PERA]IA]I II EWAI{ IGAMAIIAII PERSERII$TIII BA]IGSA - BA]IGSA DALAM PEilELlHARAAI{ PERDAtlAlAll DAllGAMAllAll ilierllasl0lla[

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "PERA]IA]I II EWAI{ IGAMAIIAII PERSERII$TIII BA]IGSA - BA]IGSA DALAM PEilELlHARAAI{ PERDAtlAlAll DAllGAMAllAll ilierllasl0lla["

Transkripsi

1 PERA]IA]I II EWAI{ IGAMAIIAII PERSERII$TIII BA]IGSA - BA]IGSA DALAM PEilELlHARAAI{ PERDAtlAlAll DAllGAMAllAll ilierllasl0lla[ ABSTRAK SKRIPSI OLEH EKASARI SAVITRI DEWI NRP xtrm E l20el FAI(ULTAS HUI(UM UIIIVERSITAS SURIBAYA SURABAYA 1994

2 Surabaya, Jui i 1994 Mahas i swa yang bersangkutan /na X" rrfllil4 $Vt}urr' I r" 4' EKASARI SAVITRI DEWI Mengetahui Daniel Dj oko qu Mq

3 Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai subyek hukum internasional b rtindak dalam pergaulan internasionai dengan perantaraan beberapa alat perlengkapan yang sangat pent ing. Alat per'l engkapan itu terdiri dari : 1. Sidang Umum (General Assembly). 2. Dewan Keamanan (Security Counci I ). 3. Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Coun- Dewan Perwal ian (Trusteeship CounciI). Mahkamah Internasional tlnternational Court of Just i ce ). Saiah satu dari alat perlengkapan Perserikatan Bangsa- Bangsa yaitu Dev',an K amanan yang fungsi utamanya menjaga perdamaian dan keamanan internasional, hal ini sesuai dengan pasal 24 Pi agam Perserikatan gangsa-bangsa yang rnenyatakan bahwa : "Dalam menjalankan kewaj ibannya akan bertindak sesuai dengan tujuan dan asas Perserikatan Bangsa-Bangsa". Pada konf l i k t ahun , Dewan Keamanan m ndapatkan suatu dasar pengujian yang penting tentang keefektifannya sebagai suatu badan penegak perdamaian. Kasusnya adalah sewaktu terjadinya penyeberangan pasukan Korea Utara ke wilayah Korea Selatan pada bulan Juni Uni Sovyet tidak hadir dan Pemeri ntah China

4 Nasionalis yang mandatnya tidak diakui Uni Sovyet yang dirvaki li oleh Dewan Keamanan karena menemukan adanya pe- 'I anggaran terhadap perdamaian, merekomendas ikan bantuan terhadap penguasa Korea Selatan dan menyediakan Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa bersatu di bawah pimpinan Amerika Serikat, tanpa persetujuan Uni Sovyet. Atas inisiatif Amerika Serikat pada tanggal 25 Juni 1950 Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa bersidang dan mengeluarkan suatu resolusi yang menyatakan bahwa tindakan agresi Korea Utara meianggar prinsipprinsip yang tercantum dalam Pi agam Perserikatan Bangsa- Bangsa dan mendesak pemerintah Korea Utara agai segera menarik pasukannya dari wi layah Korea Selatan. Resolusi itu mendapat dukungan dari China Nasional is, kemuncul an kembali Uni Sovyet dalam Dewan Keamanan membukt ikan bahwa campur tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa dalam permusuhan Korea dimungkinkan oleh keadaan yang luar biasa, situasi yang mendukung dengan tidak menggunakan hak veto. Setelah menganal isa syarat resolusi Dewan Kemanan yang telah disetujui itu sulit didukung sebagai suatu pei aksanaan secara sah dengan kekuasaan Dewan Kemanan yang diberikan pada pasal Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, timbullah pertanyaan apakah Dewan Keaman-

5 an darlat memberi kan rekomendasi yang berbeda dari keputusan agar negara anggota memberi kan bantuan senjata' Dengan alasan ini, beberapa penulis cenderung berpendapat bahwa t indakan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Korea hanya sebagai nama tetapi bukan sesungguhnya dan t'i dak 'I ebih sekedar usaha kolektif sukar-ela di bawah lisensi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk memul ihkan d'an memelihara perdamaian dan keamanan wilayah itu. Hal ini sesuai dengan pasal 43 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa bahwa semua anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa agar turut serta membantu pemel iharaan perdamaian dan keamanan internasional memberi kan kesanggupan untuk menyediakan angkatan bersenjata bagi Dewan Keamanan dan bantuan serta fasi I itas yang dianggap perlu untuk pemeliharaan keamanan intet'nasional apabi la diminta dan sesuai dengan perset u j uan. Resolusi Dewan Keamanan tanggal 27 Juni 1950 yang menyatakan bahwa Dewan Keamanan mendesak agar semua anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa membantu Korea Selatan, Yang dulu masih merupakan suatu resolusi li ngan di mana isi dari resolusi itu merupakan peringatan bagi pemerintah Korea Utara supaya secepatnya memukul mundur pasukannya dari rvi Iayah Korea Selatan ini untuk menghindari adanya ancaman kekerasan dari pasukan Korea Utara, untuk

6 itu Dewan Keamanan membuat suatu perundingan damai antara peme.intah Korea Utara dan Koi'ea Selatan sebelum terjadinlra perang dingin serta meminta pada Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membantu Kcrea Selatan' Wewenang dari Dewan Keamanan sebagai salah satu anggola Perserikatan Bangsa-Bangsa yang berfungsi untuk memel ihara perdamai an dan keamanan internasional ' Selain itu jrlg3 penguj ian terhadap peranan Dewan Keamanan itu sendiri sampai di mana itu terjadi bagi dewan sebagai sa'l ah satu anggota dari Perserikatan Bangsa-Bangsa' Wewenang yang diberikan kepada Dewan Keamanan bei-dasarkan Piagam dianggap cukup ekstensif untuk memberi pe)uang bagi organisasi tersebut melaksanakan tunggung jawab utamanya yaitu memel ihara per-damai an dan keamanan jnternasional secara efektif. Lebih jauh lagi diadakan suatu usaha untuk merumuskan dan membedakan vlewenang i ni dari wewenang l,'la j el i s Umum yang l ebi h umum dan kurang ber^sif at paksaan agar jelas bahwa Dev{an Keamanan bukan saja dapat mengambi l tindakan awal tetapi juga mengambi 1 tindakan eksklusif dalam bidang tei'tentu. Pembedaan tanggungjawab dan wewenang antara kedua organ dianggap sebagai salah satu kekuatan dari organisasi Perse r i kat an Bangsa-Bangsa. Dengan demikian tanggungjawab yang Iebih penting

7 dari Dewan Keamanan berkenaan dengan tindakan pencegahan dan oemaksaan menurut Bab VII. Der{an keamanan diberi kuasa untuk rnenentukan adanya suatu ancaman terhadap perdamaian, pelanggaran terhadap perdamaian atau tindakan agr-esi dan membuat rekomendasi atau memutuskan tindakan pemaksaan apa yang akan diambi l untuk memelihara atau rnemul ihkan perdamaian dan keamanan sesuai dengan pasal 39 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, ia bisa minta para pihak yang terlibat untuk mematuhi ketentuan sementara dan memperhat i kan setiap kegagalan untuk mematuhi sesuai dengan pasal 40 Piagam Perserikatan Bangsa- Bangsa. Dengan adanya penjelasan di atas, maka timbul lah suatu permasalahan : Sejauh manakah peranan Dewan Keamanan da lam pemel i haraan perdamai an dan keamanan i nt ernasional bila dikaitkan dengan masal ah perang Korea? Pendekatan masalah yang digunakan adajah pendekatan secara yuridis normatif, yaitu bertolak dari peraturan perundang-undangan ialah Pi agam Perserikatan Bangsa-Bangsa, Resolusi-reso'l usi Dewan Keamanan yang ditetapkan pada pembahasan masal ah ini. Data yang dipakai dalam skripsi ini adalah data sekunder yaitu data yang bukan diperoleh langsung dari 'I apangan, bi la di I ihat dari sudut kekuatan mengikatnya di bedakan menjadi :

8 Bahan hukum primer atau bahan-bahan yang bersifat mengikat, yaitu ketentuan-ketentuan yang t rdapat dalam Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, khususnya yang mengatur tentang peranan Delvan Keamanan dan Resolusi Dewan Keamanan yang ada hubungannya dengan masal ah perdamai an dan keamanan internasional. Bahan hukum sekunder, yaitu pen j e I asan-pen j e I asan tentang bahan hukum primer, yang diperoleh dali buku-buku Jiteratur-l iteratur, bahan perkuliahan, mass media dan bahan tertulis lainnya yang terdapat di Perpustakaan Uni versi t as Surabaya. Di samping itu, dalam menunjang data guna menyusun skrjpsi ini, dipergunakan pula data prjmer yang dipero.1 eh dari informasi dari Departemen Luar Negeri, Kantor Perwaki lan Perserikatan Bangsa-Bangsa di Jakarta' baik dalam bentuk tertulis maupun Iisan yang disebut wawancara sebagai penunjang data sekunder. PengumpuIan data sekunder daiam skripsi ini di lakukan dengan cara studi kepustakaan. Studi kepustakaan dalam pengumpul an data di lakul<an dengan cara membaca, mempelajar i menganalisa dan mengklasifikasjkan bahanbahan keoustakaan antara lain ketentuan-ketentuan di dalam hukum internasional khususnya yang menyangkut peranan Dewan Keamanan, buku Iiteratur, bahan perkuliahan,

9 nhss media, serta resolusi DevJan Keamanan yang menyangkut masalah perdamaian dan keamanan internasional ' Selaras dan menunjang pengumpul an data tersebut, maka langkah selanjutnya terhadap data primer di lal<ukan dengan wawancara pada Departemen Luar Negeri dan kantor Perwakilan Perserikatan Bangsa-Bangsa dengan menggunakan metode wanancara tak berstruktur. Pengolahan data sekunder tersebut dilakukan dengan rnenggunakan metode deduktif yang bertolak dari proporsi:ri umum yang kebenarannya telah diyakini dan berakhir pada suatu kesimpulan yang bersifat khusus, yaitu menemukan suatu jawaban. Sedangkan anal isjs data di lakukan secara kualitatif yaitu suatu metode yang berdasarkan atas pemikiran logis, bernalar dan runtun dengan menelaah secara sistematika peraturan pe rundan g-u n dangan yang berkaitan dengan masalah yang dibahas dan menghasi Ikan urai an yang bersi fat deskri pt i f. Dalam perjalanan sejarah terbentuknya Dewan Keamanan ini merupakan salah satu organ dari Perserikatan Bangsa-gSngsa yang mempunyai wewenang memel ihara perdamaian dan keamanan internasional mempunyai suatu hak yang disebut hak veto yang mempunyai kekuasaan menolak suatu keputusan yang dianggap tidak benar demi terpeliharanya perdamai an dan keamanan internasional,

10 Dalam menjalankan tugas, fungsi s rta i{ewenangnya Dewan Keamanan telah diatur dalam Pasal 23 sampai dengan 32 Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa yang me!'upakan suatu dasar Dewan Keamanan dalam menjalankan tugasnya' Dewan Keamanan dalam hal pemel iharaan perdamai an dan keamanan inetrnasional mempunyai dua fungsi secara kasar yaitu fungsi konstituante dan fungsi substantif, untuk Iebih efektif lagi fungsi dan kekuasaan Dewan Ke-. amanan masih banyak 1agi, salah satunya pemelihai-aan perdamai an dan keamanan internasional serta mengadakan suatu penyelidikan terhadap perselisihan atau situasi yang mempunyai peranan pent'ing dalam pergeseran internasional, Dalam meiakukan suatu t indakan Dewan Keamanan dapat melibatkan banyak hal yang akan menguntungkan kedua belah p i hak, dalam hal ini bukan berart i satu-satunya organ Perserikatan gangsa-bangsa yang mempunyai kekuasaan yang berkaitan dengan persenjataan, karena Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa juga memberikan kekuasaan kepada l",la jel j s Umum untuk mendisl<usikan prinsip-prinsip penganasan pembat asan- pembat asan persenjataan serta membuat suatu rekomendasi-rekomendasi l<epada negara anggota dan kepada kedua-duanya. Dalam hal ini harus diperhatikan pada satu perbedaan antara wewenang menyelesaikan

11 sengketa dari Dewan Keamanan di satu pihak dengan wewenang mel aksanakannya di pihak lain. Dewan Keamanan diberi tanggung ja$lab utama menurut Pj agam untuk memel ihara perdamai an dan keamanan internasionai dengan maksud agar sebagai badan eksekutif kecil dengan anggota inti yang permanen yang terdiri dari negara-negara besar, Dewan Keamanan dapat mengambj I l<eputusan yang efektif untuk menjamin tindakan yang tepat oleh Perseri katan Bangsa-Bangsa' Waiaupun Dewan Keamanan mempunyai tanggung jawab utama memei ihara perdamaian dan keamanan internasional, tanggung jai'rab ini bukan bersi fat eekskl usi f. Tanggung jawab yang lebih penting dari Dewan Keamanan berkenaan dengan tindakan pencegahan atau pemaksaan menurut Bab VII pihak yang terlibat khususnya Pasal 39 dan bisa meminta untuk mematuhi ketentuan-ketentuan sementara yang dijatuhkan Dewan Keamanan dan memperhat i- kan setiap kegagalan untuk mematuhinya. Wewenang Dewan Keamanan ini dinyatakan efektif untuk menjamin tindakan yang c pat dan efektif oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa, maka para anggota memberikan tanggung jawab utama bagi pemeliha!-aan perdamai an dan keamanan internasional dibebankan pada Dewan Keamanan dan sepakat bahwa dalam menjalankan tugasnya ini Delvan Keamanan bertindak atas nama seluruh anggota.

12 Dewan keamanan dalam melaksanakan tanggungjawabnya telah merupakan sumber perhatian utama.bag'i negaranegara anggota dan bagi seluruh rakyat yang berkepentingan dalam apa yang seharusnya dicapai oleh Perserikatan Bangsa-gangsa. Pelaksanaan tanggungjawab-tanggungjawab secara penuh dalam berurusan dengan perseiisihanpersel isihan internasional sejak semula diketahui tergantung pada piagam yang mensyarat kan t indakan berikutnya darr Dewan Keamanan itu sendiri. Bila berkaitan dengan masalah penyelesaian Perang Korea Pjagam Perserikatan Bangsa-Bangsa memberi kan ketentuan mengenai langkah-langkah apa yang harus diikuti cleh negara, baik negara sebagai anggota tetap Perserikatan Bangsa-Bangsa maupun bukan anggota Perseril<atan Bangsa-gangsa. Dalam terjadinya suatu pe!'sel i sihan sebelum memajukan ke Perserikatan Bangsa-Bangsa, para pihak waj ib mencari penyelesaian me'l alui negosiasi, pertanyaan, mediasi, konsi liasi, arbitrasi, penyelesaian secara. hukum dan mengambi I jalan melalui melalui badan atau regional dengan jalan damai lainnya menurut pilihan mereka, Dal am hal ini cara Dev{an Keamanan menyel'esaikan masalah Perang Korea, pertama dengan memanggi I kedua belah pihak yang berselisih untuk mengadakan perundingan damai tetapj hal jni tidak berhasil, maka Deuran Keamanan meng-

13 gunakan cara perundingan, tetapi belum juga berhasil dan pada akhirnya dengan cara mediasi ini Dewan Keamanan banyak mengeluarkan resolusi guna penyelesaian pertikaian ini dan Dewan Keamanan bersedia membantu dengan c.ara menekan perasaan mereka untuk menghent i kan permusuhan. Dengan cara mediasi ini ternyata banyak mengal ami hambatan yang mana datang dari pemerintah Cina yang meno!ak untuk membantu, justru telah mengadakan suatu perlawanan dengan tindakan agresi, maka dari itu usaha Dewan Keamanan daiam menyelesaikan masalah Korea ini kurang efektif dalam penerapan peraturan,/resolusinya. Oleh sebab itu hendaknya pemerintah Korea Utara maupun Korea Selatan mau mentaat i apa yang telah menjadi keputusan Dewan Keamanan dan Dewan Keamanan hendaknya mendengarkan aspirasi/suara dari negara Iain dalam penyelesaian masalah Korea dan tidak hanya menilai dari negara anggotanya saja, tetapi juga negara lain yang bukan anggota Dewan Keamanan maupun bukan anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa.

PENJAHAT PERANG DITINJAU MENURUT HUKUM INTERNASIONAL ABSTRAK SKRIPSI. OLEH RUSTYATTITO TRIST{O DJATMIKO 1{RP xtrm

PENJAHAT PERANG DITINJAU MENURUT HUKUM INTERNASIONAL ABSTRAK SKRIPSI. OLEH RUSTYATTITO TRIST{O DJATMIKO 1{RP xtrm PENJAHAT PERANG DITINJAU MENURUT HUKUM INTERNASIONAL ABSTRAK SKRIPSI OLEH RUSTYATTITO TRIST{O DJATMIKO 1{RP 2880310 xtrm 88.7. @4. 12061.06198 FAI(UITAS HUI(UM UIIIUERSITAS SURABAYA SURABAYA 1994 Surabaya,

Lebih terperinci

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI

H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL H. BUDI MULYANA, S.IP., M.SI Pasal 2 (3) dari Piagam PBB Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa

Lebih terperinci

anak sebagaimana yang dikehendaki

anak sebagaimana yang dikehendaki Latar Be] akans Pemi l ihan Judul Perihal pengangkatan anak yaitu mengangkat seorang anak dari orang Iain untuk dijadikan anak kandung yang mengangkatnya tidak terdapat peraturan perundangundangan yang

Lebih terperinci

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace

Pada pokoknya Hukum Internasional menghendaki agar sengketa-sengketa antar negara dapat diselesaikan secara damai he Hague Peace Pasal 2 (3) dari Piagam PBB - Semua anggota wajib menyelesaikan perselisihan internasional mereka melalui cara-cara damai sedemikian rupa sehingga perdamaian, keamanan dan keadilan internasional tidak

Lebih terperinci

rs93 DAII\M MASALAH PERAI IG IRAht - IRAK PENERAPAN HI.'KT,IM HI,JMAMIER RAHAYU WIJAYANI ilrp xnil 8it. 7.0o4.t ABTITRAK SKRIPSI

rs93 DAII\M MASALAH PERAI IG IRAht - IRAK PENERAPAN HI.'KT,IM HI,JMAMIER RAHAYU WIJAYANI ilrp xnil 8it. 7.0o4.t ABTITRAK SKRIPSI PENERAPAN HI.'KT,IM HI,JMAMIER DAII\M MASALAH PERAI IG IRAht - IRAK ABTITRAK SKRIPSI OLE}I RAHAYU WIJAYANI ilrp 2830350 xnil 8it. 7.0o4.t2061. 27913 FAI(UIIAS llul$ttl UIIIVERSITAS SURIBAYI SUNABAYA rs93

Lebih terperinci

IGDUDUKAII IIIAI( IIIGI(IT DALAiI PEIYARISAI{ ME]IURUI HUI(UiI ADAT IATUA

IGDUDUKAII IIIAI( IIIGI(IT DALAiI PEIYARISAI{ ME]IURUI HUI(UiI ADAT IATUA IGDUDUKAII IIIAI( IIIGI(IT DALAiI PEIYARISAI{ ME]IURUI HUI(UiI ADAT IATUA ABSTRAK SKRIPSI OtEH NINIES SUJANTI NRP 28AO244 N RM 88. 7. 001. 12921. 96159 FAI(ULTAS HUI(UM UIIIYERSIIAS SURABAYA SURAEAYA t994

Lebih terperinci

rg94 OtEH ATAS DASAR KEPENTINGAN NASIONAL RIENA WAHYUNINGRUM ]{RP t{lrm OO4. t206r. 0609:l

rg94 OtEH ATAS DASAR KEPENTINGAN NASIONAL RIENA WAHYUNINGRUM ]{RP t{lrm OO4. t206r. 0609:l PENGUNDURAN DIRI DARI KEANGGOTAAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA ATAS DASAR KEPENTINGAN NASIONAL ABSTRAK SKRIPSI OtEH RIENA WAHYUNINGRUM ]{RP 2860142 t{lrm 88.7. OO4. t206r. 0609:l TAI(UTTAS HUI(UiI UI{IVERSITAS

Lebih terperinci

TINJAUAN HUKUM DALAM PRAKTIK AKUISISI TERHADAP PERUSAHAAN YANG GO - PUBLIC

TINJAUAN HUKUM DALAM PRAKTIK AKUISISI TERHADAP PERUSAHAAN YANG GO - PUBLIC TINJAUAN HUKUM DALAM PRAKTIK AKUISISI TERHADAP PERUSAHAAN YANG GO - PUBLIC ABSTRAK SKRIPSI OLEH BERNADETHY PALEN! BOGART NRP 2890850 NIR~ 89. 7. 004. 12021. 47979 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA

Lebih terperinci

FAKULTAS HOKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA

FAKULTAS HOKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA TANGGUNG JAWAB PENGELOLA TAKSI RASEKO TERHADAP KERUGIAN PENUMPANG AKIBAT KECELAKAAN ABSTRAK SKRIPSI OLEH SRI WIDJ AJ ANTI NRP 2880268 NIRM 88. 7. 004.12021.06173 FAKULTAS HOKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA

Lebih terperinci

r994 FAKUTTAS IIUI(UilI UIIIYERSITAS SURABAYT SURABAYA ABSTRAK SKRIPSI

r994 FAKUTTAS IIUI(UilI UIIIYERSITAS SURABAYT SURABAYA ABSTRAK SKRIPSI TINJAUAN HUKUM TENTANG PELAKSANAAN JUAL - BELI BUAH ANGGUR SECARA TEBASAN DI PROBOLINGGO ABSTRAK SKRIPSI OtEH BUDI SUGIARTO N RP n&24a NtRM E8. 7. 004. 12021. 06161 FAKUTTAS IIUI(UilI UIIIYERSITAS SURABAYT

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKI.'M BAGI PEMBELI YANG BERITIKAD BAIK

PERLINDUNGAN HUKI.'M BAGI PEMBELI YANG BERITIKAD BAIK PERLINDUNGAN HUKI.'M BAGI PEMBELI YANG BERITIKAD BAIK ABSTMK SKRIPSI OtEH YESIENI NRP aswr24 ttffrm 89. 7.@4. lnn.g67fi, FAKULTASHUKUM UNIVERSITAS SURABAYA SURABAYA 1994 Surabaya, Oktober 1994 Mahasi swa

Lebih terperinci

Dalam kehidupan sehari-hari manusia.i tu tidak. I epas dari masal ah hut ang-p iut ang, Dengan adanya hutang-piutang

Dalam kehidupan sehari-hari manusia.i tu tidak. I epas dari masal ah hut ang-p iut ang, Dengan adanya hutang-piutang Dalam kehidupan sehari-hari manusia.i tu tidak I epas dari masal ah hut ang-p iut ang, Dengan adanya hutang-piutang itu Ialu timbul adanya lembaga-lembaga keuangan baik yang sifatnya bank ataupun non bank

Lebih terperinci

BALII( IIAMA HAK SETTA IAIIAH KtlTAMAlIYA SURABAYA TERHADAP STAIUS IGPEMITIIMil ATAS BA]IGUIIAII

BALII( IIAMA HAK SETTA IAIIAH KtlTAMAlIYA SURABAYA TERHADAP STAIUS IGPEMITIIMil ATAS BA]IGUIIAII BALII( IIAMA HAK SETTA IAIIAH KtlTAMAlIYA SURABAYA TERHADAP STAIUS IGPEMITIIMil ATAS BA]IGUIIAII ABSTRAK SKRIPSI OIEH THOMAS BUNAWAN NRP 2890078 Nf RM 89. 7. OA4.12921. 47953 FAKUTTAS HUKUM UNIVERSITAS

Lebih terperinci

AESTRAKSI. Latar Belakanc Pemi lihan Judu'l. Asuransi menurut pasal 246 Kitab Undang-undang. Hukum Dagang (selanjutnya disingkat KUHD) adalah suatu

AESTRAKSI. Latar Belakanc Pemi lihan Judu'l. Asuransi menurut pasal 246 Kitab Undang-undang. Hukum Dagang (selanjutnya disingkat KUHD) adalah suatu AESTRAKSI Latar Belakanc Pemi lihan Judu'l Asuransi menurut pasal 246 Kitab Undang-undang Hukum Dagang (selanjutnya disingkat KUHD) adalah suatu persetujuan yang dibuat antara penanggung dengan tertanggung.

Lebih terperinci

DfTffiJAU lttnf iluuil tttentastoltar

DfTffiJAU lttnf iluuil tttentastoltar TERJADtilyA SUt(sESf petertttthat 0f ltolfc t(01{g SETETAII PEIITENIMTETUASIAII llteii IIIGGRI$ TEPTOA RRG DfTffiJAU lttnf iluuil tttentastoltar tbstrt[ SIR tps I OLEH iiaria ULFA NRP 2trors6 NlRt t8.7.oo't.

Lebih terperinci

IIIIDAI(AII - TI]IIIAKAII PERSERIKATA]I BA]IOSA - BAIIGSA DAI.AM IIEIIYETESAIKAII SEIIOIGTA BERSEII'ATA AlITARA SERBIA DAII BOS]IIA

IIIIDAI(AII - TI]IIIAKAII PERSERIKATA]I BA]IOSA - BAIIGSA DAI.AM IIEIIYETESAIKAII SEIIOIGTA BERSEII'ATA AlITARA SERBIA DAII BOS]IIA IIIIDAI(AII - TI]IIIAKAII PERSERIKATA]I BA]IOSA - BAIIGSA DAI.AM IIEIIYETESAIKAII SEIIOIGTA BERSEII'ATA AlITARA SERBIA DAII BOS]IIA ABSTRAK SKRIPSI Oleh ARY PERGIWATI NRP 2870169 N RM 87.7. @4. 1200t.10882

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

DEPARTEMEN HUKUM INTERNASIONAL FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN RESOLUSI DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA TERHADAP NEGARA-NEGARA BERKONFLIK (KASUS INVASI IRAK KE KUWAIT 1990 DAN PERANG KOREA 1958 DITINJAU DARI SEGI HUKUM INTERNASIONAL) S K R I P S I Disusun

Lebih terperinci

ABSTRAK SKRIPSI. dalam. Masalah perbankan di Indonesia diatur. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan

ABSTRAK SKRIPSI. dalam. Masalah perbankan di Indonesia diatur. Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan ABSTRAK SKRIPSI Masalah perbankan di Indonesia diatur dalam Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan (selanjutnya disingkat UU No' 7 Tahun 1992) ' Dalam pel aksanaannya bank umum dalam memberi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewan keamanan PBB bertugas untuk menjaga perdamaian dan keamanan antar negara dan dalam melaksanakan tugasnya bertindak atas nama negaranegara anggota PBB.

Lebih terperinci

OtEH ABSTRAK SKRTPSI. DESSY EVALINA NRP 2890214 N RM 89. 7. 004. 1202t. 36&n IIUI(UM BAOI PEI{ERIMA GIR(I BITYIT DIBATAI.I(AI{ {IIEII PEI{ARII(

OtEH ABSTRAK SKRTPSI. DESSY EVALINA NRP 2890214 N RM 89. 7. 004. 1202t. 36&n IIUI(UM BAOI PEI{ERIMA GIR(I BITYIT DIBATAI.I(AI{ {IIEII PEI{ARII( PERIITIIlUIIGAI{ YAIIG IIUI(UM BAOI PEI{ERIMA GIR(I BITYIT DIBATAI.I(AI{ {IIEII PEI{ARII( ABSTRAK SKRTPSI OtEH DESSY EVALINA NRP 2890214 N RM 89. 7. 004. 1202t. 36&n FAI(UI.TTS IIUI(UM UIITYERSITAS SURABAYA

Lebih terperinci

SENGKETA INTERNASIONAL

SENGKETA INTERNASIONAL SENGKETA INTERNASIONAL HUKUM INTERNASIONAL H. Budi Mulyana, S.IP., M.Si Indonesia-Malaysia SENGKETA INTERNASIONAL Pada hakikatnya sengketa internasional adalah sengketa atau perselisihan yang terjadi antar

Lebih terperinci

Ftfiutlts RU[un uiltvenstlrs sunmara SUNTBTYA t991. ttllt ilt TAII8GU]IG EUGTT TTAS IGCETIIOA]I YIXG IERIII}I III ABSTRAK SKRIPSI RESPATI ISHARSUNTORO

Ftfiutlts RU[un uiltvenstlrs sunmara SUNTBTYA t991. ttllt ilt TAII8GU]IG EUGTT TTAS IGCETIIOA]I YIXG IERIII}I III ABSTRAK SKRIPSI RESPATI ISHARSUNTORO ri TAII8GU]IG EUGTT TTAS IGCETIIOA]I YIXG IERIII}I III ttllt ilt ABSTRAK SKRIPSI O!EH RESPATI ISHARSUNTORO ifnp nt$lla xrix ta.?. oa. t20n.lttar Ftfiutlts RU[un uiltvenstlrs sunmara SUNTBTYA t991 Surabaya,

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

t993 otell RAHPANTJA.BUDI IlllfAuAll IERHADAP ttsltltas KREI IT lellgall ltlellggullal$] lailill{all Blllcul{lll Ytll0 BERDIRI Dl ATAS TlllrH Hll(

t993 otell RAHPANTJA.BUDI IlllfAuAll IERHADAP ttsltltas KREI IT lellgall ltlellggullal$] lailill{all Blllcul{lll Ytll0 BERDIRI Dl ATAS TlllrH Hll( IlllfAuAll IERHADAP ttsltltas KREI IT lellgall ltlellggullal$] lailill{all Blllcul{lll Ytll0 BERDIRI Dl ATAS TlllrH Hll( PE]IGEMUTil PETERIIITAII DAENAH IIlIOIilI II SURABIYT ABSTRAK $KRIPSI otell RAHPANTJA.BUDI

Lebih terperinci

ABSTRAKSI SKRIPSI. Banyak merek dalam dunia perdagangan di Indonesia. pada saat ini yang dimulai dari kegiatan sehari-hari dan

ABSTRAKSI SKRIPSI. Banyak merek dalam dunia perdagangan di Indonesia. pada saat ini yang dimulai dari kegiatan sehari-hari dan ABSTRAKSI SKRIPSI Banyak merek dalam dunia perdagangan di Indonesia pada saat ini yang dimulai dari kegiatan sehari-hari dan dari berita di media massa terpantau antara para pengusaha sering terjadi pensaingan

Lebih terperinci

ABSTR,AK SKR,IPSI. l{rp 2g,0a25 ttim a 'l. gurabaya tt9t HUKUT UN VEN'ITAS. PEIIGGUATil ffirek YAIIG SATA DIIIIIIAU DTil IUI(UT

ABSTR,AK SKR,IPSI. l{rp 2g,0a25 ttim a 'l. gurabaya tt9t HUKUT UN VEN'ITAS. PEIIGGUATil ffirek YAIIG SATA DIIIIIIAU DTil IUI(UT PEIIGGUATil ffirek YAIIG SATA DIIIIIIAU DTil IUI(UT IGPERDATAAII ABSTR,AK SKR,IPSI Oloh TWAN HARY SUNYAWAI{ l{rp 2g,0a25 ttim 89.7.00a.12021.3611'l FAKULTAS HUKUT UN VEN'ITAS gurabaya tt9t 9URABAYA PEIISSUIIAAII

Lebih terperinci

FAI(UITAS HUI(UM UIIIYERSITAS SURABAYA SURABAYA r993 ABSTRAK SKRIPSI

FAI(UITAS HUI(UM UIIIYERSITAS SURABAYA SURABAYA r993 ABSTRAK SKRIPSI PERANAN PERSERIK"ATAN BANGSA BANGSA DALAM MENYELESAIKAN SENGKBTA BERSENJATA ANTARA SERBIA -BOSNIA ABSTRAK SKRIPSI OtEH $ARASRT]$ BUD SUrtSTYATl NRP 2870173 N RM rr. 7. 004. 12061. 10525 FAI(UITAS HUI(UM

Lebih terperinci

OIEH PEMAKAIAN RUMAH SUSUN YANG DIKUASAI OLBH ABSTRAK SKRIPSI PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II

OIEH PEMAKAIAN RUMAH SUSUN YANG DIKUASAI OLBH ABSTRAK SKRIPSI PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II PEMAKAIAN RUMAH SUSUN YANG DIKUASAI OLBH PEMERINTAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SURABAYA DI DUPAK BANGUNREJO ABSTRAK SKRIPSI OIEH WIBISONO ANWAR IIRP 2879125 rffrm U.7.W.72f,,n to8lo Fil(UITAS ilut(uil

Lebih terperinci

ABSTRAKSI. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan. dana dalam pembinaan perekonomiannya. Perekonomian

ABSTRAKSI. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan. dana dalam pembinaan perekonomiannya. Perekonomian ABSTRAKSI Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang membutuhkan dana dalam pembinaan perekonomiannya. Perekonomian dan pembangunan di sektor lain pernah mengalami masa yang jaya, pada saat dana untuk

Lebih terperinci

TAKUITAS HUI(UII U]IIYERSITAS SURABAYA SURABAYA t992 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELARANGAN ABSTRAK SKN.IPSI OLEH ASNI SOEWANDAYANA

TAKUITAS HUI(UII U]IIYERSITAS SURABAYA SURABAYA t992 TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELARANGAN ABSTRAK SKN.IPSI OLEH ASNI SOEWANDAYANA TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PELARANGAN.SENJATA KIMIA DAN BIOLOGI ABSTRAK SKN.IPSI OLEH ASNI SOEWANDAYANA ilrp 2t70086 iltrm t7. t.ooa. 1m6t. toa:to TAKUITAS HUI(UII U]IIYERSITAS SURABAYA SURABAYA t992 Surabaya,

Lebih terperinci

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid

Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid Konvensi Internasional mengenai Penindasan dan Penghukuman Kejahatan Apartheid disetujui dan terbuka untuk penandatanganan dan ratifikasi oleh Resolusi Majelis Umum 3068 (XXVIII) 30 November 1973 Negara-negara

Lebih terperinci

HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX. By Malahayati, SH, LLM

HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX. By Malahayati, SH, LLM HUKUM INTERNASIONAL PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL PERTEMUAN XXVII, XXVIII & XXIX By Malahayati, SH, LLM 1 TOPIK PRINSIP UMUM JENIS SENGKETA BENTUK PENYELESAIAN SENGKETA PENYELESAIAN POLITIK PENYELESAIAN

Lebih terperinci

PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM PROSES PENYELESAIAN KONFLIK INTERNASIONAL

PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM PROSES PENYELESAIAN KONFLIK INTERNASIONAL PERANAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA DALAM PROSES PENYELESAIAN KONFLIK INTERNASIONAL Danial Abstract In particular, to solve the international conflicts, the Security Council of the United

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada akhir Perang Dunia II tepatnya tanggal 6 dan 9 Agustus 1945, dunia terutama Jepang dikejutkan dengan dijatuhkannya bom atom (nuklir) diatas kota Hiroshima

Lebih terperinci

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

IIAI iieiidiaiii RUMAII PEIIII{GGAIAII YAIIG DIBAIIGUII ITTPA PERSETUIUAII AHII WARIS YAIIO IAIT.: DtTtiltAU l AR SE0t HUt(Ut PERDATA

IIAI iieiidiaiii RUMAII PEIIII{GGAIAII YAIIG DIBAIIGUII ITTPA PERSETUIUAII AHII WARIS YAIIO IAIT.: DtTtiltAU l AR SE0t HUt(Ut PERDATA t -.{ IIAI iieiidiaiii RUMAII PEIIII{GGAIAII YAIIG DIBAIIGUII ITTPA PERSETUIUAII AHII WARIS YAIIO IAIT.: DtTtiltAU l AR SE0t HUt(Ut PERDATA ABSTRAK SKRIPSI OLEH RINI PRIHATININGSIH ttrbp 2880095 ilt8{u

Lebih terperinci

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL

MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL MENEGAKKAN TANGGUNG JAWAB MELINDUNGI: PERAN ANGGOTA PARLEMEN DALAM PENGAMANAN HIDUP WARGA SIPIL Resolusi disahkan oleh konsensus* dalam Sidang IPU ke-128 (Quito, 27 Maret 2013) Sidang ke-128 Inter-Parliamentary

Lebih terperinci

199{ ABSTRAK SKRIPSI. tfi(uttas Hu!(uil UlllvERslTls surlbayr SURABAYA. fl lilauall IEltIAllG lgpll il TAtl llatfff llubull GAllllI A llell0lll

199{ ABSTRAK SKRIPSI. tfi(uttas Hu!(uil UlllvERslTls surlbayr SURABAYA. fl lilauall IEltIAllG lgpll il TAtl llatfff llubull GAllllI A llell0lll fl lilauall IEltIAllG lgpll il TAtl llatfff llubull GAllllI A llell0lll PTR IAII IIAII PE]IA]IGGUTGI]I ABSTRAK SKRIPSI OLEH ANDRIANTO NRP 2860137 NIRM 86. 7.004. 720n.&378 tfi(uttas Hu!(uil UlllvERslTls

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 1976 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa dipandang perlu untuk memberikan petunjuk-petunjuk pengarahan bagi Delegasi Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA

PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA PERAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA BANGSA DALAM PEMBATASAN PENGGUNAAN SENJATA Oleh Grace Amelia Agustin Tansia Suatra Putrawan Program Kekhususan Hukum Internasional dan Bisnis Internasional Fakultas

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Sejarah/Pengertian Tentang Organisasi Internasional 1. Pengertian organisasi internasional Organisasi internasional adalah suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 02 TAHUN 2004 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA; Menimbang

Lebih terperinci

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) By Dewi Triwahyuni

PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) By Dewi Triwahyuni PERSERIKATAN BANGSA-BANGSA (PBB) By Dewi Triwahyuni Basic Fact: Diawali oleh Liga Bangsa-bangsa (LBB) 1919-1946. Didirikan di San Fransisco, 24-10-45, setelah Konfrensi Dumbatan Oaks. Anggota terdiri dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di

BAB I PENDAHULUAN. yaitu di daerah Preah Vihear yang terletak di Pegunungan Dangrek. Di BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Thailand dan Kamboja merupakan dua negara yang memiliki letak geografis berdekatan dan terletak dalam satu kawasan yakni di kawasan Asia Tenggara. Kedua negara ini

Lebih terperinci

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara

2 2. Undang-Undang Nomor 37 Tahun 1999 tentang Hubungan Luar Negeri (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 156, Tambahan Lembaran Negara LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.175, 2015 Pertahanan. Misi Pemeliharaan Perdamaian. Pengiriman. PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 86 TAHUN 2015 TENTANG PENGIRIMAN MISI PEMELIHARAAN PERDAMAIAN

Lebih terperinci

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi

BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA. A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi BAB IV DAMPAK PENGGUNAAN DIPLOMASI DALAM PENYELESAIAN KONFLIK INDONESIA BELANDA A. Peran Dunia Internasional dalam Diplomasi Perundingan yang dilakukan pemimpin Republik Indonesia bertujuan untuk menciptakan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA

KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/ TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA KEPUTUSAN BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA NOMOR : KEP 02/BAPMI/11.2009 TENTANG PERATURAN DAN ACARA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA BADAN ARBITRASE PASAR MODAL INDONESIA Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka

BAB I PENDAHULUAN. wanita telah sepakat untuk melangsungkan perkawinan, itu berarti mereka BAB I 10 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Prinsip perkawinan adalah untuk selamanya dengan tujuan kebahagiaan dan kasih sayang yang kekal dan abadi, sebagaimana yang terdapat dalam QS An-Nahl ayat

Lebih terperinci

LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT

LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1961 TENTANG PERSETUJUAN ATAS TIGA KONVENSI JENEWA TAHUN 1958 MENGENAI HUKUM LAUT KONVENSI MENGENAI PENGAMBILAN IKAN SERTA HASIL LAUT DAN PEMBINAAN

Lebih terperinci

ABSTRAK SKRIPSI OIEH VIVIN ELVINA NRP TITIIAUIII YURIDIS GAGATIIYA I(OIIIRAK UTIRTITBT TAI(UITIS HUI(UM UIIIVERSIIAS SURABATI

ABSTRAK SKRIPSI OIEH VIVIN ELVINA NRP TITIIAUIII YURIDIS GAGATIIYA I(OIIIRAK UTIRTITBT TAI(UITIS HUI(UM UIIIVERSIIAS SURABATI TITIIAUIII YURIDIS GAGATIIYA I(OIIIRAK UTIRTITBT TERHADAP PERDISIRIBUSIA]I TEI IDE ABSTRAK SKRIPSI OIEH VIVIN ELVINA NRP 2880217 t{rrm E8. 7. 004. 12021. 06140 TAI(UITIS HUI(UM UIIIVERSIIAS SURABATI SUNIBATA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah

BAB I PENDAHULUAN. Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pada tanggal 17 Februari 2008 yang lalu, parlemen Kosovo telah memproklamasikan Kosovo sebagai Negara merdeka, lepas dari Serbia. Sebelumnya Kosovo adalah

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1957 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN PERBURUHAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1957 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN PERBURUHAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 1957 TENTANG PENYELESAIAN PERSELISIHAN PERBURUHAN Menimbang: bahwa sudah tiba waktunya untuk mengganti Undang-undang Darurat No. 16 tahun 1951 tentang Penyelesaian

Lebih terperinci

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 1977 PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang : bahwa dalam rangka persidangan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke XXXII di New York, yang akan

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN SAHAM SEBAGAI AGUNAN KREDIT

TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN SAHAM SEBAGAI AGUNAN KREDIT TINJAUAN YURIDIS PELAKSANAAN SAHAM SEBAGAI AGUNAN KREDIT ABSTRAK SKRIPSI Oleh: PUTU SARI ATI N R P 287049 NIRM 87. 7. OO4. r202t. 10560 FAKULTAS HUKUM UNIVERSITA SURABAYA SUBABAYA 1994 SurabaYa ' Mahas

Lebih terperinci

KOMENTAR UMUM no. 08

KOMENTAR UMUM no. 08 1 KOMENTAR UMUM no. 08 KAITAN ANTARA SANKSI EKONOMI DENGAN PENGHORMATAN TERHADAP HAK- HAK EKONOMI, SOSIAL DAN BUDAYA Komite Persatuan Bangsa-bangsa untuk Hak-hak Ekonomi, Sosial dan Budaya E/C.12/1997/8

Lebih terperinci

FAI(UITAS HUtruil UilIVERSIIIS SURABAYA SURTBAYT t993

FAI(UITAS HUtruil UilIVERSIIIS SURABAYA SURTBAYT t993 AIIATISIS IERHADAP TAIIAH DAII BAI{GUIIAII YA}IG DIIAIIIKAII IAMtlIAlI(REDIT KEPADA IIUT BAIIfi YA]IG BERBEDA ABSTRAK SKRIPSI OLCH KARIITA RATNAWATI8.8. rnp 2160008 iltrm tg 7. 004. t20ilt. 6iloo4 FAI(UITAS

Lebih terperinci

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011 Senin, 14 Februari 2011 PIDATO DR. R.M MARTY M. NATALEGAWA MENTERI LUAR NEGERI REPUBLIK INDONESIA SELAKU

Lebih terperinci

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF

BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF BADAN YUDIKATIF, BADAN LEGISLATIF DAN BADAN EKSEKUTIF Oleh Kelompok 3 : Tondy Nugroho 153112350750001 Umayah Arindah 153112350750002 Mario Risdantino M. 153112350750005 Ketua Kelompok Tri Nadyagatari 153112350750006

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Shimoda 1855 adalah perjanjian resmi pertama Rusia-Jepang

BAB I PENDAHULUAN. Perjanjian Shimoda 1855 adalah perjanjian resmi pertama Rusia-Jepang 8 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perjanjian Shimoda 1855 adalah perjanjian resmi pertama Rusia-Jepang mengenaistatus Sakhalin dan Kepulauan Kuril. Pasal 2 Perjanjian Shimoda yang menjelaskan perjanjian

Lebih terperinci

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan

91 menganut prinsip penyeleasaian sengketa dilakukan dengan jalan damai maka ASEAN berusaha untuk tidak menggunakan langkah yang represif atau dengan BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Melalui penelitian mengenai peran ASEAN dalam menangani konflik di Laut China Selatan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Sengketa di Laut China Selatan merupakan sengketa

Lebih terperinci

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177)

K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) K177 Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 1 K177 - Konvensi Kerja Rumahan, 1996 (No. 177) 2 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi

A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi BAB IV ANALISIS A. Analisis Proses Pelaksanaan Mediasi di Pengadilan Agama Purwodadi Berdasarkan apa yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya dapat diketahui bahwa secara umum mediasi diartikan sebagai

Lebih terperinci

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-4

PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-4 PENDIDIKAN PANCASILA DAN KEWARGANEGARAAN by DANIEL ARNOP HUTAPEA, S.Pd PERTEMUAN KE-4 UPAYA PENEGAKKAN HAM Dalam proses penegakan HAM sangat mempertimbangkan dua hal di bawah ini: a. Kedudukan negara Indonesia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Subyek hukum internasional dapat diartikan sebagai pemegang hak dan kewajiban berdasarkan Hukum Internasional. 1 Diantara subyek hukum internasional salah satunya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tentara Nasional Indonesia (TNI) adalah tiang penyangga kedaulatan Negara yang bertugas untuk menjaga, melindungi dan mempertahankan keamanan serta kedaulatan

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK

PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL. Yati Nurhayati ABSTRAK PENEGAKAN HUKUM PENYELESAIAN SENGKETA KETENAGAKERJAAN MELALUI PERADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL Yati Nurhayati ABSTRAK Permasalahan perburuhan yang terjadi antara pekerja dan pengusaha atau antara para pekerja

Lebih terperinci

4/8/2013. Mahkamah Pidana Internasional

4/8/2013. Mahkamah Pidana Internasional Mahkamah Pidana Internasional Sekilas tentang Mahkamah Pidana Internasional (ICC) Mahkamah Pidana Internasional (International Criminal Court - ICC) didirikan berdasarkan Statuta Roma tanggal 17 Juli 1998,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap Negara dapat dipastikan harus selalu ada kekuatan militer untuk mendukung dan mempertahankan kesatuan, persatuan dan kedaulatan sebuah negara. Seperti

Lebih terperinci

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN

KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN KISI-KISI HUKUM KETENAGAKERJAAN BAB 1 PERJANJIAN KERJA 1.1. DEFINISI Pasal 1 UU No. 13/2003 14. Perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja / buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat

Lebih terperinci

SURABAYA t993 FAKI.'I.TAS HUKI'M UNIVERSITAS ET. RAEAYA. PERilillluil8til ilut(ut BA0t lltyest0t ASSTRAK SKRIPSI HENDRAWAN

SURABAYA t993 FAKI.'I.TAS HUKI'M UNIVERSITAS ET. RAEAYA. PERilillluil8til ilut(ut BA0t lltyest0t ASSTRAK SKRIPSI HENDRAWAN PERilillluil8til ilut(ut BA0t lltyest0t IERiltDAP PR0SES til$ Srilt U BURST IFET SURABAYI ASSTRAK SKRIPSI EDY ttlrp nm OLEH HENDRAWAN 28!@Ot 8t.7.00a. t2el.ocl$ FAKI.'I.TAS HUKI'M UNIVERSITAS ET. RAEAYA

Lebih terperinci

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait

BAB III. PENUTUP. internasional dan merupakan pelanggaran terhadap resolusi-resolusi terkait BAB III. PENUTUP A. KESIMPULAN Berdasarkan apa yang telah disampaikan dalam bagian pembahasan, maka dapat ditarik suatu kesimpulan sebagai berikut. Dewan Keamanan berdasarkan kewenangannya yang diatur

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI

TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI TINJAUAN YURIDIS TENTANG PENYELESAIAN SENGKETA PERDATA MELALUI PERDAMAIAN MEDIASI (Studi Kasus di Pengadilan Negeri Surakarta) Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Mencapai Derajat

Lebih terperinci

Resolusi yang diadopsi tanpa mengacu pada komite Pertanyaan dipertimbangkan oleh Dewan Keamanan pada pertemuan 749 dan750, yang diselenggarakan pada 30 Oktober 1956 Resolusi 997 (ES-I) Majelis Umum, Memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hubungan pergaulan masyarakat internasional, kerjasama antar negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. Namun demikian,

Lebih terperinci

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI. Dewi Triwahyuni

PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI. Dewi Triwahyuni PENYELESAIAN SENGKETA INTERNASIONAL SECARA DAMAI Dewi Triwahyuni DASAR HUKUM Pencegahan penggunaan kekerasan atau terjadinya peperangan antar negara mutlak dilakukan untuk terhindar dari pelanggaran hukum

Lebih terperinci

IAIIOCUIIG GUGAI PEIIGGUIIAAII IIEREK UilIUTI DIKEIIAT IIASYARAI$ DITIN AU DARI UltDAilC UilDAltG lt0ill0r 19 lallull 1992

IAIIOCUIIG GUGAI PEIIGGUIIAAII IIEREK UilIUTI DIKEIIAT IIASYARAI$ DITIN AU DARI UltDAilC UilDAltG lt0ill0r 19 lallull 1992 IAIIOCUIIG GUGAI PEIIGGUIIAAII IIEREK UilIUTI DIKEIIAT IIASYARAI$ DITIN AU DARI UltDAilC UilDAltG lt0ill0r 19 lallull 1992 ABSTRAK SKRIPSI O teh FENNY SETIONO N R P 28ao222 illrm t8. 7. 004. 12021. 06143

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban

BAB I PENDAHULUAN. Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Hukum Humaniter Internasional bertujuan untuk memanusiawikan perang agar korban akibat perang seminimal mungkin dapat dikurangi. Namun implementasinya,

Lebih terperinci

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida

Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida Konvensi tentang Pencegahan dan Penghukuman Kejahatan Genosida Disetujut dan diusulkan untuk penandatanganan dan ratiftkasi atau aksesi dengan resolusi Majelis Umum 260 A (HI), 9 December 1948 Negara-negara

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai. perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan kesimpulan dari pembahasan di atas mengenai perlindungan pihak ICRC ditinjau dari Konvensi Jenewa 1949 dan Protokol tambahannya serta sumber hukum lain yang menguatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Negara sebagai suatu organisasi kekuasaan tertinggi memiliki peran penting dalam melindungi hak-hak warga negaranya. Dalam menjalankan perannya tersebut, negara

Lebih terperinci

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Anggaran Dasar Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH Bahwa kebebasan berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat adalah salah satu hak asasi manusia yang sangat

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membuat UU. Sehubungan dengan judicial review, Maruarar Siahaan (2011: 34 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Judicial Review Kewenangan Judicial review diberikan kepada lembaga yudikatif sebagai kontrol bagi kekuasaan legislatif dan eksekutif yang berfungsi membuat UU. Sehubungan

Lebih terperinci

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000

K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 K 183 KONVENSI PERLINDUNGAN MATERNITAS, 2000 2 K-183 Konvensi Perlindungan Maternitas, 2000 Pengantar Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) merupakan merupakan badan PBB yang bertugas memajukan kesempatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah bagian dari penerus generasi muda yang merupakan faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita perjuangan bangsa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang

BAB I PENDAHULUAN. dan keadilan, Sehingga secara teoritis masih diandalkan sebagai badan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keadilan merupakan salah satu kebutuhan dalam hidup manusia. kedudukan peradilan dianggap sebagai pelaksanaan kehakiman yang berperan sebagai katup penekan atas segala

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing.

BAB I. PENDAHULUAN. bangsa Indonesia setelah lama berada di bawah penjajahan bangsa asing. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proklamasi kemerdekaan Indonesia tanggal 17 Agustus 1945 yang diucapkan oleh Soekarno Hatta atas nama bangsa Indonesia merupakan tonggak sejarah berdirinya

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN OLEH TERORIS,

Lebih terperinci

BAB II KEDUDUKAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA- BANGSA DALM HUKUM INTERNASIONAL

BAB II KEDUDUKAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA- BANGSA DALM HUKUM INTERNASIONAL BAB II KEDUDUKAN DEWAN KEAMANAN PERSERIKATAN BANGSA- BANGSA DALM HUKUM INTERNASIONAL A. Sejarah terbentuknya Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa Munculnya keinginan bersama untuk membentuk suatu

Lebih terperinci

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia 3 Perbedaan dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia Bagaimana Ketentuan Mengenai dalam tentang Pengadilan Hak Asasi Manusia? Menurut hukum internasional, kejahatan

Lebih terperinci

DRAFT PERATURAN KELEMBAGAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA BAB I KETENTUAN UMUM

DRAFT PERATURAN KELEMBAGAAN KELUARGA MAHASISWA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA BAB I KETENTUAN UMUM KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM DEWAN MAHASISWA Sekretariat : Jl. Ir. Sutami 36 A Surakarta 57126 DRAFT PERATURAN

Lebih terperinci

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN CONVENTION ON THE PROHIBITION OF THE DEVELOPMENT, PRODUCTION, STOCKPILING AND USE OF CHEMICAL WEAPONS AND ON THEIR DESTRUCTION

Lebih terperinci

POKOK-POKOK HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL

POKOK-POKOK HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL Seri Kursus HAM untuk Pengacara XI Tahun 2007 POKOK-POKOK HUKUM HAK ASASI MANUSIA INTERNASIONAL Rudi. M Rizki, SH, LLM Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat Jl Siaga II No 31 Pejaten Barat, Jakarta 12510

Lebih terperinci

ARTIKEL 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN

ARTIKEL 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN Artikel I. Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 2004 Kekuasaan ARTIKEL 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2004 TENTANG KEKUASAAN KEHAKIMAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN

Lebih terperinci

Sejarah Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia telah diadopsi ole

Sejarah Konvensi menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia telah diadopsi ole Konvensi Menentang Penyiksaan dan Perlakuan atau Hukuman lain yang Kejam, Tidak Manusiawi atau Merendahkan Martabat Manusia I Made Agung Yudhawiranata Dermawan Mertha Putra Sejarah Konvensi menentang Penyiksaan

Lebih terperinci

TIIIIAUAII YURIDIS IERITI AP IGiIERDEKAAII AFRII$ BARAT DTYA ( ilalrllbla ) DATAM HUt(Utrl t]tierlrast( ilat ABSTRAK SKRIPSI

TIIIIAUAII YURIDIS IERITI AP IGiIERDEKAAII AFRII$ BARAT DTYA ( ilalrllbla ) DATAM HUt(Utrl t]tierlrast( ilat ABSTRAK SKRIPSI TIIIIAUAII YURIDIS IERITI AP IGiIERDEKAAII AFRII$ BARAT DTYA ( ilalrllbla ) DATAM HUt(Utrl t]tierlrast( ilat ABSTRAK SKRIPSI OIEH ERLIN SOEPAI il R P 2Jtorr r iltnlt t,7.00+120tr.to8ao FAI(ULIIS flutuil

Lebih terperinci