Streptomisin dan Insidens Penurunan Pendengaran pada Pasien Multidrug Resistant Tuberculosis di Rumah Sakit Dr. Moewardi
|
|
- Ridwan Sugiarto
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 Streptomisin dan Insidens Penurunan Pendengaran pada Pasien Multidrug Resistant Tuberculosis di Rumah Sakit Dr. Moewardi Reviono, Widayanto, Harsini, Jatu Aphridasari, Yusup Subagio Sutanto Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret, Rumah Sakit Dr. Moewardi, Surakarta. Abstrak Latar belakang : Multidrug resistant tuberculosis (MDR TB) dikenal sebagai penyakit berbahaya bagi kesehatan penduduk dunia. Penanganan MDR TB menjadi sulit karena membutuhkan dana yang besar, waktu perawatan yang lama, dan memiliki efek samping obat jauh lebih banyak dibandingkan TB drug-sensitive. Berkurangnya pendengaran merupakan efek samping akibat pemberian aminoglikosida yang sering digunakan dalam tatalaksana pengobatan MDR TB. Pengobatan awal dengan streptomisin dapat memperburuk keadaan. Tujuan penelitian untuk menentukan hubungan antara injeksi streptomisin dengan insidens penurunan pendengaran pada pasien MDR TB di Rumah Sakit Dr. Moewardi. Metode : Studi potong lintang dengan mengambil data rekam medik dan hasil audiometri pada pasien ( perempuan dan 5 laki-laki) yang menerima perlakuan standar pengobatan MDR TB mulai Januari 0 sampai September 0 pada poli Programmatic Management of Drug Resistant Rumah Sakit Dr. Moewardi. Hasil : Dari pasien MDR TB, 5,% mengalami efek penurunan pendengaran akibat pengobatan MDR TB dan 54,% merupakan pasien MDR TB yang menggunakan streptomisin dalam pengobatan. Hasil analisis menunjukkan tidak terdapat korelasi signifikan antara penggunaan streptomisin dalam pengobatan dan penurunan pendengaran, p=0,. Insidens awal penurunan pendengaran pada pasien MDR TB yang mendapat pengobatan streptomisin terjadi dalam bulan pertama pengobatan (5,4%). Kesimpulan : Tidak terdapat hubungan antara pengobatan streptomisin dengan insidens penurunan pendengaran pada pasien MDR TB di Rumah Sakit Dr. Moewardi. (J Respir Indo. 0; :-) Kata kunci : Tuberkulosis, multidrug resistant, streptomisin, penurunan pendengaran. Streptomycin and Incidence of Hearing Loss in Multidrug Resistant Tuberculosis Patients in Dr. Moewardi Hospital Abstract Background: Multidrug resistant tuberculosis (MDR TB) is known as threatening and challenging community health problem worldwide. Treatment of MDR TB is difficult because it needs higher cost, longer treatment period, and more adverse events than drug-sensitive TB. Hearing loss is a major adverse event due to aminoglycosides that commonly used as one of the regiments of MDR TB. Previous treatment of streptomycin may worsen the symptoms. The objective was to assess the correlation between streptomycin with incidence of hearing loss in MDR TB patients in Dr. Moewardi Hospital. Methods : A cross sectional study was conducted by reviewing medical records and audiometry report in patients ( females and 5 males) who received standardized treatment for MDR TB from January 0 to September 0 in Programmatic Management of Drug Resistant Tuberculosis unit of Dr. Moewardi Hospital. Results : Among MDR TB patients, 5.% experienced hearing loss as an adverse events of MDR treatment, and of 54.% were MDR TB patients with treatment of streptomycin. The analysis showed there was no significant correlation between treatment of streptomycin and hearing loss, p=0.. The earliest onset of hearing loss in MDR TB patients with treatment of streptomycin was occurred within the first month of treatment (5.4%). Conclusion: Treatment of streptomycin has no correlation with incidence of hearing loss in MDR TB patients in Dr. Moewardi Hospital. (J Respir Indo. 0; :-) Keywords: Tuberculosis, multidrug resistant, streptomycin, hearing loss. PENDAHULUAN Tuberkulosis (TB) merupakan suatu pandemi, setengah kasus TB terdapat di enam negara Asia (Bangladesh, Cina, India, Indonesia, Pakistan, dan Filipina). World Health Organization (WHO) melaporkan diperkirakan terdapat,4 juta kasus TB secara global (ekuivalen dengan kasus per penduduk) pada tahun 00. Sebagian besar diantaranya terdapat di Asia (55%) dan Afrika (0%). Indonesia menempati peringkat kelima di dunia setelah India, Cina, Afrika Selatan, dan Nigeria pada tahun J Respir Indo Vol., No., Juli 0
2 00. Resistensi terhadap obat antituberkulosis (OAT) terus meningkat jumlahnya, yang pada akhirnya akan makin meningkatkan biaya pengobatan. Multidrug resistant tuberculosis (MDR TB) dijumpai di lebih dari 00 negara dan diperkirakan terdapat lebih dari kasus baru yang berkembang setiap tahun. Berdasarkan laporan WHO tahun 00 diperkirakan terdapat setengah juta kasus MDR TB pada tahun 00. Kasus MDR TB lebih sulit diterapi, karena terapi MDR TB menggunakan regimen yang lebih toksik sehingga menimbulkan banyak efek samping, lebih mahal, dan aktivitasnya lebih lemah apabila dibandingkan dengan OAT lini pertama. Terapi MDR TB juga membutuhkan waktu lebih lama, diberikan selama 4,5-4 bulan. Pasien dengan hasil pemeriksaan basil tahan asam (BTA) sputum atau kultur yang tetap positif setelah mendapatkan OAT secara adekuat sebaiknya dicurigai sebagai MDR TB, demikian juga pada orangorang yang memiliki kontak erat dengan pasien MDR TB terutama pada kondisi immune-compromised. Kelompok pasien yang dicurigai kemungkinan MDR TB adalah:. Kasus TB paru dengan gagal pengobatan pada kategori dua, dibuktikan dengan rekam medis sebelumnya dan riwayat penyakit dahulu.. Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah sisipan dengan kategori dua.. Pasien TB yang pernah diobati di fasilitas non- DOTS (directly observed treatment shortcourse), termasuk yang mendapat OAT lini kedua seperti kuinolon dan kanamisin. 4. Pasien TB paru yang gagal pengobatan kategori satu. 5. Pasien TB paru dengan hasil pemeriksaan dahak tetap positif setelah sisipan dengan kategori satu.. Pasien TB paru kasus kambuh.. Pasien TB yang kembali setelah lalai/ default pada pengobatan kategori satu atau kategori dua.. Suspek TB dengan keluhan, yang tinggal dekat dengan pasien MDR TB konfirmasi, termasuk petugas kesehatan yang bertugas di bangsal MDR TB.. Pasien TB HIV (human immuno defficiency virus). Pasien suspek MDR TB sebagian ada yang sudah mendapatkan injeksi streptomisin (kategori ) dan ada beberapa pasien yang belum mendapatkan injeksi streptomisin (non kategori ). Streptomisin, gentamisin, amikasin, neomisin, dan kanamisin merupakan obat golongan aminoglikosida yang mempunyai efek samping ototoksik. Streptomisin merupakan antibiotik golongan aminoglikosida yang dipakai dalam terapi pasien TB kategori sedangkan kanamisin diberikan pada terapi pasien MDR TB. Dalam penelitian ini akan diamati apakah ada perbedaan efek samping penurunan pendengaran pada pasien MDR TB yang mendapatkan terapi kanamisin antara pasien yang sudah mendapatkan injeksi streptomisin sebelumnya (kategori ) dengan yang belum mendapatkan injeksi streptomisin (non kategori ) di RS. Dr. Moewardi Surakarta. METODE Penelitian ini bersifat cross sectional analitik, dilaksanakan di poli programmatic management of drug resistant (PMDT) rumah sakit (RS) Dr. Moewardi Surakarta. Populasi penelitian adalah pasien MDR TB yang menjalani pengobatan OAT lini kedua di poli PMDT RS Dr. Moewardi Surakarta mulai dari bulan januari 0 sampai dengan bulan September 0. Kriteria inklusi yang ditetapkan adalah pasien MDR TB yang menjalani pengobatan OAT lini kedua di poli PMDT RS Dr Moewardi Surakarta mulai dari Januari 0 sampai dengan September 0. Kriteria eksklusi adalah pasien MDR TB yang mangkir, meninggal, belum konversi, dan tidak mengalami gangguan pendengaran pada saat awal terapi OAT lini ke- diberikan. Variabel bebas pada penelitian ini meliputi jenis kelamin, umur, berat badan, penurunan pendengaran, dan lama muncul efek penurunan pendengaran. Variabel terikat adalah riwayat pengobatan sebelumnya. Definisi operasional variabel pada penelitian ini adalah jenis kelamin (laki-laki dan perempuan), umur biologis dalam tahun, berat badan pasien dalam kilogram, terdapatnya gangguan J Respir Indo Vol., No., Juli 0
3 penurunan pendengaran pada pasien MDR TB yang sebelumnya tercantum dalam tabel. dinyatakan dengan hasil audiometri meliputi mixer Dari tabel didapatkan sebagian besar golongan hearing loss (MHL) dan sensoneural hearing loss non kategori sebanyak 4 pasien (44,4%) umur kurang (SNHL), lamanya waktu yang diperlukan untuk dari tahun, kategori terbanyak pada usia - 40 munculnya keluhan gangguan pendengaran yang tahun sebesar 0 pasien (4,%) namun dari segi umur dibuktikan dengan hasil audiometri, riwayat pengobatan tidak ada perbedaan yang signifikan antara kelompok pasien sebelum dinyatakan MDR TB, sudah pernah kategori dan non kategori dengan nilai p 0,4. mendapatkan injeksi streptomisin (kategori ) dan Kategori lebih banyak pasien perempuan 4 (5,%) belum pernah mendapatkan injeksi streptomisin (non sedang non kategori lebih banyak laki-laki 5 pasien kategori ). (55,%), dari jenis kelamin tidak didapatkan perbedaan Data yang diperoleh dari penelitian akan yang signifikan dengan nilai p 0,. ditabulasi dan dianalisis menggunakan statistical Berat badan pasien akan menentukan berapa programme for social science (SPSS) for windows versi dosis kanamisin yang akan diberikan mulai dosis harian.00. Hubungan antara riwayat pengobatan atau berdasarkan dosis sesuai dengan berat badannya. sebelumnya terhadap karakteristik demografi pasien Tidak ada perbedaan yang bermakna dosis kanamisin MDR TB dianalisis dengan uji chi square. yang diberikan pada pasien kategori dan non kategori, dimana nilai p 0,. Baik kategori maupun non HASIL kategori efek samping penurunan pendengaran yang terjadi lebih besar daripada yang tidak mengalami Dalam penelitian ini didapatkan variasi umur penurunan pendengaran, pada kategori sebanyak penderita MDR TB termuda usia 0 tahun dan tertua pasien (54,%) mengalami penurunan pendengaran usia tahun, kebanyakan pasien masih dalam usia sedangkan non kategori yang mengalami penurunan produktif berkisar antara 0-50 tahun, jenis kelamin pendengaran sebanyak pasien (,%) akan tetapi didapatkan laki-laki 5 orang (45,5%) dan perempuan perbedaan efek samping penurunan pendengaran ini orang (54,5%). Berat badan penderita MDR TB tidak mempunyai arti yang signifikan. bervariasi mulai dari - kilogram sebagai dasar Tabel menggambarkan onset munculnya efek pemberian dosis kanamisin injeksi pada terapi MDR TB. samping terapi kanamisin terhadap penurunan Riwayat pengobatan sebelumnya, yang sudah pendengaran pada pasien MDR TB. Kelompok kategori menjalani terapi TB dengan streptomisin injeksi pada bulan pertama sudah ada yang mengalami (kategori ) sebanyak 4 pasien (,%) dan pasien penurunan pendengaran pada pasien (5,4%) yang belum mendapat riwayat pengobatan streptomisin sedangkan kelompok non kategori pada bulan kedua sebelumnya (non kategori ) sebanyak pasien mulai ada pasien (,%) yang mengalami penurunan (,%). Penurunan pendengaran pasien MDR TB penurunan pendengaran. Jika dinyatakan secara sebagai efek samping dari kanamisin didapatkan pada numerik lama munculnya efek samping berupa pasien (5,%) sedangkan 4 pasien (4,4%) tidak penurunan pendengaran pada kelompok non kategori mengalami penurunan pendengaran, keluhan penurunan pendengaran berdasarkan hasil audiometri sebesar, ± 4,50, dengan riwayat kategori sebesar 5,54±,. Perbandingan penurunan pendengaran bervariasi mulai dari bulan ke- sampai bulan ke-5 dengan beberapa variabel tertulis dalam tabel 4. (tabel ). Dari tabel 4 didapatkan laki-laki mempunyai efek Sampel yang didapat dibagi menjadi kelompok, samping penurunan pendengaran lebih banyak pertama yang sudah pernah mendapatkan terapi dibandingkan perempuan sebesar,% dan terjadi streptomisin (kategori ) sebanyak 4 pasien dan yang kecenderungan yang meningkat kejadian penurunan belum pernah mendapatkan terapi streptomisin (non pendengaran dengan bertambahnya umur dan berat kategori ) sebanyak pasien. Perbandingan antara badan pasien, yang digunakan sebagai dasar untuk variabel penelitian dengan kelompok riwayat terapi penentuan dosis terapi. J Respir Indo Vol., No., Juli 0
4 Tabel. Variabel Tabel. Variabel Deskripsi variabel Umur < tahun -40 tahun 4-50 tahun 5-0 tahun > 0 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Berat badan < kg -50 kg 5-0 kg > 0 kg Kriteria suspek Kategori Kategori Efek penurunan pendengaran Ya Tidak Mulai muncul efek (bulan ke-) Mulai muncul efek (numerik) *SD : Standard deviation Perbandingan variabel menurut riwayat pengobatan sebelumnya Umur < tahun -40 tahun 4-50 tahun 5-0 tahun > 0 tahun Jenis kelamin Laki-laki Perempuan Berat badan < kg -50 kg 5-0 kg > 0 kg Penurunan pendengaran Ya Tidak PEMBAHASAN Non kategori (n=) (%) 4 (44,4) (,) (,) (,) 5 (55,) 4 (44,4) 5 (55,) 4 (44,4) (,) (,) Terapi aminoglikosida pada Kategori (n=4) (%) 4 (,) 0 (4,) (,) (4,) (4,) 0 (4,) 4 (5,) (4,) 5 (,5) (,) (4,) (54,) (45,) MDR TB 0,4 0, 0, 0, berisiko untuk terjadinya gangguan fungsi ginjal, fungsi telinga, dan sistem keseimbangan tubuh. Gangguan fungsi F Mean = 5, % 4,,4 0,,,0 45,5 54,5,0 0,,,0,, 5, 4,4 0,5 5, 5, 0,5 5, 5, 0,5 0,5 5, 5, 5, SD* =,5 p Tabel. Perbandingan variabel onset efek samping dengan kriteria suspek Onset efek samping Bulan ke Numerik (mean±sd*) *SD : Standard deviation Tabel 4. Variabel Umur < tahun (n=) -40 tahun (n=) 4-50 tahun (n=0) 5-0 tahun (n=) > 0 tahun (n=) Jenis kelamin Laki-laki (n=5) Perempuan (n=) Berat badan < kg (n=) -50 kg (n=0) 5-0 kg (n=) > 0 kg (n=) Tabel 5. Dosis rata-rata harian ginjal bersifat reversibel akan tetapi gangguan pendengaran dan sistem keseimbangan tubuh bersifat ireversibel/ permanen. Non kategori (n=) (,) (,) (,) (,) (,),±4,50 Kategori (n=) (5,4) (,) (,) (5,4) (,) (5,4) (,) (,) 5,54±, Penurunan pendengaran F % 0, 0,50 Perbandingan penurunan pendengaran menurut variabel 5-0 mg/kg/hari -50 kg Ototoksisitas merupakan toksisitas mayor antibiotik golongan aminoglikosida yang ireversibel. Kerusakan pada koklea dapat menimbulkan penurunan pendengaran permanen, sedangkan kerusakan pada organ keseimbangan 0 menyebabkan dizziness, ataksia, dan atau nistagmus. Mekanisme awal aminoglikosida dalam merusak pendengaran adalah penghancuran sel-sel rambut koklea, khususnya sel-sel rambut luar. Aminoglikosida muncul untuk menghasilkan radikal bebas di dalam Dosis pemberian obat kanamisin mg,5 50,0 0,0 00,0 00,0, 50,0 0,0 00,0, 00,0 5-0 kg p p 0,4 0,54 0,0 >0kg (dosis maks) 000 mg 000 mg J Respir Indo Vol., No., Juli 0 0
5 telinga bagian dalam dengan mengaktifkan nitric oksida sintetase (NOS) yang dapat meningkatkan konsentrasi oksida nitrat. Radikal oksigen bebas (ROS) kemudian bereaksi dengan oksida nitrat membentuk radikal peroksinitrit destruktif, yang dapat secara langsung merangsang kematian sel. Apoptosis adalah mekanisme utama kematian sel dan terutama diperantarai oleh kaskade mitokondria intrinsik. Fenomena ini menyebabkan kerusakan permanen pada sel-sel rambut luar koklea, yang mengakibatkan, kehilangan pendengaran permanen. Penurunan pendengaran akibat efek samping pemberian kanamisin pada pasien MDR TB dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya umur, dosis, dan lama pemberian injeksi kanamisin serta kreatinin serum yang menunjukkan ada tidaknya kelainan di ginjal. Distribusi pasien MDR TB berdasarkan jenis kelamin pada penelitian ini terdiri dari laki-laki 5 orang (45,5%) dan perempuan orang (54,5%). Penelitian 4 dari Taiwan oleh Jen Suo dkk. juga mendapatkan perempuan lebih banyak menderita MDR TB dibandingkan laki-laki, dengan orang (4%) perempuan dan orang (%) laki-laki. Sedangkan 5 penelitian Granich dkk. mendapatkan laki-laki 4 orang (5%) sedangkan perempuan orang (4%). dikutip dari Laporan penelitian Tsukamura mendapatkan hal yang sama yaitu laki-laki orang (%) dan perempuan orang (%). Pasien MDR TB pada penelitian ini laki-laki lebih sedikit kemungkinan karena laki-laki aktivitasnya lebih tinggi dalam kesehariannya, tradisi yang berlaku laki-laki merupakan tulang punggung keluarga yang harus bekerja, sehingga untuk mengikuti program pengobatan MDR TB selama minimal bulan dirasa memberatkan mereka. Efek samping pengobatan berupa penurunan pendengaran tidak ada perbedaan yang signifikan antara laki-laki dan perempuan. Penderita MDR TB dalam penelitian ini sebagian besar berumur antara -50 tahun sebanyak orang. Rieder dkk. mendapatkan MDR TB berumur dikutip dari 5-44 tahun. Penelitian Hadiarto dkk. mendapatkan rata-rata umur, tahun dan juga mendapatkan kelompok usia produktif yang terbanyak menderita MDR TB. Dosis pemberian obat pada pasien MDR TB ditetapkan oleh tim ahli klinis (TAK) yang berdasarkan berat badan pasien dan hasil kultur sensitivitas kuman. Untuk dosis kanamisin tertulis pada tabel 5. Berat badan pasien dalam penelitian ini terbanyak dalam kisaran -50 kilogram sehingga dosis kanamisin yang diberikan antara mg secara intramuskuler seminggu 5 kali. Tidak ada perbedaan yang signifikan dari berat badan pasien antara kelompok kategori dan non kategori. Dosis maksimal 000 mg diberikan pada pasien (4,%) kategori dengan berat kg dan mengalami gangguan pendengaran pada bulan ke-. Penelitian ini juga menggambarkan kecenderungan meningkat terjadinya penurunan pendengaran seiring dengan penambahan umur yang semakin tua dan meningkatnya berat badan yang berhubungan dengan pemberian dosis terapi pada pasien MDR TB, meskipun secara statistik hasil tersebut tidak signifikan. Keluhan penurunan pendengaran pada pasien MDR TB yang mendapat terapi kanamisin antara kelompok dengan riwayat terapi streptomisin dan yang belum pernah mendapatkan streptomisin dalam penelitian ini tidak signifikan. Rata-rata 5,54±, bulan muncul keluhan penurunan pendengaran pada kelompok kategori setelah diberikan kanamisin pada pasien MDR TB dimulai dan,±4,50 bulan pada kelompok non kategori. KESIMPULAN Pada penelitian ini didapatkan sampel yang memenuhi kriteria sebanyak pasien MDR TB selama Januari 0 sampai dengan September 0, perempuan lebih banyak daripada laki-laki. Sebagian besar pasien masih dalam usia produktif (0,%) dengan berat badan terbanyak -50 kg. Pasien yang mengeluhkan penurunan pendengaran sebanyak orang (5,%), pasien dari golongan non kategori dan pasien dari golongan kategori. Efek penurunan pendengaran pertama kali muncul pada kelompok kategori, yaitu pada bulan pertama sebesar 5,4%, sedang pada kelompok non kategori muncul pertama kali pada bulan kedua sebanyak,% pasien. Penurunan pendengaran cenderung meningkat seiring dengan bertambahnya umur dan berat badan pasien J Respir Indo Vol., No., Juli 0
6 yang digunakan sebagai dasar penentuan besarnya dosis obat kanamisin. Hasil analisis penelitian ini adalah tidak ada hubungan penurunan pendengaran pada kelompok dengan riwayat pengobatan streptomisin dan yang belum mendapat streptomisin. DAFTAR PUSTAKA. Prabudhesai PP, Singh RVP. Multidrug resistant tuberculosis. Bombay Hosp J. 00;5():-.. World Health Organization. Global tuberculosis control. A short update to 00 report. Switzerland: World Health Organization; 00.. World Health Organization. The global MDR TB & XDR TB response plan Switzerland: World Health Organization; Onyebujoh P, Zumla A, Ribeiro I, Rustomjee R, Mwaba P, Golmes M, et al. Treatment of tuberculosis: present status and future prospects. Bulletin of the World Health Organization. 005;(): Torun T, Gungor G, Ozmen I, Bolukbasi Y, Maden E, Bicakci B, et al. Side effects associated with the treatment of multidrug resistant tuberculosis. Int J Tuberc Lung Dis. 005;():-.. Weyer K. Multidrug resistant tuberculosis. CME. 005;():4-0.. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis. Pedoman diagnosis dan penatalaksanaan di Indonesia. Edisi revisi pertama. Jakarta: PDPI; 0.p.4.. Selimoglu E. Aminoglycoside-induced ototoxicity. Curr Pharm Design. 00;:-.. Seddon AJ, Fausset GP, Jacobs K, Ebrahim A, Hesseling CA, Schaaf SH. Hearing loss in patients on treatment for drug resistant tuberculosis. Eur Respir J. 0; 40:-. 0. Duggal P, Sarkar M. Audiologic monitoring of multidrug resistant tuberculosis patients on aminoglycoside treatment with long term follow-up. BMC Ear Nose Throat Disord. 00;(5):-.. Stringer SP, Meyerhoff WL,Wright CG. Ototoxicity. In: Paparella WM, Shumrick DA, Gluckman JL, Meyerhoff WL, editors. Otolaryngology. rd eds. Philadelphia (PA): WB Saunders Company;.p. 5.. Tuper G, Ahmad N, Seidman M. Mechanism of ototoxicity. Perspective on Hearing and Hearing Disorders. Research and Diagnostic. 005;():- 0.. Jager. P, Altena RV. Hearing loss and nephrotoxicity in long-term aminoglycoside treatment in patients with tuberculosis. Int J Tuberc Lung. 00;():-. 4. Suo J, Yu MC, Lee CN, Chiang CY, Lin TP. Treatment of multidrug resistant tuberculosis in Taiwan. Chemotherapy. ;4(): Granich RM, Oh P, Lewis B, Porco TC, Flood J. Multidrug resistance among persons with tuberculosis in California J Am Med Assoc. 005; :-.. Tsukamura M, Nakamura E, Yohii S, Amano H. Therapeutic effect of a new antibacterial substance ofloxacin (DL 0) on pulmonary tuberculosis. An Rev Respir Dis.5;:5-.. Rieder HL. Drug resistant tuberculosis : Issue epidemiology and challenges for public health. Tuber Lung Dis.4;5:-.. Mangunnegoro H, Aditama TY, Hudoyo A. Treatment of multidrug resistant tuberculosis in Indonesia. Chemotherapy. ;4():4-.. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Petunjuk teknis penatalaksanaan pasien MDR TB. Departemen Kesehatan RI. 00.p.-. J Respir Indo Vol., No., Juli 0
RELATIONSHIP BETWEEN KANAMYCIN INJECTION TREATMENT AND EVALUATION OF HEARING LOSS IN MDR-TB PATIENTS IN Dr. MOEWARDI HOSPITAL
RELATIONSHIP BETWEEN KANAMYCIN INJECTION TREATMENT AND EVALUATION OF HEARING LOSS IN MDR-TB PATIENTS IN Dr. MOEWARDI HOSPITAL Magdalena Sutanto, dr*, Harsini, dr, Sp.P, DR. Reviono, dr, Sp.P(K), Jatu Aphridasari,dr,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Mycobacterium tuberculosis yang paling sering mengenai organ paru-paru. Tuberkulosis paru merupakan
Lebih terperinciGangguan pendengaran penderita Tuberkulosis Multidrug Resistant
Laporan Penelitian Gangguan penan penderita Yulianti, Sally Mahdiani Departemen Telinga Hidung Tenggorok - Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran/Rumah Sakit Dr. Hasan Sadikin Bandung
Lebih terperinciPeran ISTC dalam Pencegahan MDR. Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan
Peran ISTC dalam Pencegahan MDR Erlina Burhan Departemen Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi FKUI RSUP Persahabatan TB MDR Man-made phenomenon Akibat pengobatan TB tidak adekuat: Penyedia pelayanan
Lebih terperinciArtikel Penelitian. Abstrak. Abstract PENDAHULUAN. Nitari Rahmi 1, Irvan Medison 2, Ifdelia Suryadi 3
345 Artikel Penelitian Hubungan Tingkat Kepatuhan Penderita Tuberkulosis Paru dengan Perilaku Kesehatan, Efek Samping OAT dan Peran PMO pada Pengobatan Fase Intensif di Puskesmas Seberang Padang September
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTIDRUG RESISTANT
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTIDRUG RESISTANT DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2015 Ira D. Pawa, Jootje M. L. Umboh, Budi T. Ratag * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Sumber infeksi TB kebanyakan melalui udara, yaitu melalui inhalasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG World Organization Health (WHO) sejak tahun 1993 mencanangkan bahwa penyakit tuberkulosis merupakan suatu kedaruratan dunia (global emergency). Hal ini dikarenakan tuberkulosis
Lebih terperinciMULTI DRUG RESISANT TUBERCULOSIS (MDR-TB): PENGOBATAN PADA DEWASA
MULTI DRUG RESISANT TUBERCULOSIS (MDR-TB): PENGOBATAN PADA DEWASA Sumardi Divisi Pulmonologi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUGM / KSM Pulmonologi RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta Abstract Tuberculosis treatment
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organization) sejak tahun 1993 memperkirakan sepertiga dari populasi dunia telah terinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis adalah penyakit infeksi menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia. Penyakit ini termasuk salah satu prioritas nasional
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit paling mematikan di dunia. Organisasi Kesehatan Dunia/World Health Organization (WHO) memperkirakan sepertiga dari
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN
KARAKTERISTIK PASIEN TUBERCULOSIS MULTI DRUG RESISTANCE DI KOTA SURABAYA TAHUN 2009-2013 SKRIPSI OLEH : Steven Hermantoputra NRP : 1523011019 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDALA SURABAYA
Lebih terperinci1 Universitas Kristen Maranatha
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2015 Annisa Nurhidayati, 2016, Pembimbing 1 Pembimbing 2 : July Ivone, dr.,mkk.,m.pd.ked. : Triswaty
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB), merupakan penyakit kronis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis dan tetap menjadi salah satu penyakit menular mematikan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh basil Mycobacterium tuberculosis (Kumar dan Clark, 2012). Tuberkulosis (TB) merupakan salah
Lebih terperinciPREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN Oleh : ANGGIE IMANIAH SITOMPUL
PREVALENSI DAN KARAKTERISTIK PENDERITA TUBERKULOSIS PARU DI BALAI PENGOBATAN PENYAKIT PARU-PARU MEDAN TAHUN 2012 Oleh : ANGGIE IMANIAH SITOMPUL 100100021 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang masih menjadi masalah di Dunia. Hal ini terbukti dengan masuknya perhatian terhadap penanganan TB dalam MDGs.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar bakteri TB menyerang paru, tetapi dapat
Lebih terperinciFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
1 GAMBARAN HASIL AKHIR PENGOBATAN PASIEN TB PARU BTA POSITIF YANG MENGGUNAKAN STRATEGI DOTS TIDAK MENGALAMI KONVERSI SPUTUM SETELAH 2 BULAN PENGOBATAN DI RSUP H. ADAM MALIK MEDAN PADA TAHUN 2004-2012 Oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru tetapi dapat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO)
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkolosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Menurut World Health Organization (WHO) dalam satu tahun kuman M.
Lebih terperinciDIAGNOSIS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA TB-MDR. Priyanti Z Soepandi
DIAGNOSIS DAN FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA TB-MDR Priyanti Z Soepandi Departemen Pulmonologi & Ilmu kedokteran Respirasi FKUI-RS Persahabatan, Jakarta PENDAHULUAN Di Indonesia, TB merupakan masalah
Lebih terperinciIdentifikasi Faktor Resiko 1
IDENTIFIKASI FAKTOR RESIKO TERJADINYA TB MDR PADA PENDERITA TB PARU DI WILAYAH KERJA KOTA MADIUN Lilla Maria.,S.Kep. Ners, M.Kep (Prodi Keperawatan) Stikes Bhakti Husada Mulia Madiun ABSTRAK Multi Drug
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diagnosis yang tepat, pemilihan obat serta pemberian obat yang benar dari tenaga kesehatan ternyata belum cukup untuk menjamin keberhasilan suatu pengobatan jika tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar tuberkulosis menyerang organ paru-paru, namun bisa juga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menular (dengan Bakteri Asam positif) (WHO), 2010). Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan global utama dengan tingkat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan yang penting saat ini. WHO menyatakan bahwa sekitar sepertiga penduduk dunia tlah terinfeksi kuman Tuberkulosis.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. dan termasuk salah satu sasaran Millennium Development Goals (MDGs) dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah utama kesehatan masyarakat dan termasuk salah satu sasaran Millennium Development Goals (MDGs) dalam pemberantasan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. kesehatan masyarakat yang penting di dunia ini. Pada tahun 1992 World Health
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang penelitian Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB (Mycobacterium tuberculosis). Sebagian besar kuman TB menyerang paru, tetapi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Upaya penanggulangan tuberkulosis dimulai pada awal tahun 1990-an Word Health Organization (WHO) dan International Union Against TB and Lung Diseases (IUALTD) telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru-paru.
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu masalah kesehatan utama yang dihadapi oleh masyarakat dunia. Saat ini hampir sepertiga penduduk dunia terinfeksi kuman
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seluruh dunia. Jumlah kasus TB pada tahun 2014 sebagian besar terjadi di Asia
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di dunia. 1,5 juta orang meninggal akibat tuberkulosis pada tahun 2014. Insiden TB diperkirakan ada 9,6 juta (kisaran 9,1-10
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014
ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA MULTIDRUG-RESISTANT TUBERCULOSIS DI RUMAH SAKIT PARU DR.H.A.ROTINSULU, BANDUNG TAHUN 2014 Ferdinand Dennis Kurniawan, 1210122 Pembimbing I : Dr.Jahja Teguh Widjaja, dr., SpP.,
Lebih terperinciPenyakit Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit. infeksi yang memberikan dampak morbiditas dan mortalitas
1 BAB I. PENDAHULUAN PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Tuberkulosis merupakan salah satu penyakit infeksi yang memberikan dampak morbiditas dan mortalitas yang tinggi di seluruh dunia. Berdasarkan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara
BAB III METODE PENELITIAN A. Rancangan Penelitian Penelitian ini berupa deskriptif non eksperimental dengan menggunakan desain cross-sectional. Pengambilan data dilakukan secara retrospektif berdasarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global. yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan masalah kesehatan global yang utama. Penyakit infeksi ini menyerang jutaan manusia tiap tahun dan menduduki peringkat nomor dua penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. pengobatan. Pada era Jaminan Kesehatan Nasional saat ini pembangunan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program pembangunan kesehatan nasional mencakup lima aspek pelayanan yaitu bidang promosi kesehatan, kesehatan lingkungan, kesehatan ibu dan anak, termasuk keluarga
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KESEMBUHAN DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2014
FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KESEMBUHAN DAN ANGKA PENEMUAN KASUS TUBERKULOSIS DI KOTA SEMARANG TAHUN 2014 Siti Kholifah *), Suharyo **), Massudi Suwandi **) *) Alumni S1 Kesehatan Masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Tuberkulosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyerang segala usia maupun jenis kelamin. Gambaran penyakit ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Diperkirakan sekitar 2 miliar atau sepertiga dari jumlah penduduk dunia telah terinfeksi oleh kuman Mycobacterium tuberculosis pada tahun 2007 dan ada 9,2 juta penderita
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru. Penyakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis, yang biasanya sering menyerang paru, tetapi juga bisa menyerang
Lebih terperinciJ. Teguh Widjaja 1, Hartini Tiono 2, Nadia Dara Ayundha 3 1 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha
FAKTOR - FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TINGKAT KEPATUHAN BEROBAT PASIEN TB PARU DEWASA DI RS IMMANUEL BANDUNG DENGAN DOTS DAN RS MITRA IDAMAN BANJAR TANPA DOTS THE FACTORS RELATED TO TB ADULT PATIENT
Lebih terperinciABSTRACT. Keywords : Mycobacterium tuberculosis, Resistance, Isoniazid, Rifampin, Streptomycin, Ethambutol. xviii
ABSTRACT Background : Tuberculosis is a leading cause disease of death in infectious diseases. Until now there are many cases of M. tuberculosis resistance to primary choice anti tuberculosis drugs (ATD).
Lebih terperinciBAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Jenis kelamin pasien TB-MDR pada penelitian ini lebih banyak
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa : 1. Jenis kelamin pasien TB-MDR pada penelitian ini lebih banyak pada pasien laki-laki
Lebih terperinciGAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU
ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU PENDERITA TUBERKULOSIS TERHADAP KETIDAKPATUHAN DALAM PENGOBATAN MENURUT SISTEM DOTS DI RSU dr. SLAMET GARUT PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2011 Novina
Lebih terperinciINTISARI. Ari Aulia Rahman 1 ; Yugo Susanto 2 ; Rachmawati 3
INTISARI GAMBARAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DENGAN DIAGNOSIS TB PARU DENGAN ATAU TANPA GEJALA HEMAPTO DI RSUD ULIN BANJARMASIN PADA TAHUN 2013 Ari Aulia Rahman
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru merupakan salah satu penyakit yang mendapat perhatian khusus di kalangan masyarakat. Menurut World Health Organization (WHO) 2013, lebih dari
Lebih terperinciABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007
ABSTRAK PREVALENSI TUBERKULOSIS PARU DI RUMAH SAKIT PARU ROTINSULU BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2007 Yanuarita Dwi Puspasari, 2009. Pembimbing I : July Ivone, dr., MS Pembimbing II : Caroline Tan Sardjono,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu aspek penting yang dicari oleh semua orang. Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2011, kesehatan adalah suatu keadaan sehat yang
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit yang mudah menular dimana dalam tahun-tahun terakhir memperlihatkan peningkatan dalam jumlah kasus baru maupun jumlah angka
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di Indonesia, TB merupakan masalah utama kesehatan masyarakat. Jumlah pasien TB di Indonesia merupakan ke-3 terbanyak di dunia setelah India dan Cina dengan jumlah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi kronis menular yang masih tetap merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World Health
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi kuman Mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis masih menjadi masalah kesehatan di seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis paru masih merupakan masalah utama kesehatan yang dapat menimbulkan komplikasi kesakitan (morbiditas) dan kematian (mortalitas) (FK-UI, 2002).
Lebih terperinciTuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang sudah ada sejak zaman purbakala. Hal ini terbukti dari penemuan-penemuan kuno seperti sisa-sisa tulang belakang manusia dengan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit kronik menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis.bakteri ini berbentuk batang dan bersifat tahan asam
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO
KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO Dian Wahyu Laily*, Dina V. Rombot +, Benedictus S. Lampus + Abstrak Tuberkulosis (TB) paru merupakan penyakit infeksi yang terjadi di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi kronis yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis dan dapat disembuhkan. Tuberkulosis dapat menyebar
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang TB Paru merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi permasalahan di dunia hingga saat ini, tidak hanya di negara berkembang tetapi juga di negara maju.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam rangka mencapai tujuan Nasional di bidang kesehatan diperlukan suatu tatanan yang mencerminkan upaya bangsa Indonesia untuk mencapai derajat kesehatan yang optimal
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang masih menjadi perhatian dunia. Angka kematian dan kesakitan akibat kuman Mycobacterium tuberculosis masih cukup
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bakterituberkulosis tersebut (Kemenkes RI,2012). Jumlah prevalensi TB di
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar melalui droplet atau percikan dahak yang menyebar
Lebih terperinciHUBUNGAN PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DENGAN KADAR ASAM URAT SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
HUBUNGAN PEMBERIAN OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) DENGAN KADAR ASAM URAT SKRIPSI Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran Ivan Setiawan G0010105 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS
Lebih terperinciPanduan OAT yang digunakan di Indonesia adalah:
SOP PENATALAKSANAAN TB PARU 1. Pengertian Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh kuman TB yaitu Mycobacterium tuberculosis. 2. Tujuan Untuk menyembuhkan pasien, mencegah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri dari kelompok Mycobacterium yaitu Mycobacterium Tuberkulosis. Umumnya bakteri ini menyerang paru
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis paru (TB) adalah penyakit infeksi menular kronik yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini sering terjadi di daerah padat penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang dapat berakibat fatal bagi penderitanya, yaitu bisa menyebabkan kematian. Penyakit yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Laporan Tuberkulosis (TB) dunia oleh World Health Organization (WHO) yang terbaru (2010), masih menempatkan Indonesia sebagai negara dengan jumlah pasien TB terbesar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat secara global. TB Paru menduduki peringkat ke 2 sebagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tuberkulosis paru (TB Paru) masih menjadi permasalahan kesehatan masyarakat secara global. TB Paru menduduki peringkat ke 2 sebagai penyebab utama kematian
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA
ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas.
Lebih terperinciSAFII, 2015 GAMBARAN KEPATUHAN PASIEN TUBERKULOSIS PARU TERHADAP REGIMEN TERAPEUTIK DI PUSKESMAS PADASUKA KECAMATAN CIBEUNYING KIDUL KOTA BANDUNG
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tuberkulosis (Tb) merupakan penyakit menular bahkan bisa menyebabkan kematian, penyakit ini menyebar melalui droplet orang yang telah terinfeksi basil tuberkulosis
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. TB sudah dilakukan dengan menggunakan strategi DOTS (Directly Observed
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan masyarakat dimana kegagalan penderita TB dalam pengobatan TB yang masih tinggi walau penanggulan TB sudah dilakukan
Lebih terperinciFAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS RESISTEN OBAT GANDA (TB ROG)
FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS RESISTEN OBAT GANDA (TB ROG) Aan Sri Andriyanti 1 Mahasiswa Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Peminatan Epidemiologi Komunitas, Fakultas Kedokteran UNPAD.
Lebih terperinciGIRI TRICAHYONO K
EVALUASI KETEPATAN TERAPI TERHADAP KEBERHASILAN TERAPI PADA PASIEN TUBERKULOSIS DI BALAI BESAR KESEHATAN PARU MASYARAKAT SURAKARTA BULAN JANUARI-JUNI TAHUN 2013 SKRIPSI Oleh: GIRI TRICAHYONO K100100018
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Mycobacterium tuberculosis complex (Depkes RI, 2008). Tingginya angka
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) paru yaitu salah satu penyakit menular yang menyerang organ paru-paru. Tuberkulosis adalah salah satu penyakit yang tertua yang dikenal oleh manusia
Lebih terperinciEVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DAN
EVALUASI PROGRAM PENANGGULANGAN TUBERKULOSIS DAN DETERMINAN KEJADIAN TUBERKULOSIS DI RUMAH TAHANAN NEGARA/ LEMBAGA PEMASYARAKATAN SE EKS KARESIDENAN SURAKARTA TESIS Agung Setiadi S501108003 PROGRAM PASCASARJANA
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masuk dalam kategori penyakit infeksi yang bersifat kronik. TB menular langsung melalui udara yang tercemar basil Mycobakterium tuberculosis, sehingga
Lebih terperinciABSTRAK GAMBARAN PASIEN RAWAT INAP TUBERKULOSIS PARU DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2011
ABSTRAK GAMBARAN PASIEN RAWAT INAP TUBERKULOSIS PARU DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2010-31 DESEMBER 2011 Syafira Andiani, 2012; Pembimbing I : Sri Nadya Saanin, dr., M.Kes. Pembimbing
Lebih terperinciPROGRAM KERJA PENERAPAN STRATEGI DOTS
PROGRAM KERJA PENERAPAN STRATEGI DOTS TB DOTS 2016 KEMENTRIAN KESEHATAN RI DIREKTORAT BINA UPAYA KESEHATAN RSUD Palabuhanratu Jln.Ahmad Yani No. 2 Palabuhanratu Sukabumi Email rsud_plr@hotmail.com PERATURAN
Lebih terperinciABSTRAK TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN HOSPITAL DOTS LINKAGE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL KOTA BANDUNG TAHUN 2012 DALAM UPAYA PENANGANAN TUBERKULOSIS PARU
ABSTRAK TINJAUAN TERHADAP PENERAPAN HOSPITAL DOTS LINKAGE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL KOTA BANDUNG TAHUN 2012 DALAM UPAYA PENANGANAN TUBERKULOSIS PARU Mutiara Dewi, 2013, Pembimbing I : dr. Sri Nadya J. Saanin,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan. masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tuberkulosis merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia tidak terkecuali di Indonesia. Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC)
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis atau TB (singkatan yang sekarang ditinggalkan adalah TBC) adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Pada tahun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang. Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama. kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah utama kesehatan global. TB menyebabkan kesakitan pada jutaan manusia tiap tahunnya dan menjadi penyebab kematian kedua dari
Lebih terperinciArtikel Penelitian. thedots strategysince 1995.Based on the annual report of Padang City Health Department in 2011, the treatment. Abstrak.
207 Artikel Penelitian Hubungan Pelaksanaan Strategi Directly Observed Treatment Short Course dengan Hasil Pengobatan Tuberkulosis Paru Puskesmas Padang Pasir Kota Padang 2011-2013 Nurmadya 1, Irvan Medison
Lebih terperinciSTATUS PENDENGARAN PADA TIGA ORANG PENDERITA TUBERKULOSIS YANG MENDAPATKAN PENGOBATAN STREPTOMISIN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN
STATUS PENDENGARAN PADA TIGA ORANG PENDERITA TUBERKULOSIS YANG MENDAPATKAN PENGOBATAN STREPTOMISIN DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK MEDAN KARYA TULIS ILMIAH Karya Tulis Ilmiah ini diajukan sebagai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan secara umum sering diartikan sebagai upaya multidimensi untuk mencapai kualitas hidup seluruh penduduk yang lebih baik. Oleh banyak negara, pembangunan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi, yang juga dikenal sebagai communicable disease atau transmissible disease adalah penyakit yang secara klinik terjadi akibat dari keberadaan dan pertumbuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar belakang Penyakit Tuberculosis Paru (TB Paru) merupakan salah satu penyakit yang telah lama dikenal dan sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan di berbagai negara di
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi yang masih menjadi masalah kesehatan Masyarakat. Tuberkulosis (TB) adalah suatu penyakit infeksi yang disebabkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. batang (basil) yang dikenal dengan nama Mycobacterium tuberculosis, yang sebagian besar
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyebab kematian utama yang diakibatkan oleh infeksi. Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Triple burden disease yang tengah dihadapi Indonesia menimbulkan sejumlah permasalahan. Masalah yang timbul bukan hanya seputar mewabahnya penyakit menular baru,
Lebih terperinciPERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) TERHADAP KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN. Oleh: FILZA RIFQI AUFA ASLAM
PERAN PENGAWAS MENELAN OBAT (PMO) TERHADAP KEBERHASILAN PENGOBATAN TB PARU DI KECAMATAN MEDAN MAIMUN Oleh: FILZA RIFQI AUFA ASLAM 120100459 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 PERAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (laki-laki, perempuan, tua, muda, miskin, kaya, dan sebagainya) (Misnadiarly,
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tuberkulosis (TBC) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis dan bersifat kronis serta bisa menyerang siapa saja (laki-laki,
Lebih terperinciMulyadi *, Mudatsir ** *** ABSTRACT
Hubungan Tingkat Kepositivan Pemeriksaan Basil Tahan Asam (BTA) dengan Gambaran Luas Lesi Radiologi Toraks pada Penderita Tuberkulosis Paru yang Dirawat Di SMF Pulmonologi RSUDZA Banda Aceh Mulyadi *,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Mycobacterium tuberculosis. Tanggal 24 Maret 1882 Dr. Robert Koch
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Tuberkulosis (TB) paru adalah infeksi yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. Tanggal 24 Maret 1882 Dr. Robert Koch menemukan penyakit penyebab
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang Permasalahan. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan
BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Permasalahan Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TB masih menjadi permasalahan kesehatan utama secara global,
Lebih terperinci