Rondhianto, Iis Rahmawati, Aridha Silmi Agustin Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Rondhianto, Iis Rahmawati, Aridha Silmi Agustin Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember"

Transkripsi

1 PERBEDAAN PENGGUNAAN CHLORHEXIDINE 0,2% DENGAN NaCl 0,9% SEBAGAI DEKONTAMINASI ORAL TERHADAP KOLONISASI STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA PASIEN POST OPERASI GENERAL ANESTHESIA DI RUANG MAWAR RSUD dr. ABDOER RAHEM KABUPATEN SITUBONDO Rondhianto, Iis Rahmawati, Aridha Silmi Agustin Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember ABSTRAK General anesthesia memiliki efek samping yaitu dapat meningkatkan sekret sistem pernafasan. Sekret tersebut menumpuk di rongga mulut dan dapat meningkatkan flora normal saluran pernafasan diantaranya Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus yang meningkat akan membentuk koloni yang dapat membuat mereka turun ke paru dan menyebabkan pneumonia. Salah satu cara untuk mengurangi kolonisasi Staphylococcus aureus adalah oral hygiene. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perbedaan penggunaan chlorhexidine 0,2% dengan NaCl 0,9% sebagai dekontaminasi oral terhadap kolonisasi staphylococcus aureus pada pasien dengan general anasthesia. Jenis penelitian ini adalah quasy experimental dengan desain non equivalent control group menggunakan consecutive sampling. Jumlah sampel terdiri dari 20 post operatif pasien dengan general anesthesia yang dibagi menjadi 2 kelompok: kelompok perlakuan diberikan chlorhexidine 0.2% dan kelompok kontrol diberikan NaCl 0.9%. Oral hygiene diberikan dua kali sehari (pagi dan sore) selama dua hari. Data diuji dengan menggunakan uji statistik mann-whitney didapatkan hasil p-value <α (0.05). Chlorhexidine 0,2% sebagai dekontaminasi oral lebih efektif dibandingkan dengan NaCl 0,9% terhadap kolonisasi staphylococcus aureus pada pasien post operatif dengan general anesthesia. Chlorhexidine lebih efektif karena memiliki efek bakteriostatik yang lebih baik dibandingkan dengan NaCl 0,9%. Kata kunci : General Anesthesia, Oral Hygiene, Chlorhexidine 0.2%, NaCl 0.9%, Staphylococcus aureus. THE DIFFERENCE OF USING CHLORHEXIDINE 0,2% WITH NaCl 0,9% AS ORAL DECONTAMINATION FOR THE STAPHYLOCOCCUS AUREUS COLONIZATION TO POST OPERATIVE PATIENTS WITH GENERAL ANESTHESIA IN MAWAR WARD RSUD dr. ABDOER RAHEM SITUBONDO REGENCY ABSTRACT General anesthesia has side effect to increase secretions of respiratory system. Secretions will accumulate in the oral cavity that can increase normal flora in the respiratory tract such as Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus increased and colonized, than goes down to lung and caused pneumonia. The way to decrease the colonization of Staphylococcus aureus is oral hygiene. The purpose of this study is determine the difference between chlorhexidine 0,2% with NaCl 0,9% as oral decontamination for staphylococcus aureus s colonization to patients with general anasthesia. This study was Quasy experimental wich non equivalent control group design with consecutive sampling. The sample consist of 20 post operative patients with general anesthesia that devided into 2 groups: the treatment group was given chlorhexidine 0.2% and the control group was given NaCl 0.9%. Oral hygiene was given two times a day (morning and evening) for 2 days. Data were analyzed by using statistical mann-whitney test. The results of the Mann-whitney test showed p-value <α (0.05). Chlorhexidine 0,2% has more efective than NaCl 0,9% as oral decontamination for the staphylococcus aureus s

2 colonization in post operative patients with general anesthesia. Because chlorhexidine 0,2% have bacteriostatic effect more than NaCl 0,9% Keywords : General Anesthesia, Oral Hygiene, Chlorhexidine 0.2%, NaCl 0.9%, Staphylococcus aureus. PENDAHULUAN Pembedahan adalah segala sesuatu tindak pengobatan menggunakan cara invasive dengan membuka atau menampilkan bagian tubuh yang akan ditangani [1]. Pembedahan mayor seringkali menggunakan general anesthesia karena akan melakukan manipulasi jaringan yang luas. Resiko dari general anesthesia adalah efek samping obat-obatan anastesi, termasuk diantaranya adalah depresi pernafasan [2]. Adanya depresi pernafasan menyebabkan terjadinya penumpukan sekret di dalam tenggorokan dan mikroorganisme mudah sekali masuk ke dalam jalan nafas dan paru-paru karena selama tidak sadar, refleks batuk untuk melindungi jalan nafas tidak lagi memadai, bahkan hilang akibat dari efek obat anestesi [1]. Flora normal yang paling banyak ditemukan dalam orofaring adalah Staphylococcus aureus, Streptococcus pneumoniae, dan Haemophilus influenzae. Dalam keadaan normal, bakteri mulut tidak menimbulkan penyakit yang disebut dengan saprofit.staphylococcus aureus banyak membentuk koloni di orofaringeal dalam waktu 48 jam setelah dirawat di rumah sakit [3]. Semakin banyaknya sekresi orofaringeal, semakin banyak pula Staphylococcus aureus yang terkumpul dan semakin mendukung terjadinya aspirasi ke dalam paru [4]. Adanya aspirasi ke paru dapat menyebabkan terjadinya pneumonia nosokomial dimana pneumonia nosokomial merupakan jenis infeksi nosokomial terbesar ketiga setelah infeksi saluran kemih dan infeksi incise pembedahan [5]. Pengembangan tindakan oral hygiene yang efektif pada pasien pasca bedah merupakan cara yang aman, dengan biaya yang efisien untuk mengurangi angka morbiditas dan mortalitas pada pasien [2]. Cara yang dikenal untuk menjaga kebersihan gigi dan mulut selama ini adalah dengan menggosok gigi. Namun untuk beberapa kasus, terutama kasus penyakit gigi dan gusi, penggunaan obat kumur sangat diperlukan. Menggosok gigi saja kurang efektif untuk mengurangi akumulasi plak penyebab gangguan pada gigi dan gusi. Berkumur dengan obat kumur dapat menghilangkan bakteri di sela-sela gigi yang tidak terjangkau oleh sikat gigi [6]. Melakukan oral hygiene dengan menggunakan antiseptik dapat menekan penggunaan antibiotik yang berlebihan. Tindakan oral hygiene juga memiliki implikasi untuk mengurangi infeksi pernafasan pada orang tua. Melakukan tindakan oral hygiene dengan antiseptik secara efektif sebanyak dua kali sehari dapat menurunkan penumpukan sekret dan menurunkan tingkat pneumonia pada pasien ICU [7]. Hasil wawancara pada perawat di ruang bedah Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo diketahui bahwa tindakan oral hygiene dilakukan di recovery room oleh perawat namun hanya sebatas melakukan suction tanpa melakukan pembilasan dengan antiseptik, sedangkan pada pasien yang berada di ruang rawat inap dilakukan mandiri oleh pasien dan di bantu oleh keluarga pasien. Hasil wawancara dari 5 pasien mengatakan bahwa setelah operasi dengan general anesthesia, didapatkan semua pasien tidak melakukan oral hygiene, fokus utama perawatan yang dilakukan oleh keluarga terletak pada luka akibat pembedahan. Praktik personal hygiene yang dilakukan hanya sebatas pada membersihkan badan dengan seka, tanpa melakukan praktik oral hygiene. Modifikasi tindakan oral hygiene menggunakan cairan chlorhexidine 0,2% merupakan alternatif untuk mengurangi residu cairan mulut [8]. Sedangkan pada penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh komparasi efektifitas oral hygiene dengan NaCl 0,9 % dan NaCl 0,9% + Betadine 0,1 % terhadap kejadian stomatitis. Hasil yang didapatkan antara lain

3 bahwa tidak ada perbedaan pengaruh oral hygiene menggunakan larutan NaCl 0,9 % dan NaCl 0,9 % + Betadine 0,1 % terhadap kejadian dan onset stomatitis pada pasien Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) Fase Induksi yang menjalani kemoterapi [9]. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis perbedaan penggunaan chlorehexidine 0,2% dengan NaCl 0,9% sebagai larutan dekontaminasi oral terhadap kolonisasi staphylococcus aureus pada pasien post operasi dengan general anasthesi di ruang bedah mawar RSUD dr Abdoer Rahem Kabupaten Situbondo. METODE PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan penelitian ini adalah quasy experimental design dengan rancangan non equivalent control group design. Sampel pada penelitian ini adalah pasien post operasi dengan general anasthesi di ruang bedah mawar RSUD dr Abdoer Rahem Kabupaten Situbondo yang diambil menggunakan teknik consecutive sampling. Penelitian dilakukan pada pasien post operasi dengan general anesthesia di ruang mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo pada tanggal 13 Januari 13 Februari Jumlah sampel 20 responden yang dibagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Kriteria inklusi terdiri dari pasien post operasi dengan general anasthesi, usia antara tahun, dirawat 2 hari, status kesadaran compos mentis, dan tanpa komplikasi paru sebelumnya. Data pada penelitian ini diambil dari hasil rekam medik di ruang rawat bedah mawar dengan memperhatikan etika penelitian yaitu persetujuan, kerahasiaan, tanpa nama, keadilan, dan kemanfaatan. Penelitian dilakukan di ruang rawat bedah mawar RSUD dr Abdoer Rahem Kabupaten Situbondo. Pengolahan data menggunakan uji wilcoxone untuk melihat perbedaan antara pre dan post setiap kelompok dan mann-whitney untuk melihat perbedaan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan derajat kepercayaan 95% (α=0,05). Data diperoleh dari hasil fermentasi kolonisasi Stapylococcus aureus dan dikategorikan sebagai berikut: 0 : tidak ada pertumbuhan koloni Staphylococcus aureus +1 : koloni nampak tipis, jarak antar koloni tidak rapat, dan dapat dihitung jumlah koloninya +2 : koloni nampak tipis, jarak antar koloni rapat, dan tidak dapat dihitung jumlah koloninya +3 : koloni nampak tebal, jarak antar koloni rapat, dan tidak dapat dihitung jumlah koloninya Sedangkan perbedaan kolonisasi Staphylococcus aureus sebelum dan sesudah diberikan intervensi dilakukan pengkategorian sebagai berikut: 0 : tidak memberikan efek perubahan pada kolonisasi Staphylococcus aureus -1 : cukup baik untuk memberikan efek perubahan pada kolonisasi Staphylococcus aureus -2 : baik untuk memberikan efek perubahan pada kolonisasi Staphylococcus aureus -3 : sangat baik untuk memberikan efek perubahan pada kolonisasi Staphylococcus aureus HASIL PENELITIAN Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui bahwa rata-rata usia responden pada kelompok perlakuan adalah 42,80 tahun,. Sedangkan pada kelompok kontrol adalah 41,80 tahun. Tabel 1 Rata-Rata Usia Responden di Ruang Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Variabel Mean Median Min-Maks. Perlakuan 42,80 40, Kontrol 41,80 42,

4 Tabel 2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Tingkat Pendidikan dan Pekerjaan Responden di Ruang Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo Periode 13 Januari 13 No. Karakteristik Responden Kategori Jumlah (orang) Persentase (%) 1 Jenis Kelamin Perlakuan Laki-laki 8 40 Perempuan 2 10 Kontrol Laki-laki 7 35 Perempuan 3 15 Total Pendidikan Perlakuan Tidak 0 0 sekolah SD 2 10 SMP 1 5 SMA 6 30 PT 1 5 Kontrol Tidak 1 5 sekolah SD 0 0 SMP 4 20 SMA 2 10 PT 3 15 Total Pekerjaan Perlakuan Tidak 1 5 bekerja Wirswasta 3 15 Pegawai 2 10 swasta Pegawai 1 5 negeri Petani 3 15 Kontrol Tidak 0 0 bekerja Wirswasta 5 25 Pegawai 2 10 swasta Pegawai 2 10 negeri Petani 1 5 Total Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa sebagian besar jenis kelamin pada kelompok perlakuan adalah laki-laki sebanyak 8 orang (80%) dengan sebagian besar berpendidikan SMA dengan 6 orang (60%). dengan jenis pekerjaan yang paling banyak adalah wiraswasta sebanyak 3 orang (30%) dan petani 3 orang (30 %). Sedangkan pada kelompok kontrol sebagian besar adalah pasien dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 7 orang (70%) dengan tingkat pendidikan sebagian besar adalah SMP/SLTP sebanyak 4 orang (40%) dan jenis pekerjaan sebagai wiraswasta sebanyak 5 orang (50%). Tabel 3 Pertumbuhan Koloni Staphylococcus aureus Kelompok Perlakuan di Ruang mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Kode Responde Tingkat Fermentasi Differen ce ( ) Katego ri n Pre Post R Cukup R Cukup R Cukup R Baik R Cukup R Cukup R Tetap R Cukup R Baik R Baik Total Mean 2,8 1,6-1,2 Berdasarkan tabel 3 diketahui tingkat fermentasi bakteri staphylococcus aureus pada kelompok chlorhexidine 0,2% sebelum perlakuan didapatkan sebagian besar berada dalam kategori +3, yaitu sebanyak 8 orang responden (80%) dengan rata-rata sebesar 2,8 point. Sedangkan setelah perlakuan didapatkan, sebagian besar responden berada dalam kategori +2, yaitu sebanyak 6 orang responden (60%) dengan ratarata 1,6 point. Selisih perubahan antara pre dan post adalah 1,2 point. Terjadi penurunan kolonisasi Staphylococcus aureus pada

5 kelompok perlakuan sebanyak 9 orang responden (90%) yang dapat diketahui pada tanda negatif di kolom difference. Selain itu, didapatkan hasil sebagian besar larutan povidone iodine 1% cukup baik untuk memberikan efek penurunan kolonisasi Staphylococcus aureus dan hanya 1 orang responden saja (10%) yang kolonisasinya tetap. Tabel 4 dapat diketahui tingkat fermentasi bakteri staphylococcus aureus pada kelompok NaCl 0,9% sebelum perlakuan berada dalam kategori +2 dan +3, masing-masing 5 orang responden (50 %) dengan rata-rata sebesar 2,5 point. Sedangkan setelah perlakuan didapatkan sebagian besar berada dalam kategori +2 sebanyak 7 orang responden (70 %) dengan rata-rata 2,1 point. Terjadi perubahan kolonisasi dalam kategori cukup sebanyak 4 orang responden (40%) dengan selisih rata-rata perubahan antara pre dan post adalah 0,4 point. Tabel 4 Pertumbuhan Koloni Staphylococcus aureus Kelompok Kontrol di Ruang Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Kode Tingkat Fermentasi Differenc e ( ) Kategori Pre Post Cukup Tetap Tetap Cukup Tetap Tetap Cukup Tetap Cukup Tetap Total Mean 2,5 2,1 0,4 Tabel 5 Perbedaan Tingkat Fermentasi Kolonisasi Staphylococcus aureus pada Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol Setelah Diberikan Intervensi Oral Hygiene pada Pasien Post Operasi dengan General Anesthesia di Ruang Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem No Variabel Mean Kategori Pre Post 1 Tingkat Fermentasi Kolonisasi S. aureus Kelompok Perlakuan 2 Tingkat Fermentasi Kolonisasi S. aureuskelom pok Kontrol test test 2,80 1,60 Tetap : 0 Cukup : 6 Baik : 4 Sangat Baik : 0 2,50 2,10 Tetap : 6 Cukup : 4 Baik : 0 Sangat Baik : 0 Berdasarkan tabel 5 dapat diketahui bahwa pada kelompok perlakuan 100 % responden terjadi perubahan penurunan kolonisasi Staphylococcus aureus pada kategori baik dan cukup baik, sedangkan pada kelompok kontrol 60 % responden tetap atau tidak mengalami penurunan kolonisasi Staphylococcus aureus. Penurunan pada kelompok perlakuan lebih besar dibandingkan dengan kelompok kontrol, dengan rata-rata penurunan kolonisasi Staphylococcus aureus pada kelompok perlakuan sebesar 1,20 point dibanding dengan kelompok kontrol sebesar 0,40 point.

6 Tabel 6 Uji Statistik Wilcoxone Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol di Ruang Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo Periode 13 Januari 13 No. Kelompok P value N 1 Chlorehexidine 0,2% 0, (Perlakuan) Pre Oral hygiene Post Oral hygiene 2 NaCl 0,9% (Kontrol) 0, Pre Oral hygiene Post Oral hygiene Total 20 Berdasarkan tabel 6 diketahui bahwa pada kelompok perlakuan dari hasil uji Wilcoxon didapatkan p-value (0,006) < α (0,05). Hal ini berarti ada pengaruh pemberian oral hygiene sebelum dan sesudah perlakuan dengan menggunakan chlorhexidine 0,2% terhadap kolonisasi staphylococcus aureus pada kelompok perlakuan. Pada kelompok kontrol hasil uji Wilcoxon yang dilakukan didapatkan p-value (0,046) < α (0,05) yang juga menunjukkan ada perbedaan sebelum dan sesudah diberikan NaCl 0,9 % sebagai dekontaminasi oral pada kolonisasi Staphylococcus aureus. Tabel 7 Uji Statistik Mann-Whitney Kelompok Perlakuan dan Kelompok Kontrol di Ruang Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Kelompok P value N Perlakuan oral hygienedengan Chlorhexidine 0,2% 0, Kontrol oral hygienedengan Chlorhexidine 0,2% Berdasarkan tabel 7 dapat diketahui bahwa nilai p-value (0,010) < α (0,05). Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna oral hygiene antara kelompok perlakuan yaitu oral hygiene dengan menggunakan chlorhexidine 0,2% dengan kelompok kontrol yaitu oral hygiene dengan menggunakan NaCl 0,9% terhadap kolonisasi staphylococcus aureus pada pasien post operasi dengan general anasthesia. PEMBAHASAN 1. Karakteristik Responden Angka kejadian infeksi Staphylococcus aureus lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan pada perempuan. Perbedaan frekuensi penyakit antara laki-laki dan perempuan dapat disebabkan karena peran kehidupan dan perilaku dalam masyarakat [14]. Pada laki-laki lebih banyak melakukan aktifitas di luar rumah dari pada perempuan sehingga pada laki-laki lebih mendapat pajanan dari lingkungan luar. Bertambahnya usia menyebabkan terjadinya perubahan di dalam mulut, apabila ditambah dengan kondisi penyakit kronis, ketidakmampuan fisik dan pengobatan yang diberikan dapat memiliki efek samping pada mulut, yang kemudian menyebabkan perawatan mulut yang buruk [2]. Pasien usia diatas 60 tahun mengalami penurunan kemampuan imunitas tubuh melawan infeksi termasuk kecepatan respons imun. Maka saat menginjak usia tua maka resiko kesakitan meningkat seperti penyakit infeksi, kanker, kelainan autoimun, atau penyakit kronik. Salah satu faktor yang mempengaruhi status kesehatan adalah perilaku. Sehat atau sakitnya individu dipengaruhi oleh perilaku. Perilaku manusia bukan sesuatu yang berdiri sendiri, melainkan dipengaruhi oleh oleh banyak faktor seperti pendidikan dan sosial ekonomi [15]. Memiliki pendidikan, manusia memperoleh pengetahuan sehingga memiliki kesempatan lebih besar untuk meraih peluang kemajuan. Tingkat pendidikan yang rendah dan kesehatan yang tak memadai merupakan salah satu kelemahan yang terdapat di masyarakat. Tingginya biaya pengobatan menyebabkan tidak semua orang mampu memanfaatkan layanan kesehatan. Keluarga yang tergolong miskin untuk mendapatkan layanan kesehatan menjadi sulit

7 2. Koloni Staphylococcus aureus Sebelum dan Sesudah Dilakukan Oral Hygiene dengan Chlorhexidine 0,2% pada Pasien Post Opersi dengan General Anasthesia di Ruang Mawar RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tabel 3 terlihat pada kelompok perlakuan pada pre test didapatkan memiliki pertumbuhan bakteri +3 yaitu sebanyak 8 orang (80%). Setelah 4 kali perlakuan selama 2 hari didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki pertumbuhan bakteri +2 yaitu sebanyak 6 orang (60%). Dari semua obat kumur antiseptik, chlorhexidine 0,2%, merupakan antiseptik yang paling banyak digunakan dan secara konsisten telah terbukti paling efektif dalam menghambat bakteri [10]. Terapi dekontaminasi oral dengan penggunaan antiseptik lebih dianjurkan daripada penggunaan antibiotik. Hal ini disebabkan karena penggunaan antibiotik yang berlebihan dapat meningkatkan resiko terjadinya resistensi bakteri. Chlorhexidine 0,2% merupakan salah satu antiseptik yang bersifat bakteriostatik untuk kuman gram negatif, gram positif, ragi, jamur, protozoa, alga, dan virus, serta sangat sensitif pada beberapa spesies kuman seperti pseudomonas spp, proteus spp, haemophilus spp, diptheroid spp, dan actinomyces spp. Akan tetapi ada juga beberapa kuman gram-negatif yang resisten terhadap chlorhexidine [11]. Tabel 6, hasil penelitian yang di uji dengan uji statistik Wilcoxone dapat disimpulkan bahwa dengan hasil p-value (0,006) < α (0,05) yang menunjukkan bahwa Chlorhexidine 0,2% terbukti sangat bermakna dalam menurunkan kolonisasi bakteri dalam rongga mulut. Hal ini dikarenakan mekanisme kerja chlorhexidine dengan mengganggu biofilm bakteri. Biofilm merupakan suatu membrane yang diproduksi oleh bakteri yang dapat melindungi sel-sel di dalamnya dan meningkatkan ketahanan bakteri terhadap antimikroba. Banyak agen antimikroba memiliki kesulitan untuk menghilangkan bakteri yang memiliki biofilm. Chlorhexidine 0,2% menunjukkan kemampuan untuk membantu menghambat bakteri dengan mencegah pertumbuhan dan perkembangan biofilms. Chlorhexidine dapat merusak dinding sel dan mengganggu osmosis. Menurunnya tingkat fermentasi pada medium agar setelah perlakuan dengan chlorhexidine 0,2% dikarenakan oleh kemampuan bakteriostatik dari chlorhexidine 0,2%. 3. Koloni Staphylococcus aureus Sebelum dan Sesudah Dilakukan Oral Hygiene dengan NaCl 0,9% pada Pasien Post Opersi dengan General Anasthesia di Ruang Mawar RSUD dr Abdoer Rahem Situbondo Tabel 4 terlihat bahwa pada kelompok kontrol pada pre test responden memiliki pertumbuhan bakteri +3 dan +2 yaitu masingmasing sebanyak 5 orang (50%). Setelah 4 kali perlakuan selama 2 hari didapatkan bahwa sebagian besar responden memiliki nilai post test +2 yaitu sebanyak 7 orang (70%). Normal saline merupakan cairan kristaloid yang bersifat isotonis, fisiologis, non toksik dan tidak menimbulkan reaksi hipersensitivitas sehingga aman digunakan untuk tubuh dalam kondisi apapun. Kandungan normal salin dalam setiap liternya mempunyai komposisi natrium dan klorida yang dibutuhkan oleh tubuh. Natrium klorida terdiri dari beberapa konsentrasi, yang paling sering digunakan adalah natrium klorida 0,9% atau sering disebut dengan NaCl 0,9% [12]. Kandungan klorida dalam NaCl juga berperan penting dalam mengurangi pertumbuhan mikroorganisme. Konsentrasi klorida yang tinggi dalam air dapat membahayakan organisme dengan mengganggu osmoregulasi, yaitu proses biologis dimana organisme mempertahankan konsentrasi yang tepat dari garam dan zat terlarut lainnya dalam cairan tubuh [13]. Hasil penelitian sesuai dengan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh komparasi efektifitas oral hygiene dengan NaCl 0,9 % dan NaCl 0,9% + Betadine 0,1 % terhadap kejadian stomatitis. Hasil yang didapatkan antara lain bahwa tidak ada perbedaan pengaruh oral hygiene menggunakan larutan NaCl 0,9 % dan NaCl 0,9 % + Betadine 0,1 % terhadap kejadian dan onset stomatitis pada pasien Acute Lymphoblastic Leukemia (ALL) Fase Induksi yang menjalani kemoterapi [9]. Meskipun hasil

8 yang didapatkan tidak sebaik daripada dengan menggunakan obat kumur yang mengandung chlorhexidine 0,2%, hasil tersebut menunjukkan bahwa NaCl 0,9% dapat bersifat anti bakteri. Kelompok kontrol menggunakan NaCl 0,9% terdapat beberapa responden yang memiliki hasil akhir post test yang tidak berbeda dengan hasil skor awal pre test. Hal ini dapat dikarenakan pasien makan dan minum setelah dilakuan tindakan oral hygiene. Selain itu, NaCl 0,9% merupakan medium yang digunakan sebagai medium transport bakteri, sehingga kemungkinan bakteri dapat bertahan dalam lingkungan NaCl 0,9%. 4. Perbedaan Penggunaan Chlorhexidine 0,2% dengan NaCl 0,9% sebagai Dekontaminasi Oral terhadap Kolonisasi Staphylococcus aureus Pasien Post Operasi dengan General Anesthesia di Ruang Mawar RSUD dr. Abdoer Rahem Situbondo Tabel 5 diketahui tingkat fermentasi bakteri staphylococcus aureus pada kelompok perlakuan pada pre test didapatkan rata-rata sebesar 2,8 point. Tingkat fermentasi bakteri staphylococcus aureus pada kelompok perlakuan pada post test didapatkan rata-rata 1,6 point. Selisih perubahan antara pre test dan post test adalah 1,2 point. Kelompok kontrol diketahui bahwa tingkat fermentasi bakteri staphylococcus aureus pada pre test didapatkan rata-rata sebesar 2,5 point. Sedangkan pada post test didapatkan rata-rata 2,1 point. Selisih perubahan antara pre test dan post test adalah 0,4 point. Hasil penelitian yang didapatkan dari hasil uji statistik Mann Whitney berdasarkan tabel, diketahui nilai p-value (0,010) < α (0,05). Hal ini menunjukkan ada perbedaan yang bermakna oral hygiene antara kelompok perlakuan dengan kelompok kontrol terhadap kolonisasi staphylococcus aureus pada pasien post operasi dengan general anesthesia. Perbedaan terjadi dikarenakan efek kerja chlorhexidine yang lebih baik dibandingkan dengan NaCl 0,9%. Chlorhexidine 0,2% mampu bekerja sebagai bakteriostatik (menghambat pertumbuhan bakteri) maupun bakterisida (membunuh bakteri), kemampuan chlorhexidine 0,2% bekerja pada spectrum luas, bekerja cepat, absorbsi minimal serta mempunyai aktivitas pada darah atau jaringan yang sangat baik. Selain itu juga chlorhexidine sebagian masih tertahan dengan baik di dalam rongga mulut setelah dikumur sehingga dapat meminimalkan pertumbuhan bakteri yang berlebih. NaCl 0,9% memiliki kandungan garam yang rendah dan memiliki kualitas yang sama seperti cairan plasma darah. NaCl 0,9% merupakan cairan kristaloid yang bersifat isotonis, fisiologis dan non toksik, oleh karena itu NaCl 0,9% dapat menghambat pertumbuhan bakteri, namun kurang baik dibandingkan dengan chlorhexidine 0,2%. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa ada perbedaan pemberian oral hygiene dengan menggunakan Chlorhexidine 0,2% dan NaCl 0,9% terhadap kolonisasi bakteri Staphylococcus aureus pada pasien post operasi dengan general anasthesia di ruang bedah mawar RSUD dr Abdoer Rahem Kabupaten Situbondo. Dimana Chlorhexidine 0,2% lebih efektif menurunkan kolonisasi Staphylococcus aureus. Untuk memaksimalkan hasil penelitian yang didapatkan, perlu dilakukan penelitian yang lebih mendalam terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi kolonisasi bakteri Staphylococcus aureus pasien post operasi dengan general anesthesia misalnya usia dan jenis kelamin.. DAFTAR PUSTAKA Sjamsuhidayat R. Buku ajar ilmu bedah edisi revisi. Jakarta: EGC; Potter PA, Perry AG. Fundamental keperawatan konsep, proses dan praktik, edisi 4. Jakarta: EGC; Smletzer S, Bare C. Buku ajar keperawatan medikal bedah brunner & suddarth edisi 8. Jakarta: EGC; Houston S. Efectiveness of 0.12% chlorehexidine glukonat oral rinse in reducing prevalance of nosokomial pneumonia in

9 patients undergoing heart surgery [Internet]. American Journal of Critical Care; 2002 [Cited 2013 June 27]. Available from: Ducel G. Prevention of hospital-acquired infections: A Practical Guide, 2nd edition [Internet]. WHO:Malta; 2002 [Cited 2013 Sept 28]. Available from:apps.who.int/medicinedocs/ index/assoc/s16355e/s16355e.pdf. Nareswari A. Perbedaan efektivitas obat kumur chlorhexidine tanpa alkohol dibandingkan dengan chlorhexidine beralkohol dalam menurunkan kuantitas koloni bakteri rongga mulut. Surakarta [Internet]. Universitas sebelas maret; [Cited 2013 Juni 10]. Available from: eprints.uns.ac.id/10157/1/ pdf Bopp M. Effects of daily oral care with 0.12% chlorhexidine gluconate and a standard oral care protocol on the development of nosocomial pneumonia in intubated patients [Internet]. Journal of Dental Hygiene; [Cited 2013 April 10]. Available from : jdh.adha.org/content/80/3/9.full.pdf. Yanti P, Erwin J. Efektifitas oral hygiene dengan suction menggunakan larutan chlorehexidine 0,2% terhadap pencegahan ventilator associated pneumonia (VAP) pada pasien yang terpasang vebtilator mekanik [Internet]. [Placed unknown]; [Cited 2013 June 10] Available from: repository.unri.ac.id/bitstream/.../1/ MANUSCRIPT.pdf Syahruramdhani. Komparasi efektivitas oral hygiene dengan nacl 0,9 % dan nacl % + betadine 0,1 % terhadap kejadian stomatis pada pasien acute lymphoblastic leukemia (ALL) yang menjalani kemoterapi fase induksi di bangsal kartika 2 INSKA RSUP DR. Sardjito Yogyakarta. [Internet]. Yogyakarta:UMY; [Cited 2013 Oktober 12]. Available from: digilib.fk.umy.ac.id S1 - Thesis Zyl V, Herdeen. Mouthwash: a review for south african health care workers. [Internet]. Univercity of Pretoria; [Cited 2013 jun 24]. Available from:repository.up.ac.za/bitstream /handle/.../vanzyl_mouthwash(2010).p df?... Prijantojo. Peranan chlorehexidine 0,2% terhadap kelainan rongga mulut. Cermin dunia kedokteran. [Internet]. Cermin Dunia Kedokteran; [Cited 2013 Jun 10]. Available from: gigi. Nurjanah N. Studi komparasi efektifitas kompres normal salin, air hangat dan alkohol terhadap derajat flebitis pada anak yang dilkakukan pemasangan infus di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. [Internet]. Jakarta: Program Magister Ilmu Kperawatan Universitas Indonesia; [Cited 2014 Des 09]. Available from : lontar.ui.ac.id/file?file...t%20nunung% 20Nurjanah.... Hunt M. Chlorides in fresh water. [Internet] Kingston; [Cited 2013 Nov 24]. Available from: Anna F. Pengaruh faktor demografi terhadap kejadian infeksi dan pola resistensi staphylococcus aureus pasien di RSUP Dr Kariadi Semarang. [Internet]. Semarang, Universitas Diponegoro; [Cited 2014 may 07]. Available from : ska.pdf Asmadi. Konsep dasar keperawatan. Jakarta: EGC; 2008.

PERBEDAAN PENGGUNAAN CLORHEXIDINE 0,2% DENGAN NACL 0,9% SEBAGAI DEKONTAMINASI ORAL

PERBEDAAN PENGGUNAAN CLORHEXIDINE 0,2% DENGAN NACL 0,9% SEBAGAI DEKONTAMINASI ORAL PERBEDAAN PENGGUNAAN CLORHEXIDINE 0,2% DENGAN NACL 0,9% SEBAGAI DEKONTAMINASI ORAL TERHADAP KOLONISASI STAPHYLOCOCCUS AUREUS PADA PASIEN POST OPERASIDENGAN GENERAL ANESTHESIA DI RUANG MAWAR RSUD dr ABDOER

Lebih terperinci

NurseLine Journal Vol. 1 No. 1 Mei 2016 ISSN

NurseLine Journal Vol. 1 No. 1 Mei 2016 ISSN NurseLine Journal Vol. 1 No. 1 Mei 2016 ISSN 2540-7937 PENGGUNAAN CHLORHEXIDINE 0,2% DENGAN POVIDONE IODINE 1% SEBAGAI DEKONTAMINASI MULUT TERHADAP KOLONISASI Staphylococcus aureus PADA PASIEN PASCA OPERASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat

BAB I PENDAHULUAN. Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan mortalitas pneumonia di seluruh dunia sangat tinggi. Pneumonia merupakan penyakit radang akut paru yang disebabkan oleh mikroorganisme yang mengakibatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia)

BAB I PENDAHULUAN. Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ventilator Associated Pneumonia (VAP) merupakan suatu peradangan pada paru (Pneumonia) yang disebabkan oleh pemakaian ventilator dalam jangka waktu yang lama pada pasien

Lebih terperinci

BAB 6 PEMBAHASAN. pneumonia yang terjadi pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik setelah 48

BAB 6 PEMBAHASAN. pneumonia yang terjadi pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik setelah 48 BAB 6 PEMBAHASAN VAP (ventilatory acquired pneumonia) adalah infeksi nosokomial pneumonia yang terjadi pada pasien dengan bantuan ventilasi mekanik setelah 48 jam. 4,8,11 Insiden VAP bervariasi antara

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Ventilator associated pneumonia (VAP) didefinisikan sebagai pneumonia yang terjadi pada pasien yang dilakukan ventilasi mekanik setelah pemasangan pipa endotrakea selama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial adalah infeksi yang di dapat setelah pasien dirawat di rumah sakit. Infeksi nosokomial merupakan konstributor penting pada morbiditas dan mortalitas.

Lebih terperinci

Keywords: Chlorhexidine 0,2%, povidone iodine 1%, number of oropharyngeal bacteria, oral hygiene, mechanical ventilator.

Keywords: Chlorhexidine 0,2%, povidone iodine 1%, number of oropharyngeal bacteria, oral hygiene, mechanical ventilator. PENELITIAN Perbedaan Jumlah Bakteri Orofaring Pada Tindakan Oral Hygiene Menggunakan Chlorhexidine Dan Povidone Iodine Pada Penderita Dengan Ventilator Mekanik Mochamat*, Johan Arifin*, Jati Listiyanto

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection. (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Infeksi nosokomial atau Hospital-Acquired Infection (HAI) memiliki kontribusi yang besar terhadap tingkat mortalitas di dunia. Infeksi nosokomial menempati urutan keempat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. mikroorganisme yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Infeksi Nosokomial menjadi masalah yang cukup berdampak di negara berkembang seperti Indonesia. Infeksi nosokomial ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme yang didapat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 3% - 21%, dan infeksi daerah operasi (IDO) mencakup 5% - 31% dari total

BAB I PENDAHULUAN. 3% - 21%, dan infeksi daerah operasi (IDO) mencakup 5% - 31% dari total BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencegahan infeksi merupakan salah satu bagian terpenting dalam setiap pembedahan dan dimulai sebelum melakukan tindakan operasi (praoperasi). WHO melaporkan prevalensi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi 21 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN Dalam beberapa tahun terakhir, angka kejadian penyakit infeksi semakin meningkat, termasuk angka kejadian infeksi nosokomial. 1 Infeksi nosokomial merupakan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri

PENDAHULUAN. kejadian VAP di Indonesia, namun berdasarkan kepustakaan luar negeri BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ventilator associated pneumonia (VAP) adalah bentuk infeksi nosokomial yang paling sering ditemui di unit perawatan intensif (UPI), khususnya pada

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan

BAB IV METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan penelitian ini meliputi Ilmu Penyakit Gigi dan Mulut. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Tempat penelitian adalah di Rumah Sakit

Lebih terperinci

PENGARUH PEMBERIAN CHLORHEXIDINE SEBAGAI ORAL HYGIENE TERHADAP JUMLAH BAKTERI OROFARING PADA PENDERITA DENGAN VENTILATOR MEKANIK

PENGARUH PEMBERIAN CHLORHEXIDINE SEBAGAI ORAL HYGIENE TERHADAP JUMLAH BAKTERI OROFARING PADA PENDERITA DENGAN VENTILATOR MEKANIK PENGARUH PEMBERIAN CHLORHEXIDINE SEBAGAI ORAL HYGIENE TERHADAP JUMLAH BAKTERI OROFARING PADA PENDERITA DENGAN VENTILATOR MEKANIK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA Diajukan sebagai persyaratan dalam menempuh Program

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS OBAT KUMUR DALAM MENGHILANGKAN BAU MULUT (HALITOSIS) PADA PEROKOK AKTIF

EFEKTIVITAS OBAT KUMUR DALAM MENGHILANGKAN BAU MULUT (HALITOSIS) PADA PEROKOK AKTIF EFEKTIVITAS OBAT KUMUR DALAM MENGHILANGKAN BAU MULUT (HALITOSIS) PADA PEROKOK AKTIF Asmaul Husna dan Abral Jurusan Keperawatan Gigi, Poltekkes Pontianak Email: doktergigiabral@gmail.com Abstrak: Bau mulut

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah penyakit yang disebabkan oleh masuk dan berkembang biaknya mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, prion dan protozoa ke dalam tubuh sehingga

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif. BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan meliputi Anestesiologi dan Terapi Intensif. 4.2 Tempat dan waktu penelitian 4.2.1 Tempat penelitian Penelitian ini dilaksanakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi nosokomial dapat diartikan sebagai infeksi yang diperoleh seseorang selama di rumah sakit (Darmadi, 2008). Infeksi nosokomial merupakan salah satu penyebab utama

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian mengenai pengaruh waktu kontak antiseptik dengan udara luar terhadap efektivitas hand hygiene berdasarkan angka kuman di RSUD Kota Yogyakarta ini menggunakan 15 sampel

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. yang selalu bertambah setiap tahunnya. Salah satu jenis infeksi tersebut adalah BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi masih menjadi permasalahan di berbagai negara berkembang di dunia karena menjadi penyebab kematian dan kecatatan dengan jumlah kasus yang selalu bertambah setiap

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV METODE PENELITIAN BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Mulut. Lingkup disiplin ilmu penelitian ini adalah Ilmu Kesehatan Gigi dan 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit infeksi adalah salah satu penyebab meningkatnya angka morbiditas dan mortalitas secara signifikan, khususnya pada individu yang mudah terserang penyakit, dengan

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 Maria F. Delong, 2013, Pembimbing I : DR. J. Teguh Widjaja, dr., SpP.,

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS IRIGASI LUKA MENGGUNAKAN LARUTAN NORMAL SALIN YANG DI HANGATKAN TERHADAP NYERI LUKA TRAUMA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA LANGSA

EFEKTIVITAS IRIGASI LUKA MENGGUNAKAN LARUTAN NORMAL SALIN YANG DI HANGATKAN TERHADAP NYERI LUKA TRAUMA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA LANGSA Efektivitas irigasi luka menggunakan larutan Normal salin...83 EFEKTIVITAS IRIGASI LUKA MENGGUNAKAN LARUTAN NORMAL SALIN YANG DI HANGATKAN TERHADAP NYERI LUKA TRAUMA DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH KOTA LANGSA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. angka yang pasti, juga ikut serta dalam mengkontribusi jumlah kejadian infeksi. tambahan untuk perawatan dan pengobatan pasien.

BAB I PENDAHULUAN. angka yang pasti, juga ikut serta dalam mengkontribusi jumlah kejadian infeksi. tambahan untuk perawatan dan pengobatan pasien. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Di berbagai belahan dunia, masalah infeksi masih menjadi masalah yang belum dapat ditanggulangi sepenuhnya. Di Indonesia sendiri, kejadian penyakit infeksi merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan

BAB I PENDAHULUAN. seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perawatan ortodontik dapat meningkatkan mastikasi, bicara dan penampilan, seperti kesehatan, kenyamanan, dan rasa percaya diri. Namun, perawatan ortodontik memiliki

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut:

BAB 4 METODE PENELITIAN. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut: BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1. Rancangan Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain eksperimental. Kelompok penelitian dibagi menjadi dua kelompok sebagai berikut: Kelompok I : chlorhexidine

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Penyakit ginjal kronik (PGK) atau Cronik Kidney Disease (CKD) merupakan perkembangan dari gagal ginjal dan hasil akhir destruksi jaringan gradual yang progresif

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kematian akibat kanker yang sangat tinggi. Berdasarkan laporan World Health

BAB I PENDAHULUAN. kematian akibat kanker yang sangat tinggi. Berdasarkan laporan World Health BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kanker menjadi momok bagi semua orang, hal ini karena angka kematian akibat kanker yang sangat tinggi. Berdasarkan laporan World Health Organization (WHO) tahun 2003

Lebih terperinci

Kata kunci: plak gigi; indeks plak gigi; ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.).

Kata kunci: plak gigi; indeks plak gigi; ekstrak buah mengkudu (Morinda citrifolia Linn.). ABSTRAK Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak diatas suatu matriks yang terbentuk dan melekat erat pada permukaan gigi yang tidak dibersihkan.

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tiga puluh dua pasien di ruang ICU dengan ventilator mekanik yang telah

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tiga puluh dua pasien di ruang ICU dengan ventilator mekanik yang telah BAB 5 HASIL PENELITIAN Tiga puluh dua pasien di ruang ICU dengan ventilator mekanik yang telah memenuhi syarat inklusi dan keluarganya bersedia menandatangani informed consent diikutsertakan dalam studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga

BAB I PENDAHULUAN. yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian dari kesehatan tubuh secara umum yang mana tidak hanya terkait dengan persoalan estetika, tetapi juga dapat menimbulkan masalah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva

BAB 1 PENDAHULUAN. kelenjar saliva, dimana 93% dari volume total saliva disekresikan oleh kelenjar saliva BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saliva adalah cairan kompleks yang diproduksi oleh kelenjar saliva dan mempunyai peranan yang sangat penting dalam mempertahankan keseimbangan ekosistem di dalam rongga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. konsolidasi paru yang terkena dan pengisian alveoli oleh eksudat, sel radang dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah merupakan peradangan yang mengenai parenkim paru, distal dari bronkiolus terminalis yang mencakup bronkiolus respiratorius, yang menimbulkan konsolidasi paru

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika

BAB 1 PENDAHULUAN. Kesehatan gigi dan mulut tidak lepas dari peran mikroorganisme, yang jika BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut adalah bagian yang esensial dan integral dari kesehatan umum. Kesehatan gigi dan mulut yang baik dibutuhkan dalam berbagai aspek kehidupan

Lebih terperinci

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi PEMERIKSAAN ANGKA KUMAN UDARA PADA RUANG INTESIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT BHAYANGKARA TINGKAT III MANADO Yuli Nurpratama Zein*, Finny Warouw*, Oksfriani J. Sumampow* *Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Infeksi Nosokomial Infeksi nosokomial adalah infeksi yang berkenaan atau berasal dari rumah sakit, digunakan untuk infeksi yang tidak ada atau mengalami masa inkubasi sebelum

Lebih terperinci

ABSTRAK. Plak gigi, obat kumur cengkeh, indeks plak

ABSTRAK. Plak gigi, obat kumur cengkeh, indeks plak ABSTRAK Plak merupakan deposit lunak yang melekat erat pada permukaan gigi dan gusi serta permukaan keras lainnya dalam rongga mulut. Akumulasi plak yang tidak ditangani akan menyebabkan karies, gingivitis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya. koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang.

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya. koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang. 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kolonisasi bakteri merupakan keadaan ditemukannya koloni atau sekumpulan bakteri pada diri seseorang. Kolonisasi tidak menimbulkan gejala klinis hingga infeksi dari

Lebih terperinci

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD

Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD Perbandingan pengaruh promosi kesehatan menggunakan media audio dengan media audio-visual terhadap perilaku kesehatan gigi dan mulut siswa SD 1 Eko A. Papilaya 2 Kustina Zuliari 2 Juliatri 1 Kandidat Skripsi

Lebih terperinci

Kata kunci: berkumur, bakteri aerob, saliva, baking soda, lemon.

Kata kunci: berkumur, bakteri aerob, saliva, baking soda, lemon. ABSTRAK Flora normal rongga mulut yang tidak seimbang dapat mengganggu kesehatan gigi dan mulut, salah satu upaya pengendaliannya adalah berkumur dengan larutan baking soda (Sodium bicarbonate). Larutan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir

BAB I PENDAHULUAN. paru. Bila fungsi paru untuk melakukan pembebasan CO 2 atau pengambilan O 2 dari atmosfir BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ventilator adalah suatu sistem alat bantu hidup yang dirancang untuk menggantikan atau menunjang fungsi pernapasan yang normal. Ventilator dapat juga berfungsi untuk

Lebih terperinci

KORELASI ANTARA JUMLAH BAKTERI TRAKEA DAN USIA PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH

KORELASI ANTARA JUMLAH BAKTERI TRAKEA DAN USIA PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA KARYA TULIS ILMIAH KORELASI ANTARA JUMLAH BAKTERI TRAKEA DAN USIA PASIEN DENGAN VENTILATOR MEKANIK THE CORRELATION BETWEEN NUMBER OF TRACHEA BACTERIA AND PATIENT S AGE WITH MECHANICAL VENTILATOR JURNAL MEDIA MEDIKA MUDA

Lebih terperinci

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PERBEDAAN INDEKS HIGIENE ORAL DAN ph PLAK KELOMPOK PEMAKAI DAN BUKAN PEMAKAI PESAWAT ORTODONTI CEKAT LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi persyaratan guna mencapai gelar Sarjana Strata-1

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. jamur, dan parasit (Kemenkes RI, 2012; PDPI, 2014). Sedangkan infeksi yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pneumonia merupakan penyakit infeksi saluran napas bawah akut pada parenkim paru. Pneumonia disebabkan oleh mikroorganisme seperti bakteri, virus, jamur, dan parasit

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel

BAB I PENDAHULUAN. terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Pneumonia adalah peradangan dari parenkim paru, dimana asinus terisi dengan cairan radang, dengan atau tanpa disertai infiltrasi dari sel radang ke dalam dinding

Lebih terperinci

ARTIKEL RISET KEPERAWATAN. Oleh NURUL ISTIKOMAH NIM G2B308034

ARTIKEL RISET KEPERAWATAN. Oleh NURUL ISTIKOMAH NIM G2B308034 PERBEDAAN PERAWATAN LUKA DENGAN MENGGUNAKAN POVODINE IODINE 10% DAN NaCl 0,9% TERHADAP PROSES PENYEMBUHAN LUKA PADA PASIEN POST OPERASI PROSTATEKTOMI DI RUANG ANGGREK RSUD TUGUREJO SEMARANG ARTIKEL RISET

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50%

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50% BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Semua pasien yang dirawat di rumah rakit setiap tahun 50% mendapat terapi intravena (IV). Namun, terapi IV terjadi di semua lingkup pelayanan di rumah sakit yakni IGD,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas

Lebih terperinci

PENGARUH AROMATERAPI JAHE TERHADAP MUAL DAN MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA.

PENGARUH AROMATERAPI JAHE TERHADAP MUAL DAN MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA. PENGARUH AROMATERAPI JAHE TERHADAP MUAL DAN MUNTAH AKIBAT KEMOTERAPI PADA PENDERITA KANKER PAYUDARA DI RS PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA Tesis Untuk memenuhi syarat memperoleh derajat Magister Keperawatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk mengetahui status kesehatan pasien yang paling utama. Keluarga pasien mempunyai hak untuk diberitahukan tentang

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG MENGGOSOK GIGI TERHADAP KEMAMPUAN MENGGOSOK GIGI PADA ANAK TK B Khoiro Fatim 1), Iis Suwanti 2) *Program Studi Ilmu Keperawatan, STIKES Dian Husada, Email : khoirocute@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kualitas hidup pasien dan menimbulkan masalah ekonomi (Ducel dkk., 2002). Pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi luka operasi (ILO) merupakan salah satu infeksi nosokomial yang sering terjadi. Infeksi ini dapat menyebabkan ketidakmampuan fungsional, stress, penurunan kualitas

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA. Skripsi HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG DEMAM DENGAN PERILAKU KOMPRES DI RUANG RAWAT INAP RSUD Dr.MOEWARDI SURAKARTA Skripsi Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Meraih Derajat Sarjana S-1 Keperawatan

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pneumonia, mendapatkan terapi antibiotik, dan dirawat inap). Data yang. memenuhi kriteria inklusi adalah 32 rekam medik. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengevaluasi tentang penggunaan antibiotik pada pasien pneumonia di RSU PKU Muhammadiyah Bantul. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan terdapat 79 rekam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal.

BAB I PENDAHULUAN. Mulut memiliki lebih dari 700 spesies bakteri yang hidup di dalamnya dan. hampir seluruhnya merupakan flora normal atau komensal. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tubuh secara alami merupakan tempat berkoloninya kompleks mikroorganisme, terutama bakteri. Bakteri-bakteri ini secara umum tidak berbahaya dan ditemukan di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Jamur pada Mulut Jamur pada mulut merupakan ragi yang tumbuh di dalam rongga mulut, dan dapat berubah menjadi patogen dalam kondisi-kondisi tertentu. Faktor yang dapat mempengaruh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive

BAB I PENDAHULUAN. pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pasien kritis adalah pasien dengan penyakit atau kondisi yang mengancam jiwa pasien tersebut. Pasien dengan kondisi semacam ini sering kita jumpai di Intensive Care

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia.

I. PENDAHULUAN. Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. I. PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Penyakit infeksi merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas di dunia. Sekitar 53 juta kematian di seluruh dunia pada tahun 2002, sepertiganya disebabkan oleh

Lebih terperinci

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH

TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH TINDAKAN PERAWAT DALAM PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL LUKA PASCA BEDAH Rahmat Ali Putra Hrp*Asrizal** *Mahasiswa **Dosen Departemen Keperawatan Medikal bedah Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara

Lebih terperinci

PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA

PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA 1 PENGARUH METODE MENGGOSOK GIGI SEBELUM MAKAN TERHADAP KUANTITAS BAKTERI DAN Ph SALIVA Rahmawati Sri Praptiningsih Endah Aryati Eko Ningtyas Dosen Fakultas Kedokteran Gigi UNISSULA ABSTRAK Waktu kegiatan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kanker yang sering terjadi pada anak adalah leukemia, mencapai 30%-40% dari seluruh keganasan. Insidens leukemia mencapai 2,76/100.000 anak usia 1-4 tahun (Permono,

Lebih terperinci

PERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT

PERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT Ristianti;Kusnanta;Marsono PERBEDAAN EFEKTIFITAS OBAT KUMUR HERBAL DAN NON HERBAL TERHADAP AKUMULASI PLAK DI DALAM RONGGA MULUT Nina Ristianti*, Jaka Kusnanta W.**, Marsono** ABSTRAK Plak gigi adalah suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan rongga mulut merupakan salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, untuk itu dalam memperoleh kesehatan rongga

Lebih terperinci

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI

1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI 1 GAMBARAN PERILAKU PERAWAT DALAM PENCEGAHAN TERJADINYA FLEBITIS DI RUANG RAWAT INAP RS. BAPTIS KEDIRI DESCRIPTION OF NURSE IN THE PREVENTION OF BEHAVIOR IN THE EVENT OF PLEBITIS INPATIENT KEDIRI BAPTIST

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Infeksi nosokomial terjadi di seluruh dunia, dan menjadi masalah utama bagi keselamatan pasien. Infeksi nosokomial merupakan penyebab utama kematian dan peningkatan

Lebih terperinci

HUBUNGAN JENIS CAIRAN DAN LOKASI PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO

HUBUNGAN JENIS CAIRAN DAN LOKASI PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO HUBUNGAN JENIS CAIRAN DAN LOKASI PEMASANGAN INFUS DENGAN KEJADIAN FLEBITIS PADA PASIEN RAWAT INAP DI RSU PANCARAN KASIH GMIM MANADO Dede Dwi Lestari Amatus Yudi Ismanto Reginus T. Malara Program Studi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada rongga mulut terdapat berbagai macam koloni bakteri yang masuk melalui makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Berbagai macam bakteri ini yang masuk melalui makanan,

Lebih terperinci

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn:

Tasnim 1) JIK Vol. I No.16 Mei 2014: e-issn: Efektifitas Pemberian Kompres Hangat Daerah Temporalis dengan Kompres Hangat Daerah Vena Besar Terhadap Penurunan Suhu Tubuh Pada Anak Demam di Ruang Perawatan Anak BPK RSUD Poso Tasnim 1) Abstrak: Kompres

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan salah satu jenis dari penyakit tidak menular yang paling banyak ditemukan di masyarakat dan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Udara sebagai salah satu komponen lingkungan merupakan kebutuhan yang paling utama untuk mempertahankan kehidupan (Volk dan Wheeler, 1990). Udara dapat dikelompokkan

Lebih terperinci

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA

PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA PENGARUH TEKNIK RELAKSASI TERHADAP PENURUNAN SKALA NYERI POST OPERASI DI RUMAH SAKIT Dr.OEN SURAKARTA Oleh : Diyono 1 Sriyani Mugiarsih 2 Budi Herminto 3 Abstract Background. Pain is an unpleasant sensory

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satu aspek yang penting dan banyak digunakan bagi perawatan pasien yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Ventilator mekanik merupakan alat yang digunakan untuk membantu fungsi pernapasan. Penggunaannya diindikasikan untuk pasien dengan hipoksemia, hiperkapnia berat dan

Lebih terperinci

Budi Setyono, Lilis Murtutik, Anik Suwarni

Budi Setyono, Lilis Murtutik, Anik Suwarni INTISARI PENGARUH LATIHAN PASIF EXTREMITAS BAWAH TERHADAP PEMULIHAN KESADARAN PADA PASIEN POST OPERASI DENGAN ANESTESI GENERAL DI RUANG PULIH SADAR RUMAH SAKIT TENTARA SLAMET RIYADI SURAKARTA Budi Setyono,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs)

BAB I PENDAHULUAN. infeksi tersebut. Menurut definisi World Health Organization. (WHO, 2009), Healthcare Associated Infections (HAIs) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Healthcare Associated Infections (HAIs) atau sering disebut dengan istilah infeksi nosokomial adalah merupakan masalah penting di seluruh dunia dan menjadi

Lebih terperinci

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG

PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG PENGARUH NAFAS DALAM MENGGUNAKAN PERNAFASAN DIAFRAGMA TERHADAP NYERI SAAT PERAWATAN LUKA PASIEN POST OPERASI DI RUMAH SAKIT SARI ASIH SERANG 2013 Armi STIKes Widya Dharma Husada Tangerang, Indonesia Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea

BAB I PENDAHULUAN. membuka dinding perut dan dinding uterus (Sarwono, 2005). Sectio caesarea BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Operasi atau pembedahan merupakan salah satu bentuk terapi pengobatan dan merupakan upaya yang dapat mendatangkan ancaman terhadap integritas tubuh dan jiwa

Lebih terperinci

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3

INTISARI. Lisa Ariani 1 ; Erna Prihandiwati 2 ; Rachmawati 3 INTISARI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PASIEN PNEUMONIA DAN PNEUMONIA SERTA TB PARU STUDI DESKRIPTIF PADA PASIEN RAWAT INAP DI RUANG DAHLIA (PARU) DI RSUD ULIN BANJARMASIN TAHUN 2013 Lisa Ariani 1 ; Erna

Lebih terperinci

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH. Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum PENGARUH PEMBERIAN PERMEN KARET XYLITOL TERHADAP LAJU ALIRAN SALIVA (Studi Kasus Pada Pasien Radioterapi Kepala dan Leher di RSUP Dr. Kariadi Semarang) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi

Lebih terperinci

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN

PHARMACONJurnal Ilmiah Farmasi UNSRAT Vol. 4 No. 3 Agustus 2015 ISSN 1) EVALUASI KERASIONALAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA PENGOBATAN BRONKITIS KRONIK PASIEN RAWAT JALAN DI RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JUNI 2013-JUNI 2014 2) 1) Abraham Sanni 1), Fatimawali 1),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Antibiotik merupakan golongan obat yang paling banyak digunakan di dunia terkait dengan banyaknya kejadian infeksi bakteri. Sekitar 10-40% anggaran kesehatan di dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Obat kumur sering digunakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Obat kumur sering digunakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Obat kumur sering digunakan untuk menjaga kebersihan dan kesehatan gigi dan mulut. Kegiatan menyikat gigi dua kali sehari dan penggunaan dental floss merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah adanya suatu organisme pada jaringan atau cairan tubuh yang disertai suatu gejala klinis baik lokal maupun sistemik. Infeksi yang muncul selama seseorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perhatian terhadap infeksi daerah luka operasi di sejumlah rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perhatian terhadap infeksi daerah luka operasi di sejumlah rumah sakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perhatian terhadap infeksi daerah luka operasi di sejumlah rumah sakit di Indonesia cukup tinggi. Mengingat kasus infeksi menunjukkan angka yang cukup tinggi. Tingginya

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bagian Rekam Medik RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002,

BAB I PENDAHULUAN. satu penyebab kematian utama di dunia. Berdasarkan. kematian tertinggi di dunia. Menurut WHO 2002, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi adalah invasi dan multiplikasi mikroorganisme atau parasit dalam jaringan tubuh (1). Infeksi tidak hanya menjadi masalah kesehatan bagi Indonesia bahkan di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang. parenkim paru-paru. Menurut Kollef et.al.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang. parenkim paru-paru. Menurut Kollef et.al. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia adalah penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru. Menurut Kollef et.al. (2005), selain community-acquired pneumonia (CAP) yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Keberhasilan terapi saluran akar bergantung pada debridement chemomechanical pada jaringan pulpa, debris pada dentin, dan penggunaan irigasi terhadap infeksi mikroorganisme.

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TENTANG LATIHAN RANGE OF MOTION (ROM) TERHADAP KETERAMPILAN KELUARGA DALAM MELAKUKAN ROM PADA PASIEN STROKE Abdul Gafar, Hendri Budi (Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang)

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut

BAB 1 PENDAHULUAN. Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Denture stomatitis merupakan suatu proses inflamasi pada mukosa mulut dengan bentuk utamanya atropik dengan lesi erythematous dan hiperplastik 1. Denture Stomatitis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehidupan manusia tidak dapat lepas dari keberadaan mikroorganisme. Lingkungan di mana manusia hidup terdiri dari banyak jenis dan spesies mikroorganisme. Mikroorganisme

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Rumah sakit sebagai salah satu sarana kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam meningkatkan derajat

Lebih terperinci

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR

PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR PEMBERIAN TEKNIK RELAKSASI PERNAFASAN PADA TERAPI LATIHAN PASIF MENURUNKAN INTENSITAS NYERI PADA PASIEN LUKA BAKAR DERAJAT II DI RSUP SANGLAH DENPASAR Kadek Agustini Aryani RSUP Sanglah Denpasar Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan

BAB I PENDAHULUAN. Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Terapi ortodontik belakangan ini menjadi populer. 1 Kebutuhan akan perawatan ortodontik akhir- akhir ini semakin meningkat karena semakin banyak pasien yang sadar akan

Lebih terperinci

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD

BAB 5 HASIL PENELITIAN. Tabel 1 : Data ph plak dan ph saliva sebelum dan sesudah berkumur Chlorhexidine Mean ± SD BAB 5 HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian Pengumpulan data klinis dilakukan mulai tanggal 10 November 2008 sampai dengan tanggal 27 November 2008 di klinik orthodonti FKG UI dan di lingkungan FK UI.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi di Indonesia masih termasuk dalam sepuluh penyakit terbanyak. Peresepan antibiotik di Indonesia yang cukup tinggi dan kurang bijak akan meningkatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan

BAB I PENDAHULUAN. Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan. pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Pasien yang masuk ke rumah sakit untuk menjalani perawataan dan pengobatan sangat berharap memperoleh kesembuhan atau perbaikan penyakitnya. Namun beberapa pasien yang

Lebih terperinci

Efektifitas Alkohol dan Klorin Sebagai Disinfekta

Efektifitas Alkohol dan Klorin Sebagai Disinfekta Efektifitas Alkohol dan Klorin Sebagai Disinfekta 63 Perbedaan Efektifitas antara Alkohol 70% dengan Klorin 0,5% terhadap Jumlah Kuman pada Membran Stetoskop Penelitian eksperimental pada membran stetoskop

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena

BAB 1 PENDAHULUAN. cetak dapat melunak dengan pemanasan dan memadat dengan pendinginan karena BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemakaian bahan cetak di kedokteran gigi digunakan untuk mendapatkan cetakan negatif dari rongga mulut. Hasil dari cetakan akan digunakan dalam pembuatan model studi

Lebih terperinci