BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam merupakan hukum yang bersumber dari Al- Quran dan

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB I PENDAHULUAN. Hukum Islam merupakan hukum yang bersumber dari Al- Quran dan"

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hukum Islam merupakan hukum yang bersumber dari Al- Quran dan Al Hadits yang mengatur segala perbuatan manusia. Di dalam pasal 29 ayat 1 UUD 1945 yang menyatakan Indonesia berdasarkan atas Ketuhanan Yang maha Esa, artinya bahwa Negara mengakui keberadaan - keberadaan agama agama yang tertulis dalam kitab suci. Berdasarkan Konstitusi ini, Negara tidak mengakui secara khusus hanya satu agama. Islam memang tidak tertulis secara eksplisit sebagai agama resmi Negara dalam UUD 1945, akan tetapi keberadaannya diakui oleh Negara. Islam merupakan sebuah agama yang bersifat universal, karena Islam telah memuat berbagai aspek kehidupan manusia. Islam mengajarkan kepada manusia bagaimana manusia beribadah kepada Allah dan bagaimana manusia hidup bermuamalah dengan sesamanya berdasarkan atas aturan-aturan Hukum yang ditetapkan dalam Islam. Oleh karena itu Hukum Islam adalah salah satu sumber Hukum dan merupakan bahan baku untuk menyusun Hukum nasional. Adapun tujuan Hukum Islam adalah untuk mewujudkan kemaslahatan umum dan memberikan kemanfaatan, mencegah kerusakan bagi umat manusia. 1 1 Muhtar Yahya, Fatchur Rahman, Asas-Asas Pembinaan Hukum Fiqh Islam, (Bandung: PT. Al Ma arif, 1986), hlm

2 2 Salah satu bagian terpenting dari Hukum Islam adalah Hukum kekeluargaan dan kebendaan yang di dalamnya mencakup Hukum kewarisan Islam. 2 Apabila kita mendengar kata warisan, maka yang terlintas pada pikiran kita tentu ada seseorang yang meninggal dunia, karena harta warisan dengan seseorang yang meninggal erat kaitannya. Dalam hal pengertian kewarisan, akan dibahas 3 (tiga) sistem kewarisan di Indonesia yang sampai saat ini masih berlaku yaitu : Sistem Hukum kewarisan di Indonesia yaitu : 3 1. Sistem Hukum kewarisan Perdata Barat (Eropa) yang tertuang dalam Burgerlijk Wetboek (Kitab Undang Hukum Perdata). Untuk lingkungan peradilan umum, Di berlakukan bagi agama non muslim. 2. Sistem Hukum Kewarisan Adat yang beraneka ragam tergantung di lingkungan mana. 3. Sistem Hukum Kewarisan Hukum Islam yaitu Hukum yang megatur segala sesuatu yang berhubungan dengan peralihan hak dan kewajiban atas harta kekayaan seseorang setelah meninggal dunia kepada ahli warisnya. untuk lingkungan peradilan agama, Di berlakukan bagi agama muslim atau Islam. Kewarisan merupakan salah satu ilmu yang sangat penting untuk diketahui dan dipahami oleh setiap umat manusia, termasuk di dalamnya pembagian harta warisan untuk setiap ahli waris dan besaran bagiannya masing-masing, karena pentingnya mengetahui masalah kewarisan itu. Rasulullah SAW memerintahkan untuk mempelajari dan mengajarkannya, sebagaimana hadits Rasulullah SAW diriwayatkan oleh An Nasa 1 yang artinya: Artinya: dari Abdullah bin mas ud, Rasulullah bersabda: Pelajarilah al- Qur an dan ajarkannya kepada orang-orang dan pelajarilah ilmu 2 Habiburrahman, Rekonstruksi Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, Cet. Ke-1 (Jakarta Kencana, 2011), hlm.9. 3 Satria Effendi M. Zein, Problematika Hukum Keluarga Islam Kotemporer, Analisis Yurisprudesi Dengan Pendekatan Ushuliyah (Jakarta : Prenada Media,2004), hlm. 243.

3 3 faroidl serta ajarkanlah kepada orang-orang. Karena saya adalah orang yang bakal direnggut (mati), sedang ilmu itu bakal diangkat. hampirhampir saja dua orang yang bertengkar tentang pembagian pusaka, maka mereka berdua tidak menemukan seorangpun yang sanggup menfatwakannya kepada mereka. (Hadits Riwayat: an-nasa i). 4 Dari kutipan mengenai hadits mengenai waris, Penulis menyimpulkan bahwa dalam hadits tersebut Nabi Muhammad SAW dengan tegas memerintahkan kepada umatnya untuk belajar dan mengajarkan ilmu faroidl, bahwa ilmu waris disebut sebagai separoh ilmu. Kewajiban belajar dan mengajarkan ilmu faroidl disini Penulis pahami sebagai fardlu kifayah, yang artinya kewajiban mempelajari ilmu faroidl itu gugur ketika sebagian orang telah melaksanakannya dan menguasai ilmu faroidl tersebut. Akan tetapi jika tidak ada seorangpun yang mempelajari ilmu faroidl dan melaksanakannya maka semua orang Islam di dunia ini menanggung dosa seperti halnya kewajiban-kewajiban kafa i / kifayah lainnya. Hukum yang mengatur tentang harta warisan tersebut dalam ilmu Hukum dinamakan Hukum Kewarisan atau Hukum Waris di bawah ini terdapat beberapa pengertian mengenai Waris dan Hukum Kewarisan diantaranya : Waris (berasal dari bahasa Arab warisa, yarisu, warisan yang berarti mempusakai) ketentuan-ketentuan tentang pembagian harta pusaka meliputi tentang siapa yang berhak dan tidak berhak menerima warisan, dan berapa jumlah masing-masing harta yang diterima. Istilah yang sama artinya dengan waris ialah faraidl, yang menurut bahasa artinya kadar atau bagian. Dengan demikian Hukum waris sama dengan Hukum faraidl. 5 4 Imam Abi Abdurrahman Ahmad Bin Syu aib An-Nasa i, Kitab As-Sunan Al-Kubra, juz-4, Libanon: Darul Kitab Al Ilmiah, t.th, hlm Van Hoeven, Ensiklopedi Islam, (Jakarta: PT. Ichtiar Baru, 2002), hlm. 191.

4 4 Pengertian waris menurut bahasa ini tidak terbatas hanya pada hal hal yang berkaitan dengan harta, akan tetapi mencakup harta benda dan non harta benda. 6 Kata waris dalam berbagai bentuk makna tersebut dapat kita temukan dalam al-qur an, yang antara lain: 7 a. Mengandung makna mengganti kedudukan (QS. an-naml, 27:16). b. Mengandung makna memberi atau menganugerahkan (QS. az- Zumar, 39:74). c. Mengandung makna mewarisi atau menerima warisan (QS. al- Maryam, 19: 6). 8 Dalam tinjauan Islam, Hukum Kewarisan adalah salah satu aturan yang mengatur hubungan antar sesama manusia, dan salah satu bentuk aturannya adalah menata cara-cara peralihan hak seseorang yang telah meninggal dunia kepada seseorang yang masih hidup sebagai ahli waris. 9 Dari pengertian waris dan Hukum kewarisan maka Penulis menarik kesimpulan bahwa waris dan Hukum kewarisan adalah sekumpulan peraturan peraturan terhadap peralihan hak individu maupun hak kebendaan (harta benda atau non harta benda), dari orang yang meninggal dunia kepada orang yang masih hidup atau orang yang berhak untuk menerima warisan. Hukum Islam menetapkan bahwa adanya waris seseorang kepada orang lain dengan istilah lain kewarisan hanya berlaku setelah yang mempunyai harta meninggal dunia. Dengan kata lain Asas Semata Akibat Kematian. Asas tersebut merupakan salah satu asas yang terdapat di dalam Kewarisan yaitu : Asas Semata Akibat Kematian, Asas ini berarti bahwa harta seseorang tidak dapat beralih kepada orang lain dengan nama warisan selama yang mempunyai harta masih hidup, juga berarti bahwa segala bentuk 6 Muhammad Ali ash-sahabuni, Al-Mawaris Fisy Syari atil Islamiyyah Ala Dhau Al-Kitab wa Sunnah. Terj. A.M. Basalamah Pembagian Waris Menurut Islam, Jakarta: Gema Insani Press, 1995, hlm Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, Cet. Ke-4, 2000, hlm Ibid 9 Ibid., hlm. 34.

5 5 peralihan harta seseorang yang masih hidup baik secara langsung, maupun terlaksana setelah dia mati, tidak termasuk kedalam istilah kewarisan menurut Hukum Islam. 10 Penulis menyimpulkan bahwa asas kematian merupakan asas yang paling utama dan dasar di dalam proses beralihnya harta seseorang sebagai harta warisan, bahwa dengan adanya suatu kematian maka dengan sendirinya akan terjadi suatu proses perpindahan harta warisan dari orang yang meninggal dunia kepada orang yang masih hidup (orang yang berhak) dan berlaku untuk semua sistem kewarisan. Sistem kewarisan Islam mempunyai rukun kewarisan, di mana terdapat beberapa ketentuan serta aturan yang berkaitan dengan masalah perwarisan, yang diatur di dalam Kompilasi Hukum Islam, yaitu : 1. Adanya pewaris atau orang yang menguasai atau memiliki harta warisan dan yang akan mengalihkan. Dalam Kompilasi Hukum Islam Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan Adanya muwaris atau ahli waris yaitu orang yang menerima pengalihan atau penerusan atau pembagian harta warisan itu yang terdiri dari ahli waris dan yang bukan ahli waris. Dalam Kompilasi Hukum Islam Ahli Waris adalah Orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena Hukum untuk menjadi ahli waris Adanya mauruts atau harta peninggalan atau harta kekayaan pewaris yang disebut warisan. Dalam Kompilasi Hukum Islam Harta waris Harta Peninggalan adalah Harta yang ditinggalkan oleh pewaris baik yang berupa benda yang menjadi miliknya maupun hak- haknya. 13 Dari kutipan mengenai rukun waris, maka Penulis menyimpulkan bahwa di dalam Hukum waris Islam warisan memiliki 3 (tiga) unsur warisan 10 Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, ke. 2 (Jakarta:Prenada Media, 2005), hlm H. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo, 1992), hlm Ibid 13 Ibid

6 6 yaitu adanya pewaris, adanya ahli waris dan adanya harta peninggalan atau harta kekayaan pewaris yang disebut warisan. Ketiga unsur tersebut memiliki beberapa ketentuan ketentuan atau aturan aturan tertentu terhadap waris. Berkaitan dengan kewarisan khususnya harta bawaan, harta bersama, dan harta waris, terdapat pada Kompilasi Hukum Islam buku II, yang terdiri dari 6 bab dan 43 pasal (Pasal 171 sampai dengan pasal 214). Sedangkan pada UU Perkawinan mengenai pengelompokan harta harta kekayaan terdapat pada pasal 35 sampai dengan pasal 37 Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dari uraian uraian berkaitan dengan kewarisan yang diatur di dalam Kompilasi Hukum Islam dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, maka kesimpulannya antara lain : 1. Bahwa Kompilasi Hukum Islam (Inpres Nomor 1 Tahun 1991), menjelaskan ketentuan ketentuan mengenai Hukum waris Islam dan beberapa ketentuan ketentuan lain yaitu perkawinan, hibah, wasiat, wakaf. 2. Bahwa Ketentuan yang terdapat di dalam Undang-Undang No. 1 tahun 1974: a) Pasal 35 dan Pasal 36 Undang-Undang no. 1 tahun 1974 menyimpulkan bahwa harta dalam perkawinan itu terdiri dari harta bersama dan harta bawaan. Harta bersama adalah harta benda yang diperoleh selama perkawinan. Sedangkan harta bawaan adalah Harta dari masing-masing suami istri dan harta benda yang diperoleh masing-masing sebagai hadiah atau warisan, adalah di bawah penguasaan masing-masing sepanjang para pihak tidak menentukan lain Undang-undang perkawinan No.1tahun 1974, (Jakarta: Armas Duta Jaya, 1990), hlm. 276.

7 7 b) Sedangkan Untuk ketentuan pasal 37 Undang - Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bahwa dalam penyelesaian harta bersama tersebut menggunakan Hukum masing-masing. Yang dimaksud Hukum masing-masing ini ialah Hukum agama, Hukum adat dan Hukum lain-lainnya Bahwa penyelesaian harta bersama untuk beragama islam dapat merujuk pada pasal 1 huruf F, pasal 85 dan pasal 97 Kompilasi Hukum Islam, bahwa harta bersama terbentuk secara otomatis dengan dimulainya ikatan perkawinan, tanpa memandang pihak mana yang bakal memperoleh harta bersama. Artinya, jika ada perjanjian perkawinan, maka penyelesaian pembagian harta bersama ditempuh berdasarkan ketentuan di dalamnya. Namun apabila tidak ada perjanjian perkawinan, maka penyelesaiannya berdasarkan pada ketentuan dalam pasal 97 Kompilasi Hukum Islam (Inpres Nomor 1 Tahun 1991) yaitu masing-masing berhak mendapat seperdua dari harta bersama, sebelum dibagikan harta waris kepada para ahli waris yang berhak. Hukum kewarisan dalam Islam mendapat perhatian besar, karena pembagian warisan sering menimbulkan akibat-akibat yang tidak menguntungkan. 16 Jika penyelesaian dengan musyawarah tidak dapat diselesaikan, maka dapat diajukan di Pengadilan Agama. Sesuai dengan pasal 49 (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama dan Perubahan Kedua Undang-Undang Nomor Wahjono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan dan Keluarga di Indonesia, (Jakarta: Badan Penerbit Hukum Universitas Indonesia,2004), hlm Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada,1995), hlm. 355.

8 8 Tahun 2009 tentang Peradilan Agama, bahwa Peradilan Agama bertugas dan berwenang memeriksa, menyelesaikan dan memutus perkara tingkat pertama antara orang-orang beragama Islam di bidang Perkawinan, Waris, Wasiat, Hibah, Wakaf, Zakat, Infaq, Shadaqah dan Ekonomi syariah. Sebagai salah satu contoh kasus yang terjadi pada masyarakat yaitu Pelaksanaan pembagian waris yang terjadi pada Pengadilan Agama Kelas 1A Cimahi yaitu Tuntutan terhadap penentuan atau penetapan ahli waris, Penetapan besar bagian Ahli waris terhadap harta waris yang ada dan Penetapan terhadap harta Gono gini. 17 Pada kasus tersebut terdapat beberapa ketentuan ketentuan Undang Undang khususnya Undang - Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam (Inpres Nomor 1 Tahun 1991) yang dilanggar sehingga pembagian harta waris tersebut tidak memenuhi rasa keadilan dan melanggar Asas yang dimiliki Hukum waris. Berkaitan dengan uraian uraian tersebut di atas, maka penulis mengadakan penelitian dengan mengangkat hal tersebut sebagai bahan penyusun skripsi yang diberi judul tentang KEABSAHAN PEMBAGIAN HARTA WARIS YANG TIDAK MEMPERHATIKAN KETENTUAN HARTA BAWAAN DAN HARTA BERSAMA MENURUT UU NO. 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN DAN KOMPILASI HUKUM ISLAM. 17 Dikutip dari: Putusan No / Pdt.G / 2011 / PA.Cmi

9 9 B. Identifikasi Masalah Dalam (Kasus Putusan No / Pdt.G / 2011 / PA.Cmi) keabsahan pembagian harta waris yang tidak memperhatikan ketentuan harta bawaan dan harta bersama menurut UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. Dapat dikemukakan berbagai permasalahan, adapun permasalahan dalam penulisan Skripsi ini antara lain : 1. Bagaimana UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam mengatur tentang harta bawaan dan harta bersama di dalam perkawinan? 2. Bagaimana Kompilasi Hukum Islam mengatur tentang harta waris? 3. Bagaimana solusi penyelesaian sengketa harta waris yang tidak memperhatikan ketentuan terhadap harta bersama berdasarkan Kompilasi Hukum Islam? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan Identifikasi Masalah di atas, maka tujuan dan manfaat dari Penelitian Penulisan Hukum ini, yaitu sebagai berikut: 1. Mengetahui, mengkaji dan menganalisis tentang harta bawaan dan harta bersama terhadap keabsahan pembagian harta waris yang tidak memperhatikan ketentuan harta bawaan dan harta bersama berdasarkan UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam.

10 10 2. Mengetahui, mengkaji dan menganalisis tentang harta waris terhadap keabsahan pembagian harta waris yang tidak memperhatikan ketentuan harta bawaan dan harta bersama berdasarkan Kompilasi Hukum Islam. 3. Mengetahui, mengkaji dan menganalisis penyelesaian sengketa harta waris yang tidak memperhatikan ketentuan terhadap harta bersama berdasarkan Kompilasi Hukum Islam D. Kegunaan Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan secara teoritis maupun praktis, antara lain sebagai berikut : 1. Kegunaan secara teoritis : a) Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran dan landasan teoritis bagi pengembang ilmu Hukum pada umumnya dan Hukum waris Islam pada khususnya yaitu mengenai harta bawaan, harta bersama dan harta waris, serta menambah literature atau bahan-bahan informasi ilmiah yang dapat digunakan untuk melakukan kajian dan bahan penelitian selanjutnya. b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan atau referensi dan literatur kepustakaan terhadap Hukum Islam khususnya di bidang harta bawaan, harta bersama dan harta waris.

11 11 2. Kegunaan secara praktis : a) Hasil penelitian ini diharapkan untuk dapat memberikan sumbangan pemikiran dibidang Hukum bagi setiap pihak yang terkait seperti Praktisi Hukum, Akademisi, dan Masyarakat. b) Hasil penelitian ini diharapkan mampu meluaskan pengetahuan maupun pola pikir yang kritis bagi Penulis serta semua pihak yang menggunakannya dalam penerapan ilmu Hukum dalam kehidupan. E. Kerangka Pemikiran Hukum kewarisan merupakan bagian dari Hukum keluarga yang memiliki peran penting di samping Hukum perkawinan. Hal ini tiada lain karena Hukum kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia, masalah Hukum waris Islam sebenarnya telah banyak dijelaskan oleh sejumlah kalangan dalam berbagai literature. Namun, permasalahan yang di bahas tidak hanya terfokus pada satu topik saja, melainkan menyeluruh tentang Hukum waris Islam. Di bawah ini terdapat beberapa pengertian mengenai Hukum waris khususnya Hukum Waris Islam yaitu : Dalam istilah bahasa arab Hukum kewarisan Islam disebut faraidh, adapun yang dimaksud dengan faraidh adalah masalah masalah pembagian harta warisan. Kata al-faraidh adalah bentuk jamak dari al-faridhah yang bermakna al-mafrudhah atau sesuatu yang diwajibkan. Artinya, pembagian yang telah ditentukan kadarnya. 18 Secara etimologis, faraidh diambil dari kata fardh yang berarti taqdir ketentuan. Dalam istilah syara bahwa kata fardh adalah bagian 18 Komite Fakultas Syariah Universitas Mesir, Hukum Waris, (Jakarta : Senayan Abadi Publishing, 2004), hlm. 11.

12 12 yang telah ditentukan bagi ahli waris. 19 Sedangkan secara terminologi Hukum, kewarisan dapat diartikan sebagai Hukum yang mengatur tentang pembagian harta warisan yang ditinggalkan ahli waris, mengetahui bagian-bagian yang diterima dari peninggalan untuk setiap ahli waris yang berhak menerimanya. 20 Sedangkan Hukum kewarisan menurut fiqh mawaris adalah fiqih yang berkaitan dengan pembagian harta warisan, mengetahui perhitungan agar sampai kepada mengetahui bagian harta warisan dan bagian-bagian yang wajib diterima dari harta peninggalan untuk setiap yang berhak menerimanya. 21 Dalam bahasa Arab berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada orang lain atau dari suatu kaum kepada kaum lain disebut Al-miirats. 22 Sedangkan makna Al-miirats menurut istilah yang dikenal para ulama ialah berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta (uang), tanah atau apa saja yang berupa hak milik legal menurut syari i. 23 Penulis menyimpulkan terhadap kutipan di atas, bahwa Hukum Waris Islam adalah Hukum yang mengatur beberapa ketentuan ketentuan mengenai waris antara lain pembagian harta warisan, mengetahui perhitungan agar sampai kepada mengetahui bagian harta warisan dan bagian-bagian yang wajib diterima dari harta peninggalan untuk setiap yang berhak menerimanya dan ketentuan terhadap berpindahnya hak kepemilikan dari orang yang meninggal kepada ahli warisnya yang masih hidup. Sedangkan Hukum waris menurut para Ahli Hukum, antara lain : R.H. Soerojo Wongsowidjojo yang dimaksud dengan Hukum waris adalah Hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang meninggal dunia atau dengan kalimat lain Hukum waris mengatur tentang peralihan harta kekayaan yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal serta akibat-akibat bagi para ahli warisnya Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, (Jakarta Selatan: Pena Pundi Aksara, 2006), hlm Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,1995), hlm di unduh pada tanggal 22 Februari 2016 pukul WIB. 22 Muhammad Ali Ash-Shabuni, Pembagian Waris Menurut Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 1995), hlm Ibid., hlm R.H. Soerojo Wongsowidjojo, Hukum Waris Perdata Barat (B.W), Diktat Cet.2, (Jakarta: 1990), hlm. 5, sebagaimana dikutip oleh Oni Monica, Pelaksanaan Pembuatan Akta Wasiat oleh

13 13 Menurut Soepomo bahwa Hukum waris itu memuat peraturanperaturan yang mengatur proses meneruskan serta mengoperkan barang-barang harta benda dan barang-barang yang tak berwujud benda dari suatu angkatan manusia kepada turunannya. 25 Dari Pengertian Hukum waris menurut para Ahli Hukum, Penulis menyimpulkan bahwa Hukum Waris adalah suatu kumpulan peraturan - peraturan yang mengatur perpindahan kekayaan antara lain barang-barang harta benda, barang-barang yang tak berwujud serta akibat-akibat yang ditinggalkan seseorang yang meninggal dunia kepada satu atau beberapa orang lain (orang yang berhak) atau para ahli warisnya. Pengertian Hukum Waris selanjutnya diatur di dalam Kompilasi Hukum Islam antara lain Pasal 171 huruf a Kompilasi Hukum Islam, Hukum Kewarisan adalah Hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan (tirkah) pewaris, menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing. Dari kutipan Pasal 171 huruf a Kompilasi Hukum Islam, Penulis menyimpulkan bahwa Hukum kewarisan adalah Hukum yang mengatur dan menentukan siapa-siapa yang berhak menjadi ahli waris dan berapa bagiannya masing-masing, terhadap perpindahan hak kebendaan dari orang yang meninggal dunia kepada ahli warisnya yang masih hidup. Notaris bagi Orang yang Beragama Islam menurut Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan Kompilasi Hukum Islam, Tesis (Depok: Fakultas Hukum Universitas Indonesia, Program Magister Kenotariatan, 2009), hlm Soepomo, Bab-Bab tentang Hukum Adat, Penerbitan Universitas, 1966, hlm. 72.

14 14 Dalam kewarisan terdapat dasar dan sumber Hukum pelaksanaan pembagian harta warisan dalam Hukum Islam, yaitu : 26 1) Al-Qur'an Pada dasarnya, Hukum waris memiliki dasar Hukum (dalil) yang kuat, yaitu Al Qur an antara lain pada Surat An-Nisa : 7, 8, 11, 12, 13, 14, 176. Apabila Penulis simpulkan terhadap pengelompokan ayat mengenai kewarisan maka : 1. Surat An-Nisa Ayat 7 : Tentang Persamaan hak mendapatkan warisan baik itu laki laki maupun perempuan. 2. Surat An-Nisa Ayat 8, Apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. 3. Adapun Surat An-Nisa Ayat 11, 12, dan 176 yang merupakan ayat-ayat waris utama, memberikan rincian ahli waris dan bagian masing-masing dalam angka pecahan, yaitu 1/2, 1/4, 1/8, 2/3, 1/3, dan 1/6. 4. Surat An-Nisa Ayat 13, Allah memberikan janji surga apabila menggunakan ketentuan (Al-quran). 5. Surat An-Nisa Ayat 14, Allah memberikan ancaman neraka apabila tidak menggunakan ketentuan (Al-quran). 2) Sunnah/Hadits Nabi Hadits Rasulullah dari oleh Usamah bin Zaid, Diriwa-yatkan oleh Bukhari Muslim, Abu Dawud, At-Tirmizi dan Ibn Majah, Seorang 26 di unduh pada tanggal 22 Februari 2016 pukul WIB.

15 15 muslim tidak menerima warisan dari yang bukan muslim dan yang bukan muslim tidak menerima warisan dari seorang muslim. 27 Apabila Penulis simpulkan terhadap Hadits di atas maka Seorang muslim tidak boleh mewaris harta warisan pewaris yang beragama selain muslim dan orang yang beragama selain muslim tidak boleh mewaris harta warisan pewaris muslim. 3) Ijtihad Ijtihad yaitu pemikiran sahabat atau ulama yang memiliki cukup syarat dan kriteria sebagai mujtahid untuk menjawab persoalan-persoalan yang muncul termasuk di dalamnya tentang persoalan pembagian warisan. Ijtihad di sini merupakan penerapan Hukum bukan untuk pemahaman atau ketentuan yang ada. 28 Dari kutipan pengertian Ijtihad, Penulis menyimpulkan dalam menyelesaikan permasalahan mengenai Hukum waris, dapat menggunakan beberapa ketentuan antara lain : 1. Kompilasi Hukum Islam melalui instrument Hukum Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 1991 Tanggal 10 Juni 1991 dan diantisipasi secara Organik oleh keputusan Menteri Agama No. 154 Tahun 1991 tanggal 22 Juli Terdapat nilai nilai Hukum Islam di bidang perkawinan, hibah, wasiat, wakaf, dan warisan. Berkaitan dengan kewarisan dalam Kompilasi Hukum Islam diatur dalam buku II, yang terdiri dari 6 bab dan 43 pasal (Pasal 171 sampai dengan pasal 214). 27 Lihat, Bukhari, Sahih Bukhari, Jilid 8, (Qahirah: Dar al-matba`us-sya`bi, tanpa tahun), hlm Sajuti Thalib, op. cit., hlm.35. Syarifuddin, Ahkam al-miras wal-wasiyyat, (Qahirah: Dar al-fikr al-hadits lit-tab`i wannasyar, 1962), hlm di unduh pada tanggal 22 Februari 2016 pukul WIB. 29 Abdul Ghani Abdullah, Pengantar Kompilasi Hukum Islam Dalam Tata Hukum ndonesia, (Jakarta; Gema Insani Pers, 1994), hlm. 64.

16 16 2. Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang diundangkan pada tanggal 2 Januari 1974, yang mulai berlaku efektif sejak tanggal 1 Oktober 1975 adalah merupakan salah satu bentuk unifikasi dan kodifikasi Hukum di Indonesia tentang perkawinan beserta akibat Hukumnya. Setiap perangkat Hukum mempunyai asas atau prinsip masing-masing, tidak terkecuali dalam Hukum waris. Asas merupakan unsur fundamental Hukum yang pada umumnya mendasari dan mencakup substansi Hukum dan teknik-teknik menjalankan atau mengoperasikannya. Oleh karena itu, asas secara umum bersifat penyimpul (mirip dengan makna kaidah) dari rincian Hukum yang ada, guna menyelesaikan masalah yang belum atau tidak diatur dalam Hukum yang bersangkutan. 5 (lima) Asas Hukum waris yaitu: Asas Ijbari (Paksaan), yaitu: bahwa peralihan harta dari seseorang yang telah meninggal kepada ahli warisnya berlaku dengan sendirinya menurut kehendak Allah tanpa tergantung kepada kehendak dari pewaris atau permintaan dari ahli warisnya Asas Bilateral, yaitu: bahwa harta warisan beralih kepada atau melalui dua arah. Setiap orang menerima hak kewarisan dari kedua belah pihak garis kerabat, yaitu seorang laki-laki berhak berhak mendapatkan warisan dari pihak ayahnya dan juga dari pihak ibunya, dan begitu juga sebaliknya. 3. Asas Individual, yaitu: bahwa harta warisan dapat dibagi-bagi untuk dimiliki secara perorangan. 32 Masing-masing ahli waris menerima bagiannya secara tersendiri, tanpa terikat dengan ahli waris yang lain. Keseluruhan harta warisan dinyatakan dalam nilai tertentu yang mungkin dibagi-bagi, kemudian jumlah tersebut dibagikan kepada setiap ahli waris yang berhak menurut kadar bagian masing-masing. 30 Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, (Jakarta: Prenada Media, 2005), hlm Sajuti Thalib, Hukum Kewarisan Islam di Indonesia, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), hlm Abdul Manan, Aneka Masalah Hukum di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hlm. 210.

17 17 4. Asas Keadilan Berimbang, yaitu: adanya keseimbangan antara hak dankewajiban, dan keseimbangan antara yang diperoleh dengan keperluan dankegunaan Asas Semata Akibat Kematian, yaitu: Hukum kewarisan dalam Islam hanyamengenal satu bentuk kewarisan yaitu kewarisan akibat kematian semata.harta seseorang tidak dapat beralih kepada orang lain dengan nama waris selama yang mempunyai harta masih hidup. 34 Segala bentuk peralihan harta seseorang yang masih hidup baik secara langsung, maupun terlaksana setelah dia mati tidak termasuk ke dalam istilah kewarisan menurut Hukum Islam. Penulis menyimpulkan bahwa asas asas kewarisan Islam merupakan sumber dari ayat-ayat Al-Qur an dan hadits - hadits Nabi saw di mana berkaitan dengan cara pemilikan harta oleh yang menerima, kadar jumlah harta yang diterima, dan waktu terjadinya peralihan harta tersebut dan sifat peralihan harta warisan. Dalam kewarisan Islam terdapat Rukun dalam kewarisan Islam yang harus dipenuhi dalam pembagian warisan, antara lain: 1. Adanya pewaris atau orang yang menguasai atau memiliki harta warisan dan yang akan mengalihkan. Dalam Kompilasi Hukum Islam Pewaris adalah orang yang pada saat meninggalnya atau yang dinyatakan meninggal berdasarkan putusan Pengadilan beragama Islam, meninggalkan ahli waris dan harta peninggalan Adanya muwaris atau ahli waris yaitu orang yang menerima pengalihan atau penerusan atau pembagian harta warisan itu yang terdiri dari ahli waris dan yang bukan ahli waris. Dalam Kompilasi Hukum Islam Ahli Waris adalah Orang yang pada saat meninggal dunia mempunyai hubungan darah atau hubungan perkawinan dengan pewaris, beragama Islam dan tidak terhalang karena Hukum untuk menjadi ahli waris Adanya mauruts atau harta peninggalan atau harta kekayaan pewaris yang disebut warisan. Dalam Kompilasi Hukum Islam Harta waris Harta Peninggalan adalah Harta yang ditinggalkan 33 Ali Parman, Kewarisan dalam al-qur an; Suatu Kajian Hukum Dengan Pendekatan Tafsir Tematik (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1995), hlm Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak, Hukum Waris Islam (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), hlm H. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo, 1992), hlm Ibid., hlm. 155.

18 18 oleh pewaris baik yang berupa benda yang menjadi miliknya maupun hak- haknya. 37 Dari kutipan rukun waris, Penulis menyimpulkan bahwa Hukum waris Islam memiliki 3 (tiga) unsur warisan yaitu adanya pewaris, adanya ahli waris dan adanya harta peninggalan atau harta kekayaan pewaris yang disebut warisan. Harta benda dalam perwarisan meliputi harta bawaan, harta bersama dan harta waris di mana pengelompokan harta tersebut diatur oleh Pasal 35, 36 dan 37 Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan yaitu : 1. Harta bersama merupakan harta yang diperoleh selama perkawinan berlangsung Sedangkan harta bawaan diperoleh sebelum berlangsungnya perkawinan Sedangkan bunyi pasal 37 Undang - Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan bahwa dalam penyelesaian harta bersama tersebut menggunakan Hukum masing-masing. Yang dimaksud Hukum masing-masing ini ialah Hukum agama, Hukum adat dan Hukum lain-lainnya. 40 Dari uraian pasal 35, 36 dan 37 Undang Undang Nomor 1 tahun 1974 tentang Perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam mengenai harta bersama dan harta bawaan maka Penulis menyimpulkan bahwa harta bawaan adalah harta yang diperoleh sebelum terjadinya akad nikah. Sedangkan yang dimaksud dengan harta bersama antara lain : Harta bersama adalah: 41 a. Harta yang diperoleh sepanjang perkawinan berlangsung; b. Harta yang diperoleh sebagai hadiah/pemberian atau warisan apabila ditentukan demikian; dan 37 Ibid., hlm K. Wantjik Saleh. Hukum Perkawinan Indonesia, Jakarta: Ghalia Indonesia, hlm Ibid., hlm Wahjono Darmabrata dan Surini Ahlan Sjarif, Hukum Perkawinan dan Keluarga di Indonesia, (Jakarta: Badan Penerbit Hukum Universitas Indonesia, 2004), hlm Ibid., hlm. 96.

19 19 c. Hutang-hutang yang timbul, selama perkawinan berlangsung, kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami istri. Menurut Kompilasi Hukum Islam, mengenai harta bawaan dan harta bersama diatur di dalam Bab XIII, pasal 1 huruf F dan pasal 85 sampai dengan pasal 97. Menurut pasal 1 huruf F KHI bahwa : 42 Harta bersama adalah Harta kekayaan dalam perkawinan atau Syirkah adalah harta yang diperoleh baik sendiri-sendiri atau bersama suamiistri selama dalam ikatan perkawinan berlangsung selanjutnya sisebut harta bersama, tanpa mempersoalkan terdaftar atas nama siapapun. Pada Pasal 91 Kompilasi Hukum Islam : 43 1) Harta bersama sebagaimana tersebut dalam Pasal 85 di atas dapat berupa benda berwujud atau tidak 2) Harta bersama yang berwujud dapat meliputi benda tidak bergerak dan surat-surat berharga 3) Harta bergerak yang tidak berwujud dapat berupa hak maupun kewajiban 4) Harta bersama dapat dijadikan sebagai barang jaminan oleh salah satu pihak atas persetujuan pihak lain Pasal 96 Kompilasi Hukum Islam : 44 1) Apabila terjadi cerai mati, maka separoh harta bersama menjadi hak pasangan yang hidup lebih lama. 2) Pembagian harta bersama bagi seorang suami atau istri yang istri atau suaminya hilang harus ditangguhkan sampai adanya kepastian matinya pada hakiki atau matinya secara Hukum atas dasar putusan Pengadilan Agama. Pasal 97 Kompilasi Hukum Islam : 45 Janda atau duda cerai hidup masing-masing berhak seperdua dari harta bersama sepanjang tidak ditentukan lain dalam perjanjian perkawinan. Harta bawaan, terdapat pada pasal 87 ayat 1 KHI yaitu Harta bawaan dari masing-masing suami dan istri yang diperoleh masing-masing sebagai 42 H. Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam Di Indonesia, (Jakarta: Akademika Presindo, 1992), hlm Ibid., hlm Ibid., hlm Ibid., hlm.137.

20 20 hadiah atau warisan adalah di bawah penguasaan masing-masing, sepanjang para pihak tidak menentukan lain dalam perjanjian perkawinan. 46 Apabila dihubungkan dengan Keabsahan pembagian harta waris yang tidak memperhatikan ketentuan harta bawaan dan harta bersama, maka dapat dijelaskan bahwa yang termasuk di dalam harta bawaan adalah Sebidang tanah di Jalan Margamulya ± 30 (tiga puluh) Tumbak, dan Sebidang tanah di Jalan Terusan kandang Uncal Ciawitali ± 100 (Seratus) Tumbak. Sedangkan harta bersama adalah Bangunan Rumah di atas tanah pada Jalan Terusan kandang Uncal Ciawitali, seluas ± 200 (dua ratus) m 2, karena dibangun oleh Pewaris dan Istri pewaris atau Penggugat 1(satu) setelah menikah yaitu pada tahun Untuk penyelesaian harta bersama, melalui pasal 97 Kompilasi Hukum Islam yaitu masing-masing berhak mendapat seperdua dari harta bersama, sebelum dibagikan waris kepada ahli waris yang bersangkutan. Sehingga terlebih dahulu dibagi dua sebelum dibagikan kepada ahli waris. Harta adalah barang-barang (uang) dan sebagainya yang menjadi kekayaan. 47 Sedangkan harta peninggalan adalah sebutan terhadap harta pribadi yang ditinggalkan oleh seseorang yang meninggal dunia sesudah dikurangi dengan utang-utangnya. 48 Apabila orang yang meninggal dunia tersebut terikat dalam suatu perkawinan, maka harta peninggalannya 46 Ibid., hlm WJS, Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, hlm H.R.Otje Salman S., dan Mustofa Haffas, Hukum Waris Islam, (Bandung: PT. Refika Aditama, 2006), hlm. 15 s.d 16.

21 21 mencakup atas harta asal 49, dan sebagian harta bersama sesudah dikurangi dengan utang-utangnya. 50 sehingga harta warisan bagi para ahli waris dikenal dengan sebutan tirkah. Tirkah ini merupakan harta peninggalan sesudah dikurangi biaya penguburan, utang, dan wasiat. Mengenai biaya penguburan dan wasiat, bukanlah sesuatu hal yang dapat menjadi beban bagi ahli waris yang ditinggalkan pewaris. Pasal 171 Butir e Kompilasi Hukum Islam berbunyi Harta waris adalah harta bawaan ditambah bagian dari harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris selama sakit sampai meninggalnya, biaya pengurusan jenazah (tajhiz), pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat. Dari pengertian 171 butir e Kompilasi Hukum Islam maka dapat disimpulkan bahwa harta waris adalah bahwa Harta waris adalah segala bentuk harta peninggalan baik harta bawaan dan harta bersama setelah digunakan untuk keperluan pewaris (biaya pengurusan jenazah (tajhiz), pembayaran hutang dan pemberian untuk kerabat). Apabila kita rinci, yang terdapat di dalam harta waris adalah : Kesimpulan Harta Waris : Harta kekayaan yang berwujud dan dapat dinilai dengan uang, termasuk piutang yang akan ditagih. 2. Harta kekayaan yang berupa hutang-hutang dan harus dibayar pada saat seseorang meninggal dunia. 3. Harta kekayaan yang masih bercampur dengan harta bawaan masing-masing. 4. Harta bawaan yang tidak dapat dimiliki langsung oleh suami atau istri, misal harta pusaka dari suku mereka yang dibawa sebagai 49 Harta asal adalah harta yang diperoleh seseorang di luar (sebelum) atau di dalam suatu perkawinan melalui lembaga pengasingan (pengalihan hak) seperti jual beli, tukar menukar, waris, hibah, dan lain-lain. Ibid., hlm Ibid., hlm. 15 s.d Ratu Haika, Hukum Kewarisan Islam Di Indonesia Dan Pembagian Harta Waris, (Jakarta: Puslitbang Kehidupan Keagamaan, 2012), hlm. 128.

22 22 modal pertama dalam perkawinan yang harus kembali pada asalnya, yaitu suku tersebut. 52 Apabila dihubungkan pada kasus Keabsahan pembagian harta waris yang tidak memperhatikan ketentuan harta bawaan dan harta bersama menurut Undang Undang No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam maka dapat dijelaskan bahwa yang termasuk di dalam harta waris dari pewaris adalah Sebidang tanah di Jalan Margamulya ± 30 (Tiga Puluh) Tumbak, Sebidang tanah di Jalan Terusan kandang Uncal Ciawitali ± 100 (Seratus) Tumbak, dan bangunan rumah seluas ± 200 (dua ratus) m 2. F. Metode Penelitian Untuk mengetahui dan membahas suatu permasalahan maka diperlukan adanya pendekatan dengan metode tertentu yang bersifat ilmiah. Metode penelitian yang digunakan Penulis dalam penelitian ini yaitu : 1. Spesifikasi Penelitian Spesifikasi Penelitian dilakukan secara deskriptif analitis, yaitu mengambarkan peraturan perundangan yang berlaku dikaitkan dengan teori - teori Hukum, dan praktek pelaksanaan Hukum positif yang menyangkut permasalahan yang diteliti. 53 Tentang Keabsahan pembagian harta waris yang tidak memperhatikan ketentuan harta bawaan dan harta 52 M. Idris Ramulyo, Perbandingan Pelaksanaan Hukum Kewarisan Dengan Kewarisan KUH Perdata, (Jakarta: Sinar Grafika, 1995), hlm Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hlm

23 23 bersama menurut UU No. 1 Tahun 1974 tentang perkawinan dan Kompilasi Hukum Islam. 2. Metode Pendekatan Metode Pendekatan yang akan digunakan adalah metode pendekatan Yuridis Normatif, yaitu menguji dan mengkaji peraturan perundang undangan yang berlaku yang berkaitan dengan Hukum Waris Islam Antara lain mengenai Harta Bawaan, Harta Bersama dan Harta Waris. Bahan Hukum itu pun sendiri terdiri dari : 54 a. Bahan Hukum primer, yaitu bahan bahan Hukum yang mengikat, diantaranya al-qur an, al-hadits, Kompilasi Hukum Islam (Inpres) Nomor 1 Tahun 1991, Undang-Undang No.1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan Putusan Pengadilan (Putusan No / Pdt.G / 2011 / PA.Cmi). b. Bahan Hukum sekunder, yaitu bahan Hukum yang memberikan penjelasan mengenai bahan Hukum primer, seperti rancangan Undang Undang, hasil hasil penelitian atau pendapat pakar Hukum. 55 Dalam penelitian ini, bahan Hukum sekunder yang digunakan adalah buku buku tentang Hukum Waris, artikel ilmiah, skripsi, dan makalah. 54 Sunaryati Hartono, Penelitian Hukum di Indonesia Pada akhir abad ke-20, (Bandung: Alumni, 2006), hlm Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Raja Garafindo Persada, 2010), hlm. 32.

24 24 c. Bahan Hukum tersier, yaitu bahan bahan yang memberikan informasi tentang bahan Hukum primer dan bahan Hukum sekunder. 56 Bahan Hukum tersier yang digunakan dalam penelitian ini adalah pengunaan kamus Hukum dan kamus lainnya yang erat relevansinya dengan suatu penelitian ini dan situs website mengenai Hukum Waris yaitu Hukum Kewarisan Islam. 3. Tahap Penelitian Penulis dalam melakukan penelitian ini menggunakan beberapa tahap penelitian yang meliputi : a. Penelititan Kepustakaan (Library Research) yaitu cara memperoleh konsepsi konsepsi, teori teori, pendapat pendapat ataupun penemuan penemuan yang berhubungan erat dengan pokok permasalahan. 57 Antara lain mengenai Hukum Waris Islam khususnya mengenai Harta Bawaan, Harta Bersama dan Harta Waris. Dalam penelitian ini, Penulis akan melakukan penelitian terhadap peraturan perundang undangan yang erat kaitannya dengan penelitian ini, untuk mendapatkan landasan landasan teoritis dan memperoleh informasi dalam bentuk ketentuan formal dan data melalui naskah yang ada. b. Penelitian Lapangan yaitu mengumpulkan, meneliti dan menyeleksi data primer yang diperoleh langsung dari lapangan untuk menunjang 56 Ibid., hlm Ronny Hanitijo Soemitro, Metodologi Penelitian Hukum dan Jurimetri, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1990), hlm. 98.

25 25 data sekunder. Berupa kasus-kasus yang terjadi dilapangan, khususnya pada Putusan No / Pdt.G / 2011 / PA.Cmi dan wawancara Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Studi Dokumen yaitu suatu alat pengumpul data yang dilakukan melalui data tertulis. 59 Penulis melakukan penelitian terhadap dokumen yang erat kaitannya dengan objek penelitian untuk mendapatkan landasan teoritis dan untuk memperoleh informasi dalam bentuk ketentuan formal dan data data resmi mengenai masalah yang diteliti. b. Wawancara yaitu cara untuk memperoleh informasi dengan bertanya langsung pada yang diwawancarai. Wawancara merupakan suatu proses interaksi dan komunikasi Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data yang dipergunakan dalam pengumpulan data untuk keperluan penelitian adalah : a. Dalam penelitian kepustakaan alat pengumpul data dilakukan dengan cara menginventarisasikan bahan bahan Hukum berupa catatan yang relevan dengan topik penelitian yaitu mengenai Hukum Waris khususnya Keabsahan Pembagian Harta Waris Yang Tidak Memperhatikan Ketentuan Harta Bawaan Dan Harta Bersama Menurut 58 Ibid., hlm Ibid 60 Ibid

26 26 UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam secara rinci, sistematis, dan lengkap. b. Dalam penelitian lapangan, alat pengumpul data yang digunakan berupa daftar pertanyaan yang dirinci untuk keperluan wawancara yang merupakan proses tanya jawab lisan, kemudian direkam melalui alat perekam suara seperti Handphone. Mengenai Hukum Waris khususnya mengenai Keabsahan Pembagian Harta Waris Yang Tidak Memperhatikan Ketentuan Harta Bawaan Dan Harta Bersama Menurut UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam 6. Analisis Data Untuk tahap selanjutnya setelah memperoleh data maka dilanjutkan dengan menganalisis data, dengan metode yuridis kualitatif yaitu suatu cara penelitian yang menghasilkan data deskriptif analisis, yaitu apa yang ditanyakan oleh responden secara tertulis atau lisan dan juga perilakunya yang nyata, diteliti dan dipelajari sebagai sesuatu yang utuh. 61 Data data dianalisa dengan cara melakukan interpretasi atas aturan perundang undangan dan kualifikasi data atas dasar hasil wawancara. 61 Ibid

27 27 7. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian Penulis dalam penyelesaian skripsi ini adalah: a) Penelitian ini dilakukan di Perpustakaan, Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Pasundan Di Jl. Lengkong Dalam No. 68 Bandung. b) Penelitian ini dilakukan di lapangan, Pengadilan Agama Kelas 1A Cimahi Di Jl. Raya Soreang KM.16 Kab. Bandung. 8. Jadwal Penelitian Judul Skripsi : Keabsahan Pembagian Harta Waris Yang Tidak Memperhatikan Ketentuan Harta Bawaan Dan Harta Bersama Menurut UU No. 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan Dan Kompilasi Hukum Islam. No. Pokok Mahasiswa : No. SK Bimbingan Dosen Pembimbing : No.58/Unpas.FH.D/Q/II/2016 : Encep Ahmad Yani,Drs,MH. No Kegiatan 1 Penyusunan Proposal 2 Seminar Proposal 3 Persiapan Penelitian 4 Pengumpulan Data 5 Pengolahan Data 6 Analisis Data 7 Penyusunan Hasil Penelitian 8 Sidang Komprehensif 9 Perbaikan 10 Penjilidan 11 Pengesahan Minggu Ke Dst.

BAB II HARTA DALAM PERKAWINAN. kekayaan dalam perkawinan dari berbagai sumber antara lain : 1. Dasar Hukum harta kekayaan dalam perkawinan

BAB II HARTA DALAM PERKAWINAN. kekayaan dalam perkawinan dari berbagai sumber antara lain : 1. Dasar Hukum harta kekayaan dalam perkawinan BAB II HARTA DALAM PERKAWINAN A. Harta kekayaan dalam perkawinan Di bawah terdapat Pengertian, Dasar Hukum dan Klasifikasi harta kekayaan dalam perkawinan dari berbagai sumber antara lain : 1. Dasar Hukum

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP HIBAH SEBAGAI PENGGANTI KEWARISAN BAGI ANAK LAKI-LAKI DAN PEREMPUAN DI DESA PETAONAN A. Analisis Terhadap Hibah Sebagai Pengganti Kewarisan Bagi Anak Laki-laki dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang

BAB I PENDAHULUAN. meninggal dunia. Apabila ada peristiwa hukum, yaitu meninggalnya seseorang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum kewarisan sangat erat kaitannya dengan ruang lingkup kehidupan manusia. Bahwa setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa yang sangat penting dalam hidupnya,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu BAB I PENDAHULUAN A Latar Belakang Masalah Berbicara tentang warisan menyalurkan pikiran dan perhatian orang ke arah suatu kejadian penting dalam suatu masyarakat tertentu, yaitu ada seorang anggota dari

Lebih terperinci

BAB II HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN

BAB II HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN 18 BAB II HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN A. Pengertian Harta Bersama Dalam Perkawinan Sebagaimana telah dijelaskan, harta bersama dalam perkawinan adalah harta benda yang diperoleh selama perkawinan. Suami

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARISAN A. Pengertian Hukum Waris Pengertian secara umum tentang Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus terjadi dengan harta kekayaan seseorang yang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap harta yang ditinggalkan oleh seseorang baik yang bersifat harta benda bergerak maupun harta benda

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seorang manusia yang lahir di dunia ini, memiliki hak dan kewajiban yang diberikan hukum kepadanya maupun kepada manusia-manusia lain disekitarnya dimulai kepadanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menyatakan: Perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-laki dengan seorang perempuan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA

BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA BAB II TINJAUAN UMUM HARTA BERSAMA DAN TATA CARA PEMBAGIAN HARTA BERSAMA A. Pengertian Harta Bersama 1. Pengertian Harta Bersama Menurut Hukum Islam Dalam kitab-kitab fiqih tradisional, harta bersama diartikan

Lebih terperinci

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN

BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN BAB III AKIBAT HUKUM TERHADAP STATUS ANAK DAN HARTA BENDA PERKAWINAN DALAM PERKAWINAN YANG DIBATALKAN 1. Akibat Hukum Terhadap Kedudukan, Hak dan Kewajiban Anak dalam Perkawinan yang Dibatalkan a. Kedudukan,

Lebih terperinci

PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM

PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM PERBANDINGANN ANTARA HUKUM WARIS PERDATA BARAT DENGAN HUKUM WARIS ISLAM Penulis : Agil Jaelani, Andri Milka, Muhammad Iqbal Kraus, ABSTRAK Hukum waris adalah hukum yang mengatur mengenai apa yang harus

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri. Ikatan lahir ialah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan hal yang sangat penting bagi setiap individu, dalam perkawinan akan terbentuk suatu keluarga yang diharapkan akan tetap bertahan hingga

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau

BAB II LANDASAN TEORI. Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau 14 BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Secara etimologi, al mal berasal dari kata mala yang berarti condong atau berpaling dari tengah ke salah satu sisi, dan al-mal diartikan sebagai segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Berbagai jenis hak dapat melekat pada tanah, dengan perbedaan prosedur, syarat dan ketentuan untuk memperoleh hak tersebut. Di dalam hukum Islam dikenal banyak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dinyatakan dalam Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan bertujuan untuk membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa sebagaimana dinyatakan dalam Pasal 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk

BAB I PENDAHULUAN. agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar kehidupan dialam dunia berkembang biak. Perkawinan bertujuan untuk membentuk suatu keluarga

Lebih terperinci

WARIS ISLAM DI INDONESIA

WARIS ISLAM DI INDONESIA ISSN 2302-0180 8 Pages pp. 19-26 WARIS ISLAM DI INDONESIA Azharuddin 1, A. Hamid Sarong. 2 Iman Jauhari, 3 1) Magister Ilmu Hukum Program Banda Aceh e-mail : Budiandoyo83@yahoo.com 2,3) Staff Pengajar

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup terpisah dari kelompok manusia lainnya. Dalam menjalankan kehidupannya setiap manusia membutuhkan

Lebih terperinci

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama.

BAB V PENUTUP. 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota. Banjarmasin tentang harta bersama. BAB V PENUTUP A. Simpulan 1. Pendapat ulama Muhammadiyah dan Nahd atul Ulama (NU) di kota Banjarmasin tentang harta bersama. a. Harta bersama menurut pendapat ulama Muhammadiyah kota Banjarmasin. - Harta

Lebih terperinci

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006)

Waris Tanpa Anak. WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Waris Tanpa Anak WARISAN ORANG YANG TIDAK MEMPUNYAI ANAK Penanya: Abdul Salam, Grabag, Purworejo. (disidangkan pada hari Jum'at, 10 Februari 2006) Pertanyaan: Kami lima orang bersaudara: 4 orang laki-laki

Lebih terperinci

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D

ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D ASPEK YURIDIS HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN POLIGAMI MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 1974 TENTANG PERKAWINAN NURFIANTI / D 101 09 512 ABSTRAK Penelitian ini berjudul aspek yuridis harta bersama dalam

Lebih terperinci

BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam

BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI. A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam BAB IV PEMBAGIAN WARIS AHLI WARIS PENGGANTI A. Pembagian waris Ahli Waris Pengganti Menurut Kompilasi Hukum Islam Dalam Kompilasi Hukum Islam adanya asas-asas kewarisan islam yaitu asas ijbari (pemaksaan),

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon

BAB I PENDAHULUAN. suatu kelompok dan kemampuan manusia dalam hidup berkelompok ini dinamakan zoon BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia selain sebagai makhluk individu, manusia juga disebut sebagai makhluk sosial. Manusia memiliki kebutuhan dan kemampuan serta kebiasaan untuk berkomunikasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria

BAB I PENDAHULUAN. perkawinan yang ada di negara kita menganut asas monogami. Seorang pria 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan yang merupakan ketentuan yang mengatur pelaksanaan perkawinan yang ada di Indonesia telah memberikan landasan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian

BAB I PENDAHULUAN. hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap manusia pasti akan mengalami peristiwa kematian. Akibat hukum yang selanjutnya timbul dengan adanya peristiwa kematian seseorang diantaranya ialah masalah bagaimana

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kamus bahasa arab, diistilahkan dalam Qadha yang berarti 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Peradilan Agama adalah salah satu dari peradilan Negara Indonesia yang sah, yang bersifat peradilan khusus, berwenang dalam jenis perkara perdata Islam tertentu,

Lebih terperinci

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013

Lex Privatum, Vol.I/No.5/November/2013 HAK MEWARIS DARI ORANG YANG HILANG MENURUT HUKUM WARIS ISLAM 1 Oleh : Gerry Hard Bachtiar 2 A B S T R A K Hasil penelitian menunjukkan bagaimana asas-asas kewarisan menurut hukum waris Islam serta Hak

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin

BAB I PENDAHULUAN. (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin BAB I PENDAHULUAN Pasal 1 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan (selanjutnya ditulis dengan UUP) menjelaskan, Perkawinan ialah ikatan lahir bathin antara seorang pria dengan seorang wanita

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh ikatan cinta kasih sepasang suami isteri. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. dan memperkokoh ikatan cinta kasih sepasang suami isteri. Anak juga BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak sering dimaknai sebagai karunia Tuhan untuk membahagiakan dan memperkokoh ikatan cinta kasih sepasang suami isteri. Anak juga merupakan amanat Tuhan kepada ayah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Masalah Proses perjalanan kehidupan manusia yang membawa pengaruh dan akibat hukum kepada lingkungannya, menimbulkan hak dan kewajiban serta hubungan antara keluarga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian

BAB I PENDAHULUAN. hidup atau sudah meninggal, sedang hakim menetapkan kematiannya. Kajian BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Mafqud (orang hilang) adalah seseorang yang pergi dan terputus kabar beritanya, tidak diketahui tempatnya dan tidak diketahui pula apakah dia masih hidup atau

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya

BAB I PENDAHULUAN. Sistem hukum waris Adat diperuntukan bagi warga Indonesia asli yang pembagiannya BAB I PENDAHULUAN Saat ini di Indonesia masih terdapat sistem hukum waris yang beraneka ragam, yaitu sistem hukum waris Adat, hukum waris Islam, dan hukum waris Barat (KUHPerdata). Sistem hukum waris Adat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pembagian warisan,

BAB I PENDAHULUAN. Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pembagian warisan, 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pembagian warisan, mengetahui bagian-bagian yang diterima dari harta peninggalan itu untuk setiap yang berhak. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam ini mendapat perhatian besar karena pembagian warisan sering

BAB I PENDAHULUAN. Islam ini mendapat perhatian besar karena pembagian warisan sering 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur pembagian warisan, mengetahui bagian-bagian yang diterima dari harta peninggalan itu untuk setiap yang berhak. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. sudah barang tentu perikatan tersebut mengakibatkan timbulnya hakhak

BAB I PENDAHULUAN. sudah barang tentu perikatan tersebut mengakibatkan timbulnya hakhak A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perjanjian perikatan antara suamiistri, sudah barang tentu perikatan tersebut mengakibatkan timbulnya hakhak dan kewajiban-kewajiban

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT

BAB I PENDAHULUAN. Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang. menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam telah mengatur setiap aspek kehidupan manusia baik yang menyangkut segala sesuatu yang langsung berhubungan dengan Allah SWT maupun terhadap sesama umat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Secara naluri insani, setiap pasangan suami isteri berkeinginan untuk mempunyai anak kandung demi menyambung keturunan maupun untuk hal lainnya. Dalam suatu rumah tangga,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2

BAB I PENDAHULUAN. Amir Syarifudin, Hukum Kewarisan Islam, Fajar Interpratama Offset, Jakarta, 2004, hlm.1. 2 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Hukum Islam merupakan hukum Allah. Dan sebagai hukum Allah, ia menuntut kepatuhan dari umat Islam untuk melaksanakannya sebagai kelanjutan dari keimanannya kepada Allah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS 23 BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG WARIS DAN AHLI WARIS A. Pengertian Waris Hukum kewarisan adalah hukum yang mengatur tentang pemindahan hak pemilikan harta peninggalan pewaris kepada ahli waris dikarenakan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa.

BAB 1 PENDAHULUAN. menyangkut urusan keluarga dan urusan masyarakat. 1. tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan ke-tuhanan Yang Maha Esa. BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu peristiwa penting dalam kehidupan masyarakat Indonesia karena ia tidak saja menyangkut pribadi kedua calon suami isteri saja tetapi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia mempunyai kehidupan jiwa yang selalu menyendiri. Namun manusia sebagai mahluk sosial tidak dapat dipisahkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat,

BAB III METODE PENELITIAN. melaksanakan penelitian (yaitu meliputi kegiatan-kegiatan mencari, mencatat, BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian Metode memegang peran penting dalam mencapai suatu tujuan, termasuk juga metode dalam suatu penelitian. Metode penelitian yang dimaksud adalah cara-cara melaksanakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti

BAB I PENDAHULUAN. Islam bukan keluarga besar (extended family, marga) bukan pula keluarga inti BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum Islam merupakan satu kesatuan sistem hukum. Sistem perkawinan menentukan sistem keluarga, sistem keluarga menentukan sistem kewarisan. Bentuk perkawinan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama yang mempunyai aturan yang lengkap dan sempurna, yang dalam ajarannya mengatur segala aspek kehidupan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan BAB I PENDAHULUAN Segi kehidupan manusia yang telah diatur Allah dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Pertama, hal-hal yang berkaitan dengan hubungan manusia dengan Allah sebagai penciptanya. Aturan

Lebih terperinci

BAB II HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN. A. Pengertian Harta Bersama Dalam Perkawinan. adalah harta benda yang diperoleh selama perkawinan.

BAB II HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN. A. Pengertian Harta Bersama Dalam Perkawinan. adalah harta benda yang diperoleh selama perkawinan. BAB II HARTA BERSAMA DALAM PERKAWINAN A. Pengertian Harta Bersama Dalam Perkawinan Sebagaimana telah dijelaskan, harta bersama dalam perkawinan adalah harta benda yang diperoleh selama perkawinan. Suami

Lebih terperinci

STUDI PERBANDINGAN TENTANG HUBUNGAN HIBAH DENGAN WARIS MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA

STUDI PERBANDINGAN TENTANG HUBUNGAN HIBAH DENGAN WARIS MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA STUDI PERBANDINGAN TENTANG HUBUNGAN HIBAH DENGAN WARIS MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN KITAB UNDANG UNDANG HUKUM PERDATA Tesis Untuk memenuhi sebagian persyaratan Mencapai derajat Sarjana S-2 Magister

Lebih terperinci

RESUME. HAK ISTRI BERBEDA AGAMA ATAS WASIAT WAJIBAH HARTA WARISAN SUAMINYA BERAGAMA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 16 K/AG/2010)

RESUME. HAK ISTRI BERBEDA AGAMA ATAS WASIAT WAJIBAH HARTA WARISAN SUAMINYA BERAGAMA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 16 K/AG/2010) RESUME HAK ISTRI BERBEDA AGAMA ATAS WASIAT WAJIBAH HARTA WARISAN SUAMINYA BERAGAMA ISLAM (Analisis Putusan Mahkamah Agung Nomor 16 K/AG/2010) OLEH : ZAINAL ABIDIN, S.H. 12211060 PROGRAM STUDI MAGISTER

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang

BAB I PENDAHULUAN. hidupnya salah satu kebutuhan manusia adalah perkawinan. Berdasarkan Pasal 28B ayat (1) Undang Undang Dasar 1945 (UUD 1945) yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia merupakan makhluk Allah S.W.T yang paling sempurna dibandingkan dengan makhluk hidup yang lain, namun manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran,

BAB I PENDAHULUAN. Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran, BAB I PENDAHULUAN Dalam fase kehidupan manusia terdapat tiga peristiwa penting yaitu, kelahiran, perkawinan, dan kematian. Dengan adanya kelahiran maka berakibat pada timbulnya hak dan kewajban baik dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika :

BAB I PENDAHULUAN. pula harta warisan beralih kepada ahli waris/para ahli waris menjadi. Peristiwa pewarisan ini dapat terjadi ketika : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peristiwa pewarisan adalah perihal klasik dan merupakan salah satu hal penting dalam kehidupan manusia. Apabila ada seseorang meninggal dunia, maka pada saat itulah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu

BAB I PENDAHULUAN. Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah SWT telah menjadikan manusia saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Mereka saling tolong-menolong, tukar-menukar keperluan dalam segala urusan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya. Hikmahnya ialah supaya manusia itu hidup

BAB I PENDAHULUAN. dan lain sebagainya. Hikmahnya ialah supaya manusia itu hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Allah menjadikan makhluk-nya berpasang-pasangan, menjadikan manusia laki-laki dan perempuan, menjadikan hewan jantan betina begitu pula tumbuhtumbuhan dan lain sebagainya.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan dan pengakuan terhadap penentuan status pribadi dan status BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan momentum yang sangat penting bagi perjalanan hidup manusia. Perkawinan secara otomatis akan mengubah status keduannya dalam masyarakat.

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Eddi Rudiana Arief, et. Al. (ED). Hukum Islam di Indonesia Pemikiran

DAFTAR PUSTAKA. Eddi Rudiana Arief, et. Al. (ED). Hukum Islam di Indonesia Pemikiran DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku A. Djazuli, Beberapa Aspek Pengembangan Hukum Islam di Indonesia, dalam Eddi Rudiana Arief, et. Al. (ED). Hukum Islam di Indonesia Pemikiran dan Praktek, Rosdakarya, Bandung,

Lebih terperinci

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS ISLAM (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) TESIS

KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS ISLAM (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) TESIS KEDUDUKAN AHLI WARIS PENGGANTI DALAM HUKUM WARIS ISLAM (STUDI KASUS DI PENGADILAN AGAMA SURAKARTA) TESIS Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta Untuk memenuhi Salah Satu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam kehidupannya. Apabila ada peristiwa meninggalnya seseorang yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Masalah kewarisan itu sangat erat kaitannya dengan kehidupan manusia, karena setiap manusia pasti akan mengalami suatu peristiwa meninggal dunia di dalam kehidupannya.

Lebih terperinci

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI Anggyka Nurhidayana 1, Amnawati 2, Kasmawati 3. ABSTRAK Upaya perlindungan hukum dalam perkawinan sirri atau disebut perkawinan tidak dicatatkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. atau hak setelah ada seseorang yang meninggal dunia. Maka apabila ada

BAB I PENDAHULUAN. atau hak setelah ada seseorang yang meninggal dunia. Maka apabila ada BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hukum kewarisan ialah hukum yang mengatur tentang pembagian harta atau hak setelah ada seseorang yang meninggal dunia. Maka apabila ada seseorang yang meninggal dunia

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Harta Bersama dan Perceraian 1. Harta Bersama Sebagaimana diketahui bahwa setiap perkawinan masing-masing pihak dari suami atau isteri mempunyai harta yang dibawa dan diperoleh

Lebih terperinci

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM

HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT HUKUM ISLAM Hak Anak Angkat terhadap Peninggalan Orang Tua Angkat Menurut Hukum Islam Kanun Jurnal Ilmu Hukum Susiana No. 55, Th. XIII (Desember, 2011), pp. 139-148. HAK ANAK ANGKAT TERHADAP HARTA PENINGGALAN ORANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan negara yang di dalamnya terdapat beraneka ragam kebudayaan yang berbeda-beda tiap daerahnya. Sistem pewarisan yang dipakai di Indonesia juga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung unsur hubungan manusia. harus memenuhi syarat maupun rukun perkawinan, bahwa perkawinan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkawinan merupakan masalah yang esensial bagi kehidupan manusia, karena disamping perkawinan sebagai sarana untuk membentuk keluarga, perkawinan tidak hanya mengandung

Lebih terperinci

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM PEMBAGIAN HARTA WARISAN DALAM PERKAWINAN POLIGAMI PERSPEKTIF HUKUM ISLAM Vera Arum Septianingsih 1 Nurul Maghfiroh 2 Abstrak Kewarisan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah perkawinan. Islam

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM. harta kerabat yang dikuasai, maupun harta perorangan yang berasal dari harta BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG HARTA DALAM PERKAWINAN ISLAM A. Pengertian Harta Dalam Perkawinan Islam Menurut bahasa pengertian harta yaitu barang-barang (uang dan sebagainya) yang menjadi kekayaan. 1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhannya telah mampu merombak tatanan atau sistem kewarisan yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum kewarisan, termasuk salah satu aspek yang diatur secara jelas dalam Al-Qur an dan Sunnah Rasul. Hal ini membuktikan bahwa masalah kewarisan cukup penting

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin Dalam laporan penelitian di atas telah disajikan 2

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian dan Pengaturan Wasiat 1. Pengertian Wasiat Salah satu bentuk pengalihan hak selain pewarisan adalah wasiat. Wasiat merupakan pesan terakhir dari seseorang yang mendekati

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama

BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA. A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama 58 BAB IV ANALISIS PENDAPAT IMAM AL-SYAFI I TENTANG KEWARISAN KAKEK BERSAMA SAUDARA A. Analisis Pendapat Imam al-syafi i Tentang Kewarisan Kakek Bersama Saudara Dan Relevansinya Dengan Sistem Kewarisan

Lebih terperinci

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo

BAB I. Persada, 1993), hal Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar, cet.17, (Jakarta:Raja Grafindo BAB I 1. LATAR BELAKANG Salah satu kebutuhan hidup manusia selaku makhluk sosial adalah melakukan interaksi dengan lingkungannya. Interaksi sosial akan terjadi apabila terpenuhinya dua syarat, yaitu adanya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya :

BAB I PENDAHULUAN. Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, Firman Allah dalam Q.S. Adz-Dzaariyat : 49, yang artinya : 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan merupakan suatu amalan sunah yang disyari atkan oleh Al- Qur anul Karim dan Sunnah Rosullulloh saw. Dalam kehidupan didunia ini, segala sesuatu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Paramita, 1992), h ), h. 2011

BAB I PENDAHULUAN. Paramita, 1992), h ), h. 2011 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan judul Sebelum penulis mengadakan pembahasan lebih lanjut tentang proposal judul ini, terlebih dahulu penulis akan menjelaskan pengertian yang terkandung dalam judul proposal

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan

BAB I PENDAHULUAN. keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkawinan adalah ikatan yang sah untuk membina rumah tangga dan keluarga sejahtera bahagia di mana kedua suami isteri memikul amanah dan tanggung jawab. Sesuai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2

BAB I PENDAHULUAN. bersama yang disebut dengan lembaga perkawinan. merupakan ibadah (Pasal 2 Kompilasi Hukum Islam). 2 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sudah menjadi kodrat alam, bahwa dua orang manusia dengan jenis kelamin yang berlainan seorang wanita dan seorang laki-laki, ada rasa saling tertarik antara satu sama

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berhubungan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berhubungan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Islam merupakan agama yang sempurna, mengatur berbagai aspek kehidupan, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berhubungan dengan sesama manusia. Melalui

Lebih terperinci

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK 60 BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK PENGALIHAN NAMA ATAS HARTA WARIS SEBAB AHLI WARIS TIDAK PUNYA ANAK Salah satu asas kewarisan Islam adalah asas bilateral yang merupakan perpaduan dari dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dimaksud adalah tersebut dalam Pasal 25 ayat (3) Undang -Undang

BAB I PENDAHULUAN. kewenangan dimaksud adalah tersebut dalam Pasal 25 ayat (3) Undang -Undang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UUD 1945) Pasal 24 ayat (2) dinyatakan bahwa peradilan agama merupakan salah satu lingkungan

Lebih terperinci

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan

b. Hutang-hutang yang timbul selama perkawinan berlangsung kecuali yang merupakan harta pribadi masing-masing suami isteri; dan BAB I PENDAHULUAN Perkawinan merupakan suatu perbuatan hukum. Perkawinan menimbulkan hak dan kewajiban kepada para pihak yang mengikatkan diri pada suatu perkawinan. Hak dan kewajiban tersebut harus dipenuhi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia merupakan Negara beraneka ragam adat dan budaya. Daerah yang satu dengan daerah yang lainnya memiliki adat dan budaya yang berbeda-beda. Demikian juga

Lebih terperinci

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS

BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS 64 BAB III ANALISIS PASAL 209 KHI TENTANG WASIAT WAJIBAH DALAM KAJIAN NORMATIF YURIDIS A. Implikasi Yuridis Pasal 209 KHI Kedudukan anak angkat dan orang tua angkat dalam hokum kewarisan menurut KHI secara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Manusia sebagai makhluk sosial yang tidak dapat lepas dari hidup bermasyarakat, karena sebagai individu, manusia tidak dapat menjalani kehidupannya sendiri untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa

BAB I PENDAHULUAN. Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Allah menciptakan makhluk-nya di dunia ini berpasang-pasangan agar mereka bisa saling membutuhkan satu dengan yang lainnya, lebih khusus lagi agar mereka bisa

Lebih terperinci

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan:

PEMBAGIAN WARISAN. Pertanyaan: PEMBAGIAN WARISAN Pertanyaan dari: EJ, di Cirebon (nama dan alamat diketahui redaksi) (Disidangkan pada Jum at, 13 Zulqa'dah 1428 H / 23 November 2007 M) Pertanyaan: Sehubungan kami sangat awam masalah

Lebih terperinci

HIBAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEWARISAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA

HIBAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEWARISAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA HIBAH DAN HUBUNGANNYA DENGAN KEWARISAN MENURUT KOMPILASI HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA Oleh : IBNU RUSYDI, S.H., M.Pd.I * ABSTRACT The aim of this research is to analyze the relationship between bequest

Lebih terperinci

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh

Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh Standar Kompetensi : 7. Memahami hukum Islam tentang Waris Kompetensi Dasar: 7.1 Menjelaskan ketentuan-ketentuan hukum waris 7.2 Menjelaskan contoh pelaksanaan hukum waris 1 A. Pembagian Warisan Dalam

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. A.Rahman I.Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), Raja. Grafindo Persada, Jakarta, 2002.

DAFTAR PUSTAKA. A.Rahman I.Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), Raja. Grafindo Persada, Jakarta, 2002. DAFTAR PUSTAKA A. Buku A.Rahman I.Doi, Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah (Syariah), Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002. Abd. Shomad, Hukum Islam : Penormaan Prinsip Syariah dalam Hukum Indonesia,

Lebih terperinci

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah Siddik, Hukum Perkawinan Islam, Tintamas, Jakarta, Indonesia, Kencana, Jakarta, 2010.

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah Siddik, Hukum Perkawinan Islam, Tintamas, Jakarta, Indonesia, Kencana, Jakarta, 2010. DAFTAR PUSTAKA A. Sumber Utama Al-Qur an Al-Hadist B. Buku Abdullah Siddik, Hukum Perkawinan Islam, Tintamas, Jakarta, 1968. Abd. Shomad, Hukum Islam Penormaan Prinsip Syariah Dalam Hukum Indonesia, Kencana,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan

BAB I PENDAHULUAN. yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum sebagai kaidah atau norma sosial yang tidak terlepas dari nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dapat pula dikatakan hukum merupakan pencerminan dari

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri

BAB I PENDAHULUAN. seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Tuhan Yang Maha Esa menciptakan manusia berlainan jenis yaitu seorang pria dan seorang wanita yang dikaruniai sebuah naluri. Naluri tersebut diantaranya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang

BAB I PENDAHULUAN. Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sebuah perkawinan yang dimulai dengan adanya rasa saling cinta dan kasih sayang antara kedua belah pihak suami dan istri, akan senantiasa diharapkan berjalan dengan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk

BAB I PENDAHULUAN. dasar, antara lain bersifat mengatur dan tidak ada unsur paksaan. Namun untuk BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Hukum waris perdata dalam Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, termasuk dalam lapangan atau bidang hukum perdata. Semua cabang hukum yang termasuk dalam bidang

Lebih terperinci

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan.

Pengertian Mawaris. Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan. Pengertian Mawaris Al-miirats, dalam bahasa Arab adalah bentuk mashdar (infinitif) dari kata waritsa-yaritsuirtsan-miiraatsan. Maknanya menurut bahasa ialah 'berpindahnya sesuatu dari seseorang kepada

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI A. Pengertian Harta Kekayaan dalam Perkawinan Harta merupakan tonggak kehidupan rumah tangga, sebagaimana firman Allah dalam surat An-Nisa ayat:5 Artinya: Dan janganlah kamu serahkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h.398

BAB I PENDAHULUAN. Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2002), h.398 BAB I PENDAHULUAN A. Penegasan Judul Guna memudahkan pemahaman tentang judul skripsi ini agar tidak menimbulkan kekeliruan dan kesalah pahaman, maka akan diuraikan sicara singkat istilah-istilah yang terdapat

Lebih terperinci

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak

TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1. Abstrak TINJAUAN YURIDIS DAMPAK PERKAWINAN BAWAH TANGAN BAGI PEREMPUAN OLEH RIKA LESTARI, SH., M.HUM 1 Abstrak Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perkawinan di bawah tangan masih sering dilakukan, meskipun

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI

BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI BAB IV ANALISIS TERHADAP PRAKTEK PEMBAGIAN WARISAN KEPADA AHLI WARIS PENGGANTI A. Analisis Terhadap Deskripsi Pembagian Warisan Oleh Ibu Senen dan Bapak Kasiran Kepada Ahli Waris Pengganti Di Desa Kasiyan

Lebih terperinci

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM A. Dasar Pertimbangan Hakim Mahkamah Agung Terhadap Putusan Waris Beda Agama Kewarisan beda agama

Lebih terperinci

A. LATAR BELAKANG. Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum

A. LATAR BELAKANG. Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dari seluruh hukum yang ada dan berlaku dewasa ini di samping hukum perkawinan, maka hukum kewarisan merupakan bagian dari hukum kekeluargaan yang memegang peranan yang

Lebih terperinci

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa. BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.Gs) A. Analisis Tentang Dasar Hukum Hakim Tidak Menerima Gugatan

Lebih terperinci