IDENTIFIKASI FAKTOR PROGNOSTIK GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKKUS PADA ANAK

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IDENTIFIKASI FAKTOR PROGNOSTIK GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKKUS PADA ANAK"

Transkripsi

1 IDENTIFIKASI FAKTOR PROGNOSTIK GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKKUS PADA ANAK IDENTIFICATION OF ACUTE POST STREPTOCOCCAL GLOMERULONEPHRITIS PROGNOSTIC FACTORS IN CHILDREN Syamsul Nur, Husein Albar, Dasril Daud Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran, Universitas Hasanuddin, Makassar Alamat Korespondensi : Syamsul Nur Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar, HP : ( sanurpost@rocketmail.com)

2 Abstrak Glomerulonefritis akut pasca streptokokkus (GNAPS) adalah salah satu penyebab tersering penyakit glomerular pada anak di negara-negara sedang berkembang, termasuk Indonesia, serta merupakan penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir dan bahkan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian, sehingga penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor prognostik yang mempengaruhi luaran penderita GNAPS pada anak dengan desain penelitian kohort retrospektif mengenai identifikasi faktor prognostik terhadap luaran penderita GNAPS pada anak dengan menetukan faktor umur, status gizi, derajat kesadaran, derajat proteinuria, kadar hemoglobin, kadar albumin, kadar ureum dan kadar kreatinin dengan data berasal dari rekam medik penderita GNAPS pada anak yang dirawat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar tahun , dan hasilnya menunjukkan bahwa dari 86 rekam medik penderita yang menjadi sampel penelitian, didapatkan 82 (95,3%) penderita yang sembuh dan 4 (4,7%) penderita yang meninggal,53 (61,6%) penderita adalah laki-laki dan 33 (38,4%) adalah perempuan dengan rentangan umur 3,42 14,67 tahun serta rerata umur 9,36 tahun, dan dengan analisis multivariat didapatkan hasil bahwa kadar kreatinin serum >1,5mg/dl merupakan faktor prognostik yang independen terhadap luaran GNAPS pada anak dengan nilai p = 0,03 (p<0,05), AOR 15,43, dan IK 95% 1,31-181,7. Kata kunci:glomerulonefritis, streptokokkus, prognostik, anak Abstract Acute Post Streptococcal Glomerulonephritis (APSGN) is one of the commonest causes of glomerular disease in developing countries, including Indonesia, and represent main caused of end stage renal failure, and even in several mortality case. This study aimed to identify the prognostic factors affecting the outcome of patients with APSGN in children with a retrospective cohort study design on the identification of the prognostic factors of the output of APSGN in children by determining the age factor, nutrition status, consciousness level, proteinuria level, hemoglobin level, albumin level, ureum level, and creatinine level. The data were obtained from medical records of the hospitalized pediatric patient with APSGN in Wahidin Sudirohusodo Hospital Makassar in The research result revealed that 82 (95,3% ) of the total 86 medical records of the patients were able to recover, while the rest 4 (4,7%) died. Fifty three (61,6%) were male patients and 33 (38,4%) were female patients. The age range was between 3,42-14,67 years and the mean age was 9,36 years. The result of the multivariate analysis revealed that the creatinine serum level >1,5 mg/dl was the independent prognostic factor affecting the APSGN output in children; the p value= 0,03 (p<0,05), AOR 15,43, and IK 95% 1,31-181,7. Keywords: glomerulonephritis, streptococcus, prognostic, children

3 PENDAHULUAN Glomerulonefritis akut (GNA), adalah suatu kumpulan gejala yang ditandai oleh penurunan mendadak laju filtrasi glomerulus dengan manifestasi klinik berupa edema, hematuria, hipertensi, oligouria serta insufisiensi ginjal. Oleh karena itu, menurut Wong (2009), GNA sering juga disebut sebagai sindrom nefritik akut (SNA), sedangkan menurut Albaret al (2005), glomerulonefritis akut pasca streptokokkus (GNAPS), merupakan bentuk GNA/SNA akibat infeksi Streptococcus β-hemolyticus grup A (SBHA), yang paling banyak ditemukan pada anak umur 3-8 tahun dengan rasio anak laki-laki : perempuan adalah 2,3 : 1.GNAPS merupakan salah satu penyebab tersering penyakit glomerular di negara-negara sedang berkembang, dan juga merupakan salah satu penyebab utama terjadinya gagal ginjal tahap akhir serta tingginya angka morbiditas pada anak, bahkan pada beberapa kasus dapat menyebabkan kematian bila terlambat diidentifikasi atau bila tindakan suportif tidak segera diberikan. Menurut Mossie et al (2012), kematian umumnya terjadi terutama pada fase akut akibat gagal ginjal akut, edema paru akut, atau hipertensi ensefalopati. Untuk menurunkan angka kesakitan dan angka kematian, maka pendekatan yang perlu dipikirkan adalah langkah-langkah atau tindakan sebelum terjadinya komplikasi. Oleh karena itu perlu dilakukan usaha-usaha untuk mengurangi terjadinya komplikasi dengan mengetahui secara pasti faktor prediktor yang berpengaruh dalam perjalanan penyakit GNAPS, sehingga nantinya diharapkan akan menghasilkan luaran yang lebih baik. Dengan mengetahui faktor ini diharapkan penatalaksanaan yang lebih cepat, tepat, dan lebih komprehensif dapat diberikan kepada para penderita, sehingga angka mortalitas dapat diturunkan.penelitian tentang faktor yang dapat meningkatkan angka morbiditas dan mortalitas GNAPS juga sudah dilakukan di berbagai negara. Mossieet al (2012), mempublikasikan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara luaran penderita GNAPS dengan disfungsi ginjal dan derajat hipertensi, sedangkan menurut Steer et al (2007), faktor resiko terjadinya GNAPS adalah tingkat sosioekonomi yang rendah. White et al (2007), menyimpulkan bahwa faktor ras dan BBLR berpengaruh terhadap prognosis GNAPS pada anak di Northern Territory, Australia; dan penelitian oleh Kumar (2011), juga mendapatkan bahwa edema, proteinuria, dan hematuria merupakan gejala klinik yang selalu ada, sedangkan faktor yang penting dalam penentuan prognosis adalah hipertensi dan gagal jantung kongestif. Kadar ureum dan kreatinin digunakan untuk menilai kerusakan ginjal yang telah terjadi dan sekaligus sebagai salah satu faktor prognostik; sedangkan kadar ASO adalah faktor yang tidak spesifik.

4 Hasil-hasil penelitian ini menyimpulkan adanya faktor prediktor yang sangat beragam, sehingga masih sulit menduga penderita GNAPS yang akan mengalami gejala yang memburuk ataupun sembuh. Oleh karena itu kewaspadaan untuk mencegah timbulnya komplikasi dan pengenalan awal faktor prognostik terhadap luaran merupakan hal yang sangat perlu dilakukan. Perbedaan ini bisa disebabkan oleh banyak faktor yang bervariasi di setiap individu, sehingga bila kita telah mengetahui faktor prognostik ini sebelumnya, maka tindakan-tindakan pencegahan mungkin bisa dilakukan dengan cepat dan tepat, sehingga komplikasi yang berat dan bahkan kematian akibat GNAPS juga bisa dikurangi. Selain itu, jika sudah terlanjur menderita GNAPS, kita masih dapat mempersingkat lamanya perawatan di rumah sakit dengan tetap memperhatikan dan mengatasi faktor tersebut. Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka penulis menganggap penting dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor prognostik yang mempengaruhi luaran penderita GNAPS pada anak. Identifikasi faktor ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan penanganan yang lebih komprehensif. Jika sejak awal perawatan sudah dapat diprediksi perjalanan penyakit dengan berpedoman pada faktor prognostik tersebut, maka dapat diupayakan tindakan pencegahan dan penanganan yang lebih adekuat, sehingga angka morbiditas dan angka mortalitas dapat ditekan. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor prognostikyang mempengaruhi luaran penderita GNAPS pada anak yang di rawat di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. BAHAN DAN METODE Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kohort retrospektif mengenai identifikasi faktor prognostik terhadap luaran penderita GNAPS pada anak dengan menentukan faktor umur, status gizi, derajat kesadaran, derajat proteinuria, kadar hemoglobin, kadar albumin, kadar ureum, dan kadar kreatinin. Lokasi dan Rancangan Penelitian Penelitian ini dilakukan di RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar dengan menggunakan data dari rekam medik pasien penderita GNAPS yang terdaftar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak (DIKA), RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo tahun

5 Populasi dan Sampel Populasi penelitian adalah semua pasien dengan diagnosis GNAPS yang terdaftar di DIKA RSUP Dr. Wahidin Sudirohosodo Makassar tahun Sampel penelitian ini adalah data dari seluruh populasi terjangkau yang memenuhi kriteria penelitian. Cara pengambilan sampel adalah melalui data rekam medik pasien kemudian dicatat data-data yang berhubungan dengan penelitian. Metode Pengumpulan Subyek penelitian berupa data dari rekam medik pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi dimasukkan ke dalam penelitian ini, kemudian dilakukan pengamatan dan pada akhirnya subyek akan terbagi dalam dua kelompok, yaitu kelompok yang sembuh dan kelompok yang meninggal. Pada setiap sampel dilakukan pencatatan data berupa inisial pasien, nomor register, umur saat terdiagnosis, jenis kelamin, status gizi, nilai Glasgow Coma Scale (GCS), derajat proteinuria, kadar hemoglobin darah, kadar albumin darah, kadar ureum darah, dan kadar kreatinin darah. Pengumpulan data diambil dari rekam medik pasien yang kemudian dianalisis. Analisis Data Seluruh data yang diperoleh dari rekam medik dikelompokkan berdasarkan tujuan dan jenis data, kemudian dianalisis dengan metode statistik yang sesuai, yaitu analisis univariat, bivariat, dan multivariat. HASIL Karakteristik sampel Tabel 1 memperlihatkan karakteristik sampel penelitian. Dari seluruh sampel yang ada (86 anak), pada kelompok GNAPS yang mengalami perbaikan klinis (sembuh), terdapat 51 (62,2%) laki-laki dan 31 (37,8%) perempuan, sedangkan pada kelompok yang meningg al terdapat 2 (50%) laki-laki dan 2 (50%) perempuan.sampel penelitian dikelompokkan menjadi 2 kelompok luaran, yaitu kelompokyang sembuh dan meninggal, kemudian dilakukan penjaringan faktorprognostik terhadap luaran penderita GNAPS pada anak. Penjaringan faktor prognostik luaran Tabel 2 memperlihatkan hubungan berbagai variabel terhadap kelompok luaran GNAPS pada anak. Analisis statistik memperlihatkan adanya perbedaan bermakna antara nilai GCS (derajat kesadaran), penderita GNAPS dengan kelompok luaran, dengan nilai p = 0,023 (p<0,05), COR 14,57 dan IK 95% 1,41-150,53; perbedaan bermakna antara kadar ureum

6 dengan kelompok luaran dengan nilai p = 0,042 (p<0,05), COR 12,67 dan IK 95% 1,51-106,47; dan perbedaan bermakna antara kadar kreatinin dengan kelompok luaran dengan nilai p = 0,01 (p<0,05), COR 21,6 dan IK 95% 2,04-228,27. Hal ini berarti bahwa dengan analisis bivariat, maka ada 3 variabel prognostik yang mempengaruhi luaran penderita GNAPS pada anak, yaitu nilai GCS (derajat kesadaran), kadar ureum, dan kadar kreatinin. Identifikasi faktor prognostik independen terhadap luaran Tabel 3 memperlihatkan hasil analisis regresi ganda logistik ketiga faktor prognostik luaran GNAPS pada anak.analisis statistik multivariat memperlihatkan adanya perbedaan bermakna antara kadar kreatinin dengan kelompok luaran GNAPS dengan nilai p = 0,03 (p<0,05), AOR15,43 dan IK 95% 1,31-181,7 yang menunjukkan bahwa penderita dengan kadar kreatinin >1,5mg/dl mempunyai resiko 15,43 kali mengalami kematian dibandingkan dengan penderita dengan kadar kreatinin< 1,5mg/dl. Hal ini berarti bahwa kadar kreatinin merupakan faktor prognostik independen terhadap luaran penderita GNAPS pada anak. PEMBAHASAN Penelitian ini menyimpulkan bahwa faktor prognostik independen GNAPS pada anak adalah kadar kreatinin. Dari karakteristik sampel didapatkan bahwa anak laki-laki lebih banyak menderita GNAPS (61,6%) dibandingkan dengan anak perempuan (38,4%) dengan perbandingan 1,6:1. Hal ini sejalan dengan beberapa penelitian sebelumnya, seperti penelitian Albaret al (2005), yang menyebutkan bahwa GNAPS lebih sering mengenai anak laki-laki dengan rasio 2,3:1, juga penelitian oleh Etuk et al(2009),mendapatkan laki-laki sebanyak 56% dan perempuan 44%, serta penelitian oleh Sepahi et al (2011), dengan rasio laki-laki : perempuan adalah 1,23:1. Menurut Ahn et al (2008), hal ini bisa saja disebabkan karena anak laki-laki lebih sering berada diluar rumah, sehingga kemungkinan untuk terpapar infeksi SBHA juga lebih besar. Dari hasil penelitian ini juga didapatkan bahwa rerata umur penderita adalah 9,36 tahun dengan rentangan 3,42-14,67 tahun. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Bingler et al (2007), yang menyebutkan bahwa GNAPS umumnya didapatkan pada anak umur lebih dari 6 tahun dan jarang ditemukan pada bayi. Namun demikian, umur bukan merupakan faktor prognostik GNAPS pada anak. Selain itu, status gizi, derajat proteinuria, kadar hemoglobin, dan kadar albumin juga bukan faktor prognostik GNAPS pada anak. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Mossie et al (2012), yang juga menyimpulkan tidak adanya perbedaan yang bermakna secara statistik antara status gizi dengan luaran penderita GNAPS pada anak,namun

7 berbeda dengan Ahn et al (2008), yang menghubungkan antara proteinuria dengan luaran fungsi ginjal yang jelek pada GNAPS, sedangkan Tasic et al (2008), juga menyebutkan bahwa kadar hemoglobin bukan faktor faktor prognostik GNAPS pada anak. Pada analisis bivariat didapatkan adanya 3 variabel yang bermakna secara statistik bila dihubungkan dengan luaran penderita GNAPS pada anak, yaitu derajat kesadaran (nilai GCS), kadar ureum, dan kadar kreatinin, namun setelah dilanjutkan dengan analisis multivariat, didapatkan hasil bahwa kadar kreatinin adalah satu-satunya variabel independen yang merupakan faktor prognostik luaran GNAPS pada anak. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Mossie et al(2012), yang menyebutkan bahwa kadar ureum bukan faktor yang berpengaruh dalam luaran penderita GNAPS pada anak, sedangkan Sepahi et al (2011), dan Kumar (2011), mendapatkan bahwa kadar kreatinin berpengaruh terhadap mortalitas penderita GNAPS pada anak. Rodriguez-Iturbe et al(2009), menyatakan bahwa kadar kreatinin serum tidak akan berubah sampai 25-50% fungsi ginjal telah hilang. Pada penelitian ini didapatkan nilai rerata kadar kreatinin adalah 1,153 mg/dl, sedangkan Mossie et al (2012), mendapatkan nilai rerata 1,5 mg/dl. Keterbatasan penelitian ini adalah hanya dilakukan terhadap penderita yang dirawat di RSUP Wahidin Sudirohusodo Makassar, sehingga tidak terlalu mencerminkan populasi GNAPS anak di kota Makassar secara keseluruhan. Selain itu, penelitian ini menggunakan data rekam medik sebagai acuan, sehingga masih ditemukan adanya data yang tidak lengkap; sedangkan kekuatan penelitian adalah menggunakan metode kohort retrospektif yang berarti diawali dari identifikasi faktor prognostik yang selanjutnya diikuti sampai didapatkan luaran. Selain itu, penelitian ini juga mengeksplorasi 8 variabel faktor prognostik yang berarti multivariabel, sehingga hasil yang didapatkan tidak hanya menghasilkan kemaknaan, tetapi juga memenuhi dalam hal keterkaitan antar variabel, sehingga dapat meminimalkan pengaruh faktor perancu yang dapat timbul. Menurut Suarta (2006), insidens GNAPS di Indonesia cenderung meningkat, sehingga hasil penelitian ini diharapkan dapat meminimalisasi efek prognostik yang dihasilkan terhadap penderita yang dirawat dengan tujuan agar angka mortalitas dapat dikurangi. KESIMPULAN DAN SARAN Kami menyimpulkanbahwa faktor prognostik independen luaran penderita GNAPS pada anak adalah kadar kreatinin >1,5 mg/dl dengan nilai AOR 15,43 yang berarti bahwa risiko untuk mengalami kematian adalah sebesar 15,43 kali dibandingkan penderita GNAPS

8 dengan kadar kreatinin <1,5 mg/dl.berdasarkan hasil penelitian ini, maka diharapkan agar dapat dijadikan sebagai salah satu acuan tambahan dalam penanganan GNAPS yang lebih komprehensif dan menyarankanagar pemeriksaan kadar kreatinin darah sebaiknya dijadikan pemeriksaan rutin pada setiap penderita GNAPS pada anak untuk mencegah komplikasi dan mengurangi angka kematian, serta perlu dilakukan penelitian lebih lanjut yang bersifat multisenter dengan melibatkan faktor-faktor lain yang mungkin juga berhubungan dengan luaran GNAPS pada anak.

9 DAFTAR PUSTAKA Ahn SY., et al. (2008). Acute poststreptococcal glomerulonephritis: an update. Current Opinion in Pediatrics; 20: Albar H.,et al. (2005). The profile of acute glomerulonephritis among Indonesian children. Paediatrica Indonesiana; 45(11-12): Bingler MA.,et al. (2007). Acute poststreptococcal glomerulonephritis in 14-month-old-boy: why is this uncommon?. Pediatric Nephrology; 22: Etuk IS.,et al. (2009). Epidemiology and clinical features of glomerulonephritis in Calabar. Nigerian Journal of Physiology Science; 24(2): Kumar GV.(2011). Clinical study of post streptococcal glomerulonephritis in children with special reference to presentation. Current Pediatric Respirology; 15(2): Mossie L.,et al.(2012). Outcome of children with acute post streptococcal glomerulonephritis in Tikur Anbessa specialized teaching hospital. Ethiopian Journal of Pediatrics and Child Health; 8: Rodriguez-Iturbe B.,et al. (2009). Acute Postinfectious Glomerulonephritis.In:Pediatric Nephrology. Sixth Completely Revised. Volume 1. Sections 1-6. Berlin: Sepahi MA.,et al. (2011). Acute glomerulonephritis: a 7 years follow up of children in Center of Iran. Acta Medica Iranica; 49(6): Steer AC.,et al. (2007). Group A streptococcal infections in children. Journal of Paediatrics and Child Health; 43: Suarta IK.(2006). Erythrocyturia and proteinuria conversion in post-streptococcal acute glomerulonephritis. Paediatrica Indonesiana; 46(3-4): Tasic V.,et al. (2008). Thrombocytopenia during the course of acute poststreptococcal glomerulonephritis. The Turkish Journal of Pediatrics; 45(2): White AV.,et al. (2007). Childhood post-streptococcal glomerulonephritis as a risk factor for chronic renal disease in later life. Medical Journal of Australia; 174: Wong W.(2009). Glomerulonephritis-acute in children. Starship Children s Health Clinical Guideline: 1-3.

10 Tabel 1 : Karakteristik sampel penelitian Total Kelompok No. Karakteristik (N = 86) Sembuh Meninggal N(%) = 82(95,3) N(%) = 4(4,7) 1 Jenis kelamin L:P (%) 53:33 (61,6:38,4) 51:31(62,2:37,8) 2:2 (50:50) 2 Umur (tahun) Rentangan 3,42 14,67 3,42-14,67 3,83-11,83 Rerata (SD) 9,36 (2,85) 9,44 (2,82) 7,75 (3,34) Median 9,085 9,21 7,67 3 Status gizi (%) Baik, Lebih 37 (43) 35 (42,68) 2 (50) Kurang 48 (55,8) 47 (57,32) 1 (25) Buruk 1 (1,2) 0 (0) 1 (25) 4 Nilai GCS (%) (80,2) 68 (82,9) 1 (25) (10,5) 9 (11,0) 0 (0) (8,1) 5 (6,1) 2 (50) (1,2) 0 (0) 1 (25) 5 Derajat Proteinuria <2+ 17 (19,8) 17 (20,73) 0 (0) >2+ 69 (80,2) 65 (79,27) 4 (100) 6 Kadar Hb (gr/dl) Rentangan 5,0-15,7 5,0-15,7 9,4-11,0 Rerata (SD) 10,92 (1,73) 10,96 (1,76) 10,15 (0,77) Median 10,8 10,95 10,1 7 Kadar albumin (gr/dl) Rentangan 1,7-4,0 1,7-4,0 1,9-3,0 Rerata (SD) 2,895 (0,55) 2,91 (0,55) 2,58 (0,5) Median 2,9 2,9 2,7 8 Kadar ureum (mg/dl) Rentangan Rerata (SD) 57,43 (65,79) 50,15 (47,43) 206,75 (175,2) Median 34, Kadar kreatinin (mg/dl) Rentangan 0,2 20,6 0,2-5,3 0,6-20,6 Rerata (SD) 1,153 (2,28) 0,9 (0,82) 6,35 (9,53) Median 0,7 0,7 2,1 L : Laki-laki P : Perempuan (SD) : Standar deviasi (%) : Nilai persentase

11 Tabel 2 : Hubungan variabel dengan luaran GNAPS pada anak Variabel Kelompok Luaran Sembuh Meninggal Nilai p COR IK 95% Jenis kelamin (%): - Laki-laki - Perempuan 51 (96,2) 31 (93,9) 2 (3,8) 2 (6,1) 0,636 1,645 0,22-12,28 Status gizi (%): - Lebih, baik - Kurang, buruk Umur (%): - <7 tahun - >7 tahun Nilai GCS (%) : Derajat proteinuria (%): - < 2+ - >2+ Kadar Hb (%): - Tidak anemia - Anemia Kadar albumin (%): - <2,5 gr/dl - >2,5 gr/dl Kadar Ureum (%) : - < 150 mg/dl - > 150 mg/dl Kadar Kreatinin (%) : - < 1,5 mg/dl - > 1,5 mg/dl 35 (94,6) 47 (95,9) 17 (89,5) 65 (97,0) 68 (98,6) 14 (82,4) 17 (100) 65 (94,2) 24 (100) 58 (93,5) 16 (94,1) 66 (95,7) 76 (97,4) 6 (75,0) 72 (98,6) 10 (76,9) 2 (5,4) 2 (4,1) 2 (10,5) 2 (3,0) 1 (1,4) 3 (17,6) 0 (0) 4 (5,8) 0 (0) 4 (6,5) 1 (5,9) 3 (4,3) 2 (2,6) 2 (25,0) 1 (1,4) 3 (23,1) 1,00 0,745 0,1-5,55 0,21 0,262 0,034-1,99 0,023 14,57 1,41-150,53 0,581 1,062 1,00-1,13 0,573 1,069 1,00-1,14 1,00 0,727 0,07-7,46 0,042 12,667 1,51-106,47 0,01 21,6 2,04-228,27 Tabel 3 : Hasil analisis regresi ganda logistik faktor prognostik terhadap luaran penderita GNAPS pada anak Variabel B Nilai p AOR IK 95% Nilai GCS (G) 2,302 0,735 9,991 0,84-118,97 Kadar ureum (U) -0,558 0,069 0,572 0,02-14,57 Kadar kreatinin (K) 2,736 0,030 15,429 1,31-181,7 Konstanta (a) -10, B : Koefisien regresi

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN IDENTIFIKASI FAKTOR PROGNOSTIK GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKKUS PADA ANAK

JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : ISSN IDENTIFIKASI FAKTOR PROGNOSTIK GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKKUS PADA ANAK JST Kesehatan, Januari 2015, Vol.5 No.1 : 82 89 ISSN 2252-5416 IDENTIFIKASI FAKTOR PROGNOSTIK GLOMERULONEFRITIS AKUT PASCA STREPTOKOKKUS PADA ANAK Identification of Acute Post Streptococcal Glomerulonephritis

Lebih terperinci

Profil glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D.

Profil glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Profil glomerulonefritis akut pasca streptokokus pada anak yang dirawat di Bagian Ilmu Kesehatan Anak RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 1 Agung R. E. Hidayani 2 Adrian Umboh 2 Stefanus Gunawan 1 Kandidat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab. morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Glomerulonefritis akut masih menjadi penyebab morbiditas ginjal pada anak terutama di negara-negara berkembang meskipun frekuensinya lebih rendah di negara-negara maju

Lebih terperinci

Analisis Faktor Risiko Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus pada Anak Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado

Analisis Faktor Risiko Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus pada Anak Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado Analisis Faktor Risiko Glomerulonefritis Akut Pasca Streptokokus pada Anak Di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado 1 Pirania Ch. Tatipang 2 Adrian Umboh 2 Praevilia M. Salendu 1 Program Studi Pendidikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam. 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini telah dilakukan di

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian 3.1.1 Ruang Lingkup Keilmuan Ruang lingkup keilmuan pada penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Dalam dan Ilmu Bedah. 3.1.2 Ruang Lingkup Waktu

Lebih terperinci

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Gangguan Ginjal Akut pada Pasien Kritis Gangguan ginjal akut (GnGA), dahulu disebut dengan gagal ginjal akut, merupakan suatu keadaan yang ditandai dengan peningkatan kadar

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal kronik (Chronic Kidney Disease) merupakan salah satu penyakit tidak menular (non-communicable disease) yang perlu mendapatkan perhatian karena telah

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE Evan Anggalimanto, 2015 Pembimbing 1 : Dani, dr., M.Kes Pembimbing 2 : dr Rokihyati.Sp.P.D

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB III METODE PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah RSUP Dr. Kariadi Semarang. 18 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Ruang Lingkup Penelitian respirologi. Ruang lingkup penelitian ini adalah ilmu kesehatan anak, sub ilmu 3.2 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat penelitian ini dilakukan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN GAGAL JANTUNG DI RUMAH SAKIT SANTO BORROMEUS BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2010 Indra Pramana Widya., 2011 Pembimbing I : Freddy T. Andries, dr., M.S

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014 Ida Ayu Komang Trisna Bulan, 2015 Pembimbing I : Dr. Hana Ratnawati, dr., M.Kes., PA (K). Pembimbing

Lebih terperinci

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI

PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI PERBANDINGAN KADAR MIKROALBUMINURIA PADA STROKE INFARK ATEROTROMBOTIK DENGAN FAKTOR RISIKO HIPERTENSI DAN PASIEN HIPERTENSI SA Putri, Nurdjaman Nurimaba, Henny Anggraini Sadeli, Thamrin Syamsudin Bagian

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1

BAB IV METODE PENELITIAN. Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis. Bagian /SMF Ilmu Penyakit Dalam RSUP Dr. Kariadi Semarang mulai 1 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Disiplin ilmu yang terkait dengan penelitian ini adalah Ilmu Penyakit Dalam sub bagian Infeksi Tropis 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf.

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Penyakit Saraf. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Bagian Rekam Medik RSUP Dr. Kariadi

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali

BAB 1 PENDAHULUAN. nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit ginjal kronik (PGK) merupakan salah satu permasalahan dibidang nefrologi dengan angka kejadian yang cukup tinggi, etiologi luas, dan sering diawali tanpa keluhan

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2009 ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009-31 DESEMBER 2009 Muhammad Randy, 2010 Pembimbing I : Sri Nadya J. Saanin, dr., M.Kes. Pembimbing II : DR. Felix Kasim,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana

BAB I PENDAHULUAN. Sindrom klinik ini terjadi karena adanya respon tubuh terhadap infeksi, dimana BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Sepsis merupakan suatu sindrom kompleks dan multifaktorial, yang insidensi, morbiditas, dan mortalitasnya sedang meningkat di seluruh belahan dunia. 1 Sindrom klinik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. baru atau berulang. Kira-kira merupakan serangan pertama dan

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Penelitian. baru atau berulang. Kira-kira merupakan serangan pertama dan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Stroke adalah penyebab kematian terbanyak ketiga di seluruh dunia setelah penyakit jantung dan kanker dan setiap tahunnya 700.000 orang mengalami stroke baru

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap

BAB I PENDAHULUAN. Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Banyak penyebab dari disfungsi ginjal progresif yang berlanjut pada tahap akhir atau gagal ginjal terminal. Richard Bright pada tahun 1800 menggambarkan beberapa pasien

Lebih terperinci

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta

Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta LAPORAN PENELITIAN Hubungan Albumin Serum Awal Perawatan dengan Perbaikan Klinis Infeksi Ulkus Kaki Diabetik di Rumah Sakit di Jakarta Hendra Dwi Kurniawan 1, Em Yunir 2, Pringgodigdo Nugroho 3 1 Departemen

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi saluran napas bawah masih tetap menjadi masalah utama dalam bidang kesehatan, baik di negara berkembang maupun negara maju. 1 Infeksi ini merupakan penyebab

Lebih terperinci

Demam rematik (DR) adalah suatu penyakit. Faktor Risiko Serangan Berulang Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik

Demam rematik (DR) adalah suatu penyakit. Faktor Risiko Serangan Berulang Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik Artikel Asli Faktor Risiko Serangan Berulang Demam Rematik/Penyakit Jantung Rematik Rahmawaty NK, Burhanuddin Iskandar, Husain Albar, Dasril Daud Bagian Ilmu Kesehatan Anak, Fakultas Kedokteran Universitas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit ginjal kronik merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, didapatkan peningkatan insiden dan prevalensi dari gagal ginjal, dengan prognosis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Infeksi dengue disebabkan oleh virus dengue yang tergolong dalam famili Flaviviridae dan ditularkan melalui vektor nyamuk. Penyakit ini termasuk nomor dua paling sering

Lebih terperinci

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010 ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2009 31 DESEMBER 2010 Stevanus, 2011; Pembimbing I : dr. Hartini Tiono, M.Kes. Pembimbing II : dr. Sri Nadya J Saanin,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis

BAB I PENDAHULUAN UKDW. penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis 1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit serebrovaskuler atau yang lebih dikenal dengan stroke merupakan penyakit yang sering dijumpai dalam praktek kedokteran. Data epidemiologis menunjukkan bahwa

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Hipertensi merupakan salah satu kondisi kronis yang sering terjadi di masyarakat. Seseorang dapat dikatakan hipertensi ketika tekanan darah sistolik menunjukkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai

BAB I PENDAHULUAN. secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2. penyebab mortalitas dan morbiditas bayi baru lahir dan akan membawa berbagai BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan bayi tidak dapat segera bernapas secara spontan dan teratur segera setelah lahir. 1,2 Asfiksia merupakan salah satu penyebab

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK KEJADIAN PENYAKIT GINJAL KRONIK PADA SINDROM NEFROTIK ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

KARAKTERISTIK KEJADIAN PENYAKIT GINJAL KRONIK PADA SINDROM NEFROTIK ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH KARAKTERISTIK KEJADIAN PENYAKIT GINJAL KRONIK PADA SINDROM NEFROTIK ANAK LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran umum

Lebih terperinci

ABSTRAK. GAMBARAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2010

ABSTRAK. GAMBARAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2010 ABSTRAK GAMBARAN KEJADIAN STROKE PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP Dr. HASAN SADIKIN BANDUNG PERIODE 1 JANUARI - 31 DESEMBER 2010 Ezra Endria Gunadi, 2011 Pembimbing I : Freddy Tumewu Andries, dr., MS Pembimbing

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Kejadian AKI (Acute Kidney Injury) masih mempunyai angka kematian yang tinggi dan seringkali tidak terdiagnosis, padahal dengan menggunakan kriteria diagnosis

Lebih terperinci

Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut pada Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta

Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut pada Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Jakarta Sari Pediatri, Sari Vol. Pediatri, 6, No. Vol. 4, Maret 6, No. 2005: 4, Maret 144-148 2005 Gambaran Klinis Glomerulonefritis Akut pada Anak di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo,

Lebih terperinci

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease

Kata kunci: diabetes melitus, diabetic kidney disease, end stage renal disease ABSTRAK GAMBARAN PASIEN RAWAT INAP DIABETIC KIDNEY DISEASE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE OKTOBER 2010 SEPTEMBER 2011 Widyasanti, 2012; Pembimbing I : dr. Sylvia Soeng, M.Kes Pembimbing II : Dra.

Lebih terperinci

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal ginjal atau renal failure merupakan gangguan fungsi ginjal menahun yang bersifat progresif dan irreversibel yang menyebabkan ginjal kehilangan kemampuannya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang

BAB I PENDAHULUAN. prevalensinya semakin meningkat setiap tahun di negara-negara berkembang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ginjal merupakan organ penting dari manusia. Berbagai penyakit yang menyerang fungsi ginjal dapat menyebabkan beberapa masalah pada tubuh manusia, seperti penumpukan

Lebih terperinci

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014

ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014 ABSTRAK PROFIL PENDERITA HEMOPTISIS PADA PASIEN RAWAT INAP RSUP SANGLAH PERIODE JUNI 2013 JULI 2014 Hemoptisis atau batuk darah merupakan darah atau dahak yang bercampur darah dan di batukkan dari saluran

Lebih terperinci

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA

HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA HUBUNGAN TINGKAT ASUPAN PROTEIN DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ DARAH PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA Skripsi ini ini Disusun untuk memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh

Lebih terperinci

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP

HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP HUBUNGAN ASUPAN PROTEIN NABATI DAN HEWANI DENGAN KADAR UREUM DAN KREATININ PADA PENDERITA GAGAL GINJAL KRONIK DENGAN HEMODIALISIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. SOERADJI TIRTONEGORO KLATEN Skripsi ini Disusun

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cedera kepala masih menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas pada populasi dunia berumur dibawah 45 tahun (Werner & Engelhard, 2007). Penyebab terbanyak cedera

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH :

GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI DESEMBER 2013 OLEH : GAMBARAN KLINIS PASIEN GASTROENTERITIS DEWASA YANG DIRAWAT INAP DI RSUD DR. PIRNGADI MEDAN PERIODE JUNI 2013 - DESEMBER 2013 OLEH : LUSIA A TARIGAN 110100243 NIM FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bagian Ilmu Penyakit Dalam, sub

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian di bagian Ilmu Penyakit Dalam, sub BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian di bagian Ilmu Penyakit Dalam, sub bagian Penyakit Tropik Infeksi di RSUP Dokter Kariadi Semarang 4.2 Tempat dan

Lebih terperinci

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi

5.2 Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Kelompok Usia dan Jenis Kelamin Distribusi Pasien Tumor Tulang Berdasarkan Lokasi DAFTAR ISI Halaman COVER... i LEMBAR PENGESAHAN... ii DAFTAR ISI... iii ABSTRAK... v ABSTRACT... vi BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Latar Belakang... 1 1.2 Rumusan Masalah... 2 1.3 Tujuan Penelitian... 4 1.3.1

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh

BAB I PENDAHULUAN. otak, biasanya akibat pecahnya pembuluh darah atau adanya sumbatan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Menurut World Health Organization (WHO), stroke didefinisikan sebagai sebuah sindrom yang memiliki karakteristik tanda dan gejala neurologis klinis fokal dan/atau global

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI 2012-31 DESEMBER 2012 Erfina Saumiandiani, 2013 : Pembimbing I : dr. Dani,M.Kes.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka

BAB I PENDAHULUAN meninggal dunia dimana 99% terjadi di negara berkembang. 1 Angka BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kematian dan kesakitan Ibu masih merupakan masalah kesehatan yang serius di negara berkembang. World Health Organisation (WHO) mencatat sekitar delapan juta perempuan

Lebih terperinci

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL

POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL POLA PENGGUNAAN OBAT ANTIHIPERTENSI DAN KESESUAIANNYA PADA PASIEN GERIATRI RAWAT JALAN DI RSUD ULIN BANJARMASIN PERIODE APRIL 2015 purnamirahmawati@gmail.com riza_alfian89@yahoo.com lis_tyas@yahoo.com

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan National Kidney Foundation penyakit ginjal kronik adalah kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi lebih dari tiga bulan, dikarakteristikan dengan kelainan

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang

BAB IV METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di ruang rekam medik RSUP Dr.Kariadi Semarang BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Departemen Ilmu Kesehatan Anak Divisi Perinatologi RSUP Dr.Kariadi/FK Undip Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.

Author : Liza Novita, S. Ked. Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau Doctor s Files: (http://www.doctors-filez. Author : Liza Novita, S. Ked Faculty of Medicine University of Riau Pekanbaru, Riau 2009 0 Doctor s Files: (http://www.doctors-filez.tk GLOMERULONEFRITIS AKUT DEFINISI Glomerulonefritis Akut (Glomerulonefritis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi

BAB I PENDAHULUAN. Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sepsis didefinisikan sebagai adanya infeksi bersama dengan manifestasi sistemik dikarenakan adanya infeksi. 1 Sepsis merupakan masalah kesehatan dunia karena patogenesisnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan

BAB I PENDAHULUAN. kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Albumin adalah protein serum yang disintesa di hepar dengan waktu paruh kurang lebih 21 hari. Albumin mengisi 50% protein dalam darah dan menentukan 75% tekanan onkotik

Lebih terperinci

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014 ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 - DESEMBER 2014 Fitriana Andiani, 2015 : Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Lebih terperinci

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL

BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL BAB 3 KERANGKA KONSEP PENELITIAN DAN DEFINISI OPERASIONAL 3.1. Kerangka konsep penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang telah dikemukakan, kerangka konsep mengenai angka kejadian relaps sindrom nefrotik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. fisik, mental, sosial dan ekonomi bagi penderitanya (Satyanegara et al, 2009)

BAB I PENDAHULUAN UKDW. fisik, mental, sosial dan ekonomi bagi penderitanya (Satyanegara et al, 2009) BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang cukup besar di dunia. Stroke adalah gangguan fungsi otak fokal maupun secara menyeluruh yang terjadi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia >200 mg/dl, dan lipiduria 1. Lesi glomerulus primer

BAB I PENDAHULUAN. hiperkolesterolemia >200 mg/dl, dan lipiduria 1. Lesi glomerulus primer BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sindrom nefrotik merupakan salah satu manifestasi klinik glomerulonefritis yang ditandai dengan edema anasarka, proteinuria massif 3,5 gram/hari, hipoalbuminemia

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi. 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Rumah Sakit RSUD dr. Moewardi 1. Rumah Sakit Umum Daerah dr. Moewardi RSUD dr. Moewardi adalah rumah sakit umum milik pemerintah Propinsi Jawa Tengah. Berdasarkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode neonatus merupakan masa kritis kehidupan bayi. Empat juta bayi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Periode neonatus merupakan masa kritis kehidupan bayi. Empat juta bayi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Periode neonatus merupakan masa kritis kehidupan bayi. Empat juta bayi baru lahir meninggal setiap tahunnya dan lebih dari 98% kematian terjadi pada negara berkembang

Lebih terperinci

PERSENTASE KEBERHASILAN OPERASI CIMINO DAN AV-SHUNT CUBITI PADA PASIEN HEMODIALISA DI RSUP PROF KANDOU PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2013

PERSENTASE KEBERHASILAN OPERASI CIMINO DAN AV-SHUNT CUBITI PADA PASIEN HEMODIALISA DI RSUP PROF KANDOU PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2013 PERSENTASE KEBERHASILAN OPERASI CIMINO DAN AV-SHUNT CUBITI PADA PASIEN HEMODIALISA DI RSUP PROF KANDOU PERIODE JANUARI 0 DESEMBER 0 Cliff W. Sulangi, Hilman Limpeleh, Alwin Monoarfa Bagian Bedah Fakultas

Lebih terperinci

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 Christine Nathalia, 2015; Pembimbing : Dani, dr., M.Kes. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)

Lebih terperinci

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus

BAB VI PEMBAHASAN. Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus BAB VI PEMBAHASAN Selama penelitian bulan Januari 2010 Desember 2010 terdapat 77 neonatus yang lahir dan dirawat di bangsal NICU dan PBRT RSUP Dr Kariadi yang memenuhi kriteria penelitian dan telah dilakukan

Lebih terperinci

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH

ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH ANGKA KEJADIAN SINDROMA KORONER AKUT DAN HUBUNGANNYA DENGAN HIPERTENSI DI RSUP H. ADAM MALIK, MEDAN PADA TAHUN 2011 KARYA TULIS ILMIAH Oleh : YASMEEN BINTI MOHAMMED AKRAM 100100270 FAKULTAS KEDOKTERAN

Lebih terperinci

APLIKASI METODE KESINTASAN PADA ANALISIS FAKTOR DETERMINAN LAMA RAWAT PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA

APLIKASI METODE KESINTASAN PADA ANALISIS FAKTOR DETERMINAN LAMA RAWAT PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA UNIVERSITAS UDAYANA SKRIPSI APLIKASI METODE KESINTASAN PADA ANALISIS FAKTOR DETERMINAN LAMA RAWAT PASIEN DEMAM BERDARAH DENGUE DI RUMAH SAKIT UMUM PURI RAHARJA I KOMANG CANDRA WIGUNA 0820025045 PROGRAM

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru

BAB I PENDAHULUAN. dan fungsi dari organ tempat sel tersebut tumbuh. 1 Empat belas juta kasus baru BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kanker adalah suatu keganasan yang terjadi karena adanya sel dalam tubuh yang berkembang secara tidak terkendali sehingga menyebabkan kerusakan bentuk dan fungsi dari

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah dilakukan di RS BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Gambaran Hasil Penelitian Pelaksanaan penelitian tentang korelasi antara kadar asam urat dan kreatinin serum pada pasien diabetes melitus tipe 2 telah

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak

BAB 1 PENDAHULUAN. Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak 1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gagal jantung (heart failure) adalah sindrom klinis yang ditandai oleh sesak napas dan fatigue (saat istirahat atau saat aktivitas), edema dan tanda objektif adanya

Lebih terperinci

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH PREVALENSI TERJADINYA TUBERKULOSIS PADA PASIEN DIABETES MELLITUS (DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1 kedokteran

Lebih terperinci

Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan

Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan Sari Pediatri, Sari Pediatri, Vol. 4, Vol. No. 4, 1, No. Juni 1, 2002: Juni 20022-6 Pengaruh Lama Pengobatan Awal Sindrom Nefrotik terhadap Terjadinya Kekambuhan Partini P Trihono, Eva Miranda Marwali,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dan stroke iskemik sebagai kasus utamanya (Fenny et al., 2014). Penderita penyakit BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Pembunuh kedua dari daftar penyebab kematian di dunia setelah penyakit jantung iskemik adalah stroke. Stroke telah bertanggung jawab atas kematian 6.7 juta manusia

Lebih terperinci

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang.

BAB 4 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. 25 BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian ini adalah ICU RSUP dr. Kariadi Semarang. 4.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian ini dilakukan di Instalasi Rekam Medik,

Lebih terperinci

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN PROLAPSUS UTERI DI RSUP Dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar sarjana strata-1

Lebih terperinci

Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari Juni Oleh : LANDONG SIHOMBING

Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari Juni Oleh : LANDONG SIHOMBING Profil Infeksi Luka Operasi di Bagian Bedah RSUP H. Adam Malik Periode Januari Juni 2015 Oleh : LANDONG SIHOMBING 120100122 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2015 Profil Infeksi Luka

Lebih terperinci

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK TESIS PUTRI AMELIA IKA

HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK TESIS PUTRI AMELIA IKA HUBUNGAN ANTARA GANGGUAN GINJAL AKUT DAN MORTALITAS PADA ANAK DENGAN PENYAKIT KRITIS DI UNIT PERAWATAN INTENSIF ANAK TESIS PUTRI AMELIA 087103028-IKA PROGRAM MAGISTER KEDOKTERAN KLINIK KONSENTRASI ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan. anak yang penting di dunia karena tingginya angka BAB I PENDAHULUAN Pneumonia 1.1 Latar Belakang merupakan salah satu masalah kesehatan anak yang penting di dunia karena tingginya angka kesakitan dan angka kematiannya, terutama pada anak berumur kurang

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula 13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Salah satu catatan penting dalam beberapa dekade terakhir adalah semakin meningkatnya angka harapan hidup pada negara negara berkembang, begitu pula halnya

Lebih terperinci

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 2, APRIL 2015:

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 2, APRIL 2015: JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 2, APRIL 2015: 223-230 Hubungan Kadar Lipid dengan Kadar & Pasien Penyakit Ginjal Kronik di RSUP Dr. Mohammad Hoesin Palembang Periode 1 Januari-31 Desember

Lebih terperinci

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014

MEDIKA TADULAKO, Jurnal Ilmiah Kedokteran, Vol.1 No.2 Mei 2014 RASIONALITAS PENGGUNAAN ANTIHIPERTENSI PADA PASIEN HIPERTENSI DENGAN PENYAKIT GINJAL KRONIK DI INSTALASI RAWAT INAP RSUD UNDATA PALU TAHUN 2012 Nur Asmar Salikunna*, Ichsan Noor** * Bagian Patologi Anatomi,

Lebih terperinci

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit yang banyak dialami oleh orang di seluruh dunia. DM didefinisikan sebagai kumpulan penyakit metabolik kronis

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34

BAB 1 PENDAHULUAN. kemajuan kesehatan suatu negara. Menurunkan angka kematian bayi dari 34 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram dan merupakan penyumbang tertinggi angka kematian perinatal dan neonatal. Kematian neonatus

Lebih terperinci

ANGKA KEMATIAN PASIEN GAGAL JANTUNG. KONGESTIF DI HCU DAN ICU RSUP dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH

ANGKA KEMATIAN PASIEN GAGAL JANTUNG. KONGESTIF DI HCU DAN ICU RSUP dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH ANGKA KEMATIAN PASIEN GAGAL JANTUNG KONGESTIF DI HCU DAN ICU RSUP dr. KARIADI SEMARANG LAPORAN HASIL KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai syarat untuk mengikuti ujian hasil penelitian Karya Tulis Ilmiah

Lebih terperinci

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes.

ABSTRAK. Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi, dr., Sp.PD. Pembimbing II : Lusiana Darsono, dr., M.Kes. ABSTRAK POLA PENDERITA DIABETES MELITUS TIPE 2 YANG DIRAWAT- INAP DI BAGIAN/SMF PENYAKIT DALAM RS. IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2005 - DESEMBER 2005 Wulan Yuwita, 2007, Pembimbing I : Onkie Kusnadi,

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI 2011 31 DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG Dwirama Ivan Prakoso Rahmadi, 1110062 Pembimbing I : dr. Sri Nadya J Saanin, M.Kes Pembimbing

Lebih terperinci

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN

DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK. Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN DETEKSI DINI DAN PENCEGAHAN PENYAKIT GAGAL GINJAL KRONIK Oleh: Yuyun Rindiastuti Mahasiswa Fakultas Kedokteran UNS BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Di negara maju, penyakit kronik tidak menular (cronic

Lebih terperinci

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014 ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA HEPATITIS B DI RUMAH SAKIT SANTO YUSUP BANDUNG TAHUN 2014 Jeanatasia Kurnia Sari, 2015. Pembimbing I : July Ivone, dr.,mkk.,mpd.ked dan Pembimbing II : Teresa Lucretia Maria

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler

BAB I PENDAHULUAN. Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pasien Penyakit Ginjal Kronik (PGK) yang menjalani hemodialisis reguler memiliki risiko mengalami kejadian kardiovaskular yang lebih tinggi dibandingkan dengan populasi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manifestasinya dapat sangat bervariasi, mulai dari yang ringan tanpa gejala,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manifestasinya dapat sangat bervariasi, mulai dari yang ringan tanpa gejala, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Acute Kidney Injury adalah suatu kondisi klinis yang spesifik, dimana manifestasinya dapat sangat bervariasi, mulai dari yang ringan tanpa gejala, hingga yang

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr.

BAB 3 METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf. Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS Dr. 36 BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1 Ruang lingkup penelitian Ruang lingkup penelitian adalah Ilmu Penyakit Saraf 3.2 Tempat dan waktu penelitian Penelitian dilakukan di Bangsal Rawat Inap Penyakit Saraf RS

Lebih terperinci

GAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HATI: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HATI: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH GAMBARAN KLINIS PASIEN SIROSIS HATI: STUDI KASUS DI RSUP DR KARIADI SEMARANG PERIODE 2010-2012 LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH Disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar

Lebih terperinci

JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : ISSN

JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : ISSN JST Kesehatan, April 2015, Vol.5 No.2 : 193 200 ISSN 2252-5416 HUBUNGAN KEJANG PADA ANAK DENGAN TINGKAT KECEMASAN IBU PENDERITA YANG DIRAWAT DI PERAWATAN INTENSIF ANAK Relationship Between the Seizure

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi.

BAB IV METODE PENELITIAN. Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini mencakup bidang Ilmu Kedokteran khususnya Ilmu Penyakit Dalam, Sub Bagian Gastroenterohepatologi. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian 4.2.1

Lebih terperinci

Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta

Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Perbedaan Kadar Hb Pra dan Post Hemodialisa pada Penderita Gagal Ginjal Kronis di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta The Difference of Hb Levels Pre and Post Hemodialysis in Chronic Renal Failure Patients

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan UKDW BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Penyakit jantung saat ini telah menjadi masalah serius di Indonesia bahkan di seluruh dunia. Fenomena yang terjadi sejak abad ke-20, penyakit jantung dan pembuluh darah

Lebih terperinci

Kata kunci: Prevalensi,Anemia, Anemia defisiensi besi, bayi berat lahir rendah, Hb.

Kata kunci: Prevalensi,Anemia, Anemia defisiensi besi, bayi berat lahir rendah, Hb. Abstrak PREVALENSI BAYI BERAT LAHIR RENDAH PADA IBU ANEMIA DEFISIENSI BESI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015 Anemia pada kehamilan merupakan masalah yang sering terjadi dan 50% dari wanita hamil di negara

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit. yang tergolong dalam non-communicable disease atau BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Infark miokard akut merupakan salah satu penyakit yang tergolong dalam non-communicable disease atau penyakit tidak menular (PTM) yang kini angka kejadiannya makin

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis.

BAB III METODE PENELITIAN Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis. BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Rancangan Penelitian Jenis penelitian ini merupakan penelitian analitik retrospektif menggunakan data rekam medis. 3.2. Waktu dan tempat Penelitian dilakukan di Departemen

Lebih terperinci

PROFIL PENDERITA INFEKSI SISTEM SARAF PUSAT PADA ANAK DI RSUP. H. ADAM MALIK TAHUN 2012

PROFIL PENDERITA INFEKSI SISTEM SARAF PUSAT PADA ANAK DI RSUP. H. ADAM MALIK TAHUN 2012 PROFIL PENDERITA INFEKSI SISTEM SARAF PUSAT PADA ANAK DI RSUP. H. ADAM MALIK TAHUN 2012 KARYA TULIS ILMIAH Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran Oleh: ANUOSHA

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang.

BAB IV METODE PENELITIAN. Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang. 32 BAB IV METODE PENELITIAN 4.1 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan di departemen Ilmu Kesehatan Anak RSUP Dr. Kariadi Semarang. 4.2 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dari sistem saraf pusat (SSP) oleh penyebab vaskular, termasuk infark

BAB I PENDAHULUAN UKDW. dari sistem saraf pusat (SSP) oleh penyebab vaskular, termasuk infark BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Stroke adalah defisit neurologis yang disebabkan oleh cedera akut dari sistem saraf pusat (SSP) oleh penyebab vaskular, termasuk infark serebral, perdarahan intraserebral

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angka kematian bayi (AKB) pada lebih dari satu dasawarsa mengalami penurunan sangat lambat dan cenderung stagnan di beberapa negara sedang berkembang, oleh karena jumlah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab. mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit jantung koroner (PJK) merupakan penyebab mortalitas dan morbiditas utama di seluruh dunia. Menurut laporan pada Global Burden of Disease (2014), PJK merupakan

Lebih terperinci