BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya. Tabel 2.1 Perbandingan Indo Communities dengan Program Lain

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya. Tabel 2.1 Perbandingan Indo Communities dengan Program Lain"

Transkripsi

1 1 BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya Tabel 2.1 Perbandingan Indo Communities dengan Program Lain No Judul Program Isi Program 1. Komunitas Unik Feature profile yang Trans 7 membahas sebuah komunitas Hari Rabu dengan durasi 30 menit. Pukul Konsep dalam menjelaskan tentang komunitas yang diliput adalah dalam bentuk cerita. Tidak ada host yang dipakai dalam program ini. Informasi yang didapatkan oleh audiens berasal dari naskah yang kemudian akan di-dubbing dengan menggunakan footage video kegiatan komunitas tersebut. Informasi lain akan didapatkan melalui wawancara dengan para anggota komunitas. Program hanya akan diisi oleh kehadiran oleh para anggota komunitas. Shooting dilakukan pada lokasi dimana Perbedaan dengan Program yang Dibuat Program INDO COMMUNITIES memiliki perbedaan yang cukup signifikan, dimana tim produksi akan menggunakan host pada program ini. Host akan melakukan wawancara langsung kepada anggota komunitas dan juga akan berinteraksi langsung serta mencoba untuk melakukan kegiatan dari komunitas tersebut. Program tim produksi juga akan membahas mengenai sejarah tentang subjek komunitas tersebut dan adanya komunitas yang serupa, terkenal serta sudah ada sejak dulu di negara-negara lain. Perbedaan lainnya adalah dimana program tim produksi dapat dijangkau oleh segala umur karena waktu tayang yang tim produksi tetapkan yaitu setiap Minggu siang dimana biasanya

2 2 2. Warna Warni (2011) BinusTV Hari Jumat Pk komunitas biasanya melakukan aksi mereka atau sekedar berkumpul. Beberapa komunitas yang diliput juga melakukan interaksi dengan masyarakat sekitar. Program ini biasanya ditayangkan pukul 12 tengah malam pada hari Rabu. Program yang ditayangkan oleh Binus TV ini membahas mengenai suatu komunitas dengan durasi tayang 30 menit. Program ini melibatkan satu host baik pria maupun wanita. Host tersebut tidak berinteraksi langsung dengan komunitasnya. Namun hanya sebagai pembawa alur program saja. waktu tersebut adalah waktu luang untuk bersantai bahkan bersama keluarga. Host pada program INDO COMMUNITIES akan berinteraksi langsung dengan komunitas. Tidak melulu hanya wawancara, host akan mencoba melakukan kegiatan dari komunitas tersebut. Hal ini untuk bertujuan untuk menunjukkan bahwa semua orang awam bisa dan boleh bergabung dengan komunitas tersebut. 2.2 Teori atau Konsep yang Berkaitan dengan Proses Pembuatan Tugas Akhir Strategi Produksi Program Televisi Strategi didefinisikan sebagai suatu program umum untuk mencapai tujuan organisasi dalam pelaksanaan misi. Kata "program" di definisikan sebagai suatu peranan aktif, sadar, dan rasional, yang dimainkan oleh pelaku organisasi dalam merumuskan strategi-strategi. Strategi juga di definisikan sebagai pola tanggapan organisasi terhadap lingkungannya sepanjang waktu. Setiap organisasi selalu memiliki strategi yang menghubungkan sumber daya manusia dan berbagai sumber daya lainnya. Strategi dijadikan sebagai sebuah

3 3 pedoman dan pengarahan yang digunakan untuk mencapai suatu tujuan. Hal ini juga berlaku pada bidang penyiaran. Semua kegiatan penyiaran selalu dilakukan melalui tahapan dan proses pelaksanaan yang sudah ditentukan, sehingga suatu program dapat tercipta dan layak untuk disiarkan. Dalam memproduksi sebuah program televisi juga dibutuhkan keahlian dalam menyusun strategi atau disebut juga manajemen strategis (Morissan, 2011: 273), baik dalam tahapan produksi maupun strategi penyusunan tim atau kru produksi. Terlepas dari masalah teknis atau non teknis, apakah kita bekerja dengan kru yang banyak atau mengerjakannya sendiri, dalam memproduksi sebuah program televisi, kita harus melalui tiga tahap, yaitu pra produksi, produksi, dan pascaproduksi (Zettl, 2009: 4) Tahap Pra Produksi Proses pra produksi merupakan tahapan yang dilalui sebelum kegiatan produksi program televisi berlangsung. Segala persiapan dan penyusunan program terjadi di tahap ini. Tanpa melalui tahap ini maka kegiatan produksi tidak akan terlaksana. Ada tiga tahapan utama yang terdapat dalam proses pra produksi, yaitu: Pertama adalah tahap penemuan ide. Ide atau gagasan tersebut ditemukan oleh seorang produser, dimana ide tersebut akan dilanjutkan ke tahapan selanjutnya. Kedua adalah tahap perencanaan. Disini perencanaan harus dibuat secara teliti dan hati-hati, sehingga perlu mengadakan meeting bersama kru produksi. Diskusi dengan beberapa kru yang terlibat dalam produksi siaran televisi merupakan tahap awal dalam pra produksi. Diskusi ini dilakukan untuk membicarakan perencanaan agar proses produksi dapat berjalan dengan lancar. Dalam tahap ini, terdapat beberapa kegiatan perencanaan seperti pembuatan konsep program, pembagian job desk masing-masing kru, dan shooting schedule. Konsep sebuah program berawal dari sebuah gagasan, dimana sebuah program produksi dapat tercipta dari orang-orang yang memiliki sebuah ide atau gagasan. Pada tahap pembuatan konsep, seorang produser harus menentukan program seperti apa yang ingin dibuat, karakteristik atau

4 4 perwatakan si presenter, dan alur program di setiap segmennya dalam bentuk rundown. Setelah proses perancangan konsep jadi, barulah dibuat sebuah proposal atau yang biasa disebut dengan desain produksi. Dalam desain produksi, tidak hanya terdapat rancangan konsep program, tetapi juga terdapat tujuan program dan sasaran yang ingin dicapai. Setelah rancangan tersebut selesai, barulah dikembangkan konsep tersebut dengan pembuatan skenario dan perancangan adegan per-adegan. Rancangan ide dan gagasan skenario serta adegan sulit untuk digambarkan melalui tulisan, sehingga tenaga illustrator dibutuhkan didalam tim produksi untuk membuat storyboard dan layout sebagai gambaran alur program di setiap segmennya. Selanjutnya pada tahap ini, setiap kru diberikan pembagian tugas atau job desk sesuai dengan keperluan produksi. Pada dasarnya, proses produksi membutuhkan sejumlah orang yang bekerja bersama-sama sebagai sebuah tim yang disebut dengan tim produksi. Tim produksi adalah orang-orang yang membantu berjalannya sebuah produksi. Pra produksi dilakukan dengan melalui sejumlah tahapan diantaranya (Rahmawati & Rusnandi, 2011: 63-82): 1. Meeting bersama kru produksi Diskusi ini dilakukan biasanya dengan kru produksi, selain itu juga dengan Art Director atau Penata Artistik, karena seorang penata artistik akan memberikan masukan serta gagasan set yang akan dibangun. Sutradara juga berdiskusi dengan penata kamera atau D.O.P (Director of Photography) untuk menentukan komposisi, angle, camera movement pada saat produksi berlangsung. 2. Shooting Schedule Penjadwalan shooting dilakukan setelah sutradara melakukan breakdown script, dalam hal ini sutradara biasanya dibantu oleh assisten sutradara. 3. Penetapan Ide Cerita Penggalian fakta terhadap setting cerita dan karakter harus diperhatikan sebelum produksi dilakukan. Selain itu penggalian pemahaman dan pengetahuan terhadap informasi yang sudah ada juga diperlukan.

5 5 4. Pembuatan Skenario Pembuatan skenario, meskipun lazimnya dilakukan dalam proses produksi film komersial, namun dapat diadaptasi untuk proses pembuatan produk audio-visual lainnya dengan penyesuaian seperlunya. 5. Pembuatan Storyboard dan Layout Storyboard adalah rangkaian gambar ilustrasi yang berusaha menjelaskan bahasa tulisan skenario ke dalam bahasa visual. Adegan demi adegan cerita yang sebelumnya telah dirumuskan dalam bentuk kata-kata, dibuat dalam bentuk gambaran visual yang semirip mungkin sehingga terbentuk sebuah ilustrasi pada saat pengambilan gambar. Layout adalah bentuk lanjutan dan terakhir dari kegiatan pra produksi. Gambar-gambar yang ada di storyboard dirangkai dalam suatu kegiatan editing video, sesuai skenario. 6. Membuat dan Mengajukan Budget Seorang produser harus membuat dan mengajukan proposal rencana anggaran biaya produksi program yang akan dikerjakan oleh pihak produksi. Hal ini bertujuan untuk menunjang proses produksi agar dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan yang diinginkan. 7. Survei Lokasi Memilih dan mencari lokasi pengambilan gambar sesuai dengan naskah. Pemilihan lokasi ini biasanya dilakukan agar apa yang telah disusun dalam skenario dapat terwujud semirip mungkin dan dapat menggambarkan apa yang ada di dalam naskah. 8. Mempersiapkan Talent, Properti, dan Kostum Kostum dibutuhkan agar tokoh cerita dapat sesuai dengan penokohan yang telah disusun dalam naskah. Properti dibutuhkan untuk mendapatkan hasil video yang baik dan berkualitas, juga untuk mendukung latar yang telah ditentukan. Talent adalah individu-individu yang dapat memerankan tokoh yang telah ditentukan di dalam naskah. Untuk memperoleh talent biasanya dapat dipilih langsung oleh produser, atau dilakukan proses casting.

6 Tahap Produksi Proses produksi merupakan tahap pengambilan gambar. Kegiatan ini disebut juga dengan shooting. Tahap produksi dapat dilakukan di dalam studio maupun diluar studio. Dalam proses produksi dikenal dua istilah, yaitu live dan tapping. Produksi live merupakan kegiatan terakhir dalam tahap pembuatan sebuah program. Karena program tersebut disiarkan secara langsung sehingga tidak dapat diulang. Sedangkan produksi tapping merupakan kegiatan pembuatan program yang dibantu dengan alat perekam dan tidak disiarkan secara langsung, sehingga pada proses pengambilan gambar masih dapat mengulang kesalahan adegan. Berlangsungnya proses produksi sangat bergantung pada tim produksi. Selain itu proses produksi program televisi juga bergantung pada seseorang atau beberapa orang yang mejadi talent atau host untuk memandu jalannya acara. Serta melibatkan juga beberapa narasumber untuk beberapa program acara seperti talkshow dan program diskusi lainnya. Proses produksi sangat terpaku pada peralatan yang digunakan dalam pembuatan sebuah program televisi. Peralatan yang digunakan untuk produksi acara TV di studio dan diluar studio memiliki sedikit perbedaan. Karena, tidak semua peralatan yang digunakan saat produksi didalam studio, digunakan juga pada saat produksi diluar studio. Dalam pelaksanaan produksi, tim produksi bertugas membuat perencanaan ide, gagasan, dan konsep menjadi sebuah gambar yang layak untuk ditonton. Maka dari itu, diperlukan penentuan jenis shoot yang akan diambil dalam tiap adegannya Tahap Pasca Produksi Tahap ini merupakan tahapan terakhir dalam proses produksi sebuah program televisi. Dalam proses pasca produksi terdapat beberpa tahap sebelum akhirnya menjadi sebuah tayangan yang layak untuk disiapkan. Ada

7 7 dua tahapanya yaitu: proses editing dan evaluasi. Proses editing masa kini berbeda dengan proses editing dulu. Kini proses editing menggunakan teknologi digital dimana proses editing yang dilakukan lebih mudah dan efisien. Berbeda dengan sistem editing analog yang lebih rumit. Sebelum proses editing video secara digital dimulai, terdapat tahap capturing. Tahap capturing merupakan kegiatan mentransfer audio visual yang terekam dalam kaset digital kedalam komputer. Sehingga materi yang nanti akan masuk kedalam editing sudah dalam bentuk file. Setelah seluruh materi yang akan digunakan selesai dipindahkan, barulah proses editing dapat dilakukan. Proses editing merupakan kegiatan penyusunan dan perangkaian seluruh materi hasil syuting sehingga menjadi sebuah produk akhir (product final) yang layak dan siap untuk ditayangkan. Orang yang mengerjakan tahap ini disebut sebagai seorang editor (Fachruddin, 2012: 394).. Dalam tahap editing, terdapat tiga langkah utama, yaitu editing offline, editing online, dan mixing. Editing offline disebut juga dengan editing kasar, dimana materi hasil syuting langsung dipilih dan disusun menjadi sebuah rangkaian cerita sesuai dengan rundown. Selanjutnya dilakukan proses screening, dimana bahan yang sudah diproses didalam editing offline diperiksa kembali, sehingga apabila masih ada gambar yang ingin ditambah dan dikurangi masih dapat dilakukan. Setelah tahap editing offline selesai dilakukan, selanjutnya masuk kedalam tahap editing online. editing online merupakan penyempurnaan hasil editing offline. editing online biasanya dilakukan sekaligus dengan proses mixing. Dimana pada tahap ini, editor memasukkan musik, efek gambar, dan suara seperti sound effect serta rekaman narasi atau dubbing yang diselaraskan dengan gambar Konsep Program Features Features pengertiannya sama dengan softnews, demikian dengan cara membuatnya tidak berbeda jauh denan membuat berita telivisi. Namun karena features bukan informasi yang harus cepat disajikan agar tidak basi

8 8 informasinya, maka Membuat features sangat flesksibel sesuai dengan kebutuhan. Features memiliki pengertian juga suatu jenis Berita yang membahas satu pokok Bahasan, satu tema yang diungkapkan lewat berbagai pandangan yang saling melengkapi, mengurai, menyoroti secara kritis dan disajikan dengan berbagai kreasi. Kreasi yang dimaksudkan adalah narasi wawancara, vox pop, music,sisipan puisi-puisi, bahkankadang ada sandiwara pendek atau fragmen yang dipandu seorang pembawa acara (host). Penyajian features bobot informasinya ringan, dalam arti tidak langsung pada pokok persoalan (straight news). Pemaparan bahasanya bertutur dan sifat laporannya investigasi maka features bisa disebut juga bagian dari liputan mendalam. Features adalah gabungan antara unsur opini, dokumenter, dan ekspresi. Features merupakan reportase yang dikemas lebih mendalam dan luas disertai sedikit kebutuhan aspek human interest agar memiliki dramatika. Features di televisi memiliki pengaruh yang sangat dalam bagi pemirsa, karena dapat dilihat secara fisik tanpa narasi pajang. Gambar dan atmosfer yang terekam dalam kamera lebih memberikan gamabaran sesungguhnya. Ciri features televisi lebih luwes pendekatannya dibandingkan dengan hardnews. Struktur features tidak terikat dengan bentuk piramida terbalik, di mana pokok pikiran utama bisa disajikan di tengah atau akhir, karena kesimpulan cerita bisa saja tercapai sebelum cerita itu berakhir (Fachruddin, 2012 : ) Dengan demikian, program features dapat diartikan sebagai dasar dari sesautu paket program televisi. Hal ini terjadi karena: 1. Perencanaan, Pra-Produksi, Produksi hingga finishing (kecuali editing) dapat dikerjakan oleh seorang produser / reporter dan juru kamera 2. Tidak memerlukan peralatan yang banyak karena SDM hanya dua orang sehingga sangat efisien dan efektif 3. Kemurnian materi cerita / realita atau fakta menjadi Bahasan cerita sehingga ada manipulasi makna dan tujuan program

9 Karakteristik Program Features Program features kadang syarat dengan kadar keilmuan, hanya pengolahannya secara popular, sehingga nyaman disimak dan menghibur. Cerita features adalah pengemasan informasi yang kreatif, kadang-kadang subjektif, yang terutama dimaksudkan untuk Membuat senang dan memberi informasi kepada pemirsa tentang suatu kejadian, keadaan atau aspek kehidupan. Berikut karakteristik program features yang akan diproduksi: a. Kreativitas (creative) Berbeda dari Berita (hardnews), features memungkinkan jurnalis menciptakan sebuah cerita. Cerita features dicitrakan sebagai cerminan karya kreatif individual seorang jurnalis. Meskipun masih diikat etika bahwa features harus akurat, karangan fiktif dan khayalan tidak diperbolehkan. Jurnalis bisa mencari features dalam pikirannya, kemudian setelah mengadakan penelitian terhadap gagasannya itu, ia bisa memulai memproduksi secara bertahap. b. Informatif Features bisa memberikan informasi kepada Masyarakat mengenai situasi atau aspek kehidupan yang mungkin diabaikan dalam kemasan informasi si berita hardnews. Aspek informatif mengenai program features bisa juga dalam bentuk lain. Features bisa menjadi alat yang ampuh sebagai pembawa pesan moral tertentu yang ingin disampaikan kepada pemirsa. Seperti nilai-nilai kejujuran, kesetiaan, sikap tulus tanpa pamrih, pengorbanan, kegigihan suatu perjuanga, kebersihan hati, keluhuran budi, pengabdian, dan cinta kasih. Features bisa menggelitik hati sanubari manuasia untuk menciptakan perubahan yang konstruktif. c. Menghibur (Entertainment) Dalam persaingan program televisi yang sangat ketat saat ini, features menjadi alternatif untuk meng-counter program sinetron, reality show, dan sebagainya, karena memiliki segmentasi audiensi yang berbeda. Bagi stasiun televisi, menayangkan features membutuhkan biaya yang relatif terjangkau, namun menghadirkan sentuhan perasaan manusia.

10 10 d. Awet (Timeless) Berita (hardnews) mudah sekali punah dimakan waktu, tetapi features bisa ditayangkan kapan saja bahkan berkali-kali disiarkan pun masih tetap menarik perhatian pemirsa. e. Subjektivitas Beberapa features ditulis dalam bentuk aku, sehingga memungkinkan pada program features jurnalis memasukkan emosi dan pikirannya sendiri Fungsi Program Features Televisi Dengan kedudukan yang terbukti sangat penting (berdasarkan data / realita pada rating features distasiun televisi), maka fungsi program features televisi mencakup lima hal berikut: 1. Sebagai pelengkap sekaligus variasi program berita. Tanpa features, program berita terkesan monoton, harus ada strategi menjaga kesinambungan pemirsa untuk tetap menonton berita secara utuh. Dalam jurnalistik tidak semata-mata suatu keterampilan, jurnalistik sekaligus juga seni. Pada seni terkandung proses kreatif yang memiliki daya tarik dan menggoda. 2. Memberikan informasi tentang suatu situasi, keadaan atau peristiwa yang telah terjadi dari perspektif jurnalis dengan pendekatan human interest yang dominan. Informasi yang disajikan berita sangat formal dan hanya menunjuk pada hal-hal yang sifatnya penting sekali. Adapun features sebaliknya, serpihan informasi ringan, unik, menyentuh perasaan, dan terperinci yang belum terangkut pada program menjadi materi berharga dalam kisah jurnalistik (features) yang berbobot karena pemirsa televisi membutuhkan informasi tersebut. 3. Memberikan hiburan atau saran rekreasi (yang hadir di layar kaca) dan pengembangan imajinasi yang menyenangkan (pemirsa - enjoy). Fungsi menghibur (to entertain) senantiasa melekat pada setiap Bentuk media. Hampir 80% media elektronik televisi memanjakan pemirsanya dengan program yang sifatnya

11 11 menghibur. Fungsi menghibur tak pernah terpisahkan bagaikan dua sisi mata uang. Pemirsa membutuhkan program televisi karena terdesak akan hiburan untuk mengembangkan imajinasi bagi keseimbangan kejiwaannya dalam segala tingkatan usia. 4. Sebagai wahana pemberi nilai dan makna terhadap suata keadaan atau peristiwa unik yang terlewatkan atau belum diketahui secara luas. 5. Sebagai sarana ekspresi yang paling efektif dalam memengaruhi pemirsa televisi Teknik Pengambilan Gambar Setelah memahami konsep sebuah program features maka seorang cameraperson dapat melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik dengan menggabungkan berbagai unsur dan elemen dalam videografi untuk membentuk gambar yang baik. Banyak unsur yang harus diperhatikan seorang cameraperson, seperti ukuran gambar, sudut pengambilan gambar, komposisi gambar, kesinambungan gambar, dan lainnya. Pada tahapan pra-produksi, kameramen akan berunding dan bertukar pikiran dengan produser mengenai konsep episode dan gambar-gambar apa saja yang diinginkan oleh produser untuk dapat memvisualisasikan pesan yang ingin disampaikan oleh produser. Cameraperson juga akan mendiskusikan gambar-gambar apa saja yang perlu diambil dan dari sudut apa. Seorang kameramen akan berperan paling dominan dalam proses produksi dimana dilaksanakan proses shooting. Ia harus menerapkan hasil diskusi dengan produser tersebut dalam pelaksanaan proses shooting. Hal pertama yang harus dilakukan adalah mengatur pengaturan dalam kamera agar sesuai dengan lokasi shooting. Pengertian atas pegambilan gambar dari sebuah shoot atau ukuran gambar sangat berpengaruh pada cara sutradara mengarahkan juru kamera untuk mengambil gambar-gambar yang dibutuhkan. Adapun sutradara televisi berpengaruh memberi komando penyutradaraan kepada seluruh kru produksi baik di studio atau luar studio.

12 12 Persiapan yang harus dilakukan sebelum perekaman gambar adalah pastikan objek dalam keadaan : 1. Fokus (gambar harus tajam tidak blur) 2. Irish (teraang tampak alamiah) 3. Shot size (ukuran gambar) 4. Komposisi gambar 5. Stabil tidak goyang 6. Gerakan kamera kalau diperlukan 7. Continuity (kesinambungan gambar) 8. Motivasi atau alasan yang kuat Dalam bahasa visual, dasar-dasar pembingkaian gambar dikenal dengan the grammar of the shot oleh Roy Thomson dalam buku Naratama. Masih dalam buku Naratama, Desi K. Bognar menyatakan Shoot adalah the single continous take by the camera in one set up. Dengan kata lain shoot merupakan bagian dari rangkaian gambar yang begitu panjang, yang hanya direkam dengan satu take saja. Diki Umbara menyatakan teknik pengambilan gambar merupakan teknik mengumpulkan materi untuk membangun suatu cerita. Maka dari teknik ini harus sangat diperhatikan oleh kameran dalam proses shooting. Beberapa hal teknis seperti cara pengambilan tipe shot, komposisi gambar, sudut pengambilan gambar, pergerakan kamera, membangun sequence, dan garis imajiner harus dipahami oleh seorang cameraperson guna menghasilkan gambar yang baik dan juga memiliki rasa seni yang tinggi. (Diki Umbara, 2009:88-89) Maka dari itu, selanjutnya akan dibahas unsur-unsur yang harus dipahami lebih dalam oleh cameraperson dalam proses shooting. Unsurunsur ini dijelaskan oleh Andi Fachruddin dalam bukunya Dasar-Dasar Produksi Televisi Ukuran Gambar Dalam pengambilan gambar, kita harus mengetahui terlebih dahulu bentuk gambar yang ingin kita ambil. Pengambilan gambar akan membentuk gambaran subjek di pikiran masyarakat.

13 13 1. Extreme long shot (ELS) : ukuran gambar ELS merupakan kekuatan yang ingin menetapkan suatu (peristiwa, pemandangan) yang sangat-sangat jauh dan panjang dan luas berdimensi lebar. Biasa digunakan untuk komposisi gambar indah pada sebuah panorama. 2. Very Long Shot (VLS) : gambar-gambar opening scene atau bridging scene dimana permisa divisualkan adegan kolosal, kota metropolitan dan sebagaainya. Posisi kamera diletakkan beragam seperti top angle dari helikopter, menggunakan crane atau jimmy jib. Tidak cocok dengan handheld atau dipanggul di bahu. 3. Long shot (LS) : keseluruhan gambaran dari pokok materi dilihat dari kepala ke kaki atau gambar manusia sepenuhnya. Dikenal dengan landscape format. 4. Medium Long Shot (MLS) : memotong pokok materi dari lutut sampai puncak kepala pokok materi. Dari Long Shot ditarik garis imajiner lalu di zoom in sehingga lebih padat dan menjadi MLS. Angle ini dipakai untuk memperkaya keindahan gambar. 5. Medium Shot (MS) : gambar dari pinggul pokok materi sampai pada kepala pokok materi. Komposisi gambar terbaik untuk wawancara. Pemirsa dapat melihat dengan jelas ekspresi dan emosi. 6. Middle Close Up (MCU) : dari dada pokok materi sampai puncak kepala. Potret setengah badan dengan keleluasaan background yang masih bisa dinikmati. Memperdalam gambar dengan menunjukkan profil dari objek yang direkam. 7. Close Up (CU) : sudut ini meliput wajah yang keseluruhan dari pokok materi. Objek menjadi titik perhatian utama dalam pengambilan gambar dan latar belakang hanya terlihat sedikit. Fokus kepada wajah, digunakan sebagai komposisi gambar yang paling baik untuk menggambarkan emosi atau reaksi seseorang. 8. Big Close Up (BCU) : lebih tajam dari Close Up, mampu mengungkapkan kedalaman pandangan mata, kebencian raut muka dan emosional wajah. Tanpa intonasi/narasi, Big Close Up sudah bisa mewujudkan arti reaksi spontanitas atau refleks seseorang. 9. Extreme Close Up (ECU) : kekuataannya ada pada kedekatan dan ketajaman yang hanya fokus pada satu objek. Sering digunakan untuk

14 14 memperhebat emosi dari suatu pertunjukkan musik atau situasi yang dramatis. Kesulitannya adalah dalam menciptakan depth of field, karena jarak objek dan jangkauan lensa kamera terlalu dekat Sudut Pengambilan Gambar Seorang kameramen juga harus memahami sudut pengambilan gambar pada kamera karena hal ini sangat vital. Beda sudut pengambilan maka makna yang dihasilkan pun akan beda juga. Sudut pengambilan gambar merupakan aspek penting untuk membentuk gambaran sebuah subjek. Beberapa pilihan dalam sudut pengambilan gambar adalah 1. High angle, adalah pengambilan gambar dengan meletakkan tinggi kamera di atas objek/garis mata orang. Kesan yang ingin disampaikan objek tampak seperti tertekan atau imperior. 2. Eye level (normal), dimana tinggi kamera sejajar dengan garis mata objek yang dituju. Kesan yang disajikan kewajaran, kesetaraan dan sederajat. Tidak ada inntervensi khusus yang terlihat pada subjek. 3. Low Angle, adalah pengambilan gambar dengan meletakkan tinggi kamera di bawah objek atau garis mata orang. Objek akan tampak berwibawa, dominan, menekan dan superior Komposisi Gambar Komposisi adalah pengaturan / penataan dan penempatan unsur-unsur gambar ke dalam frame /bingkai gambar. Komposisi sangat erat kaitannya dengan rasa seni, perasaan dan ekspresi seseorang. Komposisi gambar harus memerhatikan faktor keseimbangan, keindahan, ruang dan warna dari unsurunsur gambar serta daya tarik tersendiri. Unsur-unsur gambar dalam komposisi : tokoh/manusia (obyek) termasuk perlengkapan kostum dan make up; lokasi gedung, dekorasi dan properti; warna, cahaya, dan lainnya.

15 15 Framing merupakan penempatan unsur-unsur gambar ke dalam frame yang bertujuan menempatkan objek pada komposisi yang baik, serta terpenuhinya unsur keseimbangan frame kiri dan kanan, atas dan bawah. 1. Trianggulasi Pusat perhatian ditempatkan pada puncak suatu segitiga. Bagianbagian lainnya ditempatkan pada pangkal dasar suatu koomposisi. Keseimbangan sisi kiri dan kanan objek serta atas dengan background yang mengesankan objek menjadi elegan dan enak dipandang. 2. The rule of thirds (The golden mean) Pedoman dalam penempatan unsur-unsur gambar dalam frame yang dibagi atas tiga bagian secara vertikal dan tiga bagian secara horizontal. Perpotongan garis vertikal dan horizontal merupakan titik perhatian pemirsa dalam menyaksikan suatu adegan. Interest point of object (pusat perhatian) sebaiknya ditempatkan pada titik-titik perpotongan tersebut. 3. Walking room (lead room) Ruang yang menunjukkan arah jalan objek sampai tepi frame, ruang depan lebih luas dua kali dibanding ruang belakang (30-50%). Teknik pengambilan gambar dengan memberikan sisa jarak ketika seseorang bergerak ke arah tertentu. Tanpa memperhatikan walking room, objek gambar orang akan tampak terhalangi atau terhenti di layar televisi. 4. Looking room/ nose room Jarak pandang objek ke depan dengan perbandingan dua bagian depan satu bagian belakang (30-50%). Ketika objek gambar melihat atau menunjuk ke suatu arah, harus tersedia ruang kosong pada arah yang dituju. Pengambilan gambar tanpa looking room akan terlihat janggal dan tidak seimbang. 5. Head room Teknik pengambilan gambar ini, ruang dari atas kepala sampai tepi atas frame, ruang bagian ini sepermpat dari kepala objek. Ruang kosong yang berada di atas kepala harus seimbang dengan tepi layar televisi. Namun kalau kebanyakan, maka gambar tampak tidak seimbang dan objek tampak tenggelam di layar televisi, gambar akan tidak nyaman dilihat. 6. Aerial Shot

16 16 Pengambilan gambar daratan dari udara dengan meletakkan posisi kamera pada pesawat udara. Fungsi pengambilan gambar ini untuk melihat suasana di bawah daratan secara menyeluruh dan leluasa. 7. Over the shoulder shot Kamera berada di salah satu pelaku, di belakang objek yang membelakangi dan tampak di dalam frame. Sementara objek utama lebih difokuskan tampak menghadap kamera dengan latar depan bahu lawan main. 8. Establishing shot Pengambilan gambar yang menampilkan keseluruhan objek ditambah dengan ruang di sekitarnya sebagai pemandangan atau suatu tempat untuk memberi orientasi dimana peristiwa atau bagimana kondisi adegan itu terjadi. 9. Point of view Teknik pengambilan gambar yang menghasilkan arah pandang pelaku atau objek utama dalam frame. 10. Canted shot Kamera dalam posisi miring ke kiri atau kanan dengan statis, sehingga menggambarkan frame menjadi diagonal dengan kesan atraktif objek yang dituju. Biasanya digunakan pada tayangan MTV, saat opening oleh presenter. 11. Crazy shot Menggerakan kamera ke kiri dan kanan secara dinamis. Tidak lazim pada program formal dan normal. Jenis ini sering digunakan sebagai cara untuk menggairahkan gambar yang disesuaikan dengan ritmenya. Sering digunakan dalam proses pembuatan video klip. 12. Subjective shot dan objective shot Teknik pengambilan gambar yang secara psikologis melibatkan penonton sebagai pelaku dalam scene tersebut. 13. Type of shot Produksi program televisi yang akan disesuaikan dengan format program yang telah ditetapkan sbelumnya. Hal ini akan mempermudah proses penyampaian pesan, menghibur dan memberikan makna yang

17 17 afektif pada pemirsa televisi, sehingga tipe pengambilan gambar menjadi dasar pembuatan program acara tv adalah sebagai berikut : a. Simple shot Proses pengambilan gambar yang menggunakan pengambilan statis, tanpa pergerakan dengan cut to cut. Biasanya digunakan untuk merekam penyiar berita. b. Complex shot Proses yang bervariasi dengan kombinasi antara statis dengan pergerakan lensa, sehingga menghasilkan komposisi gambar yang indah dan enak ditonton. Biasanya digunakan dalam program fashion show, kuis, dan lainnya. c. Developing shot Proses dengan menggunakan seluruh pergerakan kamera dengan berbagai angle, sehingga terbentuk pengambilan gambar yang dramatis. 14. Object in frame Pengambilan gambar orang oleh kamera dalam satu frame dengan mengabaikan shot size orang tersebut. Pengambilan gambar ini dibagi atas one shot, two shot, three shot, group shot. One Shot adalah dimana hanya terdapat satu orang dalam sebuah frame. Two Shot saat merekam dua orang dalam satu frame. Three Shot adalah adanya tiga orang yang berada dalam satu frame dalam proses perekaman gambar. Group Shot adalah proses perekaman gambar dimana ada sekelompok orang yang berjumlah dari tiga yang berada dalam satu frame Pergerakan Kamera Untuk dapat membuat sebuah gambar bercerita dengan baik, maka kameramen juga harus memahami tentang pergerakan kamera. Hal ini supaya gambar memiliki efek yang tepat untuk menggambarkan tentang pesan yang ingin disampaikan. Beberapa jenis pergerakan kamera menurut Andi Fachruddin adalah :

18 18 1. Crub/truck Pergerakan seluruh badan kamera secara horizontal ke kiri dan kanan dengan sasaran menunjukkan keberadaan objek agar mempertahankan komposisi awal dan menunjukkan perubahan latar belakang. 2. Swing Pergerakan seluruh badan kamera ke kiri dan kanan membentuk oval, tujuannya adalah untuk menunjukkan keberadaan objek dengan mempertahankan komposisi awal. 3. Zoom in and out Zoom in dimana lensa pada kamera bergerak maju untuk mendapatkan gambar objek yang lebih besar. Zoom out saat lena kamera bergerak mundur agar gambar melebar dan objek tampak menjauhkan obyek dari close up ke long shot. 4. Pan left and right Panning adalah gerakan kamera menyamping. Pan left saat kamera bergerak memutar ke kiri dan pan right adalah saat kamera bergerak memutar ke kanan. 5. Tilt up and down Pergerakan kamera secara vertikal saat mengambil gambar. Kamera bergerak ke atas saat tilt up dan kamera bergerak ke bawah saat tilt down Kesinambungan Gambar Continuity adalah teknik penggabungan dan pemotongan gambar untuk mengikuti suatu aksi melalui satu patokan tertentu. Contohnya seperti gambar seseorang yang sedang memandang ke arah sisi layar televisi dilanjutkan dengan gambar yang memperlihatkan objek apa yang dilihat oleh orang tersebut. Kesinambungan gambar memang diciptakan oleh editor pada tahap pasca-produksi, namun sebelumnya, kameramen harus berhasil untuk mendapatkan gambar yang tepat yang nantinya akan digunakan oleh editor pada tahap editing. Tujuannya untuk menghubungkan berbagai shot yang ada adalah agar aliran adegan menjadi jelas, halus dan lancar. Bentuk continuity yang

19 19 digunakan agar memudahkan penyampaian pesan, menghibur dan memberikan makna yang berdampak afektif bagi pemirsa televisi : 1. One scene three shot continuity direction Penggabungan gambar dalam satu scene yang terdiri dari tiga shot dengan continuity dari gambar fokus objek one scene shot, dilanjutkan one scene shot lawan mainnya dan diakhiri dengan two shot dramatis. 2. Three shot continuity action, two object one moment Menyajikan aksi dua objek yang sedang beraktivitas dengan background statis pada suatu momen. Three shot one scene tanpa pergerakan kamera untuk merekam action object yang seluruhnya stabil dengan two shot. 3. Three shoot contrinuity direction Digunakan untuk memperjelas dialog yang sedang berlangsung. Biasanya digunakan pada acara talkshow. Menggabungkan front middle left side, long shot, front middle right side, sehingga emosional pernyataan serta ekspresi objek yang berdialog terekam secara alamiah. 4. Three shot continious direction scene Penggabungan three shot gambar dalam satu scene yang memfokuskan masing-masing objek, saat sedang berinteraksi aktif secara terus menerus. Diawali shot front middle side object yang saling berhadapan dengan shot front middle right side, sehingga dapat terlihat interaksinya, lalu diakhiri two shot di mana kedua objek saling berhadapan Komunikasi Organisasi Komunikasi berasal dari bahasa latin 'communis' atau dalam bahasa inggris 'common' yang berarti sama. Sehingga kegiatan komunikasi dapat diartikan sebagai kegiatan yang dilakukan untuk mencapai kesamaan makna. Melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan, maupun sikap dengan lawan komunikasi (Rohim, 2009: 109). Organisasi terdiri dari tindakan-tindakan, interaksi, dan transaksi yang melibatkan orang-orang (Pace & Faules, 2001: 11). Organisasi diciptakan dan

20 20 dipupuk melalui kontak-kontak yang terus menerus berubah yang dilakukan orang-orang yang perilakunya membentuk organisasi tersebut. Komunikasi organisasi dapat didefinisikan sebagai pertunjukan dan penafsiran pesan diantara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu (Pace & Faules, 2001: 31). Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan. Komunikasi adalah sebuah cara yang dilakukan oleh seorang pemimpin organisasi kepada para anggotanya, agar anggotanya mengetahui dan menyadari tujuan dan rencana dari organisasi tersebut, sehingga mereka dapat berperan secara penuh dan efektif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja organisasi sangat tergantung pada kinerja individu yang ada di dalamnya. Berbagai upaya meningkatkan produktivitas organisasi harus dimulai dari perbaikan produktivitas individu (Yunus, 2012: 170). Tim produksi menggunakan konsep komunikasi organisasi dalam penggarapan program INDO COMMUNITIES. Adanya kerja sama antar divisi dalam sebuah struktur oganisasi untuk mencapai hasil akhir membuat komunikasi organisasi harus dapat diterapkan dengan baik dalam internal tim produksi. Adanya kerja sama yang baik dan komunikasi yang lancar antara kameramen, editor dan produser sangat diperlukan dalam proses memproduksi sebuah program Arah Aliran Komunikasi Menurut Pace & Faules (2001) ada empat jenis aliran komunikasi yang mengalir di dalam sebuah organisasi yaitu: 1. Komunikasi ke Bawah Komunikasi ke bawah dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari jabatan berotoritas lebih tinggi kepada mereka yang berotoritas lebih rendah. Biasanya ada anggapan bahwa informasi bergerak dari manajemen kepada para pegawai; namun, dalam organisasi kebanyakan hubungan ada pada kelompok manajemen (Davis, 1967).

21 21 Ada dua masalah utama di dalam komunikasi ke bawah yaitu: (1) jenis informasi apa yang disebarkan dari tingkat manajemen kepada para pegawai dan (2) bagaimana informasi tersebut disediakan. Ada lima jenis informasi yang biasa dikomunikasikan dari atasan kepada bawahan (Katz & Kahn, 1996): (1) informasi mengenai bagaimana melakukan pekerjaan, (2) informasi mengenai dasar pemikiran untuk melakukan pekerjaan, (3) informasi mengenai kebijakan dan praktik-praktik organisasi, (4) informasi mengenai kinerja pegawai, dan (5) informasi untuk mengembangkan rasa memiliki tugas (sense of mission). 2. Komunikasi ke Atas Komunikasi ke atas dalam sebuah organisasi berarti bahwa informasi mengalir dari tingkat yang lebih rendah (bawahan) ke tingkat yang lebih tinggi (penyelia). Setiap bawahan yang memiliki alasan yang baik atau meminta informasi dari atau memberi informasi kepada seseorang yang otoritasnya lebih tinggi dari dia menjadi salah satu syarat untuk terjadinya komunikasi ke atas. 3. Komunikasi Horisontal Komunikasi horisontal terdiri dari penyampaian informasi di antara rekan-rekan kerja yang berada di dalam unit kerja yang sama. Unit kerja meliputi individu-individu yang ditempatkan pada tingkat otoritas yang sama dalam organisasi dan mempunyai atasan yang sama. 4. Komunikasi Lintas Saluran Komunikasi lintas saluran adalah penyampaian informasi yang terjadi di dalam suatu organisasi, dimana para anggotanya melintasi jalur fungsional dan berkomunikasi dengan orang-orang yang diawasi dan yang mengawasi tetapi bukan atasan atau bawahan mereka Manajemen Ilmiah Taylor Pendekatan Taylor (1917) terhadap manajemen dilakukan di sekittar empat unsur kunci: pembagian kerja, proses skalar dan fungsional, struktur, dan rentang kekuasaan Menggunakan analisis Sofer (1972) pembahasan dari poin tersebut adalah sebagai berikut :

22 22 1. Pembagian Kerja Pembagian kerja menyangkut bagaimana tugas, kewajiban dan pekerjaan organisasi didistribusikan. Dalam pengertian birokratik, kewajiban perusahaan secara sistematis dibebankan kepada jabatanjabatan dalam suatu tatanan spesialisasi yang menurun. Pekerjaan setiap orang terbatas pada pelaksanaan suatu fungsi, yang merupakan konsep pembagian kerja. 2. Proses Skalar dan Fungsional Proses skalar dan fungsional berkaitan dengan pertumbuhan vertikal dan horisontal organisasi. Proses skalar menujukkan rantai perintah atau dimensi vertikal organisasi. Pembagian kerja ke dalam tugas-tugas yang lebih khusus dan pembentukan kembali bagian-bagian lebih khusus menjadi unit-unit yang sesuai adalah hal-hal yang berkaitan dengan proses-proses fungsional dan ekspansi horisontal organisasi. 3. Struktur Teori klasik berfokus pada dua struktur dasar yang disebut lini dan staf. Struktur lini menyangkut saluran-saluran kewenangan organisasi yang berkaitan dengan pencapaian tujuan organisasi. Nilai dasar yang membedakan lini dan staf terletak pada wilayah pembuatan keputusan. Istilah lini berarti bahwa kewenangan terkahir terletak pada jabatanjabatan dalam struktur itu. Sedangkan, tenaga staf memberi nasihat dan jasa untuk membantu lini. 4. Rentang Pengawasan Rentang pengawasan (span of control) menunjukkan jumlah bawahan yang berada di bawah pengawasan seorang atasan. Meskipun sering dinyatakan bahwa jumlah bawahan yang dapat diawasi seorang manajer adalah lima atau enam orang, dalam praktik rentang pengawasan tersebut bervariasi. (Pace & Faules, 2001: 49-52).

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya Tabel 2.1 Perbandingan dengan Program Sebelumnya. No Judul Program Isi Program

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya Tabel 2.1 Perbandingan dengan Program Sebelumnya. No Judul Program Isi Program BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya Tabel 2.1 Perbandingan dengan Program Sebelumnya No Judul Program Isi Program Perbedaan dengan Program yang Dibuat 1. Komunitas Unik Rabu

Lebih terperinci

PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR

PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR PRAKTIKUM 2. PENGAMBILAN GAMBAR Tujuan praktikum : Mahasiswa dapat melakukan pengambilan gambar dalam berbagai ukuran, angle kamera dan pergerakan kamera. 2.1. UKURAN GAMBAR Ukuran pengambilan gambar selalu

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Film 2.1.1 Pengertian Film Kehadiran film sebagai media komunikasi untuk menyampaikan informasi, pendidikan dan hiburan adalah salah satu media visual auditif yang mempunyai jangkauan

Lebih terperinci

Produksi AUDIO VISUAL

Produksi AUDIO VISUAL Modul ke: Produksi AUDIO VISUAL Storyboard Shooting board Dorector board Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id Pendahuluan: Storyboard

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Camera Person BAB 5 EVALUASI 5.1 Camera Person Sebuah program acara, seorang camera person sangat berperan penting dan bertanggung jawab atas semua aspek saat pengambilan gambar. Seperti pergerakan kamera, ukuran gambar,

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi adalah media massa yang sangat diminati dan tetap menjadi favorit masyarakat. Kekuatan audio dan visual yang diberikan televisi mampu merefleksikan kehidupan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi.

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. mengenai pelaksanaan produksi dan pasca produksi. BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Laporan Tugas Akhir pada BAB IV ini, menjelaskan tentang proses produksi dan pasca produksi seperti penjelasan dari rancangan pra produksi pada bab sebelumnya tentang pembuatan

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Langkah langkah metodologi dan perancangan karya yang digunakan dalam Kerja praktik ini adalah : 3.1 Metode Penelitian. Metodologi penelitian merupakan sekumpulan

Lebih terperinci

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari

Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari Hasil Wawancara : Apa yang menjadi peran dan tanggung jawabjuru kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan programx-factor Indonesia dilihat dari segi visual berkualitas? Herman Effendy (Jurkam) : Keberhasilan

Lebih terperinci

BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI

BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI BASIC VIDEOGRAFI OLEH: R. WISNU WIJAYA DEWOJATI BASIC PHOTOGRAFI Sebelum dikenalnya teknik Film, manusia lebih dulu mengenal teknik photografi, teknik ini lalu berkembang menjadi teknik film, pada dasarnya

Lebih terperinci

Storyboard For Animation

Storyboard For Animation Storyboard For Animation Anda tidak perlu menjadi seorang kartunis yang bagus untuk menggambar storyboard yang baik. Jika Anda tidak bisa menggambar, maka akan memakan waktu lebih lama, tetapi Anda dapat

Lebih terperinci

PAV SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR (CAMERA ANGLE) Camera angle adalah sudut dimana kamera mengambil gambar suatu obyek, pemandangan atau adegan.

PAV SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR (CAMERA ANGLE) Camera angle adalah sudut dimana kamera mengambil gambar suatu obyek, pemandangan atau adegan. SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR (CAMERA ANGLE) PAV Camera angle adalah sudut dimana kamera mengambil gambar suatu obyek, pemandangan atau adegan. Dengan sudut tertentu kita bisa menghasilkan suatu shot yang menarik,

Lebih terperinci

Pengertian Videografy

Pengertian Videografy Videografy Pengertian Videografy Videografi adalah media untuk merekam suatu moment/kejadian yang dirangkum dalam sebuah sajian gambar dan suara yang dapat kita nikmati dikemudian hari baik sebagai sebuah

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI BAB III LANDASAN TEORI Guna mendukung pembuatan karya video yang berjudul Sampah Visual maka karya video akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka, antara lain: sejarah film, film pendek, mekanisme produksi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya. 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya. 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tugas karya akhir atau program sebelumnya NO Judul Program Isi Program 1. Wisata Malam *Traveling ke tempat tempat yang eksotis *Dipresenteri oleh satu presenter laki laki yang

Lebih terperinci

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya.

ABSTRAK. kawasan/tempat, kuliner, dan tradisi yang ada di kota Semarang dan sekitarnya. ABSTRAK Televisi memiliki potensi yang besar sebagai sarana untuk menyampaikan isu-isu sejarah yang cenderung membosankan melalui penyajian tayangan news feature, yang bertujuan menyampaikan informasi

Lebih terperinci

JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR

JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR JENIS-JENIS KAMERA & TEKNIK KAMERA DALAM PENGAMBILAN GAMBAR PRIAMBODOTOMMY.BLOGSPOT.COM Lisensi dokumen: Copyright @2012 by Priambodotommy.blogspot.com Seluruh dokumen yang ada di Priambodotommy.blogspot.com

Lebih terperinci

Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi Sudut pengambilan kamera yang sesuai pergerakan kamera

Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi Sudut pengambilan kamera yang sesuai pergerakan kamera Menerapkan Teknik Pengambilan Gambar Produksi Sudut pengambilan kamera yang sesuai pergerakan kamera Pengambilan gambar terhadap suatu objek dapat dilakukan dengan lima cara : 1. Bird Eye View Teknik pengambilan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stasiun televisi menayangkan berbagai jenis program acara setiap harinya dalam jumlah yang banyak dan beragam. Ada program berita yang terbagi menjadi hardnews dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Televisi merupakan sarana hiburan free-to-air yang tidak sedikit masyarakat menjadikannya sebagai sarana hiburan utama. Hampir di setiap rumah memiliki televisi

Lebih terperinci

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST

BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST BAB III KONSEP PERANCANGAN FILM DOKUMENTER PULAU ONRUST 3.1 Tujuan Komunikasi Komunikasi massa merupakan suatu tipe komunikasi manusia (human communication). Ia lahir seiring dengan penggunaan alat-alat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi dalam kehidupan sehari-hari menjadi kebutuhan untuk bersosialisasi dengan individu atau masyarakat. Komunikasi menjadi sesuatu yang penting dalam kehidupan.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan dunia pertelevisian semakin meningkat setiap tahunnya. Dengan makin bermunculannya stasiun-stasiun televisi baru, baik lokal maupun nasional, bahkan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

Pelatihan singkat pengambilan gambar dan hal-hal yang harus diperhatikan

Pelatihan singkat pengambilan gambar dan hal-hal yang harus diperhatikan Pelatihan singkat pengambilan gambar dan hal-hal yang harus diperhatikan Third of role Bayangkan 4 titik, pilih titik mana objek di tempatkan Hindari penumpukan object (merger) Penumpukan object akan sangat

Lebih terperinci

Produksi Media PR AVI

Produksi Media PR AVI Produksi Media PR AVI Modul ke: Simulasi Teknik Dasar Penggunaan Kamera AVI Fakultas Fakultas Ilmu KOmunikasi Hendrata Yudha S.sos, M.ikom Program Studi Public Relations www.mercubuana.ac.id Tugas Buatlah

Lebih terperinci

Macam Macam Angle Pengambilan Gambar

Macam Macam Angle Pengambilan Gambar Macam Macam Angle Pengambilan Gambar 1. Bird eye. Istilah ini dipakai ketika kita mengamnbil gambar dari sudut super tinggi dan jarak jauh. biasanya dipakai ketika ingin mendapatkan efek keramaian (keramaian

Lebih terperinci

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89

SOSIAL MEDIA. Munif Amin Romadhon. munifamin. Munif Amin. munifamin89 SOSIAL MEDIA Munif Amin Romadhon munifamin Munif Amin munifamin89 Apa itu Sinematografi? Berasal dari bahasa Yunani Kinema (gerakan) dan Graphoo atau Graphein (menulis / menggambar) Menulis dengan gambar

Lebih terperinci

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA

BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA BAB IV PELAKSANAAN KULIAH KERJA MEDIA A. Deskripsi Kegiatan Kuliah Kerja Media (KKM) Selama melaksanakan kegiatan Kuliah Kerja Media, penulis didampingi oleh Ine Yudhawati selaku PA (production assistant)

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses, produksi dan pasca produksi dalam pembuatan film AGUS. Berikut ini adalah penjelasan proses pembuatan film yang berjudul AGUS, sebagai berikut:

Lebih terperinci

MCU (Medium Close Up) Shot yang menampilkan separas dada sampai atas kepala.

MCU (Medium Close Up) Shot yang menampilkan separas dada sampai atas kepala. JENIS- JENIS SHOT DAN SUDUT PENGAMBILAN GAMBAR JENIS-JENIS SHOT CU (Close Up) Shot yang menampakan daripada bahu sampai atas kepala. MCU (Medium Close Up) Shot yang menampilkan separas dada sampai atas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Di era globalisasi saat ini, perkembangan teknologi semakin berkembang dengan cepat dan pesat. Semakin maju kemampuan teknologi maka juga berpengaruh pada

Lebih terperinci

Teknik Pengambilan Foto

Teknik Pengambilan Foto Pertemuan 9 Fotografi Teknik Pengambilan Foto ACHMAD BASUKI POLITEKNIK ELEKTRONIKA NEGERI SURABAYA Teknik Pengambilan Foto Camera Shot Dalam produksi video maupun film, jenis-jenis shot dalam pengambilan

Lebih terperinci

BAB 4 PRODUKSI KARYA TUGAS AKHIR

BAB 4 PRODUKSI KARYA TUGAS AKHIR BAB 4 PRODUKSI KARYA TUGAS AKHIR 4.1 Install Peralatan Agar produksi shooting INDO COMMUNITIES berjalan dengan lancar, dilakukan survey untuk tempat produksi utama yaitu di Lego Store, Cilandak Town Square.

Lebih terperinci

Mata Kuliah - Advertising Project Management-

Mata Kuliah - Advertising Project Management- Modul ke: 13 Fakultas FIKOM Mata Kuliah - Advertising Project Management- Eksekusi Konsep Kreatif Periklanan (1) Ardhariksa Z, M.Med.Kom Program Studi Marketing Communication and Advertising Tujuan penulisan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film adalah sarana komunikasi massa yang digunakan untuk menghibur, memberikan informasi, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, komedi, dan sajian teknisnya

Lebih terperinci

Nama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4. Broadcast:1. Definisi Kamera Video

Nama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4. Broadcast:1. Definisi Kamera Video Nama : Aditia.R (03) Kelas : XI tel 4 Broadcast:1 Definisi Kamera Video Kamera Video adalah perangkat perekam gambar video yang mampu menyimpan gambar digital dari mode gambar analog. Kamera Video termasuk

Lebih terperinci

DASAR VIDEO GRAFI. KONTINITI, KOMPOSISI, IMAGINER LINE, TIPE SHOT, PENCAHAYAAN ( Arif Ranu W, M.Kom SMK Muhammadiyah 1 Sleman)

DASAR VIDEO GRAFI. KONTINITI, KOMPOSISI, IMAGINER LINE, TIPE SHOT, PENCAHAYAAN ( Arif Ranu W, M.Kom SMK Muhammadiyah 1 Sleman) DASAR VIDEO GRAFI KONTINITI, KOMPOSISI, IMAGINER LINE, TIPE SHOT, PENCAHAYAAN ( Arif Ranu W, M.Kom SMK Muhammadiyah 1 Sleman) TAHAPAN PEMBUATAN KARYA VIDEO / STANDARD OPERATIONAL PROCEDUR: Pra Produksi,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. Peneliti menyusun simpulan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk

BAB 5 PENUTUP. Peneliti menyusun simpulan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk BAB 5 PENUTUP 5.1 Simpulan Peneliti menyusun simpulan berdasarkan tujuan penelitian, yaitu untuk mengetahui Proses Produksi dan Analisis SWOT program Sexophone di TRANS TV. Berdasarkan penelitian yang

Lebih terperinci

PRAKTIKUM III PERGERAKAN KAMERA

PRAKTIKUM III PERGERAKAN KAMERA PRAKTIKUM III PERGERAKAN KAMERA 3.1 Tujuan Praktikum Mahasiswa dapat menggunakan kamera dengan pergerakan yang variatif. 3.2 Pergerakan Kamera Pergerakan kamera yang variatif sangat dibutuhkan pada setiap

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Program Sebelumnya

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Program Sebelumnya BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Sebelumnya Pada kesempatan kali ini penulis berkesempatan untuk membuat sebuah program features (human Interest)yang bertujuan untuk memberikan informasi serta mengupas

Lebih terperinci

Gambar 5.1 Logo INDO COMMUNITIES

Gambar 5.1 Logo INDO COMMUNITIES BAB 5 PASCA PRODUKSI KARYA TUGAS AKHIR 5.1. Editing dan Mixing Setelah selesai melakukan berbagai proses tahapan produksi, tim produksi mulai melakukan tahapan pasca produksi. Kegiatan pada pasca produksi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 24 BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA Pada bab 3 ini, menjelaskan tentang metode yang digunakan dan proses perancangan karya dalam proses pengolahan editing berita (pasca produksi) di LPP TVRI D.I.

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

AKTING UNTUK ANIMASI. Materi 5 STORYBOARD. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG.

AKTING UNTUK ANIMASI. Materi 5 STORYBOARD. Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. AKTING UNTUK ANIMASI Materi 5 STORYBOARD Lecturer: M. MIFTAKUL AMIN, S.KOM., M.ENG. 1 Sejarah Storyboard Proses membuat storyboard, awalnya dikembangkan oleh studio Walt Disney pada awal 1930 Menurut John

Lebih terperinci

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi

Program. TatapMuka. Kode MK. Broadcasting A31415EL. Abstract. Kompetensi MODUL PERKULIAHAN TV PROGRAMMING PRODUKSI PROGRAM TELEVISI Fakultas Ilmu Komunikasi Program Studi Broadcasting TatapMuka 03 Kode MK A31415EL DisusunOleh Gunanto Abstract Kompetensi Pembahasan Suatu program

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendukung pembuatan film pendek tentang nikah muda, maka karya

BAB II LANDASAN TEORI. Untuk mendukung pembuatan film pendek tentang nikah muda, maka karya BAB II LANDASAN TEORI Untuk mendukung pembuatan film pendek tentang nikah muda, maka karya film akan menggunakan beberapa tinjauan pustaka. Tinjauan pustaka yang digunakan antara lain film, macam-macam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya masyarakat mengkhawatirkan masa kehamilan dan persalinan. Masa kehamilan dan persalinan dideskripsikan oleh Bronislaw Malinowski menjadi fokus

Lebih terperinci

Universitas Krisnadwipayana Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur 3D Animasi Arsitektur - 1

Universitas Krisnadwipayana Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur 3D Animasi Arsitektur - 1 Fakultas Teknik Program Studi Arsitektur 3D Animasi Arsitektur - 1 Nama Mata Kuliah : 3D Animasi Arsitektur Kode Mata Kuliah : - Program Studi : Teknik Arsitektur Dosen : Apiet Rusdiyana, ST SMT/Jml SKS

Lebih terperinci

Aspect Ratio : Definisi, Format Umum Aspect Ratio Kamera : Pembingkaian Kamera, Sudut Kamera, Perpindahan Kamera

Aspect Ratio : Definisi, Format Umum Aspect Ratio Kamera : Pembingkaian Kamera, Sudut Kamera, Perpindahan Kamera 3D Graphic Architecture - 1 05 POKOK BAHASAN Aspect Ratio : Definisi, Format Umum Aspect Ratio Kamera : Pembingkaian Kamera, Sudut Kamera, Perpindahan Kamera ASPECT RATIO Definisi AspectRatio adalah sebuah

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA Pada bab ini akan dijelaskan proses produksi dan pasca produksi, seperti yang telah terencana pada pra-produksi yang tertulis pada bab sebelumnya. Berikut ini penjelaskan proses

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 FEATURE Feature adalah artikel yang kreatif, kadang-kadang subyektif, yang terutama dimaksudkan untuk membuat senang dan memberi informasi kepada pembaca tentang suatu kejadian,

Lebih terperinci

Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3.

Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3. Produksi suatu program acara terdiri atas tiga bagian utama, yaitu: 1. Praproduksi (perencanaan) 2. Produksi (eksekusi program out door/in door) 3. Pasca Produksi (penyuntingan program) 1. Menemukan Ide/gagasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan zaman yang kian hari mendorong masyarakat akan hausnya informasi dan hiburan, salah satunya adalah tayangan yang televisi hadirkan juga

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video feature, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Cirebon adalah salah satu kota yang berada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini berada di pesisir utara Jawa Barat atau dikenal dengan Pantura yang menghubungkan

Lebih terperinci

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) PRODUKSI BERITA TELEVISI 1 Kamaruddin Hasan 2

Modul. SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) PRODUKSI BERITA TELEVISI 1 Kamaruddin Hasan 2 MATERI: 16 Modul SEKOLAH MENULIS DAN KAJIAN MEDIA (SMKM-Atjeh) PRODUKSI BERITA TELEVISI 1 Kamaruddin Hasan 2 PRODUKSI BERITA TELEVISI Tele artinya Jauh, sementara Vision artinya Gambar, sehingga dapat

Lebih terperinci

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline

Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Tahapan Proses Pembuatan Animasi / Pipeline Animasi Pipeline A. Pengertian Tahapan proses animasi (Animation pipeline) Adalah prosedur atau langkah langkah yang harus dijalani seorang animator ketika membuat

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya. Jenis Features Features Features Jumlah Host 2 orang 1 orang 2 orang

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya. Jenis Features Features Features Jumlah Host 2 orang 1 orang 2 orang BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Tugas Karya Akhir atau Program Sebelumnya Tabel 2.1 Perbandingan dengan Program Sebelumnya Nama Rogram Jalan-jalan Men Hidden Cities Extreme Jejak Kaki Jenis Features Features

Lebih terperinci

Pengertian Camera Dan Jenis-Jenis Pengambilan Shoot

Pengertian Camera Dan Jenis-Jenis Pengambilan Shoot Pengertian Camera Dan Jenis-Jenis Pengambilan Shoot Muhammad Faisal faisalmuhammad734@yahoo.com Abstrak Camera merupakan suatu Alat yang digunakan untuk Merekam suatu kejadian atau mengabadikan suatu kejadian.

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Sebelumnya Karya yang dibuat dalam tugas akhir ini adalah sebuah program feature human interest, dimana feature human interest adalah sebuah feature yang menyentuh kebiasaan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Program Urban Street Food merupakan program feature yang sudah ada di televisi saat ini. Program Urban Street Food merupakan program food & travel yang dikemas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film.

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan dalam penyampaian pesan. Salah satu media audio visual yaitu film. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perfilman di Indonesia akhir-akhir ini berkembang sangat pesat seiring dengan majunya era globalisasi. Hal ini menunjukkan bahwa di Indonesia memiliki orang-orang kreatif

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : KI 2 : KI 3 : KI 4 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 88 BAB 4 KESIMPULAN DAN SARAN 4.1. Kesimpulan Dari apa yang telah dibahas tentang kerja praktek bab I hingga bab IV, laporan kerja praktek ini memiliki beberapa kesimpulan mengenai proses produksi program

Lebih terperinci

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA)

SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) SILABUS MATA PELAJARAN PENGAMBILAN GAMBAR BERGERAK (PAKET KEAHLIAN MULTIMEDIA) Satuan Pendidikan : SMK/MAK Kelas : XII Kompetensi Inti : KI 1 : Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya KI

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Setelah melakukan persiapan dalam proses pra produksi, dimulainya tahap observasi tempat yang sesuai dengan tema lalu memilih lokasi pengambilan gambar. Setelah melakukan

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Editing imovie

BAB 5 EVALUASI. Gambar 5.1 Editing imovie BAB 5 EVALUASI 5.1 Editing dan Mixing Setelah selesai tahapan pra produksi dan tahapan produksi maka tahapan selanjutnya adalah pasca produksi. Dimana dalam tahapan pasca produksi ini adalah sebuah tahapan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Program Sebelumnya Pada kesempatan kali ini, penulis akan memproduksi tugas akhir berupa program features. Features merupakan reportase yang dikemas lebih mendalam dan luas disertai

Lebih terperinci

Pengambilan Gambar (Video (Video Shooting Shooting )

Pengambilan Gambar (Video (Video Shooting Shooting ) Pengambilan Gambar (Video Shooting ) Siswa dapat mendefenisikan Video Shooting Siswa dapat mendefenisikan df iik Kamera Video Siswa dapat mengklassifikasikan macam macam Kamera Video Siswa dapat menjelaskan

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan film, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan pada tahap

Lebih terperinci

Produksi Iklan Audio _ Visual

Produksi Iklan Audio _ Visual Modul ke: Produksi Iklan Audio _ Visual Membuat Storyline Perancangan Produksi Fakultas ILMU KOMUNIKASI Dudi Hartono, S. Komp, M. Ikom Program Studi MARCOMM & ADVERTISING www.mercubuana.ac.id STORYLINE

Lebih terperinci

LAMPIRAN. Penulis: Apa yang menjadi peran dan tanggung jawab penata kamera dalam

LAMPIRAN. Penulis: Apa yang menjadi peran dan tanggung jawab penata kamera dalam LAMPIRAN Hasil Wawancara Penulis: Apa yang menjadi peran dan tanggung jawab penata kamera dalam menentukan keberhasilan tayangan program The Voice Indonesia dilihat dari segi berkualitas? Mohd. Fikri S.Sn

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik. berwarna yang mempunyai berbagai jenis pemancar (TV kabel).

BAB III LANDASAN TEORI. 3.1 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik. berwarna yang mempunyai berbagai jenis pemancar (TV kabel). BAB III LANDASAN TEORI 3.1 Televisi Sebagai Media Massa Elektronik Televisi merupakan perkembangan dari berbagai penemuan di dunia sebelumnya, yang mulai di awali dari penemuan teleskop, telegraf, telefon

Lebih terperinci

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Evaluasi Camera Person Evaluasi Audio

BAB 5 EVALUASI. 5.1 Evaluasi Camera Person Evaluasi Audio BAB 5 EVALUASI 5.1 Evaluasi Camera Person 5.1.1 Evaluasi Audio Audio yang sudah diambil pada saat syuting hingga akhir, ada sebagian audio yang bocor dan noise. Oleh karena itu camera person melaporkan

Lebih terperinci

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR ASISTENSI LEMBAR ASITENSI KHUSUS KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR ASISTENSI LEMBAR ASITENSI KHUSUS KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI DAFTAR ISI LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR ASISTENSI LEMBAR ASITENSI KHUSUS KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah...

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu

BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA. Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu BAB III METODOLOGI DAN PERANCANGAN KARYA 3.1 Metode Penelitian Ilmu Multimedia memiliki cakupan yang sangat luas, oleh sebab itu metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif,

Lebih terperinci

EDITOR ORANG YANG TERLATIH DAN TERDIDIK UNTUK MENGEDIT FILM DAN REKAMAN VIDEO

EDITOR ORANG YANG TERLATIH DAN TERDIDIK UNTUK MENGEDIT FILM DAN REKAMAN VIDEO TEKNIK EDITING EDITING Menggabungkan beberapa hasil pengambilan gambar dan suara dengan urutan urutan yang benar sesuai dengan naskah / script, dan juga menurut panjang dan irama tertentu yang tepat dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat

BAB I PENDAHULUAN. proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media televisi sebagai media komunikasi massa adalah mengutamakan suatu proses kerja unit dalam pengiriman pesan-pesannya dari suatu tempat ke tempat lainnya saat yang

Lebih terperinci

Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script

Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script Teknik Visualisasi & Menyusun Shooting Script Modul ke: 07 Fakultas FIKOM Andi Fachrudin, M.Si. Program Studi Broadcasting Menyusun Shooting List Setelah sequence dan scene tersusun semua, salinlah di

Lebih terperinci

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran

BAB III LANDASAN TEORI. 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran BAB III LANDASAN TEORI 1.1 Televisi Sebagai Media Pembelajaran Pendidikan merupakan proses perubahan sikap seseorang untuk menjadi lebih baik baik dari segi pengetahuan dan segi moral atau tingkah laku.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta

BAB I PENDAHULUAN. game berjalan beriringan, dan para desainer saling bersaing secara kreatif. Fakta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Inovasi dinamika teknologi dan industri multimedia kini telah berkembang pesat. Industri multimedia seperti desain brand, pembuatan video, dan pembuatan game berjalan

Lebih terperinci

Materi Perkuliahan I BERITA TV

Materi Perkuliahan I BERITA TV Materi Perkuliahan I Fakultas : FISIP Program Studi : Ilmu Komunikasi Mata Kuliah : Jurnalistik Televisi Pengajar : Panji Dwi A. BERITA TV Sifat Media TV Jenis Media Cetak Audio Audiovisual SIFAT Dapat

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai macam jenis program televisi yang dihadirkan ke hadapan penonton di seluruh Indonesia melalui layar kaca setiap harinya, membuat setiap stasiun televisi baik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Sebagian besar kota besar yang ada di Indonesia saat ini semakin berkembang seiring dengan pertumbuhan penduduk. Salah satu kota yang berkembang saat ini

Lebih terperinci

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN

DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN DAN KOMPETENSI KEJURUAN SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN BIDANG STUDI KEAHLIAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI PROGRAM STUDI KEAHLIAN : TEKNIK BROADCASTING KOMPETENSI KEAHLIAN :

Lebih terperinci

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. Dalam hal ini, praktikan bekerja pada Divisi Creative Production untuk program

BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK. Dalam hal ini, praktikan bekerja pada Divisi Creative Production untuk program BAB IV HASIL KERJA PRAKTEK Dalam hal ini, praktikan bekerja pada Divisi Creative Production untuk program tayangan Professor Cilik. Praktikan bekerja pada bagian perencanaan pra production, creative production

Lebih terperinci

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN BAB IV KONSEP PERANCANGAN 4.1 Konsep Dasar Apa yang akan dibuat oleh penulis disini adalah sesuatu yang berhubungan dengan sebuah promosi bersifat komersial. Sebuah video promosi sebuah universitas di

Lebih terperinci

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter,

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA. Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, BAB IV IMPLEMENTASI KARYA 4.1 Produksi Produksi merupakan tahap lanjutan dari tahap pembuatan video dokumenter, merupakan rancangan yang sudah disusun dan dibuat pada saat pra produksi di implementasikan

Lebih terperinci

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer)

Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer) Karya Bidang Program Tayangan Gitaran Sore-Sore Pro TV sebagai Penulis Naskah (Script Writer) Karya Bidang Disusun untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Strata 1 Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas

Lebih terperinci

- Menyusun, memotong dan memadukan kembali (film/rekaman) menjadi sebuah cerita utuh dan lengkap. (kamus besar bahasa indonesia, P&K 1994)

- Menyusun, memotong dan memadukan kembali (film/rekaman) menjadi sebuah cerita utuh dan lengkap. (kamus besar bahasa indonesia, P&K 1994) Tahapan Pelakasanaan Produksi Suatu produksi audio video yang melibatkan banyak orang, biaya yang besar dan banyak peralatan maka perlu pengorganisasian yang rapi dan perlu suatu tahapan produksi yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global

BAB I PENDAHULUAN. makhluk sosial sangatlah penting untuk bisa berkomunikasi secara global BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era yang sudah semakin maju ini, perkembangan teknologi dan komunikasi membuat semua lapisan masyarakat dunia mengikuti perkembangan tersebut dan menjadikan mereka

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Televisi sudah menjadi alat komunikasi yang efektif didalam masyarakat Indonesia saat ini, keberadaan televisi dengan fungsi dan karakteristiknya membuat televisi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di Indonesia sejak keran kebijakaan dibuka pada tahun 1989,

BAB I PENDAHULUAN. berkembang di Indonesia sejak keran kebijakaan dibuka pada tahun 1989, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pertumbuhan investasi di sektor penyiaran, khususnya perteleviasian, terus berkembang di Indonesia sejak keran kebijakaan dibuka pada tahun 1989, faktanya

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi

BAB IV PENUTUP. sebuah karya film. Tanpa manajemen yang diterapkan pada sebuah produksi BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dalam pembuatan produksi sebuah film, pada dasarnya memiliki suatu rangkaian tahapan yang harus dilalui. Rangkaian tersebut akan membantu menentukan hasil proses produksi program

Lebih terperinci

BAB 3 PRA PRODUKSI 3.1 Ide dan Pengembangan Konsep

BAB 3 PRA PRODUKSI 3.1 Ide dan Pengembangan Konsep BAB 3 PRA PRODUKSI 3.1 Ide dan Pengembangan Konsep Awal mula tim terbentuk, produser memiliki ide untuk membuat sebuah program kreativitas untuk menjalin hubungan erat antara ibu dan anak, dengan judul

Lebih terperinci

Dasar- dasar Jurnalistik TV

Dasar- dasar Jurnalistik TV Modul ke: 11Fakultas FIKOM Dasar- dasar Jurnalistik TV TIM LIPUTAN BERITA Drs.H.Syafei Sikumbang,M.IKom Program Studi BROAD CASTING Judul Sub Bahasan TIM LIPUTAN BERITA Kegiatan peliputan berita di lapangan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada

BAB I PENDAHULUAN. kepada orang lain secara timbal balik. tertentu, yang akhirnya semakin meningkatkan kebutuhan-kebutuhan pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan kehidupan manusia di dunia tidak terlepas dari proses komunikasi, dimulai sejak perolehan bahasa dan tulisan yang digunakan sebagai alat

Lebih terperinci