BAB II TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG SHALAT QASHAR DALAM PERJALANAN. menurut bahasa adalah do a. Sedangkan Syaikh Mohammad Syarbini
|
|
- Sudomo Atmadja
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 15 BAB II TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG SHALAT QASHAR DALAM PERJALANAN A. Ketentuan Umum Tentang Shalat Qashar 1. Pengertian Shalat Qashar Shalat menurut etimologi berasal dari bahasa Arab ( ) yang berarti do a. Mohammad Hammam Nasiruddin memberikan definisi shalat menurut bahasa adalah do a. Sedangkan Syaikh Mohammad Syarbini memberikan definisi lafadz shalat jamaknya adalah shalawat, adapun menurut bahasa mempunyai arti do a. 1 Menurut terminologi shalat adalah ibadah yang diwujudkan dengan perbuatan-perbuatan dan tertentu disertai ucapan-ucapan tertentu dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan ucapan salam dengan syaratsyarat tertentu. 2 Ar-Rofi i mendefinisikan shalat dalam kitabnya At-Taqrib : shalat menurut syara adalah perkataan dan perbuatan yang tertentu diawali dengan takbir dan diakhiri dengan salam. Qashar menurut bahasa adalah memendekkan, dan memendekkan atas segala sesuatu yaitu kebalikan dari memanjangkan. 1 Mohammad Hammam Nasiruddin, Fatkhul Qorib, Menara Kudus, hlm Abdul Aziz Dahlan, Ensiklopedi Hukum Islam, Jilid V, Jakarta, PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1997, hlm
2 16 Ibnu Arabi mendefinisikan qashar secara bahasa ada dua yaitu : 1. yang artinya pendek yaitu kebalikan dari panjang, dan 2. yang artinya secara bahasa yaitu mengurangi. Sedangkan shalat qashar menurut syara adalah meringkas antara dua shalat, yaitu shalat yang empat rokaat dijadikan dua rokaat dengan membaca al-fatikhah dan surat Dasar Hukum Shalat Qashar Dalil dilakukan shalat qashar adalah surat an-nisa ayat 101 : Arinya : Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar shalat, jika kamu takut diserang orang-orang kafir (Q.S an-nisa : 101) 4 Dan berdasarkan Hadis Nabi SAW. 3 Ibnu Rusyd, Bidayah al-mujtahid, Bairut: Dar Kitab Islamiyah, 595 H, hlm Departeman Agama RI, Al-Qur an dan Terjemahnya, Yayasan Penyelenggara Penterjemah, Adi Grafika, Semarang, 1994, hlm
3 17 5 Artinya ; Dan dari Umar bahwa ia berkata: Shalat qashar dua rokaat, shalat Idul Adha dua rokaat, shalat Idul Fitri dua rokaat, dan shalat jum at dua rokaat, itu (semuanya) adalah tamam bukan qashar menurut keterangan dari Nabi Muhammad SAW. 3. Syarat-Syarat Shalat Qashar Para Fuqaha telah menetapkan bahwa syarat-syarat shalat qashar adalah sebagai berikut : a. Hendaknya perjalanan yang ditempuh adalah perjalanan jauh dan telah melewati jarak yang diperbolehkan mengqashar shalat. Para ulama berbeda pendapat mengenai jarak yang diperbolehkan mengqashar shalat. Menurut jumhur ulama dua marhalah, menurut Imam Hanafi tiga marhalah, sedangkan menurut madzhab Zhairi tiga mil, (1 marhalah = 24 mil,1 mil = 1,6 km) 1 marhalah 6 Karena berdasarkan Hadits Aisyah ra. : 5 Imam Alamah Muhammad, Nailul Authar, Jilid II, Beirut: Dar Kutub Arabi, t. th. hlm Alawi Abbas al-maliki dan Hasan Sulaiman an-nuri Ibannatul Ahkam, terj. Bahrun Abu Bakar, Penjelasan Hukum-Hukum Syari at Islam, Bandung, Sinar Baru Algensindo, 1994, hlm. 688
4 18 7 Artinya : Rasulallah SAW apabila keluar (bepergian) sejauh perjalanan tiga mil atau tiga farsakh, maka beliau shalat dua rokaat. Jumhur ulama membantah batasan yang ditentukan oleh Hadits ini karena menurut jumhur ulama batasan yang disebutkan dalam hadis ini masih diragukan, karenanya tidak dapat dijadikan sebagai hujjah. b. Perjalanan yang ditempuh adalah perjalanan yang diperbolehkan dan bukan perjalanan yang dilarang. Dalam hal ini terjadi perbedaan pendapat para ulama dimana menurut Imam Malik, Syafi i dan Ahmad menyatakan bahwa orang yang melakukan perjalanan untuk maksiat tidak boleh melakukan shalat qashar. Ketentuan rukhsah tidak berhubungan dengan maksiat. 8 Dalam hal bolehnya makan bangkai misalnya, Allah menyatakan bahwa itu boleh bila tidak dengan dosa dan tidak melampaui batas. Artinya: Maka barangsiapa yang terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa. ( Q.S. al-maidah: 3) 9 hlm Imam Muslim, Shahih Muslim, Beirut: Dar Kutub Ilmiyah, t.th. hlm Achmad al-khudhori Sholeh, Fiqih Kontektual, Jakarta: Remaja Rosda Karya, 1998, 9 Departemen Agama, op. cit., hlm. 157
5 19 Orang yang berbuat dosa dan melampaui batas terhadap hukumhukum Allah, berarti musuh-nya. Ia tidak berhak atas rahmat dan tidak ada keringanan baginya, bahkan ia dibenci oleh seluruh alam. Imam madzhab melarang qashar bagi orang-orang yang berbuat maksiat, karena saat itu Allah murka karena perbuatannya. Dengan mengerjakan shalat secara sempurna diharapkan itu akan meredam kemurkaan-nya. Sebagian ulama menyatakan ketentuan rukhsah hanya berhubungan dengan perbuatan yang baik, sama sekali bukan untuk orang yang cacat karena maksiat. Ulama yang melarang qashar dalam perjalanan maksiat dalam hal ini golongan Syafi iyah tujuannya untuk mengingatkan kejelekan-kejelekan tersebut agar seseorang mau bertobat. Sebaliknya, ulama yang memperbolehkan qashar yaitu ulama Hanafiyah karena melihat keluasan dan kemurahan yang diberikan Allah. 10 Berbeda dengan pendapat Imam Hanafi yang menyatakan diperbolehkannya qashar untuk perbuatan-perbuatan maksiat, karena perjalanan tersebut menurut Imam Hanafi sama seperti perjalanan untuk berniaga dan sebagainya Ahmad al-khudhori Sholeh, op.cit., hlm Wahbah al-zuhayli, Al-Fiqh al- Islami, Beirut: Dar al- Fikr, t. th., hlm. 328
6 20 Imam Hanafi memperbolehkan qashar bagi perjalanan maksiat karena ia berpendapat bahwa apabila ia berlama-lama dihadapan Allah dikhawatirkan justru akan menambah kemurkaan Allah karena perbuatan maksiat tersebut. c. Tidak boleh berniat akan menetap selama lima belas hari Jumhur ulama mengatakan: apabila musafir berniat tinggal selama empat hari disuatu tempat, maka setelah itu hukum safar (bepergian) telah habis, dan ia harus menyempurnakan shalatnya. Madzhab Hanafi mengatakan bahwa iqamah yang dapat memutuskan hukum safar ialah iqamah atau tinggal selama lima belas hari di suatu tempat. 12 Kalangan madzhab Syafi i memberi batasan maksimal bagi qashar yaitu delapan belas hari, setelah itu orang yang bersangkutan harus menyempurnakan shalatnya. 13 Hadits-hadits yang menerangkan iqamah (tinggal) Rasulallah SAW di Mekkah pada tahun penaklukan kota Makkah masih simpang siur, sebagaimana Hadits berikut: Abu Bakar Mas ud, Kitab Badai Shanai,Beirut: Dar Kutub Ilmiyah, t. th., hlm Alawi Abbas, op. cit.,hlm. 689
7 21 Artinya: Dari Ibnu Abbas r.a berkata : Nabi tinggal selama 19 hari (dengan mengqashar).(h.r Bukhari). Dan hadits Nabi SAW 15 Artinya: Dari jabir bin Abdillah berkata nabi SAWtinggal dalam perang tabuk selama 20 hari (dengan mengqashar shalatnya) (HR Abu Daud)! Imam Baihaqi mengatakan Riwayat yang paling shahih ialah mengatakan sembilan belas hari. Imam Haramain dan Imam Baihaqi menggabungkan semua riwayat tersebut. Mereka berpendapat bahwa orang yang mengatakan sembilan belas hari itu karena menghitung hari masuk dan hari keluar. Orang yang mengatakan tujuh belas hari karena membuang hari-hari masuk dan keluar, sedangkan orang yang mengatakan delapan belas hari karena membuang salah satu dari kedua hari tersebut. Riwayat yang mengatakan dua puluh hari, sanadnya shahih tetapi syadz (menyendiri) karena bertentangan dengan jama ah. Riwayat yang mengatakan sembilan belas hari lebih kuat, sebab perawinya 14 Imam Zainuddin Ahmad, Muhtashar Shahih Bukhari, Beirut: Dar Kutub Ilmiyah, t. th., hlm Abu Daud, Sunan Abu Dawud, Beirut: Dar al-fikr, t. th., hlm. 102
8 22 banyak. Sesungguhnya Rasulallah SAW mengqashar shalatnya selama beliau tidak tinggal di Makkah, karena setiap hari beliau ragu antara tinggal dan berangkat. Rasulallah SAW terus menerus mengqashar shalatnya, karena pada prinsipnya beliau masih berada dalam safar yang tidak terhapus kecuali bila berniat tinggal. 16 Menurut golongan Dhahiri, qashar bisa dikerjakan untuk setiap bepergian dekat dan jauh, sebab perbedaan pendapat fuqaha ialah adanya perlawanan pada maksud kata bepergian. Sebab seharusnya adanya pengaruh bepergian pada qashar dikarenakan adanya kesukaran dalam bepergian, sama halnya dengan pengaruh bepergian pada puasa. 17 Kalau demikian keadaannya, maka qashar hanya bisa dilakukan ketika terjadi kesukaran-kesukaran (masyaqat) Para ulama berbeda pendapat mengenai iqamah atau tinggal yang dapat menghilangkan hukum safar. Menurut jumhur ulama, niat tinggal selama empat hari, sedangkan menurut Imam Hanafi tiada yang memutuskan hukum safar kecuali niat tinggal selama lima belas hari. Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pentasri an tidak membatasi, baik dalam kitabullah ataupun dalam sunah, mengenai 16 Ibid., hlm Alawi Abbas al-maliki dan Sulaiman an-nuri, op. cit., hlm. 691
9 23 masa tinggal yang dapat memutuskan hukum safar secara nash. Karena masalah ini membuka lebar-lebar pintu untuk berijtihad. d. Hendaklah berniat qashar pada shalat yang dilaksanakannya, apabila tidak maka harus dilakukan dengan sempurna. Dalam hal niat qashar tersebut terjadi perbedaan pendapat para ulama, madzhab Maliki mengatakan bahwa niat qashar itu cukup pada permulaan shalat qashar yang dikerjakan dalam perjalanannya, dan tidak harus membaharuinya pada tiap-tiap shalat. Hanafi dan Syi ah Imamiyah mengatakan niat qashar itu bukan merupakan syarat dalam wajib qashar, apabila seseorang berniat qashar maka ia wajib shalat sempurna, sebab hukum tidak berubah karena niat dan karena ia telah berniat safar dari permulaan. e. Tidak boleh bermakmum pada orang mukim. Apabila dilakukannya juga maka harus mengerjakan shalat dengan sempurna, demikian menurut empat madzhab, namun Syi ah Imamiyah mengatakan orang yang shalat sempurna boleh bermakmum pada orang yang shalat qashar dan sebaliknya dengan catatan masingmasing melaksanakan kewajibannya sendiri-sendiri. Seseorang yang bepergian tidak boleh mengqashar shalat apabila:
10 24 a. Perjalanan tersebut jaraknya tidak mencapai sehari semalam dengan membawa barang yang berat-berat, serta ada kesempatan untuk beristirahat, makan, mandi, shalat dan sebagainya. b. Melarikan diri (misalnya isteri yang meninggalkan suami tanpa izin dan sebagainya). c. Mempunyai hutang, serta mampu membayarnya pada waktu yang telah ditentukan tanpa izin dari yang menghutangkan. d. Berlibur (berdarmawisata) ke negeri lain menurut kaul yang benar. Batas shalat qashar berakhir apabila : a. Sampai (kembali) ke kampungnya meskipun sekedar melewatinya saja. b. Tiba disalah satu kampung lain dan ia berniat bermukim di kampung itu. c. Bermalam selama 4 hari penuh atau ia memperkirakan bahwa keperluannya tidak akan berhasil setiap waktu (misalnya seseorang menagih hutang sementara yang berhutang menjawab sebentar lagi, sebentar lagi) maka ia boleh mengqashar hingga delapan belas hari penuh (sebagaimana Rasulallah SAW dan para sahabatnya setelah menguasai kota Mekah pernah bermalam disana selama delapan
11 25 belas hari karena menunggu saat menyerbu kaum Hawazin dan mereka shalat seraya terus qashar dan jamak). 18 B. Safar Sebagai Rukhshah Shalat 1. Safar dalam perspektif fiqh Safar menurut etimologi adalah perjalanan (keterbukaan), menurut terminologi safar adalah suatu perjalanan dengan jarak dan tujuan tertentu yang memberi pengaruh terhadap ketentuan suatu hukum. 19 Yang dimaksud safar disini bukanlah safar menurut istilah umum, tetapi menurut makna khusus yang dijelaskan dan dibatasi oleh syari at, safar tidak menghilangkan atau mengurangi kecakapan bertindak seseorang, tetapi mempunyai pengaruh terhadap ketentuan hukum suatu ibadah dari yang berat (azimah) kepada yang ringan 20 Syari at mempunyai hakikat dan pengertian tersendiri untuk safar, orang yang berbicara tentang agama dan syari at tidak boleh hanya bersandar pada pengetahuan dan pemahaman belaka, sebab agama Allah tidak bisa dijangkau oleh akal, orang tersebut harus kembali pada sumber agama, syari at, pengetahuan dan nalar. Adapun sumber-sumber tersebut adalah sebagai berikut: Syari at membatasi safar yang mewajibkan qashar dan iftar 18 Zainuddin Bin Abdul Aziz, Terj. Fathul Mu,in, Bandung: Sinar Baru Aigensindo, t. th. hlm Abdul Aziz Dahlan, op. cit., hlm Ibid
12 26 dengan jarak saja atau dengan membatasinya dengan waktu dan juga sekaligus dengan jarak dan waktu Pandangan Para Ulama Tentang Safar Sebagai Rukhshah Para ahli fiqih mengemukakan adanya perbedaan mengenai sifat perjalanan yang mempengaruhi ketentuan suatu hukum. Menurut Imam Ahmad bin Hambali perjalanan yang mempengaruhi ketentuan hukum ialah perjalanan yang bersifat taqarrub (pendekatan diri pada Allah) baik yang diwajibkan ataupun yang disunahkan, Imam Hambali menggunakan praktek Rasulallah SAW sebagai argumentasi, yakni Rasulallah SAW tidak mengqashar shalat, kecuali dalam perjalanan yang bersifat ibadah. Rasulallah SAW tidak mengqashar shalat dalam perjalanan yang bersifat mubah. 22 Menurut pendapat lain, yang dikemukakan oleh Imam Malik dan Asy-Syafi i, qashar shalat dibenarkan karena safar ibahah, bukan safar maksiat, karena perjalanan yang bersifat maksiat tidak memberi pengaruh apa-apa terhadap ketentuan suatu hukum. 23 Menurut mereka, secara logika, adanya keringanan (rukhshah) hukum bagi yang sedang bepergian adalah pemberian Allah SWT kepada hamba-nya Muhammad Jawad Mughniyah, Fiqih Ja fari, Lentera,1996, hlm Abdul Aziz Dahlan, loc. cit. 23 Ibid. hlm Abdul Aziz Dahlan, loc. cit.
13 27 Sedang pendapat lain membolehkan qashar didalam safar ibahah, ibadah ataupun maksiat (semua jenis safar) dapat mempengaruhi ketentuan hukum, ia berpegang kepada teks umum dari ayat yang artinya Apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu mengqashar shalat (mu)...(qs ), 25 pendirian ini disampaikan oleh Imam Hanafi dan pengikutnya ats-tsauri dan Abu Tsaur. 26 Masalah yang tidak dapat diragukan lagi, ialah bahwasanya Allah SWT. Telah mensyari atkan hukum-hukum safar, sedang Allah SWT. Mengetahui bahwa alat-alat safar berlain lain menurut peredaran masa. Dan Allah SWT. Tidak mensyaratkan qashar dengan suatu macam safar atau dengan sesuatu kendaraan, dan tidak pula mensyaratkan kesukaraan. Allah SWT. Hanya menyebutkan safar saja, yaitu: berjalan dari tempat kediaman menuju ke tempat yang lain. Yang cepat kita pahamkan dari ayat al-qur an, ialah: segala rupa safar jauh atau dekat dapat karenanya diqasharkan dan di jama, serta dibolehkan berbuka puasa. 27 Sebagai penyebab silang pendapat ini, karena adanya pertentangan antara lahiriyah kata-kata yang bisa ditangkap akal dengan dalil perbuatan Rasulallah SAW. 25 Departemen Agama RI. op. cit., hal Ibnu Rusyd, loc. cit. 27 TM. Hasbi Asy Shiddieqy, Pedoman Shalat, Semarang : Pustaka Riski Putra, cet. IV, 2000, hlm. 432
14 28 Kalangan fuqaha yang berpedoman pada perbuatan Rasulallah SAW. tidak membolehkan qashar kecuali bagi orang yang safar karena ibadah, sebab Rasulallah SAW. tidak pernah mengqashar shalat kecuali jika dalam ibadah, sedangkan kalangan fuqaha yang membedakan antara safar ibadah dan safar maksiat adalah bermaksud memberi pelajaran, karena permasalahan asalnya adalah apakah rukhshah itu bisa diberikan kepada kelakuan maksiat? Namun dalam mengantisipasi permasalahan illat rukhshah safar para ahli usul fiqh belum ada kata sepakat, ada sementara ulama yang menetapkan masafah (jarak) sebagai illat rukhshah safar, ada yang mengatakan musafah dengan masaqat sebagai illat rukhshah safar, bahkan ada yang safar sebagai satu-satunya illat rukhshah safar. Umat Islam harus memperhatikan agar dapat melaksanakan ibadah dengan baik dan sempurna, dalam sebuah Hadits disebutkan Lihat Shahih al-jami as-shoghir, Juz I, Dar al-ikhya al Kutub, al Arabiyah, Indonesia, hlm. 76
15 29 Artinya : Sesungguhnya Allah itu senang apabila hukum rukhshah-nya dilaksanakan, sebagaimana Dia juga benci jika maksiat-nya dikerjakan. Firman Allah dalam al-qur an surat al-baqarah:185 Artinya: Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. (QS.al-Baqarah: 185) 29 Dan adanya keterangan lain dalam kaidah yang diterapkan berdasarkan al-qur an dan as-sunah yang berbunyi : Artinya : Keterpaksaan dapat memperbolehkan memperoleh hal-hal yang dilarang. 30 Bahwa agama membolehkan kita berbuka atau mengqashar shalat dalam perjalanan, kebolehan kita dalam berbuka atau mengqashar shalat dalam safar menyatakan bahwa agama tidak bermaksud akan menyusahkan kita. Agama itu tidak menyuruh kita melakukan pekerjaan yang tidak sanggup kita lakukan, keterangan ini menegaskan bahwa apabila kita mengerjakan azimah mengakibatkan kesukaran, dituntut kita menggunakan hukum rukhshah, 29 Departemen Agama. op. cit., hlm Prof. Dr. Abdul Wahhab khallaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam (Ilmu Ushulul Fiqh), Jakarta, Raja Grafindo Persada, 1996, hal. 347
16 30 Ada dua macam hukum rukhshah: a. Rukhshah dalam arti digugurkan hukum yang berat atau sukar yang telah dikenakan atas umat terdahulu, dan b. Aqad istihsan yang menyalahi qiyas, seperti: akad salam. Makna istihsan ialah: tidak diberikan kepada sesuatu hukum yang diberikan kepada yang seumpamanya TM. Hasbi asy Shiddieqy, Pengantar Hukum Islam,Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2001, hlm. 483
BAB XIII SALAT JAMAK DAN QASAR
BAB XIII SALAT JAMAK DAN QASAR Standar Kompetensi (Fiqih) 13. Mema hami tatacara shalat jama dan qashar Kompetensi Dasar 13.1. Menjelaskan shalat jama dan qashar 13.2. Mempraktek kan shalat jama dan qashar
Lebih terperinciBAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM.. yang berarti jual atau menjual. 1. Sedangkan kata beli berasal dari terjemahan Bahasa Arab
RASCAL321RASCAL321 BAB II KONSEPSI DASAR TENTANG JUAL BELI DALAM ISLAM A. Pengertian Jual Beli Seperti yang kita ketahui jual beli terdiri dari dua kata yaitu jual dan beli. Jual berasal dari terjemahan
Lebih terperinciKAIDAH FIQHIYAH. Pendahuluan
KAIDAH FIQHIYAH Pendahuluan Jika dikaitkan dengan kaidah-kaidah ushulliyah yang merupakan pedoman dalam mengali hukum islam yang berasal dari sumbernya, Al-Qur an dan Hadits, kaidah FIQHIYAH merupakan
Lebih terperinciBAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI
BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI A. Abdul Wahab Khallaf 1. Biografi Abdul Wahab Khallaf Abdul Wahab Khallaf merupakan seorang merupakan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI
BAB IV ANALISIS KETENTUAN KHI PASAL 153 AYAT (5) TENTANG IDDAH BAGI PEREMPUAN YANG BERHENTI HAID KETIKA MENJALANI MASA IDDAH KARENA MENYUSUI A. Analisis Perhitungan Iddah Perempuan Yang Berhenti Haid Ketika
Lebih terperinciBABI PENDAHULUAN. iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan
1 BABI PENDAHULUAN A. Latar Belakang Puasa Ramadhan adalah suatu pokok dari rangkaian pembinaan iman.puasa adalah suatu sendi (rukun) dari sendi-sendi Islam. Puasa di fardhukan atas umat islam yang mukallaf
Lebih terperinciI TIKAF. Pengertian I'tikaf. Hukum I tikaf. Keutamaan Dan Tujuan I tikaf. Macam macam I tikaf
I TIKAF Pengertian I'tikaf Secara harfiyah, I tikaf adalah tinggal di suatu tempat untuk melakukan sesuatu yang baik. Dengan demikian, I tikaf adalah tinggal atau menetap di dalam masjid dengan niat beribadah
Lebih terperinciPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam Modul ke: Sumber Ajaran Islam Fakultas PSIKOLOGI Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Dian Febrianingsih, M.S.I Pengantar Ajaran Islam adalah pengembangan agama Islam. Agama
Lebih terperinciwww.fiqhindonesia.com
13 Shalat Bagi Mereka yang Udzur 128 Daftar Bahasan Pengertian Udzur Shalat Orang Sakit Beberapa Hukum Berkenaan dengan Shalat Orang Sakit Shalat Orang Musafir Makna Safar (Bepergian) Mengqashar Salat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terhadap suatu persoalan berada pada tangan beliau. 2. Rasulullah, penggunaan ijtihad menjadi solusi dalam rangka mencari
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur an sebagai firman Allah dan al-hadits merupkan sumber dan ajaran jiwa yang bersifat universal. 1 Syari at Islam yang terkandung dalam al- Qur an telah mengajarkan
Lebih terperinciDan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43)
Mari sholat berjamaah Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku`lah beserta orangorang yang ruku (Al Baqarah : 43) Jangan Sia-Siakan Shalat Allah SWT berfirman:. Maka datanglah sesudah mereka,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS. A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid
BAB IV ANALISIS A. Persamaan dan Perbedaan Pendapat Mazhab Syafi i dan Mazhab Hanbali Tentang Hukum Menjual Reruntuhan Bangunan Masjid Mazhab Syafi i dan mazhab Hanbali berpendapat bahwa wakaf adalah melepaskan
Lebih terperinciSUJUD SAHWI Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin
Pendahuluan SUJUD SAHWI Syaikh Muhammad bin Shalih Al- Utsaimin Segala puji bagi Allah Rabb semesta alam, shalawat dan salam semoga tercurah kepada nabi kita Muhammad yang telah menyampaikan risalah dengan
Lebih terperinciCeramah Ramadhan 1433 H/2012 M Orang-orang yang Berhalangan Puasa
www.bersamadakwah.com 1 : Saudara-saudaraku yang dirahmati Allah, Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia. Islam sangat memahami bagaimana kondisi manusia karena ia adalah Din yang dipilihkan
Lebih terperinciB A B I P E N D A H U L U A N. Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab
1 B A B I P E N D A H U L U A N A. Latar Belakang Masalah Puasa di dalam Islam disebut Al-Shiam, kata ini berasal dari bahasa Arab yang mempunyai arti : Menahan diri dari makan, minum dan hubungan seksuil
Lebih terperinciJi a>lah menurut masyarakat Desa Ngrandulor Kecamatan Peterongan
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PELAKSANAAN JI A>LAH DAN PANDANGAN PENDUDUK DI DESA NGRANDULOR KECAMATAN PETERONGAN KABUPATEN JOMBANG A. Analisis Pelaksanaan Ji a>lah dan pandangan penduduk di Desa
Lebih terperinciBAB II KETENTUAN UMUM TENTANG PUASA DAN QADA. ), kata ini berasal dari fi il madhi yaitu ( ), dan ( ) yang dalam
BAB II KETENTUAN UMUM TENTANG PUASA DAN QADA A. Pengertian Puasa Kata puasa dalam bahasa Indonesia itu berasal dari bahasa Arab ( ), kata ini berasal dari fi il madhi yaitu ( ), dan ( ) yang dalam bahasa
Lebih terperinciFatwa Seputar Badal Haji dan Umrah. Serta Hukum Melaksanakan Umrah Berkali-Kali Bagi Jama'ah Haji Saat Berada di Makkah
Fatwa Seputar Badal Haji dan Umrah Serta Hukum Melaksanakan Umrah Berkali-Kali Bagi Jama'ah Haji Saat Berada di Makkah Pertanyaan Dari: Sigit Bachtiar, NBM 977.029, SMK Muhammadiyah 02 Tangerang selatan-
Lebih terperinciFidyah. "Dan orang-orang yang tidak mampu berpuasa hendaknya membayar fidyah, dengan memberi makanan seorang miskin." (Al Baqarah : 184)
Fidyah 1. Bagi Siapa Fidyah Itu? Bagi ibu hamil dan menyusui jika dikhawatirkan keadaan keduanya, maka diperbolehkan berbuka dan memberi makan setiap harinya seorang miskin, dalilnya adalah firman Allah:
Lebih terperinciDi antaranya pemahaman tersebut adalah:
MENYOAL PEMAHAMAN ATAS KONSEP RAHMATAN LI AL- ÂLAMÎN Kata Rahmatan li al- Âlamîn memang ada dalam al-quran. Namun permasalahan akan muncul ketika orang-orang menafsirkan makna Rahmatan li al- Âlamîn secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu
BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari
Lebih terperinciRISALAH AQIQAH. Hukum Melaksanakan Aqiqah
RISALAH AQIQAH Hukum Melaksanakan Aqiqah Aqiqah dalam istilah agama adalah sembelihan untuk anak yang baru lahir sebagai bentuk rasa syukur kepada Allah SWT dengan niat dan syarat syarat tertentu. Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai subyek hukum pada dasarnya dipandang. mempunyai kecakapan yang berfungsi untuk mendukung hak dan kewajiban
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai subyek hukum pada dasarnya dipandang mempunyai kecakapan yang berfungsi untuk mendukung hak dan kewajiban sejak manusia menjadi dewasa. Dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tidak mau seorang manusia haruslah berinteraksi dengan yang lain. Agar kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia adalah makhluk sosial yang akan saling membutuhkan satu sama lain sampai kapanpun, hal tersebut dilakukan untuk pemenuhan kebutuhan. Maka dari itu mau
Lebih terperinciHUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN
HUKUM MENGENAKAN SANDAL DI PEKUBURAN I. Muqodimah : Prof. Abdul Wahhab Kholaf berkata dalam bukunya Ilmu Ushul Fiqih (hal. 143) : - - " "."." Nash Syar I atau undang-undang wajib untuk diamalkan sesuai
Lebih terperinciIBADAH JUM AT DAN PENYUSUNAN NASKAH KHUTBAH Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag.
IBADAH JUM AT DAN PENYUSUNAN NASKAH KHUTBAH Oleh: Dr. Marzuki, M.Ag. A. Pendahuluan Dari judul di atas terlintas dengan jelas bahwa yang akan dibicarakan dalam kesempatan ini adalah dua masalah pokok,
Lebih terperinciKekeliruan-Kekeliruan Umat Islam di Hari Jumat
Kekeliruan-Kekeliruan Umat Islam di Hari Jumat Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????:
Lebih terperinciFIQH THAHARAH. (Bersuci) Oleh : Agus Gustiwang Saputra. Bersuci (menurut Bahasa) adalah : Bersih (Suci) dan terlepas dari kotoran
FIQH THAHARAH (Bersuci) Oleh : Agus Gustiwang Saputra TA RIF Menurut Syeikh Zainuddin bin Abdul Aziz Al-Malibari (Ulama Madzhab Syafi I dari Pakistan) dalam Kitab Fathul Mu in, Thaharah diartikan sebagai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH
BAB IV ANALISIS PENDAPAT MAZHAB H{ANAFI DAN MAZHAB SYAFI I TENTANG STATUS HUKUM ISTRI PASCA MULA> ANAH A. Persamaan Pendapat Mazhab H{anafi Dan Mazhab Syafi i Dalam Hal Status Hukum Istri Pasca Mula> anah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Ibadah haji merupakan syari at yang ditetapkan oleh Allah kepada. Nabi Ibrahim. Dan hal ini juga diwajibkan kepada umat Islam untuk
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ibadah haji merupakan syari at yang ditetapkan oleh Allah kepada Nabi Ibrahim. Dan hal ini juga diwajibkan kepada umat Islam untuk menjalankan ibadah tersebut
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ALIH FUNGSI WAKAF PRODUKTIF KEBUN APEL DI DESA ANDONOSARI KECAMATAN TUTUR KABUPATEN PASURUAN Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan disajikan pada bab III,
Lebih terperinciMembaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at
Membaca Sebagian Al-Quran Dalam Khutbah Jum'at Dalam pembahasan ini ada tiga persoalan yang akan kami ketengahkan: 1. Hukum membaca sebagian Al-Quran dalam khutbah. 2.Kadar minimal Al-Qur an yang dibaca
Lebih terperinciINTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG
INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA TENTANG INTENSIFIKASI PELAKSANAAN ZAKAT Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia dalam sidangnya pada tanggal 1 Rabi'ul Akhir 1402 H, bertepatan
Lebih terperinciAL-MAHDI AKHIR ZAMAN
AL-MAHDI AKHIR ZAMAN Pada akhir zaman akan keluar seorang laki-laki dari kalangan Ahlul Bait, yaitu Al- Mahdi. Al-Mahdi dari keturunan Fathimah binti Rasulullah a, dari keturunan Al- Hasan bin Ali p. Namanya
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau
14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO
BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TENTANG PENARIKAN KEMBALI HIBAH OLEH AHLI WARIS DI DESA SUMOKEMBANGSRI KECAMATAN BALONGBENDO KABUPATEN SIDOARJO A. Analisis Penarikan Kembali Hibah Oleh Ahli Waris Di Desa Sumokembangsri
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP. A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan
BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM MALIK DAN IMAM SHAFI I TERHADAP UCAPAN ISTINSHA@ DALAM IKRAR TALAK A. Komparasi Pendapat Imam Malik dan Imam Shafi i terhadap Ucapan Istinsha> dalam Ikrar Talak Hukum Islam
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH. A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan
BAB IV ANALISIS PERNIKAHAN DALAM MASA IDDAH A. Analisis Pemikiran Pernikahan dalam Masa Iddah di Desa Sepulu Kecamatan Sepulu Kabupaten Bangkalan Syariat Islam telah menjadikan pernikahan menjadi salah
Lebih terperinciBAB II TEORI TENTANG ASH SHIHHAH WA AL BUTHLAN. sehat, tidak sakit, sembuh, benar dan selamat. 1
17 BAB II TEORI TENTANG ASH SHIHHAH WA AL BUTHLAN A. Shihhah (Sah) Kata shihhah berasal dari bahasa Arab yang secara bahasa berarti sehat, tidak sakit, sembuh, benar dan selamat. 1 Adapun dalam istilah
Lebih terperinci: :
[ ] : : Pertanyaan: Bagaimana tatacara mengerjakan shalat witir yang paling utama? Jawaban: Segala puji bagi Allah. Shalat witir merupakan ibadah yang paling agung di sisi Allah. Sehingga sebagian ulama
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM SHALAT IED. Shalat ied bagi umat Islam merupakan ibadah yang dijalankan
BAB II TINJAUAN UMUM SHALAT IED A. Sejarah Singkat Disyari atkannya Shalat Ied Shalat ied bagi umat Islam merupakan ibadah yang dijalankan berkenaan dengan peringatan dua hari raya besar Islam, yakni Idul
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rasulullah SAW juga telah memerintahkan agar orang-orang segera
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hubungan perkawinan antara seorang laki-laki dan perempuan pada kenyataannya merupakan sudut penting bagi kebutuhan manusia. Bahkan perkawinan adalah hukum
Lebih terperinciKONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY
KONSEP RIBA SESI III ACHMAD ZAKY Ya Allah, cukupkanlah diriku dengan rizki-mu yang halal dari rizki-mu yang haram dan cukupkanlah diriku dengan keutamaan-mu dari selain-mu. (HR. At-Tirmidzi dalam Kitabud
Lebih terperinciTENTANG MA MUM MASBUQ
MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA A. Praktik Jual Beli Kotoran Sapi Sebagai Pupuk Kandang di PT. Juang Jaya Abdi Alam Sebagaimana telah dijelaskan pada bab terdahulunya, bahwa jual beli yang terjadi di PT. Juang Jaya
Lebih terperinciBAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH. Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni
15 BAB II KERJASAMA USAHA MENURUT PRESPEKTIF FIQH MUAMALAH A. PENGERTIAN SYIRKAH Secara bahasa al-syirkah berarti al-ikhtilath (bercampur), yakni bercampurnya salah satu dari dua harta dengan yang lainnya,
Lebih terperinciPuasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya
Puasa Sunah Asyura: Waktu dan Keutamaannya Tidak Sedikit manusia bertanya, bagaimanakah puasa sunah Asyura itu? Dan kapankah pelaksanaannya? Dalil-Dalilnya: Berikut ini adalah dalil-dalil puasa tersebut:
Lebih terperinciija>rah merupakan salah satu kegiatan muamalah dalam memenuhi
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK LELANG UNDIAN DALAM PENYEWAAN TANAH KAS DESA DI DESA SUMBERAGUNG KECAMATAN NGRAHO KABUPATEN BOJONEGORO Dari bab sebelumnya, penulis telah memaparkan bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. benda tapi tidak sampai batas nisab zakat, namun ada pula yang tidak memiliki harta
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya semua isi alam ini diciptakan oleh Allah swt. untuk kepentingan seluruh umat manusia. Keadaan tiap manusia berbeda, ada yang memiliki banyak
Lebih terperinciBAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA
54 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI PEMBAYARAN DENGAN CEK LEBIH PADA TOKO SEPATU UD RIZKI JAYA A. Analisis terhadap mekanisme transaksi pembayaran dengan cek lebih Akad merupakan suatu perikatan
Lebih terperinciPenetapan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal
Penetapan Awal Bulan Ramadhan dan Syawal [ Indonesia Indonesian ] Syaikh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz Rahimahullah- Terjemah : Muhammad Iqbal AG Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2009-1430 ( ) www.binbaz.org.sa
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD JI ALAH. Berarti: gaji/upah. 1 Ji'alah suatu istilah dalam ilmu fiqh,
12 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG AKAD JI ALAH A. Pengertian Ji alah Berarti: gaji/upah. 1 Ji'alah suatu istilah dalam ilmu fiqh, artinya meminta barang yang hilang dengan bayaran tertentu, atau telah ditentukan
Lebih terperinciKhutbah Jum'at. Keutamaan Muharam. Bersama Dakwah 1
Bersama Dakwah 1 KHUTBAH PERTAMA.. * Waktu demikian cepat berlalu. Hari demi hari kita lalui. Bulan demi bulan berganti. Seakan tak terasa, kini kita sudah berada di akhir bulan Dzulhijjah. Yang artinya,
Lebih terperinciMenyikapi Fenomena Gerhana. Oleh: Muhsin Hariyanto
Menyikapi Fenomena Gerhana Oleh: Muhsin Hariyanto Banyak kalangan, utamanya masyarakat awam, yang kurang memahami bagaimana menyikapi fenomena (alami) gerhana, baik (gerhana) matahari atau pun bulan. Bahkan
Lebih terperinciBAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF
BAB V PERSAMAAN DAN PERBEDAAN WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM DAN HUKUM POSITIF A. Wasiat Kepada Non Muslim Perspektif Hukum Islam. 1. Syarat-syarat Mushii a. Mukallaf (baligh dan berakal
Lebih terperinciOtopsi Jenazah Dalam Tinjauan Syar'i
Otopsi Jenazah Dalam Tinjauan Syar'i Sesungguhnya mematahkan tulang seorang mukmin yang sudah meninggal, sama seperti mematahkan tulangnya dikala hidupnya (Riwayat Abu Dawud 2/69, Ibnu Majah 1/492, Ibnu
Lebih terperinciTernyata Hari Jum at itu Istimewa
Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Institut Pertanian Bogor Ternyata Hari Jum at itu Ternyata Hari Jum at itu Istimewa Penyusun: Ummu Aufa Muraja ah: Ustadz Abu Salman Saudariku, kabar gembira untuk kita
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Pengaturan Wasiat 1. Pengertian Wasiat Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat merupakan pesan terakhir dari seseorang yang mendekati
Lebih terperinciDIANTARA AMALAN UNTUK MEMAKMURKAN RAMADHAN
DIANTARA AMALAN UNTUK MEMAKMURKAN RAMADHAN 1. Membaca Al Qur an Bulan Ramadhan itulah bulan yang didalamnya diturunkan Al Qur an yang menjadi petunjuk bagi manusia, dan menjadi keterangan-keterangan dari
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ
BAB IV ANALISIS PENDAPAT HUKUM TENTANG IDDAH WANITA KEGUGURAN DALAM KITAB MUGHNI AL-MUHTAJ A. Analisis Pendapat Tentang Iddah Wanita Keguguran Dalam Kitab Mughni Al-Muhtaj Dalam bab ini penulis akan berusaha
Lebih terperinciE٤٨٤ J٤٧٧ W F : :
[ ] E٤٨٤ J٤٧٧ W F : : MENGHORMATI ORANG LAIN "Bukan termasuk golongan kami orang yang tidak menghormati yang tua dan tidak menyayangi yang muda dari kami." Orang yang paling pantas dihormati dan dihargai
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG
54 BAB IV ANALISIS HUKUM PIDANA ISLAM TERHADAP PERSYARATAN TEKNIS DAN SANKSI HUKUM MODIFIKASI KENDARAAN BERMOTOR YANG MENYEBABKAN KECELAKAAN DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS
Lebih terperinci: The Prostration of Forgetfulness : Syaikh Muhammad bin Shalih al-utsaimin
Judul Asli Penulis : The Prostration of Forgetfulness : Syaikh Muhammad bin Shalih al-utsaimin Judul Terjemahan : Tata Cara Sujud Sahwi Alih Bahasa : Ummu Abdillah al-buthoniyah Editor : Muhammad Rivai
Lebih terperinciBAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama
Lebih terperinciBAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR
BAB 13 SALAT JAMAK DAN QASAR STANDAR KOMPETENSI 13. Memahami tatacara shalat jama dan qashar KOMPETENSI DASAR 13.1. Menjelaskan shalat jama dan qashar 13.2. Mempraktekkan shalat jama dan qashar A. Shalat
Lebih terperinciANALISIS PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH TENTANG THALAK PAKSAAN S KRIPSI
ANALISIS PENDAPAT IMAM ABU HANIFAH TENTANG THALAK PAKSAAN S KRIPSI DiajukanSebagai Salah SatuSyaratUntukMemperolehGelarSarjana Syari ah (S.Sy) FakultasSyari ahdanhukum UINSuska Riau NUR YASIN NIM.11121101111
Lebih terperinciBENARKAH KHUTBAH SHOLAT DUA HARI RAYA DUA KALI
BENARKAH KHUTBAH SHOLAT DUA HARI RAYA DUA KALI Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa setelah dilaksanakannya sholat Ied, maka disunnahkan untuk mengadakan khutbah Ied. Bagi jamaah sholat ditekankan
Lebih terperinciBayar Fidyah FIDYAH DIBAYAR SEKALIGUS DAN FIDYAH DENGAN UANG
Bayar Fidyah FIDYAH DIBAYAR SEKALIGUS DAN FIDYAH DENGAN UANG Pertanyaan Dari: Hj. Maryam, Midai, Kepri, pertanyaan disampaikan lewat telpon, tanggal 4 Ramadan 1431 H (disidangkan [ada hari Jum'at, 17 Ramadan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
BAB IV ANALISIS JUAL BELI MESIN RUSAK DENGAN SISTEM BORONGAN DI PASAR LOAK DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Analisis Terhadap Proses Jual Beli Mesin Rusak Dengan Sistem Borongan Penulis telah menjelaskan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. waris, dalam konteks hukum Islam, dibagi ke dalam tiga golongan yakni: 3
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Waris merupakan salah satu kajian dalam Islam yang dikaji secara khusus dalam lingkup fiqh mawaris. 1 Pengkhususan pengkajian dalam hukum Islam secara tidak langsung
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis,
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap sampel sanad hadis, sebagaimana yang telah dideskripsikan di dalam Bab III dan Bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
Lebih terperinciKhitan. 1. Sejarah Khitan
MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Mereka saling tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan
Lebih terperinciBerpegang kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah, dan tidak bertaqlid kepada seseorang
MAJLIS TAFSIR AL-QUR AN (MTA) PUSAT http://www.mta-online.com e-mail : humas_mta@yahoo.com Fax : 0271 661556 Jl. Serayu no. 12, Semanggi 06/15, Pasarkliwon, Solo, Kode Pos 57117, Telp. 0271 643288 Ahad,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak diketahui tempatnya dan tidak diketahui pula apakah dia masih hidup atau
Lebih terperinciSUMBER AJARAN ISLAM. Erni Kurnianingsih ( ) Nanang Budi Nugroho ( ) Nia Kurniawati ( ) Tarmizi ( )
SUMBER AJARAN ISLAM Erni Kurnianingsih (10301241001) Nanang Budi Nugroho (10301241012) Nia Kurniawati (10301241026) Tarmizi (10301249002) Dasar penggunaan sumber agama islam di dasarkan ayat al-qur an
Lebih terperinciUMROH Oleh : Agus Gustiwang Saputra
UMROH Oleh : Agus Gustiwang Saputra HUKUM BERIBADAH UMROH Menurut Madzhab Syafi I dan Hambali adalah WAJIB. Dalilnya : 1. QS. 2 Al-Baqarah : 196 Dan sempurnakanlah ibadah haji dan `umrah karena Allah 2.
Lebih terperinciBAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.
BAB V PENUTUP A. Simpulan 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota Banjarmasin tentang harta bersama. a. Harta bersama menurut pendapat ulama Muhammadiyah kota Banjarmasin. - Harta
Lebih terperinciBAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS
21 BAB II GAMBARAN UMUM GADAI EMAS (AR-RAHN) DALAM FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MAJLIS UALAMA INDONESI (DSN-MUI) TENTANG RAHN DAN RAHN EMAS A. Latar belakang Fatwa Dewan Syariah Nasional (DSN) tentang
Lebih terperinciKekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab
Kekeliruan Sebagian Umat Islam di Bulan Rajab Khutbah Pertama:??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.??????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????????.
Lebih terperinciKerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam
Kerangka Dasar Agama dan Ajaran Islam Istilah addin al-islam Tercantum dalam Al-Qur an Surat al-maaidah (5) ayat 3, mengatur hubungan manusia dengan Allah (Tuhan), yang bersifat vertikal, hubungan manusia
Lebih terperinciSelain itu hukum wajib atas Khutbah Jum'at, dikarenakan Nabi tidak pernah meninggalkannya. Hal ini termasuk dalam keumuman hadits:
KHUTBAH JUM AT Khutbah Jum'at adalah salah satu rukun dari shalat Jum'at. Nabi menganjurkan kita untuk mendengarkan khutbah Jum'at. Bahkan pahala shalat Jum'at kita akan gugur ketika kita berbicara saat
Lebih terperinciPAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH)
PAKET FIQIH RAMADHAN (ZAKAT FITRAH) Zakat fitrah berfungsi untuk menyucikan orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan ucapan kotor dan untuk memberi makan orang-orang miskin. Diriwayatkan dari Ibnu
Lebih terperinciA. Pengertian Fiqih. A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa:
A. Pengertian Fiqih A.1. Pengertian Fiqih Menurut Bahasa: Fiqih menurut bahasa berarti paham, seperti dalam firman Allah : Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hampir-hampir tidak memahami pembicaraan
Lebih terperinciLampiran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Lampiran 4 RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Materi Pokok Alokasi Waktu : SMP NEGERI 1 PULE TRENGGALEK : Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti : VII
Lebih terperinciPendidikan Agama Islam
Pendidikan Agama Islam Modul ke: 02Fakultas Ekonomi dan Bisnis Pokok Bahasan : SUMBER AJARAN ISLAM Dr. Achmad Jamil, M.Si Program Studi S1 Manajemen AL QUR AN. Secara etimologi Alquran berasal dari kata
Lebih terperinciPara wanita di bulan ramadhan
Para wanita di bulan ramadhan,, Sesungguhnya di sorga ada sebuah pintu yang bernama Ar Rayyan, yang mana pada hari kiamat akan di masuki oleh orang-orang yang berpuasa. Tidak ada yang bisa melewati pintu
Lebih terperinciAl-Qur an Al hadist Ijtihad
Al-Qur an Al hadist Ijtihad Al-Qur'an sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman (Saba'
Lebih terperinciIMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI
BAB IV ANALISIS TERHADAP PANDANGAN IMAM SYAFI I DAN SYI> AH IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI PEWARIS NON MUSLIM A. Persamaan Pandangan Imam Syafi i dan Syi> ah Ima>miyah tentang Hukum
Lebih terperinciHukum Selamatan Kematian (Tahlilan)
Http://www.alqiyamah.wordpress.com Hukum Selamatan Kematian (Tahlilan) Berikut akan dijelaskan mengenai hukum melakukan Tahlil untuk orang mati seperti yang banyak dilakukan di masyarakat kita. Kegiatan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama
58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HASANAH DAN SAYYI AH SECARA UMUM. sebanyak 160 ayat dalam 48 surat, sedangkan kata سیي ھ yang
BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG HASANAH DAN SAYYI AH SECARA UMUM A. Pengertian Hasanah dan Sayyi ah,حسنة yang masdarnya,یحسنو,حسن berasal dari kata حسنة Kata disebutkan sebanyak 160 ayat dalam 48 surat, sedangkan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS A. ANALISIS TERHADAP PENDAPAT IMAM AHMAD BIN HANBAL TENTANG WAKAF TANPA IKRAR WAKAF
BAB IV ANALISIS A. ANALISIS TERHADAP PENDAPAT IMAM AHMAD BIN HANBAL TENTANG WAKAF TANPA IKRAR WAKAF Menurut istilah ikrar dapat berarti, 1) Berjanji dengan sungguhsungguh hati; berteguh janji; mengakui
Lebih terperinciISTRI-ISTRI PENGHUNI SURGA
I. PENDAHULUAN ISTRI-ISTRI PENGHUNI SURGA Allah melebihkan kaum laki-laki dibanding para wanita dalam firman-nya : [ 34 : ] { Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah
Lebih terperinciMemperbaiki Kesalahan dalam Bulan Ramadhan
Memperbaiki Kesalahan dalam Bulan Ramadhan [ Indonesia Indonesian ] Penyusun : Admin Darus Salaf Terjemah : Tim an-nashihah.com Editor : Eko Haryanto Abu Ziyad 2009-1430 : : : 2009 1430 2 Memperbaiki beberapa
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN
BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP UTANG PIUTANG DALAM BENTUK UANG DAN PUPUK DI DESA BRUMBUN KECAMATAN WUNGU KABUPATEN MADIUN A. Analisis terhadap Praktik Utang Piutang dalam Bentuk Uang dan Pupuk di
Lebih terperinciFATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 40 Tahun 2011 Tentang BADAL THAWAF IFADHAH (PELAKSANAAN THAWAF IFADHAH OLEH ORANG LAIN)
FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 40 Tahun 2011 Tentang BADAL THAWAF IFADHAH (PELAKSANAAN THAWAF IFADHAH OLEH ORANG LAIN) (MUI), setelah : MENIMBANG : a. bahwa thawaf ifadhah merupakan salah satu rukun
Lebih terperinciDefinisi Khutbah Jumat
Definisi Khutbah Jumat 1. Definisi khotbah Definisi secara bahasa Khotbah, secara bahasa, adalah 'perkataan yang disampaikan di atas mimbar'. Adapun kata khitbah yang seakar dengan kata khotbah (dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 2011), hlm. 9. (Bandung: Irsyad Baitus Salam, 2007), hlm Rois Mahfud, Al-Islam Pendidikan Agama Islam, (Jakarta: Erlangga,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia lahir ke alam dunia dalam keadaan yang paling sempurna. Selain diberi akal manusia juga diberi kesempurnaan jasmani. 1 Dengan akal dan jasmani yang sempurna
Lebih terperinci