BAB I

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Mempunyai anak bagi sebagian besar orang tua adalah sebuah anugerah yang berharga, sebuah pemberian dari Tuhan yang dinanti-nantikan kehadirannya. Anak menjadi pelengkap kebahagiaan dan pengikat kasih sayang dalam sebuah keluarga 1 yang tanpanya banyak keluarga seringkali mengalami krisis. Kehadiran anak merupakan kerinduan bagi banyak keluarga yang oleh karena berbagai hal seperti sakit penyakit, usia yang terlalu matang, kemandulan membuat banyak keluarga tidak dapat memiliki anak dari pernikahan mereka. Memiliki anak menjadi hal yang sangat penting karena dari berbagai budaya di Indonesia, seperti misalnya budaya Jawa, menganggap memiliki anak merupakan tujuan dari sebuah perkawinan sehingga sebuah keluarga belumlah lengkap tanpa kehadiran anak 2. Begitu penting keberadaan anak bagi sebuah keluarga. Namun ironisnya ada banyak kasus kekerasan terhadap anak yang terjadi di Indonesia yang dari tahun ke tahun semakin meningkat. Kekerasan-kekerasan tersebut meliputi 3 : 1. Kekerasan fisik berupa penyiksaan, pemukulan, dan penganiayaan terhadap anak dengan atau tanpa menggunakan benda-benda tertentu, yang menimbulkan luka-luka fisik atau kematian pada anak. Bentuk luka dapat berupa lecet atau memar akibat persentuhan atau kekerasan benda tumpul, seperti bekas gigitan, cubitan, ikat pinggang atau rotan. Dapat pula berupa luka bakar akibat bensin panas atau berpola akibat sudutan rokok atau setrika. Lokasi luka biasanya ditemukan pada daerah paha, lengan, mulut, pipi, dada, perut, punggung atau daerah bokong. 2. Kekerasan secara psikis meliputi penghardikan, penyampaian kata-kata kasar dan kotor, memperlihatkan buku, gambar, atau film pornografi terhadap anak. 1 Lois Wladis Hoffman, Arland Thornton, and Jean Denby Manis, The Value of Children to Parents in the United State, Journal of Population, Michigan: University of Michigan, volume 1, 1978, h R. M. Soedarsono, Nilai Anak dan Wanita dalam Masyarakat Jawa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Proyek Penelitian dan Pengkajian Kebudayaan Nusantara, Bagian Jawa, 1986, h Edi Suharto, Pembangunan, Kebijakan Sosial, dan Pekerjaan Sosial, (Bandung: Lembaga Studi Pembangunan- Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial, 1997) h

2 3. Kekerasan seksual dapat berupa perlakuan pra kontak seksual antara anak dengan orang yang lebih besar(melalui kata, sentuhan, gambar visual, exhibitionism), maupun perlakuan kontak seksual secara langsung antara anak dengan orang dewasa(incest, perkosaan, eksploitasi seksual). 4. Kekerasan secara sosial dapat mencakup penelantaran anak dan eksploitasi anak. Penelantaran anak adalah sikap dan perlakuan orang tua yang tidak memberikan perhatian yang layak terhadap proses tumbuh kembang anak. Seperti dikucilkan, diasingkan atau tidak diberikan pendidikan dan perawatan kesehatan yang layak. Sikap ini juga menunjuk pada diskriminasi atau perlakuan sewenang-wenang seperti memaksa anak untuk bekerja di tempat yang berbahaya dan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga yang melebihi batas kemampuannya. Anak yang dimaksud disini adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun termasuk anak yang masih dalam kandungan 4. Pada usia ini anak masih hidup dan bergantung pada orang tua karena ketidakmatangan fisik, psikologi dan sosial anak yang perlu mendapat perhatian dan pemenuhan kebutuhan dari orang tuanya 5. Namun pada usia ini anak-anak rentan mengalami kekerasan seperti yang data terbaru Komisi Nasional (Komnas) Perlindungan Anak yang menyebutkan bahwa 6 : 1. Kasus kekerasan terhadap anak pada tahun 2012 meningkat dari tahun sebelumnya yang berjumlah menjadi Sebanyak anak diantaranya merupakan korban kekerasan seksual atau mencapai 40,77%. Korban kekerasan fisik mencapai 31,06% atau 819 anak, dan 743 anak menjadi korban kekerasan psikis atau sebanyak 28,1%. Dari jumlah anak yang mengalami kekerasan itu, sebanyak merupakan anak perempuan dan 980 merupakan anak laki-laki. 2. Dari kasus kekerasan pada anak pada tahun tersebut, jumlah pelaku kekerasan tertinggi dilakukan oleh ayah tiri. Kekerasan fisik yang dilakukan ayah tiri sebanyak 91 kasus, kekerasan seksual 129 kasus dan kekerasan psikis 6 kasus. Sementara kekerasan fisik yang dilakukan ayah kandung 86 kasus, kekerasan seksual yang dilakukan ayah kandung atau incest sebanyak 17 kasus, dan kekerasan psikis yang dilakukan ayah 4 Undang-Undang 23 tahun 2003 pasal 1 5 Jane Brooks, The Process of Parenting, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011) h diakses pada Rabu, 1 Mei 2013, pk

3 kandung ada 20 kasus. Selain itu, jumlah kekerasan fisik yang dilakukan ibu kandung ada 32 kasus. Data tersebut menunjukkan bahwa kekerasan terhadap anak tidak dalam jumlah yang kecil dan yang lebih memprihatinkan data tersebut menunjukkan bahwa kekerasan terjadi dalam keluarga. Kekerasan domestik yang dilakukan oleh orang tua. Bahkan data tersebut bukanlah data final yang dapat menunjukkan secara keseluruhan tindak kekerasan terhadap anak yang terjadi di Indonesia karena kasus kekerasan terhadap anak bukan hal yang mudah untuk diungkap ke ruang publik 7. Kasus kekerasan terhadap anak terkhusus kekerasan dalam keluarga menggelisahkan penyusun terlebih kekerasan yang dilakukan oleh keluarga Kristen. Fakta kasus kekerasan terhadap anak oleh keluarga Kristen penyusun dapati dan alami di dalam kehidupan harian keluarga Kristen di lingkungan tempat asal penyusun yaitu di GKJW Jemaat Sitiarjo dengan mayoritas penduduknya beragama Kristen 8. Kekerasan terhadap anak di lingkungan tersebut dianggap hal yang biasa oleh masyarakat sekitar namun jika kekerasan tersebut menghadirkan luka, dukacita, sakit bahkan kematian maka tindakan manusia tersebut telah merusak hubungan manusia dengan Allah dan menghancurkan ciptaan-nya 9. Secara teologis kekerasan terhadap anak yang menghadirkan luka (restricted definition) 10, baik fisik maupun psikis telah menghancurkan anakanak sebagai ciptaan-nya. Tindak kekerasan terhadap anak merupakan hal yang mengerikan mengingat kemungkinankemungkinan akibat dari tindak kekerasan tersebut yaitu 11 : 1. Cacat tubuh permanen 2. Kegagalan belajar 3. Gangguan emosional bahkan dapat menjurus pada gangguan kepribadian 4. Konsep diri yang buruk dan ketidakmampuan untuk mempercayai atau mencintai orang lain. 7 Abu Huraerah, Kekerasan terhadap Anak, (Bandung: Nuansa, 2006) h Berdasarkan hasil wawancara dengan Pendeta GKJW Jemaat Sitiarjo pada Senin, 08 April 2013, pk dan pengamatan langsung di lingkungan tempat tinggal penyusun. 9 Lucien van Liere, Memutus Rantai Kekerasan: teologi dan etika Kristen di tengah tantangan glogalisasi dan terorisme, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2010) h Ibid, h Abu Huraerah, Kekerasan terhadap Anak, h

4 5. Pasif dan menarik diri dari lingkungan, takut membina hubungan baru dengan orang lain 6. Agresif dan kadang-kadang melakukan kriminal 7. Menjadi penganiaya ketika dewasa 8. Menggunakan obat-obatan atau alkohol 9. Kematian Fakta kekerasan terhadap anak secara nyata terjadi di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Jemaat Sitiarjo. Yang secara teritorial berada di Desa Sitiarjo yaitu daerah selatan Kabupaten Malang yang berjarak sekitar 75km dari Kota Malang. GKJW Jemaat Sitiarjo merupakan gereja besar dengan jumlah 653 kepala keluarga yang terdiri dari 647 laki-laki, 780 perempuan, 174 anak laki-laki dan 212 anak perempuan dengan rata-rata jumlah anak dalam keluarga sebanyak dua orang anak. Bentuk-bentuk kekerasan yang dilakukan adalah pemukulan, kata-kata kasar (makian) dan pemberian hukuman yang berat serta penelantaran anak. Merujuk pada kehidupan jemaat GKJW Sitiarjo dengan 50% keluarga berada dalam perekonomian tingkat bawah, ada banyak macam pekerjaan yang dikerjakan oleh jemaat sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup. Sebagian besar bekerja sebagai petani, petani pemilik atau buruh tani, sebagian lagi sebagai peladang, sebagian lain bekerja sebagai pedagang, sebagian lagi bekerja di luar negeri dan sebagian lain sebagai buruh serabutan dengan kuota yang cukup besar. Ada golongan ekonomi menengah yang memiliki tanah dan sawah yang dapat memperkerjakan orang, ada golongan ekonomi bawah yang bekerja menjadi buruh di tanah dan ladang orang dan pekerjaan serabutan lain untuk menyambung hidup. Tingkat sosial dari jemaat GKJW Sitiarjo ditentukan oleh tingkat ekonominya dan jabatan gerejawi. Jemaat dengan tingkat ekonomi yang baik dan mampu memperkerjakan orang-orang akan memiliki tingkat sosial yang baik di tengah masyarakat. Selain daripada memiliki tingkat ekonomi yang baik, seseorang yang menduduki jabatan gerejawi maka akan lebih dipandang dan lebih dihormati dalam masyarakat terlebih seseorang yang memiliki tingkat ekonomi yang baik dan menduduki jabatan gerejawi. Tingkat sosial yang ditentukan oleh jabatan gerejawi ini tidak terlepas dari sistem feodal yang masih melekat di tengah pemahaman masyarakat. Bagi masyarakat Jawa, jabatan gerejawi dianggap sama perannya dengan tetua-tetua dalam pemahaman budaya Jawa dan orang-orang yang menduduki jabatan gerejawi seringkali adalah tetua-tetua masyarakat yang dianggap lebih mengerti dan bijaksana. Sebagai tetua yang 4

5 bijaksana, yang bisa berkhotbah dan memahami Alkitab dibandingkan dengan orang awam biasanya maka orang-orang yang menduduki jabatan gerejawi mendapat penghormatan dan status sosial yang lebih tinggi. Seseorang maupun keluarga dengan status ekonomi dan sosial yang tinggi memungkinkan untuk memperoleh pendidikan yang tinggi dan sarana-prasarana informasi yang memadai. Di Desa Sitiarjo terdapat sarana-prasana pendidikan dari Taman Kanak-kanak sampai dengan Sekolah Menengah Umum, bahkan saat ini telah terdapat banyak prasekolah seperti sekolah Pendidikan Anak Usia Dini. Bagi masyarakat saat ini biaya pendidikan tentu bukan lagi menjadi masalah utama mengingat bahwa banyak bantuan yang bisa diperoleh anak dalam masing-masing jenjang pendidikannya di Sitiarjo. Ada PAUD yang tidak dipungut biaya, bagi jenjang Sekolah Dasar ada BOS, di tingkat SMP dan SMU, yayasan pendidikan Kristen di Sitiarjo sangat minim biaya bahkan ada bantuan bagi siswa yang tidak mampu. Sehingga dapat dipastikan bahwa tidak ada anak yang putus sekolah karena tidak ada biaya, kemungkinan yang terjadi adalah anak-anak yang tidak mau bersekolah dan orang tua-orang tua tidak memaksakan anak-anaknya untuk bersekolah. Ijazah SMU merupakan barang wajib yang harus dimiliki oleh anak-anak dalam masyarakat Desa Sitiarjo saat ini. Pendidikan formal sampai tingkat SMU diharapkan dapat diraih oleh anakanak. Para orang tua ini berharap dengan ijazah SMU yang mereka punya anak-anak akan mendapat pekerjaan yang layak dengan gaji yang lumayan sehingga dapat mandiri dan membina rumah tangga yang baik ke depannya. Namun harapan tersebut bagi sebagian orang tua yang lain bukanlah hal wajib dan hak yang harus dimiliki oleh anak-anak mereka. Bagi orang tua-orang tua ini yang menjadi hal yang sangat penting adalah anak-anak segera mendapat pekerjaan dan mendapatkan uang secara mandiri sehingga tidak lagi menjadi beban tetapi segera menghasilkan uang bagi orang tua mereka. Lebih baik menjadi orang yang mengerti daripada menjadi orang yang pintar adalah falsafah Jawa yang masih kental dihidupi oleh masyarakat Desa Sitiarjo dan GKJW Jemaat Sitiarjo sebagai bagiannya. Falsafah Jawa tersebut hendak mengatakan bahwa menjadi orang bijak lebih baik daripada hanya menjadi orang yang pandai. Menjadi orang yang mengerti atau bijak tidak dapat hanya ditemukan dalam pendidikan formal tetapi berasal dari perjalanan kehidupan yang dijalani. Falsafah tersebut kemudian mendiskreditkan nilai pendidikan formal bagi anak-anak 5

6 sehingga banyak anak-anak yang tidak mendapat mendidikan sampai dengan jenjang SMU. Bagi kebanyakan orang tua terlebih keluarga yang hidup dalam kemiskinan, anak-anak yang segera bekerja dan segera mandiri sehingga tidak lagi menjadi beban bagi mereka adalah hal yang harus dilakukan. Dan tidak dapat dipungkiri bahwa kebiasaan dan cara hidup yang demikian masih kental dalam masyarakat Desa Sitiarjo. Berbicara tentang informasi maka kebutuhan informasi sangat diperlukan bagi manusia. Informasi diperlukan sebagai sarana pengetahuan manusia dalam upaya mengembangkan diri, disamping itu informasi juga memudahkan manusia dalam menjalani kehidupannya. Dalam hal sarana dan prasarana informasi dan komunikasi maka Desa Sitiarjo untuk saat ini dapat dikatakan telah berkembang meski tidak dapat dikatakan maju. Signal telekomunikasi selular sudah dapat dinikmati oleh masyarakat sejak delapan tahun yang lalu meski tidak semua signal seluler ada, tetapi hal tersebut cukup membuktikan bahwa informasi dapat segera diakses oleh masyarakat. Dalam tahun-tahun belakangan ini, pemakaian telepon selular telah berkembang begitu pesat bahkan menggantikan telepon rumah, dihampir setiap rumah dapat dipastikan memiliki minimal satu alat telekomunikasi berupa telepon selular. Media komunikasi dan informasi elektronik dapat dinikmati hampir di setiap rumah. Dipastikan bahwa setiap rumah memiliki televisi sebagai media komunikasi, informasi dan hiburan. Kenyataan tersebut menjadi timpang dengan realitas keterbatasan mereka secara ekonomi namun bergaya hidup sesuai dengan perkembangan jaman. Mayoritas keluarga-keluarga dengan tingkat ekonomi bawah juga berasal dari keluarga-keluarga dengan tingkat ekonomi bawah dan yang sebagian besar tidak berpendidikan. Dalam menjalani kehidupannya setiap orang mempunyai pengalaman dan memori yang berasal dari keluarganya masing-masing. Pengalaman dan memori itulah yang sangat mempengaruhi bagaimana seseorang melanjutkan kehidupannya bersama dengan keluarga mandirinya. Dengan keadaan ekonomi yang memprihatinkan disertai dengan pendidikan yang tidak memadai maka akan lebih sulit keluarga-keluarga tersebut mencapai keluarga yang ideal. Terlebih jika pengalaman dan memori keluarga berisikan pengalaman kekerasan maka akan lebih beresiko melakukan hal yang sama di dalam keluarga selanjutnya. Dengan kebutuhan yang semakin mendesak dan pendidikan yang tidak memadai faktanya kekerasan dalam keluarga terkhusus kepada anak tidak dapat dihindarkan. Dari 35% keluarga 6

7 yang melakukan kekerasan terhadap anak sebagian besar merupakan keluarga-keluarga dengan tingkat ekonomi bawah meskipun keluarga-keluarga dengan kondisi ekonomi yang lebih baik juga melakukannya. Kerentanan melanjutkan lingkaran setan kekerasan dalam keluarga sangat besar karena perjalanan kehidupan yang semakin berat dan tidak dapat semua orang memproses kehidupan yang dialami dengan baik. Selain tingkat ekonomi yang memprihatinkan dan pendidikan yang tidak memadai seringkali lingkaran setan kekerasan dalam keluarga terkhusus terhadap anak semakin diperkuat oleh adanya pemahaman yang keliru tentang doktrin dan ajaran-ajaran kekristenan juga terkait dengan tradisi-tradisi yang berlaku dalam masyarakat. Fenomena kekerasan terhadap anak bukanlah hal yang baru, tindak kekerasan terhadap anak oleh orang tua merupakan pergumulan bersama yang harus segera disikapi. Dari data dan fakta yang terjadi di lapangan seharusnya menjadi realitas yang memprihatinkan kita semua. Berdasar fenomena dan realita tersebut penyusun memfokuskan diri pada teologi tentang anak yang dipegang oleh orang tua, terkhusus keluarga Kristen dalam memandang anak dalam kaitannya dengan tindak kekerasan yang dilakukan Pokok Permasalahan Fenomena kekerasan terhadap anak tentu bukan persoalan sepele sehingga dapat dengan mudah diselesaikan terlebih dengan realitas minimnya kesadaran akan persoalan ini. Kekerasan terhadap anak merupakan persoalan pelik yang mengharapkan tindakan dari setiap pihak untuk mengatasi dan mencegah tindak kekerasan ini. Dalam realitanya tindak kekerasan banyak dilakukan oleh keluarga-keluarga Kristen. Hal ini menggelisahkan penyusun sebagai orang Kristen yang hidup di tengah-tengah keluarga dan lingkungan Kristen dengan ajaran Kekristenan untuk saling mengasihi, yang nir kekerasan namun justru melakukan kekerasan. Penyusun merasakan ada ketidakkonsistenan antara ajaran kekristenan dengan realita yang terjadi dalam kehidupan keluarga. Kristus dan kekristenan berbicara dan meneladankan kasih serta anugerah Allah dalam kehidupan manusia, namun realitanya terdapat banyak konflik dan kekerasan. Dalam pemahaman iman Kristen dan keyakinan umum orang Kristen, Allah adalah kasih yang oleh karenanya kita harus saling mengasihi tanpa melakukan kekerasan. Namun bagaimana mungkin orang Kristen yang hidup berlandaskan kasih melakukan kekerasan dalam keluarga? 7

8 Anak adalah anugerah Allah yang diberikan kepada keluarga untuk dikasihi. Keyakinan tersebut banyak dihidupi oleh keluarga-keluarga Kristen namun mengapa kekerasan terhadap anak justru banyak terjadi? Apa yang menjadi pemahaman keluarga-keluarga ini terkhusus orang tua-orang tua Kristen ini dalam memandang anak mereka sehingga kekerasan justru yang terjadi? Hal inilah yang mendorong penyusun melakukan penelitian dalam konteks lingkungan asal penyusun untuk mencari jawab dan memikirkan apa yang dapat dilakukan oleh kita bersama dalam menyikapi persoalan kekerasan terhadap anak tersebut. Dengan latar belakang permasalahan yang telah penyusun sampaikan pada bagian sebelumnya, penyusun memfokuskan diri pada keluarga-keluarga Kristen dalam memandang anak. Penyusun hendak menyoroti dan memeriksa pemahaman keluarga Kristen mengenai diri mereka sebagai orang tua, mengenai anak, dan mengenai relasi antara orang tua dan anak, di dalam penghayatan iman mereka. Ketiga hal tersebut dipakai untuk melihat secara keseluruhan apa yang dipahami oleh orang tua perihal tindak kekerasan terhadap anak. Dalam pembatasan masalah penyusun membatasi diri pada permasalahan kekerasan terhadap anak dalam bentuk fisik dan verbal mengingat bahwa bentuk kekerasan tersebut yang dapat diamati dan dapat diungkap dengan lebih ringan. Terkhusus pula konteks penelitian dilakukan di Greja Kristen Jawi Wetan (selanjutnya akan memakai kata GKJW) Jemaat Sitiarjo yang penyusun dapati terjadi banyak kasus kekerasan terhadap anak oleh keluarga Kristen. Penyusun hendak mencari teologi tentang anak dalam diri keluarga-keluarga Kristen pelaku kekerasan terhadap anak untuk mencari dan memahami akar dari tindak kekerasan yang terjadi. Maksud dari teologi tentang anak dalam tulisan ini berangkat dari pemahaman Marcia J. Bunge yang menyebutkan bahwa teologi tentang anak (theologies of childhood) merupakan teologi yang bertujuan untuk menyediakan pemahaman teologi tentang anak-anak dan kewajiban kita terhadap anak-anak. 12 Pemahaman tersebut kemudian penyusun daratkan dalam ketiga aspek dalam memahami anak-anak yang tidak dapat terlepas dari keluarga. Yaitu mengenai pemahaman-pemahaman yang dimiliki oleh keluarga-keluarga Kristen dalam memandang diri mereka sebagai keluarga sebagai orang tua, pemahaman mereka mengenai nilai anak dan relasi antara orang tua dengan anak secara teologis. 12 Marcia J. Bunge, Biblical and Theological Perspectives on Children, Parents, and Best Practises for Faith Formation : Resources for Child, Youth, and Family Ministry Today, Dialog: A Journal of Theology, vol. 47, Number 4, 2008, h

9 Dengan mendasarkan diri pada teologi tentang anak tersebut di atas maka perumusan masalah akan berfokus pada: 1. Bagaimana teologi tentang anak dalam diri orang tua dalam konteks tindak kekerasan terhadap anak oleh keluarga Kristen? 2. Bagaimana korelasi antara pemahaman teologi tentang anak dengan fakta kekerasan terhadap anak dalam keluarga Kristen? 3. Bagaimana gereja menjawab realita konkret tersebut? 1.3. Judul Tulisan "Kekerasan Terhadap Anak dalam Keluarga Kristen: Sebuah Studi tentang Teologi Anak dalam Diri Orang Tua Kristen yang Melakukan Kekerasan Terhadap Anak di Jemaat Greja Kristen Jawi Wetan Sitiarjo" 1.4. Tujuan dan Alasan Penyusun menulis skripsi mengenai tindak kekerasan terhadap anak oleh keluarga Kristen pertama-tama hendak menjawab pertanyaan dalam diri penyusun mengenai nilai anak bagi keluarga dengan pengalaman kekerasan yang penyusun alami di dalam keluarga. Terlebih penyusun mendapati pengalaman serupa banyak dan sering terjadi di lingkungan Kristen di jemaat GKJW Sitiarjo. Kekerasan yang dilakukan oleh keluarga-keluarga Kristen di GKJW Jemaat Sitiarjo menjadi hal yang biasa yang sangat memprihatinkan. Dengan memeriksa pemahaman-pemahaman keluarga-keluarga Kristen mengenai anak dengan menggunakan teori teologi tentang anak secara ideal diharapkan penyusun dapat memberi jawab dan berpartisipasi dalam persoalan bersama mengenai tindak kekerasan terhadap anak. Tulisan ini tidak dapat secara ajaib menyelesaikan semua persoalan tindak kekerasan terhadap anak dan menyembuhkan diri penyusun dengan mudah dan singkat. Membutuhkan waktu dan kemauan bersama untuk berpartisipasi dan memeriksa diri akan peliknya persoalan ini bagi semua pihak. Dengan tulisan ini penyusun berharap dapat membantu anak-anak dalam kehidupan mereka untuk mendapatkan hak-hak mereka sebagai anak-anak meski tulisan ini hanya sejumput kecil usaha dalam berpastisipasi dalam persoalan ini. Namun lebih dalam dari itu penyusun dengan hati lapang 9

10 ingin juga menolong orang tua-orang tua ini. Dengan penulisan skripsi ini penyusun berharap dapat menemukan dan mendapatkan pemahaman orang tua terhadap anak secara real di lapangan untuk selanjutnya dibahas secara teologis demi mengusahakan kehidupan keluarga yang lebih baik Metode Penelitian Dalam ranah memeriksa teologi dengan konteks tertentu maka penyusun memakai metode penelitian empiris-kualitatif dalam bentuk wawancara dan studi literatur secara deskriptifanalitis. Metode penelitian empiris-kualitatif dalam bentuk wawancara bertujuan untuk mendapatkan data praktik yang real di lapangan dengan diperhadapkan pada teori-teori ideal untuk memeriksa dan menganalisa. Berdasarkan permasalahan yang penyusun bahas maka penyusun melakukan wawancara dengan keluarga-keluarga pelaku kekerasan sebagai fokus utama. Yang menjadi konteks penelitian adalah GKJW Jemaat Sitiarjo. Dalam pencarian sample wawancara dengan mengikuti ketentuan 10% dari populasi keluarga pelaku kekerasan maka penyusun melakukan wawancara terhadap dua belas informan dari 120 keluarga pelaku kekerasan terhadap anak dengan mempertimbangkan status sosial, perekonomian dan usia perkawinan dari para informan. Pertimbangan-pertimbangan ini diharapkan dapat mencakup kompleksitas dari teologi tentang anak dalam keluarga pelaku kekerasan. Dalam metode penelitian ini penyusun memakai prosedur lingkaran empiris Penelitian Jemaat yang terbagi dalam lima tahapan yaitu: 1. Melihat fenomena dan memperlihatkan permasalahan teologis (diuraikan dalam bab 1). 2. Induksi Teologis berisikan Kerangka Teoritis yang dipakai sebagai landasan dalam memeriksa realita lapangan (diuraikan dalam bab 2). 3. Deduksi Teologis berbicara mengenai variabel-variabel yang akan digunakan untuk meneliti. Variabel-variabel ini adalah penjabaran dari Kerangka Teoritis yang dipakai dalam bentuk pertanyaan-pertanyaan penelitian (diuraikan dalam bab 2). 4. Analisis akan dilakukan setelah mendapatkan hasil dari penelitian empiris. Analisis akan menggunakan literatur-literatur yang komprehensif dan terutama menggunakan perspektif Alkitab-refleksi teologis untuk menentukan apakah realita yang terjadi di masyarakat benar atau salah (diuraikan dalam bab 3). 10

11 5. Kontribusi berbicara mengenai solusi apa yang ditawarkan setelah ditemukan hasil dari penelitian empiris sebagai sumbangsih yang sekiranya dapat membantu (diuraikan dalam bab 4) Sistematika Tulisan Bab I. Pendahuluan Berisi latar belakang dan konteks GKJW Jemaat Sitiarjo yang menggambarkan fenomena kekerasan terhadap anak oleh keluarga Kristen, rumusan permasalahan, judul tulisan, tujuan penulisan, metode penulisan dan sistematika penulisan. Bab II. Teologi tentang Anak Berisi pemaparan landasan teori Teologi tentang anak yang berangkat dari pemahaman orang tua mengenai dirinya, pemahaman orang tua mengenai anak dan mengenai relasi orang tua dengan anak, yang diuraikan secara teologis-biblis dengan memakai kacamata Efesus 6:4. Bab III. Kekerasan terhadap Anak oleh Keluarga Kristen Berisi pemaparan hasil penelitian dan analisis secara mendalam mengenai kekerasan terhadap anak yang dilakukan oleh keluarga Kristen dalam integrasinya dengan teori Teologi tentang Anak. Bab IV. Strategi Pembangunan Jemaat : Gereja sebagai Hamba Berisi rekomendasi yaitu strategi pembangunan jemaat oleh gereja berdasarkan hasil analisa deskriptif dalam rangka menolong para orang tua pelaku kekerasan terhadap anak dalam realita konteks hidup mereka. Strategi pembangunan jemaat yang terwujud dalam program-program gereja berorientasi pada gambar Gereja sebagai Hamba. Bab V. Kesimpulan dan Saran Pada bagian akhir akan ditutup dengan kesimpulan dan saran dari keseluruhan bab yang telah diuraikan. 11

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan.

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa. dan diskriminasi serta hak sipil dan kebebasan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hak asasi anak merupakan bagian dari hak asasi manusia yang termuat dalam Undang-Undang Dasar 1945 dan Konvensi Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang Hak-Hak Anak.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. 1. Latar Belakang Tidak seorangpun ingin dilahirkan tanpa dekapan lembut seorang ibu dan perlindungan seorang ayah. Sebuah kehidupan baru yang telah hadir membutuhkan kasih untuk bertahan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Keluarga adalah institusi pertama yang dibangun, ditetapkan dan diberkati Allah. Di dalam institusi keluarga itulah ada suatu persekutuan yang hidup yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Permasalahan Sebuah acara reality show Oprah Winfrey Show yang pernah diputar, pernah mengulas sebuah tema tentang kekerasan dalam rumah tangga. Dalam acara tersebut menjelaskan macam-macam

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN 1.1.1 Latar Belakang Masalah Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT) adalah Gereja mandiri bagian dari Gereja Protestan Indonesia (GPI) sekaligus anggota Persekutuan Gereja-Gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang, BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah mitra kerja Tuhan Allah dalam mewujudkan rencana karya Tuhan Allah yaitu untuk menyelamatkan umat manusia. Dalam memenuhi panggilan-nya tersebut,

Lebih terperinci

CENDEKIA Jurnal Ilmu Administrasi Negara

CENDEKIA Jurnal Ilmu Administrasi Negara DAMPAK YANG TERJADI DI MASYARAKAT AKIBAT DARI KEKERASAN TERHADAP ANAK OLEH YENI NURAENI, S.H.,M.H. (Dosen Fakultas Hukum UNMA) Kasus kekerasaan terhadap anak sekarang ini menjadi pembicaraan yang hangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Permasalahan ekomomi dan kemiskinan merupakan masalah yang dihadapi oleh bangsa Indonesia yang sampai saat ini belum juga tertuntaskan. Jumlah penduduk

Lebih terperinci

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi

Pedologi. Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga. Yenny, M.Psi. Psikolog. Modul ke: Fakultas Psikologi. Program Studi Psikologi Modul ke: Pedologi Penganiayaan Anak dan Kekerasan dalam Rumah Tangga Fakultas Psikologi Yenny, M.Psi. Psikolog Program Studi Psikologi www.mercubuana.ac.id Tipe-tipe Penganiayaan terhadap Anak Penganiayaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82

BAB I PENDAHULUAN. 1 Dra.Ny.Singgih D.Gunarsa, Psikologi Untuk Keluarga, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 1988 hal. 82 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Banyak orang berpendapat bahwa siklus hidup manusia adalah lahir, menjadi dewasa, menikah, mendapatkan keturunan, tua dan mati. Oleh karena itu pernikahan

Lebih terperinci

BAB I

BAB I BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang permasalahan Secara umum keluarga merupakan kelompok kecil yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak. Beberapa sosiolog membedakan apa yang dimaksud consanguine family

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan suatu hal yang dinantikan dalam kehidupan manusia karena melalui sebuah pernikahan dapat terbentuk satu keluarga yang akan dapat melanjutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dr. H. Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia, 1979, hlm

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Dr. H. Hadiwijono, Iman Kristen, Jakarta Pusat: BPK Gunung Mulia, 1979, hlm BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Dewasa ini pertanyaan perihal Siapa Allah? merupakan bagian dari sebuah problematika yang sangat sensitif begitu pun ketika kita berbicara mengenai iman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pernikahan merupakan salah satu fase dari kehidupan manusia. Memasuki jenjang pernikahan atau menikah adalah idaman hampir setiap orang. Dikatakan hampir

Lebih terperinci

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA

2016 FENOMENA CERAI GUGAT PADA PASANGAN KELUARGA SUNDA BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Pernikahan merupakan hal yang dicita-citakan dan didambakan oleh setiap orang, karena dengan pernikahan adalah awal dibangunnya sebuah rumah tangga dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober

BAB I PENDAHULUAN. Hasil wawancara penulis dengan AK pada tanggal 17 Oktober BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Di Greja Kristen Jawi Wetan (GKJW) para pelayanan kebaktian anak dan remaja dikenal dengan sebutan pamong. Istilah pamong ini tidak ada dalam buku Tata Pranata GKJW

Lebih terperinci

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga

Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Kalender Doa Agustus 2015 Berdoa Bagi Wanita Korban Kekerasan Rumah Tangga Suami Rosa biasa memukulinya. Ia memiliki dua anak dan mereka tidak berani berdiri di hadapan ayahnya karena mereka takut akan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Gereja yang ada dan hadir dalam dunia bersifat misioner sebagaimana Allah pada hakikatnya misioner. Yang dimaksud dengan misioner adalah gereja mengalami bahwa dirinya

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Setiap manusia pasti menginginkan kebahagiaan dalam hidupnya. Namun dalam kenyataan kehidupan ini, manusia tidak bisa terhindar dari pergumulan hidup. Manusia

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kehidupan di perkotaan diperhadapkan dengan sebuah realita kehidupan yang kompleks. Pembangunan yang terus berlangsung membuat masyarakat berlomba-lomba untuk

Lebih terperinci

Bab I PENDAHULUAN UKDW. Pergaulan bebas ini dapat disaksikan di kota-kota besar, yang mengarah pada perilaku seksual yang bebas. 4

Bab I PENDAHULUAN UKDW. Pergaulan bebas ini dapat disaksikan di kota-kota besar, yang mengarah pada perilaku seksual yang bebas. 4 Bab I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Pergumulan tentang pertumbuhan remaja dan pemuda merupakan hal yang tidak asing lagi karena seringkali dialami oleh sebagian besar gereja. Banyak masalah yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Permasalahan 1. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan suatu negara yang memiliki kekayaan hutan tropis yang luas. Kekayaan hutan tropis yang luas tersebut membuat Indonesia menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta:

BAB I PENDAHULUAN. Obor Indonesia, 1999, p Jane Cary Peck, Wanita dan Keluarga Kepenuhan Jati Diri dalam Perkawinan dan Keluarga, Yogyakarta: BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pada dasarnya setiap orang memiliki suatu gambaran tentang keluarga dan keluarga harmonis. Keluarga merupakan sistem sosial dari hubungan utama, yang memungkinkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak adalah anugrah yang diberikan Tuhan kepada setiap pasangan. Tak salah jika pasangan yang telah berumah tangga belum merasa sempurna jika belum dikaruniai

Lebih terperinci

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013

Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kalender Doa Proyek Hanna Januari 2013 Kekerasan dalam rumah tangga terus meningkat secara drastis, baik dalam angka, frekuensi maupun tingkat kekejamannya. Beberapa berita mengejutkan antara lain: Seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ibadah merupakan sebuah bentuk perjumpaan manusia dengan Allah, pun juga dengan corak masing-masing sesuai dengan pengalaman iman dari setiap individu atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia adalah makhluk yang paling sulit untuk dipelajari dan dimengerti dari segala makhluk di bumi. Meskipun memiliki bentuk dan organ tubuh yang sama namun sifat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Permasalahan Perkawinan adalah bersatunya dua orang manusia yang bersama-sama sepakat untuk hidup di dalam satu keluarga. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Kehidupan bergereja (berjemaat) tidak dapat dilepaskan dari realita persekutuan yang terjalin di dalamnya. Dalam relasi persekutuan tersebut, maka setiap anggota

Lebih terperinci

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA

PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA PENGANIAYAAN TERHADAP ANAK DALAM KELUARGA Oleh: Alva Nadia Makalah ini disampaikan pada Seminar Online Kharisma ke-3, dengan Tema: Kekerasan Pada Anak: Efek Psikis, Fisik, dan Tinjauan Agama Dunia Maya,

Lebih terperinci

DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN

DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN KALENDER DOA PROYEK HANA FEBRUARI 2013 DOAKAN PARA WANITA DAN PARA GADIS AGAR MEREKA MEMILIH KESUCIAN Para wanita dan para gadis yang merindukan romantika, cinta, penerimaan, dan keamanan. Akibatnya, berkali-kali

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol.

BAB I PENDAHULUAN. (2000) p Budyanto, Dasar Teologis Kebersamaan dalam Masyarakat yang Beranekaragam Gema Duta Wacana, Vol. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Negara Indonesia adalah negara yang sangat majemuk atau beraneka ragam, baik dilihat secara geografis, struktur kemasyarakatan, adat istiadat, kebiasaan,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Permasalahan Remaja adalah masa transisi dari anak-anak menuju tahap yang lebih dewasa. Secara formal, seseorang dikatakan sebagai remaja jika telah memasuki batasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber

BAB I PENDAHULUAN. Salah satunya adalah krisis multidimensi yang diderita oleh siswa sebagai sumber 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Dunia pendidikan Indonesia saat ini kembali tercoreng dengan adanya tindak kekerasan yang dilakukan oleh para siswanya, khususnya siswa Sekolah Menengah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Perlindungan anak yang tertuang dalam Pasal 1 UU Nomor 23 tahun 2002 tentang Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan,

Lebih terperinci

Kalender Doa Februari 2017

Kalender Doa Februari 2017 Kalender Doa Februari 2017 Berdoa Bagi Pernikahan Dan Pertalian Keluarga Alkitab memberi gambaran mengenai pengabdian keluarga dalam Kitab Rut. Bisa kita baca di sana bagaimana Naomi dengan setia bepergian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan 1 BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Seiring dengan perkembangan jaman yang semakin modern dan maju secara tidak langsung menuntut setiap orang untuk mampu bersaing dalam mewujudkan tujuan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN Berbicara mengenai gereja tentu saja ada berbagai permasalahan yang terdapat dalam setiap jemaat-jemaat, bukan hanya soal perkembangan jumlah anggota jemaat,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) sebenarnya bukan hal yang baru di Indonesia, namun selama ini selalu dirahasiakan atau ditutup-tutupi oleh keluarga maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penyelesaian yang lebih baik. Walaupun demikian, masih banyak BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fenomena kekerasan semakin marak dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagian individu dapat mengatasi pengalaman akan kekerasannya, namun sebagian besar mencari solusi kepada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Status dan kondisi anak Indonesia adalah paradoks. Secara ideal, anak adalah pewaris dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau

BAB I PENDAHULUAN. tidak adil, dan tidak dapat dibenarkan, yang disertai dengan emosi yang hebat atau BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Mendengar kata kekerasan, saat ini telah menjadi sesuatu hal yang diresahkan oleh siapapun. Menurut Black (1951) kekerasan adalah pemakaian kekuatan yang

Lebih terperinci

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004)

BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004) BAB III KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA PRESPEKTIF HUKUM POSITIF (UNDANG-UNDANG R.I NOMOR 23 TAHUN 2004) A. Landasan Undang-Undang R.I. Nomor 23 Tahun 2004 Salah satu tujuan dibentuknya Undang-Undang R.I.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Kekerasan adalah semua bentuk perilaku verbal maupun non verbal yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang lain, sehingga menyebabkan efek negatif secara fisik,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Pulungdowo adalah sebuah desa di wilayah kecamatan Tumpang, kabupaten Malang Jawa Timur. Desa ini didominasi oleh masyarakat yang memeluk agama Islam, sementara

Lebih terperinci

PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1.

PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. 1 Bab I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN A.1. Latar Belakang Permasalahan Kerusakan hutan di Indonesia saat ini dalam tahap yang sangat memprihatinkan. Longgena Ginting eksekutif nasional WALHI menyebutkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007). 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak jalanan di Indonesia mengalami peningkatan pesat dalam beberapa tahun belakangan. Seseorang bisa dikatakan anak jalanan apabila berumur dibawah 18 tahun, yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s

BAB I PENDAHULUAN. banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kekerasan pada anak telah menjadi perhatian dunia, begitu banyak anak yang menjadi korban perlakuan salah. United Nations Children s Fund (UNICEF) (2012)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan memberi sesuai dengan kemampuannya. Gereja adalah tempat setiap orang dalam menemukan belas kasih

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng

BAB V PENUTUP. tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan Pertama, sebuah konsep etika dibangun berdasarkan konteks atau realita pada masa tertentu. Untuk menjawab topik dari penelitian ini, yakni Etika Global menurut Hans Küng ditinjau

Lebih terperinci

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I Latar Belakang Permasalahan BAB I 1. 1. Latar Belakang Permasalahan Pendeta dipandang sebagai tugas panggilan dari Allah, karenanya pendeta biasanya akan dihormati di dalam gereja dan menjadi panutan bagi jemaat yang lainnya. Pandangan

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Keberadaan gereja di dunia ini menjadi tanda dan alat bagi misi Allah. Misi Allah ini terkait dengan kehendak Allah yang menyelamatkan seluruh umat manusia. Dengan memperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan

BAB I PENDAHULUAN tentang Perlindungan Anak Pasal 1 angka 1 (selanjutnya UU Perlindungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak adalah amanah sekaligus karunia Tuhan yang Maha Esa yang lahir untuk dilindungi. Bahkan anak dianggap sebagai harta kekayaan yang paling berharga dibandingkan harta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita.

BAB I PENDAHULUAN. ). Sedangkan Semua agama ( yang diakui ) di Indonesia tidak ada yang. menganjurkan untuk menceraikan istri atau suami kita. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fenomena perceraian tentunya secara tidak langsung memiliki andil dalam menciptakan permasalahan sosial di masyarakat. Perceraian dalam rumah tangga, dapat dipengaruhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Anak usia sekolah adalah anak pada usia 6-12 tahun. Pada usia ini anak mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak, dan mengabungkan diri

Lebih terperinci

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas Psikologi Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Psikologi Disusun Oleh : ARHAM

Lebih terperinci

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI, SALINAN BUPATI PATI PROPINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN PATI NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN TERHADAP KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Masalah Fenomena kasus hamil sebelum nikah saat ini sering terjadi di masyarakat. Di Indonesia sendiri, kasus hamil sebelum nikah sangat banyak terjadi di kota besar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak sekali latar belakang kekerasan terhadap anak mulai dari ketidakpuasan seseorang terhadap kondisi hidupnya sehingga melihat anak yang tidak berdaya sebagai

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara akan persoalan Perjamuan Kudus maka ada banyak sekali pemahaman antar jemaat, bahkan antar pendeta pun kadang memiliki dasar pemahaman berbeda walau serupa.

Lebih terperinci

UKDW. Bab I. Pendahuluan

UKDW. Bab I. Pendahuluan Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Tak dapat dipungkiri bahwa manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, maka dari itu kehidupan seorang manusia yang dimulai dari kelahiran dan diakhiri dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga

BAB I PENDAHULUAN. sebagai tempat berlindung bagi seluruh anggota keluarga. Maka rumah tangga BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Rumah adalah tempat untuk membangun keluarga yang bahagia, harmonis dan sejahtera. Tempat pengayom bagi seluruh penghuninya dan juga sebagai tempat berlindung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011) prestasi belajar merupakan penguasaan pengetahuan atas keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran lazimnya ditunjukkan

Lebih terperinci

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari

PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA. Oleh: Chandra Dewi Puspitasari PEREMPUAN DAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Oleh: Chandra Dewi Puspitasari Pendahuluan Kekerasan terutama kekerasan dalam rumah tangga merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan kejahatan terhadap martabat

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gereja Kristen Jawa Kutoarjo merupakan salah satu gereja dari 11 Gereja Kristen Jawa yang berada dibawah naungan Klasis Purworejo. GKJ Kutoarjo merupakan sebuah gereja

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. perempuan di Indonesia. Diperkirakan persen perempuan di Indonesia BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Masalah Menikah di usia muda masih menjadi fenomena yang banyak dilakukan perempuan di Indonesia. Diperkirakan 20-30 persen perempuan di Indonesia menikah di bawah usia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak.

BAB I PENDAHULUAN. tindak kekerasan di dalam rumah tangga khususnya yang berkaitan dengan anak. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Peneliti mengusung perancangan buku cerita bergambar kepada anak yang bertujuan sebagai bahan alternatif edukasi anak untuk antisipasi bila menemui tindak kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perbedaan gender (gender differences) antara manusia laki-laki dan perempuan terjadi melalui proses yang sangat panjang. Kata gender berasal dari kata

Lebih terperinci

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tidak dapat dipungkiri bahwa ada begitu banyak tuntutan, tanggungjawab dan kewajiban yang tidak bisa diabaikan oleh seorang pendeta jemaat. Dengan berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak merupakan aset masa depan dalam kehidupan berbangsa. Anak merupakan modal utama bagi suatu negara dalam mempersiapkan kondisi negara yang kuat, aman dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related

BAB I PENDAHULUAN. gender. Kekerasan yang disebabkan oleh bias gender ini disebut gender related BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan adalah persoalan pelanggaran kondisi kemanusiaan yang tidak pernah tidak menarik untuk dikaji. Menurut Mansour Fakih (2004:17) kekerasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia merupakan mahluk sosial yang tidak pernah terlepas dari hubungannya dengan orang lain. Keberadaan orang lain dibutuhkan manusia untuk melakukan suatu

Lebih terperinci

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG

UKDW BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG BAB I. PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Teologi merupakan suatu usaha atau kegiatan untuk mencermati kehadiran Tuhan Allah di mana Allah menyatakan diri-nya di dalam kehidupan serta tanggapan manusia akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam BAB I PENDAHULUAN I. Latar Belakang Masalah Khotbah merupakan salah satu bagian dari rangkaian liturgi dalam kebaktian yang dilakukan oleh gereja. Setidaknya khotbah selalu ada dalam setiap kebaktian minggu.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Permasalahan Gereja adalah persekutuan umat Tuhan Allah yang baru. Ungkapan ini erat hubungannya dengan konsep tentang gereja adalah tubuh Kristus. Dalam konsep ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119.

BAB I PENDAHULUAN. Jurnal Teologi Gema Duta Wacana edisi Musik Gerejawi No. 48 Tahun 1994, hal. 119. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada umumnya, musik merupakan suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari suatu kegiatan peribadatan. Pada masa sekarang ini sangat jarang dijumpai ada suatu

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1. Latar Belakang Kehidupan seseorang dalam perjalanannya akan selalu mengalami perubahan. Perubahan ini dapat dikarenakan perkembangan dan pertumbuhan normal sebagai pribadi, maupun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang pelayanan yang penting dan strategis karena menentukan masa depan warga gereja. Semakin

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Setiap manusia dalam perkembangan hidupnya akan mengalami banyak perubahan di mana ia harus menyelesaikan tugastugas perkembangan, dari lahir, masa kanak-kanak, masa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat

BAB I PENDAHULUAN. terjadi akhir-akhir ini sangat memprihatinkan. Perilaku Agresi sangat 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Anak merupakan harta yang tak ternilai bagi suatu keluarga, dan menjadi aset yang berharga bagi suatu bangsa. Tak dapat dipungkiri bahwa kondisi anak saat ini akan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Beragam permasalahan pada perempuan seringkali muncul dalam berbagai pemberitaan publik, baik dalam media cetak, media elektronik dan media online, dimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa

BAB I PENDAHULUAN. masing-masing tahap perkembangannya adalah pada masa kanak-kanak, masa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Secara umum gambaran dari manusia yang sehat adalah mereka yang mampu menyelesaikan tugas perkembangan dengan baik, teratur, dan tepat pada masing-masing tahap

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi

I. PENDAHULUAN. pelepah dasar terbentuknya kepribadian seorang anak. Kedudukan dan fungsi I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Keluarga memegang peran penting dalam membentuk watak dan kepribadian anak. Karena pendidikan dikeluarga menjadi risalah awal sekaligus sebagai pelepah dasar terbentuknya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persekutuan di dalam Yesus Kristus dipahami berada di tengah-tengah dunia untuk dapat memberikan kekuatan sendiri kepada orang-orang percaya untuk dapat lebih kuat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu fenomena yang ada akhir-akhir ini yang sangat memprihatinkan adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun masal sudah merupakan berita harian di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi

BAB I PENDAHULUAN. atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan berkomunikasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Keluarga adalah sekelompok orang yang terhubungkan oleh ikatan pernikahan, darah atau adopsi; membentuk suatu rumah tangga tunggal; saling berinteraksi dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap manusia yang mulai menginjak usia dewasa, pasti memiliki keinginan dalam dirinya untuk menikah dan membangun rumah tangga bersama pasangannya. Keinginan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hubungan Antara Persepsi Terhadap Pola Kelekatan Orangtua Tunggal Dengan Konsep Diri Remaja Di Kota Bandung BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Idealnya, di dalam sebuah keluarga yang lengkap haruslah ada ayah, ibu dan juga anak. Namun, pada kenyataannya, saat ini banyak sekali orang tua yang menjadi orangtua

Lebih terperinci

BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMICU TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP ANAK. hari kita masih mendengar rintihan anak-anak yang disiksa dan

BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMICU TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP ANAK. hari kita masih mendengar rintihan anak-anak yang disiksa dan BAB II FAKTOR-FAKTOR YANG MEMICU TERJADINYA KEKERASAN TERHADAP ANAK 1.1 Pengertian Kekerasan Terhadap Anak Perilaku keji, tidak sewenang-wenang orang tua maupun orang dewasa lainnya masih terjadi dan luput

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan.

BAB I PENDAHULUAN. perempuan dengan pengertian sebagai tindakan atau serangan terhadap. menyebabkan penderitaan dan kesengsaraan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Istilah kekerasan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai perbuatan seseorang atau sekelompok orang yang menyebabkan cedera atau matinya orang lain atau

Lebih terperinci

Perceraian, Perkawinan Kembali, dan Komunitas yang Kurang Piknik

Perceraian, Perkawinan Kembali, dan Komunitas yang Kurang Piknik Perceraian, Perkawinan Kembali, dan Komunitas yang Kurang Piknik Timothy Athanasios CHAPTER 1 PERCERAIAN SEBAGAI ISU PASTORAL Pertama-tama izinkanlah saya untuk mengakui bahwa saya bukanlah seorang praktisi

Lebih terperinci

STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA STRATEGI KOPING PADA WANITA JAWA KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA Skripsi Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat

Lebih terperinci

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah

UKDW BAB I. Pendahuluan. 1. Latar Belakang Masalah. Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah BAB I Pendahuluan 1. Latar Belakang Masalah Secara umum dipahami bahwa orang Indonesia harus beragama. Ini salah satunya karena Indonesia berdasar pada Pancasila, dan butir sila pertamanya adalah Ketuhanan

Lebih terperinci

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis.

BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN. menguraikan terlebih dulu gambaran umum GPM Jemaat Airmanis. BAB III TEMUAN HASIL PENELITIAN Dalam bab III ini akan membahas temuan hasil dari penelitian tentang peran pendeta sebagai konselor pastoral di tengah kekerasan pasangan suami-isteri. Sebelumnya, penulis

Lebih terperinci

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal 1 Bab I Pendahuluan 1. Latar Belakang Permasalahan Kesetaraan laki-laki dan perempuan sudah seringkali dibicarakan dan diperjuangkan. Meski demikian, tetap saja kita tidak bisa mengabaikan kodrat seorang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG Agama di Indonesia memegang peranan penting dalam kehidupan masyarakat. Hal ini dinyatakan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu Pancasila terutama pada sila yang pertama,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik.

BAB I PENDAHULUAN. kualitas kepribadian serta kesadaran sebagai warga negara yang baik. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Permasalahan di bidang pendidikan yang dialami bangsa Indonesia pada saat ini adalah berlangsungnya pendidikan yang kurang bermakna bagi pembentukan watak

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Kepemimpinan merupakan hal yang penting berada dalam gereja. Hal ini tidak terlepas dari keberadaan gereja sebagai organisasi. Dalam teori Jan Hendriks mengenai jemaat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan masalah sosial yang perlu segera diatasi, secara kualitas maupun

BAB I PENDAHULUAN. juga merupakan masalah sosial yang perlu segera diatasi, secara kualitas maupun BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kekerasan terhadap perempuan bukan hanya merupakan tindakan kriminal, tetapi juga merupakan masalah sosial yang perlu segera diatasi, secara kualitas maupun kuantitas.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam kehidupan di Indonesia pluralitas agama merupakan realitas hidup yang tidak mungkin dipungkiri oleh siapapun. Di negeri ini semua orang memiliki kebebasan

Lebih terperinci