EFEK PENGGUNAAN THERMAL MASS PADA SOLAR CROP DRYER TERHADAP TEMPERATUR ALIRAN UDARA. Oleh : M Fathuddin Noor ABSTRACT
|
|
- Verawati Oesman
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 EFEK PENGGUNAAN THERMAL MASS PADA SOLAR CROP DRYER TERHADAP TEMPERATUR ALIRAN UDARA Oleh : M Fathuddin Noor ABSTRACT Using solar energy is a vital importance in creating the crop dryer means that save energy and save the environment. Some problems caused by the using of solar crop dryer are heat excess which is yielded by the air collector, inexistence of energy source at night and heat fluctuation when the sun covered by clouds. A study of using a thermal mass to store the heat of the sun is an important thing to solve those problems. This study is aimed to know the effect of thermal mass addition to air flow temperature and to unfold the effect of the size of thermal mass interpose in accordance to its ability in absorbing and releasing heat of the solar. The experiment was done by installing some parts of thermal mass at the dryer and arange the variation of the thermal mass formation interpose at, 4 and 6 cm. The data was taken during 4 hours/day by installing temperature sensor to measure air flow temperature that out from the collector, the temperature before the thermal mass, and the temperature after the thermal mass, and ambient temperature. This solar radiation and air flow speed data also taken from this research. Results of the experiment show the higest level of air temperature degradation that comes into the drying bed range between 1 C 17 C after the thermal mass was added. The temperature fluctuation that took place in the air flow that comes into the drying bed when the radiation intensity fluctuate was sucessfully reduced and keep the air temperature above C until 9:45 PM. Keywords: thermal mass, crop dryer, solar radiation. PENDAHULUAN Pemanfaatan energi radiasi matahari sangat penting untuk menghasilkan alat pengering hasil pertanian (solar crop dryer) yang hemat energi dan ramah lingkungan. Permasalahan penggunaan solar crop dryer yaitu adanya kelebihan panas yang dihasilkan kolektor udara sehingga dapat merusak produk yang dikeringkan (Jensen, 1). Masalah selanjutnya adalah ketika sumber panas utama tidak berfungsi, maka perlu usaha untuk menjaga agar tersedia sumber panas cadangan yang bisa berperan menggantikan sumber panas utama. Disamping itu radiasi matahari kadang-kadang terhalang oleh awan yang terjadi sepanjang hari sehingga sinar matahari tidak kontinyu diterima kolektor. Untuk menghindari kelebihan panas yang terjadi pada solar crop dryer dapat diatasi dengan menambahkan thermal mass yang ditempatkan setelah sisi outlet kolektor atau sebelum bed pengeringan. Thermal mass bisa dipilih dari jenis material yang dapat menyerap kelebihan panas sekaligus melepaskannya sebagai sumber energi cadangan apabila panas yang dihasilkan sumber panas utama (collector) berkurang karena berkurangnya intensitas radiasi matahari. 8
2 Sokhansanj () telah merancang solar crop dryer dan mengatur susunan bed pengeringan untuk membatasi temperatur udara maksimum yang masuk kedalamnya. Hasilnya temperatur udara panas maksimum bisa diturunkan menjadi 55 o C. Scanlin (1999) mendesain alat pengering hasil panen yang menghasilkan udara panas sebesar 54 o C - 8 o C dan dengan sistem ventilasinya dapat mengatur temperatur maksimum masuk bed pengering sampai dengan 1 o C o C di atas temperatur lingkungan. Persamaan thermal energy balance telah digunakan untuk menjelaskan efisiensi kolektor udara panas dan alat pengering. Temperatur maksimum yang diperoleh mencapai sekitar o C di atas temperatur lingkungan. Laju pengeringan maksimum yang berhasil diteliti dicapai ketika memperlakukan aliran konveksi paksa pada aliran udara panas (Sarkar, ). Jensen (1) melakukan uji coba dengan menambahkan 15 kg thermal mass dari bebatuan dengan ukuran beragam pada alat pengering energi surya dengan tujuan untuk menurunkan temperatur maksimum udara panas. Hasil yang diperoleh adalah temperatur maksimum bisa diturunkan sekitar 1 o C dengan capacity loss hanya sekitar %. Artinya capacity loss tidak terlalu besar bila dibandingkan dengan resiko rusaknya produk bila tanpa penggunaan thermal mass. Dincer () melakukan penelitian terhadap beberapa jenis material seperti batu bata, batuan dan beton dapat digunakan sebagai penyimpan panas energi radiasi matahari. Analisa terhadap energi pada thermal energy storage dilakukan untuk keperluan desain sistem dan optimalisasi. Pada penelitian ini dilakukan dengan membuat solar crop dryer dengan menggunakan thermal mass disertai pengaturan variasi lebar celah. Adapun perumusan masalahnya adalah bagaimana pengaruh penggunaan thermal mass pada solar crop dryer terhadap temperatur aliran udara dan bagaimana pengaruh lebar celah thermal mass terhadap temperatur solar crop dryer?. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan thermal mass pada solar crop dryer terhadap temperatur aliran udara dan mengetahui pengaruh lebar celah thermal mass terhadap kemampuan menyerap dan melepas panas. METODE PENELITIAN Bagian-bagian utama alat pengering terdiri dari kolektor udara, ruang pengering, bed pengering, rangka penyangga thermal mass, isolator, pintu, atap dan cerobong. 4 1 Gambar 1. Solar crop dryer. 81
3 Instalasi penelitian dan alur pengambilan data dapat dilihat pada gambar 1. Sensor temperatur udara lingkungan Sensor temperatur udara keluar kolektor Sensor temperatur udara masuk thermal mass Sensor temperatur udara keluar thermal mass 1 4 Pyranometer KOMPUTER DATA LOGGER POWER + UPS Gambar. Instalasi penelitian. Bahan yang dipakai sebagai media thermal mass adalah beton paving block berbentuk balok dengan dimensi: panjang cm, lebar 1 cm dan tinggi 1 cm total berjumlah 144 buah. Pengambilan data dilakukan tiap 5 menit menggunakan peralatan berupa sensor temperatur IC-LM5, pyranometer, datalogger, komputer, power supply, dan stop watch. Data yang diambil adalah waktu, radiasi matahari total, temperatur udara yang keluar dari kolektor, masuk ruang pengering, sebelum thermal mass, setelah thermal mass, masuk bed pengering, dan temperatur lingkungan. Data tersebut diperoleh dari alat pengering tanpa penggunaan thermal mass dan setelah penggunaan thermal mass dengan variasi lebar celah cm, 4 cm dan 6 cm. Selain itu juga melakukan percobaan dengan menutup pintu masuk udara menuju thermal mass pada malam hari. Selanjutnya data waktu, radiasi dan temperatur diplotkan ke dalam grafik menggunakan software komputer (Excel ) untuk diolah. Untuk mengetahui potensi energi radiasi matahari selama penelitian dilakukan dengan cara menghitung luasan grafik menggunakan metode Simpson berikut: xn h ydx = [ y + 4( y1 + y + y yn 1) + ( y + y4 + y y n ) + yn ] xo Dengan: h = subinterval pengambilan data. y = data radiasi., 1, = urutan data. Perpindahan panas yang terjadi antara thermal mass dan udara panas dihitung dengan persamaan: Q u = m& c p (ΔT) Dengan: Q u = panas yang ditransfer, (watt). m& = laju aliran massa udara (kg/s). 8
4 c p = panas spesifik, (kj/kg. C). ΔT = perbedaan temperatur ( C). Untuk mengetahui jumlah energi yang diserap dan dilepaskan thermal mass dilakukan dengan cara menghitung luasan antara grafik temperatur udara sebelum dan setelah thermal mass menggunakan metode Simpson. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Data penelitian hubungan waktu dengan temperatur dan radiasi total sebelum menggunakan thermal mass /8/5 T masuk saluran T masuk rak pengering 6: 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: Gambar. Grafik hari ke-1 tanpa penggunaan thermal mass. (W/m) /8/5 1 9 T masuk saluran 8 T masuk rak pengering : 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: (W/m) Gambar 4. Grafik hari ke- tanpa penggunaan thermal mass /8/5 T masuk saluran T masuk rak pengering 6: 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: Gambar 5 Grafik hari ke- tanpa penggunaan thermal mass. Dari gambar sampai 5 terlihat bahwa temperatur udara yang keluar dari kolektor meningkat seiring meningkatnya radiasi matahari, demikian pula untuk temperatur udara masuk saluran dan temperatur udara ketika masuk bed pengering. (W/m) 8
5 Radiasi matahari total yang diterima melalui pyranometer bervariasi dan mencapai puncaknya 96, W/m. Temperatur udara masuk saluran lebih rendah dibanding udara ketika keluar dari kolektor. Hal ini disebabkan adanya kehilangan energi panas selama perjalanan melewati saluran. Temperatur udara masuk bed pengering juga lebih rendah. Hal ini juga disebabkan kehilangan energi selama melewati saluran. Temperatur udara panas yang masuk bed pengering maksimal sebesar 6,54. Ketika intensitas radiasi mulai menurun, temperatur udara juga ikut menurun. Mulai pukul 18: sampai pukul 6: pada pagi hari berikutnya temperatur udara yang melewati bed pengering cenderung mendekati temperatur lingkungan.. Data penelitian hubungan waktu dengan temperatur dan radiasi total setelah menggunakan thermal mass dengan lebar celah cm /8/5 T sebelum heat storage T setelah heat storage Radiasi Total 6: 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: Gambar 6. Grafik hari ke-1 menggunakan thermal mass dengan lebar celah cm (W/m) /8/5 T sebelum heat st orage T set elah heat st orage Radiasi Tot al 6: 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: Wakt u Gambar 7 Grafik hari ke- menggunakan thermal mass dengan lebar celah cm /8/5 T sebelum heat st orage T set elah heat st orage Radiasi Tot al 6: 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: Wakt u Gambar 8 Grafik hari ke- menggunakan thermal mass dengan lebar celah cm. 84
6 Dari gambar 6 sampai 8 terlihat bahwa temperatur naik sejak pagi hari dan terjadi fluktuasi pada tengah hari. Tetapi kenaikan temperatur udara setelah thermal mass atau masuk bed pengering pada lebar celah cm lebih rendah dibanding ketika tanpa penggunaan thermal mass. Saat penurunan temperatur, intensitas radiasi matahari sempat mengalami penurunan drastis sehingga hal ini berpengaruh pada menurunnya temperatur udara keluar kolektor, tetapi temperatur udara setelah thermal mass hanya mengalami sedikit penurunan. Pada ketiga gambar diatas penurunan temperatur setelah thermal mass lebih berlangsung lebih lambat dan berada pada temperatur diatas o C hingga pukul :.. Data penelitian hubungan waktu dengan temperatur dan radiasi total setelah menggunakan thermal mass dengan lebar celah 4 cm /8/5 1 9 T sebelum heat storage 8 T setelah heat storage : 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: (W/m) Gambar 9 Grafik hari ke-1 menggunakan thermal mass dengan lebar celah 4 cm /8/5 T sebelum heat storage T setelah heat storage 6: 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: (W/m) Gambar 1 Grafik hari ke- menggunakan thermal mass dengan lebar celah 4 cm /8/5 T sebelum heat st orage T set elah heat st orage Radiasi t ot al 6: 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: Wakt u Gambar 11 Grafik hari ke- setelah penggunaan thermal mass dengan lebar celah 4 cm. 85
7 Dari gambar 9 sampai 11 secara umum terlihat bahwa temperatur naik sejak pagi dan tidak terlalu banyak terjadi fluktuasi. Kenaikan temperatur udara setelah thermal mass juga lebih rendah dibanding temperatur udara masuk bed pengering pada alat pengering yang tanpa penggunaan thermal mass. Demikian juga ketika terjadi penurunan temperatur maka temperatur setelah thermal mass lebih lambat mengalami penurunan dan berada pada temperatur diatas o C hingga pukul 1:5. 4. Data penelitian hubungan waktu dengan temperatur dan radiasi total setelah menggunakan thermal mass dengan lebar celah 6 cm /9/5 1 T sebelum heat storage 9 T setelah heat storage : 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: Gambar 1 Grafik penggunaan thermal mass dengan lebar celah 6 cm pada hari ke /5/5 T sebelum heat storage T setelah heat storage 6: 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: Gambar 1 Grafik penggunaan thermal mass dengan lebar celah 6 cm pada hari ke /9/5 T sebelum heat storage T setelah heat storage 6: 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: Gambar 14 Grafik penggunaan thermal mass dengan lebar celah 6 cm pada hari ke- Dari gambar 1 sampai 14 terlihat bahwa temperatur naik sejak pagi dan terjadi fluktuasi pada tengah hari. Tetapi kenaikan temperatur udara setelah thermal (W/m) (W/m) (W/m) 86
8 mass lebih rendah dibanding temperatur masuk bed pengering pada alat pengering yang tanpa penggunaan thermal mass. Penurunan temperatur setelah thermal mass mengalami penurunan lebih lambat dan tetap berada diatas temperatur o C hingga pukul :. 5. Data penelitian hubungan waktu dengan temperatur dan radiasi total dengan menutup pintu thermal mass pada pukul 18: sampai pukul 6: pagi T sebelum heat st orage 9 T set elah heat st orage 8 7 Radiasi t ot al : 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: Gambar 15 Grafik hari ke-1 dengan menutup pintu thermal mass pada malam hari T sebelum heat st orage 9 8 T set elah heat st orage : 8: 1: 1: 14: 16: 18: : : : : 4: Wakt u Gambar 16 Grafik hari ke- dengan menutup pintu thermal mass pada malam hari T sebelum heat st orage T set elah heat st orage Radiasi t ot al 6: 8: 1: 1: 14: 16: 18:: : : : 4: Wakt u Gambar 17 Grafik hari ke- dengan menutup pintu thermal mass pada malam hari. Pada gambar 15 sampai 17 dapat dilihat bahwa pada malam hari, temperatur lingkungan menjadi rendah dan apabila dibiarkan mengalir melewati ruang pengering akan meyerap energi panas yang tersimpan pada thermal mass. Untuk 87
9 menghindarinya, mulai pukul 18: sampai dengan pukul 6: dilakukan penutupan pintu saluran menuju thermal mass. Grafik yang diperoleh dengan menutup pintu thermal mass menunjukkan penurunan temperatur yang lebih lambat pada malam hari. Hal ini disebabkan tidak ada lagi udara malam hari yang masuk pada thermal mass. Dari hasil pengukuran selama penelitian, besarnya radiasi matahari total yang diterima alat pengering cukup bervariasi. Besarnya energi radiasi diperoleh dengan menghitung luasan grafik radiasi total menggunakan metode Simpson. Hasilnya ditunjukkan pada tebel berikut: Tabel 1. Energi radiasi matahari selama pengambilan data. pengambilan Energi radiasi Data tiap m (MJoule) , , , , , , , , , , , , , , ,55 Temperatur maksimal udara panas yang memasuki bed pengering antara sebelum dan sesudah penggunaan thermal mass dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel. Temperatur maksimal udara masuk bed pengering dan waktu. Perlakuan Hari Temperatur Tanpa Thermal mass 1 cm 1 4 cm 1 6 cm 1 ke: Maksimal ( o C) 6,45 57,5 61,8 45,44 44,6 45,1 47,16 46,68 44,6 46,4 41,1 4,66 1:4 1:5 1:5 1:4 1:1 1:55 1:15 1: 1:4 1:5 14:5 1:55 Dari tebel diatas menunjukkan bahwa temperatur maksimal udara masuk bed pengering sebelum penggunaan thermal mass dicapai lebih awal dibanding setelah penggunaan thermal mass yaitu antara pukul 1:4 sampai dengan pukul 1:5. Sedangkan setelah penggunaan thermal mass tempertur maksimal udara yang masuk bed pengering (temperatur setelah thermal mass) dicapai pada pukul 1: sampai 14:. Hal ini disebabkan sebagian energi panas yang dihasilkan kolektor telah diserap oleh thermal mass. Dari data tersebut dapat diperoleh selisih temperatur 88
10 maksimum udara masuk bed pengering sebelum penggunaan dan setelah penggunaan thermal mass adalah sebesar 1 17 o C. Sedangkan pada lebar celah antara cm, 4 cm, dan 6 cm dapat dilihat bahwa temperatur maksimal yang dicapai pada lebar celah 6 cm relatif lebih kecil dari temperatur yang dicapai pada lebar celah cm, dan 4 cm. Selain itu, waktu tercapainya temperatur maksimal pada lebar celah 6 cm relatif lebih lama jika dibandingkan dengan lebar celah yang lebih kecil. Hal ini dikarenakan pada lebar celah 6 cm menyerap panas lebih banyak jika dibandingkan lebar celah yang lebih kecil. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar lebar celah maka temperatur maksimal yang dicapai semakin kecil. Sedangkan besar energi yang diserap dan dilepaskan thermal mass dihitung dengan metode Simpson, sehingga didapatkan hasil sebagai berikut: Tabel. Energi yang diserap dan dilepaskan thermal mass. Lebar celah (cm) Energi diserap (MJoule) Energi dilepas (MJoule) 8, , , ,184 5, ,56 6, ,648 5, ,14 8, ,7459 6, ,98 6,7444 Dari tabel terlihat bahwa semakin besar lebar celah maka energi yang diserap atau dilepas semakin besar. Akan tetapi terjadi beberapa penyimpangan. Hal ini disebabkan temperatur udara sebelum thermal mass sering mengalami penurunan akibat fluktuasi radiasi matahari. Analisa temperatur dapat dilakukan dengan melihat perbedaan temperatur udara masuk bed pengering dan temperatur lingkungan terhadap radiasi matahari pada gambar berikut: 5 Perbedaan temperatur ( C) Hari ke-1 Hari ke- Hari ke Radiasi matahari (W/m ) Gambar 18 Grafik perbedaan temperatur udara masuk bed pengering dan temperatur lingkungan terhadap radiasi matahari sebelum penggunaan thermal mass. Pada gambar di atas terlihat bahwa sebelum penggunaan thermal mass terjadi perbedaan temperatur yang meningkat seiring meningkatnya intensitas radiasi matahari. Setelah intensitas radiasi mencapai puncaknya dan mulai menunjukkan penurunan, perbedaan temperatur juga mengalami penurunan sampai pada posisi seperti awalnya. Pola yang sama juga terjadi untuk hari ke- dan hari ke-. Hal ini 89
11 menunjukkan bahwa perbedaan temperatur yang terjadi antara udara masuk bed pengering dengan temperatur lingkungan sebelum penggunaan thermal mass mengikuti pola intensitas radiasi yang terjadi. 18 Perbedaan temperatur ( C) Hari ke-1 Hari ke- Hari ke Radiasi matahari (W/m) Gambar 19 Grafik perbedaan temperatur udara masuk bed pengering dan temperatur lingkungan terhadap radiasi matahari untuk lebar celah thermal mass cm. Perbedaan temperatur ( C) Hari ke-1 Hari ke- Hari ke Radiasi matahari (W/m) Gambar Grafik perbedaan temperatur udara masuk bed pengering dan temperatur lingkungan terhadap radiasi matahari untuk lebar celah thermal mass 4 cm. 18 Perbedaan temperatur ( C) Hari ke-1 Hari ke- Hari ke Radiasi matahari (W/m) Gambar 1 Grafik perbedaan temperatur udara masuk bed pengering dan temperatur lingkungan terhadap radiasi matahari untuk lebar celah thermal mass 6 cm. Pada gambar 19 sampai 1 terlihat bahwa setelah penggunaan thermal mass perbedaan temperatur udara panas mengalami kenaikan jika dibandingkan dengan tanpa penggunaan thermal mass. Perbedaan temperatur yang cukup kecil terjadi pada hari ke-1. Hal ini disebabkan karena thermal mass belum sempat menyimpan panas sebelumnya karena baru dipasang. Kemudian perbedaan temperatur meningkat seiring dengan meningkatnya radiasi matahari, sehingga terjadi perbedaan temperatur 9
12 yang cukup besar. Ketika intensitas radiasi matahari mulai berkurang, temperatur udara panas cenderung tetap, sehingga perbedaan temperatur juga cenderung tetap. Memasuki hari ke-, perbedaan temperatur diawali dengan nilai yang lebih besar dibanding hari ke-1. Hal ini disebabkan thermal mass telah mengalami pemanasan pada hari pertama dan sisa energi panas masih ada ketika memasuki hari ke-. Selanjutnya pola yang sama berlaku untuk hari ke-. Dari hasil tersebut diperoleh bahwa setelah penggunaan thermal mass pada alat pengering, terjadi perbedaan temperatur yang cukup besar antara temperatur udara setelah thermal mass (temperatur masuk bed pengering) dengan temperatur lingkungan, meskipun intensitas radiasi matahari mengalami penurunan pada malam hari. PENUTUP Berdasarkan hasil dan pembahasan disimpulkan hal-hal sebagai berikut: 1. Penggunaan thermal mass mampu mempertahankan temperatur aliran udara meskipun terjadi fluktuasi intensitas radiasi matahari. Sedangkan pada saat sebelum penggunaan thermal mass, temperatur aliran udara berubah mengikuti perubahan intensitas radiasi matahari.. Penggunaan thermal mass mampu menurunkan temperatur maksimum udara panas ketika memasuki bed pengering sebesar 1 o C 17 o C, dan berhasil mempertahankan temperatur udara yang masuk bed pengering diatas o C sampai pukul :.. Semakin besar lebar celah haet storage, maka temperatur maksimal yang dicapai semakin kecil, dan energi yang diserap juga semakin kecil. 4. Pengujian dengan menutup pintu masuk menuju thermal mass pada malam hari memperlihatkan penurunan temperatur lebih lambat pada udara yang memasuki bed pengering. Rekomendasi penulis untuk lebih mendalami efek thermal mass: 1. Penelitian ini dapat dilanjutkan dengan meneliti pengaruh variasi jenis material thermal mass terhadap temperatur udara panas yang dihasilkan.. Perlu dilakukan penelitian mengenai desain sistem saluran dan ruang pengering pada solar crop dryer sehingga dapat mengurangi kerugian panas yang terjadi. DAFTAR PUSTAKA Anonymous,. LM5 Precision Centigrade Temperature Sensors. National Semiconductor Corporation, Americas. Dincer, I.,. On Thermal Energy Storage Systems and Applications in Buildings. Energy and Buildings 4 () 77-88, Elsevier Science B. V. Duffie, John, A., Solar Engineering of Thermal Processes. John Willey & Sons, Singapore. Holman, J.P Heat Transfer. Sixth Edition, McGraw-Hill, Ltd. Jasjfi, E. (penterjemah) Perpindahan Kalor. Penerbit Erlangga, Jakarta. Jensen, S.O., Kristensen, E.F. and Forman, T., 1. Test of a solar crop dryer. Solar Energy Centre Denmark, Danish Technological Institute and Department of Agricultural Engineering. Jensen, S.O., Kristensen, E.F., Agyei, F.G., Larsen, T. and Nketia, K.S.,. Test of solar dryers in Ghana. Solar Energy Centre Denmark. 91
13 Sarkar, M.A.R. and Saleh, T.,. Performance Study of A PV Operated Forced Convection Solar Energy Dryer. The 8th International Symposium for Renewable Energy Education, Orlando University of Florida, August 4-8,. Scanlin, D., Renner, M., Domermuth, D. and Moody, H., Improving Solar Food Dryers. Home Power 69, Department of Technology, Appalachian State University. Sokhansanj, S. Ghazanfari, A.,. Experiments on Solar Drying of Pistachio Nuts. AIC Meeting CSAE/SCGR Program, Saskatoon, Saskatchewan, Canada, July
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XI (SNTTM XI) & Thermofluid IV Universitas Gadjah Mada (UGM), Yogyakarta, Oktober 2012
1 2 3 4 Pengaruh Konveksi Paksa Terhadap Unjuk Kerja Ruang Pengering Pada Alat Pengering Kakao Tenaga Surya Pelat Bersirip Longitudinal Harmen 1* dan A. Muhilal 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik,
Lebih terperinciPENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3845 PENGARUH BAHAN INSULASI TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA TANGKI PENYIMPANAN AIR UNTUK SISTEM PEMANAS AIR BERBASIS SURYA
Lebih terperinciPEMBUATAN ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP PRISMA SEGITIGA
Pembuatan Alat Pengering Surya PEMBUATAN ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP PRISMA SEGITIGA Salomo 1, M. Ginting 2, R. Akbar 3 ABSTRAK Telah dibuat alat pengering
Lebih terperinciSISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN. Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan
SISTEM PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNGAN Fatmawati, Maksi Ginting, Walfred Tambunan Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN
Studi Eksperimental Pengaruh Sudut Kemiringan... (Nabilah dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH SUDUT KEMIRINGAN TERHADAP PERPINDAHAN KALOR PADA MODUL PHOTOVOLTAIC UNTUK MENINGKATKAN DAYA KELUARAN Inas Nabilah
Lebih terperinciPENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB
No. 31 Vol. Thn. XVI April 9 ISSN: 854-8471 PENGHITUNGAN EFISIENSI KOLEKTOR SURYA PADA PENGERING SURYA TIPE AKTIF TIDAK LANGSUNG PADA LABORATORIUM SURYA ITB Endri Yani Jurusan Teknik Mesin Universitas
Lebih terperinciTEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS
TEKNOLOGI PEMANAS AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR TIPE TRAPEZOIDAL BERPENUTUP DUA LAPIS Ayu Wardana 1, Maksi Ginting 2, Sugianto 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika 2 Dosen Bidang Energi Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciPerformansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 5 No.1. April 2011 (98-102) Performansi Kolektor Surya Tubular Terkonsentrasi Dengan Pipa Penyerap Dibentuk Anulus Dengan Variasi Posisi Pipa Penyerap Made Sucipta, Ketut
Lebih terperinciPENGARUH LAJU ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFISIENSI TERMAL PADA KOLEKTOR PANAS MATAHARI JENIS PLAT DATAR
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 217 Page 64 PENGARUH LAJU ALIRAN FLUIDA TERHADAP EFISIENSI TERMAL PADA KOLEKTOR PANAS MATAHARI JENIS PLAT DATAR EFFECT OF FLUID FLOW RATE
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE-V
STUDI EKSPERIMENTAL PERFORMANSI KOLEKTOR SURYA ABSORBER GELOMBANG TIPE-V Oleh : REZA ARDIANSYAH 2015 100 033 Pembimbing : Prof. Dr. Ir. DJATMIKO ICHSANI, M.Eng OUTLINE LATAR BELAKANG PERUMUSAN, batasan
Lebih terperinciKarakteristik Pengering Energi Surya Menggunakan Absorber Porus Dengan Ketebalan 12 cm
Rekayasa dan Aplikasi Mesin di Industri Karakteristik Pengering Energi Surya Menggunakan Absorber Porus Dengan Ketebalan 12 cm Agustinus Jati Pradana, I Gusti Ketut Puja Jurusan Mesin Fakultas Sains dan
Lebih terperinciAnalisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin CakraM Vol. 4 No.1. April 2010 (7-15) Analisa Performa Kolektor Surya Pelat Datar Bersirip dengan Aliran di Atas Pelat Penyerap I Gst.Ketut Sukadana, Made Sucipta & I Made Dhanu
Lebih terperinciStudi Alat Destilasi Surya Tipe Basin Tunggal Menggunakan Kolektor Pemanas
Studi Alat Destilasi Surya Tipe Basin Tunggal Menggunakan Kolektor Pemanas Mulyanef Jurusan Teknik Mesin Universitas Bung Hatta, Padang-Indonesia Email : smulyanef@yahoo.com Abstract Experimental investigation
Lebih terperinciPENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI
PENGUJIAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR UNTUK PEMANAS AIR LAUT DENGAN MEMBANDINGKAN PERFORMANSI KACA SATU DENGAN KACA BERLAPIS KETEBALAN 5MM SKRIPSI Skripsi Yang Diajukan Untuk Melengkapi Syarat Memperoleh
Lebih terperinciPENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING
PENINGKATAN KUALITAS PENGERINGAN IKAN DENGAN SISTEM TRAY DRYING Bambang Setyoko, Seno Darmanto, Rahmat Program Studi Diploma III Teknik Mesin Fakultas Teknik UNDIP Jl. Prof H. Sudharto, SH, Tembalang,
Lebih terperinciKARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK (KAJIAN PUSTAKA)
KARAKTERISTIK KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR DENGAN VARIASI JARAK (KAJIAN PUSTAKA) CHARACTERISTICS OF FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR BECAUSE OF VARIATION DISTANCE (LITERATUR RIVIEW) Muhamad Jafri Staf Pengajar
Lebih terperinciPOTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA
Prosiding Seminar Nasional AVoER ke-3 POTENSI PENGGUNAAN KOMPOR ENERGI SURYA UNTUK KEBUTUHAN RUMAH TANGGA KMT-8 Marwani Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya, Palembang Prabumulih
Lebih terperinciPEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR
PEMANFAATAN ENERGI SURYA UNTUK MEMANASKAN AIR MENGGUNAKAN KOLEKTOR PARABOLA MEMAKAI CERMIN SEBAGAI REFLEKTOR Nafisha Amelya Razak 1, Maksi Ginting 2, Riad Syech 2 1 Mahasiswa Program S1 Fisika 2 Dosen
Lebih terperinciStudi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca
JURNAL TEKNIK POMITS Vol.,, (03) ISSN: 337-3539 (30-97 Print) B-30 Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca Indriyati Fanani Putri, Ridho Hantoro,
Lebih terperinciStudi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2301-9271 1 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup Edo Wirapraja, Bambang
Lebih terperinciSUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON
SUDUT PASANG SOLAR WATER HEATER DALAM OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI DI DAERAH CILEGON Caturwati NK, Agung S, Chandra Dwi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Jl. Jend. Sudirman
Lebih terperinciANALISIS PERFORMANSI ABSORBER V-GROOVE SISTEM SOLAR DRYING PERFORMANCE ANALYSIS V-GROOVE OF SOLAR DRYING SYSTEM
ANALISIS PERFORMANSI ABSORBER V-GROOVE SISTEM SOLAR DRYING PERFORMANCE ANALYSIS V-GROOVE OF SOLAR DRYING SYSTEM Bayu Setiawan, M.Ramdlam Kirom 2, Amaliyah R.I.U 3 1,2,3 Prodi S1 Teknik Fisika, Fakultas
Lebih terperinciAnalisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin Difusi Absorpsi
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 3, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print B-394 Analisa Performa Kolektor Surya Tipe Parabolic Trough Sebagai Pengganti Sumber Pemanas Pada Generator Sistem Pendingin
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T in = 30 O C. 2. Temperatur udara keluar kolektor (T out ). T out = 70 O C.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Spesifikasi Alat Pengering Surya Berdasarkan hasil perhitungan yang dilakukan pada perancangan dan pembuatan alat pengering surya (solar dryer) adalah : Desain Termal 1.
Lebih terperinciJURNAL IPTEKS TERAPAN Research of Applied Science and Education V9.i1 (1-10)
RANCANG BANGUN DAN KAJI EKSPERIMENTAL UNJUK KERJA PENGERING SURYA TERINTEGRASI DENGAN TUNGKU BIOMASSA UNTUK MENGERINGKAN HASIL-HASIL PERTANIAN Muhammad Yahya Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi
Lebih terperinciAnalisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip
Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Vol. 4 No.2. Oktober 2010 (88-92) Analisis Performa Kolektor Surya Pelat Bersirip Dengan Variasi Luasan Permukaan Sirip Made Sucipta, I Made Suardamana, Ketut Astawa Jurusan
Lebih terperinciBAB IV. HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA
BAB IV HASIL PENGUJIAN dan PENGOLAHAN DATA Data hasil pengukuran temperatur pada alat pemanas air dengan menggabungkan ke-8 buah kolektor plat datar dengan 2 buah kolektor parabolic dengan judul Analisa
Lebih terperinciRANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA
KMT-3 RANCANG BANGUN ALAT PENGERING UBI KAYU TIPE RAK DENGAN MEMANFAATKAN ENERGI SURYA Ismail Thamrin, Anton Kharisandi Jurusan Teknik Mesin Universitas Sriwijaya Jl.Raya Palembang-Prabumulih KM.32. Kec.
Lebih terperinciPengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar
JURNA TEKNIK MESIN Vol. 3, No. 2, Oktober 2001: 52 56 Pengaruh Jarak Kaca Ke Plat Terhadap Panas Yang Diterima Suatu Kolektor Surya Plat Datar Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik
Lebih terperinciAnalisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV Analisa Performansi Kolektor Surya Pelat Bergelombang untuk Pengering Bunga Kamboja Ketut Astawa1, Nengah Suarnadwipa2, Widya Putra3 1.2,3
Lebih terperinciPENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA
PENGUJIAN MESIN PENGERING KAKAO ENERGI SURYA Tekad Sitepu Departemen Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Sumatera Utara ABSTRAK Pengembangan mesin-mesin pengering tenaga surya dapat membantu untuk
Lebih terperinciWAKTU PENGERINGAN ANTARA 2 ALAT PENGERING GABAH DENGAN DAN TANPA MENGGUNAKAN KOLEKTOR SEKUNDER
WAKTU PENGERINGAN ANTARA 2 ALAT PENGERING GABAH DENGAN DAN TANPA MENGGUNAKAN KOLEKTOR SEKUNDER THE DRYING TIME BETWEEN 2 GRAIN DRYER TOOLS WITH AND WITHOUT USING SECONDARY COLLECTOR Doddy Suanggana 1,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Kalibrasi Kalibrasi dilakukan untuk termokopel yang berada pada HTF, PCM dan permukaan kolektor. Hasil dari kalibrasi tiap termokopelnya disajikan pada Tabel 4.1,
Lebih terperinciLingga Ruhmanto Asmoro NRP Dosen Pembimbing: Dedy Zulhidayat Noor, ST. MT. Ph.D NIP
RANCANG BANGUN ALAT PENGERING IKAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT GELOMBANG DENGAN PENAMBAHAN CYCLONE UNTUK MENINGKATKAN KAPASITAS ALIRAN UDARA PENGERINGAN Lingga Ruhmanto Asmoro NRP. 2109030047 Dosen
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengujian Tanpa Beban Untuk mengetahui profil sebaran suhu dalam mesin pengering ERK hibrid tipe bak yang diuji dilakukan dua kali percobaan tanpa beban yang dilakukan pada
Lebih terperinciTEKNOLOGI ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING
TEKNOLOGI ALAT PENGERING SURYA UNTUK HASIL PERTANIAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING Maksi Ginting, Salomo, Egi Yuliora Jurusan Fisika-Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Riau
Lebih terperinciRancang Bangun Alat Pengering Pakan Ikan Dengan Sistem Pemanas Konveksi Paksa
POLITEKNOSAINS, Vol. XVII, No 1, Maret 2018 55 Rancang Bangun Alat Pengering Pakan Ikan Dengan Sistem Pemanas Konveksi Paksa Yusuf Program Studi Perawatan dan Perbaikan Mesin, Politeknik Negeri Ketapang
Lebih terperinciPeningkatan Efisiensi Absorbsi Radiasi Matahari pada Solar Water Heater dengan Pelapisan Warna Hitam
Peningkatan Efisiensi Absorbsi Radiasi Matahari pada Solar Water Heater dengan Pelapisan Warna Hitam NK. Caturwati 1)*, Yuswardi Y. 2), Nino S. 3) 1, 2, 3) Jurusan Teknik Mesin Universitas Sultan Ageng
Lebih terperinciANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR
ANALISIS PERFORMANSI MODEL PENGERING GABAH POMPA KALOR Budi Kristiawan 1, Wibowo 1, Rendy AR 1 Abstract : The aim of this research is to analyze of rice heat pump dryer model performance by determining
Lebih terperinciPENENTUAN EFISIENSI DARI ALAT PENGERING SURYA TIPE KABINET BERPENUTUP KACA
PENENTUAN EFISIENSI DARI ALAT PENGERING SURYA TIPE KABINET BERPENUTUP KACA Meilisa, Maksi Ginting, Antonius Surbakti Mahasiswa Program S1 Fisika Bidang Fisika Energi Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN WARNA PELAT KOLEKTOR SURYA BERLUBANG TERHADAP EFISIENSI DI DALAM SEBUAH WIND TUNNEL
PENGARUH KECEPATAN ANGIN DAN WARNA PELAT KOLEKTOR SURYA BERLUBANG TERHADAP EFISIENSI DI DALAM SEBUAH WIND TUNNEL Irwin Bizzy, Dendi Dwi Saputra, Muhammad Idris Dwi Novarianto Jurusan Teknik Mesin Fakultas
Lebih terperinciPERFORMANCE ANALYSIS OF FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR WITH ADDITION OF DIFFERENT DIAMETER PERFORATED FINS ARE COMPILED BY STAGGERED
PERFORMANCE ANALYSIS OF FLAT PLATE SOLAR COLLECTOR WITH ADDITION OF DIFFERENT DIAMETER PERFORATED FINS ARE COMPILED BY STAGGERED Author Guidance : Agus Junianto : Ketut Astawa, ST., MT Ir. Nengah Suarnadwipa,
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: ( Print) B-575
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5 No. 2 (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-575 Studi Simulasi Numerik dan Eksperimental Pengaruh Penambahan Fin Berbentuk Prisma Segitiga Tegak Lurus Aliran yang Dipasang
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan
BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Dasar Pengeringan Dari sejak dahulu pengeringan sudah dikenal sebagai salah satu metode untuk membuat agar bahan makanan menjadi awet. Prinsip dasar dari pengeringan
Lebih terperinciPERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA
PERANCANGAN TANGKI PEMANAS AIR TENAGA SURYA KAPASITAS 60 LITER DAN INSULASI TERMALNYA Rasyid Atmodigdo 1, Muhammad Nadjib 2, TitoHadji Agung Santoso 3 Program Studi S-1 Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciRadiasi ekstraterestrial pada bidang horizontal untuk periode 1 jam
Pendekatan Perhitungan untuk intensitas radiasi langsung (beam) Sudut deklinasi Pada 4 januari, n = 4 δ = 22.74 Solar time Solar time = Standard time + 4 ( L st L loc ) + E Sudut jam Radiasi ekstraterestrial
Lebih terperinciANALISA PERFORMA KOLEKTOR SURYA TIPE PARABOLIC TROUGH SEBAGAI PENGGANTI SUMBER PEMANAS PADA GENERATOR SISTEM PENDINGIN DIFUSI ABSORBSI
1 ANALISA PERFORMA KOLEKTOR SURYA TIPE PARABOLIC TROUGH SEBAGAI PENGGANTI SUMBER PEMANAS PADA GENERATOR SISTEM PENDINGIN DIFUSI ABSORBSI Ardika Oki Pratama Suwito, Sudjud Darsopuspito Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciDESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER
DESAIN SISTEM KONTROL PENGERING SURYA DAN HEATER Teguh Prasetyo Teknik Industri, Universitas Trunojoyo Jl. Raya Telang, Bangkalan, Madura, Indonesia e-mail: tyo_teguhprasetyo@yahoo.com ABSTRAK Dalam suatu
Lebih terperinciPENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA
PENGERINGAN JAGUNG (Zea mays L.) MENGGUNAKAN ALAT PENGERING DENGAN KOMBINASI ENERGI TENAGA SURYA DAN BIOMASSA R. Dure 1), F. Wenur 2), H. Rawung 3) 1) Mahasiswa Program Studi Teknik Pertanian UNSRAT 2)
Lebih terperinciOPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN
Optimalisasi Penyerapan Radiasi Matahari Pada Solar Water Heater... (Sulistyo dkk.) OPTIMALISASI PENYERAPAN RADIASI MATAHARI PADA SOLAR WATER HEATER MENGGUNAKAN VARIASI SUDUT KEMIRINGAN Agam Sulistyo *,
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE
Studi Eksperimental Pengaruh Perubahan Debit Aliran... (Kristian dkk.) STUDI EKSPERIMENTAL PENGARUH PERUBAHAN DEBIT ALIRAN PADA EFISIENSI TERMAL SOLAR WATER HEATER DENGAN PENAMBAHAN FINNED TUBE Rio Adi
Lebih terperinciPengaruh jumlah haluan pipa paralel pada kolektor surya plat datar absorber batu kerikil terhadap laju perpindahan panas
Dinamika Teknik Mesin 6 (2016) 127-133 Pengaruh jumlah haluan pipa paralel pada kolektor surya plat datar absorber batu kerikil terhadap laju perpindahan panas M. Wirawan*, R. Kurniawan, Mirmanto Teknik
Lebih terperinciAnalisa Performansi Kolektor Surya Plat Datar Dengan Penambahan Sirip Berlubang Berdiameter Berbeda Yang Disusun Secara Staggered
Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. 6 No. 2, April 2017 (205 210) Analisa Performansi Kolektor Surya Plat Datar Dengan Penambahan Sirip Berlubang Berdiameter Berbeda Yang Disusun Secara Staggered
Lebih terperinciPerbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar
JURNAL TEKNIK MESIN Vol., No. 1, April : 68-7 Perbandingan Konfigurasi Pipa Paralel dan Unjuk Kerja Kolektor Surya Plat Datar Terhadap Ekadewi Anggraini Handoyo Dosen Fakultas Teknik, Jurusan Teknik Mesin
Lebih terperinciAnalisa Pengaruh Variasi Diameter Receiver Dan Intensitas Cahaya Terhadap Efisiensi Termal Model Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (212) 1-5 1 Analisa Pengaruh Variasi Diameter Receiver Dan Intensitas Cahaya Terhadap Efisiensi Termal Model Kolektor Surya Tipe Linear Parabolic Concentrating Hendra
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Alat Pengering Yang Digunakan Deskripsi alat pengering yang digunakan dalam penelitian ini adalah : Desain Termal 1. Temperatur udara masuk kolektor (T in ). T
Lebih terperinciGambar 2. Profil suhu dan radiasi pada percobaan 1
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengaruh Penggunaan Kolektor Terhadap Suhu Ruang Pengering Energi surya untuk proses pengeringan didasarkan atas curahan iradisai yang diterima rumah kaca dari matahari. Iradiasi
Lebih terperinciRANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.3 Desember 2017 Page 3837 RANCANG BANGUN TEMPORARY AIR CONDITIONER BERBASIS PENYIMPANAN ENERGI TERMAL ES DESIGN AND CONSTRUCTION OF TEMPORARY AIR
Lebih terperinciANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN PANAS DAN PENGERINGAN PADA MESIN PENGERING BERBAHAN BAKAR GAS DENGAN VARIABEL TEMPERATUR LINGKUNGAN
Flywheel: Jurnal Teknik Mesin Untirta Vol. IV, No., April 208, hal. 34-38 FLYWHEEL: JURNAL TEKNIK MESIN UNTIRTA Homepagejurnal: http://jurnal.untirta.ac.id/index.php/jwl ANALISA TERMODINAMIKA LAJU PERPINDAHAN
Lebih terperinciMENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH. Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK
112 MENENTUKAN JUMLAH KALOR YANG DIPERLUKAN PADA PROSES PENGERINGAN KACANG TANAH Oleh S. Wahyu Nugroho Universitas Soerjo Ngawi ABSTRAK Dalam bidang pertanian dan perkebunan selain persiapan lahan dan
Lebih terperinciPEMBUATAN KOLEKTOR PELAT DATAR SEBAGAI PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN JUMLAH PENUTUP SATU LAPIS DAN DUA LAPIS
PEMBUATAN KOLEKTOR PELAT DATAR SEBAGAI PEMANAS AIR ENERGI SURYA DENGAN JUMLAH PENUTUP SATU LAPIS DAN DUA LAPIS D. Hayati 1, M. Ginting 2, W. Tambunan 3. 1 Mahasiswa Program Studi S1 Fisika 2 Bidang Konversi
Lebih terperinciUJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO
UJI KINERJA ALAT PENGERING LORONG BERBANTUAN POMPA KALOR UNTUK MENGERINGKAN BIJI KAKAO Oleh M. Yahya Dosen Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Padang Abstrak Indonesia merupakan
Lebih terperinciANALISA KOMPONEN KOLEKTOR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI TENAGA SURYA DENGAN VARIASI SUDUT KOLEKTOR 0 0 DAN 30 0
ANALISA KOMPONEN KOLEKTOR PADA MESIN PENDINGIN SIKLUS ADSORPSI TENAGA SURYA DENGAN VARIASI SUDUT KOLEKTOR 0 0 DAN 30 0 Skripsi yang Diajukan untuk Melengkapi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Oleh:
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN FLUIDA TERHADAP EFISIENSI TERMAL PADA KOLEKTOR PANAS MATAHARI PLAT DATAR ALIRAN PARALEL
ISSN : 2355-9365 e-proceeding of Engineering : Vol.4, No.1 April 217 Page 786 PENGARUH KECEPATAN FLUIDA TERHADAP EFISIENSI TERMAL PADA KOLEKTOR PANAS MATAHARI PLAT DATAR ALIRAN PARALEL EFFECT OF FLOW RATE
Lebih terperinciPemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi
Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi Lia Laila Prodi Teknologi Pengolahan Sawit, Institut Teknologi dan Sains Bandung Abstrak. Sistem pengondisian udara dibutuhkan untuk
Lebih terperinciPreparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System
Spektra: Jurnal Fisika dan Aplikasinya, Vol. XI No.1 Mei 2011 Preparasi pengukuran suhu kolektor surya dan fluida kerja dengan Datapaq Easytrack2 System Handjoko Permana a, Hadi Nasbey a a Staf Pengajar
Lebih terperinciLampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas
LAMPIRAN 49 Lampiran 1. Perhitungan kebutuhan panas 1. Jumlah Air yang Harus Diuapkan = = = 180 = 72.4 Air yang harus diuapkan (w v ) = 180 72.4 = 107.6 kg Laju penguapan (Ẇ v ) = 107.6 / (32 x 3600) =
Lebih terperinciPEMODELAN DAN SIMULASI PERPINDAHAN PANAS PADAKOLEKTOR SURYA PELAT DATAR
ISSN 2302-0180 7 Pages pp. 32-38 PEMODELAN DAN SIMULASI PERPINDAHAN PANAS PADAKOLEKTOR SURYA PELAT DATAR Faisal Amir 1, Ahmad Syuhada 2, Hamdani 2 1) Magister Ilmu Hukum Banda Aceh 2) Fakultas Hukum Universitas
Lebih terperinciPengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (215 ISSN: 2337-3539 (231-9271 Print B-31 Pengaruh Sudut Kemiringan Kolektor Surya Pelat Datar terhadap Efisiensi Termal dengan Penambahan Eksternal Annular Fin pada Pipa
Lebih terperinciKARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER
KARAKTERISTIK PENGERINGAN COKLAT DENGAN MESIN PENGERING ENERGI SURYA METODE PENGERINGAN THIN LAYER SKRIPSI Skripsi yang Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Oleh : DAVID TAMBUNAN
Lebih terperinciJURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print)
B-62 Studi Eksperimental Pengaruh Laju Aliran Air terhadap Efisiensi Thermal pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa Sandy Pramirtha dan Bambang Arip Dwiyantoro
Lebih terperinciPENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR
Peningkatan Kapasitas Pemanas Air Kolektor Pemanas Air Surya PENINGKATAN KAPASITAS PEMANAS AIR KOLEKTOR PEMANAS AIR SURYA PLAT DATAR DENGAN PENAMBAHAN BAHAN PENYIMPAN KALOR Suharti 1*, Andi Hasniar 1,
Lebih terperinciPEMBUAT TANGKI PENYIMPAN AIR PANAS TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BAHAN SERBUK GERGAJI BATANG KELAPA SEBAGAI ISOLATOR
PEMBUAT TANGKI PENYIMPAN AIR PANAS TENAGA SURYA MENGGUNAKAN BAHAN SERBUK GERGAJI BATANG KELAPA SEBAGAI ISOLATOR Nazaruddin,*), Iskandar ) ) Jurusan Teknik Mesin Universitas Samudra *Email: nazaruddin@unsam.ac.id
Lebih terperinciKAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN
KAJI EKSPERIMENTAL ALAT UJI KONDUKTIVITAS TERMAL BAHAN Afdhal Kurniawan Mainil Program Studi Teknik Mesin Universitas Bengkulu e-mail: Afdhal_km@yahoo.com Abstract Based on heat transfer properties, materials
Lebih terperinciPengaruh Cuaca Berawan terhadap Pengeringan Kelapa Kukur sebagai Bahan Kelapa Gongseng dengan Sistem Solar Drying
Pengaruh Cuaca Berawan terhadap Pengeringan Kelapa Kukur sebagai Bahan Kelapa Gongseng dengan Sistem Solar Drying Dinni Agustina, Ratna Sary dan Muhammad Iqbal Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS
PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS Nawawi Juhan 1 1 Jurusan Teknik Mesin, Politeknik Negeri Lhokseumawe *Email:
Lebih terperinciSTUDI EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN LAPISAN AIR PENDINGIN TERHADAP DAYA KELUARAN MODUL PHOTOVOLTAIC MONOCRYSTALLINE
Studi Eksperimen Pengaruh Ketebalan Lapisan Air Pendingin... (Baihaqi dkk.) STUDI EKSPERIMEN PENGARUH KETEBALAN LAPISAN AIR PENDINGIN TERHADAP DAYA KELUARAN MODUL PHOTOVOLTAIC MONOCRYSTALLINE Ikhsan Baihaqi
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISA
BAB IV HASIL DAN ANALISA 4.1 Hasil dan Analisa pengujian Pengujian yang dilakukan menghasilkan data data berupa waktu, temperatur ruang cool box, temperatur sisi dingin peltier, dan temperatur sisi panas
Lebih terperinciAGROTECHNO Volume 1, Nomor 1, April 2016, hal
Karakteristik Pengeringan Biji Kopi dengan Pengering Tipe Bak dengan Sumber Panas Tungku Sekam Kopi dan Kolektor Surya Characteristic Drying of Coffee Beans Using a Dryer with the Heat Source of Coffe
Lebih terperinciPerformansi thermal sistem pengering pakaian aliran paksa dan aliran alami memanfaatkan energi pembakaran LPG
Jurnal Ilmiah TEKNIK DESAIN MEKANIKA Vol. No. Juni 2016 (1-6) Performansi thermal sistem pengering pakaian aliran paksa dan aliran alami memanfaatkan energi pembakaran LPG A A Gde Ngurah Agung, Hendra
Lebih terperinciANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA
ANALISA KARAKTERISTIK ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR PALUNG PARABOLA Walfred Tambunan 1), Maksi Ginting 2, Antonius Surbakti 3 Jurusan Fisika FMIPA Universitas Riau Pekanbaru 1) e-mail:walfred_t@yahoo.com
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama
38 III. METODELOGI PENELITIAN 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini berlangsung dalam 2 (dua) tahap pelaksanaan. Tahap pertama adalah pembuatan alat yang dilaksanakan di Laboratorium Mekanisasi
Lebih terperinciANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA KOLEKTOR PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN TURBULENCE ENHANCER
ANALISIS PERPINDAHAN PANAS PADA KOLEKTOR PEMANAS AIR TENAGA SURYA DENGAN TURBULENCE ENHANCER Nizar Ramadhan 1, Sudjito Soeparman 2, Agung Widodo 3 1, 2, 3 Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Lebih terperinciDisusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST, MT, Ph.D.
ANALISIS KENERJA OVEN PENGERING JAMUR TIRAM PUTIH BERBAHAN BAKAR LPG DENGAN VERIASI KEMIRINGAN SUDUT ALIRAN DALAM OVEN Disusun Oleh : REZA HIDAYATULLAH 2108 030 022 Pembimbing : Dedy Zulhidayat Noor, ST,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
32 BB III METODOLOGI PENELITIN Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah pengujian eksperimental terhadap lat Distilasi Surya dengan menvariasi penyerapnya dengan plastik hitam dan aluminium foil.
Lebih terperinciPEMANAS AIR SURYA Pembuatan, Instalasi dan Pengujian Lapangan
PEMANAS AIR SURYA Pembuatan, Instalasi dan Pengujian Lapangan TUGAS SARJANA Karya ilmiah sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik dari Institut Teknologi Bandung Oleh Rahadian Effendi
Lebih terperinciPENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION
PENGUJIAN THERMAL ALAT PENGERING PADI DENGAN KONSEP NATURAL CONVECTION IGNB. Catrawedarma Program Studi Teknik Mesin, Politeknik Negeri Banyuwangi Email: ngurahcatra@yahoo.com Jefri A Program Studi Teknik
Lebih terperinciPerformansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor
B-68 Performansi Kolektor Surya Pemanas Air dengan Penambahan External Helical Fins pada Pipa dengan Variasi Sudut Kemiringan Kolektor Dendi Nugraha dan Bambang Arip Dwiyantoro Jurusan Teknik Mesin, Fakultas
Lebih terperinciPEMBUATAN ALAT PENGERING SURYA TIPE KABINET BERPENUTUP KACA DAN PLASTIK TRANSPARAN
PEMBUATAN ALAT PENGERING SURYA TIPE KABINET BERPENUTUP KACA DAN PLASTIK TRANSPARAN Nurhaili (1), Maksi Ginting (2), Usman Malik (2) 1 Mahasiswa Jurusan Fisika 2 Dosen Jurusan Fisika Fakultas Matematika
Lebih terperinciKata kunci : PATS, PCM, TES, HTF, paraffin wax, proses charging
Banjarmasin, 7-8 Oktober 25 Studi Eksperimental Penyimpanan Energi Termal pada Tangki Pemanas Air Tenaga Surya yang Berisi PCM Muhammad Nadjib, a *, Sukamta, b, Novi Caroko, c dan Tito Hadji A.S.,d Jurusan
Lebih terperinciALAT PENGERING SINGKONG TENAGA SURYA TIPE KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING
ALAT PENGERING SINGKONG TENAGA SURYA TIPE KOLEKTOR BERPENUTUP MIRING Maksi Ginting, Minarni,Walfred Tambunan, Egi Yuliora Jurusan Fisika, FMIPA Universitas RiauKampus bina Widya, Abstrak. Sistem pengering
Lebih terperinciSTUDI PERFORMANSI ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR STUDY OF WATER HEATER PERFORMANCE USING FLAT PLAT SOLAR COLLECTOR
STUDI PERFORMANSI ALAT PEMANAS AIR DENGAN MENGGUNAKAN KOLEKTOR SURYA PLAT DATAR STUDY OF WATER HEATER PERFORMANCE USING FLAT PLAT SOLAR COLLECTOR Darwin 1*), Hendri Syah 1), Sujan Yadi 1) 1) Program Studi
Lebih terperinciPENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP PRODUKTIVITAS AIR KONDENSAT PADA PERALATAN DESTILASI
ISSN 2087-3581 PENGARUH KECEPATAN ANGIN TERHADAP PRODUKTIVITAS AIR KONDENSAT PADA PERALATAN DESTILASI ABSTRACT Hendro Maxwell Sumual 1 With the condition of water shortage in some areas that occurred in
Lebih terperinciPENGARUH PELAT PENYERAP GANDA MODEL GELOMBANG DENGAN PENAMBAHAN REFLECTOR TERHADAP KINERJA SOLAR WATER HEATER SEDERHANA Ismail N.
PENGARUH PELAT PENYERAP GANDA MODEL GELOMBANG DENGAN PENAMBAHAN REFLECTOR TERHADAP KINERJA SOLAR WATER HEATER SEDERHANA Ismail N.R * Abstrak Telah banyak dilakukan usaha meningkatkan kinerja solar water
Lebih terperinciPengaruh Jarak Pitch Longitudinal Pengganggu Aliran Tersusun Staggered Terhadap Performa Kolektor Surya Pemanas Udara Made Sucipta *, I Putu Surya Pandita, Ketut Astawa Jurusan Teknik Mesin, Universitas
Lebih terperinciSIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT
SIMULASI DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA SUATU RUANGAN BERATAP GENTENG BERBAHAN KOMPOSIT PLASTIK-KARET MENGGUNAKAN ANSYS FLUENT SKRIPSI Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik
Lebih terperinciKarakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas
Karakteristik Pengering Surya (Solar Dryer) Menggunakan Rak Bertingkat Jenis Pemanasan Langsung dengan Penyimpan Panas dan Tanpa Penyimpan Panas Azridjal Aziz Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas
Lebih terperinciPengujian Performa Sistem Pendingin Absorpsi dengan Energi Panas Matahari di Universitas Indonesia Depok
Pengujian Performa Sistem Pendingin Absorpsi dengan Energi Panas Matahari di Universitas Indonesia Depok M.I.Alhamid1,a, Harinaldi1,b, Nasruddin1,c, Budihardjo1,d, Arnas Lubis1,f, Yusvardi Yusuf2,e* 1.
Lebih terperinciStudi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) B-204 Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup
Lebih terperinciKata kunci : PATS, PCM, TES, HTF, paraffin wax, proses charging
Banjarmasin, 7-8 Oktober 25 Studi Eksperimental Penyimpanan Energi Termal pada Tangki Pemanas Air Tenaga Surya yang Berisi PCM Muhammad Nadjib, a *, Sukamta, b, Novi Caroko, c dan Tito Hadji A.S.,d Jurusan
Lebih terperinci