I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim (climate change) di dunia ini tidak dapat dihindari akibat

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "I. PENDAHULUAN. Perubahan iklim (climate change) di dunia ini tidak dapat dihindari akibat"

Transkripsi

1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim (climate change) di dunia ini tidak dapat dihindari akibat pemanasan global (global warming), baik langsung maupun tidak langsung dan akan berakibat pada berbagai aspek kehidupan, termasuk sektor pertanian. Perubahan iklim global disebabkan antara lain oleh peningkatan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) akibat berbagai aktivitas yang mendorong peningkatan suhu bumi. Mengingat iklim adalah unsur utama sistem metabolisme dan fisiologi tanaman, maka perubahan iklim global akan berdampak buruk terhadap keberlanjutan pembangunan pertanian (Las, 2007). Sektor pertanian terutama sektor tanaman pangan merupakan sektor yang paling berdampak dengan adanya perubahan iklim. Menurut Salinger, (2005) terdapat tiga faktor utama yang terkait dengan perubahan iklim global yang berdampak pada sektor pertanian adalah: (1) perubahan pola hujan, (2) meningkatnya kejadian iklim ekstrim (banjir dan kekeringan), dan (3) peningkatan suhu udara. Perubahan iklim juga menyebabkan terjadinya perubahan jumlah hujan dan pola hujan yang mengakibatkan pergeseran awal musim tanam dan periode masa tanam. Menurut Runtunuwu dan Syahbuddin (2007) penurunan curah hujan telah menurunkan potensi satu periode masa tanam padi. Dampak perubahan pola hujan diantaranya mempengaruhi waktu dan musim tanam, pola tanam, degradasi lahan, kerusakan tanaman dan produktivitas, luas areal tanam dan areal panen, serta perubahan dan kerusakan keanekaragaman hayati.

2 Perubahan suhu menyebabkan terjadinya peningkatan transpirasi yang pada akhirnya menurunkan produktivitas tanaman pangan, meningkatkan konsumsi air, mempercepat pematangan buah/biji, menurunkan mutu hasil, dan mendorong berkembangnya hama penyakit tanaman (Las, 2007). Menurut Las, (2007) dampak paling nyata adalah penciutan lahan pertanian di pesisir pantai (Jawa, Bali, Sumatra Utara, Lampung, Nusa Tenggara Barat, dan Kalimantan), kerusakan infrastruktur pertanian, dan peningkatan salinitas yang dapat merusak tanaman. Pengaruh iklim pada sektor pertanian antara lain terjadi melalui dampak kekeringan, kebasahan atau banjir, suhu tinggi, suhu rendah atau frost, angin kencang dan kelembaban tinggi. Risiko pertanian akibat iklim tersebut selain menyebabkan rendahnya hasil baik secara kuantitas maupun kualitas, juga berakibat ketidakstabilan pertanian secara nasional. Faktor penyebab risiko pertanian antara lain fluktuasi dan penyimpangan iklim, ketidaktepatan peramalan iklim dan perencanaan usahatani serta pemilihan komoditas/varietas yang kurang sesuai dengan kondisi iklim. Pertanian merupakan sektor penyedia pangan yang tidak pernah lepas dari berbagai persoalan, baik persoalan ekologi, ekonomi, sosial dan budaya, bahkan persoalan kebijakan politik. Hal ini tidak berlebihan karena pangan adalah kebutuhan pokok penduduk, terutama di Indonesia. Laporan BPS tahun 2010 menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia sudah mencapai 237,641,326 jiwa atau meningkat sebesar 15,21% dari tahun sebelumnya. Kondisi ini membutuhkan ketersediaan 2

3 pangan yang cukup agar tidak menjadi salah satu penyebab instabilitas pangan nasional. Dalam rangka pemenuhan kebutuhan pangan terutama mempertahankan sekaligus meningkatkan produksi pangan, pada level lapangan masih banyak hambatan dan kendala yang dijumpai. Dari sekian banyak hambatan dan kendala tersebut, ada yang dapat ditangani melalui introduksi teknologi dan upaya strategis lainnya, tetapi ada pula yang sukar untuk ditangani terutama yang berkaitan dengan fenomena alam dan perubahan iklim (Nurdin, 2012). Perubahan iklim di samping berdampak pada sektor pertanian khususnya sektor tanaman pangan, akan berdampak pula terhadap ketahanan pangan. Akibat menurunnya produksi pertanian karena perubahan iklim, maka akan berdampak pada menurunnya persediaan bahan makanan, serta menurunkan akses masyarakat terhadap pangan yang mengakibatkan menurunnya tingkat ketahanan pangan, karena kedua hal tersebut merupakan indikator ketahanan pangan. Laboratorium Iklim di Institut Pertanian Bogor menyatakan bahwa selama kurun waktu , setiap kabupaten di Indonesia setiap tahunnya mengalami penurunan produksi padi ton dan pada kurun waktu , jumlah penurunan ini meningkat menjadi ton (UNDP Indonesia, 2007). Perubahan iklim akan bertindak sebagai pengganda dari ancaman yang ada terhadap ketahanan pangan. Pada tahun 2050, risiko kelaparan diproyeksikan meningkat sebesar 10-20%, dan anak malnutrisi diantisipasi akan 20% lebih tinggi dibandingkan dengan tidak adanya skenario perubah iklim. Kunci mencapai 3

4 ketahanan pangan di bawah perubahan iklim memerlukan substansial peningkatan produksi pangan pada satu sisi, serta peningkatan akses untuk makanan yang cukup dan bergizi dan kapasitas untuk mengatasi risiko yang ditimbulkan oleh perubahan iklim di sisi lain (WFP, FAO, IFRC, dan OXFAI, 2009) Perubahan iklim merupakan proses alami yang bersifat tren yang terus menerus dalam jangka panjang. Oleh karena itu diperlukan suatu strategi untuk antisipasi dan penyiapan adaptasi dalam rangka menghadapi perubahan iklim dan mengembangkan pertanian yang tahan terhadap perubahan iklim. Di samping itu perlu adanya persepsi yang sama tentang perubahan iklim diantara berbagai kalangan seperti ilmuwan/peneliti, dengan pemangku kebijakan, penyuluh, dan petani (Surmaini et al., 2011). Menurut Tanner dan Mitchell (2008) adaptasi adalah salah satu dari opsi kebijakan berkenaan dengan perubahan iklim. Adaptasi terhadap perubahan iklim berhubungan dengan pengaturan terhadap praktek, proses dan sistem untuk meminimalkan dampak negatif perubahan iklim pada saat sekarang dan masa depan, serta mendayagunakan peluang dan kesempatan yang tersedia untuk memaksimalkan manfaat. Teori adaptasi mengemukakan bahwa pada dasarnya sistem sosial, ekonomi, ekologi, dan kelembagaan, maupun individu dapat dan berada dalam proses beradaptasi dengan lingkungan yang sedang berubah. Keberlanjutan dari suatu adaptasi tergantung pada kapasitas adaptif, pengetahuan, keterampilan, kemantapan 4

5 kehidupan, sumberdaya, dan kelembagaan yang dapat diakses dalam rangka mempraktikkan strategi adaptasi yang efektif (Adger et al., 2003; Pittock dan Jones, 2009). Kapasitas adaptif dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain; pengetahuan tentang perubahan iklim, aset, akses terhadap teknologi tepat guna, kelembagaan, kebijakan dan persepsi. Persepsi terhadap lingkungan merupakan salah satu elemen kunci yang mempengaruhi adopsi strategi adaptasi. Tindakan atau aksi yang mengikuti persepsi dihela oleh proses yang berbeda, misalnya persepsi risiko perubahan iklim, kepemilikan sumberdaya, nilai-nilai budaya, lingkungan kelembagaan dan politis. Seseorang yang mempersepsikan bahwa perubahan iklim telah atau sedang terjadi, tidak selalu menjamin bahwa orang bersangkutan akan memberikan respon adaptasi yang efektif (Weber, 2010). Cara alternatif untuk mengetahui bagaimana iklim sedang berubah adalah dengan menanyakannya kepada petani (Adiyoga et al., 2012). Petani sebenarnya merupakan pemangku kepentingan utama dalam debat tentang perubahan iklim. Namun demikian, pengetahuan petani mengenai perubahan iklim masih sangat terbatas. Agar pengambilan keputusan berkaitan dengan perubahan iklim dapat dibuat berdasarkan informasi yang lengkap, petani membutuhkan informasi tentang: (a) konsekuensi yang mungkin terjadi akibat perubahan iklim, (b) persepsi masyarakat tani tentang konsekuensi tersebut, (c) opsi adaptasi perubahan iklim yang tersedia, serta (d) manfaat memperlambat akselerasi perubahan iklim (Olorunfemi dalam Adiyoga et al., 2012). Kepedulian dan persepsi tentang suatu masalah, misalnya 5

6 perubahan iklim, akan membentuk aksi atau inaksi terhadap masalah tersebut (Nzeadibe and Ajaero, 2010). Dengan demikian, pemahaman terhadap persepsi petani tentang perubahan iklim sangat penting karena persepsi tersebut membentuk kesiapan petani untuk melakukan adaptasi dan penyesuaian-penyesuaian teknik budidayanya (Speranza, 2010). Dengan adanya persepsi yang baik terhadap perubahan iklim, maka petani akan lebih berhati-hati dalam hal berusahatani padi maupun mempertahankan ketahanan pangan rumah tangganya. Dalam rangka mengantisipasi dampak perubahan iklim, maka diperlukan adanya strategi antisipasi yaitu mitigasi dan adaptasi. Salah satu teknologi mitigasi dan adaptasi yang dilakukan sektor pertanian dalam menghadapi perubahan iklim adalah penerapan pertanian organik (FAO, 2010). Pertanian organik memancarkan tingkat emisi gas rumah kaca (GRK) yang jauh lebih rendah dan cepat, terjangkau dan efektif mengaramkan karbon ke dalam tanah. Pertanian organik mengurangi gas rumah kaca terutama nitro oksida, karena tidak menggunakan pupuk nitrogen kimia dan kehilangan nutrisi dapat diminimalkan. Selain itu, pertanian organik membuat lahan dan manusia lebih tahan terhadap perubahan iklim, terutama karena airnya efisien, tahan terhadap cuaca ekstrim dan risiko kegagalan panen yang lebih rendah. (Purwati, 2010). Pertanian organik mendapat tempat pada Konferensi Perubahan Iklim PBB (KTT Iklim PBB) di Kopenhagen lalu dengan Perundingan Meja Bundar tentang Pertanian Organik dan Perubahan Iklim. Tujuannya adalah untuk meningkatkan 6

7 peran pertanian organik dalam memperlambat perubahan iklim serta mendorong, mendukung, dan mempromosikan penelitian tentang pertanian organik dan perubahan iklim. Pertanian organik memiliki potensi besar untuk perubahan iklim, karena kemampuannya yang tinggi dalam penyerapan karbon. Di samping itu, menawarkan potensi besar dalam hal strategi adaptasi terhadap perubahan iklim (Rinda, 2012). Pertanian organik mencegah perubahan iklim, karena pertanian organik mengurangi gas rumah kaca, terutama nitro oksida. Pertanian organik juga menyimpan karbon didalam tanah biomassa tanaman dengan membangun bahan organik. Pertanian organik meminimalkan konsumsi energi hingga 30-70% per unit tanah (Purwati, 2010). Hasil penelitian Soil Associator yang dipulikasikan pada 26 November 2011 menemukan bahwa rata-rata pertanian organik memproduksi 26 persen lebih tinggi tingkat karbon tanah dibandingkan pertanian non-organik di Eropa Utara dan 20 persen lebih tinggi untuk semua studi di Negara-negara Eropa, Amerika Utara dan Australia. (Rinda, 2012). Di Indonesia munculnya pertanian organik didorong oleh kesadaran manusia untuk mengkonsumsi produk pertanian bebas residu pestisida dan untuk menjaga kelestarian lingkungan (Andoko, 2004). Pertanian organik semakin menemukan momentumnya seiring munculnya krisis ekonomi tahun 1997 yang melambungkan harga saprotan (sarana produksi pertanian) seperti pupuk kimia dan pestisida kimia. Harga saprotan yang mahal tentu saja menyebabkan tingkat keuntungan menurun. 7

8 Hal ini menyebabkan petani berpaling pada pertanian organik dengan hanya memanfaatkan bahan-bahan di sekitarnya. Petani tidak lagi menggunakan pupuk kimia yang mahal, melainkan hanya menggunakan pupuk kandang atau kompos. Pupuk kandang hanya diambil dari limbah peternakan seperti peternakan sapi atau ayam, sedangkan kompos dapat dibuat sendiri dengan teknik yang sangat mudah dan sederhana. Sementara untuk memberantas hama, petani hanya menggunakan ramuan alami yang berasal dari bahan-bahan tanaman yang ada di sekitarnya dengan demikian dapat menurunkan biaya produksi. Menurut Andoko (2004) biaya operasional untuk membudidayakan padi organik hanya 72% dari biaya budidaya padi non-organik. Hasil penelitian di beberapa daerah mengungkapkan bahwa, usahatani padi organik memiliki kuntungan yang lebih tinggi dibandingkan usahatani padi non-organik. Keunggulan utama padi organik dibanding padi non-organik adalah relatif aman untuk dikonsumsi, selain itu, rasa nasi dari beras organik lebih empuk dan pulen. Keunggulan padi organik lainnya adalah warna dan daya simpannya lebih baik dibanding padi non-organik, sesudah ditanak beras organik akan menjadi nasi yang warnanya lebih putih dibanding beras non-organik. Nasi dari padi organik pun dapat bertahan selama 24 jam, sementara dari beras non-organik mulai basi setelah 12 jam. Dari berbagai keunggulan, dapat dipastikan bahwa nilai ekonomis padi organik menjadi lebih tinggi dibanding padi non-organik (Andoko, 2004). 8

9 Menurut Sutanto (2002), pertanian organik belum dapat diterapkan secara murni mengingat cukup banyak kendala yang dihadapi. Pada tahap awal penerapan pertanian organik masih perlu dilengkapi pupuk kimia, terutama pada tanah yang miskin hara. Pupuk kimia masih sangat diperlukan agar takaran pupuk organik tidak terlalu banyak yang akan menyulitkan dalam pengelolaannya. Kegunaan budidaya organik pada dasarnya adalah meniadakan atau membatasi kemungkinan dampak negatif yang ditimbulkan oleh budidaya kimiawi. Pupuk organik mempunyai berbagai keunggulan nyata dibanding dengan pupuk kimia: a. Memperbaiki struktur tanah berlempung sehingga menjadi ringan. b. Memperbesar daya ikat tanah berpasir sehingga tanah tidak berderai. c. Menambah daya ikat air pada tanah. d. Memperbaiki drainase dan tata udara dalam tanah. e. Mempertinggi daya ikat tanah terhadap zat hara. f. Membantu proses pelapukan bahan mineral. g. Memberi ketersediaan bahan makanan bagi mikrobia. Provinsi Lampung sebagai salah satu provinsi yang mengandalkan perekonomian masyarakatnya melalui sektor pertanian dengan luas lahan pertanian yang tidak sedikit, kondisi agroklimat dan agroekologi mendukung untuk mengembangkan komoditi pangan terutama padi, sehingga memiliki peluang yang cukup besar untuk budidaya padi organik. Provinsi Lampung juga tidak terlepas dari adanya pengaruh perubahan iklim global. Oleh karena itu dalam rangka antisipasi dan 9

10 adaptasi terhadap perubahan iklim, maka sejak tahun 2002 sudah dimulai adanya penanaman padi organik tetapi masih semi organik. Hal ini didukung juga oleh Gerakan Pertanian Organik yang dicanangkan Menteri Pertanian sejak tahun 2001 dengan moto Go Organik 2010 sebagai antisipasi dalam menghadapi perubahan iklim. Pengembangan padi organik di Provinsi Lampung terdapat di Kabupaten Tanggamus tepatnya di Kecamatan Pematang Sawa, Pekon Tampang Tua. Petani di Pekon Tampang Tua tersebut sudah sejak dulu mengusahakan padi secara organik, karena wilayahnya terisolir dan terletak di seberang lautan, sehingga menyulitkan untuk mengakses sarana produksi seperi pupuk kimia, karena transportasi satusatunya hanya menggunakan kapal laut. Oleh karena itu, petani di wilayah Pekon Tampang Tua telah terbiasa menggunakan bahan organik dari produksi lokal untuk pemupukan dan pemberantasan hama. Kondisi ini sangat cocok untuk dikembangkan pertanian padi organik, terlebih lagi memiliki sumber mata air dari pegunungan. Oleh karena itu sejak tahun 2009 wilayah ini dijadikan sebagai proyek pengembangan padi organik Provinsi Lampung. Pembinaan budidaya padi organik dilakukan dengan bekerjasama antara Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Lampung dengan WWF Indonesia dan Lembaga Pertanian Alternatif Sumatra Utara (PANSUS), yang dimulai sejak tahun 2009 sampai dengan tahun Luas lahan untuk tanaman padi organik di Pekon Tampang Tua baru mencapai 48 ha, namun yang telah mendapatkan sertifikasi sebanyak 30 ha. Produktivitas padi 10

11 organik yang dicapai tidak berbeda dengan produktivitas padi non organik (konvensional) berkisar antara 6-7 ton/ha pada musim rendeng, sedangkan pada musim gado berkisar antara 4-5 ton/ha. Hasil pembinaan usahatani padi organik di Pekon Tampang Tua tersebut diperolehnya sertifikat beras organik tahun 2012 dari Indoneian Organic Farming Certification (INOFICE). Kabupaten Tanggamus mengalami perubahan iklim dari tipe iklim D1 berdasarkan data curah hujan tahun menjadi tipe iklim D2 berdasarkan data curah hujan tahun , yang menunjukkan telah terjadi perubahan tipe iklim kearah tipe iklim yang lebih panas menurut tipe iklim Oldeman Curah Hujan (mm) JAN PEB MAR APR MEI JUN JUL AGT SEP OKT NOP DES Sumber: Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, 2012 Gambar 1.1. Grafik curah hujan tahun 2011 dan 2012 di Kecamatan Pematang Sawa Kabupaten Tanggamus 11

12 Berdasarkan data curah hujan tahun 2011 dan 2012 yang tersaji pada Grafik 1, Tahun 2012 Kabupaten Tanggamus khususnya di Kecamatan Pematang Sawa terjadi kekeringan pada musim tanam kemarau (gadu), yang menyebabkan penurunan produksi sampai pada gagal panen. Hal ini ditunjukkan dengan adanya data rata-rata curah hujan antara bulan Juli sampai September yang sangat rendah dan jauh di bawah curah hujan normal (Grafik 1). Kondisi ini sesuai hasil survei bahwa seluruh masyarakat di Kecamatan Pematang Sawa mengemukan telah terjadi kekeringan pada musim gadu tahun Adanya kegagalan panen, akibat kekeringan yang melanda daerah tersebut akan menyebabkan menurunya produksi, ketersediaan pangan dan akses masyarakat terhadap pangan. Oleh karena itu penelitian mengenai strategi adaptasi perubahan iklim, dan keterkaitannya dengan produktivitas dan ketahanan pangan rumah tangga petani padi penting untuk dikaji Rumusan Masalah Sektor pertanian khususnya sektor tanaman pangan merupakan sektor yang paling terkena dampak dengan adanya perubahan iklim. Sektor tanaman pangan khususnya padi memperoleh dampak yang paling serius akibat perubahan iklim. Perubahan iklim tersebut dapat berupa perubahan pola hujan, peningkatan kejadian iklim ekstrem (banjir/kekeringan), peningkatan suhu udara, dan peningkatan permukaan air laut, yang akhirnya berdampak pada periode waktu curah hujan yang pendek, waktu kemarau yang panjang, bergesernya musim tanam, berubahnya pola tanam, kekurangan air/kekeringan, adanya banjir, timbulnya hama dan penyakit 12

13 tanaman, akhirnya akan menurunkan produktivitas dan mutu produksi yang dihasilkan petani, serta dapat mengakibatkan gagal panen. Dalam rangka mengatasi dampak perubahan iklim, diperlukan adanya teknologi antisipasi yaitu mitigasi dan adaptasi. Salah satu teknologi mitigasi dan adaptasi perubahan iklim dalam bidang pertanian adalah penerapan pertanian organik. Dibandingkan pertanian non organik, pertanian organik membuat lahan dan manusia lebih tahan terhadap perubahan iklim, terutama karena airnya efisien, dan tahan terhadap cuaca ekstrim. Di sampaing itu, pertanian organik juga menyimpan karbon di dalam tanah dengan membangun bahan organik dan rata-rata pertanian organik memproduksi 26 persen lebih tinggi tingkat karbon tanah dibandingkan pertanian non-organik di Eropa Utara (Rinda, 2012). Petani sebagai pelaku utama dalam berusahatani harus memiliki pengetahuan tentang perubahan iklim dalam artian bagaimana petani mempersepsikan perubahan iklim tersebut. Karena persepsi tentang perubahan iklim, akan membentuk aksi atau inaksi terhadap masalah perubahan iklim. Di samping itu pemahaman terhadap persepsi petani tentang perubahan iklim sangat penting karena persepsi tersebut membentuk kesiapan petani untuk melakukan adaptasi dan penyesuaian-penyesuaian teknik budidayanya (Speranza, 2010). Adaptasi yang dapat dilakukan dalam menghadapi perubahan iklim dalam usahatani antara lain adalah adanya penyesuaian terhadap varietas yang ditanam, pola tanam yang diterapkan, waktu tanam yang tepat, menerapkan manajemen/ pengelolaan air, dan menggunakan pupuk organik/kompos. 13

14 Strategi yang dapat dilakukan dalam ketahanan pangan akibat perubahan iklim antara lain meliputi: menyediakan stock pangan, mengurangi frekuensi makan, melakukan diversifikasi tanaman, ternak dan ikan, melakukan diversifikasi pendapatan (on-farm dan off-farm), dan pemberdayaan anggota rumah tangga dalam memperoleh tambahan pendapatan. Apabila petani telah memiliki persepsi yang baik tentang perubahan iklim dan mampu melakukan strategi adaptasi perubahan iklim, maka petani akan mampu mempertahankan produksi padi dan ketahanan pangan rumah tangganya, sehingga tidak terjadi kekurangan pangan. Dalam rangka menghadapi perubahan iklim, petani dituntut tidak hanya mampu mengalokasikan faktor-faktor produksi yang digunakan, tetapi juga mampu menggunakan faktor-faktor produksi seperti varietas, pupuk, pestisida, yang sesuai dengan perubahan iklim yanga ada, sehingga tujuan usahatani yaitu peningkatan produktivitas dan pendapatan dapat tercapai. Oleh karena itu, alokasi penggunaan faktor-faktor produksi yang efisien dan efektif, serta mampu beradaptasi dengan perubahan iklim sangat menentukan tercapainya produksi yang optimal, dan peningkatan pendapatan,sehingga pada akhirnya ketahanan pangan dapat tercapai. Di sisi lain, setiap rumah tangga atau penduduk memiliki kerentanan yang berbeda dalam menghadapi dampak perubahan iklim. Oleh karena itu perlu adanya penyesuaian-penyesuaian atau adaptasi terhadap dampak perubahan iklim, agar rumah tangga dapat bertahan menghadapi dampak perubahan iklim. Dengan 14

15 demikian, perlu adanya kajian tentang adaptasi dan antisipasi perubahan iklim dan dampaknya pada produktivitas dan ketahanan pangan rumah tangga petani padi organik dan non organik. Berdasarkan uraian di atas, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimanakah persepsi dan strategi adaptasi petani padi organik dan non organik terhadap perubahan iklim? 2. Bagaimanakah tingkat kerentanan penghidupan rumah tangga petani padi organik dan non organik terhadap perubahan iklim? 3. Bagaimanakah pengaruh strategi adaptasi perubahan iklim terhadap efisiensi teknis usahatani padi organik dan non organik? 4. Bagaimanakah pengaruh strategi adaptasi perubahan iklim terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani padi organik dan non organik? 1.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang dikemukakan di atas, maka secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengukur strategi adaptasi perubahan iklim dan keterkaitannya dengan produktivitas dan ketahanan pangan rumah tangga petani padi organik dan non organik di Kabupaten Tanggamus. Secara lebih rinci tujuan penelitian ini sebagai berikut. 15

16 1. Mengetahui persepsi dan strategi adaptasi perubahan iklim petani padi organik dan non organik. 2. Mengukur tingkat kerentanan penghidupan rumah tangga petani padi organik dan non organik terhadap perubahan iklim. 3. Mengukur pengaruh strategi adaptasi perubahan iklim terhadap efisiensi teknis usahatani padi organik dan non organik. 4. Mengukur pengaruh strategi adaptasi perubahan iklim terhadap ketahanan pangan rumah tangga petani padi organik dan non organik Kegunaan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian tersebut, maka penelitian ini diharapkan berguna: 1. Sebagai bahan informasi yang penting bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan untuk pengembangan usahatani padi sebagai antisispasi dan adaptasi terhadap perubahan iklim, serta pengambilan kebijakan dalam bidang ketahanan pangan yang berkaitan dengan perubahan iklim di Provinsi Lampung. 2. Bagi para peneliti lainnya dapat digunakan sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian lebih lanjut Hal Baru dalam Penelitian Penelitian tentang usahatani padi organik maupun non-organik sawah tadah hujan yang berkaitan dengan strategi adaptasi petani terhadap perubahan iklim dan 16

17 kaitannya dengan produktivitas padi dan ketahanan pangan di Kabupaten Tanggamus dilakukan dengan menggunakan data primer. Penelitian tentang perubahan iklim khususnya yang berkaitan dengan sektor pertanian sudah banyak dilakukan diantaranya: Adiyoga et al. (2012) meneliti tentang persepsi petani dan adaptasi terhadap perubahan iklim: studi kasus sayuran dataran tinggi dan rendah di Sulawesi Selatan. Menganalisis pengaruh faktor karakteristik petani terhadap keputusan petani menerapkan atau tidak menerapkan opsi-opsi strategi adaptasi terhadap perubahan iklim dengan menggunakan analisis korelasi dan regresi. Gbetibouo (2009) mengkaji pemahaman persepsi dan adaptasi petani tentang perubahan iklim dan variabilitasnya: kasus di Aliran Sungai Limpopo, Afrika Selatan. Menganalisis pengaruh variabel ukuran rumah tangga, pengalaman berusahatani, kekayaan, akses terhadap kredit, akses ke sumber air, status kepemilikan lahan, aktivitas di luar pertanian. dan frekuensi penyuluhan terhadap kapasistas adaptif petani terhadap perubahan iklim dengan menggunakan analisis model Probit Heckman dan Model Multinomial Logit (MNL). Maddison (2007) meneliti persepsi dan adaptasi penduduk terhadap perubahan dan variabilitas iklim di Afrika, dengan metode survei. Pada penelitian ini mengkaji strategi petani terhadap perubahan iklim dan kaitannya dengan produktivitas dan ketahanan pangan rumah tangga petani padi organik dan non organik menggunakan data cross section atau data primer dengan aspek kajian yaitu: (1) Mengukur persepsi dan strategi adaptasi petani padi organik 17

18 dan non organik terhadap perubahan iklim secara deskriptif; (2) Mengukur produktivitas padi organik dan non organik secara deskriptif akibat perubahan iklim (kekeringan); (3) Mengkaji pengaruh strategi adaptasi perubahan iklim yang diterapkan petani dalam berusahatani padi terhadap efisiensi teknis usahatani padi organik dan non organik, dengan menggunakan fungsi produksi stokhastik frontier yang diestimasi dengan Maximum Likelihood Estimation (MLE); dan (4) Menganalisis antisipasi petani terhadap perubahan iklim dengan menganalisis error term dari hasil analisis frontier yaitu error yang dapat diantisipasi oleh petani (u) dan membandingkan nilai error u antar padi organik dan non organik dengan uji beda t tes yang masih jarang dikaji dalam penelitian ekonomi pertanian. Penelitian kerentanan penghidupan terhadap dampak perubahan iklim sudah banyak dilakukan, diantaranya Hahn et al. (2009) meneliti kerentanan rumah tangga di Mozambique dengan menggunakan Livelihood Vulnerability Index (LVI) berdasarkan indikator Natural disaster and climate variability, social demographic profile, livelihood strategies, social networks, health, food dan water di dua kabupaten yaitu Moma dan Mabote. Puhlin dan Tapia (2006), mengkaji kerentanan penduduk terhadap perubahan iklim di Pabtabangan-Carranglan Watershed Philippina, menggunkan indikator food, water, livelihood, health, dan namely dan menguji pengaruh variabel demografi, socioeconomic, geografi dan jumlah coping mechanism terhadap kerentanan rumah tangga terhadap perubahan iklim dan iklim ektrem dengan analisis korelasi Spearmen dan regresi. 18

19 Pada penelitian terdahulu, penelitian terkait dengan kerentanan pengidupan dikaji pada masyarakat umum, namun pada penelitian ini, kajian kerentanan dilakukan pada kondisi yang lebih spesifik yaitu pada rumah tangga petani padi organik dan non organik yang menurut penulis belum ditemukan. Pengukuran kerentanan pada penelitian ini menggunakan analisis livelihood vulnerability index (LVI) dengan indikator: bencana alam dan variabilitas iklim, pertanian, air, pangan, konsumsi, pendidikan, dan pendapatan. Pada penelitian ini juga digunakan uji statistik untuk menganalisis perbedaan nilai dari sub-indikator kerentanan yang digunakan antara petani padi organik dan non organik, yang pada penelitian Hahn et al. (2009) tidak dilakukan sehingga tidak dapat diambil kesimpulan secara statistik. Penelitian mengenai ketahanan pangan pada komoditas padi sudah banyak dilakukan diantaranya: Purwantini et al. (2000) dan Rachman et al. (2005) meneliti derajat ketahanan pangan dengan menggunakan indikator dari Jonnson and Toole (Maxweell, 2000), yaitu menggunakan klasifikasi silang antara pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi dengan menggunakan data dari Susenas. Sementara Suharjo et al. (1986); Pakpahan et al. (1993); dan Ilham dan Sinaga (2007) meneliti ketahanan pangan dengan menggunkan indikator pangsa pengeluaran pangan dengan data time series. Selanjutnya Musyafak (2012) meneliti ketahanan pangan dengan menggunakan indikator kecukupan ketersediaan pangan, frekuensi makan, penguasaan lahan, cara memperoleh bahan makanan, akses terhadap pangan, stabilitas ketersediaan pangan, dan kualitas/keamanan pangan, yang memenuhi 4 19

20 komponen ketahanan pangan menurut FAO (1996) dan UU RI No 7 tahun 1996 tentang pangan, serta menganalisis pengaruh variabel harga pangan yang diproduksi sendiri, harga pangan yang dibeli, karakteristik petani, luas lahan, dan etnis dengan analisis ordinal logit. Penelitian ini mengukur derajat ketahanan pangan menggunakan dua indikator yaitu; (1) menggunakan indikator dari Jonnson and Toole (Maxweell, 2000), yaitu klasifikasi silang antara pangsa pengeluaran pangan dan konsumsi energi, dan (2) menggunakan indikator dari FAO (1996) dan UU RI No 7 Tahun 1996 Tentang Pangan dengan data primer ( cross section). Pada penelitian ini selain menggunakan variabel harga pangan yang diproduksi sendiri dan harga pangan yang dibeli, luas lahan dan karakteristik petani juga memasukkan variabel strategi adaptasi perubahan iklim dalam berusahatani padi dan variabel strategi adaptasi perubahan iklim dalam ketahanan pangan sebagai variabel yang mempengaruhi ketahanan pangan rumah tangga, yang menurut pengetahuan penulis masih jarang digunakan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penelitian ini memiliki kebaruan dari segi topik, variabel, analisis, dan lokasi yang digunakan. 20

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan. Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Pembangunan pertanian masih mendapatkan

Lebih terperinci

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN. LEMBARPERNYATAAN.. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL. DAFTAR LAMPIRAN..

DAFTAR ISI... HALAMAN JUDUL... HALAMAN PENGESAHAN. LEMBARPERNYATAAN.. KATA PENGANTAR... DAFTAR TABEL. DAFTAR LAMPIRAN.. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL.... HALAMAN PENGESAHAN. LEMBARPERNYATAAN.. KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL. DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN.. INTISARI.. ABSTRACT. Hal I Ii Iii V Vii Ix Xiii Xiv Xvi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Iklim merupakan faktor yang sangat penting dalam kehidupan di bumi. Dimana Iklim secara langsung dapat mempengaruhi mahluk hidup baik manusia, tumbuhan dan hewan di dalamnya

Lebih terperinci

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA

DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA 30 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM DI INDONESIA Ada dua kecenderungan umum yang diprediksikan akibat dari Perubahan Iklim, yakni (1) meningkatnya suhu yang menyebabkan tekanan panas lebih banyak dan naiknya permukaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim global merupakan salah satu issu lingkungan penting dunia dewasa ini, artinya tidak hanya dibicarakan di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Organik Saat ini untuk pemenuhan kebutuhan pangan dari sektor pertanian mestinya sudah mengarah pada pertanian yang mempertahankan keseimbangan lingkungan.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian

I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian memiliki peran yang strategis dalam perekonomian nasional. Peran strategis pertanian tersebut digambarkan melalui kontribusi yang nyata melalui pembentukan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam

I. PENDAHULUAN. bagian integral dari pembangunan nasional mempunyai peranan strategis dalam I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris dimana sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani. Pembangunan pertanian sebagai bagian integral dari pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap

I. PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang mendasar (basic need) bagi setiap manusia untuk dapat melakukan aktivitas sehari-hari guna mempertahankan hidup. Pangan juga merupakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Ekonomi Perubahan Iklim Peningkatan suhu rata-rata bumi sebesar 0,5 0 C. Pola konsumsi energi dan pertumbuhan ekonomi yang terjadi seperti sekarang, maka diperkirakan pada tahun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Pembangunan pertanian, khususnya tanaman pangan bertujuan untuk meningkatkan produksi dan memperluas keanekaragaman hasil pertanian. Hal ini berguna untuk memenuhi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Paling tidak ada lima peran penting yaitu: berperan secara langsung dalam menyediakan kebutuhan pangan

Lebih terperinci

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan

BAB I PENGANTAR. pola curah hujan, kenaikan muka air laut, dan suhu udara serta peningkatan BAB I PENGANTAR 1.1 Latar Belakang Indonesia sebagai negara kepulauan yang terletak di daerah khatulistiwa termasuk wilayah yang sangat rentan terhadap perubahan iklim seperti perubahan pola curah hujan,

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN

BAB I. PENDAHULUAN. adalah mencukupi kebutuhan pangan nasional dengan meningkatkan. kemampuan berproduksi. Hal tersebut tertuang dalam RPJMN 1 BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Menurut Dillon (2009), pertanian adalah sektor yang dapat memulihkan dan mengatasi krisis ekonomi di Indonesia. Peran terbesar sektor pertanian adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara Indonesia merupakan negara yang terbentang luas, area pertanian di negara ini berada hampir di seluruh daerah. Penduduk di Indonesia sebagian besar berprofesi

Lebih terperinci

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka

KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN. Bambang Sayaka KAJIAN DAYA TAHAN SEKTOR PERTANIAN TERHADAP GANGGUAN FAKTOR EKSTERNAL DAN KEBIJAKAN YANG DIPERLUKAN PENDAHULUAN Bambang Sayaka Gangguan (shocks) faktor-faktor eksternal yang meliputi bencana alam, perubahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia

I. PENDAHULUAN. Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Peran sektor pertanian sangat penting terhadap perekonomian di Indonesia terutama terhadap pertumbuhan nasional dan sebagai penyedia lapangan pekerjaan. Sebagai negara

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencarian sebagai petani. Hal ini perlu mendapat perhatian berbagai pihak, karena sektor pertanian

Lebih terperinci

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang 1. I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi di negara-negara berkembang saat ini telah menjadi penyebab berubahnya pola konsumsi penduduk, dari konsumsi pangan penghasil energi ke produk penghasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pulau Jawa merupakan salah satu pulau yang menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Hampir seluruh kegiatan ekonomi berpusat di Pulau Jawa. Sebagai pusat pertumbuhan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah

BAB I PENDAHULUAN. iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Isu pemanasan global yang diindikasikan sebagai penyebab perubahan iklim sudah menjadi pengetahuan yang umum saat ini. Pemanasan global adalah kondisi dimana terdapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim

BAB I PENDAHULUAN. Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Isu strategis yang kini sedang dihadapi dunia adalah perubahan iklim global, krisis pangan dan energi yang berdampak pada kenaikan harga pangan dan energi, sehingga

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada abad 21 ini masyarakat mulai menyadari adanya bahaya penggunaan bahan kimia sintetis dalam bidang pertanian. Penggunaan bahan kimia sintesis tersebut telah menyebabkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase)

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Struktur PDB Menurut Lapangan Usaha di Indonesia Tahun (Persentase) I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang berperan sangat penting. Sektor ini mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi, laju pertumbuhannya sebesar 4,8 persen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok manusia yang harus dipenuhi. Di Indonesia salah satu tanaman pangan yang penting untuk dikonsumsi masyarakat selain padi dan jagung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranannya dalam memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan. perekonomian Indonesia. Akan tetapi, meskipun mampu menyerap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. peranannya dalam memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan. perekonomian Indonesia. Akan tetapi, meskipun mampu menyerap tenaga 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang paling penting peranannya dalam memenuhi kebutuhan manusia dan pembangunan perekonomian Indonesia. Akan tetapi, meskipun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan iklim telah menjadi isu paling penting dalam kebijakan pembangunan dan global governance pada abad ke 21, dampaknya terhadap pengelolaan sektor pertanian dan

Lebih terperinci

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono

INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN. Rommy Andhika Laksono INFORMASI IKLIM UNTUK PERTANIAN Rommy Andhika Laksono Iklim merupakan komponen ekosistem dan faktor produksi yang sangat dinamis dan sulit dikendalikan. iklim dan cuaca sangat sulit dimodifikasi atau dikendalikan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011]

BAB I. PENDAHULUAN. Tahun. Pusat Statistik 2011.htpp://www.BPS.go.id/ind/pdffiles/pdf [Diakses Tanggal 9 Juli 2011] BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertanian merupakan sumber mata pencaharian masyarakat Indonesia. Sektor pertanian yang meliputi pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan merupakan kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan iklim membawa dampak pada hampir semua aspek kehidupan dan aktivitas ekonomi. Dampak yang dirasakan ada yang bersifat langsung seperti pada sektor pertanian

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang . PENDAHULUAN. Latar Belakang Kesejahteraan dapat dilihat dari tersedianya dan terpenuhinya kebutuhan pangan. Apabila tidak tercukupinya ketersediaan pangan maka akan berdampak krisis pangan. Tanaman pangan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pola Tanam. yang perlu diperhatikan yaitu jenis tanaman, lahan dan kurun waktu tertentu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pola Tanam Pola tanam dapat didefinisikan sebagai pengaturan jenis tanaman atau urutan jenis tanaman yang diusahakan pada sebidang lahan dalam kurun waktu tertentu (biasanya satu

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang.

I. PENDAHULUAN. melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Upaya peningkatan produksi tanaman pangan khususnya pada lahan sawah melalui perluasan areal menghadapi tantangan besar pada masa akan datang. Pertambahan jumlah penduduk

Lebih terperinci

STRATEGY DAN INOVASI IPTEK MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM DAN LINGKUNGAN SEKTOR PERTANIAN BADAN LITBANG PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN

STRATEGY DAN INOVASI IPTEK MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM DAN LINGKUNGAN SEKTOR PERTANIAN BADAN LITBANG PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 10/25/2009 STRATEGY DAN INOVASI IPTEK MENGHADAPI PERUBAHAN IKLIM DAN LINGKUNGAN SEKTOR PERTANIAN Tim BBSDLP BADAN LITBANG PERTANIAN DEPARTEMEN PERTANIAN 2009 Latar Belakang Ancaman Bagi Revitalisasi Pertanian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor pertanian mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat dari kontribusi yang dominan, baik secara langsung maupun

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sangat penting karena pertanian berhubungan langsung dengan ketersediaan pangan. Pangan yang dikonsumsi oleh individu terdapat komponen-komponen

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang

I. PENDAHULUAN. rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dunia diramaikan oleh isu perubahan iklim bumi akibat meningkatnya gas rumah kaca yang memicu terjadinya pemanasan global. Pemanasan global yang memicu terjadinya perubahan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2012 KAPASITAS ADAPTASI PETANI TANAMAN PANGAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM UNTUK MENDUKUNG KEBERLANJUTAN KETAHANAN PANGAN Oleh : Sumaryanto Sugiarto Muhammad Suryadi PUSAT ANALISIS

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 1.1. Kondisi Wilayah Kabupaten Gorontalo Kabupaten Gorontalo terletak antara 0 0 30 0 0 54 Lintang Utara dan 122 0 07 123 0 44 Bujur Timur. Pada tahun 2010 kabupaten ini terbagi

Lebih terperinci

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti: PROPOSAL PENELITIAN TA. 2015 POTENSI, KENDALA DAN PELUANG PENINGKATAN PRODUKSI PADI PADA LAHAN BUKAN SAWAH Tim Peneliti: Bambang Irawan PUSAT SOSIAL EKONOMI DAN KEBIJAKAN PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pengertian Pertanian Menurut Mubyarto (1995), pertanian dalam arti luas mencakup pertanian rakyat atau pertanian dalam arti sempit disebut perkebunan (termasuk didalamnya perkebunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Sawah irigasi sebagai basis usahatani merupakan lahan yang sangat potensial serta menguntungkan untuk kegiatan usaha tani. Dalam satu tahun setidaknya sawah irigasi dapat

Lebih terperinci

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017

Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA. Volume 7, Agustus 2017 Buletin Pemantauan Ketahanan Pangan INDONESIA Volume 7, Agustus 2017 IKLIM DAN KETAHANAN PANGAN April - Juni 2017 Rendahnya kejadian kebakaran hutan Musim panen utama padi dan jagung lebih tinggi dari

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan. Secara geografis, wilayah Indonesia memiliki luas wilayah seluruhnya mencapai 5.193.252 km 2 terdiri atas luas daratan sekitar 1.910.931,32

Lebih terperinci

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Di Indonesia, padi adalah komoditas strategis yang mempengaruhi berbagai aspek kehidupan, baik sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Hingga saat ini padi atau beras

Lebih terperinci

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut:

VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: VIII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN 8.1. Kesimpulan Penelitian menyimpulkan sebagai berikut: 1. Usahatani padi organik masih sangat sedikit dilakukan oleh petani, dimana usia petani padi organik 51

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai iklim tropis, berpeluang besar bagi pengembangan budidaya tanaman buah-buahan, terutama buah-buahan tropika.

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. [Diakses Tanggal 28 Desember 2009]

I PENDAHULUAN.  [Diakses Tanggal 28 Desember 2009] I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian semakin penting karena sebagai penyedia bahan pangan bagi masyarakat. Sekarang ini masyarakat sedang dihadapkan pada banyaknya pemakaian bahan kimia di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada awal masa orde baru tahun 1960-an produktivitas padi di Indonesia hanya 1-1,5 ton/ha, sementara jumlah penduduk pada masa itu sekitar 90 jutaan sehingga produksi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa

I. PENDAHULUAN. melaksanakan usaha-usaha yang paling baik untuk menghasilkan pangan tanpa I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam beberapa tahun terakhir, masyarakat dunia mulai memperhatikan persoalan lingkungan dan ketahanan pangan yang dilanjutkan dengan melaksanakan usaha-usaha yang paling

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim tropis

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sub sektor pertanian tanaman pangan memiliki peranan sebagai penyedia bahan pangan bagi penduduk Indonesia yang setiap tahunnya cenderung meningkat seiring dengan pertambahan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki

I. PENDAHULUAN. sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia, yaitu sebagai dasar pembangunan sektor-sektor lainnya. Sektor pertanian memiliki peranan penting

Lebih terperinci

STABILISASI HARGA PANGAN

STABILISASI HARGA PANGAN STABILISASI HARGA PANGAN Oleh : Dr.Ir. Nuhfil Hanani AR DEWAN KETAHANAN PANGAN TAHUN 2008 PERANAN KOMODITAS PANGAN PRODUSEN KESEMPATAN KERJA DAN PENDAPATAN KONSUMEN RUMAH TANGGA AKSES UNTUK GIZI KONSUMEN

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini pertanian organik menjadi suatu bisnis terbaru dalam dunia pertanian Indonesia. Selama ini produk pertanian mengandung bahan-bahan kimia yang berdampak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor ekonomi andalan bagi perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah dilengkapi dengan iklim

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42%

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditas jagung (Zea mays L.) hingga kini masih sangat diminati oleh masyarakat dunia. Kebutuhan jagung dunia mencapai 770 juta ton/tahun, 42% diantaranya merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sub sektor tanaman pangan sebagai bagian dari sektor pertanian memiliki peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan pangan, pembangunan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian.

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber. penduduknya menggantungkan hidupnya pada sektor pertanian. I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Indonesia merupakan negara agraris dengan sektor pertanian sebagai sumber matapencaharian dari mayoritas penduduknya, sehingga sebagian besar penduduknya menggantungkan

Lebih terperinci

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN

PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN PEDOMAN TEKNIS BANTUAN SARANA PRODUKSI DALAM RANGKA ANTISIPASI DAMPAK KEKERINGAN DIREKTORAT JENDERAL PRASARANA DAN SARANA PERTANIAN KEMENTERIAN PERTANIAN 2015 KATA PENGANTAR Kejadian El Nino Tahun 2015

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan suatu proses yang berkelanjutan dan berkesinambungan. Pembangunan pertanian yang berhasil dapat diartikan jika terjadi pertumbuhan sektor pertanian

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar bagi sumberdaya manusia suatu bangsa. Untuk mencapai ketahanan pangan diperlukan ketersediaan pangan dalam jumlah dan kualitas

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi manfaat tidak saja digunakan sebagai bahan pangan tetapi juga sebagai bahan baku industri

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan peningkatan ketahanan pangan nasional. Hasil Sensus Pertanian 1993 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian memiliki peranan penting dalam perekonomian nasional sebagai sumber pendapatan, pembuka kesempatan kerja, pengentas kemiskinan dan peningkatan ketahanan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sektor agribisnis merupakan sektor ekonomi terbesar dan terpenting dalam perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah kemampuannya dalam menyerap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan

I. PENDAHULUAN. peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui. perannya dalam pembentukan Produk Domestic Bruto (PDB), penyerapan 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sumber pendapatan yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan perekonomian Indonesia melalui perannya dalam pembentukan Produk

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini

I. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya

Lebih terperinci

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM

VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM 141 VIII. POTENSI DAN KENDALA PENERAPAN KALENDER TANAM DALAM MENGANTISIPASI KEJADIAN IKLIM EKSTRIM Persoalan mendasar sektor pertanian menurut Tim Penyusun Road Map (2010) diantaranya adalah meningkatnya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pola hidup sehat semakin tinggi, hal tersebut diwujudkan dengan mengkonsumsi asupan-asupan makanan yang rendah zat kimiawi sebagai

Lebih terperinci

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR

STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR STUDI PREFERENSI MIGRASI MASYARAKAT KOTA SEMARANG SEBAGAI AKIBAT PERUBAHAN IKLIM GLOBAL JANGKA MENENGAH TUGAS AKHIR Oleh: NUR HIDAYAH L2D 005 387 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS

Lebih terperinci

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN Emlan Fauzi Pangan merupakan kebutuhan yang paling mendasar dari suatu bangsa. Mengingat jumlah penduduk Indonesia yang sudah mencapai sekitar 220

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah

BAB I PENDAHULUAN. memiliki dua musim yaitu musim penghujan dan musim kemarau. paling terasa perubahannya akibat anomali (penyimpangan) adalah curah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara agraris yang amat subur sehingga sebagian besar penduduknya bergerak dalam sektor agraris. Indonesia memiliki iklim tropis basah, dimana iklim

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hortikultura sebagai salah satu subsektor pertanian memiliki peran yang cukup strategis dalam perekonomian nasional. Hal ini tercermin dari perannya sebagai pemenuh kebutuhan

Lebih terperinci

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2011 DAMPAK PERUBAHAN IKLIM TERHADAP KERAWANAN PANGAN TEMPORER/MUSIMAN Oleh : Sumaryanto Muhammad H. Sawit Bambang Irawan Adi Setiyanto Jefferson Situmorang Muhammad Suryadi

Lebih terperinci

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi

seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO) juga beberapa kali mengingatkan akan dilakukan pemerintah di sektor pangan terutama beras, seperti investasi 1.1. Latar Belakang Upaya pemenuhan kebutuhan pangan di lingkup global, regional maupun nasional menghadapi tantangan yang semakin berat. Lembaga internasional seperti Organisasi Pangan se-dunia (FAO)

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar K (15 0 C ), suhu PENDAHULUAN Latar Belakang Rataan suhu di permukaan bumi adalah sekitar 288 0 K (15 0 C ), suhu tersebut dapat dipertahankan karena keberadaan sejumlah gas yang berkonsentrasi di atmosfer bumi. Sejumlah

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 122/Permentan/SR.130/11/2013 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Wilayah selatan DI Yogyakarta merupakan bentangan pantai sepanjang lebih dari 113 km, meliputi wilayah Kabupaten Bantul, Kulon Progo, dan Gunung Kidul yang dapat dimanfaatkan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perubahan dramatis paradigma pemanfaatan sumberdaya alam yang terjadi

I. PENDAHULUAN. Perubahan dramatis paradigma pemanfaatan sumberdaya alam yang terjadi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan dramatis paradigma pemanfaatan sumberdaya alam yang terjadi sejak tahun 80-an telah memperkenalkan konsep pembangunan berkelanjutan. Konsep ini berdampak kepada

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal

I. PENDAHULUAN. Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting perananya dalam Perekonomian di sebagian besar negara-negara yang sedang berkembang. hal tersebut bisa kita lihat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang

I. PENDAHULUAN. menjadi suatu keharusan, agar produksi dapat menunjang permintaan pangan yang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pangan merupakan kebutuhan pokok terpenting bagi manusia yang harus dipenuhi agar bisa bertahan hidup. Perkembangan pertanian sangat dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertambahan penduduk yang melaju dengan cepat perlu diimbangi dengan kualitas dan kuantitas makanan sebagai bahan pokok, paling tidak sama dengan laju pertumbuhan penduduk.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bagi negara-negara yang sedang berkembang, termasuk Indonesia, pembangunan pertanian pada abad ke-21 selain bertujuan untuk mengembangkan sistem pertanian yang berkelanjutan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka

TINJAUAN PUSTAKA. udara pada saat tertentu dan di wilayah tertentu yang relatif sempit pada jangka II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Cuaca dan Iklim Menurut Sarjani (2009), cuaca dan iklim merupakan akibat dari prosesproses yang terjadi di atmosfer yang menyelubungi bumi. Cuaca adalah keadaan udara pada saat

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Padi merupakan sumber bahan makanan pokok bagi sebagian masyarakat Indonesia. Apalagi setelah adanya kebijakan pembangunan masa lalu, yang menyebabkan perubahan sosial

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar,

BAB I PENDAHULUAN. Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komoditi hortikultura dalam negara agraris seperti Indonesia sangat besar, hal ini disebabkan cakupan komoditi hortikultura yang luas serta didukung oleh faktor alam

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan pertanian merupakan suatu tindakan untuk mengubah kondisi pertanian dari kondisi yang kurang menguntungkan menjadi kondisi yang lebih menguntungkan (long

Lebih terperinci

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu

stabil selama musim giling, harus ditanam varietas dengan waktu kematangan yang berbeda. Pergeseran areal tebu lahan kering berarti tanaman tebu PEMBAHASAN UMUM Tujuan akhir penelitian ini adalah memperbaiki tingkat produktivitas gula tebu yang diusahakan di lahan kering. Produksi gula tidak bisa lagi mengandalkan lahan sawah seperti masa-masa

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan

I. PENDAHULUAN. agraris seharusnya mampu memanfaatkan sumberdaya yang melimpah dengan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang merupakan salah satu indikator keberhasilan suatu negara dapat dicapai melalui suatu sistem yang bersinergi untuk mengembangkan potensi yang dimiliki

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk

I. PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Beras merupakan bahan pangan yang dikonsumsi hampir seluruh penduduk Indonesia. Perkembangan produksi tanaman pada (Oryza sativa L.) baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Beras merupakan bahan pangan pokok yang sampai saat ini masih dikonsumsi oleh sekitar 90% penduduk

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen,

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN. A. Kesimpulan. 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN A. Kesimpulan 1. Pada daerah sentra produksi utama di Indonesia, perkembangan luas panen, produksi dan produktivitas jagung dengan periodisasi tiga musim tanam jagung

Lebih terperinci

Tahun Bawang

Tahun Bawang I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya

I. PENDAHULUAN. Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Peningkatan aktivitas manusia di muka bumi telah mendorong terjadinya pemanasan global (global warming). Pemanasan global terjadi sebagai akibat dari makin

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral.

I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. I. PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sayuran merupakan tanaman hortikultura yang memiliki peran sebagai sumber vitamin dan mineral. Sayuran juga dibutuhkan masyarakat sebagai asupan makanan yang segar dan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah

TINJAUAN PUSTAKA. sektor pertanian (MAF, 2006). Gas rumah kaca yang dominan di atmosfer adalah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pertanian dan Pemanasan Global Pemanasan global yang kini terjadi adalah akibat dari makin meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfer, baik secara alami maupun secara buatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang banyak memberikan sumber kehidupan bagi rakyat Indonesia dan penting dalam pertumbuhan perekonomian. Hal tersebut

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk Indonesia yang memberikan energi dan zat gizi yang tinggi. Beras sebagai komoditas pangan pokok dikonsumsi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kerawanan pangan saat ini benar-benar merupakan ancaman nyata dan bersifat laten. Beberapa hasil pengamatan beserta gambaran kondisi pangan dunia saat ini benar-benar mengindikasikan

Lebih terperinci

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG

MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA. PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI PERTANIAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130/Permentan/SR.130/11/2014 TENTANG KEBUTUHAN DAN HARGA ECERAN TERTINGGI (HET) PUPUK BERSUBSIDI UNTUK SEKTOR PERTANIAN

Lebih terperinci