BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
|
|
- Sonny Rachman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era globalisasi ini, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang semakin canggih memberikan segala bentuk kemudahan bagi manusia dalam menjalankan kegiatan atau aktivitasnya sehari-hari. Sebut saja fasilitas seperti lift, elevator, sepeda motor, mobil, mesin cuci, dan masih banyak lagi. Dengan kondisi tersebut manusia seakan dimanjakan dengan kecanggihan alat-alat teknologi sehingga menjadikan manusia semakin malas untuk bergerak aktif. Padahal dengan bergerak aktif dan melakukan aktivitas fisik secara rutin dapat menjaga kesehatan, tentu saja semua orang mendambakan tubuh yang sehat. Menurut badan kesehatan dunia atau world health organization (WHO), pengertian sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental, dan kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Dunia kerja dan pendidikan juga sangat dimudahkan dengan adanya komputer dan laptop dalam mempermudah proses pembelajaran, pengerjaan tugas maupun dalam hal pembuatan dokumen dalam pekerjaan. Namun aktivitas kerja yang berlebihan akan menimbulkan efek buruk kepada pekerja, seperti keluhan pada sistem otot (musculoskeletal) berupa keluhan rasa sakit, nyeri, pegal-pegal dan lainnya, keluhan juga terjadi pada jaringan tubuh lainnya seperti tendon, pembuluh darah, saraf dan lainnya yang disebabkan oleh aktivitas kerja. Berdasarkan lokasi keluhan yang sering timbul pada pekerja adalah nyeri punggung, nyeri leher, nyeri pada pergelangan tangan, siku dan kaki (Departemen Kesehatan, 2004). Pusat kesehatan kerja menyatakan tiga pertimbangan utama terjadinya gangguan leher pada waktu kerja, yaitu (1) beban pada struktur leher dalam waktu yang lama berkaitan dengan tuntutan yang tinggi dari pekerjaan dan kebutuhan stabilisasi daerah leher dan bahu dalam bekerja, (2) secara 1
2 2 psikologis pekerjaan dengan konsentrasi tinggi, tuntutan kualitas dan kuantitas secara umum mempengaruhi otot leher, (3) discus dan sendi pada leher sering mengalami perubahan degeneratif yang prevalensinya meningkat sesuai umur (Departemen Kesehatan, 2004). Nyeri leher juga menyebabkan tingkat morbiditas yang cukup tinggi yang berakibat terjadinya penurunan produktivitas kerja dan aktivitas seharihari. Berbagai jenis pekerjaan dapat mengakibatkan nyeri leher terutama selama bekerja dengan posisi tubuh yang salah sehingga membuat leher berada dalam posisi tertentu dalam jangka waktu lama seperti pekerja yang sepanjang hari hanya duduk bekerja dengan komputer dan para pelajar yang sering membawa tas dengan beban yang berat. Sindrom nyeri myofasial adalah salah satu gangguan umum nyeri muskuloskeletal yang mempengaruhi hampir 95% dari orang dengan gangguan nyeri kronis dan merupakan temuan umum, khususnya dalam pusat manajemen nyeri (Shah et al, 2008). Penelitian yang dilakukan oleh Dommerholt, et al (2006) menunjukkan keluhan-keluhan nyeri yang dialami oleh klien banyak berhubungan dengan trigger points. Sedangkan studi yang dilakukan oleh Simons (2002) mengatakan bahwa 98% kondisi nyeri terdapat pada musculoskeletal yang berasal dari otot yang sering mengacu pada fibromyalgia syndrome (FS) dan myofascial trigger point syndrome (MTrPs) yang terdapat dalam serabut otot. Studi lain menjelaskan bahwa orang dengan mechanical neck pain lebih relevan secara klinis mengalami MTrPs pada otot upper trapezius, sternocleidomastoid, levator scapulae, dan suboccipital dibandingkan dengan kelompok orang yang sehat. (Fernandez et al, 2006) Simons (2002) menunjukkan bahwa 13 orang pada 8 daerah otot yang diteliti hanya satu orang yang tidak memiliki trigger point, 12 orang memiliki trigger point pada 8 daerah otot dengan penyebaran yang berbeda-beda. Melihat hal tersebut ternyata setiap orang sesungguhnya memiliki potensi trigger points baik bersifat aktif maupun pasif (laten). Penelitian yang dilakukan oleh Gerwin, et al (2004) terhadap 1504 sampel yang dipilih secara
3 3 random dengan usia tahun ditemukan 37% pria dan 65% wanita mengalami nyeri sindroma myofasial yang terlokalisir. Belum ada data yang pasti untuk prevalensi kasus myofascial trigger point syndrome (MTrPs) di Indonesia, namun sebuah penelitian yang dilakukan di Jakarta terhadap 179 pekerja industri dan kantoran, 44 orang (17.93%) diantaranya mengalami masalah occupational overuse syndrome (OOS). Istilah OOS sendiri digunakan sebagai penggolongan dari beberapa penyakit yang diakibatkan oleh faktor pekerjaan. OOS biasanya terjadi pada pekerja yang menggunakan struktur otot, tulang, dan tendon secara berlebihan pada bagianbagian tubuh mereka, salah satu contohnya adalah MTrPs. Dan hasil penelitian juga menyatakan, dari 44 orang yang mengalami OOS tersebut sebanyak 34.1% positif mengalami MTrPs atau sekitar 6.72 % dari jumlah seluruh populasi. (Harrianto, 2006) MTrPs adalah sebuah spot kecil yang hiperiritasi, memusat, yang timbul di dalam taut band otot skeletal yang mengalami cidera atau beban kerja yang berlebihan dan terus menerus (statis). Penekanan spot ini menimbulkan nyeri setempat dan memberikan nyeri rujukan yang spesifik beserta fenomena otonomik dan disfungsi motorik dan sensorik. (Ward, 2003). MTrPs diklasifikasikan menjadi aktif dan laten MTrPs. Aktif MTrPs adalah MTrPs yang bersifat symptomatic, dapat memicu nyeri lokal atau menjalar dan parestesia. Sedangkan laten MTrPs bersifat asymptomatic yang artinya tidak memicu rasa nyeri tanpa dirangsang terlebih dahulu. (Simons and Travell, 1999). MTrPs pada otot levator scapulae adalah penyebab umum dari nyeri leher (neck pain) atau nyeri leher dan bahu serta merupakan penyebab utama terjadinya kaku leher (stiff neck) yang ditandai dengan penurunan kemampuan rotasi leher ke arah yang berlawanan (Travell and Simons, 1999). Tanda khas MTrPs adalah penurunan kekuatan otot yang berlangsung tiba-tiba, hal ini secara klinis berkaitan dengan trigger point (TP) dalam otot. Jika TP dilatenkan secara instan maka kekuatan otot akan kembali pulih, hal ini
4 4 diduga akibat inhibisi komponen motorik yang reversibel berasal dari level medulla spinalis (Gerwin, et al, 2004). Janda pada tahun 1993 menyatakan dengan palpasi yang tersistemik akan bisa membedakan antara spame otot dan myofascial taut band walaupun tanpa tenderness otot adalah tanda utama dalam membedakan antara MTrPs dengan gangguan otot lainnya, pada tenderness yang muncul akibat MTrPs tidak bisa muncul tanpa keberadaan taut band. Taut band akan dirasakan sebagai kekerasan yang abnormal dari sebuah atau beberapa serabut otot saat dipalpasi. Trigger point dalam sebuah taut band akan bisa dirasakan dengan tehnik flat palpation maupun pincer palpation otot yang dapat terindentifikasi. Jika ditemukan trigger point maka langkah selanjutnya dilakukan tes untuk melihat atau menimbulkan local twitch response (LTR) pada taut band dengan cara mengetuk tegak lurus pada trigger point dengan ketukan memantul (Gemmell, et al, 2008). Penanganan MTrPs memerlukan kajian yang mendalam agar berhasil secara optimal. Kajian tersebut harus dilakukan mulai dari pemeriksaan spesifik sesuai dengan jaringan terkait hingga penerapan intervensi. Sehingga sebagai seorang fisioterapi yang menangani gangguan gerak dan fungsi yang berhubungan dengan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif harus memiliki kemampuan untuk melakukan pemeriksaan spesifik sesuai dengan gangguan neuro-musculo-sceletal-vegetative-mechanism (NMSVM) dan target jaringan spesifik. Fisioterapis dapat menegakkan diagnosa dan intervensi yang tepat sesuai patologi yang ditangani. Peran fisioterapi untuk memulihkan, memelihara, dan meningkatkan gerak fungsional dapat terwujud sesuai dengan definisi fisioterapi yang tercantum dalam PERMENKES No.65 Tahun 2015 tentang Standar Pelayanan Fisioterapi, yang berbunyi: Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara, dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak,
5 5 peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanik), pelatihan fungsi, dan komunikasi. Intervensi fisioterapi sangat berguna dalam upaya penanganan kondisi MTrPs pada otot trapesius bagian atas, diantaranya adalah intervensi integrated neuromusculer inhibition techniques (INIT), myofascial release dan modalitas ultrasound. Myofascial release (MFR) adalah kumpulan dari berbagai metode pendekatan dan tehnik yang berfokus untuk membebaskan keterbatasan gerakan yang berasal dari gangguan pada jaringan lunak tubuh. Manfaat dari tehnik MFR ini beragam. Efek secara langsung pada tubuh mencakup pada efek mengurangi nyeri, memberikan fleksibitas yang lebih besar dan meningkatkan kebebasan gerak yang lebih tinggi sampai kepada hal yang lebih spesifik seperti perbaikan postur. Secara tidak langsung MFR berperan dalam pelepasan respon emosional, relaksasi dan hubungan perasaan yang mendalam. MFR sebaiknya tidak dipandang sebagai suatu tehnik khusus, tetapi dipahami sebagai pendekatan yang berfokus pada tujuan dengan prinsip utama adalah keterbatasan jaringan lunak dan interaksi dua arah antara gerakan dan postur (Grant, et al, 2009). Tehnik myofascial release (MFR) bersifat efektif, lembut dan menggunakan manual handling atau tangan untuk memobilisasi jaringan lunak. Dikembangkan oleh Barnes (1991), yang melibatkan aplikasi tehnik penekanan secara lembut pada area subkutan dan jaringan ikat miofasial. Tujuan dari MFR adalah untuk melepaskan adhesion atau perlengketan pada fasia dan memperbaiki jaringan lunak. Tehnik MFR dipergunakan untuk meringankan penekanan yang terjadi pada ikatan fibrosa di jaringan lunak atau fasia. MFR juga dapat disebut sebagai tehnik untuk menambah kemampuan restoratif tubuh dengan cara meningkatkan sirkulasi dan sistem transmisi saraf. Tehnik dengan mempergunakan beban tekanan rendah dan stretching secara bertingkat ini membuat fasia akan berelongasi, relaks dan juga mengakibatkan peningkatan
6 6 lingkup gerak sendi, menambah fleksibilitas dan mengurangi nyeri (Shah, et al, 2012). Selain menggunakan teknik myofascial release sebagai intervensi fisioterapi dalam menurunkan nyeri leher akibat trigger point, terdapat juga integrated neuromusculer inhibition techniques (INIT) yang dapat digunakan memanjangkan atau mengulur stuktur jaringan lunak (soft tissue) seperti otot, fasia, tendon, dan ligamen yang memendek secara patologis sehingga dapat meningkatkan lingkup gerak sendi (LGS) dan mengurangi nyeri akibat spasme, pemendekan otot, atau akibat fibrosis. INIT digunakan untuk menonaktifkan trigger point, dengan urutan tehnik penerapan yang meliputi: inhibisi atau kompresi iskemik, kemudian lakukan positional release untuk mendorong muscle spindle merelease atau melepaskan tonus otot yang berlebihan, dilanjutkan dengan kontraksi isometrik pada jaringan yang tepat untuk melokalisir trigger point, peregangan pasif dari jaringan lokal, peregangan aktif dan pasif dari seluruh otot dengan prinsip muscle energy technique (MET), dan aktivasi otot antagonis dapat digunakan untuk menyelesaikan tahapan penerapan INIT. Dapat disimpulkan bahwa pendekatan ini mencakup tiga metode, yaitu ischemic compression, positional release, diikuti oleh peregangan isometrik secara bertingkat. Tahapan tersebut merupakan cara yang signifikan dalam menonaktifkan trigger point yang terdapat dalam suatu jaringan. (Leon Chaitow, 2003) Menurut Chaitow (2003), integrated neuromusculer inhibition techniques (INIT) adalah suatu teknik latihan yang menggabungkan antara motor poin pressure atau ischemic compression, perubahan posisi pasif dan aktif secara bertahap dengan memfasilitasi antagonis dan latihan ini diberikan pada kondisi nyeri leher lokal tanpa disertai gangguan neurologis serta terbukti efektif mengobati MTrPs. Ultrasound (US) merupakan gelombang suara dengan vibrasi akustik pada frekuensi lebih dari Hz (Young, 2010). US merupakan sumber fisis yang menimbulkan efek fisiologis berupa efek thermal dan efek non
7 7 thermal. Salah satu keuntungan US adalah dapat memberikan panas pada jaringan yang lebih dalam (deep heating), sehingga jika gelombang US masuk ke dalam tubuh maka akan menimbulkan peregangan dan pelunakan dalam jaringan (Young 2010). US dapat melancarkan sirkulasi dan metabolisme jaringan dengan reaksi inflamasi yang ditimbulkan, sehingga mengoptimalkan proses penyembuhan luka fase awal dan akhir peradangan, merangsang produksi collagen dan cartilage serta rileksasi otot yang tegang atau memendek (Young, 2010). Dari pemaparan diatas maka penulis tertarik untuk mengkaji dan meneliti dalam bentuk penelitian skripsi dengan judul Perbedaan efek antara Integrated Neuromuscular Inhibition Technique (INIT) dengan Myofascial Release terhadap nyeri dan disabilitas kasus Myofascial Trigger point Syndrome Otot Levator Scapulae. B. Identifikasi Masalah Diagnosis sindroma miofasial harus ditegakkan dengan benar sebab seringkali menyerupai sindrom radikulopati servikal atau sindrom faset servikal. Sindrom ini juga dikenal sebagai fibrositis atau fibromiositis (Tulaar, 2008). Adapun cara pemeriksaan yang dilakukan untuk membedakan patologi sindroma miofasial dengan patologi lain ialah dengan melakukan palpasi otot dimana akan dijumpai taut band, twisting, trigger point serta nyeri menjalar apabila dilakukan penekanan yang terlalu besar pada otot yang bersangkutan. Sedangkan pada kondisi lain seperti fibromyalgia akan ditemui adanya spasme dan tenderness. Perbedaan yang nyata antara tender point dan trigger point adalah pada nyeri yang diakibatkan oleh tender point bersifat lokal atau nyeri menyebar di daerah lokal titik nyeri. Sedangkan nyeri trigger point bersifat lokal dan dapat menyebar ke daerah yang jauh dari titik nyeri, melalui mekanisme segmental. Tender point timbul didearah sekitar insertio otot skeletal sedangkan trigger point tumbuh dalam taut band muscle belly otot.
8 8 Pada skripsi ini, penulis akan spesifik pada otot levator scapulae. Otot levator scapulae merupakan jenis tipe otot tonik yang fungsi utamanya adalah mempertahankan posisi dan mengelevasi os.scapula. Otot ini juga bekerja secara konstan bersama-sama dengan otot upper trapezius, neck muscles group, dan otot aksioscapular lain yang memfiksasi dan menstabilisasi leher termasuk mempertahankan postur cervical spine dan kepala yang cenderung jatuh ke depan karena adanya kekuatan gravitasi dan berat kepala itu sendiri. Stres dan ketegangan yang menetap saat posisi bahu terangkat, dapat meningkatkan ketegangan pada otot ini, Sikap tubuh yang buruk (poor posture) juga bisa menjadi salah satu faktor pencetus. Ketika trigger point terbukti ada dalam otot ini, maka akan terasa sangat nyeri dan menyakitkan. Otot levator scapulae biasanya positif mengalami trigger point apabila kita tidak dapat melakukan gerak memutar kepala, dalam hal ini, arah putaran yang tidak bisa dilakukan adalah sisi yang bermasalah dan kemungkinan terdapat trigger point. Trigger point di otot ini juga dapat membuat rasa sakit dan kekakuan sepanjang leher dan tepi sebelah medial atas dari os. scapula. Dalam penegakan diagnosa myofascial trigger point syndrome (MTrPs) otot levator scapulae merupakan suatu gangguan lokal pada otot levator scapulae berupa adanya trigger point yang timbul dari taut band membentuk seperti jalinan tali dan lunak ketika disentuh atau dipalpasi. Hal ini akan menimbulkan efek ketegangan pada otot tersebut dan dirasakan nyeri menjalar (reffered pain) dengan pola spesifik yaitu sepanjang leher bagian belakang sebelah lateral, punggung atas, bahu dan pundak. Dengan keluhan seperti pegal dan nyeri pada leher bagian belakang sebelah lateral hingga menjalar ke bagian pundak dan punggung atas, kaku pada leher (stiff neck), kesulitan menggerakkan kepala ke satu sisi, dan susah untuk mengelevasi scapula. Sehingga sangat memungkinkan terjadinya peningkatan disabilitas regio leher dan pundak. Menegakkan diagnosis MTrPs pada otot levator scapulae meliputi anamnesis, inspeksi, flat palpation dan pincer palpation, ketukan, tes gerak
9 9 dasar, tes khusus, lingkup gerak sendi (LGS), tes nyeri dan disabilitas dengan visual analog scale (VAS) dan neck disability index (NDI). Visual analog scale (VAS) digunakan untuk mengkategorikan level atau tingkat nyeri. VAS adalah sebuah garis horizontal sepanjang 10 cm atau 100 mm dengan kedua ujung deskriptor tidak ada rasa sakit dan kemungkinan nyeri terburuk. Subjek menunjukkan rasa sakit mereka dengan menempatkan garis vertikal pada titik yang mewakili gejala tingkat nyeri saat ini. VAS adalah alat ukur yang hasilnya valid dan dapat diandalkan, serta telah digunakan secara luas pada penelitian sakit atau nyeri leher Minimally clinically important change (MCIC) dari VAS telah diteliti pada pasien dengan acute low back pain. Hasilnya ditemukan bahwa perubahan terkecil yang mungkin terdeteksi dengan tingkat probabilitas sebesar 95% di luar pengukuran yang salah, yang diukur dengan menggunakan VAS pada pasien yang sama adalah 36.2 mm (95% confidence interval (CI) ) Neck disability index (NDI) yaitu suatu kuesioner pengukuran disabilitas dengan 10 item atau bagian yang meliputi intensitas nyeri, perawatan diri, aktifitas mengangkat, membaca, keluhan sakit kepala, konsentrasi, bekerja, mengendarai, tidur dan rekreasi. Nilai validitas dan reliabilitas dari NDI dipastikan melalui peer-review dan feed back atau umpan balik dari pasien. Test-retest reliability dilakukan pada 17 sampel pasien rawat jalan dengan kasus "whiplash" injured, menghasilkan signifikansi statistik yang baik (r Pearson = 0,89, p 0.05). Koefisien alpha dihitung dari kolom kuesioner yang diisi oleh 52 subjek menghasilkan total alpha indeks 0,80, dengan semua item memiliki nilai alpha individu di atas 0,75. Penelitian ini menunjukkan bahwa NDI mencapai tingkat kehandalan yang tinggi dan memiliki konsistensi internal. (Vernon & Mior, 1991). Hasil test-retest reliability untuk NDI dari penelitian lainnya adalah cukup tinggi (dengan koefisien korelasi intraclass (ICC) = 0,68; 95% confidence interval (CI) = 0,30-0,90). Perubahan terdeteksi minimal untuk NDI
10 10 adalah 10,2 dan perubahan minimally clinically important untuk NDI adalah 7.0 (Joshua Cleland et al, 2006) Pemeriksaan tambahan berupa faktor predisposisi MTrPs berasal dari mekanis, dan psikologi atau bahkan mungkin dari penyakit penyerta lainnya. Dimungkinkan tingkat keberhasilan tidak akan maksimal jika tidak melihat faktor yang memungkinkan, serta memastikan bahwa keluhan tersebut benarbenar akibat dari aktivasi trigger point. Pada kasus myofascial trigger point syndrome otot levator scapulae pemberian intervensi integrated neuromuscular inhibition technique (INIT), myofascial release, dan modalitas ultrasound sangat tepat diaplikasikan pada trigger point regio leher dan pundak, dimana dapat menurunkan disabilitas dan nyeri yang menjadi keluhan utama. Sehingga penurunan disabilitas dan nyeri pada regio tersebut, digunakan peneliti sebagai alat ukur untuk mendapatkan hasil pengukuran yang objektif dan dicapai dengan nilai validitas dan reliabilitas tinggi dengan menggunakan neck disability index (NDI) dan visual analog scale (VAS). C. Perumusan Masalah Berdasarkan penjelasan diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut : 1. Apakah ada efek intervensi kombinasi integrated neuromuscular inhibition technique dan US terhadap nyeri dan disabilitas leher pada kasus myofascial trigger point syndrome otot levator scapulae? 2. Apakah ada efek intervensi kombinasi myofascial release dan US terhadap nyeri dan disabilitas leher pada kasus myofascial trigger point syndrome otot levator scapulae?
11 11 3. Apakah ada perbedaan efek antara intervensi kombinasi integrated neuromuscular inhibition technique dan US dengan intervensi kombinasi myofascial release dan US terhadap nyeri dan disabilitas leher pada kasus myofascial trigger point syndrome otot levator scapulae? D. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui efek intervensi kombinasi integrated neuromuscular inhibition technique dan US terhadap nyeri dan disabilitas leher pada kasus myofascial trigger point syndrome otot levator scapulae. 2. Untuk mengetahui efek intervensi kombinasi myofascial release dan US terhadap nyeri dan disabilitas leher pada kasus myofascial trigger point syndrome otot levator scapulae. 3. Untuk mengetahui perbedaan efek antara intervensi kombinasi integrated neuromuscular inhibition technique dan US dengan intervensi kombinasi myofascial release dan US terhadap nyeri dan disabilitas leher pada kasus myofascial trigger point syndrome otot levator scapulae. E. Manfaat Penelitian 1. Manfaat bagi peneliti a. Meningkatkan pengetahuan dan kemampuan dengan mengkaji dan mengembangkan teori-teori yang telah diperoleh. b. Mengetahui penanganan yang tepat pada kasus ini serta mengetahui manfaat dari intervensi yang diberikan.
12 12 2. Manfaat bagi fisioterapis a. Dapat dijadikan bahan masukan dalam menentukan intervensi yang terkait dengan kasus myofascial trigger point syndrome. b. Menjadi pembanding dalam hasil pengukuran yang objektif terhadap intervensi yang diberikan untuk terus dikembangkan. 3. Manfaat bagi institusi pendidikan a. Dapat dijadikan bahan kajian untuk menambah wawasan dan kemampuan melalui teori-teori yang sudah ada. b. Sebagai referensi tambahan mengenai penanganan dan intervensi fisioterapi yang telah di teliti.
BAB I PENDAHULUAN. Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakekatnya manusia harus melakukan aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Melakukan aktivitas fisik dengan membiarkan tubuh bergerak secara aktif tentunya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang statis dan overload dalam waktu yang lama dapat menyebabkan ketenganan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Bekerja dan bersekolah merupakan beberapa aktivitas yang dilakukan oleh manusia dalam kesehariannya. Seperti Bekerja didepan komputer dengan posisi yang statis
Lebih terperinciBAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau
61 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Sindroma miofasial adalah kumpulan gejala dan tanda dari satu atau beberapa titik picu (trigger points) dan dicirikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya penggunaan komputer atau laptop di kalangan anak sekolah,
1 BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kemajuan teknologi pada era globalisasi saat ini sangat berkembang pesat dan membawa dampak besar terhadap gaya hidup manusia. Salah satunya adalah semakin banyaknya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejalan dengan perkembangan zaman yang semakin maju, berbagai macam teknologi telah digunakan untuk membuat segala pekerjaan menjadi lebih efisien. Komputer
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri sangat mempengaruhi setiap aktivitas. Menurut IASP (International
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Setiap manusia pasti pernah merasakan nyeri dan hal tersebut sangat mengganggu dalam aktivitas sehari-hari pada saat melakukan gerakan dan sangat membatasi fungsi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas merupakan kegiatan sehari-hari yang dilakukan seseorang dalam menjalankan kehidupannya. Aktivitas yang dilakukan seseorang dalam menjalankan kehidupannya sangat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Menuju Indonesia Sehat 2010 merupakan program pemerintah dalam mencapai tingkat derajad kesehatan masyarakat secara makro. Berbagai macam kondisi yang dapat
Lebih terperinciBlanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI)
Lampiran 1 Blanko Kuisioner Neck Disability Index (NDI) 1. Intensitas Nyeri a Saat ini saya tidak merasa nyeri (nilai 0) b. Saat ini nyeri terasa sangat ringan (nilai 1) c. Saat ini nyeri terasa ringan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam melakukan pekerjaan, seseorang atau sekelompok pekerja
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam melakukan pekerjaan, seseorang atau sekelompok pekerja beresiko mendapat kecelakaan ataupun penyakit akibat kerja. Penyakit akibat kerja merupakan penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini sangat berkembang pesat. Dimana sangat membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap gaya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ergonomi dan psikososial yang berdampak pada kesehatan pekerja.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bekerja merupakan salah satu dasar manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tuntutan pekerjaan kerap kali membuat manusia lupa akan batas kemampuan tubuhnya. Dunia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. umum dan untuk mencapai tujuan tersebut bangsa Indonesia melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu tujuan pembangunan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 adalah memajukan kesejahteraan umum dan untuk mencapai tujuan
Lebih terperinciMANFAAT LATIHAN STATIC ACTIVE STRETCHING DAN MC KENZIE LEHER PADA SINDROMA MIOFASIAL LEHER PENJAHIT
MANFAAT LATIHAN STATIC ACTIVE STRETCHING DAN MC KENZIE LEHER PADA SINDROMA MIOFASIAL LEHER PENJAHIT SKRIPSI DISUSUN SEBAGAI PERSYARATAN DALAM MERAIH GELAR SARJANA SAINS TERAPAN FISIOTERAPI Disusun oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berinteraksi, sesama manusia maupun lingkungan, baik secara langsung
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang satu sama lainnya saling berinteraksi, sesama manusia maupun lingkungan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, verbal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dan masih menjadi topik yang menarik untuk dibahas hingga saat ini. Seringkali
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri musculoskeletal adalah gejala yang paling sering dikeluhkan oleh pasien dan masih menjadi topik yang menarik untuk dibahas hingga saat ini. Seringkali nyeri musculoskeletal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otot leher punggung dan pinggang akibat sindroma miofasial, osteoarthrosis,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perubahan pola perkembangan penyakit, meningkatnya taraf hidup dan peningkatan layanan kesehatan mengakibatkan bergesernya pola perkembangan penyakit dari penyakit yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di zaman sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu pengetahuan misalnya, banyak sekali
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ekonomi. Manusia pertama kali akan berusaha memenuhi kebutuhan (Hariandja,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia sebagai tenaga kerja adalah pelaksana dalam sektor kegiatan ekonomi. Manusia pertama kali akan berusaha memenuhi kebutuhan (Hariandja, 2009). Kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, tingkat aktivitas masyarakat Indonesia semakin tinggi. Hal ini disebabkan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi sehingga
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. lingkup perkantoran biasanya sudah dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas serta
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada era modern seperti sekarang, banyak pekerjaan yang dilakukan oleh sebagian besar orang, salah satunya adalah sebagai Pegawai Negeri Sipil. Dimana profesi sebagai
Lebih terperinciBAB VI PEMBAHASAN. memiliki rerata umur sebesar 36,65 ± 7,158 dan kelompok perlakuan
BAB VI PEMBAHASAN 6.1 Karakteristik Sampel Deskripsi sampel pada penelitian ini meliputi umur, jenis kelamin, dan disabilitas. Berdasarkan umur diperoleh data bahwa kelompok kontrol memiliki rerata umur
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. munculnya masalah tersebut, seseorang akan mengkompensasinya dengan
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas manusia tidak bisa terlepas dengan fungsi kaki. Dari bangun tidur sampai tidur lagi, fungsi kaki sangat berperan. Perjalanan seribu mil pun selalu dimulai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai penyakit, misalnya myalgia. menjadi kaku. Sama halnya yang terjadi pada saat bekerja perlu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rekreasi merupakan hal yang dibutuhkan semua orang. Dengan rekreasi dapat menyegarkan kembali pikiran dan fisik seseorang agar terhindar dari stres. Apabila seseorang
Lebih terperinciPENGURANGAN NYERI MENGGUNAKAN TERAPI INTEGRATED NEUROMUSCULAR TECHNIQUE DAN MASSAGE EFFLEURAGE PADA SINDROMA MYOFASCIAL OTOT TRAPESIUS ATAS
PENGURANGAN NYERI MENGGUNAKAN TERAPI INTEGRATED NEUROMUSCULAR TECHNIQUE DAN MASSAGE EFFLEURAGE PADA SINDROMA MYOFASCIAL OTOT TRAPESIUS ATAS Setiawan, M.Mudatsir Syatibi, Yoga Handita W Kementerian Kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. manusia tidak selektif dalam menjalani kehidupan sehari-hari akan mudah. dalam beradaptasi terhadap lingkungan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit yang terdapat di dunia saat ini sangatlah variasi dan berkembang seiring berkembangnya modernitas kehidupan dan yang pada akhirnya akan mempengaruhi pola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dimana dijumpai beraneka ragam jenis keluhan antara lain gangguan neuromuskular,
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hidup sehat adalah harapan setiap individu baik sehat fisik maupun psikis. Namun harapan tersebut kadang bertentangan dengan keadaan di masyarakat, dimana dijumpai
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut manusia melakukan macam aktivitas. Aktivitas yang sangat
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan membuat manusia dituntut untuk hidup lebih maju mengikuti perkembangan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut manusia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab 40% kunjungan pasien berobat jalan terkait gejala. setiap tahunnya. Hasil survei Word Health Organization / WHO
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri menurut International Association For Study Of Pain / IASP yang dikutuip oleh Kuntono, 2011 adalah suatu pengalaman sensoris dan emosional yang tidak menyenangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. meningkatnya aktifitas masyarakat diluar maupun didalam ruangan. melakukan atifitas atau pekerjaan sehari-hari.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Negara Indonesia merupakan negara dengan jumah penduduk yang memasuki peringkat 5 besar penduduk terbanyak didunia. Dengan banyaknya jumlah penduduk di Indonesia membuat
Lebih terperinciABSTRAK KOMBINASI INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUE
ABSTRAK KOMBINASI INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUE DAN ULTRASOUND LEBIH BAIK DARIPADA STRETCHING METODE JANDA DAN ULTRASOUND DALAM MENINGKATKAN ROM SERVIKAL PADA SINDROMA MIOFASIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tertentu dengan menggunakan bahan malam atau lilin melalui alat yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang kaya akan seni. Salah satu karya seni dari masyarakat Indonesia yang diwariskan secara turun-temurun adalah batik. Dalam Balai
Lebih terperinciVolume 1, No. 1 : 60 71, Juni 2013
PENURUNAN NYERI DAN DISABILITAS DENGAN INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUES (INIT) DAN MASSAGE EFFLEURAGE PADA MYOFASCIAL TRIGGER POINT SYNDROME OTOT TRAPESIUS BAGIAN ATAS By : Veni Fatmawati
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. langsung dan tidak langsung, kesehatan masyarakat juga perlu. With Low Back Pain : A Randomized Controllled Trial Bukti juga
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan dan keselamatan dalam bekerja sangat penting bagi masyarakat yang berkaitan dengan semua pekerjaan yang berhubungan dengan faktor potensial yang mempengaruhi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. barang, mencuci, ataupun aktivitas pertukangan dapat mengakibatkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktivitas sehari-hari tidak jarang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga, mengangkat barang, mencuci, ataupun aktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan komputer. Kebanyakan pengguna komputer tidak. yang berlebih pada otot-otot leher, pundak dan punggung atas.
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era globalisasi saat ini sangat berkembang pesat. Dimana sangat membawa dampak perubahan yang sangat besar terhadap gaya
Lebih terperinciBAB I. punggung bawah. Nyeri punggung bawah sering menjadi kronis, menetap atau. sehingga tidak boleh dpandang sebelah mata (Muheri, 2010).
BAB I A. Latar Belakang Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah suatu sindroma klinik yang ditandai dengan gejala utama adanya nyeri atau perasaan tidak enak di daerah tulang punggung bawah. Nyeri
Lebih terperinciPENGARUH PEMBERIAN ISCHEMIC COMPRESSION DAN STRETCHING TERHADAP PENURUNAN NYERI SINDROMA MIOFASIAL UPPER TRAPEZIUS PADA PENJAHIT WANITA
PENGARUH PEMBERIAN ISCHEMIC COMPRESSION DAN STRETCHING TERHADAP PENURUNAN NYERI SINDROMA MIOFASIAL UPPER TRAPEZIUS PADA PENJAHIT WANITA Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia dituntut untuk mengikuti perkembangan zaman. Oleh karena itu, manusia melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. masih mengalami pertumbuhan dan perkembangannya sehingga remaja berasal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia tidak terlepas dari masa remaja. Dalam masa ini, anak masih mengalami pertumbuhan dan perkembangannya sehingga remaja berasal dari kata latin adolance
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Selain kebutuhan primer ( sandang, pangan, papan) ada hal penting yang sangat dibutuhkan oleh kita agar dapat melaksanakan aktifitas sehari-hari, yaitu kesehatan. Sehat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hal yang amat penting dalam melakukan aktivitas fungsional sehari-hari. Dimana kesehatan merupakan suatu keadaan bebas dari penyakit,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di zaman globalisasi sekarang ini, ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang sangat pesat, bisa kita lihat di dalam perkembangan ilmu pengetahuan misalnya,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di era yang lebih maju dan berkembang disertai dengan peningkatan teknologi yang lebih modern masyarakat juga mengalami perubahan dan perilaku hidup, hal ini mengakibatkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah suatu keadaan bebas dari penyakit baik penyakit fisik maupun mental dan juga bebas dari kecacatan. Keadaan sehat bukanlah merupakan keadaan statis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengguna jasa asuransi kesehatan. Pengertian sehat sendiri adalah suatu kondisi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan kesehatan saat ini merupakan hal yang sangat penting dikarenakan meningkatnya jumlah pasien di rumah sakit dan meningkat juga pengguna jasa asuransi kesehatan.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknogi (IPTEK) pada zaman globalisasi telah berkembang sangat pesat. Hal tersebut menjadikan pekerjaan manusia lebih hemat waktu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. nyeri tak tertahankan, mempengaruhi tangan, punggung, leher, lengan, bahkan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Myalgia cervical atau sering dikenal dengan nyeri otot leher adalah suatu kondisi kronis dimana otot mengalami ketegangan atau terdapat kelainan struktural tulang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. aktifitas sehari- hari, beradaptasi dan berkontribusi di lingkungan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hidup sehat adalah tujuan semua orang. Salah satu yang mempengaruhi kualitas hidup individu adalah kondisi fisiknya sendiri. Sehingga manusia yang sehat sudah tentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang dinamis, dimana pada hakekatnya selalu bergerak dan beraktivitas dalam kehidupannya. Semua bentuk kegiatan manusia selalu memerlukan dukungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang sering digunakan untuk beraktivitas. Keluhan nyeri merupakan sensasi yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di era globalisasi saat ini mempengaruhi segala bidang, salah satunya adalah bidang kesehatan. Hal ini dapat dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sejak jaman dahulu. Kualitas hidup menjadi variabel perkembangan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia melakukan berbagai usaha untuk meningkatkan kualitas hidupnya sejak jaman dahulu. Kualitas hidup menjadi variabel perkembangan masyarakat yang terpenting dan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan tugas-tugasnya dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. sendi bahu dan mengakibatkan gangguan aktivitas fungsional.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik secara fisik, mental dan sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Dengan kondisi yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. itu gerak dan fungsi dari sendi bahu harus dijaga kesehatannya. tersebut, salah satu diantaranya adalah frozen shoulder.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu keadaan bebas dari penyakit, baik penyakit fisik maupun penyakit mental dan juga bebas dari kecacatan, sehingga keadaan tubuh secara biologis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan mobilisasi yang baik, tidak ada keluhan dan keterbatasan gerak terutama
1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG WHO menyatakan Health is a state of complete physical, mental and social well being and not merely the absence of deaseas or infirmity. Sehat adalah suatu keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. emosional setelah menjalani rutinitas yang melelahkan sepanjang hari. Hal
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fisioterapi adalah bentuk pelayanan yang di tunjukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bebas dari kecacatan sehingga untuk dapat melakukan aktivitas dalam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan merupakan satu hal yang sangat penting dalam kehidupan setiap makhluk Tuhan yang ada di dunia ini terutama manusia. Bagi manusia kesehatan mencakup
Lebih terperinciLampiran 1 Neck Pain Disability Index Questionnaire (Pre Treatment)
Lampiran 1 Neck Pain Disability Index Questionnaire (Pre Treatment) DIBACA: kuesioner ini digunakan untuk mengetahui pengukuran nyeri leher yang mempengaruhi kemampuan fungsional aktivitas sehari-hari.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi. kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas sehari-hari.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hal yang sangat penting dalam kehidupan di mana jika kesehatan terganggu maka akan dapat mempengaruhi kemampuan seseorang dalam melakukan aktifitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang satu sama lainnya saling
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan mahluk sosial yang satu sama lainnya saling berinteraksi, sesama manusia maupun lingkungan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, verbal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tersebut ringan atau berat sehingga dalam proses penyembuhan pasien. buruk dari rawat inap atau long bed rest.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkat pelayanan kesehatan di masyarakat saat ini semakin maju dan berkembang sesuai tuntutan dan kebutuhan masyarakat. Hal ini sebagai dampak dari perubahan pola penyakit-penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni salah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tubuh manusia dibentuk oleh struktur tulang belakang yang sangat kuat dimana berfungsi sebagai penyanggah berat badan, yang terdiri dari beberapa bagian yakni
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial budaya, ilmu pengetahuan
Lebih terperinciPENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI
PENGARUH TERAPI LATIHAN SETELAH PEMBERIAN TERAPI GABUNGAN ULTRASOUND DAN TENS PADA KONDISI OSTEOARTHRITIS LUTUT KRONIS SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana Sains
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sering di gunakan. Masalah pada pergelangan tangan sering dialami karena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tangan berfungsi sebagai instruksi gerakan tubuh dan pergelangan tangan sangat sering beraktifitas oleh karena itu perlu diperhatikan kondisi tangan dan pergelangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan. sehingga dengan demikian walaupun etiologi LBP dapat bervariasi dari yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain (LBP) merupakan manifestasi keadaan patologik yang dialami oleh jaringan atau alat tubuh yang merupakan bagian pinggang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. belikat. Keluhan yang sering ditimbulkan, antara lain: nyeri otot, pegal di
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aktifitas yang terus menerus akan menimbulkan masalah baru dan keluhan-keluhan pada tubuh kita, terutama pada sekitar leher, leher, dan belikat. Keluhan yang sering
Lebih terperinciSport and Fitness Journal ISSN: X Volume 5, No.3, September 2017:
INTERVENSI INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITATION TECHNIQUE (INIT) DAN TERAPI ULTRASONIK LEBIH MENURUNKAN DISABILITAS LEHER AKIBAT SINDROMA MIOFASIAL OTOT UPPER TRAPEZIUS DIBANDINGKAN INTERVENSI MYOFASCIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia didapatkan pada usia tahun. Di Amerika Serikat, kasusnyeri
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nyeri pinggang dilaporkan terjadi setidaknya 1 kali dalam 85% populasi pada usia>50 tahun dan sering terjadi pada usia 30-50 tahun.setiap tahun prevalensi nyeri pinggang
Lebih terperinciSport and Fitness Journal ISSN: X Volume 6, No.1, Januari 2018: 74-82
KOMBINASI TERAPI ULTRASOUND DAN INTEGRATED NEUROMUSCULAR INHIBITION TECHNIQUES (INIT)_1 SAMA EFEKTIF DENGAN KOMBINASI TERAPI ULTRASOUND DAN TRANSVERSE FRICTION MASSAGE UNTUK MENURUNKAN NYERI MYOFASCIAL
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial serta tidak hanya bebas dari penyakit atau kelemahan. Olahraga merupakan kebutuhan yang tidak asing lagi.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah mahluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain sehingga manusia harus memiliki kemampuan untuk bergerak atau melakukan aktivitas demi memenuhi kebutuhan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dalam kehidupan masyarakat. Terlebih lagi adanya perkembangan teknologi
BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perubahan gaya hidup yang berkembang pesat membawa pengaruh dalam kehidupan masyarakat. Terlebih lagi adanya perkembangan teknologi seperti komputer atau laptop. Perkembangan
Lebih terperinciNanda Citra Anggraeni. Program Studi Fisioterapi, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar ABSTRAK
PENERAPAN MYOFASCIAL RELEASE TECHNIQUE SAMA BAIK DENGAN ISCHEMIC COMPRESSION TECHNIQUE DALAM MENURUNKAN NYERI PADA SINDROMA MIOFASIAL OTOT UPPER TRAPEZIUS Nanda Citra Anggraeni Program Studi Fisioterapi,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Glenohumeral joint merupakan sendi joint yang paling luas gerakannya di tubuh kita. Glenohumeral joint termasuk sendi peluru dengan mangkok sendi yang sangat dangkal.
Lebih terperinciPERBANDINGAN MYOFASCIAL RELEASE TECHNIQUE DENGAN CONTRACT RELAX STRETCHING TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA SINDROM MYOFASCIAL OTOT UPPER TRAPEZIUS
PERBANDINGAN MYOFASCIAL RELEASE TECHNIQUE DENGAN CONTRACT RELAX STRETCHING TERHADAP PENURUNAN NYERI PADA SINDROM MYOFASCIAL OTOT UPPER TRAPEZIUS 1) Witri Okta Maruli, 2) I DP Sutjana, 3) Agung Wiwiek Indrayani
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. merupakan bagian integral kesehatan (Ibid dkk, 2009). kita, hal itu ditunjukkan dalam aktivitas kita sehari-hari.
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang Undang No.23 tahun 1992 tentang kesehatan menyatakan bahwa: kesehatan adalah keadaan kesejahteraan fisik, jiwa dan sosial yang memungkinkan hidup produktif secara
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Olahraga merupakan hal yang penting dalam kehidupan kita, karena olahraga dapat mempertahankan dan meningkatkan kesehatan tubuh, serta akan dapat berdampak kepada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan fungsi yang tiada batasnya. subjek dalam populasi umum. Insiden dan prevalensi dari negara
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam melakukan aktifitasnya sepanjang hari tentunya akan melibatkan anggota gerak tubuh dan anggota tubuh yang banyak berperan dalam aktifitas kerja
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang. badan, pergerakan tersebut bisa terjadi pada saat beraktivitas.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia merupakan makhluk hidup yang banyak melakukan kerja fisik dengan menggunakan anggota tubuhnya. Biasanya anggota yang sering digunakan terutama bagian kaki. Gerak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penting. Penurunan kapasitas fungsi dapat menyebabkan penurunan. patologi morfologis maupun patologi fungsional.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fungsi tangan dan jari dalam melakukan kegiatan sehari-hari baik dalam aktifitas kerja, vokasi, olahraga maupun kegiatan hobi dan rekreasi sangatlah penting.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan anggota gerak bawah. Yang masing-masing anggota gerak terdiri atas
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu bergerak dalam menjalankan aktivitasnya. Sering kita jumpai seseorang mengalami keterbatasan gerak dimana hal tersebut
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Aktivitas tersebut antara lain memasak, mencuci, menulis, mengetik, dan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tangan adalah bagian tubuh yang memiliki peran dan fungsi yang penting dalam melakukan berbagai aktivitas baik ringan maupun berat. Aktivitas tersebut antara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia diciptakan oleh Sang Pencipta sebagai mahluk yang dapat berdiri tegak di atas kedua kakinya. Penganut teori revolusi Darwin harus menerima kenyataan bahwa sudah
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat
BAB 1 PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Pembangunan yang semakin meningkat otomatis disertai dengan peningkatan peran serta masyarakat untuk lebih aktif. Aktivitas manusia sangat erat hubungannya dengan gerak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pemerintah, pemerintah daerah, dan/atau masyarakat (UU RI, NO 36 Tahun
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif, preventif, kuratif maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kehidupan sehari-hari manusia dalam bekerja dan beraktivitas selalu melibatkan anggota gerak tubuhnya. Manusia adalah makhluk yang memerlukan gerak karena hampir seluruh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita laksanakan selama ini telah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. merupakan keadaan dinamis dan dapat ditingkatkan sehingga manusia dapat
1 BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Setiap orang mendambakan bebas dari penyakit, baik fisik maupun mental serta terhindar dari kecacatan. Sehat bukan suatu keadaan yang sifatnya statis tapi merupakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga,
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aktivitas yang dilakukan sehari-hari tidak jarang dapat menimbulkan gangguan pada tubuh kita, misalnya pada saat melakukan aktivitas olahraga, mengangkat, mencuci
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. seperti HNP, spondyloarthrosis, disc migration maupun patologi fungsional
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Vertebra memiliki struktur anatomi paling kompleks dan memiliki peranan yang sangat penting bagi fungsi dan gerak tubuh. Patologi morfologi seperti HNP, spondyloarthrosis,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kualitas kehidupan yang lebih baik.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan masyarakat dan bangsa bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Pembangunan yang telah kita laksanakan selama ini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan berwawasan kesehatan dapat dilakukan dengan memberikan prioritas pada upaya promotif dan preventif tanpa mengesampingkan kuratif dan rehabilitatif.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. fungsional untuk menjadikan manusia menjadi berkualitas dan berguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sepanjang hidupnya, manusia tidak terlepas dari proses gerak. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia melakukan berbagai macam aktifitas yang dipengaruhi oleh tugas, kepribadian,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Brachial Plexus (pleksus brachialis) adalah pleksus saraf somatik yang terbentuk antara ventral rami (akar) dari empat nervus cervical (C5-C8) dan nervus thoracal
Lebih terperinciBAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini bertujuan untuk melihat penambahan Myofascial Release
66 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Rancangan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk melihat penambahan Myofascial Release Technique pada intervensi kombinasi ultrasound dan stretching metode Janda lebih
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. serta bidang kesehatan. Setiap orang yang hidup baik usia produktif maupun
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Di era yang serba modern seperti sekarang ini maka mudah sekali untuk mendapatkan semua informasi baik dalam bidang teknologi, bisnis, serta bidang kesehatan. Setiap
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Pada zaman modern seperti sekarang ini, terjadi banyak. teknologi dan tidak ketinggalan juga perkembangan pada bidang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman modern seperti sekarang ini, terjadi banyak perkembangan di berbagai bidang kehidupan manusia. Baik dalam bidang ekonomi, politik, pendidikan, sosial
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. otot, perubahan postur, sedemikian rupa sehingga mengakibatkan penekanan atau
BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG Kehidupan modern yang semakin lama semakin kompleks, membuat banyak orang mengalami berbagai macam ketegangan, yang sering dimanifestasikan sebagai gejala somatik berupa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia memiliki aktivitas yang bermacam-macam dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya. Hal ini menuntut manusia untuk memiliki kondisi tubuh yang baik tanpa ada gangguan
Lebih terperinciABSTRAK. Kata kunci : sindroma myofascial, otot upper trapezius, cryotherapy, ischemic compression technique, myofascial release technique
KOMBINASI INTERVENSI ISCHEMIC COMPRESSION TECHNIQUE DAN CRYOTHERAPY SAMA BAIK DENGAN MYOFASCIAL RELEASE TECHNIQUE DALAM MENURUNKAN NYERI SINDROMA MYOFASCIAL OTOT UPPER TRAPEZIUS PADA MAHASISWA FISIOTERAPI
Lebih terperinci