PENGUJIAN BERLAKUNYA PURCHASING POWER PARITY DARI LIMA MATA UANG ASIA TERHADAP DOLAR AMERIKA
|
|
- Fanny Chandra
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 70 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016 PENGUJIAN BERLAKUNYA PURCHASING POWER PARITY DARI LIMA MATA UANG ASIA TERHADAP DOLAR AMERIKA Oleh: Debby Berliana S 5 Dr. H. M. Kuswantoro, M.Si Samsul Arifin, SE., M.SE Prodi Ekonomi Pembangunan Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa (UNTIRTA) Serang Abstract The theory of Purchasing Power Parity is a theory that explain the relationship between inflation and exchange rates. This study test the validity of Purchasing Power Parity for the Indonesia Rupiah, the Malaysia Ringgit, the Singapore Dolar, the Thailand Baht, and the Philipines Peso versus the U.S Dolar, using the Error Correction Model period Dependent variable in this study is the exchange rates, while the independent variables are relative inflation and relative interest rates. The results of this study indicated that in the long term the theory Purchasing Power Parity to Indonesia Rupiah, Malaysia Ringgit, and Philipines Peso against U.S Dolar is applicable. And in the short term the theory of Purchasing Power Parity not apply to the Indonesia Rupiah, Malaysia Ringgit, Singapore Dollar, Thailand Baht, and Philipines Peso against U.S Dolar. Keywords: Purchasing Power Parity, Error Correction Model, Exchange Rates, Relative Inflation, Relative Interest Rate 5 Debby Berliana S, SE adalah alumni Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Prgram Studi S1 Ekonomi Pembangunan FEB-Untirta. Dr. H. M. Kuswantoro, M.Si dan Samsul Arifin, SE., M.SE adalah Dosen Tetap pada Prodi S1 Ekonomi Pembangunan Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan FEB-Untirta
2 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika 71 I. PENDAHULUAN Adanya pembentukan pasar tunggal atau yang sering disebut Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) merupakan hasil konsensus dari Negara anggota ASEAN untuk mengintegrasikan ekonomi Asia Tenggara. Masyarakat Ekonomi Asean juga dapat dikatakan sebagai suatu masa dimana Negaraneara di kawasan Asia Tenggara menjadi satu. Pembentukan MEA ini nantinya memungkinkan satu Negara menjual barang dan jasa dengan mudah ke Negara-negara lain di seluruh Asia Tenggara sehingga kompetisi akan semakin ketat. Pasar bebas di Asia Tenggara yang telah dilakukan secara bertahap mulai KTT ASEAN di Singapura pada tahun 1992 yang lalu menghasilkan bentuk realisasi berupa Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). MEA dapat memberikan berbagai dampak yaitu dampak aliran bebas bagi Negara-negara ASEAN, dampak arus bebas jasa, dampak arus bebas investasi, dampak arus tenaga kerja terampil dan dampak arus modal. Hal ini tentunya menimbulkan dampak positif maupun dampak negative bagi perekonomian masing-masing Negara-negara ASEAN. Ditengah upaya Indonesia mengejar ketertinggalan dalam persiapan menyongsong era Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), situasi makroekonomi nasional justru menghadapi turbulensi. Yakni, masih melemahnya nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (USD). Perubahan fluktuasi nilai tukar salah satunya dipengaruhi oleh inflasi relative. Kemudian munculah Teori Paritas Daya Beli yang memusatkan perhatian pada hubungan antara inflasi relative dengan nilai
3 72 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016 tukar. Teori Paritas Daya Beli merumuskan bahwa perubahan dalam nilai tukar senantiasa proporsional atau sebanding dengan perubahan rasio tingkat harga umum yang berlaku di kedua negara yang terkait (Salvatore, 1997 :51). Sebagai contoh, bila harga-harga di Amerika Serikat mengalami kenaikan tiga kali lipat dibandingkan dengan harga-harga di Indonesia, maka nilai tukar Dolar terhadap Rupiah akan mengalami kenaikan hingga tiga kali lipat. Selain inflasi relative, factor lain yang mempengaruhi nilai tukar yaitu suku bunga relative. Perubahan dalam suku bunga relative juga mempengaruhi investasi dalam sekuritas-sekuritas asing, yang selanjutnya akan mempengaruhi permintaan dan penawaran valuta asing dan nilai tukar. Jika pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) sudah didukung oleh terintegrasinya posisi ekonomi di ASEAN yang digambarkan oleh Purchasing Power Parity (PPP), tentunya akan lebih mudah perekonomian tersebut akan berjalan saling menguntungkan ketika diantara kelima pelaku di negaranya sudah terintegrasi dan dibandingkan oleh satu mata uang yaitu Dolar Amerika. Berdasarkan latar beakang masalah yang telah diuraikan di atas maka peneliti mengambil judul Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika
4 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika 73 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Landasan Teori Teori Paritas Daya Beli (Purchasing Power Parity) Gagasan dasar teori paritas daya beli lahir dari tulisan-tulisan para ekonom inggris di abad 19, salah satunya yaitu David Ricardo (penemu teori keuntungan komparatif). Teori paritas daya beli kemudian dipopulerkan oleh Gustav Cassel, seorang ekonom asal swedia yang aktif diawal abad 20 dengan menjadikan teori paritas daya beli sebagai intisari dari suatu teori kurs (Krugman, 2005:120). Teori paritas daya beli (purchasing power parity) menyatakan bahwa perubahan kurs senantiasa sebanding atau proposional dengan perubahan rasio tingkat harga umum yang berlaku di kedua negara yang terkait (Salvatore, 1997 :51). Teori Paritas Daya Beli (purchasing power parity) adalah teori nilai tukar yang menyatakan bahwa semua tingkat harga dari seluruh negara sama besarnya bila diukur dalam satuan mata uang yang sama (Krugman, 2005:121). Dalam Grisvia Agustin (2009), teori paritas daya beli ini dikatakan bahwa nilai tukar antara dua negara seharusnya sama dengan rasio dari tingkat harga di kedua negara tersebut. Sehingga jatuhnya daya beli domestik pada suatu mata uang (meningkatnya tingkat harga domestik atau meningkatnya inflasi) akan diikuti oleh depresiasi pada mata uang negara tersebut di pasar uang luar negeri. Namun, jika yang terjadi adalah sebaliknya yaitu daya beli domestik mengalami kenaikan (tingkat inflasi
5 74 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016 turun/terjadi deflasi) maka akan diikuti pula oleh apresiasi pada mata uangnya. Teori paritas daya beli menghubungkan inflasi dengan nilai tukar, dalam teori ini terdapat dua versi, yaitu: a. Versi absolut (absolut form) atau bisa juga disebut dengan hukum satu harga (law of one price) menyatakan bahwa harga barang yang sama atau identik yang terdapat pada negara yang berbeda mempunyai harga yang sama (one price) jika diukur menggunakan valuta yang sama. Jika setelah diukur menggunakan valuta yang sama terdapat perbedaan harga, maka permintaan dan penawaran pasar akan membuat harga-harga barang tersebut menjadi sama. Sebagai contoh dua barang yang sama diproduksi oleh Malaysia dan Indonesia, tetapi setelah diukur menggunakan valas yang sama terdapat perbedaan harga dimana produk Indonesia lebih murah. Maka pasar akan merespon dengan menaikkan permintaan produk Indonesia dan menurunkan permintaan produk Malaysia yang pada akhirnya akan menaikkan dan menurunkan harga barang tadi sampai mendekati atau setara antara satu sama lain. Tapi dalam kenyataannya, adanya perbedaan biaya transportasi, tarif, dan kuota yang terdapat pada kedua negara akan selalu menciptakan perbedaan harga. b. Versi relatif (relative form) yang merupakan versi alternatif dari versi absolut yang telah diterangkan di atas. Berbeda dengan versi absolut, versi relatif telah mempertimbangkan adanya ketidaksempurnaan pasar yang terdapat pada negara yang berbeda, seperti adanya perbedaan biaya
6 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika 75 transportasi, tarif, dan kuota yang dikenakan oleh negara yang bersangkutan. Oleh karena itu, harga barang yang sama yang terdapat pada negara yang berbeda akan terdapat perbedaan harga. Namun menurut versi relatif, perbedaan harga yang ada seharusnya tidak berbeda jauh selama biaya transportasi dan proteksi perdagangan tidak berubah. Sebagai ilustrasi, asumsikan bahwa dua negara awalnya memiliki tingkat inflasi nol dan nilai tukar yang berjalan di dua negara berada dalam ekuilibrium. Seiring dengan meningkatnya inflasi, nilai tukar juga harus disesuaikan untuk mengimbangi inflasi yang terjadi. Dengan adanya hal tersebut, menjadikan harga barang-barang yang terdapat di kedua negara akan tampak sama bagi konsumen dikarenakan daya beli konsumen di kedua negara tidak terlalu berbeda jauh Hubungan Antara Inflasi dengan Nilai Tukar Inflasi berkaitan dengan nilai tukar mata uang, perubahan tingkat inflasi dapat mempengaruhi permintaan mata uang di suatu negara, sehingga dapat pula mempengaruhi pola perdagangan internasional. Madura (2006:299) menjelaskan perubahan dalam laju inflasi dapat mempengaruhi aktifitas perdagangan internasional. Jika inflasi suatu negara meningkat, permintaan atas mata uang negara tersebut menurun dikarenakan ekspornya juga turun (disebabkan harga yang lebih tinggi). Selain itu, konsumen dan perusahaan dalam negara tersebut cenderung meningkatkan impor mereka. Kedua hal tersebut akan menekan inflasi
7 76 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016 yang tinggi pada mata uang suatu negara. Tingkat inflasi antar negara berbeda, sehingga pola perdagangan internasional dan nilai tukar akan berubah sesuai dengan inflasi tersebut Hubungan Antara Suku Bunga dengan Nilai Tukar Menurut Krugman (2003: 73), kenaikan suku bunga domestic akan menyebabkan apresiasi kurs suatu Negara, sedangkan kenaikan suku bunga luar negeri akan menyebabkan kurs domestic mengalami depresiasi terhadap kurs Negara lain Kerangka Pemikiran Inflasi Relatif Suku Bunga Relatif Nilai Tukar 2.3. Hipotesis Penelitian 1. Variabel inflasi relative dan suku bunga relative berpengaruh secara signifikan terhadap nilai tukar dari lima mata uang asia; yaitu Rupiah Indonesia, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, Baht Thailand, dan Peso Filipina dalam jangka panjang maupun jangka pendek. 2. Teori Purchasing Power Parity berlaku secara signifikan untuk Rupiah Indonesia, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, Baht Thailand, dan Peso Filipina terhadap Dolar Amerika dalam jangka panjang maupun jangka pendek.
8 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika 77 III. METODE PENELITIAN Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai tukar dari Rupiah Indonesia, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, Baht Thailand, dan Peso Filipina per Dolar Amerika untuk variabel dependen. Sedangkan variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini yaitu inflasi relative dan suku bunga relative. Periode penelitian ini dari dari tahun 2008:Q1-2015:Q2. Sumber data dari SEKI Bank Indonesia (BI) dan US Departement of Labor, Bureau of Labor. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif dimana merupakan suatu bentuk analisis yang menggunakan data sekunder dan dikelompokkan secara runtun waktu (time series). Model penelitian ini adalah model ekonometrik dengan model kointegrasi ECM (Error Correction Model). Tabel Operasionalisasi Variabel Variabel Penelitian Nilai Tukar (ER) Inflasi Relatif (INF) Suku Bunga Relatif (IR) Konsep Variabel Satuan Skala Ukur IDR, MYR, Rasio SGD, THB, PHP/ USD Perbandingan antara nilai mata uang suatu Negara dengan mata uang Negara lain Perbandingan inflasi antara Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina dengan Negara Amerika Serikat Perbandingan suku bunga antara Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina dengan Negara Amerika Serikat Persen Persen Rasio Rasio
9 78 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016 Kemudian dapat di bentuk persamaan model ekonometrika dalam penelitian sebagai berikut: ER = β 0 + β 1 INF + β 2 IR + ε Persamaan model jangka pendek tersebut menjadi: ECT = INF t-1 + IR t-1 ER t-1 Model jangka panjangnya adalah: ER t = β 0 + β 1 INF t + β 2 IR t + ε Sehingga persamaan model ECM menurut Engle-Granger adalah sebagai berikut: D(ER) t = β 0 + β 1 D(INF) t + β 2 D(IR) t + ECT + ε IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.2 Hasil Analisis Data Uji Stasioneritas Tabel 1 Hasil Uji Stasioneritas ADF Negara Level ER INF IR Indonesia ** *** Malaysia ** Singapura ** ** Thailand *** Filipina * *** Sumber: data diolah Eviews 8.0 Keterangan: * : stasioner dengan Critical Value 10% ** : stasioner dengan Critical Value 5% *** : stasioner dengan Critical Value 1%
10 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika 79 Secara keseluruhan, dari hasil uji akar unit untuk Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina dengan tiga variabel yang diuji dengan Augmented Dickey Fuller (ADF) dapat disimpulkan bahwa masih terdapat variabel yang tidak stasioner pada tingkat level, dikarenakan nilai ADF lebih kecil dari Critical Value. Sehingga dilanjutkan pada pengujian uji derajat integrasi. Negara Tabel 2 Hasil Uji Stasioneritas ADF 1 st difference ER INF IR Indonesia *** *** *** Malaysia *** *** *** Singapura *** *** *** Thailand * *** *** Filipina *** *** *** Sumber: data diolah Eviews 8.0 Keterangan: * : stasioner dengan Critical Value 10% ** : stasioner dengan Critical Value 5% *** : stasioner dengan Critical Value 1% Tabel tersebut dapat dilihat pada nilai ADF yang lebih besar dari nilai Critical Value, maka variabel untuk Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina dikatakan stasioner pada derajat pertama (1 st difference).
11 80 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni Uji Kointegrasi Uji kointegrasi adalah uji ada tidaknya hubungan jangka panjang antara variabel bebas dan terikat, uji ini merupakan kelanjutan dari uji akar-akar unit (Unit Root Test) dan uji derajat integrasi (Integration Test). Berikut dapat di lihat hasil dari uji kointegrasi berdasarkan tabel di bawah ini : Berikut adalah hasil pengujian kointegrasi: Tabel 3 Hasil Uji Kointegrasi Johansen Negara Trace Statistics 0.05 Critical Value Max- Eigen Statistics 0.05 Critical Value Kesimpulan Indonesia Kointegrasi Malaysia Kointegrasi Singapura Kointegrasi Thailand Kointegrasi Filipina Kointegrasi Sumber: data diolah Eviews 8.0 Dari hasil diatas dapat dilihat bahwa nilai trace statistics dari masing-masing Negara sebesar , , , dan > critical value, begitu juga dengan nilai max-eigen statistics dari masing-masing Negara sebesar , , , , dan > critical value. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan (berkointegrasi) dalam jangka panjang antara nilai tukar dan variabel-variabel yang mempengaruhinya yaitu inflasi relative dan suku bunga relative.
12 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika 81 Selanjutnya hasil estimasi model PPP dari 5 negara dalam jangka panjang adalah sebagai berikut: Tabel 4 Hasil Estimasi Jangka Pendek PPP Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina Negara C INF IR R-Squared F-statistic Indonesia Malaysia Singapura Thailand ( ) ( ) * ( ) ( ) ( ) * ( ) ( ) ( ) * ( ) * ( ) ( ) * ( ) * Filipina ( ) ( ) * ( ) *** Sumber: data diolah Eviews 8.0 Keterangan: ( ) : menunjukkan hasil t-stat untuk setiap koefisien variabel dari masing-masing Negara. * : Signifikan pada α = 1% ** : Signifikan pada α = 5% *** : Signifikan pada α = 10% Persamaan model jangka panjang PPP negara Indonesia: ER = INF IR + ε Hasil R 2 sebesar , hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi relative dan suku bunga relative dapat menjelaskan perubahan nilai tukar Rupiah sebesar 99.96% dan sisanya sebesar 0.04% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini.
13 82 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016 Hasil pengujian signifikansi variabel inflasi relative dan suku bunga relative secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar Rupiah Indonesia. Hasil signifikansi secara parsial dengan α 1% menunjukkan bahwa variabel inflasi relative berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, sedangkan variabel suku bunga relative tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah. Nilai koefisien variabel inflasi relative sebesar , dapat diartikan jika inflasi mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar Rupiah meningkat (terdepresiasi) sebesar persen. Persamaan model jangka panjang PPP Negara Malaysia: ER = INF IR + ε Hasil R 2 sebesar , hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi relative dan suku bunga relative dapat menjelaskan perubahan nilai tukar Ringgit sebesar 99.72% dan sisanya sebesar 0.28% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Hasil pengujian signifikansi variabel inflasi relative dan suku bunga relative secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar Ringgit Malaysia. Hasil signifikansi secara parsial dengan α 1% menunjukkan bahwa variabel inflasi relative berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Ringgit, sedangkan variabel suku bunga relative tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Ringgit.
14 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika 83 Nilai koefisien variabel inflasi relative sebesar , dapat diartikan jika inflasi mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar Ringgit meningkat (terdepresiasi) sebesar persen. Persamaan model jangka panjang PPP Negara Singapura: ER = INF IR + ε Hasil R 2 sebesar , hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi relative dan suku bunga relative dapat menjelaskan perubahan nilai tukar Dolar Singapura sebesar 99.53% dan sisanya sebesar 0.47% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Hasil pengujian signifikansi variabel inflasi relative dan suku bunga relative secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar Dolar Singapura. Hasil signifikansi secara parsial dengan α 1% menunjukkan bahwa variabel inflasi relative dan suku bunga relative berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Dolar Singapura. Nilai koefisien variabel inflasi relative sebesar , dapat diartikan jika inflasi mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar Dolar Singapura menurun (terapresiasi) sebesar persen. Nilai koefisien suku bunga relative sebesar Dapat diartikan jika suku bunga mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar Dolar Singapura meningkat (terdepresiasi) sebesar persen.
15 84 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016 Persamaan model jangka panjang PPP Negara Thailand: ER = INF IR + ε Hasil R 2 sebesar , hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi relative dan suku bunga relative dapat menjelaskan perubahan nilai tukar Baht sebesar 99.84% dan sisanya sebesar 0.16% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Hasil pengujian signifikansi variabel inflasi relative dan suku bunga relative secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar Baht Thailand. Hasil signifikansi secara parsial dengan α 1% menunjukkan bahwa variabel inflasi relative dan suku bunga relative berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Baht Thailand. Nilai koefisien variabel inflasi relative sebesar , dapat diartikan jika inflasi mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar Baht menurun (terapresiasi) sebesar persen. Nilai koefisien suku bunga relative sebesar Dapat diartikan jika suku bunga mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar Baht menurun (terapresiasi) sebesar persen. Persamaan model jangka panjang PPP Negara Filipina: ER = INF IR + ε Hasil R 2 sebesar , hal ini menunjukkan bahwa variabel inflasi relative dan suku bunga relative dapat menjelaskan perubahan nilai
16 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika 85 tukar Peso sebesar 99.96% dan sisanya sebesar 0.04% dijelaskan oleh variabel lain yang tidak digunakan dalam penelitian ini. Hasil pengujian signifikansi variabel inflasi relative dan suku bunga relative secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar Peso Filipina. Hasil signifikansi secara parsial dengan α 1% dan α 10% menunjukkan bahwa variabel inflasi relative dan suku bunga relative berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Peso Filipina. Nilai koefisien variabel inflasi relative sebesar , dapat diartikan jika inflasi mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar tukar Peso meningkat (terdepresiasi) sebesar persen. Nilai koefisien suku bunga relative sebesar Dapat diartikan jika suku bunga mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar Peso meningkat (terdepresiasi) sebesar persen Uji Error Correction Model (ECM) Uji model ECM ini dilakukan untuk mengetahui persamaan jangka pendek. Pembentukan model ECM dimaksudkan untuk mengetahui perubahan variabel mana diantara inflasi dan suku bunga yang memiliki pengaruh signifikan dalam jangka pendek terhadap nilai tukar dari lima mata uang Asia. Berikut adalah persamaan ECM yang dapat dibentuk:
17 86 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016 Tabel 5 Hasil Estimasi Jangka Pendek PPP Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina Negara C D(INF) D(IR) ECT(-1) Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina ( ) ( ) * ( ) ( ) ( ) ( ) ** ( ) ( ) ( ) ( ) ** ( ) *** ( ) ( ) ( ) ( ) ( ) Prob ECT Prob (Fstatistic) ( ) ( ) ( ) * ( ) Sumber: data diolah Eviews 8.0 Keterangan: ( ) : menunjukkan hasil t-stat untuk setiap koefisien variabel dari masing-masing Negara. * : Signifikan pada α = 1% ** : Signifikan pada α = 5% *** : Signifikan pada α = 10% Persamaan model jangka pendek PPP Negara Indonesia: D(ER) t = D(INF) t D(IR) t ECT + ε Hasil pengujian signifikansi variabel inflasi relative dan suku bunga relative secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar Rupiah Indonesia. Hasil signifikansi secara parsial dengan α 1% menunjukkan bahwa variabel inflasi relative berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah, sedangkan variabel suku bunga relative tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah.
18 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika 87 Nilai koefisien variabel inflasi relative sebesar , dapat diartikan jika inflasi mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar Rupiah meningkat (terdepresiasi) sebesar persen. Persamaan model jangka pendek PPP Negara Malaysia: D(ER) t = D(INF) t D(IR) t ECT + ε Hasil pengujian signifikansi variabel inflasi relative dan suku bunga relative secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar Ringgit Malaysia. Hasil signifikansi secara parsial dengan α 5% dan α 10% menunjukkan bahwa variabel inflasi relative dan suku bunga berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Ringgit. Nilai koefisien variabel inflasi relative sebesar , dapat diartikan jika inflasi mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar Ringgit meningkat (terdepresiasi) sebesar persen. Nilai koefisien variabel suku bunga relative sebesar , dapat diartikan jika suku bunga mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar Ringgit menurun (terapresiasi) sebesar persen. Persamaan model jangka pendek PPP Negara Singapura: D(ER) t = D(INF) t D(IR) t ECT + ε Hasil pengujian signifikansi variabel inflasi relative dan suku bunga relative secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar Dolar Singapura.
19 88 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016 Hasil signifikansi secara parsial dengan α 5% dan α 1% menunjukkan bahwa variabel inflasi relative dan suku bunga relative berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Dolar Singapura. Nilai koefisien variabel inflasi relative sebesar , dapat diartikan jika inflasi mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar Dolar Singapura menurun (terapresiasi) sebesar persen. Nilai koefisien suku bunga relative sebesar Dapat diartikan jika suku bunga mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar Dolar Singapura meningkat (terdepresiasi) sebesar persen. Persamaan model jangka pendek PPP Negara Thailand: D(ER) t = D(INF) t D(IR) t ECT + ε Hasil pengujian signifikansi variabel inflasi relative dan suku bunga relative secara bersama-sama tidak terdapat pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar Baht Thailand. Hasil signifikansi secara parsial dengan α 1%, α 5%, α 10% menunjukkan bahwa variabel inflasi relative dan suku bunga relative tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Baht Thailand. Persamaan model jangka pendek PPP Negara Filipina: D(ER) t = D(INF) t D(IR) t ECT + ε Hasil pengujian signifikansi variabel inflasi relative dan suku bunga relative secara bersama-sama terdapat pengaruh yang signifikan terhadap nilai tukar Peso Filipina.
20 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika 89 Hasil signifikansi secara parsial dengan α 10% menunjukkan bahwa variabel suku bunga relative berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Peso Filipina, sedangkan variabel inflasi relative tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Peso Filipina. Nilai koefisien suku bunga relative sebesar Dapat diartikan jika suku bunga mengalami kenaikan sebesar satu persen, maka nilai tukar Peso meningkat (terdepresiasi) sebesar persen. 4.3 Hasil Uji Asumsi Klasik 1. Uji Normalitas Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Negara Jarque-Bera Prob Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina Sumber: data diolah Eviews 8.0 Berdasarkan tabel 6 menggambarkan bahwa data residual penelitian Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina berdistribusi normal. Hal tersebut bisa dilihat dari nilai probability dari masing-masing Negara lebih besar dari derajat kesalahan 0.05 signifikan yang menyatakan H 1 diterima atau distribusi normal.
21 90 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni Uji Multikolinearitas Menurut Widarjono (2013;104) dikatakan terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi cukup tinggi katakanlah di atas 0,85 maka terdapat multikolinieritas di dalam model. Sebaliknya jika koefisien korelasi relatif rendah maka model tidak mengandung unsur multikolinieritas. Hasil pengujian multikolinearitas menggunakan uji korelasi dapat dilihat sebagai berikut: Tabel 7 Hasil Uji Multikolinearitas Negara INF IR Indonesia INF IR Malaysia INF IR Singapura INF IR Thailand INF IR Filipina INF IR Sumber: data diolah Eviews 8.0 Dari tabel 7 hasil uji multikolinearitas dengan correlation matrix diatas terlihat bahwa koefisien korelasi lebih kecil dari Sehingga dapat disimpulkan bahwa dalam model tidak terdapat masalah multikolinearitas untuk Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina.
22 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika Uji Heteroskedatisitas Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians yang sama disebut homokedastisitas dan jika variansnya tidak sama/berbeda disebut heteroskedastisitas (Gujarati, 2010: 84). Pengujian yang digunakan untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedatisitas pada penelitian ini menggunakan uji White dan uji Harvey. Tabel 8 Hasil Uji Heteroskedatisitas Negara Obs*R-squared Prob. Chi-Square Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina Sumber: data diolah Eviews 8.0 Berdasarkan pengujian dari tabel 8 diperoleh hasil probabilitas Obs*R-squared Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina dari masing-masing Negara sebesar , , , , dan lebih besar dari tingkat α = 5%, maka dapat disimpulkan tidak terdapat adanya heteroskedatisitas.
23 92 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni Uji Autokorelasi Persamaan regresi yang baik adalah tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik/tidak layak dipakai prediksi. Istilah autokorelasi adalah korelasi di antara anggota seri dari observasi-observasi yang diurutkan berdasarkan waktu. Autokorelasi merupakan korelasi antara satu variabel gangguan dengan variabel gangguan lain (Gujarati, 2010: 85). Tabel 9 Hasil Uji Autokorelasi Negara Obs*R-squared Prob. Chi-Square Indonesia Malaysia Singapura Thailand Filipina Sumber: data diolah Eviews 8.0 Berdasarkan tabel 9 hasil probabilitas Obs*R-squared Negara Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina dari masing-masing Negara sebesar , , , , dan lebih besar dari tingkat α = 5%, maka dapat disimpulkan tidak terdapat adanya autokorelasi.
24 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika Pembahasan Pengaruh Inflasi dan Suku Bunga Terhadap Nilai Tukar di Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Filipina Pengaruh positif inflasi sesuai dengan teori Purchasing Power Parity. Adanya kenaikan tingkat harga barang dan jasa domestic akan menurunkan daya beli mata uang domestic. Hal tersebut menyebabkan permintaan mata uang dan produk-produk Negara yang bersangkutan menurun sehingga mata uang Negara tersebut terdepresiasi. Sebaliknya menurunnya tingkat harga barang dan jasa domestic akan meningkatkan daya beli mata uang domestic sehingga permintaan mata uang dan produkproduk Negara yang bersangkutan meningkat dan mendorong mata uang domestic terapresiasi (Krugman, 2005: 122). Jika inflasi naik maka nilai tukar mata uang akan terdepresiasi, namun mata uang tersebut tidak berlaku untuk Dolar Singapura dan Baht Thailand dimana hasil regresi menyatakan bahwa jika inflasi naik maka nilai tukar akan turun (terapresiasi). Hal tersebut dimungkinkan meskipun nilai inflasi naik dan menyebabkan harga-harga naik yang artinya nilai mata uang turun, namun masyarakat masih tetap membeli Dolar Singapura dan Baht Thailand sehingga menyebabkan mata uang Dolar Singapura dan Baht Thailand tetap terapresiasi. Pengaruh negative suku bunga sesuai dengan teori Krugman (2003), dimana kenaikan suku bunga domestic akan menyebabkan apresiasi kurs suatu Negara, sedangkan kenaikan suku bunga luar negeri
25 94 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016 akan menyebabkan kurs domestic mengalami depresiasi terhadap kurs Negara lain. Kenaikan tingkat bunga domestic akan mendorong lembaga keuangan untuk menyalurkan dananya ke pasar uang, dan pada saat yang sama tingkat bunga yang relative tinggi tersebut tidak akan mendorong masyarakat untuk memegang uang, sehingga mengakibatkan kelebihan keseimbangan uang yang ada di pasar uang domestic dan mendorong terjadinya depresiasi mata uang domestic, hal ini ditunjukkan pada mata uang Dolar Singapura dan Peso Filipina. Kenaikan tingkat bunga domestic akan sangat berarti bagi investor untuk memindahkan ke Negara dengan tingkat bunga yang relative tinggi atau kenaikan tingkat bunga domestic akan menarik masuknya modal asing dan menimbulkan apresiasi mata uang domestic (Mudrajad, 2000: 180) Keberlakuan Teori Purchasing Power Parity (PPP) Pada Nilai Tukar Rupiah Indonesia, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, Baht Thailand, dan Peso Filipina Terhadap Dolar Amerika Menurut Ramirez dan Khan (1999) model PPP jangka pendek berlaku jika koefisien selisih inflasi jangka pendek bertanda positif dan signifikan, dan jika koefisien ECT negative dan signifikan. Sedangkan dalam jangka panjang menurut Ramirez dan Khan (1999) teori PPP berlaku jika koefisien selisih inflasi signifikan dan memiliki arah positif.
26 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika 95 Indonesia menerapkan system free floating currency sehingga Rupiah terhadap mata uang asing menjadi lebih instabil, artinya setiap gejolak pada perekonomian global nantinya akan terkoreksi oleh nilai tukar Rupiah. Inflasi berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar Rupiah dengan arah positif atau searah terhadap nilai tukar Rupiah Indonesia. Peningkatan dalam inflasi akan menyebabkan peningkatan dalam nilai tukar atau terdepresiasi, sesuai dengan teori Purchasing Power Parity relative dimana menurut teori ini antara tingkat harga dan nilai tukar mempunyai hubungan positif. Terbukti bahwa teori PPP pada Rupiah Indonesia, Ringgit Malaysia, dan Peso Filipina terhadap Dolar Amerika berlaku dalam jangka panjang. Selain itu, penelitian ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Endang Ernawati (2002). Hal ini menunjukkan PPP membutuhkan waktu untuk penyesuaian menuju keseimbangan jangka panjang. Dengan demikian setiap penurunan daya beli mata uang domestic akan disesuaikan dengan terdepresiasi mata uangnya dalam pasar valuta asing. Dalam jangka pendek PPP pada Rupiah Indonesia, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, Baht Thailand, dan Peso Filipina tidak berlaku. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Lidyawati (2004). Menurut Agustin (2009) pengaruh tingkat harga terhadap nilai tukar berlangsung cukup cepat atau tingkat harga cenderung bersifat fleksibel dipicu gangguan pasokan dan distribusi barang-barang kebutuhan
27 96 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016 pokok, kenaikan harga karena kebijakan pemerintah di bidang harga dan pendapatan (administered price) berupa kenaikan tarif dasar listrik, harga bahan bakar minyak dan air minum meningkatkan cost of production yang ditanggung oleh produsen. Di sisi lain, kondisi social yang tidak sepenuhnya stabil merespon dampak administered price tersebut secara cepat sehingga menimbulkan tuntutan-tuntutan kenaikan upah dan gaji akibat besarnya ekspektasi inflasi yang terbentuk dan melonjaknya uang beredar akibat ekspansi moneter. Selain itu, tingginya laju inflasi juga disebabkan ekspektasi inflasi masyarakat yang cenderung berlebihan. V. PENUTUP 5.1. Kesimpulan 1. Dalam jangka panjang inflasi relative berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar dari lima mata uang Asia; yaitu Rupiah Indonesia, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, Baht Thailand, dan Peso Filipina. Sedangkan dalam jangka pendek inflasi relative berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar mata uang Rupiah Indonesia, Ringgit Malaysia, dan Dolar Singapura. Dalam jangka panjang suku bunga relative berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar mata uang Dolar Singapura, Baht Thailand, dan Peso Filipina. Sedangkan dalam jangka pendek suku bunga relative berpengaruh signifikan terhadap nilai tukar mata uang Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, dan Peso Filipina.
28 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika Dalam jangka panjang teori Purchasing Power Parity berlaku untuk Rupiah Indonesia, Ringgit Malaysia, dan Peso Filipina. Artinya setiap penurunan daya beli mata uang domestic yang ditunjukkan dengan kenaikan inflasi akan disesuaikan dengan terdepresiasi mata uangnya dalam pasar valuta asing. Sedangkan dalam jangka pendek teori Purchasing Power Parity tidak berlaku untuk Rupiah Indonesia, Ringgit Malaysia, Dolar Singapura, Baht Thailand, dan Peso Filipina Saran Bagi penelitian selanjutnya perlunya pengembangan model Purchasing Power Parity dengan menambah variabel yang lebih relevan dalam memprediksi perilaku nilai tukar, sehingga hasil yang diperoleh dapat lebih baik. Bagi pemerintah sebagai pemegang otoritas moneter perlunya menjaga kestabilan tingkat harga yang merupakan cerminan dari tingkat inflasi, mengingat perbedaan tingkat harga dapat memperburuk nilai tukar mata uang baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek. Oleh karena itu, kebijakan moneter dengan sasaran tunggal yaitu pengendalian inflasi harus menjadi salah satu perhatian utama di setiap Negara.
29 98 JIPIS, Volume 23, Nomor 2, Januari-Juni 2016 DAFTAR PUSTAKA Agustin, Grisvia Analisis Paritas Daya Beli Pada Kurs Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat Periode September 1997 Desember 2007 dengan Menggunakan Metode Error Correction Model. Vol. 1, No. 1 Bank Indonesia. Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia, berbagai edisi. Jakarta Ernawati, E Penggunaan Model Koreksi Galat Engle-Granger dalam Pengujian Berlakunya Teori Paritas Daya Beli antara Indonesia dan Amerika Serikat selama Periode Simposium Nasional Riset Ekonomi dan Manajemen I, Gujarati, Damodar Dasar-dasar Ekonometrika: Edisi 5. Jakarta: Salemba Empat. Krugman, Paul R dan Maurice Obsfeld Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan. Edisi kelima. PT Indeks Kelompok Gramedia. Krugman, Paul R dan Maurice Obsfeld Ekonomi Internasional Teori dan Kebijakan, Jilid 2. Edisi kelima. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Lidyawati & Juliasih A Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Tiga Mata Uang Asia Antara Madura, Jeff Keuangan Perusahaan Internasional, Edisi 8, Buku 1. Mudrajad Kuncoro Manajemen Keuangan Internasional. Edisi Pertama. Jakarta: BPFE.
30 Pengujian Berlakunya Purchasing Power Parity Dari Lima Mata Uang Asia Terhadap Dolar Amerika 99 Ramirez, M.D., & Khan, S A Cointegration Analysis Of Purchasing Power Parity. Jurnal Salvatore, Dominick Ekonomi Internasional jilid 2. Jakarta: Erlanggga. Shapiro, A. C Multinational Financial Management (5 th Ed.) New Jersey: Prentice Hall International. US Departement of Labor, Bureau of Labor Statistics Widarjono, Agus Ekonometrika Pengantar dan Aplikasinya Disertai Panduan Eviews. UPP STIM YKPN: Yogyakarta.
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Akar Unit (Stasionaritas) Data deret waktu dikatakan stasioner jika menunjukkan pola yang konstan dari waktu kewaktu. Adapun uji akar unit
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series)
48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang didapat dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB 4 PEMBAHASAN. H 1 : tidak terdapat unit root (data stasioner)
BAB 4 PEMBAHASAN Pada bab ini akan disajikan hasil estimasi berdasarkan metode penelitian yang telah dibahas pada bab sebelumnya, dan pembahasan analisis hasil estimasi tersebut. Pembahasan dilakukan secara
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Uji Akar Unit (Unit Root Test) Kestasioneran data merupakan hal yang sangat penting dalam analisis data time series. Hal ini karena penggunaan
Lebih terperinciEconomics Development Analysis Journal
EDAJ 2 (3) (2013) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj PENGARUH PARITAS DAYA BELI PADA KURS DOLLAR AMERIKA, DOLLAR SINGAPURA, YEN TERHADAP RUPIAH PERIODE
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sedangkan alat pemenuh kebutuhan tersebut sangat terbatas. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut setiap manusia tidak dapat
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang
III. METODE PENELITIAN A. Deskripsi Data Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Cadangan Devisa di Indonesia Periode 2000-2014 adalah cadangan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah
III. METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional 1. Variabel Penelitian Dalam penelitian ini variabel terikat (dependent variabel) yang digunakan adalah nilai tukar rupiah, sedangkan
Lebih terperincipanjang antara ukuran perusahaan (SIZE) dengan capital adequacy ratio dan loan to
BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN A. Uji Stasioneritas Pengujian stasioneritas data yang digunakan terhadap seluruh variabel dalam model kajian didasarkan pada Augmented Dickey Fuller test (ADF test),
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi,
391 III. METODE PENELITIAN Dalam penelitian Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Produk Domestik Bruto, Inflasi, dan Suku Bunga Luar Negeri Terhadap Nilai Impor Non Migas di Indonesia (Periode 2001:I 2012:IV)
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa
III. METODELOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian yang berjudul Analisis Determinan Nilai Aktiva Bersih Reksa Dana Saham di Indonesia (Periode 2005:T1 2014:T3) variabel-variabel
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak
BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa seberapa besar volume ekspor minyak kelapa sawit Indonesia yang dipengaruhi oleh harga ekspor minyak kelapa
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang
43 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi nilai tukar mengambang seperti uang beredar, suku bunga Indonesia(BI
Lebih terperinciIII. METODELOGI PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account
III. METODELOGI PENELITIAN A. Deskripsi Variabel Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah current account sebagai variabel terikat dan nilai tukar, inflasi, PDB, dan aktiva luar negeri
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Selang periode runtun waktu. Bulanan Tahun Dasar PDB Triwulanan Miliar rupiah. M2 Bulanan Persentase
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data Tabel 8. Deskripsi Data Input Nama Data Selang periode runtun waktu Satuan pengukuran Sumber Data Inflasi (CPI) Bulanan Tahun Dasar 2000 Indeks
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang
30 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan proposal ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Laporan Bank Indonesia, Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia,
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data Produk
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data dalam penelitian ini adalah data sekunder yang merupakan data runtut waktu (time series). Penelitian ini menggunakan data-data
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Data dan Sumber Data Penelitian ini termasuk dalam tipe penelitian arsip yaitu suatu penelitian terhadap fakta yang tertulis. Dokumen atau arsip data yang diteliti berdasarkan
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Untuk mengetahui apakah data yang dipakai sudah stationary dalam penelitian ini
42 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Unit Root Untuk mengetahui apakah data yang dipakai sudah stationary dalam penelitian ini diuji dengan uji unit roots yang dilakukan dengan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder
37 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini data yang digunakan yaitu data sekunder. Data sekunder yang digunakan diperoleh dari www.bps.go.id dan www.bi.go.id. Data yang
Lebih terperinciPUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR MIGAS (MINYAK DAN GAS) DI INDONESIA; PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL
PUBLIKASI KARYA TULIS ILMIAH ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI IMPOR MIGAS (MINYAK DAN GAS) DI INDONESIA; PENDEKATAN ERROR CORRECTION MODEL OLEH WILIA AGUSTIANI Willia.Agustiani@gmail.com FAKULTAS
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang
53 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI), Badan Pusat Statistik (BPS) dan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Hasil Uji Asumsi Klasik Untuk menghasilkan hasil penelitian yang baik, pada metode regresi diperlukan adanya uji asumsi klasik untuk mengetahui apakah
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana variabel BI rate, kurs tengah dan M2 (broad money) dalam mempengaruhi laju inflasi di Indonesia. B. Jenis
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. tabungan masyarakat, deposito berjangka dan rekening valuta asing atau
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian 3.1.1 Jumlah Uang Beredar Jumlah uang beredar dalam arti luas (M2) atau broad money merupakan merupakan kewajiban sistem moneter (bank sentral)
Lebih terperinciFAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT JURNAL
FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI FLUKTUASI NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA SERIKAT JURNAL Disusun Oleh : Nama : Reynaldi Ristya Mahaputra Nomor Mahasiswa : 14313151 Program Studi : Ilmu Ekonomi
Lebih terperinciANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN
ANALISIS FLUKTUASI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA TAHUN 2003.1 2005.12 SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Dan Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Pada fakultas
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. yang mempunyai hubungan dengan penelitian yang terdiri dari data kualitatif dan
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu jenis data yang di peroleh antara lain dari literatur, laporan, buku ataupun sumber
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. statistik. Penelitian ini mengukur pengaruh pembalikan modal, defisit neraca
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat kuantitatif, yaitu penelitian yang mengukur suatu variabel, sehingga lebih mudah dipahami secara
Lebih terperinciV. HASIL DAN PEMBAHASAN
44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN
III. METODE PENELITIAN A. Data dan Sumber Data 1. Data Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Variabel Sektor Moneter dan Riil Terhadap Inflasi di Indonesia (Periode 2006:1
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dilakukan uji stasioneritas dengan uji akar-akar unit (unit roots test).
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Uji Kualitas Instrumen dan Data 1. Uji Stasioner Uji Stasioner dilakukan untuk menguji apakah data atau variabel yang dianalisis dalam penelitian ini stasioner
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series
51 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu data time series yang didapat dari Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik dan melalui
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. FDR, Inflasi dan kurs terhadap ROA di Indonesia pada tahun 2013: I 2016: VII.
BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN Bab IV ini akan dilakukan pengujian terhadap pengaruh CAR, NPF, FDR, Inflasi dan kurs terhadap ROA di Indonesia pada tahun 2013: I 2016: VII. Sebagaimana telah dijelaskan
Lebih terperinciANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INVESTASI ASING DI INDONESIA (TAHUN 2000:1 2011:4)
ANALISIS PENGARUH VARIABEL MAKROEKONOMI TERHADAP INVESTASI ASING DI INDONESIA (TAHUN 2000:1 2011:4) JURNAL ILMIAH Disusun oleh : Messayu Eliza 0910210069 JURUSAN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank,
III. METODE PENELITIAN A.Sumber Data dan Variabel Analisis penelitian ini menggunakan data sekunder. Sumber data diperoleh dari berbagai institusi seperti Badan Pusat Statistik, Bank Indonesia, World Bank,
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif mewakili seluruh contoh populasi dalam penelitian. Hal ini menjelaskan mengenai kecenderungan data tengah dan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang
45 III. METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Data digunakan adalah data sekunder (time series) berupa data bulanan yang diperoleh dari data Bank Indonesia (BI) dan melalui pengolahan data yang dihitung
Lebih terperinciBAB III METODE PENILITIAN
44 BAB III METODE PENILITIAN 3.1 Jenis dan Cara Pengumpulan Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari lembaga-lembaga atau instansi-instansi antara lain Bank
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. waktu (time series) triwulanan periode tahun Data yang. data adalah 36 dan dianggap sudah resprentatif.
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa runtut waktu (time
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder yang terdiri dari nilai tukar Rupiah terhadap Dolar yang bergerak dari
Lebih terperinciKONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG
KONSEP PURCHASING POWER PARITY DALAM PENENTUAN KURS MATA UANG Yovita Vivianty Indriadewi Atmadjaja Dosen Fakultas Ekonomi Prodi Manajemen Universitas 17 Agustus 1945 Banyuwangi ABSTRAKSI Salah satu konsep
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. yang ditentukan dengan menggunakan metode ilmiah secara aturan-aturan yang
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian adalah suatu proses mencari sesuatu secara sistematik dalam waktu yang ditentukan dengan menggunakan metode ilmiah secara aturan-aturan yang berlaku.
Lebih terperinciI. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied
I. METODOLOGI PENELITIAN 1.1 Metode Penelitian Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian deskriptif terapan ( Applied Descriptive Reasearch), yaitu penelitian yang dilakukan dengan maksud
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Laporan Kebijakan Moneter, Laporan Perekonomian Indonesia, Badan Pusat
49 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari data publikasi Bank Indonesia berupa Statistik Ekonomi Moneter, Laporan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. analisis tersebut untuk memperoleh kesimpulan. 68 Jenis penelitian kuantitatif
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif, yakni penelitian yang menganalisis data-data secara kuantitatif kemudian menginterpretasikan hasil analisis
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS
BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1. Deskripsi Data Penelitian Semua data yang digunkana dalam analisis ini merupakan data sekunder mulai tahun 1995 sampai tahun 2014 di Indonesia. Penelitian ini dimaksudkan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari
34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi
III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.
Lebih terperinciBAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Dalam penelitian ini penulis melakukan pengujian mengenai Luas panen, Jumlah Penduduk dan Harga terhadap produksi padi di Kabupaten Gunungkidul periode tahun 1982-2015.
Lebih terperinciANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INFLASI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA THE FACTORS ANALYSIS INFLUENCE INFLATION IN REGENCY/CITY YOGYAKARTA SPESIAL REGION Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan Untuk
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam
48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk runtut waktu (time series) yang bersifat kuantitatif yaitu data dalam
Lebih terperinciEconomics Development Analysis Journal
EDAJ 4 (2) (2015) Economics Development Analysis Journal http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/edaj ANALISIS PARITAS DAYA BELI KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR AMERIKA SERIKAT Elysa Pernika Simanjuntak PT.
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam
III. METODE PENELITIAN A. Jenis Dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bulanan yang mencakup periode Tahun 2009.01-2014.08.Data yang digunakan dalam penelitian
Lebih terperinciBAB III. Metode Penelitian. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data yang diukur dalam skala
BAB III Metode Penelitian A. Pendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu data yang diukur dalam skala numerik, berdasarkan data time series yang berhubungan dengan inflasi,suku
Lebih terperinciBAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun
Lebih terperinciKAJIAN TEORI 1. NilaiTukar Rupiah
PENDAHULUAN Di zaman era globalisasi ini persaingan perekonomian antar negara semakin ketat, ketika globalisasi ekonomi terjadi, batas-batas suatu negara akan menjadi kabur dan keterkaitan antara ekonomi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. variabel-varibael sebagai berikut: Jumlah ekspor Minyak kelapa sawit
48 BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Obyek yang diteliti dalam penelitian ini adalah semua data mengenai variabel-varibael sebagai berikut: Jumlah ekspor Minyak kelapa sawit Indonesia, harga
Lebih terperinciIII.METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini
43 III.METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, karena penelitian ini disajikan dengan angka-angka. Hal ini sesuai dengan pendapat Arikunto (2006) yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN ANALISIS
BAB IV HASIL DAN ANALISIS 4.1 Deskripsi Data Penelitian Bab ini menjelaskan tentang analisis data dan hasil pengolahan data. Jenis data yang digunakan penulis adalah data time series dengan kurun waktu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF), financing to
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Objek Penelitian Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana hubungan capital adequacy ratio (CAR), non performing financing (NPF), financing to deposit ratio
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
45 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini termasuk dalam katagori metode penelitian kuantitatif karena menggunakan data yang diukur dengan sekala numerik (angka) dan analisis
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. gabungan dari data runtun waktu (time series) tahunan. Data yang digunakan
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa gabungan dari data runtun waktu (time series) tahunan. Data yang digunakan
Lebih terperinciBAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Bab V ini akan dilakukan pengujian mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi laju inflasi di Indonesia. Dimana variabel terikat (variable dependent) meliputi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek Penelitian Dalam penelitian ini, obyek yang diamati yaitu inflasi sebagai variabel dependen, dan variabel independen JUB, kurs, BI rate dan PDB sebagai variabel yang
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Jenderal Pengelolaan Utang, Bank Indonesia dalam berbagai edisi serta berbagai
51 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi
Lebih terperinciPENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA. Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado
PENGARUH NILAI KURS RUPIAH TERHADAP INFLASI DI INDONESIA Oleh : Natalia Artha Malau, SE, M.Si Dosen Universitas Negeri Menado Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh nilai tukar terhadap
Lebih terperinciIII. METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh ProdukDomestikBruto (PDB),
III. METODOLOGI PENELITIAN A. Definisi Operasional Variabel Dalam penelitian yang berjudul Analisis Pengaruh ProdukDomestikBruto (PDB), SukuBunga Deposito, Inflasi, dan Obligasi PemerintahTerhadap Simpanan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Dalam penelitian ini pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitatif merupakan pendekatan yang lebih menekankan pada
Lebih terperinciTabel 4.1 Deskripsi Variabel Penelitian
55 BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data Variabel Penelitian Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yang berupa data runtut waktu (time series) yang berfungsi sebagai bahan analisis.
Lebih terperinciBAB IV HASIL PENELITIAN. bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang
BAB IV HASIL PENELITIAN Hasil penelitian ini diperoleh dari hasil analisis data yang akan disajikan di bawah ini. Untuk lebih membantu penulis dalam melakukan perhitungan yang tercermat dan akurat yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Rp14.900/$ pada kuartal berikutnya. Sama seperti pada tahun1998, Indonesia juga
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Dalam dua dekade terakhir ini (1993-2012) Indonesia mengalamai dua kali krisis keuangan, yang pertama terjadi pada tahun 1998 yang pada saat itu nilai tukar rupiah
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data ini
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Pada penelitian ini jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Data ini bersumber dari Bank Indonesia (www.bi.go.id), Badan Pusat Statistik (www.bps.go.id).
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Inflasi yang terjadi di Indonesia telah menyebabkan perekonomian baik yang
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Krisis finansial yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997 memberi dampak yang kurang menguntungkan bagi perekonomian Indonesia. Salah satu dampak
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Pencarian data dilakukan melalui riset perpustakaan (library research)
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Metode Pengumpulan Data Pencarian data dilakukan melalui riset perpustakaan (library research) dilakukan dengan mempelajari berupa catatan yaitu melakukan pencatatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam suatu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku maupun atas
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator keberhasilan pembangunan suatu negara, terutama untuk negara-negara yang sedang berkembang. Peningkatan kesejahteraan
Lebih terperinciHASIL DAN PEMBAHASAN. metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector
52 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode analisis yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah metode Vector Auto Regression (VAR) dan dilanjutkan dengan metode Vector Error Correction Model (VECM).
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. METODE PENELITIAN 1. Objek Penelitian Objek dalam penelitian ini adalah Perbankan Syariah di Indonesia yang mempunyai laporan keuangan yang transparan dan di publikasikan oleh
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tukar bebas. Salah satu karakteristik dari nilai tukar paska era Bretton-Woods adalah
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Sejak runtuhnya sistem Bretton Woods di awal tahun 1970an, berbagai negara industri telah melakukan reformasi rezim nilai tukar nominal tetap mereka menjadi nilai tukar
Lebih terperinciBAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
71 BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab V ini akan dilakukan pengujian pengaruh variabel Harga CPO Internasional, nilai tukar rupiah, Term of Trade (TOT) dan Produksi kelapa sawit Indonesia terhadap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Populasi Populasi dari penelitian ini adalah perbankan yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) dan menerbitkan laporan keuangan yang lengkap (Annual Report) pada periode
Lebih terperinciANALISIS KAUSALITAS ANTARA HARGA MINYAK DUNIA DENGAN INFLASI DUNIA TAHUN (Pendekatan Error Corection Model atau ECM)
0 ANALISIS KAUSALITAS ANTARA HARGA MINYAK DUNIA DENGAN INFLASI DUNIA TAHUN 1980 2005 (Pendekatan Error Corection Model atau ECM) S K R I P S I Diajukan untuk Memenuhi Sebagian Syarat Guna Menempuh Gelar
Lebih terperinciMETODOLOGI PENELITIAN. Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang
52 II. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang dipakai untuk penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang didapat dari Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (SEKI) Bank Indonesia
Lebih terperinciBAB 3 METODE PENELITIAN Variabel Penelitian, Data dan Spesifikasi Model Ekonomi
BAB 3 METODE PENELITIAN Bab ini terkait dengan sejumlah hal yang akan digunakan dalam menjawab hipotesis penelitian. Bagian pertama dari bab ini memaparkan tentang variabel penelitian, data dan spesifikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Nilai Tukar Rupiah Atas Dollar Amerika Serikat Periode 2004Q.!-2013Q.3
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kegiatan ekonomi internasional pada saat ini semakin berkembang pesat sehingga setiap negara di dunia mempunyai hubungan yang kuat dan transparan. Kegiatan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun
III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder menurut runtun waktu (timeseries) yang diperoleh dari Statistik Ekonomi dan Keuangan Indonesia
Lebih terperinciBAB V PEMBAHASAN. harga gula domestic (HGD), PDB perkapita (PDB), dan jumlah penduduk
BAB V PEMBAHASAN Pada bab ini analisis data dan pembahasan akan diakukan pengujian terhadap, harga gula domestic (HGD), PDB perkapita (PDB), dan jumlah penduduk (PENDUDUK), kurs (KURS), terhadap permintaan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data
24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. (OJK). Objek tersebut terdiri dari Bank Umum Syaria (BUS) dan Unit Usaha
56 BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek penelitan dalam penelitian ini adalah seluruh bank syariah di Indonesia yang terdaftar di Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Objek
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. matematika dan membuat generalisasi atas rerata. 73. pengaruh Kurs, Suku Bunga Bank Indonesia (BI Rate), dan Jumlah Uang
55 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif adalah suatu penelitian yang didasari oleh falsafah positivisme yaitu ilmu yang
Lebih terperinciBAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
46 BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Analisis Perkembangan Jumlah Deposito Berjangka, Suku Bunga Deposito dan Inflasi 4.1.1 Perkembangan Jumlah Deposito Berjangka Pada periode pengamatan, yaitu Januari 2004
Lebih terperinciPusat Statistik. Adapun data yang telah di olah terdapat terdapat pada tabel 6.1
BAB VI ANALISA DATA 6.1. Deskripsi Data Data yai g dipergunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, terutama bersumber dari Badan Pusat Statistik, Intenational Financial Statistic dan situs Badan
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. yaitu CAR (Capital Adequacy Ratio), LDR (Loan to Deposit Ratio), EPS
44 III. METODE PENELITIAN A.Deskripsi Data Input Dalam penelitian ini variabel terikat (dependen variabel) yang digunakan adalah harga saham perbankan. Sedangkan variabel bebasnya (independent variabel)
Lebih terperinciDAFTAR ISI. i iii iv v vi viii ix xi xiv xv xvi xvii xviii
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI HALAMAN PERSEMBAHAN HALAMAN MOTTO KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR
Lebih terperinciIV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini
51 IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Metode yang digunakan untuk menganalisis data dalam penelitian ini adalah metode analisis Vector Error Correction (VEC) yang dilengkapi dengan dua uji lag structure tambahan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
digilib.uns.ac.id 43 BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi perkembangan variabel 1. Nilai Ekspor Nonmigas Indonesia Negara yang menjadi tujuan ekspor nonmigas terbesar adalah negara Jepang, nilai
Lebih terperinciIII. METODE PENELITIAN. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari 2000
28 III. METODE PENELITIAN 3.1. Data 3.1.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Bentuk data berupa data time series dengan frekuensi bulanan dari Januari
Lebih terperinci