BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA"

Transkripsi

1 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Gambaran Umum Perusahaan Sejarah dan Perkembangan Perusahaan CV. MS Bakery adalah suatu perusahaan yang bergerak dalam industri makanan (food industri). Perusahaan ini awalnya mulai berdiri pada tahun Tahun 1990 perusahaan ini hanya merupakan sebuah agen yang menampung banyak roti dari beberapa pabrik roti yang kemudian akan dijual dan disalurkan lagi ke pihak ketiga sampai pihak keempat. Karena adanya krisis ekonomi pada tahun 1997 sebagian besar banyak pabrik penyuplay roti kepada agen ini yang merugi dan akhirnya gulung tikar. Untuk mengatasi permasalah tersebut maka pada tahun 2001 agen tersebut mencoba memulai usaha sendiri dengan mulai membuat roti goreng dengan peralatan yang cukup sederhana dan seadanya serta menyewa tempat untuk produksi sekaligus merekrut karyawan. Dari hasil perkembangan produksinya maka diketahuilah bahwa jumlah permintaan roti goreng yang diproduksi semakin meningkat. Sehingga ada Pertambahan jumlah karyawan yang semula hanya berjumlah 3 orang sekarang sudah mencapai 15 56

2 57 orang serta peralatan dan mesin yang digunakanpun juga sudah semakin maju dan mempunyai kapasitas yang bertambah banyak, bahkan daerah pemasarannya saat ini sudah mencapai Serang, Cikupa dan Tangerang. CV. MS Bakery berusaha memberikan pelayanan yang terbaik kepada konsumennya dengan memberikan produk dan kualitas yang baik serta tepat waktu. Dalam menghadapi persaingan pasar yang semakin ketat, CV. MS Bakery senantiasa mengembangkan dan meningkatkan mutu produk, kinerja mesin, serta kualitas sumber daya manusia. Kebutuhan mendesak akan mutu produk yang baik tidak bisa dilepaskan dari kegiatan pengendalian mutu Macam-macam Fasilitas atau Mesin/alat dalam Produksi Disini terdapat tujuh jenis mesin/alat yang digunakan pada proses produksinya. Spesifikasinya adalah sebagai berikut : 1. mesin mixer ; mesin yang digunakan untuk mengaduk dan mengolah bahan-bahan baku menjadi satu dan menjadi adonan matang. 2. mesin timbang ; mesin yang digunakan untuk menimbang adonan agar ukurannya sesuai dengan jenis roti yang akan diproduksi. 3. mesin rolling ; mesin yang digunakan untuk merolling adonan yang telah ditimbang, untuk di pipihkan. 4. mesin potong ; mesin untuk memotong adonan yang sudah dirolling agar menjadi potongan kecil yang ukurannya sama untuk dimasukan isi dan dibentuk menjadi roti.

3 58 5. meja ; meja disini diperuntukkan untuk penyimpanan adonan hasil pemotongan dan isian roti yang akan dimasukan kedalam adonan dalam proses pembentukan roti. 6. loyang ; untuk menyimpan hasil adonan yang telah dibentuk menjadi roti. 7. oven ; untuk proses akhir dalam produksi yaitu pemanggangan.

4 Operation Process Chart Nama Objek : Peta Proses Operasi Roti PT. Mulya Sari Bakerry Dipetakan Oleh : Sona Tanggal Dipetakan : Februari 2012 kegiatan Ringkasan Jumlah Waktu (menit) operasi 4 13 inspeksi 2 5 gabungan (operasi & inspeksi) Gambar 4.1 Peta Proses Operasi Proses Produksi Roti Bakar

5 Data Pekerja Pembagian jam kerja pada PT. Mulya Sari Bakerry untuk karyawan produksi adalah mulai kerja dari hari Senin sampai Sabtu pukul WIB. Waktu istirahat ditetapkan selama satu jam, yaitu antara pukul WIB. Sehingga, jam kerja efektif untuk hari Senin Sabtu adalah 8 jam ( 420 menit ). Jumlah tenaga kerja produksi yang ada di PT. Mulya Sari Bakerry saat ini adalah 30 orang. Gaji untuk 1 pekerja Rp perbulan. Tenaga kerja tersebut dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian sebagaimana tercantum pada tabel 4.1. Tabel Jumlah Tenaga Kerja Produksi No STASIUN KERJA JUMLAH PEKERJA 1 Mixer 1 2 Rolling 1 3 Timbangan 1 4 Mesin Potong 1 5 Meja Pembentukan 6 6 Ruang Permemtasi 10 7 Oven 1 8 Packaging & FG. Storage 6

6 Layout Awal Pabrik Berdasarkan peta proses operasi area aktifitas produksi di PT. Mulya Sari Bakerry terbagi menjadi beberapa area kerja yaitu: 1. Raw Material Storage 2. Stasiun Mixer 3. Stasiun Rolling 4. Stasiun Timbangan 5. Stasiun Potong 6. Stasiun Pembentukan 7. Stasiun Permentasi 8. Stasiun Oven 9. Stasiun Packaging & Finish Good Storage Luas Lantai Di dalam area produksi PT. Mulya Sari Bakerry luas lantai yang ada berdasarkan pengamatan di lokasi dapat dilihat pada tabel 4.2. Tabel Luas Lantai Produksi No KODE STASIUN P L LUAS (m2) 1 A RAW MATERIAL STORAGE B MIXER C CUTTING D ROLLING E PENIMBANGAN F PEMBENTUKAN G PERMENTASI H OVEN I PACKAGING & FG. STORAGE TOTAL

7 62 Dari ukuran satuan yang terdapat pada tabel 4.2 dapat dijelaskan pada bentuk layout area produksi perusahan PT. Mulya Sari bakery pada pada gambar J B D E C I 2 A G F H Dikerjakan oleh : Sona Layout Awal Area Produksi PT. Mulya Sari Bakerry Skala : 1:100 Satuan : m Tgl dipetakan : -

8 63 Ket : A. Gudang Bahan Baku B. SK. Mixer C. SK. Rolling D. SK. Timbangan E. SK. Mesin Potong F. SK. Meja Pembentukan G. Ruang Permentasi H. SK. Oven I. Packaging & Strorage Mesin-mesin Produksi yang digunakan dan ukurannya Mesin mesin dan peralatan yang digunakan dalam proses produksi dapat dilihat pada table 4.3. Tabel 4.3 Mesin - mesin Yang Digunakan Untuk Produksi No MESIN JML MESIN UKURAN P (m) L(m) 1 M.Mixer M.Potong M.Rolling Timbangan Meja Pembentukan M.Oven

9 Waktu Proses Produksi Waktu proses produksi merupakan waktu proses untuk mengerjakan suatu pekerjaan, data waktu proses didapatkan dengan melakukan pengamatan secara langsung disetiap stasiun kerja dengan mengunakan jam henti (stopwatch). Dari penelitian yang telah dilakukan maka diperoleh data waktu proses pada tabel 4.4. Tabel 4.4 waktu proses tiap-tiap stasiun No STASIUN KERJA WAKTU PROSES PRODUKSI (Menit) 1 Mixer 45 2 Potong Rolling 5 4 Penimbangan Pembentukan Permentasi 3 7 Oven 15 8 Packaging Pengolahan Data Pengolahan data layout awal dilakukan untuk menentukan performansi awal tata letak fasilitas produksi di PT. Mulya Sari Bakerry saat ini. Langkah - langkah yang di tempuh adalah sebagai berikut Kapasitas Produksi Dari data pekerja diperoleh karyawan bekerja hari Senin sampai hari Sabtu pukul WIB. Waktu istirahat ditetapkan selama satu jam, yaitu antara pukul WIB. Sehingga jam kerja efektif untuk hari Senin

10 65 Sabtu adalah 8 jam (480 menit). Dalam sebulan ada 25 hari kerja efektif. Dari data diatas dapat diketahui kapasitas waktu kerja perstasiun kerja perbulan. Contoh perhitungan: Untuk stasiun pemotongan, jam kerja sehari = 8 jam = 480 menit, dan 25 hari kerja sebulan. Kapasitas waktu kerja pada stasiun cutting perbulan = (480 menit x 25 hari x 3 pekerja) = menit. No KODE AREA Tabel 4.6 Kapasitas Waktu Produksi Tersedia STASIUN KERJA JUMLAH PEKERJA KAPASITAS WAKTU YANG TERSEDIA /BULAN (menit) 1 B MIXER C POTONG D ROLLING E TIMBANGAN F MEJA PEMBERNTUKAN G RUANNG PERMENTASI H OVEN I PACKAGING Contoh perhitungan kapasitas produksi perstasiun kerja : Stasiun kerja pemotongan (C), kapasitas waktu yang tersedia pada stasiun pemotongan di bagi waktu proses yang diperlukan untuk 1 unit produk perstasiun kerja menit = = 266,67unit 45menit / unit

11 66 No KODE AREA Tabel 4.7 Kapasiatas Produksi Untuk Produk Roti Bakar STASIUN KERJA KAPASITAS WAKTU YANG TERSEDIA /BULAN (menit) WAKTU PROSES PRODUKSI (Menit) JUMLAH PRODUK YANG DAPAT DI KERJAKAN/BULAN (unit) 1 B MIXER C POTONG D ROLLING E TIMBANGAN F MEJA PEMBERNTUKAN G RUANNG PERMENTASI H OVEN I PACKAGING Penentuan frekuensi perpindahan dan jarak perpindahan antar stasiun kerja Penentuan fekuensi perpindahan antar stasiun kerja adalah berapa jumlah satuan / unit yang dapat dipindahkan dalam sekali perpindahan serta perpindahan tersebut berapa kali dilakukan dalam satuan waktu (bulan). Data perpindahan bahan dapat dilihat seperti pada tabel 4. 8 Contoh perhitungan : A to B Pada stasiun mixer, produk yang dapat dikerjakan 266,67 unit/bulan dalam 1 unit roller. kapasitas satu kali angkut adalah 50kg maka frekuensi pengankutan perbulan adalah 266,67/50= 6 kali pengankutan.

12 67 Tabel 4.8 Frekuensi Material Handling No FROM TO ALAT ANGKUT KAPASITAS MATERIAL HANDLING (Unit) TOTAL MATERIAL HANDLING/BULAN 1 A B MANUAL B C MANUAL C D MANUAL D E MANUAL E F MANUAL F G MANUAL G H MANUAL H I TROLLY Berdasarkan gambar 4.2, maka jarak suatu area aktivitas satu dengan area aktifitas yang lain dapat ditentukan, penentuan jarak perpindahanya dengan menggunakan sistem jarak rectiliniear yaitu merupakan jarak yang diukur siku antara pusat fasilitas satu dengan pusat fasilitas yang lain.masing masing area aktifitas dicari titik pusatnya yaitu (0.0) dari x dan y. pemilihan pengukuran jarak dengan sistem rectilinier lebih mudah dipahami dan mudah digunakan. Contoh perhitungan : Pada layout awal diketahui bahwa Luas area gudang bahan baku (A) 14m 2 dengan titik pusat (x 1; y 1 ) yaitu (3.5;1) Luas area stasiun potong (B) m 2 dengan titik pusat (x 2; y2) yaitu (4,5;11,87)

13 68 Jarak antara gudang bahan baku dengan stasiun potong (Jarak A-B ) adalah sebagai berikut : Jarak A B = x2 x1 + y2 y1 = = kg Tabel 4.9 Titik Pusat Area Aktivitas Pabrik No stasiun X Y 1 A B C D E F G H I J Tabel 4.10 Jarak Antar Area Kerja Layout awal No FROM TO JARAK 1 A B B C C D D E E F F G G H H I I J 6.5 TOTAL Penentuan performasi dan ongkos material handling layout awal Ongkos material handling untuk setiap kali pengangkutan ditentukan berdasarkan ongkos permeter gerakan, dimana di dalam ongkos tersebut sudah di

14 69 pertimbangkan biaya tenaga kerja. Dari data material handling yang ada maka besarnya ongkos material handling ditentukan sebagai berikut : Material handling dengan menggunakan tenaga manual (manusia) Gaji untuk satu orang pegawai perbulan adalah Rp perbulan dikonversikan ke dalam gaji per menit. Dalam satu bulan 25hari kerja efektif dan dalam satu hari kerja 8 jam (480 menit). Sehingga di peroleh : gaji per menit = = Rp125 permenit 25 x480 No Tabel 4.11 Perhitungan Ongkos Perpindahan Material Alat Angkut Manual STASIUN KERJA WAKTU KESELURUHAN PENGERJAAN PRODUK TIAP STASIUN (menit) (manusia) WAKTU PENGERJAAN (menit) WAKTU PEMINDAHAN (menit) ONGKOS PER MENIT (Rp.) ONGKOS PERPINDA HAAN PER BULAN (Rp) 1 MIXER CUTTING ROLLING PENIMBANGAN PEMBENTUKAN PERMENTASI OVEN PACKAGING&FG STRORAGE TOTAL 2125 ongkos perpindahan perbulan 2125 OMH per meter = = = Rp54.13/ meter jarak total 39.26

15 70 Berdasarkan panjang lintasan antar area aktivitas yang berhubungan, besarnya frekuensi aliran bahan dan ongkos material handling permeter, maka ongkos material handling perbulan dapat dihitung, selengkapnya pada tabel Tabel 4.12 Total Ongkos Material Handling (OMH) Perbulan Layout NO FROM TO ALAT ANGKUT Awal FREKUE NSI JARAK (meter) FREKUEN SI x JARAK (m)/bln OMH/ METE R TOTAL OMH/BLN 1 A B MANUAL B C MANUAL C D MANUAL D E MANUAL E F MANUAL F G MANUAL G H MANUAL H I TROLLY TOTAL Grafik 4.1 Ongkos Material Handling (OMH) Perbulan Layout Awal

16 Perancangan Layout Usulan A. Data Masukan Langkah awal dalam perancangan tata letak dengan melakukan pengumpulan data awal seperti langkah langkah pengerjaan produk yang diproduksi dan data-data lainnya yang berkaitan dengan prosesproduksi. Data - data ini diperoleh dari bentuk peta proses operasi pada gambar 4.1 dan dalam tahapan pengumpulan data. B. Analisa Aliran Material Analisa aliran material merupakan analisis pengukuran kuantitatif untuk setiap gerakan perpindahan material diantara departemen - departemen atau aktivitas - aktifitas operasional. Dalam menganalisa aliran material menggunakan diagram aliran yang lebih mempuyai arti dalam usaha menganalisa tata letak pabrik dan perpindahan bahan, karena disini digambarkan bukan saja dalam bentuk aliran proses akan tetapi juga layout yang sebenarnya dari pabrik yang ada atau direncanakan. Dengan mengamati arah lintasan /aliran proses akan bisa dilihat pertimbangan pada lokasi lokasi kerja yang mana suatu lokasi kerja yang kritis (lokasi dimana perpotongan lintasan terjadi), selengkapnya pada gambar 4.4.

17 72 Gambar Diagram Aliran Proses Produksi Pada PT. Mulya Sari Bakerry C. Membuat Activity Relationship Chart (ARC). Pembuatan Activity Relation Chart (ARC) didapat dari data-data urutan aktivitas dalam proses produksi yang akan dihubungakan secara berpasangan untuk mengetahui tingkat hubungan antar aktivitas tersebut. Hubungan tersebut ditinjau dari beberapa aspek diantaranya adalah hubungan keterkaitan secara organisasi, aliran material, peralatan yang digunakan, manusia, informasi, dan keterkaitan lingkungan. Activity Relation Chart (ARC merupakan peta keterkaitan aktivitas yang brupa belah ketupat yang terdiri dari 2 bagian yaiti bagian atas yang

18 73 menunjukkan simbol derajat keterkaitan antar dua departemen sedangkan bagian bawah merupakan alasan yang dipakai untuk mengukur derajat keterkaitan. Dalam menyusun Activity Relation Chart (ARC) ada beberapa pertimbangan sebagai berikut: Stasiun mixer dan cutting mutlak harus berdekatan dengan gudang bahan baku karena proses tersebut berurutan. Stasiun cutting mutlak dekat dengan stasiun rolling dan timbangan karena proses tersebut berurutan. Stasiun rolling dan timbangan mutlak dengan stasiun meja pembentukan karena proses tersebut berurutan. Stasiun meja pembentukan dan stasiun permentasi mutlak dekat karena proses tersebut berurutan. Stasiun permentasi dan stasiun oven mutlak berdekatan karena proses tersebut berurutan. Stasiun oven dan stasiun packaginng mutlak dekat karena proses tersebut berurutan.

19 74 1. Gudang Bahan Baku 2. Mixer 3. Cutting 4. Rolling 5. Penimbangan 6. Pembentukan 7. Permentasi 8. Oven 9. Packaging & FG. Storage A 1 A 1 A 1 A 1 A 1 A 1 A 1 A 1 I 1 A 2 O - I O - I 2 O 2 O - O - U - U - O - U - O - O - U - U - U - - U - U - U - U - U - U - U - U - U - U - Gambar Activity Relationship Chart (ARC) Menyusun Worksheet. Cara penentuan worksheet adalah penyajian lembar kerja dari peta ARC dalam bentuk ringkasan. Worksheet secara detailnya dapat dilihat pada tabel 4.13.

20 75 No Tabel Worksheet (Lembar Kerja) Peta Keterkaitan Antar Departemen. Departemen/stasiun kerja Kode Area B C D E F G H I Gudang Bahan Baku A A I O O U U U U 2 MIXER B A A I O U U U 3 CUTTING C A I O U U U 4 ROLLING D A O U U U 5 TIMBANGAN E A O O U 6 PEMBENTUKAN F A O U 7 PERMENTASI G A U 8 OVEN H A 9 PACKAGING & FG. STORAGE I D. Penentuan luas area yang dibutuhkan Sebelum merancang layout usulan yang terlebih dahulu harus memperhatikan adalah penentuan kebutuhan luas ruangan, hal - hal yang diperlukan dalam penentuan kebutuan luas area yang dibutuhkan yaitu kebutuan tingkat produksi (production rate), peralatan yang dibutuhkan untuk proses produksi dan karyawan yang dibutuhkan. Dalam penentuan kebutuan luas ruangan proses produksi PT. Mulya Sari Bakerry, peneliti mengunakan metode fasilitas industri yaitu metode penentuan kebutuan ruangan berdasarkan fasilitas produksi dan fasilitas pendukung proses produksi yang dipergunakan. Luas ruangan dihitung dari ukuran masing masing jenis mesin atau perlatan yang digunakan dikalikan dengan jumlah mesin peralatann tersebut ditambah dengan kelonggaran untuk operator dan gang (aisle).

21 76 Untuk tiap mesin atau fasilitas pendukung digunakan teloransi 0,75-1 meter pada setiap sisi mesin, dan untuk kelonggaran operator (allowance = 50%) berdasarkan referensi buku Purnomo, % berdasarkan referensi dari buku (James M apple, 1990). Berikut ini akan di berikan perhitungan untuk menentukan luas area yang dibutuhkan sebagai berikut : SK-A, gudang bahan baku Pengerjaan pada gudang bahan baku mempunyai luas 7 m x 2m. Untuk toleransi pada setiap sisi mesin ditambahkan ukuran 0.75 sehingga setiap sisi ditambah kelonggaran 1.5 m, sehingga luas ruangan untuk 1 gudang bahan baku adalah 8.5 m x 3.5m = 25.5 m 2. dan ditambahkan kelonggaran ruangan 50% menjadi 5.25 x150% = m 2. SK-B, Stasiun Mixer Pengerjaan pada stasiun mixer menggunakan satu mesin dengan ukuran mesin 1.5 m x 0.25 m, karena benda kerja pada stasiun mixer memiliki panjang 1.5 m maka ukurannya menjadi 1.5 m x 0.25 m. Untuk toleransi pada setiap sisi mesin ditambahkan ukuran 0.75 sehingga setiap sisi ditambah kelonggaran 1.5 m, sehingga luas ruangan untuk 1 mesin mixer adalah (3 m x 1.75m) x 1= 5.25 m 2. dan ditambahkan kelonggaran ruangan 50% menjadi 5.25 x150% = 7.87m 2.

22 77 SK-C, Stasiun Cutting Pada stasiun ini digunakan satu alat potong dengan ukuran 0.5m x 0.5m, kemudian di tambahkan 0.75 m sehingga setiap sisi ditambah kelonggaran 1.5 m ditiap sisi mesin untuk toleransi, sehingga luas yang diperlukan untuk 1 mesin adalah (2 m x 2 m) x 1 = 4 m 2 dan ditambahkan kelonggaran ruangan 50% menjadi 36x150% = 6m 2. SK-D, Stasiun Rolling Pada stasiun ini digunakan satu mesin rolling dengan ukuran 1.5 m x 0.25 m. Untuk toleransi ditambahkan 0.75 sehingga setiap sisi ditambah kelonggaran 1.5 m, pada setiap sisinya sehingga luas untuk satu mesin menjadi 3m x 1.75m = 5.25 m 2 dan di tambahkan kelonggaran ruangan 50% menjadi 5.25 x 150% = 7.87m 2. SK-E, Stasiun Penimbangan Di stasiun ini digunakan 1 mesin timbang dengan ukuran 0.6 m x 0.6 m. Untuk toleransi ditambahkan 0.75 sehingga setiap sisi ditambah kelonggaran 1.5 m, pada setiap sisinya sehingga luas untuk satu mesin menjadi (2.1 x 2.1) x 1 = 4.41 m 2 dan di tambahkan kelonggaran ruangan 50% menjadi 4.41 x 150% = 6.62m 2. SK-F, Stasiun Permentasi Pada stasiun cutting stamping ini digunakan 1 ruang dengan ukuran 5 m x 5 m. Untuk toleransi ditambahkan 0.75 sehingga setiap sisi ditambah kelonggaran 1.5 m, pada setiap sisinya sehingga luasnya menjadi 6.5 m x 6.5

23 78 m = m 2 dan di tambahkan kelonggaran ruangan 50% menjadi x 150% = m 2. SK-G, Stasiun Oven Di stasiun ini terdapat 2 mesin oven dengan ukuran 2.5 m x 4 m. Untuk toleransi ditambahkan 0.75 sehingga setiap sisi ditambah kelonggaran 1.5 m, pada setiap sisinya sehingga luas untuk dua mesin menjadi (4 x 5.5) x 2 = 44 m 2 dan di tambahkan kelonggaran ruangan 50% menjadi 44 x 150% = 66 m 2. SK-H, Stasiun Packaging dan Storage Pada stasiun ini terdapat ruangan dengan ukuran 10 m x 10 m. Untuk toleransi ditambahkan 0.75 sehingga setiap sisi ditambah kelonggaran 1.5 m, sehingga luasnya menjadi 11.5 x 11.5 = m 2 dan di tambahkan kelonggaran ruangan 50% menjadi x 150% = m 2. Total kebutuhan area untuk fasilitas fasilitas produksi secara keseluruhan dapat dilihat pada tabel 4.17.

24 79 Tabel 4.14 Lembaran Perhitungan Total Kebutuhan Area Fasilitas Produksi NO KODE AREA KERJA MESIN JML MESIN UKURAN P (m) L(m) MESIN + TOLERANSI 0.75m P L(m) (m) LUAS MESIN (m2) SUB KEBUTUHAN LUAS RUANGAN KELONGGARAN 150% TOTAL LUAS AREA DIBUTUHKAN 1 A Gudang Bahan Baku B MIXER MIXER C CUTTING POTONG D ROLLING PRESS E TIMBANGAN TIMBANGAN F PEMBENTUKAN G PERMENTASI H OVEN OVEN PACKAGING & FG. 9 I STORAGE TOTAL

25 80 E. Melakukan perancangan alternatif layout usulan dengan program Blocplan - 90 Perancangan layout perusahan PT. Mulya Sari Bakerry adalah menggunakan metode blocplan. Perancangan tata letak (layout) dilakukan hanya pada fasilitas produksi dimulai dari stasiun peneriman bahan baku sanpai dengan stasiun kerja gudang produk jadi. Proses pencarian solusi alternatif perancangan tata letak (layout) yang di tempuh dalam metode blocplan di hasilkan dengan menulis data masukan (input data) proses input data blocplan diuraikan berikut ini: a) Data Masukan Dalam menjalan program Blocplan langkah pertama yang harus dilakukan dengan memasukan inputan data. Informasi inputan yang digunakan untuk menjalankan progam Blocplan adalah data tersbut sudah ada didalam memori disk sebelumnya atau data yang kita masukan terlebih dahulu dengan mengetikan pada keybord sebagai input data. Gambar Pilihan Masukan Data Awal Input program Blocplan Informasi untuk input data pada progam blocplan antara lain jumlah departemen atau stasiun kerja yang tersedia, dalam blocplan ini hanya dapat memasukan data yang berupa jumlah

26 81 stasiun kerja (maksimal 18 departemen). Dalam penelitian ini terdapat 9 departemen atau stasiun kerja diperoleh berdasarkan layout awal pada lokasi perusahaan PT. Mulya Sari Bakerry. Gambar Jumlah departemen sebagai input program Blocplan Setelah menentukan banyaknya jumlah departemen atau stasiun kerja dan memasukan luas area yang dibutukan, maka Blocplan akan menampilkan menu inputan data yaitu nama nama departenen dan luas area masing masing departemen. Gambar Nama dan luas area departemen input program Blocplan Setelah memasukan semua data inputan nama dan luas area masing masing departemen dari departenen / stasiun kerja gudangan bahan baku (Departenen A) sampai departenen gudang produk jadi (Departemen I). Tampilan hasil inputan Blocplan tidak dapat menampilkan digit desimal, hasil ditampilkan dalam hasil pembulatan. Untuk hasil selengkapnya dapat dilihat pada gambar 4.9.

27 82 Gambar Hasil nama dan luas area departemen program Blocplan B. Peta Keterkaitan ARC Untuk membantu menetukan aktifitas yang harus diletakan pada suatu lokasi, maka perlu ditetapkan suatu derajat hubungan keterkaitan antar aktifitas yang satu dengan yang lain. Dalam menentukan derajat kedekatan tersebut dilengkapi dengan simbol-simbol derajat kedekatan pada analisis ARC (Actifity Relation Chart) yang bersifat kualitatif. Simbol yang digunakan berupa kode kode huruf yang menunjukan derajat hubungan aktifitas, input relationship chart diperoleh dari hasil analisis data seperti pada gambar 4.8 diatas. Hasil dari wroksheet ARC yang ada pada pada tabel 4.14 digunakan sebagai inputan data masukan Blocplan.

28 83 No Tabel Worksheet ARC masukan data pada program Blocplan Departemen/stasiun kerja Kode Area B C D E F G H I Gudang Bahan Baku A A I O O U U U U 2 MIXER B A A I O U U U 3 CUTTING C A I O U U U 4 ROLLING D A O U U U 5 TIMBANGAN E A O O U 6 PEMBENTUKAN F A O U 7 PERMENTASI G A U 8 OVEN H A 9 PACKAGING & FG. STORAGE I Untuk mengetahui hubungan antar stasiun kerja (ARC) inputan pada program Blocplan selengkapnya pada gambar Gambar Activity Relationship Chart (ARC) sebagai Input program Blocplan

29 84 C. Nilai Skor Yang Digunakan Gambar 4.10 Kode dan Nilai Skor yang digunakan program Blocplan D. Nilai skor Untuk Masing - masing Stasiun Kerja Dengan mengunakan peta keterkaitan dan nilai dari symbol symbol keterkaitan. Blocplan akan mengembangkan atau mengolah data dan akan menampilkan skor masing masing departemen atau stasiun kerja untuk persoalan diatas. Skor stasiun kerja merupakan jumlah dari seluruh nilai symbol - simbol keterkaitan yang dimiliki masing masing stasiun kerja. Tampilan hasil skor dapat dilihat pada gambar

30 85 Gambar Nilai Skor Masing masing Departemen E. Penentuan Tata Letak Rasio Panjang dan Lebar Gambar 4.12 Pilihan Rasio Panjang dan Lebar pada program Blocplan Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio 3:1.5 karena sesuai permintaan dari pemilik perusahan dan menyesuaikan dengan luas area yang baru.

31 86 F. Masuk ke Menu Utama Pilihan Dalam Blocplan Tampilan menu utama pada software program Blocplan seperti pada gambar Gambar Menu utama pada Blocplan Single Story Layout Menu Tampilan menu utama langlah selanjutya kita pilih Single Story Layout ini digunakan dengan alasan untuk perancangan satu macam layout saja. Selanjutya kita pilih automatic search menu, prinsip metode ini adalah mencari relationship skor tertinggi untuk menentukan alternatif terbaik dengan cara automatic search secara random mencari hasil yang optimal dengan proses output yang cepat seperti pada gambar

32 87 Gambar Menu Automatic Search pada program Blocplan Berdasarkan tahapan proses program Blocplan yang seperti diuraikan diatas maka akan dihasilkan output dari program Blocplan maksimal 20 alternatif layout, untuk 20 alternatif area layout fasilitas produksi pabrik seperti Tabel Tabel Hasil Output program Blocplan Untuk 20 Alternatif Layout Layout adj.score Rel-Dist Scores Prod Movement

33 Dalam penelitian ini dipilih satu layout usulan dengan hasil R score tertinggi beserta koordinatnya yaitu dipilih layout nomor 11 dengan nilai R-score 0,95. G. Gambar Tata Letak (Layout) usulan Yang Terpilih Pada gambar tata letak usulan terpilih merupakan hasil dari usulan tata letak yang mempunyai nilai R-score tertinggi (0 < R-score = maks {skor tiap alternafif tata letak} <1) sebagai tata letak terbaik, gambar tata letak usulan hasil dari program Blocplan yang terpilih dengan nilai R-score 0,95 dapat dilihat pada gambar

34 89 Gambar 4.15 Gambar Tata Letak Usulan Hasil Progam Blocplan Dari gambar layout usulan hasil Blocplan diatas dapat ditentukan titik koordinat dari masing - masing departemen/stasiun kerja seperti pada pada table Tabel Koordinat layout usulan hasil program Blocplan NO CENTROIDS X Y LENGTH WIDHT L/W 1 A B C D E F

35 90. 7 G H I Dalam hasil layout terpilih pada blocplan terdapat kendala pada stasiun kerja A yang dimensi ukuran tidak memungkinkan untuk diterapkan sehingga perlu diadakan penyesuaian untuk keleluasaan pekerja dan keluwesan aliran material. Stasiun kerja yang harus disesuaikan dari bentuk layout usulan hasil Blocplan diatas sebagai berikut : Pada stasiun kerja A (bahan baku) ukuran tata letak hasil blocplan adalah ( 1.1m x 7.4m) = 8.14m 2 disesuaikan menjadi (3.04m x 2.7m) = 8.14m 2 Hasil layout penyesuain dari program Blocplan sebagai berikut: Gambar Gambar layout Penyesuaian hasil program Blocpan

36 91 Ket : A. Gudang Bahan Baku B. SK. Mixer CI. SK. Rolling DI. SK. Timbangan E. SK. Mesin Potong F. SK. Meja Pembentukan G. Ruang Permentasi H. SK. Oven II. Packaging & Strorage Dari gambar layout hasil penyesuain diatas didapatkan titik centroit baru seperti pada tabel Tabel Koordinat Layout (Usulan) NO USULAN CENTROIDS X Y 1 A B C D E F G H I

37 92 H. Menentukan jarak perpindahan material handling layout usulan. Bedasarkan tabel koordinat hasil dari tata letak penyesuaian (usulan) maka dapat ditentukan jarak antar stasiun kerja dengan stasiun kerja yang lain. Penentuan jarak ini menggunakan titik pusat (centroid) masing masing stasiun kerja kemudian dihitung jaraknya dengan memakai jarak siku (rectiliniear) karena perhitungan ini lebih mudah dipahami. Hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada tabel Tabel Jarak Antar Stasiun Kerja Layout (Usulan) NO FROM TO JARAK 1 A B B C C D D E E F F G G H H I 5.98 TOTAL I. Menghitung Ongkos Material Handling layout penyesuain (usulan). Dari data jarak antar stasiun kerja pada tabel maka dapat ditentukan besarnya ongkos material handling usulan seperti pada table

38 93 NO FROM TO Tabel Total OHM Perbulan Layout (Usulan) ALAT ANGKUT FREKUENSI JARAK (meter) FREKUENSI x JARAK (m)/bln OMH/METER TOTAL OMH/BLN 1 A B MANUAL B C MANUAL C D MANUAL D E MANUAL E F MANUAL F G MANUAL G H MANUAL H I TROLLY TOTAL Berikut ini ditunjukan grafik ongkos material handling (OMH) antar stasiun kerja pada layout hasil penyesuaian (usulan) pada grafik 4.2. Grafik 4.2 Grafik OMH Antar Stasiun Kerja Pada Layout Usulan

39 Penentuan Alternatif Tata Letak Usulan terpilih atau diterima. Dari pengolahan data diatas dapat ditentukan bahwa tata letak usulan dapat dipilih dengan alasan bahwa jarak perpindahan material handling layout usulan lebih pendek dan terjadi penurunan biaya ongkos material handling. Perbandingan ongkos material handling layout usulan dengan layout awal selengkapnya dapat dilihat tabel Tabel Perbandingan OMH Layout Awal dengan Layout Usulan LAYOUT AWAL LAYOUT USULAN NO FROM TO ALAT ANGKUT FREKUENSI x JARAK (m)/bln OMH/BL N ALAT ANGKUT FREKUENS I x JARAK (m)/bln OMH/BLN 1 A B MANUAL MANUAL B C MANUAL MANUAL C D MANUAL MANUAL D E MANUAL MANUAL E F MANUAL MANUAL F G MANUAL MANUAL G H MANUAL MANUAL H I TROLLY TROLLY TOTAL LAYOUT AWAL LAYOUT USULAN Grafik 4.2.Grafik Perbandingan OMH Layout Awal dengan Layout Usulan

40 95 Dari Grafik 4.3 tata letak layout usulan dapat menurunkan ongkos material handling sebesar 48.9 % bila dibandingkan layout awal. Gambar Peta Aliran Proses pada Layout awal

41 96 G F E D C H A B I Gambar Peta Aliran Proses pada Layout Usulan Ket : A. Gudang Bahan Baku B. SK. Mixer CII. DII. SK. Rolling SK. Timbangan E. SK. Mesin Potong F. SK. Meja Pembentukan G. Ruang Permentasi H. SK. Oven III. Packaging & Strorage

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV dimulai dari perhitungan performansi tata letak awal sampai dengan perancangan tata letak usulan dapat dianalisa

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI

BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan pada bab IV dimulai dari perhitungan performansi tata letak awal sampai dengan perancangan tata letak usulan dapat dianalisa

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Definisi Tata Letak Fasilitas adalah suatu tata cara pengaturan

BAB 1 PENDAHULUAN. Definisi Tata Letak Fasilitas adalah suatu tata cara pengaturan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi Tata Letak Fasilitas adalah suatu tata cara pengaturan fasilitasfasilitas produksi guna menunjang proses produksi (Sritomo, 1996). Tata letak secara umum ditinjau

Lebih terperinci

BAB V ANALISA DAN HASIL

BAB V ANALISA DAN HASIL BAB V ANALISA DAN HASIL Berdasarkan pengolahan data yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat dilakukan beberapa analisa seperti yang dijelaskan berikut ini: 5.1 Analisa Aliran Material dengan From To

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode yang dipergunakan dalam penelitian ini merupakan metode gabungan, yang menyatukan antara studi pustaka yang penulis lakukan dengan data-data yang diperoleh dari lokasi

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 1.1 Pengumpulan Data Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam perancangan tata

Lebih terperinci

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL........... i HALAMAN PERNYATAAN.......... ii HALAMAN PENGESAHAN.......... iii HALAMAN PERSEMBAHAN... iv KATA PENGANTAR............ v DAFTAR ISI... vii DAFTAR TABEL... x DAFTAR

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Penelitian merupakan suatu rangkaian tahapan proses penelitian yang panjang dan terkait secara sistematika. Tiap tahap merupakan penentu tahap berikutnya, karena itu harus

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 66 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data Dari seluruh data yang telah dikumpulkan, dilakukan pengolahan data yang dapat dilihat secara keseluruhan pada lampiran. 4.2 Analisis Data 4.2.1 OPC (Operation

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. fasilitasfasilitas produksi untuk memperoleh efisiensi pada suatu produksi

BAB 1 PENDAHULUAN. fasilitasfasilitas produksi untuk memperoleh efisiensi pada suatu produksi BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Definisi Tata Letak Fasilitas adalah suatu tata cara pengaturan fasilitasfasilitas produksi guna menunjang proses produksi (Sritomo, 1996). Tata letak secara umum ditinjau

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PADA UKM ROTI SHENDY Wakhid Ahmad Jauhari 1, Arda Candra Faisal Pinastika 2, Chirstina Ayu Kusumawardani 3, Eva Kholisoh 4, Helma Hayu Juniar 5, Rafiq Ramadhan 6,

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara dan melihat langsung ke lantai produksi PT Indokemas Sukses Makmur. Data yang telah di kumpulakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meliputi pengaturan tataletak fasilitas produksi seperti mesin-mesin, bahan-bahan,

BAB I PENDAHULUAN. meliputi pengaturan tataletak fasilitas produksi seperti mesin-mesin, bahan-bahan, BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengaturan tataletak fasilitas produksi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dari suatu pabrik. Pengaturan tataletak lantai produksi meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi

BAB I PENDAHULUAN. pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu faktor yang mempengaruhi kinerja dari suatu perusahaan adalah pengaturan tataletak fasilitas produksi. Pengaturan tataletak fasilitas produksi meliputi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISIS PEMECAHAN MASALAH 5. Analisa Perancangan Tata Letak dengan Metode Systematic Layout Planning (SLP). 5.. Activity Relationship Chart (ARC). Langkah awal yang dilakukan untuk merancang tata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perancangan tata letak fasilitas manufaktur dapat berpengaruh secara langsung terhadap aliran material didalam pabrik. Tata letak pabrik yang baik dapat memberikan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PABRIK PEMBUATAN RANGKA MEJA PING-PONG PADA CV SHIAMIQ TERANG ABADI Ade Putri K 1, Alifah K 2, Finda Arwi M 3, Rizqy W 4, Virda Hersy L. S 5, Wakhid Ahmad Jauhari

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Berdasarkan latar belakang perumusan masalah yang telah dikemukakan maka dilakukan pengumpulan data-data yang digunakan dalam perancangan tata

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI DI UD. NUR INTAN PEGIRIKAN TEGAL

PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI DI UD. NUR INTAN PEGIRIKAN TEGAL PERANCANGAN LANG TATA LETAK FASILITAS PRODKSI DI D. NR INTAN PEGIRIKAN TEGAL Disusun Oleh: Muhammad Ravi (441194) Pembimbing: 1. Rossi Septy Wahyuni, ST., MT 2. Ainul Haq P, ST., MMSI. LATAR BELAKANG Perkembangan

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR USULAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PT

TUGAS AKHIR USULAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PT TUGAS AKHIR USULAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PT. UBIN KERAMIK KEMENANGAN JAYA ( UKKJ ) DENGAN MENGGUNAKAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING ( SLP ) DAN APLIKASI SOFTWARE BLOCPLAN Diajukan Guna Melengkapi

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL

BAB V ANALISIS HASIL BAB V ANALISIS HASIL 5.1. Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan 5.1.1. Analisis Tata Letak Fasilitas Awal Pada kondisi awal lantai produksi, pengaturan tata letak pada PT TFI cenderung menempatkan

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas di PT. Dwi Komala dengan Metode Systematic Layout Planning

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas di PT. Dwi Komala dengan Metode Systematic Layout Planning Performa (2013) Vol. 12, No. 1: 39-50 Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas di PT. Dwi Komala dengan Metode Systematic Layout Planning R. Pitaloka Naganingrum*, 1), Wakhid Ahmad Jauhari 2), Lobes Herdiman

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan industri yang semakin pesat membuat persaingan antara industri satu dengan yang lainnya semakin ketat, hal ini juga didukung dengan kebutuhan masyarakat

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN ALGORITMA BLOCPLAN DAN ALGORITMA CRAFT DI CV. ABC HARDWARE INDUSTRY

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN ALGORITMA BLOCPLAN DAN ALGORITMA CRAFT DI CV. ABC HARDWARE INDUSTRY PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN ALGORITMA BLOCPLAN DAN ALGORITMA CRAFT DI CV. ABC HARDWARE INDUSTRY TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METDLGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian menguraikan seluruh kegiatan yang dilaksanakan selama penelitian berlangsung dari awal proses penelitian sampai akhir penelitian.

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengaturan Jam Kerja Berikut adalah kebijakan jam kerja di PT. XX Tabel 4.1 Jam Kerja Reguler Reguler Hari Jam Kerja Istirahat Total Waktu Kerja Senin - Kamis

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS 5.1. Analisis Tata letak Awal

BAB V ANALISIS 5.1. Analisis Tata letak Awal BAB V ANALISIS Perencanaan ulang tata letak fasilitas dan aliran material merupakan permasalahan yang sering muncul pada sebuah lantai produksi. Proses yang kompleks dengan melibatkan semua stasiun kerja

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI 2.1. Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai tata letak fasilitas sudah dilakukan oleh banyak peneliti terdahulu dengan tempat dan analisis yang berbeda antara satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Industri-industri kini kian berkembang seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk diindonesia. Pertambahan jumlah penduduk membuat daya beli dari suatu produk menjadi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISIS

BAB V HASIL DAN ANALISIS BAB V HASIL DAN ANALISIS 5.1 Hasil & Analisa Dari hasil perancangan tata letak fasilitas, penempatan stasiun kerja disesuaikan dengan keterkaitan aktivitas antar stasiun kerja satu dengan stasiun kerja

Lebih terperinci

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PERSETUJUAN TUGAS AKHIR... LEMBAR PENGESAHAN TUGAS AKHIR... HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN... LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN... LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI... ABSTRAKSI...

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGMPLAN DAN PENGOLAHAN DATA. Pengumpulan Data.. Profil Perusahaan CV. RIA PALLET merupakan sebuah perusahaan industri manufaktur yang memproduksi pallet, perusahaan ini mengolah bahan baku dasar

Lebih terperinci

Studi Kelayakan Usulan Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas (Studi Kasus di Rafi Furniture)

Studi Kelayakan Usulan Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas (Studi Kasus di Rafi Furniture) Studi Kelayakan Usulan Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas (Studi Kasus di Rafi Furniture) Isana Arum Primsari Teknik Industri FTI Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta Email: i_prisa@yahoo.com ABSTRAK

Lebih terperinci

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (SLP) PERTEMUAN #3 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN ANALISA

BAB V HASIL DAN ANALISA BAB V HASIL DAN ANALISA Dalam bab ini akan dikemukakan hasil dari pengumpulan dan pengolahan data yang dilakukan pada bab IV dan kaitannya dengan teori yang menjadi landasan dalam pengolahan data tersebut.

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 FLOW CHART PEMECAHAN MASALAH Untuk memberikan gambaran yang sistematik guna mempermudah pembaca dalam memahami masalah yang dibahas dalam skripsi ini, maka dibuatlah suatu

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA BLOCPLAN DAN ALGORITMA CORELAP PADA PT. VOLTAMA

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA BLOCPLAN DAN ALGORITMA CORELAP PADA PT. VOLTAMA PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN MENERAPKAN ALGORITMA BLOCPLAN DAN ALGORITMA CORELAP PADA PT. VOLTAMA VISTA MEGAH ELECTRIC INDUSTRY TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 2.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sejarah umum perusahaan Safirah merupakan CV milik bapak Drs. H. Dodo Supardjioto yang bergerak di bidang konveksi serta memproduksi produk

Lebih terperinci

Systematic Layout Planning

Systematic Layout Planning Materi #3 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Systematic Layout Planning 2 (2) Aliran material (1) Data masukan dan aktivitas (3) Hubungan aktivitas (5a) Kebutuhan ruang (7a) Modifikasi (4) Diagram

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERANCANGAN TATA LETAK CV.KARYA LOGAM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

Seminar Nasional IENACO ISSN: PERANCANGAN TATA LETAK CV.KARYA LOGAM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU PERANCANGAN TATA LETAK CV.KARYA LOGAM DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PERENCANAAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU Taufik Martha Andrianta 1, Slamet Setio Wigati 2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri,

Lebih terperinci

PERENCANAAN TATA LETAK GUDANG PENYIMPANAN PRODUK PT PIPA BAJA DENGAN METODE DEDICATED STORAGE

PERENCANAAN TATA LETAK GUDANG PENYIMPANAN PRODUK PT PIPA BAJA DENGAN METODE DEDICATED STORAGE PERENCANAAN TATA LETAK GUDANG PENYIMPANAN PRODUK PT PIPA BAJA DENGAN METODE DEDICATED STORAGE Yhongki Feryndra Nugraha 1) dan Moses Laksono Singgih 2) 1) Program Magister Manajemen Teknologi, Institut

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 19 III. METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian ini diawali dengan melakukan studi tahap awal di CV Massitoh Catering Services, yaitu mengenai struktur organisasi, ruang lingkup,

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN 2.1. Sejarah Perusahaan Cirasa Bakery merupakan usaha pembuatan roti yang didirikan pada tahun 1991 oleh bapak M. Ali yang juga merupakan pemilik usaha tersebut. Kemudian

Lebih terperinci

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Ekstraksi dan Pengolahan Data Hasil ekstrasi data yang penulis peroleh dari lapangan antara lain : 1) Ekstrasi data mesin, dapat dilihat pada halaman lampiran (halaman 99)

Lebih terperinci

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

PDF Compressor Pro KATA PENGANTAR. Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 Tekinfo --- Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1 KATA PENGANTAR Puji syukur Alhamdulillah, kami sampaikan ke hadirat Allah YME, karena terealisasinya Tekinfo, Jurnal Ilmiah Teknik Industri

Lebih terperinci

PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS

PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT TAUFIQUR RACHMAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PENENTUAN KEBUTUHAN LUAS AREA PERTEMUAN #8 TKT306 PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS 6623 TAUFIQUR RACHMAN PROGRAM STUDI TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ESA UNGGUL KEMAMPUAN AKHIR YANG DIHARAPKAN

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data. 4.1.1 Sejarah Perusahaan Pada era perkembangan teknologi yang sedemikian pesatnya, banyak perusahaan yang bergerak dalam bidang jasa pelayanan

Lebih terperinci

Rancangan Tata Letak Fasilitas Bagian Produksi pada CV. VISA INSAN MADANI

Rancangan Tata Letak Fasilitas Bagian Produksi pada CV. VISA INSAN MADANI Reka Interga ISSN: 2338-5081 Teknik Industri Itenas No.3 Vol.1 Jurnal Online Institut Teknologi Nasional [Desember 2013] Rancangan Tata Letak Fasilitas Bagian Produksi pada CV. VISA INSAN MADANI FARIEZA

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. IV, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut :

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. IV, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut : BAB V SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah diuraikan dan dibahas pada BAB IV, maka penulis memberikan kesimpulan sebagai berikut : 1. Dalam proses produksinya PT.Nusa Multilaksana

Lebih terperinci

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PT MITRA PRESISI PLASTINDO

Seminar Nasional IENACO 2016 ISSN: PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PT MITRA PRESISI PLASTINDO PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PT MITRA PRESISI PLASTINDO Bernadus Tofan Adi Pranata 1*, Slamet Setio Wigati 2 1,2 Program Studi Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Atma

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Tata Letak Fasilitas Pengertian perencanaan fasilitas dapat dikemukakan sebagai proses perancangan fasilitas, termasuk didalamnya analisis, perencanaan, desain

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #8

Pembahasan Materi #8 Materi #8 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Pembahasan Materi #8 2 Dasar Penentuan Metode Penentuan Fasilitas Yang Dipertimbangkan Rancangan Alternatif Tata Letak Diagram Hubungan Ruangan Derajat

Lebih terperinci

Pembahasan Materi #9

Pembahasan Materi #9 1 TIN314 Perancangan Tata Letak Fasilitas Pembahasan 2 Dasar Penentuan Metode Penentuan Fasilitas Yang Dipertimbangkan Rancangan Alternatif Tata Letak Diagram Hubungan Ruangan Derajat Nilai Kedekatan 6623

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah CV. Jaya Teknik adalah perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur yang memproduksi sebuah pagar, perusahaan CV. Jaya Teknik berdiri pada tahun 2013 perusahaan

Lebih terperinci

Perencanaan Kebutuhan Luas Lahan pada Tata Letak Fasilitas Area Pelayanan Proses di Alya Jaya Motor

Perencanaan Kebutuhan Luas Lahan pada Tata Letak Fasilitas Area Pelayanan Proses di Alya Jaya Motor Perencanaan Kebutuhan Luas Lahan pada Tata Letak Fasilitas Area Pelayanan Proses di Alya Jaya Motor Risthia Eriana Putri 1, Hery Irwan 2,Zaenal Arifin 3 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Riau

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perencanaan Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Pengertian Perencanaan Fasilitas Perencanaan tata letak fasilitas termasuk kedalam bagian dari perancangan tata letak pabrik. Perencanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Perancangan fasilitas memiliki pengaruh yang sangat besar di dalam proses operasi perusahaan karena merupakan dasar dari keseluruhan proses produksi. Dalam

Lebih terperinci

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN ACARA II PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL

LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN ACARA II PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL LAPORAN RESMI PRAKTIKUM TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN ACARA II PETA KERJA UNTUK EVALUASI TATA LETAK AWAL Disusun oleh : Kelompok 6 Kelompok 10 1. Nika Awalistyaningrum (9118) 2. Esti Rumaningsih (9127)

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT. Agronesia merupakan salah satu perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur dengan beberapa divisi, meliputi divisi karet, makanan dan minuman, serta es balok. Divisi barang teknik

Lebih terperinci

3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang. didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau

3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang. didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau 71 3. Masukkan alasan setiap pasangan departemen pada peta keterkaitan yang didasarkan pada informasi karyawan dan pihak manajemen atau pengetahuan tentang keterkaitan antar kegiatan. 4. Catat derajat

Lebih terperinci

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS

PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS PANDUAN PRAKTIKUM PENANGANAN BAHAN DAN PERENCANAAN TATA LETAK FASILITAS Disusun Oleh Tim Dosen dan Asisten PLO 2017 LABORATORIUM KOMPUTASI DAN ANALISIS SISTEM JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS

Lebih terperinci

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DI INDUSTRI TAHU MENGGUNAKAN BLOCPLAN

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DI INDUSTRI TAHU MENGGUNAKAN BLOCPLAN PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS DI INDUSTRI TAHU MENGGUNAKAN BLOCPLAN Indah Pratiwi 1, Etika Muslimah 2 dan Abdul Wahab Aqil 3 Abstrak: Tata letak pabrik (plant layout) sebagai tata cara pengaturan fasilitas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Keberhasilan suatu penelitian sangat ditentukan oleh langkah-langkah penelitian yang baik, sehingga penelitian tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai

BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH. Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai BAB 3 METODOLOGI PEMECAHAN MASALAH Adapun urutan langkah-langkah dalam melakukan penelitian ini adalah sebagai berikut : Studi Pendahuluan Identifikasi Masalah Penentuan Tujuan Penelitian Pengumpulan Data

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perusahaan adalah suatu lembaga yang diorganisir dan dijalankan untuk menyediakan barang dan jasa bagi masyarakat dengan motif laba. Pada era krisis global yang dialami

Lebih terperinci

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PT XYZ adalah salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dalam pembuatan suku cadang dan komponen sepeda motor. Tata letak saat ini disusun berdasarkan kesamaan jenis mesin yang diletakkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik

II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Tata Letak Pabrik Menurut Apple (1990), Tata letak pabrik dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas fasilitas pabrik guna menunjang kelancaran proses

Lebih terperinci

PERENCANAAN ULANG TATA LETAK FASILITAS DI PT.KARIMATA PUTRA MAKMUR DENGAN METODE BLOCPLAN

PERENCANAAN ULANG TATA LETAK FASILITAS DI PT.KARIMATA PUTRA MAKMUR DENGAN METODE BLOCPLAN 1 PERENCANAAN ULANG TATA LETAK FASILITAS DI PT.KARIMATA PUTRA MAKMUR DENGAN METODE BLOCPLAN Nama : Fredi Maulana NPM : 32410881 Pembimbing : Dr. Ir. Emirul Bahar, ACSI JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Tata Letak Fasilitas 2.1.1 Definisi Tata Letak Fasilitas 1) Menurut Sritomo (1992, p52), tata letak fasilitas didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas - fasilitas fisik

Lebih terperinci

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Sekilas Perusahaan PT. Sakti Prima (bukan nama asli-nama disamarkan) merupakan perusahaan yang bergerak di bidang Pertambangan Nasional

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Tata Letak Pabrik Salah satu kegiatan rekayasa industri yang paling tua adalah menata letak fasilitas. Dan tata letak yang baik selalu mengarah kepada perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pada Sistem Produksi Flow Shop (Studi Kasus Pt. Xxx Pekanbaru)

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pada Sistem Produksi Flow Shop (Studi Kasus Pt. Xxx Pekanbaru) Seminar Nasional Teknologi Informasi, Komunikasi dan Industri (SNTIKI) 8 ISSN : 2085-9902 Pekanbaru, 9 November 2016 Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Pada Sistem Produksi Flow Shop (Studi Kasus Pt.

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratam akademik guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Strata satu

TUGAS AKHIR. Ditulis untuk memenuhi sebagian persyaratam akademik guna memperoleh gelar Sarjana Teknik Strata satu TUGAS AKHIR USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS INDUSTRI GUNA MENGURANGI MATERIAL HANDLING DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (STUDI KASUS : CV. GARUDA PLASTIK) Ditulis untuk memenuhi sebagian

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan

BAB V ANALISIS HASIL. 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan BAB V ANALISIS HASIL 5.1 Analisis Tata Letak Fasilitas Awal dan Usulan 5.1.1. Analisis Tata Letak Fasilitas Awal Pada kondisi awal lantai produksi, pengaturan tata letak pada PT IKP cenderung menempatkan

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA BLOCLPAN DI PT. APINDOWAJA AMPUH PERSADA TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi

Lebih terperinci

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA

PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA PERANCANGAN ULANG TATALETAK FASILITAS DENGAN PENDEKATAN GROUP TECHNOLOGY BERDASARKAN RANK ORDER CLUSTERING (ROC) DAN ALGORITMA BLOCLPAN DI PT. APINDOWAJA AMPUH PERSADA T U G A S S A R J A N A Diajukan

Lebih terperinci

REKAYASA DAN INOVASI TEKNOLOGI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP BANGSA

REKAYASA DAN INOVASI TEKNOLOGI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS HIDUP BANGSA . PROCEEDINGS SEMINARNASIONALRISETDANTEKNOLGITERAPAN(RITEKTRA)KE4 REKAYASADANINOVASITEKNOLOGI UNTUKPENINGKATANKUALITASHIDUPBANGSA 17SEPTEMBER2014 UNIVERSITASSANATADHARMA YOGYAKARTAINDONESIA Editor: TheJinAi,Dr.Eng

Lebih terperinci

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA EKSTENSI DEPARTEMEN TEKNIK INDUSTRI PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI DENGAN MENERAPKAN TRAVEL CHART, ALGORITMA BLOCPLAN DAN CORELAP DI PT. CAHAYA BINTANG MEDAN TUGAS SARJANA Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat-syarat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perencanaan Tata Letak Fasilitas merupakan suatu kegiatan yang dimana penempatan suatu departemen dan sub departemennya diletakkan sesuai kebutuhan yang diinginkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Tata letak pabrik (plant layout) atau tata letak fasilitas (facilities layout)

BAB I PENDAHULUAN. Tata letak pabrik (plant layout) atau tata letak fasilitas (facilities layout) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tata letak pabrik (plant layout) atau tata letak fasilitas (facilities layout) dapat didefinisikan sebagai tata cara pengaturan fasilitas-fasilitas pabrik guna menunjang

Lebih terperinci

Evaluasi Perencanaan Tata Letak Fasilitas Peleburan dan Pencetakan Terhadap Optimasi Proses Aliran Material pada PT. PANGERAN KARANG MURNI

Evaluasi Perencanaan Tata Letak Fasilitas Peleburan dan Pencetakan Terhadap Optimasi Proses Aliran Material pada PT. PANGERAN KARANG MURNI UNIVERSITAS BINA NUSANTARA Jurusan Teknik Industri Skripsi Sarjana Semester Genap tahun 2005/2006 Evaluasi Perencanaan Tata Letak Fasilitas Peleburan dan Pencetakan Terhadap Optimasi Proses Aliran Material

Lebih terperinci

TUGAS AKHIR. Usulan Re-Layout Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Menggunakan Metode SLP di Departemen Produksi Bagian OT Cair di PT IKP

TUGAS AKHIR. Usulan Re-Layout Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Menggunakan Metode SLP di Departemen Produksi Bagian OT Cair di PT IKP TUGAS AKHIR Usulan Re-Layout Tata Letak Fasilitas Produksi Dengan Menggunakan Metode SLP di Departemen Produksi Bagian OT Cair di PT IKP Diajukan Guna Melengkapi Sebagian Syarat Dalam mencapai gelar Sarjana

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Teknik Pengumpulan Data Dalam proses penulisan skripsi mengenai perancangan tata letak ini, penulis mengumpulkan dan menyusun data-data yang berhasil dikumpulkan oleh penulis.

Lebih terperinci

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling

Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling Performa (2014) Vol. 13, No.2: 91-100 Perancangan Ulang Tata Letak Fasilitas Untuk Meminimasi Ongkos Material Handling Rizki Wahyuniardi, Agi A. Setiawan Teknik Industri, Fakultas Teknik, UniversitasPasundan

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Penulis melakukan penelitian di CV.Karya Logam dengan menggunakan tahapan-tahapan penelitian. Tahapan-tahapan penelitian tersebut antara lain : 3.1. Studi Lapangan Studi lapangan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD.

USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD. USULAN PERBAIKAN LAYOUT PRODUKSI OBLONG PADA DIVISI GARMEN LOKAL DI PT MKF, LTD. Fendi Staf Produksi, Industri Manufaktur, PT ASTRA DAIHATSU MOTOR HEAD OFFICE, Jln. Gaya Motor III No. 5, Sunter II, Jakarta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan setiap proses produksi (Dionisius Narjoko, 2013). Sistem pergudangan yang baik adalah sistem pergudangan yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. mengoptimalkan setiap proses produksi (Dionisius Narjoko, 2013). Sistem pergudangan yang baik adalah sistem pergudangan yang mampu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perekonomian Indonesia semakin terintegrasi dengan perekonomian global. Persaingan yang terjadi di sektor industri semakin pesat, hal tersebut memicu para pengusaha

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI 29 BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Definisi Perancangan Tata Letak Salah satu kegiatan rekayasa industri yang paling tua adalah menata letak fasilitas. Dan tata letak yang baik selalu mengarah kepada perbaikan-perbaikan

Lebih terperinci

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA)

USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA) USULAN PERBAIKAN TATA LETAK FASILITAS LANTAI PRODUKSI PRODUK SEPATU PERLENGKAPAN DINAS HARIAN (STUDI KASUS PADA CV. MULIA) Widya Nurcahayanty Tanjung 1, Fauzan Hariz Harimansyah E-mail: widya@uai.ac.id

Lebih terperinci

USULAN PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (STUDI KASUS: PT. Kencana Andalan Nusantara) TUGAS AKHIR

USULAN PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (STUDI KASUS: PT. Kencana Andalan Nusantara) TUGAS AKHIR USULAN PERANCANGAN TATA LETAK PABRIK KELAPA SAWIT DENGAN METODE SYSTEMATIC LAYOUT PLANNING (STUDI KASUS: PT. Kencana Andalan Nusantara) TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar

Lebih terperinci

Usulan Tata Letak Gudang Untuk Meminimasi Jarak Material Handling Menggunakan Metode Dedicated Storage

Usulan Tata Letak Gudang Untuk Meminimasi Jarak Material Handling Menggunakan Metode Dedicated Storage Jurnal Teknik Industri, Vol.1,.1, Maret 2013, pp.29-34 ISSN 2302-495X Usulan Tata Letak Gudang Untuk Meminimasi Material Handling Menggunakan Metode Dedicated Storage Ayunda Prasetyaningtyas A. 1, Lely

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN Tahap-tahap yang dilalui dalam melakukan penelitian ini ada 4 tahap utama yaitu tahap pendahuluan, tahap pengumpulan data, tahap analisis data, dan tahap penulisan laporan.

Lebih terperinci

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT

TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT TATA LETAK PABRIK KULIAH 2: PERENCANAAN LAYOUT By: Rini Halila Nasution, ST, MT Alat, bahan dan pekerja harus diatur posisinya sedemikian rupa dalam suatu pabrik, sehingga hasilnya paling efektif dan ekonomis.

Lebih terperinci

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH

BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH BAB V ANALISA PEMECAHAN MASALAH 5.1. Analisa Hasil Data Dari pengolahan data pada bab sebelumnya diperoleh hasil mengenai jumlah produk, jumlah produk cacat, dan jenis cacat yang ada antara lain : gosong,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Didalam suatu instansi, ruang tata usaha (kantor) merupakan tempat/ruangan berlangsungnya kegiatan administrasi, komunikasi, dan dokumentasi. Seperti contoh,

Lebih terperinci

APLIKASI ALGORITMA BLOCK PLAN DAN ALDEP DALAM PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PABRIK PENGOLAHAN KARET

APLIKASI ALGORITMA BLOCK PLAN DAN ALDEP DALAM PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PABRIK PENGOLAHAN KARET APLIKASI ALGORITMA BLOCK PLAN DAN ALDEP DALAM PERANCANGAN ULANG TATA LETAK FASILITAS PRODUKSI PABRIK PENGOLAHAN KARET Ukurta Tarigan, Uni P. P. Tarigan, dan Zulfirmansyah A. Dalimunthe Departemen Teknik

Lebih terperinci

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian dan tujuan rancang fasilitas Wignjosoebroto (2009; p. 67) menjelaskan, Tata letak pabrik adalah suatu landasan utama dalam dunia industri. Perancangan tata letak pabrik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era modern merupakan sebuah era yang sangat dinamis, baik dalam aspek

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Era modern merupakan sebuah era yang sangat dinamis, baik dalam aspek BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Era modern merupakan sebuah era yang sangat dinamis, baik dalam aspek prilaku manusia, budaya, dan perkembangan teknologi. Kementrian Perdagangan Republik Indonesia

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metodologi penelitian merupakan kegiatan pengumpulan data dan informasi tentang suatu permasalahan yang memiliki tahapan-tahapan yang disusun dalam suatu rangkaian dan setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan tata letak fasilitas merupakan rancangan dari fasilitas-fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. Perancangan tata letak fasilitas merupakan rancangan dari fasilitas-fasilitas BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Perancangan tata letak fasilitas merupakan rancangan dari fasilitas-fasilitas industri yang akan didirikan atau dibangun. Di dunia industri, perencanaan

Lebih terperinci