BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. A+ CSR Indonesia mendefinisikan CSR sebagai berikut:
|
|
- Hamdani Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB II LANDASAN TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS II.1. Landasan Teori II.1.1. Definisi CSR A+ CSR Indonesia mendefinisikan CSR sebagai berikut: upaya perusahaan untuk meminimumkan dampak negatif, mengkompensasi dampak negatif residual, dan memaksimumkan dampak positif operasinya dalam ranah ekonomi, sosial, dan lingkungan, terhadap seluruh pemangku kepentingan, untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan. ( Definisi CSR menurut Johnson and Johnson (2006) dalam Hadi (2011: 46) adalah sebagai berikut: Corporate social responsibility (CSR) is about how companies manage the business processes to produce an overall positive impact on society. Definisi tersebut menekankan pada bagaimana cara perusahaan mengelola operasinya secara keseluruhan yang memiliki dampak positif bagi dirinya dan lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan harus mengelola operasi bisnisnya dengan menghasilkan produk yang berpengaruh secara positif terhadap masyarakat dan lingkungan. The World Business Council for Sustainable Development yang diterjemahkan oleh Solihin (2009) memberikan definisi CSR sebagai berikut: Komitmen berkelanjutan dari para pelaku bisnis untuk berperilaku secara etis dan memberi kontribusi bagi pembangunan ekonomi, sementara pada saat yang sama meningkatkan kualitas hidup dari para pekerja dan keluarganya demikian pula masyarakat lokal dan masyarakat secara luas. (h.28) Sementara itu, Committee Draft ISO Guidance on Social Responsibility (2008, draft 3) memberikan definisi CSR sebagai berikut: 8
2 Responsibility of an organization for the impacts of its decisions and activities on society and the environment, through transparent, and ethical behaviour that contributes to sustainable development, including health and the welfare of society, takes into account the expectations of stakeholders, is in compliance with applicable law and consistent with international norms of behavior, and is integrated throughout the organization and practised in its relationships. Banyaknya keragaman dari definisi CSR dapat dikatakan bahwa belum terdapat keseragaman mengenai pengertian CSR, namun dapat disimpulkan bahwa CSR merupakan komitmen perusahaan yang secara berkelanjutan untuk mensejahterakan lingkungannya dengan tidak mengabaikan kepentingan para stakeholders serta dapat memberikan kontribusi yang baik bagi dunia usaha maupun pembangunan. II.1.2. Triple Bottom Line John Elkington pada tahun 1997 melalui bukunya Cannibals With Forks: The Triple Bottom Line in 21 st Century Business mengembangkan konsep triple bottom line yang merupakan perluasan dari konsep akuntansi tradisional yang hanya memuat single bottom line yakni hasil-hasil keuangan dari aktivitas ekonomi perusahaan. Secara lebih rinci, Elkington (Solihin, 2009) menjelaskan triple bottom line sebagai berikut: The three lines of the triple bottom line represent society, the economy and the environment. Society depend on the global ecosystem, whose health represents the ultimate bottom line. The three lines are not stable they are in constant flux, due to social, political, economic and environmental pressures, cycle and conflicts. (h.30) Elkington membagi CSR ke dalam tiga fokus yaitu profit, planet, dan people (3P). Perusahaan yang baik tidak hanya mengejar keuntungan ekonomi 9
3 (profit) tapi juga memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan (planet) serta memberikan kontribusi positif dalam mensejahterakan masyarakat (people). Mengacu pada Wibisono (2007), aspek yang terdapat dalam Triple Bottom Line, yaitu: 1. Profit. Perusahaan tetap harus berorientasi mencari keuntungan ekonomi yang memungkinkan untuk beroperasi dan terus berkembang. Ini merupakan unsur terpenting dan menjadi tujuan utama kegiatan usaha setiap perusahaan. 2. People. Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan manusia. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya tidak hanya berfokus pada kepentingannya saja untuk memperoleh keuntungan, tapi juga peduli terhadap masyarakat sekitar dimana perusahaan menjalankan kegiatan usahanya. 3. Planet. Perusahaan peduli tidak hanya lingkungan sosial tapi juga lingkungan hayati. Jika keberadaan perusahaan ingin tetap bertahan maka harus disertakan pula tanggung jawab kepada lingkungan. Perusahaan tidak hanya mementingkan untuk mendapatkan keuntungan sebanyakbanyaknya tanpa melakukan upaya pelestarian lingkungan. II.1.3. Manfaat Corporate Social Responsibility Menurut Wikipedia (2008) dalam Suharto (2008), terdapat empat manfaat CSR terhadap perusahaan, yaitu: 1. Brand differentiation. Dalam persaingan pasar yang semakin kompetitif, CSR dapat memberikan citra perusahaan yang baik di mata publik dan akan 10
4 menciptakan customer loyalty. The Body Shop dan BP (dengan bendera Beyond Petroleum ), seringkali dianggap memiliki image unik terkait isu lingkungan. 2. Human resources. Program CSR dapat membantu dalam perekrutan karyawan baru, terutama yang memiliki kualifikasi tinggi. Saat wawancara, calon karyawan yang memiliki pendidikan dan pengalaman tinggi sering bertanya tentang CSR dan etika bisnis perusahaan, sebelum mereka memutuskan menerima tawaran. Bagi staf lama, CSR juga dapat meningkatkan persepsi, reputasi dan dedikasi dalam bekerja. 3. License to operate. Perusahaan yang menjalankan CSR dapat mendorong pemerintah dan publik memberi izin bisnis. Karena dianggap telah memenuhi standar operasi dan kepedulian terhadap lingkungan dan masyarakat. 4. Risk management. Manajemen risiko merupakan isu sentral bagi setiap perusahaan. 5. Reputasi perusahaan yang dibangun bertahun-tahun dapat runtuh dalam sekejap oleh skandal korupsi, kecelakaan karyawan, atau kerusakan lingkungan. Membangun budaya doing the right thing penting bagi perusahaan dalam mengelola risiko-risiko bisnis yang terjadi. II.1.4. Prinsip Corporate Social Responsibility Warhust (1998) seperti yang ditulis oleh Wibisono (2007) mengajukan prinsip-prinsip CSR, sebagai berikut: 11
5 1. Prioritas korporat Mengakui tanggung jawab sosial sebagai prioritas tertinggi perusahaan dan penentu utama pembangunan berkelanjutan. Dengan demikian, perusahaan dapat membuat kebijaksanaan, program, dan praktik dalam menjalankan segala aktivitas perusahaan yang tidak dapat lepas dari tanggung jawab sosial. 2. Manajemen terpadu Mengintegrasikan kebijakan, program, dan praktik ke dalam setiap kegiatan bisnis sebagai unsur manajemen dalam fungsi manajemen. 3. Proses perbaikan Secara berkesinambungan memperbaiki kebijakan, program, dan kinerja sosial korporat berdasarkan temuan riset mutakhir dan memahami kebutuhan sosial serta menerapkan kriteria sosial tersebut. 4. Pendidikan karyawan Menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan serta memotivasi karyawan. 5. Pengkajian Melakukan kajian dampak sosial sebelum memulai kegiatan atau proyek baru dan sebelum menutup fasilitas atau meninggalkan lokasi pabrik. 6. Produk atau jasa Mengembangkan produk dan jasa yang tidak berdampak negatif secara sosial. 7. Informasi publik Memberi informasi dan (bila diperlukan) mendidik pelanggan, distributor, dan publik tentang penggunaan yang aman, pembuangan produk, dan begitu pula dengan jasa. 8. Fasilitas dan operasi Mengembangkan, merancang, dan mengoperasikan fasilitas serta menjalankan kegiatan yang mempertimbangkan temuan kajian dampak sosial dan lingkungan. 9. Penelitian Melakukan atau mendukung penelitian dampak sosial bahan baku, produk, proses, emisi, dan limbah yang terkait dengan kegiatan usaha dan penelitian yang menjadi sarana untuk mengurangi dampak negatif yang ditimbulkan. 10. Prinsip pencegahan Memodifikasi manufaktur, pemasaran atau penggunaan produk atau jasa, sejalan dengan penelitian mutakhir, untuk mencegah dampak sosial yang bersifat negatif. 12
6 11. Kontraktor dan pemasok Mendorong penggunaan prinsip-prinsip tanggung jawab sosial korporat yang dijalankan kontraktor dan pemasok, disamping itu bila diperlukan mensyaratkan perbaikan dalam praktik bisnis yang dilakukan kontraktor dan pemasok. 12. Siaga menghadapi darurat Menyusun dan merumuskan rencana menghadapi keadaan darurat dan bila terjadi keadaan bahaya bekerja sama dengan layanan gawat darurat, instansi berwenang, dan komunitas lokal. Sekaligus mengenali potensi bahaya yang muncul. 13. Transfer best practice Berkontribusi pada pengembangan dan transfer praktik bisnis yang bertanggung jawab secara sosial pada semua industri dan sektor publik. 14. Memberi sumbangan Sumbangan untuk usaha bersama, pengembangan kebijakan publik dan bisnis, lembaga pemerintah, dan lintas departemen pemerintah serta lembaga pendidikan yang akan meningkatkan kesadaran tentang tanggung jawab sosial. 15. Keterbukaan Menumbuhkembangkan keterbukaan dan dialog dengan pekerja dan publik, mengantisipasi dan memberi respons terhadap potential hazard, dan dampak operasi, produk, limbah, atau jasa. 16. Pencapaian dan pelaporan Mengevaluasi kinerja sosial, melaksanakana audit sosial secara berkala, dan mengkaji pencapaian berdasarkan kriteria korporat, dan peraturan perundang-undangan dan menyampaikan informasi tersebut pada dewan direksi, pemegang saham, pekerja, dan publik. (h.39-h.41) II.1.5. Standard G3 GRI Standar merupakan seperangkat aturan yang memberikan panduan atau pedoman bagi pihak yang berkepentingan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan aturan yang terdapat pada pedoman tersebut. Dengan dasar ini, dibuatlah suatu standar yang diperlukan untuk mengatur kegiatan CSR perusahaan. Standar ini dikenal dengan Global Reporting Initiative atau G3 GRI. 13
7 Standar tersebut dimaksudkan untuk memberikan kerangka kerja yang berlaku umum untuk melaporkan kinerja ekonomi, lingkungan, dan sosial organisasi. Kerangka kerja ini didesain dan digunakan oleh seluruh organisasi dengan ukuran, sektor, dan lokasi yang berbeda. Selain itu, G3 GRI merupakan panduan perusahaan untuk mendukung pembangunan berkelanjutan. Gambar II.1 The GRI Reporting Framework Berdasarkan gambar tersebut, terdapat acuan atau panduan bagaimana pelaporan CSR dan apa yang harus dilaporkan dalam pelaksanaan CSR. Pada pelaporan CSR terdapat prinsip dan panduan yang berkaitan dengan kualitas informasi dan konten yang diungkapkan dalam pelaporan CSR perusahaan. Di dalam pengungkapan CSR juga terdapat standar pengungkapan yang digunakan untuk mengidentifikasi informasi yang relevan dan material yang akan diungkapkan. 14
8 Indikator yang digunakan pada standar G3 GRI, yaitu: 1. Ekonomi. Indikator ini meliputi nilai ekonomi yang memberikan manfaat langsung bagi perusahaan dan dampak dari kondisi ekonomi yang akan berpengaruh pada keberlanjutan usaha secara keseluruhan. 2. Sosial. Indikator ini berfokus pada kepedulian perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan dan masyarakat. 3. Lingkungan. Indikator ini berfokus pada kepedulian perusahaan terhadap lingkungan hayati seperti ekosistem. ( Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam membuat pelaporan CSR berkaitan dengan kualitas infomasi yang terdapat dalam pelaporan CSR menurut G3 GRI (2006, G3 Guidelines) adalah sebagai berikut: 1. Materialitas. Informasi dalam laporan harus mencakup indikator yang mencerminkan dampak signifikan ekonomi, lingkungan, dan sosial organisasi, atau secara substansial akan mempengaruhi penilaian dan keputusan dari stakeholders. 2. Stakeholder Inclusiveness. Pelaporan harus mengidentifikasi stakeholder dan menjelaskan bagaimana laporan tersebut direspon dengan harapan dan kepentingan yang wajar. 3. Sustainability Context. Laporan ini harus menyajikan kinerja organisasi dalam konteks keberlanjutan yang lebih luas. 4. Kelengkapan. Mencakup topik yang material, indikator, dan definisi batas laporan harus cukup mencerminkan dampak ekonomi, lingkungan, dan sosial yang signifikan dan memungkinkan para stakeholder untuk menilaikinerja organisasi dalam periode pelaporan. 15
9 II.1.6. Standar Akuntansi CSR Ikatan Akuntan Indonesia mengeluarkan suatu Standar Akuntansi Keuangan yang telah mengakomodasi tentang akuntansi pertanggungjawaban sosial atau CSR, yaitu dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 1 paragraf 9 : Perusahaan dapat pula menyajikan laporan tambahan seperti laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri di mana faktor-faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi industri yang menganggap pegawai sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang peranan penting. Selain standar tersebut, PSAK-IAI juga mengeluarkan ISAK 3 tentang interpretasi tentang perlakuan akuntansi atas sumbangan dan bantuan. Interpretasi tersebut dikeluarkan atas PSAK 21 tentang akuntansi ekuitas paragraf 33 yang menyatakan bahwa saldo laba tidak boleh dibebankan atau dikredit dengan pospos yang seharusnya diperhitungkan pada laporan laba rugi tahun berjalan. Pada ISAK 3, apabila biaya tanggung jawab sosial tidak dapat dikaitkan dengan perolehan suatu aktiva, maka biaya tersebut harus dibebankan pada saat terjadinya dengan menggunakan dasar akrual. Jika biaya tanggung jawab sosial tersebut terkait dengan perolehan aktiva tetap baik berwujud maupun tidak berwujud, perusahaan harus melakukan kapitalisasi dan mencatatnya sebagai bagian harga perolehan aktiva tetap. II.1.7. Pelaporan CSR Perkembangan CSR yang semakin signifikan membuat perusahaan berusaha untuk sebaik mungkin melakukan pelaporan CSR. Di Indonesia sendiri, pelaporan CSR diatur dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Pasal 74 ayat 1. Undang-undang ini menyatakan 16
10 setiap perusahaan yang menjalankan kegiatan usaha di bidang sumber daya alam atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan tanggung jawab sosial dan lingkungan. Dalam konteks global, selain G3 GRI terdapat beberapa standar yang mengatur tentang pelaporan CSR di antaranya yaitu: 1. ISO Guidance on Social Responsibility. Standar ini berisi pedoman yang bersifat sukarela mengenai tanggung jawab sosial suatu organisasi yang mencakup semua sektor badan publik atau badan privat baik di negara berkembang maupun negara maju. 2. Accountability s Aa1000 Standard, yang berdasar pada prinsip triple bottom line yang digagas oleh John Elkington. 3. Social Accountability International s SA800 Standards. Standar ini didasarkan pada norma-norma hak asasi manusia internasional dan hukum tenaga kerja nasional yang melindungi dan memberdayakan semua personil dalam ruang lingkup kendali dan pengaruh perusahaan, yang memproduksi produk atau menyediakan jasa bagi perusahaan, termasuk personil yang dipekerjakan oleh perusahaan itu sendiri, supplier, sub kontraktor, dan subsupplier. 4. UN Global Compact. Standar ini memiliki indikator yang meliputi hak asasi manusia, lingkungan, labor standards, dan anti korupsi. 5. Standar Kinerja IFC. Dibuat terutama untuk mengelola projek kategori A berpotensi signifikan mempunyai dampak negatif yang beragam dan tak terbalikkan. Standar ini juga digunakan investor untuk mengetahui risiko sosial dan lingkungan. 17
11 II.1.8. Earnings Response Coefficient (ERC) Informasi laba seringkali direspon investor sebagai bahan pertimbangan untuk melakukan investasi dan mengetahui kinerja perusahaan. Namun demikian, informasi laba saja tidak cukup untuk dijadikan sebagai dasar pertimbangan untuk mengambil keputusan karena terdapat kemungkinan bahwa informasi laba tersebut menimbulkan bias. Scott (2003) mendefinisikan earnings response coefficient (ERC) sebagai berikut: An earnings response coefficient measures the extent of a security s abnormal market return in response to the unexpected component of reported earnings of the firm issuing that security. (p.148) Mengacu pada Scott (2003) terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi ERC atau respon pasar, yaitu: 1. Beta atau risiko Beta sangat mempengaruhi investor karena semakin besar risiko yang ada maka semakin tidak pasti return yang akan didapat investor. Ini juga menyebabkan reaksi investor terhadap unexpected earnings perusahaan akan semakin rendah. 2. Struktur modal Perusahaan yang memiliki tingkat hutang yang tinggi (high levered) akan semakin baik karena laba akan mengalir kepada kreditor (pemberi pinjaman) dibandingkan kepada pemegang saham. Dengan demikian, ERC akan lebih rendah pada perusahaan yang tingkat hutangnya tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang tingkat hutangnya rendah (low levered). 18
12 3. Persistensi laba Jika persistensi laba tinggi maka ekspektasi terhadap laba di masa yang akan datang juga tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang persistensi labanya rendah. Jadi, semakin tinggi persistensi laba maka semakin tinggi ERC. Ini menunjukkan perusahaan dapat mempertahankan laba dari waktu ke waktu. 4. Peluang pertumbuhan Peluang pertumbuhan dapat mempengaruhi perusahaan dalam menghasilkan laba. Jika terjadi peluang pertumbuhan maka laba atau profitabilitas di masa datang akan lebih besar sehingga ERC akan lebih tinggi atau berhubungan positif dengan pertumbuhan. 5. Informativeness of price Informativeness of price dapat mempengaruhi nilai perusahaan di masa datang. Informativeness of price diproksi berdasarkan ukuran perusahaan, semakin besar ukuran perusahaan semakin banyak informasi publik yang tersedia mengenai perusahaan tersebut. Dengan demikian, semakin tinggi informativeness of price maka ERC akan semakin rendah. (p.148-p.154) II.1.9. Persistensi Laba Laba merupakan ukuran penting dalam bisnis perusahaan. Tanpa adanya laba bisnis perusahaan tidak akan berjalan dengan baik. Dalam Murwaningsari (2006), persistensi laba adalah revisi laba yang diharapkan di masa datang (expected future earnings) yang diimplikasikan oleh inovasi laba tahun berjalan 19
13 sehingga persistensi laba dilihat dari inovasi laba tahun berjalan yang dihubungkan dengan perubahan harga saham. Semakin tinggi ERC maka laba perusahaan akan lebih persisten di masa datang. Persistensi dapat diukur berdasarkan laporan keuangan secara keseluruhan atau berdasar komponen laporan keuangan. Terdapat tiga komponen yang berbeda, yaitu: 1. Permanen, diharapkan terjadi dengan pasti 2. Transitory, mempengaruhi pendapatan atau laba pada tahun yang bersangkutan tapi tidak di masa yang akan datang 3. Price-irrelevant, tidak memiliki persistensi (persistence to zero) II Struktur Modal (Leverage) Leverage merupakan komponen penting dalam perkembangan bisnis perusahaan. Leverage dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan untuk menyelesaikan semua kewajibannya kepada pihak lain. Perusahaan yang mempunyai hutang yang lebih banyak pada struktur modalnya akan mempunyai agency cost yang lebih besar. Tingkat leverage yang tinggi akan menguntungkan kreditor dibandingkan pemegang saham, sehingga semakin baik kondisi laba maka semakin negatif respon pemegang saham. Pemegang saham menganggap bahwa laba tersebut hanya akan menguntungkan kreditor. 20
14 II Perusahaan High Profile dan Low Profile Dalam Zuhroh dan Sukmawati (2003), tipe industri dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: 1. Tipe Industri High Profile Pada umumnya perusahaan high profile merupakan perusahaan yang memiliki tingkat sensitivitas yang tinggi. Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut memperoleh sorotan dari masyarakat ketika aktivitas operasi yang dilakukan mengalami kesalahan atau adanya kelalaian yang berdampak negatif pada lingkungan sekitarnya. Adapun perusahaan yang termasuk dalam industri atau perusahaan high profile antara lain perusahaan perminyakan dan pertambangan, kimia, hutan, kertas, otomotif, penerbangan, agribisnis, tembakau dan rokok, produk makanan dan minuman, media dan komunikasi, energi, engineering, kesehatan, transportasi, serta pariwisata. 2. Tipe Industri Low Profile Perusahaan low profile adalah perusahaan yang tidak terlalu mendapatkan perhatian dari masyarakat ketika aktivitas operasi perusahaan mengalami kesalahan. Perusahaan low profile seringkali ditoleransi oleh masyarakat ketika aktivitasnya mengalami kegagalan atau kesalahan. Perusahaan atau industri yang termasuk tipe low profile yaitu perusahaan bangunan, perbankan dan keuangan, real estate dan property, retailer, tekstil, dan produk tekstil, supplier peralatan medis, produk personal, serta produk rumah tangga. 21
15 II.2. Penelitian Terdahulu Penelitian yang berkaitan dengan CSR telah banyak dilakukan. Berikut ini adalah penelitian terdahulu: Tabel II.1 Penelitian Terdahulu 1. Nama Widiastuti (2002) Judul Pengaruh luas ungkapan sukarela dalam laporan tahunan terhadap earnings response coefficient (ERC) Variabel variabel dependen (CAR), variabel independen (UE), dan variabel kontrol (persistensi laba, risiko sistematis (BETA), growth, leverage, dan size) Hasil Luas ungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap ERC Keterangan Pada perusahaan yang terdaftar di BEJ tahun Nama Zuhroh dan Sukmawati (2003) Judul Analisis pengaruh luas pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan terhadap reaksi investor Variabel Pengungkapan sosial dan reaksi investor Hasil Pengungkapan sosial dalam laporan tahunan perusahaan yang go public terbukti berpengaruh terhadap volume perdagangan saham bagi perusahaan yang masuk kategori high profile Keterangan Studi kasus pada perusahaan-perusahaan high profile di BEJ 3. Nama Sayekti dan Wondabio (2007) Judul Pengaruh CSR disclosure terhadap earning response coefficient Variabel Variabel independen (CSRI dan UE), variabel dependen (CAR), dan variabel kontrol (BETA dan PBV) Hasil BETA berpengaruh negatif terhadap ERC sedangkan PBV berpengaruh positif. Keterangan Studi empiris pada perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta 4. Nama Hidayati dan Murni (2009) Judul Pengaruh pengungkapan corporate social responsibility (CSR) terhadap earnings response coefficient (ERC) Variabel Variabel independen (CSRI dan UE), variabel dependen (CAR), dan variabel kontrol (BETA, growth, dan leverage) Hasil Pengungkapan informasi CSR berpengaruh negatif terhadap ERC Keterangan Pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEI tahun
16 Penelitian terdahulu mengenai pengaruh pengungkapan CSR atau pengungkapan sukarela terhadap ERC menunjukkan hasil yang negatif. Pada penelitian Widiastuti (2002) memprediksikan luas ungkapan sukarela berpengaruh negatif terhadap ERC namun pada pengujian studi empiris menunjukkan hasil positif dari luas pengungkapan sukarela terhadap ERC. Ini menunjukkan bahwa investor tidak yakin dengan informasi yang diungkapkan manajemen dan informasi yang diungkapkan tersebut tidak cukup memberikan informasi tentang expected future earnings sehingga investor hanya akan menggunakan informasi laba (Widiastuti, 2002) II.3. Pengembangan Hipotesis berikut: Hubungan antara variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai Corporate Social Responsibility ERC (CSR) Gambar II.2. Model Penelitian CSR merupakan bentuk pertanggungjawaban perusahaan yang diukur dengan indikator kinerja ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pengungkapan CSR sangat penting bagi perusahaan dan akan berpengaruh bagi perusahaan di kemudian hari. Pengungkapan CSR timbul karena adanya dampak negatif dari 23
17 industri. Dampak negatif ini memiliki tingkat risiko yang tinggi terutama pada industri yang aktivitas operasinya bersinggungan dengam sumber daya alam, dalam hal ini industri tersebut termasuk kategori high profile. Laba merupakan informasi penting dalam laporan keuangan yang banyak mendapatkan perhatian. Namun, laba sendiri memiliki keterbatasan yang mungkin dapat dipengaruhi oleh manipulasi atau penghitungan yang salah sehingga diperlukan informasi lain selain laba. Informasi laba pada penelitian ini menggunakan earnings response coefficient (ERC). Berdasarkan hal tersebut maka dirumuskan hipotesis sebagai berikut: H o : Pengungkapan aktivitas CSR (CSR disclosure) pada laporan tahunan tidak berpengaruh terhadap ERC pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEI periode H a : Pengungkapan aktivitas CSR (CSR disclosure) pada laporan tahunan berpengaruh terhadap ERC pada perusahaan high profile yang terdaftar di BEI periode
BAB I PENDAHULUAN. antara investor dengan perusahaan yang dilakukan melalui perdagangan instrumen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan pasar modal saat ini telah meningkat dengan sangat pesat. Bisnis investasi akan menjadi semakin kompleks dan diikuti dengan tingkat persaingan yang semakin
Lebih terperinciBAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. dipengaruhi oleh dukungan yang diberikan oleh stakeholder kepada perusahaan
BAB II KERANGKA TEORITIS DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori Stakeholder Teori stakeholder mengatakan bahwa perusahaan bukanlah entitas yang hanya beroperasi untuk kepentingan sendiri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu isu menarik dalam dunia bisnis dan pasar modal adalah mengenai pengungkapan laporan keuangan (disclosure of financial statement). Isu pengungkapan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jalal (2013) dalam tulisan artikelnya mengatakan bahwa tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate social responsibility sejak beberapa tahun belakangan seperti
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dewasa ini masyarakat semakin cermat dalam menilai dampak sosial yang ditimbulkan perusahaan dari proses produksinya. Selain proses produksi yang digunakan perusahaan,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya, perusahaan merupakan salah satu bentuk organisasi yang memiliki tujuan. Salah satu tujuan perusahaan yaitu untuk memenuhi kepentingan para stakeholder.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan merupakan suatu organisasi dimana sumber daya (input) seperti bahan dan tenaga kerja dikelola serta diproses untuk menghasilkan barang dan jasa (output)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak
Lebih terperinciBAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan dalam melakukan kegiatan operasinya selalu berusaha untuk memaksimalkan laba untuk mempertahankan keberlangsungannya. Dalam upaya memaksimalkan laba
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam menggunakan dana yang ada dari para pemilik modal dan besarnya return
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perusahaan yang dibangun pada dasarnya memiliki tujuan dan salah satu hal yang menjadi tujuan tersebut adalah efektivitas kinerja perusahaan. Keefektifan kinerja perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanggung Jawab Sosial Perusahaan Perusahaan memiliki kewajiban sosial atas apa yang terjadi di sekitar lingkungan masyarakat. Selain menggunakan dana dari pemegang saham, perusahaan
Lebih terperinciBAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. mengambil keputusan investasi. Keuntungan dan kerugian yang dihasilkan oleh
BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Teori sinyal Jogiyanto (2010:517) menyatakan bahwa suatu informasi yang dipublikasikan sebagai sebuah pengumuman akan bisa memberikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan corporate social responsibility (CSR) merupakan bagian penting dari strategi bisnis berkelanjutan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai suatu entitas bisnis, sebuah perusahaan bertujuan untuk mendapatkan keuntungan semaksimal mungkin. Tujuan tersebut terkadang menyebabkan perusahaan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Legitimasi Teori legitimasi mempunyai peran penting dalam pengungkapan sukarela laporan keuangan perusahaan. Teori legitimasi sangat erat hubungannya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pengambilan keputusan ekonomi hanya dengan melihat kinerja keuangan suatu perusahaan, saat ini sudah tidak relevan lagi.eipstein dan Freedman dalam Anggraini
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada dasarnya, laporan keuangan merupakan sumber informasi yang dipakai investor ketika menanamkan dananya pada suatu perusahaan dan juga para pemangku kepentingan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dasar bagi investor, kreditor, calon investor, calon kreditor dan pengguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laporan keuangan merupakan sarana atau media informasi bagi para stakeholders. Dengan diterbitkannya laporan keuangan dapat memberikan informasi tentang kinerja
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pada era sekarang ini, pasar modal menjadi salah satu primadona bagi perekonomian karena pasar modal merupakan sumber alternatif bagi perusahaan yang ingin
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR),
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maraknya pelaksanaan Corporate Social Responsibility (CSR), belakangan ini patut untuk dirayakan. Corporate Social Responsibility (CSR) memang sedang menjadi
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility-csr) dimana perusahaan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Maraknya isu kedermawanan sosial perusahaan belakangan ini mengalami perkembangan yang sangat pesat sejalan dengan berkembangnya konsep tanggung jawab sosial
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. meningkatnya kesadaran dan kepekaan para stakeholders perusahaan, maka
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Selama kurun waktu 20-30 tahun terakhir ini, kesadaran masyarakat akan peran perusahaan dalam lingkungan sosial semakin meningkat. Banyak perusahaan besar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal sehingga mengakibatkan orientasi perusahaan lebih berpihak kepada
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Akuntansi mengalami perkembangan pesat dengan hadirnya revolusi industri. Pelaporan akuntansi digunakan sebagai alat pertanggungjawaban kepada pemilik modal
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. kontribusinya dalam kehidupan komunitas lokal sebagai rekanan dalam kehidupan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kehadiran perusahaan sebagai bagian dari masyarakat seharusnya memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar dan dituntut untuk memberikan kontribusinya dalam
Lebih terperinciBAB II LANDASAN TEORI. Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Signaling Theory Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2009) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen perusahaan yang memberi petunjuk bagi investor tentang bagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi yang diberikan perusahaan kepada pihak-pihak yang berkepentingan terutama investor dan kreditur. Laporan keuangan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dikelola untuk menghasilkan barang atau jasa (output) kepada pelanggan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Secara umum, perusahaan atau business merupakan suatu organisasi atau lembaga dimana sumber daya (input) dasar seperti bahan baku dan tenaga kerja dikelola
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perusahaan atau dalam bahasa Inggris adalah enterprise terdiri dari satu atau lebih unit-unit usaha yang disebut pabrik. Perusahaan merupakan suatu lembaga
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada. umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan
18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan ekonomi ditandai dengan perkembangan industri pada umumnya. Perkembangan industri merupakan hasil dari perkembangan perusahaan yang pesat. Perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Beberapa tahun terakhir Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CSR) dan keberlanjutan (sustainability) perusahaan telah menjadi isu perkembangan utama perusahaan.
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap perusahaan pasti ingin mengembangkan usahanya sampai maksimal, dimana untuk mewujudkan itu perusahaan memerlukan dana yang banyak. Perusahaan memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu alat yang digunakan oleh manajemen untuk melakukan pertanggungjawaban kinerja ekonomi perusahaan kepada para investor, kreditor, dan pemerintah adalah
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan Pertanggungjawaban Sosial Perusahaan adalah mekanisme bagi suatu organisasi untuk secara sukarela mengintegrasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar. perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Corporate social responsibility (CSR) merupakan klaim agar perusahaan tak hanya beroperasi untuk kepentingan para pemegang saham (shareholders) tapi juga untuk
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan merupakan tujuan yang dicapai untuk menarik stakeholders untuk
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada Era Globalisasi ini, persaingan negara- negara maju dan berkembang tak terkecuali pada bidang bisnis manufakturnya semakin ketat seiring dengan perkembangan perekonomian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. diterima lagi. Perkembangan dunia usaha saat ini menuntut perusahaan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang setinggi-tingginya tanpa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mempertahankan keunggulan kompetitif (competitive advantage) bisnisnya agar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dewasa ini tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi telah mempengaruhi beberapa aspek kehidupan manusia. Salah satu aspek yang paling signifikan perubahannya adalah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. akan mendapat perhatian besar dari pihak - pihak yang berkepentingan melalui
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kinerja keuangan perusahaan merupakan prestasi di bidang keuangan yang telah dicapai oleh perusahaan dalam periode waktu tertentu yang dapat dilihat melalui laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dikontrol dan diupayakan cara yang tepat untuk mengatasinya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Saat ini, kesadaran suatu perusahaan dalam mengungkapkan tanggung jawab sosial sudah semakin membaik. Keberadaan suatu perusahaan tidak terlepas dari lingkungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN UKDW. Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tanggungjawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility mungkin masih kurang populer di kalangan pelaku bisnis di Indonesia. Namun, tidak berlaku
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perbincangan mengenai tanggung jawab sosial perusahaan atau corporate social responsibility (CSR) bukanlah hal yang baru, karena CSR telah berkembang sejak era
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada saat banyaknya perusahaan menjadi semakin berkembang, maka pada saat itu pula kesenjangan sosial dan kerusakan lingkungan sekitarnya dapat terjadi, karena
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Esistensi suatu perusahaan tidak bisa dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Ada hubungan timbal balik antara perusahaan dengan masyarakat.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen
BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasaran teori 2.1.1 Nilai Perusahaan Nilai perusahaan menggambarkan seberapa baik atau buruk manajemen mengelola kekayaannya, hal ini bisa dilihat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia bisnis saat ini mempunyai berbagai macam kegiatan untuk mendapatkan sejumlah laba yang diinginkan. Dalam melakukan kegiatan perusahaan menimbulkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung. lingkungan di sekitarnya. Dampak positif yang mungkin timbul adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Keberadaan perusahaan di tengah masyarakat, secara langsung maupun tidak langsung akan berdampak terhadap masyarakat ataupun lingkungan di sekitarnya. Dampak
Lebih terperincipemerintah melalui peraturan daerah. Contoh kerugian jangka panjang adalah menurunnya tingkat kepercayaan perusahaan di mata masyarakat, menurunnya
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada era pertumbuhan perusahaan yang semakin tinggi membuat kesadaran akan penerapan tanggung jawab sosial menjadi penting seiring dengan semakin maraknya kepedulian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modal (investor dan kreditor), tetapi juga kepentingan karyawan, konsumen,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Saat ini tuntutan publik terhadap perusahaan semakin besar, perusahaan diharapkan tidak hanya mementingkan kepentingan manajemen dan pemilik modal (investor
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam memenangkan persaingan didalam dunia usaha adalah meningkatnya profit
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada dasarnya tujuan suatu perusahaan berdiri adalah untuk memperoleh laba (profit) yang sebesar-besarnya. Beberapa indikator keberhasilan perusahaan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) merupakan kegiatan sosial yang dilakukan oleh perusahaan sebagai bentuk pertanggungjawaban terhadap lingkungan dan stakeholder,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai
18 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada umumnya, laporan keuangan digunakan sebagai salah satu sumber informasi penting yang dipakai oleh stakeholders untuk menilai kinerja perusahaan, dan
Lebih terperinciPENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN
PENGUNGKAPAN INFORMASI SOSIAL DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA DALAM LAPORAN TAHUNAN (Studi Empiris Pada Perusahaan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia) SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) secara seimbang dan tidak hanya
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Teori Stakeholder Teori ini menyatakan bahwa perusahaan harus mampu memperhatikan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) secara seimbang dan tidak
Lebih terperinciTanggung Jawab Sosial dan Lingkungan
Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan Umum Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Ketenagakerjaan (BPJS Ketenagakerjaan), yang dalam Pedoman ini disebut BADAN, adalah badan hukum publik yang dibentuk dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pemanasan global telah menjadi berita sehari-hari sekarang. (Suartana,2010). Salah satu upaya tersebut terangkum dalam beragam
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu informasi yang sering diminta untuk diungkapkan perusahaan saat ini adalah informasi tentang tanggung jawab sosial perusahaan.tanggung jawab sosial perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan Corporate
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Tanggung jawab sosial perusahaan atau yang lebih dikenal dengan Corporate social responsibility (CSR) kini telah menjadi suatu trend yang berhembus kencang
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Pengertian tanggung jawab sosial perusahaan (corporate social responsibility) Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
Lebih terperinciCorporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian
Corporate Social Responsibility (CSR) Bidang Pertanian Konseptualisasi CSR Dr. Ir. Teguh Kismantoroadji, M.Si. Ir. Indah Widowati, MP. Eko Murdiyanto, SP., M.Si. Pertemuan-1 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS UPN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Saat ini dunia usaha tidak hanya memperhatikan informasi laporan keuangan perusahaan semata (single bottom line), melainkan juga beberapa aspek penting lainnya yaitu
Lebih terperincikeuangan saja yang merupakan informasi wajib. Informasi mengenai kondisi perusahaan juga dapat didapatkan dari informasi yang diungkapkan secara
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Laporan tahunan merupakan sarana dokumentasi yang diberikan perusahaan sebagai alat informasi dan komukasi antara perusahaan dengan stakeholder. Laporan tahunan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Teori Pemangku Kepentingan (Stakeholders Theory) Teori Stakeholder ini berfokus pada cara-cara yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengelola hubungan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. disajikan dalam laporan keuangan perusahaan. Angka laba diperkirakan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu informasi yang dianggap relevan dalam pengambilan keputusan investasi oleh para investor adalah laporan keuangan perusahaan. Lev (1989) menyatakan bahwa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Hal inilah yang mendorong perubahan paradigma para pemegang saham dan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era yang sekarang ini, sektor bisnis di Indonesia mulai berkembang. Tentu saja kebanyakan dari mereka masih memfokuskan tujuan utamanya pada pencarian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sumbangan yang maksimum kepada masyarakat. Namun, seiring berjalannya
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama ini perusahaan dianggap sebagai lembaga yang dapat memberikan banyak keuntungan bagi masyarakat, dimana menurut pendekatan teori akuntansi tradisional,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai dengan dominasi mesin sebagai alat produksi (Kartasasmita, 1996). Revolusi ini melahirkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan,
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Nilai Perusahaan sangat penting dalam tingkat keberhasilan perusahaan, dimana nilai perusahaan dijadikan indikator bagi investor untuk pengelolaan keuangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Salah satu isu menarik di tahun ini adalah pertanggungjawaban sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility), tentang komitmen perusahaan dalam berkontribusi terhadap
Lebih terperinciPENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal
PENDAHULUAN 1.5 Latar Belakang Tanggung jawab sosial (Social Responsibility) pada hakekatnya adalah hal yang tidak bisa lepas dari kehidupan manusia. Tanggung jawab sosial merupakan suatu kewajiban yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak digunakan
Lebih terperinciBAB I. Pada awalnya bisnis dibangun dengan paradigma single bottom line
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sebagian besar perusahaan, terutama di Indonesia saat ini masih fokus untuk mengungkapkan laporan keuangan yang berkaitan dengan kinerja keuangan saja. Laporan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dalam kerusakan lingkungan dan masyarakat (Prastowo dan Huda, 2011:39).
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan sering dipandang sebagai pedang bermata dua, perusahaan dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi masyarakat sekitar, namun di sisi lain perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam dunia industri yang sangat menuntut perbaikan berkelanjutan dewasa ini telah banyak dirasakan dampak paham ekonomi kapitalis. Banyak perusahaan yang dalam kegiatannya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebagai awal munculnya konsep pembangunan berkelanjutan adalah karena perhatian kepada lingkungan. Terutama sumber daya alam yang tidak bisa diperbaharui sedang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terjadi karena kian maraknya pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sekarang ini banyak sekali isu-isu tentang tanggung jawab sosial. Hal ini terjadi karena kian maraknya pertumbuhan perusahaan-perusahaan yang bergerak dibidang industri
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sehingga setiap keputusan yang dibuat oleh institusi dan setiap tindakan yang
digilib.uns.ac.id 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Selama setengah abad terakhir ini, dunia bisnis telah menjadi institusi paling berkuasa. Setiap institusi yang paling dominan di masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pandangan dalam dunia usaha dimana perusahaan hanya bertujuan untuk mendapatkan laba yang tinggi tampa memperhatikan dampak yang muncul dalam kegiatan usahanya
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. modalnya kepada perusahaan tersebut (Haruman, 2008). informasi tersebut akan meningkatkan nilai perusahaan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tujuan utama perusahaan adalah untuk meningkatkan nilai perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan tercermin pada harga sahamnya. Nilai perusahaan yang tinggi
Lebih terperincimengalami penurunan kondisi sosial (Anggraini, 2006).
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perubahan teknologi, sosial ekonomi, budaya pada abad 18 ditandai dengan donimasi mesin sebagai alat produksi. Revolusi ini melahirkan industri dan kapitalisme
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Seiring berkembangnya jaman membuat berbagai macam perubahan yang dapat dirasakan oleh setiap orang. Perubahan yang saat ini dapat dirasakan adalah perubahan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dalam menjaga eksistensinya di dunia bisnis, perusahaan tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai lingkungan eksternalnya. Kontribusi dan harmonisasi
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Signal Theory Teori sinyal atau signal theory menjelaskan mengenai bagaimana manajemen mampu memberikan sinyal-sinyal keberhasilan atau kegagalan yang akan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pelaporan merupakan komponen penting dalam setiap kegiatan, baik sebagai media pengungkapan (disclosure) maupun perangkat evaluasi dan monitoring bagi perusahaan terbuka.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. mengungkapkan informasi perusahaannya. Peran perusahaan tidak. hubungan yang harmonis dengan masyarakat sosial.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Seiring dengan perubahan kondisi lingkungan dan ekonomi pada dunia usaha seperti tingkat persaingan yang tinggi, biaya ekonomi yang tinggi, adanya undang-undang
Lebih terperinciBAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek
BAB III OBJEK DAN DESAIN PENELITIAN III.1. Objek Penelitian Penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) dan website masing-masing perusahaan. Populasi dari penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. beroperasi untuk mewujudkan tujuan perusahaan baik jangka pendek maupun dalam
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada saat ini perkembangan teknologi sangat maju dan dinamis, yang mengakibatkan persaingan di dunia bisnis juga semakin meningkat. Hal ini mendorong perusahaan-perusahaan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Perusahaan-perusahaan pada masa kini mengalami pergeseran paradigma. Perusahaan tidak satu-satunya mempunyai tujuan utama dalam menghasilkan laba, namun perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR)
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Penelitian Tanggung jawab sosial perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) masih kurang popular dikalangan pelaku usaha nasional, karena masih banyak perusahaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saham dan menjaga kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Tujuan perusahaan untuk memperoleh profit tentunya harus didukung
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Perusahaan adalah suatu bentuk organisasi yang merupakan tempat terjadinya kegiatan operasional dan berkumpulnya semua faktor pendukung kegiatan operasional.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini topik mengenai Corporate Social Responsibility (selanjutnya disingkat CSR) banyak dibahas. Perusahaan di dunia maupun di Indonesia juga semakin banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Semenjak runtuhnya pemerintahan Orde Baru, masyarakat semakin berani untuk beraspirasi dan mengekspresikan tuntutannya terhadap perkembangan dunia bisnis di
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan mulai banyaknya pihak pihak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Dewasa ini semua orang pasti mengetahui bagaimana parahnya pencemaran yang ada di Indonesia. Hal ini terjadi dikarenakan mulai banyaknya pihak pihak yang tidak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri (akuntansi konvensional) menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh
BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Keberadaan perusahaan dalam masyarakat dapat memberikan aspek yang positif dan negatif. Di satu sisi, perusahaan menyediakan barang dan jasa yang diperlukan oleh masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. revolusi industri di Inggris ( ), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejarah perkembangan akuntansi yang berkembang pesat setelah terjadi revolusi industri di Inggris (1760-1860), menyebabkan pelaporan akuntansi lebih banyak
Lebih terperinciPENGARUH ENVIRONMENTAL DISCLOSURE
1 PENGARUH ENVIRONMENTAL DISCLOSURE TERHADAP EARNING RESPONSE COEFFICIENT (ERC) (Studi Kasus pada Perusahaan Sektor Industri Dasar Kimia dan Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. tahun terakhir (Ditlev-Simonsen, 2011, dalam Salewski et al., 2014). Harvard
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Corporate Social Responsibility (CSR) telah menjadi istilah yang populer dan semakin digunakan diantara perusahaan, pemerintah dan pers dalam beberapa tahun terakhir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengungkapan Tanggung Jawab Sosial atau yang biasa disebut dengan CSR (Corporate Social Responsibility) adalah suatu kepedulian organisasi bisnis untuk bertindak dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Fenomena perkembangan isu Corporate Social Responsibility (CSR) cukup popular di Indonesia dalam beberapa tahun ini. Banyak perusahaan yang mulai antusias dalam menjalankan
Lebih terperinciBAB 1. membiayai dan mengembangkan proyek-proyeknya sehingga meningkatkan. dikatakan memiliki fungsi keuangan, karena pasar modal memberikan
BAB 1 PENDAHULUAN xviii 1.1 Latar Belakang Masalah Pasar modalmerupakan pertemuan antara pihak yang memiliki kelebihan dana dengan pihak yang membutuhkan dana dengan cara memperjual belikan sekuritas (Tandelilin,
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Profitabilitas merupakan kemampuan suatu perusahaan untuk mendapatkan keuntungan dalam suatu periode tertentu dengan menggunakan seluruh modal yang dimiliki. Profitabilitas
Lebih terperinci