ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTIDRUG RESISTANT

Transkripsi

1 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR RISIKO KEJADIAN TUBERKULOSIS MULTIDRUG RESISTANT DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO TAHUN 2015 Ira D. Pawa, Jootje M. L. Umboh, Budi T. Ratag * Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi ABSTRAK Kasus Tuberkulosis (TB) belum selesai namun muncul tantangan baru di Indonesia yaitu TB resisten obat. Indonesia menduduki ranking 8 dari 27 negara dengan beban tinggi Tuberkulosis Multidrug Resistant (TB MDR). WHO memperkirakan pada tahun 2013 terdapat sekitar 6800 kasus TB MDR di Indonesia setiap tahunnya. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan dan faktor risiko usia, jenis kelamin, dan status pengobatan dengan kejadian TB MDR di RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan case control. Sampel yaitu 40 kasus MDR TB dan 40 kontrol TB non MDR di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado periode Mei 2014 September Pengambilan data menggunakan data rekam medis dan kuesioner. Analisis data menggunakan uji chi square dengan tingkat kepercayaan 95% dan α= 0,05. Hasil penelitian diperoleh hubungan antara usia dengan kejadian TB MDR dengan nilai p sebesar 0,05 (p 0,05) OR 2,67 (>1) (CI (95%)=0,98-7,25). Hubungan jenis kelamin dengan kejadian TB MDR diperoleh nilai p sebesar 0,47 (p > 0,05) OR 1,4 (CI (95%)=0,98-7,25). Hubungan status pengobatan dengan kejadian TB MDR diperoleh nilai p sebesar 0,00 (p 0,05) OR 16,33 (>1) (CI (95%) = 5,14-51,87). Terdapat hubungan antara usia dan status pegobatan dengan kejadian TB MDR. Jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan kejadian TB MDR. Petugas kesehatan harus meningkatkan kualitas pelayanan dengan melakukan penyuluhan kesehatan dan surveillance epidemiologi. Perlu adanya kesadaran dan perilaku disiplin pada pasien dengan TB terkait konsumsi OAT. Kata Kunci: Usia, Jenis Kelamin, Status Pengobatan Terdahulu, Tuberkulosis, Multidrug Resistant ABSTRACT Cases of Tuberculosis (TB) has not been finished but new emerging challenges in Indonesia are drug-resistant TB appeared. Indonesia as 8 th out of 27 countries of high burden MDR TB. WHO estimated in 2013 there were almost 6800 cases of MDR TB each year in Indonesia. This study aims to know the correlation and risk factors between age, sex, and treatment status with Tuberculosis Multidrug Resistant controls at Prof. Dr. R. D. Kandou hospital Manado This study is analytic survey with case control design. Sample were 40 MDR cases and 40 TB non MDR as controls at Prof. Dr. R. D. Kandou hospital Manado period May 2014-September Data collected use medical records and questionnaires. Data analyzed by SPSS using chi square test with CI 95 % and α = 0,05. The matching is MDR TB suspect. The results obtained by correlation between age and MDR TB with a p-value of 0.05 (p 0.05) OR 2.67 (> 1) (CI (95%) = 0.98 to 7.25). Correlation between Sex and MDR TB, obtained p-value 0.47 (p> 0.05) OR 1.4 (CI (95%) = 0.98 to 7.25). Previous treatment status has correlation with MDR TB p-value of 0.00 (p 0.05) OR (> 1) (CI (95%) = 5.14 to 51.87). There is a correlation between age, and treatment status with MDR TB incidence. Age has no correlation with MDR TB incidence. Health care provider should improve the quality of care by health promotion and epidemiological surveillance. The TB patients need to aware and disciplined with OAT consumption. Key Words: Age, Sex, Treatment Status, TB, Multidrug Resistant.

2 PENDAHULUAN World Health Organization (WHO) memperkirakan pada tahun 2013 secara global terdapat sekitar 12 juta kasus TB dan sekitar 9 juta merupakan kasus baru, yang mana sebanyak 5% kasus insiden merupakan TB MDR. Sekitar 90% kasus TB MDR global terdapat di negara-negara high burden TB MDR. TB XDR telah dilaporkan oleh sekitar 100 negara pada tahun 2013, dengan estimasi 9% dari kasus TB MDR merupakan TB XDR. Proporsi kasus baru TB MDR secara global tidak mengalami perubahan pada sekitar angka 3,5%, akan tetapi, epidemi TB MDR pada beberapa negara seperti yang terjadi pada negara-negara pecahan Rusia akhir-akhir ini memperburuk perkembangan global (WHO, 2014). Indonesia merupakan negara pertama di negara-negara dengan beban TB yang tinggi di wilayah Asia Tenggara yang berhasil mencapai target Millenium Development Goals (MDG) untuk TB pada tahun 2006, yaitu 70% penemuan kasus baru BTA positif dan 85% kesembuhan. Saat ini Indonesia telah turun dari urutan ketiga menjadi urutan kelima negara dengan beban TB tertinggi di dunia (Kemenkes RI, 2011). Meskipun program pengendalian TB nasional telah berhasil mencapai target MDG, akan tetapi penatalaksanaan TB terutama di sebagian besar rumah sakit, klinik dan praktek swasta belum sesuai dengan strategi DOTS ataupun standar pelayanan sesuai International Standards for Tuberculosis Care (ISTC). Demikian pula ketersediaan fasilitas laboratorium, penerapan standar pencegahan infeksi nosokomial serta kolaborasi TB-HIV yang belum optimal berkontribusi terhadap munculnya tantangan TB resisten obat terutama TB MDR di Indonesia (Kemenkes RI, 2011). Indonesia menduduki ranking ke 5 dari 22 negara-negara yang mempunyai beban tinggi untuk TB dan memberikan kontribusi jumlah kasus TB di dunia sebesar 4,7%. Pada tahun 2009, perkiraan insidensi TB semua tipe adalah 189 kasus dari penduduk per tahun dengan penemuan kasus TB baru dan kambuh adalah 127 per penduduk per tahun dan angka prevalensi sebesar 285 per penduduk per tahun. Angka kematian karena TB diperkirakan sebesar 27 per penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk 230 juta, angka ini didukung dengan penemuan total kasus; penemuan kasus baru semua tipe

3 dengan kasus baru BTApositif dan jumlah kematian Indonesia menduduki ranking 8 dari 27 negara-negara yang mempunyai beban tinggi dan prioritas kegiatan untuk TB MDR/XDR. Beban TB-MDR di 27 negara ini menyumbang 85%dari beban TB MDR global. Di negara-negara yang termasuk dalam daftar ini minimal diperkirakan terdapat 4000 kasus TB MDR atau sekurang-kurangnya 10% dari seluruh kasus baru TB MDR (Kemenkes RI, 2011). METODO PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan rancangan case control. Kriteria kasus adalah semua penderita TB MDR yang pernah memeriksakan diri ke RSUP Prof Dr. R. D. Kandou Manado, dan kriteria kontrol adalah pasien TB non MDR. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado pada bulan Agustus Oktober Populasi pada penelitian ini ialah seluruh pasien TB non MDR dan TB MDR di RSUP Prof. Dr. R. D Kandou Manado periode Mei 2014 September 2015 berdasarkan hasil pemeriksaan Gene Expert. Sampel yang diambil pada penelitian ini adalah total populasi yaitu 80 sampel dengan perbandingan besar sampel antara kasus dan kontrol sebesar 1:1. Kriteria kasus adalah semua pasien TB MDR yang pernah memeriksakan diri di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yaitu sebanyak 40 orang dan kriteria kontrol adalah pasien TB non MDR yang pernah memeriksakan diri di RSUP. Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yaitu sebanyak 40 orang. Matching pada penelitian ini adalah pasien TB dengan suspek MDR. Instrumen penelitian dalam pelaksanaan penelitian ini ialah dengan menggunakan kuesioner. Pengumpulan data dilakukan dengan metode observasi pada rekam medis dari pasien TB MDR di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Analisis yang digunakan dalam peneltian ini ialah analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji statistik Chi square, dengan tingkat kemaknaan (α) = 0,05 dan confidence interval (CI) = 95%, serta odds ratio (OR). HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Responden Hasil penelitian karakteristik kelompok kasus yaitu penderita TB MDR di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado menunjukkan bahwa kelompok usia tahun terbanyak yaitu sebanyak 32 orang atau sebesar 80% dan kelompok usia 50 tahun sebanyak 8 orang atau sebesar 20%

4 sedangkan untuk karakteristik kelompok kontrol yaitu penderita TB non MDR sebanyak 24 orang atau sebesar 60% berusia tahun dan 16 orang atau sebesar 40% berusia 50 tahun. Karakteristik kelompok kasus menunjukkan sebanyak 28 orang berjenis kelamin laki-laki atau sebesar (70%), dan perempuan sebanyak 12 orang atau sebesar 30%, sedangkan pada kelompok kontrol sebanyak 25 orang berjenis kelamin lakilaki atau sebesar 62,5% dan berjenis kelamin perempuan sebanyak 15 orang atau sebesar 37,5%. Status Pengobatan Status Pengobatan adalah riwayat pengobatan terdahulu pasien TB. Status pengobatan dibagi atas 2 kategori yaitu tidak tuntas dan tuntas. Dikatakan tidak tuntas jika pasien tidak lengkap atau putus minum OAT selama kurang dari 6 bulan untuk OAT kategori-1 dan kurang dari 8 bulan untuk OAT kategori-2 dan dikatakan tuntas jika pasien lengkap minum OAT selama 6 bulan untuk OAT kategori-1 dan 8 bulan untuk OAT kategori-2. Pada penelitian ini status pengobatan pada kelompok kasus yang tidak tuntas sebanyak 28 orang (70%) dan 12 orang (30%) dinyatakan tuntas sedangkan pada kelompok kontol yang tidak tuntas minum obat sebanyak 5 orang (12,5%) dan yang tuntas sebanyak 35 orang (82,5%). TB MDR Suspek TB MDR adalah semua orang yang mempunyai gejala TB dengan salah satu atau lebih kriteria dari 9 kriteria suspek yang ada diantaranya ialah pasien TB pengobatan kategori 2 yang gagal (kasus kronik), pasien TB pengobatan kategori 2 yang tidak konversi, pasien TB yang pernah diobati pengobatan TB non DOTS, pasien TB gagal pengobatan kategori 1, pasien TB pengobatan kategori 1 yang tidak konversi setelah pemberian sisipan, pasien TB kambuh, pasien TB yang kembali setelah lalai/default, suspek TB yang kontak erat dengan pasien TB MDR, dan pasien koinfeksi TB dan HIV (Depkes RI, 2013). Klasifikasi kasus TB sesuai dengan pedoman penanggulangan TB dibagi menjadi kasus kronik, kasus gagal pengobatan, kasus kambuh (relaps) dan kasus gagal (Soepandi, 2010). Hubungan antara Usia dengan TB MDR Berdasarkan tabel 1, hasil pengolahan data menggunakan uji chi square menghasilkan nilai probabilitas (p value) sebesar 0,051 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan

5 antara usia dengan TB MDR di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hal ini dikarenakan nilai probilitas (p value) sama dengan tingkat kemaknaan (α=0,05). Kelompok usia tahun merupakan kelompok usia produktif Kondisi tempat kerja yang tinggi dengan paparan, banyak orang, terdapat penderita TB MDR di lingkungan kerja, serta kondisi imun yang menurun akibat mobilitas yang tinggi dapat meningkatkan risiko terjadinya penyakit TB MDR pada kelompok usia tahun dibandingkan dengan mereka yang berusia 50 tahun. Tabel 1. Hubungan antara Usia dengan TB MDR Usia TB MDR CI n % p value OR Kasus Kontrol 95 % tahun tahun ,05 2,67 0,98-7,25 Jumlah Hal ini juga didukung dengan penelitian yang dilakukan Espinal et al yang dikutip oleh Herlina (2013), menyatakan bahwa prevalensi MDR TB lebih sering terjadi pada kelompok produktif. Kejadian yang tinggi pada usia produktif akan menghilangkan kesempatan penderita MDR TB menghasilkan karya dan usahanya bagi keluarga dan Negara, karena pengobatan MDR jauh membutuhkan lebih banyak biaya dan menghabiskan waktu yang lama untuk pengobatan (Herlina, 2013). Hubungan antara Jenis Kelamin dengan TB MDR Berdasarkan tabel 2, hasil pengolahan data menggunakan uji chi square dengan bantuan program komputer SPSS menghasilkan nilai probabilitas (p value) sebesar 0,47 yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan TB MDR di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Hal ini dikarenakan nilai probilitas (p value) lebih dari tingkat kemaknaan (α=0,05). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berhubungan dengan TB MDR dengan nilai Odds Ratio yang diperoleh menunjukan 1,47. Hal ini dikarenakan pada kelompok kasus dan kontrol terdapat perbedaan yang kecil antara jumlah responden laki-laki dan perempuan. Penelitian sebelumnya mengenai faktor Risiko MDR TB yang dilakukan oleh

6 Sarwani dkk (2012) juga menyatakan hal yang sama, bahwa jenis kelamin bukan merupakan faktor risiko MDR TB. Hal tersebut disebabkan karena hasil analisis statistik didapatkan bahwa perbedaan presentasi antara kasus dan kontrol terlalu kecil. Tabel 2. Hubungan antara Jenis Kelamin dengan TB MDR Jenis Kelamin TB MDR CI n % p value OR Kasus Kontrol 95% Laki-laki Perempuan ,47 1,4 0,55 3,55 Jumlah Hubungan antara Status Pengobatan dengan TB MDR Berdasarkan tabel 3, hasil pengolahan data menggunakan uji chi square dengan bantuan program komputer SPSS menghasilkan nilai probabilitas (p value) sebesar 0,00 yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara status pengobatan dengan TB MDR di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Tabel 3. Hubungan antara Status Pengobatan dengan TB MDR Status TB MDR CI n % p value OR Pengobatan Kasus Kontrol 95 % Tidak Tuntas ,8 Tuntas ,2 0,00 16,33 5,14 51, 87 Jumlah Hal ini dikarenakan nilai probilitas (p value) lebih dari tingkat kemaknaan (α=0,05). Nilai Odds Ratio yang diperoleh pada penelitian ini menunjukan 16,33 (>1) dengan demikian dapat dikatakan bahwa orang yang tidak tuntas minum OAT memiliki risiko 16 kali lebih besar dengan TB MDR dibandingkan orang yang tuntas minum OAT dengan TB MDR. Pada penelitian sebelumnya mengatakan bahwa status pengobatan merupakan faktor yang mempengaruhi kejadian MDR TB dan prevalensinya diperkirakan mencapai 10 kali lebih besar berisiko dengan adanya kegagalan

7 pengobatan TB. Beberapa studi menunjukkan alasan yang spesifik terkait pengobatan yang tidak adekuat, misalnya lalai berobat, menerima pengobatan di penjara (Faustini et al, 2015). Hal yang sama juga dikatakan oleh Priyanti bahwa salah satu penyebab terjadinya TB MDR adalah pemberian terapi TB yang tidak adekuat akan menyebabkan mutans resisten. Hal ini amat ditakuti karena dapat terjadi resisten terhadap OAT lini pertama (Soepandi, 2010). KESIMPULAN 1. Usia memiliki hubungan dengan Tuberkulosis Multidrug Resistant. Rsponden dengan usia tahun berpeluang dua kali lebih besar mengalami TB MDR dari pada responden yang berusia 50 tahun 2. Jenis kelamin tidak memiliki hubungan dengan Tuberkulosis Multidrug Resistant. 3. Status Pengobatan memiliki hubungan dengan Tuberkulosis Multidrug Resistant dan responden dengan tidak tuntas minum OAT berpeluang enam belas kali lebih besar mengalami TB MDR dibandingkan dengan yang tuntas minum OAT. SARAN 1. Penyuluhan kesehatan mengenai TB MDR sebaiknya diberikan secara berkesinambungan kepada masyarakat khususnya pasien TB. 2. Perlu dilakukan surveillance epidemiologi penyakit TB secara terus menerus. 3. Petugas kesehatan sebaiknya meningkatkan kualitas pelayanan terhadap penyakit TB. 4. Perlu adanya kesadaran dan perilaku disiplin pada pasien dengan TB terkait konsumsi OAT. 5. Perlu dilakukan penelitian selanjutnya guna mengetahui faktor-faktor risiko lainnya mengenai TB MDR. DAFTAR PUSTAKA Depkes RI Pelatihan pengendalian TB Resisten Obat Modul-3 Penemuan Kasus. Sub Direktorat Tuberkulosis Direktorat jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI. Herlina, L Tuberkulosis dan Faktor Risiko Kejadian Multidrug Resistant Tuberculosis (MDR TB/Resistensi Ganda). Program Pascasarjana IKM Universitas Padjadjaran.

8 Faustini et al Risk Factor for Multidrug Resistant Tuberculosis in Europe: A systematic Review. Group.bmj.com. Rome Kementerian RI Petunjuk Teknis Manajemen Terpadu Pengendalian TB MDR. Kementrian Kesehatan RI Direktorat jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Kementerian RI Rencana aksi nasional Programmatic management of Drug Resistant tuberculosis Pengendalian tuberkulosis Indonesia: Kementrian Kesehatan RI Direktorat jenderal Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Sarwani dkk Faktor Risiko Multi Drug Resistant Tuberculosis (MDR- TB). Jurnal Kemas 8 (1): Soepandi, P Diagnosis dan Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya TB- MDR. Jurnal Tuberkulosis Indonesia ISSN Vol. 7. Indonesia. WHO Drug Resistant TB Suveillance and Response. Geneva: World Health Organization.