PEMANFAATAN SISA TANAMAN UNTUK PUPUK ORGANIK SEBAGAI IbM KELOMPOK TANI SAYURAN DI KECAMATAN KAYU ARO BARAT KABUPATEN KERINCI
|
|
- Hendra Kusnadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 PEMANFAATAN SISA TANAMAN UNTUK PUPUK ORGANIK SEBAGAI IbM KELOMPOK TANI SAYURAN DI KECAMATAN KAYU ARO BARAT KABUPATEN KERINCI Henny H dan Itang Ahmad Mahbub Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi ABSTRACT Science and technology for society (IbM) of vegetable farmer groups at West Kayu Aro form of procurement of organic fertilizer of plant remains partnered with G7 Farmers Group in Kebun BaruVillage and Mekar Sari Farmers Group in Gunung Labu Village. IbM program is based on the problem of crop residues after harvest vegetables considerable and untapped at West Kayu Aro as one of the highland vegetable production center in Kerinci District. While the land quality in West Kayu Aro began to decline. One effort that can be done is organic fertilizing. However, in general, farmers do not know enough to procure organic fertilizer by utilizing the existing resources in the local environment is through the use of plant residues to produce compost. Compost quality is quite good (referring to the quality requirements of compost from organic waste SNI ). The activities of both groups were quite satisfied farmer IbM program activities that have been implemented, although the plants was not optimal and even some plants was dead due to drought and affected by smog. Keywords : soil organic matter, composts, vegetable crop residue PENDAHULUAN Kecamatan Kayu Aro Barat merupakan salah satu kawasan andalan Kabupaten Kerinci sebagai sentra produksi sayuran di Provinsi Jambi terutama sayuran dataran tinggi seperti kentang, kubis, tomat, dan cabe. Areal usahatani sayuran di Kabupaten Kerinci tersebar pada hampir semua desa di Kecamatan Kayu Aro (Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan Kabupaten Kerinci 2008) yang berada di sekitar kaki Gunung Kerinci dengan jenis tanah tergolong Andisol yang cocok untuk pengembangan sayuran dataran tinggi. Kesuburan alami Andisol umumnya tergolong sedang hingga tinggi ( Prasetyo, 2005, Hidayat dan Mulyani 2002). Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa kesuburan tanah di Kecamatan Kayu Aro Barat antara lain di Desa Kebun Baru, Desa Sungai Lintang, Desa Sako Dua (Henny, 2012), Desa Gunung Labu dan Desa Giri Mulyo (Itang et al., 2012)sudah menurun dari kondisi alaminya ( topsoil dangkal, kandungan hara sedang-rendah). Desa Kebun Baru dan Desa Gunung Labu mempunyai rata-rata curah hujan mm/tahun dan mm/bulan dengan jumlah hari hujan 147 hari/tahun. Curah hujan maksimum dan minimum masing-masing terjadi pada bulan April ( mm/bulan) dan Agustus ( mm/bulan). Rata-rata temperatur udara C (maksimum C, minimum C) dan kelembaban udara %, termasuk beriklim tropis dengan Tipe Iklim A (daerah basah dengan hutan tropis) (Klasifikasi Iklim Schmid dan Ferguson) sesuai untuk usahatani sayuran dataran tinggi umumnya termasuk kentang (Henny, 2012; Itang et al., 2012), Desa Kebun Baru mempunyai luas wilayah ha dan seluas ha diantaranya merupakan ladang yang digarap, secara geografis terletak pada BT dan LS di ketinggian m di atas permukaan laut dengan kemiringan lahan sebahagian besar 8-25 persen (berombak hingga berbukit). Desa Gunung Labu secara geografis terletak antara BT dan LS pada ketinggian m di atas permukaan laut (dpl) dengan luas wilayah 571 ha. Bentuk wilayah dan topografi Desa Gunung Labu bervariasi dari datar (kemiringan lereng 0-3 persen), Kayu Aro Barat Kabupaten Kerinci 28
2 berombak (kemiringan lereng 3-8 persen) hingga bergelombang (kemiringan lereng 8-15 persen), berbukit (kemiringan ler eng persen) dan bergunung (kemiringan lereng > 40 persen). Penggunaan lahan sebagian besar (546 ha dari total luas desa 571 ha) adalah pertanian campuran berupa tanaman hortikultura sayuran dataran tinggi seperti kentang, kubis, cabe, tomat, bawang merah dan bawang daun. Namun kesuburan tanah sudah menurun dari kondisi alaminya (tinggi-sedang) menjadi sedang-rendah. Penggunaan pupuk organik merupakan salah satu upaya untuk mengatasi permasalahan lahan petani (kondisi fisik tanah yang kurang baik : topsoil tipis dan sub soil berpasir/batu dan kesuburan tanah sedang-rendah). Sebagian petani telah menggunakan pupuk organik berupa pupuk kandang atau kompos kemasan yang dijual di kios-kios pertanian, namun takaran yang digunakan petani belum mencukupi sesuai kondisi tanah. Rendahnya pemahaman petani di Desa Kebun Baru dan Desa Gunung Labu umumnya, Kelompok Tani G7 dan Kelompok Tani Mekar Sari khususnya terhadap permasalahan yang dihadapi dan solusinya terkait dengan karakteristik dan kondisi sosial-ekonomi petani terutama : 1) rendahnyapendidikan dan pengetahuan petani serta terbatasnya informasi yang diperoleh petani baik dari petugas penyuluh pertanian maupun dari instansi terkait; dan 2) kurangnya modal atau kemampuan finansial petani terutama untuk pengadaan bibit berkualitas dan pupuk baik pupuk kimia maupun pupuk organik (pupuk kandang atau kompos) (Henny 2012; Itang et al., 2012). Hasil penelitian Henny (2012) di Desa Kebun Baru menunjukkan bahwa jumlah sisa tanaman kubis setelah panen + 3 ton/ha. Kemudian tidak jarang sayuran (terutama kubis dan tomat) dibiarkan membusuk di lahan (tidak dipanen) atau dibuang di pinggir jalan (bila terlanjur dipanen) akibat harga jual petani yang sangat rendah. Kondisi ini merupakan kerugian yang sangat nyata bagi petani yang pada gilirannya akan mempengaruhi ketersediaan modal petani dan keberlanjutan usahatani. Disamping itu penumpukan sisa sayuran di pinggir jalan akan mengganggu kenyamanan dan kesehatan lingkungan.. Tujuan Program IbM ini adalah : 1) meningkatkan pengetahuan dan pemahaman petani mengenai upaya pengadaan pupuk organik melalui pemanfaatan sisa tanaman sayuran; dan 2) memberikan pengetahuan dan ketrampilan kepada petani mengenai teknik pengelolaan sisa tanaman sayuran menjadi kompos. Dengan demikian target Program IbM ini adalah petani dapat menerima dan mampu menerapkan teknik pengelolaan sisa tanaman yang ditawarkan, dalam rangka membantu pengadaan pupuk organik untuk memperbaiki atau meningkatkan produktivitas tanaman serta pendapatan petani. METODE PELAKSANAAN Program IbM ini dilaksanakan di Desa Kebun Baru dan Desa Gunung Labu, Kecamatan Kayu Aro Barat, Kabupaten Kerinci, Provinsi Jambi dari bulan Juni hingga November Bahan-bahan yang digunakan meliputi sisa tanaman, gula merah, ragi, tomat, pepaya, pisang, garam, dedak, sekam, bibit tanaman sayuran (selderi, bawang daun, bawang merah, cabe, tomat, kembang kol, bawang bombai, bawang merah, kubis, dan kentang). Peralatan yang digunakan mencakup stoples kaca, plastik terpal, keranjang kompos, alat pencacah, polybag, dan termometer. Realisasi program IbM bagi petani yang tergabung dalam Kelompok TaniG7di Kebun Baru dan Kelompok Tani Mekar Sari di Gunung Labu adalah melalui enam tahapan yaitu: a) persiapan, b) penyuluhan, c) demonstrasi pembuatan kompos, d) evaluasi kualitas kompos, e) demonstrasi plot untuk pengujian kompos, dan f) evaluasi hasil kegiatan. Kegiatan penyuluhan dilaksanakan di Desa Kebun Baru (unt uk Kelompok Tani G7) dan di Desa Gunung Labu (untuk Kelompok Tani Gunung Labu). Materi kegiatan penyuluhan berupa informasi dan gambaran Iptek yang ditawarkan meliputi : Kayu Aro Barat Kabupaten Kerinci 29
3 1) potensi dan manfaat sisa tanaman sayuran sebagai sumber bahan organik untuk pengadaan kompos; 2) teknik pembuatan kompos dari sisa tanaman sayuran; dan 3) teknik penerapan kompos sisa tanaman sayuran. Bahan penyuluhan sekaligus sebagai referensi bagi petani dalam rangka pengkayaan pengetahuan dan panduan penerapan Iptek yang ditawarkan sebagai solusi permasalahan petani. Demonstrasi pembuatan kompos mengacu pada Takakura Composting Method yang terdiri atas beberapa tahapan : 1) Pengadaan starter micro-organism berupa larutan berbasis bakteri fermentasi dan yang dibuat melalui isolasi mikroorganisme pengurai dari ragi (larutan gula merah + ragi), dan larutan bakteri dari sayuran dengan penambahan garam dapur di dalam stoples kaca; 2) Pembuatan bibit kompos menggunakan dedak dan sekam padi yang diberi larutan starter microorganism dan air, kemudian ditutup dengan platik terpal; 3) Persiapan keranjang pengomposan berupa keranjang plastik (volume 60 liter) yang dilapisi dengan kardus kertas tebal; 4) Persiapan bahan utama kompos yakni pencacahan sisa tanaman dengan mesin pencacah; dan 5) Pengomposan dengan cara memasukkan bibit kompos dan sisa tanaman ke dalam keranjang kompos dan pemeliharaan hingga terbentuk kompos yang diharapkan (+ 6 minggu). Kompos yang dihasilkan dianalisis di laboratorium dan pengujian efektivitas kompos dilakukan di lapangan menggunakan demplot ( polybag berisi tanah yang dicampur dengan kompos sisa tanaman sayuran, 2:1), ditanami dengan bibit sayuran yang meliputi selderi, bawang daun, cabe, tomat, bawang bombai, bawang merah, kubis, dan kembang kol. Dengan demikian jenis luaran kegiatan Program IbM adalah produk berupa kompos sisa tanaman sayuran yang telah diuji kualitas dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan tanaman sayuran HASIL DAN PEMBAHASAN Kegiatan Penyuluhan Kegiatan penyuluhan diawali dengan pertemuan singkat dengan masing-masing Ketua dan Anggota Kelompok Tani membicarakan tujuan dan materi kegiatan, langkah-langkah yang akan dilakukan, peranan kelompok tani dan tim pelaksana program, serta jadwal pelaksanaan Program IbM (Gambar 1). Dalam pertemuan ini petani menyatakan kesediaan untuk melaksanakan Program IbM yang ditawarkan dan disepakati semua tahapan yang akan dilaksanakan, peranan kelompok tani dan tim pelaksana program serta jadwal pelaksanaannya. Kegiatan penyuluhan dengan materi arti penting bahan organik dan teknik pengomposan aerob dari sisa tanaman sayuran dan sampah organik rumahtangga. Gambar 1. Kegiatan penyuluhan oleh Tim Pelaksana Program IbM dengan Kelompok Tani G7 di Desa Kebun Baru dan Kelompok Tani Mekar Sari di Desa Gunung Labu, Kecamatan Kayu Aro Barat, Kabupaten Kerinci Demonstrasi Pembuatan Kompos Pembuatan starter microorganism, bibit kompos dan kompos Kegiatan pembuatan kompos diawali dengan pembuatan starter microorganism sebagai aktivator untuk pembuatan bibit kompos. Bahan-bahan yang dugunakan untuk pembuatan starter microorganism terdiri dari gula merah dan ragi dilarutkan dengan air untuk larutan gula; pisang, pepaya dan tomat (dihancurkan dengan blenbder), air dan garam untuk larutan Kayu Aro Barat Kabupaten Kerinci 30
4 garam.masing-masing bahan dimasukkan ke dalam stoples kaca volume 5 liter. Masing-masing larutan siap digunakan setelah 5 hari untuk pembuatan bibit kompos (Gambar 2).Pembuatan kompos diawali dengan persiapan wadah (keranjang) dan perlengkapannya (kardus bekas, bantal sekam, sekop kecil), bibit kompos matang dan sisa tanaman yang sudah dicacah. Wadah kompos dilapisi dengan kertas (kardus bekas) dan alasnya diberi bantal sekam. Kemudian bibit kompos dimasukkan ke dalam keranjang (di atas bantal sekam) dan ditambahkan sisa tanaman (sayuran) yang sudah dicacah, diaduk menggunakan sekop kecil. Selanjutnya ditutup dengan bantal sekam dan tutup keranjang Selanjutnya dilakukan penambahan sisa tanaman ke dalam keranjang dan dipelihara dalam proses dekomposisi hingga dihasilkan sejumlah kompos matang (+ 1 bulan) (Gambar 3). Gambar 2. Pembuatan starter microorganism dan bibit kompos oleh Kelompok Tani G7 dan Kelompok Tani Mekar Sari di Kecamatan Kayu Aro Barat, Kabupaten Kerinci Gambar 3. Pembuatan kompos dan kompos yang dihasilkan oleh Kelompok Tani G7 dan Kelompok Tani Mekar Sari di Kecamatan Kayu Aro Barat, Kabupaten Kerinci Pengujian Kompos Sebagai Pupuk Organik bagi Tanaman Sayuran Untuk pengujian kualitas kompos sebagai pupuk organik dihasilkan kompos sebanyak 163 kg oleh Kelompok Tani G7 dan 216 kg oleh Kelompok Tani Mekar Sari, sehingga bisa menanam 80 dan 100 polybag oleh masing-masing kelompok tanidenganmencampur tanah dengan kompos (2:1) di dalam polybag berukuran 5 kg (Gambar 4). Pengujian kompos juga dilakukan secara pribadi untuk pembibitan cabe oleh Bapak Sukimin (Kelompok Tani Mekar Sari) dan pembibitan tunas kentang oleh Bapak Mardianus (Kelompok Tani G7). Pertumbuhan bibit cukup baik, media tanam yang menggunakan kompos lebih lembab (dapat bertahan hingga tiga hari tanpa penyiraman), sebaliknya bibit yang tidak menggunakan kompos harus disiram setiap hari (Gambar 5). Kayu Aro Barat Kabupaten Kerinci 31
5 Gambar 4. Pengujian kompos oleh Kelompok Tani G7 dan Kelompok Tani Mekar Sari (atas) dan oleh Bapak Sukimin dan Bapak Mardianus Pengujian kompos untuk tanaman sayuran memberikan pertumbuhan cukup baik hingga akhir September 2015 (Gambar 5). Namun sejak awal Oktober 2015 pertumbuhan tanaman terganggu dan sebagian besar tanaman di polybag mati kecuali tanaman selderi ( panen +200 g/polybag) akibat kemarau dan terdampak kabut asap hingga Oktober 2015 (Gambar 6, Gambar 7). Saat itu kemarau sangat nyata dan kabut asap yang cukup pekat. Gambar 5. Kondisi dan pertumbuhan tanaman 3 minggu setelah tanam (12 September 2015) pada demplot Kelompok Tani G7 (atas) dan Kelompok Tani Mekar Sari (tengah dan bawah) di Kecamatan Kayuaro Barat, Kabupaten Kerinci Kayu Aro Barat Kabupaten Kerinci 32
6 Gambar 6. Kondisi tanaman di polybag Kelompok Tani G7 pada 6 November 2015, tidak optimal akibat kemarau, kekurangan air dan terdampak kabut asap Gambar 7. Kondisi tanaman di polybag Kelompok Tani Mekar Sari di Desa Gunung Labu pada 6 November 2015 yang tidak optimal akibat kemarau, kekurangan air dan terdampak kabut asap Evaluasi Hasil Kegiatan Kualitas kompos yang dihasilkan cukup baik (mengacu pada syarat mutu kompos dari sampah organik SNI ) dengan kadar air %, ph 6.3, C-organik %, N-total 0.48 %, P-total 0.13 %, P-tersedia ppm, Ca, Mg, K dan Na masing-masing 0.57, 0.21, 1.62 dan. KESIMPULAN DAN SARAN Kelompok Tani G7 di Desa Kebun Baru dan Kelompok Tani Mekar Sari di Desa Gunung Labu sangat respon dengan program yang telah dilaksanakan dan termotivasiuntuk selalu menggunakan pupuk organik, karena telah menyadari pentingnya pupuk organik bagi lahan usahatani yang semakin menurun produktivitasnya (terutama akibat erosi dan 0.41 me/100g, Cu, Zn, Fe dan Mn masingmasing 8.08, 59.14, dan ppm. Kelompok Tani G7 dan Kelompok Tani Mekar Sari cukup puas dan termotivasi dengan Program IbM yang telah dilaksanakan untuk menggunakan pupuk organik, salah satunya melalui pembuatan kompos sisa tanaman. penggunaan pupuk kimia berlebihan). Kualitas kompos yang dihasilkan cukup baik (mengacu pada syarat mutu kompos dari sampah organik SNI ). Kelompok Tani G7 dan Kelompok Tani Mekar Sari cukup puas dengan Program IbM yang telah dilaksanakan, meskipun tanaman dalam pengujian kompos tidak optimal dan sebagian mati akibat kemarau dan terdampak kabut asap. Petani juga Kayu Aro Barat Kabupaten Kerinci 33
7 sangat berharap kegiatan lain dari Tim Pelaksana Program IbM terutama dalam mengatasi masalah kekurangan air di. DAFTAR PUSTAKA Henny H Perencanaan usahatani sayuran berkeanjutan berbasis kentang di DAS Siulak, Kabupaten Kerinci, Jambi. Disertasi. SPs.IPB Bogor. Henny H.; Neliyati; Zulkarnain; dan Sunarti Ibm kelompok tani tanaman sayuran di Desa Kebun Baru, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci, Jambi (Laporan). Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Jambi Henny H.; Itang AM; Neliyati; dan Arzita Ibm kelompok tani tanaman sayuran berupa penerapan teknik talah tanah dalam dan penggunaan pupuk hayati di Desa Gunung Labu, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci. (Laporan). Lembaga Pengabdian kepada Masyarakat Universitas Jambi Hidayat M, Mulyani A Lahan Kering untuk Pertanian. Di dalam musim kemarau dan serangan penyakit virus pada tanaman cabe. Teknologi Pengelolaan Lahan Kering Menuju Pertanian Produktif.Bogor: Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat. Departemen Pertanian. hlm: Itang AM; Henny H.; Neliyati; dan Arzita Evaluasi karakteristik lahan kering asal perambahan TNKS dan agroteknologi pada lahan usahatani di hulu DAS Batanghari, Kecamatan Kayu Aro, Kabupaten Kerinci. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian. Lembaga Penelitian. Universitas Jambi. Prasetyo BH Andisol : Karakteristik dan pengelolaannya untuk pertanian di Indonesia. J Sumberdaya Lahan 1(1):1-9. [JICA] Japan International Cooperation Agency. Environmental Management. Takakura Composting Method. [ 20 April 2014)] Kayu Aro Barat Kabupaten Kerinci 34
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis dan Iklim Daerah aliran sungai (DAS) Siulak di hulu DAS Merao mempunyai luas 4296.18 ha, secara geografis terletak antara 101 0 11 50-101 0 15 44 BT dan
Lebih terperinci1. Starter dengan larutan gula
1. Starter dengan larutan gula Siapkan stoples kaca kedap udara ukuran lima liter, pilih yang kedap udara. Tambahkan ke dalam toples 200 gram gula merah, encerkan dengan 3 liter air bersih aduk sampai
Lebih terperinciBAB V DINAMIKA PROSES AKSI. A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi
BAB V DINAMIKA PROSES AKSI A. Menumbuhkan Kreativitas dalam Pengelolaan Sampah menjadi Kompos Dalam proses aksi yang akan pendamping lakukan bersama masyarakat. Pendamping berkonsultasi terlebih dahulu
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1 Gambaran Umum Kabupaten Kerinci 5.1.1 Kondisi Geografis Kabupaten Kerinci terletak di sepanjang Bukit Barisan, diantaranya terdapat gunung-gunung antara lain Gunung
Lebih terperinciPENGENALAN AGROTEKNOLOGI TANAMAN KENTANG SPESIFIK LOKASI DI KECAMATAN KAYU ARO BARAT, KABUPATEN KERINCI
PENGENALAN AGROTEKNOLOGI TANAMAN KENTANG SPESIFIK LOKASI DI KECAMATAN KAYU ARO BARAT, KABUPATEN KERINCI Henny H, Itang Ahmad Mahbub Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstract Science and
Lebih terperinciBAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan.
43 BAB IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Fisik Daerah Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Sragi Kabupaten Lampung Selatan. Kecamatan Sragi merupakan sebuah Kecamatan yang ada
Lebih terperinciMODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG
MODEL USAHATANI SAYURAN DATARAN TINGGI BERBASIS KONSERVASI DI DAERAH HULU SUNGAI CIKAPUNDUNG (Studi Kasus: Lahan Pertanian Berlereng di Hulu Sub DAS Cikapundung, Kawasan Bandung Utara) Hendi Supriyadi
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan menunjukkan dampak positif terhadap kenaikan produksi padi nasional. Produksi padi nasional yang
Lebih terperinciTabel 1.1. Letak geografi dan administratif Kota Balikpapan. LS BT Utara Timur Selatan Barat. Selat Makasar
KOTA BALIKPAPAN I. KEADAAN UMUM KOTA BALIKPAPAN 1.1. LETAK GEOGRAFI DAN ADMINISTRASI Kota Balikpapan mempunyai luas wilayah daratan 503,3 km 2 dan luas pengelolaan laut mencapai 160,1 km 2. Kota Balikpapan
Lebih terperinciKKN ITATS Tahun Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos. Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT
KKN ITATS Tahun 2010 Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kompos Disiapkan oleh Taty Alfiah, ST.MT Lokasi pelatihan pembuatan kompos Tempat / Kelurahan Dusun Kelompok Bulurejo Kacangan VII Munggu Gianti Gianti
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.
I. PENDAHULUAN 1.1. Latarbelakang Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang mempunyai peranan penting dalam meningkatkan perkembangan ekonomi Indonesia. Hal ini dikarenakan sektor pertanian adalah
Lebih terperinciKey words :konserfasi, vulkan, kentang
KESESUAIAN LAHAN UNTUK SAYURAN DATARAN TINGGI DI HULU DAS MERAO, KABUPATEN KERINCI, JAMBI 1 Henny H 2, K. Murtilaksono 3, N. Sinukaban 3 dan S. D. Tarigan 3 ABSTRAK Lahan di hulu DAS Merao berada pada
Lebih terperinciPENGOLAHAN SAMPAH SUNARYO HADI WARSITO
PENGOLAHAN SAMPAH SUNARYO HADI WARSITO Sampah pemisahan : Sampah organik kompos / pupuk Sampah anorganik Tanamkan diri untuk membuang sampah pada tempatnya, sesuai jenisnya!!! Membuat Kompos dari Sampah
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar
Lebih terperinciAGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA
SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN AGRIBISNIS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA BAB VI. PERSIAPAN LAHAN Rizka Novi Sesanti KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL
Lebih terperinciPELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER
PELESTARIAN LINGKUNGAN MELALUI TATAJER Anitarakhmi Handaratri, Yuyun Yuniati Program Studi Kimia, Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Ma Chung Email: anita.hand@gmail.com, yuyun.yuniati@machung.ac.id
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara sampai
49 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Letak dan Luas Daerah Penelitian Secara geografis, Kabupaten OKU Selatan terletak antara 4 0 14 sampai 4 0 55 Lintang Selatan dan diantara 103 0 22 sampai 104
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Syarat Tumbuh Tanaman Selada (Lactuca sativa L.) Tanaman selada (Lactuca sativa L.) merupakan tanaman semusim yang termasuk ke dalam famili Compositae. Kedudukan tanaman selada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Lingkungan yang kotor merupakan akibat perbuatan negatif yang harus ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang dihadapi hampir seluruh
Lebih terperinciBUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA
BUDIDAYA CABAI PUSAT PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN HORTIKULTURA 1. PERENCANAAN TANAM 1. Pemilihan lokasi tanam 2. Sistem tanam 3. Pola tanam 4. Waktu tanam 5. Pemilihan varietas Perencanaan Persyaratan Tumbuh
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan
18 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Tanaman kailan adalah salah satu jenis sayuran yang termasuk dalam kelas dicotyledoneae. Sistem perakaran kailan adalah jenis akar tunggang dengan cabang-cabang akar
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara jumlah sampah yang dihasilkan dengan sampah yang diolah tidak seimbang. Sampah merupakan
Lebih terperinciPELATIHAN PENGOLAHAN SAMPAH SKALA RUMAH TANGGA DI DESA PENYARING. Universitas Samawa
PELATIHAN PENGOLAHAN SAMPAH SKALA RUMAH TANGGA DI DESA PENYARING Dwi Mardhia 1), Alia Wartiningsih 2) 1 Fakultas Peternakan dan Perikanan, 2 Fakultas Pertanian Universitas Samawa Email: alwartiningsih@gmail.com
Lebih terperinciPEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )
PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG ) Antonius Hermawan Permana dan Rizki Satria Hirasmawan Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah
I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah dikenal sejak dulu. Ada beberapa jenis tomat seperti tomat biasa, tomat apel, tomat keriting,
Lebih terperinciTabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4. 1. Kondisi Geografis Wilayah Provinsi Jawa Barat Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak antara 5 54' - 7 45' LS dan 106 22' - 108 50 BT dengan areal seluas 37.034,95
Lebih terperinciBAB II DESA PULOSARI. Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan
BAB II DESA PULOSARI 2.1 Keadaan Umum Desa Pulosari 2.1.1 Letak Geografis, Topografi, dan Iklim Desa Pulosari merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Provinsi
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN SARAN
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan
I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kentang merupakan komoditi hortikultura yang sudah cukup lama dikenal oleh masyarakat Indonesia. Komoditi kentang yang diusahakan oleh petani di Indonesia sebagian besar
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.
IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi 5.2. Jumlah Kepala Keluarga (KK) Tani dan Status Penguasaan Lahan di Kelurahan Situmekar
V. GAMBARAN UMUM 5.1. Wilayah dan Topografi Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat pada koordinat 106 0 45 50 Bujur Timur dan 106 0 45 10 Bujur Timur, 6 0 49 29 Lintang Selatan dan
Lebih terperinciPENGGUNAAN MOL KEONG MURBAY SEBAGAI BIOSTARTER AKTIF PADA KOMPOS JERAMI UNTUK BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK
PENGGUNAAN MOL KEONG MURBAY SEBAGAI BIOSTARTER AKTIF PADA KOMPOS JERAMI UNTUK BUDIDAYA SAYURAN ORGANIK Evita, Asrul Anwar dan Miranti Sari Fitriani Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Jambi Abstract
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Indonesia merupakan negara agraris yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani. Cara pandang masyarakat terhadap pertanian berubah menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kabupaten Karo merupakan suatu daerah di Propinsi Sumatera Utara yang terletak di dataran tinggi pegunungan Bukit Barisan dan merupakan daerah hulu sungai. Kabupaten
Lebih terperinciKompos Cacing Tanah (CASTING)
Kompos Cacing Tanah (CASTING) Oleh : Warsana, SP.M.Si Ada kecenderungan, selama ini petani hanya bergantung pada pupuk anorganik atau pupuk kimia untuk mendukung usahataninya. Ketergantungan ini disebabkan
Lebih terperinciCreated by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER
PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER A. Latar Belakang Pupuk merupakan bahan tambahan yang diberikan ke tanah untuk tujuan memperkaya atau meningkatkan kondisi kesuburan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Bahan-bahan organik yang dibuat menjadi pupuk cair memiliki
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Indonesia penggunaan pupuk anorganik mampu meningkatkan hasil pertanian, namun tanpa disadari penggunaan pupuk anorganik secara terus menerus berdampak tidak baik bagi
Lebih terperinciTahun Bawang
I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Komoditas hortikultura merupakan komoditas yang sangat prospektif untuk dikembangkan melalui usaha agribisnis, mengingat potensi serapan pasar di dalam negeri dan pasar
Lebih terperinciBAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metoda
18 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Pembuatan kompos dilakukan di saung plastik yang dibuat di University Farm kebun percobaan Cikabayan (IPB) Dramaga.Analisis fisik, kimia dan pembuatan Soil Conditionerdilakukan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian dilakukan di Kecamatan Conggeang, Kabupaten Sumedang, Propinsi Jawa Barat, tepatnya di Desa Karanglayung dan Desa Narimbang. Secara
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pertanian masih merupakan prioritas pembangunan secara nasional maupun regional. Sektor pertanian memiliki peran penting untuk meningkatkan kesejahteraan penduduk
Lebih terperinciI. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung.
I. BAHAN DAN METODE 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Politeknik Negeri Lampung, Bandar Lampung. Waktu penelitian dilaksanakan sejak bulan Mei 2010 sampai dengan panen sekitar
Lebih terperinci4. HASIL DAN PEMBAHASAN
16 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Kondisi Pertanaman Sayuran Lahan sayuran merupakan penggunaan lahan dominan di Desa Sukaresmi Kecamatan Megamendung, Kabupaten Bogor. Tanaman sayuran yang diusahakan antara lain
Lebih terperinciBAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI
BAB IV GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI Lahan pertanian yang dijadikan objek penelitian berlokasi di daerah lahan pertanian DAS Citarum Hulu, Desa Sukapura, Kecamatan Sukasari, Kabupaten Bandung dan sebagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Komoditas hortikultura tergolong komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan menjadi salah satu sumber pertumbuhan ekonomi wilayah (Badan Litbang Pertanian
Lebih terperinciOPTIMASI PRODUKSI PUPUK KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN
JURNAL TEKNOLOGI AGRO-INDUSTRI Vol. 1 No.1 ; November 2014 ISSN 2407-4624 OPTIMASI PRODUKSI PUPUK KOMPOS TANDAN KOSONG KELAPA SAWIT (TKKS) DAN APLIKASINYA PADA TANAMAN *JAKA DARMA JAYA 1, NURYATI 1, RAMADHANI
Lebih terperinciTINJAUAN PUSTAKA. fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat
4 TINJAUAN PUSTAKA Pendekatan Agroekologi Agroekologi adalah pengelompokan suatu wilayah berdasarkan keadaan fisik lingkungan yang hampir sama dimana keragaman tanaman dan hewan dapat diharapkan tidak
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen melalui beberapa variasi. Untuk lebih jelasnya berikut adalah gambar diagram alir penelitian. Gambar 3.1.
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai
Lebih terperinciJurnal Pengabdian pada Masyarakat No. 52 Tahun 2011, ISSN:
PROSES PENYEDIAAN BAHAN SETEK KENTANG ASAL KULTUR JARINGAN UNTUK PRODUKSI BIBIT KENTANG MINI PADA KELOMPOK TANI KENTANG DI KECAMATAN KAYU ARO KABUPATEN KERINCI PROVINSI JAMBI 1 Rainiyati, Jasminarni, Neliyati
Lebih terperinciKEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi 3.2 Geologi dan Bahan Induk
11 KEADAAN UMUM 3.1 Lokasi, Administrasi, dan Transportasi Desa Lamajang terletak di Kecamatan Pangalengan, Kabupaten Bandung, Propinsi Jawa Barat. Desa ini memiliki luas wilayah 1474 ha dengan batas desa
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini
1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pertanian merupakan sektor yang sampai saat ini masih memegang peranan penting bagi perkembangan perekonomian nasional di Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya
Lebih terperinciPembuatan Pupuk Organik. Samijan BPTP Jawa Tengah
Pembuatan Pupuk Organik Samijan BPTP Jawa Tengah Peranan Pentingnya Pupuk Organik Meningkatkan dan memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologis tanah Mengurangi pencemaran lingkungan Dapat digunakan
Lebih terperinciBahan-bahan : 1) Bahan-bahan organik 2) Mikro Organisme Lokal (MOL) 3) Larutan gula merah / gula pasir 4) Dedak / bekatul
Bahan-bahan : 1) Bahan-bahan organik 2) Mikro Organisme Lokal (MOL) 3) Larutan gula merah / gula pasir 4) Dedak / bekatul Langkah pertama : melakukan pencincangan/pemotongan bahan organik, dalam hal ini
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Kecamatan Medan Percut Sei Tuan dengan ketinggian tempat kira-kira 12 m dpl,
III. METODE PENELITIAN 3.1. Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan Fakultas Pertanian Universitas Medan Area yang berlokasi di Jl. Kolam No.1 Medan Estate Kecamatan Medan Percut
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI
V. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TOSARI 5.1. Gambaran Umum Kabupaten Pasuruan Kabupaten Pasuruan adalah salah satu daerah tingkat dua di Propinsi Jawa Timur, Indonesia. Ibukotanya adalah Pasuruan. Letak geografi
Lebih terperinciBAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN
36 BAB IV. KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN A. Keadaan Geografi Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Ngawi secara geografis terletak pada koordinat 7º 21 7º 31 LS dan 110º 10 111º 40 BT. Batas wilayah Kabupaten
Lebih terperinci3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN. Letak Geografis
3. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN Letak Geografis Penelitian dilakukan di dua kabupaten di Provinsi Jambi yaitu Kabupaten Batanghari dan Muaro Jambi. Fokus area penelitian adalah ekosistem transisi meliputi
Lebih terperinciGambar 1. Tata Letak Petak Percobaan
16 III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian di lapang dilakukan sejak dari bulan Mei sampai dengan Agustus 2009. Lokasi penelitian terletak di kebun percobaan pertanian organik
Lebih terperinciII. TINJAUAN PUSTAKA. A. Bawang Merah. rumpun, tingginya dapat mencapai cm, Bawang Merah memiliki jenis akar
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Bawang Merah Bawang Merah merupakan tanaman yang berumur pendek, berbentuk rumpun, tingginya dapat mencapai 15-40 cm, Bawang Merah memiliki jenis akar serabut, batang Bawang Merah
Lebih terperinciTEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135
TEKNIK BUDIDAYA PADI DENGAN METODE S.R.I ( System of Rice Intensification ) MENGGUNAKAN PUPUK ORGANIK POWDER 135 PUPUK ORGANIK POWDER 135 adalah Pupuk untuk segala jenis tanaman yang dibuat dari bahan
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Tahun Komoditas
I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Subsektor hortikultura berperan penting dalam mendukung perekonomian nasional. Hal ini dapat dilihat melalui nilai Produk Domestik Bruto (PDB). Produk Domestik Bruto (PDB)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pupuk Bokasi adalah pupuk kompos yang diberi aktivator. Aktivator yang digunakan adalah Effective Microorganism 4. EM 4 yang dikembangkan Indonesia pada umumnya
Lebih terperinciKata Kunci : kompos, kotoran sapi, kotoran ayam, kualitas kompos, C/N rasio.
Putu Citra Dewi. 1211305017. 2017. Kajian Proses Pengomposan Berbahan Baku Limbah Kotoran Sapi dan Kotoan Ayam. Dibawah bimbingan Dr.Ir. Yohanes Setiyo, MP sebagai Pembimbing I dan Ir. IGN Apriadi Aviantara,
Lebih terperinciPENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG ABSTRAK
PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT MELALUI USAHA KOMPOS BOKASHI, BUDIDAYA SAYUR DAN JAMUR MERANG Mariati, Rosita Sipayung, Riswanti, dan Era Yusraini Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Sumatera
Lebih terperinciBAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI
BAB II KERANGKA PENDEKATAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Gambaran Umum Lahan Kering Tantangan penyediaan pangan semakin hari semakin berat. Degradasi lahan dan lingkungan, baik oleh gangguan manusia maupun
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penambangan batubara dapat dilakukan dengan dua cara: yaitu penambangan dalam dan penambangan terbuka. Pemilihan metode penambangan, tergantung kepada: (1) keadaan
Lebih terperinciLEBIH DALAM : PADI, KARET DAN SAWIT. Disusun oleh : Queen Enn. Nulisbuku.com
LEBIH DALAM : PADI, KARET DAN SAWIT Disusun oleh : Queen Enn Nulisbuku.com PENGGUNAAN ZEOLIT MENDONGKRAK PRODUKSI DAN PENDAPATAN USAHA TANI UBIKAYU Penggunaan Zeolit untuk tanaman pangan di Indonesia masih
Lebih terperinciINTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI
INTRODUKSI TEKNOLOGI KOMPOSTER BERBASIS MOL PADA KELOMPOK WANITA TANI DI DESA SEBAPO KECAMATAN MESTONG KABUPATEN MUARO JAMBI Yurleni Fakultas Peternakan Universitas Jambi Email: yurleni@yahoo.com ABSTRAK
Lebih terperinci3. FUNDAMENTAL OF PLANTS CULTIVATION
3. FUNDAMENTAL OF PLANTS CULTIVATION Reddy, K.R. and H.F. Hodges. 2000. Climate Change and Global Crop Productivity. Chapter 2. p. 2 10. Awan 1. Climate 2. Altitude Rta Rd RI Rpd 3. Land suitability 4.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di berbagai negara berkembang di seluruh dunia sekitar 95% sampah dibuang kepermukaan tanah tanpa pengelolaan. Di Indonesia sampah menjadi urusan pemerintah, dikumpulkan
Lebih terperinciV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Letak dan Keadaan Geografi Daerah Penelitian Desa Perbawati merupakan salah satu desa yang terletak di Kecamatan Sukabumi, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Batas-batas
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN
17 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ini dilaksanakan di lokasi persawahan dan rumah kompos Dept. Teknik Sipil dan Lingkungan IPB di Kelurahan Margajaya, Kec. Bogor Barat, Kota Bogor.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Sampah Sampah merupakan zat- zat atau benda-benda yang sudah tidak terpakai lagi, baik berupa bahan buangan yang berasal dari rumah tangga maupun dari pabrik sebagai sisa industri
Lebih terperinciPENGOLAHAN SAMPAH SAYUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAKAKURA SERTA PENGARUH EM4 DAN STATER DARI TEMPE PADA PROSES PEMATANGAN KOMPOS.
PENGOLAHAN SAMPAH SAYUR DENGAN MENGGUNAKAN METODE TAKAKURA SERTA PENGARUH EM4 DAN STATER DARI TEMPE PADA PROSES PEMATANGAN KOMPOS Kelompok 11 A AYU IRLIANTI CHAERUL REZA FARADIBA HIKMARIDA ZUHRIDA AULIA
Lebih terperinciJurnal Pengabdian Masyarakat Peternakan ISSN: Vol. 2 No. 1 Tahun 2017 PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA
PENGOLAHAN LIMBAH TERNAK DI KELOMPOK PETERNAK MAULAFA Tri Anggarini Y. Foenay, Theresia Nur Indah Koni Politeknik Pertanian Negeri Kupang e-mail: anggarini.foenay@gmail.com, indahkoni@gmail.com ABSTRAK
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sejarah penggunaan pupuk pada dasarnya merupakan bagian daripada sejarah pertanian. Penggunaan pupuk diperkirakan sudah dimulai sejak permulaan manusia mengenal bercocok
Lebih terperinciCara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag
Cara Sukses Menanam dan Budidaya Cabe Dalam Polybag Oleh : Tatok Hidayatul Rohman Cara Budidaya Cabe Cabe merupakan salah satu jenis tanaman yang saat ini banyak digunakan untuk bumbu masakan. Harga komoditas
Lebih terperinciLAPORAN AKHIR PRODUKSI KOMPOS
KEMENTERIAN KEHUTANAN DIREKTORAT JENDERAL BINA PENGELOLAAN DAS DAN PERHUTANAN SOSIAL DIREKTORAT BINA PERBENIHAN TANAMAN HUTAN LAPORAN AKHIR PRODUKSI KOMPOS RUMPIN SEED SOURCES AND NURSERY CENTER JAKARTA,
Lebih terperinciI PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1
1.1 Latar Belakang I PENDAHULUAN Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, yaitu tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, dan peternakan, dimana keempat sub sektor tersebut mempunyai peranan
Lebih terperinciGambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.
25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan
Lebih terperinciGAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Pringsewu dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 48
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Kabupaten Pringsewu 1. Geografis Kabupaten Pringsewu Kabupaten Pringsewu merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Masalah Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-700 ribu ton per tahun dengan kebutuhan kedelai nasional mencapai 2 juta ton
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian dimulai dari April 2009 sampai Agustus 2009. Penelitian lapang dilakukan di lahan sawah Desa Tanjung Rasa, Kecamatan Tanjung Sari, Kabupaten Bogor,
Lebih terperinciPEMBUATAN PUPUK ORGANIK
PELATIHAN TEKNIS BUDIDAYA KEDELAI BAGI PENYULUH PERTANIAN DAN BABINSA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BADAN PENYULUHAN DAN PENGEMBANGAN SDM PERTANIAN PUSAT PELATIHAN PERTANIAN 2015 Sesi : PEMBUATAN PUPUK ORGANIK
Lebih terperinciTUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN
TUGAS TEKNOLOGI KONSERVASI SUMBER DAYA LAHAN Penanggulangan Kerusakan Lahan Akibat Erosi Tanah OLEH: RESTI AMELIA SUSANTI 0810480202 PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tabel 1. Perkembangan PDB Hortikultura Atas Dasar Harga Berlaku di Indonesia Tahun Kelompok
I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Hortikultura merupakan salah satu sektor pertanian unggulan yang memiliki beberapa peranan penting yaitu dalam pemenuhan kebutuhan gizi masyarakat, peningkatan pendapatan
Lebih terperinciPupuk Organik Powder 135 (POP 135 Super TUGAMA)
Penggunaan pupuk kimia atau bahan kimia pada tanaman, tanpa kita sadari dapat menimbulkan berbagai macam penyakit seperti terlihat pada gambar di atas. Oleh karena itu beralihlah ke penggunaan pupuk organik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan
Lebih terperinciTanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala
Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang
Lebih terperinciIV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang
70 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Tanggamus 1. Keadaan Geografis Tanggamus merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Lampung yang merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Cabai merah (Capsicum annuum L.) merupakan salah satu jenis tanaman hortikultura penting yang dibudidayakan secara komersial, karena memiliki kandungan gizi cukup,
Lebih terperinciBAB I. kemampuannya. Indonesia sebagai Negara agraris memiliki potensi pertanian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lahan merupakan sumberdaya yang sangat penting untuk memenuhi segala kebutuhan hidup sehingga dalam pengelolaan harus sesuai dengan kemampuan agar tidak menurunkan produktivitas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Lingkungan pantai merupakan suatu kawasan yang spesifik, dinamis, kaya keanekaragaman hayati dan banyak manfaatnya bagi masyarakat. Lingkungan pantai ini sangat
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN. pertanian. Tidak dapat dipungkiri bahwa sektor pertanian memegang peranan
1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia merupakan negara pertanian (agraris) yang sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai petani atau bergerak di bidang pertanian. Tidak dapat dipungkiri
Lebih terperinciRENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU
RENCANA OPERASI PENYINGKIR HALANGAN (BROP) PEMBUATAN DEMPLOT KEBUN TERPADU YAYASAN SEKA APRIL 2009 RANGKUMAN EKSEKUTIF Apa: Untuk mengurangi ancaman utama terhadap hutan hujan dataran rendah yang menjadi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Eva Tresnawati, 2013
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kentang (Solanum tuberosum L) merupakan komoditas sayuran bernilai ekonomi yang banyak diusahakan petani setelah cabai dan bawang merah. Kentang selain digunakan sebagai
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bawang merah merupakan salah satu komoditas sayuran yang mempunyai arti penting bagi masyarakat. Meskipun disadari bawang merah bukan merupakan kebutuhan pokok, akan
Lebih terperinciBAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
7 BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Kondisi Geografis Kabupaten Karawang Wilayah Kabupaten Karawang secara geografis terletak antara 107 02-107 40 BT dan 5 56-6 34 LS, termasuk daerah yang relatif rendah
Lebih terperincidampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau
dampak perubahan kemampuan lahan gambut di provinsi riau ABSTRAK Sejalan dengan peningkatan kebutuhan penduduk, maka kebutuhan akan perluasan lahan pertanian dan perkebunan juga meningkat. Lahan yang dulunya
Lebih terperinci