ANGKA KEJADIAN SINDROM STEVENS-JOHNSON DAN NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK DI RS Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE AGUSTUS 2011-AGUSTUS 2013

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANGKA KEJADIAN SINDROM STEVENS-JOHNSON DAN NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK DI RS Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE AGUSTUS 2011-AGUSTUS 2013"

Transkripsi

1 Artikel Asli ANGKA KEJADIAN SINDROM STEVENS-JOHNSON DAN NEKROLISIS EPIDERMAL TOKSIK DI RS Dr. MOEWARDI SURAKARTA PERIODE AGUSTUS 20-AGUSTUS 203 Moerbono Mochtar, Wisuda Putra Negara, Alamanda Murasmita Bagian SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas Sebelas Maret Surakarta/RSUD Dr. Moewardi Surakarta ABSTRAK Sindrom Steven-Johnson (SSJ) dan Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) merupakan reaksi mukokutaneous akut yang dapat mengancam jiwa dengan karakteristik berupa nekrolisis dan lepasnya ikatan antara sel yang luas pada epidermis. NET merupakan penyakit yang tidak mudah ditemui. NET dilaporkan berhubungan dengan infeksi, dan obat-obatan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui data epidemiologi, terapi dan hasilnya secara retrospektif, dengan menggunakan data rekam medis pasien rawat inap di bangsal Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Moewardi Surakarta, yang didiagnosis SSJ, SSJ overlap NET, dan NET periode Agustus 20-Agustus 203. Hasil menunjukkan, bahwa terdapat 27 kasus SSJ, SSJ overlap NET, dan NET dari 485 pasien yang dirawat. Dari 27 pasien, sebanyak 5 pasien (3,09%) didiagnosis SSJ, 7 pasien (,44%) dengan SSJ overlap NET, dan 5 pasien (,030%) didiagnosis sebagai NET. Pada penelitian ini didapatkan, bahwa angka kejadian SSJ lebih tinggi dibandingkan dengan NET selama periode Agustus 20-Agustus 203. Penanganan NET yang komprehensif, dapat membantu klinisi dalam menurunkan angka kematian pada pasien dengan NET di rumah sakit.(mdvi 205; 42/2:65-69) Kata kunci : insidens, Sindroma Steven-Johnson, Nekrolisis Epidermal Toksik ABSTRACT Korespondensi : Jl. Kolonel Sutarto No. 32 Surakarta 5726 Telepon : (027) moerbonomochtarmd@yahoo.com Toxic Epidermal Necrolysis (TEN) and Stevens-Johnson Syndrome (SJS ) are acute life threatening mucocutaneous reactions characterized by extensive necrolysis and detachment of the epidermis. TEN is a disease that is not easily found. TEN reported to be associated with infection, and drugs. The aim of this study was to document the epidemiological data, therapy and the outcomes retrospectively using medical record patient who admited and treated in dermatovenerology ward of Dr. Moewardi General Hospital whose diagnosis with SJS, SJS-TEN Overlap and TEN, from August 20 until August 203. The result show 27 cases patient with SJS,SJS-TEN Overlap and TEN from 485 dermatovenorolgy departemen patient in Dr. Moewardi General hospital. From 27 patients, there were 5(3,09%) diagnosed with SJS, 7 patient diagnosed with SJS-TEN Overlap(,44%), and 5 patien diagnosed with TEN(,030%). These study shows that incidenceof SJS is higher than TEN during period August 20 until August 203. Giving a comprehensive therapy in TEN, help clinicians in reducing mortality in patients with TEN in the hospital. (MDVI 205; 42/2:65-69) Key words : incidence, Stevens-Jhonson Syndrome, Toxic Epidermal Necrolysis 65

2 MDVI Vol. 42 No. 2 Tahun 205; PENDAHULUAN Sindrom Stevens-Johnson (SSJ) dan nekrosis epidermal toksik (NET) merupakan suatu kegawatdaruratan kulit yang ditandai dengan adanya nekrosis dan pengelupasan epidermis yang luas dan dapat menyebabkan kematian. Keduanya diawali dengan makula eritema terutama di batang tubuh dan ekstremitas superior, kemudian meluas dengan cepat menjadi bula kendur diikuti pengelupasan epidermis. 2 SSJ dan NET adalah varian dari penyakit yang sama dan dibedakan berdasarkan persentase luas permukaan tubuh yang terlibat. Kedua penyakit ini dikelompokkan sebagai nekrolisis epidermal (NE) yang kemudian diklasifikasikan dalam 3 kelompok berdasarkan luas permukaan kulit tubuh yang terlibat, yaitu: ). sindrom Stevens-Johnson (SSJ) dengan lesi epidermolisis pada <0% luas seluruh permukaan kulit tubuh; 2). SSJ/NET overlap lesi mengenai 0 30 %, 3). nekrosis epidermal toksik (NET) ditandai dengan adanya epidermolisis lebih dari 30%. 3 Angka kejadian SSJ di dunia diperkirakan sebanyak,2 6 kasus/juta penduduk/tahun dan NET 0,4,2 kasus/ juta penduduk/tahun. SSJ dan NET dapat terjadi pada berbagai usia, tetapi lebih sering terjadi pada usia di atas 40 tahun. Valeyrie dan Roujeau (2008) melaporkan bahwa perempuan lebih banyak daripada laki-laki dengan perbandingan 5:3. Angka kematian lebih dari 30% pada kasus NET dan pada SSJ 5 2%. Terdapat 5000 kasus rawat inap di Amerika Serikat dengan diagnosis utama eritema multiforme, sindrom Stevens-Johnson dan NET, dan 35% dari kejadian ini berhubungan dengan penggunaan obat. 4 Obat-obatan merupakan pencetus NET dan salah satu yang tersering adalah alopurinol. Terdapat beberapa obat lain yang telah dilaporkan, di antaranya trimetroprimsulfametoksazol, antibiotik golongan sulfonamid, aminopenisilin, sefalosporin, serta quinolon. Pada penggunaan yang lama fenobarbital, karbamazepin, dan antiinflamasi non-steroid (NSAID) juga dapat merangsang terjadinya NET. 5 Suatu penelitian di sebuah rumah sakit umum di Singapura pada Januari 2004 November 200, didapatkan kejadian NET sebanyak 3 kasus, SSJ 8 kasus dan 7 kasus overlap SSJ NET. 6 Thaha (2009) melaporkan bahwa di Rumah Sakit Umum Pusat Mohammad Husein (RSUP MH) Palembang periode , didapatkan 43 pasien dengan nekrolisis epidermal (NE) yang terdiri atas 35 orang (8,4%) SSJ, diikuti SSJ/NET overlap 5 orang (,6%) dan NET 3 orang (7%). Perhitungan angka kejadian SSJ di RSUP MH Palembang adalah berkisar 0,096% sampai dengan 0,8% antara tahun 2006-tahun Studi di RSUP MH Palembang membandingkan SSJ-NET rawat inap dibandingkan dengan seluruh kunjungan pasien antara inap. Tidak ada pasien NET yang meninggal di RSUP MH Palembang. Penelitian tersebut juga menunjukan bahwa kelompok usia terbanyak pasien SSJ ialah tahun, SSJ-NET Overlap <37 tahun dan NET pada kelompok usia > 37tahun. 7 Patofisiologi NE masih belum jelas. Obat diperkirakan sebagai penyebab terbanyak, dan lebih dari 00 macam obat telah diduga berperan sebagai penyebab. Penyebab lainnya adalah infeksi, keganasan dan idiopatik. Patogenesis penyakit ini di antaranya adalah cell mediated cytotoxic reaction terhadap keratinosit yang mengakibatkan apoptosis masif melalui perforin-granzyme B atau FasL. Kerentanan genetik diduga berperan dalam NE, karena terdapat asosiasi yang kuat antara HLA B*502 dengan NE akibat karbamazepin dan HLA-B*580 dengan NE akibat alopurinol. Tabel. Faktor prognosis berdasarkan SCORTEN Faktor Prognostik Usia lebih dari 40 tahun Nadi lebih dari 20 kali/menit Kanker atau keganasan hematologik Persentase pengelupasan epidermis pada inisiasi awal lebih dari0% Kadar serum urea > 0 mmol/l (BUN >27 mg/dl) Kadar serum bicarbonat < 20 meql/l Kadar serum glukosa > 4 mm(<250 mg/dl) SCORTEN >5 Nilai Mortality rate(%) 3,2 2, 35,3 58,

3 M Mochtar, dkk Sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik di RS dr. Moewardi Surakarta Derajat keparahan NE dapat dinilai dengan Skala SCORTEN (scoring system for patients with epidermal Necrolysis), 8 untuk memprediksi mortalitas kasus NE (tabel ). Awalnya skala tersebut dikembangkan untuk NET, tetapi kemudian dapat pula dipakai pada SSJ, luka bakar dan reaksi obat. Nilai diberikan untuk setiap kriteria yang terpenuhi dengan skala. Tujuan penelitian ini ialah untuk mengetahui data epidemiologi kasus dari SSJ, SSJ-NET overlap, dan NET di Rumah Sakit Umum Daerah Dr Moewardi Surakarta, terapi yang diberikan serta perkembangan pasien dari terapi tersebut. BAHAN DAN CARA Penelitian ini merupakan studi retrospektif, menggunakan data sekunder dari rekam medis pasien kulit dan kelamin yang menjalani rawat inap. Data yang dikumpulkan adalah data pasien dengan diagnosis SSJ, SSJ- NET overlap, dan NET, serta data pasien rawat inap dengan diagnosis penyakit kulit yang seluruhnya dirawat di bangsal Kulit dan Kelamin, bangsal Penyakit Dalam, bangsal Anak dan bangsal Bagian Paru RSUD Dr.Moewardi Surakarta pada periode Agustus 20 Agustus 203. Data yang dikumpulkan meliputi usia, jenis kelamin, diagnosis, dan data jumlah kematian pasien. HASIL PENELITIAN Dari hasil penelitian didapatkan 485 pasien kulit dan kelamin yang dirawat inap di RSUD Dr.Moewardi periode Agustus 20 sampai dengan Agustus 203. Sebanyak 22 pasien rawat inap pada periode Agustus 20 Agustus 202 di antaranya terdapat 7 kasus SSJ (3,30%), 3 kasus SSJ-NET overlap (,4%) dan NET kasus (0,47%). Pada periode Agustus 202 Agustus 203 didapatkan 273 kasus pasien rawat inap dan di antaranya terdapat 8 kasus SSJ (2,93%), 4 kasus SSJ-NET overlap (,46%) dan 4 kasus NET (,46%). (Gambar ) Berdasarkan data tersebut diketahui didapatkan 27 kasus pasien rawat inap dengan diagnosis SSJ, SSJ-NET overlap dan NET selama periode Agustus 20 Agustus 202. Dari 27 kasus didapatkan 6 kasus pasien perempuan dan kasus pada laki-laki. (Gambar 2) Berdasarkan data pasien rawat inap di bangsal kulit dan kelamin dengan diagnosis SJS, SSJ-NET overlap dan NET, didapatkan usia terbanyak adalah 5-60 tahun sebanyak 9 kasus, diikuti dengan usia 4-50 tahun sebanyak 6 kasus, 4 kasus usia 3-40 tahun, 3 kasus pada usia 2-30 tahun, dan kasus pada usia < 5tahun. Pada periode Agustus 20 sampai dengan Agustus 202, dari 4 kasus kematian pada pasien rawat inap di bangsal kulit dan kelamin dijumpai kasus kematian yang Gambar. Angka kejadian SSJ, SSJ-NET overlap, NET pada rawat inap kulit dan kelamin RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode Agustus 20- Agustus

4 MDVI Vol. 42 No. 2 Tahun 205; Tabel 2. Obat penyebab SSJ,SSJ NET overlap dan NET pada pasien rawat inap di RSUD Dr. Moewardi Surakarta periode Agustus 20-Agustus 203 Penyebab Neviral Sefalosporin Karbamazepin Ibuprofen Alopurinol Aspilet Siprofloksasin Obat Sinse Asam mefenamat Tidak diketahui Total 27 (00 %) disebabkan oleh NET sedangkan pada periode Agustus 202 Agustus 203, dari total sebanyak 7 kasus pasien rawat inap yang meninggal, tidak dijumpai kematian pada pasien dengan diagnosis SSJ, SSJ-NET overlap ataupun NET. Sehingga dari jumlah total pasien meninggal pada periode Agustus 20 Agustus 203, yaitu sebanyak 3 orang (3,22%), Hal ini merupakan indikator keberhasilan yang dinyatakan dengan angka mortalitas, yaitu 3,22%. Seluruh pasien rawat inap di bangsal Kulit dan Kelamin mendapatkan terapi metil prednisolon. Bila di telusuri obat penyebab didapatkan 22 dari 27 pasien yang terlacak penyebabnya, sedangkan 5 pasien lainnya tidak dapat dilacak. (Tabel 2) PEMBAHASAN Jumlah Pasien 0 (37,03 %) 3 (, %) 2 (7,40 %) (3,70 %) (3,70 %) (3,70 %) (3,70 %) 2 (7,40 %) (3,70 %) 5 (8,5 %) Tatalaksana SSJ, SSJ NET overlap dan NET yang diberikan di RSUD Dr. Moewardi Surakarta meliputi mengenali dan menghentikan obat penyebab, pemberian terapi sistemik dan terapi topikal. Terapi sistemik yang diberikan adalah injeksi steroid dengan dosis setara prednison 2 mg/kgbb/24 jam dan tapering off. Kortikosteroid yang digunakan adalah metilprednisolon dan deksametason, namun karena efek samping metilprednisolon lebih sedikit maka jenis obat ini lebih sering digunakan. Antibiotik yang sering dipakai adalah injeksi gentamisin atas indikasi atau sesuai hasil kultur darah. Terapi topikal yang digunakan adalah kenalog in orabase pada mukosa mulut yang terkena salep mata, Gentamisin pada konjungtiva, kompres luka dengan NaCl 0,9% dan salep Gentamisin pada luka erosi. Pasien diberi alas tidur daun pisang untuk mencegah menempelnya kulit ke kasur yang akan memperberat erosi. Infus NaCl atau Ringer laktat diberikan untuk mencegah dehidrasi dan mengatur keseimbangan cairan. Selain itu terapi suportif lain yang diberikan adalah diet tinggi kalori dan tinggi protein dengan ekstra putih telur. Angka kejadian SSJ selama periode Agustus 202 Agustus 203 : 2,93 % lebih rendah bila dibandingkan dengan periode Agustus 20 Agustus 202 : 3,30%. Pada pasien dengan SSJ-NET overlap dijumpai tidak ada peningkatan yang signifikan, yaitu sebanyak,4% pada Agustus 20 Agustus 202 dan,465% pada Agustus 202 Agustus 203, dan pada pasien yang didiagnosis NET angka kejadian mengalami peningkatan, yaitu 0,47% pada Agustus menjadi,465% pada Agustus 202 Agustus 203. Dari data ini juga dapat diketahui bahwa angka kejadian SSJ lebih tinggi bila dibandingkan dengan NET di Rumah Sakit Dr. Moewardi periode Agustus 20 Agustus 203, yaitu berkisar antara 2,93% 3,30% pada SJS dan 0,47%,46% pada NET. Hal ini sesuai dengan studi kasus di RSUP MH Palembang periode dimana SSJ menduduki peringkat tertinggi, yaitu 35 kasus, menyusul SSJ/NET overlap sebanyak 5 kasus dan NET 3 kasus. 7 Penulis memperkirakan tingginya angka kejadian diakibatkan kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai penyakit nekrolisis epidermal, kemudahan akses memperoleh obat di toko obat terutama tingginya penggunaan obat tanpa menggunakan resep dokter terutama di kota-kota besar. Dari penelitian ini didapatkan jenis kelamin perempuan lebih banyak menderita SJS dan NET dibandingkan dengan laki-laki, yaitu 6 orang (59,25%) perempuan dan orang (40,74%) laki-laki dengan rasio perempuan dibanding lakilaki yaitu,45:. Hasil ini sesuai dengan yang dilaporkan Valerye dan Roujeau (2008), yaitu perempuan lebih banyak menderita NE dibanding laki laki (3:5). Usia terbanyak menderita SSJ, SJS-NET overlap dan NET adalah 5-60 tahun. Tidak terdapat pasien SSJ/ NET pada golongan usia antara 5-20 tahun pada bangsal rawat inap Rumah Sakit Umum Dr. Moewardi. SSJ dan NET dapat terjadi pada usia berapapun, dengan risiko meningkat terutama setelah dekade ke empat atau lebih, dan penyakit ini lebih banyak dijumpai pada perempuan dengan rasio 0,6 dibanding laki-laki. Pasien dengan human imunodefisiensi virus (AIDS) memiliki risiko lebih tinggi, dimana terdapat 4 dari 80 kasus NET pada pasien-pasien di Paris memiliki penyakit AIDS 9. Penyakit kolagen dan pembuluh darah serta pasien dengan kanker memiliki risiko yang lebih tinggi. Usia lanjut, faktor komorbiditas, dan semakin luasnya area kulit yang mengalami epidermolisis berkorelasi dengan prognosis yang buruk. Pada data kematian pasien kulit dan kelamin yang dirawat inap di bangsal RSUD Dr. Moewardi antara periode Agustus 20 sampai dengan Agustus 203, didapati kasus kematian akibat NET (7,3%) akibat sepsis pada pasien NET dengan HIV-AIDS, dan tidak didapatkan kasus kematian pasien dengan SJS. Keadaan ini sesuai dengan kepustakaan, bahwa pasien dengan NET memiliki 68

5 M Mochtar, dkk Sindrom Stevens-Johnson dan nekrolisis epidermal toksik di RS dr. Moewardi Surakarta mortalitas yang lebih tinggi dibandingkan dengan SJS, yaitu >30%. Pada studi di RSUP MH Palembang tidak dijumpai kasus kematian akibat nekrolisis epidermal. Hal ini mungkin disebabkan perbedaan skala SCORTEN pasien, maupun tatalaksana. Dari penelitian ini dapat disimpulkan, bahwa angka kejadian SSJ lebih tinggi daripada NET di RSUD Dr. Moewardi Surakarta pada periode Agustus 20 sampai dengan Agustus 203. Kasus kematian akibat NET sebanyak kasus pada periode Agustus 20- Agustus 202 dan 0 kasus kematian pada periode di RSUD Dr. Moewardi. Dengan angka kematian 3,22%. Hal ini tidak berbeda jauh bila dibandingkan dengan studi di RSUP MH Palembang dengan 0 kasus kematian, dan angka kematian ini lebih rendah bila dibandingkan dengan angka mortalitas keseluruhan yang dilaporkan Valerye-Allanore L, Roujeau J-C, yaitu sebesar 5 2% untuk SSJ dan >30% untuk NET. KESIMPULAN Diagnosis yang cepat, identifikasi awal dari penyebat NET, penanganan yang cepat, optimal serta mengenali dan menghentikan obat yang diduga penyebab merupakan kunci untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas tinggi (30%) akibat penyakit ini 9- Pada penelitian ini terdapat 27 kasus NET dari 485 total kasus rawat inap di Rumah Sakit Dr. Moewardi Surakarta selama 2 tahun. Penulis memperkirakan kemudahan memperoleh obat tanpa menggunakan resep dokter menjadi salah satu faktor yang berperan dalam angka kejadian nekrolisis epidermal toksik di RSUD Dr. Moewardi Surakarta DAFTAR PUSTAKA 2. Barankin B, Freiman A. Derm's Notes: Stevens Johnson syndrome (EM major) and toxic epidermal necrolysis (TEN). Philadelphia: Davis's Company; 2006.h Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. Stevens-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis. Fitzpatrick's Color Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology. Edisi ke-5. New York: McGraw-Hill; 2005.h Stern RS. Utilization of hospital and outpatient care for adverse cutaneous reactions to medications. Pharmacoepidermiol Drug Saf. 2005; 4: Harr T, French LE. Toxic epidermal necrolysis and Stevens- Johnson syndrome. Orphanet Journal of Rare Diseases. 200; 5: Tan SK, Tay YK. Profile and pattern of Stevens-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis in a General Hospital in Singapore : treatment outcomes. Acta Derm Venereol. 202; 92: Thaha MA. Sindroma Steven Johnson dan Nekrosis Epidermal Toksis di RSUP MH Palembang Periode Media Medika Indonesiana.2009; 43: Guegan S, Bastujin, Garin S, Roujeau JC, Revuz J. Perfomance of the SCORTEN during the first five days of hospitalization to predict the prognosis of epidermal necrolysis. J Invest Dermatol. 2006; 26: Breatnach SM. Erythema multiforme, Steven Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis. Dalam: Burns T, Breathnach S, Cox N, dan Griffiths C. penyunting. Rooks Textbook of Dermatology. Edisi ke-8 Volume ke-4. Chapter 76. Oxford: Blackwell; 200.h French LE, Prins C. Erythema multiforme, Steven-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis. Dalam: Bolognia J, Jorizzo JL, Rapini RP, penyunting. Dermatology. Edinburgh: Mosby; 2008.h Lee HY, Martanto W,Thirumoorthy T. Epidemiology of Stevens-Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis in Southeast Asia. Dermatologica Sinisa. 203; 3: Valeyrie AL, Roujeau JC. Epidermal necrolysis (Stevens- Johnson syndrome and toxic epidermal necrolysis). Dalam: Goldsmith LA, Katz SI, Gilchrest BA, Paller AS, Leffell DJ, Wolff K, dkk. penyunting. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. Edisi ke-8. New York: McGraw-Hill; 202. h

Hasil. Kesimpulan. Kata kunci : Obat-obatan kausatif, kortikosteroid, India, SCORTEN Skor, Stevens - Johnson sindrom, Nekrolisis epidermal

Hasil. Kesimpulan. Kata kunci : Obat-obatan kausatif, kortikosteroid, India, SCORTEN Skor, Stevens - Johnson sindrom, Nekrolisis epidermal LATAR BELAKANG Stevens - Johnson sindrom (SJS) dan Nekrolisis epidermal (TEN) adalah reaksi obat kulit parah yang langka. Tidak ada data epidemiologi skala besar tersedia untuk penyakit ini di India. Tujuan

Lebih terperinci

MEDIA MEDIKA INDONESIANA

MEDIA MEDIKA INDONESIANA Media Medika Indonesiana M Med Indones MEDIA MEDIKA INDONESIANA Hak Cipta 2009 oleh Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro dan Ikatan Dokter Indonesia Wilayah Jawa Tengah di RSUP MH Palembang Periode

Lebih terperinci

Angka Kejadian Psoriasis Vulgaris di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Agustus 2008 Juni 2012

Angka Kejadian Psoriasis Vulgaris di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Agustus 2008 Juni 2012 Angka Kejadian Psoriasis Vulgaris di Poliklinik Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUP dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode Agustus 2008 Juni 2012 Alyssa Amelia V.U 1, Athuf Thaha 2, Mutia Devi 2 1. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luasnya akses ke pelayanan kesehatan untuk melakukan terapi dengan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. luasnya akses ke pelayanan kesehatan untuk melakukan terapi dengan berbagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Saat ini jumlah reaksi simpang obat cukup tinggi dan besar kemungkinan akan bertambah. Hal tersebut berhubungan dengan tingginya angka harapan hidup dan luasnya akses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik

Lebih terperinci

Faktor Prediktor Sindrom Stevens-Johnson dan Nekrolisis Epidermal Toksik. Predictor Factors of Stevens-Johnson Syndrome and Toxic Epidermal Necrolysis

Faktor Prediktor Sindrom Stevens-Johnson dan Nekrolisis Epidermal Toksik. Predictor Factors of Stevens-Johnson Syndrome and Toxic Epidermal Necrolysis Faktor Prediktor Sindrom Stevens-Johnson dan Nekrolisis Epidermal Toksik Retno Indrastiti 1, Andra Novitasari 1, Cyntia Arum 1 1 Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang. ABSTRAK Latar Belakang:

Lebih terperinci

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha

Kata Kunci: Dengue Hemorrhagic Fever (DHF), Dengue Shock Syndrome (DSS), morbiditas, mortalitas. Universitas Kristen Maranatha ABSTRAK PREVALENSI DAN MORTALITAS PADA ANAK-ANAK AKIBAT DENGUE HEMORRHAGIC FEVER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE JANUARI 2006 SAMPAI DENGAN DESEMBER 2006 Dharma Indraprasta, 2007; Pembimbing: H. Tisna

Lebih terperinci

Prevalensi Sindrom Stevens-Johnson Akibat Antiretroviral pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Hasan Sadikin

Prevalensi Sindrom Stevens-Johnson Akibat Antiretroviral pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Hasan Sadikin Prevalensi Sindrom Stevens-Johnson Akibat Antiretroviral pada Pasien Rawat Inap di RSUP Dr. Hasan Sadikin Nurmilah Maelani*, Irna Sufiawati**, Hartati Purbo Darmadji*** *Student of Dental Faculty, Padjadjaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi sistem saraf pusat merupakan penyakit. yang menjadi perhatian dunia dan penyebab yang penting

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Infeksi sistem saraf pusat merupakan penyakit. yang menjadi perhatian dunia dan penyebab yang penting BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi sistem saraf pusat merupakan penyakit yang menjadi perhatian dunia dan penyebab yang penting dalam morbiditas dan mortalitas (Krcmery, 2007 cited in Michiori

Lebih terperinci

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN

SKRIPSI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan. Mencapai derajat sarjana S-1. Diajukan Oleh : NURHIDAYAH J FAKULTAS KEDOKTERAN HUBUNGAN STATUS GIZI BERDASAR KADAR ALBUMIN SERUM DENGAN KEJADIAN INFEKSI LUKA OPERASI PASCA APENDEKTOMI PADA PASIEN APENDISITIS AKUT DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan

Lebih terperinci

PROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012

PROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012 PROFIL PSORIASIS DI POLIKLNIK KULIT DAN KELAMIN RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI-DESEMBER 2012 1 Anggelina Moningka 2 Renate T. Kandou 2 Nurdjanah J. Niode 1 Kandidat Skripsi Fakultas

Lebih terperinci

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI

EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI EVALUASI KETEPATAN PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA GERIATRI DI RSUP dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN JAWA TENGAH PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 SKRIPSI Oleh: ELDESI MEDISA ILMAWATI K 100110038 FAKULTAS FARMASI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit infeksi dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh nyamuk Aedes aegepty dan Aedes albopticus.

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014 ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014 Hemoptisis atau batuk darah merupakan darah atau dahak yang bercampur darah dan di batukkan dari saluran

Lebih terperinci

ABSTRAK KELAINAN SISTEM SARAF PUSAT PADA PASIEN HIV/AIDS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2007 DESEMBER 2008

ABSTRAK KELAINAN SISTEM SARAF PUSAT PADA PASIEN HIV/AIDS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2007 DESEMBER 2008 ABSTRAK KELAINAN SISTEM SARAF PUSAT PADA PASIEN HIV/AIDS YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2007 DESEMBER 2008 Fransiska, 2009 Pembimbing I : Hana Ratnawati, dr., M.Kes.

Lebih terperinci

Carbamazipine Lamotrigine Phenobarbital Phenytoin Phenylbutazone Nevirapine Oxicam NSAIDs Thiacetazone PATOGENESIS

Carbamazipine Lamotrigine Phenobarbital Phenytoin Phenylbutazone Nevirapine Oxicam NSAIDs Thiacetazone PATOGENESIS PENDAHULUAN Nekrolisis epidermal toksik ditemukan pertama kali pada tahun 1956, sebanyak 4 kasus oleh Alana Lyell, penyakit ini biasanya juga disebut sindrom Lyell. NET ditemukan oleh Alana Lyell dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kejadian gagal jantung di Amerika Serikat mempunyai insidensi yang besar dan tetap stabil selama beberapa dekade terakhir, yaitu >650.000 kasus baru didiagnosis setiap

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005

ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 ABSTRAK GAMBARAN PROFIL LIPID PADA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT DI RS IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI - DESEMBER 2005 Ahmad Taqwin, 2007 Pembimbing I : Agustian L.K, dr., Sp.PD. Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah DBD merupakan penyakit menular yang disebabkan virus dengue. Penyakit DBD tidak ditularkan secara langsung dari orang ke orang, tetapi ditularkan kepada manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis menimbulkan suatu respon imun yang berlebihan oleh tubuh terhadap suatu infeksi. 1 Ini terjadi ketika tubuh kita memberi respon imun yang berlebihan untuk infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya.

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan hak azasi manusia dan setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal sesuai dengan kebutuhannya. (Undang Undang Dasar Negara Republik

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA ARTRITIS GOUT DI RUMAH SAKIT IMMANUEL PERIODE 2012-2014 Darrel Ash - Shadiq Putra, 2015. Pembimbing I : Budi Liem, dr., M.Med dan Pembimbing II : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked

Lebih terperinci

Keberhasilan Pengobatan Deksametason pada Nekrolisis Epidermal Toksik yang Diinduksi Obat Pada Anak

Keberhasilan Pengobatan Deksametason pada Nekrolisis Epidermal Toksik yang Diinduksi Obat Pada Anak Keberhasilan Pengobatan Deksametason pada Nekrolisis Epidermal Toksik yang Diinduksi Obat Pada Anak Inez Saraswati Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Nekrolisis Epidermal Toksik (NET) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. baru atau berulang. Kira-kira merupakan serangan pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. baru atau berulang. Kira-kira merupakan serangan pertama dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke adalah penyebab kematian terbanyak ketiga di seluruh dunia setelah penyakit jantung dan kanker dan setiap tahunnya 700.000 orang mengalami stroke baru

Lebih terperinci

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014

JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 JUMLAH PASIEN MASUK RUANG PERAWATAN INTENSIF BERDASARKAN KRITERIA PRIORITAS MASUK DI RSUP DR KARIADI PERIODE JULI - SEPTEMBER 2014 Vanesha Sefannya Gunawan 1, Johan Arifin 2, Akhmad Ismail 3 1 Mahasiswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang Sepsis merupakan salah satu masalah kesehatan utama penyebab kesakitan dan kematian pada anak. 1,2 Watson dan kawan-kawan (dkk) (2003) di Amerika Serikat mendapatkan

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA DAFTAR ISI Halaman Halaman Sampul Dalam... i Pernyataan Orisinalitas... ii Persetujuan Skripsi... iii Halaman Pengesahan Tim Penguji Skripsi... iv Motto dan Dedikasi... v Kata Pengantar... vi Abstract...

Lebih terperinci

ABSTRAK. GAMBARAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2010

ABSTRAK. GAMBARAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2010 ABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2010 Ezra Endria Gunadi, 2011 Pembimbing I : Freddy Tumewu Andries, dr., MS Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di

BAB I PENDAHULUAN. bervariasi. Insidensi stroke hampir mencapai 17 juta kasus per tahun di seluruh dunia. 1 Di BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke masih menjadi pusat perhatian dalam bidang kesehatan dan kedokteran oleh karena kejadian stroke yang semakin meningkat dengan berbagai penyebab yang semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Meningkatnya prevalensi diabetes melitus (DM) akibat peningkatan kemakmuran di negara berkembang banyak disoroti. Peningkatan pendapatan perkapita dan perubahan gaya

Lebih terperinci

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak

Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi Farmasi Nasional Surakarta Abstrak EVALUASI KESESUAIAN DOSIS DAN KESESUAIAN PEMILIHAN OBAT HIPOGLIKEMIK ORAL PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUD DR. MOEWARDI PERIODE JANUARI-DESEMBER 2014 Truly Dian Anggraini, Ervin Awanda I Akademi

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 PROFIL PENDERITA MORBUS HANSEN (MH) DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN BLU RSUP PROF. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 1 Patricia I. Tiwow 2 Renate T. Kandou 2 Herry E. J. Pandaleke 1

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PENYAKIT KUSTA DI POLIKLINIK KULIT DAN KELAMIN RSUP SANGLAH DENPASAR PERIODE 2011 2013 Kasus kusta di Indonesia tergolong tinggi dibandingkan Negara lain. Angka kejadian

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D

Lebih terperinci

(Epidemiologic Study: Severe Cutaneous Adverse Drug Reaction)

(Epidemiologic Study: Severe Cutaneous Adverse Drug Reaction) Studi Epidemiologi: Erupsi Obat Berat (Epidemiologic Study: Severe Cutaneous Adverse Drug Reaction) Damayanti, Sylvia Anggraeni, Cita Rosita SP, Marsudi Hutomo, Hari Sukanto Departemen/Staf Medik Fungsional

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pneumonia merupakan penyakit yang banyak membunuh anak usia di bawah 5 tahun dibanding penyakit lainnya di setiap negara di dunia. Pada tahun 2004, sekitar

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian non eksperimental dan pengambilan data dilakukan dengan pendekatan retrospektif melalui penelusuran terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Penyakit jantung dan pembuluh darah merupakan masalah kesehatan utama di negara maju dan berkembang. Penyakit ini menjadi penyebab nomor satu kematian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis adalah penyakit mengancam jiwa yang disebabkan oleh reaksi tubuh yang berlebihan terhadap infeksi. Sepsis sering terjadi di rumah sakit misalnya pada pasien

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human Immunodeficiency Virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Infeksi HIV dapat menyebabkan penderita

Lebih terperinci

Studi Retrospektif: Sindrom Stevens-Johnson dan Nekrolisis Epidermal Toksik

Studi Retrospektif: Sindrom Stevens-Johnson dan Nekrolisis Epidermal Toksik Studi Retrospektif: Sindrom Stevens-Johnson dan Nekrolisis (A Retrospective Study: Stevens-Johnson Syndrome and Toxic Epidermal Necrolysis) Yuli Wahyu Rahmawati, Diah Mira Indramaya Departemen / Staf Medik

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB 1 : PENDAHULUAN. perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi ke BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perubahan pola hidup masyarakat maka pola penyakit pun mengalami perubahan. Masalah kesehatan utama masyarakat telah bergeser dari penyakit infeksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi sistemik dikarenakan adanya infeksi. 1 Sepsis merupakan masalah kesehatan dunia karena patogenesisnya

Lebih terperinci

Profil veruka vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari Desember 2013

Profil veruka vulgaris di Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari Desember 2013 Jurnal e-clinic (ecl), Volume 4, Nomor 1, Januari-Juni 2016 Profil veruka vulgaris di Dr. R. D. Kandou Manado periode Januari Desember 2013 1 Preisy G. I. Tampi 2 Ferra O. Mawu 2 Nurdjannah J. Niode 1

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Asma merupakan penyakit heterogen dengan karakteristik adanya inflamasi saluran napas kronis. Penyakit ini ditandai dengan riwayat gejala saluran napas berupa wheezing,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Penyakit infeksi masih merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting, khususnya di negara berkembang. Obat-obat andalan untuk mengatasi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu

BAB I PENDAHULUAN. kedokteran disebut dengan Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Saat ini masyarakat dihadapkan pada berbagai penyakit, salah satunya adalah penyakit Lupus, yang merupakan salah satu penyakit yang masih jarang diketahui oleh masyarakat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang paling sering dijumpai pada pasien-pasien rawat jalan, yaitu sebanyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di negara berkembang, hipertensi telah menggeser penyakit menular sebagai penyebab terbesar mortalitas dan morbiditas. Hal ini dibuktikan hasil Riset Kesehatan Dasar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak

BAB I PENDAHULUAN. menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan retrovirus yang menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak fungsi. Selama infeksi berlangsung,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Stroke masih menjadi perhatian dunia karena angka kematiannya yang tinggi dan kecacatan fisik yang ditimbulkannya. Berdasarkan data WHO, Stroke menjadi pembunuh nomor

Lebih terperinci

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007

DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 DRUG RELATED PROBLEMS KATEGORI DOSIS LEBIH, DOSIS KURANG DI INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR.MOEWARDI SURAKARTA PERIODE TAHUN 2007 SKRIPSI Oleh: TOUDA KURNIA ANDRIYA K 100 040 180 FAKULTAS

Lebih terperinci

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007 ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007 Fransisca Maya Angela, 2010; Pembimbing I Pembimbing II : J. Teguh Widjaja, dr., Sp P : Evi

Lebih terperinci

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 ABSTRAK PERBANDINGAN POLA RESISTENSI KUMAN PADA PENDERITA PNEUMONIA DI RUANGAN ICU DAN NON ICU RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 Maria F. Delong, 2013, Pembimbing I : DR. J. Teguh Widjaja, dr., SpP.,

Lebih terperinci

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007

TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007 TINJAUAN PENATALAKSANAAN DEMAM BERDARAH DENGUE PADA ANAK DI SELURUH PUSKESMAS KEPERAWATAN WILAYAH KABUPATEN JEMBER PERIODE 1 JANUARI 31 DESEMBER 2007 SKRIPSI diajukan guna melengkapi tugas akhir dan memenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru adalah kanker yang paling sering didiagnosis di dunia dan merupakan penyebab utama kematian akibat kanker. Data kasus baru kanker paru di Amerika Serikat

Lebih terperinci

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Dermoskopi Sebagai Teknik Pemeriksaan Diagnosis dan Evaluasi Lesi

FORM UNTUK JURNAL ONLINE. : Dermoskopi Sebagai Teknik Pemeriksaan Diagnosis dan Evaluasi Lesi : : Dermoskopi Sebagai Teknik Pemeriksaan Diagnosis dan Evaluasi Lesi Pigmentasi : penggunaan dermoskopi telah membuka dimensi baru mengenai lesi pigmentasi. Dermoskopi merupakan metode non-invasif yang

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Sel Cluster of differentiation 4 (CD4) adalah semacam sel darah putih

BAB 1 PENDAHULUAN. Sel Cluster of differentiation 4 (CD4) adalah semacam sel darah putih BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Sel Cluster of differentiation 4 (CD4) adalah semacam sel darah putih atau limfosit. Sel tersebut adalah bagian terpenting dari sistem kekebalan tubuh, Sel ini juga

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka konsep penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, kerangka konsep mengenai angka kejadian relaps sindrom nefrotik

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal

BAB 1 PENDAHULUAN. menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker paru masih merupakan masalah kesehatan karena masih banyak menyebabkan kematian. Lebih dari satu juta orang per tahun di dunia meninggal karena kanker paru.

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013 Melianti Mairi, 2014. Pembimbing 1 : dr. Dani, M.Kes Pembimbing 2 : dr. Budi Widyarto, M.H Pneumonia

Lebih terperinci

Penatalaksanaan Sindrom Stevens-Johnsons pada Wanita 45 Tahun. Management of A 45 Years Old Woman with Steven Johnsons Syndrome

Penatalaksanaan Sindrom Stevens-Johnsons pada Wanita 45 Tahun. Management of A 45 Years Old Woman with Steven Johnsons Syndrome Penatalaksanaan Sindrom Stevens-Johnsons pada Wanita 45 Tahun Reza Permana Putra Fakultas Kedokteran, Universitas Lampung Abstrak Sindrom Stevens-Johnson adalah suatu kumpulan gejala klinis erupsi mukokutaneus

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang disebabkan oleh Human Immunodefeciency Virus (HIV). AIDS telah dilaporkan oleh lebih dari 93 negara

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA TERAPI SULFADOKSIN DENGAN KEJADIAN SINDROM STEVEN-JOHNSON DI RSU Dr.SOEDARSO PONTIANAK PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

HUBUNGAN ANTARA TERAPI SULFADOKSIN DENGAN KEJADIAN SINDROM STEVEN-JOHNSON DI RSU Dr.SOEDARSO PONTIANAK PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010 HUBUNGAN ANTARA TERAPI SULFADOKSIN DENGAN KEJADIAN SINDROM STEVEN-JOHNSON DI RSU Dr.SOEDARSO PONTIANAK PERIODE 1 JANUARI 2007-31 DESEMBER 2010 Naskah Publikasi Program Studi Pendidikan Dokter Jurusan Kedokteran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit pernapasan kronis yang merupakan bagian dari noncommunicable disease (NCD). Kematian akibat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Diabetes melitus tipe 2 didefinisikan sebagai sekumpulan penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik

Lebih terperinci

ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010

ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS JANUARI 2010 ABSTRAK PASIEN USIA LANJUT DI RUANG RAWAT INTENSIF RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 AGUSTUS 2009-31 JANUARI 2010 Yuvens, 2010. Pembimbing I : Vera, dr.,sp.pd. Pembimbing II : dra. Endang Evacuasiany,

Lebih terperinci

ABSTRAK. PEMERIKSAAN IgM DAN IgG DENGUE RAPID TEST DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG

ABSTRAK. PEMERIKSAAN IgM DAN IgG DENGUE RAPID TEST DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG ABSTRAK PEMERIKSAAN IgM DAN IgG DENGUE RAPID TEST DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG Artiti Aditya, 2006, Pembimbing I: Penny Setyawati M,dr., Sp. PK, M. Kes. Pembimbing II: Yanti Mulyana, Dra. Apt., DMM,

Lebih terperinci

SINDROM STEVENS-JOHNSON PADA KEHAMILAN DITERAPI DENGAN N-ACETYLCYSTEIN

SINDROM STEVENS-JOHNSON PADA KEHAMILAN DITERAPI DENGAN N-ACETYLCYSTEIN Laporan Kasus SINDROM STEVENS-JOHNSON PADA KEHAMILAN DITERAPI DENGAN N-ACETYLCYSTEIN Efi Sandri, Sarah Diba, Mutia Devi, M. Athuf Thaha Bagian/Departemen Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin FK Universitas

Lebih terperinci

SKRIPSI NIKO PRASETYO K Oleh:

SKRIPSI NIKO PRASETYO K Oleh: IDENTIFIKASI ADVERSE DRUG REACTIONS (ADR) PENGGUNAAN OBAT ANTIDEPRESAN PADA PASIEN DEPRESI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA PERIODE AGUSTUS TAHUN 2015 SKRIPSI Oleh: NIKO PRASETYO K 100120130

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan agen penyebab Acquired immunodeficiency syndrome (AIDS) dan AIDS merupakan tahap akhir dari infeksi HIV. AIDS didefinisikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi sistem saraf pusat masih. merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit infeksi sistem saraf pusat masih. merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi sistem saraf pusat masih merupakan masalah kesehatan masyarakat yang utama di negara-negara berkembang (Yoes, 1996). Infeksi pada sistem saraf pusat

Lebih terperinci

PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI

PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI PROFIL GULA DARAH SEWAKTU (GDS) DAN GULA DARAH PUASA (GDP) PASIEN STROKE DENGAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 YANG DI RAWAT INAP DI BAGIAN NEUROLOGI Prof. DR. R. D. KANDOU MANADO PERIODE JANUARI DESEMBER 2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi

BAB I PENDAHULUAN. individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang. meningkatkan angka kejadian stroke, akan memberikan kontribusi BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Stroke merupakan satu dari masalah kesehatan yang penting bagi individu maupun masyarakat. Identifikasi awal faktor risiko yang meningkatkan angka kejadian stroke, akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. fisik, mental, sosial dan ekonomi bagi penderitanya (Satyanegara et al, 2009)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. fisik, mental, sosial dan ekonomi bagi penderitanya (Satyanegara et al, 2009) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang cukup besar di dunia. Stroke adalah gangguan fungsi otak fokal maupun secara menyeluruh yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat

BAB I PENDAHULUAN. Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Meningitis adalah kumpulan gejala demam, sakit kepala dan meningismus akibat inflamasi pada ruang subarachnoid yang dibuktikan dengan pleositosis cairan serebrospinalis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi saluran pernafasan adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia. Hampir empat juta orang meninggal akibat infeksi saluran nafas

Lebih terperinci

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA

ABSTRAK. Kata kunci: HIV-TB, CD4, Sputum BTA ABSTRAK Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi oportunistik yang paling sering dijumpai pada pasien HIV. Adanya hubungan yang kompleks antara HIV dan TB dapat meningkatkan mortalitas maupun morbiditas.

Lebih terperinci

ABSTRAK INSIDENSI DAN GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2014

ABSTRAK INSIDENSI DAN GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2014 ABSTRAK INSIDENSI DAN GAMBARAN PENDERITA KANKER SERVIKS DI RSUP DR HASAN SADIKIN BANDUNG TAHUN 2014 Gizella Amanagapa, 2015 Pembimbing : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.kes., PA(K) Dr. Teresa L.W., S.Si., M.kes.,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta

BAB I PENDAHULUAN UKDW. keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang penelitian Rumah sakit merupakan bagian dari sistem pelayanan kesehatan secara keseluruhan yang memberikan pelayanan kuratif maupun preventif serta menyelenggarakan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan

I. PENDAHULUAN. Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Gagal jantung merupakan sindrom yang ditandai dengan ketidakmampuan jantung mempertahankan curah jantung yang cukup untuk kebutuhan tubuh sehingga timbul akibat

Lebih terperinci

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN

PHARMACY, Vol.08 No. 03 Desember 2011 ISSN RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIDIABETIKA PADA PASIEN GERIATRI PENDERITA DIABETES MELITUS DI INSTALASI RAWAT INAP RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SRUWENG TAHUN 2010 Ratna Suminar, Moeslich Hasanmihardja, Anis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri. gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri. gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Bakteri dari genus Staphylococcus adalah bakteri gram positif kokus yang secara mikroskopis dapat diamati sebagai organisme individu, berpasangan, dan ireguler serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) yang merupakan penyebab dari timbulnya Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), masih menjadi masalah kesehatan utama secara

Lebih terperinci

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011

Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan. Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat. Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011 Gambaran Jenis dan Biaya Obat pada Pasien Rawat Inap dengan Sindroma Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Tahun 2011 Oleh : Raisa Khairuni 100100115 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ,

BAB I PENDAHULUAN. bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Tuberkulosis adalah suatu penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis, yang dapat menyerang berbagai organ, terutama paru. Penyakit

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012 Nugraheni M. Letelay, 2013. Pembimbing I : dr. Ellya Rosa Delima, M.Kes Latar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kanker merupakan salah satu penyakit tidak menular yang menjadi masalah kesehatan masyarakat, baik di dunia maupun di Indonesia (Anonim, 2008b). Di dunia, 12%

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 Ida Ayu Komang Trisna Bulan, 2015 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA (K). Pembimbing

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Asia Tenggara termasuk di Indonesia terutama pada penduduk yang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh gigitan nyamuk Aedes aegypty dan atau Aedes albopictus. Infeksi virus

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang 1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningitis merupakan reaksi peradangan yang terjadi pada lapisan yang membungkus jaringan otak (araknoid dan piameter) dan sumsum tulang belakang yang disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. 1 Universitas Kristen Maranatha BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di seluruh dunia kanker serviks atau kanker leher rahim menempati urutan ketujuh dari seluruh kejadian keganasan pada manusia (Cancer Research United Kingdom, 2010).

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang penelitian. permeabilitas mikrovaskular yang terjadi pada jaringan yang jauh dari sumber infeksi BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang penelitian Sepsis merupakan suatu sindrom klinis infeksi yang berat dan ditandai dengan tanda kardinal inflamasi seperti vasodilatasi, akumulasi leukosit, dan peningkatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju. 1 Infeksi ini merupakan penyebab

Lebih terperinci

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI

EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI EVALUASI PENGGUNAAN ANTIBIOTIK PADA BALITA DENGAN DIARE AKUT DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD Dr. MOEWARDI PERIODE SEPTEMBER-DESEMBER 2015 SKRIPSI Oleh : CANTIKA NUKITASARI K100130065 FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS

Lebih terperinci

Gambaran Penderita Stroke di Rumah Sakit Ade Moehammad Djoen Sintang Kalimantan Barat Periode Januari-Desember 2012

Gambaran Penderita Stroke di Rumah Sakit Ade Moehammad Djoen Sintang Kalimantan Barat Periode Januari-Desember 2012 Gambaran Penderita di Rumah Sakit Ade Moehammad Djoen Sintang Kalimantan Barat Periode Januari-Desember 2012 Fortunata, July Ivone, Dedeh Supantini Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha, Jl.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Penyakit Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis sebagian besar bakteri ini menyerang bagian paru, namun tak

Lebih terperinci

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr.

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. : Ilmu penyakit kulit dan kelamin. : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr. 33 BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Ruang lingkup penelitian Lingkup ilmu : Ilmu penyakit kulit dan kelamin Lingkup lokasi : Bagian rekam medik Poliklinik kulit dan kelamin RSUP Dr. Kariadi Semarang Lingkup

Lebih terperinci