BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB II KAJIAN PUSTAKA. suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,"

Transkripsi

1 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. KAJIAN KEPENDIDIKAN 1. Hakekat Pembelajaran Biologi Pembelajaran menurut Sugihartono (2007 : 80) merupakan usaha untuk menciptakan sistem lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Sementara Hilman Faruq (2010 : 10) mengemukakan bahwa pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembelajaran sebagai suatu aktivitas mengorganisasi atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak didik sehingga terjadi proses belajar (Sugihartono, 2007 : 80). Lingkungan dalam hal ini tidak hanya ruang belajar, tetapi juga meliputi guru, alat peraga, perpustakaan, laboratorium, dan sebagainya yang relevan dengan kegiatan belajar siswa. Proses pembelajaran (proses belajar mengajar) biologi sebagai suatu sistem, pada prinsipnya merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan antara komponenkomponen : raw input (siswa), instrumental input (masukan instrumental), environment (lingkungan), dan output (hasil keluaran). Keempat komponen tersebut mewujudkan sistem pembelajaran biologi dengan prosesnya berada di pusatnya. Pada hakikatnya biologi didefinisikan terdiri dari tiga komponen, yaitu produk ilmiah, proses ilmiah dan sikap ilmiah. Produk ilmiah meliputi konsepkonsep biologi, fakta, teori, dan hukum-hukum yang terkandung di dalam ilmu biologi. Proses ilmiah adalah keterampilan yang harus dimiliki siswa sehingga dapat secara mandiri menemukan produk biologi. Keterampilan tersebut terdiri 8

2 dari dua yaitu keterampilan proses dasar dan keterampilan proses terpadu. Sedangkan sikap ilmiah meliputi jujur, teliti, serta objektif (Hilman Faruq, 2010 : 4). Tujuan pembelajaran biologi adalah mengembangkan cara berpikir ilmiah melalui penelitian dan percobaan, mengembangkan pengetahuan praktis dari metode biologi untuk dapat memecahkan masalah-masalah kehidupan individu, sosial serta merangsang studi lebih lanjut di bidang biologi dan bidang lain yang berhubungan dengan biologi serta membangkitkan pengertian dan rasa kasih sayang kepada makhluk hidup (Hilman Faruq, 2010 : 4-5). Komponen masukan instrumental yang berupa kurikulum, guru, sumber belajar, LKS, metode, sarana dan prasarana pembelajaran nampaknya sangat berpengaruh terhadap proses pembelajaran biologi. Dalam teori modern, proses pembelajaran tidak tergantung sekali pada keberadaan guru (pendidik) sebagai pengelola proses pembelajaran. Hal ini didasarkan bahwa proses belajar pada hakekatnya merupakan interaksi antara siswa dengan objek yang dipelajari. Berdasarkan hal ini, maka peranan sumber belajar dan LKS tidak dapat dikesampingkan dalam proses pembelajaran biologi. Khususnya pada peranan sumber belajar biologi sebagai salah satu subkomponen masukan instrumental dapat tersedia di sekolah dan di luar sekolah. Peranan sumber belajar yang penggunaannya secara terencana dan terprogram sebagai bahan ajar, harus dipersiapkan dengan sebaik-baiknya. Sumber belajar yang sudah dikemas menjadi bahan ajar akan memudahkan interaksi siswa dengan objek belajar. Dengan demikian, pencapaian tujuan pembelajaran akan sangat dipengaruhi oleh kemasan sumber belajarnya yang sudah direncanakan dan diprogram. 9

3 2. Sumber Belajar a. Pengertian sumber belajar Salah satu dari banyak komponen dalam sistem pengajaran adalah sumber belajar. Dalam pengertian yang sederhana, sumber belajar (learning resources) adalah guru atau bahan pelajaran/bahan pengajaran baik buku-buku bacaan atau semacamnya. Dalam desain pengajaran yang disusun guru terdapat salah satu komponen pengajaran yang dirancang berupa sumber belajar/pengajaran umumnya diisi dengan buku-buku rujukan. namun, sebenarnya pengertian sumber belajar sesungguhnya tidak sesempit itu. Bahwa segala daya yang dapat dipergunakan untuk kepentingan/aktivitas pengajaran baik secara langsung maupun tidak langsung, di luar diri siswa (lingkungan) yang melengkapi diri mereka pada saat pengajaran berlangsung disebut sebagai sumber belajar (Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi, 1991 : 152). Lebih lanjut, Ahmad Rohani dan Abu Ahmadi (1991 : 152), berpendapat bahwa segala macam sumber yang ada di luar diri seseorang (siswa) dan yang memungkinkan/memudahkan terjadinya proses belajar disebut sebagai sumber belajar. Sumber belajar tidak lain adalah daya yang bisa dimanfaatkan guna kepentingan proses belajar mengajar, baik secara langsung maupun secara tidak langsung, sebagian atau secara keseluruhan (Nana Sudjana dan Ahmad Rivai, 2007 : 76). Suhardi (2010 : 2) berpendapat bahwa sumber belajar biologi adalah segala sesuatu baik benda maupun gejalanya yang dapat dipergunakan untuk memperoleh pengalaman dalam rangka pemecahan masalah biologi tertentu. 10

4 b. Komponen sumber belajar Komponen-komponen sumber belajar menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2007 : 82-83) yaitu : 1) Tujuan, misi, atau fungsi sumber belajar. Setiap sumber belajar selalu mempunyai tujuan atau misi yang akan dicapai. Tujuan setiap sumber belajar itu selalu ada baik secara eksplisist maupun implisit. Tujuan sangat dipengaruhi oleh sifat dan bentuk-bentuk sumber belajar itu sendiri. 2) Bentuk, format, atau keadaan fisik sumber belajar. Wujud sumber belajar secara fisik satu dengan yang lain berbeda-beda. Misalnya bila mempelajari dokumentasi tentu berbeda dengan mengadakan wawancara kepada seseorang. Jadi, keadaan fisik sumber belajar itu merupakan komponen penting. Penggunaan atau pemanfaatannya dengan memperhitungkan segi waktu, pembiayaan, dan sebagainya. 3) Pesan yang dibawa oleh sumber belajar. Setiap sumber belajar selalu membawa pesan yang dapat dimanfaatkan atau dipelajari oleh pemakainya. Komponen pesan merupakan informasi yang sangat penting. Hal-hal yang harus diperhatikan antara lain yaitu isi pesan harus sederhana, cukup jelas,lengkap,dan mudah disimak maknanya. 4) Tingkat kesulitan atau kompleksitas pemakaian sumber belajar. Tingkat kompleksitas penggunaan sumber belajar berkaitan dengan keadaan fisik dan pesan sumber belajar. Sejauh mana kompleksitasnya perlu diketahui untuk menentukan apakah sumber belajar itu masih dapat digunakan mengingat waktu dan biaya yang terbatas. Misalnya bila suatu 11

5 mata pelajaran sudah memadai disajikan dalam bentuk LKS, gambargambar foto, atau dengan diktat tertentu, maka tidak perlu diputar film yang isi pesannya relatif sama. c. Pemanfaatan hasil penelitian sebagai sumber belajar Pada prinsipnya sumber belajar dibedakan atas dua macam yaitu sumber belajar yang siap digunakan dalam proses pembelajaran tanpa ada penyederhanaan atau modifikasi (by utilization) serta sumber belajar yang disederhanakan dan atau dimodifikasi (dikembangkan/by design). Sumber belajar yang siap digunakan tanpa ada penyederhanaan dan modifikasi (by utilization) misalnya pantai. Di pantai akan banyak ditemukan fenomena yang dapat diangkat menjadi persoalan untuk dicari penyelesaiannya. Bila akan digunakan hasilnya untuk kepentingan sumber belajar di sekolah dimana para siswa tidak mengamati langsung pantai tersebut maka perlu adanya penyerderhanaan atau modifikasi hasil penelitian tersebut. Artinya hasil penelitian ini dikembangkan sebagai sumber belajar yang dimodifikasi dalam bentuk bahan ajar. Suatu hasil penelitian jika akan diangkat sebagai sumber belajar di SMA harus melalui tahapan-tahapan sebagai berikut : 1) Identifikasi proses dan produk hasil penelitian. Hasil penelitian biologi harus dikaji berdasarkan kurikulum pendidikan biologi yang berlaku. Dari kajian ini dapat dilihat kejelasan potensi ketersediaan objek dan permasalahan yang diangkat, kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, sasaran materi dan peruntukannya, informasi yang akan diungkap, pedoman eksplorasi dan perolehan yang akan dicapai. Apabila dari segi persyaratan telah dipenuhi, maka dilakukan pengkajian proses dan produk hasil penelitian yang relevan dengan permasalahan 12

6 biologi di SMA. Dari segi proses dapat dijabarkan langkah-langkah kerja ilmiah sebagai berikut : a) Identifikasi dan perumusan masalah b) Perumusan tujuan penelitian c) Perumusan hipotesis d) Penyusunan prosedur penelitian e) Pelaksanaan kegiatan f) Pengumpulan dan analisis data g) Pembahasan hasil penelitian h) Penarikan simpulan Selanjutnya dari segi produk penelitian, fakta hasil penelitian digeneralisasikan menjadi konsep. 2) Seleksi dan modifikasi proses dan produk penelitian sebagai sumber belajar di SMA. a) Prosedur kerja penelitian harus disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran khususnya kegiatan belajar yang dilakukan siswa misalnya penyediaan objek dan pelaksanaan penelitian apakah di laksanakan di laboratorium sekolah atau di lapangan. b) Produk penelitian yang berupa fakta, konsep, dan prinsip disesuaikan dengan konsep atau sub konsep GBPP Kurikulum Biologi yang sedang berlaku di SMA. 3) Penerapan hasil penelitian sebagai sumber belajar ke dalam organisasi instruksional. 13

7 3. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) a. Pengertian Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam kegiatan pembelajaran biologi adalah penggunaan Lembar Kegiatan Siswa (LKS) biologi. Ida Septi Ekosari (2009 : 2), mengungkapkan bahwa LKS adalah lembar kerja yang berisikan informasi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri suatu aktivitas belajar, melalui praktek atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sementara Abdul Majid (2008 : 176) berpendapat bahwa LKS adalah lembaran-lembaran berisi tugas yang harus dikerjakan oleh peserta didik. Lembar kegiatan biasanya berupa petunjuk, langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas. Langkah-langkah yang diperintahkan dalam lembar kegiatan harus jelas kompetensi dasar yang akan dicapai. Tugas yang ada sifatnya dapat teoritis misalnya tugas membaca artikel tertentu maupun tugas yang bersifat praktek misalnya kerja lapangan atau di laboratorium. b. Fungsi LKS Menurut Endang Widjajanti (2008 : 1-2), LKS mempunyai beberapa fungsi yaitu : 1) Merupakan alternatif bagi guru untuk mengarahkan pengajaran atau memperkenalkan suatu kegiatan tertentu sebagai kegiatan belajar mengajar. 2) Dapat digunakan untuk mempercepat proses pengajaran dan menghemat waktu penyajian suatu topik. 3) Dapat mengoptimalkan alat bantu pengajaran yang terbatas. 4) Membantu siswa dapat lebih aktif dalam proses belajar mengajar. 14

8 5) Dapat membangkitkan minat siswa jika LKS disusun secara rapi, sistematis, dan mudah dipahami oleh siswa sehingga mudah menarik perhatian siswa. 6) Dapat menumbuhkan kepercayaan pada diri siswa dan meningkatkan motivasi belajar dan rasa ingin tahu. 7) Dapat mempermudah penyelesaian tugas perorangan, kelompok atau klasikal karena siswa dapat menyelesaikan tugas sesuai dengan kecepatan belajarnya. 8) Dapat digunakan untuk melatih siswa menggunakan waktu seefektif mungkin. 9) Dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah. c. Syarat-syarat penyusunan LKS Keberadaan LKS memberi pengaruh yang cukup besar dalam proses belajar mengajar, sehingga penyusunan LKS harus memenuhi berbagai persyaratan yaitu syarat didaktik, syarat konstruksi, dan syarat teknik (Hendro Darmodjo dan Jenny R.E Kaligis, 1992 : 41 ) : 1) Syarat-syarat didaktik Syarat ini mengatur tentang penggunaan LKS yang bersifat universal dapat digunakan dengan baik untuk siswa yang lamban atau yang pandai. LKS lebih menekankan pada proses untuk menemukan konsep, dan yang terpenting dalam LKS ada variasi stimulus dalam kegiatan siswa. LKS diharapkan mengutamakan pada pengembangan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika. Pengalaman belajar yang dialami siswa ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi siswa. LKS yang 15

9 berkualitas harus memenuhi syarat- syarat didaktik yang dapat dijabarkan sebagai berikut : a) Mengajak siswa aktif dalam proses pembelajaran. b) Memberi penekanan pada proses untuk menemukan konsep. c) Memiliki variasi stimulus dalam kegiatan siswa sesuai dengan ciri KTSP. d) Dapat mengembangkan kemampuan komunikasi sosial, emosional, moral, dan estetika pada diri siswa e) Pengalaman belajar ditentukan oleh tujuan pengembangan pribadi. 2) Syarat konstruksi berhubungan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosa kata, tingkat kesukaran, dan kejelasan dalam LKS. Syaratsyarat konstruksi ialah syarat-syarat yang berkenaan dengan penggunaan bahasa, susunan kalimat, kosakata, tingkat kesukaran, dan kejelasan, yang pada hakekatnya harus tepat guna dalam arti dapat dimengerti oleh pihak pengguna, yaitu peserta didik. Syarat-syarat konstruksi tersebut yaitu : a) Menggunakan bahasa yang sesuai dengan tingkat kedewasaan anak. b) Menggunakan struktur kalimat yang jelas. Hal-hal yang perlu diperhatikan agar kalimat menjadi jelas maksudnya, yaitu : (1) Hindarkan kalimat kompleks. (2) Hindarkan kata-kata tak jelas misalnya mungkin, kira-kira. (3) Hindarkan kalimat negatif, apalagi kalimat negatif ganda. (4) Menggunakan kalimat positif lebih jelas daripada kalimat negatif. 16

10 c) Memiliki tata urutan pelajaran yang sesuai dengan tingkat kemampuan anak. Apalagi konsep yang hendak dituju merupakan sesuatu yang kompleks, dapat dipecah menjadi bagian-bagian yang lebih sederhana dulu. d) Menghindari pertanyaan yang terlalu terbuka. Pertanyaan dianjurkan merupakan isian atau jawaban yang didapat dari hasil pengolahan informasi, bukan mengambil dari perbendaharaan pengetahuan yang tak terbatas. e) Tidak mengacu pada buku sumber yang di luar kemampuan keterbacaan siswa. f) Menyediakan ruangan yang cukup untuk memberi keleluasaan pada siswa untuk menulis maupun menggambarkan pada LKS. Memberikan bingkai dimana anak harus menuliskan jawaban atau menggambar sesuai dengan yang diperintahkan. Hal ini dapat juga memudahkan guru untuk memeriksa hasil kerja siswa. g) Menggunakan kalimat yang sederhana dan pendek. Kalimat yang panjang tidak menjamin kejelasan instruksi atau isi. Namun kalimat yang terlalu pendek juga dapat mengundang pertanyaan. h) Menggunakan lebih banyak ilustrasi daripada kata-kata. Gambar lebih dekat pada sifat konkrit sedangkan kata-kata lebih dekat pada sifat formal atau abstrak sehingga lebih sukar ditangkap oleh anak. i) Dapat digunakan oleh anak-anak, baik yang lamban maupun yang cepat. j) Memiliki tujuan yang jelas serta bermanfaat sebagai sumber motivasi. 17

11 k) Mempunyai identitas untuk memudahkan administrasinya. Misalnya, kelas, mata pelajaran, topik, nama atau nama-nama anggota kelompok, tanggal dan sebagainya. 3) Syarat teknis menekankan penyajian LKS, yaitu berupa tulisan, gambar dan penampilannya dalam LKS. a) Tulisan (1) Gunakan huruf cetak dan tidak menggunakan huruf latin atau romawi. (2) Gunakan huruf tebal yang agak besar untuk topik, bukan huruf biasa yang diberi garis bawah. (3) Gunakan kalimat pendek, tidak boleh lebih dari 10 kata dalam satu baris. (4) Gunakan bingkai untuk membedakan kalimat perintah dengan jawaban siswa. (5) Usahakan agar perbandingan besarnya huruf dengan besarnya gambar serasi. b) Gambar Gambar yang baik untuk LKS adalah gambar yang dapat menyampaikan pesan/isi dari gambar tersebut secara efektif kepada pengguna LKS. c) Penampilan Penampilan sangat penting dalam LKS. Anak pertama-tama akan tertarik pada penampilan bukan pada isinya. Dalam LKS juga dapat diberikan sejumlah pertanyaan dan tentunya beberapa kegiatan atau persiapan yang harus dilakukan oleh siswa. Diharapkan 18

12 dengan penggunaan LKS dapat membantu pemahaman siswa dalam materi biologi yang dipelajari, mengembangkan keterampilan proses serta membangun sendiri struktur pengetahuannya dari data-data yang diperolehnya melalui pengalaman dalam mengamati. Selain itu, siswa juga dimotivasi untuk lebih kreatif dalam menemukan jawaban atas keingintahuannya dan meningkatkan kemampuan berpikir, mengobservasi, menginterpretasi, dan mengkomunikasikan kegiatan yang telah dilakukannya. 4. Pemanfaatan LKS Bagi Pengembangan Keterampilan Proses Sains Siswa Salah satu manfaat LKS yang dikemukakan oleh Hendro Darmodjo dan Jenny R.E. Kaligis (1992 : 40) adalah dapat digunakan untuk mengembangkan keterampilan proses, mengembangkan sikap ilmiah serta membangkitkan minat peserta didik terhadap alam sekitarnya. Pengajaran dengan pendekatan keterampilan proses merupakan wahana pengembangan keterampilan intelektual, sosial, emosional, dan fisik siswa yang pada prinsipnya keterampilan tersebut telah ada dalam diri mereka sendiri. Lebih lanjut, Mulyani Sumantri dan Johar Mulyana (1999 : 113) menyimpulkan bahwa pendekatan keterampilan proses memberikan pengertian yang tepat tentang hakekat ilmu pengetahuan kepada siswa. Siswa mengalami rangsangan ilmu pengetahuan secara langsung dalam kegiatan belajarnya dan lebih mengerti fakta serta konsep ilmu pengetahuan. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Subagyo dkk (2009 : 1) yang mengemukakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan keterampilan proses memungkinkan siswa dapat menumbuhkan sikap ilmiah untuk mengembangkan keterampilan yang mendasar sehingga dalam proses pembelajaran siswa dapat memahami konsep yang dipelajarinya. Dengan demikian hasil belajar yang meliputi pengetahuan, keterampilan, dan sikap sebagai tuntutan kompetensi dalam 19

13 kurikulum yang dikembangkan saat ini dapat tercapai. Keterampilan proses meliputi : a. Mengobservasi. Kegiatan mengobservasi lingkungan sekitar mengenai berbagai objek dan fenomena alam dilakukan menggunakan panca indera yaitu penglihatan (misalnya menentukan warna), pendengaran (misalnya mendengarkan kicauan burung), perabaan (misalnya merasakan kasar halusnya suatu objek), penciuman (misalnya membedakan bau bunga mawar dengan melati), dan pengecap (misalnya membedakan rasa manis dengan asin). Melalui observasi yang dilakukan baik yang sifatnya kualitatif (misalnya menentukan warna) maupun yang sifatnya kuantitatif (misalnya mengukur lebar daun) akan menghasilkan suatu data dan informasi. Data atau informasi ini selanjutnya akan mendorong siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar selanjutnya seperti menanyakan, memikirkan lebih lanjut, menafsirkan, menguraikan, dan meneliti kembali. Dalam observasi tercakup beberapa kegiatan seperti menghitung, mengukur, maupun mengklasifikasi. 1) Perhitungan. Keterampilan menghitung biasanya dilatih dan dibina melalui pelajaran matematika, namun dalam pelajaran ilmu pengetahuan alam dapat pula dikembangkan. Hasil perhitungan dapat dikomunikasikan dengan cara membuat tabel, grafik, atau histogram. 2) Pengukuran. Keterampilan mengukur sangat penting dalam kerja ilmiah. Dasar dari pengukuran adalah pembanding. Pertama-tama membanding-bandingkan 20

14 satu benda dengan benda lain. Kemudian memberikan satuan pada benda yang diukur berdasarkan patokan internasional yang berlaku. 3) Klasifikasi. Dalam membuat klasifikasi perlu diperhatikan dasar klasifikasi misalnya menurut suatu ciri khusus, tujuan, atau kepentingan tertentu. Selain itu juga diperlukan kecermatan dalam mengamati objek-objek yang akan diklasifikasikan sehingga dapat menentukan dasar pengklasifikasian dengan tepat. b. Pembuatan hipotesis. Kemampuan membuat hipotesis adalah salah satu keterampilan yang sangat mendasar dalam kerja ilmiah. Hipotesis adalah suatu perkiraan yang beralasan untuk menerangkan suatu kejadian atau pengamatan tertentu. Pemikiranpemikiran untuk membuat hipotesis dapat bersumber dari pengamatan, eksperimen, demonstrasi, pengalaman sehari-hari ataupun membaca buku. Perkiraan tersebut dapat saja keliru maka dalam kerja ilmiah, seorang ilmuwan biasanya membuat hipotesis yang kemudian diuji melalui eksperimen. c. Perencanaan penelitian. Sebelum melakukan eksperimen, perlu adanya perencanaan eksperimen karena tanpa rencana bisa terjasi pemborosan waktu, tenaga, dan biaya serta hasilnya mungkin tidak sesuai dengan yang diharapkan. Dalam merencanakan perlu adanya penentuan alat dan bahan yang akan digunakan, objek yang akan diteliti, faktor atau variabel yang perlu diperhatikan, kriteria keberhasilan, langkah kerja, serta bagaimana mencatat dan mengolah data untuk menarik simpulan. 21

15 d. Bereksperimen. Kegiatan eksperimen merupakan kegiatan pengujian hipotesis. Bereksperimen bagi siswa berarti mereka terlibat langsung dalam kegiatan-kegiatan yang bersifat ilmiah dan kegiatan untuk memecahkan masalah. e. Interpretasi data. Data yang dikumpulkan melalui observasi, perhitungan, pengukuran, eksperimen atau penelitian sederhana disajiakan dalam berbagai bentuk seperti tabel, grafik, histogram, atau diagram. Data tersebut barulah dapat ditafsirkan atau diinterpretasi. f. Peramalan (prediksi). Peramalan atau prediksi berdasarkan observasi, pengukuran, atau penelitian yang memperlihatkan kecenderungan gelaja tertentu. Peramalan juga dapat dilakukan berdasarkan pengetahuan, pengalaman atau data yang dikumpulkan. Dengan kata lain keterampilan memprediksi adalah keterampilan untuk memperkirakan apa yang akan terjadi berdasarkan kecenderungan atau pola yang berhubungan yang terdapat pada data yang diperoleh. g. Simpulan sementara (inferensi). Pertama-tama data dikumpulkan terlebih dahulu, lalu dibuat simpulan sementara berdasarkan informasi yang dimiliki sampai suatu waktu tertentu. Simpulan tersebut bukan merupakan simpulan akhir hanya merupakan simpulan sementara yang dapat diterima sampai pada saat itu. h. Komunikasi Pengkomunikasian hasil penelitian dapat berupa paper, karangan ilmiah, komunikasi lisan misalnya menceritakan pengalaman observasinya. Keterampilan ini merupakan suatu kebutuhan yang hakiki bagi setiap siswa 22

16 untuk menyampaikan apa yang mereka ketahui kepada orang lain dalam rangka pengembangan aktualisasi diri maupun pengembangan ilmu pengetahuan. Kegiatan pembelajaran berdasarkan pendekatan keterampilan proses memiliki arti bahwa siswa diarahkan untuk menemukan konsep pengetahuan melalui aktivitasnya sendiri ataupun dalam kerja kelompok. Penggunaan LKS sebagai alat bantu pembelajaran sangat penting untuk mengarahkan siswa berpikir. Sehingga dalam penyusunan LKS perlu dipertimbangkan struktur kalimat yang baik yang menitikberatkan pada keaktifan siswa. Kalimat yang mengaktifkan siswa untuk berpikir misalnya kalimat yang mengarahkan siswa untuk mengamati, menghitung, mengukur, menggolongkan data, mencari hubungan antara dua data, kalimat yang meminta siswa untuk membuat hipotesis, kalimat yang mengarahkan siswa melakukan penelitian, kalimat yang meminta siswa untuk menyimpulkan, menarik konsep, serta mengkomunikasikan proses suatu kegiatan belajar. Selain itu apabila digunakan gambar juga harus mengedepankan aspek keaktifan. Gambar yang mengaktifkan siswa adalah gambar yang mengharapkan siswa menggunakan data atau melakukan kegiatan. Sedangkan gambar yang hanya berfungsi sebagai materi pelajaran kurang dapat mengaktifkan siswa. Adapun kriteria soal yang mengaktifkan siswa adalah pertanyaan penggalian yaitu pertanyaan yang bertujuan untuk memahamkan pola pikir yang telah dikuasai oleh siswa, jawabannya menuntut siswa untuk menggunakan pengetahuan atau situasi baru, dan pertanyaan penyelesaian masalah, jawabannya mengharapkan siswa untuk memecahkan suatu permasalahan. Sedangkan soal yang kurang mengaktifkan siswa misalnya pertanyaan faktual yaitu menanyakan apa yang diamati dan hubungan objek satu 23

17 dengan objek lain, jawaban pertanyaan langsung didapat oleh siswa dari teks atau ringkasan materi, pertanyaan informatif yaitu menanyakan arti dari istilah atau definisi. B. KAJIAN KEILMUAN 1. Hibiscus tiliaceus L. (waru). Pohon dapat mencapai tinggi mulai dari 5-15 m. Tumbuhan ini memiliki daun yang bertangkai, berbentuk jantung lingkaran lebar atau bulat telur, tidak berlekuk, bertulang daun menjari. Bunga berdiri sendiri atau 2-5 dalam tandan. Daun mahkota berbentuk kipas dan berwarna kuning. Tabung benang sari keseluruhan ditempati oleh kepala sari dan juga berwarna kuning. Selain itu terdapat pula daun kelopak tambahan dengan 8-11 taju. Bakal buah beruang 5, tiap ruang dibagi oleh 2 sekat semu, dengan banyak bakal biji. Buahnya berbentuk bulat telur. Tumbuhan ini dapat tumbuh di pantai maupun rawa-rawa, dan biasanya berfungsi sebagai peneduh. 2. Terminalia catappa L. (ketapang). Pohon memiliki taju yang jelas bertingkat dengan tinggi dapat mencapai m. Daun berbentuk bulat telur terbalik oval dan sebagian besar terkumpul di ujung ranting. Bunga berkelamin 2, bunga betina terletak di bagian lebih atas daripada bunga jantan. Benang sari tersusun dalam 2 lingkaran, sementara putik sendiri memiliki tankai yang sangat pendek. Buahnya termasuk buah batu bersegi. Tumbuhan ini dapat tumbuh di daerah pantai dan tepi muara sungai serta kerap ditanam untuk peneduh jalan. 24

18 3. Transpirasi. a. Pengertian transpirasi Transpirasi pada hakekatnya merupakan penguapan yang terjadi melalui permukaan tumbuhan. Hal ini mengandung pengertian bahwa seluruh bagian tumbuhan itu mengadakan transpirasi. Peristiwa itu biasanya berhubungan dengan kehilangan air dalam melalui stomata, kutikula, atau lentisel (Salisbury & Ross, 1995 : 71). Namun, pada umumnya kehilangan air terbesar berlangsung lewat stomata pada daun. Hal ini disebabkan karena luasnya permukaan daun dan juga dikarenakan daun lebih banyak terpapar cahaya matahari daripada bagian lain dari suatu tumbuhan (Dwidjoseputro, 1992 : 92). Pada sebagaian besar jenis tumbuhan, transpirasi kutikula hanya sebesar 10 % atau kurang dari jumlah air yang hilang melalui daun-daun. Oleh karena itu, sebagian air yang hilang terjadi melalui stomata. Sel-sel mesofil daun tidak tersusun rapat, tetapi diantara sel-sel tersebut terdapat ruang-ruang udara yang dikelilingi oleh dinding-dinding sel mesofil yang jenuh air. Air menguap dari dinding-dinding yang basah ini ke ruang-ruang antar sel dan uap air kemudian berdifusi melalui stomata dari ruang-ruang antar sel tersebut ke atmosfer di luar. Luas kontak antara sel-sel mesofil dan udara dalam ruang-ruang antarsel sedemikian besar sehingga dalam kondisi normal membuat ruang-ruang itu selalu jenuh uap air. Asalkan stomata terbuka, difusi uap air ke atmosfer pasti terjadi kecuali bila atmosfer itu sendiri sama-sama lembap. b. Pengukuran laju transpirasi Pengukuran laju transpirasi menurut Loveless (1991 : ) dapat dilakukan dengan beberapa cara diantaranya : 25

19 1) Kertas kobalt klorida Pada dasarnya cara ini adalah pengukuran uap air yang hilang ke udara diganti dengan pengukuran uap air yang hilang ke dalam kertas kobalt klorida. Kertas ini berwarna biru cerah bila kering tetapi berwarna biru pucat dan kemudian berubah menjadi merah jambu bila menyerap air. Sehelai kecil kertas biru cerah ditempelkan pada permukaan daun dan ditutup dengan sebuah gelas preparat. Pada bagian bawah daun pada posisi yang sama ditempelkan lagi sebuah gelas preparat lain dan kemudian kedua gelas preparat tersebut dijepit. Waktu yang diperlukan untuk mengubah warna biru cerah menjadi biru muda yang telah dibakukan merupakan ukuran laju kehilangan air dari bagian daun yang ditutup kertas. Kelemahan yang serius dari teknik ini adalah bahwa stomata yang berada di bawah kertas mulai menutup dalam waktu beberapa menit segera setelah terlindung kertas. Sekiranya percobaan dapat diselesaikan sebelu stomata mulai menutup, masih terdapat kelemahan lain yaitu bahwa permukaan daun di bawah kertas bertranspirasi ke udara yang kering sekali, suatu kondisi yang jarang dijumpai di alam. Oleh karena itu, penggunaan kertas kobalt klrida untuk menaksir laju transpirasi sebenarnya dari daun tidak memberikan hasil yang baik. 2) Potometer Alat ini mengukur pengambilan air oleh potongan pucuk dengan asumsi bahwa bila air tersedia dengan bebas untuk tumbuhan, jumlah air yang diambil sama dengan jumlah air yang dikeluarkan oleh transpirasi. Sayangnya perilaku sepotong pucuk mungkin sekali sangat berbeda dengan perilaku tumbuhan secara utuh, sehingga pengukuran dengan cara 26

20 ini mungkin tidak mencerminkan transpirasi dalam kondisi alami. Namun, potometer bermanfaat untuk memperagakan pengaruh kondisi luar terhadap transpirasi. 3) Pengumpulan uap air yang ditranspirasi. Cara ini mengharuskan tumbuhan atau bagian tumbuhan harus dikurung dalam sebuah bejana tembus cahaya sehingga uap air yang ditranspirasi dapat dipisahkan. Bila digunakan tumbuhan dalam pot hendaknya diusahakan agar tidak evaporasi dari pot dan tanah. Aliran udara disedot secara sinambung melalui bejana tersebut dan kemudian dilewatkan ke dalam tabung-tabung U yang sebelumnya sudah ditimbang dan berisi penyerap air (misalnya fosfor pentaoksida atau kalsium klorida). Setelah beberapa waktu tabung-tabung U ditimbang kembali. Dibuat pula sebuah eksperimen kontrol tanpa tumbuhan dan ke dalam alat-alat itu, dialirkan udara dengan volume sama untuk menentukan kandungan air dalam aliran udara. Dari perubahan berat dua perangkat tabung-tabung U tersebut, banyaknya uap air yang dilepas oleh tumbuhan selama eksperimen dapat ditentukan. Laju transpirasi yang ditentukan dari salah satu diantara cara di atas dinyatakan sebagai jumlah air yang hilang per satuan tumbuhan per satuan waktu, tetapi satuan sebenarnya yang dipilih bergantung kepada maksud pengukuran. Jadi, satuan tumbuhan dapat berupa luas daun, permukaan daun (yaitu luas daun dikalikan dua karena pada sehelai daun terdapat dua permukaan), satuan tumbuhan, ataupun satuan tegalan atau hutan. Demikian pula dengan satuan waktu dapat satu jam, satu hari, satu bulan bahkan satu tahun. 27

21 c. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap transpirasi Transpirasi sangat bermanfaat untuk membantu berlangsungnya pengangkutan garam-garam mineral dari akar ke daun terutama lewat xylem dan kecepatannya sangat dipengaruhi oleh kegiatan transpirasi. Proses transpirasi dipengaruhi oleh faktor internal meliputi besar kecilnya daun, tebal tipisnya daun, berlapiskan lilin atau tidaknya daun, banyak sedikitnya rambut pada permukaan daun, banyak sedikitnya stomata, serta bentuk dan lokasi stomata (Dwidjoseputro, 1992 : 92). Sementara itu, terdapat pula faktor eksternal diantaranya (Dahlia, 2001 : 75-76) : 1) Cahaya matahari. Cahaya matahari menyebabkan membukanya stoma dan gelap menyebabkan menutupnya stoma. Jadi, banyak cahaya matahari mempergiat transpirasi, karena cahaya mengandung energi panas sehingga temperatur naik. Kenaikan temperatur pada batas tertentu akan menyebabkan melebarnya stomata sehingga memperbesar laju transpirasi. 2) Temperatur. Kenaikan temperatur menambah tekanan uap di dalam dan di luar daun. Namun, tekanan uap di dalam daun lebih tinggi daripada tekanan uap di lingkungan karena di lingkungan ruangnya tidak terbatas. Akibat dari perbedaan ini maka uap air mudah berdifusi dari dalam daun ke udara bebas. 3) Angin. Angin membawa pindah uap air yang tertimbun dekat stomata. Dengan demikian, maka uap yang masih ada di dalam daun mendapat kesempatan berdifusi keluar. Jadi, angin menambah lancarnya transpirasi. 28

22 4. Stomata. a. Pengertian stomata Stomata (tunggal : stoma), menurut Estiti Hidayat (1995 : 68), merupakan celah dalam epidermis yang dibatasi oleh dua sel epidermis yang khusus yakni sel penutup atau sel penjaga. Pada banyak tumbuhan, dapat dibedakan adanya sel tetangga yang secara morfologi berbeda dengan sel epidermis yang merupakan dua atau lebih sel yang membatasi sel penjaga. Stoma bersama-sama sel tetangga bila ada disebut perlengkapan stomata atau kompleks stomata (Fahn, 1995 : 268). Stomata terdapat pada semua bagian tumbuhan di atas tanah tetapi paling banyak ditemukan pada daun. Jumlah stomata beragam pada daun tumbuhan yang sama dan juga pada daerah daun yang sama. Pada daun, stomata ditemukan di kedua permukaan daun atau pada satu sisi saja, biasanya pada permukaan bawah. Pada sebagian besar pohon Angiospermae dan semak belukar daun-daunnya memiliki stomata terbatas pada permukaan bawah dan karenanya disebut hipostomatous; pada beberapa tumbuhan air dengan daun yang mengapung, memiliki stomata terbatas pada permukaan atas yang disebut ephistomatous; serta pada sebagian besar tumbuhan herbaceae bisa ditemukan pada kedua permukaan sehingga disebut amphistomatous. (Wilkins, 1992 : 1) b. Jenis-jenis stomata Pada tumbuhan dikotil, dapat dibedakan 4 jenis stomata berdasarkan susunan sel epidermis yang ada di samping sel penutup : 29

23 1) Jenis anomositik atau jenis Ranunculaceae. Sel penutup dikelilingi oleh sejumlah sel yang tidak berbeda ukuran dan bentuknya dari sel epidermis lainnya. Jenis ini umum terdapat pada Ranunculaceae, Capparidaceae, Cucurbitaceae, Malvaceae. 2) Jenis anisositik atau jenis Cruciferae. Sel penutup dikelilingi tiga buah sel tetangga yang tidak sama besar. Jenis ini umum terdapat pada Cruciferae, Nicotiana, Solanum. 3) Jenis parasitik atau jenis Rubiceae. Setiap sel penutup diiringi sebuah sel tetangga atau lebih dengan sumbu panjang sel tetangga itu sejajar sumbu sel penutup serta celah. Jenis ini umum terdapat pada Rubiceae, Magnoliaceae, kebayakan spesies Mimosaceae. 4) Jenis diasitik atau jenis Caryophyllaceae. Setiap stoma dikelilingi dua sel tetangga. Dinding bersama dari kedua sel tetangga itu tegak lurus terhadap sumbu melalui panjang sel penutup serta celah. Jenis ini umum terdapat pada Caryophyllaceae dan Acanthaceae. (Estiti Hidayat, 1995 : 69). 30

24 Gambar 1.Tipe Stomata pada Dikotil Sementara Fahn (1995 : ) mengemukakan tipe kompleks stomata pada monokotil sebagai berikut : 1) Sel penjaga dikelilingi oleh 4-6 sel tetangga. Tipe ini umum pada spesies dari Arecaceae, Commelinaceae, Musaceae, Strelitziaceae, Cannaceae, dan Zingiberaceae. 2) Sel penjaga didampingi dua sel tetangga yang sejajar dengannya satu setiap sisi. Tipe ini ditemukan pada banyak spesies dari Pontederiaceae, Flagellariaceae, Butomales, Alimatales, Potamogetonales, Cyperales, Xyridales, Juncales, Graminales. 3) Sel penjaga dikelilingi oleh 4-6 sel tetangga yang dua bentuknya bundar lebih kecil dan terdapat di ujung sel penjaga. Tipe ini banyak ditemukan pada banyak spesies dari Palmae, Pandanaceae, dan Cylantaceae. 31

25 4) Sel penjaga tidak bergabung dengan sel tambahan manapun. Tipe ini dapat dilihat pada banyak spesies dari Liliales (kecuali Pontederiaceae), Dioscorales, Amaryllidales, Iridales, Orchidales. 1) 2) 3) 4) Gambar 2.Tipe Stomata pada Monokotil 5. Trikomata a. Pengertian trikomata Trikomata (tunggal : trikom) merupakan rambut bersel satu atau bersel banyak yang terbentuk dari sel epidermis (Estiti Hidayat, 1995 : 73). Menurut Siti Soetarmi Tjitrosomo (1995 : 24), trikomata adalah semua tambahan uniseluler maupun multiseluler pada epidermis. b. Jenis-jenis trikomata 1) Trikoma tanpa kelenjar a) Rambut yang uniseluler sederhana atau multiseluler uniserat, yang tidak memipih, umum dijumpai seperti pada Lauraceae, Moraceae, Triticum, Hordeum, Pelargonium, dan Gossypium. b) Rambut squmiform (bentuk sisik) yang multiseluler dan memipih. Tipe ini dapat tidak bertangkai (duduk) yang disebut juga sisik, bertangkai yang disebut perisai (peltata) pada Olea, dan seperti pohon atau cabang pohon (dendrit). 32

26 c) Rambut multiseluler yang dapat berbentuk bintang (stelata) contohnya pada Styrax dan berbentuk seperti tempat lilin bercabang pada Platanus dan Verbacum. d) Rambut kasar, trikoma kasar multiseriat, yang di pangkalnya terdiri atas sedikitnya dua atau lebih deretan sel yang berdampingan contohnya pada Portulaca oleraceae. 2) Trikoma berkelenjar a) Trikoma sekresi garam dapat berbentuk rambut seperti gelembung yang terdiri atas sel sekresi yang besar di ujung tangkai yang menyempit terdiri atas satu atau kadang beberapa sel terdapat pada Atriplex. Jenis ini juga dapat berbentuk kelenjar multiseluler terdiri atas beberapa sel sekresi dan sel pengumpul di pangkal, termasuk kelompok ini adalah kelenjar kapur pada Plumbago capensis dan kelenjar garam pada Tamarix. b) Trikoma sekresi nektar contohnya pada kelopak Abutilon, pada korola Lonicera japonica dan Tropaeolum majus. c) Trikoma sekresi terpentin dapat berbentuk rambut berkelenjar pada kelenjar Labiatae yang menghasilkan minyak esensial serta berbentuk rambut kusut berkelenjar yang terdiri atas tangkai dan kepala multiserat pada Cleome. d) Koleter yang merupakan trikoma penghasil bahan lengket pada Syringa, Rosa, Aesculus, Alnus, dan Coffea. e) Rambut sengat merupakan trikoma berkelenjar khusus yang terdiri atas sel tunggal panjang yang pangkalnya melebar seperti kandung kemih dan bagian atas menyempit seperti jarum pada Urtica. 33

27 pada Gossypium pada Verbascum pada Olea pada Styrax pada Portulaca olearaceae pada Atriplex pada Tamarix pada Plumbago capensis pada Abutilon pada Urtica Gambar 3. Jenis-jenis Trikomata (Sumber : Siti Soetarmi Tjitrosomo, 1995 : ) 34

28 6. Ekosistem pantai Wilayah perairan pantai dalam peranannya sebagai sumber daya hayati laut dapat diartikan sebagai wilayah perairan laut yang masih terjangkau oleh pengaruh daratan. Sesuai dengan letaknya, wilayah ini merupakan pertemuan antara pengaruh daratan dan samudra. Perubahan sifat lingkungan terjadi secara cepat dalam waktu dan ruang sehingga untuk melakukan penelitian, sifat-sifat lingkungan diperlukan ulangan waktu yang lebih (Kasijan Romimohtarto dan Sri Juwana, 2009 : 319). Sementara menurut Ewusie (1990 : 289), wilayah ini membentang mulai dari batas pasang tinggi sampai permulaan keadaan darat yang normal. Terdapat 3 mintakat diantaranya mintakat perintis, mintakat pesisir utama, dan mintakat belukar tak meranggas. a. Mintakat perintis Sisi arah ke laut pada semua pantai di daerah tropika sering ditumbuhi rumpun spesies perintis yang terpisah-pisah dan masing-masing mungkin mempunyai kerapatan yang agak rendah. Bagian tengah dari mintakat ini sering ditumbuhi tumbuhan tahunan dengan tunas menjalar seperti Ipomoea pescaprae, I. stolonifera, Canavalia rosea, Sporobolus virginicus, Alternanthera maritime, dan Diodea maritime. Genus yang menonjol disini adalah Ipomoea dan Canavalia. Tumbuhan ini tumbuh menjalar dan mengeluarkan geragih panjang yang melintasi tumbuhan menjalar lainnya. b. Mintakat pesisir utama Mintakat ini paling terganggu oleh aktivitas manusia. Sedikit tumbuhan seperti pada mintakat perintis dapat ditemukan di sini. Spesies tumbuhan paling utama pada bagian tak terganggu di mintakat ini adalah tumbuhan setengah 35

29 perdu tahunan dan geofit tahunan. Kebanyakan tumbuhan ini tidak menjalar dan tidak berakar rimpang seperti halnya spesies mintakat perintis. c. Mintakat belukar tak meranggas Mintakat ini merupakan mintakat terakhir yang menyambung ke daerah pedalaman. Semakin menjauh dari lautan maka semakin banyak ditemukan belukar dan pepohonan. Spesies Barringtonia sering mendominasi membentuk komunitas Barringtonia yang rapat ataupun jarang mirip sabana. Seringkali dalam komunitas ini terdapat tumbuhan lain misalnya Coccolaba, Calophyllum, Terminalia catappa, Pandanus tectorium, Thespesia populnea, Hippomane nancinella, Hibiscus tiliaceus, Sophora occidentalis, Eugenia coronate, dan Phoenix reclinata. Minatakat ini juga sering terganggu oleh manusia misalnya penebangan untuk memperoleh kayu bakar. Pada ekosistem ini, sifat lingkungan yang paling mencolok adalah angin yang kencang dengan hembusan garam dan kadar garam yang tinggi dalam tanah. Angin yang bertiup dari laut merupakan ciri khas pantai. Angin akan mempercepat laju transpirasi tumbuhan yang terkena angin tersebut. Sedangkan kadar garam dalam tanah semakin tinggi bila dekat dengan laut. Hal ini jelas berpengaruh terhadap permintakatan tumbuhan dimana tumbuhan yang lebih tahan terhadap garam akan lebih dekat dengan laut sementara yang kurang tahan akan menjauh dari laut. 7. Ekosistem pegunungan. Ekosistem pegunungan di Indonesia merupakan kawasan yang memiliki karakteristik yang khas, ditandai oleh ketinggian dari permukaan laut (dpl) yang besar, memberikan suhu yang sejuk, lereng yang curam, dan curah hujan yang relatif tinggi. Ketinggian tempat mempengaruhi perubahan suhu udara. Semakin 36

30 tinggi suatu tempat maka semakin rendah suhu udaranya. Perubahan suhu ini mengakibatkan perbedaan jenis tumbuhan pada wilayah pegunungan. Variasi ketinggian banyak menentukan kondisi kehidupan pada daerah pegunungan. Suhu turun sekitar 2 derajat Celcius pada setiap kenaikan 300 dpl, sehingga penyesuaian bentuk-bentuk kehidupan menjadi semakin berat seiring bertambahnya ketinggian tempat (Mohammad Hasan, 1988 : 18). Lebih lanjut, Ewusie (1990 : 274) menjelaskan bahwa curah hujan lebih lebat daripada daerah yang berada di bawahnya mengakibatkan sering terdapat hutan yang lebih subur pada ketinggian yang rendah dan sedang. Hutan di pegunungan memiliki karakteristik yaitu jumlah jenis tumbuhan berkurang dan bentuk serta ukuran tumbuhan lebih kecil. Semua tanaman berbunga di pegunungan cenderung menjadi kecil (untuk menghindari angin) dan keras, berakar dalam (untuk mengokohkan tumbuhan tersebut), dan berbunga rimbun (untuk memanfaatkan musim tumbuh yang pendek). Banyak spesies lain yang berkembang secara bebas dengan cara yang kira-kira sama. 8. Ekosistem daerah antara pantai dan gunung (dataran rendah). Karakteristik daerah dataran rendah yaitu memiliki kemiringan Daerah dataran rendah adalah daerah dengan tingkat endapan dan erosi yang kecil sehingga pada daerah ini dapat ditemukan lahan potensial baik untuk pertanian, permukiman, maupun pariwisata. Sehingga dalam daerah ini dapat ditemukan ekosistem yang beranekaragam seperti ekosistem sawah, ekosistem danau, ekosistem sungai ataupun ekosistem hutan Hutan di daerah dataran rendah merupakan hutan yang terdapat di daerah yang tidak pernah tergenang air dengan ketinggian ±700 m dpl. Hutan ini merupakan bagian yang terbesar dari kawasan 37

31 hutan di Indonesia. Dalam hutan dataran rendah tumbuh banyak sekali jenis tumbuhan misalnya Tectona grandis, Dalbergia latifolia, Shore spp, Acacia auricoliformis, Pterocarpus indicus, Anthocephalus cadamba, Santalum album dan lain-lain. Di Provinsi Yogyakarta, ekosistem ini merupakan ekosistem yang paling tinggi keanekaragamannya setelah ekosistem vulkan, dimana terdapat 178 jenis flora yang tumbuh. Terdapat beragam jenis tumbuhan yang berkembang sebagai tanaman obat, bahan bangunan, maupun tumbuhan yang dapat dikonsumsi buahnya. 38

32 C. KERANGKA BERPIKIR Siswa sebagai subjek didik Interaksi Lingkungan sekitar menyediakan objek biologi Perbedaan habitat Tumbuhan Hibiscus tiliaceus L dan Terminalia catappa L di lingkungan sekitar Perbedaan kondisi abiotik Perbedaan jumlah stomata, trikomata, dan luas permukaan Daerah pantai Daerah antara gunung dan pantai Daerah gunung Persyaratan sumber belajar: 1. Kejelasan potensi 2. Kesesuaian dengan tujuan pembelajaran 3. Sasaran materi dan peruntukannya 4. Informasi yang diungkap 5. Pedoman eksplorasi 6. Perolehan yang dicapai Perbandingan laju transpirasi Sumber belajar biologi Sumber belajar by design dalam bentuk LKS Uji ANOVA dan regresi ganda Uji keterbacaan LKS pada 15 orang siswa 39

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kegiatan Siswa (LKS) Proses pembelajaran membutuhkan bahan ajar sebagai salah satu komponen penting yang dikembangkan oleh guru untuk siswa. Pemanfaatan bahan ajar seharusnya

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga

II. TINJAUAN PUSTAKA. apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) LKS merupakan lembaran tempat siswa mengerjakan sesuatu terkait dengan apa yang sedang dipelajarinya dalam proses pembelajaran. LKS juga merupakan bagian

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Karakteristik Ilmu Kimia Kimia merupakan ilmu yang termasuk rumpun IPA, oleh karenanya kimia mempunyai karakteristik sama dengan IPA. Karakteristik tersebut adalah objek ilmu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan memiliki banyak fenomena biologi yang dapat digunakan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan memiliki banyak fenomena biologi yang dapat digunakan sebagai BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Lingkungan memiliki banyak fenomena biologi yang dapat digunakan sebagai sumber belajar biologi. Di lingkungan sekitar kita tersedia sumber belajar yang murah

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN HUBUNGAN ANTARA JUMLAH STOMATA DENGAN KECEPATAN TRANSPIRASI Oleh: Ayu Agustini Juhari 1210702007 Tanggal Praktikum : 16 April 2012 Tanggal Pengumpulan : 23 April 2012

Lebih terperinci

PRAKTIKUM VI I. ALAT DAN BAHAN II. CARA KERJA

PRAKTIKUM VI I. ALAT DAN BAHAN II. CARA KERJA PRAKTIKUM VI Topik : Epidermis dan Derivatnya Tujuan : Untuk mengamati bentuk-bentuk epidermis, trikoma dan stoma Hari/Tanggal : Kamis, 16 April 2011 Tempat : Laboratorium Biologi PMIPA FKIP UNLAM Banjarmasin

Lebih terperinci

Produk LKS Pembelajaran Derivat Epidermis (Stomata dan Trikomata)

Produk LKS Pembelajaran Derivat Epidermis (Stomata dan Trikomata) LAMPIRAN 1 Produk LKS Pembelajaran Derivat Epidermis (Stomata dan Trikomata) LKS BIOLOGI Untuk SMA Kelas XI Semester I DERIVAT EPIDERMIS PADA DAUN Disusun Oleh : Yuni Anita Sari/Pend.Biologi JURUSAN PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Genus Cucumis pada dasarnya memiliki bermacam-macam jenis spesies

BAB I PENDAHULUAN. Genus Cucumis pada dasarnya memiliki bermacam-macam jenis spesies 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Genus Cucumis pada dasarnya memiliki bermacam-macam jenis spesies tanaman yang berbeda dari bentuk morfologi daunnya ataupun buahnya. Tanaman dari genus Cucumis ini

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Trikoma berasal dari kata Yunani yang memiliki arti rambut-rambut yang

BAB I PENDAHULUAN. Trikoma berasal dari kata Yunani yang memiliki arti rambut-rambut yang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tumbuhan tersusun atas beberapa jaringan, salah satunya adalah jaringan epidermis. Jaringan epidermis merupakan lapisan paling luar dari tumbuhan yang berfungsi sebagai

Lebih terperinci

BAB II. dengan menggunakan media. Karena media adalah salah satu sumber belajar. dalam menyampaikan pesan kepada siswa.

BAB II. dengan menggunakan media. Karena media adalah salah satu sumber belajar. dalam menyampaikan pesan kepada siswa. BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Media Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Gagne (Sadiman,

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN. Hubungan Antara Jumlah Stomata Dengan Kecepatan Transpirasi. Nama : Bani Nugraha.

LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN. Hubungan Antara Jumlah Stomata Dengan Kecepatan Transpirasi. Nama : Bani Nugraha. LAPORAN PRAKTIKUM FISIOLOGI TUMBUHAN Hubungan Antara Jumlah Stomata Dengan Kecepatan Transpirasi Nama : Bani Nugraha Nim : 1210702008 Tanggal Praktikum : 16 April 2012 Tanggal Pengumpulan : 23 April 2012

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. aktivitas belajar melalui praktik atau penerapan hasil-hasil belajar untuk mencapai BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Bahan Ajar Lembar Kerja Siswa (LKS) Dahar (1996: 29) menyatakan LKS adalah lembar kerja yang berisikan informasi dan interaksi dari guru kepada siswa agar dapat mengerjakan sendiri

Lebih terperinci

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa.

HASIL. Gambar 1 Permukaan atas daun nilam Aceh. Gambar 2 Permukaan atas daun nilam Jawa. 6 3 lintas, ada tiga hal yang harus diperhatikan yaitu: 1. Apabila koefisien korelasi antara peubah hampir sama dengan koefisien lintas (nilai pengaruh langsung) maka korelasi tersebut menjelaskan hubungan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium

TINJAUAN PUSTAKA. Ordo : Liliales ; Famili : Liliaceae ; Genus : Allium dan Spesies : Allium 14 TINJAUAN PUSTAKA Bawang Merah (Allium ascalonicum L.) Dalam dunia tumbuhan, tanaman bawang merah diklasifikasikan dalam Divisi : Spermatophyta ; Sub Divisi : Angiospermae ; Class : Monocotylodenae ;

Lebih terperinci

PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**)

PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**) PENILAIAN LEMBAR KERJA SISWA *) Oleh: Regina Tutik Padmaningrum, MSi**) regina_tutikp@uny.ac.id Pengertian Lembar Kerja Siswa (LKS) LKS adalah media pembelajaran yang digunakan sebagai media belajar alternatif.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Allamanda merupakan salah satu genus dari famili Apocynaceae.

BAB I PENDAHULUAN. Allamanda merupakan salah satu genus dari famili Apocynaceae. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Allamanda merupakan salah satu genus dari famili Apocynaceae. Allamanda berasal dari Amerika tropis. Famili ini terdiri dari sekitar 1000 spesies yang tergolong dalam

Lebih terperinci

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5

ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN. Pertemuan Ke-5 ORGAN DAN SISTEM ORGAN PADA TUMBUHAN Pertemuan Ke-5 Bunga Buah Biji Daun Akar Batang AKAR Mengokohkan tegaknya tumbuhan Menyerap air dan garam mineral serta mengalirkannya ke batang dan daun Menyimpan

Lebih terperinci

A. Struktur Akar dan Fungsinya

A. Struktur Akar dan Fungsinya A. Struktur Akar dan Fungsinya Inti Akar. Inti akar terdiri atas pembuluh kayu dan pembuluh tapis. Pembuluh kayu berfungsi mengangkut air dari akar ke daun. Pembuluh tapis berfungsi mengangkut hasil fotosintesis

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan beriringan,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan beriringan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berjalan beriringan, demikian juga halnya dengan pembelajaran biologi yang dapat dilukiskan dalam suatu sistem. Artinya

Lebih terperinci

BAB. Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya

BAB. Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya BAB 2 Bagian-Bagian Tumbuhan dan Fungsinya Pada hari Minggu, Nina dan Siti pergi ke rumah Dimas. Di sana, mereka melihat Dimas sedang bekerja membantu ayah Dimas memindahkan bibit mangga yang dibeli ayahnya

Lebih terperinci

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV

A : JHONI ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV N A M A : JHONI N I M : 111134267 ILMU PENGETAHUAN ALAM IV IPA SD KELAS IV I Ayo Belajar IPA A. StandarKompetensi 2. Memahami hubungan antara struktur bagian tumbuhan dengan fungsinya B. KompetensiDasar

Lebih terperinci

SKRIPSI. Oleh : Hafidha Asni Akmalia NIM

SKRIPSI. Oleh : Hafidha Asni Akmalia NIM PERBANDINGAN LAJU TRANSPIRASI TUMBUHAN YANG HIDUP DI HABITAT BERBEDA SEBAGAI SUMBER BELAJAR BIOLOGI UNTUK PENYUSUNAN LKS MATERI STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN KELAS XI SKRIPSI Diajukan kepada Fakultas

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angsana (Pteracorpus Indicus Will) merupakan jenis tanaman

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Angsana (Pteracorpus Indicus Will) merupakan jenis tanaman 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Angsana (Pteracorpus Indicus Will) merupakan jenis tanaman penghasil kayu berkualitas tinggi dari familli Fabaceae, kayunya tergolong keras dan berat, tinggi mencapai

Lebih terperinci

2015 STRUKTUR VEGETASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANTAI DI HUTAN PANTAI LEUWEUNG SANCANG, KECAMATAN CIBALONG, KABUPATEN GARUT

2015 STRUKTUR VEGETASI DAN KEANEKARAGAMAN TUMBUHAN PANTAI DI HUTAN PANTAI LEUWEUNG SANCANG, KECAMATAN CIBALONG, KABUPATEN GARUT BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan salah satu negara kepulauan yang memiliki sekitar 17.508 pulau dan panjang garis pantai sekitar 80.791,42 km (Soegianto, 1986). Letak Indonesia sangat

Lebih terperinci

PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN

PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN PENYUSUNAN DAN KEGUNAAN LKS DALAM PROSES PEMBELAJARAN Das Salirawati, M.Si PENDAHULUAN Pendidikan merupakan sarana pokok suatu bangsa dalam peningkatan kualitas masyarakatnya dan penyesuaian diri terhadap

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. porus, jadi stomata adalah lubang - lubang kecil berbentuk lonjong yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. porus, jadi stomata adalah lubang - lubang kecil berbentuk lonjong yang 5 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Stomata 2.1.1 Pengertian Stomata Stomata berasal dari bahasa Yunani yaitu stoma yang berarti lubang atau porus, jadi stomata adalah lubang - lubang kecil berbentuk lonjong

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom :

TINJAUAN PUSTAKA. dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Berdasarkan klasifikasi taksonomi dan morfologi Linneus yang terdapat dalam buku Steenis (2003), taksonomi dari tanaman tebu adalah Kingdom : Plantae, Divisio : Spermatophyta,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dilihat dari beberapa bentuk dan karakteristik jenis tanamanya.

BAB I PENDAHULUAN. yaitu dilihat dari beberapa bentuk dan karakteristik jenis tanamanya. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Mawar adalah salah satu tanaman bunga yang memiliki ciri khusus yaitu dilihat dari beberapa bentuk dan karakteristik jenis tanamanya. Tanaman bunga Mawar merupakan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembentukkan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. LKS (Lembar Kerja Siswa) Lembar Kegiatan Siswa (LKS) memuat sekumpulan kegiatan mendasar yang harus dilakukan oleh siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukkan

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Mangga berakar tunggang yang bercabang-cabang, dari cabang akar ini tumbuh cabang lagi kecil-kecil, cabang kecil ini ditumbuhi bulu-bulu akar yang sangat halus. Akar tunggang

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. diikuti oleh akar-akar samping. Pada saat tanaman berumur antara 6 sampai TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Pada saat jagung berkecambah, akar tumbuh dari calon akar yang berada dekat ujung biji yang menempel pada janggel, kemudian memanjang dengan diikuti oleh akar-akar samping.

Lebih terperinci

POKOK BAHASAN 3. JARINGAN DEWASA

POKOK BAHASAN 3. JARINGAN DEWASA POKOK BAHASAN 3. JARINGAN DEWASA 3.1 Pendahuluan Sel-sel yang menyusun jaringan dewasa merupakan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel meristem. Set-sel meristem setelah membelah mengalami pendewasaan yaitu

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) 6 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Morfologi Bawang Merah ( Allium ascalonicum L.) Menurut Rahayu dan Berlian ( 2003 ) tanaman bawang merah dapat diklasifikasikan sebagai berikut: Tabel 1. Botani Bawang Merah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas pemikiran yang matang (Dwi Siswoyo. 2007: 28). dengan berubahnya kurikulum dari tahun pelajaran ke tahun pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. didasarkan atas pemikiran yang matang (Dwi Siswoyo. 2007: 28). dengan berubahnya kurikulum dari tahun pelajaran ke tahun pelajaran BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Driyarkara menyatakan pendidikan adalah fenomena yang fundamental atau azasi dalam kehidupan manusia. Kita dapat mengatakan bahwa dimana ada kehidupan manusia,

Lebih terperinci

Epidermis ada yg tdr atas selapis sel, dsbt epidermis uniseriata & ada yg tdr atas bbrp lapis sel, dsbt epidermis multiseriata.

Epidermis ada yg tdr atas selapis sel, dsbt epidermis uniseriata & ada yg tdr atas bbrp lapis sel, dsbt epidermis multiseriata. EPIDERMIS 1 Epidermis Merupakan lapisan sel terluar dr daun, bunga, buah, biji, btg & akar sblm mengalami penebalan sekunder. Selain sel epidermis yg umum, pd epidermis bnyk dijumpai berbagai mcm rambut,

Lebih terperinci

Pembahasan Video :http://stream.primemobile.co.id:1935/testvod/_definst_/smil:semester 2/SMP/Kelas 7/BIOLOGI/BAB 11/BIO smil/manifest.

Pembahasan Video :http://stream.primemobile.co.id:1935/testvod/_definst_/smil:semester 2/SMP/Kelas 7/BIOLOGI/BAB 11/BIO smil/manifest. SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 7. Gejala Alam Biotik Dan AbiotikLATIHAN SOAL BAB 7 1. Melakukan percobaan dalam metode ilmiah disebut dengan Eksperimen Observasi Hipotesis Prediksi Kunci Jawaban : B Pembahasan

Lebih terperinci

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN

ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN ALAT ALAT INDERA, ALAT PERNAPASAN MANUSIA, DAN JARINGAN TUMBUHAN Kompetensi yang hendak dicapai: Siswa dapat memahami bagian tubuh manusia dan hewan, menjelaskan fungsinya, serta mampu mengidentifikasi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru

II. TINJAUAN PUSTAKA. atau prinsip-prinsip baru yang bertujuan untuk mendapatkan pengertian baru 6 II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengembangan Penelitian adalah semua kegiatan pencarian, penyelidikan, dan percobaan secara alamiah dalam suatu bidang tertentu, untuk mendapatkan fakta-fakta atau prinsip-prinsip

Lebih terperinci

IDENTIFIKASI TIPE STOMATA PADA DAUN TUMBUHAN XEROFIT (Euphorbia splendens), HIDROFIT (Ipomoea aquatica), DAN MESOFIT (Hibiscus rosa-sinensis)

IDENTIFIKASI TIPE STOMATA PADA DAUN TUMBUHAN XEROFIT (Euphorbia splendens), HIDROFIT (Ipomoea aquatica), DAN MESOFIT (Hibiscus rosa-sinensis) Florea Volume 2 No. 2, Nopember 2015 (28-32) IDENTIFIKASI TIPE STOMATA PADA DAUN TUMBUHAN XEROFIT (Euphorbia splendens), HIDROFIT (Ipomoea aquatica), DAN MESOFIT (Hibiscus rosa-sinensis) Raras Setyo Retno

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya

TINJAUAN PUSTAKA. Species: Allium ascalonicum L. (Rahayu dan Berlian, 1999). Bawang merah memiliki batang sejati atau disebut discus yang bentuknya Botani Tanaman TINJAUAN PUSTAKA Bawang merah diklasifikasikan sebagai berikut: Kingdom: Plantae, Divisio: Spermatophyta, Subdivisio: Angiospermae, Kelas: Monocotyledonae, Ordo: Liliales/ Liliflorae, Famili:

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan (produk) dan cara mencari tahu (proses). Biologi sebagai

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan (produk) dan cara mencari tahu (proses). Biologi sebagai BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan Biologi merupakan salah satu cabang Ilmu Pengetahuan Alam atau sains yang mempelajari tentang kehidupan. Biologi sebagai sains dipandang sebagai kumpulan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia

BAB II KAJIAN PUSTAKA jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo, 1993: 258). Indonesia 6 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Biologi Anggrek 2.1.1 Deskripsi Anggrek Anggrek merupakan famili terbesar dalam tumbuhan biji, seluruhnya meliputi 20.000 jenis yang terbagi dalam 500 marga (Tjitrosoepomo,

Lebih terperinci

F. MATERI PEMBELAJARAN 1. Organ-organ tumbuhan 2. Proses pengangkutan pada tumbuhan

F. MATERI PEMBELAJARAN 1. Organ-organ tumbuhan 2. Proses pengangkutan pada tumbuhan RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Nomor : 03 Sekolah : SMP N 1 KOTA MUNGKID Mata Pelajaran : IPA/ Biologi Kelas/Semester : VIII/ Ganjil Materi : Struktur Dan Fungsi Tubuh Tumbuhan Alokasi Waktu : 5 Jam

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim.

TINJAUAN PUSTAKA. antara cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. 19 TINJAUAN PUSTAKA Botani tanaman Bawang merah merupakan tanaman yang tumbuh tegak dengan tinggi antara 15-50 cm, membentuk rumpun dan termasuk tanaman semusim. Perakarannya berupa akar serabut yang tidak

Lebih terperinci

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala

Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala Geografi Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang merupakan hasil pelapukan dan pengendapan batuan. Di dala TANAH Tanah dapat diartikan sebagai lapisan kulit bumi bagian luar yang

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Media pembelajaran merupakan alat bantu yang dapat dijadikan sebagai penyalur pesan guna mencapai tujuan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran kehadiran

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat

TINJAUAN PUSTAKA. Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat TINJAUAN PUSTAKA Deskripsi Tanaman Sukun (Artocarpus communis Frost) Dalam sistematika tumbuh-tumbuhan tanaman sukun dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Dephut, 1998): Kingdom : Plantae Divisio : Spematophyta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman

BAB I PENDAHULUAN. dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Cengkeh adalah tumbuhan asli Maluku, Indonesia. Cengkeh dikenal dengan nama latin Syzygium aromaticum atau Eugenia aromaticum. Tanaman asli Indonesia ini tergolong

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh tumbuhan memanjat yang berperan sangat penting bagi kehidupan. Kerapatan hutan disebabkan oleh adanya

Lebih terperinci

Praktikum Fisiologi Tumbuhan

Praktikum Fisiologi Tumbuhan Praktikum Fisiologi Tumbuhan Pengaruh Luas Daun Terhadap Kecepatan Absorpsi Air Tanggal Praktikum : 29 Maret 2012 Tanggal Pengumpulan : 5 April 2012 Nama : Melin Amalia NIM : 1210702036 Semester : IV Kelas

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Stomata

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Stomata LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN Stomata DISUSUN OLEH : Irwin Septian F05110003 Kelompok VII PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

Lebih terperinci

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu,

BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR. perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, BAB II PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES DAN HASIL BELAJAR A. Pendekatan Keterampilan Proses Keterampilan berarti kemampuan menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan efektif untuk mencapai

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Nyamplung Nyamplung memiliki sebaran yang luas di dunia, dari Afrika, India, Asia Tenggara, Australia Utara, dan lain-lain. Karakteristik pohon nyamplung bertajuk rimbun-menghijau

Lebih terperinci

PEMBELAJARAN IPTEK IPS SMP KELAS VII. Tim Penyusun: Dr. Wanjat Kastolani Iwan Setiawan, SPd., Msi. Yani Rachmayani, SPd. Dra. Hj.

PEMBELAJARAN IPTEK IPS SMP KELAS VII. Tim Penyusun: Dr. Wanjat Kastolani Iwan Setiawan, SPd., Msi. Yani Rachmayani, SPd. Dra. Hj. PEMBELAJARAN IPTEK IPS SMP KELAS VII Tim Penyusun: Dr. Wanjat Kastolani Iwan Setiawan, SPd., Msi. Yani Rachmayani, SPd. Dra. Hj. Ena Ruyati PUSAT PENELITIAN KEBIJAKAN DAN INOVASI (PUSLITJAKNOV) BADAN PENELITIAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Paradigma pembangunan berkelanjutan mengandung makna bahwa pengelolaan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan sekarang tidak boleh mengurangi kemampuan sumberdaya

Lebih terperinci

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 1 Rata-rata intensitas cahaya dan persentase penutupan tajuk pada petak ukur contoh mahoni muda dan tua IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Intensitas cahaya dan penutupan tajuk Cahaya digunakan oleh tanaman untuk proses fotosintesis. Semakin baik proses fotosintesis, semakin baik pula pertumbuhan tanaman (Omon

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis

TINJAUAN PUSTAKA. menjadi tegas, kering, berwarna terang segar bertepung. Lembab-berdaging jenis 16 TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Ada 2 tipe akar ubi jalar yaitu akar penyerap hara di dalam tanah dan akar lumbung atau umbi. Menurut Sonhaji (2007) akar penyerap hara berfungsi untuk menyerap unsur-unsur

Lebih terperinci

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hutan merupakan kumpulan pepohonan yang tumbuh rapat beserta tumbuh tumbuhan memanjat dengan bunga yang beraneka warna yang berperan sangat penting bagi kehidupan di bumi

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas

II. TINJAUAN PUSTAKA. Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa 1. Pengertian Lembar Kerja Siswa Lembar Kerja Siswa (LKS) adalah lembaran- lembaran yang berisi tugas yang harus dikerjakan peserta didik. LKS biasanya berupa

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Hutan Hujan Tropis Hutan adalah satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Ajar Diknas 2004 (Prastowo, 2012 : 203), lembar kegiatan siswa (student 8 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Lembar Kerja Siswa (LKS) a. Pengertian LKS Lembar Kerja Siswa (LKS) merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetak (printed). Menurut Pedoman Umum Pengembangan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Tanaman Tomat Tanaman tomat termasuk tanaman semusim yang berumur sekitar 4 bulan (Pudjiatmoko, 2008). Klasifikasi tanaman tomat adalah sebagai berikut: Divisi : Spermatophyta

Lebih terperinci

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) Satuan Pendidikan : SMA Mata Pelajaran : Biologi Kelas/ Semester : X (Sepuluh)/ 2 Materi Pokok : Keanekaragaman Hayati Pertemuan : Alokasi Waktu : x 5 menit A. Standar

Lebih terperinci

Kunci Jawaban. Evaluasi Bab 2 A. Pilihan Ganda 2. d 8. a 4. a 10. c

Kunci Jawaban. Evaluasi Bab 2 A. Pilihan Ganda 2. d 8. a 4. a 10. c Kunci Jawaban BAB 1 Ayo Berlatih 1.1 2. Hewan berkembang biak dengan cara beranak dan bertelur. Contoh hewan yang beranak kucing, sapi, dan kelinci. Hewan yang berkembang biak dengan cara bertelur adalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap satuan pendidikan diharapkan membuat Kurikulum Tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Undang-Undang Republik Indonesia, nomor: 20 tahun 2003 (UU 20/2003) tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI No. 19 tahun 2005 (PP. 19/2005)

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Buah Naga II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tanaman Buah Naga Buah naga ( Dragon Fruit) merupakan salah satu tanaman hortikultura yang baru dibudidayakan di Indonesia dengan warna buah merah yang menyala dan bersisik hijau

Lebih terperinci

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi

UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Nama : UJIAN AKHIR SEMESTER 1 SEKOLAH MENENGAH TAHUN AJARAN 2014/2015 Mata Pelajaran : Biologi Kelas : 7 Waktu : 07.45-09.15 No.Induk : Hari/Tanggal : Jumat, 05 Desember 2014 Petunjuk Umum: Nilai : 1.

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Tanaman. Sistem perakaran tanaman bawang merah adalah akar serabut dengan TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Menurut Rukmana (2005), klasifikasi tanaman bawang merah adalah sebagai berikut: Divisio Subdivisio Kelas Ordo Famili Genus : Spermatophyta : Angiospermae : Monocotyledonae

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA 10 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani dan Syarat Tumbuh Tanaman Jambu Biji Merah Nama ilmiah jambu biji adalah Psidium guajava. Psidium berasal dari bahasa yunani yaitu psidium yang berarti delima, guajava

Lebih terperinci

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP.

ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. ASPEK BIOLOGI TANAMAN KOPI Oleh : Abd. Muis, SP. Sifat dan perilaku tanaman kopi dapat dipelajari dari sisi biologinya. Artikel ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan tentang beberapa aspek biologi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. letak lintang 55º U atau 55º S dan pada ketinggian sampai 2000 m di atas

BAB I PENDAHULUAN. letak lintang 55º U atau 55º S dan pada ketinggian sampai 2000 m di atas BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kedelai (G. max L.) dapat dibudidayakan di daerah katulistiwa sampai letak lintang 55º U atau 55º S dan pada ketinggian sampai 2000 m di atas permukaan laut. Suhu di

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengembangkan dirinya. Oleh karena itu belajar sebagai suatu kebutuhan yang telah dikenal BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Belajar Belajar merupakan suatu kegiatan yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia. Sejak lahir manusia telah mulai melakukan kegiatan belajar untuk memenuhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.)

TINJAUAN PUSTAKA. Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) 4 TINJAUAN PUSTAKA Morfologi dan Fisiologi Tanaman Jagung (Zea mays L.) Setelah perkecambahan, akar primer awal memulai pertumbuhan tanaman. Sekelompok akar sekunder berkembang pada buku-buku pangkal batang

Lebih terperinci

Perhatikan skema penampang melintang batang dikotil muda berikut! Yang berlabel nomor 3 dan 5 berturut-turut adalah.

Perhatikan skema penampang melintang batang dikotil muda berikut! Yang berlabel nomor 3 dan 5 berturut-turut adalah. 1. SMP kelas 9 - BIOLOGI BAB 20. FUNGSI JARINGAN, ORGAN TUMBUHAN DAN FOTOSINTESISLatihan Soal 20.2 Perhatikan skema penampang melintang batang dikotil muda berikut! http://primemobile.co.id/assets/js/plugins/kcfinder/upload/image/ddpng

Lebih terperinci

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil

LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN. Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil LAPORAN PRAKTIKUM ANATOMI DAN FISIOLOGI TUMBUHAN Jaringan pada Daun Monokotil dan Dikotil DISUSUN OLEH : Irwin Septian F05110003 Kelompok VII PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS

Lebih terperinci

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN

SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN SUMBER BELAJAR PENUNJANG PLPG 2017 MATA PELAJARAN/PAKET KEAHLIAN BIOLOGI BAB IX STRUKTUR DAN FUNGSI ORGAN TUMBUHAN Dra. Ely Rudyatmi, M.Si. Dra. Endah Peniati, M.Si. Dr. Ning Setiati, M.Si. KEMENTERIAN

Lebih terperinci

BIOLOGI UMUM (MIP612112)

BIOLOGI UMUM (MIP612112) BIOLOGI UMUM (MIP612112) Priyambodo, M.Sc. overview 1. Pengertian jaringan 2. Jenis jaringan tumbuhan a. Berdasarkan penyusunnya Jaringan sederhana Jaringan kompleks b. Berdasarkan tingkat perkembangannya

Lebih terperinci

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI

MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI MAKALAH STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN SERTA PEMANFAATANNYA DALAM TEKNOLOGI KELAS: VIII E KELOMPOK TIKUS NAMA ANGGOTA : I KADEK ANGGA PRIMANTARA PUTRA ( 1 ) NI PUTU BELDA KUSUMANING SRI DEWI ( 2

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 4 BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Botani Tanaman Bayam Bayam (Amaranthus sp.) merupakan tanaman semusim dan tergolong sebagai tumbuhan C4 yang mampu mengikat gas CO 2 secara efisien sehingga memiliki daya adaptasi

Lebih terperinci

1) Contoh pembelajaran yang saya pilih sesuai jenjang kelas yang diajarkan di sekolah. : Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup

1) Contoh pembelajaran yang saya pilih sesuai jenjang kelas yang diajarkan di sekolah. : Pertumbuhan dan Perkembangan Makhluk Hidup Nama : Diyah Ismawati NIM : 836764313 Pokjar : Gantiwarno Klaten 1) Contoh pembelajaran yang saya pilih sesuai jenjang kelas yang diajarkan di sekolah. Pembelajaran IPA dengan Teori Ausubel: Kelas Judul

Lebih terperinci

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja...

SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... SMP kelas 8 - BIOLOGI BAB 8. FOTOSINTESISLatihan Soal 8.4 1. ph (derajat keasaman) apabila tidak sesuai kondisi akan mempengaruhi kerja... Klorofil Kloroplas Hormon Enzim Salah satu faktor yang mempengaruhi

Lebih terperinci

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh

TINJAUAN PUSTAKA. Taksonomi Tanaman Teh 3 TINJAUAN PUSTAKA Taksonomi Tanaman Teh Klasifikasi tanaman teh yang dikutip dari Nazaruddin dan Paimin (1993) adalah sebagai berikut: Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae

Lebih terperinci

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta A. Peta Dalam kehidupan sehari-hari kamu tentu membutuhkan peta, misalnya saja mencari daerah yang terkena bencana alam setelah kamu mendengar beritanya di televisi, sewaktu mudik untuk memudahkan rute

Lebih terperinci

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1. tetap

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1. tetap SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 6. DINAMIKA HIDROSFERLATIHAN SOAL 6.1 1. Keberadaan air yang terdapat di permukaan bumi jumlahnya... tetap semakin berkurang semakin bertambah selalu berubah-ubah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Tinjauan Pustaka Kelapa sawit termasuk tanaman keras (tahunan) yang mulai menghasilkan pada umur 3 tahun dengan

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea

II. TINJAUAN PUSTAKA. Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Botani Jagung Manis Jagung manis termasuk dalam golongan famili graminae dengan nama latin Zea mays saccarata L. Menurut Rukmana ( 2009), secara sistematika para ahli botani mengklasifikasikan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : 1 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Tanaman Mentimun Klasifikasi tanaman mentimun ( Cucumis sativus L.) (Cahyono, 2006) dalam tata nama tumbuhan, diklasifikasikan kedalam : Divisi :

Lebih terperinci

By Gotri Ruswani, S.Pd.

By Gotri Ruswani, S.Pd. By Gotri Ruswani, S.Pd. Ilmu bertujuan untuk meramalkan & memahami gejala-gejala alam. Pengetahuan adalah sesuatu yg diketahui langsung dr pengalaman, berdasarkan panca indera & diolah oleh akal budi secara

Lebih terperinci

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek

5. PEMBAHASAN 5.1. Pengaruh waktu pemberian GA3 terhadap pertumbuhan tanaman leek 5. PEMBAHASAN Pembahasan mengenai pengaruh waktu pemberian Giberelin (GA 3 ) terhadap induksi pembungaan dan pertumbuhan tanaman leek (Allium ampeloprasum L.) meliputi umur berbunga, tinggi tanaman, jumlah

Lebih terperinci

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN

STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN JARINGAN MERISTEM STRUKTUR DAN FUNGSI JARINGAN TUMBUHAN Adalah jaringan yang sel penyusunnya bersifat embrional, artinya mampu terus-menerus membelah diri untuk menambah jumlah sel tubuh. CIRI-CIRI : 1.Dinding

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ( KTSP ) SDN 2 Gunungputri yang di dalamnya terdapat program pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam, guru di tuntut untuk

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan I. 1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Indonesia adalah salah satu negara yang dikenal memiliki banyak hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan tropis Indonesia adalah

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota 6 II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Mentimun Papasan Tanaman mentimun papasan (Coccinia gandis) merupakan salah satu angggota Cucurbitaceae yang diduga berasal dari Asia dan Afrika. Tanaman mentimun papasan memiliki

Lebih terperinci

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu II. TINJAUAN PUSTAKA A. Lembar Kerja Siswa (LKS) Selama proses pembelajaran media sangat diperlukan karena dapat membantu siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran. Menurut Arsyad (2006:3), media pembelajaran

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran

Lebih terperinci

BAB. Bentuk Permukaan Bumi

BAB. Bentuk Permukaan Bumi BAB 8 Bentuk Permukaan Bumi Ketika sedang belajar IPA, ibu guru bertanya kepada Dimas. "Ayo, sebutkan, terdiri dari apakah permukaan bumi kita?" Dimas menjawab, "Permukaan bumi kita terdiri atas daratan

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN. dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari : Hasil Belajar, Belajar dan 1 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN A. Kajian Pustaka Penelitian ini mengutip beberapa pendapat para ahli yang mendukung dan relavansi dari penelitian tindakan kelas ini yang terdiri dari :

Lebih terperinci

GUTASI, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI

GUTASI, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI GUTASI, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI PUBI INDAH SARI UMMU SYAUQAH A. VERAWATI WIWIK ASPIANTI T. PARAMITHA SARI LILI NUR ENDA IRA RABIAH NURLINA NUR SAKINAH ANDRE SUCI ALFIAH MUHAMMAD HANAFI LILIS DYA NENGSIH

Lebih terperinci

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan aturan lama dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. informasi kompleks, mengecek informasi baru dengan aturan aturan lama dan 5 BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Konstruktivisme Teori pembelajaran konstruktivisme merupakan teori pembelajaran yang menyatakan bahwa siswa harus menemukan sendiri dan mentransformasikan informasi kompleks,

Lebih terperinci

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi

B. Kompetensi Dasar dan Indikator Pencapaian Kompetensi KI Kompetensi Dasar Indikator Pencapaian Kompetensi RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN Satuan Pendidikan Mata Pelajaran Kelas/Semester Topik Sub Topik Alokasi Waktu : SMP N 1 Prambanan Klaten : IPA : Kelas VII / Semester I : Klasifikasi Makhluk Hidup : Tumbuhan

Lebih terperinci