SNI IEC :2010. Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional ICS :

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "SNI IEC :2010. Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional ICS :"

Transkripsi

1 Standar Nasional Indonesia Kabel berinsulasi karet Voltase pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 2: Metode uji (IEC Ed 2.2 ( ), Rubber insulated cables Rated voltages up to and including 450/750 V Part 2: Test methods, IDT) ICS : Badan Standardisasi Nasional

2 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan cara dan dalam bentuk apapun dan dilarang mendistribusikan dokumen ini baik secara elektronik maupun tercetak tanpa izin tertulis dari BSN BSN Gd. Manggala Wanabakti Blok IV, Lt. 3,4,7,10. Telp Fax Diterbitkan di Jakarta

3 Daftar isi Daftar isi... i Prakata... iii 1 Umum Ruang lingkup Acuan normatif Klasifikasi uji menurut kekerapan yang dilakukan Pengambilan sampel Prakondisi Suhu uji Voltase uji Pemeriksaan keawetan warna dan penandaan Pengukuran tebal insulasi Pengukuran tebal selubung Pengukuran dimensi total dan keovalan Uji mampu solder untuk konduktor nirtimah Uji listrik Resistans listrik konduktor Uji voltase yang dilakukan pada kabel utuh Uji voltase pada inti Resistans insulasi pada suhu di atas 90 C Uji kuat mekanis pada kabel fleksibel utuh Uji lentur (flexing test) Uji fleksibilitas statis Uji tahan aus Kuat tarik dari bagian pusat kabel lift Uji lentur tiga puli Uji kusut (kink test) Pengujian untuk sifat mekanis setelah penuaan oven udara dan tabung oksigen dari insulasi yang mengandung kompon karet IE Umum Pengambilan sampel dan persiapan Prosedur penuaan Persiapan potongan uji dan uji tarik i

4 5 Uji hambat nyala api untuk kabel lift Uji ketahanan terhadap bahang dari anyaman tekstil Umum Aparatus Sampel Persiapan Prosedur uji Persyaratan ii

5 Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI) mengenai Kabel Berinsulasi Karet Voltase Pengenal Sampai Dengan 450/750 V Bagian 2: Metode uji, diadopsi secara identik dari standar International Electrotechnical Commission (IEC) Ed 2.2 ( ), termasuk amandemen 1 dan 2 mengenai Rubber insulated cables Rated voltages up to and including 450/750 V Part 2: Test methods. Standar ini disusun oleh PT 29-07, Panitia Teknik Kabel dan Konduktor Listrik (PTKK) dengan tujuan meningkatkan jumlah dan ketersediaan standar ketenagalistrikan di Indonesia melalui prosedur perumusan standar dan dibahas dalam Rapat Konsensus PTKK tanggal 9 November 2010 di Jakarta. Bilamana ada hal-hal yang dirasa kurang jelas atau meragukan agar mengacu kembali kepada standar Ed 2.2 ( ). Dalam rangka mempertahankan mutu dan ketersediaan standar yang tetap mengikuti perkembangan, maka diharapkan masyarakat standardisasi ketenagalistrikan memberikan saran dan usul demi kesempurnaan standar ini di kemudian hari. iii

6 1 Umum 1.1 Ruang lingkup Kabel berinsulasi karet Voltase pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 2: Metode uji Standar ini menjelaskan metode uji yang ditentukan dalam semua bagian IEC sejauh tidak ditentukan dalam SNI (IEC 60811). 1.2 Acuan normatif Dokumen normatif berikut berisi ketentuan yang melalui acuan dalam teks ini merupakan ketentuan standar ini. Pada saat penerbitan, edisi yang ditunjuk adalah valid. Seluruh dokumen normatif mungkin akan direvisi dan pihak-pihak yang mengadakan kesepakatan berdasarkan standar ini, dianjurkan untuk memeriksa kemungkinan penerapan edisi terbaru dari dokumen normatif yang tertera di bawah ini. Anggota IEC dan ISO memelihara register tentang Standar Internasional yang valid. IEC :1994, Rubber insulated cables - Rated voltages up to and including 450/750 V Part 1: General requirements IEC :1994, Rubber insulated cables - Rated voltages up to and including 450/750 V Part 3: Heat resistant silicone insulated cables IEC :1994, Rubber insulated cables - Rated voltages up to and including 450/750 V Part 4: Cords and flexible cables IEC :1997, Rubber insulated cables - Rated voltages up to and including 450/750 V Part 8: Cords for applications requiring high flexibility IEC :1993, Tests on electric cables under fire conditions Part 1: Test on a single vertical insulated wire or cable SNI (IEC :1993), Metode uji umum bahan isolasi dan bahan selubung kabel listrik Bagian 1: Metode untuk penerapan umum Seksi 1: Pengukuran tebal dan dimensi keseluruhan - Pengujian untuk menentukan sifat mekanis SNI (IEC :1985+Amd ), Metode uji umum bahan isolasi dan bahan selubung kabel listrik Bagian 1: Metode untuk penerapan umum Seksi 2: Metode penuaan termal ISO 1302:1992, Technical drawings Method of indicating surface texture 1.3 Klasifikasi uji menurut kekerapan yang dilakukan Pengujian yang ditentukan adalah uji tipe (lambang T) dan/atau uji sampel (lambang S) seperti ditentukan dalam 2.2 dari IEC Lambang T dan S digunakan dalam tabel relevan dari spesifikasi khusus (IEC , dan sebagainya). 1 dari 20

7 1.4 Pengambilan sampel Jika penandaan merupakan relief pada insulasi atau selubung, sampel yang digunakan untuk pengujian harus diambil sedemikian sehingga mencakup penandaan tersebut. Untuk kabel multiinti, kecuali untuk pengujian yang ditentukan dalam 1.9, tidak lebih dari tiga inti (berbeda warna, jika dapat diterapkan) harus diuji kecuali ditentukan lain. 1.5 Prakondisi Semua pengujian harus dilakukan tidak kurang dari 16 jam setelah vulkanisasi kompon insulasi atau selubung. 1.6 Suhu uji Kecuali ditentukan lain, pengujian harus dilakukan pada suhu ambien. 1.7 Voltase uji Kecuali ditentukan lain, voltase uji harus a.b. 49 Hz hingga 61 Hz mendekati bentuk gelombang sinus, rasio nilai puncak/nilai efektif harus sama dengan 2 dengan toleransi sebesar ± 7 %. Nilai yang diambil adalah nilai efektif (r.m.s). 1.8 Pemeriksaan keawetan warna dan penandaan Kesesuaian dengan persyaratan ini harus diperiksa dengan mencoba melepas penandaan nama pabrikan atau merek dagang dan warna inti atau angka dengan cara menggosok secara ringan sebanyak 10 kali dengan selembar kain katun wol atau kain yang direndam dalam air. 1.9 Pengukuran tebal insulasi Prosedur Tebal insulasi harus diukur sesuai dengan 8.1 dari SNI (IEC ). Sebuah sampel kabel harus diambil dari masing-masing tiga tempat, terpisah sekurangkurangnya 1 m. Kesesuaian harus diperiksa pada masing-masing inti kabel yang mempunyai sampai dengan lima inti, dan pada sembarang lima inti dari kabel dengan lebih dari lima inti. Jika lepasnya konduktor sulit, maka harus diregangkan dengan mesin penarik atau potongan inti harus direndam dalam merkuri sampai insulasi lepas Evaluasi hasil Rerata dari 18 nilai (dinyatakan dalam mm) yang didapat dari tiga potong insulasi masingmasing inti harus dihitung hingga dua desimal dan dibulatkan seperti yang diberikan di bawah, dan nilai ini harus diambil sebagai nilai rerata tebal insulasi. 2 dari 20

8 Jika dalam perhitungan angka desimal kedua adalah 5 atau lebih, angka desimal pertama harus dinaikkan ke bilangan berikutnya, misalnya 1,74 harus dibulatkan ke 1,7 dan 1,75 ke 1,8. Nilai terendah dari semua nilai yang didapat harus diambil sebagai tebal minimum insulasi pada sembarang tempat. Pengujian ini dapat dikombinasikan dengan sembarang pengukuran tebal lain, misalnya yang tersebut pada dari IEC Pengukuran tebal selubung Prosedur Tebal selubung harus diukur sesuai dengan 8.2 dari SNI (IEC ). Sebuah sampel kabel harus diambil dari masing-masing tiga tempat, terpisah sekurangkurangnya 1 m Evaluasi hasil Rerata dari semua nilai (dinyatakan dalam mm) yang didapat dari tiga potong selubung harus dihitung hingga dua desimal dan dibulatkan seperti yang diberikan di bawah, dan nilai ini harus diambil sebagai nilai rerata tebal selubung. Jika dalam perhitungan angka desimal kedua adalah 5 atau lebih, angka desimal pertama harus dinaikkan ke bilangan berikutnya, misalnya 1,74 harus dibulatkan ke 1,7 dan 1,75 ke 1,8. Nilai terendah dari semua hasil yang didapat harus diambil sebagai tebal minimum selubung untuk sembarang tempat. Pengujian ini dapat dikombinasikan dengan sembarang pengukuran tebal lain, misalnya yang tersebut pada dari IEC Pengukuran dimensi total dan keovalan Tiga sampel yang diambil sesuai dengan 1.9 dan 1.10 harus digunakan. Pengukuran diameter total dari sembarang kabel bundar dan dimensi total dari kabel pipih dengan dimensi mayor tidak lebih dari 15 mm harus dilakukan sesuai dengan 8.3 dari SNI (IEC ). Untuk pengukuran kabel pipih dengan dimensi lebih dari 15 mm, harus digunakan suatu mikrometer, suatu proyektor profil atau peranti sejenis. Rerata dari nilai yang didapat harus diambil sebagai dimensi total rerata. Untuk memeriksa keovalan kabel berselubung bundar, dua pengukuran harus dilakukan pada penampang yang sama dari kabel. 3 dari 20

9 1.12 Uji mampu solder untuk konduktor nirtimah Maksud pengujian Pengujian dimaksudkan untuk memverifikasi keefektifan pemisah antara konduktor nirtimah dan insulasi. Kesesuaian diperiksa dengan metode bak solder yang dijelaskan di bawah ini Pemilihan sampel dan persiapan potongan uji Sebuah sampel yang mempunyai panjang yang sesuai untuk uji tekuk yang ditentukan di bawah ini diambil pada tiga titik, pada kabel dan inti pada masing-masing sampel secara hati-hati dipisahkan dari semua komponen lain. Masing-masing sampel inti yang didapat dibelitkan dalam tiga belitan pada mandrel yang diameternya tiga kali diameter inti. Sampel kemudian dilepas dan diluruskan, kemudian dibelitkan lagi dengan cara sedemikian sehingga serat yang tertekan pada kasus pertama menjadi serat yang teregang pada kasus kedua. Daur operasi ini diulang dua kali lagi, yang mewakili tiga operasi tekuk pada satu arah dan tiga pada arah yang lain. Dari masing-masing sampel inti yang telah diluruskan setelah daur ketiga operasi tekuk, potongan uji yang mempunyai panjang sekitar 15 cm diambil dari bagian inti tersebut yang telah benar-benar dibelitkan. Masing-masing potongan uji kemudian dikenai penuaan dipercepat dalam oven udara panas selama 240 jam pada suhu 70 o C ± 1 o C. Setelah penuaan dipercepat ini, potongan uji dibiarkan pada suhu ambien selama sekurangkurangnya 16 jam. Kemudian masing-masing potongan uji dilucuti pada salah satu ujungnya sepanjang 60 mm dan dikenai uji mampu solder dengan metode bak solder yang diuraikan di bawah ini Uraian bak solder Bak solder harus mempunyai volume yang memadai untuk memastikan bahwa suhu solder tetap seragam pada saat konduktor dimasukkan. Bak solder harus dilengkapi dengan gawai yang mempertahankan suhu solder pada 270 o C ± 10 o C. Tinggi bak solder harus sekurang-kurangnya 75 mm. Luas permukaan yang tampak dari bak harus sejauh mungkin dikurangi, dengan menggunakan pelat berlubang-lubang dari bahan tahan panas untuk memproteksi inti terhadap radiasi langsung dari bak. Komposisi solder harus timah (antara 59,5 % dan 6 %) dan timbel. 4 dari 20

10 Ketidakmurnian (sebagai persentase dari massa total) tidak boleh melebihi: Antimon 0,50 Bismuth 0,25 Tembaga 0,08 Besi 0,02 Seng 0,005 Aluminium 0,005 Lainnya 0, Prosedur uji Permukaan bak solder harus dijaga bersih dan mengkilat. Setelah perendaman selama 10 detik pada suhu ambien dalam bak pengasam yang diisi dengan larutan seng klorida dalam air (ZnCl merupakan 10 % dari massa total), ujung polos dari masing-masing potongan uji harus direndam dalam bak solder sepanjang 50 mm pada arah sumbu longitudinalnya. Laju perendaman adalah 25 mm/s ± 5 mm/s. Durasi perendaman adalah 5 s ± 0,5 s. Laju pemunculan adalah 25 mm/s ± 5 mm/s. Interval selama 10 detik diamati dari awal satu perendaman ke awal perendaman berikutnya. Jumlah perendaman harus 3 kali Persyaratan Bagian konduktor yang telah direndam harus memadai lapisan timahnya. 2 Uji listrik 2.1 Resistans listrik konduktor Untuk memeriksa resistans listrik konduktor, resistans masing-masing konduktor harus diukur dari sampel kabel yang panjangnya sekurang-kurangnya 1 m, dan panjang masingmasing sampel harus diukur. Jika diperlukan, koreksi terhadap suhu 20 C dan terhadap panjang 1 km harus diperoleh dengan rumus: dengan: t adalah suhu sampel pada saat pengukuran, dalam C ; R 20 adalah resistans pada 20 C dalam Ω/km; R t adalah resistans kabel panjang L meter pada suhu t C dalam Ω; L adalah panjang sampel kabel, dalam meter (panjang sampel utuh dan bukan dari inti atau kawat individual) 5 dari 20

11 2.2 Uji voltase yang dilakukan pada kabel utuh Sampel kabel yang dikirim harus direndam dalam air. Panjang sampel, suhu air dan durasi perendaman diberikan dalam Tabel 3 dari IEC Voltase harus diterapkan secara berurutan antara masing-masing konduktor dan semua lainnya bersama-sama; dihubungkan ke air dan bagian pusat logam (metal central heart), jika ada; kemudian di antara semua konduktor bersama-sama dan air dihubungkan ke bagian pusat logam, jika ada. Voltase dan durasi penerapannya untuk masing-masing kasus diberikan dalam Tabel 3 dari IEC Uji voltase pada inti Pengujian ini berlaku untuk kabel berselubung atau beranyam. Pengujian harus dilakukan pada sampel kabel dengan panjang 5 m. Selubung atau seluruh anyaman dan setiap penutup atau pengisi lainnya harus dilepas tanpa merusak inti. Inti-inti harus direndam dalam air seperti ditentukan dalam Tabel 3 dari IEC , dan voltase harus diterapkan di antara konduktor-konduktor dan air. Voltase dan durasi penerapannya untuk masing-masing kasus diberikan dalam Tabel 3 dari IEC Resistans insulasi pada suhu di atas 90 C Metode uji ini berlaku untuk kabel atau inti dengan suhu konduktor maksimum yang diizinkan di atas 90 C. Pengujian harus dilakukan pada sampel yang sama yang digunakan untuk uji voltase. Sampel dengan panjang 1,40 m harus dipotong dari kabel atau inti yang harus diuji. Pada bagian pusat sampel harus ditutup dengan lapisan semikonduktor sepanjang skrin dan sepanjang lebar ikatan kawat yang diterapkan pada lapisan tersebut. Skrin dapat berupa anyaman logam atau pita logam dan harus diterapkan dengan cara sedemikian hingga memperoleh panjang ukuran aktif 1,0 m. Pada kedua ujung panjang ukuran aktif, tinggalkan celah dengan lebar 1 mm, ikatan kawat proteksi dengan lebar kira-kira 5 mm harus diterapkan pada lapisan semikonduktornya sendiri; setiap bahan semikonduktor yang menutupi celah harus dilepaskan. Kemudian sampel harus dibelitkan ke cincin berdiameter kita-kira 15 D tetapi sekurangkurangnya 0,20 m (D adalah diameter terluar nominal insulasi). Sampel harus dipertahankan dalam suatu oven udara sekurang-kurangnya 2 jam pada suhu uji yang ditentukan. Jarak bebas antara sampel dengan dinding oven udara harus sekurangkurangnya 5 cm. Resistans insulasi harus diukur satu menit setelah voltase antara 80 V dan 500 V diterapkan antara konduktor dan skrin; ikatan kawat proteksi harus dibumikan. Nilai ini harus disesuaikan ke 1 km. 6 dari 20

12 Tidak boleh ada nilai hasil pengukuran di bawah nilai resistans insulasi minimum yang dijelaskan dalam spesifikasi kabel yang relevan. 3 Uji kuat mekanis pada kabel fleksibel utuh 3.1 Uji lentur (flexing test) Umum Persyaratan diberikan dalam dari IEC Pengujian ini tidak berlaku untuk kabel fleksibel dengan inti berluas penampang nominal lebih besar dari 4 mm 2 atau untuk kabel yang mempunyai lebih dari 18 inti yang terletak pada lebih dari dua lapisan konsentris Aparatus Pengujian ini harus dilakukan dengan sarana aparatus yang diperlihatkan pada Gambar 1. Aparatus ini terdiri atas pembawa C, sistem penggerak untuk pembawa dan empat puli (pulley) untuk masing-masing sampel kabel yang diuji. Pembawa C menopang dua puli A dan B yang berdiameter sama. Dua puli magun pada setiap ujung aparatus, dapat berdiameter berbeda dari puli A dan B, tetapi keempat puli harus disusun sedemikian sehingga sampel berada mendatar di antara puli. Pembawa tersebut melakukan daur (gerakan maju dan mundur) sepanjang jarak 1 m, pada laju yang hampir konstan sebesar 0,33 m/s antara masing-masing pembalikan arah gerakan. Puli harus terbuat dari logam dan mempunyai alur berbentuk semibundar untuk kabel bulat dan alur pipih untuk kabel pipih. Klem penahan D harus magun sedemikian sehingga tarikan selalu diterapkan oleh pemberat yang menggerakkan pembawa. Jarak dari satu klem penahan ke penopangnya ketika klem yang lain diam pada penopangnya, harus maksimum sebesar 5 cm. Sistem penggerak harus sedemikian sehingga pembawa bergerak mulus dan tanpa sentakan ketika membalik dari satu gerakan ke gerakan yang lain. Gambar 1 Aparatus uji lentur 7 dari 20

13 3.1.3 Persiapan sampel Sampel dari kabel fleksibel dengan panjang kira-kira 5 m harus diregang melalui puli seperti diperlihatkan dalam Gambar 1, masing-masing ujungnya dibebani dengan pemberat. Massa pemberat dan diameter puli A dan B diperlihatkan dalam Tabel 1. Tabel 1 Massa pemberat dan diameter puli Jenis kabel fleksibel Jumlah inti Luas penampang nominal mm 2 Kabel senur beranyam 2 atau 3 0,75 1 Kabel senur dan kabel fleksibel berselubung karet keras biasa Kabel senur dan kabel fleksibel berselubung polikloropren biasa atau elastomer sintetis setara lainnya Kabel fleksibel berselubung polikloropren berat atau karet sintetis setara lainnya 1) Diameter diukur pada titik terbawah alur Pembebanan arus pada inti 2 sampai dengan , , , , ,5 12 2,5 18 2,5 Massa pemberat Diameter puli 1) kg mm 1,0 80 1,0 80 1,0 80 0,75 1,0 80 1,0 1,0 2,5 1,0 2,0 3,0 2,5 3,5 2,5 3,0 4,0 3,5 5,0 5,0 7,5 7,5 9, Untuk pembebanan arus dapat digunakan baik voltase rendah maupun voltase kira-kira 230/400 V. Selama uji lentur, sampel kabel harus dibebani dengan arus yang ditentukan dalam Tabel 2 sebagai berikut: - kabel berinti dua dan tiga: semua inti harus dibebani penuh; - kabel berinti empat dan lima: tiga inti dibebani penuh atau semua inti dibebani berdasarkan rumus berikut : 8 dari 20

14 dengan : n adalah jumlah inti; I 3 adalah arus penuh berdasarkan Tabel 2. Kabel yang mempunyai lebih dari lima inti tidak boleh dibebani. Pada inti yang tidak dibebani, harus diterapkan arus sinyal Voltase antar inti Tabel 2 Pembebanan arus Luas penampang nominal konduktor mm² 0,75 1 2,5 4 Untuk kabel dua inti, voltase antar konduktor harus kira-kira 230 V a.b. Untuk semua kabel lainnya yang mempunyai tiga inti atau lebih, voltase trifase a.b. kira-kira 400 V harus diterapkan pada tiga konduktor, setiap konduktor tambahan harus dihubungkan ke netral. Tiga inti yang berdekatan harus diuji. Pada konstruksi dua lapisan, harus dari lapisan luar. Hal ini juga berlaku jika digunakan sistem pembebanan arus voltase rendah Deteksi gangguan (konstruksi aparatus uji lentur) Arus Aparatus uji lentur harus dikonstruksi sedemikian sehingga akan mendeteksi dan berhenti jika hal berikut terjadi selama uji lentur : A pemutusan arus; - hubung pendek antar konduktor; - hubung pendek antara sampel uji dan puli (aparatus uji lentur). 3.2 Uji fleksibilitas statis Persyaratan diberikan dalam dari IEC Sampel dengan panjang 3 m ± 0,05 m harus diuji dalam aparatus yang serupa seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2. Dua klem, A dan B, harus terletak pada tinggi sekurangkurangnya m di atas permukaan tanah. Klem A harus magun dan klem B harus bergerak horizontal pada batas permukaan klem A. 9 dari 20

15 Ujung sampel harus diklem vertikal (dan tetap vertikal selama pengujian), satu ujung pada klem A, yang lain pada klem B yang dapat bergerak dan harus berjarak l = 0,20 m dari klem A. Kabel kira-kira berbentuk seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2 dengan garis putusputus. Klem B yang dapat bergerak kemudian harus bergerak menjauh dari klem magun A sampai lingkar yang dibentuk oleh kabel terbentuk, ditunjukkan pada Gambar 2 dengan garis penuh, berbentuk U yang tertutup seluruhnya antara dua garis pengukur vertikal melalui klem dan membentuk sudut terhadap generatrix eksternal kabel. Pengujian ini harus dilakukan dua kali, kabel harus dimasukkan dalam klem melalui sudut 180, setelah pengujian pertama. Nilai rerata dari l harus diukur antara dua garis pelurus vertikal. Jika hasil uji tidak memuaskan, sampel kemudian harus diprakondisikan dengan membelitkan dan melepaskan empat kali pada kelos (reel) dengan diameter kira-kira 20 kali diameter luar kabel; dalam hal ini sampel harus dibelitkan tiap kali melalui sudut 90. Setelah prakondisi ini sampel harus dikenai pengujian yang diuraikan di atas dan harus memenuhi persyaratan yang ditentukan. 3.3 Uji tahan aus (revisi pengujian ini dalam pertimbangan) Persyaratan diberikan pada dari IEC Pengujian ini harus dilakukan pada tiga pasang sampel dari kabel fleksibel, masing-masing sampel panjangnya kira-kira 1 meter. Pada masing-masing pasang, satu sampel harus dibelitkan sedemikian sehingga hampir dua belitan pada kelos magun dengan diameter 40 mm pada alas alur seperti diperlihatkan pada Gambar 3, jarak antara flensa kelos sedemikian sehingga belitan kontak rapat satu sama lain. Kemudian sampel dimagun untuk mencegah setiap gerakan relatif terhadap kelos. Sampel lainnya harus ditempatkan dalam alur yang dibentuk oleh belitan-belitan dan pemberat yang mempunyai massa 500 g harus dipasang pada salah satu ujung. Ujung lainnya harus bergerak naik-turun sepanjang jarak 0,10 m dengan laju kira-kira 40 gerakan tunggal per menit. 10 dari 20

16 Gambar 2 Uji fleksibilitas statis 11 dari 20

17 Gambar 3 Susunan untuk uji ketahanan aus 3.4 Kuat tarik dari bagian pusat kabel lift Persyaratan diberikan pada dari IEC Sampel dari kabel utuh dengan panjang 1 m, harus diberi pemberat. Setelah melepas semua penutup dan inti dengan jarak sekitar 0,20 m pada kedua ujung sampel, bagian pusat termasuk pusat penahan tegangan (strain-bearing) harus dikenai gaya tarik sebesar massa 300 m kabel. Gaya harus diterapkan selama 1 menit. Suatu pemberat yang tergantung bebas atau suatu mesin uji kuat mekanis yang sesuai yang mampu menerapkan gaya konstan dapat digunakan. 12 dari 20

18 3.5 Uji lentur tiga puli Metode uji Pengujian harus dilakukan sesuai dengan 3.1 kecuali untuk modifikasi pada aparatus berikut yang dijelaskan sesudah ini. a) Pembawa Aparatus yang diuraikan dalam 3.1 harus mempunyai pembawa yang dimodifikasi C, seperti diperlihatkan dalam Gambar 6 (pada halaman akhir publikasi). b) Roda puli Tiga roda puli dari pembawa yang dimodifikasi C harus berdiameter sama sesuai Tabel 3. Tipe kabel (jumlah dan luas penampang nominal konduktor) No. x mm 2 2 x 0,75 2 x 1 3 x 0,75 2 x 3 x 1 3 x Tabel 3 Diameter roda puli Diameter roda puli mm c) Kecepatan pembawa Kecepatan konstan dari pembawa yang dimodifikasi C harus kira-kira 0,1 m/s. d) Pemberat Pemberat yang diterapkan untuk memberikan stres pada konduktor seperti diuraikan dalam 3.1 harus dihitung berdasar 28 N/mm 2 dari penampang konduktor Persyaratan Selama pengujian dengan daur, yaitu gerakan tunggal, tidak boleh terjadi pemutusan arus atau hubung pendek antara konduktor atau hubung pendek antara kabel dan puli (aparatus uji lentur). Setelah jumlah daur yang disyaratkan, selubung kabel harus dilepas. Kemudian inti harus tahan terhadap uji voltase yang dilaksanakan berdasarkan 2.3 pada voltase yang ditentukan dalam IEC Uji kusut (kink test) Kemamputerapan Pengujian dapat diterapkan pada dua dan tiga inti kabel senur berselubung, dengan luas penampang konduktor sampai dengan mm dari 20

19 3.6.2 Aparatus Pengujian harus dilakukan dengan sarana mesin penguji kuat tarik atau aparatus setara. Harus ada dua klem untuk memagun kabel senur. Klem atas harus mampu terhadap gerakan naik dan turun. Klem bawah harus memungkinkan gerakan bebas pada arah vertikal, tetapi harus dicegah dari terpilin pada sumbu vertikalnya sedemikian sehingga tidak ada perubahan terhadap torsi pada kabel senur yang dikenakan selama pengujian. Susunan ini diperlihatkan pada Gambar 7 (pada halaman akhir publikasi) Sampel Sampel kabel senur uji harus mempunyai panjang kira-kira 1 m. Kabel senur harus dipilin tiga kali seperti diperlihatkan pada posisi 1 (hanya posisi awal) dari Gambar 7, dan kemudian magun pada klem atas dan bawah sehingga jarak awal antara klem 200 mm. Panjang kabel senur total diperpanjang antara dua klem kira-kira 800 mm, seperti diperlihatkan pada posisi 2 (posisi diperpanjang) dari Gambar 7. Empat sampel harus disiapkan untuk pengujian, dua dengan pilinan diterapkan searah jarum jam dan dua berlawanan arah jarum jam Prosedur uji Klem bawah harus dibebani dengan pemberat yang cukup untuk memberikan gaya tarik yang diberikan dalam Tabel 4. Masing-masing konduktor dari kabel senur harus dibebani arus seperti yang ditentukan dalam Tabel 5. Arus mungkin pada voltase rendah. Klem atas yang dapat bergerak harus melakukan gerakan naik-turun pada laju sembilan daur penuh per menit (satu daur penuh sama dengan satu gerakan naik-turun). Jarak tempuh untuk masing-masing gerakan (naik atau turun) harus 650 mm. Jika klem atas terangkat penuh, pemberat yang terpasang pada klem bawah harus telah terangkat sekitar 50 mm (lihat Gambar 7, posisi 2). Total daur harus dilakukan pada masing-masing sampel Persyaratan Selama pengujian tidak boleh terjadi pemutusan arus atau hubung pendek antara konduktor. Juga tidak boleh terjadi kerusakan (retak atau robek) pada selubung atau pada setiap penutup terluar (anyaman tekstil). Anyaman tekstil tidak boleh mempunyai celah lebih besar dari 2 mm. Pada akhir pengujian, selubung dan setiap penutup terluar harus dilepas dan inti harus dikenai uji voltase sesuai dengan 2.3 dan pada voltase seperti ditentukan dalam IEC dari 20

20 Tabel 4 Gaya tarik yang diberikan oleh pemberat Luas penampang nominal konduktor mm 2 0,75 1 Gaya tarik yang diberikan oleh pemberat pada kabel senur: dua inti N Tabel 5 Arus uji Luas penampang nominal konduktor mm 2 0,75 1 Arus uji A tiga inti N Pengujian untuk sifat mekanis setelah penuaan oven udara dan tabung oksigen dari insulasi yang mengandung kompon karet IE Umum Pengujian harus dilakukan sesuai dengan 9.1 dari SNI (IEC ) serta 8.1 dan 8.3 dari SNI (IEC ) bersama-sama dengan modifikasi dan tambahan yang diberikan selanjutnya. Kondisi uji dan persyaratan uji diberikan dalam Tabel 1 dari IEC Pengambilan sampel dan persiapan Sebuah sampel dari masing-masing inti yang akan diuji dengan panjang memadai harus diambil untuk mendapatkan minimum lima potongan uji untuk uji tarik setelah masing-masing perlakuan penuaan yang disyaratkan. 4.3 Prosedur penuaan Penuaan potongan inti dengan konduktor di tempatnya harus dilakukan seperti diuraikan untuk potongan uji pipa dan dambel dalam a) dan 8.3 dari SNI (IEC ). Dalam hal jika diduga bahwa konduktor dan pemisah, jika ada, tidak dapat dilepaskan setelah perlakuan penuaan yang relevan tanpa merusak insulasi, maka diizinkan untuk melepaskan kira-kira 30 % kawat yang membentuk konduktor sebelum perlakuan penuaan. 15 dari 20

21 4.4 Persiapan potongan uji dan uji tarik Segera setelah periode penuaan selesai, potongan uji harus dikeluarkan dari oven atau tabung dan dibiarkan dalam suhu ambien, dengan menghindari sinar matahari langsung, selama sekurang-kurangnya 16 jam. Potongan uji harus disiapkan sesuai dengan 9.1 dari SNI (IEC ). Untuk persiapan potongan uji dambel, sisi insulasi yang menghadap konduktor harus dipotong atau digerinda dengan cara sedemikian sehingga bahan yang dilepas dari sisi tersebut harus minimum sesuai dengan penghalusan yang memadai. Setelah persiapan ini, potongan uji harus dikenai penentuan luas penampang, pengkondisian dan prosedur uji tarik sesuai dengan 9.1 dari SNI (IEC ). 5 Uji hambat nyala api untuk kabel lift Persyaratan diberikan dalam dari IEC Pengujian harus dilakukan sesuai dengan IEC Sebelum pengujian, konduktor kabel yang berselang-seling harus dihubungkan seri. Voltase kira-kira 220 V secara seri dengan lampu kira-kira 100 W/220 V harus diterapkan pada dua sirkit yang terbentuk. Pada ujung lain dari kedua sirkit, lampu indikator kira-kira 10 W/220 V harus dihubungkan. CATATAN Untuk kabel dengan lebih dari satu lapisan inti, hubungan seri konduktor yang berselang-seling harus dibuat di seluruh masing-masing lapisan secara berurutan sedemikian sehingga inti yang berdekatan dalam masing-masing lapisan sejauh mungkin tidak berada pada sirkit yang sama. Selama pengujian, lampu indikator harus tetap menyala. Diagram sirkit listrik tipikal diperlihatkan pada Gambar dari 20

22 Gambar 4 Perkawatan listrik untuk uji hambat nyala api 6 Uji ketahanan terhadap bahang dari anyaman tekstil 6.1 Umum Pengujian ini berlaku untuk kabel beranyam dalam IEC , Ayat 2 (60245 IEC 51). Pengujian dirancang untuk memperlihatkan bahwa anyaman tekstil mempunyai ketahanan yang memadai terhadap bahang. 6.2 Aparatus Lemari pemanas listrik dengan aliran udara alami Balok, terbuat dari aluminium sesuai dengan Gambar 5, dengan permukaan yang rata dan halus. Permukaan akhir sesuai dengan ISO 1302; kelas kekasaran Ra 50; massa potongan uji adalah g ± 50 g Alas pelat baja dan tegak lurus, dengan batang penuntun, menurut Gambar 5 yang dirancang sedemikian sehingga balok aluminium dapat meluncur antara batang penuntun tanpa halangan dan dihindari setiap kemiringan menyamping Pengatur waktu, misalnya stop-watch. 17 dari 20

23 6.3 Sampel Sampel uji harus kabel senur utuh sepanjang kira-kira 300 mm. 6.4 Persiapan Sampel uji harus diluruskan dan disusun di tengah-tengah balok aluminium dan sedekat mungkin pada sumbu rerata longitudinal dari alas pelat baja seperti diperlihatkan pada Gambar 5, sehingga salah satu ujung sampel menonjol keluar kira-kira 100 mm dari lubang masuk belakang (rear lead-in hole). Balok aluminium, sesuai dengan kemudian harus disimpan dalam lemari pemanas seperti diuraikan dalam pada suhu 260 C ± 5 C sekurang-kurangnya 4 jam. 6.5 Prosedur uji Keluarkan balok aluminium dari lemari dan segera letakkan di atas sampel selama (60 0 ) detik. Selanjutnya balok aluminium harus dilepas dari sampel. 6.6 Persyaratan Persyaratan diberikan dalam dari IEC Gambar 5 Aparatus uji terakit dari 20

24 Gambar 6 Pembawa yang dimodifikasi C 19 dari 20

25 Dimensi dalam milimeter Gambar 7 Aparatus uji kusut 20 dari 20

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 2: Metode uji

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 2: Metode uji Standar Nasional Indonesia Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 2: Metode uji ICS 29.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 5: Kabel fleksibel (kabel senur)

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 5: Kabel fleksibel (kabel senur) Standar Nasional Indonesia Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 5: Kabel fleksibel (kabel senur) ICS 29.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i

Lebih terperinci

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 4: Kabel berselubung untuk perkawatan magun

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 4: Kabel berselubung untuk perkawatan magun Standar Nasional Indonesia Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 4: Kabel berselubung untuk perkawatan magun ICS 29.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 1: Persyaratan umum

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 1: Persyaratan umum Standar Nasional Indonesia Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 1: Persyaratan umum ICS 29.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin SNI IEC 60335-2-80:2009 Standar Nasional Indonesia Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-80: Persyaratan khusus untuk kipas angin (IEC 60335-2-80 (2005-11), IDT) ICS 13.120 Badan

Lebih terperinci

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 6: Kabel lift dan kabel hubungan fleksibel

Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 6: Kabel lift dan kabel hubungan fleksibel Standar Nasional Indonesia Kabel berinsulasi PVC dengan tegangan pengenal sampai dengan 450/750 V Bagian 6: Kabel lift dan kabel hubungan fleksibel ICS 29.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa Standar Nasional Indonesia Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa (IEC 60335-2-41 (2005-06), IDT) ICS 13.120; 97.180; 23.080 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Peranti listrik rumah tangga dan sejenisnya Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa

Peranti listrik rumah tangga dan sejenisnya Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa Standar Nasional Indonesia Peranti listrik rumah tangga dan sejenisnya Keselamatan Bagian 2-41: Persyaratan khusus untuk pompa ICS 13.120; 23.080; 97.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar

Lebih terperinci

Cara uji penetrasi aspal

Cara uji penetrasi aspal SNI 2432:2011 Standar Nasional Indonesia Cara uji penetrasi aspal ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball)

Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) Standar Nasional Indonesia Cara uji titik lembek aspal dengan alat cincin dan bola (ring and ball) ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan

Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan Standar Nasional Indonesia Cara uji CBR (California Bearing Ratio) lapangan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-3: Persyaratan khusus untuk setrika listrik

Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-3: Persyaratan khusus untuk setrika listrik Standar Nasional Indonesia Peranti listrik rumah tangga dan sejenis Keselamatan Bagian 2-3: Persyaratan khusus untuk setrika listrik (IEC 60335-2-3 (2005-12), IDT) ICS 97.060; 13.120 Badan Standardisasi

Lebih terperinci

Cara uji daktilitas aspal

Cara uji daktilitas aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji daktilitas aspal ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran

Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran Standar Nasional Indonesia Tusuk-kontak dan kotak-kontak untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Bagian 1-1: Persyaratan umum Bentuk dan Ukuran ICS 29.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi

Lebih terperinci

SNI IEC :2009. Standar Nasional Indonesia

SNI IEC :2009. Standar Nasional Indonesia SNI IEC 605021:2009 Standar Nasional Indonesia Kabel daya dengan insulasi terekstrusi dan lengkapannya untuk voltase pengenal dari 1 kv (U m = 1,2 kv) sampai dengan 30 kv (U m = 36 kv) Bagian 1: Kabel

Lebih terperinci

Bambu lamina penggunaan umum

Bambu lamina penggunaan umum Standar Nasional Indonesia Bambu lamina penggunaan umum ICS 79.060.01 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan

Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan Standar Nasional Indonesia Cara uji kadar air total agregat dengan pengeringan ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP )

Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) Standar Nasional Indonesia Kawat baja tanpa lapisan untuk konstruksi beton pratekan (PC wire / KBjP ) ICS 77.140.65 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau

Lebih terperinci

Cara uji berat jenis aspal keras

Cara uji berat jenis aspal keras Standar Nasional Indonesia Cara uji berat jenis aspal keras ICS 93.080.20; 75.140 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji geser langsung batu

Cara uji geser langsung batu Standar Nasional Indonesia Cara uji geser langsung batu ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Baja tulangan beton SNI 2052:2014

Baja tulangan beton SNI 2052:2014 Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton ICS 77.140.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2014 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan

Cara uji kekakuan tekan dan kekakuan geser bantalan karet jembatan Standar Nasional Indonesia ICS 93.020 Cara uji tekan dan geser bantalan karet jembatan Badan Standardisasi Nasional Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 91-01 Bahan Konstruksi Bangunan dan

Lebih terperinci

Tegangan standar SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional ICS

Tegangan standar SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Tegangan standar ICS 29.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi SNI 04-0227-2003 Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang Iingkup... 1 2 Istilah dan definisi... 1 3 Tabel tegangan

Lebih terperinci

Cara uji penyulingan aspal cair

Cara uji penyulingan aspal cair Standar Nasional Indonesia Cara uji penyulingan aspal cair ICS 91.100.15; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium

Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tarik tidak langsung batu di laboratorium ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji

Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji Standar Nasional Indonesia Mesin pemecah biji dan pemisah kulit kakao - Syarat mutu dan metode uji ICS 65.060.50 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT)

Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji penentuan campuran semen pada aspal emulsi (ASTM D 6935 04, IDT) Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin,

Lebih terperinci

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL,

MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL, KEPUTUSAN MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL NOMOR 901 K/30/MEM/2003 TANGGAL 30 JUNI 2003 TENTANG PEMBERLAKUAN STANDAR NASIONAL INDONESIA 04-6292.2.80-2003 MENGENAI PERANTI LISTRIK UNTUK RUMAH TANGGA

Lebih terperinci

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT)

Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D , IDT) Standar Nasional Indonesia SNI ASTM D6934:2012 Metode uji residu aspal emulsi dengan penguapan (ASTM D 6934 04, IDT) ICS 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja

Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja Standar Nasional Indonesia Alat pemadam kebakaran hutan-pompa punggung (backpack pump)- Unjuk kerja ICS 65.060.80 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan

Lebih terperinci

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung

Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung Badan Standardisasi Nasional Badan Standardisasi Nasional SNI ISO 12957-1:2012 Metode penentuan karakteristik gesek (indeks) geosintetik dengan uji geser langsung ICS 59.080.70 Geosynthetics Determination

Lebih terperinci

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air

Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air Standar Nasional Indonesia Cara uji kemampuan penyelimutan dan ketahanan aspal emulsi terhadap air ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron

Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron Standar Nasional Indonesia Tata cara penentuan kadar air batuan dan tanah di tempat dengan metode penduga neutron ICS 13.080.40; 93.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan

Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan Standar Nasional Indonesia Kayu lapis indah jenis jati Bagian 1: Klasifikasi, persyaratan dan penandaan ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap

Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap Standar Nasional Indonesia SNI 7711.2:2012 Tata cara pemasangan lembaran bitumen bergelombang untuk atap ICS 91.060.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Label tanda hemat energi

Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Label tanda hemat energi Standar Nasional Indonesia Pemanfaat tenaga listrik untuk keperluan rumah tangga dan sejenisnya Label tanda hemat energi ICS 13.020.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii

Lebih terperinci

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan

Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Standar Nasional Indonesia ICS 93.010 Cara uji kandungan udara dalam beton segar dengan metode tekan Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK

JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK JOBSHEET PRAKTIKUM 6 WORKHSOP INSTALASI PENERANGAN LISTRIK I. Tujuan 1. Mahasiswa mengetahui tentang pengertian dan fungsi dari elektrode bumi. 2. Mahasiswa mengetahui bagaimana cara dan aturan-aturan

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau

Lebih terperinci

Cara uji sifat tahan lekang batu

Cara uji sifat tahan lekang batu Standar Nasional Indonesia Cara uji sifat tahan lekang batu ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar

Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI 7619:2012 Metode uji penentuan persentase butir pecah pada agregat kasar Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Selang karet untuk kompor gas LPG

Selang karet untuk kompor gas LPG Standar Nasional Indonesia Selang karet untuk kompor gas LPG ICS 83.140.40 Badan Standardisasi Nasional Daftar Isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi...1

Lebih terperinci

Batang uji tarik untuk bahan logam

Batang uji tarik untuk bahan logam Standar Nasional Indonesia Batang uji tarik untuk bahan logam ICS 77.040.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Pendahuluan...ii 1 Ruang Iingkup... 1 2 Acuan... 1 3 Definisi... 1 4

Lebih terperinci

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan

Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan SNI 7537.3:2011 Standar Nasional Indonesia Kayu gergajian Bagian 3: Pemeriksaan ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan

Lebih terperinci

Baja lembaran lapis seng (Bj LS)

Baja lembaran lapis seng (Bj LS) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran lapis seng (Bj LS) ICS 77.14.5 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi...

Lebih terperinci

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling

Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling Standar Nasional Indonesia SNI 3408:2015 Tata cara pengukuran kecepatan aliran pada uji model hidraulik fisik (UMH-Fisik) dengan alat ukur arus tipe baling-baling ICS 93.160 Badan Standardisasi Nasional

Lebih terperinci

Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS)

Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran dan gulungan lapis paduan aluminium seng (Bj.L AS) ICS 77.140.50 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P)

Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) Standar Nasional Indonesia Baja lembaran, pelat dan gulungan canai panas (Bj P) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Metode uji CBR laboratorium

Metode uji CBR laboratorium Standar Nasional Indonesia Metode uji CBR laboratorium ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional SNI 1744:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin, menggandakan dan mengumumkan

Lebih terperinci

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian

Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian Standar Nasional Indonesia SNI 1975:2012 Metode penyiapan secara kering contoh tanah terganggu dan tanah-agregat untuk pengujian ICS 13.080.20; 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Lampu swa-balast untuk pelayanan pencahayaan umum-persyaratan keselamatan

Lampu swa-balast untuk pelayanan pencahayaan umum-persyaratan keselamatan Standar Nasional Indonesia Lampu swa-balast untuk pelayanan pencahayaan umum-persyaratan keselamatan ICS 67.120.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1

Lebih terperinci

Rambu evakuasi tsunami

Rambu evakuasi tsunami Standar Nasional Indonesia Rambu evakuasi tsunami ICS 13.200 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A

Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A Standar Nasional Indonesia Tata cara perhitungan evapotranspirasi potensial dengan panci penguapan tipe A ICS 93.010 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Luminer Bagian 2-3: Persyaratan khusus Luminer untuk pencahayaan jalan umum

Luminer Bagian 2-3: Persyaratan khusus Luminer untuk pencahayaan jalan umum SNI 04-6973.2.3-2005 Standar Nasional Indonesia Luminer Bagian 2-3: Persyaratan khusus Luminer untuk pencahayaan jalan umum ICS 29.140.40; 93.080.30 Badan Standardisasi Nasional SNI 04-6973.2.3-2005 Daftar

Lebih terperinci

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT)

Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 Metode uji untuk analisis saringan agregat halus dan agregat kasar (ASTM C 136-06, IDT) Badan Standardisasi Nasional SNI ASTM C136:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi

Lebih terperinci

Katup tabung baja LPG

Katup tabung baja LPG Standar Nasional Indonesia Katup tabung baja LPG ICS 23.020.30 Badan Standardisasi Nasional Prakata Standar Nasional Indonesia (SNI), Katup tabung baja LPG merupakan revisi SNI 1591:2007 dengan pertimbangan:

Lebih terperinci

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi

Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi Revisi SNI 03-3421-1994 Rancangan Standar Nasional Indonesia Cara uji kuat tekan beton ringan isolasi ICS Badan Standarisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan

Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton dalam bentuk gulungan ICS 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI

Papan partikel SNI Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Pusat Standardisasi dan Lingkungan Departemen Kehutanan untuk Diseminasi SNI Standar Nasional Indonesia Papan partikel ICS 79.060.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Klasifikasi...

Lebih terperinci

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi

Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi Standar Nasional Indonesia Kayu bundar Bagian 2: Pengukuran dan tabel isi ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau

Lebih terperinci

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB

LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB LATIHAN SOAL MENJELANG UJIAN TENGAH SEMESTER STAF PENGAJAR FISIKA TPB Soal No. 1 Seorang berjalan santai dengan kelajuan 2,5 km/jam, berapakah waktu yang dibutuhkan agar ia sampai ke suatu tempat yang

Lebih terperinci

SNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN

SNI. Baja Tulang beton SNI Standar Nasional Indonesia. Badan Standardisasi Nasional BSN SNI SNI 07-2052-2002 Standar Nasional Indonesia Baja Tulang beton ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional BSN Daftar Isi Halaman Daftar Isi...i Prakata...ii 1...Ruang Lingkup...1 2 Acuan Normatif...1 3

Lebih terperinci

Cara uji slump beton SNI 1972:2008

Cara uji slump beton SNI 1972:2008 Standar Nasional Indonesia Cara uji slump beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT)

Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C , IDT) Standar Nasional Indonesia Metode uji bahan yang lebih halus dari saringan 75 m (No. 200) dalam agregat mineral dengan pencucian (ASTM C117 2004, IDT) ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional ASTM 2004

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia

SNI Standar Nasional Indonesia SNI Standar Nasional Indonesia SNI 7614:2010 Baja batangan untuk keperluan umum (BjKU) ICS 77.140.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton

Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton Standar Nasional Indonesia Cara uji berat isi, volume produksi campuran dan kadar udara beton ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii Pendahuluan... iii 1 Ruang

Lebih terperinci

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional

SNI 7827:2012. Standar Nasional Indonesia. Papan nama sungai. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Papan nama sungai ICS 93.140 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen

Lebih terperinci

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah

Cara uji kepadatan ringan untuk tanah Standar Nasional Indonesia Cara uji kepadatan ringan untuk tanah ICS 93.020 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii Pendahuluan... iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Kulit masohi SNI 7941:2013

Kulit masohi SNI 7941:2013 Standar Nasional Indonesia ICS 65.020.99 Kulit masohi Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini

Lebih terperinci

SNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional

SNI Standar Nasional Indonesia. Baja tulangan beton. Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...i Prakata...ii 1 Ruang lingkup...1 2 Acuan normatif...1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Jenis...

Lebih terperinci

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121

Soal SBMPTN Fisika - Kode Soal 121 SBMPTN 017 Fisika Soal SBMPTN 017 - Fisika - Kode Soal 11 Halaman 1 01. 5 Ketinggian (m) 0 15 10 5 0 0 1 3 5 6 Waktu (s) Sebuah batu dilempar ke atas dengan kecepatan awal tertentu. Posisi batu setiap

Lebih terperinci

Cara uji kelarutan aspal

Cara uji kelarutan aspal Standar Nasional Indonesia Cara uji kelarutan aspal ICS 91.100.50 Badan Standardisasi Nasional SNI 2438:2015 BSN 2015 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian

Lebih terperinci

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron

Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 SNI 3643:2012 Metode uji persentase partikel aspal emulsi yang tertahan saringan 850 mikron Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang

Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang Standar Nasional Indonesia Spesifikasi batang baja mutu tinggi tanpa pelapis untuk beton prategang ICS 91.100.30; 77.140.20 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... 1 Daftar tabel... Error!

Lebih terperinci

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification

Kayu lapis - Klasifikasi. Plywood - Classification SNI ISO 1096:2010 Standar Nasional Indonesia Kayu lapis - Klasifikasi Plywood - Classification (ISO 1096:1999,IDT) Copy SNI ini dibuat oleh BSN untuk Panitia Teknis 79-01 Hasil Hutan Kayu ICS 79.060 Badan

Lebih terperinci

Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki)

Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki) Standar Nasional Indonesia Baja profil siku sama kaki proses canai panas (Bj P Siku sama kaki) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. TINJAUAN PUSTAKA Potato peeler atau alat pengupas kulit kentang adalah alat bantu yang digunakan untuk mengupas kulit kentang, alat pengupas kulit kentang yang

Lebih terperinci

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978

PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 BIDANG DISTRIBUSI No. SPLN No. JUDUL 1 SPLN 1 : 1995 TEGANGAN-TEGANGAN STANDAR 2 SPLN 3 :1978 PENTANAHAN JARING TEGANGAN RENDAH PLN DAN PENTANAHAN INSTALASI 3 SPLN 12 : 1978 PEDOMAN PENERAPAN SISTEM DISTRIBUSI

Lebih terperinci

Antiremed Kelas 12 Fisika

Antiremed Kelas 12 Fisika Antiremed Kelas 12 Fisika Persiapan UAS 1 Doc. Name: AR12FIS01UAS Version: 2016-09 halaman 1 01. Sebuah bola lampu yang berdaya 120 watt meradiasikan gelombang elektromagnetik ke segala arah dengan sama

Lebih terperinci

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang

Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang Standar Nasional Indonesia Baja tulangan beton hasil canai panas Ulang ICS 27.180 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang Lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah

Lebih terperinci

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan

Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan Standar Nasional Indonesia Cara uji fisika Bagian 2: Penentuan bobot tuntas pada produk perikanan ICS 67.050 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin

Lebih terperinci

Minyak terpentin SNI 7633:2011

Minyak terpentin SNI 7633:2011 Standar Nasional Indonesia Minyak terpentin ICS 65.020.99 Badan Standardisasi Nasional Copyright notice Hak cipta dilindungi undang undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh isi

Lebih terperinci

Cara uji bliding dari beton segar

Cara uji bliding dari beton segar Standar Nasional Indonesia Cara uji bliding dari beton segar ICS 91.100.30 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata...ii Pendahuluan...iii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.)

Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D , MOD.) Standar Nasional Indonesia ICS 93.080.20 Metode uji pengendapan dan stabilitas penyimpanan aspal emulsi (ASTM D 6930-04, MOD.) Badan Standardisasi Nasional SNI 6828:2012 BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang.

Lebih terperinci

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi

Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standar Nasional Indonesia Atmosfer standar untuk pengondisian dan/atau pengujian - Spesifikasi Standard atmospheres for conditioning and/or testing Specifications ICS 19.020 (ISO 554 1976, IDT) Badan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Mesin Pan Granulator Mesin Pan Granulator adalah alat yang digunakan untuk membantu petani membuat pupuk berbentuk butiran butiran. Pupuk organik curah yang akan

Lebih terperinci

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup

Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Standar Nasional Indonesia ICS 75.140; 93.080.20 Cara uji titik nyala dan titik bakar aspal dengan alat cleveland open cup Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

SNI 4482:2013 Standar Nasional Indonesia Durian ICS Badan Standardisasi Nasional

SNI 4482:2013  Standar Nasional Indonesia Durian  ICS Badan Standardisasi Nasional Standar Nasional Indonesia Durian ICS 67.080.10 Badan Standardisasi Nasional BSN 2013 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh isi dokumen ini dengan

Lebih terperinci

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi

Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi Standar Nasional Indonesia Kayu bundar jenis jati Bagian 3: Pengukuran dan tabel isi ICS 79.040.20 Badan Standardisasi Nasional Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.)

Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C ,IDT.) Standar Nasional Indonesia ICS 91.100.30 SNI ASTM C123:2012 Metode uji partikel ringan dalam agregat (ASTM C 123-03,IDT.) Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang

Lebih terperinci

Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung

Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung Standar Nasional Indonesia Cara uji bakar bahan bangunan untuk pencegahan bahaya kebakaran pada bangunan rumah dan gedung ICS 13.220.50; 91.100.01 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi...

Lebih terperinci

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR

BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR BAB III PERENCANAAN DAN GAMBAR 3.1 Diagram Alir Proses Perancangan Proses perancangan mesin peniris minyak pada kacang seperti terlihat pada gambar 3.1 berikut ini: Mulai Studi Literatur Gambar Sketsa

Lebih terperinci

SNI 7273:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas koran. Badan Standardisasi Nasional ICS

SNI 7273:2008. Standar Nasional Indonesia. Kertas koran. Badan Standardisasi Nasional ICS Standar Nasional Indonesia Kertas koran ICS 85.080.99 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif... 1 3 Istilah dan definisi... 1 4 Simbol

Lebih terperinci

Baja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U)

Baja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U) Standar Nasional Indonesia Baja profil kanal U proses canai panas (Bj P kanal U) ICS 77.140.10 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan normatif...

Lebih terperinci

Spesifikasi aspal emulsi kationik

Spesifikasi aspal emulsi kationik Standar Nasional Indonesia Spesifikasi aspal emulsi kationik ICS 75.140; 93.080.20 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian

Lebih terperinci

Analisis kadar abu contoh batubara

Analisis kadar abu contoh batubara Standar Nasional Indonesia Analisis kadar abu contoh batubara ICS 19.020 Badan Standardisasi Nasional BSN 2011 Hak cipta dilindungi undang-undang. Dilarang menyalin atau menggandakan sebagian atau seluruh

Lebih terperinci

Kertas dan karton - Cara uji kekasaran Bagian 1: Metode Bendtsen

Kertas dan karton - Cara uji kekasaran Bagian 1: Metode Bendtsen Standar Nasional Indonesia Kertas dan karton - Cara uji kekasaran Bagian 1: Metode Bendtsen ICS 85.060 Badan Standardisasi Nasional Daftar isi Daftar isi... i Prakata... ii 1 Ruang lingkup... 1 2 Acuan

Lebih terperinci

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat

Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat Standar Nasional Indonesia SNI 4137:2012 Metode uji penentuan ukuran terkecil rata-rata (UKR) dan ukuran terbesar rata-rata (UBR) butir agregat ICS 91.100.15 Badan Standardisasi Nasional BSN 2012 Hak cipta

Lebih terperinci

Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011) Amandemen 1

Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011) Amandemen 1 Standar Nasional Indonesia SNI 0225:2011/Amd 1:2013 Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2011 (PUIL 2011) Amandemen 1 ICS : 13.260; 91.140.50 (IEC 60364552:2009, MOD) Badan Standardisasi Nasional BSN 2013

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL DAN PEMBAHASAN Konstruksi Mesin Secara keseluruhan mesin kepras tebu tipe rotari terdiri dari beberapa bagian utama yaitu bagian rangka utama, bagian coulter, unit pisau dan transmisi daya (Gambar

Lebih terperinci