RESTRUKTURISASI PEMAHAMAN BERBAGAI ISTILAH PADA PENULISAN KOMPONEN METODE DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "RESTRUKTURISASI PEMAHAMAN BERBAGAI ISTILAH PADA PENULISAN KOMPONEN METODE DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN"

Transkripsi

1 RESTRUKTURISASI PEMAHAMAN BERBAGAI ISTILAH PADA PENULISAN KOMPONEN METODE DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Siti Zubaidah Abstrak: Salah satu komponen dalam penulisan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) adalah metode pembelajaran. Kajian terhadap lebih dari seratus RPP guru yang dilakukan penulis menunjukkan masih adanya kesalahan, kekurangan atau kerancuan dalam pengisian komponen tersebut. Salah satunya adalah masalah penggunaan istilah pendekatan, model, dan metode pembelajaran. Terdapat beragam versi penulisan pada komponen metode pembelajaran tersebut. Nampaknya pemahaman kita masih kurang tentang peristilahan tersebut, oleh karena itu pada tulisan ini dipaparkan struktur peristilahan dan makna dari beberapa istilah tersebut, ditambah beberapa istilah lain yang adakalanya memiliki makna serupa seperti strategi, keterampilan, teknik, taktik dan siasat pembelajaran. Diharapkan pemahaman kita dapat terstruktur kembali dan dapat menggunakan istilah-istilah tersebut dengan lebih bijaksana. Kata kunci: RPP, metode pembelajaran. RPP (rencana pelaksanaan pembelajaran) merupakan perangkat pembelajaran yang harus dibuat oleh seorang guru untuk persiapan pelaksanaan kegiatan pembe-lajarannya. RPP adalah rencana yang menggambarkan prosedur dan peng-organisasian pembelajaran untuk men-capai satu kompetensi dasar yang di-tetapkan dalam Standar Isi. Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara lengkap dan sis-tematis agar pembelajaran berlangsung se-cara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta mem-berikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psi-kologis peserta didik (Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007). Perencanaan pembelajaran merupakan bagian penting dalam pelaksanaan pendidikan di sekolah. Melalui perencanaan pembelajaran yang baik, guru akan lebih mudah dalam melaksanakan pembelajaran dan siswa akan lebih terbantu dan mudah dalam belajar. Perencanaan pembelajaran dikembangkan sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik peserta didik, sekolah, mata pelajaran, dan sebagainya. Dengan kata lain, RPP merupakan perencanaan pembelajaran yang digunakan guru sebagai acuan dan pedoman mengajar di dalam kelas. Semua kegiatan yang akan dilakukan sudah tertuang di dalam RPP, sehingga RPP bisa diibaratkan sebagai kompas yang digunakan seorang navigator dalam sebuah pelayaran kapal di laut. Apabila tidak ada kompas, navigator akan kebingungan ke mana kapal akan diarahkan. Logikanya seorang guru akan kebingungan apabila berangkat mengajar di dalam kelas tanpa memiliki RPP. Pada umumnya para guru sudah mengetahui struktur atau format RPP yang harus disusun berdasarkan KTSP, namun demikian nampaknya secara substansi masih belum semua guru memahaminya. Masih sering ditemukan adanya kekurangan, kesalahan atau kerancuan pada penulisan setiap komponen RPP, yang mungkin disebabkan kurangnya pemahaman bagaimana sebaiknya penyusunan RPP. Hal tersebut menjadi tugas bagi kita bersama untuk membenahinya. Salah satu komponen yang patut dicermati adalah komponen metode pembelajaran. Dalam Permendiknas RI No. 41 Tahun 2007 tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah, Siti Zubaidah adalah dosen Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Malang. 20

2 Zubaidah, Restrukturisasi Berbagai Istilah pada Penulisan Berbagai Komponen, 21 disebutkan bahwa metode pembelajaran digunakan oleh guru untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik mencapai kompetensi dasar atau seperangkat indikator yang telah ditetapkan. Pemilihan metode pembelajaran disesuaikan dengan situasi dan kondisi peserta didik, serta karakteristik dari setiap indikator dan kompetensi yang hendak dicapai pada setiap mata pelajaran. Pendekatan pembelajaran tematik digunakan untuk peserta didik kelas 1 sampai kelas 3 SD/M I. Analisis yang dilakukan oleh Sudjimat & Zubaidah (2010) dan Zubaidah (2010) terhadap lebih dari seratus RPP yang disusun oleh guru-guru SD, SMP, dan SMA, menunjukkan bahwa khusus pada komponen metode pembelajaran dalam RPP ditemukan beragam pola penulisan, diantaranya berikut ini. - Terdapat RPP yang rumusan metodenya kurang tepat karena berisi penjelasan langkah pembelajaran. - Sebagian RPP tidak mencantumkan metode pembelajaran. - Metode yang dicantumkan bervariasi dan cukup inovatif, tetapi tidak tercermin dalam kegiatan pembelajaran. - Terdapat kerancuan penggunaan istilah pendekatan, metode dan model pembelajaran. Berikut beberapa contoh penulisan pada komponen metode pembelajaran dalam sebuah RPP (tulisan tidak diubah). 1. Metode: tes tertulis, diskusi, observasi dan pengamatan. 2. Metode: diskusi, ceramah, tanya jawab dan penugasan. Pendekatan: CTL (Contextual Teaching and Learning). Teknik: Numbered Heads Together (NHT). 3. Metode: diskusi, tanya jawab, CTL. 4. Pendekatan: kontekstual. Metode: diskusi kelompok dan studi kepustakaan. 5. Metode: ceramah bervariasi, diskusi, inquiri, tanya jawab, simulasi, observasi/ pengamatan. 6. Metode: ceramah, tanya jawab, diskusi, life skills, pemberian tugas. 7. Metode: teori dan praktek. 8. Pendekatan: Contekstual Teaching Learning (CTL). Model : Cooperatif Learning. 9. Model: Cooperatif Learning (Jig Saw) Metode: eksperimen, diskusi. 10. Model: Direction Instructional (DI)/ Pengajaran langsung, Cooperatif Learning. Metode : tanya jawab, diskusi. 11. Model: Cooperatif Learning (STAD) Metode: diskusi informasi 12. Pendekatan: pembelajaran kooperatif Model: bermain puzzle Metode: observasi, diskusi 13. Pendekatan: pembelajaran kontekstual. Metode: diskusi informasi, percobaan Model pembelajaran: pembelajaran langsung dan pembelajaran kooperatif. 14. Pendekatan: pembelajaran kontekstual Metode pembelajaran: diskusi kelompok, eksperimen Model pembelajaran: Direct Instruction (DI), Cooperative Learning (CL). 15. Pendekatan: konstruktivis (kontekstual=ctl) Metode: diskusi dengan model STAD, praktikum golongan darah, studi literatur. 16. Dan lain sebagainya. Apabila kita periksa kembali daftar contoh sebelumnya, nampak bahwa betapa beragam penulisan komponen metode pembelajaran pada RPP. Ada yang menulis metode saja; pendekatan dan metode; pendekatan dan model; model dan metode, adapula yang sekaligus mencantumkan pendekatan, model, dan metode dengan berbagai variasinya. Begitu pula dengan cara pengisiannya. Sebagai contoh pada nomor 1. (Metode: tes tertulis,.), apakah tes tertulis adalah suatu metode pembelajaran? Pada nomor 7. (Metode: teori dan praktek), apakah teori dan praktek adalah metode pembelajaran? Pada nomor 6. (Metode:., life skills, ), apakah life skills adalah metode pembelajaran? Ada yang menyebut CTL sebagai suatu pendekatan pembelajaran, adapula yang menyebutnya sebagai suatu metode

3 22, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November pembelajaran. Ada yang menyebut pembelajaran kooperatif sebagai suatu pendekatan dan ada yang menyebutnya sebagai suatu model pembelajaran. Masih banyak lagi versi yang tertulis, sangat beragam, silakan dicermati. Membingungkan bukan? Menyikapi hal-hal yang telah dipaparkan sebelumnya, maka pada tulisan ini diulas beberapa istilah yang kerap digunakan dalam penulisan komponen metode pembelajaran dalam RPP, juga istilah-istilah dalam pembelajaran yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) model pembelajaran (3) strategi pembelajaran, (4) metode pembelajaran; (5) keterampilan pembelajaran, (6) teknik pembelajaran, dan (6) taktik dan siasat pembelajaran. Diharapkan tulisan ini dapat memberikan pemahaman kembali Langsung Model Pembelajaran tentang struktur istilah-istilah tersebut sehingga kita lebih bijaksana dalam penggunaannya. STRUKTUR ISTILAH PEMBE- LAJARAN Sebelum memahami peristilahan tersebut, ada baiknya kita pelajari struktur istilah pembelajaran pada Gambar 1, 2, dan 3. Pada Gambar 1 ditunjukkan kerangka pembelajaran antara model, strategi, metode, dan keterampilan pembelajaran. Pada Gambar 2 digambarkan tingkatan dari model pembelajaran yaitu pendekatan yang luas, sampai kepada keterampilan pembelajaran, yang merupakan perilaku mengajar yang lebih spesifik. Pada setiap tingkatan masih berpeluang untuk dikembangkan lagi. Pada Gambar 3. diberikan contoh-contoh metode pembelajaran pada setiap strategi pembelajaran. Masih banyak sekali metode lain yang tidak dicantumkan pada Gambar 3. Strategi Pembelajaran Metode Pembelajaran Tidak langsung Pembelajaran Studi Kasus Ceramah Simulasi Inkuiri Kooperatif Interaktif Learning Keterampilan Contracs Perencanaan Evaluasi Focuse Eksperiential Presentasi d Menjelaska Demonstrasi Bertanya Belajar Debat Personal mandiri Behavioura l Interaksi Sosial Pemrosesa n Gambar 1. Kerangka Pembelajaran (Saschatchewan Education, 1988) Model Umum Strategi Metode Keterampilan Khusus Gambar 2. Hubungan antara model, strategi, metode, dan keterampilan pembelajaran (Saschatchewan Education, 1988)

4 Zubaidah, Restrukturisasi Berbagai Istilah pada Penulisan Berbagai Komponen, 23 Keterampilan Pembelajaran Debat Peer Panel Strat. Pemb. Interaktif Bermain peran Kelompok praktikum Brainstorming Diskusi Strat. Pemb. Langsung Structured Overview Pembelajaran eksplisit Mastery Lecture Dril and practice Compare and contrast Demonstrasi Kelompok pembelajaran kooperatif Pemecahan masalah Siklus Tutorial Group pengetahuan Interviewing Strat. Belajar Mandiri Essay Computer Assisted Instruction Learning Activity Packages Pembelajaran korespondensi Tugas Rumah Keterampilan Pembelajaran Assigned Questions Kontrak pembelajaran Proyek penelitian Learning Centres Laporan Guides for Reading, Listening, Viewing Keterampilan Pembelajaran Keterampilan Pembelajaran Didactic Questions Studi lapang Simulasi Focused imaging Bermain peran Studi kasus Reading for meaning Pembentukan konsep Pencapaian konsep Strat. Experiental Model Building Strat. Pemb. Tdk Langsung Problem solving Eksperimen Games Observasi lapang Synectics Surveys Keterampilan Pembelajaran Inquiri Diskusi Reflektif Peta konsep Cloze Procedure Keterampilan Pembelajaran Gambar 3. Contoh-contoh Metode Pembelajaran pada Setiap Strategi pembelajaran (Saschatchewan Education, 1988) PENDEKATAN PEMBELAJARAN Istilah pendekatan berasal dari bahasa Inggris approach yang memiliki beberapa arti di antaranya diartikan dengan pendekatan. Di dalam dunia pembelajaran, kata approach juga diartikan a way of beginning something, cara memulai sesuai, oleh karena itu, istilah pendekatan dapat diartikan dengan cara memulai pembelajaran. Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran-kebenaran teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) adalah suatu ancangan atau kebijaksanaan dalam memulai serta melaksanakan pembelajaran suatu bidang studi atau mata pelajaran yang memberi arah dan corak kepada metode pembelajarannya dan didasarkan pada asumsi yang berkaitan. Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah sebagai pedoman umum dan langsung bagi langkah-iangkah metode pembelajaran yang akan digunakan. Sering dikatakan bahwa pendekatan melahirkan metode. Artinya, metode suatu bidang studi, ditentukan oleh pendekatan yang digunakan. Tidak jarang nama metode pembelajaran diambil dari nama pendekatannya. Sebagai contoh dalam

5 24, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November pembelajaran bahasa. Pendekatan SAS melahirkan metode SAS. Pendekatan sering dimaknai mirip dengan strategi. Seperti diketahui, pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Terdapat beragam pendapat tentang pendekatan pembelajaran. Killen (1998, dalam Sanjaya, 2009) misalnya, menyatakan ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Masih banyak terdapat penggolongan pendekatan yang lain menurut banyak ahli. Adapula tulisan-tulisan yang secara khusus mencantumkan pendekatan pembelajaran untuk mata pelajaran tertentu. Sebagai contoh, Depdiknas (2008), menyebutkan pendekatan untuk pembelajaran matematika, antara lain pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan realistik matematika. Pada pembelajaran IPA, terdapat pendekatan inkuiri, salingtemas (sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat), pemecahan masalah, keterampilan proses sains (KPS), atau pendekatan terpadu (integrated approach). Sumber yang lainnya menyebutkan untuk bahasa dapat menggunakan pendekatan behaviorisme, nativisme, kognitif, interaksi sosial, tujuan, struktural, komunikatif, pragmatik, whole language, kontekstual, CBSA (cara belajar siswa aktif), dan pendekatan keterampilan proses. Pada pembelajaran matematika, selain yang telah disebutkan oleh Depdiknas, dapat pula menggunakan pendekatan induktif dan deduktif, spiral, konstrukstivisme, dan kontekstual (CTL). MODEL PEMBELAJARAN Istilah model pembelajaran sering dimaknai sama dengan pendekatan pembelajaran, bahkan kadang suatu model pembelajaran diberi nama sama dengan nama pendekatan pembelajaran. Arends (2004) memilih istilah model pembelajaran didasarkan pada dua alasan penting. Pertama, istilah model memiliki makna yang lebih luas daripada pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Kedua, model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik mengawasi anak-anak. Atas dasar pendapat tersebut, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk mencapai tujuan belajar (kompetensi belajar). Dengan kata lain, model pembelajaran adalah rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan KBM dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan yang logis. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material atau perangkat pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil (1992) Each model guides us as we design instruction to help students achieve various objects, artinya, setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Arends (2004) menyatakan bahwa model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu, termasuk tujuannya, langkahlangkahnya (syntax), lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik. Suatu rancangan pembelajaran atau rencana pembelajaran disebut menggunakan model pembelajaran apabila mempunyai empat ciri khusus, yaitu (a)

6 Zubaidah, Restrukturisasi Berbagai Istilah pada Penulisan Berbagai Komponen, 25 rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau pengembangnya, (b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (c) tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Kardi dan Nur, 2000, dalam Trianto 2007). Suatu model pembelajaran akan memuat antara lain: (a) deskripsi lingkungan belajar, (b) pendekatan, metode, teknik, dan strategi, (c) manfaat pembelajaran, (d) materi pembelajaran (kurikulum), (e) media, dan (f) desain pembelajaran. Tidak ada satu model pembelajaran yang lebih baik dari model pembelajaran lainnya dalam pembelajaran suatu materi (tujuan/kompetensi) tertentu. Artinya, setiap model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan dengan model pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, dalam memilih suatu model pembelajaran harus mempertimbangkan antara lain oleh 1) sifat dari materi yang akan diajarkan, 2) tujuan akan dicapai dalam pembelajaran, 3) tingkat kemampuan peserta didik, 4) jam pelajaran (waktu pelajaran), 5) lingkungan belajar, dan 6) fasilitas penunjang yang tersedia. Model merupakan tingkat terluas dari praktik pembelajaran dan berisikan orientasi filosofis untuk pembelajaran (Gambar 1 dan 2). Model digunakan untuk memilih dan menyusun struktur strategi pembelajaran, metode, keterampilan, dan kegiatan siswa untuk memberikan tekanan pada pembelajaran tertentu. Seperti pendekatan, model juga beragam penggolongannya tergantung sudut pandang para ahli. Pada tulisan ini ditunjukkan model pembelajaran menurut Joyce dan Weil (1986) yang mengidentifikasi empat model pembelajaran ber-dasar pada cara belajar dan proses pengembangan pribadi siswa (Gambar 1). Keempat model tersebut adalah berikut ini. 1. Model pemrosesan atau pengolahan informasi Model pembelajaran ini menekankan pada pemerolehan, penguasaan, dan pengolahan informasi dalam pikiran siswa agar mereka dapat memahami pelajaran, misalnya dengan mengorganisasi data, merumuskan masalah, mengembangkan pembentukan konsep, mendorong siswa berpikir kreatif. Secara umum model ini dapat digunakan untuk pengembangan diri maupun untuk kemampuan sosial. Fungsi kognitif siswa merupakan fokus dari model pemrosesan informasi. 2. Model personal atau pengembangan pribadi Penekanan pada model personal ini adalah pada pengembangan konsep diri individu. Model ini melibatkan proses pengembangan individu dalam membangun dan mengatur dirinya sebagai individu yang unik. Proses belajarnya ditujukan untuk memahami kemampuan dirinya, kemudian meningkatkannya kepada kemampuan yang lebih tinggi misalnya lebih kreatif, lebih percaya diri, lebih trampil, lebih sensitif, yang kesemuanya itu ditujukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Fokus model personal adalah pada konsep perwujudan diri yang kuat untuk membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingkungan. 3. Model interaksi sosial Model interaksi sosial ini menekankan pada hubungan pribadi dan sosial di antara peserta didik. Model ini bertitik tolak pada asumsi yang menyatakan bahwa bekerja sama akan membentuk suatu sinergi atau kekuatan sosial. Model ini pada dasarnya dirancang untuk memanfaatkan adanya fenomena tersebut. Penerapan model pembelajaran dalam biasanya dilakukan dalam bentuk kelompok kecil, tetapi tidak berarti bahwa belajar secara mandiri atau belajar dalam kelompok besar ditiadakan. Fokus model interaksi sosial adalah pada peningkatan kemampuan siswa untuk berhubungan dengan orang lain, untuk terlibat dalam proses demokrasi, dan bekerja secara produktif di lingkungannya. 4. Model behavioural (perubahan tingkah laku)

7 26, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November Model behavioural menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati, yang diharapkan konsisten dengan konsep diri siswa. Model ini dikembangkan dengan dasar teori pengendalian stimulus atau teori penguatan (reinforcement). Model behavioural menekankan bahwa tugas-tugas pembelajaran harus dibagi-bagi menjadi serangkaian tugas dan perilaku yang berangkaian. Asumsi yang mendasari model ini adalah bahwa manusia itu memiliki sistem komunikasi umpan balik, artinya ia dapat mengubah tingkah lakunya dari informasi balik yang diterimanya. Model belajar ini didasarkan atas stimulus response reinforcement. Stimulus adalah suatu kondisi belajar dalam sembarang bentuk, dapat berupa suatu lingkungan yang pasif atau suatu perlakukan yang aktif. Reaksi terhadap stimulus ini disebut respon yang berupa tingkah laku. Selanjutnya diberi reinforcement atau penguat atau pengukuhan. Reinforcement dapat bersifat positif misalnya pujian atau hadiah dan dapat pula bersifat negatif seperti hukuman. Keempat model pembelajaran tersebut tidak selalu saling terpisah. Sebuah unit pembelajaran, mungkin disusun dari salah satu model tersebut, mungkin pula dirancang dengan menggabungkan aspekaspek dari beberapa model. Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran. STRATEGI PEMBELAJARAN Terdapat beberapa strategi yang dapat digunakan dalam setiap model. Arti strategi secara leksikal adalah rencana atau kebijakan yang dirancang untuk mencapai suatu tujuan. Strategi menentukan pendekatan yang dapat dipakai oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Strategi merupakan usaha untuk memperoleh kesuksesan dan keberhasilan dalam mencapai tujuan. Dalam dunia pendidikan strategi dapat diartikan sebagai a plan, method, or series of activities designed to achieves a particular educational goal (David, 1976 dalam Sanjaya, 2009). Strategi pembelajaran dapat diartikan sebagai perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Strategi pembelajaran merupakan rencana tindakan (rangkaian kegiatan) termasuk penggunaan metode dan pemanfaatan berbagai sumber daya atau kekuatan dalam pembelajaran yang disusun untuk mencapai tujuan pembelajaran. Konsep strategi mencakupi empat pengertian sebagai berikut. 1. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa. 2. Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efisien dan efektif. 3. Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. 4. Waktu yang digunakan oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan, maka strategi pembelajaran merupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pengambilan keputusan tentang strategi pembelajaran didasarkan atas fokus pada kurikulum, pengalaman dan pengetahuan awal siswa, minat belajar, gaya belajar siswa, dan tingkat perkembangan siswa. Pengambilan keputusan tersebut bergantung pada penilaian terhadap siswa terkait dengan tujuan belajar

8 Zubaidah, Restrukturisasi Berbagai Istilah pada Penulisan Berbagai Komponen, 27 dan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Seperti halnya pendekatan dan model pembelajaran, terdapat berbagai pendapat mengenai macam strategi pembelajaran. Meskipun strategi pembelajaran dapat dikategorikan, namun perbedaan di antaranya tidak selalu jelas. Sebagai contoh, seorang guru dapat memberikan informasi melalui metode ceramah (dari strategi pembelajaran langsung), namun ketika menggunakan metode interpretatif dengan meminta siswa untuk menentukan pentingnya informasi yang disajikan, merupakan metode dari strategi pembelajaran tidak langsung. Lima kategori strategi pembelajaran dan keterkaitan antara dan di antara strategi diilustrasikan pada Gambar 3. Berikut ini penjelasan dari lima kategori Saschatchewan (1988), beserta beberapa contoh metode pembelajaran yang berkaitan dengan setiap kategori. 1. Strategi Pembelajaran Langsung (direct instruction) Strategi pembelajaran langsung merupakan strategi yang kadar berpusat pada gurunya paling tinggi, dan paling sering digunakan. Pada strategi ini termasuk di dalamnya metode-metode ceramah, pertanyaan didaktik, pengajaran eksplisit, praktek dan latihan, serta demonstrasi. Strategi ini efektif digunakan untuk memperluas informasi atau mengembangkan keterampilan-keterampilan langkah demi langkah. Strategi ini juga baik untuk memperkenalkan metode-metode pembelajaran yang lain, atau melibatkan siswa secara aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan. Strategi pembelajaran langsung biasanya bersifat deduktif, artinya aturan atau generalisasi disajikan, kemudian diilustrasikan dengan contoh-contoh. Strategi ini dianggap lebih mudah dalam perencanaan dan penggunaannya, namun sebenarnya pembelajaran langsung yang efektif seringkali lebih kompleks dari yang dibayangkan pada awalnya. Metode-metode pada strategi pembelajaran langsung banyak digunakan oleh para guru. Penggunaan utama metode pembelajaran langsung perlu dievaluasi, dan guru harus mengetahui keterbatasan dari metode ini untuk mengembangkan kemampuan, proses, dan sikap yang dibutuhkan untuk berpikir kritis, dan untuk pengembangan interpersonal atau kelompok belajar. Kemampuan afektif dan kognitif yang lebih tinggi mungkin memerlukan penggunaan berbagai metode pembelajaran yang terkait dengan strategi lain, tidak hanya strategi pembelajaran langsung, oleh karena itu selayaknya guru menggunakan berbagai strategi pembelajaran. 2. Strategi Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction) Inkuiri, induksi, pemecahan masalah (problem solving), decision making, dan penemuan adalah istilah-istilah yang kadang-kadang digunakan secara bergantian untuk menjelaskan strategi pembelajaran tidak langsung (direct instruction). Berlawanan dengan strategi secara langsung (direct instruction), pada indirect instruction merupakan strategi yang berbasis student centered, meskipun dua strategi tersebut saling melengkapi satu sama lain. Contoh-contoh metode yang termasuk indirect instruction antara lain diskusireflektif (reflective discussion), pembentukan konsep (concept formation), pencapaian konsep (concept attainment), close procedure, pemecahan masalah (problem solving), dan inkuiri terbimbing (guided inquiry). Indirect instruction sangat mengutamakan keterlibatan siswa pada kegiatan observasi, investigasi, menarik kesimpulan dari data, atau menyusun hipotesis. Strategi ini memiliki kelebihan yaitu dapat menarik perhatian siswa dan mendorong rasa ingin tahu, bahkan mendorong siswa untuk membuat alternatif-alternatif, atau pemecahan masalah. Strategi indirect instruction juga dapat memicu kreativitas siswa dan pengembangan keterampilan-keterampilan, serta kemampuan interpersonal. Pada indirect instruction, peranan guru berganti dari pemberi ceramah menjadi fasilitator, supporter, dan sebagai sumber informasi. Guru mengatur ling-

9 28, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November kungan pembelajaran, menyediakan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam pembelajaran, dan bila dimungkinkan, memberikan umpan balik kepada siswa pada saat mereka melakukan inkuiri (Martin, 1983). Strategi ini dipercaya pada pembentukan sumber daya manusia. Pengalaman pembelajaran dikembangkan melalui kerja sama antara guru, dan antara guru dan pustakawan. Strategi indirect instruction dapat diterapkan oleh para guru pada hampir semua pelajaran. Strategi ini cocok diterapkan pada saat: mengharapkan adanya kegiatan berpikir, mengharapkan munculnya sikap atau nilai interpersonal, mengutamakan proses seperti halnya produk pembelajaran, melakukan investigasi atau menemukan sesuatu, menginginkan lebih dari satu jawaban yang sesuai, memfokuskan pemahaman perseorangan dan retensi terhadap konsep atau generalisasi dalam jangka waktu yang lama, menginginkan adanya keterlibatan ego dan motivasi intrinsik, mengharapkan penarikan kesimpulan atau pemecahan masalah, mengharapkan tercapainya kemampuan pembelajaran sepanjang hayat. Strategi ini ditujukan agar siswa mencapai manfaat optimum selama pembelajaran. Pengetahuan guru tentang kemampuan awal siswa dan dukungan proses merupakan hal yang diperlukan untuk mencapai luaran hasil belajar yang diharapkan. Keterampilan dan proses tersebut meliputi kegiatan observasi, encoding, mengingat kembali (recalling), mengklasifikasikan, membandingkan, melakukan inferensi, menginterpretasi data, memprediksi, elaborasi, meringkas, restructuring, dan melakukan verifikasi. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, strategi indirect instruction juga memiliki beberapa kelemahan. Strategi ini memakan lebih banyak waktu jika dibandingkan dengan direct instruction, kendali guru atas siswa bisa berkurang dan keluaran tidak bisa diprediksi. Indirect instruction bukan strategi terbaik apabila ingin menyediakan informasi yang detail atau mengupayakan keterampilan pencapaian hasil belajar secara bertahap. Strategi ini juga kurang sesuai apabila menginginkan hafalan secara cepat. 3. Strategi Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction) Strategi pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan berbagi antar siswa. Seaman dan Fellenz (1989) mengemukakan bahwa diskusi dan berbagi akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan reaksi terhadap ide-ide, pengalaman, wawasan, dan pengetahuan dari guru atau sesama siswa dan untuk menghasilkan alternatif dalam cara berpikir dan merasakan. Siswa dapat belajar dari teman sebaya dan guru untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan sosial, untuk mengorganisasikan pikiran mereka, dan mengembangkan argumen rasional. Strategi pembelajaran interaktif memungkinkan untuk melakukan pembelajaran secara berkelompok, mulai diskusi kelas secara menyeluruh, diskusi kelompok kecil atau proyek, siswa berpasangan (berdua) atau bertiga untuk mengerjakan tugas bersama-sama. Hal yang penting bagi guru adalah menentukan topik, menetapkan waktu diskusi, komposisi dan ukuran kelompok, dan teknik pelaporan atau teknik sharing-nya. Strategi pembelajaran interaktif memerlukan kemampuan pengamatan, mendengarkan, interpersonal, keterampilan dan kemampuan intervensi oleh guru dan siswa. Keberhasilan strategi pembelajaran interaktif dan berbagai metode yang termasuk strategi interaktif sangat tergantung pada keahlian guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok. 4. Strategi Pembelajaran Melalui Pengalaman (Experiential Learning) Strategi pembelajaran ini berorientasi pada induksi, berpusat pada siswa, dan mengutamakan aktivitas atau kegiatan. Refleksi individu terkait penga-

10 Zubaidah, Restrukturisasi Berbagai Istilah pada Penulisan Berbagai Komponen, 29 laman dan pembentukan rencana untuk menerapkan pembelajaran ke konteks lain adalah faktor yang sangat penting pada pembelajaran melalui pengalaman. Strategi pembelajaran melalui pengalaman terjadi saat siswa: berpartisipasi pada sebuah kegiatan, secara kritis melihat kembali pada kegiatan yang telah dilakukan dalam rangka mengklarifikasi pembelajaran dan kesadaran, menggambarkan kegunaan pemahaman dari analisis yang dilakukan, meneraokan hasil pembelajaran pada situasi baru. Pembelajaran melalui pengalaman dapat dilihat sebagai suatu siklus yang terdiri dari 5 fase, yang kesemuanya sangat penting, meliputi: experiencing (pengalaman, terjadi sebuah aktivitas atau kegiatan), sharing (berbagi atau mempublikasikan hasil kerja dan observasi), analyzing (analisis atau pemrosesan, menentukan pola dan dinamika), inferring (melakukan inferensi atau generalisasi, mendapatkan prinsipprinsip), applying (mengaplikasikan, menyusun rencana untuk digunakan pada situasi baru). Penekanan pembelajaran melalui pengalaman adalah pada proses, bukan pada produk. Seorang guru dapat menggunakan pembelajaran melalui pengalaman sebagai suatu strategi pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Sebagai contoh, di kelas siswa dapat membuat atau menyediakan akuarium atau mengusahakannya dalam suatu simulasi. Di luar kelas, misalnya, kelas dapat dikembangkan metode observasi untuk memperoleh gambaran umum. Pembelajaran melalui pengalaman menggunakan sumber-sumber yang bervariasi. Keterbatasan strategi ini adalah perlu dukungan sumber finansial dan ketersediaan waktu sehingga strategi ini tidak dapat diterapkan pada semua situasi. Terkait dengan manfaatnya yang cukup besar untuk siswa, maka diperlukan usaha ekstra apabila strategi ini diterapkan. Pembelajaran melalui pengalaman merupakan strategi pembelajaran yang efektif apabila memang diperlukan pengalaman secara langsung atau pengalaman hands-on sebelum digunakan metode pembelajaran yang lain, misalnya yang melibatkan pembelajaran iconic (seperti melihat gambar) atau pembelajaran symbolic (seperti mendengarkan penjelasan guru). Pembelajaran melalui pengalaman mampu meningkatkan pemahaman dan retensi jika dibandingkan dengan metode yang secara melibatkan kegiatan mendengar, membaca, atau bahkan melihat secara terpisah-pisah (McNeil & Wiles, 1990). Siswa biasanya lebih termotivasi saat mereka berpartisipasi secara aktif dan membelajarkan satu sama lain dengan mendeskripsikan apa yang mereka lakukan. 5. Strategi Belajar Mandiri (Independent Study) Strategi belajar mandiri berkaitan dengan penggunaan metode-metode pembelajaran yang tujuannya adalah mempercepat pengembangan inisiatif individu siswa, percaya diri, dan pengembangan diri. Fokus strategi belajar mandiri ini adalah merencanakan belajar mandiri siswa di bawah bimbingan atau supervisi guru. Belajar mandiri dapat dilakukan siswa secara berpasangan maupun dalam kelompok kecil. Pentingnya belajar mandiri dapat dikutip dari pernyataan berikut: belajar mandiri memiliki implikasi bahwa siswa bertanggung jawab atas keputusan yang telah diambil, sebagai individu diharapkan dapat menganalisis masalah, melakukan refleksi, membuat keputusan, dan mengambil tindakan yang dengan tujuan tertentu. Tanggung jawab mereka sebagai individu dalam masyarakat yang mengalami perubahan sosial yang cepat, memerlukan kecakapan belajar sepanjang hayat. Hal tersebut diperlukan untuk merespon perubahan kebutuhan pada dunia kerja, keluarga, dan masyarakat (Saskatchewan Education, 1988). Tujuan utama pendidikan adalah membantu siswa menjadi pribadi mandiri dan bertanggung jawab melalui pening-

11 30, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November katan potensi individual. Sekolah dapat membantu siswa untuk menumbuhkan diri sebagai pebelajar mandiri, oleh karena itu diperlukan waktu yang cukup agar siswa dapat berlatih dan mengasah pengetahuan, kecakapan, sikap, dan proses berasosiasi. Penggunaan metode belajar mandiri dapat dimulai sejak dini pada awal TK dan terus berlanjut pada semua jenjang pendidikan. Siswa harus mampu untuk terus belajar setelah mereka meninggalkan lingkungan pembelajaran di sekolah. Belajar mandiri meningkatkan tanggung jawab siswa dalam merencanakan dan melaksanakan cara belajar mereka sendiri. Belajar mandiri sangat fleksibel, dapat digunakan bersama dengan metode lainnya, atau dapat pula digunakan sebagai strategi pembelajaran tunggal untuk keseluruhan unit. Faktor kematangan dan kemandirian siswa adalah sangat penting untuk dipertimbangkan seorang guru dalam perencanaan pembelajaran mandiri, oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Sumber pembelajaran yang cukup untuk belajar mandiri juga merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan kecakapan siswa dalam mengases dan mengolah informasi. Pembelajaran pada dasarnya adalah proses penambahan informasi dan kemampuan baru. Ketika kita berpikir informasi dan kemampuan apa yang harus dimiliki oleh siswa, maka pada saat itu juga kita semestinya berpikir strategi apa yang harus dilakukan agar semua itu dapat tercapai secara efektif dan efisien. Ini sangat penting untuk dipahami, sebab apa yang harus dicapai akan menentukan bagaimana cara mencapainya. Oleh karena itu sebelum menentukan strategi pembelajaran yang dapat digunakan, ada beberapa pertimbangan yang harus diperhatikan (Sanjaya, 2009). a. Pertimbangan yang berhubungan dengan tujuan yang ingin dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat diajukan adalah: Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan aspek kognitif, afektif atau psikomotor? Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, apakah ting-kat tinggi atau rendah? Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademis? b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran: Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu? Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat tertentu atau tidak? Apakah tersedia buku-buku sumber untuk mempelajari materi itu? c. Pertimbangan dari sudut siswa. Apakah strategi pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan siswa? Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan minat, bakat dan kondisi siswa? Apakah strategi pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar siswa? d. Pertimbangan-pertimbangan lainnya. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu strategi saja? Apakah strategi yang kita tetapkan dianggap satu-satunya strategi yang dapat digunakan? Apakah strategi itu memiliki nilai efektifitas dan efesiensi? Pertanyaan-pertanyaan di atas, merupakan bahan pertimbangan dalam menetapkan strategi yang ingin diterapkan. Misalkan untuk mencapai tujuan yang berhubungan dengan aspek kognitif, akan memiliki strategi yang berbeda dengan upaya untuk mencapai tujuan afektif atau psikomotor. Demikian juga halnya, untuk mempelajari bahan pelajaran yang bersifat fakta akan berbeda dengan mempelajari bahan pembuktian suatu teori, dan lain sebagainya Prinsip umum penggunaan strategi pembelajaran adalah bahwa tidak semua strategi pembelajaran cocok digunakan untuk mencapai semua tujuan dan semua keadaan. Setiap strategi memiliki kekhasan sendiri-sendiri. Hal ini seperti yang dikemukakan oleh Killen (1998, dalam Sanjaya, 2009): No teaching strategy

12 Zubaidah, Restrukturisasi Berbagai Istilah pada Penulisan Berbagai Komponen, 31 is better than others in all circumtances, so you have to be able to use a variety of teaching strategies, and make rational decisions about when each of the teaching strategies is likely to most effective. Apa yang dikemukakan Killen itu jelas, bahwa guru harus mampu memilih strategi yang dianggap cocok dengan keadaan. METODE PEMBELAJARAN Istilah metode berasal dari bahasa Yunani methodos, jalan atau cara, oleh karena itu, metode diartikan cara melakukan sesuatu. Dalam dunia pembelajaran, metode diartikan cara untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuantujuan pembelajaran. Metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan, sedangkan pendekatan bersifat filosofis, atau bersifat aksioma. Metode bersifat prosedural, artinya, menggambarkan prosedur bagaimana mencapai tujuan-tujuan pembelajaran, oleh karena itu, tepat bila dikatakan bahwa setiap metode pembelajaran mencakup kegiatan-kegiatan sebagai bagian atau komponen metode itu. Strategi pembelajaran sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai metode pembelajaran tertentu. Strategi merupakan a plan of operation achieving something sedangkan metode adalah a way in achieving something (Sanjaya, 2009). Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan suatu strategi pembelajaran. Secara keseluruhan metode pembelajaran itu mencakup tiga tahap kegiatan, yaitu persiapan, pelaksanaan, dan penilaian. Setiap tahap diisi pula oleh langkahlangkah kegiatan yang lebih spesifik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remidi dan bagaimana pengembangannya. Secara prosedural sebenarnya semua metode pembelajaran itu sama, yang membedakannya adalah pendekatan dan prinsip-prinsip yang dianutnya. Hal itu karena keduanya, terutama pendekatan, sangat menentukan corak sebuah metode pembelajaran. Metode disusun (dilaksanakan tahap-tahapnya) dengan berpedoman kepada pendekatan dan prinsip-prinsip yang dianut. Pendekatan (dan juga prinsip) inilah yang mempengaruhi setiap langkah kegiatan metode, yaitu mempengaruhi pemilihan bahan, penyusunan, pengkajian, pemantapan, dan juga penilaian. Setelah menetapkan strategi pembelajaran yang sesuai, seorang guru harus memutuskan metode pembelajaran yang akan digunakan. Pembedaan strategi dan metode seringkali tidak dapat dibedakan dengan jelas. Pada Gambar 3 diilustrasikan bagaimana berbagai macam metode berkaitan satu sama lain dengan lima strategi. Perlu diperhatikan bahwa metode yang ditunjukkan pada gambar hanyalah contoh saja. Salah satu contoh metode pembelajaran dengan penjelasannya diberikan berikut ini. Periksa kembali Gambar 3 Metode-metode pembelajaran yang tergolong pada strategi direct ins-truction di antaranya adalah ceramah, demonstrasi, drill and practice, compare and contrast, dan lainnya. Seperti di-sebutkan, salah satu contoh metode pada strategi ini adalah ceramah. Ceramah me-rupakan bagian penting dari kegiatan pembelajaran guru apabila metode ter-sebut tidak digunakan secara berlebihan dan apabila metode tersebut tidak digu-nakan apabila terdapat metode lain yang lebih efektif. Apabila guru memiliki pengetahuan yang luas, perseptif, menarik, memotivasi, maka ceramah dapat menstimulasi kegiatan refleksi, menantang imaginasi, serta mengembang-kan rasa ingin tahu dan inkuiri. Kriteria untuk memilih metode ceramah harus mempertim-

13 32, J-TEQIP, Tahun 1, Nomor 1, November bangkan pengalaman belajar siswa yang akan diperoleh siswa serta keluaran hasil belajar. Oleh karena cera-mah berpusat pada guru dan aktivitas siswa bersifat pasif, maka perhatian siswa sangat terbatas. Isi ceramah seringkali terlupakan dengan cepat. Metode-metode pembelajaran yang tergolong pada strategi indirect instruction di antaranya adalah studi kasus, problem solving, inkuiri, diskusi reflektif, pembentukan konsep, peta konsep, dan lain-lain. Metode inkuiri tergolong dalam strategi indirect instruction ini. Pembelajaran inkuiri memberikan keuntungan bagi siswa untuk mengalami dan menjalani proses di mana mereka dapat mengumpulkan informasi terkait lingkungan sekitar mereka. Hal tersebut memerlukan tingkat interaksi yang cukup tinggi antara siswa, guru, area belajar, ketersediaan bahan, dan lingkungan belajar. Siswa terlibat aktif pada proses pembelajaran di mana mereka dapat: bertindak berdasarkan rasa ingin tahu dan ketertarikan, mengembangkan pertanyaanpertanyaan, memikirkan berbagai cara melalui kontroversi dan permasalahan-permasalahan, melihat masalah secara analitik, menemukan persepsi mereka dan apa yang mereka ingin segera ketahui, mengembangkan, mengklarifikasi, dan menguji hipotesis, serta menarik kesimpulan dan menggeneralisasikan pemecahan masalah yang memungkinkan. Bertanya merupakan jantung pembelajaran inkuiri. Siswa harus mengajukan pertanyaan yang relevan dan mengembangkan cara untuk mencari jawaban dan menggeneralisasikan penjelasan. Penekanannya yaitu pada proses berpikir sebagaimana penerapannya terhadap interaksi siswa dengan isu-isu, data, topik, konsep, bahan, dan masalah. Pada metode ini, diupayakan agar siswa berpikir divergen dan selalu dipertahankan demikian sebagaimana siswa mengenali pertanyaan, tidak hanya sekedar jawaban bagus atau benar. Kemampuan berpikir seperti demikian diperlukan untuk melakukan elaborasi pada pertanyaan berikutnya. Melalui cara tersebut, siswa akan menyadari bahwa pengetahuan tidak bersifat tetap dan permanen, akan tetapi bersifat tentatif, emergent (memungkinkan munculnya hal-hal baru), dan terbuka peluang untuk mengajukan pertanyaan dan hipotesis-hipotesis alternatif. Beberapa metode yang termasuk ke dalam strategi pembelajarn interactive instruction, antara lain pembelajaran kooperatif (dengan banyak ragamnya), debat, role playing, problem solving, diskusi, dan sebagainya. Strategi interactive instruction dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu classroom group interaction dan small group interaction. Pada classroom group interaction kelas dipandang sebagai kelompok kerja, guru seringkali bekerja dalam kelas secara keseluruhan, khususnya saat menyajikan informasi atau memodelkan suatu proses. Guru harus memberikan hal positif, menyediakan iklim pembelajaran yang produktif, dan mendukung latihan partisipasi kelompok. Siswa perlu mendapatkan proses dalam kelompok dan keterampilan diskusi apabila mereka belajar melalui proses interaktif. Metode yang seringkali digunakan dalam classroom group interaction adalah diskusi. Diskusi dapat bermakna jika disesuaikan dengan situasi kelas. Misalnya, seluruh diskusi kelas dapat berlangsung apabila, selama presentasi guru mencatat siswa yang tertarik pada topik bahasan dan memulai diskusi. Seluruh diskusi kelas dapat saling membantu membangun iklim kelas yang positif dan memungkinkan siswa untuk tertarik pada mata pelajaran tersebut. Sebagai tambahan, guru dapat memodelkan diri dengan mendengarkan secara aktif dan menumbuhkan respon siswa. Pada small group interaction, setiap siswa berkesempatan untuk memberikan kontribusi. Siswa memiliki kesempatan lebih untuk bicara, mendengar, dan menerima umpan balik. Kelompok kecil akan efektif pada saat kita bertujuan untuk mengembangkan kecakapan sosial dan

14 Zubaidah, Restrukturisasi Berbagai Istilah pada Penulisan Berbagai Komponen, 33 akademik. Salah satu metode pada small group interaction adalah pembelajaran kooperatif. Elemen dasar dari pembelajaran kooperatif merupakan hal yang esensial pada semua strategi interaktif. Kelompok siswa berupa kelompok kecil, biasanya terdiri atas 2-6 anggota. Pengelompokan bersifat heterogen dengan memperhatikan karakteristik siswa. Anggota kelompok berbagi berbagai macam peran dan saling membutuhkan satu sama lain dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran kelompok. Di samping tugas akademik yang merupakan hal penting yang utama, siswa juga mempelajari pentingnya mempertahankan keselarasan kelompok, dan menghargai satu sama lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah efektif. Johnson and Johnson (1999) menyatakan bahwa bila dibandingkan dengan pembelajaran yang bersifat kompetitif dan individualistik, pengalaman pembelajaran kooperatif dapat memicu capaian belajar yang lebih tinggi, motivasi yang lebih besar, hubungan interpersonal yang lebih positif antar siswa, sikap yang lebih positif terhadap mata pelajaran dan guru, penghargaan diri yang lebih besar dan kesehatan psikologis, pengambilan perspektif yang lebih akurat, dan keterampilan sosial yang lebih besar. Metode-metode pembelajaran yang termasuk pada strategi experiential learning di antaranya adalah simulasi, games, field trips, model building, observasi lapangan, dan lain-lain. Pada simulasi, guru menyajikan masalah artifisial, situasi, atau bahkan peristiwa-peristiwa yang menunjukkan beberapa aspek realitas. Beberapa hal rumit yang mungkin berkaitan dengan fenomena kehidupan nyata akan tidak nampak, karena pengalaman yang diberikan berupa simulasi. Namun demikian, tingkat abstraksi atau kompleksitas dapat dikurangi sehingga siswa bisa terlibat secara langsung dengan konsep dasar. Simulasi juga memungkinkan untuk tipe eksperimen yang tidak dapat terjadi pada kehidupan nyata. Metode simulasi dapat melibatkan penggunaan model, format permainan, struktur bermain peran, komputer interaktif atau program video. Selama aktivitas simulasi, siswa menjadi partisipan aktif pada proses pembelajaran. Berbagai macam tujuan pembelajaran dapat diasosiasikan dengan simulasi. Beberapa aktivitas simulasi dapat memicu dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif atau melibatkan ineraksi untuk mengembangkan keterampilan interpersonal dan sosial, sikap, dan nilai-nilai. Pada strategi independent study, terdapat macam-macam metode pembelajaran seperti computer assisted instruction, correspondence lessons, assigned questions, learning contracts, proyek penelitian, dan lain-lain. Learning contracts (kontrak belajar) merupakan salah satu contoh metode pembelajaran yang memenuhi strategi independent study. Kontrak belajar merupakan metode pembelajaran individual untuk mengembangkan tanggung jawab siswa. Metode ini memungkinkan percepatan individu sehingga siswa dapat belajar pada tingkat di mana mereka bida menguasai materi tersebut. Kontrak belajar dapat didesain sedemikian rupa sehingga fungsi siswa pada tingkat akademik lebih sesuai dengan mereka dan bekerja dengan materi atau bahan yang mengandung konsep dan pengetahuan yang cocok dengan kecakapan mereka dan pengalamannya. Metode ini memfokuskan pada individu, namun demikian kontrak belajar juga memberikan keuntungan bagi siswa untuk bekerja pada kelompok kecil. Pada saat siswa pertama kali menggunakan kontrak belajar, guru memberikan tujuan belajar, mengidentifikasi pilihan sumber atau referensi, menyusun beberapa parameter untuk proyeknya. Saat siswa sudah terbiasa dengan metode ini, guru dapat memilih untuk melibatkan mereka pada penyusunan tujuan belajar. Biasanya siswa diminta untuk mendemonstrasikan pembelajaran baru dengan cara yang bermakna. Kontrak belajar dapat sangat memotivasi siswa, menjadi makin mandiri, belajar menggunakan sumber atau referensi untuk kepentingan mereka, bangga akan kemampuannya untuk mengajar diri mereka sendiri dan berbagi pembelajaran baru dengan yang lainnya.

BAB I PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN

BAB I PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN BAB I PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN Model pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk kegiatan sistematis dan terencana untuk membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, skill, nilai,

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar haluan dalam bertindak BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1) Pengertian Strategi Pembelajaran Secara bahasa, strategi bisa diartikan sebagai siasat, kiat, trik atau cara. Secara umum strategi ialah suatu garis besar

Lebih terperinci

prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar

prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar Berpusat pada siswa Belajar dengan melakukan Mengembangkan kemampuan sosial Mengembangkan keingintahuan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu komponen penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Oleh karena itu, perubahan atau perkembangan pendidikan adalah

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar 1. Pengertian Belajar Belajar merupakan proses memperoleh ilmu pengetahuan, baik diperoleh sendiri maupun dengan bantuan orang lain. Belajar dapat dilakukan berdasarkan

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Dr. Syamsurizal PELATIHAN PEMBELAJARAN AKTIF DI UNIVERSITAS JAMBI 14 sd 17 NOPEMBER 2011 Usaha sadar seseorang untuk merubah tingkah laku, melaui interaksi dengan sumber

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI UNTUK PEMBELAJARAN PAI

ANALISIS STRATEGI UNTUK PEMBELAJARAN PAI ANALISIS STRATEGI UNTUK PEMBELAJARAN PAI Disusun oleh: Saiful Amien TARBIYAH LABORATORY UMM Kerangka Kerja Pembelajaran TARBIYAH LABORATORY UMM Sekadar Mengingatkan.. TARBIYAH LABORATORY UMM TARBIYAH LABORATORY

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN RICHE CYNTHIA

STRATEGI PEMBELAJARAN RICHE CYNTHIA STRATEGI PEMBELAJARAN RICHE CYNTHIA Pengertian Strategi Pembelajaran Strategi Pembelajaran adalah perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari.

BAB I PENDAHULUAN. berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan. masyarakat secara mandiri kelak di kemudian hari. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan formal merupakan upaya sadar yang dilakukan sekolah dengan berlandaskan pada kurikulum satuan pendidikan dalam upaya meningkatkan kemampuan kognitif,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk. mengembangkan potensi diri dan sebagai katalisator bagi terjadinya BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan sebagai salah satu unsur kehidupan berperan penting dalam membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang bermutu untuk mengembangkan potensi diri dan sebagai

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan

BAB I PENDAHULUAN. belajar dengan berbagai metode, sehingga peserta didik dapat melakukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran merupakan setiap upaya yang dilakukan seseorang untuk menciptakan kegiatan belajar. Upaya-upaya tersebut meliputi penyampaian ilmu pengetahuan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

pembelajaran berbasis paikem

pembelajaran berbasis paikem TUT WURI HANDAYANI pembelajaran berbasis paikem (CTL, Pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Tematik) Materi Pelatihan Penguatan Penguatan Pengawas Sekolah DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sains atau Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan salah satu mata pelajaran pokok dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, termasuk pada jenjang Sekolah Dasar

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH

STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH Hanny Kamarga Makalah disampaikan atas permintaan panitia dalam forum Semlok Materi dan Pembelajaran Bagi Guruguru Sejarah / Sosiologi Antropologi, sebagai bagian dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam proses kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya

Lebih terperinci

Batasan Pendekatan, Model, Strategi, Metode, Teknik, dan Taktik dalam pembelajaran

Batasan Pendekatan, Model, Strategi, Metode, Teknik, dan Taktik dalam pembelajaran Batasan Pendekatan, Model, Strategi, Metode, Teknik, dan Taktik dalam pembelajaran Pendekatan pembelajaran dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang

Lebih terperinci

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.)

PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) PENDEKATAN PEMBELAJARAN IPS DI SMP (Oleh: Dra. Neti Budiwati, M.Si.) 1. PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL DALAM PENDIDIKAN IPS DI SMP 1.1. Latar Belakang Pembelajaran Kontekstual Ada kecenderungan dewasa ini utnuk

Lebih terperinci

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN STANDAR PROSES PROGRAM S1 PGSD IKATAN DINAS BERASRAMA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN A. Rasional Standar proses proses pembelajaran merupakan acuan penyelenggaraan serta bentuk akuntabilitas perguruan tinggi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan

BAB I PENDAHULUAN. penunjang roda pemerintahan, guna mewujudkan cita cita bangsa yang makmur dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Indonesia merupakan salah satu Negara terbesar didunia yang termasuk kategori Negara berkembang yang saat ini menempatkan pendidikan sebagai fondasi dan atau penunjang

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati *

PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati * PENINGKATAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS MELALUI LEMBAR KEGIATAN PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH (LKPBM) Nining Purwati * ABSTRAK Keterampilan berpikir kritis perlu dikuasai oleh setiap orang karena dapat digunakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Menurut kurikulum KTSP SD/MI tahun 2006 Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting dalam berbagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap percaya diri. 1 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mata pelajaran fisika adalah salah satu mata pelajaran dalam rumpun sains yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan deduktif dalam menyelesaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah,

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Slameto (2003:1) dalam keseluruhan proses pendidikan di sekolah, 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peran yang sangat strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia dan upaya mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia dalam mewujudkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Aktivitas Belajar Belajar merupakan suatu proses perubahan yaitu dalam bentuk tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pemecahan Masalah (Problem Solving) Model pembelajaran problem solving merupakan salah satu model pembelajaran yang berlandaskan teori konstruktivisme. Konstruktivisme merupakan

Lebih terperinci

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR STRATEGI BELAJAR MENGAJAR MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING Oleh : I Putu Agus Indrawan (1013031035) UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pada era globalisasi terjadi persaingan antar bangsa di dunia. Bangsa yang mampu menguasai sejumlah pengetahuan, teknologi, dan keterampilan akan menjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Niken Noviasti Rachman, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Materi Pertumbuhan dan Perkembangan pada Makhluk Hidup khususnya pada Pertumbuhan dan Perkembangan Tumbuhan termasuk ke dalam materi yang sangat menarik, tetapi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika

Dasar-dasar Pembelajaran Fisika Dasar-dasar Pembelajaran Fisika Dr. Johar Maknun, M.Si. 08121452201; johar_upi@yahoo.co.id LATAR BELAKANG MAKRO International Education Achievement (IEA) Kemampuan membaca siswa SD menempati urutan 30

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL)

BAB II KAJIAN TEORI. A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) 10 BAB II KAJIAN TEORI A. Hakikat Model Pembelajaran Contextual Teaching and Learning (CTL) 1. Pengertian Contextual Teaching and Learning (CTL) Menurut Suprijono Contextual Teaching and Learning (CTL)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan kurikulum sains dari kurikulum berbasis kompetensi (KBK) menjadi 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi serta informasi yang sangat cepat perlu upaya proaktif dari pemerintah seperti perubahan kurikulum sains. Perubahan kurikulum

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara. global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) di dunia secara global dan kompetitif memerlukan generasi yang memiliki kemampuan memperoleh, mengelola, memanfaatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

di susun dari berbagai sumber oleh

di susun dari berbagai sumber oleh di susun dari berbagai sumber oleh Model pembelajaran kerangka konseptual dan prosedur yang sistematik dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu. serta berfungsi

Lebih terperinci

MENCOCOKKAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN GAYA MENGAJAR Oleh Anang Nazaruddin, S.Pd.I. ABSTRAK

MENCOCOKKAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN GAYA MENGAJAR Oleh Anang Nazaruddin, S.Pd.I. ABSTRAK MENCOCOKKAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN GAYA MENGAJAR Oleh Anang Nazaruddin, S.Pd.I. ABSTRAK Pebelajar, sama seperti pembelajar, memiliki gaya kognitif yang berbedabeda. Variasi gaya pengajaran sebanyak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 7 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) Ibrahim dan Nur (Rusman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iva Sucianti, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Seperti kita ketahui bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak tergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh murid sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang No 20 tahun 2003 pasal 1 menegaskan bahwa pendidikan. dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu proses yang sangat menentukan untuk perkembangan individu dan perkembangan masyarakat. Kemajuan masyarakat dapat dilihat dari perkembangan

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1

PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL 1 LATAR BELAKANG MAKRO : Kondisi pendidikan secara makro di indonesia dalam lingkup internasional maupun nasional Kondisi pembelajaran di

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil

BAB II KAJIAN TEORI. dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses dan penilaian hasil. Hasil 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Tinjauan Tentang Hasil Belajar 1. Pengertian Hasil Belajar Segala upaya yang dilakukan seorang guru dalam proses pembelajaran dapat diketahui hasilnya melalui penilaian proses

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dari waktu ke waktu semakin pesat. Perkembangan ini tidak terlepas dari peranan dunia pendidikan, karena melalui

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN

BAB II PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN BAB II PENDEKATAN, STRATEGI, METODE, TEKNIK, TAKTIK, DAN MODEL PEMBELAJARAN A. Pendahuluan Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu cabang IPA yang mendasari perkembangan teknologi maju dan konsep hidup harmonis dengan alam. Sebagai ilmu yang mempelajari fenomena alam,

Lebih terperinci

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA

2015 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI TERHADAP KREATIVITAS SISWA A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Pendidikan nasional adalah suatu proses belajar dan pembelajaran yang terencana sehingga peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA

PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA PENGEMBANGAN PERANGKAT PEMBELAJARAN BERBASIS PENDIDIKAN KARAKTER OLEH MAHASISWA CALON GURU FISIKA Susilawati Program Studi Pendidikan Fisika, IKIP PGRI Semarang Jln. Lontar No. 1 Semarang susilawatiyogi@yahoo.com

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perkembangan yang dialami oleh seseorang agar dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prahesti Tirta Safitri, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Matematika merupakan bidang ilmu yang sangat penting untuk dikuasai oleh setiap insan karena manfaatnya berdampak langsung dalam kehidupan manusia sehari-hari.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan

BAB I PENDAHULUAN. Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Dalam Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan pasal 19 dikatakan bahwa proses pembelajaran pada satuan pendidikan diselenggarakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori, pendapat-pendapat ahli yang mendukung penelitian akan dipaparkan dalam obyek yang sama, dengan pandangan dan pendapat yang berbedabeda. Kajian

Lebih terperinci

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS

KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS 585 KAJIAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL GURU BAHASA INDONESIA SMA NEGERI MAROS MUHAMMAD BAKRI ABSTRAK Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) peran guru sebagai (a) manejerial yaitu mengelola kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permendiknas RI No. 41 tahun 2007 tentang Standar Proses Pendidikan menyatakan bahwa proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita merupakan hasil konstruksi (bentukan) kita sendiri.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Denok Norhamidah, 2013 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Fisika merupakan salah satu bidang Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang mempelajari gejala-gejala alam secara sistematis untuk menguasai pengetahuan berupa fakta, konsep,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami sesuatu apabila siswa tersebut mengerti tentang sesuatu itu tetapi tahap mengertinya

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap atau prosedur ilmiah (Trianto, 2012: 137). Pembelajaran Ilmu

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK A. Deskripsi Konseptual 1. Variabel Terikat a. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir kritis menurut Ennis (1993) adalah berpikir secara beralasan dan reflektif dengan menekankan pada

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir

II. TINJAUAN PUSTAKA. Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Hakikat Matematika Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak yang digunakan hampir pada semua bidang ilmu pengetahuan. Menurut Suherman (2003:15), matematika

Lebih terperinci

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses

Oleh : Sri Milangsih NIM. S BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Persepsi ini menyebabkan guru terkungkung dalam proses Meningkatkan sikap belajar siswa dengan model problem based learning yang dikombinasikan dengan model cooperative learning pada mata pelajaran geografi kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Surakarta tahun ajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu model pembelajaran yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas

Lebih terperinci

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 01/Tahun XVII/Mei 2013 PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN PROSES MELALUI STRATEGI INQUIRI DALAM PEMBELAJARAN IPA SMP Anita Fitriyanti Guru Mata Pelajaran IPA di SMP 1 Paliyan, Kab. Gunungkidul ABSTRAK Keberhasilan dalam pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari mengenai alam dan fenomena alam yang terjadi, yang berhubungan dengan benda hidup maupun benda tak

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Hakikat Belajar Marilah kita kaji sejenak arti kata belajar menurut Wikipedia Bahasa Indonesia. Disana dipaparkan bahwa belajar diartikan sebagai perubahan yang relatif permanen

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI Oleh SYIHABUDDIN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA VISI MPK Sebagai sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Hasil Belajar IPA Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI)

STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) 0 STRATEGI PEMBELAJARAN MATEMATIKA RINTISAN SEKOLAH BERTARAF INTERNASIONAL (RSBI) ( Studi Fenomenologi di SMP N 2 Boyolali Tahun Ajaran 2010/2011 ) SKRIPSI Disusun untuk Memenuhi Sebagai Prasyarat Guna

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nurul Qomar, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) tahun 2006 (BSNP, 2006:140), salah satu tujuan umum mempelajari matematika pada Sekolah Menengah Pertama (SMP) adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Setiap orang membutuhkan pendidikan dalam kehidupannya. Undang- Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang

II. KERANGKA TEORITIS. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang II. KERANGKA TEORITIS A. Tinjauan Pustaka 1. Model Problem Based Learning (PBL) Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal yang kompleks. Kompleksitas belajar tersebut dapat

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika

BAB II LANDASAN TEORI. A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika BAB II LANDASAN TEORI A. Keterlaksanaan Pembelajaran Matematika Pengertian pembelajaran sebagaimana tercantum dalam UU RI nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional adalah suatu proses interaksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Afifudin, 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Afifudin, 2013 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Upaya peningkatan mutu pendidikan dalam ruang lingkup pendidikan IPA di sekolah dirumuskan dalam bentuk pengembangan individu-individu yang literate terhadap sains.

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan menjadi sarana yang paling penting dan efektif untuk membekali siswa dalam menghadapi masa depan. Oleh karena itu, proses pembelajaran yang bermakna sangat

Lebih terperinci

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) 7 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjauan Pustaka 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning) Untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar, para ahli pembelajaran telah menyarankan penggunaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kerangka Teoritis 1. Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Learning) PBL merupakan model pembelajaran yang efektif untuk pengajaran proses berpikir tingkat tinggi.

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pembelajaran IPA di SD Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. yang bertujuan agar siswa mendapat kesempatan untuk menguji dan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Metode Praktikum Pratikum berasal dari kata praktik yang artinya pelaksanaan secara nyata apa yang disebut dalam teori. Sedangkan pratikum adalah bagian dari pengajaran yang bertujuan

Lebih terperinci

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP

2014 PENERAPAN STRATEGI PEMBELAJARAN AKTIF TIPE KUIS TIM UNTUK ENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIS DAN SELF-CONFIDENCE SISWA SMP BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kualitas suatu bangsa ditentukan oleh kualitas sumber daya manusianya. Manusia sebagai pemegang dan penggerak utama dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Melalui

Lebih terperinci

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan

Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Model Pembelajaran Konstekstual dalam Bidang Studi Ekonomi Pendahuluan Ruang lingkup Ekonomi tersebut merupakan cakupan yang amat luas, sehingga dalam proses pembelajarannya harus dilakukan bertahap dan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS. Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Teori Pada kajian teori akan dipaparkan teori dari beberapa ahli yang berhubungan dengan variabel dalam penelitian ini. Teori-teori tersebut

Lebih terperinci

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo Abstrak : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan pembelajaran sejarah di

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Cooperative Learning Tipe Make A Match 2.1.1 Model Pembelajaran Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan yang digunakan oleh guru untuk mencapai keberhasilan dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang

BAB I PENDAHULUAN. Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Biologi merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (natural science) yang dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah. Ilmu biologi mengkaji

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu

BAB I PENDAHULUAN. budaya dalam bentuk pola pikir. Sebagai proses transformasi, sudah barang tentu BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses transformasi budaya dari generasi ke generasi berikutnya, baik yang berbentuk ilmu pengetahuan, nilai, moral maupun budaya dalam

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut:

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai berikut: BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Penelitian yang Relevan Berdasarkan kajian teori yang dilakukan, berikut ini dikemukakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan variabel-variabel yang diteliti sebagai

Lebih terperinci