDUKUNG PENYEDIAAN PAKAN TERNAK Faesal 1), Syuryawati 1), dan Tony Basuki 2) 1 ) Balai Penelitian Tanaman Serealia 2) Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTT ABSTRAK

Lebih terperinci

Kedelai merupakan bahan pangan masyarakat Indonesia sejak lebih

Kedelai merupakan bahan pangan masyarakat Indonesia sejak lebih Preferensi Industri Tahu dan Tempe terhadap Ukuran dan Warna Biji Kedelai Ruly Krisdiana 1 Ringkasan Ukuran dan warna biji kedelai varietas unggul yang telah dilepas sangat beragam, sedangkan penggunaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keanekaragaman hayati atau biodiversitas adalah keanekaragaman organisme yang menunjukkan keseluruhan atau totalitas variasi gen, jenis, dan ekosistem pada suatu daerah,

Lebih terperinci