BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. permasalahan serupa atau mirip dengan penelitian yang dilakukan.

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN. permasalahan serupa atau mirip dengan penelitian yang dilakukan."

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN MODEL PENELITIAN 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka bertujuan untuk mempermudah memberikan gambaran tentang metode dan teknik yang dipakai dalam penelitian yang mempunyai permasalahan serupa atau mirip dengan penelitian yang dilakukan. Selain itu, bisa mendalami landasan teori yang berkaitan dengan permasalahan pengkajian terhadap perkembangan permasalahan secara kronologis sejak permasalahan tersebut timbul sampai pada keadaan yang dilihat kini. Hal itu akan memberikan gambaran yang lebih jelas tentang perkembangan materi permasalahan. Kartiko (2009:119) menyatakan bahwa kajian pustaka merupakan bagian yang integral dari keseluruhan proses penelitian. Selain itu akan memberikan kontribusi yang sangat berharga terhadap hampir keseluruhan langkah dan tahap dalam penelitian. Studi tentang sastra lisan dalam penelitian ini terutama tentang cerita rakyat di Kota Ternate belum banyak dilakukan. Data kepustakan yang ada hanya membahas tentang beberapa jenis sastra lisan yang berasal dari Maluku Utara. Ada yang sudah dibukukan dan ada yang belum diterbitkan. Salah satu studi sastra lisan yang dilakukan sebelumnya adalah tesis Majid pada program Pascasarjana (S2) Kajian Budaya Universitas Udayana dengan judul Revitalisasi Tradisi Sastra Lisan Dola Bololo dalam Masyarakat Kesultanan Ternate: Sebuah Kajian Budaya (2009). 10

2 11 Majid mengkaji eksistensi tradisi sastra lisan Dola Bololo dalam kaitannya dengan revitalisasi tradisi lisan yang sangat berkaitan erat dengan nilai-nilai dan ajaran-ajaran Islam yang menjadi pijakan kehidupan bermasyarakat di Kesultanan Ternate Maluku Utara. Selanjutnya Majid memaparkan penghargaan terhadap warisan budaya lokal bermakna pada pengembangan identitas masyarakat lokal. Sastra lisan Dola Bololo berkaitan erat dengan nilai-nilai agama yang dapat dijadikan titik tolak untuk membentuk pribadi yang kuat. Dola Bololo memiliki makna spritual, hakikat, syariat, tarekat, dan ma rifat merupakan wadah bagi penyaluran nilai-nilai agama yang dikonkretkan dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Majid, ketahanan budaya dapat dirumuskan sebagai rasa memiliki jatidiri dan kekuatan sendiri. Kesadaran budaya harus ditumbuhkan untuk memberikan apreasiasi terhadap budaya-budaya lokal, yang mengarah pada ketahanan budaya. Persamaan dengan penelitian ini, yaitu membahas sastra lisan. Dalam hal ini cerita rakyat adalah termasuk sastra lisan yang berasal dari Ternate yang termasuk bagian daerah yang sama, yaitu Maluku Utara. Perbedaannya dalam penelitian sastra lisan Dola Bololo lebih fokus pada pemertahanannya di dalam masyarakat. Penelitian ini difokuskan pada korelasi cerita rakyat dan kehidupan masyarakat Ternate Maluku Utara pada zaman sekarang. Tesis Rachman yang membahas persoalan kekerasan dalam tulisannya berjudul Kekerasan Suami terhadap Istri dalam Rumah Tangga yang Memiliki Sumber Penghasilan Tetap di Kota Kendari, Sulawesi Tenggara (2010). Beberapa bentuk kekerasan yang ditemukan, yaitu kekerasan fisik, psikologis, dan kekerasan ekonomi. Beberapa faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap istri

3 12 yang memiliki penghasilan tetap di Kota Kendari, yaitu masih kentalnya budaya patriarki dalam masyarakat, adanya kekeliruan dalam menafsirkan ajaran agama, campur tangan pihak ketiga, dan suami merasa tersaingi. Apa yang dituliskan dalam penelitian ini juga memaparkan dampak dan makna yang ditemukan terkait dengan kekerasan yang dilakukan oleh suami terhadap istri dalam rumah tangga yang memiliki sumber penghasilan tetap di Kota Kendari. Dampaknya adalah tidak adanya keharmonisan dalam rumah tangga, adanya gangguan psikologis terhadap istri, dan terganggunya hubungan sosial dalam masyarakat. Terdapat dua makna kekerasan dalam penelitian Rahman ini, yakni makna egois dan makna kebersamaan semu. Penelitian Rachman yang sangat informatif ini memiliki relevansi dengan penelitian ini. Hal itu terlihat pada bentuk dan faktor yang terjadi pada masalah kekerasan, walaupun objek korban kekerasannya berbeda. Tidak ada relevansi penelitian ini, tetapi penelitian Abdul Rachman telah memberikan informasi yang terdapat di dalam penelitian ini, seperti beberapa defenisi tentang kekerasan dan gambaran tentang kekerasan. Sebuah jurnal yang berisi tentang kumpulan artikel penelitian tradisi lisan dari Aceh-Maluku. Jurnal tersebut berjudul Pengetahuan dan Komunikasi Peneliti dan Pemerhati Tradisi Lisan oleh Arybowo (2012). Jurnal itu membahas persoalan-persoalan sosial dan budaya, yang diutamakan pada pemertahanan kearifan lokal pada daerah penelitian masing-masing. Salah satu contoh dalam kumpulan artikel yang ditulis oleh Mina Erfina menampilkan tradisi Lisan Minangkabau yang berkaitan dengan representasi gender dalam Kaba Cindo

4 13 Mato. Argumen utama dalam analisis tersebut adalah karya sastra lisan tradisional Minangkabau Kaba Cindua Mato menghadirkan representasi peranperan gender (gender roles) yang sangat beragam dan kompleks. Artikel ini dan kedelapan artikel lain yang berada dalam kumpulan jurnal tersebut tidak sama sekali memiliki kesamaan. Akan tetapi, sedikit memberikan informasi, yaitu bagaimana cara mendekati masalah dengan menggunakan data yang diperoleh peneliti dalam bidang kajian tradisi lisan yang sama halnya yang dilakukan. Hutomo (1991) dalam bukunya Mutiara yang Terlupakan sebuah pengantar studi sastra lisan menyajikan teori-teori sastra lisan, kesejarahan penelitian yang pernah dikerjakan, baik oleh orang Barat maupun Indonesia terhadap sastra lisan di kawasan Nusantara, metode pengumpulan data di lapangan dan metode pengarsipan data dari lapangan. Hutomo memaparkan penelitian sastra lisan di Indonesia. Hutomo membagi tiga, yaitu penelitian sebelum kemerdekaan, penelitian sesudah kemerdakaan, dan penelitian bangsa asing sesudah kemerdekaan Melayu. Buku Hutomo ini memberikan masukan bagi peneliti, yaitu bagaimana memahami sastra lisan dalam penyajianya tentang fungsi sastra lisan dan pengetahuan untuk peneliti bagaimana cara melakukan penelitian yang ada hubungannya dengan sastra lisan, walaupun semuanya tidak terlalu relevan dalam pembahasan yang ada dalam penelitian yang dilakukan ini. Dalam sebuah buku yang berjudul Metodologi Kajian Tradisi Lisan (2008) yang diterbitkan oleh Asosiasi Tradisi Lisan (ATL), dituliskan dalam salah

5 14 satu bab yang membahas bagaimana memilah, memilih, dan memanfaatkan penelitian cerita rakyat anak dan remaja. Fokus pembahasan dikaitkan untuk kepentingan studi cerita rakyat Nusantara dengan pilihan materi cerita untuk anak dan remaja. Diungkapkan juga bahwa sebuah cerita rakyat biasanya mempunyai versi dan variannya, yang menarik dan penting untuk dikumpulkan, sehingga dapat diketahui suku bangsa mana saja yang mempunyai cerita yang semacam dengan yang sedang dikumpulkan. Dari buku ini didapatkan informasi tentang jenis cerita rakyat yang dianalisis apakah termasuk cerita untuk anak atau remaja. Kemudian cerita rakyat tersebut digunakan dalam sebuah penelitian. Berdasarkan pemaparan kajian pustaka di atas, diketahui bahwa penelitian sebelumnya memiliki perbedaan yang sangat jauh dengan penelitian ini, yaitu terletak pada objek material penelitian. Akan tetapi, bermanfaat sebagai informasi secara lebih spesifik kajian ini menganalisis kekerasan orang tua terhadap anak dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha. Dengan demikian, penelusuran pustaka yang telah diungkapkan peneliti sangat bermanfaat dan dapat membuktikan keaslian penelitian ini Konsep Kekerasan Orang Tua terhadap Anak Douglas dan Chaput (2002:11) menyatakan bahwa istilah kekerasan sebenarnya digunakan untuk menggambarkan perilaku, baik yang terbuka (overt) maupun tertutup (covert), baik yang bersifat menyerang (offensive) maupun yang bertahan (defensive), yang disertai penggunaan kekuatan kepada orang lain.

6 15 Sudarti (2000:11-12) menyatakan bahwa kekerasan adalah suatu perbuatan terhadap seseorang, terutama anak yang mengakibatkan kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikologis, seksual, finansial dan spritual. Bentuk-bentuk atau dimensi kekerasan adalah dimensi mencakup fisik, yaitu memukul, menampar, mencekik, menendang, melempar barang ke tubuh korban, menginjak dan melukai dengan tangan kosong atau menggunakan senjata, membunuh. Psikologis, yaitu berteriak meyumpah, mengancam, merendahkan, mengatur, menguntit dan memata-matai, tindakan-tindakan lain yang menimbulkan rasa takut termasuk diarahkan kepada orang-orang dekat korban (misalnya keluarga, anak, suami, teman dekat,dll). Wikipedia Indonesia (2006) memberikan pengertian bahwa kekerasan merujuk pada tindakan agresi dan pelanggaran (penyiksaan, pemerkosaan, pemukulan, dll.) yang menyebabkan atau dimaksudkan untuk menimbulkan penderitaan atau menyakiti orang lain. Istilah kekerasan juga berkonotasi kecenderungan agresif untuk melakukan perilaku yang merusak. Bertitik tolak dari pengertian yang dipaparkan di atas kekerasan dapat dimengerti sebagai sebuah perilaku yang menggunakan kekuatan yang mengakibatkan kesengsaraan, penderitaan, atau menyakiti orang lain secara fisik, psikis, psikologis, dan lainnya yang diarahkan kepada seseorang atau orang-orang terdekat dalam hal ini anak atau anggota keluarga lain sebagai suatu perbuatan yang merusak. Menurut Gunarsa (1976:27) kehidupan keluarga orang tua mempunyai posisi sebagai kepala keluarga atau pemimpin rumah tangga. Orang tua sebagai

7 16 pembentuk pribadi pertama dalam kehidupan anak. Kepribadian sikap, dan cara hidup orang tua merupakan unsur-unsur pendidikan yang tidak langsung, yang dengan sendirinya akan masuk ke pribadi anak yang tumbuh. Gunarsa juga menambahkan bahwa orang tua adalah dua individu yang berbeda memasuki hidup bersama dengan pandangan, pendapat, dan kebiasaan-kebiasaan sehari-hari. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari atas ayah dan ibu merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh, dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang mengantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat (Internet dalam Suparyanto, 2011). Orang tua merupakan komponen utama yang terdiri atas seorang bapak atau ayah dan ibu dari anak-anak mereka yang memiliki kewajiban penuh terhadap keberlangsungan hidup bagi anak-anaknya karena anak memiliki hak untuk diurus dan dibina oleh orang tuanya hingga beranjak dewasa. Atau dengan kata lain orang tua memiliki tanggung jawab dalam membentuk serta membina anak-anaknya. Kedua orang tua dituntut untuk dapat mengarahkan dan mendidik anaknya agar dapat menjadi generasi-generasi yang sesuai dengan tujuan hidup manusia. Menurut Sumadi (2000:11) anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan kemampuannya. Hal itu penting karena anak lahir dengan segala kelemahan

8 17 sehingga tanpa orang lain anak tidak mungkin dapat mencapai taraf kemanusiaan yang normal. Kekerasan orang tua terhadap anak termasuk kekerasan dalam rumah tangga. Candrakirana (2005:4) mengemukakan bahwa kekerasan dalam rumah tangga adalah perbuatan yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan penelantaraan. Disamping itu, juga ancaman yang menghasilkan kesengsaraan di dalam lingkup rumah tangga. Jadi, kekerasan terhadap anak adalah perilaku yang bersifat menyerang yang dilakukan orang tua kemudian mengakibatkan kesengsaraan dan penderitaan terhadap anak yang termasuk makhluk sosial. Dalam penelitian ada kekerasan orang tua terhadap anak dengan mengaitkan antara teks dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dan konteks kekerasan orang tua terhadap anak yang terjadi di Ternate, Maluku Utara. Cerita rakyat ini mengangkat kebiadaban orang tua terhadap anaknya, yang melahirkan norma-norma yang tak bermoral dan dianggap tabu dalam masyarakat. Kekerasan yang ada pada cerita Tolire Gam Jaha tidak seperti pada umumnya dipahami seperti kebanyakan orang, tetapi kekerasan yang bersifat struktural. Kekerasan struktural adalah kekerasan sistemik yang tidak tampak, tetapi secara destruktif melahirkan kemiskinan, kematian, dan penderitaan luar biasa, luas, dan berjangka panjang terhadap anak. Kekerasan struktural terhadap anak, yang sering disebut system abuse, dapat berupa praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN), kontrol represif, praktik ekonomi monopolistik dan eksploitatif yang merugikan negara. Hal tersebut dan pada gilirannya menciptakan kondisi

9 18 sosial ekonomi yang melahirkan dan menyuburkan akar kemiskinan dan kekerasan sosial terhadap anak (Huraerah, 2012:22). Konsep kekerasan yang berkaitan dengan Tolire Gam Jaha bukan kekerasan terhadap anak yang sering kali diidentikkan dengan kekerasan secara kasat mata, seperti yang telah dijelaskan pada konsep kekerasan, yaitu kekerasan fisikal dan seksual. Akan tetapi, kekerasan yang bersifat psikis dan sosial juga membawa dampak buruk dan permanen terhadap anak yang berdimensi kekerasan struktural Cerita Rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate Maluku Utara Cerita rakyat adalah bagian dari hasil kebudayaan masyarakat pendukung suatu kebudayaan. Masyarakat atau kolektif mewariskan cerita rakyat secara turun-temurun, secara tradisional, ada yang secara lisan sehingga cerita tersebut dapat menjadi versi-versi cerita yang berbeda menurut pembacanya (Danandjaja, 2002:1-2). Hutomo (1991:3) merumuskan beberapa ciri dari cerita rakyat, yaitu adalah penyebarannya melalui mulut, lahir dalam masyarakat yang masih bercorak desa atau masyarakat di luar kota, menggambarkan ciri-ciri budaya sesuatu masyarakat, tidak diketahui siapa pengarangnya sehingga itu menjadi milik masyarakat. Kedua konsep cerita rakyat di atas dapat memberikan suatu gambaran bahwa cerita rakyat adalah suatu kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat yang masih hidup, yang diwarisi secara turun temurun secara lisan. Dengan kata lain

10 19 penyebaran cerita rakyat adalah ekspresi budaya yang disebarkan dalam kehidupan sehari-hari melalui mulut/lisan dan menjadi milik masyarakat. Tolire Gam Jaha adalah cerita rakyat yang berasal dari masyarakat Ternate Maluku Utara. Tolire adalah nama kampung yang terletak di kaki Gunung Gamalama Kota Ternate. Gam artinya kampung dan jaha artinya tenggelam. Jadi diartikan sebagai Tolire kampung yang tenggelam pada masyarakat Ternate Maluku Utara. Tolire Gam Jaha dipercayai oleh masyarakat sebagai kutukan dari Tuhan akibat perzinahan yang dilakukan ayah kandung terhadap anak gadisnya sendiri. Kutukan yang dalam wujud dua danau itu oleh masyarakat setempat dikenal dengan istilah Tolire Lamo (Tolire Besar) yang menggambarkan sang ayah dan Tolire Ici (Tolire Kecil) yang menggambarkan sang anak. Kedua danau Tolire terletak tepat di kaki gunung api tertinggi di Maluku Utara itu. Danau yang terletak sekitar sepuluh kilometer dari Kota Ternate di bagian utara itu seperti loyang raksasa, airnya berwarna hijau tua dengan kedalaman sekitar seratus meter sampai ke permukaan air. 2.3 Landasan Teori Pada dasarnya teori adalah seperangkat gagasan atau konsep dan defenisi yang berhubungan satu sama lainnya dan menunjukkan fenomena-fenomena sistematis dengan menetapkan hubungan atau variabel-variabel yang bertujuan meramalkan variabel-variabel tersebut. Teori di sini juga bertujuan untuk difungsikan sebagai penunjuk jalan terhadap peneliti dalam penelitian yang didapatkan di lapangan.

11 Teori Psikologi Sosial Psikologi sosial merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku individu sebagai fungsi sosial dari rangsangan-rangsangan sosial. Yang dimaksud dengan rangsangan-rangsangan sosial adalah manusia dan seluruh karya manusia yang ada di sekitar individu. Termasuk dalam karya-karya manusia, antara lain norma-norma, kelompok sosial, dan produk-produk sosial lainnya. Menurut Sarwono (2011:4) studi psikologi sosial dapat dibedakan menjadi tiga wilayah; (1) studi tentang pengaruh sosial terhadap proses individual, misalnya studi tentang persepsi, motivasi, proses belajar, dan sifat; (2) studi tentang prosesproses individual bersama, seperti bahasa, sikap sosial dan sebagainya; (3) studi tentang interaksi kelompok, misalnya kepemimpinan, komunikasi, kerja sama, peran sosial, dan sebagainya Psikologi sosial fokus pada perilaku manusia, yaitu bagaimana orang memandang dan mempengaruhi orang lain. Psikologi sosial mempelajari mengapa situasi sosial dapat berpengaruh pada individu khususnya pada perilaku yang mengarah ke tindakan baik atau buruk, berkompromi atau bebas. Psikologi sosial kegiatan-kegiatan manusia dalam hubungannya dengan situasi-situasi sosial. Dari berbagai pendapat tokoh dapat disimpulkan bahwa psikologi sosial adalah suatu studi ilmiah tentang pengalaman dan tingkah laku individu-individu dalam hubungannya dengan situasi sosial. Teori psikologi sosial digunakan untuk mengerti suatu gejala atau fenomena kekerasan orang tua terhadap anak yang hampir tiap saat terjadi. Dengan mengerti fenomena, peneliti dapat dibuat peramalan tentang kapan akan

12 21 terjadinya fenomena kekerasan terhadap anak dan bagaimana hal itu terjadi. Kemudian dapat dijawab permasalahan yang pertama dalam rumusan masalah penelitian Teori Resepsi Teori resepsi mengalokasikan pembaca ke dalam posisi sentral. Pembaca adalah mediator. Tanpa pembaca karya sastra seolah-olah tidak memiliki arti. Secara umum teori resepsi diartikan sebagai penerimaan, penyambutan, tanggapan, reaksi, dan sikap pembaca terhadap suatu karya sastra. Menurut Ratna, (2005: ) Teori resepsi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu (a) resepsi secara sinkronis, penelitian dalam kaitannya dengan pembaca sezaman dan (b) resepsi diakronis, penelitian dalam kaitannya dengan pembaca sepanjang sejarahnya. Pada penelitian resepsi sinkronis, umumnya terdapat norma-norma yang sama dalam memahami karya sastra. Akan tetapi dengan adanya perbedaan horizon harapan pada setiap pembaca, maka pembaca akan menanggapi sebuah karya sastra dengan cara yang berbeda-beda pula. Hal ini disebabkan oleh latar belakang pendidikan, pengalaman, bahkan ideologi dari pembaca itu sendiri (Pradopo, 2007:211). Dalam penelitian ini model resepsi diakronis yang dipakai. Alasan yang dikemukakan Ratna (2005:209) seperti di dalam kaitannya dengan studi kultural. Pertama adalah perubahan pandangan terhadap karya sebagai akibat perubahan horizon harapan, paradigma, dan sudut pandangan. Kedua, pergeseran penilaian ini merupakan tolok ukur untuk mengetahui seberapa jauh masyarakat telah

13 22 berubah. Dalam proses perubahan inilah dapat diketahui tokoh dan kekuatan yang berdiri di belakangnya. Penelitian ini dilakukan atas tanggapan-tanggapan pembaca dalam hal ini pembaca adalah masyarakat Ternate Maluku Utara pada beberapa periode atau dari teks-teks yang muncul setelah karya sastra atau cerita rakyat Tolire Gam Jaha. Teori ini yang dipakai untuk menjawab permasalahan kedua dalam rumusan masalah, yaitu melihat bagaimana resepsi masyarakat Ternate Maluku Utara terhadap cerita rakyat Tolire Gam Jaha Teori Semiotik Semiotik (semiotika) adalah ilmu tentang tanda dan kode-kodenya serta penggunaanya dalam masyarakat (Piliang, 2004:19). Dalam penelitian tidak bisa dipisahkan antara teks dan masyarakat sebagai pembaca atau penyimak teks. Dalam penelitian ini digunakan suatu metode yang disebut dalam Piliang (2003:276) adalah etnosemiotika, yaitu satu metode yang menghubungkan pembacaan teks dengan kehidupan sehari-hari yang bersifat mikro. Artinya menyangkut pengalaman langsung dalam kehidupan sehari-hari masyarakat yang berhadapan dengan teks tersebut. Bagian-bagian (unsur-unsur) karya sastra itu mempunyai makna dalam hubungannya dengan yang lain dan keseluruhannya. Alasannya adalah karya sastra itu merupakan stuktur tanda-tanda yang bermakna. Tanda memperhatikan sistem tanda, tanda dan maknanya, dan konvensi tanda, struktur karya sastra tidak dapat dimengerti maknanya secara optimal. Oleh karena itu, strukturnya harus dianalisis dan bagian-bagiannya yang merupakan tanda-tanda yang bermakna di

14 23 dalamnya harus dijelaskan. Dalam penelitian ini dianalisis kekerasan orang tua terhadap anak dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate Maluku Utara. Teori ini dipakai untuk membantu menjawab dan mengungkap permasalahan yang ketiga dalam penelitian ini Teori Hegemoni Gramsci menyatakan bahwa hegemoni berarti situasi di mana suatu blok historis faksi kelas berkuasa menjalankan otoritas sosial dan kepemimpinan atas kelas subordinat melalui kombinasi antara kekuatan dan persetujuan (Barker, 2011:62). Hegemoni oleh Gramsi juga disebutkan sebagai sebuah pandangan hidup dan cara berpikir yang dominan. Di dalamnya sebuah konsep tentang kenyataan disebarluaskan dalam masyarakat, baik secara institusional maupun perorangan; (ideologi) mendiktekan seluruh cita rasa, kebiasaan moral, prinsipprinsip religius dan politik, serta seluruh hubungan sosial, khususnya dalam makna intelektual dan moral (dalam sebuah artikel Teori Hegemoni Gramsci di internet). Hal ini menimbulkan mekanisme penguasaan pada masyarakat dominan dan dapat dijelaskan bahwa kelas dominan melakukan penguasaan kepada kelas bawah menggunakan ideologi. Masyarakat kelas dominan merekayasa kesadaran masyarakat kelas bawah sehingga tanpa disadari, mereka rela dan mendukung kekuasaan kelas dominan. Berdasarkan pemikiran Gramsci tersebut dapat dijelaskan bahwa hegemoni merupakan suatu kekuasaan atau dominasi, baik atas nilai-nilai kehidupan, norma, maupun kebudayaan sekelompok masyarakat yang akhirnya

15 24 berubah menjadi doktrin terhadap kelompok masyarakat lainnya di mana kelompok yang didominasi tersebut secara sadar mengikutinya. Kelompok yang didominasi oleh kelompok lain (penguasa) tidak merasa ditindas dan merasa bahwa hal itu yang seharusnya terjadi. Hal yang sama terjadi dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate ini yang akan peneliti analisis, bahwa dominasi orang tua yang mengasuh anak dengan tindak kekerasan merupakan hal yang sudah biasa terjadi. Seorang anak menyadari hal tersebut. Teori ini digunakan sebagai teori pendukung untuk menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sebelumnya.

16 Model Penelitian Sastra Lisan Orang Tua Cerita Rakyat Tolire Gam Jaha di Ternate Anak Kekuasaan Kekerasan Orang Tua terhadap Anak Undang-Undang Perlindungan Anak Bentuk kekerasan orang tua terhadap anak dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate Maluku Utara Resepsi masyarakat \ mengenai fenomena kekerasan orang tua terhadap anak dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate Maluku Utara Dampak dan makna Kekerasan orang tua terhadap anak dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate Maluku Utara Keterangan Model : : Hubungan satu arah : Hubungan sebab akibat Model penelitian ini berangkat dari sastra lisan yang merupakan produk budaya yang diwariskan dari generasi ke generasi dalam hal ini adalah cerita rakyat Tolire Gam Jaha yang berasal dari masyarakat Ternate Maluku Utara. Dari cerita rakyat tersebut digambarkan adanya kekuasaan dari orang tua terhadap anak. Di sini orang tua merasa memiliki hak atas otoritas dalam keluarga dan anak sebagai insan yang wajib tunduk atas otoritas orang tua. Sebaliknya pada era sekarang telah ada undang-undang perlindungan anak yang menjadi pijakan untuk

17 26 melindungi anak dari kekerasan. Akan tetapi, pada kenyataannya walaupun sudah ada undang-undang yang melindungi, kerap sekali terjadi kekerasan yang ada pada masyarakat terutama pada masyarakat Ternate Maluku Utara. Sesuai dengan tujuan penelitian ini, yaitu mendapatkan jawaban dari rumusan masalah satu,dua dan tiga, penelitian ini bersifat deskriptif kualitatif yang mengupayakan untuk mengilustrasikan fenomena yang ada di masyarakat dan bisa menangkap makna yang terkandung dalam cerita rakyat Tolire Gam Jaha dari Ternate Maluku Utara secara lengkap.

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon

BAB I PENDAHULUAN. peran orang tua sebagai generasi penerus kehidupan. Mereka adalah calon BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Anak merupakan aset, anak adalah titisan darah orang tua, anak adalah warisan, dan anak adalah makhluk kecil ciptaan Tuhan yang kelak menggantikan peran orang tua sebagai

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan panduan kepada peneliti tentang urutan-urutan bagaimana penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. memberikan panduan kepada peneliti tentang urutan-urutan bagaimana penelitian BAB III METODE PENELITIAN Metode adalah cara untuk mengumpulkan data, sedangkan penelitian merupakan aktivitas dan cara berpikir yang menggunakan kerangka ilmiah yang terancang dan sistematis untuk memecahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya.

BAB I PENDAHULUAN. khusus, karena terjadinya hubungan erat di antara keduanya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan karya yang imajinatif, baik berupa lisan maupun tulisan. Fenomena yang terdapat di dalam karya sastra ini merupakan gambaran suatu budaya

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. novel yang menceritakan luka hati seorang ibu miskin ini mempunyai tampilan sampul buku

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. novel yang menceritakan luka hati seorang ibu miskin ini mempunyai tampilan sampul buku BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitian ini adalah konflik psikologi tokoh utama dalam novel karya Wiwid Prasetyo yang berjudul Nak, Maafkan Ibu yang Tak Mampu Menyekolahkanmu.

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.

BAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan yang dihadapi bangsa Indonesia di era globalisasi sekarang ini sudah mengarah pada krisis multidimensi. Permasalahan yang terjadi tidak saja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra lisan merupakan bagian dari kebudayaan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat pemiliknya, sebagai milik bersama, yang isinya mengenai berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Buton dalam kehidupannya terikat kuat oleh tradisi lisan.

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Buton dalam kehidupannya terikat kuat oleh tradisi lisan. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Buton dalam kehidupannya terikat kuat oleh tradisi lisan. Tradisi lisan tersebut berupa tuturan yang memberi ciri khas terhadap individu atau kelompok

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran

BAB I PENDAHULUAN. yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bahasa dan sastra adalah cermin kebudayaan dan sebagai rekaman budaya yang telah mengalami perkembangan selama lebih dari bertahun-tahun. Peran penting bahasa dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi

BAB I PENDAHULUAN. Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra secara nyata memang berbeda dengan psikologi. Psikologi merupakan aktivitas ilmiah tentang prilaku manusia yang berkaitan dengan proses mental

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat ide, pikiran, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai

BAB I PENDAHULUAN. objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Penelitian Karya sastra merupakan suatu bentuk dan hasil pekerjaan kreatif yang objeknya manusia dan kehidupannya dengan menggunakan bahasa sebagai medianya (Semi,1989:8).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Siaran televisi saat ini telah menjadi suatu kekuatan yang sudah masuk ke dalam kehidupan masyarakat. Televisi sebagai media massa memiliki karakteristik tersendiri

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional (2008:725) Konsep merupakan (1)

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. historisnya, dipersoalkan oleh pemeluk agama, serta BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Praktik poligami dalam bentuk tindakan-tindakan seksual pada perempuan dan keluarga dekatnya telah lama terjadi dan menjadi tradisi masyarakat tertentu di belahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir di tengah-tengah masyarakat sebagai hasil imajinasi pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial di sekitarnya (Iswanto dalam

Lebih terperinci

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA

PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA PERANCANGAN KOMUNIKASI VISUAL TRANSFORMASI MEDIA CERITA RAKYAT INDONESIA SEBAGAI PENGENALAN WARISAN BUDAYA NUSANTARA Rizky Imania Putri Siswandari 1, Muh. Ariffudin Islam 2, Khamadi 3 Jurusan Desain Komunikasi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Fenomena kaum perempuan korban kekerasan dalam rumah tangga di daerah Yogyakarta cukup memprihatinkan dan tidak terlepas dari permasalahan kekerasan terhadap perempuan.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos.

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. 7 BAB II LANDASAN TEORI E. Pengertian Psikologi Secara etimologis psikologi berasal dari bahasa Yunani Psyche dan logos. Psyche artinya jiwa dan logos berarti ilmu. Dalam Bahasa Indonesia dikenal dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A.

BAB II KAJIAN TEORI. dan Eksploitasi Wanita dalam Novel The Lost Arabian Women karya Qanta A. BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Penelitian yang Relevan Sebelumnya Kajian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang telah dilakukan oleh Nikmawati yang berjudul Perlawanan Tokoh Terhadap Diskriminasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam

BAB I PENDAHULUAN. sebagai fakta sosial, manusia sebagai makhluk kultural (Ratna, 2005:14). Dalam BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu hasil karya seni yang sekaligus menjadi bagian dari kebudayaan. Sebagai salah satu hasil kesenian, karya sastra mengandung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kondisi fisik yang lebih lemah dan dikenal lembut sering menjadi alasan untuk menempatkan kaum perempuan dalam posisi yang lebih rendah dari lakilaki. Secara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian Ziarah merupakan istilah yang tidak asing di masyarakat. Ziarah adalah salah satu bentuk kegiatan berdoa yang identitik dengan hal yang berkaitan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan

BAB I PENDAHULUAN. dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan karya sastra di Indonesia saat ini cukup pesat. Terbukti dari banyak karya sastra yang muncul, baik berupa novel, puisi, cerpen, dan drama. Hasil

Lebih terperinci

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan BAB VI SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan analisis data, hasil analisis, dan pembahasan dapat disimpulkan dari cerpen Indonesia pengarang perempuan dekade 1970-2000-an beberapa hal berikut. Struktur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kekerasan semakin marak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat mengatasi pengalaman akan kekerasannya, namun sebagian besar mencari solusi kepada

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sosiologi dan Sastra Secara institusional objek sosiologi dan sastra adalah manusia dalam masyarakat, sedangkan objek ilmu-ilmu kealaman adalah gejala alam. Masyarakat adalah

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI. Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI, DAN REKOMENDASI Bab ini menyajikan sejumlah kesimpulan yang meliputi kesimpulan umum dan khusus, implikasi, dan rekomendasi penelitian. Kesimpulan, implikasi, dan rekomendasi

Lebih terperinci

PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sumatera merupakan pulau yang memiliki sejumlah suku besar berciri khas tradisional. Suku yang terkenal adalah Minangkabau, Aceh, Batak, Melayu, dan ada juga sejumlah suku-suku

Lebih terperinci

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009

BAB 4 KESIMPULAN. Universitas Indonesia. Citra tokoh..., Vidya Dwina Paramita, FIB UI, 2009 86 BAB 4 KESIMPULAN Berdasarkan analisis yang telah dilakukan terhadap citra tokoh anak yang ditampilkan dalam tujuh cerpen yang dimuat dalam jurnal Prosa edisi Yang Jelita yang Cerita, didapat kesimpulan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Indonesia memiliki banyak suku, etnis dan budaya. Salah satunya adalah suku X di Kabupaten Papua yang menganut tradisi potong jari ketika salah seorang anggota

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra sebagai sebuah ungkapan pribadi pengarang berdasarkan kreativitas/ imajinasi pengarang. Sastra juga dapat dijadikan sebagai wadah seorang pengarang untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. berpartisipasi serta berhak atas perlindungan dari tindak kekerasan dan. diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan Yang Maha Esa, yang merupakan mutiara keluarga yang perlu dilindungi dan dijaga. Perlu dijaga karena dalam dirinya

Lebih terperinci

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI

BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI BAB 5 SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI 5.1 Simpulan Setelah melakukan analisis terhadap struktur dan analisis terhadap naskah drama Jamila dan Sang Presiden maka peneliti menyimpulkan sebagai berikut.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan

BAB I PENDAHULUAN. dipahami anak. Sastra anak secara emosional psikologis dapat ditanggapi dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak adalah karya sastra yang dari segi isi dan bahasa sesuai dengan tingkat perkembangan intelektual dan emosional anak. Bahasa yang digunakan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Semua bangsa di dunia memiliki cerita rakyat. Cerita rakyat adalah jenis sastra oral, berbentuk kisah-kisah yang mengandalkan kerja ingatan, dan diwariskan.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan BAB II KAJIAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka Kajian pustaka menjelaskan gagasan, pemikiran atau hasil-hasil penelitian yang ditemukan oleh para peneliti terdahulu yang berhubungan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada

BAB I PENDAHULUAN. Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kumpulan surat Habis gelap Terbitlah Terang ditulis oleh R.A Kartini pada tahun 1911. Kumpulan surat tersebut pertama kali dibukukan oleh sahabat pena R.A Kartini yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Kebudayaan dapat diartikan sebagai suatu nilai dan pikiran yang hidup pada sebuah masyarakat, dan dalam suatu nilai, dan pikiran ini berkembang sejumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. globalisasi. Pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu wahana yang strategis untuk mengembangkan potensi yang dimiliki oleh manusia, sebab pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Pada bab I ini, peneliti mengungkapkan mengenai: (a) latar belakang masalah, (b) rumusan masalah, (c) tujuan penelitian, dan (d) manfaat penelitian. A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara kesatuan dari berbagai pulau dan daerah yang memiliki kekayaan budaya, bahasa, cara hidup, dan tradisi. Tradisi di Indonesia terdiri

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra mempunyai dua manfaat atau fungsi sebagaimana yang dikemukakan oleh Horatius, yaitu dulce et utile yang berarti menghibur dan mengajar. Kesenangan dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada

BAB I PENDAHULUAN. referensial (Jabrohim 2001:10-11), dalam kaitannya dengan sastra pada 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang.

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra merupakan wujud dari proses imajinatif dan kreatif pengarang. Adapun proses kreatif itu berasal dari pengalaman pengarang sebagai manusia yang hidup di

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 27 BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Dalam bagian metode penelitian, peneliti memaparkan mengenai (1) metode penelitian, (2) sumber data, (3) teknik penelitian, (4) definisi operasional. 3.1 Metode Penelitian

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, suatu metode analisis dengan penguraian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab lima ini peneliti memaparkan beberapa kesimpulan mengenai analisis nilai patriarkal dan ketidaksetaraan gender dalam roman L Enfant de sable karya Tahar Ben Jelloun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perceraian merupakan kata yang umum dan tidak asing lagi di telinga masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi trend, karena untuk menemukan informasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia

BAB I PENDAHULUAN. tentunya sangat berkaitan dengan hidup dan kehidupan manusia serta kemanusiaan. Ia 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra merupakan salah satu cabang kesenian yang selalu berada dalam peradaban manusia semenjak ribuan tahun lalu. Penelitian terhadap karya sastra penting

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang diterbitkan oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional ( 2005:588), konsep didefenisikan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian Sastra merupakan suatu bagian dari kebudayaan. Bila kita mengkaji sastra maka kita akan dapat menggali berbagai kebudayaan yang ada. Di Indonesia

Lebih terperinci

BAB IV KESIMPULAN. memang tidak dijadikan tema utama. Tetapi unsur-unsur kekerasan tersebut seolah

BAB IV KESIMPULAN. memang tidak dijadikan tema utama. Tetapi unsur-unsur kekerasan tersebut seolah BAB IV KESIMPULAN Unsur-unsur kekerasan yang dapat ditemukan dalam sebuah cerita dongeng memang tidak dijadikan tema utama. Tetapi unsur-unsur kekerasan tersebut seolah tidak bisa dilepaskan dari sebuah

Lebih terperinci

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani,

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, BAB 2 KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kebijakan Secara Etimologis, istilah Kebijakan (policy) berasal bahasa Yunani, Sangsekerta, dan Latin. Dimana istilah kebijakan ini memiliki arti menangani masalah-masalah publik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Media seni-budaya merupakan tempat yang paling banyak merepresentasikan perempuan sebagai pihak yang terpinggirkan, tereksploitasi, dan lain sebagainya. Perempuan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang

BAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan sebuah karya fiksi yang berisi imajinasi seorang pengarang dalam memaparkan berbagai permasalahan-permasalahan dan kejadian-kejadian dalam kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi.

BAB I PENDAHULUAN. proses saling tolong menolong dan saling memberi agar kehidupan kita. saling mencintai, menyayangi dan mengasihi. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Di dunia ini kita sebagai manusia tidak bisa hidup dalam kesendirian, kita sebagai makhluk yang sosialis, tentunya membutuhkan proses saling tolong menolong

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah digilib.uns.ac.id BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan suatu karya yang lahir dari hasil perenungan pengarang terhadap realitas yang ada di masyarakat. Karya sastra dibentuk

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif

BAB III METODE PENELITIAN. Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Strategi Penelitian Jenis penelitian dalam mengkaji novel Pengakuan Eks Parasit Lajang karya Ayu Utami ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan

BAB I PENDAHULUAN. Bima itu. Namun saat adat istiadat tersebut perlahan-lahan mulai memudar, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masyarakat Bima merupakan perpaduan dari berbagai suku, etnis dan budaya yang hampir menyebar di seluruh pelosok tanah air.akan tetapi pembentukan masyarakat Bima yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya keluarga terdiri dari ayah, ibu, dan anak-anak. Ayah dan ibu berperan sebagai orangtua bagi anak-anaknya. Namun, dalam kehidupan nyata sering dijumpai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir,

BAB I PENDAHULUAN. Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Budaya berkenaan dengan cara manusia hidup. Manusia belajar berpikir, merasa, mempercayai dan mengusahakan apa yang patut menurut budayanya. Bahasa, persahabatan, kebiasaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra,

BAB I PENDAHULUAN. analisis unsur intrinsiknya, yaitu unsur-unsur yang membangun karya sastra, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Sebuah karya sastra itu diciptakan pengarang untuk dibaca, dinikmati, ataupun dimaknai. Dalam memaknai karya sastra, di samping diperlukan analisis unsur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Perselingkuhan sebagai..., Innieke Dwi Putri, FIB UI, Universitas Indonesia 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra menggambarkan jiwa masyarakat. Karya sastra sebagai interpretasi kehidupan, melukiskan perilaku kehidupan manusia yang terjadi dalam masyarakat. Segala

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan berdasarkan imajinasi dan berlandaskan pada bahasa yang digunakan untuk memperoleh efek makna tertentu guna mencapai efek estetik. Sebuah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat

BAB I PENDAHULUAN. dikenal masyarakat luas sampai saat ini adalah prosa rakyat. Cerita prosa rakyat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Indonesia memiliki banyak warisan kebudayaan dari berbagai etnik. Warisan kebudayaan yang disampaikan secara turun menurun dari mulut kemulut secara lisan biasa disebut

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan secara biologis. Misalnya BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Gender dan Kekerasan Terhadap Perempuan Menurut fakih (1996) dalam memahami konsep gender maka harus dibedakan pada kata gender dengan kata seks atau jenis kelamin yang ditentukan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kepustakaan yang Relevan Dalam penulisan sebuah karya ilmiah diperlukan kajian pustaka. Kajian pustaka bertujuan untuk mengetahui keauntetikan sebuah karya ilmiah. Kajian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu tujuan perkawinan sebagaimana tercantum dalam Undangundang Perkawinan No. 1 Tahun 1974, membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal, berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB I PENDAHULUAN 1.1 KONTEKS MASALAH Komunikasi merupakan aktivitas dasar manusia yang tidak akan pernah terlepas dari kehidupan manusia sehari-hari. Kita mengetahui bahwa manusia merupakan makhluk yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya (Al- Ma ruf 2009:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rumah adalah tempat untuk membangun keluarga yang bahagia, harmonis dan sejahtera. Tempat pengayom bagi seluruh penghuninya dan juga sebagai tempat berlindung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami

BAB I PENDAHULUAN. keadaan sekitar yang dituangkan dalam bentuk seni. Peristiwa yang dialami BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sastra merupakan ekspresi yang kreatif dari sebuah ide, pikiran, atau perasaan yang telah dialami oleh seseorang dan diungkapkan melalui bahasa. Sastra adalah bentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode untuk mendisiplinkan anak. Cara ini menjadi bagian penting karena terkadang menolak untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Indonesia adalah negara yang kaya kebudayaan. Kebudayaan tersebut tersebar di daerah-daerah sehingga setiap daerah memiliki kebudayaan yang berbeda-beda.

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI 10 BAB II LANDASAN TEORI Bab ini berisi tentang struktural sastra dan sosiologi sastra. Pendekatan struktural dilakukan untuk melihat keterjalinan unsur-unsur intrinsik yang membangun karya sastra itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai

BAB I PENDAHULUAN. realitas kehidupan sosial. Karya sastra pada umumnya bersifat dinamis, sesuai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan salah satu cipta karya masyarakat, sedangkan masyarakat adalah salah satu elemen penting dalam karya sastra. Keduanya merupakan totalitas

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan.

BAB 1 PENDAHULUAN. Sastrawan yang dicetak pun semakin banyak pula dengan ide-ide dan karakter. dengan aneka ragam karya sastra yang diciptakan. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena kehidupan

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN

BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN BAB 5 KESIMPULAN, DISKUSI DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan pada Bab IV maka terdapat beberapa hasil yang dapat disimpulkan di dalam penelitian ini, yaitu: Tingkat kecenderungan untuk

Lebih terperinci

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut.

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan tersebut. BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Agar peneliti dan pembaca mendapatkan gambaran yang jelas mengenai rancangan penelitian, maka pada subbab ini akan dijelaskan rancangan-rancangan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut (Ratna, 2009, hlm.182-183) Polarisasi laki-laki berada lebih tinggi dari perempuan sudah terbentuk dengan sendirinya sejak awal. Anak laki-laki, lebihlebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional

BAB I PENDAHULUAN. dialami perempuan, sebagian besar terjadi dalam lingkungan rumah. tangga. Dalam catatan tahunan pada tahun 2008 Komisi Nasional BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan terhadap perempuan dalam tahun 2008 meningkat lebih dari 200% (persen) dari tahun sebelumnya. Kasus kekerasan yang dialami perempuan, sebagian besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini, sebagian masyarakat di Indonesia sudah tidak lagi menghiraukan budaya antre yang berlaku di dalam kehidupan sehari-hari. Mulai dari anak-anak hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya.

BAB I PENDAHULUAN. karya sastra tidak lahir dalam situasi kekosongan budaya, budaya tidak hanya. konvensi atau tradisi yang mengelilinginya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh pengarang untuk dipahami dan dinikmati oleh pembaca pada khususnya dan oleh masyarakat pada umumnya. Hal-hal yang diungkap oleh

Lebih terperinci

Kekerasan dalam Rumah Tangga

Kekerasan dalam Rumah Tangga 1. Jenis Kasus : A. LEMBAR FAKTA Kekerasan terhadap Perempuan di wilayah konflik Kekerasan dalam Rumah Tangga Lain-lain : 2. Deskripsi Kasus : 1 3. Identitas Korban : a. Nama : b. Tempat lahir : c. Tanggal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah mahkluk sosial yang dilahirkan dalam suatu pangkuan budaya yang pada awalnya merupakan unsur pembentukan kepribadiannya. Umumnya manusia sangat peka

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. disebut bentuk dan cara pendekatan terhadap karya sastra dan gejala

BAB I PENDAHULUAN. disebut bentuk dan cara pendekatan terhadap karya sastra dan gejala BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sastra merupakan suatu kegiatan mengekspresikan diri yang diwujudkan dalam bentuk karya yaitu yang disebut karya sastra. Sastra boleh juga disebut karya seni karena

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Jepang selain dikenal sebagai negara maju dalam bidang industri di Asia, Jepang juga dikenal sebagai negara penghasil karya sastra, baik itu karya sastra prosa,

Lebih terperinci