BAB I PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN"

Transkripsi

1 BAB I PENDEKATAN, MODEL, STRATEGI, DAN METODE PEMBELAJARAN Model pembelajaran dimaksudkan sebagai bentuk kegiatan sistematis dan terencana untuk membantu siswa memperoleh informasi, gagasan, skill, nilai, dan mengembangkan cara pikir (nalar), serta berpikir reflektif. Harapan dari belajar dalam jangka panjang adalah bagaimana siswa mampu meningkatkan kapabilitasnya untuk bisa belajar lebih mudah dan efektif serta secara terus menerus pada masa yang akan datang. Kemandirian belajar dan kemauan untuk belajar secara terus menerus menjadi hal yang sangat penting dalam mewujudkan keberhasilan pembelajaran. Terjadinya belajar pada siswa ditandai oleh adanya perubahan tingkah laku. Tujuan utama pengembangan model pembelajaran adalah guru mampu membelajarkan siswa sedemikian hingga siswa mampu beradaptasi dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni (Ipteks) serta perkembangan peradaban yang sangat cepat. Karena itu prinsip utama pengembangan model pembelajaran adalah memberikan alat (berpikir) kepada siswa untuk menghadapi tantangan dunia global di masa yang akan datang (bukan untuk saat ini). Siswa yang sedang belajar saat ini, kompetensinya (pengetahuan dan keterampilan) akan dimanfaatkan untuk menghadapi perkembangan lima, sepuluh atau bahkan dua puluh tahun yang akan datang. Penerapan suatu pembelajaran akan berpengaruh besar terhadap kemampuan siswa dalam mendidik diri mereka sendiri. Guru yang sukses bukan sekedar penyaji 1

2 2 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif yang karismatik dan persuasive (Joice, dkk, 2009). Tetapi guru yang sukses adalah mereka yang melibatkan para siswa dalam tugas-tugas yang sarat muatan kognitif dan sosial, serta mengajari siswa bagaimana mengerjakan tugas-tugas tersebut secara produktif. Siswa bisa menjadi pebelajar efektif jika mampu menggambarkan informasi, gagasan, dan kebijaksanaan dari guru-guru mereka dan menggunakan sumber-sumber pembelajaran secara efektif. Dengan demikian peran utama dari mengajar adalah mencetak para pebelajar yang handal (powerful learners). Hal-hal penting yang perlu dilakukan oleh guru dalam mengembangkan pembelajaran adalah (1) bagaimana guru merencanakan tahapan-tahapan pembelajaran yang akan dilakukan di kelas, (2) bagaimana guru merencanakan interaksi guru-siswa dan siswa-siswa sehingga terjadi proses belajar yang optimal, (3) bagaimana guru merencanakan suatu stimulus sehingga siswa belajar, (4) bagaimana perilaku belajar siswa dalam suatu sistem pengelolaan kelas, (5) bagaimana menyiapkan bahan pendukung (antara lain: buku, lembar kerja siswa, media, dan assesmen), dan (6) dampak apa yang diharapkan pada siswa dengan pelaksanaan pembelajaran tersebut. Agar bisa melaksanakan pembelajaran yang baik, guru perlu merencanakan hal-hal penting tersebut secara matang. Tidak cukup jika guru hanya menyampaikan apa yang ada di buku. Guru harus menyiapkan dan mengkondisikan siswa sehingga mau dan mampu belajar dengan baik. A. Hubungan Pendekatan, Model, Strategi, dan Metode Pembelajaran Dalam pembelajaran dikenal beberapa istilah antara lain pendekatan pembelajaran, model pembelajaran, strategi

3 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 3 pembelajaran, dan metode pembelajaran. Dalam praktiknya terdapat berbagai pendapat terkait dengan herarki istilahistilah tersebut. Ada yang berpendapat bahwa pendekatan lebih umum dari model. Ada yang berpendapat model lebih umum dari pendekatan (seperti Arend, 2004). Ada yang berpendapat model lebih umum dari pendekatan dan strategi. Ada pula yang berpendapat pendekatan dan model dipandang sama. Bahkan ada yang berpendapat bahwa pendekatan lebih khusus dari strategi. Klasifikasi model, strategi, dan metode juga dilakukan oleh Saschat-chewan Education (dalam Zubaidah, 2010). Kerangka pembelajaran yang terdiri dari model, strategi, metode, dan keterampilan pembelajaran disajikan seperti Gambar 1. Gambar 1. Kerangka Pembelajaran (Saschatchewan Education, 1988) Gambar 1 tersebut bukan merupakan himpunan bagian, tetapi lebih pada herarki pembelajaran. Karena itu

4 4 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif Saschatchewan Education menyusun tingkatan model sampai keterampilan pembelajaran disajikan seperti Gambar 2 berikut. Gambar 2. Hubungan model, strategi, metode, dan keterampilan pembelajaran (Saschatchewan Ed, 1988) Perbedaan herarki tersebut tidak perlu diperdebatkan, karena masing-masing pendapat berangkat dari sudut pandang berbeda. Kita bisa memilih salah satu, tentunya harus menggunakan alasan logis. B. PENDEKATAN PEMBELAJARAN Pendekatan (approach) diartikan sebagai a way of beginning something atau cara untuk memulai sesuatu. Dalam hal ini pendekatan dapat diartikan sebagai cara memulai pembelajaran. Dalam pengertian yang lebih luas, pendekatan mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajarmengajar. Pendekatan merupakan titik tolak dalam memandang sesuatu, suatu filsafat atau keyakinan yang tidak selalu mudah membuktikannya. Jadi, pendekatan bersifat aksiomatis. Aksiomatis artinya bahwa kebenaran teori-teori yang digunakan tidak dipersoalkan lagi. Pendekatan pembelajaran (teaching approach) merupakan landasan memulai dan melaksanakan pembelajaran suatu bidang studi

5 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 5 serta memberi arah dan corak kepada metode pembelajarannya. Manfaat pendekatan adalah sebagai pedoman umum dan langsung bagi langkah-langkah pembelajaran yang akan digunakan. Pendekatan sering dimaknai mirip dengan strategi. Seperti diketahui, pendekatan merupakan titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran. Strategi dan metode pembelajaran yang digunakan dapat bersumber atau tergantung dari pendekatan tertentu. Terdapat beragam pendapat tentang pendekatan pembelajaran. Killen (1998, dalam Sanjaya, 2009) misalnya, menyatakan ada dua pendekatan dalam pembelajaran, yaitu pendekatan yang berpusat pada guru (teacher-centred approaches) dan pendekatan yang berpusat pada siswa (student-centred approaches). Penggolongan pendekatan yang lain seperti Depdiknas (2008), menyebutkan pendekatan untuk pembelajaran matematika, antara lain pendekatan pemecahan masalah dan pendekatan realistik matematika. Pada pembelajaran IPA, terdapat pendekatan in-kuiri, salingtemas (sains, lingkungan, teknologi dan masyarakat), pemecahan masalah, keterampilan proses sains (KPS), atau pendekatan terpadu (integrated approach). Pada pembelajaran matematika, selain yang telah disebutkan oleh Depdiknas, dapat pula menggunakan pendekatan induktif dan deduktif, spiral, konstrukstivisme, dan kontekstual (CTL). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pendekatan pembelajaran mengacu kepada seperangkat asumsi mengenai cara belajar-mengajar dan merupakan titik tolak dalam memandang suatu pembelajaran. Pendekatan lebih mengarah kepada landasan filosofis dari suatu pembelajaran.

6 6 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif C. MODEL PEMBELAJARAN Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk mencapai tujuan belajar (kompetensi belajar). Terdapat 5 (lima) masalah yang harus menjadi perhatian dalam mengembangkan model, yaitu: sintaks, sistem sosial, prinsip reaksi, sistem pendukung, dampak instruksional dan dampak pengiring. Karena itu model pembelajaran harus memiliki rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau pengembangnya dan landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai). Menurut Joyce dan Weil (1992) terdapat empat model pembelajaran berdasar pada cara belajar dan proses konstruksi pengetahuan siswa, yaitu: model pemrosesan informasi, model personal, model interaksi sosial, dan model behavioral (perubahan tingkah laku). Model pemrosesan informasi dilandasi oleh teori pemrosesan informasi yang dipelopori oleh Atkinson dan Shiffrin. Model personal didasarkan pada teori kognitivisme individual yang dipelopori oleh Piaget. Model interaksi sosial dikembangkan dari teori kognisi sosial yang dipelopori oleh Vygotsky. Ketiga landasan tersebut sering disebut sebagai pandangan konstruktivisme. Sedangkan model behavioural dikembangkan berdasarkan pemikiran behaviorisme. Istilah model pembelajaran juga sering dimaknai sama dengan pendekatan pem-belajaran, bahkan kadang suatu model pembelajaran diberi nama sama dengan nama pendekatan pembelajaran. Arends (2004) memilih istilah model pembelajaran didasarkan pada dua alasan penting. Pertama, istilah model memiliki makna yang lebih luas

7 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 7 daripada pendekatan, strategi, metode, dan teknik. Kedua, model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi yang penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas, atau praktik mengawasi anak-anak. Atas dasar pendapat tersebut, model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan prosedur sistematik (teratur) dalam pengorganisasian kegiatan (pengalaman) belajar untuk mencapai tujuan belajar (kompetensi belajar). Dengan kata lain, model pembelajaran adalah rancangan kegiatan belajar agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan baik, menarik, mudah dipahami, dan sesuai dengan urutan yang logis. Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas. Dengan kata lain, model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau pola yang dapat kita gunakan untuk mendesain pola-pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas dan untuk menentukan material atau perangkat pembelajaran. Menurut Joyce dan Weil (1992) Each model guides us as we design instruction to help students achieve various objects, artinya, setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Arends (2004) menyatakan bahwa model pembelajaran mengarah pada suatu pendekatan pembelajaran tertentu, termasuk tujuannya, langkahlangkahnya (syntax), lingkungannya, dan sistem pengelolaannya. Fungsi model pembelajaran adalah sebagai pedoman perancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Pemilihan model sangat dipengaruhi oleh sifat dari materi yang akan dibelajarkan, tujuan (kompetensi) yang akan dicapai dalam

8 8 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif pembelajaran tersebut, serta tingkat kemampuan peserta didik. Suatu rancangan pembelajaran dikatakan menggunakan suatu model pembelajaran tertentu apabila mempunyai empat ciri khusus, yaitu (a) rasional teoretik yang logis yang disusun oleh penciptanya atau pengembangnya, (b) landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar (tujuan pembelajaran yang akan dicapai), (c) tingkah laku yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan secara berhasil, dan (d) lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai. Lebih jauh dijelaskan bahwa suatu model pembelajaran akan memuat: (a) deskripsi lingkungan belajar, (b) pendekatan, metode, teknik, dan strategi, (c) manfaat pembelajaran, (d) materi pembelajaran (kurikulum), (e) media, dan (f) desain pembelajaran. Dalam memilih suatu model pembelajaran harus mempertimbangkan beberapa hal, antara lain: (1) karakteristik materi yang akan diajarkan, (2) tujuan akan dicapai dalam pembelajaran, (3) tingkat kemampuan peserta didik, (4) waktu yang tersedia, (5) lingkungan belajar, dan (6) fasilitas penunjang yang tersedia. Dalam hal ini, suatu model mungkin cocok untuk suatu materi tetapi tidak cocok untuk materi yang lain. Suatu model cocok untuk siswa-siswa yang rata-rata berkemampuan tinggi belum tentu cocok untuk siswa yang rata-rata berkemampuan rendah. Setiap model pembelajaran harus disesuaikan dengan konsep yang lebih cocok dan dapat dipadukan dengan model pembelajaran yang lain untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Model digunakan untuk memilih dan menyusun struktur/strategi pembelajaran, metode, keterampilan, dan kegiatan siswa serta untuk memberikan penekanan pada pembelajaran tertentu. Seperti pendekatan, model juga

9 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 9 beragam penggolongannya tergantung sudut pandang para ahli. Pada tulisan ini ditunjukkan model pembelajaran menurut Joyce dan Weil (2009) yang mengidentifikasi empat model pembelajaran berdasar pada cara belajar dan proses pengembangan pribadi siswa. Keempat model tersebut adalah model pemrosesan informasi, model personal, model interaksi sosial, dan model behavioral. 1. Model pemrosesan atau pengolahan informasi Model pembelajaran ini menekankan pada pemerolehan, penguasaan, dan pengolahan informasi dalam pikiran siswa agar mereka dapat memahami pelajaran, misalnya dengan mengorganisasi data, merumuskan masalah, mengembangkan pembentukan konsep, mendorong siswa berpikir kreatif. Model ini didasarkan pada teori pemrosesan informasi yang dikembangkan oleh Atkinson dan Shiffrin (1969), digambarkan seperti berikut. Setiap saat manusia akan menghadapi stimulus yang jumlahnya sangat banyak. Dari stimulus yang jumlahnya sangat banyak tersebut diseleksi oleh register sensorik. Stimulus yang terseleksi oleh register sensorik diteruskan ke memori jangka pendek dan sebagian langsung direspon. Di memori jangka pendek diseleksi lagi, apakah stimulus tersebut penting, menarik perhatian, berguna, atau sesuai dengan kebutuhan yang sedang dipikirkan. Stimulus yang memenuhi karakteristik tersebut diteruskan untuk disimpan

10 10 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif di memori jangka panjang dan sebagian langsung direspon. Sedangkan stimulus yang kurang/tidak menarik, kurang/tidak sesuai kebutuhan akan segera dilupakan. Di memori jangka panjang informasi akan tersimpan secara permanen dan dapat dipanggil sewaktu-waktu. Dalam praktik pembelajaran diperlukan upaya untuk mengelola stimulus (materi pelajaran) yang dapat menarik perhatian sehingga dapat tersimpan di memori jangka panjang. Menurut Plass (2011), dalam proses pembelajaran terdapat tiga beban yang perlu dipertimbangkan untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran: beban instrinsic, beban germae, dan beban extraneous. Untuk mempermudah proses belajar siswa perlu mengelola beban instrinsik, meningkatkan beban germane, dan mengurangi beban extraneous (beban luar). Dengan pengelolaan beban instrinsic, meningkatkan beban germane, dan mengurangi beban luar, proses menuju memori jangka panjang akan semakin mudah. Dengan kata lain semakin tinggi peluang berhasilnya pembelajaran. 2. Model personal atau pengembangan pribadi Penekanan model personal ini adalah pembelajaran dilakukan dengan mengarahkan siswa untuk mengonstruksi pengetahuan secara individual. Model personal ini dibangun dari konstruktivisme individual dari Piaget. Model ini melibatkan proses pengembangan individu dalam membangun dan mengatur dirinya sebagai individu yang unik. Asumsi yang digunakan untuk membangun model personal ini, bahwa setiap manusia secara individu memiliki potensi untuk mengonstruksi pengetahuan dan setiap individu adalah unik, karena itu proses belajarpun juga unik. Peranan guru yang utama adalah memfasilitasi siswanya sehingga terjadi proses belajar. Proses belajarnya ditujukan untuk memahami kemampuan dirinya, kemudian

11 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 11 meningkatkannya kepada kemampuan yang lebih tinggi misalnya lebih kreatif, lebih percaya diri, lebih trampil, lebih sensitif, yang kesemuanya itu ditujukan untuk mencapai kualitas hidup yang lebih baik. Fokus model personal adalah pada konsep perwujudan diri yang kuat untuk membangun hubungan yang produktif dengan orang lain dan lingkungan. 3. Model interaksi sosial Model interaksi sosial dibangun berdasarkan pandangan konstruktivisme sosial dari Vygotsky. Bahwa proses konstruksi pengetahuan pada diri siswa bisa berlangsung secara baik apabila didukung oleh adanya interaksi sosial. Karena itu, supaya terjadi proses belajar perlu dikondisikan adanya interaksi antar peserta didik. Model ini bertitik tolak pada asumsi yang menyatakan bahwa bekerja sama akan membentuk suatu sinergi atau kekuatan sosial. Penerapan model pembelajaran ini biasanya dilakukan dalam bentuk kelompok. Fokus model interaksi sosial adalah pada peningkatan kemampuan siswa untuk berinteraksi dengan orang lain, untuk terlibat dalam proses demokrasi, dan bekerja secara produktif di lingkungannya. 4. Model behavioural (perubahan tingkah laku) Model behavioural menekankan pada perubahan perilaku yang dapat diamati, yang diharapkan konsisten dengan konsep diri siswa. Model ini dikembangkan dengan dasar teori pengendalian stimulus atau teori penguatan (reinforcement). Model behavioural menekankan bahwa tugastugas pembelajaran harus dibagi-bagi menjadi serangkaian tugas dan perilaku yang berangkaian. Asumsi yang mendasari model ini adalah bahwa manusia itu memiliki sistem komunikasi umpan balik, artinya ia dapat mengubah tingkah lakunya dari informasi balik yang diterimanya. Model belajar ini didasarkan atas stimulus response. Supaya

12 12 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif terjadi peningkatan belajar, maka guru perlu memberikan reinforcement. Stimulus adalah suatu kondisi belajar dalam sembarang bentuk, dapat berupa suatu lingkungan yang pasif atau suatu perlakukan yang aktif. Reaksi terhadap stimulus ini disebut respon yang berupa tingkah laku. Selanjutnya diberi reinforcement atau penguat. Reinforcement dapat bersifat positif misalnya pujian atau hadiah dan dapat pula bersifat negatif seperti hukuman. D. STRATEGI PEMBELAJARAN Strategi pembelajaran merupakan serangkaian aktifitas yang didesign untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dalam mengembangkan strategi pembelajaran perlu menentukan (1) urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa; (2) metode pembelajaran, yaitu cara guru mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efisien dan efektif; (3) media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran; dan (4) waktu yang digunakan oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran. Konsep strategi mencakupi empat pengertian sebagai berikut. 1. Urutan kegiatan pembelajaran, yaitu urutan kegiatan guru dalam menyampaikan isi pelajaran kepada siswa. 2. Metode pembelajaran, yaitu cara pengajar mengorganisasikan materi pelajaran dan siswa agar terjadi proses belajar secara efisien dan efektif.

13 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran Media pembelajaran, yaitu peralatan dan bahan pembelajaran yang digunakan guru dan siswa dalam kegiatan pembelajaran. 4. Waktu yang digunakan oleh guru dan siswa dalam menyelesaikan setiap langkah dalam kegiatan pembelajaran. Berdasarkan hal-hal yang telah disebutkan, maka strategi pembelajaran me-rupakan perpaduan dari urutan kegiatan, cara pengorganisasian materi pelajaran dan siswa, peralatan dan bahan, serta waktu yang digunakan dalam proses pembe-lajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan. Dengan kata lain, strategi pembelajaran adalah cara yang sistematik dalam mengkomunikasikan isi pelajaran kepada siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Menurut Saschatchewan (Zubaidah, 2010) strategi pembelajaran dapat dikelompokkan menjadi: pembelajaran langsung (direct instruction), Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction), Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction), Pembelajaran Melalui Pengalaman (Experiential Learning), dan Belajar Mandiri (Independent Study). 1. Pembelajaran Langsung (direct instruction) Menurut Joice (2009) pembelajaran langsung dilakukan dengan lima tahap aktivitas: (1) orientasi, (2) presentasi, (3) praktik yang terstruktur, praktik di bawah bimbingan, dan (5) praktik mandiri. Pembelajaran ini perlu dimulai dengan diagnosis yang efektif mengenai pengetahuan atau skill siswa bahwa mereka memiliki pengetahuan dan skill yang cukup untuk melanjutkan pembelajaran yang akan dilalui. Setelah adanya diagnosis tersebut, guru bisa melakukan 5 (lima) tahap tersebut. Tahap pertama, orientasi. Dalam tahap ini,

14 14 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif guru menyampaikan harapan dan keinginannya, menjelaskan tugas-tugas yang ada dalam pembelajaran, dan menentukan tanggungjawab siswa. Ada tiga langkah penting untuk bisa mencapai tujuan orientasi ini: (1) guru memaparkan maksud dari pelajaran, (2) guru menggambarkan isi pelajaran dan hubungannya dengan pengetahuan dan atau pengalaman sebelumnya, dan (3) guru mendiskusikan prosedur-prosedur yang ada dalam pembelajaran. Tahap kedua, presentasi, yakni menjelaskan konsep atau skill baru dan memberikan peragaanserta contoh. Jika materi yang akan disampaikan adalah konsep baru, maka guru harus mendiskusikan karakteristik-karakteristik dari konsep tersebut, aturan-aturan pendefinisian, dan beberapa contoh. Jika materinya adalah skill baru maka hal yang harus disampaikan adalah langkah-langkah untuk memiliki skill tersebut dengan menyajikan contoh di setiap langkah. Guru dapat menstranfer materi atau skill baru baik secara lisan maupun secara visual. Sehingga siswa dapat akan memiliki dan dapat mempelajari representasi visual sebagai referensi di awal pembelajaran. Tugas lain adalah menguji apakah siswa telah memahami informasi baru sebelum mereka mengaplikasikannya dalam tahap praktik. Bisakah mereka mengingat karakteristik-karakteristik konsep yang telah dijelaskan guru? Bisakah mereka mengingat urutan dan daftar langkah-langkah dalam skill yang baru saja dipelajari? Menguji pemahaman yang demikian sangat diperlukan untuk mengetahuai pencapaian siswa terhadap materi yang sedang dipelajari. Tahap ketiga adalah praktik terstruktur. Guru menuntun siswa melalui contoh-contoh praktik dan langkah-langkahdi dalamnya. Biasanya siswa melaksanakan praktik dalam

15 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 15 sebuah kelompok dan menawarkan diri untuk menulis jawabannya. Cara yang paling baik dalam hal ini adalah menggunakan proyektor, menyajikan contoh praktik secara jelas, sehingga semua siswa bisa melihat bagaimana tahaptahap praktik dilalui. Peran guru dalam tahap ini adalah memberi respon baik untuk menguatkan respon yang sudah tepat maupun untuk memperbaiki kesalahan dan mengarahkan siswa praktik yang tepat. Tahap keempat, praktik di bawah bimbingan guru, memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan praktik dengan kemamuan mereka sendiri. Praktik di bawah bimbingan memudahkan guru mempersiapkan bantuan untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam menampilkan tugas pembelajaran. Hal ini biasanya dilakukan dengan cara membantu meminimalisir jumlah dan ragam kesalahan yang dilakukan siswa. Peran guru dalam tahap ini adalah mengontrol kerja siswa dan jika dibutuhkan memberikan respon yang korektif. Tahap kelima adalah praktik mandiri. Praktik ini dimulai saat siswa telah mencapai level akurasi persen dalam praktik di bawah bimbingan. Tujuannya adalah memberikan materi baru untuk memastikan dan menguji pemahaman siswa terhadap praktik sebelumnya. Dalam praktik mandiri, siswa melakukan praktik dengan caranya sendiri, tanpa bantuan dan respon balik dari guru. Praktik mandiri ini, dalam pembelajaran matematika biasanya dilakukan dengan memberikan soal-soal latihan mandiri. Langkah-langkah pembelajaran langsung menurut Joice (2009) sebagai berikut. Sintaks Pembelajaran Langsung Tahap pertama: Orientasi - Guru menentukan materi pelajaran - Guru meninjau materi pelajaran sebelumnya - Guru menentukan tujuan pelajaran - Guru menentukan prosedur pembelajaran Tahap kedua: Presentasi - Guru menjelaskan konsep atau keterampilan baru

16 16 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif 2. Pembelajaran Tidak Langsung (Indirect Instruction) Menurut Bell (1978) pembelajaran tak langsung antara lain: pembelajaran membuktikan teorema, pembelajaran dengan problem solving, pembelajaran dengan memanfaatkan laboratorium, dan inkuiri. Pembelajaran tak langsung (indirect instruction) merupakan pembelajaran yang

17 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 17 berorientasi pada student centered, mengutamakan keterlibatan siswa pada kegiatan observasi, investigasi, menarik kesimpulan dari data, atau menyusun hipotesis. Sebagai contoh dalam problem solving, guru menyajikan masalah dalam kehidudupan sehari-hari. Dalam suatu pertemuan diikuti oleh beberapa orang dan saling berjabat tangan. Jika pertemuan tersebut diikuti oleh 2 (dua) orang, maka banyak jabat tangan yang terjadi adalah satu. Jika jumlah orang dalam pertemuan 3 (tiga) orang, maka banyaknya jabat tangan yang terjadi adalah tiga. Jika jumlah orang dalam pertemuan 4 (empat) orang, maka jabat tangan yang terjadi sebanyak 6. Berapakah jabat tangan yang terjadi bila banyaknya orang dalam pertemuan itu 10 orang? Berapakah jabat tangan yang terjadi bila banyaknya orang dalam pertemuan itu n orang? Dengan difasilitasi oleh guru, siswa mungkin akan melakukan eksperimen, berpikir coba-coba (trial error), atau mungkin juga menggunakan pola. Ketika jumlah yang berjabat tangan 2 orang, misalnya A dan B, maka hanya ada satu jabat tangan yang terjadi. Jika dihubungkan antara banyaknya orang dan banyaknya jabat tangan bisa dibentuk 2(2 1) 2 = 1. Jika 3 orang yang saling berjabat tangan, misalnya A, B, dan C, maka jabat tangan yang terjadi: A dengan B, A dengan C, dan B dengan C. Berarti ada 3 jabat tangan yang terjadi, jika dihubungkan bisa berbentuk 3(3 1) = 3. Jika ada empat orang bisa dibentuk hubungan: 6 = 4(4 1). Sehingga ketika ada n orang, banyak jabat tangannya: n(n 1). Pola 2 2 2

18 18 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif hubungan antara jumlah orang dan banyak jabat tangan digambarkan seperti berikut. Begitupula mungkin saja siswa bisa berpikir sistematis dengan menggambarkan simpul-simpul sebagai orang, garisgaris sebagai proses jabat tangan. Jika ada dua orang berjabat tangan, maka garis yang terbentuk adalah satu. Jika ada tiga orang berjabat tangan, maka ada tiga garis yang menghubungkan setiap orang. Berarti ada tiga jabat tangan. Dengan cara ini siswa bisa memperoleh pola yang lebih jelas seperti berikut.

19 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 19 Dari proses tersebut, siswa mencoba mengidentifikasi. Jika ada dua orang, maka ada satu kali jabat tangan. Jika ada dua orang, maka orang pertama akan berjabat tangan dengan 2 orang lainnya, dan satu orang yang lain berjabat tangan dengan satu orang yang belum berjabat tangan dengan dia. Jadi banyaknya jabat tangan Jika ada 4 orang dalam pertemuan, maka orang pertama berjabat tanagn dengan 3 orang lain, orang kedua berjabat tangan dengan 2 orang lain yang belum, dan orang ketiga berjabat tangan dengan satu

20 20 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif orang yang belum berjabat tangan dengan dia. Jadi banyaknya jabat tangan adalah Proses ini diteruskan sehingga berlaku untuk n orang. Orang pertama berjabat tangan dengan n-1 orang, orang kedua berjabat tangan dengan n-2 orang yang belum berjabat tangan dengan dia, dan seterusnya, sehingga diperoleh banyaknya jabat tangan yang terjadi adalah (n-1) + (n-2) Dengan pembelajaran tersebut bisa menarik perhatian siswa dan mendorong rasa ingin tahu, bahkan mendorong siswa untuk membuat alternatif-alternatif, atau pemecahan masalah. Indirect instruction juga dapat memicu kreativitas siswa dan pengembangan keterampilan-keterampilan, serta kemampuan interpersonal. Sebagai konsekuensi dari student centered, dalam pembelajaran tak langsung, peranan guru berganti dari pemberi materi (penceramah) menjadi fasilitator. Guru mengatur lingkungan pembelajaran, menyediakan kesempatan kepada siswa untuk terlibat dalam pembelajaran, dan bila dimungkinkan, memberikan umpan balik kepada siswa pada saat mereka melakukan inkuiri (Martin, 1983). Indirect instruction dapat diterapkan oleh para guru pada hampir semua pelajaran. Strategi ini cocok diterapkan pada saat: mengharapkan adanya kegiatan berpikir, mengharapkan munculnya sikap atau nilai interpersonal, mengutamakan proses seperti halnya produk pembelajaran, melakukan investigasi atau menemukan sesuatu, menginginkan lebih dari satu jawaban yang sesuai, memfokuskan pemahaman perseorangan dan retensi terhadap konsep atau generalisasi dalam jangka waktu yang lama,

21 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 21 menginginkan adanya keterlibatan ego dan motivasi intrinsik, mengharapkan penarikan kesimpulan atau pemecahan masalah, mengharapkan tercapainya kemam-puan pembelajaran sepanjang hayat. (Zubaidah, 2010) Langkah-langkah pembelajaran tak langsung meliputi: observasi, encoding, mengingat kembali (recalling), mengklasifikasikan, membandingkan, melakukan inferensi, menginterpretasi data, memprediksi, elaborasi, meringkas, restructuring, dan melakukan verifikasi. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, strategi indirect instruction juga memiliki beberapa kelemahan. Strategi ini memakan lebih banyak waktu jika dibandingkan dengan direct instruction, kendali guru atas siswa bisa berkurang dan keluaran tidak bisa diprediksi. Indirect instruction bukan strategi terbaik apabila ingin menyediakan informasi yang detail atau mengupayakan keterampilan pencapaian hasil belajar secara bertahap. Pembelajaran ini juga kurang sesuai apabila menginginkan hafalan secara cepat. 3. Strategi Pembelajaran Interaktif (Interactive Instruction) Pembelajaran interaktif menekankan pada interaksi antar siswa, bahwa pembelajaran akan efektif apabila dilakukan dengan mengaktifkan siswa melalui interaksi antar mereka. Interaksi juga akan bisa maksimal apabila dilakukan secara multiarah: antar siswa, siswa-guru, dan guru-siswa. Hal ini dilandasi oleh pemikiran Vygotsky bahwa siswa akan bisa mengonstruksi pengetahuan secara optimal apabila ada interaksi satu siswa dengan siswa yang lain. Karena itu pembelajaran interaktif menekankan pada diskusi dan berbagi antar siswa. Untuk mengatur posisi siswa sehingga

22 22 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif bisa terjadi interaksi optimal dapat dilakukan dengan berbagai cara: setting kelas melingkar dengan posisi guru di depan, setting kelas melingkar dengan posisi guru disamping, posisi berpasangan dua-dua, posisi berkelompok tiga-tiga, atau posisi berkelompok empat-empat. Gambar 1: Susunan siswa untuk interaksi melingkar Gambar 2: Pengelompokkan Siswa Seaman dan Fellenz (1989) mengemukakan bahwa diskusi dan berbagi akan memberikan kesempatan bagi siswa untuk memberikan reaksi terhadap ide-ide, pengalaman, wawasan, dan pengetahuan dari guru atau sesama siswa dan

23 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 23 untuk menghasilkan alternatif dalam cara berpikir dan merasakan. Siswa dapat belajar dari teman sebaya dan guru untuk mengembangkan keterampilan dan kemampuan sosial, untuk mengorganisasikan pikiran mereka, dan mengembangkan argumen rasional. Pembelajaran interaktif bisa dilakukan dengan diskusi kelompok, diskusi kelas, diskusi berpasangan. Dalam hal ini guru harus memfasilitasi siswa untuk terjadinya interaksi berpikir. Karena itu fungsi guru adalah fasilitator dalam memberikan masalah, sehingga masalah tersebut membutuhkan pemecahan secara kelompok atau sharing dengan siswa lain. Strategi pembelajaran interaktif memerlukan kemampuan pengamatan, mendengarkan, interpersonal, keterampilan dan kemampuan intervensi oleh guru dan siswa. Keberhasilan strategi pembelajaran interaktif dan berbagai metode yang termasuk strategi interaktif sangat tergantung pada keahlian guru dalam menyusun dan mengembangkan dinamika kelompok. 4. Experiential Learning Experientiatl learning dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa seseorang cenderung memiliki pengalaman pribadi yang berbeda dengan orang lain. Dari perbedaan pengalaman tersebut akan bisa memperkaya kematangan seseorang, bila difasilitasi untuk terjadinya sharing pengalaman. Pengalaman yang dimaksudkan tidak hanya terbatas pada pengalaman kehidupannya, tetapi juga pengalaman dalam memecahkan masalah (termasuk masalah matematika). Seorang siswa mungkin saja memiliki pengalaman dalam memperoleh nilai π dengan melakukan eksperimen membagi keliling lingkaran yang berbeda-beda dengan panjang diameternya. Misalnya siswa pertama

24 24 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif melakukan eksperimen mengukur keliling lingkaran A yang berdiameter 7 cm; lingkaran B berdiameter 14 cm, dan lingkaran C berdiameter 21 cm. Dalam hal ini lingkaran dimodelkan dengan media stereofom sehingga mudah diukur kelilingnya menggunakan benang. Dari pengukuran diperoleh keliling lingkaran A = 22 cm, keliling lingkaran B = 44 cm, an keliling lingkaran C = 66 cm. Siswa pertama membandingkan keliling dengan panjang diameternya, diperoleh: K A d A = 22 7 K B = 44 = 22 d B 14 7 K C d C = = 22 7 Dari percobaannya siswa pertama menyimpulkan bahwa perbandingan keliling lingkaran dengan diameternya selalu tetap, dan nilai yang tetap tersebut disebut π Siswa kedua memiliki pengalaman melakukan percobaan membandingkan keliling dengan diameter yang berbeda dengan siswa pertama. Dengan masalah sama diameter lingkaran A = 7 cm, diameter lingkaran B = 14 cm, dan diameter linkaran C = 21 cm. Pada awalnya sama-sama mengukur diameter dan kelilingnya, namun dalam membandingkan, siswa kedua melakukannya sebagai berikut.

25 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 25 Dari kawat yang dililitkan pada lingkaran A, di tarik memanjang sehingga menjadi datar dan membuat potongan kawat lain sepanjang 7 cm. Diameter dibandingkan dengan keliling yang sudah terbentang, diperoleh bahwa keliling lingkaran sama dengan tiga kali panjang diameternya dan bersisa 1 cm. Karena itu diperoleh perbandingan seperti berikut. K A : d A = = = Dari kawat yang dililitkan pada lingkaran B, di tarik memanjang sehingga menjadi datar dan membuat potongan kawat lain sepanjang 14 cm. Diameter dibandingkan dengan keliling lingkaran B yang sudah terbentang, diperoleh bahwa keliling lingkaran sama dengan tiga kali panjang diameternya dan bersisa 2 cm. Karena itu diperoleh perbandingan seperti berikut. K B : d B = = = 44 = Dari kawat yang dililitkan pada lingkaran C, di tarik memanjang sehingga menjadi datar dan membuat potongan kawat lain sepanjang 21 cm.

26 26 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif Diameter dibandingkan dengan keliling lingkaran C yang sudah terbentang, diperoleh bahwa keliling lingkaran sama dengan tiga kali panjang diameternya dan bersisa 3 cm. Karena itu diperoleh perbandingan seperti berikut. K C : d C = = = 66 = Dari percobaannya siswa kedua menyimpulkan bahwa perbandingan keliling lingkaran dengan diameternya selalu tetap, dan nilai yang tetap tersebut disebut π Dari pengalaman berbeda antara siswa pertama dan siswa kedua bisa menjadi pengalaman bersama setelah sharing dan memperkuat pemahaman terhadap nilai phi. Pembelajaran melalui pengalaman dapat dilihat sebagai suatu siklus yang terdiri dari 5 fase: experiencing (membentuk pengalaman diri melalui percobaan atau penyelesaian masalah), sharing (berbagi atau mempublikasikan hasil kerja dan observasi), analyzing (analisis atau pemrosesan bahwa dari dua pengalaman berbeda tersebut keduanya masuk akal), inferring (melakukan inferensi atau generalisasi, mendapatkan prinsip-prinsip bahwa meskipun prosedur percobaannya berbeda, namun hasilnya adalah sama), applying (mengaplikasikan, menyusun rencana untuk digunakan pada situasi baru). Penekanan pembelajaran melalui pengalaman adalah pada proses, bukan pada produk. Seorang guru dapat menggunakan pembelajaran melalui pengalaman sebagai

27 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 27 suatu strategi pembelajaran di dalam maupun di luar kelas. Dalam penerapan pembelajaran berdasarkan pengalaman ini diperlukan usaha ekstra dan perlu pengalaman secara langsung. Pembelajaran melalui pengalaman mampu meningkatkan pemahaman dan retensi jika dibandingkan dengan metode yang secara melibatkan kegiatan mendengar, membaca, atau bahkan melihat secara terpisah-pisah (McNeil & Wiles, 1990). 5. Belajar Mandiri (Independent Study) Independent Study dikembangkan berdasarkan pandangan konstruktivisme individual dari Piaget, bahwa pada dasarnya setiap orang (termasuk siswa) memiliki kemampuan untuk mengonstruksi pengetahuan secara individual. Siswa memiliki kemampuan mengembangkan diri sesuai dengan tantangan yang dihadapi, sehingga setiap saat akan terjadi proses adaptasi terhadap lingkungannya. Dalam proses adaptasi terdapat proses asimilasi dan akomodasi. Proses ini akan berlangsung sepanjang hayat dan berlangsung maksimal ketika memperoleh tantangan. Karena itu pembelajaran akan efektif apabila siswa dihadapkan pada tantangan yang sesuai dengan perkembangannya. Peranan guru adalah memfasilitasi siswa untuk belajar dengan memberikan tantangan-tantangan yang sesuai dengan kondisi siswa. Dalam suatu kelas sudah bisa dikatakan terjadi pembelajaran, bila siswa sudah difasilitasi untuk berpikir. Seorang guru bisa dikatakan sudah melaksanakan tugas "membelajarkan siswa", bila guru tersebut sudah memfasilitasi siswa untuk berpikir. Karena itu dalam proses pembelajaran perlu diupayakan memberikan tantangantantangan yang mendorong siswa berpikir.

28 28 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif Belajar mandiri berkaitan dengan penggunaan metodemetode pembelajaran yang tujuannya adalah mempercepat pengembangan inisiatif individu siswa, percaya diri, dan pengembangan diri. Fokus strategi belajar mandiri ini adalah merencanakan belajar mandiri siswa di bawah bimbingan atau supervisi guru. Belajar mandiri dapat dilakukan siswa secara berpasangan maupun dalam kelompok kecil. Belajar mandiri meningkatkan tanggung jawab siswa dalam merencanakan dan melaksanakan cara belajar mereka sendiri. Belajar mandiri sangat fleksibel, dapat digunakan bersama dengan metode lainnya, atau dapat pula digunakan se-bagai strategi pembelajaran tunggal untuk keseluruhan unit. Faktor kematangan dan kemandirian siswa adalah sangat penting untuk dipertimbangkan seorang guru da-lam perencanaan pembelajaran mandiri, oleh karena itu sangat penting untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Sum-ber pembelajaran yang cukup untuk be-lajar mandiri juga merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung perkem-bangan kecakapan siswa dalam mengases dan mengolah informasi. E. METODE PEMBELAJARAN Istilah metode berasal dari bahasa Yunani methodos, jalan atau cara, oleh karena itu, metode diartikan cara melakukan sesuatu. Dalam dunia pembe-lajaran, metode diartikan cara untuk mencapai tujuan. Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara-cara menyeluruh (dari awal sampai akhir) dengan urutan yang sistematis berdasarkan pendekatan tertentu untuk mencapai tujuantujuan pembelajaran. Metode merupakan cara melaksanakan pekerjaan. Metode bersifat prosedural, yakni

29 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 29 menggambarkan prosedur bagaimana mencapai tujuan-- tujuan pembelajaran. (Zubaidah, 2010). Metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan suatu strategi pembelajaran. Dalam melaksanakan metode ada tiga tahap kegiatan: (1) persiapan, (2) pelaksanaan, dan (3) penilaian. Setiap tahap diisi pula oleh langkah-langkah kegiatan yang lebih spesifik. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah rencana pembelajaran yang mencakup pemilihan, penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan, serta kemungkinan pengadaan remidi dan ba-gaimana pengembangannya. Secara prosedural sebenarnya semua metode pembelajaran itu sama, yang membedakannya adalah pendekatan dan prinsipprinsip yang dianutnya. Hal itu karena keduanya, terutama pendekatan, sangat menentukan corak sebuah metode pembelajaran. Meto-de disusun (dilaksanakan tahaptahapnya) dengan berpedoman kepada pendekatan dan prinsip-prinsip yang dianut. Pendekatan (dan juga prinsip) inilah yang mempengaruhi setiap langkah kegiatan metode, yaitu mempengaruhi pemilihan bahan, penyusunan, pengkajian, pemantapan, dan juga penilaian. Metode pembelajaran mengacu kepada strategi yang dipilih. Dalam strategi indirect instruction metode-metode yang bisa digunakan antara lain: studi kasus, problem solving, inkuiri, diskusi reflektif, pembentukan konsep, dan peta konsep.

30 30 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif Beberapa metode yang termasuk ke dalam strategi pembelajarn interactive instruction, antara lain pembelajaran kooperatif (dengan banyak ragamnya), debat, role playing, problem solving, dan diskusi. Dua metode dalam strategi interactive instruction adalah classroom group interaction dan small group interaction. Metode-metode pembelajaran yang termasuk pada strategi experiential learning adalah simulasi, games, field trips, model building, dan observasi lapangan. Metode-metode pada strategi independent study adalah computer assisted instruc-tion, correspondence lessons, assigned questions, learning contracts, dan proyek penelitian. F. KECENDERUNGAN PEMBELAJARAN Pada dasarnya setiap pembelajaran yang dilakukan dapat dipotret kecenderungan/ orientasinya dalam membentuk perilaku belajar siswa. Silver, Strong, dan Perini (2007) menggunakan istilah learning style, apa yang akan dikembangkan dari siswa dalam proses pembelajaran. Learning style dapat dikelompokkan menjadi 4 (empat) macam, yakni: mastery (kemahiran), understanding (pemahaman), interpersonal (hubungan social), self-expressive (ekspresi diri). Orientasi pembelajaran mastery adalah peningkatan kemampuan siswa untuk mengingat dan menghafal prosedur dan informasi. Bentuk kegiatan pembelajaran yang mengarah pada mastery, antara lain: drill, latihan, dan ceramah. Dalam mastery ini, yang dipentingkan adalah siswa bisa menjawab soal (success) meskipun tidak tahu mengapa jawabannya seperti itu, siswa bisa menggunakan prosedur untuk menyelesaikan soal (meskipun tidak tahu mengapa prosedur tersebut yang digunakan), dan penyampaian materi terselesaikan (meskipun siswa hanya hafal).

31 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 31 Praktik pembelajaran yang berorientasi pada mastery ini, biasanya dilakukan dengan langkah-langkah: (1) guru sedikit menjelaskan materi matematika dengan menekankan pada prosedur, (2) memberikan contoh soal dan cara mengerjakannya (sering dengan memberikan cara singkat atau disebut trik ) dan tidak dijelaskan munculnya cara singkat tersebut, (3) memberikan soal latihan yang mirip dengan contoh, (4) memberikan soal latihan di buku, dan (5) memberikan tes. Penekanan utama dalam tipe pembelajaran mastery ini adalah keterampilan mengerjakan soal. Siswa dilatih berkali-kali untuk mengerjakan soal yang mirip sedemikian hingga hafal prosedur penyelesaiannya. Praktik pembelajaran dengan mastery ini memiliki beberapa kelemahan, antara lain: (1) siswa sulit untuk mentansfer keterampilannya untuk menyelesaikan masalah lain, (2) siswa mudah lupa, dan (3) siswa sering mengalami kesalahan dalam memahami konsep dan menyelesaikan masalah. Siswa yang sudah terampil mengerjakan soal yang diberikan oleh gurunya masih tidak bisa (atau sering mengalami kesulitan) apabila soalnya diubah dalam bentuk lain, meskipun perubahannya hanya sedikit. Ketika guru menyampaikan bahwa luas daerah segitiga rumusnya setengah alas dikalikan tinggi biasa ditulis L = ½ a x t. Guru memberikan gambar dan menekankan bahwa sisi bagian bawah (horisontal) sebagai alas dan sisi vertikal sebagai tinggi. Guru: anak-anak segitiga diperoleh dari persegi panjang yang dipotong melalui diagonalnya. Misalkan suatu persegi panjang, panjangnya disebut alas (a) dan lebarnya disebut tinggi (t), maka segitiga yang terbentuk merupakan separoh dari persegi panjang. Sehingga luasnya setengah alas dikali

32 32 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif tinggi. anak-anak diingat ya, luas daerah segitiga adalah setengah alas dikalikan tinggi. Setelah memberikan penjelasan sedikit, guru langsung memberikan beberapa contoh soal. Soal: Tentukan luas daerah segitiga berikut!

33 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 33 G: untuk menjawab soal-soal tersebut, kita bisa melakukan dengan memasukkan bilangan-bilangan itu ke rumus L = ½ a x t. Nomor 1, luasnya L = ½ x 6 x 4 = 12. Nomor 2, L = ½ x 5 x 4 = 10. Nomor 3 luasnya L = ½ x 8 x 5 = 20. Dalam pembelajaran yang berorientasi pada mastery, mungkin murid akan mudah menyelesaikan luas daerah segitiga yang mirip dengan gambar yang diberikan oleh gurunya. Namun akan menjadi masalah apabila siswa dihadapkan pada soal yang melibatkan segitiga tidak sikusiku seperti berikut. Kelemahan kedua adalah siswa mudah lupa. Setelah selesai belajar luas daerah segitiga dengan menghafal rumus L = ½ a x t. Guru melanjutkan menjelaskan rumus luas daerah trapesium L = ½ (a+b) x t dan memberikan banyak latihan. Seringkali siswa menjadi lupa konsep luas daerah segitiga yang sudah pernah dipelajari. Kesalahan ketiga, siswa sering kesulitan memahami dan menyelesaikan masalah. Apabila segitinya seperti gambar di bawah ini, masih banyak siswa yang memahaminya alasnya 8 cm dan tingginya 5 cm. Orientasi pembelajaran understanding adalah mengembangkan kemampuan siswa bernalar, menggunakan bukti dan logika. Dalam understanding, dikembangkan rasa

34 34 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif ingin tahu siswa (curiosity), sehingga bisa menggunakan logika untuk berdebat dan menemukan berdasarkan ide-ide yang dipelajari. Bentuk kegiatan yang mengarah ke understanding, antara lain: membaca dengan pemahaman, debat, project, belajar mandiri, dan membuat argument. Kekuatan dari understanding adalah siswa tertantang untuk berpikir dan menjelaskan ide-idenya. Sebagai contoh, pembelajaran yang mengarah pada understanding bisa digambarkan sebagai berikut. Seorang guru ingin menanamkan konsep bilangan negatif dikalikan bilangan negatif hasilnya bilangan positif. Guru membangun pemahaman siswa melalui pola. Guru: anak-anak perhatikan pola bilangan berikut. Setiap turun satu baris hasil kalinya berkurang 4, pikirkan berapa hasil perkalian 4 x -1 =...; 4 x -2 =...; dan 4 x -3 =...? Siswa akan berpikir bahwa dari nol berkurang 4 akan menghasilkan -4; dari -4 berkurang 4 menjadi -8; dan dari - 8 berkurang 4 menjadi -12. Sehingga diperoleh hasil 4 x -1 = -4; 4 x -2 = -8; dan 4 x 3 = -12. Guru: Dengan memperhatikan pola, selesaikan perkalian berikut.

35 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 35 Siswa akan berpikir bahwa setiap turun satu, hasil perkalian berkurang 3, sehingga dari 6 berkurang 3 akan menghasilkan 3; dari 3 berkurang 3 menjadi 0; dari 0 berkurang 3 menjadi -3; dari -3 berkurang 3 menjadi -6; dan dari -6 berkurang 3 menjadi -9. Sehingga diperoleh hasil 3 x 1 = 3; 3 x 0 = 0; 3 x -1 = -3; 3 x -2 = -6; dan 3 x 3 = -9. Kegiatan guru bisa dilanjutkan dengan mengingatkan kembali hukum komutatif, bahwa 4 x 3 = 3 x 4 dan dilanjutkan dengan menanyakan kepada siswa bagaimana penerapan hukum komutatif pada perkalian -3 x 4 =... dan - 3 x 3 =... Dengan menggunakan pola yang sudah dibahas, siswa akan tahu bahwa -3 x 4 = -12 dan -3 x 3 = -9. Guru: anak-anak lanjutkan perkalian berikut dengan memanfaatkan pola bilangan berikut. Setiap turun satu baris hasil kalinya bertambah 3, pikirkan berapa hasil perkalian -3 x -1 =... dan -3 x -2 =...?

36 36 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif Dengan pola tersebut akan diperoleh -3 x -1 = 3 dan -3 x -2 = 6. Dengan kata lain bilangan negatif dikalikan bilangan negatif menghasilkan bilangan positif. Orientasi pembelajaran interpersonal adalah menumbuhkan hubungan (relationship) siswa dengan siswa lain (atau masyarakat) dengan membentuk kelompok, persekutuan, latihan bersama. Dalam interpersonal, siswa dikondisikan untuk belajar dalam kehidupan masyarakat. Bentuk kegiatan yang mengarah ke interpersonal antara lain: diskusi, aktifitas kooperatif, dan role playing. Orientasi pembelajaran self-expressive adalah mengembangkan kemampuan siswa untuk berimajinasi dan mencipta sesuatu yang baru (originality). Siswa didorong untuk mengembangkan abstraksi dan menggunakannya untuk eksplorasi ide-ide baru. Bentuk kegiatan yang mencerminkan self-expressive antara lain: aktifitas kreatif, open ended, non rutin problems, berpikir alternative, dan problem posing. Dalam membelajarkan siswa tentang sifat bangun datar (segi empat), bisa dilakukan dengan praktik. Siswa diberikan beberapa potongan kawat/lidi dengan panjang ada yang sama dan ada yang berbeda. Pembelajaran dilakukan dalam beberapa langkah: Langkah 1: Siswa diminta mengambil 4 (empat) lidi yang panjangnya berbeda dan membentuknya menjadi segiempat. G: Buat segiempat sebanyak-banyaknya dari empat lidi tersebut dan hasilnya gambarkan di kertas yang disediakan! Dalam tugas ini, siswa bisa membentuk bangun segiempat yang berbeda-beda.

37 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 37 Guru bisa melanjutkan dengan memberi nama bangun yang terbentuk, bahwa bangun yang dibentuk dari 4 sisi, disebut segi empat. Langkah 2: Siswa diminta mengambil 4 (empat) lidi dan guru meminta siswa membuat segiempat sebanyak-banyaknya dari empat lidi tersebut dengan HANYA SEPASANG SISINYA dibuat sejajar dan hasilnya gambarkan di kertas yang disediakan! Dalam tugas ini, siswa bisa membentuk bangun segiempat secara berbeda-beda. G: Cari sifat yang sama dan yang berbeda dari ketiga gambar tersebut! Siswa akan mengidentifikasi sifat yang sama bahwa ketiga bangun tersebut memiliki empat sisi dan hanya memiliki sepasang sisi yang sejajar. Bangun yang memiliki empat sisi dan HANYA memiliki sepasang sisi sejajar disebut TRAPESIUM. Langkah 3: Siswa diminta mengambil 4 (empat) lidi, sepasang-sepasang lidi (2 lidi panjangnya sama dan 2 lidi yang lain panjangnya sama). G: Buat segiempat sebanyak-banyaknya dari empat lidi tersebut dan hasilnya gambarkan di kertas yang disediakan!

38 38 Pembelajaran Matematika Kreatif dan Inovatif Dalam tugas ini, siswa bisa membentuk bangun segiempat secara berbeda-beda, antara lain: Selanjutnya guru bisa meminta siswa untuk mencari kesamaan dan perbedaan ketiga bangun tersebut. Hasil kesamaan dan perbedaan dapat dituliskan dalam tabel: Unsur (a) (b) (c) Sisi Sudut Memiliki dua pasang sisi sama panjang Dua pasang sisinya sejajar Sudut-sudutnya siku-siku Memiliki dua pasang sisi sama panjang Dua pasang sisi sejajar Memiliki dua pasang sudut sama besar Memiliki dua pasang sisi sama panjang Sisi berdekatan sama panjang Memiliki sepasang sudut sama besar Bangun datar (a) disebut persegi panjang. Bangun datar (b) disebut jajar genjang. Bangun datar (c) disebut layang-layang. Kegiatan tersebut bisa dilanjutkan untuk membangun sifat-sifat bangun datar yang lain, seperti belah ketupat dan persegi. Keempat kecenderungan tersebut digambarkan oleh Silver dalam bidang berbentuk kuadran seperti berikut.

39 Bab I: Pendekatan, Strategi, Model, dan Metode Pembelajaran 39 Lebih jauh Silver dkk (2007) menegaskan bahwa setiap pembelajaran memiliki kecenderungan ke salah satu kuadran, namun tidak ada pembelajaran yang mengembangkan hanya pada satu kuadran saja. Sebagai contoh pembelajaran langsung dengan sintaks: (1) guru menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa, (2) mendemonstrasikan pengetahuan atau keterampilan, (3) membimbing latihan soal, (4) mengecek pemahaman dan memberikan umpan balik, dan (5) memberikan latihan soal lanjutan dan penerapannya. Dari kegiatan pembelajaran langsung ini, memiliki kecenderungan ke mastery. Namun dalam mendemonstrasikan mungkin juga ada understanding. Karena itu kecenderungan pembelajaran langsung bisa digambarkan seperti berikut.

prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar

prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar KEGIATAN PEMBELAJARAN DAN PEMILIHAN MEDIA PEMBELAJARAN prinsip-prinsip kegiatan belajar-mengajar Berpusat pada siswa Belajar dengan melakukan Mengembangkan kemampuan sosial Mengembangkan keingintahuan,

Lebih terperinci

RESTRUKTURISASI PEMAHAMAN BERBAGAI ISTILAH PADA PENULISAN KOMPONEN METODE DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

RESTRUKTURISASI PEMAHAMAN BERBAGAI ISTILAH PADA PENULISAN KOMPONEN METODE DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN RESTRUKTURISASI PEMAHAMAN BERBAGAI ISTILAH PADA PENULISAN KOMPONEN METODE DALAM RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Siti Zubaidah Abstrak: Salah satu komponen dalam penulisan rencana pelaksanaan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN TEORI 1. Pembelajaran Matematika a. Pembelajaran Matematika di SD Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern, mempunyai peran penting

Lebih terperinci

ANALISIS STRATEGI UNTUK PEMBELAJARAN PAI

ANALISIS STRATEGI UNTUK PEMBELAJARAN PAI ANALISIS STRATEGI UNTUK PEMBELAJARAN PAI Disusun oleh: Saiful Amien TARBIYAH LABORATORY UMM Kerangka Kerja Pembelajaran TARBIYAH LABORATORY UMM Sekadar Mengingatkan.. TARBIYAH LABORATORY UMM TARBIYAH LABORATORY

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami 7 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pemahaman Konsep Menurut Benyamin S. Bloom (dalam Siti, 2008 : 9) siswa dikatakan memahami sesuatu apabila siswa tersebut mengerti tentang sesuatu itu tetapi tahap mengertinya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika merupakan salah satu bidang studi yang diajarkan di sekolah bertujuan agar siswa memiliki pengetahuan, keterampilan dan kemampuan intelektual dalam bidang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Berbasis Masalah Model Problem Based Learning dikembangkan oleh Barrows sejak tahun 1970-an. Model Problem Based Learning berfokus pada penyajian suatu permasalahan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur

BAB II KAJIAN TEORI. hakekatnya adalah belajar yang berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur 9 BAB II KAJIAN TEORI A. Pembelajaran Matematika Pembelajaran sebagai proses belajar yang dibangun oleh guru untuk mengembangkan kreativitas berpikir yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir siswa, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu bidang studi yang menduduki peranan penting dalam pendidikan. Hal ini dapat dilihat dari waktu jam pelajaran sekolah lebih

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH

STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH STRATEGI PEMBELAJARAN SEJARAH Hanny Kamarga Makalah disampaikan atas permintaan panitia dalam forum Semlok Materi dan Pembelajaran Bagi Guruguru Sejarah / Sosiologi Antropologi, sebagai bagian dari kegiatan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Model Pembelajaran Didalam proses belajar mengajar diperlukan metode, pendekatan, tekhnik atau model pembelajaran yang tepat. Hal tersebut dimaksudkan agar tujuan pembelajaran

Lebih terperinci

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal

MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF. Dr. Syamsurizal MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF Dr. Syamsurizal PELATIHAN PEMBELAJARAN AKTIF DI UNIVERSITAS JAMBI 14 sd 17 NOPEMBER 2011 Usaha sadar seseorang untuk merubah tingkah laku, melaui interaksi dengan sumber

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal ini terjadi ketika seseorang sedang belajar,

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*)

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*) PEMBELAJARAN MATEMATIKA MEMBANGUN KONSERVASI MATERI PELAJARAN Dudung Priatna*) Abstrak Ketercapaian suatu pembelajaran matematika ditentukan oleh guru dalam menggunakan strategi pembelajaran matematika

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PEMBELAJARAN KOOPERATIF 1 PEMBELAJARAN KOOPERATIF Karakteristik Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar mahasiswa, membentuk

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Berbasis Masalah Model pembelajaran berbasis masalah (Problem-based Learning), adalah model pembelajaran yang menjadikan masalah sebagai dasar atau basis bagi siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu diantara masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu diantara masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Salah satu diantara masalah besar yang dihadapi dunia pendidikan di Indonesia akhir-akhir ini yang banyak diperbincangkan dari berbagai kalangan adalah rendahnya

Lebih terperinci

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK PENDIDIKAN VOKASI

STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK PENDIDIKAN VOKASI STRATEGI PEMBELAJARAN UNTUK PENDIDIKAN VOKASI Prof. Dr. Nyoman Sadra Dharmawan Workshop Pengkayaan Kurikulum Sekolah Vokasi Dengan Biodiversitas dan Konservasi Tanaman Tropis Jumat, 9 Desember 2011 DISCLAIMER.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2).

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (Suryosubroto, 2009:2). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan dapat dikatakan sebagai suatu proses dengan cara-cara tertentu agar seseorang memperoleh pengetahuan, pemahaman dan tingkah laku yang sesuai. Sanjaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu ilmu pengetahuan dasar dan memberikan andil yang sangat besar dalam kemajuan bangsa. Pernyataan ini juga didukung oleh Kline (Suherman,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurningsih, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembelajaran matematika tidak hanya mengharuskan siswa sekedar mengerti materi yang dipelajari saat itu, tapi juga belajar dengan pemahaman dan aktif membangun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi memungkinkan semua pihak dapat memperoleh informasi dengan cepat dan mudah dari berbagai sumber dan

Lebih terperinci

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK

2016 KEMAMPUAN PENALARAN MATEMATIS SISWA SMP MELALUI MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN PENDEKATAN SAINTIFIK BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Permasalahan yang timbul akibat adanya Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Sains (IPTEKS) dimana semakin pesat yaitu bagaimana kita bisa memunculkan Sumber Daya

Lebih terperinci

pembelajaran berbasis paikem

pembelajaran berbasis paikem TUT WURI HANDAYANI pembelajaran berbasis paikem (CTL, Pembelajaran Terpadu, Pembelajaran Tematik) Materi Pelatihan Penguatan Penguatan Pengawas Sekolah DIREKTORAT TENAGA KEPENDIDIKAN DIREKTORAT JENDERAL

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB II KAJIAN TEORITIK BAB II KAJIAN TEORITIK 1. Problem Based Learning (PBL) Problem Based Learning (PBL) pertama kali dipopulerkan oleh Barrows dan Tamblyn (1980) pada akhir abad ke 20 (Sanjaya, 2007). Pada awalnya, PBL dikembangkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan. II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Terdapat dua kata berbeda dari istilah tersebut, yakni efektivitas dan pembelajaran. Efektivitas itu sendiri menunjukan taraf tercapainya suatu tujuan.

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI PERSEGI PANJANG

BAB II PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI PERSEGI PANJANG BAB II PENDEKATAN PROBLEM SOLVING DAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA PADA MATERI PERSEGI PANJANG A. Kemampuan Berpikir Kritis Berpikir diasumsikan secara umum sebagai proses kognitif, yaitu suatu aktivitas

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI)

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Pembelajaran Problem Based Instruction (PBI) Pembelajaran hakikatnya adalah usaha sadar dari seseorang guru untuk membelajarkan siswanya (mengarahkan interaksi siswa dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan berpikir kritis, sistematis, logis, dan mampu mengkomunikasikan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat sangat berpengaruh terhadap perkembangan di semua aspek kehidupan. Dalam hal ini diperlukan sumber

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran

II. TINJAUAN PUSTAKA. Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran II. TINJAUAN PUSTAKA A. Masalah Matematis Guna memahami apa itu kemampuan pemecahan masalah matematis dan pembelajaran berbasis masalah, sebelumnya harus dipahami dahulu kata masalah. Menurut Woolfolk

Lebih terperinci

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME

BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME BAB II HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN MENGHITUNG LUAS PERSEGI DAN PERSEGI PANJANG DENGAN MENGGUNAKAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar Mata pelajaran Matematika

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai,

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari tujuan pendidikan yang telah hendak dicapai, BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kegiatan yang universal dalam kehidupan manusia. Penyelenggaraan pendidikan baik secara formal maupun informal harus disesuaikan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN MENULIS. oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi

PEMBELAJARAN MENULIS. oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi PEMBELAJARAN MENULIS oleh Isah Cahyani Diadaptasi dari berbagai sumber dan hasil diskusi Assalamualakium Hakikat Menulis Menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep

BAB I PENDAHULUAN. rasa ingin tahu (curiosity) siswa, proses uji coba (trial and error), analisa konsep 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran identik dengan internalisasi konsep-konsep ilmu pengetahuan ke dalam diri siswa yang melibatkan serangkaian aktivitas berpikir dari fase

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju

BAB I PENDAHULUAN. Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kemampuan berpikir kreatif dan komunikasi serta teknologi yang maju merupakan suatu hal yang sangat urgen dalam masyarakat modern, karena dapat membuat manusia

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perubahan perubahan yang terjadi kian cepat seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum pendidikan harus disusun dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kata belajar sudah sangat familiar dalam kehidupan sehari-hari, baik di lingkungan keluarga maupun masyarakat, sebagai contohnya adalah bayi yang sedang

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Prestasi Belajar Matematika a. Pengertian Prestasi Pengertian prestasi yang disampaikan oleh para ahli sangatlah bermacammacam dan bervariasi. Hal ini dikarenakan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan perilaku siswa yang kompleks, sebagai tindakan maka belajar hanya dialami oleh siswa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini menuntut perubahan

BAB I PENDAHULUAN. membangun sendiri pengetahuannya. Hal ini menuntut perubahan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini konstruktivisme menjadi landasan dalam dunia pendidikan di Indonesia. Pembelajaran konstruktivistik menuntut siswa agar mampu mengembangkan pengetahuan

Lebih terperinci

METODOLOGI PEMBELAJARAN INOVATIF. blog: Pendidikan Ilmu Komputer Universitas Pendidikan Indonesia

METODOLOGI PEMBELAJARAN INOVATIF. blog:  Pendidikan Ilmu Komputer Universitas Pendidikan Indonesia METODOLOGI INOVATIF dedir@upi.edu blog: http://dedi.staf.upi.edu Pendidikan Ilmu Komputer Universitas Pendidikan Indonesia Belajar adalah proses perubahan perilaku secara aktif, proses mereaksi terhadap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut adanya sumber daya manusia yang berkualitas, yang mampu menghadapi berbagai tantangan dan mampu bersaing. Sumber

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi

BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN. Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi 7 BAB II KAJIAN KEPUSTAKAAN A. Landasan Teori 1. Pembelajaran Matematika Pembelajaran matematika membutuhkan proses bernalar yang tinggi dalam mengaitkan simbol-simbol dan mengaplikasikan konsep matematika

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Kontekstual Istilah pendekatan (approach) dalam pembelajaran memiliki kemiripan dengan strategi. Pendekatan dapat diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal

BAB I PENDAHULUAN. perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan sains dan teknologi merupakan salah satu alasan tentang perlu dikuasainya matematika oleh siswa. Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang

PENDAHULUAN. Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Terjadinya perubahan paradigma dalam metode belajar mengajar yang tadinya berpusat pada guru (teacher centered), menjadi berpusat pada siswa (student centered),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai mahluk yang diberikan kelebihan oleh Allah swt dengan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan salah satu kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia yang berpikir bagaimana menjalani kehidupan dunia ini dalam rangka mempertahankan hidup

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan

BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian Teori Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1. Kajian Teori 2.1.1.Pembelajaran IPA di SD Pembelajaran IPA di SD merupakan interaksi antara siswa dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini mengakibatkan pembelajaran IPA perlu mengutamakan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 HAKEKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA 2.1.1 Pengertian Belajar Belajar dan mengajar merupakan dua konsep yang tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Belajar menunjuk pada apa yang harus

Lebih terperinci

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan.

guna mencapai tujuan dari pembelajaran yang diharapkan. 8 II. KAJIAN PUSTAKA A. Strategi Pembelajaran 1. Pengertian Strategi Pembelajaran Menurut Peraturan Pemerintah No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan diamanatkan bahwa proses pembelajaran

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI A.

BAB II KAJIAN TEORI A. BAB II KAJIAN TEORI A. Tahap-tahap Berpikir van Hiele Pierre van Hiele dan Dina van Hiele-Geldof adalah sepasang suami-istri bangsa Belanda yang mengabdi sebagai guru matematika di negaranya. Pada tahun

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Proyek Kelompok Menurut Thomas (dalam Bell, 1978), pembelajaran metode proyek merupakan model pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada guru untuk mengelola pembelajaran

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil

Lebih terperinci

MODEL PEMBELAJARAN IPA. Ida Kaniawati FPMIPA UPI

MODEL PEMBELAJARAN IPA. Ida Kaniawati FPMIPA UPI MODEL PEMBELAJARAN IPA Ida Kaniawati FPMIPA UPI BELAJAR Belajar adalah proses membuat pengertian melalui pengalaman, terjadinya interaksi fikiran, perasaan dan tindakan. Keterampilan mengajar bagi guru

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORETIS

BAB II KAJIAN TEORETIS BAB II KAJIAN TEORETIS A. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching, Pembelajaran Konvensional, Kemampuan Komunikasi Matematis dan Skala Sikap 1. Model Pembelajaran Reciprocal Teaching Reciprocal Teaching

Lebih terperinci

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K PENERAPAN PENDEKATAN KONTEKSTUAL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) DENGAN METODE EKSPERIMEN UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 14 SURAKARTA TAHUN PELAJARAN 2010/2011

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 7 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Teori Belajar Jean Piaget Dalam belajar, kognitivisme mengakui pentingnya faktor individu dalam belajar tanpa meremehkan faktor eksternal atau lingkungan. Bagi kognitivisme, belajar

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan

II. TINJAUAN PUSTAKA. diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba. Pengetahuan 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Konstruktivisme Konstruktivisme merupakan landasan berpikir pendekatan kontekstual, yaitu bahwa pengetahuan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit, yang hasilnya

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan 6 BAB II KAJIAN TEORI 2.1 Kajian Teori 2.1.1 Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli Menurut Djamarah dan Syaiful (1999:22), Belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, ketrampilan,

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto

II. TINJAUAN PUSTAKA. dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan pendapat Slameto 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Belajar dan Pembelajaran Belajar merupakan suatu proses perkembangan yang dialami oleh seseorang agar dapat menuju kearah yang lebih baik. Hal ini sesuai dengan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan,

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan pengetahuan, wawasan, keterampilan, dan keahlian tertentu kepada manusia untuk mengembangkan bakat serta kepribadiannya.

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Efektivitas pembelajaran merupakan suatu ukuran yang berhubungan dengan tingkat keberhasilan dari suatu proses pembelajaran. Pembelajaran dikatakan efektif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang 10 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Model Problem Based Learning (PBL) Model Problem Based Learning atau PBL merupakan suatu model pembelajaran yang didasarkan pada banyaknya permasalahan yang membutuhkan penyelidikan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Slameto (2010:3) belajar adalah proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang utama sepanjang hayat. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan yang utama sepanjang hayat. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan kebutuhan yang utama sepanjang hayat. Setiap manusia membutuhkan pendidikan dan berhak meendapatkannya sampai kapanpun dan dimanapun. Pendidikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berbahasa, biasanya melalui suatu hubungan urutan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Para ahli pendidikan dari awal membagi keterampilan bahasa menjadi empat ketrampilan diantaranya menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Pembagian itu diharapkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Berdasarkan pengamatan penulis selama melakukan studi lapangan pendidikan fisika di salah satu SMA Negeri di Bandung, menunjukkan bahwa pembelajaran aktif

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah 8 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Belajar dan Pembelajaran Kooperatif 1. Teori Belajar Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah yang lebih baik. Menurut Sardiman (1986: 22), secara

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarakan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan : Hasil belajar siswa SMA Negeri 2 Serui Kabupaten Kepulauan Yapen, Provinsi Papua dengan pembelajaran berbasis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang IPA merupakan pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku umum (universal) dan berupa kumpulan data hasil observasi dan eksperimen (Carin dan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa

II. TINJAUAN PUSTAKA. baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa 12 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Efektivitas Pembelajaran Pembelajaran dianggap dapat berhasil apabila proses dan hasil belajarnya baik. Efektivitas berasal dari kata efektif. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI

PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA SEBAGAI MPK BERBASIS KOMPETENSI Oleh SYIHABUDDIN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA VISI MPK Sebagai sumber nilai dan pedoman dalam pengembangan dan penyelenggaraan program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sains pada hakekatnya dapat dipandang sebagai produk dan sebagai proses. Sesuai dengan yang diungkapkan oleh Carin dan Evans (Rustaman, 2003) bahwa sains

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran merupakan aktivitas yang paling utama dalam proses pendidikan di sekolah. Pembelajaran matematika merupakan suatu proses belajar mengajar

Lebih terperinci

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Jalan Jenderal Sudirman, Senayan Jakarta Email : dikti@dikti.org homepage: www.dikti.org Naskah Soal Ujian Petunjuk: Naskah soal terdiri

Lebih terperinci

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin

Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2), Tisna Megawati 3) Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Lambung Mangkurat Banjarmasin MENINGKATKAN KREATIVITAS SISWA KELAS VIII C SMP NEGERI 24 BANJARMASIN MELALUI MODEL PROBLEM BASED INSTRUCTION DENGAN PENDEKATAN OPEN-ENDED TAHUN PELAJARAN 2011/2012 Noor Fajriah 1), R. Ati Sukmawati 2),

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Kemampuan Representasi Matematis Menurut NCTM (2000) kemampuan representasi matematis yaitu kemampuan menyatakan ide-ide matematis dalam bentuk gambar, grafik, tulisan atau simbol-simbol

Lebih terperinci

MENCOCOKKAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN GAYA MENGAJAR Oleh Anang Nazaruddin, S.Pd.I. ABSTRAK

MENCOCOKKAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN GAYA MENGAJAR Oleh Anang Nazaruddin, S.Pd.I. ABSTRAK MENCOCOKKAN ANTARA GAYA BELAJAR DENGAN GAYA MENGAJAR Oleh Anang Nazaruddin, S.Pd.I. ABSTRAK Pebelajar, sama seperti pembelajar, memiliki gaya kognitif yang berbedabeda. Variasi gaya pengajaran sebanyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupan manusia sehari-hari. Beberapa diantaranya sebagai berikut: 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Matematika adalah bagian yang sangat dekat dengan kehidupan seharihari. Berbagai bentuk simbol digunakan manusia sebagai alat bantu dalam perhitungan, penilaian,

Lebih terperinci

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan atau Research and

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan atau Research and BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian pengembangan atau Research and Development (R&D) dengan menggunakan model pengembangan ADDIE yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba.

BAB I PENDAHULUAN. kesamaan, perbedaan, konsistensi dan inkonsistensi. tahu, membuat prediksi dan dugaan, serta mencoba-coba. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Matematika mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK). Matematika juga dapat menjadikan siswa menjadi manusia

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving

BAB II KAJIAN TEORI. Rahmawati, 2013:9). Pizzini mengenalkan model pembelajaran problem solving BAB II KAJIAN TEORI A. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis, Model Pembelajaran Search, Solve, Create and Share (SSCS), Pembelajaran Konvensional dan Sikap 1. Model Pembelajaran Search, Solve, Create and

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Matematika dalam implementasinya tidak hanya berkaitan dengan penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian, tetapi matematika juga dapat berguna dalam memecahkan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pendekatan Konstruktivisme Menurut Von Glasersfeld dalam Sardiman ( 2007 ) konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Era global yang ditandai oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang begitu pesat memungkinkan semua orang untuk mengakses dan mendapatkan informasi dengan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah BAB II KAJIAN TEORI E. Kajian Teori 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Mereka juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Pendidikan merupakan bagian terpenting di dalam kehidupan. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi tantangan era globalisasi saat ini diperlukan sumber daya manusia yang handal yang memiliki pemikiran kritis, sistematis, logis, kreatif, dan kemauan kerjasama

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, et al. berikut:...

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis. pelaku, seperti yang dinyatakan Cooney, et al. berikut:... 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis Beberapa ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah merupakan pertanyaan yang harus dijawab atau direspon. Namun tidak setiap

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup.

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan memerlukan kecakapan hidup. 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Ilmu pengetahuan, keterampilan, dan pendidikan merupakan unsur dasar yang menentukan kecakapan berpikir tentang dirinya dan lingkungannya. Seseorang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Proses pembelajaran matematika di perguruan tinggi membutuhkan kemampuan kognitif tingkat tinggi, seperti kemampuan analisis, sintesis, dan evaluasi, tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sri Asnawati, 2013 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika adalah salah satu mata pelajaran yang dipelajari oleh siswa dari siswa tingkat sekolah dasar, menengah hingga mahasiswa perguruan tinggi. Pada tiap tahapan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang memiliki peranan penting dalam pengembangan kemampuan matematis peserta didik. Matematika merupakan salah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. 9 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori 1. Efektivitas Pembelajaran Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia efektif adalah akibatnya atau pengaruhnya. Efektivitas merupakan standar atau taraf tercapainya suatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang

BAB I PENDAHULUAN. hal yang tidak dipahami kemudian dilihat, diamati hingga membuat seseorang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan menjadi salah satu hal yang penting bagi setiap manusia. Melalui pendidikan seseorang dapat belajar mengenai banyak hal, mulai dari hal yang tidak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS) menyebutkan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama.

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan pernyataan Suherman, dkk. (2003: 25) bahwa matematika. matematika haruslah ditempatkan pada prioritas yang utama. 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Matematika merupakan ilmu dasar yang memiliki peranan penting dalam proses kehidupan manusia. Dapat dikatakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang dapat digali untuk meningkatkan. SDM, salah satunya adalah ilmu matematika.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pendidikan banyak sekali ilmu yang dapat digali untuk meningkatkan. SDM, salah satunya adalah ilmu matematika. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan ujung tombak dalam mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) yang handal, karena pendidikan diyakini akan dapat mendorong memaksimalkan

Lebih terperinci

Memilih Metode Pembelajaran Matematika

Memilih Metode Pembelajaran Matematika Kegiatan Belajar 1 Memilih Metode Pembelajaran Matematika A. Pengantar Apabila kita ingin mengajarkan matematika kepada anak / peserta didik dengan baik dan berhasil pertam-tama yang harus diperhatikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307).

BAB I PENDAHULUAN. masalah menurut Abdullah dalam J. Tombokan Runtukahu (2000: 307). BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Matematika merupakan ilmu yang menjadi dasar dari semua ilmu yang dipelajari di sekolah regular. Oleh sebab itu pelajaran ini diajarkan pada jenjang pendidikan dasar

Lebih terperinci