GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DI DESA GOGODALEM, KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DI DESA GOGODALEM, KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG"

Transkripsi

1 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DI DESA GOGODALEM, KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG Ida Puryanti 1) Rini Susanti 2) Heni Setyowati 3) Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo INTISARI Puryanti, Ida, 2014; Gambaran Pengetahuan Remaja Putri Tentang Pernikahan Usia Dini di Desa Gogodalem, Kecamatan Bringin, Kabupaten Semarang. Karya Tulis Ilmiah. Diploma III Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran. Pembimbing I : Rini Susanti, S.SiT. M.Kes, Pembimbing Pembimbing II : Heni Setyowati, S.SiT. M.Kes. Menurut Undang-Undang Perkawinan No.1 tahun 1974 pasal 7 ayat (1) menyatakan bahwa perkawinan hanya diijinkan jika pihak pria sudah mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 (enam belas) tahun. Menurut data kependudukan Jawa Tengah sendiri prosentase sebesar 37,13% menikah pada umur tahun, dan sebesar 39 % menikah pada usia tahun. Meskipun demikian ternyata di Jawa Tengah masih relatif banyak perempuan yang menikah pada usia dibawah 16 tahun yaitu sebesar 13,75%. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui gambaran pengetahuan remaja putri tentang pernikahan usia dini di Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Desain penelitian yang di gunakan pada penelitian ini adalah diskriptif. Populasi dalam penelitian ini adalah 143 remaja putri di Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Sampel dalam penelitian ini menggunakan Proporsional random sampling sebanyak 59 sampel. Hasil penelitian, menunjukkan bahwa pengetahuan pernikahan remaja putri di desa Gogodalem yaitu sebagian besar memiliki pengetahuan kurang (47,5%), baik (30,5%), dan cukup (22,0%). Diharapkan remaja putri meningkatkan pengetahuan tentang pernikahan usia dini melalui koran, majalah, televisi, ataupun internet, karena dengan pengetahuan yang baik, remaja dapat melakukan tindakan yang benar untuk tidak tidak melakukan perkawinan dini, karena dapat menimbulkan resiko dalam kehamilan dan proses persalinan Kata Kunci : Pengetahuan, Remaja Putri, Pernikahan Usia Dini. PENDAHULUAN Latar Belakang Pernikahan (marriage) merupakan ikatan sakral antara pasangan dari seorang laki-laki dan seorang wanita yang telah menginjak atau dianggap telah memiliki umur cukup dewasa. Pernikahan dianggap sebagai ikatan sakral (holly relationship) karena hubungan pasangan antara seorang laki-laki dan seorang wanita telah diakui secara sah dalam hukum agama (Dariyo, 2004; h.89). Kesiapan sosial ekonomi berkaitan dengan bagaimana individu berani membentuk keluarga melalui perkawinan dengan segala tanggung jawabnya dalam menghidupi keluarga dan menjadi penyangga bagi keluarga. Kesiapan dari segi fisiologis atau badaniah sangat diperlukan karena untuk melakukan tugas atau kewajiban dari perkawinan itu sendiri dibutuhkan kesiapan jasmani yang 1

2 cukup matang dan sehat (Maryati dkk, 2007; h.88). Kebahagiaan sebuah perkawinan merupakan dambaan setiap individu. Akan tetapi dalam sebuah perkawinan pada umumnya banyak terjadi kesulitan dan tantangan yang dihadapi, tidak sedikit diantara laki-laki maupun wanita yang kurang menyadari perlunya persiapan yang matang sebelum menuju sebuah perkawinan (Maryati dkk, 2007; h.88). Penyebab pernikahan usia dini antara lain pemaksaan dari pihak orang tua, pergaulan bebas, rasa keingintahuan tentang dunia seks, faktor lingkungan, rendahnya pendidikan, faktor ekonomi (Maryati dkk, 2007; h.89). Ditinjau dari masalah sosial ekonomi adalah pernikahan usia dini biasanya tidak diikuti dengan kesiapan keadaan ekonomi. Semakin bertambah umur seseorang kemungkinan untuk kematangan dalam bidang social ekonomi juga akan semakin nyata karena pada umumnya dengan bertambahnya umur akan semakin kuat dorongan untuk mencari nafkah penopang. Pada pernikahan usia dini permasalahan ekonomi akan menjadi alasan utama terjadinya perceraian (Romauli dan Vindari, 2009; h.110). Dampak dari menikah dini adalah abortus, perceraian, tidak ada kesiapan untuk keluarga, tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan. Kehamilan pada remaja putri merupakan kehamilan yang sangat berisiko baik terhadap dirinya maupun terhadap bayi yang dikandungya karena pertumbuhan linear (tinggi badan) pada umumnya baru selesai pada usia tahun, dan dilanjutkan dengan pematangan panggul beberapa tahun setelah pertumbuhan linear selesai. Akibat yang mungkin terjadi pada dirinya adalah komplikasi persalinan dan gangguan penyelesaian pertumbuhan optimal karena masukan gizi tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan dirinya yang masih tumbuh dan untuk pertumbuhan bayinya, pada bayinya sering mengalami Berat Badan Lahir Rendah, Intra Uterin Growth Reterdation dan kelahiran prematur (Departemen Gizi dan Kesehatan Masyarakat, 2009). Dilihat dari aspek kesehatan bahwa usia ideal untuk menikah adalah usia tahun bagi perempuan dan tahun untuk laki-laki, karena pada usia tersebut organ reproduksi wanita tersebut sudah siap dan matang untuk hamil, akan mencegah terjadinya kehamilan dengan resiko atau komplikasi. Kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun ternyata 2 5 kali lebih tinggi daripada kematian maternal yang terjadi pada usia tahun (Ramauli dan Vindarai, 2009;h.111). Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menunjukkan rata-rata kelahiran pada remaja ASFR (Age Specific Fertility Rate) usia tahun di Indonesia meningkat dari 35 per kelahiran hidup pada tahun 2007 menjadi 41 per pada tahun Angka pernikahan usia muda (menikah sebelum usia 20 tahun) hampir dijumpai diseluruh propinsi di Indonesia, sekitar 10 % remaja putri melahirkan anak pertama di usia tahun. Jawa Tengah sendiri prosentase sebesar 37,13% menikah pada umur tahun, dan sebesar 39 % menikah pada usia tahun. Meskipun demikian ternyata di Jawa Tengah masih relatif banyak perempuan yang menikah pada usia dibawah 16 tahun yaitu sebesar 13,75% (BKKBN, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang di temukan sebanyak 143 remaja putri pada bulan Januari Oktober tahun Remaja yang menikah dini sebanyak 6 remaja putri. Hasil wawancara yang dilakukan terhadap 6 orang perempuan menyatakan bahwa 4 perempuan menikah dengan alasan ekonomi yang rendah, 1 orang perempuan dikarenakan hamil dahulu sebelum menikah dan 1 perempuan 2

3 menikah karena hanya lulusan SD dan menganggur. Pernikahan dini berdampak pada sistem reproduksi contohnya panggul sempit, kejadian ini terjadi pada ibu yang menikah 16 tahun di Dusun Kropoh Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang, selain itu dampak yang mungkin terjadi pada wanita yang menikah dini antara lain psikologisnya dapat terganggu karena usia dapat mempengaruhi kesiapan ibu tersebut dalam menghadapi kehamilan. Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul gambaran pengetahuan remaja putri tentang pernikahan usia dini di kecamatan bringin Kabupaten Semarang. Tujuan Penelitian Mendiskripsikan pengetahuan remaja putri tentang pernikahan usia dini di Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Manfaat Penelitian Manfaat bagi responden : Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi yang bermanfaat untuk wanita tentang usia sehat untuk melangsungkan pernikahan, dan resiko yang dapat terjadi dalam pernikahan dini. Manfaat bagi tempat penelitian : Sebagai informasi dan masukan tentang resiko pernikahan pada usia muda sehingga kejadian pernikahan dini diharapkan bisa berkurang. Manfaat bagi Institusisi : Hasil penelitian ini dapat memberikan input bagi Akademi Kebidanan Ngudi Waluyo Ungaran, khususnya untuk memperluas pengetahuan dibidang pelayanan Kesehatan Reproduksi serta dapat dijadikan sebagai acuan bagi peniliti selanjutnya. Manfaat bagi peneliti : Penelitian ini sangat berguna untuk menambah wawasan, informasi serta pengalaman dalam penelitian khususnya bidang kesehatan reproduksi serta mengaplikasikan teori serta bahan referensi. KERANGKA PENELITIAN Tempat Penelitian Tempat penelitian yang dijadikan sebagai daerah penelitian adalah di Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Waktu penelitian dilaksanakan sekitar tanggal 4-12 Juli 2014 Desain Penelitian Penelitian ini desain penelitian yang digunakan yaitu desain penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional yaitu untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang pernikahan dini di Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang. Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh remaja putri yang tinggal di wilayah Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang pada bulan Januari Oktober tahun 2013 sebanyak 143 remaja putrid. Tehnik pengambilan sampel responden yang digunakan dalam proposal penelitian ini adalah proposonal random sampling PEMBAHASAN Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Pernikahan Dini di Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada tabel 4.4, dapat diketahui bahwa pengetahuan responden tentang pernikahan usia dini di Desa Gogodalem Kec. Bringin, Kab. Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 28 orang (47,5%). Hal ini bisa dilihat dari jawaban responden yang menjawab salah pada no.13 tentang pernikahan dini banyak 3

4 terjadi karena takut dikatan sebagai perawan tua, pertanyaan tersebut paling banyak di jawab salah oleh responden karena tidak semua orang yang menikah dini takut dikatakan perawan tua. Mereka menikah biasanya karena pacaran yang terlalu lengket yang dapat menimbulkan kehamilan sebelum menikah atau adanya keinginan orang tua karena ingin mendapatkan tambahan anggota keluarga. Menurut Romauli dan Vindari (2009; h:111) mengatakan bahwa pernikahan dini terjadi karena orang tua takut anaknya dikatakan perawan tua sehingga segera dikawinkan. Adanya anggapan jika anak gadis belum menikah dianggap sebagai aib keluarga. Banyak didaerah ditemukan pandangan yang salah misalnya kedewasaan seseorang dinilai dari status perkawinan, status janda lebih baik daripada perawan tua. Kemudian pernyataan yang paling banyak di jawab salah oleh responden pada no. 16 yaitu pernyataan tentang pernikahan dini pada keluarga yang ekonominya rendah akan mudah terjerumus untuk melakukan perbuatan tercela. Responden menjawab salah karena beranggapan keluarga yang ekonominya berkecukupan meskipun masih ketergantungan orang tua, mereka lebih banyak melakukan hal yang tercela misalnya uangnya dihambur-hamburkan untuk berjudi atau minum-minuman keras selain itu juga belum bisa mengatur keungannya untuk hal-hal yang lebih penting. Menurut Rismalinda (2010; h.200) mengatakan bahwa, sebagian besar pasangan pernikahan dini masih tergantung dengan orang tua, sehingga kurang dapat mengambil keputusan sendiri. Bila pasangan ini berusaha untuk bekerja pendapatan yang diperolehnyapun tergolong rendah, bahkan tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup berkeluarga. Keadaan ini akan membuat pasangan rentan terhadap pengaruh kurang baik dari lingkungan sekitarnya. Mereka mudah terjerumus untuk melakukan tindakan atau perbuatan yang tercela seperti menjadi pecandu Napza (Narkotika dan zat aditif lainnya), perjudian, perkelahian, penodongan, dll. Pengetahuan responden pada penelitian ini sebagian besar kurang karena kurangnya informasi-informasi tentang pernikahan dini yang didapat masyarakat, kurangnya informasi ini terlihat dari jarang sekali institusi pendidikan maupun kesehatan yang melakukan penyuluhan khususnya tentang pernikahan dini serta bahaya-bahaya pernikahan dini. Masyarakat memang sering mendapatkan informasi-informasi tentang pernikahan dan membina rumah tangga yang baik, yang berasal dari para ulama setempat, namun informasi khusus tentang pernikahan dini dan bahaya pernikahan masih belum banyak diterima oleh masyarakat, sehingga tidak mengherankan jika sebagian besar para remaja putri ini memiliki pengetahuan yang kurang tentang pernikahan usia dini. Hasil ini didukung oleh penelitian dari Herdiani Piji Lestari tahun 2011 dengan judul Faktor yang Berhubungan dengan Pernikahan Dini pada Remaja Putri di Desa Candigaron Kec. Sumowono Kab. Semarang diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang pernikahan dini yaitu sebanyak 33 responden (60,0%). Pengetahuan yang rendah ini dikarenakan kuranngnya informasi yang diperoleh para remaja baik di sekolah, lingkungan maupun keluarga mengenai pernikahan dini. Sebagaimana diungkapkan oleh Erfandi (2009) bahwa Informasi merupakan sebuah pesan dari pengirim kepada penerima, informasi ini sangat diperlukan dalam rangka menciptakan pemikiran, hal yang baru, ide, kreatifitas dan isu yang terbaru dalam hal dunia. Bila seseorang kurang memiliki informasi yang baru maka orang tersebut akan mengalami keterbelakangan dalam kehidupanya. Dan kemajuan yang dimiliki akan tidak tumbuh dengan baik. 4

5 Kurangnya pengetahuan remaja putri tentang pernikahan dini juga bisa disebabkan pendidikan remaja yang rendah, dimana dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 59 responden remaja putri di Desa Gogodalem Kec. Bringin, Kab. Semarang, sebagian besar berpendidikan SMP, yaitu sejumlah 26 orang (44,1%). Pendidikan yang rendah akan mengakibatkan seseorang memiliki pengetahuan yang rendah. Pendidikan merupakan salah satu institusi yang mana seseorang didik, dilatih dan dibekali berbagi ilmu yang relevan dengan kehidupan manusia itu sendiri. Bilamana seseorang tidak memiliki bekal pendidikan yang rendah akan menyebabkan seseorang mengalami keterbelakangan wawasan, cara berpikir dan tidak memiliki ketrampilan yang dibutuhkan dalam masyarakat atau dunia pekerjaan pada umumnya. Selain itu, kurangnya pengetahuan remaja putri tentang pernikahan dini juga bisa disebabkan oleh status pekerjaan masyarakat di Desa Gogodalem Kec. Bringin, Kab. Semarang yang relatif rendah. Ekonomi yang rendah tentu akan menghambat seseorang dalam mencari pengetahuan. Hal ini sebagaimana yang diungkapkan Notoatmodjo (2003) bahwa lingkungan seseorang akan mendukung tingginya pengetahuan seseorang, sedangkan ekonomi dikaitkan dengan pendidikan ekonomi baik di tingkat pendidikan akan tinggi sehingga tingkat pengetahuannya juga akan tinggi. Sebaliknya tingkat ekonomi yang rendah akan menghambat usaha seseorang untuk mencari pengetahuan karena mencari pengetahuan setidaknya dibutuhkan biaya. Jadi, jika biaya tidak ada maka akan berakibat terhadap terhambatnya peningkatan pengetahuan seseorang. Pernikahan usia dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia remaja (di bawah 16 tahun pada wanita dan di bawah 19 tahun pada pria). Pernikahan remaja selain mencerminkan rendahnya status wanita, juga merupakan tradisi sosial yang menopang tingginya tingkat kesuburan. Hal ini menyebabkan periode melahirkan yang dihadapi oleh pengantin remaja relatif panjang, disamping resiko persalinan yang cukup tinggi karena secara fisik mereka belum siap melahirkan (Romauli dan Vindari, 2009; h.110). Sebenarnya, pernikahan merupakan sebuah kebahagiaan. Kebahagiaan sebuah perkawinan merupakan dambaan setiap individu. Akan tetapi dalam sebuah perkawinan pada umumnya banyak terjadi kesulitan dan tantangan yang dihadapi, tidak sedikit diantara laki-laki maupun wanita yang kurang menyadari perlunya persiapan yang matang sebelum menuju sebuah perkawinan (Maryati,2007; h.88). Penyebab pernikahan usia dini antara lain pemaksaan dari pihak orang tua, pergaulan bebas, rasa keingintahuan tentang dunia seks, faktor ekonomi, faktor lingkungan, rendahnya pendidikan. Selain itu dampak dari menikah dini adalah abortus, perceraian, tidak ada kesiapan untuk keluarga, tingginya angka kematian bayi dan ibu melahirkan (Maryati dan Septikasari, 2009; h.89). Banyaknya remaja putri yang menikah di usia muda memicu kasus kehamilan dan persalinan yang tidak aman yang disebabkan rahim dan panggul belum mencapai ukuran dewasa. Ditinjau dari segi gizi kehamilan pada remaja merupakan hal yang beresiko. Gizi yang diperlukan oleh para remaja yang hamil saling berkompetisi antara kebutuhan mereka terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin. Beragam resiko terjadinya anemia, bayi prematur, bayi berat lahir rendah, kematian bayi dan penyakit menular seksual meningkat pada remaja yang hamil sebelum usia 16 tahun. Pernikahan usia muda juga dapat menyebabkan putusnya akses pendidikan, serta berdampak secara psikologis, ekonomis, maupun kesehatan reproduksi (Kumalasari, dkk. 2012; h.101). Ditinjau dari masalah sosial ekonomi adalah pernikahan usia dini biasanya tidak 5

6 diikuti dengan kesiapan keadaan ekonomi. Semakin bertambah umur seseorang kemungkinan untuk kematangan dalam bidang social ekonomi juga akan semakin nyata karena pada umumnya dengan bertambahnya umur akan semakin kuat dorongan untuk mencari nafkah penopang. Pada pernikahan usia dini permasalahan ekonomi akan menjadi alasan utama terjadinya perceraian (Romauli dan Vindari 2009; h.110). Oleh karena itu, dalam rangka mencegah pernikahan usia dini, pengetahuan tentang pernikahan usia dini perlu ditanamkan sejak dini pada setiap remaja terutama remaja yang masih muda. Karena dengan mengetahui pernikahan usia dini, remaja dapat mengetahui bahaya dan dampak menikah dini, sehingga akan terbentuk perilaku yang baik dan berpikir lebih matang. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Pernikahan Dini Berdasarkan Umur di Desa Gogodalem Kec. Bringin, Kab. Semarang Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada tabel 4.6, dapat diketahui bahwa remaja dengan umur tahun yang memiliki pengetahuan kurang sejumlah 11 orang (55,0%), sedangkan remaja dengan umur tahun yang memiliki pengetahuan kurang sejumlah 14 orang (56,0%), dan remaja dengan umur tahun yang memiliki pengetahuan baik sejumlah 8 orang (57,1%). Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik tentang pernikahan usia dini lebih banyak terjadi pada remaja dengan umur tahun dibandingkan dengan remaja umur tahun ataupun remaja umur tahun. Ini menunjukkan bahwa remaja yang lebih tahu tentang pernikahan usia dini adalah remaja yang berusia lebih tua dibandingkan yang muda. Hal ini disebabkan semakin tua umur seseorang maka semakin matang cara pemikirannya, sehingga pengetahuannya semakin banyak. Lagi pula semakin tua seseorang maka semakin banyak pula pengalamanpengalaman yang didapat selama hidupnya dan pengalaman ini tentu akan meningkatkan pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003. H. 48) bahwa berkaitan dengan umur dan pendidkan individu, maksudnya adalah pendidikan yang tinggi maka pengalaman makin luas. Sedangkan semakin tua umur seseorang, maka pengalamannya pun semakin banyak pula, sehingga pengetahuannya semakin tinggi, dalam hal ini adalah pengetahuan tentang pernikahan usia dini. Hal senada juga diungkap oleh Erfandi (2009) bahwa umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya sehingga pengetahuan yang diperolehnya semakin membaik. Pada usia dewasa individu akan lebih berperan aktif dalam masyarakat dan kehidupan sosial serta lebih banyak melakukan persiapan melakukan demi suksesnya upaya menyesuaikan diri menuju usia tua. Dua sikap tradisional mengenai jalannya perkembangan hidup dimana semakin tua semakin bijaksana semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuan dan tidak dapat mengerjakan kepandaian baru kepada orang yang sudah tua karena mengalami kemunduran baik fisik maupun mental. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Pernikahan Dini Berdasarkan Pendidikan di Desa Gogodalem Kec. Bringin, Kab. Semarang Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana ditunjukkan pada tabel 4.7, dapat diketahui bahwa remaja dengan pendidikan SD yang memiliki pengetahuan kurang sejumlah 14 orang (63,6%), sedangkan remaja dengan pendidikan SMP yang memiliki pengetahuan kurang sejumlah 13 orang (50,0%), dan remaja dengan pendidikan SMA yang memiliki pengetahuan baik 6

7 sejumlah 9 orang (81,8%). Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik tentang pernikahan usia dini lebih banyak terjadi pada remaja dengan pendidikan SMA dibandingkan dengan remaja berpendidikan SMP ataupun SD. Hasil di atas juga menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik tentang pernikahan dini lebih banyak pada siswa yang berpendidikan tinggi (SMA) dibandingkan pendidikan rendah (SD/SMP). Ini disebabkan orang dengan pendidikan tinggi akan lebih mudah menyerap berbagai informasi yang diterima, sehingga pengetahuan yang didapat menjadi lebih banyak. Hal ini berbeda dengan orang dengan pendidikan rendah, yang biasanya akan mengalami kesulitan dalam menerima informasi dari luar. Sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang makin tinggi pula pengetahuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat Erfandi (2009) bahwa Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan cenderung untuk mendapatkan informasi baik dari orang lain maupun media massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat hubungannya dengan pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi maka orang tersebut semakin luas pengetahuannya. Namun perlu ditekankan bahwa seseorang berpendidikan rendah tidak berarti mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh dari pendidikan formal akan tetapi dapat diperoleh dari pendidikan nonformal. Pengetahuan seseorang tentang suatu objek juga mendukung dua aspek yaitu aspek positif dan aspek negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya menentukan sikap seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari objek yang diketahui akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap objek tersebut. Secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan individu sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa interaksi individu dengan lingkungannya, baik secara formal maupun informal proses kegiatan pendidikan pada dasarnya melibatkan perilaku individu maupun kelompok. Kegiatan pendidikan formal maupun informal berfokus pada proses mengajar, dengan tujuan agar terjadi perubahan perilaku yaitu dari yang tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Gambaran Pengetahuan Remaja Putri tentang Pernikahan Dini Berdasarkan Pekerjaan di Desa Gogodalem Kec. Bringin, Kab. Semarang Berdasarkan hasil penelitian sebagaimana disajikan pada tabel 4.8, dapat diketahui bahwa remaja yang tidak bekerja yang memiliki pengetahuan kurang sejumlah 22 orang (59,5%), sedangkan remaja yang bekerja yang memiliki pengetahuan baik sejumlah 10 orang (45,5%). Ini menunjukkan bahwa pengetahuan yang baik tentang pernikahan usia dini lebih banyak terjadi pada remaja yang bekerja dibandingkan remaja yang tidak bekerja. Hal ini karena remaja yang bekerja dapat memperoleh banyak informasi khususnya tentang pernikahan usia dini, yang berasal dari luar, seperti teman kerja, atasan, perusahaan tempat kerja, ataupun dari majalah-majalah yang disediakan di tempat kerja, sehingga remaja yang bekerja lebih banyak mendapat informasi tentang pernikahan dini dibandingkan remaja yang menganggur di rumah. Jadi, umumnya remaja yang bekerja akan memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang pernikahan dini dibandingkan remaja yang tidak bekerja. 7

8 Hal ini diperkuat oleh pernyataan Ratnawati (2009) bahwa pekerjaan merupakan suatu kegiatan atau aktivitas seseorang untuk memperoleh penghasilan guna memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari. Pekerjaan/karyawan adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau institusi, kantor, perusahaan dengan upah dan gaji baik berupa uang maupun barang. Pekerjaan merupakan faktor yang mempengaruhi pengetahuan. Ditinjau dari jenis pekerjaan yang sering berinteraksi dengan orang lain lebih banyak pengetahuannya bila dibandingkan dengan orang tanpa ada interaksi dengan orang lain. Pengalaman belajar dalam bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan profesional serta pengalaman belajar dalam bekerja akan dapat mengembangkan kemampuan dalam mengambil keputusan yang merupakan keterpaduan menalar secara ilmiah dan etik. PENUTUP Kesimpulan 1. Pengetahuan remaja putri tentang pernikahan usia dini di Kec. Bringin, Kab. Semarang, sebagian besar dalam kategori kurang, yaitu sejumlah 28 orang (47,5%). 2. Pengetahuan yang kurang tentang pernikahan usia dini lebih banyak terjadi pada remaja dengan umur tahun sejumlah 14 orang (56%) dibandingkan dengan remaja umur tahun sejumlah 11 orang (55,0%) ataupun remaja umur tahun sejumlah 3 orang (21,4%). 3. Pengetahuan yang kurang tentang pernikahan usia dini lebih banyak terjadi pada remaja dengan pendidikan SD 14 orang (63,6%) dibandingkan dengan remaja berpendidikan SMP sejumlah 13 orang (50,0%) ataupun SMA sejumlah 1 orang (9,1%). 4. Pengetahuan yang kurang tentang pernikahan usia dini lebih banyak terjadi pada remaja yang tidak bekerja sejumlah 22 orang (59,5%) dibandingkan remaja yang bekerja sejumlah 6 orang (27,3%). Saran Bagi responden : Disarankan kepada para remaja putri untuk meningkatkan pengetahuannya tentang pernikahan usia dini, melalui koran, majalah, televisi, ataupun internet, karena dengan pengetahuan yang baik, remaja dapat melakukan tindakan yang benar untuk tidak tidak melakukan perkawinan dini, karena dapat menimbulkan resiko dalam kehamilan dan proses persalinan Bagi masyarakat di Desa Gogodalem Kec. Bringin Kab. Semarang, khususnya para orang tua diharapkan dapat menasehati anaknya untuk tidak terburuburu menikah dan tidak terlalu memaksa kehendak pada anak. Bagi institusi pendidikan diharapkan untuk dapat melengkapi literatur tentang pernikahan dini sehingga dapat membantu dalam penyusunan karya tulis ilmiah. Bagi peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengetahuan remaja tentang pernikahan dini, dengan mengambil lebih banyak faktor, seperti lingkungan, tingkat ekonomi, dan peran tenaga kesehatan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsini Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta Dariyo, Agoes Psikologi Perkembangan Remaja. Jalarta : Ghalia Indonesia Gunarsa, Singgih dan Gunarsa, Singgih Psikologi remaja. Jakarta : gunung mulia Hidayat, (2009). Metodologi Penelitian dan Aplikasinya. Bogor :Ghalia Indonesia 8

9 Kumalasari Intan, dkk Kesehatan Reproduksi. Jakarta : Salemba Medika Maryati, Dwi dan Septikasari, Majestika Buku Ajar Kesehatan Reproduksi dan Praktikum. Yogyakarta: nuha medika Notoatmodjo, soekidjo Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Undang-undang no Perkawinan. Jakarta Walgito, Bimo Bimbingan dan Konseling Perkawinan. Yogyakarta: Andi Widyastuti, Yani; Rahmawati, Anita dan purnamaningrum, Yuliasti Ekka Kesehatan reproduksi. Yogyakarta : Fitramaya Notoatmodjo, Soekidjo Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Notoatmodjo, Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Nursalam, Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika Rismalinda, dkk Kesehatan reproduksi wanita. jakarta: trans info media Romauli, Suryati dan Vindari, Anna Vida Kesehatan reproduksi. Yogyakarta: Nuha Medika Sarwono, Sarlito Psikologi Perkembangan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada Setiawan, Metodelogi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan S2. Yogyakarta: Nuha Medika Siswanto, Yuliaji Modul mata kuliah statistik kesehatan untuk D3 kebidanan, akademi kebidanan, dan keperawatan. Semarang: Ngudi Waluyo Ungaran Sugiyono Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta 9

10 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG PERNIKAHAN USIA DINI DI DESA GOGODALEM KECAMATAN BRINGIN KABUPATEN SEMARANG ARTIKEL Oleh IDA PURYANTI AKADEMI KEBIDANAN NGUDI WALUYO UNGARAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENDIDIKAN PEREMPUAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA DINI DI KUA WILAYAH KERJA KECAMATAN PURBOLINGGO Andesia Maliana Akademi Kebidanan Gemilang Husada andesia.maliana@yahoo.com

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI TERHADAP KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 1 PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN TAHUN 2017 Irma Fitria 1*) Herrywati Tambunan (2) 1,2 Dosen Program

Lebih terperinci

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Tahun 2015

ABSTRAK. Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Kecamatan Libureng Kabupaten Bone Tahun 2015 ABSTRAK Gambaran Pengetahuan Dan Sikap Remaja Putri Tentang Kehamilan Usia Dini Di Desa Swadaya Bone Tahun 2015 Yunita 1, Esse Puji Pawenrusi 1, Hamzah Tasa 2 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIK) Makassar,

Lebih terperinci

Eka Sofiyatul Luthfiyah Zebua ABSTRAK

Eka Sofiyatul Luthfiyah Zebua ABSTRAK Gambaran Sikap Remaja Putri Kelas XI Tentang Perkawinan Usia Muda Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Kesehatan Reproduksi di SMA Negeri 1 Waled Tahun 2013 Eka Sofiyatul Luthfiyah Zebua ABSTRAK dr. Endang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk sosial tidak terlepas dari individu lain, dimana setiap manusia selalu membutuhkan bantuan orang lain dan hidup dengan manusia lain.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu

BAB I PENDAHULUAN. perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai dengan adanya perubahan fisik, emosi, dan psikis.pada masa remaja terjadi suatu perubahan organ-organ fisik secara cepat,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH REMAJA `KELAS VII DAN VIII DI SMP NEGERI 7 KOTA SUKABUMI Annysa Yanitama, Iwan Permana, Dewi Hanifah Abstrak Salah satu masalah remaja adalah masalah

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG ABSTRAK

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GUNUNG LABUHAN KABUPATEN WAY KANAN PROVINSI LAMPUNG Nina Sopiyana 1, Dina Dwi Nuriyani 2 ABSTRAK Angka remaja menikah di

Lebih terperinci

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA

Volume 4 No. 2, September 2013 ISSN : GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA KELAS VII TENTANG PERUBAHAN SEKS SEKUNDER DI SMP N 1 MAYONG JEPARA Ita Rahmawati 1 INTISARI Perubahan tanda-tanda fisiologis dari kematangan seksual yang tidak langsung

Lebih terperinci

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi

Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti 3 Universitas Respati Yogyakarta *Penulis korespondensi GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG SEKS BEBAS PADA MAHASISWA TINGKAT I TAHUN AJARAN 2013-2014 FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA Riska Megayanti 1, Sukmawati 2*, Leli Susanti

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia termasuk negara dengan presentase pernikahan usia muda tertinggi di dunia (ranking 37), dan tertinggi kedua di ASEAN setelah kamboja, pada tahun 2010 terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja

BAB I PENDAHULUAN. definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti mengalami masa-masa remaja. Remaja di definisikan sebagai masa peralihan dari masa kanak-kanak ke dewasa. Remaja adalah periode perkembangan seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut

BAB I PENDAHULUAN. (tetapi tidak dengan anak laki-laki) yang masih muda. Usia muda menurut 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Pembangunan kualitas SDM sangat berkaitan erat dengan peningkatan kualitas hidup perempuan karena perempuanlah yang hamil, melahirkan dan menyusui anak sejak bayi sampai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori 1. Pernikahan Usia Dini/ Usia Muda a. Pengertian Pernikahan usia muda adalah pernikahan yang dilakukan pada wanita dengan usia kurang dari 16 tahun dan pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kehamilan pada remaja adalah masalah serius dan sedang berkembang diseluruh dunia dan juga di negara berkembang seperti Indonesia. Kehamilan pada remaja disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. jawab dalam kehidupan berumah tangga bagi suami istri (Astuty, 2011). 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Dalam proses perkembangannya, manusia untuk meneruskan jenisnya membutuhkan pasangan hidup yang dapat memberikan keturunan sesuai dengan apa yang diinginkannya. Pernikahan

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ASI EKSKLUSIF DI DESA BUTUH KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG Asta Kartika 1) Eko Mardiyaningsih 2) Wulansari 3) 1 Akper Ngudi Waluyo Ungaran 2 Akper Ngudi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal

BAB 1 PENDAHULUAN. Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kasus pernikahan usia dini banyak terjadi di berbagai penjuru dunia. Hal tersebut menjadi perhatian khusus internasional mengingat risiko yang timbul akibat pernikahan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI DESA LEMPONG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR

GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI DESA LEMPONG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI DESA LEMPONG KECAMATAN JENAWI KABUPATEN KARANGANYAR Karlinda Nuriya Afifah 1), Dwi Susilawati 2) 1,2) Jurusan Keperawatan, Fakultas Kedokteran,

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya

BAB 1 PENDAHULUAN. dan tahun untuk pria (BKKBN, 2011). Penyebab terjadinya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pernikahan dini merupakan pernikahan yang dilakukan pada usia yang terlalu muda. Usia muda artinya, usia yang belum matang secara medis dan psikologinya. Usia

Lebih terperinci

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Hidayah, et al., Gambaran Ibu Nifas Tentang...

Dinamika Kesehatan Vol.6 No. 1 Juli 2015 Hidayah, et al., Gambaran Ibu Nifas Tentang... GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG MEMANDIKAN BAYI DI KLINIK FIRDAUS BANJARMASIN Nurul Hidayah 1, Bagus Rahmat Santoso 2, Siti Ambar Rukayani 2 1 AKADEMI KEBIDANAN SARI MULIA BANJARMASIN 2 STIKES SARI

Lebih terperinci

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I

KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I KONSELING GIZI IBU HAMIL OLEH TENAGA KESEHATAN (BIDAN, PETUGAS GIZI) TERHADAP KEJADIAN ANEMIA DI PUSKESMAS JOGONALAN I Endang Wahyuningsih 1), Anna Uswatun Q 2) ABSTRAK Angka kejadian anemia pada wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan

BAB I PENDAHULUAN. and Development (ICPD) di Kairo (1994), adalah tentang seksual dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu isu terpenting tentang kesehatan reproduksi yang dibacakan dalam konferensi kependudukan sedunia Internasional Conference Population and Development (ICPD)

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG TANDA-TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS ALALAK TENGAH BANJARMASIN Monita Nathania, Sulasmi, Mohdari. Akademi Kebidanan Sari Mulia, Banjarmasin, Kalimantan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI DI SMA N COLOMADU Riske Chandra Kartika, Kamidah Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta

Lebih terperinci

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia

Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN, 2010), Indonesia termasuk negara dengan persentase pernikahan usia BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pernikahan usia muda adalah pernikahan di bawah usia yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan sebuah pernikahan, namun memutuskan untuk terikat dalam sebuah ikatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL

HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERSEPSI REMAJA TENTANG SEKS PRANIKAH KELAS XI DI SMA I SEWON BANTUL SKRIPSI Disusun oleh: Atiek Prastiwi 201510104058 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIPLOMA IV FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah

BAB 1 PENDAHULUAN. (usia tahun) berjumlah sekitar 43 juta jiwa atau 19,61 persen dari jumlah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang WHO (2005) menyatakan sekitar seperlima penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun, dan 900 juta berada di negara berkembang. Berdasarkan data Departemen Kesehatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kesehatan reproduksi merupakan salah satu topik penting di bidang kesehatan yang mendapat perhatian dari berbagai pihak, baik di dalam maupun luar negeri. Meluasnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan

BAB I PENDAHULUAN. muda). Diantaranya adalah keguguran,persalinan premature, BBLR, kelainan I.I Latar belakang BAB I PENDAHULUAN Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja dibawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang rentan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO. Asih Setyorini, Deni Pratma Sari HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KEPUTIHAN DENGAN KEJADIAN KEPUTIHAN DI SMK NEGERI 3 KABUPATEN PURWOREJO Asih Setyorini, Deni Pratma Sari ABSTRAK Perubahan pada masa remaja adalah hormon reproduksi

Lebih terperinci

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB.

PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB. PENGARUH PENYULUHAN KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP SIKAP REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG DAMPAK PERNIKAHAN DINI DI SMA NEGERI 1 TANGEN KAB. SRAGEN NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Arum Yuliasari 201310104148

Lebih terperinci

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK

PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN ABSTRAK PERBEDAAN PENGETAHUAN REMAJA SEBELUM DAN SETELAH DILAKUKAN PENYULUHAN TENTANG ABORSI DI SMPN 1 MULAWARMAN BANJARMASIN 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 STIKES Sari Mulia Banjarmasin *E-mail : Citramustika28@gmail.com

Lebih terperinci

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PERNIKAHAN DINI DI SMAN 1 BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA

PERSEPSI REMAJA TERHADAP PERNIKAHAN DINI DI SMAN 1 BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA PERSEPSI REMAJA TERHADAP PERNIKAHAN DINI DI SMAN 1 BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Mencapai Gelar Sarjana Sains Terapan pada Program Studi

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI KEBAYANAN TERSO DESA KANDANGSAPI JENAR

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI KEBAYANAN TERSO DESA KANDANGSAPI JENAR TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG PEMERIKSAAN INSPEKSI VISUAL ASAM ASETAT DI KEBAYANAN TERSO DESA KANDANGSAPI JENAR Andriyani Puji Hastuti, Nafiisah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK

Lebih terperinci

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK

Elisa Dosen Prodi Keperawatan Poltekkes Kemenkes Semarang ABSTRAK UMUR, PENDIDIKAN, PEKERJAAN DAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PRIMIGRAVIDA TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN TRIMESTER III DI WILAYAH PUSKESMAS UNGARAN KECAMATAN UNGARAN BARAT KABUPATEN SEMARANG Dosen Prodi Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak ke masa dewasa yang meliputi semua perkembangan yang dialami sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Remaja (adolescence)

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA MUDA PADA REMAJA PUTRI DI DESA PAGEREJO KABUPATEN WONOSOBO

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA MUDA PADA REMAJA PUTRI DI DESA PAGEREJO KABUPATEN WONOSOBO FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PERNIKAHAN USIA MUDA PADA REMAJA PUTRI DI DESA PAGEREJO KABUPATEN WONOSOBO Astri Yunita Program Studi Diploma IV Kebidanan STIKES Ngudi Waluyo Ungaran ABSTRACT

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya manusia. Kekurangan gizi dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan perkembangan kecerdasan, menurunnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami

BAB I PENDAHULUAN. sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti, 2011). Berbagai bentuk. penyimpangan perilaku seksual remaja cenderung mengalami 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehamilan remaja adalah kehamilan yang terjadi pada wanita remaja usia 14-19 tahun yang merupakan akibat perilaku seksual baik sengaja maupun tidak sengaja (Pudiastuti,

Lebih terperinci

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI

Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh 2, M. Nur Dewi 2 INTISARI PERBEDAAN TINGKAT PEMAHAMAN ORGAN REPRODUKSI DAN PERAWATANNYA SEBELUM DAN SESUDAH PEMBERIAN INFORMASI KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA SISWA SMP NEGERI 25 SURAKARTA. Diyah Paramita Nugraha 1, Mujahidatul Musfiroh

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ. MAHMUDAH, S.S.T KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ. MAHMUDAH, S.S.T KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 GAMBARAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG TANDA BAHAYA NIFAS BERDASARKAN KARAKTERISTIK IBU DI BPM HJ. MAHMUDAH, S.S.T KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2016 Nurhasanah1, Nunung Nurjanah2, Juju Juweriah3 123Akademi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010)

BAB I PENDAHULUAN. dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. (Depkes, 2010) BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Remaja adalah harapan bangsa, sehingga tak berlebihan jika dikatakan bahwa masa depan bangsa yang akan datang akan ditentukan pada keadaan remaja saat ini. Remaja

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS (STUDI PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 TELAGA)

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS (STUDI PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 TELAGA) GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA TENTANG SEKS BEBAS (STUDI PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 TELAGA) Febriyanto Suaib NIM. 841 410 035 Program Studi Ilmu Keperawatan,Fakultas Ilmu Ilmu Keshetaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DENGAN KESIAPAN ANAK MENGHADAPI MASA PUBERTAS Sevi Budiati & Dwi Anita Apriastuti Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH)

JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH) JURNAL KESEHATAN DAN KEBIDANAN (JOURNAL OF MIDWIFERY AND HEALTH) GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI KELAS XI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN DI SMA MASEHI KUDUS DESCRIPTION OF KNOWLEDGE ON ADOLESCENT

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN Hajar Nur Fathur Rohmah, Ida Fitriana Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar Belakang: Keluarga Berencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Komunikasi merupakan suatu proses penyampaian pesan atau informasi dari satu pihak ke pihak lain melalui suatu media. Proses komunikasi bertujuan agar pesan

Lebih terperinci

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN

PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN PENGETAHUAN SISWA TENTANG HIV/AIDS SEBELUM DAN SESUDAH PENYULUHAN Rachel Dwi Wilujeng* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no. Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia

BAB I PENDAHULUAN. dari 33 menjadi 29 aborsi per wanita berusia tahun. Di Asia 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Tingkat aborsi tahunan di Asia berkurang antara tahun 1995 dan 2003 dari 33 menjadi 29 aborsi per 1.000 wanita berusia 15 44 tahun. Di Asia Timur, tingkat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan

BAB I PENDAHULUAN. biologis, psikologis maupun secara sosial. Seseorang dengan melangsungkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan bagi manusia merupakan hal yang penting karena dengan pernikahan seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 6 SURAKARTA Febry Heldayasari Prabandari *, Tri Budi Rahayu Program Studi D3 Kebidanan

Lebih terperinci

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012

Dinamika Kebidanan vol. 2 no.2. Agustus 2012 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG PACARAN SEHAT DENGAN PERILAKU SEKS BEBAS PADA REMAJA DI SMA KOTA SEMARANG Riana Prihastuti Titiek Soelistyowatie*) *) Akademi Kebidanan Abdi Husada Semarang Korespondensi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006

BAB I PENDAHULUAN. tahun dan untuk laki-laki adalah 19 tahun. Namun data susenas 2006 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena pernikahan muda pada dasarnya merupakan bagian dari budaya masyarakat tertentu. Minimnya akses mendapatkan fasilitas kesehatan, tingkat pendidikan yang rendah,

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN

PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTERI TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DI SMA NEGERI 15 MEDAN Sophie Devita Sihotang*, Nunung Febriany** *Mahasiswa Fakultas Keperawatan **Dosen Departemen Keperawatan Dasar

Lebih terperinci

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan

Yusnidar 1*) ABSTRAK. 1. Pendahuluan PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWI KELAS X DAN XI TENTANG KEGIATAN PUSAT INFORMASI KONSELING KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA (PIK-KRR) DI MAN 1 MEULABOH KABUPATEN ACEH BARAT TAHUN 2015 Yusnidar 1*) 1 Dosen Politeknik

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN UNINTENDED PREGNANCY PADA REMAJA DI PUSKESMAS GAMPING I SLEMAN NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh: Lidya Yulanda sari 201510104281 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PERNIKAHAN USIA MUDA (Di Desa Ngepon, Kecamatan Jatirogo )

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PERNIKAHAN USIA MUDA (Di Desa Ngepon, Kecamatan Jatirogo ) HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN KELUARGA DENGAN PERNIKAHAN USIA MUDA (Di Desa Ngepon, Kecamatan Jatirogo ) Kusno Ferianto,S.Kep,Ns STIKES NU Tuban Prodi DIII Kebidanan ABSTRAK Pernikahan usia muda merupakan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG MANFAAT TABLET FE DI DESA CANDI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI

GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG MANFAAT TABLET FE DI DESA CANDI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI GAMBARAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG MANFAAT TABLET FE DI DESA CANDI, KECAMATAN AMPEL, KABUPATEN BOYOLALI Wahyu Tri Utami & Dwi Anita A Akademi Kebidanan Estu Utomo Boyolali ABSTRAK Salah satu penyebab

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN TEORITIS

BAB II TINJAUAN TEORITIS BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1 Remaja 2.1.1 Definisi Remaja Masa remaja adalah periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan biologis, kognitif, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO,

BAB I PENDAHULUAN. di Nigeria (79%), Kongo (74%), Afganistan (54%), dan Bangladesh (51%) (WHO, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Pernikahan dini adalah pernikahan pada remaja di bawah usia 20 tahun yang seharusnya belum siap untuk melaksanakan pernikahan. Masa remaja juga merupakan masa yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia

BAB I PENDAHULUAN. baik secara biologis, psikologis maupun secara sosial. Batasan usia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan merupakan peristiwa penting dalam kehidupan. Dengan pernikahan, seseorang akan memperoleh keseimbangan hidup baik secara biologis, psikologis maupun secara

Lebih terperinci

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK

Rina Harwati Wahyuningsih Akademi Kebidanan Giri Satria Husada Wonogiri ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IBU MENYUSUI DALAM MEMBERIKAN MAKANAN PENDAMPING ASI TERLALU DINI PADA USIA KURANG DARI 6 BULAN DI KELURAHAN GIRITIRTO KABUPATEN WONOGIRI TAHUN 2016 Rina Harwati Wahyuningsih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja

BAB I PENDAHULUAN. Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Remaja merupakan salah satu sasaran program Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), mengingat jumlah penduduk usia remaja di Indonesia sekitar 27,6%,

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK REMAJA NIKAH MUDA DI DESA BRENGGOLO JATIROTO WONOGIRI

KARAKTERISTIK REMAJA NIKAH MUDA DI DESA BRENGGOLO JATIROTO WONOGIRI KARAKTERISTIK REMAJA NIKAH MUDA DI DESA BRENGGOLO JATIROTO WONOGIRI Oleh: Sulistyorini, Indarwati Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Surakarta E-mail: indwati@yahoo.co.id ABSTRAK Latar belakang: Di

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI

TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMENUHAN GIZI PADA ANAK SEKOLAH DASAR KELAS 1-6 DI SD MOJOROTO II KOTA KEDIRI Endah Tri Wijayanti 1) 1 Prodi DIII Keperawatan, Universitas Nusantara PGRI Kediri Email:

Lebih terperinci

Dosen Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang

Dosen Prodi D III Kebidanan STIKes Kendedes Malang PERBEDAAN SIKAP TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI TERHADAP PERILAKU SEKSUAL BERESIKO PADA SISWA SISWI SMP DENGAN PIK-KRR DAN SISWA SISWI SMP TANPA PIK-KRR DIWILAYAH KABUPATEN BLITAR (STUDI KOMPARATIF) Lilik

Lebih terperinci

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau

mengenai seksualitas membuat para remaja mencari tahu sendiri dari teman atau BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masa remaja merupakan masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik, emosi dan psikis. Masa remaja, yakni antara usia 10-19 tahun adalah suatu periode masa

Lebih terperinci

DETERMINAN TERJADINYA PERCERAIAN DI KECAMATAN GRABAG

DETERMINAN TERJADINYA PERCERAIAN DI KECAMATAN GRABAG DETERMINAN TERJADINYA PERCERAIAN DI KECAMATAN GRABAG Mia Rose Hayati 1), Heni Setyowati Esti Rahayu 2), Kartika Wijayanti 3) 1 Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Magelang email : miarosehayati@gmail.com

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN SEKSUAL TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN DAN SIKAP SEKS BEBAS PADA REMAJADI SMK NEGERI 1 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh: DELYANA 201410104149 PROGRAM STUDI BIDAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa remaja merupakan periode transisi dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan dan perkembangan yang cepat baik fisik, mental, dan psikososial

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa,

BAB 1 PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, 10 BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Remaja merupakan masa peralihan dari anak-anak ke masa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak ke dewasa. Masa remaja yang

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO

EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO EFEKTIFITAS PENYULUHAN TERHADAP PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG KANKER SERVIKS DI WILAYAH UPT PUSKESMAS GAYAMAN MOJOANYAR MOJOKERTO Dwi Helynarti, S.Si *) Abstrak Kanker serviks uteri merupakan penyakit

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 2015 FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN PADA REMAJA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PAKEM SLEMAN TAHUN 15 NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Erlina Setyawati 1411417 PROGRAM

Lebih terperinci

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN

HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN HUBUNGAN FAKTOR- FAKTOR PENGHAMBAT DENGAN TINGKAT KEBERHASILAN DALAM MEMBERIKAN KONSELING PADA PELAYANAN KEBIDANAN DI PUSKESMAS WILAYAH SLEMAN Roschidah Putri Rizani 1, Sudarti 2, Urip Tugiyarti 3, M.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi,

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perilaku kesehatan reproduksi remaja semakin memprihatinkan. Modernisasi, globalisasi teknologi, dan informasi serta berbagai faktor lainnya turut mempengaruhi pengetahuan,

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG PENYAKIT MENULAR SEKSUAL TERHADAP PERUBAHAN PENGETAHUAN DAN SIKAP SISWA SMAN 8 SURAKARTA SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat Untuk meraih gelar sarjana Keperawatan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI KONDOM PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI SUKOSARI KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG.

GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI KONDOM PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI SUKOSARI KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG. GAMBARAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI KONDOM PADA PEKERJA SEKS KOMERSIAL DI LOKALISASI SUKOSARI KECAMATAN BAWEN KABUPATEN SEMARANG. Aya Soffiya, Surjani, Eko Mardiyaningsih ABSTRAK Latar Belakang : Salah satu

Lebih terperinci

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Pemberian Pendidikan Kesehatan Reproduksi Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengetahuan Tentang Seks Bebas pada Remaja Kelas X dan XI

Lebih terperinci

Kata kunci: Pengetahuan, Peran Orang Tua Dalam Mencegah Terjadinya Resiko Kehamilan

Kata kunci: Pengetahuan, Peran Orang Tua Dalam Mencegah Terjadinya Resiko Kehamilan HUBUNGAN PENGETAHUAN DENGAN PERAN ORANG TUA DALAM MENCEGAH TERJADINYA RESIKO KEHAMILAN DI USIA REMAJA PADA SISWA SMA SWASTA X BANJARMASIN Mambang 1, Anggrita Sari 1, Ika Hariati 2 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin

Lebih terperinci

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU SEKS PRANIKAH PADA SISWA KELAS XI SMK MUHAMMADIYAH 2 BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh : Novi Dewi Saputri 201410104171 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK

Lebih terperinci

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU HAMIL DI BPM NENENG MAHFUZAH, S.Si.T.,M.,M.Kes BANJARMASIN

GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU HAMIL DI BPM NENENG MAHFUZAH, S.Si.T.,M.,M.Kes BANJARMASIN GAMBARAN KEJADIAN ANEMIA BERDASARKAN KARAKTERISTIK PADA IBU HAMIL DI BPM NENENG MAHFUZAH, S.Si.T.,M.,M.Kes BANJARMASIN Ulfa Laila *, Dede Mahdiyah 1, Mahpolah 2 1 AKBID Sari Mulia Banjarmasin 2 Poltekes

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran pelaksanaan penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku remaja yang menikah muda meliputi pengetahuan dan sikapnya tentang kesehatan reproduksi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah;

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Perkawinan Menurut Ensiklopedia indonesia, perkataan perkawinan adalah nikah; sedangkan menurut Purwadarminta (1979), kawin adalah perjodohan laki-laki dan perempuan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG

HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG HUBUNGAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG KEHAMILAN TIDAK DIINGINKAN (KTD) DENGAN SIKAP TERHADAP ABORSI DI KELURAHAN NGEMPLAK SIMONGAN KOTA SEMARANG Eni Fitrotun Imbarwati*) Dewi Elliana*) *)Akademi kebidanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN TAHUN

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN TAHUN HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN DAN PEKERJAAN DENGAN PERNIKAHAN DINI DI KECAMATAN GODEAN KABUPATEN SLEMAN TAHUN 2014-2015 NASKAH PUBLIKASI Disusun oleh : Arimbawati 201510104013 PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama

BAB 1 PENDAHULUAN. orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam tingkatan yang sama BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Masa remaja merupakan usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, yaitu usia dimana anak tidak lagi merasa dibawah tingkat orang-orang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi

BAB I PENDAHULUAN. atau peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa yang meliputi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Notoatmodjo (2007) masa remaja merupakan salah satu periode dari perkembangan manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa kanak-kanak

Lebih terperinci

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENDERITA KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK

GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENDERITA KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK GAMBARAN KARAKTERISTIK IBU HAMIL YANG MENDERITA KEKURANGAN ENERGI KRONIS (KEK) DI KECAMATAN WONOSALAM KABUPATEN DEMAK Nora Puspita Sari 1. Nuke Devi Indrawati 2. Novita Kumalasari 2 1. Prodi DIII Kebidanan,

Lebih terperinci

GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS PADURESO KABUPATEN KEBUMEN Tri Puspa Kusumaningsih

GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS PADURESO KABUPATEN KEBUMEN Tri Puspa Kusumaningsih GAMBARAN PELAKSANAAN KELAS IBU HAMIL DI WILAYAH PUSKESMAS PADURESO KABUPATEN KEBUMEN Tri Puspa Kusumaningsih PENDAHULUAN Kelas Ibu Hamil merupakan sarana belajar bersama tentang kesehatan bagi ibu hamil,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO, remaja adalah penduduk dalam rentang usia tahun, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masa remaja merupakan periode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yang pesat baik secara fisik, psikologis, maupun intelektual. Menurut WHO, remaja adalah penduduk

Lebih terperinci

Fristia Hidayat b023 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Progran Studi Diploma IV Kebidanan

Fristia Hidayat b023 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Ngudi Waluyo Ungaran Progran Studi Diploma IV Kebidanan PENGARUH PEMBERIAN KIE (KOMUNIKASI, INFORMASI, EDUKASI) TENTANG EMESIS GRAVIDARUM TERHADAP SIKAP DALAM PENANGANAN EMESIS GRAVIDARUM PADA IBU HAMIL TRIMESTER I DI KELURAHAN NGEMPON KECAMATAN BERGAS KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pernikahan/ perkawinan adalah ( ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang

Lebih terperinci

Endang Prasetyowati, Aris Budiarti Program Studi Diploma 3 Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara Malang

Endang Prasetyowati, Aris Budiarti Program Studi Diploma 3 Akademi Kebidanan Wira Husada Nusantara Malang HUBUNGAN ANTARA KONDISI PSIKIS, POLA MAKAN DAN PERSONAL HYGIENE DENGAN KESEHATAN REPRODUKSI PADA REMAJA PUTRI USIA 1 TAHUN DI KECAMATAN PAKISAJI MALANG Endang Prasetyowati, Aris Budiarti Program Studi

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI

GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG ALAT KONTRASEPSI VASEKTOMI DI DESA SAMBIROTO NGAWI Aulia Kurnianing Putri 1), Yaniar Dyah Novitasari 2) Prodi DIII Kebidanan STIKES Aisyiyah Surakarta Abstrak

Lebih terperinci

Elip Pitalux Fiatin, Ihda Mauliyah, Priyoto

Elip Pitalux Fiatin, Ihda Mauliyah, Priyoto GAMBARAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DAN KEHAMILAN RESIKO TINGGI PADA IBU HAMIL USIA MUDA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS KEREK KECAMATAN KEREK KABUPATEN TUBAN Elip Pitalux Fiatin, Ihda Mauliyah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa

BAB I PENDAHULUAN. sehingga memunculkan masalah-masalah sosial (sosiopatik) atau yang biasa 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini merupakan era globalisasi dimana sering terjadi perdagangan manusia, budaya luar dengan mudahnya masuk dan diadopsi oleh masyarakat sehingga memunculkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang

BAB I PENDAHULUAN. Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Remaja merupakan masa transisi dari anak-anak menuju dewasa yang merupakan salah satu faktor yang memiliki peran besar dalam menentukan tingkat pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

Fajarina Lathu A INTISARI

Fajarina Lathu A INTISARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN SUAMI TENTANG MENOPAUSE DENGAN DUKUNGAN SOSIAL SUAMI KE ISTRI PADA MASA MENOPAUSE DI DUSUN SOROWAJAN KELURAHAN BANGUNTAPAN KABUPATEN BANTUL YOGYAKARTA Fajarina Lathu A INTISARI

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA

Jurnal Keperawatan, Volume IX, No. 2, Oktober 2013 ISSN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA PENELITIAN HUBUNGAN USIA IBU DENGAN KOMPLIKASI KEHAMILAN PADA PRIMIGRAVIDA Sutarmi*, Mardiana Zakir** WHO memperkirakan resiko klematian akibat kehamilan dan persalinandi usia 15 sampai 19 tahun 2 kali

Lebih terperinci