BAB I PENDAHULUAN. I.1.Latar Belakang Permasalahan. Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN I.1.Latar Belakang Permasalahan Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. TB masih menjadi permasalahan kesehatan utama secara global, termasuk di Asia Tenggara (WHO, 2012; Aditama, 1991). TB merupakan pembunuh nomor 2 di antara penyakit menular setelah Human Immunodeficiency Virus (HIV). World Health Organization melaporkan, bahwa pada tahun 2011 terdapat 9 juta kasus baru tuberkulosis dan 1,4 juta diantaranya meninggal dunia ( HIV negatif dan HIV positif) (WHO, 2012). Prevalensi tuberkulosis yang tinggi terdapat di daerah Asia, Afrika, Karibia, dan Amerika Latin (CDC, 1994). Indonesia merupakan Negara ketiga dengan masalah tuberkulosis terbesar di dunia setelah India dan Cina. Jumlah pasien TB di Indonesia mencapai 5,8% dari total jumlah pasien TB di dunia. Estimasi persebaran insidensi TB di Indonesia mencapai per populasi (Dye, 2006). Setiap tahun, terdapat kasus dengan angka kematian 1

2 2 mencapai jiwa (Depkes, 2011), oleh karena itu kerugian ekonomi akibat tuberkulosis cukup besar. Pengendalian TB di dunia telah mendekati target MDGs (Millenium Developmnet Goals) WHO (2012) menyatakan bahwa terdapat penurunan insidensi kasus TB sebesar 2,2% antara tahun Secara global tingkat mortalitas TB menurun sebesar 41% dari tahun 1990 hingga 2008 (Depkes, 2011). Namun, persoalan mengenai multi-drug resistan TB (MDR-TB) masih menjadi ancaman. Standar baku (gold standard) dalam diagnosis tuberkulosis adalah kultur bakteri (Guillerm et al., 2006). Secara konvensional kultur bakteri dilakukan dalam media LÖwenstein-Jensen (LJ). Kelebihan dari kultur konvensional ini adalah biaya yang murah dengan prosedur sederhana. Sedangkan kelemahannya adalah dibutuhkan waktu yang lama. Kultur menggunakan medium LJ membutuhkan waktu sekitar hari untuk diagnosis dan 4-6 minggu setelah kultur untuk tes sensitivitas obat (drug sensitibility test=dst) (Guillerm et al.,2006). Hal ini berdampak pada penundaan terapi TB bagi pasien yang positif kultur bakteri. MGIT (Mycobacterium Growth Indicator Tube) merupakan media tumbuh untuk bakteri Mycobacterium sp. termasuk Mycobacterium tuberculosis. Kelebihan MGIT adalah waktu kultur yang relatif lebih singkat dibandingkan kultur dalam

3 3 medium LJ. Berdasarkan penelitian Hannan et al. tahun 2008, rata-rata pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis pada BACTEC MGIT 960 adalah 4,6 hari, sementara pada medium LJ dibutuhkan waktu rata-rata 37 hari (Hannan et al., 2008). Selain itu, penelitian Setiarsih et al. tahun 2010 menyatakan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk mendeteksi Mycobacterium tuberculosis pada medium BACTEC MGIT 960 adalah 16 hari, sementara itu dibutuhkan waktu rata-rata 32 hari pada medium LJ (Setiarsih et al., 2010). Kelemahan dari MGIT adalah banyaknya bakteri kontaminan yang dapat tumbuh karena merupakan medium cair (Siddiqi et al., 2006). Beberapa penelitian menyebutkan tingkat kontaminasi lebih tinggi terjadi pada medium cair dari pada medium solid. Tingkat kontaminasi pada kultur Mycobacterium tuberculosis sebesar 8,5% untuk MGIT dan 3% untuk LJ (S. Levidiotou, et al., 1999), 4,4% untuk MGIT dan 2,1% untuk LJ (Somoskovi et al., 1999), 15,1% untuk BACTEC MGIT 960 dan 10.1% untuk LJ (Leeet al., 2003), 12% untuk BACTEC MGIT 960 dan 4% untuk LJ (Otu et al., 2008), 7% untuk BACTEC MGIT 960 dan 4% untuk LJ (Lawson et al., 2013). Tidak menutup kemungkinan Proteus sp. juga dapat tumbuh dalam medium cair ini. Penelitian Okwera et al., (2013) menyebutkan bahwa pada kultur dahak penderita HIV dengan gejala pulmonary tuberculosis, tetapi hasil pengecatan ZN dinyatakan negatif terdapat kontaminasi Proteus sp. (Okwera et al., 2013).

4 4 Bakteri Proteus sp. merupakan flora normal pada usus manusia, tetapi dapat menjadi pathogen jika berpindah dari lokasi ini. Bakteri ini terkenal sebagai agen penyebab community-acquired dan nosocomial urinary tract infections (UTI). Proteus sp. dapat berada di lingkungan termasuk tanah, air, dan tempat pembuangan (Public Health Agency of Canada, 2011). Keberadaan Proteus sp. di lingkungan dapat menjadi salah satu agen kontaminan pada kultur sputum pasien TB. Kontaminasi ini dapat mengganggu pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis, sehingga antisipasi terhadap adanya kontaminan tersebut perlu dilakukan. Untuk mengurangi pertumbuhan bakteri Proteus sp., dapat digunakan antibotik berspektrum luas, seperti Piperasilin dan Gentamisin. Piperasilin adalah antibiotik golongan Penisilin, sementara Gentamisin merupakan antibiotik golongan Aminoglikosida. Kedua antibiotik ini dapat digunakan untuk mengurangi pertumbuhan bakteri gram negatif, termasuk Proteus sp. I.2.Perumusan Masalah Apakah pemberian antibiotik Piperasilin, Gentamisin,

5 5 atau campuran (Piperasilin dan Gentamisin) dapat mempengaruhi pertumbuhan Proteus sp. sebagai kontaminan dalam medium cair MGIT? I.3.Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan umum Mengetahui potensi Piperasilin, Gentamisin, atau campuran (Piperasilin dan Gentamisin) sebagai anti kontaminan Proteus sp. pada kultur Mycobacterium tuberculosis dengan medium cair MGIT. I.3.2. Tujuan khusus 1) Mengetahui pengaruh pemberian antibiotik Piperasilin, Gentamisin, atau campuran (Piperasilin dan Gentamisin) terhadap pertumbuhan Proteus sp. 2) Mengetahui pengaruh pemberian antibiotik Piperasilin, Gentamisin, atau campuran (Piperasilin dan Gentamisin) terhadap pertumbuhan Mycobacterium tuberculosis. I.4.Keaslian Penelitian Sepengetahuan penulis, belum ada penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian antibiotik Piperasilin, Gentamisin, atau campuran (Piperasilin dan

6 6 Gentamisin) dalam media MGIT terhadap pertumbuhan bakteri Proteus sp.dan Mycobacterium tuberculosis. I.5.Manfaat Penelitian I.5.1. Aspek teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah mengenai pengaruh penggunaan antibiotik Piperasilin, Gentamisin, atau campuran (Piperasilin dan Gentamisin) sebagai penekan pertumbuhan Proteus sp. pada kultur Mycobacterium tuberculosis dengan medium cair MGIT. I.5.2. Aspek aplikatif Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam alternatif metode diagnosis tuberkulosis.