Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul"

Transkripsi

1 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul Ade Rindiarti 1, Tony Arjuna 2, Nindita Kumalawati Santoso 3 1,2,3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta Abstrak Berdasarkan data dari SDKI menunjukkan bahwa tingkat pemakaian kontrasepsi semakin meningkat kecuali kontrasepsi IUD yang mengalami penurunan. Turunnya jumlah peserta KB IUD dari tahun ke tahun dapat disebabkan karena beberapa faktor salah satunya ketidaktahuan tentang kelebihan KB IUD. Pengetahuan terhadap alat kontrasepsi merupakan pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang digunakan. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang alat kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah wanita usia subur yang berada di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul. Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah accidental sampling. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 30 wanita usia subur. Analisis menggunakan distribusi frekuensi. Hasil penelitian tingkat pendidikan responden yaitu SD berjumlah 16 responden (53,3%), pemakaian alat kontrasepsi sebagian besar kontrasepsi suntik berjumlah 24 responden (80,0%), berdasarkan pekerjaan responden yang paling banyak IRT sehingga tidak mempunyai penghasilan berjumlah 22 responden (73,3%), dan tingkat pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi IUD sebagian besar dengan kategori kurang yaitu berjumlah 15 responden (50,0%). Kesimpulan berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa tingkat pengetahuan wanita usia subur di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul tergolong rendah. Kata Kunci: tingkat pengetahuan, kontrasepsi IUD Info Artikel: Artikel dikirim pada 17 Desember 2012 Artikel diterima pada 17 Desember 2012 PENDAHULUAN Pertumbuhan penduduk di Indonesia cukup tinggi yaitu 1,38% per tahun. Salah satu faktor utama yang mempengaruhi pertumbuhan penduduk adalah tingginya angka kelahiran yang berkaitan erat dengan usia kawin pertama sebagai salah satu sasaran program Keluarga Berencana (KB) dan sebagian kelompok masyarakat dan keluarga belum menerima dan menghayati norma keluarga kecil sebagai landasan untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas. Keadaan ini merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan kebijakan kependudukan, yaitu dengan menurunkan tingkat pertumbuhan serendahrendahnya. Cara efektif untuk menurunkan angka pertumbuhan penduduk dengan jalan mengikuti program KB(1). Visi program keluarga berencana nasional telah diubah mewujudkan keluarga yang berkualitas tahun Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang ideal, berwawasan kedepan, bertanggung jawab, harmonis(2). KB merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif yang paling dasar dan utama bagi wanita, meskipun tidak selalu diakui demikian. Peningkatan dan perluasan pelayanan keluarga berencana merupakan salah satu usaha untuk menurunkan angka kesakitan dan kematian ibu yang sedemikian tinggi akibat kehamilan. Sebagian besar wanita harus menentukan pilihan kontrasepsi yang sulit. Tidak hanya karena terbatasnya jumlah metode yang tersedia, tetapi juga karena metode-metode tertentu mungkin tidak dapat diterima sehubungan dengan kebijakan nasional KB, Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul 1

2 kesehatan individual dan seksualitas wanita, maupun biaya untuk memperoleh kontrasepsi(3). Kontrasepsi hormon merupakan kelompok kontrasepsi yang pemakaiannya berada pada urutan ke tiga diseluruh dunia. Sebagian besar (85%) menggunakan kontrasepsi oral sedangkan implant hanya 15% namun beberapa negara mungkin banyak mengandalkan salah satu metode tertentu(4). Berdasarkan data BKKBN Pusat, jumlah pasangan usia subur (PUS) yang menggunakan metode kontrasepsi, yaitu suntik 31,6%, pil 13,2%, IUD 4,8%, implant 2,8%, kondom 1,3%, medis operasi wanita (MOW) 3,1%, medis operasi pria (MOP) 0,2%, pantang berkala 1,5%, senggama terputus 2,2%, metode lainnya 0,4%(5). Turunnya jumlah peserta KB IUD dari tahun ke tahun dapat disebabkan karena beberapa faktor seperti ketidaktahuan peserta tentang kelebihan KB IUD, dimana pengetahuan terhadap alat kontrasepsi merupakan pertimbangan dalam menentukan metode kontrasepsi yang digunakan(6), kualitas pelayanan KB, dilihat dari segi ketersediaan alat kontrasepsi, ketersediaan tenaga yang terlatih dan kemampuan medis teknis petugas pelayanan kesehatan, biaya pelayanan IUD yang mahal, adanya hambatan dukungan dari suami dalam pemakaian alat kontrasepsi IUD, adanya niat yang timbul dari adanya sikap yang didasarkan pada kepercayaan, norma-norma di masyarakat dan norma pokok yang ada dalam lingkungan. Salah satu norma yang dianut masyarakat adalah pemasangan IUD yang dilakukan di aurat (vagina) sehingga menimbulkan perasaan malu/enggan untuk menggunakan IUD(7). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan tanggal 15 April 2012 di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul didapatkan jumlah wanita usia subur yang menggunakan alat kontrasepsi dari bulan Januari-April 2012 berjumlah 71 orang. Jenis alat kontrasepsi yang digunakan yaitu implan, suntik dan IUD. Secara umum tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul. BAHAN DAN METODE Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan penelitian menggunakan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua wanita usia subur yang menggunakan kontrasepsi IUD di BPS Bina Sehat di Kasihan Bantul. Teknik pengambilan sampel yang digunakan yaitu accidental sampling dengan kriteria inklusi wanita usia subur di BPRB Bina Sehat yang berusia tahun, bersedia menjadi responden. Lokasi penelitian dilakukan di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul pada bulan Mei sampai Juni Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner tingkat pengetahuan wanita usia subur tentang alat kontrasepsi IUD. Kuesioner hasil adopsi dari penelitian Mulastin(8). Uji validitas dan reliabilitas dilakukan di Desa Tretes Kecamatan Kembang Kabupaten Jepara dengan ukuran sampel (n) sebanyak 20 orang responden dengan taraf signifikan sebesar 95%, dengan nilai r hitung sebesar 0,468. Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat pengetahuan wanita usia subur dengan pemilihan alat kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat. HASIL DAN BAHASAN Karakteristik Responden Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 30 orang responden wanita usia subur di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul. Karakteristik responden dalam penelitian ini meliputi umur, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan pemakaian kontrasepsi. Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Umur Di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul Umur f % Tahun Tahun 13 43, Tahun 8 26,7 Total Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi responden menurut umur terbanyak adalah wanita usia subur berumur tahun sebanyak 13 orang responden atau sebesar 43,3% dan yang paling sedikit yaitu wanita usia subur yang berumur tahun berjumlah 8 orang responden atau sebesar 26,7%. Tabel 2. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul Pendidikan f % SD 16 53,3 SMP 5 16,7 SMA 5 16,7 PT 4 13,3 Total Berdasarkan Tabel 2 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan 2 Ade Rindiarti, Tony Arjuna, Nindita Kumalawati Santoso, JNKI, Vol. 1, No. 1, Tahun 2013, 1-5

3 terbanyak yaitu responden dengan jenjang pendidikan SD sebanyak 16 orang atau sebesar 53,3%. Tabel 3. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul Pekerjaan f % PNS 1 3,3 Buruh 2 6,7 IRT 23 76,7 Lain-Lain 4 13,3 Total Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan pekerjaan sebagian besar responden berprofesi sebagai IRT sebanyak 23 orang atau sebesar 76,3%. Tabel 4. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Penghasilan di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul Penghasilan f % Tidak Ada Penghasilan 22 73,3 > , , ,3 < ,3 Total Berdasarkan Tabel 4 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan penghasilan terbanyak adalah responden yang tidak mempunyai penghasilan yaitu berjumlah 22 orang responden atau sebesar 73,3%. Tabel 5. Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Pemakaian Kontrasepsi di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul Kontrasepsi f % PIL 3 10,0 Suntik 24 80,0 Implant 2 6,7 Kondom 1 3,3 IUD 0 0 Total Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa distribusi frekuensi responden berdasarkan kontrasepsi yang digunakan, dimana sebagian besar responden menggunakan kontrasepsi suntik sebanyak 24 orang atau sebesar 80%. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 0%, sedangkan responden yang tidak menggunakan kontrasepsi non IUD sebesar 100%. Dari hasil penelitian ini semua responden tidak ada yang menggunakan kontrasepsi IUD. Tingkat Pengetahuan Responden tentang Alat Kontrasepsi IUD/Spiral di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul Tabel 6. Tingkat Pengetahuan Responden Tentang Alat Kontrasepsi IUD/Spiral Tingkat Pengetahuan f % Baik 5 16,7 Cukup 10 33,3 Kurang Total Berdasarkan Tabel 6 dapat diketahui bahwa sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang kurang tentang alat kontrasepsi IUD yaitu 15 orang (50%). Tingkat pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi IUD/spiral di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul Berdasarkan distribusi karakteristik pekerjaan dan pendapatan diketahui persentase terbanyak adalah responden yang merupakan ibu rumah tangga (76,7%) dan memiliki pendapatan dibawah rata- rata atau tidak berpenghasilan. Berdasarkan pendidikan diketahui bahwa responden dengan pendidikan SD 16 orang dan pengalaman responden terhadap pemakaian alat kontrasepsi sebelumnya atau yang sedang dipakai yaitu frekuensi yang terbanyak adalah kontrasepsi suntik yaitu 80%, dikarenakan sebagian besar responden hanya memahami keuntungan dari kontrasepsi suntik. Berdasarkan Tabel 6 menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan responden tentang alat kontrasepsi IUD sebagian besar tergolong kurang yaitu berjumlah 15 orang responden atau sebesar 50,0%. Responden dengan tingkat pengetahuan yang kurang mengenai kontrasepsi IUD disebabkan karena pendidikan yang rendah sebagaimana telihat dari Tabel 2 yang menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden yaitu SD berjumlah 16 orang atau sebesar 53,3%. Sesuai dengan pendapat Manuaba, mengatakan bahwa tingkat pendidikan sangat mempengaruhi bagaimana seseorang untuk bertindak dan mencari penyebab serta solusi dalam hidupnya(9). Orang yang berpendidikan lebih tinggi biasanya akan bertindak lebih rasional. Oleh karena itu orang yang Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul 3

4 berpendidikan akan lebih mudah menerima gagasan baru. Demikian pula halnya dengan menentukan pola perencanaan keluarga dan pola dasar penggunaan kontrasepsi serta peningkatan kesejahteraan keluarga. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan responden yang menggunakan kontrasepsi IUD sebesar 0%, sedangkan responden yang menggunakan kontrasepsi non IUD sebesar 100%. Dari hasil penelitian ini semua responden tidak ada yang menggunakan kontrasepsi IUD. Dalam penelitian ini dilakukan wawancara mendalam untuk mengetahui alasan mengapa mereka tidak menggunakan IUD/spiral yaitu orang yang menjawab tidak tahu 60%, karena kurangnya fasilitas pelayanan kesehatan merupakan hambatan utama pemilihan spiral, kurangnya konseling pada tenaga kesehatan di puskesmas, RS dan khususnya di BPRB bina sehat. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian sebelumnya yang menyimpulkan kurangnya pengetahuan tentang IUD dikaitkan dengan kurangnya informasi tentang berbagai metode kontrasepsi termasuk IUD dan manfaatnya yang diberikan oleh petugas kesehatan, sehingga responden tidak hanya mendengar informasi yang bersifat negatif dari tetangga. Alasan kedua yaitu biaya yang mahal hanya terdapa 3,3% dari 30 responden, persepsi biaya IUD menunjukan bahwa pada umumnya responden cenderung memandang dari segi pengeluaran biaya saat pemasangan. Alasan selanjutnya karena tidak diberi penyuluhan 20% responden mengatakan tidak pernah diberi penyuluhan oleh tenaga kesehatan, di BPRB bina sehat sendiri tidak melakukan konseling melainkan hanya memberi inform choice tanpa diberi penjelasan lebih dalam tentang manfaat,efek samping dari kontrasepsi. Penelitian sebelumnya juga mendapatkan hal seperti itu responden mengatakan kurang mengetahui manfaat dari IUD hanya dapat informasi dari tetangga. Ketidak cocokan responden tentang IUD terdapat 13,3% mereka yang pernah memakai Spiral mengatakan tidak cocok dan hanya memakai untuk beberapa bulan saja. Alasan lain yang menyebabkan ketidaktahuan yaitu karena sebagian besar responden beranggapan bahwa IUD tidak aman seperti dapat berjalan-jalan sendiri didalam perut IUD dapat keluar sendiri dari rahim, nyeri pada perut, dan sakit saat berhubungan seksual. Meskipun hal tersebut tidak dapat dipastikan kebenarannya oleh responden, namun seringkali bahan pembicaraan tersebut cukup mempengaruhi persepsi responden akan keamanan pemakaian IUD. Hal ini sama dengan penelitian sebelumnya, bahwa dalam penelitian tersebut sebagian besar ibu-ibu menyiratkan perasaan kurang aman disebabkan karena menurut pendapat mereka IUD adalah sebuah benda asing yang bila dimasukan didalam tubuh, maka tubuh akan menghasilkan reaksi tertentu yang dapat membuat pemakai mengalami efek samping tertentu. Pendidikan juga memepengaruhi pola berfikir pragmatis dan rasional terhadap adat kebiasaan, dengan pendidikan yang tinggi seseorang dapat lebih mudah untuk menerima ide atau masalah baru seperti penerimaan, pembatasan jumlah anak, dan keinginaan terhadap jenis kelamin tertentu. Pendidikan juga akan meningkatkan kesadaran wanita terhadap manfaat yang dapat dinikmati bila ia mempunyai jumlah anak sedikit, wanita yang berpendidikan lebih tinggi cenderung membatasi jumlah kelahiran dibandingkan dengan tidak berpendidikan atau berpendidikan rendah(10). Berdasarkan teori di atas mendukung penelitian ini dimana sebagian besar wanita usia subur yang menjadi responden berlatar belakang pendidikan rendah yaitu SD. Sumber informasi menjadi salah satu yang mempengaruhi tingkat pengetahuan wanita usia subur. Informasi bisa diberitakan lewat penyuluhan atau selebaran-selebaran seperti leaflet atau media komunikasi. Dengan adanya informasi dari tenaga kesehatan tingkat pengetahuan wanita usia subur semakin meningkat terutama tentang kontrasepsi IUD. Selain karena rendahnya tingkat pendidikan dan sumber informasi yang kurang, pengalaman juga sangat mempengaruhi tingkat pengetahuan responden. Sesuai dengan pendapat Hartanto, mengatakan bahwa pengetahuan calon akseptor tentang suatu alat kontrasepsi salah satunya dipengaruhi oleh informasi yang diperolehnya 11. Setiap tenaga kesehatan berkewajiban memberikan informasi dan motivasi yang dan benar tentang alat kontrasepsi kepada WUS sehingga mempunyai pengetahuan yang cukup dan memiliki kesadaran dalam mengikuti gerakan KB. Pengetahuan seseorang bisa didapatkan dari berbagai sumber yaitu informasi (media, penyuluhan), pendidikan, pengalaman seseorang. Sumber informasi yang kurang dan jarang mendapatkan penyuluhan dari tenaga kesehatan sehingga responden kurang mengetahui tentang IUD/spiral. Selain dari informasi juga pendidikan responden yang rendah sangat mempengaruhi dari pengetahuan responden tersebut, dimana sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan SD. Pengalaman yang kurang juga dari responden dalam mengakses pelayanan kesehatan yang kurang terutama masalah kontrasepsi IUD sehingga responden kurang tahu tentang kontrasepsi IUD tersebut, dimana terlihat bahwa responden bekerja sebagai IRT, dengan demikian responden banyak menghabiskan waktu di rumah dan jarang 4 Ade Rindiarti, Tony Arjuna, Nindita Kumalawati Santoso, JNKI, Vol. 1, No. 1, Tahun 2013, 1-5

5 keluar untuk mengakses atau mencari informasi mengenai IUD/spiral. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan responden yang mempunyai tingkat pengetahuan dengan kategori kurang tentang alat kontrasepsi IUD yaitu berjumlah 15 orang responden atau sebesar 50,0%. Sedangkan yang paling sedikit yaitu responden dengan tingkat pengetahuan baik yaitu berjumlah 5 orang responden atau sebesar 16,7%, responden yang mempunyai tingkat minat tinggi dalam pemakaian alat kontrasepsi yaitu kontrasepsi suntik berjumlah 24 responden atau sebesar 80,0% dan responden yang menggunakan kontrasepsi IUD 0%, berdasarkan tingkat pendidikan, menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pendidikan responden yaitu SD berjumlah 16 orang atau sebesar 53,3%. Tingkat pengetahuan yang kurang mengenai kontrasepsi IUD/spiral, berdasarkan penghasilan keluarga, responden yang paling banyak IRT sehingga tidak mempunyai penghasilan, yaitu berjumlah 22 orang responden atau sebesar 73,3% dan yang paling sedikit yaitu responden dengan penghasilan 1 juta-2 juta dan 500 ribu-1 juta berjumlah 1 orang responden atau sebesar 3,3%. Sehingga kurangnya minat untuk menggunakan alat kontrasepsi IUD/spiral. Agar memberikan akses informasi tentang alat kontrasepsi IUD/spiral, baik melalui penyuluhan, pembagian leafleat, poster dan media informasi lain sehingga dapat meningkatkan pengetahuan akseptor KB tentang alat kontrasepsi IUD/spiral, dan perlunya membangun kesadaran kepada pasangan usia subur bahwa pemanfaatan alat kontrasepsi jangka panjang seperti IUD merupakan kebutuhan dan alternatif berkontrasepsi yang aman. Petugas pemberi pelayanan kontrasepsi diharapkan dapat memberi kemudahan bagi klien yang kurang mampu dengan memberikan informasi tentang pemberian pelayanan kontrasepsi IUD secara cuma-cuma atau menggunakan sistem angsuran jasa pelayanan yang ada di Puskesmas. RUJUKAN 1. Nurcahaya W. Hubungan Kontrasepsi pil KB dengan Kegemukan Wanita [internet] [cited 2012 Jun 15]. Available from: dokumen berhubungan+pengetahuan+dengan+ pem ilihan+kontrasepsi+iud 2. Saifuddin AB. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; Depkes RI. Rencana Strategi Nasional Program Pelayanan Keluarga Berencana. Jakarta: Depkes RI; Glasier A, Ailsa G. Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi. Jakarta: EGC; BKKBN. Kumpulan Data Program Keluarga Berencana Nasional. Jakarta: BKKBN; Wang D, Almann R. Sosio-Demographic Determinants of Intra Uterine Device Use and Failure in China. Human Reproduction. 2002;17(5): Simanjuntak, David. Akses Sosial Ekonomi dan Pelayanan Terhadap Kualitas Peserta KB. Majalah Kesehatan Masyarakat. 1996;24(11). 7. Mulastin. Hubungan Sikap Ibu Tentang Alat Kontrasepsi Dalam Rahim dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim di RSIA Kumalasiwi Pecangan Kabupaten Jepara. J Kesehatan dan Budaya. 2012;3(1). 8. Manuaba B. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana. Jakarta: EGC; Soekanto S. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada; Hartanto. KB Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan; Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul 5

6 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Dukun Magelang Puyan Lukman Hadi 1, Tri Prabowo 2, Brune Indah Yulitasari 3 1,3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 2 Program Studi Keperawatan Politeknik Kesehatan Kementrian Kesehatan Yogyakarta Jalan Tata Bumi No. 3, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta Abstrak Perawat yang memilki keterampilan berkomunikasi terapeutik akan mudah membina hubungan saling percaya dengan klien juga dapat mencegah terjadinya masalah legal etik. Selain itu dapat memberikan kepuasan professional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan serta citra rumah sakit atau pelayanan kesehatan lain dalam memberikan pelayanan. Tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Dukun Magelang. Penelitian ini menggunakan metode penelitian analitik (induktif) dengan pendekatan cross sectional. Lokasi penelitian di Puskesmas Dukun Magelang. Subyek penelitian adalah pasien yang ditangani oleh perawat di Puskesmas Dukun Magelang. Sampel penelitian diambil dengan teknik accidental sampling berjumlah 231 responden. Data diambil dengan menggunakan kuesioner. Analisis data menggunakan korelasi Kendal Tau. Hasil penelitian sebanyak 119 orang (51,5%) responden mendapatkan komunikasi terapeutik cukup baik, sedangkan tingkat kepuasan pasien dalam kategori puas 114 orang (62,3%). Hasil analisis Kendal Tau untuk mengetahui hubungan komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan diperoleh nilai korelasi 0,551 artinya memiliki arah korelasi positif yang berarti semakin baik komunikasi terapeutik maka tingkat kepuasan akan semakin tinggi. Nilai korelasi 0,551 artinya mempunyai tingkat hubungan yang sedang. Nilai p = 0,000 dengan taraf kesalahan 5% artinya ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien. Kesimpulan ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Dukun Magelang dengan keeratan hubungan sedang. Kata Kunci: komunikasi terapeutik, tingkat kepuasan, pasien Info Artikel: Artikel dikirim pada 23 Februari 2013 Artikel diterima pada 27 Februari 2013 PENDAHULUAN Dalam segala proses kehidupan komunikasi merupakan hal yang pokok. Hubungan antar manusia bisa terjadi tidak lain karena adanya sistem komunikasi. Berbagai masalah berkaitan dengan sistem kehidupan manusia dapat dipecahkan melalui komunikasi. Manusia berkomunikasi untuk berbagai keperluan, mempengaruhi tujuan-tujuan tertentu. Bentuk komunikasi pada manusia, berupa bicara, tulisan, gerakan dan penyiaran(1). Komunikasi tidak hanya sekedar alat untuk berbicara dengan klien, perawat dan klien adalah suatu hubungan terapeutik dimana hubungan yang mempunyai tujuan yaitu tujuan untuk kesembuhan klien 1. Perawat atau bidan yang memiliki keterampilan berkomunikasi terapeutik tidak saja akan mudah membina hubungan saling percaya dengan klien, tetapi juga dapat mencegah terjadinya masalah legal etik, selain itu dapat memberikan kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan/kebidanan dan meningkatkan citra profesi keperawatan/ kebidanan serta citra rumah sakit dalam memberikan pelayanan. Ada tiga jenis komunikasi yaitu verbal, tertulis, dan non verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik(2). Pemberian asuhan keperawatan khususnya yang berada dipelayanan kesehatan sangat diperlukan adanya strategi pelaksanaan tindakan keperawatan yang dilaksanakan setiap hari. Adapun strategi yang dimaksud adalah strategi komunikasi 6 Puyan Lukman Hadi, Tri Prabowo, Brune Indah Yulitasari, JNKI, Vol. 1, No. 1, Tahun 2013, 6-11

7 terapeutik. Strategi tersebut dapat dilakukan oleh perawat atau bidan(2). Pelayanan diharapkan membuat pasien merasa puas (customer satisfaction) adalah dengan memberikan kepada pelanggan apa yang betul-betul mereka butuhkan dan inginkan, bukan memberikan apa yang kita pikirkan dibutuhkan oleh mereka(3). Menurut Depkes RI yang dikutip oleh Nursalam, kepuasan pasien berhubungan dengan mutu pelayanan rumah sakit(4). Dengan mengetahui tingkat kepuasan pasien, manajemen rumah sakit dapat melakukan peningkatan mutu pelayanan. Presentase pasien yang menyatakan puas terhadap palayanan berdasarkan hasil survei dengan instrumen yang baku. Kegiatan pemantauan kepuasan terhadap pelanggan di Rumah Sakit dan Puskesmas sudah sesuai dengan SK Menpan Nomor 23 Tahun 2004 yang menyatakan bahwa Kabupaten/Kota perlu melaksanakan survey pemantauan kepuasaan masyarakat. Dalam Undang-undang No. 8 tahun 1999 juga telah diatur tentang hak-hak konsumen terhadap pelayanan kesehatan. Diantaranya adalah hak memperoleh kenyamanan, keamanan dan keselamatan dalam mengonsumsi barang dan jasa, hak untuk didengar pendapat dan keluhannya, hak untuk mendapatkan advokasi, perlindungan dan upaya penyelesaian dan hak diperlakukan atau dilayani secara tidak diskriminatif. Berdasarkan dari Laporan Kesehatan Daerah Provinsi Jawa Tengah pada tahun 2005 persentase pelanggan yang memberikan komentar tentang pelayanan Puskesmas, 15,5% menyatakan sangat puas, 80,7% menyatakan puas, 3,3% kurang puas, 0,5 tidak puas(5). Penelitian tentang tingkat kepuasan pasien pernah dilakukan oleh Alvian, yang menunjukan tingkat kepuasan pasien sebanyak 56,9% dan sisanya menunjukan hal yang sebaliknya yaitu hanya sebesar 43,1%(6). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Dukun Magelang, hasil wawancara dengan 10 pasien dan wawancara serta observasi dengan 3 perawat di Puskesmas Dukuh Magelang. Hasil wawancara terhadap 10 pasien 8 pasien mengungkapkan ketidakpuasan dengan pelayanan keperawatan yang diberikan perawat di Puskesmas Dukun Magelang. Hasil wawancara terhadap 3 perawat mengungkapkan tidak melakukan komunikasi terapeutik dan dari hasil observasi perawat tidak melakukan komunikasi terapeutik dengan fase-fase yang benar. Puskesmas Dukun Magelang tidak ada fasilitas yang mendukung untuk memberikan informasi atas ketidakpuasan pasien yang berkunjung. Rata-rata jumlah pengunjung di Puskesmas Dukun Magelang perbulan ada pasien, sedangkan rata-rata perhari ada 77 pasien dan dari wawancara dengan perawat mengungkapkan 70%-85% pasien pengunjung Puskesmas Dukun Magelang ditangani oleh perawat, hal ini menunjukan banyaknya pasien yang ditangani oleh perawat dan mengakibatkan komunikasi antara perawat dengan pasien menjadi tidak terlaksana dengan baik. Secara umum tujuan penelitian untuk mengetahui hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Dukun Magelang. Secara khusus untuk mengetahui komunikasi terapeutik perawat terhadap pasien, mengetahui tingkat kepuasan pasien, mengidentifikasi hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Dukun Magelang. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif korelasi dengan rancangan penelitian ini menggunakan cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah pasien pengunjung di Puskesmas Dukuh Magelang yang rata-rata tiap bulan berjumlah pasien. Teknik sampling yang digunakan adalah accidental sampling adalah pengambilan sampel dilakukan dengan mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan konteks penelitian. Jumlah sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah 231 pasien. Kriteria dalam menentukan sampel meliputi kriteria inklusi bersedia menjadi responden, bisa menulis dan membaca, usia antara tahun, pasien yang tidak mengalami gangguan komunikasi, pasien yang mendapat tindakan oleh perawat di Puskesmas Dukun Magelang, pasien yang sudah berkunjung dan mendapat tindakan oleh perawat di Puskesmas Dukun Magelang lebih dari 1 kali. Penelitian ini dilaksanakan di Puskesmas Dukun Magelang pada bulan Mei sampai Juni Instumen penelitian menggunakan kuesioner. Dalam penelitian ini tidak dilakukan uji validitas dan reliabilitas karena untuk kuesioner komunikasi terapeutik perawat mengadopsi dari penelitian terdahulu dan telah di lakukan uji validitas dan setelah dilakukan analisis validitas menggunakan program komputer pengolahan data statistik dengan taraf signifikan 0,05(7). Teknik korelasi yang digunakan adalah teknik korelasi product moment. Hasil uji validitas didapat rentang nilai r hasil 0,523 0,984, maka r hasil >r tabel (0,444). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah komunikasi terapeutik perawat. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan pasien. Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Dukun Magelang 7

8 HASIL DAN BAHASAN Karakteristik Responden Karakteristik responden penelitian berdasarkan pendidikan di Puskesmas Dukun Magelang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Pendidikan di Puskesmas Dukun Magelang 2012 Pendidikan n % SD 84 36,4 SMP ,8 SMA 33 14,3 PT 6 2,6 Jumlah Berdasarkan Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar responden di Puskesmas Dukun Magelang memiliki pendidikan tingkat Sekolah Menengah Pertama (SMP) yaitu sebanyak 108 orang (46,8%). Komunikasi Terapeutik Komunikasi terapeutik perawat secara umum di Puskesmas Dukun Magelang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Komunikasi Terapeutik Perawat di Puskesmas Dukun Magelang 2012 Komunikasi Terapeutik n % Baik 65 28,1 Cukup Baik ,5 Kurang Baik 47 20,3 Jumlah Berdasarkan Tabel 2 komunikasi terapeutik perawat di Puskesmas Dukun Magelang mayoritas berada dalam kategori cukup baik yaitu sebanyak 119 orang (51,5%). Tingkat Kepuasan Tingkat kepuasan secara umum yang dialami responden di Puskesmas Dukun Magelang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Dukun Magelang 2012 Tingkat Kepuasan n % Sangat Puas 24 10,4 Puas ,3 Kurang Puas 51 22,1 Tidak Puas 12 5,2 Jumlah Berdasarkan Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat kepuasan yang dialami responden di Puskesmas Dukun Magelang mayoritas berada dalam kategori puasyaitu sebanyak 144 orang (62,3%). Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kepuasan Hubungan dukungan sosial komunikasi terapeutik dengan tingkat kepuasan yang dialami responden di Puskesmas Dukun Magelang disajikan pada Tabel 4. Berdasarkan Tabel 4 terlihat bahwa yang memiliki komunikasi terapeutik perawat kurang baik dan tingkat kepuasan tidak puas sebanyak 6 orang (12,8%), komunikasi terapeutik perawat cukup baik dan tingkat kepuasan tidak puas sebanyak 4 orang (3,4%), komunikasi terapeutik perawat baik dan tingkat kepuasan tidak puas sebanyak 2 orang (3,1%). Nilai p-value adalah 0,000 dengan α = 0,05 karena nilai p<α maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Dukun Magelang. Hasil uji statistik dengan rumus kendal tau maka dapat dilihat nilai korelasinya adalah 0,551 artinya korelasi antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat Tabel 4. Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Dukun Magelang Tingkat Kepuasan Komunikasi Tidak Puas Cukup Puas Puas Sangat Puas Terapeutik n % n % n % n % Jumlah τ p Kurang Baik 6 12, ,1 9 19, ,551 0,000 Cukup Baik 4 3, , ,0 4 3,4 119 Baik 2 3,1 2 3, , ,8 65 Jumlah 12 5, , , , Puyan Lukman Hadi, Tri Prabowo, Brune Indah Yulitasari, JNKI, Vol. 1, No. 1, Tahun 2013, 6-11

9 kepuasan pasien memiliki arah korelasi positif yang berarti semakin baik komunikasi terapeutik perawat maka tingkat kepuasan akan semakin tinggi. Nilai korelasi 0,551 artinya hubungan antara komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat kepuasan pasien mempunyai hubungan yang sedang. Pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) adalah suatu kesatuan organisasi kesehatan fungsional yang merupakan pusat pengembangan kesehatan masyarakat yang juga membina peran serta masyarakat disamping memberikan pelayanan secara menyeluruh dan terpadu kepada masyarakat diwilayah kerjanya dalam bentuk kegiatan pokok. Pelayanan kesehatan yang diberikan merupakan pelayanan kesehatan yang menyeluruh yang meliputi pelayanaan kuratif (pengobatan), preventif (upaya pencegahan), promotif (peningkatan kesehatan) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan). Pelayanan tersebut ditunjukan kepada semua penduduk, dengan tidak membedakan jenis kelamin dan golongan umur, sejak pembuahan dalam kandungan sampai tutup usia(8). Komunikasi kesehatan merupakan upaya sistematis yang secara positif mempengaruhi praktek-praktek kesehatan populasi-populasi besar.sasaran utama komunikasi kesehatan adalah melakukan perbaikan kesehatan yang berkaitan dengan praktik-praktik dan status kesehatan. Komunikasi kesehatan didefinisikan sebagai modifikasi perilaku manusia secara faktor-faktor sosial yang berkaitan dengan perilaku yang secara langsung maupun tidak langsung mempromosikan kesehatan, mencegah penyakit atau melindungi individu-individu terhadap bahaya(9). Suasana yang menggambarkan komunikasi yang terapeutik apabila dalam berkomunikasi dengan klien, perawat mendapatkan gambaran yang jelas tentang kondisi klien yang sedang dirawat, mengenai tanda dan gejala yang ditampilkan serta keluhan yang dirasakan, gambaran tersebut dapat dijadikan acuhan dalam menentukan masalah keperawatan dan tindakan keperawatan yang akan dilakukan, dengan harapan tindakan yang dilakukan sesuai dengan keluhan dan sesuai dengan masalah keperawatan yang sedang dialami oleh klien atau bisa dikatakan bahwa tindakan keperawatan tepat sasaran sehingga membantu mempercepat proses penyembuhan. Hal ini menggambarkan bahwa dalam menjalankan proses komunikasi terapeutik, seorang perawat melakukan kegiatan dari mulai pengkajian, menentukan masalah keperawatan, menentukan rencana tindakan, melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan yang telah direncanakan sampai pada evaluasi yang semuanya itu bisa dicapai dengan maksimal apabila terjadi proses komunikasi yang efektif dan intensif. Data akurat yang berasal dari klien merupakan pemberian yang berharga dan tak ternilai karena akan dipakai sebagai acuan dalam memberikan pelayanan keperawatan sesuai dengan keahlian yang dimiliki sekaligus merupakan sarana untuk pengembangan dalam pelayanan keperawatan utamanya dalam meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Komunikasi Terapeutik Perawat Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 2 didapatkan bahwa sebagian besar komunikasi terapeutik perawat dalam kategori cukup baik yaitu sebanyak 119 orang (51,5%), sedangkan kategori kurang baik 47 orang (20,3%), baik 65 orang (28,1%). Menurut Machfoedz komunikasi terapeutik adalah pengalaman interaktif bersama antara perawat dan pasien dalam komunikasi yang bertujuan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh pasien(10). Menurut Machfoedz terdapat enam faktor yang mempengaruhi komunikasi dalam pelayanan keperawatan yaitu pertama: persepsi artinya persepsi berpengaruh pada proses komunikasi karena persepsi merupakan dasar terjadinya komunikasi, bila terjadi kesamaan persepsi antara komunikator dan komunikan maka pesan dapat tersampaikan sesuai dengan yang dimaksud. Kedua: nilai artinya nilai yang dianut oleh perawat dalam komunikasi kesehatan berbeda dengan nilai-nilai yang dimiliki oleh pasien, oleh karena itu perawat harus berpegang pada nilai-nilai profesionalisme dalam berkomunikasi. Ketiga: emosi artinya dalam membantu pasien perawat harus melibatkan perasaan dan merasakan apa yang dirasakan oleh pasien yang ada dalam perawatannya dan perawat harus dapat bersikap profesional dalam mengendalikan diri dan emosinya. Keempat: pengetahuan artinya perbedaan tingkat pengetahuan dapat menjadi kendala dalam komunikasi antara perawat dengan pasien, dengan demikian perawat dituntut untuk mumpuni dalam memahami tingkat pengetahuan pasien. Kelima: peran dan hubungan artinya gaya komunikasi harus disesuaikan dengan peran yang sedang dilakukan, karena peran seseorang berpengaruh dalam berkomunikasi. Keenam: kondisi lingkungan artinya komunikasi akan lebih efektif kalau dilakukan dalam lingkungan yang menunjang, situasi yang ramah, nyaman, tetapi terganggu oleh suara gaduh tidak mendukung keberhasilan komunikasi(10). Hasil penelitian pada Tabel 3 berdasarkan tingkat pendidikan pasien diantaranya adalah SD 84 orang (36,4%), SMP 108 (46,8%), SMA 33 orang Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Dukun Magelang 9

10 (14,3%), Perguruan Tinggi 6 orang (2,6%). Dari keseluruan yang memiliki tingkat pendidikan yang paling dominan adalah SMP. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dimungkinkan pasien yang memiliki tingkat pendidikan tinggi akan dapat mempengaruhi proses komunikasi atau sebaliknya. Oleh karena itu penelitian ini menunjukan bahwa komunikasi terapeutik perawat yang diberikan cukup baik dan ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi komunikasi terapeutik perawat sehingga menjadikan komunikasi terapeutik perawat yang diterima pasien cukup baik. Tingkat Kepuasan Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 3 didapatkan bahwa sebagian besar pasien mengalami tingkat kepuasan dalam kategori tidak puas yaitu 12 (5,2%) orang, kurang puas 51 (22,1%) orang, puas 144 (62,3%) orang dan sangat puas 24 (10,4%) orang. Menurut Fais dan Sitti, kepuasan terhadap pelayanan kesehatan akan dinyatakan melalui beberapa hal yaitu pertama: komunikasi dari mulut ke mulut artinya informasi yang diperoleh dari pasien atau masyarakat yang memperoleh pelayanan yang memuaskan ataupun tidak, akan menjadi informasi yang dapat digunakan sebagai referensi untuk menggunakan atau memilih jasa pelayanan kesehatan tersebut. Kedua: kebutuhan pribadi artinya pasien atau masyarakat selalu membutuhkan pelayanan kesehatan yang tersedia sebagai kebutuhan pribadi yang tersedia pada tepat waktu dan tempat sesuai dengan kebutuhan(9). Pasien atau masyarakat mengharapkan adanya kemudahan dalam memperoleh pelayanan kesehatan baik dalam keadaan biasa maupun gawat darurat. Ketiga: pengalaman masa lalu artinya pasien atau masyarakat yang pernah mendapatkan pelayanan kesehatan yang memuaskan akan kembali ke pelayanan kesehatan yang terdahulu untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memuaskan sesuai dengan kebutuhannya berdasarkan pengalaman masa lalu. Keempat: komunikasi eksternal artinya sosialisasi yang luas dari sistem pelayanan kesehatan mengenai fasilitas, sumber daya manusia, serta kelebihan-kelebihan yang dimiliki suatu instansi pelayanan kesehatan akan mempengaruhi pemakaian jasa pelayanan oleh masyarakat atau pasien. Hubungan Komunikasi Terapeutik dengan Tingkat Kepuasan Interpretasi hasil pada uji statistik dengan menggunakan rumus analisis kendal tau menunjukan nilai korelasi adalah 0,551 artinya korelasi antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien memiliki arah korelasi positif yang berarti semakin baik komunikasi terapeutik perawat maka tingkat kepuasan akan semakin tinggi. Nilai korelasi 0,551 artinya tingkat hubungan antara komunikasi terapeutik perawat terhadap tingkat kepuasan pasien mempunyai hubungan yang sedang. Hubungan yang sedang artinya sudah terdapat hubungan, tetapi masih ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi variabel-variabel yang diteliti. Nilai p adalah 0,000 dengan α = 0,05 karena nilai p < α maka Ha diterima dan Ho ditolak artinya ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Dukun Magelang. Penelitian Anggraini menemukan bahwa semakin baik komunikasi terapeutik yang dirasakan, semakin baik atau tinggi kepuasan yang dirasakan, berdasarkan penelitian ini menemukan komunikasi yang baik dapat meningkatkan kepatuhan klien dalam hal pengobatan dan perawatan penyakitnya, serta mempunyai peranan yang cukup besar bagi kepuasan klien yang berobat dan dirawat, sebaliknya hubungan interpersonal dan komunikasi yang tidak baik akan mengurangi kepuasan klien(11). Penggunaan komunikasi terapeutik merupakan media dalam mengembangkan hubungan antara perawat dan klien. Menurut Parasurman yang dikutip oleh Bustami lima faktor yang mempengaruhi kepuasan pasien yaitu pertama: reliabillitas artinya kemampuan memberikan pelayanan dengan segera, tepat (akurat), dan memuaskan. Kedua: daya tanggap artinya keinginan para karyawan/staf membantu semua pelanggan serta berkeinginan dan melaksanakan pemberian palayanan dengan tanggap. Ketiga: jaminan artinya karyawan/staf memiliki kompetensi, kesopanan dan dapat dipercaya, bebas dari bahaya, ini merefleksikan kompetensi perusahaan. Keempat: bukti fisik atau bukti langsung artinya berupa ketersediaan sarana dan prasarana termasuk alat yang siap pakai serta penampilan karyawan/staf yang menyenangkan. Kelima: empati artinya karyawan mampu menempatkan dirinya pada pelanggan, dapat berupa kemudahan dalam menjalin hubungan dan komunikasi termasuk perhatiannya terhadap para pelanggan(12). Penelitian Wiyono cit Anggraini mengungkapkan kepuasan pelanggan rumah sakit atau organisasi pelayanan kesehatan lain atau kepuasan pasien dipengaruhi banyak faktor antara lain pendekatan dan perilaku petugas, mutu informasi, prosedur perjanjian, waktu tunggu, fasilitas umum yang tersedia, fasilitas perhotelan seperti mutu makanan, kunjungan dari pasien dan perawatan yang diterima(11). Salah satu faktor kepuasan pasien adalah pendekatan dan perilaku petugas yaitu komunikasi terapeutik. Komunikasi terapeutik merupakan hal yang sangat penting bagi perawat 10 Puyan Lukman Hadi, Tri Prabowo, Brune Indah Yulitasari, JNKI, Vol. 1, No. 1, Tahun 2013, 6-11

11 untuk mendukung proses keperawatan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan untuk fasilitas umum yang disediakan di Puskesmas seperti ruang tunggu, ruang perawatan, toilet, tempat parkir penempatan tempat diatur dengan baik dan dijaga kebersihannya dan dari hasil wawancara dengan perawatnya, semua ini dilakukan untuk membuat pasien nyaman berada di Puskesmas baik saat perawatan atau tidak dalam perawatan dengan fasilitas yang tersedia. SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan ada hubungan antara komunikasi terapeutik perawat dengan tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Dukun Magelang, sebagian besar komunikasi terapeutik perawat di Puskesmas Dukun Magelang adalah berada dalam kategori cukup baik, sebagian besar tingkat kepuasan pasien di Puskesmas Dukun Magelang berada dalam kategori puas. Bagi petugas kesehatan perlu meningkatkan perbaikan mutu pelayanan di Puskesmas agar kepuasan dapat ditingkatkan dan diadakannya saran untuk menilai atau mengetahui kepuasan pasien di Puskesmas. Perlu mengoptimalkan dalam melakukan komunikasi terapeutik dengan pasien untuk meningkatkan hubungan antara perawat dengan pasien menjadi lebih baik dan meningkatkan tingkat kepuasan pasien. RUJUKAN 1. Murwani I, Istichomah. Komunikasi Terapeutik Panduan Bagi Perawat. Yogyakara: Fitramaya; Priyanto A. Komunikasi dan Konseling. Jakarta: Salemba Medika; Sari D. Manajemen Pemasaran Usaha Kesehatan. Yogyakarta: Mitra Cendika; Nursalam. Manajemen Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika; Dinkes. Laporan Kesehatan Daerah. Jawa Tengah [Internet] [cited 2012 Mar 11]. Available from: dokumen/inventorianalisispultra05. htm.minggu 6. Alvian E. Hubungan Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat dengan Tingkat Kepuasan Pasien di RSUD Margono Purwokerto. Fakultas Ilmu Keperaatan Universias Muhammadiyah Purwokerto Maria S. Hubungan Antara Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Perawat Dengan Tingkat Kepuasan Pasien di RSUD Dr. Soedjati Grobogan. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Gajahmada Ferry E, Makhfudli. Keperawatan Kesehatan Komunitas. Jakarta: Salemba Medika; Fais S, Sitti S. Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika; Mahfoedz I. Statistika Nonparametrik. Yogyakarta: Fitramaya; Anggraini F. Hubungan komunikasi terapeutik perawat dalam tindakan keperawatan dengan tingkat kepuasan klien di ruang rawat inap RSUD Wates Kulon Progo Yogyakarta Bustami. Penjaminan Mutu Pelayanan Kesehatan dan Akseptabilitasnya. Jakarta: Erlangga; Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Dukun Magelang 11

12 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Minat Ibu Hamil dalam Mengikuti Senam Hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan, Bantul Dewi Masrurin 1, Sri Subiyatun 2, Nur Indah Rahmawati 3 1,2,3 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata Yogyakarta Jalan Ringroad Barat Daya No 1 Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta Abstrak BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan Bantul rata-rata ibu hamil yang memeriksakan kehamilannya sebanyak 110 orang sedangkan ibu hamil yang mengikuti senam hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan Bantul hanya sekitar 40 ibu hamil. Senam hamil sangat bermafaat bagi ibu hamil. Namun kurangnya minat ibu hamil mengikuti senam hamil dan menyadari pentingnya senam hamil bagi ibu maupun janinnya. Tujuan penelitian untuk mengetahui minat ibu hamil dalam mengikuti senam hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan Bantul Tahun Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif, Rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang memeriksakan kehamilan di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling, besar sampel 52. Analisis yang digunakan univariat. Hasil penelitan minat ibu hamil dalam mengikuti senam hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan Bantul pada kategori sedang sebanyak 27 orang (51,9%), responden pada kategori tinggi sebanyak 18 orang (34,6%) dan yang berada pada kategori rendah sebanyak 7 orang (13,5%). Kesimpulan hasil pengolahan data menunjukan gambaran minat ibu hamil dalam mengikuti senam hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan Bantul pada kategori sedang yaitu sebanyak 27 orang (51,9%) Kata Kunci: minat, ibu hamil, senam hamil Info Artikel: Artikel dikirim pada 27 Desember 2012 Artikel diterima pada 27 Desember 2012 PENDAHULUAN Angka Kematian Ibu (AKI) Indonesia secara Nasional dari tahun 1994 sampai dengan tahun 2007, dimana menunjukkan penurunan yang signifikan dari tahun ke tahun. Berdasarkan SDKI survei terakhir tahun 2007 AKI Indonesia sebesar 228 per Kelahiran Hidup, meskipun demikian angka tersebut masih tertinggi di Asia. Sementara target Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) ada sebesar per Kelahiran Hidup(1). Berdasarkan data di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta berdasarkan registrasi penduduk pada tahun 2006, angka kematian ibu pada tahun 2004 yaitu sebanyak 5 orang. Dalam jangka waktu satu tahun tersebut terdapat 5 kasus kematian ibu(2). Obesitas menjadi epidemi di seluruh dunia, prevalensi selama usia reproduksi juga meningkat. Laporan yang mengkhawatirkan menyatakan bahwa dua pertiga orang dewasa di Amerika Serikat kelebihan berat badan atau obesitas, dengan setengah dari mereka dalam kategori yang terakhir, dan tingkat ibu hamil obesitas diperkirakan mencapai 18-38%. Para wanita ini yang menjadi perhatian utama untuk penyedia kesehatan perempuan karena mereka menghadapi banyak kehamilan yang berhubungan dengan komplikasi. Laporan terakhir menunjukkan bahwa obesitas selama kehamilan dapat menjadi faktor risiko mengalami obesitas, diabetes, dan penyakit kardiovaskular pada bayi baru lahir di kemudian hari(3). Pada tahun 2002, American College of Obstetricians dan Gynecologists menerbitkan panduan senam selama kehamilan, yang menunjukkan bahwa jika tidak ada komplikasi medis atau obstetrik, 30 menit atau lebih olahraga ringan sehari pada sebagian besar, jika tidak semua, 2 hari dalam seminggu dianjurkan untuk ibu hamil. Namun, panduan ini tidak mendefinisikan intensitas sedang atau jumlah tertentu dari pengeluaran kalori mingguan dari aktivitas fisik yang diperlukan. 12 Dewi Masrurin, Sri Subiyatun, Nur Indah Rahmawati, JNKI, Vol. 1, No. 1, Tahun 2013, 12-17

13 Beberapa penelitian telah menyatakan mengenai manfaat senam hamil bagi ibu hamil dalam persiapan persalinannya, antara lain pada tahun 2002, Gunadi K meneliti pengaruh senam hamil terhadap lama dan cara persalinan pada wanita hamil yang melakukan pemeriksaan antenatal di poliklinik Sardjito Yogyakarta. Beliau menyimpulkan bahwa senam hamil menurunkan insidensi partus lama, malpresentasi, inertio uteri (stimulasi persalinan) dan partus tindakan(4). Efek dari senam hamil selama kehamilan pada intensitas nyeri pinggang dan kinematika dari tulang belakang dan hasilnya bisa di ambil kesimpulan senam hamil selama kehamilan secara signifikan mengurangi intensitas nyeri punggung rendah, tidak memiliki efek terdeteksi pada lordosis dan memiliki dampak yang signifikan terhadap fleksibilitas tulang belakang(5). Pergerakan dan latihan dari senam kehamilan tidak saja menguntungkan sang ibu, tetapi juga sangat berpengaruh terhadap kesehatan bayi yang dikandungnya. Pada saat bayi mulai dapat bernafas sendiri, maka oksigen akan mengalir kepadanya melalui plasenta, yaitu dari aliran darah ibunya ke dalam aliran darah bayi yang dikandung. Senam kehamilan akan menambah jumlah oksigen dalam darah di seluruh tubuh sang ibu dan karena itu aliran oksigen kepada bayi melalui plasenta juga akan menjadi lancar(6). Latihan senam hamil tidak dapat dikatakan sempurna bila pelaksanaannya tidak disusun secara teratur yaitu minimal satu kali dalam seminggu yang dimulai saat umur 24 minggu. Dengan mengikuti senam hamil secara teratur dan insentif, wanita tersebut akan menjaga kesehatan tubuhnya dan janin yang dikandungnya secara optimal(7). Minat adalah suatu fungsi jiwa untuk dapat mencapai sesuatu(8). Minat mempunyai pengaruh yang besar terhadap perilaku karena dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat antara lain: pendidikan, umur, pekerjaan, pengalaman, tanggung jawab, dan informasi. Bila seorang ibu hamil menyadari bahwa senam hamil adalah penting untuk menuju kelahiran yang lancar dan bermanfaat selama masa kehamilan yaitu memberikan rasa nyaman dan mengatasi keluhan yang dirasakan kemungkinan besar ia akan keluar untuk mempelajari dan mengikuti senam hamil(9). Berdasarkan uraian di atas jelaslah bahwa senam hamil sangat bermafaat bagi ibu hamil. Namun kurangnya minat ibu hamil mengikuti senam hamil dan menyadari pentingnya senam hamil bagi ibu maupun janinnya. Dari data pra survei tetang kegiatan ibu hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan Bantul. Di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan Bantul telah terjadwal senam hamil dilakukan 2 kali dalam sebulan yaitu minggu ke 2 dan minggu ke 4. Ibu hamil yang memeriksakan kehamilan ratarata pada bulan Januari, Februari dan Maret tahun 2012 adalah sebanyak 110 sedangkan ibu hamil yang mengikuti seam hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan Bantul hanya sekitar 40 ibu hamil. Dengan wawancara telah di dapatkan 20 orang ibu hamil yang periksa hamil ada 8 orang yang berminat mengikuti senam hamil dan 12 orang yang tidak berminat mengikuti senam hamil. Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai gambaran minat ibu hamil megikuti senam hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan Bantul. Tujuan penelitian untuk mengetahui minat ibu hamil dalam mengikuti senam hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan Bantul. BAHAN DAN METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dengan rancangan penelitian ini adalah cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang periksa hamil dengan usia kehamilan trimester II dan III di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan Bantul pada 4-10 Juni 2012 sebanyak 52 orang. Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik total sampling, atau sampel jenuh sebesar 52 orang ibu hamil. Variabel dalam penelitian ini adalah variabel tunggal, yaitu gambaran minat ibu hamil dalam mengikuti senam hamil. Penelitian ini dilaksanakan di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan Bantul. Waktu penelitian dilaksanakan pada 4-10 Juni Alat pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner dalam penelitian ini telah mengadopsi dari penelitian Setyarini yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas(10). HASIL DAN BAHASAN Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Hasil distribusi frekuensi adalah berupa datadata yang diperoleh dari responden yang berjumlah 52 orang ibu hamil yang melakukan pemeriksaan kehamilan di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan Bantul. Berdasarkan Tabel 1 berdasarkan umur menunjukkan bila sebagian besar responden berada pada umur tahun sebanyak 41 orang (78,8%), Minat Ibu Hamil dalam Mengikuti Senam Hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan, Bantul 13

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul

Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Kasihan Bantul Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Tingkat Pengetahuan Wanita Usia Subur Tentang Alat Kontrasepsi IUD di BPRB Bina Sehat Ade Rindiarti 1, Tony Arjuna 2, Nindita Kumalawati

Lebih terperinci

Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Dukun Magelang

Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Dukun Magelang Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Komunikasi Terapeutik Perawat Berhubungan dengan Tingkat Kepuasan Pasien di Puskesmas Dukun Magelang Puyan Lukman Hadi 1, Tri Prabowo

Lebih terperinci

Minat Ibu Hamil dalam Mengikuti Senam Hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan, Bantul

Minat Ibu Hamil dalam Mengikuti Senam Hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan, Bantul Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Minat Ibu Hamil dalam Mengikuti Senam Hamil di BPRB Bina Sehat Bangunjiwo Kasihan, Bantul Dewi Masrurin 1, Sri Subiyatun 2, Nur

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK 3 BULAN DENGAN KEPATUHAN IBU MELAKUKAN KUNJUNGAN ULANG DI SIDOHARJO Hajar Nur Fathur Rohmah, Zulaikha Abiyah Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang berkualitas adalah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak yang

Lebih terperinci

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE (IUD) DIWILAYAH KERJA PUSKESMAS SIMPANG TIGA KABUPATEN PIDIE. TAHUN 2013 Nurbaiti Mahasiswi Pada STIKes U Budiyah Banda

Lebih terperinci

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul

Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Tingkat Ekonomi Keluarga Berhubungan dengan Pemilihan Alat Kontrasepsi di Dukuh Manukan Sendangsari Pajangan Bantul Diyah Intan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia adalah di bidang kependudukan yaitu semakin meningkatnya jumlah penduduk dari tahun ketahun. Jumlah penduduk Indonesia dari tahun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Indonesia merupakan negara berkembang, terdiri dari pulau-pulau yang tersebar di seluruh wilayah nusantara. Badan Pusat Statistik (2010) mencatat jumlah

Lebih terperinci

23,3 50,0 26,7 100,0

23,3 50,0 26,7 100,0 HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KB SUNTIK DENGAN SIKAP DALAM MEMILIH KB SUNTIK BULANAN DI DESA BESOLE, KECAMATAN BAYAN, KABUPATEN PURWOREJO Dwi Mardiantari ABSTRAK 48 hal+7 tabel+ gambar+

Lebih terperinci

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J.

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperaatan. Disusun oleh : SUNARSIH J. HUBUNGAN ANTARA KARAKTERISTIK, PENGETAHUAN, DUKUNGAN KELUARGA, DAN TARIF LAYANAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI RSUD PANDAN ARANG BOYOLALI SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara keempat terbesar penduduknya di dunia dengan lebih dari 253 juta jiwa (BPS, 2014). Fertilitas atau kelahiran adalah salah satu faktor

Lebih terperinci

Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA

Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA ISSN2354-7642 Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia JOURNAL NERS AND MIDWIFERY INDONESIA Peran Bidan dalam Konseling Awal Kontrasepsi Suntik DMPA Farida Aryani 1 1 Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Alma Ata

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program

BAB I PENDAHULUAN. kependudukan salah satunya adalah keluarga berencana. Visi program BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kepadatan penduduk menjadi masalah pemerintah yang menjadi problem dalam pertumbuhan penduduk. Usaha pemerintah dalam menghadapi kependudukan salah satunya adalah keluarga

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas pelayanan kesehatan. Kematian ibu masih merupakan masalah besar yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Angka kematian merupakan barometer status kesehatan, terutama kematian ibu dan kematian bayi. Tingginya angka kematian tersebut menunjukkan rendahnya kualitas pelayanan

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA Media Ilmu Kesehatan Vol. 6, No. 2, Agustus 2017 155 GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR (WUS) TENTANG KONTRASEPSI IUD DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DANUREJAN 1 KOTA YOGYAKARTA Dechoni Rahmawati 1 *, Siti

Lebih terperinci

PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA PEMAKAIAN IUD POST PLASENTA. Risneni*, Mugiati*

PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA PEMAKAIAN IUD POST PLASENTA. Risneni*, Mugiati* PENELITIAN FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN LAMA PEMAKAIAN IUD POST PLASENTA Risneni*, Mugiati* Kementerian Kesehatan Republik Indonesia telah meluncurkan kebijakan Jaminan Persalinan (Jampersal) di tahun

Lebih terperinci

Mitha Destyowati ABSTRAK

Mitha Destyowati ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG KONTRASEPSI IUD DENGAN MINAT PEMAKAIAN KONTRASEPSI IUD DI DES HARJOBINANGUN KECAMATAN GRABAK KABUPATEN PURWOREJO TAHUN 2011 Mitha Destyowati ABSTRAK 12 i + 34 hal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat

BAB I PENDAHULUAN. adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah utama yang dihadapi Indonesia di bidang kependudukan adalah pengendalian tingkat kelahiran dan usaha penurunan tingkat pertambahan penduduk yang demikian telah

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL

GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL GAMBARAN PENGETAHUAN WANITA USIA SUBUR TENTANG AKDR DI PUSKESMAS CIKOLE PANDEGLANG 2012 JURNAL ARSIAH NURHIDAYAH PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MEDISTRA INDONESIA BEKASI 2012

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT DENGAN PELAKSANAAN METODE PENUGASAN DALAM MODEL PRAKTEK KEPERAWATAN PROFESIONAL (MPKP) DI RSUD WATES Annisa Nur Erawan INTISARI Latar Belakang : Perawat merupakan sumber

Lebih terperinci

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2012

GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2012 GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS TALANG BAKUNG KOTA JAMBI TAHUN 2012 GAMBARAN TINGKAT KEPUASAN IBU HAMIL TERHADAP PELAYANAN ANTENATAL CARE DI PUSKESMAS

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG

IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG IDENTIFIKASI SIKAP IBU USIA SUBUR TENTANG ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM DI RT 04 RW 07 KELURAHAN BALEARJOSARI KECAMATAN BLIMBING KOTA MALANG Eva Inayatul Faiza 1, Riski Akbarani 2 eva_inayatul@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. penduduk yang relatif tinggi, penyebaran penduduk yang tidak merata, kualitas. penduduk yang harus ditingkatkan (Saifuddin, 2006). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk yang pesat merupakan suatu masalah yang dihadapi oleh Negara berkembang termasuk Negara Indonesia. Negara Indonesia mempunyai masalah yang komplek,

Lebih terperinci

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN SKRIPSI Diajukan UntukMemenuhi Salah Satu Persyaratan Meraih Derajat Sarjana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. maka 10 tahun lagi Indonesia akan mengalami ledakan penduduk. wilayah terpadat ke dua se-diy setelah Sleman (BPS, 2010). BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia selalu mengalami peningkatan, hingga saat ini Indonesia masih menduduki peringkat empat di dunia dengan Jumlah penduduk Indonesia sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk

BAB I PENDAHULUAN. Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pasangan Usia Subur diharapkan menggunakan metode kontrasepsi untuk menekan jumlah populasi penduduk. Anjuran pemakaian metode kontrasepsi ini sudah diterapkan dibeberapa

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN 2015 Yeti Yuwansyah Penggunaan alat kontrasepsi sangat

Lebih terperinci

Nuke Devi Indrawati. Tlp : ABSTRAK

Nuke Devi Indrawati.   Tlp : ABSTRAK ANALISIS FAKTOR KEBIJAKAN DAN PENGETAHUAN TENTANG PELAYANAN KB YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA IBU PASANGAN USIA SUBUR AKSEPTOR KB DI KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG Nuke

Lebih terperinci

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi

Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Motivasi Ibu dalam Penggunaan KB IUD di Puskesmas Pakuan Baru Kota Jambi Subur meningkat sebesar 1,7% (758.770). Oleh karena itu, diperlukan adanya upaya kelangsungan pemakaian kontrasepsi, termasuk pembinaan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG IUD DENGAN MINAT KB IUD DI DESA MOJODOYONG KEDAWUNG SRAGEN Hajar Nur Fathur Rohmah, Ida Fitriana Akademi Kebidanan YAPPI Sragen ABSTRAK Latar Belakang: Keluarga Berencana

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN DENGAN SIKAP AKSEPTOR KB TERHADAP KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA BARON MAGETAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat

Lebih terperinci

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN

TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN TINGKAT PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR (PUS) TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI DESA PILANGSARI KECAMATAN NGRAMPAL KABUPATEN SRAGEN Aprilica Manggalaning Murti, Mega Marliana Akademi Kebidanan YAPPI Sragen

Lebih terperinci

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR

HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR HUBUNGAN PELAYANAN KONSELING KB TENTANG AKDR DENGAN CAKUPAN AKSEPTOR AKDR Yefi Marliandiani, Krisnamurti Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya ABSTRAK Program Keluarga Berencana yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. dan misi Program KB Nasional. Visi KB itu sendiri yaitu Norma Keluarga BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini akan dijelaskan latar belakang program Keluarga Berencana (KB) dengan menggunakan metode IUD, rumusan masalah yang timbul, tujuan umum dan tujuan khusus penelitian yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konferensi Internasional tentang Kependudukan dan Pembangunan (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai 13 September 1994 di

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN. Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam mendukung upaya penurunan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) yang masih cukup tinggi di Indonesia dibandingkan Negara ASEAN, kesepakatan global

Lebih terperinci

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN AKSEPTOR TENTANG KONTRASEPSI SUNTIK CYCLOFEM ( 1 BULAN ) DENGAN KEPATUHAN JADWAL PENYUNTIKAN ULANG DI DESA JAMBU KECAMATAN MLONGGO KABUPATEN JEPARA Ita Rahmawati 1, Asmawahyunita

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD

FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD FAKTOR-FAKTOR PENGHAMBAT AKSEPTOR KB DALAM MENENTUKAN PILIHAN TERHADAP PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD Tetty Rihardini, SST Prodi D-III Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana Surabaya tettyrihardini@gmail.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar. berkembang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peningkatan jumlah penduduk merupakan salah satu masalah besar yang dihadapi oleh semua negara baik negara maju maupun negara berkembang. Indonesia merupakan salah satu

Lebih terperinci

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA BPJS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI

HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA BPJS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN MUTU PELAYANAN KESEHATAN DENGAN KEPUASAN PASIEN PESERTA BPJS DI RS PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI Disusun Oleh Yesi Nurhayati 201410104321 PROGRAM STUDI BIDAN PENDIDIK JENJANG DIV

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014).

BAB I PENDAHULUAN. terhadap perkembangan ekonomi dan kesejahteraan Negara (Irianto, 2014). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan sebuah negara berkembang dengan jumlah peningkatan penduduk yang tinggi, dengan laju pertumbuhan sebesar 1,49 persen per tahun. Pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Kata Kunci: Pasangan Usia Subur,Non Metode Kontrasepsi Jangka Panjang ORIGINAL RESEARCH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PASANGAN USIA SUBUR MENGGUNAKAN NON METODE KONTRASEPSI JANGKA PANJANG (NON MKJP) DI KOTA PONTIANAK Tisa Gusmiah 1, Surtikanti 1, Ronni Effendi 1 1 Sekolah

Lebih terperinci

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN

HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN HUBUNGAN DUKUNGAN SUAMI TERHADAP KEPATUHAN PERIKSA KEHAMILAN DI PUSKESMAS 1 TOROH KABUPATEN GROBOGAN SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Keperawatan Disusun

Lebih terperinci

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK

Imelda Erman, Yeni Elviani Dosen Prodi Keperawatan Lubuklinggau Politeknik Kesehatan Palembang ABSTRAK HUBUNGAN PARITAS DAN SIKAP AKSEPTOR KB DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI JANGKA PANJANG DI KELURAHAN MUARA ENIM WILAYAH KERJA PUSKESMAS PERUMNAS KOTA LUBUKLINGGAU TAHUN 2012 Imelda Erman, Yeni Elviani

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 :

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut WHO (World Health Organisation) expert Committe 1970 : keluarga berencana adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk menghindari kehamilan yang

Lebih terperinci

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia

PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR. Vera Virgia PENGETAHUAN DAN KECEMASAN IBU PENGGUNA KONTRASEPSI AKDR Vera Virgia Program Studi Kebidanan, STIKES Dian Husada Mojokerto Email : veravirgia@gmail.com ABSTRAK IUD (Intra Uteri Device) atau AKDR (Alat Kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kependudukan di Indonesia merupakan salah satu masalah serius yang perlu mendapat perhatian khusus dari semua pihak. Tidak hanya pemerintah, masyarakat

Lebih terperinci

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI

Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati 3 INTISARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG KELUHAN FISIOLOGIS MASA KEHAMILAN DENGAN KETERATURAN FREKUENSI ANTENATAL CARE PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI BPS KARTIYEM KULON PROGO 1 Trisna Ebtanastuti 2, Anjarwati

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk 2 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan negara ke-5 di dunia dengan jumlah penduduk terbanyak yaitu 249 juta. Dengan Angka Fertilitas atau Total Fertelitity Rate (TFR) 2,6, Indonesia

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti

I. PENDAHULUAN. atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana (KB) adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami istri untuk mendapatkan tujuan tertentu, seperti menghindari kelahiran yang

Lebih terperinci

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG

HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG 33 HUBUNGAN KELOMPOK UMUR PASANGAN USIA SUBUR (PUS) DENGAN PEMILIHAN JENIS ALAT KONTRASEPSI DI DESA PADAMUKTI KECAMATAN SOLOKANJERUK KABUPATEN BANDUNG Abstrak Ratih Ruhayati, S.ST, M.Keb Alat Kontrasepsi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada

BAB I PENDAHULUAN. India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu dari lima negara berkembang yaitu, India, Pakistan, Brazil, dan Nigeria yang memberikan kontribusi besar pada pertambahan penduduk dunia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang. Indonesia sebesar 1,49% per tahun. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara berkembang yang tidak lepas dari berbagai masalah kependudukan. Masalah di bidang kependudukan yang dihadapi Indonesia adalah jumlah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam masa kehamilan perlu dilakukan pemeriksaan secara teratur dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masa kehamilan merupakan masa yang rawan kesehatan, baik kesehatan ibu yang mengandung maupun janin yang dikandungnya sehingga dalam masa kehamilan perlu dilakukan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi

BAB I PENDAHULUAN. jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi. Kontrasepsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga berencana (KB) adalah upaya untuk meningkatkan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan, pengaturan kelahiran, pembinaan keluarga,

Lebih terperinci

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( )

GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 ( ) GASTER, Vol. 8, No. 1 Februari 2011 (633-646) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP PRIA TENTANG KELUARGA BERENCANA DENGAN PERILAKU PRIA DALAM BERPARTISIPASI MENGGUNAKAN METODE KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA

Lebih terperinci

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN

PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI 0-6 BULAN PENGARUH EDUKASI SUPORTIF TERSTRUKTUR TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI PADA IBU MENYUSUI - BULAN Evi Susiyanti Program Studi Kebidanan, Akademi Kebidanan Sakinah Pasuruan Email : evirudyanto4@gmail.com ABSTRAK

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN Ridha Andria 1*) 1 Dosen STIKes Darussalam Lhokseumawe

Lebih terperinci

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK

HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA ABSTRAK HUBUNGAN INFORMASI DENGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI METODE OPERASI PRIA (MOP) PADA PRIA PASANGAN USIA SUBUR DI KECAMATAN PAKUALAMAN YOGYAKARTA Susiana Sariyati Prodi DIII Kebidanan, Universitas Alma ata Yogyakarta

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI ASEPTOR KB AKTIF TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS BANJARMASIN INDAH BANJARMASIN

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI ASEPTOR KB AKTIF TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS BANJARMASIN INDAH BANJARMASIN ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN DAN PERSEPSI ASEPTOR KB AKTIF TENTANG ALAT KONTRASEPSI IUD DI PUSKESMAS BANJARMASIN INDAH BANJARMASIN Rizki Amelia Puteri *, Fadhiyah Noor Anisa, Susanti Suhartati 2 1 Akademi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan

BAB 1 PENDAHULUAN. terdapat kemungkinan suatu keadaan yang dapat mengancam jiwa ibu dan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesejahteraan suatu bangsa di pengaruhi oleh kesejahteraan ibu dan anak, kesejahteraan ibu dan anak di pengaruhi oleh proses kehamilan, persalinan, pasca salin (nifas),

Lebih terperinci

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( ) HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN TINGKAT PENDIDIKAN PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PENGGUNAAN AKDR DI KELURAHAN BENTENG PASAR ATAS WILAYAH KERJA PUSKESMAS RASIMAH AHMAD BUKITTINGGI TAHUN 2014 Desi Andriani * ABSTRAK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli

BAB I PENDAHULUAN. yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini, masalah kependudukan merupakan masalah penting yang mendapat perhatian dan pembahasan yang serius dari ahli kependudukan, baik di Indonesia maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meskipun program KB dinyatakan cukup berhasil di Indonesia, namun dalam pelaksanaan hingga saat ini juga masih mengalami hambatan hambatan. Dari hasil penelitian diketahui

Lebih terperinci

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI

Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN TENTANG TANDA BAHAYA KEHAMILAN DENGAN SIKAP IBU HAMIL TERHADAP TANDA BAHAYA KEHAMILAN DI PUSKESMAS KASIHAN II BANTUL TAHUN 2009 1 Yeni Yuniarti 2, Suesti 3 INTISARI Pengenalan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo, 2007). Berdasarkan data BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia sebagai salah satu negara berkembang masih memiliki kualitas penduduk yang sangat rendah dengan ditandai terhambatnya pelaksanaan pembangunan nasional (Prawirohardjo,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap

BAB I PENDAHULUAN. cara operasional dan dampaknya terhadap pencegahan kelahiran.tahap BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Program KB di Indonesia telah mengalami perkembangan yang sangat pesat, ditinjau dari sudut, tujuan, ruang lingkup geografi, pendekatan, cara operasional dan dampaknya

Lebih terperinci

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN PENELITIAN HUBUNGAN KEPATUHAN AKSEPTOR KB PIL DENGAN KEGAGALAN KONTRASEPSI PIL DI KABUPATEN LAMPUNG SELATAN Helmi Yenie* *Dosen Jurusan Kebidanan Poltekkes Tanjungkarang Prevalensi kegagalan KB pil di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga

BAB I PENDAHULUAN. visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Paradigma baru program Keluarga Berencana Nasional telah diubah visinya dari mewujudkan NKKBS menjadi visi untuk mewujudkan Keluarga Berkualitas tahun 2015. Keluarga

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS

HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN DAN PENDIDIKAN IBU DALAM PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI METODE OPERASI WANITA (MOW) DI DESA JEPANG PAKIS Mestuti Hadi AKBID Mardi Rahayu Kudus ABSTRAK HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan

BAB 1 PENDAHULUAN. bahwa angka kematian ibu (AKI) di Indonesia di tahun 2012 mengalami kenaikan BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan pada ibu hamil dan bersalin serta bayi baru lahir sejak lama telah menjadi masalah, khususnya di negara berkembang (Saifuddin, 2005). Berdasarkan

Lebih terperinci

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB Risneni 1) dan Helmi Yenie 2) 1) 2) Jurusan Kebidanan poltekkes kemenkes Tanjngkarang Abstrak. Rekapitulasi

Lebih terperinci

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2)

Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2) HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU TENTANG ALAT KONTRASEPSI DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA IBU PRIMIPARA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS TAMBAKAJI KOTA SEMARANG Sukriani 1),Priharyanti Wulandari 2) 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada konferensi kependudukan dunia, yang dilangsungkan di Cairo tahun 1994, sebanyak 179 negara peserta menyetujui bahwa pemberdayaan perempuan, pemenuhan kebutuhan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara berkembang dengan salah satu permasalahannya yaitu masih tingginya pertumbuhan penduduk. Jumlah penduduk tahun 2009 meningkat 1,29%

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Juli 2013 mencapai 7,2 miliar jiwa, dan akan naik menjadi 8,1 miliar jiwa pada tahun BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Laju pertumbuhan penduduk dunia pada tahun 2013 mengalami peningkatan lebih tinggi dari perkiraan dua tahun yang lalu. Jumlah penduduk dunia pada bulan Juli 2013 mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas.

BAB I PENDAHULUAN. adalah dampak dari meningkatnya angka kelahiran. Angka kelahiran dapat dilihat dari pencapaian tingkat fertilitas. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya jumlah penduduk merupakan masalah yang sedang dihadapi di Negara maju maupun di Negara berkembang termasuk Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2010

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan

BAB I PENDAHULUAN. besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan sangat berkaitan erat dengan kualitas masyarakat. Penduduk yang besar dan berkualitas serta dikelola dengan baik, akan menjadi aset yang besar dan berharga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan. 35 tahun (Hartanto, 2004). BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Jumlah penduduk Indonesia, menempati posisi keempat terbesar di dunia (Cina, India, dan Amerika Serikat) dengan laju pertumbuhan yang relatif tinggi. Program KB merupakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode

I. PENDAHULUAN. metode kontrasepsi tersebut adalah Intra Uterine Device (IUD), implant, kondom, suntik, metode operatif untuk wanita (MOW), metode 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kontrasepsi merupakan salah satu upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Pada saat ini telah banyak

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP IBU HAMIL TENTANG KEHAMILAN RESIKO TINGGI DIPUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN Tika Febriyani*, Ahmad Syahlani 1, Agus Muliyawan 2 1 STIKES Sari Mulia Banjarmasin 2 AKBID Sari

Lebih terperinci

DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA

DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA DAMPAK KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT DENGAN KEPUASAN PASIEN DI PUSKESMAS WARAKAS JAKARTA UTARA Fiora Ladesvita*, Nabella Khoerunnisa** *Dosen Akademi Keperawatan Husada Karya Jaya, Jakarta **Mahasiswa

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK

GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK GAMBARAN UMUR DAN PARITAS AKSEPTOR KB TERHADAP PEMILIHAN KONTRASEPSI SUNTIK Lina Darmayanti Bainuan* *Akademi Kebidanan Griya Husada, Jl. Dukuh Pakis Baru II no.110 Surabaya Email : admin@akbid-griyahusada.ac.id

Lebih terperinci

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN :

Volume 3 No. 1 Maret 2012 ISSN : HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU HAMIL TM III TENTANG PERSIAPAN PERSALINAN DENGAN PROGRAM JAMPERSAL DI BPM SRI HANDAYANI WELAHAN JEPARA Ummi Haniek 1 INTISARI Salah satu di antara beberapa penyebab terlambatnya

Lebih terperinci

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi HUBUNGAN PARITAS DAN PENDIDIKAN DENGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG HUBUNGAN SEKSUAL PADA KEHAMILAN TRIMESTER III DI RS. KIA KOTA BANDUNG BULAN SEPTEMBER 2011 Devita Zakirman Stikes Jend. A. Yani Cimahi

Lebih terperinci

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis

pemakaian untuk suatu cara kontrasepsi adalah sebesar 61,4% dan 11% diantaranya adalah pemakai MKJP, yakni IUD (4,2 %), implant (2,8%), Medis BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara berkembang yang memiliki jumlah penduduk cukup padat. Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010 jumlah penduduk Indonesia adalah 237.556.363

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Keluarga Berencana merupakan upaya peningkatan kepedulian dan peran serta masyarakat melalui pendewasaan usia perkawinan (PUP), pengaturan kelahiran, pembinaan ketahanan

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN IBU TENTANG PEMERIKSAAN KEHAMILAN TRIMESTER I DENGAN KUNJUNGAN K1 MURNI DI BPS HANIK SURABAYA Retno Setyo Iswati Tenaga Pengajar Prodi DIII Kebidanan Universitas PGRI Adi Buana

Lebih terperinci

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN : HUBUNGAN PENGETAHUAN KESEHATAN REPRODUKSI PASANGAN USIA SUBUR DENGAN PEMILIHAN KONTRASEPSI KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN SERENGAN Devi Pramita Sari APIKES Citra Medika Surakarta ABSTRAK Pasangan Usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. 248,8 juta jiwa dengan pertambahan penduduk 1,49%. Lajunya tingkat BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah kependudukan merupakan masalah yang dihadapi oleh semua negara termasuk Indonesia. Saat ini penduduk Indonesia kurang lebih berjumlah 248,8 juta jiwa dengan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak

BAB 1 PENDAHULUAN. berdasarkan sensus penduduk mencapai 237,6 juta jiwa. keluarga kecil yang sehat dan sejahtera yaitu melalui konsep pengaturan jarak BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya angka kelahiran di Indonesia masih menjadi masalah utama dalam kependudukan. Sejak 2004, program keluarga berencana (KB) dinilai berjalan lamban, hingga

Lebih terperinci

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2)

Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2) FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS NGESREP KELURAHAN NGESREP KECAMATAN BANYUMANIK SEMARANG Kustriyanti 1),Priharyanti Wulandari 2) 1 Program

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk

BAB 1 PENDAHULUAN. kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia adalah negara yang memiliki banyak masalah kependudukan yang hingga saat ini belum bisa diatasi. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan hasil sensus adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per

BAB I PENDAHULUAN. penurunan karena kematian. Crude Birth Rate (CBR) turun dari sekitar 21 per BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Jumlah dan Laju Pertumbuhan Penduduk Hasil proyeksi menunjukkan bahwa jumlah penduduk Indonesia selama dua puluh lima tahun mendatang terus meningkat yaitu dari 205,1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Biro Pelayanan Statistik (BPS) kependudukan, Ju mlah penduduk makin meningkat dari tahun ke tahun baik di dunia, maupun di Indonesia. Pada Oktober 2011 penduduk

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI DESA BULUTENGGER KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN

GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI DESA BULUTENGGER KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN GAMBARAN PENGETAHUAN PASANGAN USIA SUBUR TENTANG METODE ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI DESA BULUTENGGER KECAMATAN SEKARAN KABUPATEN LAMONGAN WS Tarmi, Citra Dewi Aryani Korespondensi: WS Tarmi,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making

BAB I PENDAHULUAN. Berencana Nasional tersebut dapat dilihat pada pelaksanaan Program Making BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Program Keluarga Berencana Nasional mempunyai kontribusi penting dalam upaya meningkatkan kualitas penduduk. Kontribusi Program Keluarga Berencana Nasional tersebut

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH JURNAL SKRIPSI Diajukanuntuk melengkapi tugas dan memenuhi

Lebih terperinci