(Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang) SKRIPSI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "(Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang) SKRIPSI"

Transkripsi

1 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MEDIA KEPINGAN CD (COMPACT DISK) BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR (Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang) SKRIPSI Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1) Disusun: CICA ANWAR 01150/2008 JURUSAN PENDIDIKAN LUAR BIASA FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGRI PADANG 2012

2

3

4

5 ABSTRAK Cica Anwar Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD(Compact Disk ) Bagi Anak Kesulitan Belajar ( Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang ) Penelitian ini berawal dari hasil asesmen yang peneliti laksanakan di SDN 05 Kapalo Koto Padang, terdapat seorang anak laki-laki berumur 9 tahun dengan inisial X yang belum bisa mengenal konsep pecahan, secara optimal, dimana anak mengalami kesulitan dalam menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilagan. Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD(Compact Disk). Jenis penelitian yang digunakan adalah Single Subject Research dengan desain A-B dan dengan desain baseline jamak antar variabel yang bertujuan untuk membuktikan apakah media kepingan CD (compact disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar. Jenis ukuran target behaviornya adalah frekuensi dengan menghitung jumlah jawaban yang benar oleh anak. sedangkan data dianalisis menggunakan analisis visual data grafik yang terdiri dari dalam kondisi dan antar kondisi. Hasil analisis data dalam kondisi dan hasil data antar kondisi terlihat bahwa sebelum diberikan perlakuan menggunakan Media kepingan CD (Compact Disk ) pada kondisi baseline, kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan adalah pada hari kedua baseline menyebutkan anak menjawab 2 buah pecahan yaitu dengan skor 4. Kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan adalah pada hari ketiga baseline menunjukkan anak menjawab 2 buah pecahan yaitu dengan skor 4. kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan adalah pada hari kedua baseline mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan anak menjawab 2 buah pecahan yaitu dengan skor 4. Kemampuan anak kesulitan belajar masih rendah, setelah diberi perlakuan kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan adalah pada hari ketigabelas sampai keenambelas intervensi menyebutkan anak menjawab 5 buah pecahan yaitu dengan skor 10. Kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan adalah pada hari kesebelas sampai keenambelas intervensi menunjukkan anak menjawab 5 buah pecahan yaitu dengan skor 10. kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan adalah pada hari keduabelas sampai keenambelas intervensi mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan anak menjawab 5 buah pecahan yaitu dengan skor 10. Kemampuan anak kesulitan belajar meningkat. Hal ini membuktikan Media kepingan CD (Compact Disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar. Untuk itu guru hendaknya memakai media kepingan CD (Compact Disk ) ini dalam proses belajar mengajar (PBM) bagi anak kesulitan belajar di SDN 05 Kapalo Koto Padang.

6 ABSTRAC Cica Anwar Inprove Understanding Of The Concept Of Simple Fraections In The Learning Of Mathematics Through The Medium Of CD (Compact Disk) For Child With Learning Disability (Single Subject Research In Class III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang) This Study begius with an assessment of research carried out in SDN 05 kapalo koto padang, there is a 9 year old boy with the initials X who can not recognize the concept of fractional, an optimal, where child have disability in naming fractions, indicating fractions, and fractions matching numbers with symbols. This research alms to improve understanding of the concept of simple fractions in the teartcing of mathemations through the medium of CD (Compact Disk). Type of study is Single Subject Research to design A-B and with baseline design among variables that aim to prove whether CD (Compact Disk) medium can enlance the ability of understanding to concept of simple fractions for child with learning disability tes. Type of the target size is the frequency of their behavior by counting the number of correct answers by child. With using visual analysis of grafik date cousisting of the condition and between conditions. Date analysis results in a condition and results of date between the condition seen that before treatment is given usin the medium CD (Compact Disk) on baseline conditions, children s ability to say fractions are one second dav baseline mention 2 pieces of children replied that fraction is, with a score of 4. Children s ability to demonstrate fractions are on the third day baseline shows 2 pieces of children replied fraction is, with a score of 4, children ability to match the fraction with the symbol number is on the second day baseline fraction matching number with symbols 2 pieces of children replied that, with a score of 4. Child with learning disability to learn is low, after being given treatment in a child s ability fractions mentioned is some one on the thirttreenth to the sixteenth day of the interventions to mention the child to answer the 5 piecess of children replied that, with a score of 10. Children s ability to demonstrate fractions are in the eleventh to the sixteenth day of the intervention showed children answer the 5 pieces of fragments is, with a score of 10. Children s ability to match the fractions with the symbol number is on the twelfth to the sixteenth day of the intervention match the fraction with the symbol number of children anwer the 5 pieces of fragments is, with a score of 10. Child s ability to increase learning disability. This proves medium CD (Compact Disk) can improve the ability of understanding the concept of fraction for the child s learning disability. For medium teachers should use there CD (Compact Disk) in the process of teaching and learning (PBM) for child learning disability at SDN 05 Kapalo Koto Padang.

7 KATA PENGANTAR Segala puji bagi Allah SWT yang telah mengkaruniakan limpahan rahmat dan kasih sayang kepada hamba hamba Nya. Salam dan do a ditunjukan kepada Nabi Besar Muhammad SAW yang telah membimbing umatnya kejalan yang diridhoi Allah SWT. Penelitian ini berjudul:.meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD(Compact Disk ) Bagi Anak Kesulitan Belajar (Single Subject Research di kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang) Penulisan ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat melengkapi tugas akhir untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan di Jurusan Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang. Skripsi ini dipaparkan dalam lima bab. Bab I merupakan pendahuluan yang membahas tentang latar belakang, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian. Bab II membahas kajian teori yang mencakup konsep pecahan, media kepingan CD( Compact Disk ), anak kesulitan belajar, penelitian yang relevan, kerangka konseptual dan hipotesis. Bab III membahas metode penelitian yang mencakup jenis penelitian, variabel penelitian, devinisi operasional variabel, subjek penelitian, setting penelitian, teknik dan alat pengumpulan data, teknik analisis data. Bab IV membahas Deskripsi Pelaksanaan Penelitian, Analisis Data, Pembuktian Hipotesis, Pembahasan. Bab V Kesimpulan, Saran. Dalam penulisan penelitian ini penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih setulusnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis. Penulis minta maaf jika selama ini

8 sering mengecewakan dan berbuat kesalahan terhadap orang orang yang ada disekeliling penulis. Penulis menyadari bahwa penulisan penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran demi membangun kesempurnaan penulisan penelitian ini. Padang, Juni 2012 Penulis

9 UCAPAN TERIMA KASIH Syukur alhamdulilah penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah memberikan petunjuk-nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD (Compact Disk ) Bagi Anak Kesulitan Belajar ( Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang ). Dalam membuat skripsi ini peneliti banyak mendapat bimbingan, arahan, dan motivasi dari semua pihak. Berkat bantuan tersebut peneliti dapat menyelasaikan skripsi ini sesuai dengan harapan. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat : 1. Bapak Drs. Tarmansyah, Sp. Th. M.Pd selaku Ketua Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Padang. 2. Bapak Drs. Ardisal M.Pd sebagai pembimbing I yang telah membimbing dan memberi arahan, saran dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 3. Ibu Prof. Dr. Hj. Mega Iswari sebagai pembimbing II yang telah memberi arahan, saran dan motivasi kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. 4. Ibu Rahmawati, S.Pd selaku kepala sekolah SDN 05 Kapalo Koto Padang yang telah memberi izin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian ini. 5. Seluruh staf dosen dan karyawan yang telah membantu penulis dalam menyelasaikan skripsi ini. 6. Teristimewa kepada orangtua ku, kepada bapak (Anwar) dan kepada ibu (Marnis) yang telah mengorbankan semuanya untuk kelancaran skripsi ku. Terima kasih ya pak dan ibu ku. 7. Kepada kakakku (Cici Anwar, S.pd) yang telah membantu ku dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih kakakku 8. Kepada adikku Desi Anwar. Terima kasih adikku atas doanya selama ini. 9. Kepada adikku Aprilia Fitria Dwi Guna angkatan 010 PLB terima kasih doanya selama ini.

10 10. Kepada uni dan udaku yang telah membantuku clama ini kepada da pal, uni idel, bang ed, pajok, da adi, bang adit, tria, gunawan dan semua familyku terima kasih. Terima kasih atas doanya aku bisa menyelesaikan skripsi ini. Amin 11. Kepada une nani dan bang firman 12. Kepada Syarini Ramadani dan kakak cici permata sari. Terima kasih atas doanya. 13. Kepada teman-teman PL ku yang senasip dan seperjuangan dengan ku, Nabila, Emi. Terima kasih atas doanya 14. Kepada rita dan lidia. Terima kasih atas dukungan dan semangatnya teman ku. 15. Teman- teman 08. Terima kasih atas doanya. amin 16. Rekan- rekan mahasiswa Jurusan Pendidikan Luar Biasa angkatan 2007, 2008, 2009, 2010, 2011 tanpa terkecuali, saya ucapkan terima kasih banyak kepada saudara dan saudari. Akhirnya penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritikan yang memebangun dari semua pihak demi kesempurnaan skripsi ini. Semoga skripsi ini bermanfaat dalam khasanah Ilmu Pendidikan. Padang, Juli 2012 Penulis Cica Anwar Nim

11 DAFTAR ISI ABSTRAK.i KATA PENGANTAR.ii UCAPAN TERIMA KASIH...iv DAFTAR ISI.vi DAFTAR GRAFIK..viii DAFTAR TABEL ix BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah... 1 B. Identifikasi masalah... 5 C. Batasan masalah... 6 D. Rumusan masalah... 6 E. Tujuan penelitian... 6 F. Manfaat penelitian... 7 BAB II KAJIAN TEORI A. Anak kesulitan belajar... 8 B. Matematika C. Konsep pecahan D. Media pembelajaran E. Media kepingan CD (Compact Disk) F. Kerangka konseptual G. Hipotesis penelitian H. Kriteria pengujian hipotesis.26

12 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis penelitian B. Variable penelitian C. Definisi Operasional Variabel D. Subjek penelitian E. Tempat penelitian F. Teknik dan alat pengumpulan data G. Teknik analisis data BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian B. Analisis Data C. Pembuktian Hipotesis D. Pembahasan BAB V PENUTUP A. Kesimpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

13 DAFTAR GRAFIK Grafik 4.1 Kondisi baseline kemampuan menyebutkan pecahan Grafik 4.2 Kondisi baseline kemampuan menunjukkan pecahan Grafik 4.3 Kondisi baseline kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Grafik 4.4 Kondisi intervensi kemampuan menyebutkan pecahan Grafik 4.5 Kondisi Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan Grafik 4.6 Kondisi Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Grafik 4.7Data Tentang Kemampuan Menyebutkan Pecahan Pada Kondisi baseline A, intervensi B Grafik 4.8 Data Tentang Kemampuan menunjukkan Pecahan Pada Kondisi baseline A, intervensi B Grafik 4.9Data Tentang Kemampuan mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Pada Kondisi baseline A, intervensi B.61 Grafik 4.10Kecendrungan Arah menyebutkan Pecahan Bagi Anak Kesulitan Belajar Dalam Kondisi baseline A, intervensi B Grafik 4.11 Kecendrungan Arah menunjukkan Pecahan Bagi Anak Kesulitan Belajar Dalam Kondisi baseline A, intervensi B.65 Grafik 4.12 Kecendrungan Arah mencocokan Pecahan dengan lambang bilangan Bagi Anak Kesulitan Belajar Dalam Kondisi baseline A, intervensi B...66 Grafik 4.13Stabilitas Kecendrungan Kemampuan Menyebutkan Pecahan Dalam Kondisi baseline A, intervensi B 70 Grafik 4.14 Stabilitas Kecendrungan Kemampuan menunjukkan Pecahan Dalam Kondisi baseline A, intervensi B 74 Grafik 4.15 Stabilitas Kecendrungan Kemampuan mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangandalam Kondisi baseline A, intervensi B..78

14 DAFTAR TABEL Tabel 4.1 Kondisi baseline kemampuan menyebutkan pecahan Tabel 4.2 Kondisi baseline kemampuan menunjukkan pecahan Tabel 4.3 Kondisi baseline kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Tabel 4.4 Kondisi Intervensi Kemampuan Menyebutkan Pecahan Tabel 4.5 Kondisi Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan Tabel4.6 Kondisi Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan Lambang Bilangan Tabel 4.7 Panjang Kondisi Baseline,Intervensi Kemampuan Menyebutkan Pecahan Tabel 4.8Panjang Kondisi Baseline,Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan Tabel 4.9Panjang Kondisi Baseline,Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Tabel 4.10 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Menyebutkan Pecahan Tabel 4.11 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Menunjukkan Pecahan Tabel 4.12 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Tabel 4.13 : Persentase Stabilitas Kondisi Baseline Menyebutkan Pecahan Tabel 4.14: Persentase Stabilitas Kondisi intervensi Menyebutkan Pecahan Tabel 4.15 : Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline,Intervensi Pada Kemampuan Meyebutkan Pecahan Tabel 4.16: Persentase Stabilitas Kondisi Baseline Menunjukkan Pecahan Tabel 4.17: Persentase Stabilitas Kondisi intervensi Menunjukkan Pecahan Tabel 4.18 : Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline,Intervensi Pada Kemampuan Menunjukkan Pecahan Tabel 4.19 : Persentase Stabilitas Kondisi Baseline Mencocokkan Pecahan

15 Dengan Lambang Bilangan Tabel 4.20 : Persentase Stabilitas Kondisi intervensi Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Bilangan Tabel 4.21: Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline,Intervensi Pada Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambangbilangan 7 7 Tabel 4.22 : Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Menyebutkan Pecahan Tabel 4.23 : Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Menunjukkan Pecahan Tabel 4.24 : Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Tabel 4.25 : Level Stabilitas Dan Rentang Tabel 4.26: Level Perubahan Kemampuan Menyebutkan Pecahan Tabel4.27: Level Perubahan Kemampuan menunjukkan Pecahan Tabel4.28 : Level Perubahan Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Tabel 4.29 : Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Menyebutkan Pecahan Tabel 4.30: Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Menunjukkan Pecahan Tabel 4.31 : Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Bilangan Tabel 4.32 : Banyaknya Variabel Yang Berubah Tabel 4.33 : Perubahan Kecendrungan Arah Tabel 4.34 : Perubahan Kecendrungan Stabilitas Tabel4.35: Perubahan Kecendrungan Stabilitas Tabel 4.36 : Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak

16 Dalam Menyebutkan Pecahan Tabel 4.37 : Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak Dalam menunjukkan Pecahan Tabel 4.38 : Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak Dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Pecahan... 88

17 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana, untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi yang ada pada dirinya sebagaimana tertuang dalam (UU. NO 20 tahun Pasal 1 ayat 1). Bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik yang mengalami kelainan fisik,mental,emosi, dan social agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan yang maha esa. Beraklak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokrasi serta bertanggung jawab. Diantaranya adalah anak kesulitan belajar. Program pendidikan untuk anak kesulitan belajar memerlukan program pembelajaran yang dirancang khusus yang sesuai dengan kondisinya. Program pendidikan untuk anak kesulitan belajar disusun sedemikian rupa sesuai dengan kebutuhan dan karakter anak serta bermanfaat bagi anak di kemudian hari. Program pendidikan tersebut mencakup keterampilan 3 M yaitu (membaca, menulis, menghitung) serta pengetahuan tentang alam dan masyarakat. Dari semua keterampilan di atas, keterampilan berhitung tak kalah pentingnya bagi anak kesulitan belajar. Berhitung adalah salah satu bagian matematika. Hal ini sejalan dengan pendapat moris kline (1981) dalam wirasto dan hidjan bahwa hampir semua cabang matematika yang berjumlah delapan puluh cabang besar selalu ada hitungan. Perlunya anak kesulitan belajar berhitung tidak perlu diragukan lagi, sebab hampir setiap kehidupan orang tidak terlapas 1

18 2 dari dimensi hitung menghitung. Sebelum anak dikenalkan dengan menghitung yang rumit maka terlebih anak di kenalkan konsep bilangan, karena konsep bilangan merupakan dasar dalam mengikuti proses pembalajaran matematika selanjutnya. Jenis bilangan dalam pembelajaran matematika adalah bilangan asli, bilangan bulat, bilangan pecahan, bilangan genap, bilangan ganjil. Tujuan secara khusus pembelajaran matematika bagi anak kesulitan belajar pada kurikulum tingkat satuan pendidikan ( KTSP ) 2006 adalah untuk mengembangkan kemampuan berkomunikasi dengan menggunakan bilangan, terutama pada bilangan pecahan. Bilangan pecahan ini terbagi atas 3 yaitu pecahan biasa, pecahan campuran dan pecahan desimal yang dapat menjelaskan serta menyelesaikan permasalahan dalam kehidupan sehari hari. Kurikulum anak kesulitan belajar Kelas III Semester Standar Kompetensi adalah : Memahami pecahan sederhana dan penggunaannya dalam pemecahan masalah. Kompetensi Dasar adalah: 3.1 Mengenal pecahan sederhana. Antara lain menyebutkan nilai pecahan, menunjukkan nilai pecahan, mencocokkan nilai pecahan melalui media gambar. Anak Kesulitan belajar adalah istilah umum yang berhubungan dengan kelompok heterogen kelainan yang di tunjukkan dengan adanya kesulitan yang signifikan dalam memperoleh dan menggunakan pendengaran, bicara, membaca, menulis, berpikir, dan kemampuan matematika. Tetapi mereka masih memiliki potensi yang di optimalkan dengan melalui pelayanan pendidikan khusus. Kurikulum pendidikan yang mereka ikuti sama dengan pendidikan pada umumnya. Salah satunya mata pelajaran yang dapat diikuti adalah matematika. Mata pelajaran matematika yang dapat diikutinya bertujuan untuk menjadikan siswa menjadi manusia yang dapat berfikir secara logis, kritis, rasional dan percaya diri.

19 3 Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan di lapangan Pada Bulan Desember 2011 di SDN 05 Kapalo Koto Padang terdapat seorang anak laki- laki berumur 9 tahun dengan inisial X yang sekarang berada dikelas III SD, bahwa anak tersebut belum bisa mengenal pecahan, Hasil asesmen yang dilakukan diketahui bahwa anak mengalami kesulitan dalam mengenal pecahan,, anak bisa menyebutkan pecahan secara lisan, tetapi anak tidak bisa menyebutkan pecahan melalui media gambar dengan benar. Seperti contoh: pecahan dibaca anak pecahan dibaca anak pecahan dibaca anak, pecahan dibaca anak, pecahan dibaca anak. Anak juga tidak bisa menunjukkan pecahan, yang diminta guru. Anak sering memberikan jawaban yang salah terhadap pertanyaan guru. Anak juga tidak bisa mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan secara benar. Seperti contoh : Anak tidak bisa mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan secara benar. Anak tidak bisa mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan secara benar. Anak tidak bisa mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan secara benar. Anak tidak bisa mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan secara benar. Anak tidak bisa mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan secara benar. Guna mendapat data yang lebih akurat peneliti malakukan wawancara dengan guru kelas dan asesmen ulang pada anak. Berdasarkan informasi yang peneliti peroleh dari guru kelas di

20 4 ketahui bahwa anak ini belum mengenal konsep pecahan, secara optimal. Anak bisa menyebutkan pecahan, lisan, tetapi melalui media gambar pecahan anak tidak bisa menjawab dengan benar. Untuk menambah data peneliti melakukan asesmen mengenal pecahan, pada anak. tes yang dilakukan dalam asesmen yaitu dengan menyuruh anak menyebutkan pecahan melalui media gambar, dalam tes ini anak tidak dapat menjawab dengan benar, selanjutnya peneliti menyebutkan nama pecahan, lalu anak disuruh untuk menunjukkan pecahan, media gambar tapi anak tidak bisa memberikan jawaban yang benar. Disini guru harus menyesuikan media dengan karakteristik anak berkesulitan belajar karena anak kesulitan belajar ini sulit untuk menyelesaikan tugas- tugas akademik yang diberikan guru disekolah. untuk itu penulis harus memberikan layanan secara dini kepada anak agar nantinya anak tidak mengalami kesulitan belajar lagi di bidang mata pelajaran lainnya. Jadi disini guru harus memilih media yang cocok Agar permasalahan dalam konsep pecahan ini dapat di atasi sacara dini. Sebaiknya guru menggunakan media yang menarik agar anak tertarik dalam mengikuti pelajaran tentang konsep pecahan. Usaha guru dalam mengatasi masalah konsep pecahan ini adalah guru sudah menggunakan media asli seperti roti yang di potong potong agar anak bisa mengerti konsep pecahan itu seperti apa. Disini usaha guru sudah banyak tapi belum berhasil juga. Untuk itu perlu media yang menarik agar anak mengerti tentang konsep pecahan tersebut seperti apa. dan media tersebut adalah media kepingan CD (compact disk ). Media kepingan CD (compact disk) dapat digunakan untuk mengajarkan konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar. Media ini penulis potong potong sesuai dengan bentuknya yang

21 5 terdiri dari potongan- potongan yang di potong sama besar, sehingga mempermudah anak dalam memahami nilai dari potongan yang melambangkan nilai pecahan. Tidak hanya itu media kepingan CD (compact disk) ini juga memiliki kelebihan: seperti : mudah diperoleh, tidak beresiko, cepat dikenal anak, dan berkilau sehingga anak tertarik melihat media yang penulis gunakan ini. Selain itu media ini mudah dicari dimana saja karena kepingan CD (compact disk) ini mudah di dapat. Media ini digunakan agar anak kesulitan belajar dapat memahami konsep pecahan tersebut dari potongan potongan media kepingan CD (compact disk) ini. Sehubung dengan permasalahan ini penulis akan mencoba berbagai cara untuk meningkatkan Kemampuan pemahaman konsep pecahan melalui media kepingan CD(compact disk ) bagi anak berkesulitan belajar di SDN 05 Kapalo Koto Padang. Berdasarkan permasalahan mengenai konsep pecahan ini penulis tertarik untuk mengadakan judul Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD (Compact Disk ) Bagi Anak Kesulitan BelajarDi SDN 05 Kapalo Koto Padang. Harapan penulis untuk kedepannya agar anak kesulitan belajar memahami konsep pecahan dengan media yang penulis gunakan. Dan penulis juga berharap media ini dapat digunakan semua pihak. B. Identifikasi Masalah berikut : Berdasarkan latarbelakang di atas, maka dapat di identifikasi beberapa masalah sebagai 1. Anak belum bisa menyebutkan pecahan, 2. Anak belum bisa menunjukkan pecahan,

22 6 3. Anak belum bisa mencocokkan pecahan, dengan lambang bilangan C. Batasan masalah Berdasarkan identifikasi masalah di atas, peneliti membatasi masalah pada konsep pecahan yaitu meningkatkan kemampuan menyebutkan,menunjukkan, dan mencocokkan pecahan, untuk anak kesulitan belajar. D. Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah : Apakah Kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana dapat ditingkatkan melalui Media kepingan CD (compact disk ) Bagi Anak berkesulitan belajar di SDN 05 Kapalo Koto Padang?. E. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dijelaskan di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Melalui Media Kepingan CD (CompactDisk ) Bagi Anak Kesulitan BelajarDi SDN 05 Kapalo Koto Padang.

23 7 F. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pihak pihak yang terkait di antaranya : 1. Bagi guru, Sebagai masukan bagi guru untuk meningkatkan Kemampuan pemahaman konsep pecahan pada anak kesulitan belajar dangan media yang penulis gunakan. 2. Bagi sekolah, Sebagai bahan kajian sekolah untuk meningkatkan pembelajaran matematika khususnya dalam konsep pecahan 3. Bagi peneliti, Untuk menambah wawasan pengetahuan peneliti tentang upaya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar

24 8 BAB II KAJIAN TEORI A. Anak Kesulitan Belajar 1. Pengertian Anak Kesulitan Belajar Anak Kesulitan belajar adalah istilah umum yang berhubungan dengan kelompok heterogen kelainan yang di tunjukkan dengan adanya kesulitan yang signifikan dalam memperoleh dan menggunakan pendengaran, bicara, membaca, menulis, berpikir, dan kemampuan matematika menurut(national Join Committee On Learning Disability:1998: 89). Menurut Munawir yusuf (2005 : 59) Anak kesulitan belajar adalah anak yang secara nyata mengalami kesulitan dalam tugas-tugas bidang akademik khusus maupun umum, baik itu disebakan oleh adanya disfungsi neorologi, proses psikologi dasar maupun sebab- sebab lain sehingga prestasi belajarnya rendah dan anak beresiko tinggal kelas. Menurut Osman, (1979: 5) kesulitan belajar adalah ketidakteraturan atau gangguan dalam pemahaman atau perasaan bahasa, termasuk di dalamnya kesulitan dalam mendengar, berpikir, berbicara, membaca, atau matematika. Namun, jika kesulitan itu disebabkan oleh hambatan yang berkaitan dengan penglihatan, pendengaran, motorik, cacat mental, gangguan emosi, atau kurang menunjang lingkungan, kesulitan tersebut tidak disebut dengan kesulitan belajar. 8

25 9 Menurut Hardman Drew, & Egan, (1984 :79) kesulitan belajar didefinisikan sebagai kelambatan atau penyimpangan dalam bidang akademik dasar ( berhitung, mengeja, menulis) serta gangguan bicara dan bahasa. Menurut Kauffman dan Lloyd ( 1985 : 14 ) kesulitan belajar khusus adalah suatu gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologi dasar yang mencakup pemahaman dan penggunaan bahasa ujaran atau tulisan. Kesuitan belajar atau learning disability merupakan istilah generik yang merujuk kepada keragaman kelompok yang mengalami gangguan dimana gangguan tersebut diwujudkan dalam kesulitan- kesulitan yang signifikan yang dapat menimbulkan gangguan proses belajar (Internet). Kesulitan belajar merupakan peristilahan yang digunakan pada siswa- siswa yang mempunyai kesulitan tidak dapat mengikuti kegiatan belajar mengajar disebabkan karena kurangnya intelegensi, kelainan sensori, ketidakberuntungan dan ketidak cukupan budaya dan bahasa ( Bauer, Keefe And Shea, 2001 : 88 ). Kesulitan belajar adalah kondisi dimana anak dengan kemampuan intelegensi rata-rata atau di atas rata-rata, namun memiliki ketidakmampuan atau kegagalan dalam belajar yang berkaitan dengan hambatan dalam proses persepsi, konseptualisasi, berbahasa, memori, serta pemusatan perhatian, penguasaan diri, dan fungsi integrasi sensori motorik (Clement, dalam Weiner, Internet) 2. Klasifikasi Anak Kesulitan Belajar Secara garis besar klasifikasi kesulitan belajar terdiri dari tiga jenis kesulitan belajar akademik menurut (Munawir Yusuf, 2005 : 64-66) sebagai berikut :

26 10 a. Kesulitan Belajar Membaca ( Disleksia ) Kesulitan belajar membaca sering disebut disleksia. Kesulitan belajar membaca yang berat dinamakan aleksia. Kemampuan membaca tidak hanyamerupakan dasar untuk menguasai berbagai bidang akademik, tetapi juga untuk meningkatkan keterampilan kerja dan memungkinkan orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat secara bersama. Gejala gejala disleksia auditoris sebagai berikut : 1) Kesulitan dalam diskriminasi audiotoris dan persepsi sehingga mengalami kesulitan dalam analisis fonetik. Contoh : anak tidak bisa membedakan kata kakak, kapak, katak. 2) Kesulitan analisis dan sintetis audiotoris contohnya : ibu tidak dapat diuraikan menjadi i-bu dan problem sintesanya : p-i-t-a menjadi pita b. Kesulitan Belajar Menulis ( Disgrafia) Kesulitan belajar menulis diseut juga disgrafia. Kesulitan belajar yang berat disebut juga agrafia. Ada 3 jenis kesulitan pelajaran menulis yaitu : menulis pemulaan, mengeja atau dikte, dan menulis ekspresif. Kegunaan kemampuan menulis bagi seorang anak adalah untuk menyalin, mencatat, dan mengerjakan sebagain besar tugas sekolah. oleh karena itu kesulitan belajar menulis harus dideteksi secara dini dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran yang diajarkan disekolah. c. Kesulitan Belajar Berhitung (Diskalkulia) Kesulitan belajar berhitung disebut juga diskalkulia. Kesulitan belajar berhitung berat disebut akalkulia. Ada tiga elemen pelajaran berhitung yang harus dikuasai oleh anak. Ketiga elemen tersebut adalah konsep, komputasi, dan pemecahan masalah. Seperti halnya bahasa,

27 11 berhitung yang merupakan bagian dari matematika adalah sarana berpikir keilmuan. Oleh karena itu, seperti halnya kesulitan belajar bahasa, kesulitan belajar berhitung hendaknyadideteksi dan ditangani sejak dini agar tidak menimbulkan kesulitan bagi anak dalam mempelajari berbagai mata pelajaran lain di sekolah. Kirk & Ghallager (1986. Internet) Kesulitan belajar dapat dikelompokan menjadi dua kelompok besar yaitu developmental learning disabilities dan kesulitan belajar akademis. Komponen utama pada developmental learning disabilities antara lain perhatian, memori, gangguan persepsi visual dan motorik, berpikir dan gangguan bahasa. Sedangkan kesulitan belajar akademis termasuk ketidakmampuan pada membaca, mengeja, menulis, dan aritmatik. 1. Jenis - Jenis Anak Kesulitan Belajar Anak kesulitan belajar dapat dikelompokkan menjadi 4 jenis Menurut (Munawir Yusuf, 2005 : 58) a. Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau diatas rata- rata tetapi hasil belajarnya rendah karena faktor eksternal, disebut sebagai anak yang mengalami hambatan belajar. b. Anak yang sebenarnya IQ nya rata-rata atau diatas rata- rata tetapi mengalami kesulitan dalam bidang akademik tertentu ( misalnya membaca, menulis dan berhitung ) tidak seluruh mata pelajaran, diduga karena faktor neorologis, disebut sebagai anak yang mengalami kesulitan belajar spesifik atau spesific learning disability c. Anak yang prestasi belajarnya rendah tetapi IQnya sedikit dibawah rata- rata disebut anak yang lamban belajar atau slow learner

28 12 d. Anak yang prestasi belajarnya rendah disertai adanya hambatan- hambatan komunikasi dan sosial, sedangkan IQnya jauh di bawah rata- rata, disebut sebagai retardasi mental atau tunagrahita. 4. Faktor Penyebab Anak Kesulitan Belajar Penyebab terjadinya kesulitan belajar ( Geddes, 1981 : 113) adalah faktor organ tubuh, dan lingkungan. Dan ahli lain menyebutkan bahwa penyebab terjadi anak kesulitan belajar adalah disebabkan oleh tiga kategori yaitu factor organik dan biologis, faktor genetika, dan faktor lingkungan. Menurut smith ( 1998) membagi kemungkinan penyebab kesulitan belajar kedalam dua kategori : fisiologi dan lingkungan. a. Penyebab fisiologis Beberapa kemungkinan fisiologis yang menyebabkan kesulitan belajar telah berhasil diidentifikasi oleh para ahli pendidikan dan peneliti medis. Penyebab tersebut termasuk didalamnya : 1) Luka pada otak. Luka pada otak ini kemungkinan terjadi sebelum lahir (prenatal), ibu yang mengkonsumsi alcohol, obat-obatan, terkena virus atau merokok. 2) Keturunan. Para guru melaporkan bahwa banyak orang tua dari anak-anak dengan kesulitan belajar berkomentar dia hampir sama dengan bapak atau ibunya. 3) Ketidakseimbangan kimia. Penyebab fisiologis kesulitan belajar ini adalah biokemikal. Penyebab tersebut mungkin berhubungan dengan kurangnya vitamin, masalah tyroid, atau hypoglycemia ( redah gula dalam darah). b. Penyebab lingkungan

29 13 Kesulitan belajar disebabkan karena situasi dimana dia hidup ( smith, 1998: 91) contoh: anak yang kekurangan gizi dapat mengakibatkan kesulitan belajar, anak kesulitan belajar disebabkan oleh karena racun yang ada dalam lingkungan. Anak- anak tersebut juga mungkin beresiko tinggi mempunyai kesulitan belajar dikarenakan kurangnya perawatan medis atau tungkat pendidikan orang tua rendah. B. Matematika 1. Pengertian matematika Matematika sebagai suatu ilmu mengenai srtuktur dan hubunganya, memerlukan symbol symbol untuk membantu manipulasi aturan aturan dengan operasi yang di tetapkan. Matematika menurut Johnson & Rising ( 1972 : 15 ) dalam tombokan runtukahu merupakan bahasa symbol tentang berbagai gagasan dengan menggunakan istilah- istilah yang didefenisikan secara cermat, jelas, dan akurat. Seni dimana keindahan terdapat dalam keterurutan dan keharmonisan. Sementara itu Rey,dkk ( 1992 : 15 ) dalam tombokan runtukahu mengemukakan matematika adalah studi tentang pola dan hubungan antara elemen- elemen matematika. Keterkaitan antara berbagai elemen matematika dapat dikembangkan sehingga terjadi bagianbagian matematika yang berhubungan satu dengan lainnya. Matematika adalah pengetahuan yang sangat terstruktur yang satu tidak dapat terlepas dari bagian yang lainnya. Sebuah topik matematika yang telah dipelajari tidak terdiri sendiri tetapi terkait dengan topik matematika yang mendahuluinya. Seandainya anak kesulitan belajar belum menguasai topik pertama, maka anak akan mengalami kesulitan belajar topic yang kedua dan seterusnya. Jadi pembelajarannya dimulai dengan hal yang lebih mudah terdahulu.

30 14 Pada pembelajaran matematika akan memuat tentang : bilangan,operasi, geometri, dan pengukuran. Jadi untuk dasar matematika anak kesulitan belajar akan diperkenakan dengan bilangan. 2. Pengertian Bilangan Sedangkan menurut Firmanawaty Sutan ( 2004 : 2 ) bilangan adalah suatu yang bersifat abstrak dan menyatakan banyaknya anggota dari suatu kelompok. Sejalan dengan hal di atas wirasto dan hirdjan ( 1977: 36 ) juga menyatakan bilangan sebagai suatu ide, sesuatu yang abstrak yang memberi keterangan tentang banyaknya anggota. Menurut Faris Akbar ( 2009 : internet) bilangan adalah kumpulan angka yang menempati urutan sebagai satuan, kumpulan, ratusan, ribuan, dan seterusnya. Bilangan juga merupakan angka yang menyatakan jumlah atau nilai suatu benda dalam matematika. Bilangan merupakan dasar dalam mengikuti proses pembelajaran matematika selanjutnya. Bilangan merupakan menyatakan jumlah atau nilai suatu benda dalam matematika. Jenis bilangan dalam pembelajaran matematika adalah bilangan asli,contoh : (0, 1,2,3,4 ), bilangan pecahan, contoh : ( ) bilangan genap, contoh : (0,2,4,6,8.,) bilangan ganjil, contoh : (1,3,5,7,9..) bilangan cacah, contoh: ( 1,2,3.) dan bilangan prima, contoh: (2,3, 5,7,11.). C. Konsep Pecahan

31 15 1. Pengertian Pecahan Konsep dapat membantu pemahaman dan pemecahan masalah dalam hal- hal baru. Konsep merupakan pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang persamaman dan perbedaan suatu benda, situasi, aktivitas yang di generalisasikan melalui bahasa dalam berinteraksi dengan orang lain. Menurut kamus beasar bahasa Indonesia ( 2002 : 588 ) konsep adalah rancangan, ide, gambaran mental dari objek, proses ataupun yang ada di luar bahasa yang digunakan oleh akal budi untuk memahami hal hal lain. Pemahaman konsep diperoleh melalui proses belajar. Sedangkan belajar merupakan proses kognitif yang melibatkan tiga proses yang berlangsung hampir bersamaan. Ketiga proses tersebut adalah 1. Memperoleh informasi baru 2. Transformasi informasi dan 3. Menguji relevansi dan ketetapan pengetahuan. ( Dahar, 1991 ). Jadi dapat di maknai konsep merupakan pengetahuan dan pemahaman seseorang tentang persamaan dan perbedaan suatu benda, situasi, aktivitas yang digeneralisasikan melalui bahasa dalam berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain yang didapatkan dari hasil proses pembelajaran kognitif. Menurut Joala Ekaningsih Paimin (1998 : 111) pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, bagian dari suatu himpunan. Pecahan merupakan bagian dari bilangan, atau yang disebut juga dengan bilangan rasional. Menurut firmanawati sultan (2003 : 37) setiap bentuk pembagian a dengan b (a dan b adalah bilangan bulat) yang dinyatakan sebagai dengan b = 0 dinamakan bilangan pecahan.

32 16 bentuk umum dibaca a per b, a sebagai pembilang dan b sebagai penyebut. Bilangan menyatakan bagian suatu keseluruhan yang di persoalkan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, dan bagian dari suatu himpunan. Untuk menentukan atau menggambarkan bagianbagian benda, bagian- bagian daerah, atau bagian bagian himpunan kita memerlukan bilangan yang disebut bilangan pecahan. Internet ) Bilangan pecahan adalah bilangan yang jumlahnya kurang atau lebih dari bilangan utuh.( Jadi dapat disimpulkan bahwa konsep pecahan merupakan suatu proses atau cara anak memahami secara abstrak gambaran bagian dari keseluruhan, bagian dari benda, bagian dari daerah, bagian dari himpunan yang dibagi sama besar. Yang dapat ditujukan melalui menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lamang bilangan. 2. Macam- Macam Pecahan berikut : Menurut Joala Ekaningsih Piamin (1998 : 110) pecahan dapat digolongkan sebagai a. Pecahan Biasa Bentuk pecahan,, dan disebut pecahan biasa. dibaca satu per dua seperdua atau setengah, dibaca dua per tiga, dibaca satu per empat suatu pecahan dapat memiliki beberapa nama pecahan yang nilaianya sama, contohnya juga dapat dinamakan,,, dan nama-nama lain tersebut bisa diperoleh dengan cara pengalikan pembilang dan

33 17 penyebutnya dengan bilangan yang sama. Sebaliknya penyederhanaan pecahan dilakukan dengan cara membagi pembilang dan penyebutnya dengan bilangan yang sama. b. Pecahan Campuran Contohnya : Pecahan campuran adalah campuran suatu bilangan cacah dengan pecahan biasa. a. adalah pecahan biasa b. adalah pecahan campuran dari c. 1 adalah bilangan cacah, adalah pecahan biasa c. Pecahan Desimal Jenis nama lain dari suatu pecahan adalah nama pecahan decimal. Bentuk umum pecahan umum a,b dibaca a koma b. a adalah bilangan bulat dan bilangan cacah. Pecahan decimal adalah bentuk ecahan yang penyebutnya adalah 10, 100, 1000, ,.yang kemudian diubah ke bentuk a,b Contoh : adalah nama pecahan biasa. Nama biasa yang lain untuk adalah adalah Nama decimal dari adalah 0, 75 dibaca nol koma tujuh lima 0,75 disebut pecahan decimal. d. Pecahan Persen ( perseratus ) Bentuk umum a % dibaca a persen, a > 0 Contoh :

34 18 5 % dibaca lima persen ( sama dengan ) 2, 5 % dibaca dua setengah persen ( sama dengan ) Nama persen untuk adalah 1 % = 100= e. Pecahan Senilai Menurut Fimanawaty Sultan (2003 : 38) suatu pecahan yang senilainya sama dengan lain disebut pecahan setara atau pecahan senilai. Contohnya:,,, dan seterusnya D. Media Pembelajaran 1. Pengertian Media Pembelajaran Media pembelajaran merupakan istilah yang sering digunakan dalam dunia pendidikan. Media pendidikan disebut juga dengan istilah peraga, peragaan atau komunikasi peragaan. Leteheru (1988:14) menyatakan bahwa: Media pembelajaran adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan maksud menyampaikan pesan (informasi) pembelajaran dari sumber (guru maupun sumber lain) kepada penerima (siswa).

35 19 Jadi media pembelajaran adalah semua alat bantu yang digunakan dalam proses belajar mengajar dengan maksud untuk menyampaikan pesan, yang bertujuan agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan siswa berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Ciri ciri media pendidikan secara umum Humalik (1989:11) sebagai berikut: Media pendidikan adalah identik artinya dengan pengertian keperagaan yang berasal dari kata raga, lihat, didengar, dan diamati oleh panca indra. a. Tekanan utamanya terletak pada benda atau hal yang bisa dilihat dan didengar. b. Media pendidikan yang digunakan dalam rangka hubungan (komunikasi) dalam pengajaran antara guru dan siswa. c. Media pendidikan semacam alat bantu belajar mengajar baik didalam maupun diluar sekolah. d. Berdasarkan 3 dan 4 maka pada dasarnya media pendidikan merupakan suatu perantara (medium, media) dan digunakan dalam rangka pendidikan. e. Media pendidikan menggunakan aspek sebagai alat dan sebagai teknik yang sangat erat perkaliannya dengan metode mengajar. Berdasarkan pengertian dan ciri ciri umum media diatas tergambar bahwa media pembelajaran adalah semua alat bantu atau benda yang digunakan dalam kegiatan belajar mengajar, dengan maksud untuk menyampaikan pesan, yang bertujuan agar proses interaksi komunikasi edukatif antara guru dan siswa berlangsung secara tepat guna dan berdaya guna. Penggunaan media pendidikan secara kreatif dapat memungkinkan siswa belajar lebih baik sebab dengan menggunakan media membuat siswa memfungsikan lebih banyak indera dari pada verbalisme sehingga prestasi yang lebih baik dapat dicapai siswa. 2. Fungsi Media Pembelajaran

36 20 Menurut Humalik (1986:15) mengemukakan bahwa pemakaian media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motifasi dan ransangan kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Dan menurut Kemp dan Dayton (1985:28) media pembelajaran dapat memenuhi tiga fungsi utama apabila media itu digunakan untuk perorangan atau kelompok pendengar yang besar jumlahnya yaitu memotivasi minat dan tindakan, menyajikan informasi dan memberikan instruksi. Dari uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa fungsi media pembelajaran adalah sebagai alat bantu mengajar yang turut mempengaruhi iklim, kondisi dan lingkungan belajar yang ditata dan diciptakan guru. 3. Manfaat Media Pembelajaran Menurut Sudjana dan Rivai (1992:2) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar mengajar siswa, yaitu: a. Pengajaran akan lebih menarik perhatian siswa sehingga dapat menumbuhkan motivasi belajar. b. Bahan pengajaran akan lebih jelas maknanya sehingga dapat lebih dipahami oleh siswa dan memungkinkan menguasai dan mencapai tujuan pembelajaran. c. Metode mengajar akan lebih bervariasi, tidak semata mata komunikasi verbal melalui penuturan kata kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga, apabila guru mengajar setiap jam belajar. d. Siswa akan lebih banyak melakukan kegiatan belajar sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemonstrasikan, memerankan dan lain lain.

37 21 Berdasarkan pendapat diatas maka dapat diambil kesimpulan bahwa manfaat media pembelajaran adalah untuk memotifasi siswa memperjelas bahan pelajaran dan melibatkan siswa secara aktif. 4. Pemilihan Media Pembelajaran Kriteria pemilihan media harus dikembangkan sesuai dengan tujuan yang ingin dikcapai, kondisi dan keterbatasan yang ada dengan mengingat kemampuan dan sifat sifat khas media yang bersangkutan. Hal hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media menurut Soeparno (1988:10) yaitu: a. Media yang dipilih disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai. b. Disesuaikan dengan metode yang digunakan. c. Memperhatikan kesesuaian media yang dipakai dengan pesan yang akan dikomunikasikan, kita hendaknya mengetahui keunggulan dan kelemahan setiap media yang digunakan. d. Media yang dipilih disesuaikan dengan media yang akan dikomunikasikan. e. Dalam pemilihan medika hendaknya disesuaikan dengan keadaan dan karakteristik anak serta tingkat kemampuannya. f. Menyesuaikan media yang dipilih dengan kreatifitas guru yang mempergunakannya. g. Media harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi tempat serta lingkungban tempat media digunakan. Dari kriteria pemilihan media yang disebutkan diatas terlihat bahwa baik buruknya media diukur sampai sejauh mana media itu dapat menyalurkan informasi sehingga dapat diserap semaksimal mungkin oleh si penerima informasi dengan memperhatikan kriteria yang telah ada. E. Media Kepingan CD (compact disk )

38 22 1. Pengertian Media CD (compact disk ) a) Pengertian CD (compact disk ) CD ( Compact Disk ) merupakan media penyimpanan yang terbuat dari bahan plastik. Proses penyimpanan dan pembacaan data menggunakan system optik. CD berbentuk lingkaran dengan diameter 120 mm srta memiliki lubang di tengahnya yang berdiameter 15 mm. Kapasitas penyimpanan CD dapat mecapai 870 MB yang dapat menyimpan data hingga 99 menit. Menurut tim penyusun bahan ajar ( 2012 : 10 ) CD-ROM merupakan akronim dari compact disc read-only memory adalah sebuah piringan kompak dari jenis piringan optik (optical disc) yang dapat menyimpan data.( Internet) CD-ROM kepanjangan dari compact disk read only memori yang artinya bahhwa CD-ROM drive hanya bisa digunakan untuk membaca sebuah CD saja.(internet) CD-ROM (Compact Disc Read Only Memory) adalah media untuk menyimpan data atau informasi lainnya dalam jumlah yang sangat besar (lebih dari 600 MegaByte). CD-ROM adalah disket optik berdiameter 4.75 inchi dengan kapasitas simpan sampai 1 gigabytes.(internet) 2. Ciri ciri Media kepingan CD (compact disk ) 1) Media penyimpanan optik 2) Mengunakan sinar laser untuk membaca 3) Kecepatan akses cepat. 4) Lebih tahan lama/tedak mudah rusak 3. Bentuk Media kepingan CD ( Compact Disk )

39 23 CD bentuknya berupa piringan CD berwarna perak. Proses pembuatannya adalah dengan cara menaruh selembar lapisan plastik yang telah disinari oleh sinar laser. Sinar laser itu akan membentuk semacam pit (lubang) berukuran mikro, yang sangat kecil sekali. Lubang-lubang itu akan membentuk deretan kode yang isinya berupa data. Sekali tercipta lubang, maka tidak bisa ditutup lagi. Lalu lapisan plastik itu akan dibungkus lagi oleh plastik cair yang berguna sebagai pelindung dan pemantul. Semua itu prosesnya dilakukan secara bertahap dalam suatu mesin cetakan. Alat cetakan CD bentuknya mirip cetakan kue martabak manis dan analogi pembuatannya juga mirip seperti itu. CD (compact disk ) ini di potong potong sesuai dengan bentuknya yang terdiri dari potongan- potongan yang di potong sama besar, sehingga mempermudah anak dalam memahami nilai dari potongan yang melambangkan nilai pecahan. Gambar 1 : Media kepingan CD (compact disk ) yang akan digunakan untuk memahami konsep pecahan Media kepingan CD (compact disk ) ini digunakan oleh kesulitan belajar dengan cara menentukan nilai potongan dari CD (compact disk )tersebut. dimana nilai

40 24 potongan tersebut akan membentuk pecahan yang sama besar, sama bentuk dan ukuran yang mempermudahkan anak kesulitan belajar untuk memahami konsep pecahan tersebut seperti apa. 4. Cara Menggunakan Media CD (compact disk ) Potongan CD (compact disk ) tersebut di potong sama besar, sama ukuranya. Yang terdiri dari 2,3,4,6,8 potongan yang sama besar dan bentuk. Setelah di potong sesuai dengan ukuranya barulah anak bisa menentukan nilai pecahan dari media kepingan CD (compact disk ) tersebut. Gambar 2: media kepingan CD (compact disk ) pecahan dibaca satu per empat Gambar 3 : pecahan dibaca satu per dua

41 25 F. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual merupakan kerangka berpikir peneliti dalam pelaksanaan penelitian sehingga lebih memudahkan peneliti dalam pelaksanaan penelitian. Adapun kerangka berfikir peneliti dalam penelitian ini di awali dengan adanya permasalahan yang peneliti temukan dilapangan. Yaitu seorang anak kesulitan belajar yang masih belum mengenal konsep pecahan. peneliti memberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (compact disk ) dalam upaya memberikan bimbingan dalam mengenal konsep pecahan. dengan menggunakan media kepingan CD(compact disk ) diharapkan anak kesulitan belajar mempunyai kemampuan mengenal konsep pecahan.dengan ini anak dapat mengamalkan pengetahuan yang dimilikinya dalam kehidupan sehari-harinya. Untuk lebih jelas dapat dilihat dibagan berikut: Kondisi awal anak belum dapat mengenal konsep pecahan Intervensi menggunakan media kepingan CD (compact disk ) dalam menggenal konsep pecahan

42 26 Bagan : Kerangka Konseptual G. Hipotesis Penelitian Hipotesis dapat diartikan sebagai jawaban sementara yang di buat oleh peneliti bagi permasalahan yang diajukannya dalam penelitiannya dan akan diuji kebenaranya dengan data yang dikumpulkan dalam penelitian. Adapun hipotesis yang peneliti ajukan dalam penelitian ini yaitu media kepingan CD(compact disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar Di SDN 05 Kapalo Koto Padang. H. Kriteria Pengujian Hipotesis Berdasarkan hipotesis dalam BAB II penelitian ini bahwa media kepingan CD(compact disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar Di SDN 05 Kapalo Koto Padang. Jadi hipotesis diterima apabila hasil analisis dalam kondisi dan analisis antar kondisi meningkat secara positif yang berarti media kepingan CD(compact disk ) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar Di SDN 05 Kapalo Koto Padang.

43 27 Hipotesis ditolak apabila hasil analisis dalam kondisi dan antar kondisi mengalami penurunan yang berarti media kepingan CD (compact disk ) tidak dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar Di SDN 05 Kapalo Koto Padang.

44 28 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian eksperimen dengan menggunakan metode SRR (single subject research) dengan desain baseline jamak antarvariable (multiple baseline cross variable). Eksperimen subjek tunggal (SRR) merupakan eksperimen yang dilakukan terhadap subjek tunggal. Menurut Juang Sunanto (2006 : 53) desain ini digunakan untuk megubah perilaku dengan suatu intervensi yang mana intervensi tersebut diperkirakan dapat memberikan efek terhadap dua atau lebih perilaku sasaran (target behavior). Pada multi baseline cross variabel efektifitas suatu intervensi dikontrol dengan kondisi baseline untuk masing-masing perilaku sasaran. Menurut Juang Sunanto (2006 : 52) prosedur dasar pegumpulan data multiple baseline cross variable pada kondisi baseline terdapat tiga atau lebih variabel yang berbeda adalah setelah data baseline dari ketiga variabel stabil intervensi mulai diberikan pada variabel yang pertama. Jika perilaku sasaran pertama telah stabil dan mencapai kriteria tertentu, intervensi kemudian diberikan pada variabel kedua sampai intervensi untuk variabel yang pertama tetap dilanjutkan dan pada variabel ketiga masih tetap dalam kondisi baseline. Setelah perilaku sasaran untuk variabel kedua juga mencapai kriteria tertentu dan stabil intervensi ketiga mulai dilaberikan. Begitu senjutnya samapi semua variabel mendapat itervensi. Pada penelitian ini yang terdapat variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah media kepingan CD (Compact Disk) sedangkan variabel terikatnya adalah menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. 28

45 29 Desain penelitiannya sebagai berikut : Baseline(A) intervensi (B) Variabel 1 Baseline(A) intervensi (B) Variabel 2 Variabel 3 Baseline (A) intervensi (B) Keterangan : Baseline (A) merupakan tahap pengukuran pada variabel 1,2 dan 3 secara berkala berdasarkan ketentuan tertentu sebelum intervensi Intervensi (B) merupakan tahap pengukuran dan pengumpulan data selama pemberian perlakuan tertentu pada variabel ke 1, 2 dan 3 Terkait dengan penelitian ini, maka yang menjadi variabel 1 adalah menyebutkan pecahan,,, variabel 2 adalah menunjukkan pecahan,, dan variabel 3 adalah

46 30 mencocokkan pecahan,,. Baseline (A) adalah pengamatan mengenai pecahan,, yang di ukur dengan menghitung berapa banyak (frekkuensi) anak yang bisa menyebutkan, menunjukkan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan sebelum intervensi. Intervensi (B) adalah pengukuran target behavior selam pemberian intervensi yanitu kondisi dimana subjek penelitian diberikan perilakuan melalui media kepingan CD (Compact Disk ). B. Variabel Penelitian Menurut Juang Sunanto (2005:12) variable merupakan istilah dasar dalam penelitian eksperimen termasuk penelitian dengan subjek tunggal dengan penelitian eksperimen biasanya menggunakan variable yang dipengaruhi oleh variable bebas dan variable terikat. Variable terikat dalam penelitian kasus tunggal dikenal dengan target behavior (perilaku sasaran, sedangkan variable bebas dikenal dengan istilah intervensi (perlakuan). Adapun variable yang digunakan dalam penelitian ini yaitu 1. Variabel terikat dalam penelitian ini pengenalan pecahan, dengan jamak antarvariabel sebagai berikut : a. Variabel terikat 1 yaitu menyebutkan pecahan, b. Variabel terikat 2 yaitu menunjukkan pecahan, c. Variabel terikat 3 yaitu mencocokkan pecahan, 2. Variabel bebas yaitu media kepingan CD (compact disk)

47 31 C. Definisi operasional variablel. 1. Pengenalan pecahan Pecahan adalah bilangan yang menggambarkan bagian dari keseluruhan, bagian dari suatu daerah, bagian dari suatu benda, bagian dari suatu himpunan. Pecahan di ajarkan kepada anak kesulitan belajar melalui media kepingan CD (Compact Disk) dan dalam pelaksanaannya nanti perlu metode dan sarana lain yang mendukung proses berjalannya pembelajaran agar anak kesulitan belajar dapat mengenal pecahan. Anak Kesulitan belajar dapat dikatakan mengenal pecahan, apabila anak bisa menyebutkan, menunjukkan, mencocokkan pecahan, dengan lambang bilangan. 2. Variabel Bebas. Media kepingan CD (Compact Disk) merupakan sebuah media yang dirancang untuk mempermudah dan memberikan variasi bagi anak kesulitan belajar dalam proses pembelajaran mengenal konsep pecahan. Media kepingan CD (Compact Disk) ini merupakan media CD (Compact Disk) bekas yang penulis gunakan dalam mengenalkan konsep pecahan ini bukan media CD (Compact Disk) yang baru dibeli ditoko tetapi media CD (Compact Disk) yang bekas dan yang tidak digunakan lagi. Jadi disini penulis memanfaat barang bekas dalam proses pembelajaran mengenal konsep pecahan. Bentuknya berupa piringan yang dipotongan- potongan yang di potong sama besar, sehingga mempermudah anak dalam memahami nilai dari potongan yang melambangkan nilai pecahan. D. Subjek Penelitian. Menurut. Suharsimi Arikunto (2000 : 1) menyatakan single subjek research digunakan untuk subjek tunggal, dalam pelaksanaanya dapat dilakukan pada seorang subjek atau sekelompok subjek. Dalam penelitian ini memakai subjek tunggal, yaitu satu orang anak

48 32 kesulitan belajar yang berinisial X yang berjenis kelamin laki- laki 9 tahun. Anak ini mengalami kesulitan dalam bidang matematika yaitu pecahan. di SDN 05 Kapalo Koto Padang. E. Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SDN 05 Kapalo Koto Padang. Penelitian berlangsung selama 30 menit setiap kali pertemuannya. Penelitian dilakukan di jam kosong anak yaitu di sore hari setelah selesai melaksanakan semua kegiatan pembelajaran di kelas. Penelitian ini dilakukan pada jam Wib. F. Teknik Dan Alat Pengumpulan Data 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data digunakan untuk memperoleh data dalam peneitian. Menurut tawney dan gast (1984 : 17) dalam juang sunanto, ada 3 macam prosedur pencatatan data yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu pencatatan data secara otomatis, pencatatan data dengan produk permanen dan pencatatan data dengan observasi langsung. Terkait dengan prosedur pencatatan tersebut, data langsung dikumpulkan langsung oleh peneliti dengan menggunakan pencatatan observasi langsung. Data didapatkan dari pencatatan observasi langsung pada tes perbuatan yang diberikan pada anak. Bentuk data yang didapat yaitu menentukan jumlah atau frekuensi pecahan, yang bisa disebutkan, ditunjukkan dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. 2. Alat Pengumpul Data. Data dikumpulkan langsung oleh peneliti sebelum dan sesudah anak diberikan intervensi alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes perbuatan. Dalam penelitian ini peneliti

49 33 memeperhatikan jumlah atau frekuensi pecahan, sebutkan, ditunjukkan, dan dicocokkan subjek penelitian dengan lambang bilangan. G. Teknik Analisis Data 1. Analisis dalam kondisi Analisis yang dimaksud analisis dalam penelitian ini adalah data dalam garfik masing- masing kondisi, Dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Menentukan panjang kondisi. Menurut Juang Sunanto (2006:68), panjang kodisi adalah banyaknya data dalam komponen tersebut. Data dalam kondisi baseline dikumpulkan sampai data menunjukkan stabilitas dan arah yang jelas. b. Menentukan Estimasi Kecenderungan Arah. Menurut Juang Sunanto (2006:68), kecenderungan arah digambarkan oleh garis lurus yang melintasi semua data dalam suatu kondisi dimana banyaknya data yang berada di atas dan di bawah garis tersebut sama banyak. Untuk membuat garis ini dapat ditempuh dengan dua metode, pertama metode tangan bebas (freehand). Metode freehand adalah pengamatan yang dilakukan secara langsung terhadap data point pada suatu kondisi kemudian menarik garis lurus yang membagi data point menjadi dua bagian. Dan yang kedua metode belah tengah (splitmiddle) yaitu kecenderungan arah grafik ditentukan berdasarkan nilai tengah (median) dari data point ordinalnya. c. Menentukan Kecenderungan Kestabilan (Trend Stability) Untuk menentukan kecenderungan kestabilan dapat dihitung dengan cara sebagi berikut :

50 34 1) Tentukan rentang stabilitas, yaitu menggunakan criteria stabilitas sebesar 15 % dengan rumus : Rentang Stabilitas = kriteria stabilitas x skor tertinggi 2) Mengitung mean level, yaitu semua skor dijumlahkan dan di bagi banyak poin. 3) Menentukan batas atas dengan cara mean level ditambah setengah rentang stabilitas. 4) Batas bawah dengan cara mean level dikurangi setengah rentang stabilitas, 5) Tentukan persentase stabilitas yang berada dalam rentang stabilitas dengan cara : Persentase stabilitas : banyaknya data poin yang ada dalam rentang : banyaknya data poin. Jika persentase stabilitas sebesar 85% sampai dengan 90% disebut stabil. Jika kurang dari 85% disebut tidak stabil. d. Menentukan Kecenderungan Jejak Data Menentukan kecenderungan jejak data sama dengan arah kecenderungan, yaitu dimasukkan hasil yang sama seperti kecenderungan arah, apakah meningkat (+), menurun (-) atau mendatar (=) sumbu x. e. Menentukan Level Stabilitas Dan Rentang Tingkat stabilitas (level stability) menunjukkan derajat variasi atau besar dan kecilnya rentang pada kelompok data tertentu. Jika rentang datanya kecil atau tingkat variasinya berkurang maka data dikatakan stabil. Secara umum 80%-90% data masih berada pada 15% di atas dan di bawah mean, data dikatakan stabil, sedangkan di bawah itu dikatakan tidak stabil (variabel). Menentukan tingkat dan rentang stabilitas yaitu sama dengan cara menentukan rata-rata tingkat yang dilakukan dengan cara menjumlahkan nilai seluruh titik data dan membagi

51 35 jumlahnya dengan jumlah titik data. Kemudian dengan menggunakan Trend Stability Criterion Envelope di sekitar rata-rata (bagian atas dan bagian bawah). Range ditentukan dengan mengidentifikasi titik data pada koordinat yang paling tinggi dengan rumus : f. Menentukan Tingkat Perubahan Menurut Juang Sunanto (2005) untuk menentukan tingkat perubahan atau level change yang menunjukkan seberapa besar terjadinya perubahan data dalam suatu kondisi, dapat dihitung dengan cara: Jumlah titik data dalam range x 100% = % Stabilitas Jumlah total titik data 1) Menentukan berapa besar data poin (skor) pertama dan terakhir dalam suatu kondisi. 2) Kurangi data yang besar dengan data yang kecil. 3) Tentukan apakah selisih menunjukkan arah yang membaik atau memburuk sesuai dengan tujuan intervensi atau pengajaran Sehingga level perubahan data dapat ditulis. Persentase stabilitas = Data yang besar Data yang kecil Tabel 3.1 level perubahan data Kondisi A/1 B/2 Level perubahan Data yang besar data yang kecil Data yang besar data yang kecil Format rangkuman komponen analisis visual grafik (visual analisis of grafik data) dalam kondisi dapat dilihat pada table berikut:

52 36 Tabel 3.2 Format Rangkuman Analisis Visual Grafik Dalam Kondisi Kondisi A/1 B/2 1. Panjang kondisi 2. Estimate kecenderungan arah. 3. Kecenderungan stabilitas 4. Jejak data. 5. level stabilitas dan rentang 6. level perubahan. 2. Analisis Antar Kondisi Juang Sunanto (2005) mengetakan: Memulai menganalisa perubahan data antar kondisi, data yang stabil harus mendahului kondisi yang akan dianalisa. Karena jika data bervarias (tidak stabil) maka akan mengalami kesulitan untuk menginterpretasi. Disamping aspek stabilitas ada tidaknya pengaruh intervensi terhadap variabel terikat juga tergantung pada aspek perubahan level dan besar kecilnya overlape yang terjadi antara dua kondisi yang dianalisis. Adapun komponen dalam analisis antar kondisi adalah: a) Menentukan banyak variabel yang berubah. Menentukan jumlah variabel yang berubah diantara kondisi baseline dan intervensi. Tabel 3.3 variabel yang berubah: Perbandingan kondisi B1/A1 (2:1) Jumlah variabel yang akan berubah b) Menentukan perubahan kecenderungan arah, dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi yang berubah di atas.

53 37 c) Menentukan perubahan kecenderungan stabilitas, dengan melihat kecenderungan stabilitas pada kondisi A dan B pada rangkuman analisis dalam kondisi. d) Menentukan level perubahan, Seperti yang dikemukakan (Juang Sunanto,2005) yaitu: 1) Melihat nilai terakhir pada kondisi A dan nilai pertama pada kondisi B. 2) Hitung selisih keduanya. 3) Mecatat apakah perubahan tersebut membaik atau memburuk, dan jika tidak ada perubahan maka ditulis 0. e) Menentukan persentase overlape data kondisi A dan B adapun caranya sebagai berikut: 1) Lihat kembali data pada kondisi A dan B yang berada pada rentang kondisi A. 2) Hitung berapa data poin pada kondisi B yang berada pada rentang A. 3) Perolehan pada langkah nomor 2 dibagi dengan banyaknya data poin dalam kondisi B, kemudian dikalikan 100, jika semakin kecil persentase overlape maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap target behavior atau variabel terikat. Setelah diketahui masng-masing komponen tersebut, maka dimasukkan dalam tabel format analisis antar visual grafik antar kondisi sebagai berikut

54 38 Tabel 3.2 Perubahan Analisis Antar Kondisi Kondisi B1: A1 2 : 1 1. Jumlah variable yang berubah 2. Perubahan kecenderunganarah. 3.Perubahankecenderunagn stabilitas 4. Level perubahan. 5. Persentase overlap

55 39 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN E. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian 1. Kemampuan pemahaman konsep pecahan pada kondisi A (Baseline) tanpa menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) Pelaksanaan penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan, subjek dikatakan mengenal pecahan apabila anak dapat menyebutkan pecahan,,menunjukkan pecahan, pecahan dengan lambang bilangan,. Pelaksanaan pengamatan mengenal pecahan ini dilakukan tanpa menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) dan fase ini peneliti tidak memberikan perlakuan terlebih dahulu pada anak. Pengamatan pada kondisi baseline untuk menyebutkan pecahan dilakukan sebanyak enam kali, dimulai pada tanggal 5 mai 2012 sampai 28 mai 2012, kondisi baseline untuk menunjukkan pecahan dilakukan sebanyak tujuh kali di mulai pada tanggal 5 mai 2012 sampai 30 mai 2012 dan kondisi baseline untuk mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan dlakukan sebanyak Sembilan kali pada tanggal 5 mai 2012 sampai 4 juni Kemampuan pemahaman konsep pecahan pada kondisi B (Intervensi) dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk ) Kondisi intervensi untuk menyebutkan pecahan dilakukan sebanyak sepuluh kali ertemuan yaitu dimulai pada tanggal 30 mai 2012 sampai 14 juni 2012 kondisi intervensi untuk menunjukkan pecahan dilakukan sebanyak Sembilan kali pertemuan yaitu dimulai pada tanggal 1 juni 2012 sampai 14 juni 2012 kondisi intervensi untuk mencocokkan pecahan dengan 39

56 40 lambang bilangan dikalukan sebanyak tujuh kali pertemuan yaitu pada tanggal 6 juni sampai 14 juni Intervensi merupakan pemberian perlakuan kepada anak kesulitan belajar dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan,. Adapun langkah- langkah penggunaan media kepingan CD (Compact Disk) dalam meningkatkan pemahaman konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar adalah sebagai berikut : a. Menyiapkan media kepingan CD (Compact Disk) dan peralatan lainnya seperti gambar media gambar pecahan yang dibuat dalam kertas HVS digunakan untuk mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan b. Membuat persiapan mengajar, materi tentang pengenalan pecahan, Merumuskan tujuan pembelajaran Langkah langkah pelaksanaan 1 ) langkah langkah penggunaan media CD (Compact Disk ) a. Sediakan alat b. Letakkan media CD (Compact Disk ) di depan anak dengan posisi yang baik dan benar c. Guru memperkenalkan media CD ( Compact Disk ) pada anak d. Guru menjelaskan media CD (Compact Disk) kepada anak bahwa media CD (Compact Disk) ini adalah media bekas. e. Menyebutkan pecahan, dan memperlihatkan gambar pecahan yang dibuat dengan kertas HVS

57 41 f. Menunjukkan pecahan, yang terdapat pada CD (Compact Disk) dan menyebutkan nilai pecahan, pada media tersebut. g. Mencocokkan pecahan, dengan lambang bilangan yang terdapat di kertas HVS 2) Langkah langkah pengajaran pengoperasian media CD(Compact Disk ) a. Guru memperkenalkan media kepada anak yaitu media CD (Compact Disk) b. Guru menjelaskan media CD (Compact Disk) kepada anak bahwa media CD (Compact Disk) ini adalah media bekas. c. Guru menjelaskan media CD (Compact Disk) kepada anak bahwa media CD (Compact Disk) dipotong- potong sesuai dengan bentuk dan ukranya sama besar sehingga mempermudah dalam mengajarkan pecahan. d. peneliti mengambil sejumlah kepingan pecahan CD (Compact Disk). Dan satu persatu anak menyebutkan pecahan tersebut. e. peneliti menyebutkan nama pecahan dari masing- masing pecahan dengan menunjukkan kepingan CD (Compact Disk). f. Peneliti mencocokkan pecahan, dengan lambang bilangan yang terdapat dalam kertas HVS. 3) Evaluasi Evaluasi diberikan setelah anak mengetahui mana pecahan, dengan memberikan tes perbuatan. Adapun tes perbuatan yang diberikan, dengan meminta anak melaksanakan instruksi yang peneliti berikan. Setiap kemampuan terdiri dari 5 soal. 5 soal untuk kemampuan menyebutkan pecahan, 5 soal untuk kemampuan menunjukkan pecahan, dan 5 soal

58 42 untuk kemammpaun mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Untuk penskoran setiap soal yang dijawab benar dikalian 2 Nilai = jumlah jawaban benar X F. Analisis Data Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan kemampuan menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan bagi anak kesulitan belajar melalui media CD ( Compact Disk ) yang dilaksanakan dengan metode single subject research. Penelitian ini menggunakan Desain Baseline Jamak Anatarvariabe ( multiple baseline cross variables) dan data yang diperoleh dianalisis menggunakan anlisis visual data grafik ( visual analisis of grafik data ). Data dalam kondisi baseline ( A ) yaitu data yang diperoleh sebelum diberikan perlakuan dan data kondisi intervensi ( B ) yaitu data yang diperoleh setelah diberikan perlakuan. Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Kondisi baseline (sebelum diberi perlakuan) A. Kemampuan menyebutkan pecahan, Data diperoleh melalui tes perbuatan dengan meminta anak menyebutkan pecahan yang diperlihatkan oleh peneliti. Tes ini dilakukan setiap kali pengamatan masing masing selama 30 menit. Pengukuran dilakukan dengan cara meminta anak untuk menyebutkan pecahan yang diperlihatkan kepada anak, dengan jenis ukuran target behavior. Frekuensi atau jumlah. Hasil jawaban diceklis dalam format pengumpulan data yang telah disediakan, kemudian dijumlahkan berapa banyak anak dapat menyebutkan dengan benar pecahan,. Pengamatan dilakukan sebanyak empat kali dengan data sebagai berikut :

59 43 1) Hari pertama pengamatan anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu 2) Hari kedua pengamatan anak bisa menyebutkan 2 buah pecahan yaitu, 3) Hari ketiga pengamatan anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu 4) Hari keempat pengamatan anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu, 5) Hari kelima pengamatan anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu, 6) Hari keenam pengamatan anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu, Berdasarkan data yang diperoleh pada hari pengamatan ketiga sampai keenam, maka peneliti menghentikan pengetesan karena data sudah menunjukkan hasil yang stabil. Dimana pada setiap pengetesan anak pada umumnya sudah bisa menyebutkan pecahan hal ini disebabkan karena anak belum memahami benar-benar pecahan,. Adapun kondisi baseline dapat dilihat pada table dan garfik kondisi A dibawah ini. Tabel 4.1 Kondisi baseline kemampuan menyebutkan pecahan Hari Pengamatan Hari/ tanggal Jumlah jawaban yang benar Skor 1 Sabtu/ 5 mai Selasa/ 15 mai Kamis/ 17 mai Minggu/ 20 mai Minggu/ 27 mai Senin/ 28 mai Data dapat dilihat pada grafik :

60 44 Grafik 4.1 Kondisi baseline kemampuan menyebutkan pecahan Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa lamanya pengamatan awal kondisi baseline sebelum intervensi diberikan adalah enam kali pengamatan dan dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan, masih rendah. Peda pengamatan yang ketiga sampai keenam data sudah stabil maka peneliti menghentikan pengamatan. B. Kemampuan menunjukkan pecahan bilangan, Data diperoleh melalui tes perbuatan, yang mana anak diminta untuk menunjukkan pecahan, yang disebutkan oleh peneliti. Data diperoleh dari hasil pengamatan, setiap kali pengamatan dilakukan masing- masing selama 30 menit. Pengukuran dilakukan dengan cara menugaskan anak menunjukkan pecahan, sesuai dengan instruksi peneliti. Hasil

61 45 jawaban yang benar diceklis dalam format pengumpulan data yang telah disediakan, setelah itu dihitung berapa jumlah pecahan yang bisa di tunjukkan benar oleh subjek penelitian. Pengamatan dilakukan sebanyak tujuh kali dengan data sebagai berikut: 1) Hari pertama pengamatan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan yaitu 2) Hari kedua pengamatan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan yaitu 3) Hari ketiga pengamatan anak bisa menunjukkan 2 buah pecahan yaitu 4) Hari keempat pengamatan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan yaitu 5) Hari kelima pengamatan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan yaitu 6) Hari keenam pengamatan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan yaitu 7) Hari ketujuh pengamatan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan yaitu Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, pada pengamatan yang keempat sampai ketujuh, peneliti menghentikan pengetesan karena sudah menunjukkan hasil yang stabil. Adapun kondisi baseline dapat dilihat pada bable dan grafik kondisi A dibawah ini :

62 46 Tabel 4.2 Kondisi baseline kemampuan menunjukkan pecahan Hari pengamatan Hari/ tanggal Jumlah jawaban yang benar Skor 1 Sabtu/ 5 mai Selasa/ 15 mai Kamis/ 17 mai Minggu/ 20 mai Minggu/ 27 mai Senin/28 mai Kamis/ 30 mai Data dapat dilihat pada grafik berikut Grafik 4.2

63 47 Kondisi baseline kemampuan menunjukkan pecahan Berdasarkan grafik diatas dapat dilihat bahwa lamanya pengamatan awal kondisi baseline sebelum intervensi diberikan adalah tujuh kali pengamatan dan dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan, masih rendah. Pada pengamatan yang keempat sampai ketujuh data sudah stabil maka peneliti menghentikan pengamatan. C. Kemampuan mencocokkan pecahan, dengan lambang bilangan Data diperoleh melalui tes mencocokkan pecahan dengan dengan lambang bilangan. Data ini di dapat dari hasil pengamatan yang dilakukan selama Sembilan kali pertemuan dilakukan selama 30 menit. Pengamatan dilakukan sebanyak Sembilan kali dengan data yang diperoleh sebagai berikut : 1) Hari pertama pengamatan anak tidak bisa mencocokkan pecahan satu pun 2) Hari kedua pengamatan anak bisa mencocokkan 2 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan dengan lambang bilangan, pecahan dengan lambang bilangan 3) Hari ketiga pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan dengan lambang bilangan 4) Hari keempat pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan dengan lambang bilangan 5) Hari kelima pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan dengan lambang bilangan

64 48 6) Hari keenam pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan dengan lambang bilangan 7) Hari ketujuh pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan dengan lambang bilangan 8) Hari kedelapan pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan dengan lambang bilangan 9) Hari kesembilan pengamatan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan dengan lambang bilangan Adapun data yang diperoleh dari kondisi baseline dapat dilihat pada tabel dan grafik kondisi A dibawah ini : Tabel 4.3 Kondisi baseline kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Hari Pengamatan Hari/ tanggal Jumlah jawaban yang benar Skor 1 Sabtu/ 5 mai Selasa/ 15 mai Kamis/ 17 mai Minggu/ 20 mai Minggu/ 27 mai Senin/28 mai Kamis/30 mai Jumat/1 juni Senin/4 juni Dapat dilihat pada grafik :

65 49 Grafik 4.3 Kondisi baseline kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa lamanya pengamatan awal atau kondisi baseline sebelum intervensi diberikan adalah Sembilan kali pengamatan dan dari hasil pengamatan dapat diketahui bahwa kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan masih rendah. Pada pengamatan yang pertama sampai kesembilan kemampuan anak sama karena sudah stabil maka peneliti menghentikan pengamatan. 2. Kondisi Intervensi (setelah diberi perlakuan) Intervensi merupakan pemberian perlakuan kepada anak kesulitan belajar dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) guna untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan,. Hal ini bertujua agar anak dapat menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Pengamatan pada

66 50 kondisi intervensi untuk kemampuan menyebutkan pecahan dilakukan sebanyak sepuluh kali, dimulai pada tanggal 30 mai 2012 sampai 14 juni 2012, kondisi intervensi untuk menunjukkan pecahan dilakukan sebanyak Sembilan kali, dimulai pada tanggal 1 juni 2012 sampai 14 juni 2012, dan intervensi untuk mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan dilakukan sebanyak tujuk kali, dimulai pada tanggal 6 juni 2012 sampai 14 juni Perlakuan ini dilakukan secara berulang- ulang sehingga anak bisa menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Media kepingan CD (Compact Disk) diperkenalkan kepada anak mana yang merupakan pecahan,. Setelah itu, menyebutkan pecahan dari kepingan CD(Compact Disk). Peneliti membawa kue dan peneliti memotong kue didepan anak dan kemudian anak diminta untuk menyebutkan berapa nilai pecahan yang terdapat dari potongan kue tersebut. Terakhir, anak diberikan soal mengenai pecahan dan meminta anak menjawab pertanyaan tentang menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan melalui media kepingan CD(Compact Disk). Kegiatan ini dilakukan dengan menggunakan jenis ukuran target behavior frekuensi yaitu berapakah anak menjawab soal yang benar dari pertanyaan yang diajukan. A. Kemampuan menyebutkan pecahan, 1) Hari ketujuh, 30 mai 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu

67 51 2) Hari kedelapan, 1 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu 3) Hari kesembilan, 4 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu 4) Hari kesepuluh, 6 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 2 buah pecahan yaitu, 5) Hari kesebelas, 7 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 3 buah pecahan yaitu, 6) Hari keduabelas, 8 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 4 buah pecahan yaitu, 7) Hari ketigabelas, 10 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 5 buah pecahan yaitu, 8) Hari keempatbelas, 11 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 5 buah pecahan yaitu,

68 52 9) Hari kelimabelas, 13 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 5 buah pecahan yaitu, 10) Hari keenambelas, 14 juni 2012, setelah anak diberi intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang di peroleh anak bisa menyebutkan 5 buah pecahan yaitu, Tabel 4.4 Kondisi Intervensi Kemampuan Menyebutkan Pecahan Hari Pengamatan Hari/ tanggal Jumlah jawaan yang benar Skor 7 Kamis/30 mai Jumat/1 juni Senin/4 juni Rabu/6 juni Kamis/7 juni Jumat/8 juni Minggu/10 juni Senin/11 juni Rabu/13 juni Kamis/14 juni Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini

69 53 Grafik 4.4 Kondisi Intervensi Kemampuan Menyebutkan Pecahan Setelah anak diberi perlakuan dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk), maka kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan, meningkat dan akhirnya anak mampu menyebutkan pecahan, dengan benar. Berdasarkan data yang diperoleh pada hari ketigabelas sampai keenam belas, anak mampu menyebutkan pecahan, sudah menunjukkan hasil stabil. B. Kemampuan menunjukkan pecahan, 1) Hari kedelapan, 1 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 1 buah pecahan yaitu

70 54 2) Hari kesembilan, 4 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 2 buah pecahan yaitu, 3) Hari kesepuluh, 6 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 3 buah pecahan yaitu,, 4) Hari kesebelas, 7 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 5 buah pecahan yaitu,,,, 5) Hari keduabelas, 8 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 5 buah pecahan yaitu,,,, 6) Hari ketigabelas, 10 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 5 buah pecahan yaitu,,,, 7) Hari keempatbelas, 11 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 5 buah pecahan yaitu,,,, 8) Hari kelimabelas, 13 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 5 buah pecahan yaitu,,,,

71 55 9) Hari keenamelas, 14 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) data yang diperoleh adalah anak menunjukkan 5 buah pecahan yaitu,,,, Tabel 4.5 Kondisi Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan Hari Hari/ tanggal Jumlah Skor pengamatan jawaban yang benar 8 Jumat/ 1 juni Senin/4 juni Rabu/6 juni Kamis/7 juni Jumat/8 juni Minggu/10 juni Senin/11 juni Rabu/13 juni Kamis/14 juni Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada grafik dibawah ini

72 56 Grafik 4.5 Kondisi Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan Setelah anak diberi perlakuan dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk), maka kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan,,,, meningkat dan akhirnya anak mampu menunjukkan pecahan,,,, dengan benar. Berdasarkan data yang diperoleh pada hari kesebelas sampai keenambelas, kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan,,,, sudah menunjukkan hasil yang stabil C. Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 1) Hari kesepuluh, 6 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak dapat

73 57 menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan 2) Hari kesebelas, 7 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak dapat menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitupecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan 3) Hari keduabelas, 8 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) data yang diperoleh adalah anak dapat menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan 4) Hari ketigabelas, 10 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk ) data yang diperoleh adalah anak dapat menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan 5) Hari keempatbelas, 11 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk ) data yang diperoleh adalah anak dapat menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan dengan lambang

74 58 bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan 6) Hari kelimabelas, 13 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) data yang diperoleh adalah anak dapat menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitupecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan 7) Hari keenambelas, 14 juni 2012, setelah anak diberikan intervensi dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) data yang diperoleh adalah anak dapat menncocokkan pecahan dengan lambang bilangan yaitu pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan pecahan dengan lambang bilangan

75 59 Tabel 4.6 Kondisi Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan Lambang Bilangan Hari pengamatan Hari/ tanggal Jumlah jawaban Skor Yang benar 10 Rabu/6 juni Kamis/7 juni Jumat/8 juni Minggu/10 juni Senin/11 juni Rabu/13 juni Kamis/14 juni Untuk lebih jelas dapat dilihat pada grfik dibawah ini Grafik 4.6

76 60 Kondisi Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Setelah anak diberi perlakuan dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk), maka kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan meningkat dan akhirnya anak mampu mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan secara benar. Berdasarkan data yang diperoleh pada hari kesepuluh sampai hari keenambelas, kemapuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan sudah menunjukkan hasil yang stabil. Perbandingan antara hasil data baseline (A) dengan data intervensi ( B) kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan,,,, dapat dilihat pada grafik dibawah ini Grafik 4.7 Data Tentang Kemampuan Menyebutkan Pecahan Pada Kondisi A Dan B Data pada kondisi baseline kemampuan anak menyebutkan pecahan diambil enam kali pengamatan. Setelah diperoleh kestabilan data pada hari ketiga dan keenam, diketahui bahwa

77 61 kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan masih rendah. Maka dilanjutkan memberikan intervensi pada pengamatan hari ketujuh sampai hari keenambelas dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk). Kemampuan menyebutkan pecahan berangsur-angsur meningkat dan akhirnya pada pengamatan ketigabelas sampai keenambelas anak sudah dapat menyebutkan pecahan,,,, dengan benar. Perbandingan antara hasil baseline ( A) dengan data intervensi ( B) kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan,,,, dapat dilihat pada grafik dibawah ini Grafik 4.8 Data Tentang Kemampuan Menunjukkan Pecahan Pada Kondisi A Dan B Data pada kondisi baseline diambil tujuh kali pengamatan. Setelah diperoleh kestabilan data hari keempat sampai hari ketujuh, diketahui bahwa kemampuan anak dalam menunjukkan

78 62 pecahan masih rendah. Maka dilanjutkan dengan memberikan intervensi pada pengamatan hari kedelapan dan keenambelas dengan menngunakan media kepingan CD (Compact Disk). Kemampuan menunjukkan pecahan,,,, berangsur-angsur meningkat dan pada akhirnya pada pengamatan kesebelas sampai keenambelas anak dapat menunjukkan pecahan,,,, dengan benar. Perbandingan antara hasil data baseline (A) dengan data intervensi ( B) kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan dapat dilihat pada grafikdibawah ini : Grafik 4.9 Data Tentang Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Pada Kondisi A Dan B Data pada kondisi baseline diambil Sembilan kali pengamatan. Setelah diperoleh kestabilan data pada hari pertama sampai kesembilan, diketahui bahwa kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan masih rendah. Maka dilanjutkan memberikan

79 63 intervensi pada pengamatan kesepuluh sampai keenambelas dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk). Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan meningkat pada pengamatan kesepuluh sampai keenambelas anak dapat mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan dengan benar. 1) Analisis Dalam Kondisi a. Menentukan Panjang Kondisi Panjang kondisi adalah lamanya pengamatan dilakukan pada masing-masing kondisi yaitu kondisi A dan B. Pengamatan dilakukan untuk kemampuan menyebutkan pecahan pada kondisi A dilakukan sebanyak enam kali, dan pada kondisi baseline dilakukan sebanyak sepuluh kali pengamatan. Dengan kata lain, panjang kondisi merupakan jumlah titik data yangterdapat pada masing- masing kondisi. Pada kondisi A jumlah titik datanya enam buah dan kondisi B jumlah titik datanya sepuluh buah. Untuk lebih jelas panjang kondisi A dan B dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 4.7 Panjang Kondisi Baseline Dan Intervensi Kemampuan Menyebutkan Pecahan Kondisi A/ 1 B/2 panjang kondisi 6 10 Berdasarkan table angka 6 pada kolom A adalah panjang kondisi atau jumlah pengamatan yang dilakukan pada kondisi baseline. Sementara itu, angka 10 pada kolom B adalah kondisi atau jumlah perlakuan yang diberikan pada kondisi intervensi. Pengamatan yang dilakukan untuk kemampuan menunjukkan pecahan pada kondisi A dilakukan sebanyak tujuh kali, dan pada kondisi B pengamatan dilakukan sebanyak Sembilan kali pengamatan. Dengan kata lain, panjang kondisi merupakan jumlah titik data yang terdapat

80 64 pada masing-masing kondisi. Pada kondisi A jumlah titik datanya tujuh buah dan kondisi B jumlah titik data Sembilan buah. Untuk lebih jelas panjang kondisi A dan B dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.8 Panjang Kondisi Baseline Dan Intervensi Kemampuan Menunjukkan Pecahan Kondisi A/ 1 B/2 panjang kondisi 7 9 Berdasarkan tabel: angka 7 pada kolom A adalah panjang kondisi atau jumlah pengamatan yang dilakukan pada kondisi baseline. Sementara itu, angka 9 pada kolom B adalah panjang kondisi atau jumlah perlakuan yang diberikan pada kondisi intervensi. Pengamatan yang dilakukan untuk kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan pada kondisi A dilakukan sebanyak Sembilan buah, dan pada kondisi B pengamatan dilakukan sebanyak tujuh buah. Untuk lebih jelas panjang kondisi A dan B dapat dilihat dalam tabel berikut : Tabel 4.9 Panjang Kondisi Baseline Dan Intervensi Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Kondisi A/ 1 B/2 panjang kondisi 9 7 Berdasarkan tabel : angka 9 pada kolom A adalah panjang kondisi atau jumlah pengamatan yang dilakukan pada kondisi baseline. Sementara itu, angka 7 pada kolom B adalah panjang kondisi atau jumlah perlakuan yang diberikan pada kondisi intervensi.

81 65 b. menentukan estimalasi kecendrungan arah Untuk menentukan arah kecendrungan ini ditentukan dengan menggunakan metode belah dua ( split- middle). Metode ini dilakukan dengan langkah-langkah berikut: 1. Membagi jumlah titik data menjadi dua bagian yang sama kiri dan kanan, misalnya dilambangkan dengan ( 1) 2. Membagi jumlah titik data yang telah dibagi diatas menjadi dua bagian yang sama atau ( mid data) misalnya dilambangkan sengan (2a) 3. Tentukan posisi masing-masing median dari masing-masing dilambangkan dengan (2b) 4. Tariklah garis sejajar dengan absis yang menghubungkan titik temu antara (2a) dengan (2b) Grafik 4.10

82 66 Kecendrungan Arah Menyebutkan Pecahan Bagi Anak Kesulitan Belajar Dalam Kondisi Baseline Dan Intervensi Keterangan : : titik data : titik data : Estimasi kecendrungan arah : Titik pembagi dua data sebelah kanan dan dua data sebelah kiri : Titik pembagi dua data : median : titik pembagi dua data baseline dengan intervensi Dari grafik terlihat estimasi kecendrungan arah kemampuan menyebutkan pecahan,,,, pada kondisi A menurun (-) terlihat dari grafik bahwa kemampuan masih rendah dan pada kondisi B estimilasi kecendrungan arahnya meningkat (+) kemampuan anak dalam memyebutkan pecahan terus naik dan stabil.

83 67 Tabel 4.10 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Menyebutkan Pecahan Kondisi A B Estimasi kecendrungan arah (-) (+) Grafik 4.11 Kecendrungan Arah menunjukkan Bagi Anak Kesulitan Belajar Dalam Kondisi Baseline Dan Intervensi Keterangan : : titik data : titik data

84 68 : Estimasi kecendrungan arah : Titik pembagi dua data sebelah kanan dan dua data sebelah kiri : Titik pembagi dua data : median : titik pembagi dua data baseline dengan intervensi Dari grafik terlihat estimasi kecendrungan arah kemampuan menunjukkan pecahan,,,, pada kondisi A menurun (-) terlihat dari grafik bahwa kemampuan masih rendah dan pada kondisi B estimilasi kecendrungan arahnya meningkat (+) kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan terus naik dan stabil. Tabel 4.11 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Menunjukkan Pecahan Kondisi A B Estimasi kecendrungan arah (-) (+)

85 69 Grafik 4.12 Kecendrungan Arah Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Bilangan Bagi Anak Kesulitan Belajar Dalam Kondisi Baseline Dan Intervensi Keterangan : : titik data : titik data : Estimasi kecendrungan arah : Titik pembagi dua data sebelah kanan dan dua data sebelah kiri : Titik pembagi dua data : median : titik pembagi dua data baseline dengan intervensi

86 70 Dari grafik terlihat estimasi kecendrungan arah kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan pada kondisi A menurun (-) terlihat dari grafik bahwa kemampuan masih rendah dan pada kondisi B estimilasi kecendrungan arahnya meningkat (+) kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan terus naik dan stabil. Tabel 4.12 Estimilasi Kecendrungan Arah Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Kondisi A B Estimasi kecendrungan arah c. menentukan kecendrungan kestabilan (-) (+) Menunjukkan kecendrungan stabilitas pada kondisi A dan B digunakan sebuah criteria stabilitas yang telah ditetapkan. Untuk menentukan kecendrungan stabilitas digunakan criteria stabilitas 15%. Kemudian dilanjutkan dengan menghitung mean level, batas atas, batas bawah dan persentase stabilitas. Jika persentase stabilitas terletak antara 85% - 95% maka kecenderungannya stabil sedangkan jika dibawah 85% - 95% dikatakan tidak stabil. Adapun perhitungannya dilakukan dengan cara sebagai berikut: Kemampuan menyebutkan pecahan, 1. Kondisi baseline (A) a. menentukan rentang stabilitas ( trend stability)

87 71 Rentang stabilitas = kriteria stabilitas X skor tertinggi Rentang stabilitas = 0,15 x 4 = 0,6 b. menghitung mean level dengan dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi A Mean level = jumlah skor : banyak poin Jumlah skor = = 14 Mean level = 14 : 6 = 2,3 c. menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas atas = mean level +( rentang stabilitas) rentang stabilitas = x 0,6 = 0,3 Batas atas = 2,3 + 0,3 = 2,6 d. menetukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas bawah = mean level ( rentang stabilitas) Batas bawah = 2,3 0,3 = 2

88 72 e. Menentukan persentase stabilitas dengan cara menentukan banyak data poin dalam rentang antara batas atas ( 2,6) dan batas bawah ( 2) kemudian dibagi dengan banyak data poin. Data poin dalam rentang = 0 Banyak data poin = 6 Persentase stabilitas? Persentase stabilitas = 0 : 4 = 0 x 100% = 0 % Maka persentase stabilitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.13 : Persentase stabilitas kondisi baseline menyebutkan pecahan Banyak data pion yang ada dalam rentang : Banyak data pion = Persentase stabilitas 6 = 0% 0 2. Kondisi intervensi ( B ) a. menentukan rentang stabilitas ( trend stability) Rentang stabilitas = kriteria stabilitas X skor tertinggi Rentang stabilitas = 0,15 x 10 = 1,5 b. menghitung mean level dengan dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi B Mean level = jumlah skor : banyak poin Jumlah skor = = 64 Mean level = 64 : 10

89 73 = 6,4 c. menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas atas = mean level +( rentang stabilitas) rentang stabilitas = x 1,5 = 0,75 Batas atas = 6,4 + 0,75 = 7,15 d. menetukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas bawah = mean level ( rentang stabilitas) Batas bawah = 6,4 0,75 = 5,65 e. Menentukan persentase stabilitas dengan cara menentukan banyak data poin dalam rentang antara batas atas ( 7,15 ) dan batas bawah ( 5,65) kemudian dibagi dengan banyak data poin. Data poin dalam rentang = 1 Banyak data poin = 10 Persentase stabilitas? Persentase stabilitas = 1 : 10 = 0,1 x 100% = 10% Maka persentase stabilitas adalah sebagai berikut :

90 74 Tabel 4.14: persentase stabilitas kondisi intrvensi menyebutkan pecahan Banyak data pion yang ada dalam rentang Banyak data pion = Persentase stabilitas 10 = 10 % 1 ( tidak stabil ) Dapat dijelaskan bahwa persentase stabilitas pada kondisi sebelum diberikan intervensi dan kondisi setelah diberikan intervensi tidak stabil, karena persentase stabilitas kondisi ( A ) adalah 0 % dan kondisi B adalah 10%. Data dikatakan stabil apabila diperoleh persentase stabilitas 85%-90%. Untuk lebih jelas mengenai persentase stabilitas pada kodisi baseline( 0%) dan intervensi( 10% ) dapat dilihat dalam tabel persentase stabilitas berikut ini : Tabel 4.15 Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline ( A) Dan Intervensi Kemampuan Meyebutkan Pecahan ( B) Pada Kondisi Baseline ( A) Intervensi ( B) Kecendrungan data stabilitas 0% ( tidak stabil) 10% ( tidak stabil) Stabilitas kecendrungan data dapat dilihat pada grafik berikut ini :

91 75 Grafik 4.13 Stabilitas Kecendrungan Kemampuan Menyebutkan Pecahan Dalam Kondisi Baseline Dan Intervensi Keterangan : : titik data : titik data : Batas atas : Mean : Batas bawah Tergambar pada grafik, kondisi baseline ( A ) frekuensi yang didapat pada hari pertama yaitu 2, dan pada hari kedua frekuensi yang didapat yaitu 4, berarti data naik pada hari pertama. Pada pemgamatan ketiga dan keenam data mendatar dan stabil dengan frekunsi 2.

92 76 Pada kondisi intervensi (B), pada pengamatan ketujuh dan kesembilan frekuensi 2, pengamatan kesepuluh frekuensi yaitu 4, pada pengamatan kesebelas frekuensi 6, pada pengamatan keduabelas frekuensi 8, pada pengamatan ketigabelas dan keenambelas kemampuan anak menyebutkan pecahan meningkat. Pada pengamatan kesebelas dan keenam belas data mendatar dan telah stabil dengan frekuensi 10. Kemampuan menunjukkan pecahan, 2. Kondisi baseline (A) a. menentukan rentang stabilitas ( trend stability) Rentang stabilitas = kriteria stabilitas X skor tertinggi Rentang stabilitas = 0,15 x 4 = 0,6 b. menghitung mean level dengan dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi A Mean level = jumlah skor : banyak poin Jumlah skor = = 16 Mean level = 16 :7 = 2,28 c. menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas atas = mean level +( rentang stabilitas) rentang stabilitas = x 0,6 = 0,3

93 77 Batas atas = 2,28 + 0,3 = 2,58 d. menentukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas bawah = mean level ( rentang stabilitas) Batas bawah = 2,28 0,3 = 1,98 e. Menentukan persentase stabilitas dengan cara menentukan banyak data poin dalam rentang antara batas atas ( 2,58 ) dan batas bawah ( 1,98) kemudian dibagi dengan banyak data poin. Data poin dalam rentang = 6 Banyak data poin = 7 Persentase stabilitas? Persentase stabilitas = 6 : 7 = 0,85 x 100% = 85 % Maka persentase stabilitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.16: persentase stabilitas kondisi baseline menunjukkan pecahan Banyak data pion yang ada dalam rentang : Banyak data pion = Persentas e stabilitas : 7 = 85% (stabil) 6

94 78 2. Kondisi intervensi ( B ) a. menentukan rentang stabilitas ( trend stability) Rentang stabilitas = kriteria stabilitas X skor tertinggi Rentang stabilitas = 0,15 x 10 = 1,5 b. menghitung mean level dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi B Mean level = jumlah skor : banyak poin Jumlah skor = = 72 Mean level = 72 : 9 = 8 c. Menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas atas = mean level + rentang stabilitas rentang stabilitas = x 1,5 = 0,75 Batas atas = 8 + 0,75 = 8,75 d. Menetukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas bawah = mean level ( rentang stabilitas) Batas bawah = 8 0,75 = 7,25 e. Menentukan persentase stabilitas dengan cara menentukan banyak data poin dalam rentang antara batas atas ( 8,75 ) dan batas bawah ( 7,25) kemudian dibagi dengan banyak data poin.

95 79 Data poin dalam rentang = 0 Banyak data poin = 9 Persentase stabilitas? Persentase stabilitas = 0 : 9 = 0 x 100% = 0 % Maka persentase stabilitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.17:Persentase stabilitas kondisi intervensi menunjukkan pecahan Banyak data pion yang ada dalam rentang : Banyak data pion = Persentase stabilitas 9 = 100%= 0% 0 (tidak stabil ) Dapat dijelaskan bahwa persentase stabilitas pada kondisi sebelum diberikan intervensi dan kondisi setelah diberikan intervensi tidak stabil, karena persentase stabilitas kondisi ( A ) adalah 85 % dan kondisi B adalah 0%. Data dikatakan stabil apabila diperoleh persentase stabilitas 85%-90%. Untuk lebih jelas mengenai persentase stabilitas pada kodisi baseline( 85%) dan intervensi( 0% ) dapat dilihat dalam tabel persentase stabilitas berikut ini. Tabel 4.18 Persentase Stabilitas Data Kondisi Baseline ( A) Dan Intervensi ( B) Pada Kemampuan menunjukkan Pecahan Kondisi Baseline ( A) Intervensi ( B) Kecendrungan data stabilitas 85% ( stabil) 0% ( tidak stabil) Stabilitas kecendrungan data dapat dilihat pada grafik berikut ini :

96 80 Grafik 4.14 Stabilitas Kecendrungan Kemampuan Menunjukkan Pecahan Dalam Kondisi Baseline Dan Intervensi Keterangan : : titik data : titik data : Batas atas : Mean : Batas bawah Tergambar pada grafik, kondisi baseline ( A ) frekuensi yang didapat pada hari pertama dan kedua yaitu 2, dan pada hari ketiga frekuensi yang didapat yaitu 4, berarti data naik pada hari pertama. Pada pemgamatan keempat dan ketujuh data mendatar dan stabil dengan frekunsi 2.

97 81 Pada kondisi intervensi (B), pada pengamatan kedelapan frekuensi 2, pengamatan kesembilan frekuensi yaitu 4, pada pengamatan kesepuluh frekuensi 6, pada pengamatan kesebelas dan keenambelas frekuensi 10. Pada pengamatan kesebelas dan keenambelas data mendatar dan telah stabil dengan frekuensi 10. Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 3. Kondisi baseline (A) a. Menentukan rentang stabilitas ( trend stability) Rentang stabilitas = criteria stabilitas X skor tertinggi Rentang stabilitas = 0,15 x 4 = 0,6 b. Menghitung mean level dengan dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi A Mean level = jumlah skor : banyak poin Jumlah skor = = 18 Mean level = 18 : 9 = 2 c. Menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas atas = mean level + rentang stabilitas rentang stabilitas = x 0,6 = 0,3 Batas atas = 2 + 0,3 = 2,3

98 82 d. Menentukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas bawah = mean level ( rentang stabilitas) Batas bawah = 2 0,3 = 1,7 e. Menentukan persentase stabilitas dengan cara menentukan banyak data poin dalam rentang antara batas atas ( 2,3 ) dan batas bawah ( 1,7) kemudian dibagi dengan banyak data poin. Data poin dalam rentang = 7 Banyak data poin = 9 Persentase stabilitas? Persentase stabilitas = 7 : 9 = 0,77 x 100% = 77% Maka persentase stabilitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.19 : persentase stabilitas kondisi baseline mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Banyak data pion yang ada dalam rentang : Banyak data pion = Persentase stabilitas : 9 = 77% 7 (tidak stabil) 2. Kondisi intervensi ( B ) a. menentukan rentang stabilitas ( trend stability) Rentang stabilitas = criteria stabilitas X skor tertinggi Rentang stabilitas = 0,15 x 10 = 1,5

99 83 b. menghitung mean level dengan dengan cara menjumlahkan semua skor dan dibagi dengan banyak data poin pada kondisi B Mean level = jumlah skor : banyak poin Jumlah skor = = 64 Mean level = 64 : 7 = 9,1 c. menentukan batas atas dengan cara menjumlahkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas atas = mean level +( rentang stabilitas) rentang stabilitas = x 1,5 = 0,75 Batas atas = 9,1+ 0,75 = 9,85 d. menetukan batas bawah dengan cara mengurangkan mean level dengan setengah stabilitas kecendrungan. Batas bawah = mean level ( rentang stabilitas) Batas bawah = 9,1 0,75 = 8,35 e. Menentukan persentase stabilitas dengan cara menentukan banyak data poin dalam rentang antara batas atas ( 9,85 ) dan batas bawah ( 8,35) kemudian dibagi dengan banyak data poin. Data poin dalam rentang = 0 Banyak data poin = 7

100 84 Persentase stabilitas? Persentase stabilitas = 0 : 7 = 0 x 100% = 0 % Maka persentase stabilitas adalah sebagai berikut : Tabel 4.20: persentase stabilitas kondisi intervensi mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Banyak data pion yang ada dalam rentang : Banyak data pion = Persentase stabilitas 7 = 0% 0 i (tidak stabil ) Dapat dijelaskan bahwa persentase stabilitas pada kondisi sebelum diberikan intervensi dan kondisi setelah diberikan intervensi tidak stabil, karena persentase stabilitas kondisi ( A ) adalah 77% dan kondisi B adalah 0%. Data dikatankan stabil apabila diperoleh persentase stabilitas 85%-90%. Untuk lebih jelas mengenai persentase stabilitas pada kodisi baseline( 77%) dan intervensi( 0% ) dapat dilihat dalam tabel persentase stabilitas berikut ini: Data Tabel 4.21Persentase StabilitKondisi Baseline ( A) Dan Intervensi ( B) Pada Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Kondisi Baseline ( A) Intervensi ( B) Kecendrungan data stabilitas 77% (tidak stabil) 0% ( tidak stabil) Stabilitas kecendrungan data dapat dilihat pada grafik berikut ini

101 85 Grafik 4.15 Stabilitas Kecendrungan Kemampuan mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Dalam Kondisi Baseline Dan Intervensi Keterangan : : titik data : titik data : Batas atas : Mean : Batas bawah Tergambar pada grafik, kondisi baseline ( A ) frekuensi yang didapat pada hari pertama dan kedua yaitu 0, dan pada hari kedua frekuensi yang didapat yaitu 4, berarti data naik pada hari

102 86 pertama. Pada pemgamatan hari ketiga dan kesembilan data mendatar dan stabil dengan frekunsi 2. Pada kondisi intervensi (B), pada pengamatan kesepuluh frekuensi 6, pengamatan kesebelas frekuensi yaitu 8, pada pengamatan keduabelas dan keenambelas frekuensi 10 data mendatar dan telah stabil dengan frekuensi 10. d. menentukan jejak data Pada gambar data grafik kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan, terdapat dua garis yang tidak sama antara kondisi A dan kondisi B. pada garis A garis data menurun (-) sedangkan pada kodisi B garis data naik (+). Dan kondisi A kemampuan anak menyebutkan pecahan, pada pengamatan pertama frekuensi yaitu 2, pengamatan kedua frekuensi yaitu 4, pengamatan ketiga dan keenam frekuensi yaitu 2. Sedangkan pada kondisi B pada pengamatan yang ketujuh dan kesembilan frekuensi yaitu 2, pengamatan kesepuluh frekuensi yaitu 4, pengamatan kesebelas frekuensi yaitu 6, pengamatan keduabelas frekuensi yaitu 8, pengamatan ketigabelas dan keenambelas frekuensi yaitu 10. Kecendrungan jejak data Tabel 4.22 : Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Menyebutkan Pecahan Kondisi A B (-) (+) (=)

103 87 Pada gambar data grafik kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan, terdapat dua garis yang tidak sama antara kondisi A dan kondisi B. pada garis A garis data menurun (-) sedangkan pada kodisi B garis data naik (+). Dan kondisi A kemampuan anak menunjukkan pecahan, pada pengamatan pertama dan keduaa frekuensi yaitu 2, pengamatan ketiga frekuensi yaitu 4, pengamatan keempat dan ketujuh frekuensi yaitu 2. Sedangkan pada kondisi B pada pengamatan yang kedelapan frekuensi yaitu 2, pengamatan kesembilan frekuensi yaitu 4, pengamatan kesepuluh frekuensi yaitu 6, pengamatan kesebelas dan keenambelas frekuensi yaitu 10 Kecendrungan jejak data Tabel 4.23 : Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Menunjukkan Pecahan Kondisi A B (-) (+) (=) Pada gambar data grafik kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, terdapat dua garis yang tidak sama antara kondisi A dan kondisi B. pada garis A garis data menurun (-) sedangkan pada kodisi B garis data naik (+). Dan kondisi A kemampuan anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan pada pengamatan pertama frekuensi yaitu 0, pengamatan kedua frekuensi yaitu 4, pengamatan ketiga dan kesembilan frekuensi yaitu 2.

104 88 Sedangkan pada kondisi B pada pengamatan yang kesepuluh frekuensi yaitu 6, pengamatan kesebelas frekuensi yaitu 8, pengamatan keduabelas dan keenambelas frekuensi yaitu 10. Kecendrungan jejak data Tabel 4.24: Kecendrungan Jejak Data Kemampuan Mencocokkan Pecahan dengan lambang bilangan Kondisi A B e. menentukan level stabilitas dan rentang (-) (+) (=) Pada kemampuan meyebutkan pecahan data pada fase baseline (A) datanya stabil pada rentang 3-6 dan fase intervensi (B) datanya stabil dengan rentang Pada kemampuan menunjukkan pecahan data pada fase baseline (A) datanya stabil pada rentang 4-7 Dan fase intervensi ( B) datanya stabil dengan rentang Pada kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan data pada fase baseline (A) data stabil pada rentang 4-7 dan fase intervensi (B) datanya stabil dengan rentang Stabilitas dan rentang = jumlah titik data range x 100% = % stabilitas Jumlah total titik data Stabilitas dan rentang kemampuan menyebutkan pecahan A = 0 x 100% = 0 % 6 B = 1 x 100% = 10% 10

105 89 Stabilitas dan rentang kemampuan menunjukkan pecahan A = 6 x 100 % = 85 % 7 B = 0 x 100% = 0 % 9 Stabilitas dan rentang kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan A = 7 x 100 % = 77% 9 B = 0 x 100% = 0% 7 Tabel 4.25: Level Stabilitas Dan Rentang Kondisi Level stabilitas dan retang kemampuan menyebutkan pecahan A 1 0% B 2 10% Level stabilitas dan retang kemampuan menunjukkan pecahan Tidak stabil 85% Tidak stabil 0% Level stabilitas dan retang kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan f. Menentukan tingkat perubahan ( level change ) Stabil 77% Tidak stabil Tidak stabil 0% Tidak stabil Menentukan level perubahan ( level change ) yang menunjukkan berapa besar terjadinya perubahan data dalam suatu kondisi. Adapun cara menghitungnya adalah berapa skor pertama

106 90 atau data pada hari 1 dan data hari terakhir dalam kondisi A dan B. Kemudian skor yang besar dikurangi dengan skor yang kecil. a. Kemampuan menyebutkan pecahan, Level perubahan kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan pada kondisi baseline (A) adalah 2-2 =0. Sedangkan pada kondisi intervensi ( B) adalah 10-2 = 8. Dengan demikian level perubahan dapat ditulis seperti : Tabel 4.26 : Level Perubahan Kemampuan Menyebutkan Pecahan Kondisi A B Level perubahan 2-2=0 10-2=8 b. Kemampuan menunjukkan pecahan, Level perubahan kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan pada kondisi baseline (A) adalah 2-2 =0. Sedangkan pada kondisi intervensi ( B) adalah 10-2 = 8. Dengan demikian level perubahan dapat ditulis seperti : Tabel 4.27 : Level Perubahan Kemampuan menunjukkan Pecahan Kondisi A B Level perubahan 2-2=0 10-2=8 c. Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan

107 91 Level perubahan kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan pada kondisi baseline (A) adalah 2-2 =0. Sedangkan pada kondisi intervensi ( B) adalah 10-2 = 8. Dengan demikian level perubahan dapat ditulis seperti : Tabel4.28 : Level Perubahan Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Kondisi A B Level perubahan 2-0=2 10-2=8 Setelah diketahui masing-masing komponen diatas, untuk memperjelasnya maka dimasukan dalam satu format tabel analisis dalam kondisi yang berkaitan dengan meningkatkan kemampuan konsep pecahan pada anak kesulitan belajar dibawah ini : Tabel 4.29: Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Menyebutkan Pecahan Kondisi A B 1. Panjang kondisi estimasi kecendrungan arah (-) (+) 3.kecendrungan stabilitas 4. jejak data Tidak stabil (0%) Tidak stabil (10%) (-) (+) (=)

108 92 5. level stabilitas dan rentang (0%) (10%) 6. level perubahan 2-2=0 10-2=8 Tabel 4.30: Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Menunjukkan Pecahan Kondisi A B 1.Panjang kondisi estimasi kecendrungan arah (-) (+) 3.kecendrungan stabilitas 4 jejak data stabil (85%) Tidak stabil (0%) (-) (+) (=) 5. level stabilitas dan rentang (85%) (0%) 6. level perubahan 2-2=0 10-2=8

109 93 Tabel 4.31 : Rangkuman Analisis Dalam Kondisi Kemampuan Anak Dalam Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Bilangan Kondisi A B 1.Panjang kondisi estimasi kecendrungan arah (-) (+) 3.kecendrungan stabilitas 4 jejak data Tidak stabil (77%) Tidak stabil (0%) (-) (+) (=) 5. level stabilitas dan rentang (77%) (0%) 6. level perubahan 2-0=2 10-2=8 2. Analisis Antar Kondisi Adapun komponen analisis antar kondisi baseline (A) dan intervensi (B) dalam meningkatkan konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar dengan media kepingan CD ( Compact Disk ) adalah : a. Menentukan banyaknya variabel yang berubah Menentukan banyaknya variabel yang berubah, yaitu dengan cara menentukan jumlah variabel yang berubah diantara kondisi baseline dan intervensi. Banyaknya veriabel yang

110 94 berubah dalam penelitian ini satu, yaitu kemampuan mengenal pecahan, dengan sub bagiannya tiga yaitu kemampuan menyebutkan pecahan, menunjukkan dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat melalui tabel berikut : Tabel 4.32: Banyaknya Variabel Yang Berubah Perbandingan kondisi B : A Jumlah variabel yang berubah 1 b. Menentukan perubahan kecendrungan arah Menentukan perubahan kecendrungan dengan mengambil data pada analisis dalam kondisi. Tabel 4.33 : Perubahan Kecendrungan Arah Perubahan kondisi A /B Perubahan kecendrungan arah dan efekyan kemampuan menyebutkan pecahan (-) (+) Perubahan kecendrungan arah dan efekyan kemampuan menunjukkan pecahan (+) (-) Perubahan kecendrungan arah dan efekyan kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan (+) (-) c. Menentukan perubahan kecendrungan stabilitas

111 95 Menentukan perubahan kecendrungan stabilitas dapat dilihat dengan melalui kecendrungan stabilitas pada kondisi pada kondisi A dan kondisi B pada rangkuman analisis dalam kondisi. Tabel 4.34: Perubahan Kecendrungan Stabilitas Perbandingan kondisi B1/ A1 (2:1) Perubahan kecendrungan stabilitas kemapuan menyebutkan pecahan Perubahan kecendrungan stabilitas kemapuan menunjukkan pecahan Perubahan kecendrungan stabilitas kemapuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Variabel ke variabel Stabil ke variabel Variabel ke variabel Kemampuan menyebutkan pecahan pada kondisi baseline kecendrungan stabilitasnya 0% (tidak stabil/ variabel), sedangkan pada kondisi intervensi kecendrungan stabilitasnya 10% ( tidak stabil/ variabel ). Kemampuan menunjukkan pecahan pada kondisi baseline kecendrungan stabilitasnya 85% (stabil ), sedangkan pada kondisi intervensi kecendrungan stabilitasnya 0% (tidak stabil/ variabel). Kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan pada kondisi baseline kecendrungan stabilitasnya 77% (tidak stabil ), sedangkan pada kondisi intervensi kecendrungan stabilitasnya 0% ( tidak stabil/ variabel ). d. Menentukan level perubahan

112 96 Menentukan level perubahan dengan cara menetukan data terakhir pada baseline (A) menetukan data pertama pada kondisi intervensi, kemudian dihitung selisih antara keduanya. Pada kemampuan menyebutkan pecahan 2-2=0. Pada kemampuan menunjukkan 2-2=0. Pada kemampuam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 6-2=4. Tabel4.35 : Perubahan Kecendrungan Stabilitas Perbandingan kondisi B/A (2:1) Perubahan level kemampuan meyebutkan pecahan Perubahan level kemampuan menunjukkan pecahan Perubahan level kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan (2-2) =0 (2-2) =0 (6-2) =4 e. menentukan overlap data menetukan overlap data pada kondisi baseline (A) dengan intervensi (B) dengan cara : 1. Tentukan batas bawah dan atas kondisi baseline 2. Hitung ada berapa data point kondisi intervensi yang ada pada rentang kondisi baseline (A) 3. Perolehan angka pada point (b) dibagi dengan banyaknya data poin yang ada pada kondisi intervensi (B) kemudian dikali 100 a. kemampuan menyebutkan pecahan Batas atas adalah 2,6 dan batas bawahnya adalah 2. Jumlah data poin kondisi intervensi yang ada pada rentang kondisi baseline, yaitu (1). Kemudian dibagi dengan banyak data poin

113 97 yang ada pada kondisi intervensi ( B) yaitu 10, jadi 1 : 10. Hasilnya tersebut dikali 100, maka hasilnya adalah 10 %. b. Kemampuan Menunjukkan Pecahan Batas atas adalah 2,58 dan batas bawahnya adalah 1,98 Jumlah data poin kondisi intervensi yang ada pada rentang kondisi baseline, yaitu (0). Kemudian dibagi dengan banyak data poin yang ada pada kondisi intervensi ( B) yaitu 9, jadi 0 : 9. Hasilnya tersebut dikali 100, maka hasilnya adalah 0 %. c. kemampuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Batas atas adalah 2,3 dan batas bawahnya adalah 1,7. Jumlah data poin kondisi intervensi yang ada pada rentang kondisi baseline, yaitu (0). Kemudian dibagi dengan banyak data poin yang ada pada kondisi intervensi ( B) yaitu 7, jadi 0 :7. Hasilnya tersebut dikali 100, maka hasilnya adalah 0 %. Semakin kecil persentase overlap maka semakin baik pengaruh intervensi terhadap perubahan target behavior dalam penelitian ini. Dengan demikian dapat ditafsirkan bahwa kemampuan anak kesulitan belajar dalam mengenal konsep pecahan,,mengalami perubahan meningkat. Data diatas terdapat data pada kondisi B yang overlap (tumpang tindih). Setelah diketahui masing-masing komponen diatas, untuk memperjelasnya, maka dapat dimasukkan dalam tabel formata analisis antar kondisi. Tabel 4.36 : Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak Dalam Menyebutkan Pecahan Kondisi B /A

114 98 Jumlah variabel yang berubah 1 Perubahan kecendrungan arah (-) (+) Perubahankecendrungan stabilitas Tidak stabil ke tidak stabil secara positif ( variabel ke variabel ) Level perubahan (2-2) = 0 Persentase overlape 0% Tabel 4.37: Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak Dalam menunjukkan Pecahan Kondisi B /A Jumlah variabel yang berubah 1 Perubahan kecendrungan arah (-) (+) Perubahankecendrungan stabilitas stabil ke tidak stabil secara positif (stabil ke variabel ) Level perubahan (2-2) = 0 Persentase overlape 0%

115 99 Tabel 4.38 : Rangkuman Hasil Analisis Antar Kondisi Kemampuan Anak Dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan Pecahan Kondisi B /A Jumlah variabel yang berubah 1 Perubahan kecendrungan arah (-) (+) Perubahankecendrungan stabilitas tidak stabil secara positif Level perubahan (6-2) = 4 Persentase overlape 0% G. Pembuktian Hipotesis Dari hasil analisis data dalam kondisi dan hasil analisis antar kondisi terlihat bahwa sebelum diberikan perlakuan menggunakan media gambar yang di buat dikertas HVS pada kondisi baseline, kemampuan menyebutkan, menunjukkan, mencocokkkan pecahan dengan lambang bilangan bagi anak kesulitan belajar masih rendah. Setelah diberikan perlakuan dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) pada kemampuan menyebutkan, menunjukkkan, mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan bagi anak kesulitan belajar meningkat. Adapun hipotesis yang penulis ajukan dalam penelitian ini yaitu media kepingan CD (Compact Disk) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar di kelas III/ 2 di SDN 05 kapalo koto padang. Jawaban dari hipotesis penelitian ini adalah hopetesis diterima, karena intervensi yang diberikan meningkat yaitu media kepingan CD (Compact Disk) dapat meningkatkan pemahaman konsep pecahan sederhana bagi anak kesulitan belajar kelas III2 disdn 05 kapalo koto padang.

116 100 D. Pembahasan Tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk meningkatakan pemahaman konsep pecahan, bagi anak kesulitan belajar di SDN 05 kapalo koto padang. Untuk pengukuran variabel penelitian ini digunakan frekuensi, menurut pendapat juang sunanto ( 2006 : 15) frekuensi dimaksudkan untuk menunjukkan berapa kali suatu peristiwa terjadi pada periode tertentu. Intervensi pada penelitian ini dengan menggunakan media kepingan CD ( Compact Disk ) pada aak kesulitan belajar. Penggunaan media yang tepat dalam proses belajar akan mempermudah para siswa untuk menangkap informas yang ingin disampaikan oleh guru. Menurut Azhar Arsyad ( 1997 : 4) media adalah alat menyampaikan atau menggambarkan pesan-pesan pengajaran. Dalam proses belajar mengajar, penerima pesan itu siswa. Pembawa pesan ( media ) itu berintegrasi dengan siswa melalui indra mereka. Siswa dirangsang oleh media untuk menggunakan indranya untuk meneriama informasi. Media kepingan CD (compact disk ) dapat digunakan untuk mengajarkan konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar. Media ini penulis potong potong sesuai dengan bentuknya yang terdiri dari potongan- potongan yang di potong sama besar, sehingga mempermudah anak dalam memahami nilai dari potongan yang melambangkan nilai pecahan. Tidak hanya itu media kepingan CD(compact disk ) ini juga memiliki kelebihan: seperti : mudah diperoleh, tidak beresiko, cepat dikenal anak, dan berkilau sehingga anak tertarik melihat media yang penulis gunakan ini. Selain itu media ini mudah dicari dimana saja karena kepingan CD (compact disk ) ini mudah di dapat. Media ini digunakan agar anak kesulitan belajar dapat memahami konsep pecahan tersebut dari potongan potongan media kepingan CD (compact disk ) ini. Sehubung

117 101 dengan permasalahan ini penulis akan mencoba berbagai cara untuk meningkatkan pemahaman konsep pecahan melalui media kepingan CD(compact disk ) bagi anak berkesulitan belajar di SDN 05 Kapalo Koto Padang. Penelitian menggunakan desain baseline jamak antarvariabel dengan variabel menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Hasil penelitian pada variabel pertama yaitu menyebutkan pecahan. Pengamatan pada kondis A dilakukan sebanyak enam kali dan pengamatan pada kondisi intervensi B sebanyak sepuluh kali. Pada kondisi A kemampuan menunjukkan anak dalam menyebutkan pecahan sangat rendah. Pada kondisi B, setelah diberi perlakuan melalui media kepingan CD ( Compact Disk ) kemampuan anak terus meningkat. Pada pengamatan kesebelas sampai keenam belas sudah stabil dan peneliti menghentikan perlakuan. Variabel kedua yaitu kemampuan menunjukkan pecahan. pengamatan pada kondisi A sebanyak tujuh kali dan pada kondisi B sebanyak Sembilan kali. Pada kondisi A kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan masih rendah. Pada kondisi B, setelah diberi perlakuan melalui media kepingan CD ( Compact Disk ) kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan terus meningkat. Pada pengamatan kesebelas sampai keenam belas data sudah stabil dan peneliti menghentikan perlakuan. Variabel ketiga yaitu kemapuan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Pengamatan kondisi A dilakukan sebanyak Sembilan kali dan pengamatan pada kondisi B dilakukan sebanyak tujuh kali. Pada kondisi A kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan anak masih rendah. Pada kondisi B, setelah kondisi B, setelah diberi

118 102 perlakuan melalui media kepingan CD ( Compact Disk ) terus meningkat. Pada pengamatan keduabelas sampai keenambelas data sudah stabil dan peneliti menghentikan perlakuan. Berdasarkan data diatas dapat dijelaskan bahwa sebelum diberi perlakuan melalui media kepingan CD ( Compact Disk ), kemampuan anak dalam mengenal pecahan masih rendah. Namun setelah diberikan perlakuan melalui media kepingan CD ( Compact Disk ) dalam meningkatkan konsep pecahan,, menjadi meningkat. Hal ini sejalan dengan pendapat diatas bahwa kemampuan anak kesulitan belajar di SDN 05 kapalo koto padang dalam mengenal konsep pecahan,, dengan kemampuan menyebutkan, menunjukkan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan dapat ditingkatkan melalui media kepingan CD Compact Disk )

119 103 BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang peneliti laksanakan di SDN 05 Kapalo Koto Padang yang bertujuan untuk membuktikan apakah media kepingan CD (Compact Disk) dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan. Hasil penelitian terhadap kemampuan menyebutkan pecahan baseline (A) yaitu hari pertama anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu, hari kedua anak bisa menyebutkan 2 buah pecahan yaitu,. Dan hari ketiga dan keenam anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan yaitu. Hasil penelitian terhadap kemampuan menunjukkan pecahan baseline (A) yaitu hari pertama dan kedua anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan, hari ketiga anak bisa menunjukkan 2 buah pecahan, hari keempat sampai ketujuh anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan. Dan hasil penelitian terhadap kemampuan mencocokkan pecahan baseline (A) yaitu anak tidak bisa mencocokkan pecahan satu pun, hari kedua anak bisa mencocokkan dua buah pecahan,, hari ketiga sampai kesembilan anak bisa mencocokkan 1 buah pecahan. Hasil penelitian terhadap kemampuan menyebutkan pecahan intervensi (B) yaitu hari ketujuh sampai kesembilan anak bisa menyebutkan 1 buah pecahan, hari kesepuluh anak bisa menyebutkan 2 buah pecahan,, hari kesebelas anak bisa menyebutkan 3 buah pecahan,, hari keduabelas anak bisa menyebutkan 4 buah pecahan,, dan hari ketigabelas sampai keenambelas anak bisa menyebutkan 5 buah 103

120 104 pecahan,. Hasil penelitian terhadap kemampuan menunjukkan pecahan intervensi (B) yaitu hari kedelapan anak bisa menunjukkan 1 buah pecahan, hari kesembilan anak bisa menunjukkan 2 buah pecahan,, hari kesepuluh anak bisa menunjukkan 3 buah pecahan,, hari kesebelas sampai enambelas anakbisa menunjukkan 5 buah pecahan,. Hasil penelitian terhadap kemampuan mencocokkan pecahan intervensi (B) yaitu hari kesepuluh anak bisa mencocokkan 3 buah pecahan,, hari kesebelas anak bisa mencocokkan 4 buah pecahan,, hari keduabelas sampai keenambelas anak bisa mencocokkan 5 buah pecahan,. Pengamatan dan pencatatan dalam penelitian ini menggunakan pengukuran variabel frekuensi, berapa banyak anak dapat menyebutkan, menunjukkan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Media kepingan CD (compact disk) dapat digunakan untuk mengajarkan konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar. Media ini penulis potong potong sesuai dengan bentuknya yang terdiri dari potongan- potongan yang di potong sama besar, sehingga mempermudah anak dalam memahami nilai dari potongan yang melambangkan nilai pecahan. Tidak hanya itu media kepingan CD (compact disk) ini juga memiliki kelebihan: seperti : mudah diperoleh, tidak beresiko, cepat dikenal anak, dan berkilau sehingga anak tertarik melihat media yang penulis gunakan ini. Selain itu media ini mudah dicari dimana saja karena kepingan CD (compact disk) ini mudah di dapat. Media ini digunakan agar anak kesulitan belajar dapat memahami konsep pecahan tersebut dari potongan potongan media kepingan CD (compact disk) ini. Sehubung dengan permasalahan ini penulis akan mencoba berbagai cara untuk meningkatkan kemampuan

121 105 pemahaman konsep pecahan melalui media kepingan CD(compact disk) bagi anak berkesulitan belajar di SDN 05 Kapalo Koto Padang. Dengan menggunakan media kepingan CD (Compact Disk) ini anak lebih mudah memahami tentang pecahan, karena selain disajikan secara konkrit, media ini juga menarik bagi anak. hal ini dapat dilihat dengan perbandingan pada saat kondisi baseline, kemampuan anak dalam menyebutkan pecahan, masih rendah Sedangkan kondisi intervensi kemampuan anak menyebutkan pecahan, terus meningkat. Kondisi baseline, kemampuan anak dalam menunjukkan pecahan, masih rendah Sedangkan kondisi intervensi kemampuan anak menunjukkan pecahan, terus meningkat. kondisi baseline, kemampuan anak dalam mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan masih rendah Sedangkan kondisi intervensi kemampuan anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan terus meningkat. Berdasarkan uraian hasil pengamatan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kemampuan Pemahaman Konsep Pecahan Sederhana Pada Pembelajaran Matematika Bagi Anak Kesulitan Belajar Di Kelas III/2 Di SDN 05 Kapalo Koto Padang dapat ditingkatkan melalui media kepingan CD (Compact Disk).

122 106 B. Saran Berdasarkan hasil penelitian ini, memberikan saran-saran sebagai berikut : 1. Bagi guru Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam memilih media dan menerapakan sarana pembelajaran yang tepat, menarik dan sesuai dengan tingkat kemampuan anak kesulitan belajar sehingga anak memahami konsep pecahan, 2. Bagi peneliti selanjutnya Dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan untuk meningkatkan mutu media kepingan CD (Compact Disk) dalam meningkatkan kemampuan pemahaman konsep pecahan bagi anak kesulitan belajar.

123 107 DAFTAR PUSTAKA Munawir Yusuf Pendidikan Bagi Anak Dengan Problema Belajar. Jakarta : Direktorat Peminaan Pendidikan Dan Tenaga Kependidikan Firmanawaty Sultan Mahir Matematika Melalui Permainan. Jakarta : Pustaka Swasta Joala Ekaningsih Piamin Agar Anak Pandai Matematika. Jakarta : PT Penebar Swadaya Mira Yusnita. Dengan Judul Skripsi Meningkatkan Pemahaman Konsep Pecahan Melalui Media Puzzle Bagi Anak Tunagrahita Ringan. Liswarni R. Dengan Judul Skripsi Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Konsep Pecahan Melalui Media Puzzle Pada Anak Tunarungu Sutjihati Somantri Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama. Wardani Pengajaran Bahasa Indonesia Bagi Anak Kesulitan Belajar. Jakarta : Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. Muhibidin syah Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grafindo Persada. Mulyono Abdurahman Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Departemen Pendididkan Dan Kebudayaan. Anderson Ronald. ( 1987 ), Pemilihan dan Pengembangan Media Untuk Pembelajaran. Jakarta : Rajawali Pers. Arief Furchan. ( 1977 ), Media Pengajaran. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Depdiknas. ( 2008 ). Buku Panduan Penulisan Tugas Akhir / Skripsi Universitas Negeri Padang. Padang : UNP. Djaja Rahardja Pengantar Pendidikan Luar Biasa. CRICED. Hoetomo Kamus Bahasa Indonesia. Surabaya: Mitra Pelajar. Jhon Latuheru. ( 1988 ), Media Pembelajaran dan Proses Belajar Mengajar Masa Kini. Jakarta : Depdikbud. Juang Sunanto, Pengantar Penelitian Dengan Subject Tunggal. Universitas Of Tsukuba Jepang Juang Sunanto, Koji Takeuchi, & Hideo Nakata ( 2006 ). Penelitian Dengan Subyek Tunggal. Bandung : UPI Press. Psikologi. Pengertian Kesulitan Belajar.

124 108 Tarmidi Kesulitan Belajar Learning Disability Dan Masalah Emosi. Universitas Strategi Pembelajaran Bagi Anak Berkebutuhan Khusus. intrik Mengenal CD Rom Dan DVD Rom. Darwis CD ROM. Poerwadarminta Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta:Balai Pustaka. Suharsimi Arikunto. (2005). Manajemen Penelitian. Jakarta: Rineka Citra. Damri Rekontruksi Materi Menajemen Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Padang: UNP. Tim Penyusun Bahan Ajar Teknologi Informasi Dan Komunikasi. Padang : PT. Multi Guna Ilmu.

125 109 Lampiran XII Kondisi Baseline

126 110 L A M P I R A N

127 111 Lampiran I KISI - KISI PENELITIAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MEDIA KEPINGAN CD (COMPACT DISK ) BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR ( Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang ) VARIABEL INDIKATOR DESKRIPTOR Mengenal konsep pecahan sederhana Mengetahui 1. Menyebutkan pecahan, 2. Menunjukkan pecahan, 3. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 1. Menyebutkan pecahan, 2. Menyebutkan pecahan, 3. Menyebutkan pecahan, 4. Menyebutkan pecahan, 5. Menyebutkan pecahan, 1. Menunjukkan pecahan, 2. Menunjukkan pecahan 3. Menunjukkan pecahan, 4. Menunjukkan pecahan 5. Menunjukkan pecahan 1. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, 2. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 3. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 4. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 5. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan

128 112 Lampiran II INSTRUMEN PENELITIAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MEDIA KEPINGAN CD (COMPACT DISK ) BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR ( Single Subject Research Di Kelas III/2 SDN 05 Kapalo Koto Padang ) VARIABEL INDIKATOR INSTRUMENT TES Mengenal konsep pecahan 1. Menyebutkan pecahan, Tes lisan 2. Menunjukkan pecahan, Tes perbuatan 3. Mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, Tes perbuatan

129 113 Lampiran III PROGRAM PENGAJARAN INDIVIDUAL ( PPI) A. Identitas Anak Nama : Fadli Fernando Tempat/ tanggal lahir : Padang / 22 Juni 2003 Jenis kelamin Sekolah Alamat : Laki- laki : SDN 05 Kapalo Koto : Jln. Koto Tuo, Kel. Limau Manis, Kec. Pauh Padang B. Kemampuan siswa mengenai pecahan Siswa belum mengenal pecahan, C. Layanan khusus yang direkomendasikan Siswa dibimbing mengenal pecahan, D. Bidang studi : Matematika Pokok bahasan : Mengenal Pecahan E. Tujuan pembelajaran Tujuan pembelajaran umum : siswa dapat mengenal pecahan, Tujuan pembelajaran khusus : 1. Siswa dapat menyebutkan pecahan, 2. Siswa dapat menunjukkan pecahan, 3. Siswa dapat mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan

130 114 F. Kegiatan belajar mengajar Kegiatan peneltian 1. Kegiatan awal a. Berdoa b. Apersepsi Penelitian dan siswa mengenal pecahan sederhana 2. Kegiatan inti a. Peneliti menjelaskan materi pelajaran yaitu tentang pecahan dan menyebutkan lambang pecahan b. Peneliti memperlihatkan gambar pecahan dan menyebutkan nama pecahan c. Peneliti menyebutkan nama pecahan satu persatu kemudian menunjukkan lambang bilangannya d. Peneliti mencocokkan pecahan dengan lamabang bilangan Kegiatan siswa Kegiatan awal c. Berdoa d. Apersepsi Siswa dan Penelitian mengenal pecahan sederhana Kegiatan inti a. Anak mendengarkan penjelasan peneliti b. Siswa memperhatikan penjelasan peneliti Siswa menyebutkan mana pecahan yang diperintahkan peneliti c. Siswa menunjukkan lambang bilangan yang peneliti sebutkan 3. Kegiatan akhir a. Peneliti dan siswa menyimpulkan pelajaran b. Peneliti menungaskan siswa menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan c. Berdoa d. Siswa mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan yang di perintahkan peneliti Kegiatan akhir a. Peneliti dan siswa menyimpulkan pelajaran b. Siswa menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan dan mencocokan pecahan c. Berdoa

131 115 G. Evaluasi Anak ditugaskan menyebutkan nama pecahan yang diperagakan, menunjukkan pecahan, dan mecocokkan pecahan dengan lambang bilangan Petunjuk penilaian Setiap soal yang dijawab benar skor 2 Setiap soal yang dijawab salah skor 0

132 116 Lampiran IV Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Baseline (A) Kemampuan Menyebutkan Pecahan No Hari/ Tanggal Waktu Kegiatan 1 Sabtu/ 5 mai menit Melakukan pengamatan pertama : anak menyebutkan pecahan, 2 Selasa / 15 mai menit Melakukan pengamatan kedua : anak menyebutkan pecahan, 3 Kamis / 17 mai menit Melakukan pengamatan ketiga : anak menyebutkan pecahan 4 Minggu/ 20 mai menit Melakukan pengamatan keempat : anak menyebutkan pecahan, 5 Minggu/ 27 mai menit Melakukan pengamatan kelima : anak menyebutkan pecahan, 6 Senin/ 28 mai menit Melakukan pengamatan keenam: anak menyebutkan pecahan,

133 117 Lampiran V Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Intervensi (B) Kemampuan Menyebutkan Pecahan No Hari/Tanggal Waktu Kegiatan 7 Rabu / 30 mai menit Melakukan pengamatan ketujuh : anak menyebutkan pecahan, 8 jumat / 1 juni menit Melakukan pengamatan kedelapan : anak menyebutkan pecahan 9 Senin/ 4 juni menit Melakukan pengamatan kesembilan : anak menyebutkan pecahan, 10 Rabu/ 6 juni menit Melakukan pengamatan kesepuluh : anak menyebutkan pecahan, 11 Kamis/ 7 juni menit Melakukan pengamatan kesebelas : anak menyebutkan pecahan, 12 Jumat/ 8 juni menit Melakukan pengamatan kedua belas: anak menyebutkan pecahan, 13 Minggu/ 10 juni menit Melakukan pengamatan ketigabelas : anak menyebutkan pecahan, 14 Senin/ 11 juni menit Melakukan pengamatan keempatbelas : anak menyebutkan pecahan, 15 Rabu/ 13 juni menit Melakukan pengamatan kelimabelas : anak menyebutkan pecahan, 16 Kamis/ 14 juni menit Melakukan pengamatan keempatbelas : anak menyebutkan pecahan,

134 118 Lampiran VI Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Baseline(A) Kemampuan Menunjukkan Pecahan No Hari/ tanggal Waktu Kegiatan 1 Sabtu/ 5 mai menit Melakukan pengamatan pertama anak menunjukkan pecahan, 2 Selasa/ 15 mai menit Melakukan pengamatan kedua anak menunjukkan pecahan, 3 Kamis/ 17 mai menit Melakukan pengamatan ketiga anak menunjukkan pecahan, 4 Minggu/ 20 mai menit Melakukan pengamatan keempat anak menunjukkan pecahan, 5 Minggu /27 mai menit Melakukan pengamatan kelima anak menunjukkan pecahan, 6 Senin / 28 mai menit Melakukan pengamatan keenam anak menunjukkan pecahan, 7 Rabu/ 30 mai menit Melakukan pengamatan ketujuh anak menunjukkan pecahan,

135 119 Lampiran VII Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Intervensi (B) Kemampuan Menunjukkan Pecahan No Hari / Tanggal Menit Kegiatan 8 Jumat/ 1 juni menit Melakukan pengamatan kedelapan anak t menunjukkan pecahan, 9 Senin/ 4 juni menit Melakukan pengamatan kesembilan anak menunjukkan pecahan, 10 Rabu/ 6 juni menit Melakukan pengamatan sepuluh anak menunjukkan pecahan, 11 Kamis/ 7 juni menit Melakukan pengamatan kesebelas anak menunjukkan pecahan, 12 Jumat/ 8 juni menit Melakukan pengamatan keduabelas anak menunjukkan pecahan, 13 Minggu/ 10 juni menit Melakukan pengamatan ketigabelas anak menunjukkan pecahan, 14 Senin / 11 juni menit Melakukan pengamatan keempat belas anak menunjukkan pecahan, 15 Rabu/ 13 juni menit Melakukan pengamatan kelima belas anak menunjukkan pecahan, 16 Kamis/ 14 juni menit Melakukan pengamatan keenam belas anak menunjukkan pecahan,

136 120 Lampiran VIII Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Baseline(A) Kemampuan Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Bilangan No Hari/ Tanggal Menit Kegiatan 1 Sabtu / 5 mai menit Melakukan pengamatan pertama anak tidak bisa mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, satu pun 2 Selasa/ 15 mai menit Melakukan pengamatan kedua anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, 3 Kamis/ 17 mai menit Melakukan pengamatan ketiga anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 4 Minggu/ 20mai menit Melakukan pengamatan keempat anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 5 Minggu/ 27 mai menit Melakukan pengamatan kelima anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan 6 Senin/ 28 mai menit Melakukan pengamatan keenam anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, 7 Rabu /30 mai menit Melakukan pengamatan ketujuh anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, 8 Jumat/ 1 juni menit Melakukan pengamatan kedelapan anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, 9 Senin/ 4 juni menit Melakukan pengamatan sembilan anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan,

137 121 Lampiran IX Jadwal Pelaksanaan Penelitian Dalam Kondisi Intervensi (B) Kemampuan Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Pecahan No Hari/ Tanggal Menit Kegiatan 10 Rabu/ 6 juni menit Melakukan pengamatan sepuluh anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, 11 Kamis/ 7 juni menit Melakukan pengamatan sebelas anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, 12 Jumat/ 8 juni menit Melakukan pengamatan duabelas anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, 13 Minggu/ 10 juni menit Melakukan pengamatan tigabelas anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, 14 Senin/ 11 juni menit Melakukan pengamatan empatbelas anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, 15 Rabu/ 13 juni menit Melakukan pengamatan limabelas anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan, 16 Kamis/ 14 juni menit Melakukan pengamatan enambelas anak mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan,

138 122 Lampiran X Format Pengumpulan Data Kemampuan Menyebutkan Pecahan Pada Kondisi Baseline (A) No Hari/ tanggal Pecahan Jumlah Skor,, 1 Sabtu / 5 mai Selasa/ 15 mai Kamis/ 17 mai Minggu/ 20 mai Minggu/27 mai Senin/ 28 mai Format Pengumpulan Data Kemampuan Menunjukkan Pecahan Pada Kondisi Baseline (A) No Hari/ tanggal Pecahan Jumlah Skor 1 Sabtu/ 5 mai Selasa/15 mai Kamis/ 17 mai Minggu/ 20 mai Minggu/ 27 mai Senin/ 28 mai Rabu/ 30 mai

139 123 Format Pengumpulan Data Kemampuan Mencocokkan Pecaahan Dengan Lambang Bilangan Pada Kondisi Baseline (A) No Hari/ Tanggal Pecahan Jumlah Skor 1 Sabtu / 5 mai Selasa/ 15 mai Kamis/ 17 mai Minggu/ 20 mai Minggu/ 27 mai Senin/ 28 mai Rabu/ 30 mai Jumat/ 1 juni Senin/ 4 juni

140 124 Lampiran XI Format Pengumpulan Data Kemampuan Menyebutkan Pecahan Pada Kondisi Intervensi (B) No Hari / tanggal Pecahan Jumlah Skor 7 Rabu/ 30 mai Jumat/ 1 juni Senin/ 4 juni Rabu/ 6 juni Kamis/ 7 juni Jumat/ 8 juni minggu/ 10 juni Senin/ 11 juni Rabu/13 juni Kamis/ 14 juni

141 125 Format Pengumpulan Data Kemampuan Menunjukkan Pecahan Pada Kondisi Intervensi (B) No Hari/ tanggal Pecahan Jumlah Skor 8 Jumat/ 1 juni Senin/4 juni Rabu/ 6 juni Kamis/ 7 juni Jumat/ 8 jun Minggu/ 10 juni Senin/ 11 juni Rabu/ 13 juni Kamis/ 14 juni Format Pengumpulan Data Kemampuan Mencocokkan Pecahan Dengan Lambang Bilangan Pada Kondisi Intervensi (B) No Hari / Tanggal Pecahan Jumlah Skor 10 Rabu/ 6 juni Kamis/ 7 juni Jumat/ 8 juni Minggu/ 10 juni Senin/ 11 juni Rabu/ 13 juni Kamis /14 juni

142 126 IDENTITAS ANAK A. Biodata Biodata anak Identitas Anak Nama Lengkap Panggilan : Fadli Fernando : Fadli Tempat/ Tanggal Lahir : Padang/ 22 Juni 2003 Jenis Kelamin Agama Status Anak Anak Ke Dari Jumlah Saudara Nama Sekolah Kelas Alamat Rumah : Laki - Laki : Islam : Anak Kandung : 2 Dari 2 Saudara : SDN 05 Kapalo Koto Padang : III : Jln. Koto Tuo. Kec. Pauh. Padang Riwayat Kelahiran Penyakit Pada Masa Kehamilan Usia Kandungan Riwayat Proses Kelahiran Tempat Kelahiran Penolong Proses Kelahiran Gangguan Pada Saat Bayi Lahir Berat Badan Bayi Panjang Badan Bayi Tanda-Tanda Kelainan Pada Bayi Susu Yang Diberikan : Tidak Ada : 9 Bulan : Normal : Bidan : Bidan : Tidak Ada : 2,5 Kg : 49 Cm : Tidak Ada : ASI

143 127 Perkembangan Masa Balita Menyusu Dengan Ibunya Hingga Umur Minum Susu Kaleng Hingga Umur Imunisasi Kualitas Makanan Kuantitas Makan : 2 Tahun: : 3 Tahun : Lengkap : Bagus : Bagus Biodata Orang Tua Ayah Nama : Doni Nofriadi Tempat/ Tanggal Lahir : Padang / 2 Maret 1977 Agama Status Pendidikan Tertinggi Pekerjaan Alamat : Islam : Kawin : SMA : Wiraswasta : Jln. Koto Tuo Ibu Nama : Ferawati Tempat/ Tanggal Lahir : Padang / 18 Mai 1979 Agama Status Pendidikan Tertinggi Pekerjaan Alamat : Islam : Kawin : SMA : Ibu Rumah Tangga : Jln. Koto Tuo

144 128 Hasil wawancara tentang informasi perkembangan belajar anak A. Informasi Pihak Sekolah Menurut wali kelas fadli menyatakan bahwa anak termasuk anak yang tidak malas di kelas dan merupakan anak yang mendapat perhatian dari orang tua tentang perkembangan belajar anak. Pada mata pelajaran berhitung anak mengalami masalah. Khususnya pada pelajaran pecahan, disini anak mengalami masalah dalam menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan. Perolehan hasil belajar fadli cendrung rendah dilihat dari nilai ulangan tengah semester II yang di peroleh fadli. B. Informasi Dari Orang Tua Menurut pendapat orang tua anak merupakan anak yang mau belajar dan tidak malas saat diajak belajar dirumah. Anak sangat sulit dalam dalam pelajaran berhitung. Khususnya dalam pelajaran tentang pecahan disini anak mengalami masalah dalam menyebutkan pecahan, menunjukkan pecahan, dan mencocokkan pecahan dengan lambang bilangan.

145 129 INSTRUMEN ASESMEN MATEMATIKA KELAS 3 SD NO Kemampuan Bisa BDB Tidak Bisa Ket 1 Mengenal bilangan Mengurutkan bilangan acak 1. 2, 7, 1, , 5, 2, , 6, 2, , 9, 3, , 4 1, 8 3 Mengurutkan bilangan ganjil dari kecil ke besar 1. 3, 1, 5, , 7,5, , 3, 9, , 15,9, , 17, 19, 11 4 Mengurutkan bilangan genap dari yang besar ke kecil 1. 4, 2,8, ,2, 8, , 14, 18, 16, 4. 4, 6, 10, ,10,6,8

146 130 5 Mengurutkan bilangan cacah dari yang kecil ke besar 1. 0, 2,1,3 2. 0, 3, 5, , 5, 7, , 7, 3, , 9, 4, 0 6 Penjumlahan Pengurangan

147 Menulis pecahan Menyebutkan pecahan Menunjukkan pecahan Mencocokkan pecahan

148

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP PECAHAN SEDERHANA MELALUI MEDIA KEPINGAN CD (COMPACT DISK) BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR Oleh : Cica Anwar Abstract This Study begius with an assessment of research

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS MEDIA RUMAH BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL NILAI TEMPAT BILANGAN BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR

EFEKTIFITAS MEDIA RUMAH BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL NILAI TEMPAT BILANGAN BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 354-364 EFEKTIFITAS MEDIA RUMAH BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 Sebtember 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 241-250 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGGUNAKAN PECAHAN DALAM PEMECAHAN MASALAH

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) EFEKTIFITAS MEDIA DEKAK-DEKAK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL NILAI TEMPAT BILANGAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Oleh Dita Risfamelia Abstract This research background of the problems

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 2 Juni 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :40-49 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1-10 MELALUI MEDIA WADAH

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS GAME EDUKASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAJAN BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR DI MIN KOTO LUAR, KECAMATAN PAUH

EFEKTIFITAS GAME EDUKASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAJAN BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR DI MIN KOTO LUAR, KECAMATAN PAUH Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 501-513 EFEKTIFITAS GAME EDUKASI UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAJAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Zuhairi Saputra, 2014

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Asep Zuhairi Saputra, 2014 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang berprestasi rendah (underachievers) umumnya banyak ditemukan di sekolah,umum karena mereka pada umumnya tidak mampu menguasai bidang studi tertentu yang

Lebih terperinci

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB

PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB PENGARUH PERMAINAN CONGKLAK TERHADAP KEMAMPUAN OPERASI HITUNG PENJUMLAHAN PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA KELAS III SDLB Septina Tria Pratiwi 1 Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 514-526 EFEKTIFITAS MEDIA APLIKASI EDUKATIF DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA PUZZLE DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN PECAHAN SEDERHANA BAGI ANAK KESULITAN BELAJAR Oleh: Vita Marta Sari Abstract :the background of this research by

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :132-140 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENJUMLAHKAN BILANGAN BULAT 1-10 BAGI ANAK

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 1 Januari 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 390-399 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI Pendahuluan TEKNIK

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN BAGI ANAK AUTIS MELALUI MEDIA GAMBAR Oleh : Rido Guspinal 95900/2009 ABSTRACT This research is in the background by the background issues that appear in the field,

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) KEMAMPUAN PENJUMLAHAN ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI MEDIA KARTU REMI Oleh: Eza Yusdial Abstract The research was motivated by the problems of children mental retardation (x) which is difficult to solve

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 1 Maret 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :85-96 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN BILANGAN MELALUI MEDIA PAPAN BILAH

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 532-545 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN RATUSAN MELALUI

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :409-418 Peningkatan Kemampuan Mengenal Nilai Tempat Bilangan Melalui Model

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 564-575 EFEKTIVITAS MEDIA GRAFIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu EFEKTIFITAS MEDIA AUDIO VISUAL DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu ABSTRAK Dona Febriani. 2015. Efektifitas Media Bangun Ruang Transparan untuk Meningkatkan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 59-71 EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA Puzzle RUMAH ANGKA UNTUK PEMAHAMAN ANGKA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG SATUAN PANJANG MELALUI MEDIA BAGAN TABEL BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG SATUAN PANJANG MELALUI MEDIA BAGAN TABEL BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 291-300 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGHITUNG SATUAN PANJANG MELALUI MEDIA

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 344-353 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERKALIAN BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media

BAB III METODE PENELITIAN. a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media 26 BAB III METODE PENELITIAN A. VARIABLE PENELITIAN 1. Definisi Konsep Variabel a. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah media tabel bilangan. Media adalah alat atau bahan yang digunakan dalam proses

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1 SAMPAI 5 BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG MELALUI MEDIA TIANG BILANGAN.

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1 SAMPAI 5 BAGI ANAK TUNAGRAHITA SEDANG MELALUI MEDIA TIANG BILANGAN. Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 153-165 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1 SAMPAI 5 BAGI

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 350-361 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN MELALUI MEDIA KALENDER BAGI

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP ANGKA MELALUI MEDIA KOTAK ANGKA BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP ANGKA MELALUI MEDIA KOTAK ANGKA BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 234-243 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP ANGKA MELALUI MEDIA KOTAK

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL LAMBANG BILANGAN 1-10 MELALUI MEDIA EDU-GAMES BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Oleh: INRA ABSTRACT This study backs on the problems in the background that appears in the field,

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 396-407 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS JENIS TULISAN BALOK MELALUI MEDIA

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) PREVALENSI ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR SE KECAMATAN PAUH PADANG Oleh: Fitria Masroza Abstract This research background of differences in perception or perspective teachers of children who

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 2 Mei 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 323-333 EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA PUZZEL ANGKA DIGITAL UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :77-86 EFEKTIVITAS METODE ANALISIS GLASS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 277-288 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN MELALUI MEDIA SEQUENCING

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1 Peningkatan Hasil Belajar... (Lilik Endang Dewani) 1.353 PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI ALAT PERAGA LINGKARAN SISWA KELAS IV SDN SOKA 1 IMPROVING MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT THROUGH

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PELAFALAN KATA BENDA BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA RECORDER BAGI ANAK LOW VISION

MENINGKATKAN KEMAMPUAN PELAFALAN KATA BENDA BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA RECORDER BAGI ANAK LOW VISION Volume 2 Nomor 2 Mei 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 369-378 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PELAFALAN KATA BENDA BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KATA MELALUI METODE DRILL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Oleh: NOFRAN Abstract This research background of the fact that investigators found problems at school SLB Bhakti Amal

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL KONSEP BILANGAN 1 SAMPAI 10 MELALUI MEDIA POHON BILANGAN BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Oleh : Netti Hartati Abstract: The purpose of this study was to: 1) Know the process

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 362-371 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KATA MELALUI METODE SUKU KATA BAGI

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :09-18 EFEKTIVITAS METODE SQRQCQ DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 188-198 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN BILANGAN MELALUI MEDIA MESIN

Lebih terperinci

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur Alhamdulillah penulis persembahkan kepada Allah

KATA PENGANTAR. Segala puji syukur Alhamdulillah penulis persembahkan kepada Allah KATA PENGANTAR Segala puji syukur Alhamdulillah penulis persembahkan kepada Allah SWT yang karena berkat rahmat dan karunia-nya penulis telah menyelesaikan skripsi ini yang berjudul Dampak Penerapan Teori

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) ABSTRAK Ibadurrahman (2011):Meningkatkan Kemampuan Penjumlahan Deret Kesamping Melalui

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :298-308 MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP ARAH MELALUI KEGIATAN PEMBELAJARAN

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS MEDIA BLOCK DIENES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN DERET KE BAWAH BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR

EFEKTIFITAS MEDIA BLOCK DIENES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN DERET KE BAWAH BAGI ANAK BERKESULITAN BELAJAR Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 64-73 EFEKTIFITAS MEDIA BLOCK DIENES UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN

Lebih terperinci

METODE PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERHITUNG PADA ANAK DISKALKULIA

METODE PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERHITUNG PADA ANAK DISKALKULIA METODE PERMAINAN ULAR TANGGA UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERHITUNG PADA ANAK DISKALKULIA Linggar Pradani 1, Septia Lestari 2, Wahyu Ari Wibowo 3 Universitas PGRI Yogyakarta arsitavinda@gmail.com, tieyo.1202@gmail.com,

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :175-182 EFEKTIFITAS METODE SMART READING UNTUK MENINGATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI PERKALIAN UNTUK ANAK DISKALKULIA MELALUI METODE GARISMATIKA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI PERKALIAN UNTUK ANAK DISKALKULIA MELALUI METODE GARISMATIKA Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 478-488 MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI PERKALIAN UNTUK ANAK DISKALKULIA

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 199-211 MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI PENGURANGAN MELALUI METODE DRILL

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Rafina Sovia Waty. (2016): Peningkatan Kemampuan Menyusun Kata Anak Berkesulitan Belajar

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI PERKALIAN BAGI ANAK BERKESULITAAN BELAJAR KELAS IV MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG

MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI PERKALIAN BAGI ANAK BERKESULITAAN BELAJAR KELAS IV MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN LANGSUNG Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 230-240 MENINGKATKAN KEMAMPUAN OPERASI PERKALIAN BAGI ANAK BERKESULITAAN

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 251-260 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN MELALUI MEDIA KARTU YANG BERGAMBAR

Lebih terperinci

Oleh: Riri Rahayu. Kata kunci: Tunagrahita Ringan; Permainan Lego; Mengenal Warna Primer

Oleh: Riri Rahayu. Kata kunci: Tunagrahita Ringan; Permainan Lego; Mengenal Warna Primer MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA PRIMER MELALUI PERMAINAN LEGO BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN (Single Subject Research Kelas II C di SLB Negeri Kota Pariaman) Oleh: Riri Rahayu Abstract: Research this

Lebih terperinci

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG CAMPURAN SISWA TUNARUNGU KELAS IV MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA

PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG CAMPURAN SISWA TUNARUNGU KELAS IV MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA PENINGKATAN KEMAMPUAN OPERASI HITUNG CAMPURAN SISWA TUNARUNGU KELAS IV MELALUI PERMAINAN ULAR TANGGA Agustine Eka Sari Pramono Jurusan Pendidikan Luar Biasa, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori 2.1.1. Ilmu Pengetahuan Alam 2.1.1.1. Pengertian IPA Dalam Puskur, Balitbang Depdiknas (2009 : 4) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) ABSTRACT Anggi Purnama Sari (2016): "Improving the Ability to Know to Build Flat Through

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MEDIA BOLD LINE BOOK UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KALIMAT LATIN BAGI ANAK LOW VISION Oleh: LEDY WIRDA MAYSYARAH Abstract This research background by the problems that researchers

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :360-368 EFEKTIVITAS PROGRAM GAME FLASH PENJUMLAHAN DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN

Lebih terperinci

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA PADA SISWA KELAS V SDN 005 BUKIT TIMAH DUMAI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA PADA SISWA KELAS V SDN 005 BUKIT TIMAH DUMAI 577 UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENGGUNAAN MEDIA PETA PADA SISWA KELAS V SDN 005 BUKIT TIMAH DUMAI 0813 6568 9301 SDN 005 Bukit Timah Dumai ABSTRACT This study aims to describe learning

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) 62 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA KATA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI METODE P2R Oleh: Ayu Mustika Sari Abstract : This research is motivated by problem that researches in the field found that mild

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :234-242 EFEKTIFITAS MEDIA BLOCK DIENES DALAM MENINGKATKAN KONSEP OPERASI

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 1 Maret 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :260-269 IMPROVING SKILLS TO SCHOOL CHILDREN USING PUBLIC TRANSPORT IN SLOW LEARNER

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar. termasuk salah satu disiplin ilmu yang memiliki kajian sangat luas. BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar 1. Pengertian Matematika di Sekolah Dasar Pengertian matematika pada dasarnya tidak dapat ditentukan secara pasti, hal ini disebabkan karena

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 1 Januari 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 400-410 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN MELALUI METODE SILABA UNTUK

Lebih terperinci

Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa. simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan KESULITAN BELAJAR MATEMATIKA Oleh: Dra.Hj.Ehan, M.Pd. A. PENDAHULUAN Menurut Jhonson dan Myklebust (1967:244), matematika adalah bahasa simbolik yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan

Lebih terperinci

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 RAMBAH HILIR

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 RAMBAH HILIR PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 11 RAMBAH HILIR Mustopa *), Hardianto 1), Suwandi 2) 1&2) Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Keguruan

Lebih terperinci

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012 JUPEDASMEN, Volume 2, Nomor 1, April 2016 29 PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SDN 1 NGLURUP KECAMATAN SENDANG TULUNGAGUNG SEMESTER I TAHUN 2011/2012 Oleh:

Lebih terperinci

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS IV PADA PEMELAJARAN IPS MELALUI METODE PROBLEM SOLVING DI SD NEGERI 03 KOTO KACIAK MANINJAU Desi Fitria 1, Pebriyenni 1, Asrul Thaher 2 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Lebih terperinci

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR

PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR PENINGKATAN AKTIVITAS PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DEMONSTRASI DI KELAS IV SEKOLAH DASAR Eryuni, Sri Utami, Kartono Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar FKIP Untan Email : eryunisingkawang@yahoo.co.id

Lebih terperinci

EFEKTIFITAS MERONCE BALOK HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

EFEKTIFITAS MERONCE BALOK HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 306-315 EFEKTIFITAS MERONCE BALOK HURUF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA

Lebih terperinci

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN PENGURANGAN PECAHAN DI SDN 6 BULANGO SELATAN KABUPATEN BONE BOLANGO SAMSIAR RIVAI Jurusan Pendidikanj Guru Sekolah Dasar Universitas Negeri Gorontalo Abstrak: Penelitian

Lebih terperinci

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE GLENN DOMAN UNTUK

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE GLENN DOMAN UNTUK EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE GLENN DOMAN UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN LAMBANG BILANGAN ANAK DOWN SYNDROME KELAS V C1 SLB NEGERI SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI Oleh: EKA CAHYA NIRMALA NIM K5112024

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 5 Nomor 1 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Maret 2016 http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBUAT BUNGA DARI STOCKING MELALUI PEMBELAJARAN INDIVIDUAL BAGI

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 576-587 EFEKTIFITAS PERMAINAN TWISTER DALAM MENGENALKAN WARNA PRIMER PADA

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 572-584 UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KATA MELALUI QUANTUM LEARNING

Lebih terperinci

UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGHITUNG LUAS LINGKARAN DI KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO. Oleh: Ririn M. Tuna

UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGHITUNG LUAS LINGKARAN DI KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO. Oleh: Ririn M. Tuna UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN SISWA MENGHITUNG LUAS LINGKARAN DI KELAS V SDN 5 TELAGA KABUPATEN GORONTALO Oleh: Ririn M. Tuna Pembimbing I : Ismail Pioke, S.Pd, M,Pd Pembimbing II: Dr. Hj. Asni Ilham,

Lebih terperinci

Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1 Sampai 5 Melalui Media Power Point bagi Anak Down Syndrom (Single Subject Research

Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1 Sampai 5 Melalui Media Power Point bagi Anak Down Syndrom (Single Subject Research Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :845-853 Meningkatkan Kemampuan Mengenal Angka 1 Sampai 5 Melalui Media Power

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 467-477 EFEKTIFITAS METODE LATIHAN MELALUI TEKNIK MENEMPEL UNTUK MENINGKATKAN

Lebih terperinci

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 3 Nomor 3 September 2014 E-JUPEKhu(JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 601-609 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA AYAT PENDEK MELALUI METODE AL-BAYAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang

BAB I PENDAHULUAN. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan dan pengajaran adalah suatu proses yang sadar tujuan. Maksudnya bahwa kegiatan belajar mengajar merupakan suatu peristiwa yang terikat dan terarah

Lebih terperinci

CHEPY CAHYADI, 2015 SISTEM PAKAR DIAGNOSA GANGGUAN BELAJAR KHUSUS (LEARNING DISABILITY ) PADA ANAK DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER (DS)

CHEPY CAHYADI, 2015 SISTEM PAKAR DIAGNOSA GANGGUAN BELAJAR KHUSUS (LEARNING DISABILITY ) PADA ANAK DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER (DS) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Anak-anak merupakan tahap awal manusia dalam proses belajar. Proses anak-anak inilah yang nantinya akan berdampak pada proses-proses ke depannya. Untuk itu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang masalah Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia Indonesia dalam

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 1 Maret 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :183-187 Penggunaan Metode Analisis Glass dalam Meningkatkan Kemampuan Membaca

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :854-862 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN PADA SISWA TUNARUNGU DENGAN

Lebih terperinci

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA MANIPULATIF DI SDN ARTIKEL PENELITIAN. Oleh: ENI SOFYATI NIM F

HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA MANIPULATIF DI SDN ARTIKEL PENELITIAN. Oleh: ENI SOFYATI NIM F HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN MEDIA MANIPULATIF DI SDN ARTIKEL PENELITIAN Oleh: ENI SOFYATI NIM F33209056 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :465-476 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KATA DIFGRAF MELALUI METODE MULTISENSORI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: AYU PRATIWI HANDAYANI K

SKRIPSI. Oleh: AYU PRATIWI HANDAYANI K PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA BLOCK DIENES SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERHITUNG PENJUMLAHAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS IV DI SLB-C SETYA DARMA SURAKARTA TAHUN AJARAN 2015/2016 SKRIPSI

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh: APRIANA SRI HARTANTI K

SKRIPSI. Oleh: APRIANA SRI HARTANTI K PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA TIMBANGAN BILANGAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA OPERASI PENJUMLAHAN DAN PENGURANGAN PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN KELAS III C SLB NEGERI KARANGANYAR TAHUN AJARAN

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI LATIHAN MENULIS HURUF TEGAK BERSAMBUNG PADA ANAK KESULITAN BELAJAR

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI LATIHAN MENULIS HURUF TEGAK BERSAMBUNG PADA ANAK KESULITAN BELAJAR Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :16-26 MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS MELALUI LATIHAN MENULIS HURUF TEGAK

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING MELALUI ANALISIS TUGAS PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG

MENINGKATKAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING MELALUI ANALISIS TUGAS PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG Volume 2 Nomor 3 September 2013 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman : 268-279 MENINGKATKAN KEMAMPUAN TOILET TRAINING MELALUI ANALISIS TUGAS PADA

Lebih terperinci

PENGARUH METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB - C YPSLB GEMOLONG TAHUN AJARAN

PENGARUH METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB - C YPSLB GEMOLONG TAHUN AJARAN ii PENGARUH METODE MULTISENSORI TERHADAP KEMAMPUAN MEMBACA PERMULAAN PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS V DI SLB - C YPSLB GEMOLONG TAHUN AJARAN 2016/2017 OLEH : MERANI WIDIYASTUTI K5113052 Skripsi diajukan

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :670-677 PREVALENSI ANAK BERKESULITAN BELAJAR DI SEKOLAH DASAR SE-KECAMATAN

Lebih terperinci

NINING PURWASIH 54014/2010

NINING PURWASIH 54014/2010 Volume 4 Nomor 1 Maret 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :27-36 EFEKTIFITAS MEDIA KOTAKMATIKA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN PERKALIAN PADA

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian Variabel penelitian merupakan sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh suatu penelitian tentang suatu

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI PERMAINAN FINGER PAINTING BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI PERMAINAN FINGER PAINTING BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL WARNA MELALUI PERMAINAN FINGER PAINTING BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN Oleh : Yunita Handa Yetri Abstrack: This study originated from the problems found mild mental retardation

Lebih terperinci

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University

Departement of Mathematic Education Mathematic and Sains Education Major Faculty of Teacher Training and Education Riau University 1 THE IMPLEMENTATION OF COOPERATIVE LEARNING MODEL WITH STRUCTURAL NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) APPROACH TO IMPROVE MATHEMATICS LEARNING ACHIEVEMENT IN CLASS VII 3 SMP NEGERI 16 SIJUNJUNG Nadhilah Andriani

Lebih terperinci

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF VOKAL MELALUI MEDIA HURUF KERTAS AMPELAS BAGI ANAK DWON SYNDROME DI SLB SABILUNA PARIAMAN

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF VOKAL MELALUI MEDIA HURUF KERTAS AMPELAS BAGI ANAK DWON SYNDROME DI SLB SABILUNA PARIAMAN MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGENAL HURUF VOKAL MELALUI MEDIA HURUF KERTAS AMPELAS BAGI ANAK DWON SYNDROME DI SLB SABILUNA PARIAMAN Oleh: META LESTARI Abstract These results indicate that, sandpaper letters

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGAJUAN HIPOTESIS 1.1 Kajian Teoritik 2.1.1 Hasil Belajar Belajar dan mengajar merupakan konsep yang tidak bisa dipisahkan. Belajar merujuk pada apa yang harus dilakukan seseorang

Lebih terperinci

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) Volume 4 Nomor 3 September 2015 E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS) http://ejournal.unp.ac.id/index.php/jupekhu Halaman :224-233 MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENJUMLAHAN BILANGAN PECAHAN SEDERHANA MELALUI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan serta memiliki kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan agar memperoleh

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan penting dalam suatu bangsa. Karena maju tidaknya suatu bangsa bergantung pada kualitas pendidikan yang mereka miliki. Kualitas pendidikan

Lebih terperinci