Melaporkan Kemajuan Kawasan-Kawasan Lindung. Panduan sederhana untuk pemantauan di lapangan, dikembangkan untuk Bank Dunia dan WWF

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "Melaporkan Kemajuan Kawasan-Kawasan Lindung. Panduan sederhana untuk pemantauan di lapangan, dikembangkan untuk Bank Dunia dan WWF"

Transkripsi

1 Melaporkan Kemajuan Kawasan-Kawasan Lindung Panduan sederhana untuk pemantauan di lapangan, dikembangkan untuk Bank Dunia dan WWF

2 Ditulis untuk Aliansi Bank Dunia/WWF bagi Konservasi Hutan dan Penggunaan Berkelanjutan The World Bank

3 Daftar Isi Latar Belakang 3 Rangka Kerja WCPA 4 Tujuan dari Panduan Pemantauan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Lindung 5 Catatan untuk Penggunanan Panduan Pemantauan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Lindung 6 Lembar Data dan Angket 7 Foto halaman depan: Bwindi Impenetrable Forest Reserve, Uganda oleh Marc Hockings Terima kasih banyak kepada mereka yang telah memberikan komentar pada konsep-konsep awal, termasuk Rod Atkins, David Cassells, Peter Cochrane, Finn Danielsen, Jamison Ervin, Jack Hurd, Glenys Jones, Leonardo Lacerda, Rosa Lemos de Sá, Mariana Montoya, Marianne Meijboom, Sheila O'Connor, Christian Peter, Jeff Sayer. Panduan versi ini juga sangat dibantu oleh laporan konsultan yang ditulis oleh Antoine Leclerc yang telah mewawancarai banyak orang dalam Program WWF di Indochina mengenai panduan pemantuan dan pengalamanpengalaman mereka dapat ditemukan dalam dokumen ini. Sue Stolton, Marc Hockings, Nigel Dudley, Kathy MacKinnon dan Tony Whitten Maret 2003

4 Latar Belakang Akhir-akhir ini para profesional dan spesialis kawasan lindung semakin mengkhawatirkan kegagalan dari kawasan-kawasan lindung yang ada dalam mencapai tujuan-tujuan utama dari penetapannya. Salah satu tanggapan atas kekhawatiran ini adalah dengan menekankan perlunya peningkatan efektifitas dari pengelolaan kawasan lindung. Untuk itu, beberapa metode telah dikembangkan untuk menilai praktek-praktek pengelolaan. Perbedaan situasi dan keperluan jelas memerlukan metode penilaian yang berbeda-beda. Oleh karena itu, Komisi Dunia untuk Kawasan Lindung, atau WCPA (The World Commission on Protected Areas) telah mengembangkan suatu rangka kerja untuk penilaian. Rangka kerja dari WCPA ini ditujukan untuk menyediakan beberapa panduan umum dalam pengembangan sistemsistem penilaian sekaligus untuk mendorong terciptanya standar-standar penilaian dan pelaporan. Dasar dari rangka kerja WCPA adalah bahwa pengelolaan kawasan lindung yang baik mengikuti suatu proses yang memiliki enam stadium atau elemen, yaitu: dimulai dengan pengertian konteks nilai-nilai dan ancaman-ancaman yang ada, maju melalui perencanaan, dan alokasi sumberdaya (input), dan merupakan hasil dari tindakan pengelolaan (proses), akhirnya menghasilkan produk dan jasa (output), yang memberikan dampak atau hasil akhir. Aliansi Bank Dunia/WWF bagi Konservasi Hutan dan Penggunaan Berkelanjutan ( Aliansi ) dibentuk pada April 1998, sebagai tanggapan atas laju hilangnya keanekaragaman hayati, produk dan jasa hutan yang sangat penting bagi pembangunan yang berkelanjutan. Sebagai bagian dari program kerjanya, Aliansi Bank Dunia/WWF telah menetapkan target yang menyangkut efektifitas pengelolaan kawasan lindung, yaitu: 50 juta hektar kawasan lindung yang ada akan diamankan di bawah pengelolaan yang efektif pada tahun Untuk mengevaluasi kemajuan pencapaian target ini, Aliansi Bank Dunia/WWF telah mengembangkan sebuah panduan pemantauan sederhana yang digunakan di lapangan untuk memfasilitasi pelaporan mengenai efektifitas pengelolaan kawasan-kawasan lindung yang tercakup dalam proyek-proyek WWF dan Bank Dunia. Panduan pemantauan ini dikembangkan dari aplikasi rangka kerja WCPA dan struktur dasarnya diambil dari Apendix II dokumen tersebut. Panduan Sederhana Pemantauan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Lindung milik Bank Dunia/WWF merupakan bagian dari suatu rangkaian panduan, mulai dari Penilaian Cepat dan Metodologi Penetapan Prioritas milik WWF yang digunakan untuk mengidentifikasi kawasankawasan kunci yang terancam dalam suatu kawasan lindung hingga sistem-sistem pemantauan seperti yang sedang dikembangkan oleh proyek Enhancing Our Heritage untuk kawasan-kawasan alam Warisan Dunia milik UNESCO. Aliansi Bank Dunia/WWF telah mendukung pengembangan rangka kerja WCPA dan juga Penilaian Cepat dan Metodologi Penetapan Prioritas milik WWF.

5 Rangka Kerja WCPA Untuk memaksimalkan potensi dari kawasan-kawasan lindung dan untuk meningkatkan proses-proses pengelolaan, kekuatan dan kelemahan dari pengelolaan tersebut dan tantangan-tantangan yang dihadapi perlu dimengerti. Dalam beberapa tahun terakhir ini berbagai metodologi untuk menilai efektifitas pengelolaan kawasan lindung telah dikembangkan dan diuji coba di seluruh dunia. Komisi Dunia untuk Kawasan Lindung, atau WCPA (The World Commission on Protected Areas) menyediakan rangka kerja umum untuk menilai efektifitas pengelolaan kawasan lindung dan sistem-sistem kawasan lindung, dan memberikan panduan pada para pengelola dan untuk menyelaraskan penilaian di seluruh dunia. Tabel 1 berisi rangkuman pendek mengenai elemen-elemen dari Rangka Kerja WCPA dan kriteria yang dapat dinilai. Panduan Pemantauan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Lindung milik Bank Dunia/WWF telah dibuat untuk memenuhi elemen-elemen evaluasi yang terdapat dalam Rangka Kerja ini. Tabel 1: Rangkuman dari Rangka Kerja Elemen-elemen dari evaluasi Penjelasan Kriteria yang dinilai Fokus dari evaluasi Konteks Dimana kita sekarang? Penilaian akan arti penting, ancaman dan iklim kebijakan - Arti penting - Ancaman-ancaman - Kerawanan - Konteks nasional - Mitra - Status Perencanaan Kemana kita hendak pergi? Penilaian akan desain dan perencanaan kawasan lindung - Peraturan dan kebijakan kawasan lindung - Desain dari sistem kawasan lindung - Desain dari kawasan lindung - Perencanaan pengelolaan - Kesesuaian Input Apa yang kita perlukan? Penilaian akan sumberdaya yang diperlukan untuk menyelenggarakan pengelolaan - Pengadaan badan organisasi - Pengadaan kawasan - Sumberdaya Proses-proses Bagaimana cara melakukannya? Penilaian akan penyelenggaraan pengelolaan - Cocoknya proses-proses pengelolaan yang digunakan - Efisiensi dan kesesuaian

6 Output Apakah hasilnya? Penilaian akan implementasi program-program pengelolaan dan tindakan-tindakan; penghasilan produk dan jasa - Hasil dari tindakan-tindakan pengelolaan - Jasa dan produk - Efektifitas Hasil Akhir Apa yang telah kita capai? Penilaian akan hasil akhir dan sejauh mana hasil-hasil tersebut telah mencapai tujuan utama - Dampak: efek dari kinerja pengelolaan dalam rangka mencapai tujuan utama - Efektifitas dan kesesuaian Pertanyaan-pertanyaan dalam panduan pemantauan berikut ini telah dibuat agar mudah untuk dijawab; elemen-elemen yang dimaksud dalam tiap pertanyaan ada dalam kolom sebelah kiri.

7 Tujuan dari Panduan milik Bank Dunia/WWF untuk Pemantauan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Lindung Panduan milik Bank Dunia/WWF untuk Pemantauan Efektifitas Pengelolaan telah dikembangkan untuk membantu pemantauan kemajuan dalam pencapaian akan target Aliansi Bank Dunia/WWF mengenai kawasan-kawasan lindung yang ada. Diharapkan juga bahwa panduan ini akan digunakan secara umum untuk memantau kemajuan dalam rangka memperbaiki efektifitas pengelolaan; sebagai contoh, panduan ini digunakan oleh Global Environment Facility atau GEF. Aliansi Bank Dunia/WWF telah menyadari bahwa panduan ini perlu untuk: Dapat memberikan sistem pelaporan yang serasi bagi penilaian kawasan lindung yang berada di bawah Bank Dunia dan WWF; Cocok untuk digandakan; Dapat menghasilkan data yang konsisten untuk pemantauan kemajuan dalam jangka waktu yang ditentukan; Relatif mudah dan dapat diselesaikan dengan cepat oleh pegawai kawasan lindung agar tidak tergantung pada pembiayaan yang tinggi atau sumberdaya lainnya; Dapat memberikan nilai jika diperlukan; Berdasarkan suatu sistem yang memberikan empat jawaban alternatif untuk setiap pertanyaan. Hal ini menguatkan sistem penilaian; Mudah dimengerti oleh orang-orang yang bukan pakar; dan Diambil dari sistem pelaporan yang sudah ada untuk menghindari penggandaan usaha. Keterbatasan-keterbatasan Panduan milik Bank Dunia/WWF untuk Pemantauan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Lindung ditujukan untuk membantu pelaporan kemajuan akan efektifitas pengelolaan dan tidak seharusnya menggantikan metode-metode penilaian yang lebih komprehensif dalam tujuan pengelolaan yang menyesuaikan. Panduan ini dikembangkan untuk memberikan gambaran dengan cepat mengenai kemajuan dalam meningkatkan efektifitas pengelolaan dalam tiaptiap kawasan lindung, dan seharusnya diisi oleh pengelola kawasan atau pegawai lain yang relevan. Oleh karena itu, jelas ada keterbatasan-keterbatasan dalam kegunaan panduan ini. Contohnya, panduan ini tidak seharusnya dianggap sebagai penilaian independen, atau sebagai satu-satunya dasar untuk pengelolaan yang menyesuaikan. Oleh karena besarnya perbedaan harapan, sumberdaya dan kebutuhan di seluruh dunia, panduan ini juga terbatas dalam memberikan ruang untuk perbandingan antar kawasan: sistem penilaiannya, jika digunakan, akan paling berguna untuk mengukur kemajuan sebuah kawasan dalam suatu jangka waktu tertentu, atau beberapa kawasan dalam satu kelompok yang terkait. Terakhir, panduan ini sangat terbatas dalam memberikan ruang untuk evaluasi mendetil mengenai hasil akhir dan sebenarnya hanya ditujukan untuk dengan cepat memberikan

8 gambaran mengenai langkah-langkah pengelolaan yang terdapat dalam Rangka Kerja WCPA sampai dengan, dan juga termasuk, output. Walaupun beberapa pertanyaan yang terkait dengan hasil akhir tercakup disini, keterbatasan ini harus dicatat. Sudah jelas bahwa pengelolaan yang baik tidak tercapai jika keanekaragaman hayati terus berkurang, dan tujuan utama dari kawasan lindung itu juga tidak tercapai. Oleh karena itu pertanyaan mengenai penilaian kondisi memiliki arti penting yang tidak seimbang dalam keseluruhan panduan pemantauan ini. Catatan untuk penggunaan Panduan Pemantauan Panduan Pemantauan Efektifitas Pengelolaan Kawasan Lindung milik Bank Dunia/WWF dapat diisi oleh pegawai kawasan lindung atau proyek, dengan masukan dari pegawai yang lain. Panduan pemantauan ini telah didesain agar mudah dijawab oleh para pengelola kawasan lindung tanpa melakukan riset tambahan. Seluruh bagian dari panduan pemantauan harus dilengkapi. Panduan ini terdiri dari dua bagian: 1. Lembar Data: memberi penjelasan mendetil untuk informasi kunci mengenai kawasan, karakteristik dan tujuan utama pengelolaan, juga memberikan gambaran umum mengenai keterlibatan WWF/Bank Dunia. 2. Lembar Penilaian: lembar penilaian mencakup tiga bagian yang berbeda, ketiganya harus dilengkapi. o Pertanyaan-pertanyaan dan nilai: bagian utama dari lembar penilaian adalah rangkaian dari 30 pertanyaan yang dapat dijawab dengan memberikan nilai antara 0 (buruk) hingga 3 (sangat baik). Juga diberikan empat jawaban alternatif bagi setiap pertanyaan untuk membantu para penilai dalam pemberian nilai. Pertanyaan-pertanyaan yang tidak relevan untuk suatu kawasan lindung dapat diabaikan dengan memberikan alasannya dalam bagian komentar (contohnya, pertanyaan mengenai penggunaan dan pengunjung tidak relevan bagi kawasan-kawasan lindung yang dikelola sesuai dengan pengelolaan kawasan lindung IUCN kategori Ia). Selain itu, ada enam pertanyaan tambahan yang meminta penjelasan mengenai tema kunci dalam pertanyaan-pertanyaan sebelumnya dan memberikan informasi dan nilai tambahan. Tentunya ini merupakan proses yang mendekati dan akan ada situasi dimana tidak ada dari keempat jawaban alternatif yang sangat tepat untuk suatu kawasan lindung. Kami sarankan agar anda memilih jawaban yang paling mendekati dan gunakan bagian komentar untuk memberi penjelasan. o Komentar: satu kotak disamping setiap pertanyaan memberikan tempat untuk pembenaran nilai kwalitatif dengan menjelaskan mengapa suatu nilai diberikan (contohnya, nilai diberikan atas dasar opini pribadi, sebuah dokumen referensi, hasil pemantauan atau riset dan penilaian dari luar-- yang penting penjelasan memberikan gambaran mengapa nilai tertentu itu diberikan). Dalam bagian ini kami juga menyarankan agar jika relevan, para penilai memberikan komentar mengenai peran atau pengaruh dari proyek-

9 proyek WWF atau Bank Dunia. Dalam beberapa tempat dalam panduan ini diberikan saran mengenai apa yang dapat dicakup dalam kolom komentar. o Langkah berikut: untuk setiap pertanyaan, penilai diminta untuk mengidentifikasi suatu kebutuhan jangka panjang dari pengelolaan untuk dapat lebih jauh menjalankan pengelolaan yang menyesuaikan pada kawasan, jika hal ini relevan. 3. Jumlah Nilai Akhir: nilai akhir yang merupakan jumlah dari seluruh nilai dalam lembar penilaian dapat dihitung sebagai persentase dari seluruh nilai atas pertanyaan yang relevan bagi suatu kawasan lindung. (Contohnya, jika ada 5 pertanyaan yang dianggap tidak relevan (dan hal ini telah dibenarkan dalam kolom komentar) maka nilai akhir akan dikalikan 29/24 mengingat beberapa pertanyaan tidak digunakan). Jika pertanyaan-pertanyaan tambahan ternyata relevan bagi suatu kawasan lindung, tambahkan nilainya dalam pada nilai akhir, dan abaikan jika tidak relevan. Ketentuan khusus: Seluruh konsep menilai kemajuan dipenuhi dengan kesulitan dan kemungkinan-kemungkinan berbagai distorsi. Asumsi sistem ini, contohnya, adalah bahwa semua pertanyaan membawa beban arti yang sama, dimana hal ini tidak selalu merupakan kenyataan. Ketepatan dapat diperbaiki dengan memberikan beban yang berbeda untuk setiap nilai, walaupun hal ini akan memberikan tantangan tambahan dalam menentukan beban. Dalam versi ini sistem penilaian yang sederhana dipertahankan, tetapi keterbatasan dari pendekatan ini harus disadari.

10 Pelaporan Kemajuan dalam Kawasan Lindung: Lembar Data Nama kawasan lindung Lokasi kawasan lindung (negara dan, jika memungkinkan, peta sebagai referensi) Tanggal penetapan (bedakan antara tanggal persetujuan dan penetapan *) Persetujuan Penetapan Kepemilikan (termasuk: pemilik, hak guna, dll) Otoritas pengelolaan Luas kawasan lindung (ha) Jumlah pegawai Permanen Temporer Pendanaan Penunjukan (Kategori IUCN, World Heritage, Ramsar dll) Alasan untuk penunjukan Penjelasan ringkas mengenai proyek-proyek dalam kawasan lindung ini yang didanai oleh Bank Dunia Penjelasan ringkas mengenai proyek-proyek dalam kawasan lindung ini yang didanai oleh WWF Penjelasan ringkas mengenai proyek-proyek lain yang relevan dalam kawasan lindung ini Tuliskan dua tujuan utama dari kawasan lindung: Tujuan 1 Tujuan 2 Tuliskan dua ancaman terbesar bagi kawasan lindung ini (dan berikan alasan untuk memilih keduanya) Ancaman 1 Ancaman 2 Tuliskan dua kegiatan pengelolaan yang paling penting Kegiatan 1 Kegiatan 2 Tanggal penilaian dilaksanakan: Nama penilai: * atau penetapan secara formal dalam kawasan-kawasan lindung milik pribadi

11 Isu Kriteria Nilai Komentar Langkah Berikut 1. Status hukum Apakah kawasan lindung ini memiliki status hukum? Konteks Kawasan lindung ini tidak pernah ditetapkan secara hukum 0 Catatan: untuk kawasan lindung pribadi, lihat pilihan keempat Pemerintah telah setuju untuk menetapkan kawasan lindung, tetapi prosesnya belum dimulai 1 Kawasan lindung ini masih dalam proses penetapan yang belum selesai 2 Kawasan lindung ini telah ditetapkan secara hukum (atau bagi kawasan lindung pribadi, dimiliki oleh perwalian atau semacamnya) 3 2. Peraturan kawasan lindung Apakah penggunaan lahan dan kegiatan-kegiatan lain (contohnya perburuan) dapat dikendalikan? Konteks Tidak ada mekanisme untuk mengendalikan penggunaan lahan yang tidak sesuai dalam kawasan lindung 0 Ada mekanisme untuk mengendalikan penggunaan lahan dan kegiatan-kegiatan dalam kawasan lindung, tapi banyak kendala besar dalam implementasi mekanisme ini secara efektif 1 Ada mekanisme untuk mengendalikan penggunaan lahan dan kegiatan-kegiatan dalam kawasan lindung, tapi ada beberapa kendala dalam implementasi mekanisme ini secara efektif 2 Mekanisme untuk mengendalikan penggunaan lahan dan kegiatan-kegiatan dalam kawasan lindung ada dan dapat diimplementasikan secara efektif 3 3. Penegakan hukum Dapatkah pegawai kawasan lindung menegakkan hukum dengan cukup baik? Konteks Para pegawai tidak memiliki kapasitas maupun sumberdaya untuk menegakkan hukum dan peraturan kawasan lindung 0 Isu yang mungkin dapat dikomentari: Apa yang terjadi jika ada orang yang tertangkap? Ada kekurangan-kekurangan besar dalam kapasitas pegawai/sumberdaya untuk penegakan hukum dan peraturan kawasan lindung (e.g. kurang keahlian, tidak ada dana patroli) 1 Para pegawai memiliki kapasitas/sumberdaya untuk menegakkan hukum dan peraturan kawasan lindung namun masih ada beberapa kekurangan 2 Para pegawai memiliki kapasitas/sumberdaya yang sangat baik untuk menegakkan hukum dan peraturan kawasan lindung 3

12 4. Tujuan utama dari kawasan lindung Apakah tujuan-tujuan utama dari kawasan lindung telah disetujui? Perencanaan Tidak ada tujuan utama tetap yang telah disetujui bagi kawasan lindung ini 0 Kawasan lindung ini memiliki tujuan utama yang telah disetujui, tetapi pengelolaannya tidak sesuai dengan tujuan-tujuan itu 1 Kawasan lindung ini memiliki tujuan utama yang telah disetujui, tetapi hanya sebagian yang diimplementasikan 2 Kawasan lindung ini memiliki tujuan utama yang telah disetujui dan saat ini dikelola sesuai dengan tujuan-tujuan itu 3 5. Desain kawasan lindung Apakah kawasan lindung ini memerlukan perluasan, koridor-koridor, dll., untuk mencapai tujuan utamanya? Perencanaan Adanya kekurangan-kekurangan dalam desain berarti tidak mungkin untuk mencapai tujuan utama dari pengelolaan kawasan 0 Isu yang mungkin dapat dikomentari: Apakah kawasan lindung ini memiliki beberapa zona pengelolaan yang berbeda, dan apakah zona-zona tersebut dipertahankan dengan baik? Adanya kekurangan-kekurangan dalam desain berarti pencapaian tujuan-tujuan utama terbatas 1 Desain yang ada tidak menghalangi pencapaian tujuan-tujuan utama secara berarti, tetapi desain masih dapat diperbaiki 2 Fitur-fitur desain yang ada sangat membantu pencapaian tujuan-tujuan utama dari kawasan lindung ini 3 6. Demarkasi batasan-batasan kawasan lindung Apakah batasan kawasan lindung ini diketahui dan diberi marka? Konteks Batasan kawasan lindung ini tidak diketahui oleh otoritas pengelolaan atau penduduk lokal/para pengguna lahan disekitarnya 0 Isu yang mungkin dapat dikomentari: Apakah ada perselisihan mengenai hak guna yang melibatkan kawasan lindung ini? Batasan kawasan lindung ini diketahui oleh otoritas pengelolaan atau penduduk lokal/para pengguna lahan disekitarnya 1 Batasan kawasan lindung ini diketahui oleh otoritas pengelolaan atau penduduk lokal tetapi tidak diberi marka semestinya 2 Batasan kawasan lindung ini diketahui oleh otoritas pengelolaan atau penduduk lokal dan telah diberi marka semestinya 3 7. Rencana pengelolaan Apakah ada rencana pengelolaan dan apakah rencana ini diimplementasikan?

13 Perencanaan Tidak ada rencana pengelolaan untuk kawasan lindung ini 0 Ada suatu rencana pengelolaan yang sedang disiapkan atau telah disiapkan tetapi tidak diimplementasikan saat ini 1 Ada suatu rencana pengelolaan yang telah disetujui tetapi hanya sebagiannya yang diimplementasikan karena kekurangan dana atau masalah lainnya 2 Ada suatu rencana pengelolaan yang telah disetujui dan dalam implementasi 3 Nilai tambahan Perencanaan Proses perencanaan memberikan kesempatan yang cukup bagi stakeholder-stakeholder kunci untuk mempengaruhi rencana pengelolaan +1 Ada jadwal dan proses yang telah ditetapkan untuk mengkaji secara berkala dan memperbaharui rencana pengelolaan +1 Hasil-hasil pemantauan, riset dan evaluasi secara rutin menjadi bagian dari perencanaan Rencana kerja reguler Apaka ada rencana kerja tahunan? Perencanaan/Output Tidak ada rencana kerja reguler 0 Ada rencana kerja reguler, tetapi kegiatan-kegiatan tidak dipantau sesuai dengan target-target rencana ini 1 Ada rencana kerja reguler, dan kegiatan-kegiatan dipantau sesuai dengan target-target rencana ini, tetapi banyak kegiatan yang belum diselesaikan 2 Ada rencana kerja reguler, kegiatan-kegiatan dipantau sesuai dengan target-target rencana ini, dan hampir seluruh kegiatan yang direncanakan telah terlaksana 3 9. Inventaris sumberdaya Apakah anda memiliki informasi yang memadai untuk mengelola kawasan ini? Konteks Hanya sedikit atau tidak ada informasi yang mengenai habitat-habitat kritis, spesies dan nilai-nilai budaya dari kawasan lindung ini 0 Informasi yang ada mengenai habitat-habitat kritis, spesies dan nilai-nilai budaya dari kawasan lindung ini tidak memadai untuk mendukung perencanaan dan pengambilan keputusan 1 Informasi yang ada mengenai habitat-habitat kritis, spesies dan nilai-nilai budaya dari kawasan lindung ini cukup untuk mendukung perencanaan dan pengambilan keputusan dalam hal-hal kunci, tetapi survei yang dibutuhkan tidak dapat dipertahankan 2 Informasi mengenai habitat-habitat kritis, spesies dan nilai-nilai budaya dari kawasan lindung ini cukup memadai untuk mendukung perencanaan dan pengambilan keputusan dan dapat dipertahankan Riset Apakah ada pelaksanaan program survei dan riset yang tertuju bagi kepentingan pengelolaan kawasan?

14 Input Tidak ada pelaksanaan survei atau riset dalam kawasan lindung ini 0 Ada beberapa pelakasanaan survei dan riset yang sifatnya ad hoc 1 Ada banyak pelaksanaan survei dan riset tetapi tidak ditujukan untuk kepentingan pengelolaan kawasan lindung 2 Ada program survei dan riset yang komprehensif dan terintegrasi, yang sangat relevan bagi kepentingan pengelolaan kawasan Pengelolaan sumberdaya Apakah kawasan lindung ini dikelola dengan cukup baik (e.g. untuk kebakaran, spesies penyerang, perburuan)? Proses Kebutuhan pengelolaan aktif untuk ekosistem dan spesies yang kritis, juga nilai-nilai budaya belum pernai dipelajari 0 Kebutuhan pengelolaan aktif untuk ekosistem dan spesies yang kritis, juga nilai-nilai budaya telah diketahui, tetapi belum dapat ditangani 1 Kebutuhan pengelolaan aktif untuk ekosistem dan spesies yang kritis, juga nilai-nilai budaya hanya ditangani sebagian saja 2 Kebutuhan pengelolaan aktif untuk ekosistem dan spesies yang kritis, juga nilai-nilai budaya ditangani secara menyeluruh Jumlah pegawai Apakah ada cukup pegawai untuk mengelola kawasan lindung ini? Input Tidak ada pegawai 0 Jumlah pegawai tidak cukup untuk kegiatan-kegiatan penting dalam pengelolaan 1 Jumlah pegawai dibawah tingkat optimal untuk kegiatan-kegiatan penting dalam pengelolaan 2 Jumlah pegawai cukup are untuk kegiatan-kegiatan penting dalam pengelolaan kawasan Pengelolaan personalia Apakah pegawai yang ada dikelola dengan baik? Proses Masalah-masalah personalia menghambat pencapaian tujuan-tujuan utama dari pengelolaan kawasan lindung 0 Masalah-masalah personalia hanya sedikit menghambat pencapaian tujuan-tujuan utama dari pengelolaan kawasan lindung 1 Pengelolaan personalia cukup mendukung pencapaian tujuan-tujuan utama dari pengelolaan kawasan lindung, namun masih dapat ditingkatkan 2 Pengelolaan personalia sangat baik dan membantu pencapaian tujuan-tujuan utama dari pengelolaan kawasan lindung Pelatihan pegawai Apakah pelatihan pegawai memadai?

15 Input/Proses Pegawai tidak terlatih 0 Pelatihan dan keahlian pegawai masih rendah dibandingkan kebutuhan dari kawasan lindung 1 Pelatihan dan keahlian pegawai sudah memadai, tetapi masih dapat ditingkatkan untuk mencapai tujuan-tujuan utama dari pengelolaan kawasan 2 Pelatihan dan keahlian pegawai sangat memadai untuk kebutuhan pengelolaan kawasan lindung, juga untuk kebutuhan di masa depan Pendanaan saat ini Apakah pendanaan saat ini cukup? Input Tidak ada dana bagi kawasan lindung ini 0 Dana yang ada tidak cukup untuk kebutuhan-kebutuhan dasar pengelolaan dan menjadi kendala yang serius bagi kapasitas pengelolaan 1 Dana yang ada cukup, tetapi masih dapat ditingkatkan untuk benar-benar melaksanakan pengelolaan yang efektif 2 Dana yang ada cukup memadai dan memenuhi seluruh kebutuhan pengelolaan kawasan lindung Kepastian dana Apakah pendanaan pasti? Input Tidak ada kepastian dana bagi kawasan lindung dan pengelolaan bergantung sepenuhnya pada pihak lain untuk pendanaan setiap tahun 0 Dana yang pasti hanya sedikit dan kawasan lindung ini tidak dapat berfungsi dengan baik tanpa dana dari pihak lain 1 Dana inti untuk kawasan lindung ini cukup pasti tetapi banyak inovasi dan inisiatif yang bergantung pada dana dari pihak luar 2 Ada kepastian dana dalam siklus beberapa tahun untuk kebutuhan-kebutuhan pengelolaan kawasan lindung ini Pengelolaan dana Apakah dana dikelola untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pengelolaan yang penting? Proses Pengelolaan dana sangat buruk dan sangat mempengaruhi efektifitas 0 Pengelolaan dana buruk dan menghambat efektifitas 1 Pengelolaan dana cukup baik tapi masih dapat ditingkatkan 2 Pengelolaan dana sangat baik dan membantu efektifitas 3

16 18. Peralatan Apakah tersedia peralatan dan fasilitas yang memadai? Proses Hanya sedikit atau hampir tidak ada peralatan maupun fasilitas 0 Tersedia beberapa peralatan dan fasilitas, tetapi secara umum tidak memadai 1 Peralatan dan fasilitas tersedia, tetapi masih banyak kekurangan yang menghambat pengelolaan 2 Tersedia peralatan dan fasilitas yang memadai Pemeliharaan peralatan Apakah perlatan yang ada dipelihara dengan baik? Proses Tidak ada pemeliharaan peralatan dan fasilitas 0 Ada sedikit pemeliharaan peralatan dan fasilitas secara ad hoc 1 Ada pemeliharaan peralatan dan fasilitas, tetapi masih terdapat banyak kekurangan 2 Peralatan dan fasilitas terpelihara dengan baik Program pendidikan dan peningkatan sadar tahu Apakah ada program pendidikan yang terencana? Proses Tidak ada program pendidikan dan peningkatan sadar tahu 0 Ada program pendidikan dan peningkatan sadar tahu secara ad hoc dan terbatas, tetapi tanpa perencanaan yang menyeluruh 1 Ada program pendidikan dan peningkatan sadar tahu, tetapi masih banyak kekurangan 2 Ada program pendidikan dan peningkatan sadar tahu yang sangat terkait dengan tujuan-tujuan utama dan kebutuhan kawasan lindung ini Pemerintahan dan swasta di sekitar Apakah ada kerja sama dengan para pengguna lahan sekitar? Proses Tidak ada hubungan antara pengelola kawasan dan pejabat atau swasta pengguna lahan sekitar 0

17 Terjalin hubungan terbatas antara pengelola kawasan dan pejabat atau swasta pengguna lahan sekitar 1 Terjalin hubungan antara pengelola kawasan dan pejabat atau swasta pengguna lahan sekitar, tetapi hanya kerja sama yang terbatas 2 Terjalin hubungan antara pengelola kawasan dan pejabat atau swasta pengguna lahan sekitar, juga kerja sama dalam pengelolaan kawasan Masyarakat adat Apakah masyarakat adat yang tinggal dalam kawasan lindung atau yang sering menggunakan kawasan ini dapat memberi masukan terhadap keputusan-keputusan pengelolaan? Proses Masyarakat adat tidak dapat memberikan masukan untuk keputusan-keputusan yang menyangkut pengelolaan kawasan 0 Masyarakat adat dapat memberikan masukan untuk keputusan-keputusan yang menyangkut pengelolaan kawasan tetapi tidak terlibat secara langsung 1 Masyarakat adat secara langsung memberikan kontribusi terhadap keputusan-keputusan yang menyangkut pengelolaan kawasan 2 Masyarakat adat secara langsung berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pengelolaan kawasan Masyarakat setempat Apakah masyarakat yang tinggal di sekitar atau dekat dengan kawasan lindung dapat memberikan masukan terhadap keputusan-keputusan pengelolaan? Proses Masyarakat setempat tidak dapat memberikan masukan mengenai keputusan-keputusan yang menyangkut pengelolaan kawasan lindung 0 Masyarakat setempat dapat memberikan masukan mengenai keputusan-keputusan yang menyangkut pengelolaan kawasan tetapi tidak terlibat secara langsung dalam keputusan-keputusan yang dihasilkan 1 Masyarakat setempat secara langsung memberikan kontribusi terhadap beberapa keputusan yang menyangkut pengelolaan kawasan 2 Masyarakat setempat secara langsung berpartisipasi dalam pengambilan keputusan yang menyangkut pengelolaan kawasan 3 Nilai tambahan Output Ada jalur komunikasi dan kepercayaan antara stakeholder setempat dan para pengelola kawasan lindung +1 Program-program yang memperbaiki kesejahteraan masyarakat setempat dan melestarikan sumberdaya yang ada dalam kawasan lindung sedang diimplementasi Fasilitas pengunjung Apakah fasilitas untuk pengunjung (wisatawan, peziarah dll) cukup baik?

18 Output Tidak ada fasilitas atau jasa bagi para pengunjung 0 Isu yang mungkin dapat dikomentari: Apakah para pengunjung merusak kawasan lindung? Fasilitas dan jasa bagi pengunjung tidak sesuai untuk tingkat kunjungan atau masih dalam pembangunan 1 Fasilitas dan jasa bagi pengunjung memadai untuk tingkat kunjungan saat ini, tetapi masih dapat ditingkatkan 2 Fasilitas dan jasa bagi pengunjung sangat baik dan memadai untuk tingkat kunjungan saat ini Wisata komersil Apakah para operator wisata komersil memberikan kontribusi terhadap pengelolaan kawasan lindung? Proses Tidak ada atau hanya sedikit hubungan antara pengelola kawasan dan operator wisata yang menggunakan kawasan lindung 0 Isu yang mungkin dapat dikomentari: Contoh-contoh kontribusi dari para operator wisata Hubungan antara pengelola kawasan dan operator wisata kebanyakan hanya terkait masalah administrasi atau peraturan 1 Terjalin kerja sama terbatas antara pengelola kawasan dan operator wisata untuk memperbaiki kesan kunjungan wisatawan dan memelihara nilai-nilai kawasan lindung 2 Terjalin kerja sama yang sangat baik antara pengelola kawasan dan operator wisata untuk memperbaiki kesan kunjungan wisatawan, memelihara nilai-nilai kawasan lindung, dan dalam menyelesaikan konflik Iuran Jika iuran (wisata, denda) diterapkan apakah hal ini membantu pengamanan pengelolaan kawasan lindung? Output Walaupun secara teori ada iuran, tetapi kenyataannya tidak ada penagihan 0 Iuran yang ditagih langsung disetor pada pemerintah pusat dan tidak dikembalikan pada kawasan lindung dan sekitarnya 1 Iuran yang ditagih disetorkan pada otorita setempat, bukan pada kawasan lindung 2 Bea masuk yang dibayar pengunjung mendukung kawasan lindung ini dan/atau kawasan lindung yang lain Penilaian kondisi Apakah kawasan lindung ini dikelola sesuai dengan tujuan-tujuan utamanya? Hasil akhir Terjadi degradasi yang parah pada keanekaragaman hayati penting, nilai-nilai ekologis dan budaya 0 Isu yang mungkin dapat dikomentari: Harap memberikan penjelasan mendetil mengenai keanekaragaman hayati, nilai-nilai ekologis atau budaya yang terpengaruhi Sebagian dari keanekaragaman hayati, nilai-nilai ekologis dan budaya mengalami degradasi yang parah 1

19 Sebagian dari keanekaragaman hayati, nilai-nilai ekologis dan budaya mengalami degradasi, tetapi nilai-nilai yang paling penting belum tersentuh 2 Keanekaragaman hayati, nilai-nilai ekologis dan budaya umumnya masih utuh 3 Nilai tambahan Output Ada program-program aktif untuk memperbaiki daerah-daerah dalam kawasan lindung dan/atau zona penyangga Penilaian jalan masuk Apakah ada mekanisme-mekanisme pengelolaan yang dapat mengendalikan jalan masuk atau penggunaan kawasan? Hasil-hasil akhir Sistem pengamanan (patroli, izin, dll) tidak efektif dalam mengendalikan jalan masuk atau penggunaan kawasan sesuai dengan tujuan-tujuan utama 0 Hanya sebagian dari sistem pengamanan efektif dalam mengendalikan jalan masuk atau penggunaan kawasan sesuai dengan tujuan-tujuan utama 1 Sistem pengamanan cukup efektif dalam mengendalikan jalan masuk atau penggunaan kawasan sesuai dengan tujuan-tujuan utama 2 Sebagian besar atau seluruh sistem pengamanan sangat efektif dalam mengendalikan jalan masuk atau penggunaan kawasan sesuai dengan tujuan-tujuan utama Penilaian keuntungan ekonomis Apakah kawasan lindung ini memberikan keuntungan secara ekonomis kepada masyarakat setempat? Hasil-hasil akhir Keberadaan kawasan lindung ini telah memperkecil pilihan-pilihan untuk pengembangan ekonomi masyarakat setempat 0 Isu yang mungkin dapat dikomentari: Apakah dampak dari pembangunan wilayah atau pengembangan nasional terhadap kawasan lindung ini? Keberadaan kawasan lindung ini tidak merugikan ataupun menguntungkan perekonomian setempat 1 Masyarakat setempat diuntungkan secara ekonomis dari keberadaan kawasan lindung, namun hal ini tidak signifikan dalam perekonomian wilayah 2 Masyarakat setempat sangat diuntungkan secara ekonomis dari keberadaan kawasan lindung dan dari aktifitas yang ada di dalam dan sekitarnya (e.g. pekerjaan bagi masyarakat setempat, kegiatan-kegiatan wisata yang dioperasikan masyarakat setempat dll) Pemantauan dan evaluasi Perencanaan/Proses Tidak ada kegiatan pemantauan dan evaluasi 0 Ada kegiatan pemantauan dan evaluasi secara ad hoc, tetapi tidak ada strategi umum dan/atau pengumpulan pencapaian secara rutin 1 Ada sistem pemantauan dan evaluasi yang telah disetujui, namun hasil-hasil pencapaian tidak digunakan secara sistematis dalam pengelolaan kawasan 2

20 JUMLAH NILAI Ada sistem pemantauan dan evaluasi yang baik, yang diimplementasikan dan digunakan dalam pengelolaan yang menyesuaikan 3

Mengevaluasi keefektifan Ringkasan untuk para pengelola taman nasional dan pembuat kebijakan

Mengevaluasi keefektifan Ringkasan untuk para pengelola taman nasional dan pembuat kebijakan Mengevaluasi keefektifan Ringkasan untuk para pengelola taman nasional dan pembuat kebijakan Marc Hockings, Sue Stolton dan Nigel Dudley (Terjemahan ke dalam bahasa Indonesia oleh Ani Kartikasari) Mengevaluasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Taman Nasional di Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA Pengelolaan Taman Nasional di Indonesia II. TINJAUAN PUSTAKA 2. 1. Pengelolaan Taman Nasional di Indonesia Secara fisik, karakteristik taman nasional digambarkan sebagai kawasan yang luas, relatif tidak terganggu, mempunyai nilai alam yang menonjol,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat

BAB I PENDAHULUAN. penunjang budidaya, pariwisata, dan rekreasi. Taman Nasional Kerinci Seblat BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-Undang No. 05 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya (KSDHE), Taman Nasional adalah kawasan pelestarian alam yang mempunyai

Lebih terperinci

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut

Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Menerapkan Filosofi 4C APRIL di Lahan Gambut Peta Jalan Lahan Gambut APRIL-IPEWG Versi 3.2, Juni 2017 Kelompok Ahli Gambut Independen (Independent Peatland Expert Working Group/IPEWG) dibentuk untuk membantu

Lebih terperinci

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL)

PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) PEDOMAN PENYUSUNAN KERANGKA ACUAN ANALISIS DAMPAK LINGKUNGAN (KA-ANDAL) A. PENJELASAN UMUM 1. Pengertian Kerangka acuan adalah ruang lingkup studi analisis dampak lingkungan hidup yang merupakan hasil

Lebih terperinci

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004

REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004 I. PENDAHULUAN REPETA DEPARTEMEN KEHUTANAN TAHUN 2004 Pembangunan kehutanan pada era 2000 2004 merupakan kegiatan pembangunan yang sangat berbeda dengan kegiatan pada era-era sebelumnya. Kondisi dan situasi

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan

I. PENDAHULUAN. Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tingginya laju kerusakan hutan tropis yang memicu persoalan-persoalan lingkungan telah mendorong kesadaran publik terhadap isu-isu mengenai pentingnya transformasi paradigma

Lebih terperinci

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR

STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR STUDI EVALUASI PENETAPAN KAWASAN KONSERVASI TAMAN NASIONAL BUKIT TIGAPULUH (TNBT) KABUPATEN INDRAGIRI HULU - RIAU TUGAS AKHIR Oleh: HERIASMAN L2D300363 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK

Lebih terperinci

BAB VI LANGKAH KE DEPAN

BAB VI LANGKAH KE DEPAN BAB VI LANGKAH KE DEPAN Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion 343 344 Pembangunan Pertanian Berbasis Ekoregion LANGKAH LANGKAH KEDEPAN Seperti yang dibahas dalam buku ini, tatkala Indonesia memasuki

Lebih terperinci

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI

Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Konservasi Tingkat Komunitas OLEH V. B. SILAHOOY, S.SI., M.SI Indikator Perkuliahan Menjelaskan kawasan yang dilindungi Menjelaskan klasifikasi kawasan yang dilindungi Menjelaskan pendekatan spesies Menjelaskan

Lebih terperinci

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU

GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU 1 GUBERNUR MALUKU PERATURAN DAERAH PROVINSI MALUKU NOMOR 3 TAHUN 2016 TENTANG PERLINDUNGAN DAN PENGELOLAAN TELUK DI PROVINSI MALUKU DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR MALUKU, Menimbang : a. bahwa

Lebih terperinci

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi

Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi ID Dokumen BAHASA INDONESIA Prosedur dan Daftar Periksa Kajian Sejawat Laporan Penilaian Nilai Konservasi Tinggi Kelompok Pakar Sejawat, Skema Lisensi Penilai (ALS) HCV Resource Network (HCVRN) Prosedur

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya alam yang banyak dimiliki di Indonesia adalah hutan. Pembukaan hutan di Indonesia merupakan isu lingkungan yang populer selama dasawarsa terakhir

Lebih terperinci

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang

PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management. Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang PROJECT MANAGEMENT BODY OF KNOWLEDGE (PMBOK) PMBOK dikembangkan oleh Project Management Institute (PMI) sebuah organisasi di Amerika yang mengkhususkan diri pada pengembangan manajemen proyek. PMBOK merupakan

Lebih terperinci

VIII. PENUTUP. 8.1 Kesimpulan

VIII. PENUTUP. 8.1 Kesimpulan VIII. PENUTUP 8.1 Kesimpulan Penelitian ini menghasilkan informasi tentang fungsi kawasan lindung partikelir dalam memenuhi kesenjangan sistem kawasan konservasi di Kabupaten Banyuwangi. Kawasan konservasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : P.6/Menhut-II/2010 TENTANG NORMA, STANDAR, PROSEDUR DAN KRITERIA PENGELOLAAN HUTAN PADA KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG (KPHL) DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB)

KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) KERANGKA DAN STRATEGI PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DALAM PROGRAM KARBON HUTAN BERAU (PKHB) Menimbang berbagai faktor utama yang menghambat pengelolaan hutan lindung secara efektif, maka pengelolaan hutan

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ekowisata bagi negara-negara berkembang dipandang sebagai cara untuk mengembangkan perekonomian dengan memanfaatkan kawasan-kawasan alami secara tidak konsumtif. Untuk

Lebih terperinci

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA

INDUSTRI PENGGUNA HARUS MEMBERSIHKAN RANTAI PASOKAN MEREKA SOLUSI Masa depan perdagangan internasional Indonesia tidak harus bergantung pada deforestasi. Sinar Mas Group adalah pemain terbesar dalam sektor-sektor pulp dan kelapa sawit, dan dapat memotori pembangunan

Lebih terperinci

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pembangunan di bidang kehutanan diarahkan untuk memberikan manfaat sebesarbesarnya PENDAHULUAN Latar Belakang Salah satu kriteria keberhasilan pembangunan adalah meningkatnya kualitas hidup masyarakat melalui peningkatan partisipasinya dalam pembangunan itu sendiri. Pembangunan di bidang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagai sebuah negara yang sebagian besar wilayahnya terdiri atas lautan, Indonesia memiliki potensi sumberdaya perikanan yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah

Lebih terperinci

Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata

Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata Langkah-langkah Menuju Sekolah Adiwiyata Panduan ini diberikan kepada sekolah dan Pembina dalam mewujudkan sebuah sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan. Tahapan tersebut menjadi sebuah rangkaian

Lebih terperinci

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K

-2- saling melengkapi dan saling mendukung, sedangkan peran KLHS pada perencanaan perlindungan dan pengelolaan Lingkungan Hidup bersifat menguatkan. K TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 228) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI

KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI KONSEP MODERN KAWASAN DILINDUNGI *) PERLINDUNGAN PELESTARIAN MODERN Suatu pemeliharaan dan pemanfaatan secara bijaksana Pertama: kebutuhan untuk merencanakan SD didasarkan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser beserta sumber daya alam

Lebih terperinci

DOKUMEN PANDUAN UTZ PERLINDUNGAN ALAM

DOKUMEN PANDUAN UTZ PERLINDUNGAN ALAM DOKUMEN PANDUAN UTZ PERLINDUNGAN ALAM (Versi 1.0, 1-8-2016) Panduan tentang perlindungan alam, sebagaimana diwajibkan dalam Pedoman Perilaku Inti UTZ untuk sertifikasi kelompok dan multikelompok (Versi

Lebih terperinci

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA

BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA BAB IV. LANDASAN SPESIFIK SRAP REDD+ PROVINSI PAPUA 4.1. Landasan Berfikir Pengembangan SRAP REDD+ Provinsi Papua Landasan berpikir untuk pengembangan Strategi dan Rencana Aksi (SRAP) REDD+ di Provinsi

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Cagar Biosfer Cagar biosfer adalah suatu kawasan meliputi berbagai tipe ekosistem yang ditetapkan oleh program MAB-UNESCO untuk mempromosikan konservasi keanekaragaman hayati

Lebih terperinci

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012

Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 Latar belakang dan konteks Kebijakan Gender AIPP Rancangan September 2012 AIPP bekerja untuk mempromosikan hak-hak masyarakat adat. Hak-hak masyarakat adat adalah bagian dari kerangka kerja hak-hak asasi

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI KEHUTANAN NOMOR : P.14/Menhut-II/2007 TENTANG TATACARA EVALUASI FUNGSI KAWASAN SUAKA ALAM, KAWASAN PELESTARIAN ALAM DAN TAMAN BURU MENTERI KEHUTANAN,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 46 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PENYELENGGARAAN KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang:

Lebih terperinci

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481)

KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) KAJIAN PROSPEK DAN ARAHAN PENGEMBANGAN ATRAKSI WISATA KEPULAUAN KARIMUNJAWA DALAM PERSPEKTIF KONSERVASI TUGAS AKHIR (TKP 481) Oleh : GITA ALFA ARSYADHA L2D 097 444 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA

Lebih terperinci

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap)

7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO (versi lengkap) 7 Prinsip Manajemen Mutu - ISO 9001 2015 (versi lengkap) diterjemahkan oleh: Syahu Sugian O Dokumen ini memperkenalkan tujuh Prinsip Manajemen Mutu. ISO 9000, ISO 9001, dan standar manajemen mutu terkait

Lebih terperinci

PEMAHAMAN PENINJUAN KEMBALI RTRW KABUPATEN. Bab 2.1 KEDUDUKAN PENINJAUAN KEMBALI DALAM SISTEM PENATAAN RUANG

PEMAHAMAN PENINJUAN KEMBALI RTRW KABUPATEN. Bab 2.1 KEDUDUKAN PENINJAUAN KEMBALI DALAM SISTEM PENATAAN RUANG Bab 2 PEMAHAMAN PENINJUAN KEMBALI RTRW KABUPATEN Proses perencanaan merupakan proses yang terus berlanjut bagaikan suatu siklus. Demikian halnya dengan sebuah produk rencana tata ruang seperti RTRW Kabupaten,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tujuan utama pengelolaan taman nasional adalah sebagai kekuatan pendorong untuk menjamin kelestarian fungsi ekologi kawasan dan sekitarnya serta kemanfaatannya bagi manusia

Lebih terperinci

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program

PERENCANAAN PENGELOLAAN DAS TERPADU. Identifikasi Masalah. Menentukan Sasaran dan Tujuan. Alternatif kegiatan dan implementasi program Konsep Perencanaan Pengelolaan DAS Terpadu, dengan ciri-ciri sebagai berikut (1) hutan masih dominant, (2) satwa masih baik, (3) lahan pertanian masih kecil, (4) belum ada pencatat hidrometri, dan (5)

Lebih terperinci

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu

2018, No Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahu No.89, 2018 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMEN-LHK. Pelaksanaan KLHS. Pencabutan. PERATURAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR P.69/MENLHK/SETJEN/KUM.1/12/2017 TENTANG

Lebih terperinci

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR

BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR BAB V. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DAERAH KABUPATEN ALOR 5.1. Visi dan Misi Pengelolaan Kawasan Konservasi Mengacu pada kecenderungan perubahan global dan kebijakan pembangunan daerah

Lebih terperinci

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Indonesia yang merupakan pusat dari segitiga terumbu karang (coral triangle), memiliki keanekaragaman hayati tertinggi di dunia (megabiodiversity). Terumbu karang memiliki

Lebih terperinci

Catatan Pengarahan FLEGT

Catatan Pengarahan FLEGT FLEGT PENEGAKAN HUKUM, TATA KELOLA DAN PERDAGANGAN SEKTOR KEHUTANAN Jaminan legalitas berbasis peserta pasar dan pemberian izin FLEGT Latar belakang Rencana Tindakan mengenai Penegakan Hukum, Tata Kelola

Lebih terperinci

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor

DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP. Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor DOKUMEN INFORMASI PROYEK (PID) TAHAP KONSEP Laporan No.: Nama Proyek Proyek Persiapan Kesiapan Indonesia (Indonesia Readiness Preparation Project) Kawasan Regional EAP Sektor Lingkungan dan Pedesaan ID

Lebih terperinci

Deklarasi Changwon untuk Kesejahteraan Manusia dan Lahan Basah

Deklarasi Changwon untuk Kesejahteraan Manusia dan Lahan Basah Deklarasi Changwon untuk Kesejahteraan Manusia dan Lahan Basah MENGAPA ANDA HARUS MEMBACA DAN MENGGUNAKAN DEKLARASI INI Lahan basah menyediakan pangan, menyimpan karbon, mengatur arah aliran air, menyimpan

Lebih terperinci

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 1998 TENTANG PENGELOLAAN KAWASAN EKOSISTEM LEUSER PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa Kawasan Ekosistem Leuser beserta sumber daya alam

Lebih terperinci

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBUAT HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

PERATURAN DESA.. KECAMATAN. KABUPATEN... NOMOR :... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DESA.. KECAMATAN. KABUPATEN... NOMOR :... TAHUN TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN SUMBER AIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN DESA.. KECAMATAN. KABUPATEN... NOMOR :... TAHUN 20... TENTANG PERLINDUNGAN DAN PEMANFAATAN SUMBER AIR DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA DESA Menimbang : a. bahwa sumber air sebagai

Lebih terperinci

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP

BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP BAB X PEMBANGUNAN SUMBER DAYA ALAM DAN LINGKUNGAN HIDUP A. UMUM Berbagai kebijakan dan program yang diuraikan di dalam bab ini adalah dalam rangka mendukung pelaksanaan prioritas pembangunan nasional yang

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.228, 2016 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LINGKUNGAN HIDUP. Strategis. Penyelenggaraan. Tata Cara. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5941) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK

Lebih terperinci

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan

Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Indonesia Climate Change Trust Fund Usulan Program Mitigasi Berbasis Lahan Judul Kegiatan: Provinsi/Kota/Kabupaten: Lembaga Pengusul: Jenis Kegiatan: Mitigasi Berbasis Lahan A. Informasi Kegiatan A.1.

Lebih terperinci

5. EVALUASI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN

5. EVALUASI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN 5. EVALUASI EFEKTIVITAS PENGELOLAAN Evaluasi efektivitas pengelolaan dilakukan dengan melakukan penilaian terhadap 4 aspek dalam siklus pengelolaan yaitu: perencanaan, masukan, proses, dan keluaran. Setiap

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang BAB I. PENDAHULUAN I.. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki perhatian cukup tinggi terhadap pengelolaan sumber daya alam (SDA) dengan menetapkan kebijakan pengelolaannya harus

Lebih terperinci

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati

Konservasi Lingkungan. Lely Riawati 1 Konservasi Lingkungan Lely Riawati 2 Dasar Hukum Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 Tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 Tentang Konservasi Sumber

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Tahura Wan Abdul Rachman di Propinsi Lampung adalah salah satu kawasan yang amat vital sebagai penyangga kehidupan ekonomi, sosial dan ekologis bagi masyarakat

Lebih terperinci

REVITALISASI KEHUTANAN

REVITALISASI KEHUTANAN REVITALISASI KEHUTANAN I. PENDAHULUAN 1. Berdasarkan Peraturan Presiden (PERPRES) Nomor 7 Tahun 2005 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009 ditegaskan bahwa RPJM merupakan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sangat kaya akan berbagai sumberdaya alam, termasuk keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya. Kekayaan sumberdaya alam tersebut harus dikelola

Lebih terperinci

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN

KEMENTERIAN KEHUTANAN BADAN LITBANG KEHUTANAN PUSAT LITBANG PERUBAHAN IKLIM DAN KEBIJAKAN TROPICAL FOREST CONSERVATION FOR REDUCING EMISSIONS FROM DEFORESTATION AND FOREST DEGRADATION AND ENHANCING CARBON STOCKS IN MERU BETIRI NATIONAL PARK, INDONESIA ITTO PD 519/08 REV.1 (F) KEMENTERIAN KEHUTANAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sebagian hutan tropis terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Berdasarkan luas, hutan tropis Indonesia menempati urutan ke tiga setelah Brasil dan Republik Demokrasi

Lebih terperinci

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN

RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN RENCANA PENELITIAN INTEGRATIF PENGELOLAAN KAWASAN KONSERVASI TAHUN 05-09 Prof. DR. M. Bismark, MS. LATAR BELAKANG Perlindungan biodiversitas flora, fauna dan mikroorganisme menjadi perhatian dunia untuk

Lebih terperinci

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas

Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas Royal Golden Eagle (RGE) Kerangka Kerja Keberlanjutan Industri Kehutanan, Serat Kayu, Pulp & Kertas I. Ruang Lingkup: Seluruh ketentuan Sustainability Framework ini berlaku tanpa pengecualian bagi: Seluruh

Lebih terperinci

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010

KRITERIA KAWASAN KONSERVASI. Fredinan Yulianda, 2010 KRITERIA KAWASAN KONSERVASI Fredinan Yulianda, 2010 PENETAPAN FUNGSI KAWASAN Tiga kriteria konservasi bagi perlindungan jenis dan komunitas: Kekhasan Perlindungan, Pengawetan & Pemanfaatan Keterancaman

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO

PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO PERATURAN DAERAH PROVINSI GORONTALO NOMOR 05 TAHUN 2004 TENTANG PENGELOLAAN LINGKUNGAN HIDUP DI PROVINSI GORONTALO DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR GORONTALO, Menimbang : a. bahwa Lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.30/MEN/2010 TENTANG RENCANA PENGELOLAAN DAN ZONASI KAWASAN KONSERVASI PERAIRAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN

Lebih terperinci

PENINGKATAN MUTU DAN BENCHMARKING PERGURUAN TINGGI

PENINGKATAN MUTU DAN BENCHMARKING PERGURUAN TINGGI PENINGKATAN MUTU DAN BENCHMARKING PERGURUAN TINGGI R. WASISTO RUSWIDIONO STIE TRISAKTI wasisto@stietrisakti.ac.id PENINGKATAN MUTU P roses penjaminan mutu bukan hanya aktivitas untuk memastikan bahwa yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Faktor kepuasan kerja dijelaskan oleh Umam (2010) bahwa terdapat dua indikator yaitu adanya ciri-ciri instrinsik dan ekstrinsik dari suatu pekerjaan yang menentukan

Lebih terperinci

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja

PERENCANAAN KINERJA BAB. A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja BAB II PERENCANAAN KINERJA A. Instrumen untuk mendukung pengelolaan kinerja Pemerintah Kabupaten Gunungkidul dalam rangka mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik senantiasa melaksanakan perbaikan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Sumatera Barat memiliki kawasan hutan yang luas. Berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.35/Menhut-II/2013 tanggal 15 Januari 2013 tentang perubahan atas

Lebih terperinci

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN

1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1. MANAJEMEN DAN KEPEMIMPINAN PENGADILAN 1.1 Pengadilan telah mengumumkan visi, misi (tujuan), dan detil bagaimana memenuhi nilai dasar (seperti : aksesibilitas, aktualitas, dan keadilan). 1.2 Pimpinan

Lebih terperinci

KERANGKA ACUAN PENGKAJIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WAWO WAE DALAM PENGELOLAAN KAWASAN CA WATU ATA, NGADA TGL 25 NOP S/D 20 DES 2002

KERANGKA ACUAN PENGKAJIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WAWO WAE DALAM PENGELOLAAN KAWASAN CA WATU ATA, NGADA TGL 25 NOP S/D 20 DES 2002 KERANGKA ACUAN PENGKAJIAN UNTUK PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DESA WAWO WAE DALAM PENGELOLAAN KAWASAN CA WATU ATA, NGADA TGL 25 NOP S/D 20 DES 2002 Oleh POKJA KEANEKARAGAMAN HAYATI TIM PENGKAJI MASALAH LINGKUNGAN

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan

I. PENDAHULUAN. Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan 19 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Tatanan lingkungan, sebenarnya merupakan bentuk interaksi antara manusia dengan alamnya dari masa ke masa. Berbagai lingkungan mempunyai tatanan masing masing sebagai

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang 1 I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber penghasil devisa potensial selain sektor migas. Indonesia sebagai suatu negara kepulauan memiliki potensi alam dan budaya

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P.46/Menhut-II/2013 TENTANG TATA CARA PENGESAHAN RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN LINDUNG DAN KESATUAN PENGELOLAAN

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktik-Praktik REDD+ yang Menginspirasi MEMBERDAYAKAN MASYARAKAT MELALUI PENGUKURAN KARBON PARTISIPATIF DI INDONESIA Apa» Pengukuran karbon

Lebih terperinci

III KERANGKA PEMIKIRAN

III KERANGKA PEMIKIRAN III KERANGKA PEMIKIRAN 3.1 Nilai Ekonomi Taman Nasional Alam seisinya memiliki nilai ekonomi yang dapat mendatangkan manfaat bagi kesejahteraan manusia. Nilai ekonomi ini dapat diperoleh jika alam dilestarikan

Lebih terperinci

V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU

V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU V KEBERGANTUNGAN DAN KERENTANAN MASYARAKAT TERHADAP SUMBERDAYA DANAU 70 5.1 Kebergantungan Masyarakat terhadap Danau Rawa Pening Danau Rawa Pening memiliki peran penting dalam menciptakan keseimbangan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pergeseran konsep kepariwisataan dunia kepada pariwisata minat khusus atau yang salah satunya dikenal dengan bila diterapkan di alam, merupakan sebuah peluang besar

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORITIS

BAB II LANDASAN TEORITIS 6 BAB II LANDASAN TEORITIS Salah satu alasan mendasar pendirian kawasan lindung adalah agar keberadaan kawasan tetap utuh selama-lamanya untuk melestarikan nilai-nilai biologi dan budaya yang dimilikinya

Lebih terperinci

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF

PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 GAMBARAN SEKILAS Praktek-Praktek REDD+ yang Menginspirasi MEMBANGUN DASAR KERANGKA PENGAMAN KEANEKARAGAMAN HAYATI DI INDONESIA Apa» Kemitraan dengan Ratah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan

BAB I PENDAHULUAN. berupa produk jasa lingkungan yang manfaatnya secara langsung bisa di rasakan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hutan merupakan sumberdaya alam dengan berbagai manfaat baik manfaat yang bersifat langsung maupun tidak langsung. Manfaat langsung berupa produk jasa lingkungan yang

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumberdaya alam

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumberdaya alam 52 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu Negara yang memiliki sumberdaya alam berupa hutan nomor 3 (tiga) di dunia setelah Brazil dan Zaire, selain itu kita juga merupakan salah

Lebih terperinci

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU

BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG PENGELOLAAN DANAU LINDU PEMERINTAH KABUPATEN SIGI TAHUN 2013 0 BUPATI SIGI PERATURAN DAERAH KABUPATEN SIGI NOMOR 5 TAHUN 2013 TENTANG

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar,

I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Tourism Center adalah 10,1%. Jumlah tersebut setara dengan US$ 67 miliar, 34 I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia, yang memiliki sekitar 17.504 pulau, dengan panjang garis pantai kurang lebih 91.524 km, dan luas perairan laut

Lebih terperinci

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat

I PENDAHULUAN. masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Seiring dengan laju pertumbuhan penduduk dan perubahan kondisi sosial masyarakat serta desakan otonomi daerah, menjadikan tuntutan dan akses masyarakat dalam pemanfaatan

Lebih terperinci

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research

Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan. Center for International Forestry Research Menyelaraskan hutan dan kehutanan untuk pembangunan berkelanjutan Center for International Forestry Research Siapakah kami Pusat Penelitian Kehutanan Internasional (Center for International Forestry Research)

Lebih terperinci

AMDAL. Analisis. Lingkungan

AMDAL. Analisis. Lingkungan AMDAL Analisis Lingkungan Pengertian AMDAL & UKL/UPL AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) Kajian mengenai dampak besar dan penting suatu usaha dan/ataukegiatan yang direncanakan pada lingkungan

Lebih terperinci

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Menimbang PERATURAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA Nomor : P. 20/Menhut-II/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KARBON HUTAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, : a. bahwa

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya. Pada Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Hutan konservasi adalah kawasan hutan dengan ciri khas tertentu, yang mempunyai fungsi pokok pengawetan keanekaragaman tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya. Pada

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pertumbuhan penduduk di Indonesia tergolong besar. Saat ini berdasarkan survey terakhir, jumlah penduduk Indonesia adalah 230 juta lebih. Laju pertumbuhan penduduk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature

BAB I PENDAHULUAN. perubahan iklim (Dudley, 2008). International Union for Conservation of Nature BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan konservasi mempunyai peran yang sangat besar terhadap perlindungan keanekaragaman hayati. Kawasan konservasi juga merupakan pilar dari hampir semua strategi

Lebih terperinci

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI

KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI KONSEP PENGEMBANGAN KAWASAN WISATA BAHARI 1. Latar Belakang Indonesia merupakan Negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri dari lebih 17.000 pulau dan memiliki panjang garis pantai 81.000 km yang

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH Nomor 68 Tahun 1998, Tentang KAWASAN SUAKA ALAM DAN KAWASAN PELESTARIAN ALAM PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa kawasan suaka alam dan kawasan pelestarian alam merupakan

Lebih terperinci

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER

PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER PEMERINTAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA RANCANGAN PERATURAN DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR. TAHUN. TENTANG PENGELOLAAN TAMAN HUTAN RAYA BUNDER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA

Lebih terperinci

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA

MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA PROGRAM HUTAN DAN IKLIM WWF LEMBAR FAKTA 2014 Praktek REDD+ yang Menginspirasi MENCIPTAKAN HUTAN MASYARAKAT DI INDONESIA RINGKASAN Apa Pengembangan kawasan konservasi masyarakat dan pengelolaan hutan berbasis

Lebih terperinci

MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd

MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK. By: Estuhono, S.Pd, M.Pd MATERI KULIAH PENGEMBANGAN KURIKULUM MULOK By: Estuhono, S.Pd, M.Pd PENGEMBANGAN MODEL KURIKULUM Estuhono, S.Pd, M.Pd I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Otonomi daerah, sentralisasi ke desentralisasi, multikultural,

Lebih terperinci

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013

Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 Daftar Tanya Jawab Permintaan Pengajuan Konsep Proyek TFCA Kalimantan Siklus I 2013 1. Apakah TFCA Kalimantan? Tropical Forest Conservation Act (TFCA) merupakan program kerjasama antara Pemerintah Republik

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat

BAB I PENDAHULUAN. dan fauna yang tersebar diberbagai wilayah di DIY. Banyak tempat tempat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Istimewa Yogyakarta terkenal dengan kota pelajar dan kota budaya, selain itu Daerah Istimewa Yogyakarta juga dikenal sebagai daerah pariwisata ini dibuktikan

Lebih terperinci

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah

Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah Kajian Nilai Konservasi Tinggi Provinsi Kalimantan Tengah Ringkasan Eksekutif Bismart Ferry Ibie Nina Yulianti Oktober 2016 Nyahu Rumbang Evaphilo Ibie RINGKASAN EKSEKUTIF Kalimantan Tengah berada di saat

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2010 TENTANG PENGUSAHAAN PARIWISATA ALAM DI SUAKA MARGASATWA, TAMAN NASIONAL, TAMAN HUTAN RAYA, DAN TAMAN WISATA ALAM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Undang-undang No.41 Tahun 1999 hutan memiliki fungsi konservasi, fungsi lindung dan fungsi produksi. Hutan dengan fungsi lindung yaitu hutan sebagai satu kesatuan

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota Tual adalah salah satu kota kepulauan yang ada di Provinsi Maluku dengan potensi sumberdaya kelautan dan perikanan yang cukup melimpah serta potensi pariwisata yang

Lebih terperinci

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012

PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 PRISAI (Prinsip, Kriteria, Indikator, Safeguards Indonesia) Mei 2012 Apa saja prasyaarat agar REDD bisa berjalan Salah satu syarat utama adalah safeguards atau kerangka pengaman Apa itu Safeguards Safeguards

Lebih terperinci

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. yang sangat strategis bagi pembangunan yang berkelanjutkan di Provinsi

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. yang sangat strategis bagi pembangunan yang berkelanjutkan di Provinsi 136 IX. KESIMPULAN DAN SARAN 9.1. Kesimpulan Pengembangan kawasan Taman Nasional Gunung Leuser memiliki peran yang sangat strategis bagi pembangunan yang berkelanjutkan di Provinsi Sumatera Utara dan NAD

Lebih terperinci