IMPLEMENTASI KERJASAMA PERTAHANAN KEAMANAN ANTARA AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN DALAM KERANGKA PROLIFERATION SECURITY INITIATIVE (PSI) 2009

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "IMPLEMENTASI KERJASAMA PERTAHANAN KEAMANAN ANTARA AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN DALAM KERANGKA PROLIFERATION SECURITY INITIATIVE (PSI) 2009"

Transkripsi

1 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, 2013, 1 (2): ISSN , ejournal.hi.fisip-unmul.org Copyright 2013 IMPLEMENTASI KERJASAMA PERTAHANAN KEAMANAN ANTARA AMERIKA SERIKAT DAN KOREA SELATAN DALAM KERANGKA PROLIFERATION SECURITY INITIATIVE (PSI) 2009 ISNA HARTATI 1 NIM Abstract: The implementation of security defence cooperation between US and South Korea in PSI plan 2009 is the process of implementation that have correlation between US and South Korea as a step for keeping security in cape of Korea, such as the provision of military equipment and military training together from North Korea attacks from ships which are indicated transporting mass destruction weapon and stop trafficking of it in PSI plan agreement The implementation s done by re-opening Youngsan base in Seoul also number of bases in South Korea. US an South Korea agree to transfer operational control. Each country increased the troops to personils to be placed in the mutual military base in South Korea and military training as well at the offshore, west of Taean city, in south far Yellow Ocean border and the detention from North Korea that announced cancellation peace agreement that has been agreed with South Korea. About nonaggression fact which is called Principle Agreement and Yellow Ocean border agreement won t guarantee safety of US and South Korea navy that sail near to conflict area at the west Korea Sea because considered North Korea sovereignty violation is no longer bounded to armistice that ended the Korean War at (Principle Agreement). Because of the US as the one of party who sign the armistice has ignored their responsibility by involving South Korea in PSI, North Korea fired their short range missile from their eastern sea. They also warned ships to get away from western sea of North Korea and shoot 90 artilleries to South Korea. Key word: Defence Cooperation, Proliferation Security Initiative (PSI) Pendahuluan Proliferation Security Initiative (PSI) merupakan gagasan dari mantan Presiden Amerika Serikat, George W. Bush pada tanggal 31 Mei 2003 di Cracow Polandia 1 Mahasiswa Program S1 Hubungan Internasional, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman, zahratun_shitha@yahoo.com

2 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: yang beranggotakan 11 negara (Amerika Serikat, Prancis, Jerman, Italia, Belanda, Polandia, Portugal, Spanyol, Inggris, Australia dan Jepang) dengan tujuan untuk mencegah meluasnya senjata pemusnah masal atau weapon of mass destruction ini yang dapat menjadi ancaman bagi keamanan dunia. PSI sendiri merupakan upaya secara global untuk menghentikan penyelundupan senjata pemusnah masal atau Weapon of Mass Destruction (WMD), sistem pengirimannya dan material-material yang berhubungan dengan senjata pemusnah masal dari dan ke pelaku negara dan non-negara di seluruh dunia. Senjata pemusnah masal yang dimaksud antara lain meliputi senjata kimia, biologi, nuklir dan lain lain yang dapat menyebabkan kehancuran secara luas (Wisnu, Proliferation Security Initiative, 2009). PSI memiliki perbedaan dengan pola-pola kerjasama pertahanan keamanan Amerika Serikat dengan Korea Selatan sebelumnya. Dalam aktifitasnya PSI lebih intensif, seperti penyinggahan, pengamanan, pencarian dan penyitaan terhadap kapal-kapal negara asing yang dicurigai membawa bahan-bahan nuklir untuk senjata. Kerjasama pertahanan keamanan Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam kerangka PSI ini dikarenakan adanya ancaman senjata nuklir dari Korea Utara terhadap kestabilan kawasan Semenan jung Korea agar dampaknya tidak mempengaruhi sistem keamanan AS. Sedangkan bagi Korea Selatan masalah Korea Utara ini akan berdampak langsung karena merupakan negara terdekat dari Korea Utara, apalagi mengingat sejarah kedua negara ini memiliki masalah masa lalu yang sampai sekarang belum bisa dilupakan oleh kedua negara. Dengan ditandatanganinya PSI ini oleh Korea Selatan, diharapkan mampu menahan gejolak keamanan di Semenanjung Korea. Kerangka Dasar Konsep a. Konsep Kerjasama Pertahanan Dalam sebuah Kerjasama Pertahanan untuk mewujudkan rasa aman, negaranegara cenderung bekerjasama dalam mewujudkan keamanan bersama (Collective Security) di suatu kawasan untuk menghadapi musuh bersamamen. Menurut Ernst Haas, Collective Security adalah sistem global atau regional dimana semua negara anggota saling menjamin satu sama lain bahwa siapapun yang mengganggu perdamain akan dihadapi bersama. Namun dalam kesepatan itu tidak ada negara yang disebut sebagai lawan bersama. Lawan itu bisa siapa saja. Siapa saja bisa jadi calon agresor (Mohtar Mas oed, Studi Hubungan Internasional, Tingkat Analisis dan Teorisasi, hal. 161). b. Konsep Proliferasi Nuklir 232

3 Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009 Secara bebas Proliferasi Nuklir dapat digunakan untuk menggambarkan penyebaran senjata nuklir, material fisil, senjata-senjata lain yang memanfaatkan teknologi-informasi yang berkaitan dengan nuklir, kepada negara yang bukan termasuk dalam Negara bersenjata Nuklir (Nation Weapons States) dalam perjanjian pada nonproliferasi senjata nuklir, yang dikenal sebagai Perjanjian nonproliferasi nuklir atau Non-Proliferation Treaty (NPT) (Wikipedia, Proliferation Nuclear). Proliferasi nuklir juga bisa dibagi dalam dua pengertian yaitu secara proliferasi horizontal dan proliferasi vertikal. Proliferasi horizontal berarti meluasnya kemampuan membuat dan menguasai senjata nuklir kebanyak negara, sedangkan proliferasi vertikal adalah peningkatan kuantitas dan kualitas nuklir yang dimiliki oleh negara-negara yang telah menguasai senjata nuklir (A.R. Sutopo, Proliferasi Nuklir dan Permasalahannya dalam Analisa, hal. 53). Metode Penelitian Tipe penelian dari penelitian ini adalah tipe deskriptif dengan jenis data sekunder, teknik pengumpulan data dengan menggunakan metode telaah pustaka (library research), teknik analisis yang digunakan adalah content analysis (Analisis isi). Sedangkan definisi operasionalnya ialah Implementasi kerjasama pertahanan keamanan antara AS dan Korea Selatan dalam kerangka PSI 2009 adalah melakukan penerapan kerjasama keamanan oleh AS dan Korea Selatan dalam rangka memperkokoh kekuatan militer kedua negara untuk menghadapi musuh besama yaitu Korea Utara, hingga terciptanya keamanan bersama (Collective Security) di Kawasan Semenanjung Korea. Kerjasama yang dilakukan baik berupa penyediaan alat-alat militer, alih teknologi militer, penempatan pasukan militer bersama di kawasan Semenanjung Korea maupun pelatihan militer bersama dan PSI 2009 adalah upaya secara global untuk menghentikan penyelundupan senjata pemusnah massal yang ditandatangani Korea Selatan pada 26 Mei 2009 dengan tujuan membebaskan kawasan Semenanjung Korea dari sistem pengiriman dan material-material yang berhungan dengan senjata pemusnah masal (senjata kimia, biologi, nuklir dan lain-lain yang dapat menyebabkan kehancuran secara luas) baik yang keluar mauapun ke dalam kawasan Semenanjung Korea. Hingga dapat membendung laju pengembangan teknologi nuklir untuk senjata oleh Korea Utara demi terciptanya stabilitas keamanan di Kawasan Semenanjung Korea. Hasil Penelitian Pengembangan teknologi senjata nuklir Korea Utara menimbulkan kecemasan pada negara-negara internasional terutama Amerika Serikat dan Korea Selatan. Amerika Serikat segera menempatkan pasukan utama angkatan daratnya diperbatasan Korea Selatan dan Korea Utara dan Korea Selatan Sendiri memastikan pasukannya siap untuk kondisi perang nuklir yang mungkin saja terjadi. Banyaknya kesepakatan-kesepakatan yang mengatur pengembangan teknologi nuklir yang dilanggar Korea Utara menjadikan DK PBB mengeluarkan Resolusi 233

4 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: No.1718 kepada Korea Utara yaitu: Larangan pengiriman barang-barang mewah ke Korea Utara oleh negara-negara anggota PBB, Negara lain berhak menginspeksi kapal kargo dari dan keluar Korea Utara, Melarang negara-negara anggota PBB melakukan perdagangan yang menyangkut segala sesuatu komponen maupun bahan yang dapat mendukung program pengembangan nuklir Korea Utara, Menyerahkan Korea Utara untuk secepatnya kembali ke forum Six Party Talks untuk menyelesaikan masalah ini secara damai (U.N. Slaps Trade, Travel sanctions on North Korea). Namun hal di atas belum mampu membendung agresifitas serangkaian uji coba senjata nuklir Korea Utara. Untuk itu, Korea Selatan menyetujui bergabung dalam kegiatan PSI (Proliferation Security Initiative) pada 26 Mei 2009 yang diajukan oleh Amerika Serikat. Aktifitas PSI itu sendiri berupa VBSS atau visit (penyinggahan), board (pengamanan), seach (pencarian), seizure (penyitaan) atau secara umum dikenal dengan henrikhan. Dimana suatu kapal yang berlayar di laut apapun (territorial maupun bebas) bila dicurigai maka dapat dilakukan prosedur penghentian dan pemeriksaan dan bila diduga membawa senjata pemusnah masal atau materialnya maka kapal tersebut dapat ditahan. Adapun upaya yang secara khusus mengatur dalam penekanan Amerika Serikat terhadap Korea Utara ada dalam upaya PSI yaitu Illicit Activities (Aktifitas Terlarang), dimana Amerika Serikat bersama sekutunya menekan pemerintah Korea Utara agar mau menandatangani perjanjian Proliferation Nuclear (Proliferasi Senjata Pemusnah Massal). Pada intinya Amerika Serikat dan sekutunya mengangkat isu-isu dan berita yang menyatakan bahwa Pemerintah Korea Utara terlibat dalam perdagangan obat terlarang, penyelundupan baik senjata maupun barang-barang lainnya, money laundrying dll. Dengan demikian mereka mempunyai alasan untuk menekan atau memeriksa kapal-kapal dari dan ke Korea Utara, sehingga dapat menyebabkan terganggunya perekonomian Korea Utara, sehingga pada akhirnya mau melakukan keinginan Amerika Serikat dan sekutunya untuk menghentikan program pembuatan senjata pemusnah massal atau nuklir. Karena sudah disepakatinya PSI oleh Korea Selatan maka Korea Selatan bersama Amerika Serikat melakukan kerjasama dalam mengimplementasikan PSI tersebut di kawasan Semenanjung Korea. Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan antara Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009 ini juga merupakan usaha pelaksanaan untuk menjaga Semenanjung Korea dari kapal-kapal yang diduga mengangkut senjata pemusnah massal (senjata kimia, biologi, nuklir dan lain-lain yang dapat menghancurkan secara meluas) dan menghentikan perdagangan senjata pemusnah massal tersebut sehingga terhentilah penyebaran nuklir di kawasan tersebut (Proliferasi Nuklir). 234

5 Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009 Implementasi kerjasama ini dilakukan kedua negara dengan kemampuan yang maksimal dalam mengontrol laju pengembangan teknologi senjata nuklir Korea Utara seperti yang dikatakan Charles O. Jones, implementasi adalah "getting the job done" dan "doing it". Implementasi kerjasama merupakan suatu proses kerjasama yang dapat dilakukan dengan mudah. Namun pelaksanaannya menuntut adanya syarat yang antara lain: adanya orang atau pelaksana, uang dan kemampuan (Charles O Johes, Pengantar Kebijakan Publik, hal. 166). Korea Selatan juga menggunakan Proliferation Security Initiative (PSI) untuk menjaga kedaulatan dari serangan musuh seperti yang dikatakan Coulumbis dan Wolfe bahwa suatu negara akan semakin kuat apabila negara mempunyai kekuatan militer yang banyak dan memberikan teknologi yang maju sehingga kedaulatan suatu bangsa akan terjaga oleh serangan dari musuh. Melalui kerjasama pertahanan kedua negara akan menjadi semakin erat akan kekuatan milliter dan ini kemudian akan menjadikan negara tersebut semakin kokoh. Sehingga dengan PSI ini Korea Selatan dan Amerika Serikat menjadi kokoh dan erat kerjasama pertahanan keamanannya dan dapat menghadapi Korea Utara secara bersamasama. Pada kerjasama ini Amerika dan Korea Selatan memfokuskan perhatian mereka pada pencegahan pengiriman masuk dan keluarnya senjata material-material yang berhubungan dengan senjata pemusnah massal (senjata kimia, biologi, nuklir dan lain-lain yang dapat menghancurkan secara meluas) yang menyebar di kawasan Semenanjung Korea yang dianggap berbahaya oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat. Korea Selatan dan Amerika Serikat memilih kerjasama keamanan secara kolektif (Collective Security) dalam bentuk PSI (Proliferation Security Initiative) karena adanya keinginan dari kedua negara untuk meningkatkan pertahanan diri secara bersama-sama (Collective Self-Defense) dengan memelihara kekuatan militer bersama oleh kedua Negara dalam menghadapi ancaman-ancaman agresi Korea Utara dan menciptakan stabilitas keamanan di Semenanjung Korea, sehingga terciptalah rasa aman bersama-sama. Hal-hal yang dilakukan Amerika Serikat dan Korea Selatan dalam menciptakan rasa aman tersebut yaitu dengan bersama-sama mengimplementasikan PSI (Proliferation Security Initiative) yang ditandatangani pada 26 Mei 2009 oleh Korea Selatan. Dalam pengimplementasiaannya kedua Negara menyiapkan pengadaan perlengkapan militer dan latihan militer bersama. Namun dalam hal ini, Amerika Serikat memiliki peran lebih untuk pengadaan alat-alat militer cangih baik berupa pesawat jet, kapal induk dan kapal-kapal penyerang maupun senjatasenjata perang. Amerika Serikat menempatkan pasukannya sebanyak orang di Korea Selatan dan menyiapkan lima sistem yang befungsi dalam menangkal serangan rudal untuk menjaga kawasan di Semenanjung Korea. Sistem tersebut antara lain 235

6 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: sistem pencegahan rudal yang ada di darat dan udara, pantauan radar, sistem perusak Aegis (perlindungan) yang dapat mendeteksi ancaman rudal jarak pendek dan menengah, dan dikerahkannya kapal perusak (Destroyer) (Republika, AS Akan Tembak Rudal Korea Utara, 28 Mei 2009, hal. 11). Hal ini dilakukan untuk mengimbangi kekuatan militer Korea Utara yang telah diindikasi memiliki ratusan peluru balistik yang masih harus disempurnakan dan mampu menghantam Korea Selatan. Korea Utara juga memiliki 1.19 juta tentara dan juga memproduksi 40 kg plutonium (Republika, Korut Siapkan Rudal Jarak Menengah, 24 Februari 2009, hal. 11). Selain itu, Korea Utara juga memiliki beberapa rudal yang kemampuannya tidak dapat dianggap rendah, bahakan rudalrudal ini memiliki kemampuan jarak tempuh tidak hanya mampu mencapai Korea Selatan namun juga ada yang mampu mencapai Amerika Serikat. Berikut adalah tabel kemampuan rudal yang dimiliki Korea Utara: Tabel 4.1. Kemampuan Rudal Korea Utara Nama Rudal (Km) Jarak Jangkauan Kemampuan Hulu Ledak (Kg) Hulu Ledak CEF* (meter) Pelontar/ Bahan Bakar Sasaran Status Hwaso ng Konvension al; kemungkina n nuklir, biologi atau kimia Dapat berpindah, bahan bakar cair Korea selatan Dikemba ngkan dan diekspor Hwaso ng Konvension al; kemungkina n nuklir, biologi atau kimia Dapat berpindah, bahan bakar cair Korea selatan Dikemba ngkan dan diekspor Rodon g Konvension al; kemungkina n nuklir, biologi atau kimia Dapat berpindah, bahan bakar cair Jepang Dikemba ngkan dan diekspor Taeped ong Konvension al; kemungkina n nuklir, biologi atau kimia Tidak diketahui Diam, bahan bakar cair Jepang, Okinawa Uji Coba Taeped Konvension Tidak Diam, bahan Amerika Pengemb 236

7 Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009 ong al; kemungkina n nuklir, biologi atau kimia diketahui bakar cair Serikat angan, uji coba bentuk dasar * CEF atau Curicular Error Probable, adalah tingkat ketidakakuratan antara target yang dituju oleh rudal dengan tempat mendaratnya rudal Sumber: CNS Report 2006 Untuk mengimbangi kekuatan Korea Utara tersebut, Amerika Serikat juga menyiapkan kapal induk bertenaga nuklir yang dimiliki oleh Armada ke Tujuh Amerika Serikat yang masih berada di Yokosuka, Jepang. Selain itu, Amerika Serikat juga menyiapkan pesawat yang terdiri dari F/A-18E/F Super hornet, F/A- 18A/C Hornet, pesawat pengintai udara E-2C Hawkeye serta pesawat anti-kapal selam P3-C (Yahoo News, Korsel-AS Lakukan Latihan di Laut Kuning, 29 November 2010). Sehari pasca Korea Selatan menandatangani Proliferation Security Initiative (PSI) pada tanggal 27 Mei 2009, Korea Selatan mulai melakukan pemantauan terhadap kapal-kapal di perairan Semenanjung Korea. Hal ini membuat Korea Utara merasa terganggu dan menembakkan sedikitnya tiga misil jarak pendek dari wilayah perairan timur Korea Utara. Mereka juga memperingatkan agar kapalkapal menjauh dari perairan barat Korea Utara (Viva News, Korut Ancam Serang Korsel, 03 Juni 2009). Korea Selatan memiliki tentara aktif sebanyak orang dan tentara cadangan sebanyak orang. Untuk perlengkapan militer, Korea selatan menyiapkan tank, senjata lain sejumlah buah, artileri sebanyak buah, helikopter 159 buah, kapal selam 12 buah, Frigat 9 buah, kapal Amphibi 48 buah, jet tempur 468 buah, pesawat transportasi sejumlah 33 buah (Indraismaya blogspot, Kekuatan Militer Korea Utara dan Korea Selatan). Alat dan perlengkapan militer diatas merupakan milik Korea Selatan sebelum adanya latiha militer bersama Amerika Serikat pada tanggal 28 Novemnber Alat dan perlengkapan militer tersebut telah disiapkan untuk menghadapi kemingkinan perang dengan Korea Utara yang dapat terjadi secara tak terduga. Latihan pertahanan sipil secara besar-besaran juga dilakukan Korea Selatan yang melibatkan semua warganya pada 15 November 2010, untuk mengantisipasi kemungkinan adanya serangan Korea Utara. Latihan skala nasional ini dilakukan terkait serangkaian provokasi Korea Utara baru-baru ini termasuk serangan artileri ke Pulau Yeonpyeong dekat perbatasan Laut Barat pada bulan lalu, yang menghilang empat jiwa dua serdadu militer dan dua warga sipil (rki.kbs.co.kr, Pesiapan adalah Pertahanan Terbaik). Persiapan secara menyeluruh merupakan kebijakan terbaik dalam segala hal. Penyerangan yang terjadi di pulau perbatasan telah membuktikan bahwa Korea Utara dapat menyerang siapa saja bahkan warga sipil. Dalam hal ini, warga harus mempersiapkan diri sesuai dengan instruksi pertahanan militer untuk segera merespon terhadap provokasi Korea Utara. 237

8 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: Tujuan awal dari latihan ini adalah untuk mempersiapkan diri dari ancaman Korea Utara. Akan tetapi, seiring berjalannya waktu, penekanan dari latihan ini telah bergeser kepada persiapan terhadap bencana. Kebutuhan mendesak untuk mengembalikan tujuan semula muncul ditengah-tengah penyerangan Korea Utara. Lima-belas menit latihan pertahanan sipil dimulai dengan pesawat jet tempur Korea Selatan yang terbang melintasi negeri ini untuk mensimulasikan serangan udara. Setelah adanya peringatan udara sebagai latihan, lalu lintas jalan langsung terkendali secara nasional. Warga diminta melakukan evakuasi ke tempat-tempat yang aman, dan para pejalan kaki yang berada di jalan-jalan diminta untuk bergerak ke tempat perlindungan terdekat di bawah tanah. Para pengendara diminta untuk menepi dan bergerak ke daerah aman di bawah tanah. Mereka yang berada di gedung-gedung tinggi diminta untuk menggunakan tangga dibanding menggunakan lift untuk segera mencari tempat perlindungan. Latihan ini difokuskan pada upaya evakuasi, akan tetapi juga ada latihan-latihan yang lain, termasuk latihan terhadap serangan kimia, biologi dan radiologi dari Korea Utara, yang juga dilakukan dengan beberapa fasilitas. Akhir-akhir ini dunia sedang menghadapi berbagai ancaman dan resiko. Terorisme dan bencana alam terjadi dimana-mana tanpa peringatan terlebih dahulu. Khususnya, Korea Selatan telah menghadapi berbagai ancaman dari Korea Utara, rezim yang paling tidak terduga di dunia. Dengan adanya latar belakang ini, Korea Selatan telah mencapai kemajuan ekonomi yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam beberapa dekade terakhir, semua berkat usaha bersama dari pemerintah, rakyat dan militernya untuk menyiapkan diri terhadap semua ancaman dari Korea Utara. Tindakan provokasi yang sering dilakukan Korea Utara dirancang dengan matang untuk memfasilitasi suksesi kekuasaan. Akan tetapi, pertahanan Korea Selatan yang telah melemah setelah beberapa tahun dalam keadaan damai juga dapat memberikan alasan serangan militer Korea Utara. Untuk alasan itu, latihan pertahanan sipil terbesar yang pernah diadakan dipraktekkan kembali untuk memperingatkan warga akan resiko ancaman dari Korea Utara, dan sekaligus untuk mencegah terjadinya provokasi tambahan dari negara komunis tersebut. Provokasi bersenjata akan menjadi tidak efektif jika Korea Selatan terus waspada. Persiapan menyeluruh akan menjaga keamanan di dalam negara. Selain menyiapkan masyarakatnya untuk sianga sebagai konsekuensi bergabunganya dalam Proliferation Security Initiative (PSI), Korea Selatan juga meningkatkan persenjataan militernya di Laut Kuning dan memperbaiki kebijakan militer mengenai penggunaan kekuatan menghadapi Korea Utara. Presiden Korea Selatan menginstruksikan untuk melengkapi tentara di lima kepulauan di Laut Kuning dengan senjata tercanggih dunia, pemerintahan mengalokasikan anggaran tambahan untuk memperkuat kapabilitas tempur di kepulauan Laut Kuning. Pihak militer juga akan melakukan perubahan peraturan 238

9 Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009 seluruh lembaga itu dalam upaya menghadapi serangan-serangan militer Korea Utara (indoentrepreneur.com, Korsel Tingkatkan Kekuatan Tempur di Kepulauan Barat). Kebijakan yang diambil Pemerintah Korea Selatan ini cenderung aktif daripada kebijakan sebelumnya yang difokuskan pada pencegahan eskalasi konflik saja. Kebijakan baru ini berguna mengubah paradigman untuk merespon provokasi Korea Utara, sehinnga dapat melakukan respon tegas terhadap setiap serangan yang dilakukan Korea Utara. Korea Selatan juga memutuskan untuk melakukan secara penuh langkah-langkah hukuman ekonomi terhadap Korea Utara. Pemerintah Korea Utara akan meninjau kembali apakah akan memberikan bantuan kepada kelompok-kelompok bantuan sipil Korea Utara dengan pertimbangan berbagai situasi, termasuk yang menyangkut isu-isu umum dan hubungan Korea Selatan dengan Korea Utara (Ibid). Hal-hal yang dilakukan Korea Selatan dalam mewujudkan Proliferation Security Initiative (PSI) ini membuktikan bahwa Korea Selatan benar-benar ingin aktif menekan Korea Utara, sehubungan dengan kebijakan-kebijkan politik Korea Utara yang sulit diperkirakan terutama pada pengembangan dan uji coba senjata nuklirnya. Disadari maupun tidak, tindakan Korea Selatan ini telah membuka peluang untuk sebuah awal peperangan tidak hanya antara Korea Selatan dan Korea Utara tetapi juga dapat memicu peperangan di kawasan Asia Timur jika kedua negara melibatkan masing-masing sekutunya dalam penyelesaian konflik ini. Setelah membuka kembali pangkalan Yongsan di Seoul - serta sejumlah pangkalan Amerika Serikat. Amerika Serikat dan Korea Selatan merelokasi pasukannya ke selatan sungai Han. Di samping itu, AS dan Korea Selatan menambah jumlah pasukan menjadi personil, dengan tidak ada rencana pengurangan pasukan lebih lanjut. Amerika Serikat dan Korea Selatan juga menyepakati untuk mentransfer kendali operasional (Korut Ancam Korsel, loc cid). Semua ini dilakukan untuk mengamankan wilayah tersebut. Wilayah tersebut perlu diamankan karena seringnya kapal-kapal dari maupun ke Korea Utara yang melintasi wilayah Selatan Sungai Han. Pasukan-pasukan disana melakukan pemantauan terhadap kapal-kapal yang melintas disana dan bila mencurigakan maka mereka dapat melakukan pemeriksaan, pengamanan bahkan sampai pada penahanan pada kapal tersebut bila terbukti membawa bahan senjata kimia, biologi, nuklir dan lain lain yang dapat menyebabkan kehancuran secara luas. Pada 28 November 2010, Amerika Serikat dan Korea Selatan juga melakukan latihan militer bersama di lepas pantai barat kota Taean, yang jauh di selatan perbatasan Laut Kuning. Wilayah ini merupakan tempat dimana Korea Utara melakukan serangan terhadap kapal perang Korea Selatan yang bernama Cheonan 239

10 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: pada 23 November Serangan itu dilakukan dengan menggunakan terpedo sehingga menewaskan 46 pelaut Korea Selatan (Yahoo News, AS, Korsel Memulai Pelatihan Militer Bersama, 2010). Pelatihan ini, sebagai antisipasi terhadap agresifitas serangan militer Korea Utara, pelatihan ini juga terjadi sepekan setelah Korea Utara menyerang sebuah pulau Korea Selatan di dekat perbatasan maritim yang diperselisihkan dan menewaskan empat orang, dua diantaranya marinir Korea Selatan. Hingga saat ini kapal induk bertenaga nuklir USS George Washington telah bergabung dengan pelatihan empat hari ini. Amerika Serikat juga membawa 75 pesawat perang dan memiliki awak lebih dari orang, akan disertai oleh sedikitnya empat kapal perang lain. Sedangkan dari pihak Korea Selatan meminta para menteri dan pembantunya untuk bersiap menghadapi serangan Korea Utara pada saat pelatihan tersebut bersama-sama dengan Amerika Serikat dalam pasukan gabungan Korea-AS. Dari kegiatan-kegiatan militer yang dilakukan secara bersama-sama ini dapat kita lihat bahwa Amerika Serikat dan Korea Selatan menyambut tantanagan Korea Utara. Dimana Korea Utara telah mengumumkan siap untuk kemungkinan terburuk yaitu perang di Semenanjung Korea. Pemerintah Amerika Serikat akan terus melakukan latiha militer bersama dengan Korea Selatan sebagai wujud dari komitmen terhadap Proliferation Security Initiative (PSI) dan respon terhadap serangan-serangan yang dilakukan Korea Utara. Untuk menjaga keamanan Korea Selatan maka Amerika Serikat juga berencana melibatkan Jepang untuk bergabung dalam latihan militer bersama itu (Voa News, Kepala Staf Gabungan AS Janjikan Latihan Bersama Lagi Dengan Korea Selatan). Jika Jepang benar-benar akan bergabung dengan latihan militer bersama ini, maka kemungkinan besar China akan membantu Korea Utara untuk menghadapi Amerika Serikat dan Sekutunya di Asia Timur. Masalah ini tidak lagi hanya mencakup kerisis keamanan antara Korea Utara dan Korea Selatan, akan tetapi sudah mencakup kerisis keamanan negara-negara di Asia Timur. Kerisis keamanan ini akan semakin parah dan dapat menyebabkan perang semakin meluas tidak hanya di kawasan Semenanjung Korea akan tetapi juga di kawasan Asia Timur. Hal semacam ini hendaklah dihindari untuk mencegah kerusakan yang lebih luas lagi akibat peperangan. Hambatan yang paling besar datang dari sikap penentangan Korea Utara. Bergabungnya Korea Selatan dalam Proliferation Security Initiative (PSI) pada 26 Mei 2009 membuat Korea Utara menyatakan sikap tegasnya dan menyayangkan hal ini sampai terjadi. Padahal, sebelumnya Korea Utara telah memperingatkan Korea Utara untuk tidak bergabung dalam Proliferation Security Initiative (PSI) jika masih ingin menjalin hubungan baik dengan Korea Utara. Korea Utara juga mengumumkan pembatalan perjanjian perdamaian dengan Korea Selatan yang telah disepakati tentang fakta nonagresi yang disebut Perjanjian Dasar (Viva News, Korea Utara dan Korea Selatan Memanas, 2009). 240

11 Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009 Semua perjanjian politik dan militer lainnya juga akan dibatalkan termasuk perjanjian perbatasan di Laut Kuning. Hal ini meningkatkan ketegangan di Semenanjung Korea dan akan menimbulkan konflik bersenjata. Hal ini membuat Korea Utara menyatakan siap untuk melakukan perang dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan (Solopos, Korut Ancam Korsel dan AS, 2009). Keputusan Korea Selatan menyepakati Proliferation Security Initiative (PSI) sama dengan deklarasi perang untuk Kore Utara. Korea Utara juga tidak akan menjamin keselamatan kapal-kapal Angkatan Laut Amerika Serikat dan Korea Selatan yang berlayar di wilayah konflik dekat perbatasan laut Korea bagian Barat. Tindakan pemeriksaan terhadap kapal-kapal Korea Utara oleh Korea Selatan pasca masuknya Korea Selatan dalam Proliferation Security Initiative (PSI) termasuk pemeriksaan dan penangkapan terhadap kapal-kapal tersebut, akan dianggap sebagai langkah yang melanggar kedaulatan Korea Utara. Dan akan segera meresponsnya dengan serangan militer. Korea Utara menegaskan pula bahwa tidak lagi terikat dengan genjatan senjata yang mengakhiri Perang Korea pada (Perjanjian Dasar). Sebab, Amerika Serikat yang menjadi salah satu pihak penanda tangan genjatan senjata tersebut telah mengabaikan tanggung jawabnya dengan melibatkan Korea Selatan dalam Proloferation Security Initiative (PSI) (Republika, KORUT ancam Serang Korsel, 2009). Pembatalan seluruh perjanjian damai antara Korea Utara dan Korea Selatan yang diumumkan Korea Utara menjadikan menegangnya kembali hubungan kedua negara dan bisa saja perang antara kedua negara tidak dapat terhindarkan lagi. Bila ini terjadi maka sia-sialah usaha reunifikasi yang dibangun kedua negara agar terjalin hubungan yang baik diantara mereka. Hal ini terbukti pada tanggal 27 Mei 2009 sehari setelah bergabungnya Korea Selatan dalam Proliferation Security Initiative (PSI), Korea Utara menembakkan sedikitnya tiga misil jarak pendek dari wilayah perairan timur Korea Utara. Mereka juga memperingatkan agar kapal-kapal menjauh dari perairan barat Korea Utara (Korut Ancam Serang Korsel, loc cit). Korea Utara juga melakukan penembakan ke wilayah Korea Selatan pada hari Selasa, 23 November 2010 dengan 90 serangan artileri yang mendarat di pulau Korea Selatan itu, hal ini diakibatkan karena Korea Utara mencurigai akan diadakannya latihan militer bersama antara Amerika Serikat dan Korea Selatan di Semenanjung Korea yang menewaskan empat orang warga Korea Selatan termasuk dua diantaranya marinir (Yahoo News, Ini Bukan Sekedar Perang antar- Korea, 2010). Korea Utara menyalahkan Amerika Serikat sebagai penyebab serangan negara Komunis itu terhadap sebuah pulau di Korea Selatan yaitu pulau Yeonpyeong yang berpenghuni penduduk sipil dan 300 tentara, polisi dan pejabat pemerintah, Korea Utara menuding Amerika Serikat membawa konfrontasi antara 241

12 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: kedua Korea untuk menggunakannya sebagai dalih meningkatkan kekuatan militer di kawasan itu ketika Korea Selatan dan Amerika Serikat mengumumkan rencana latihan gabungan tersebut. Korea utara kembali menembakkan altileri di sebelah utara perbatasan laut antara dua Korea pada hari Minggu, 28 November Penembakan ini bertepatan dengan dimulainya latihan gabungan pasukan Amerika Serikat dan Korea Selatan. Minggu pagi itu, alarm peringatan bahaya dibunyikan, penduduk Pulau Yeonpeang diperingatkan untuk berlindung (Yahoo News, Suara Altileri Menggelegar, Korut Menyerang, 210). Dari serangkaian serangan yang dilakukan Korea Utara, dapat kita lihat bahwa ini semua merupakan tindakan nyata dari ancaman Korea Utara kepada Korea Selatan ketika melarang Korea Selatan untuk bergabung dalam Proliferation Security Initiative (PSI). Korea Utara membatalkan seluruh penjanjian damai termasuk perjanjian dasar yang merupakan perjanjian genjatan senjata diantara kedua negara yang disepakati. Hal ini merupakan dampak nyata dari Proliferasi Nuklir. Dimana Korea Utara mengakui telah mengembangkan penelitian program nuklirnya untuk senjata maka dengan demikian Korea Utara mendapatkan Nuklir dengan cara vertikal, dimana Korea Utara merupakan negara pemilik nuklir saat ini dan mengembangkan baik kualitas maupun kuantitas nuklirnya. Dengan pengembangan program senjata nuklir Korea Utara maka Korea Selatan merasa terancam hingga terjadilah persaingan kekuatan muliter diantara keduanya untuk mempertahankan kedaulatan masing-masing. Untuk memepertahankan ekistensinya dari serangan Korea Utara dan menjaga stabilitas keamanan di Semenanjung Korea, maka Korea Selatan bergabung dalam Proliferation Security Initiative (PSI) pada 26 Mei hal ini membuat Korea Utara sangat kecewa, selain membatalkan perjanjian dasar dengan Korea Selatan, Korea Utara juga menyatakan keluar dari Non-Proliferation Treaty (NPT). Keamanan di semenanjung Korea makin mencekam setelah Korea Utara menyerang pulau Pyengpyeong dengan altileri yang menewaskan empat penduduknya dan dua diantaranya merupakan pasuka militer Korea Selatan, pulau di garis terdepan perbatasan kedua negara itu yang berada di laut Kuning, menjadi tempat pertikaian kedua negara tersebut sejak Perang Korea (Format News, Keamanan Semenanjung Korea Makin Mencekam). Keadaan ini semakin parah karena Korea Selatan merespon dengan meningkatkan persenjataan dan kekuatan militernya di Laut Kuning untuk menghadapi kemungkinan serangan baru Korea Utara. Korea Selatan tidak akan melepaskan status krisis di Semenanjung Korea karena serangan Korea Utara dapat terulang lagi. 242

13 Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009 Keadaan di Semenanjung Korea makin tidak terkendali, Korea Utara mengeluarkan ancaman melakukan gelombang serangan baru terhadap Korea Selatan dan menuduh Amerika Serikat sebagai penyebab bentrok artileri kedua negara tersebut. Amerika Serikat tidak bisa menghindari tanggung jawab atas bentrok artileri itu. Yang paling ditakutkan adalah perang lebih dahsyat, karena Korea Utara memiliki senjata nuklir dan Korea Selatan dipastikan dibantu sekutunya -terutama Amerika Serikat dan Jepang untuk melawan Korea Utara. Ketegangan di Semenanjung Korea sebenarnya telah berlangsung lama, namun makin meningkat setelah Korea Selatan bergabung dalam Proliferation Security Initiative (PSI) dan menuduh Korea Utara menyerang sebuah kapal perangnya yang bernama Cheonan dengan terpedo di perairan perbatasan, yang menewaskan 46 orang pelaut Korea Selatan (ibid). Serangan-serangan senjata maupun serangan-serangan secara diplomatis yang dilakukan kedua negara melalui media membuat keadaan semenanjung korea makin tidak stabil. Ketidak stabilan ini bila terjadi terlalu lama akan mengakibatkan pecahnya perang diantara kedua negara yaitu Korea Utara dan Korea Selatan. Perang akan semakin meluas bila kedua negara melibatkan masing-masing sekutunya (Korea Selatan-Amerika Serikat-Jepang dan Korea Utara-China). Hal ini memeberikan sebuah pelajaran pada negara-negara di dunia, bahwa segala pengambilan kebijakan yang menyangkut kedaulatan bangsa lain hendaklah dipertimbangkan dari segala aspeknya. Sehingga konflik yang berpotensi menyebabkan peperangan diantara negara-negara dapat diminimalisir. Jika saja Korea Utara ingin bernegosiasi secara damai dengan Korea Selatan dalam permasalahan batas-batas kedaulatan kedua negara dan Korea Utara menuruti perjanjian genjatan senjata, serta tidak melakukan uji coba senjata nuklirnya yang membahayakan negara-negara tetangganya maka konflik ini setidaknya dapat diredam untuk sementara. Kesimpulan dan Saran a. Kesimpulan 1. Implementasi Proliferation Security Initiative (PSI) 2009: - Amerika Serikat menempatkan pasukannya sebanyak orang di Korea Selatan. - menyiapkan lima sistem yang befungsi dalam menangkal serangan rudal (sistem pencegahan rudal yang ada di darat dan udara, pantauan radar, sistem perusak Aegis yang dapat mendeteksi ancaman rudal jarak pendek dan menengah, dan dikerahkannya kapal perusak) untuk menjaga kawasan di Semenanjung Korea. - menyiapkan kapal induk bertenaga nuklir yang dimiliki oleh Armada ke Tujuh Amerika Serikat yang masih berada di Yokosuka, Jepang 243

14 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: menyiapkan pesawat yang terdiri dari F/A-18E/F Super hornet, F/A-18A/C Hornet, pesawat pengintai udara E-2C Hawkeye serta pesawat anti-kapal selam P3-C. - Korea Selatan melakukan pemantaun terhadap papal-kapal di perairan Semenanjung Korea. - Mempersiapkan kekuatan militer penuh yaitu tentara aktif sebanyak orang dan tentara cadangan sebanyak orang. Untuk perlengkapan militer, tank, senjata lain sejumlah buah, artileri sebanyak buah, helikopter 159 buah, kapal selam 12 buah, Frigat 9 buah, kapal Amphibi 48 buah, jet tempur 468 buah, pesawat transportasi sejumlah 33 buah. - Latihan pertahanan sipil secara besar-besaran yang melibatkan semua warga Korea Selatan. - Meningkatkan persenjataan militernya di Laut Kuning dan memperbaiki kebijakan militer mengenai penggunaan kekuatan menghadapi Korea Utara. - melakukan secara penuh langkah-langkah hukuman ekonomi terhadap Korea Utara. - membuka kembali pangkalan Yongsan di Seoul serta sejumlah pangkalan Amerika Serikat di Korea Selatan. - Amerika Serikat dan Korea Selatan menyepakati untuk mentransfer kendali operasional. - Masing-masing negara menambah jumlah pasukan menjadi orang personil untuk ditempatkan di pangkalan militer bersama di daerah Korea Selatan. - Latihan militer bersama di lepas pantai barat kota Taean, yang jauh di selatan perbatasan Laut Kuning. 2. Hambatan yang Dialami oleh AS dan Korea Selatan dalam Implementasi Proliferation Security Initiative (PSI) 2009 di Semenanjung Korea: - Korea Utara mengumumkan pembatalan perjanjian perdamaian dengan Korea Selatan yang telah disepakati tentang fakta nonagresi yang disebut Perjanjian Dasar dan perjanjian perbatasan di Laut Kuning. - Korea Utara tidak akan menjamin keselamatan kapal-kapal Angkatan Laut Amerika Serikat dan Korea Selatan yang berlayar di wilayah konflik dekat perbatasan laut Korea bagian Barat karena dianggap melanggar kedaulatan Korea Utara. - Korea Utara menegaskan bahwa tidak lagi terikat dengan genjatan senjata yang mengakhiri Perang Korea pada (Perjanjian Dasar). Sebab, Amerika Serikat yang menjadi salah satu pihak penanda tangan genjatan senjata tersebut telah mengabaikan tanggung jawabnya dengan melibatkan Korea Selatan dalam Proloferation Security Initiative (PSI). - Korea Utara menembakkan sedikitnya tiga misil jarak pendek dari wilayah perairan timur Korea Utara. Mereka juga memperingatkan agar kapal-kapal menjauh dari perairan barat Korea Utara dan meluncurkan 90 serangan artileri yang mendarat di wilayah Korea Selatan. 244

15 Implementasi Kerjasama Pertahanan Keamanan Antara Amerika Serikat dan Korea Selatan Dalam Kerangka Proliferation Security Initiative (PSI) 2009 b. Saran 1. Pemerintah Korea Utara dan Korea Selatan hendaknya senantiasa mengaktifkan proses-proses dialog dalam membahas hal-hal yang menyangkut kedaulatan kedua negara. 2. Pembentukan suatu lembaga netral dibawah PBB yang berwenang dalam menyusun prosedur standar termasuk mengumpulkan informasi yang akurat, mengolah dan menginstruksikan tindakan yang dilakukan sehingga tidak terjadi kesalahan dalam henrikhan (pemantauan, pemeriksaan, pengamanan dan penyitaan kapal) yang dapat memberikan kerugian bagi pihak yang diperiksa. 3. Amerika Serikat hendaknya memberikan contoh yang baik terhadap pelaksanaan dari Proliferation Security Initiative (PSI) ini. Hal ini disebabkan beberapa negara telah lebih dulu skeptis dan apatis dengan sikap Amerika Serikat yang selalu menerapkan standar ganda karena adanya niat tertentu. Sehingga alangkah bijak apabila Amerika Serikat dan aliansinya lebih mau meniadakan standar ganda tersebut dan melakukan transparansi tentang niat yang dimiliki dalam melakukan suatu aksi penindakan. Referensi Abdul Wahab, Salichin, Pengantar Analisis Kebijakan Publik, UMM Press, Malang, Johes, O Charles, Pengantar Kebijakan Publik, Rajawali, Jakarta, Mas oed, Mohtar. Studi Hubungan Internasional,Tingkat Analisis dan Teorisasi, Pusat Antar Universitas-Studi Sosial UGM, Yogyakarta, Mas oed, Mohtar. Ilmu Hubungan Internasional Disiplin dan Metodelogi, PT. Pustaka LP3ES, Jakarta, Ap/Reuters/fer Korut Siap Luncurkan Rudal Jarak jauh, Republika, 4 Februari Ap/Reuters/Lan AS Akan Tembak Rudal Korea Utara,Republika,28 Februari Ap/Reuters/fer Korut Siapkan Rudal Jarak Menengah,Republika,24 Februari Ap/Reuters/fer Korut Siap Luncurkan Rudal Jarak Jauh, Republika, 4 Februari AS, Korsel Memulai Pelatihan Militer Bersama, tersedia di diakses pada 29 November Ini Bukan Sekedar Perang antar-korea, tersedia di diakses pada 29 November

16 ejournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1 Nomor 2, 2013: Keamanan Semenanjung Korea Makin Mencekam, tersedia di diakses pada 02 Januari Kepala Staf Gabungan AS Janjikan Latihan Bersama Lagi Dengan Korea Selatan, tersedia di Janjikan-Latihan-Bersama-Lagi-dengan-Korea-Selatan.html, diakses pada 02 Januari Krisis di Semenanjung Korea, tersedia di rakyat.com/prprint.php?mib=beritadetail&id=65696, diakses tgl 10 Mei Korea Utara dan Korea Selatan Memanas, tersedia di , diakses 09 Oktober Korut Ancam AS dan Korsel, tersedia di diakses tgl 17 Juli Korsel-AS Besiap Lakukan Latihan di Laut Kuning, tesedia di diakses pada 29 November Korsel Tingkatkan Kekuatan Tempur di Kepulauan Barat, tersedia di &id=616:korsel-tingkatkan-kekuatan-tempur-di-kepulauanbarat&catid=5:newsflash&itemid=2, diakses pada 02 Januari Pesiapan adalah Pertahanan Terbaik, tersedia di diakses pada 02 Januari Proliferation Security initiative tersedia di diakses 18 April Suara Altileri Menggelegar, Korut Menyerang, tersedia di diakses pada 29 November

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010.

BAB 4 KESIMPULAN. 97 Universitas Indonesia. Dampak pengembangan..., Alfina Farmaritia Wicahyani, FISIP UI, 2010. BAB 4 KESIMPULAN Korea Utara sejak tahun 1950 telah menjadi ancaman utama bagi keamanan kawasan Asia Timur. Korea Utara telah mengancam Korea Selatan dengan invasinya. Kemudian Korea Utara dapat menjadi

Lebih terperinci

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN

DIALOG KOREA UTARA-KOREA SELATAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP KEAMANAN KAWASAN Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI Gd. Nusantara I Lt. 2 Jl. Jend. Gatot Subroto Jakarta Pusat - 10270 c 5715409 d 5715245 m infosingkat@gmail.com BIDANG HUBUNGAN INTERNASIONAL KAJIAN SINGKAT TERHADAP

Lebih terperinci

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan

dalam merespon serangkaian tindakan provokatif Korea Selatan dalam bentuk latihan gabungan dalam skala besar yang dilakukan secara rutin, dan BAB V KESIMPULAN Secara keseluruhan, upaya kelima negara China, Jepang, Korea Selatan, Taiwan, dan Korea Utara dalam meningkatkan kekuatan pertahanannya dilakukan untuk memberikan daya gentar terhadap

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA

Lebih terperinci

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB V SIMPULAN DAN SARAN BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan Bab ini merupakan kesimpulan dari penelitian skripsi peneliti yang berjudul Peran New Zealand dalam Pakta ANZUS (Australia, New Zealand, United States) Tahun 1951-.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB.

BAB I PENDAHULUAN. memonitoring aktivitas nuklir negara-negara di dunia, International Atomic. kasus Iran ini kepada Dewan Keamanan PBB. BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada Februari 2003, Iran mengumumkan program pengayaan uranium yang berpusat di Natanz. Iran mengklaim bahwa program pengayaan uranium tersebut akan digunakan

Lebih terperinci

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat

Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat Kesimpulan Amerika Serikat saat ini adalah negara yang sedang mengalami kemunduran. Kemunduran Amerika Serikat dilihat sebagai sebuah kemunduran yang bersifat relatif; karena disaat kemampuan ekonomi dan

Lebih terperinci

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea

mengakibatkan potensi ancaman dan esklasi konflik. Eskalasi konflik di kawasan mulai terlihat dari persaingan anggaran belanja militer Cina, Korea BAB V PENUTUP Tesis ini menjelaskan kompleksitas keamanan kawasan Asia Timur yang berimplikasi terhadap program pengembangan senjata nuklir Korea Utara. Kompleksitas keamanan yang terjadi di kawasan Asia

Lebih terperinci

DALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA. Oleh : ABSTRACT

DALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA. Oleh : ABSTRACT DALAM KRISIS NUKLIR KOREA UTARA Oleh : ABSTRACT This study aims to identify and describe the action done by UN Security Council related to its role in dealing with the nuclear crisis in North Korea as

Lebih terperinci

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang. BAB V KESIMPULAN Asia Tenggara merupakan kawasan yang memiliki potensi konflik di masa kini maupun akan datang. Konflik perbatasan seringkali mewarnai dinamika hubungan antarnegara di kawasan ini. Konflik

Lebih terperinci

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG

BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG BAB IV FAKTOR EKSTERNAL YANG MELATARBELAKANGI KEBIJAKAN KOREA SELATAN ATAS PENUTUPAN AKTIVITAS DI INDUSTRI KAESONG Penutupan Kaesong pada tahun 2016 merupakan sebuah berita yang mengejutkan bagi berbagai

Lebih terperinci

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008. BAB 5 KESIMPULAN Kecurigaan utama negara-negara Barat terutama Amerika Serikat adalah bahwa program nuklir sipil merupakan kedok untuk menutupi pengembangan senjata nuklir. Persepsi negara-negara Barat

Lebih terperinci

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga

No Laut Kepulauan (archipelagic sea lane passage) dan jalur udara di atasnya untuk keperluan lintas kapal dan Pesawat Udara Asing sesuai denga TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I No.6181 PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan atas Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 12) PENJELASAN ATAS PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipakai untuk melakukan penyerangan kepada pihak musuh. Peraturanperaturan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Konvensi-konvensi Den Haag tahun 1899 merupakan hasil Konferensi Perdamaian I di Den Haag pada tanggal 18 Mei-29 Juli 1899. Konvensi Den Haag merupakan peraturan

Lebih terperinci

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI

PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI PROLIFERASI SENJATA NUKLIR DEWI TRIWAHYUNI 1 Introduksi: Isu proliferasi senjata nuklir merupaka salah satu isu yang menonjol dalam globalisasi politik dunia. Pentingnya isu nuklir terlihat dari dibuatnya

Lebih terperinci

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI

UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI UAS ASIA TIMUR OKKY LARAS SAKTI 44312098 1. Perkembangan hubungan luar negeri antara Tiongkok- Korea Selatan semakin hari semakin membaik, hal ini terbukti dengan adanya pertemuan dua petinggi Negara Tiongkok-

Lebih terperinci

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016

Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 Keterangan Pers Bersama Presiden RI dan Presiden Korsel, Seoul, 16 Mei 2016 Senin, 16 Mei 2016 KETERANGAN PERS BERSAMA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA DAN PRESIDEN KOREA SELATAN KUNJUNGAN KENEGARAAN KE KOREA

Lebih terperinci

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI No.5518 PENGESAHAN. Konvensi. Penanggulangan. Terorisme Nuklir. (Penjelasan Atas Lembaran Negara Repubik Indonesia Tahun 2014 Nomor 59) PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan BAB I PENDAHULUAN A. Alasan Pemilihan Judul Kepemilikan senjata nuklir oleh suatu negara memang menjadikan perubahan konteks politik internasional menjadi rawan konflik mengingat senjata tersebut memiliki

Lebih terperinci

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a

2018, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Wilayah Udara adalah wilayah kedaulatan udara di a No.12, 2018 LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PERTAHANAN. RI. Wilayah Udara. Pengamanan. (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6181) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA

Lebih terperinci

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap

dalam membangun kekuatan pertahanan mengedepankan konsep pertahanan berbasis kemampuan anggaran (capability-based defence) dengan tetap BAB V PENUTUP Sejak reformasi nasional tahun 1998 dan dilanjutkan dengan reformasi pertahanan pada tahun 2000 sistem pertahanan Indonesia mengalami transformasi yang cukup substansial, TNI sebagai kekuatan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN

Lebih terperinci

Lomba Senjata China Versus Amerika Serikat

Lomba Senjata China Versus Amerika Serikat Lomba Senjata China Versus Amerika Serikat Hanya dalam masa satu generasi saja, kini Negeri Tirai Bambu telah bertransformasi dari negeri agraris terbesar menjadi negeri yang memiliki kekuatan industri

Lebih terperinci

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions)

DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Fakta dan Kekeliruan April 2009 DUA BELAS FAKTA DAN KEKELIRUAN TENTANG KONVENSI MUNISI TANDAN (Convention on Cluster Munitions) Kekeliruan 1: Bergabung dengan Konvensi Munisi Tandan (CCM) menimbulkan ancaman

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NOMOR 47 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN ANTARA DAN AUSTRALIA TENTANG KERANGKA KERJA SAMA KEAMANAN (AGREEMENT BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND AUSTRALIA ON THE FRAMEWORK FOR

Lebih terperinci

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan BAB V KESIMPULAN Arab Saudi merupakan negara dengan bentuk monarki absolut yang masih bertahan hingga saat ini. Namun pada prosesnya, eksistensi Arab Saudi sering mengalami krisis baik dari dalam negeri

Lebih terperinci

KONFLIK DI SEMENANJUNG KOREA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEAMANAN INTERNASIONAL

KONFLIK DI SEMENANJUNG KOREA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEAMANAN INTERNASIONAL KONFLIK DI SEMENANJUNG KOREA DAN PENGARUHNYA TERHADAP KEAMANAN INTERNASIONAL Kelompok 5 Angga Aditama P. (09/280372/SP/23191) Agustina Dwi P. (09/281667/SP/23306) Ravel Adhy P. (10/297026/SP/23915) Fauzia

Lebih terperinci

Isi Perjanjian DCA RI Singapura

Isi Perjanjian DCA RI Singapura 105 Lampiran 1 Isi Perjanjian DCA RI Singapura Pasal 1, Tujuan Tujuan dari perjanjian ini adalah untuk membentuk suatu kerangka kerjasama strategis yang komprehensif guna meningkatkan kerjasama bilateral

Lebih terperinci

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA)

UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) Copyright 2002 BPHN UU 9/1997, PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) *9571 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA (UU) NOMOR

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG

MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG MUNDURNYA YUKIO HATOYAMA SEBAGAI PERDANA MENTERI JEPANG Resume Fransiskus Carles Malek 151050084 JURUSAN ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL

Lebih terperinci

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut.

terlalu keras kepada kelima negara tersebut. Karena akan berakibat pada hubungan kemitraan diantara ASEAN dan kelima negara tersebut. BAB V KESIMPULAN Sampai saat ini kelima negara pemilik nuklir belum juga bersedia menandatangani Protokol SEANWFZ. Dan dilihat dari usaha ASEAN dalam berbagai jalur diplomasi tersebut masih belum cukup

Lebih terperinci

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN

KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN LAPORAN PENELITIAN KERJA SAMA KEAMANAN MARITIM INDONESIA-AUSTRALIA: TANTANGAN DAN UPAYA PENGUATANNYA DALAM MENGHADAPI KEJAHATAN LINTAS NEGARA DI PERAIRAN PERBATASAN Oleh: Drs. Simela Victor Muhamad, MSi.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu

BAB I PENDAHULUAN. pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu BAB I A. Latar Belakang PENDAHULUAN Iran meluncurkan program pengembangan energi nuklir pertamanya pada awal tahun 1957 dengan dukungan dari Amerika Serikat. 1 Pada saat itu Iran dan Amerika Serikat memang

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang

BAB V KESIMPULAN. Laut China Selatan sebagai perairan semi tertutup telah berstatus konflik. Konflik yang BAB V KESIMPULAN Fenomena hubungan internasional pada abad ke-20 telah diwarnai dengan beberapa konflik. Terutama di Kawasan Asia Pasifik atau lebih tepatnya kawasan Laut China Selatan. Laut China Selatan

Lebih terperinci

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Teks tidak dalam format asli. Kembali: tekan backspace LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 73, 1996 WILAYAH. KEPULAUAN. PERAIRAN. Wawasan Nusantara (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik

Lebih terperinci

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM

MUHAMMAD NAFIS PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM MUHAMMAD NAFIS 140462201067 PENGANTAR ILMU TEKNOLOGI MARITIM Translated by Muhammad Nafis Task 8 Part 2 Satu hal yang menarik dari program politik luar negeri Jokowi adalah pemasukan Samudera Hindia sebagai

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 15 TAHUN 2003 TENTANG PENETAPAN PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG NOMOR 1 TAHUN 2002 TENTANG

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008

BAB IV PENUTUP. Strategi keamanan..., Fitria Purnihastuti, FISIP UI, 2008 BAB IV PENUTUP A.Kesimpulan Sangat jelas terlihat bahwa Asia Tengah memerankan peran penting dalam strategi China di masa depan. Disamping oleh karena alasan alasan ekonomi, namun juga meluas menjadi aspek

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. ideologis komunis. Faham komunis itu secara historis diadopsi dari Uni Soviet

BAB I PENDAHULUAN. ideologis komunis. Faham komunis itu secara historis diadopsi dari Uni Soviet BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Korea Utara merupakan suatu negara yang berbentuk sosialis dengan dasar ideologis komunis. Faham komunis itu secara historis diadopsi dari Uni Soviet yang terpecah

Lebih terperinci

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA

PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA PEREDAAN KETEGANGAN DI SEMENANJUNG KOREA Oleh: DR. Yanyan Mochamad Yani, Drs., M.A. Akhirnya setelah melalui pasang surut yang penuh ketegangan, masyarakat dunia kini perlu merasa lega. Sementara waktu

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Dengan persetujuan DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1997 TENTANG PENGESAHAN TREATY ON THE SOUTHEAST ASIA NUCLEAR WEAPON FREE ZONE (TRAKTAT KAWASAN BEBAS SENJATA NUKLIR DI ASIA TENGGARA) DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG PENGESAHAN TRAKTAT PELARANGAN MENYELURUH UJI COBA NUKLIR (COMPREHENSIVE NUCLEAR-TEST-BAN TREATY) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK

Lebih terperinci

BAB II GAMBARAN UMUM BIDANG SOSIAL POLITIK DAN KEAMANAN KOREA UTARA, SERTA PROFFIL KIM JONG-UN

BAB II GAMBARAN UMUM BIDANG SOSIAL POLITIK DAN KEAMANAN KOREA UTARA, SERTA PROFFIL KIM JONG-UN BAB II GAMBARAN UMUM BIDANG SOSIAL POLITIK DAN KEAMANAN KOREA UTARA, SERTA PROFFIL KIM JONG-UN Koresa Utara merupakan negara yang terletak di wilayah Asia Timur yang perkembangan sosial-politiknya telah

Lebih terperinci

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan.

BAB I. PENDAHULUAN. negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam hubungan pergaulan masyarakat internasional, kerjasama antar negara dalam rangka mencapai tujuan tujuan tertentu telah banyak dipraktekan. Namun demikian,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Penelitian New Zealand merupakan negara persemakmuran dari negara Inggris yang selama Perang Dunia I (PD I) maupun Perang Dunia II (PD II) selalu berada di

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1 Kesimpulan BAB 5 PENUTUP 5.1 Kesimpulan Analisa penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan penelitian dan membuktikan jawaban awal yang telah dirumuskan. Penelitian ini menjelaskan alasan Venezeula menggunakan

Lebih terperinci

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global.

memperoleh status, kehormatan, dan kekuatan dalam menjaga kedaulatan, keutuhan wilayah, serta pengaruhnya di arena global. BAB V PENUTUP Kebangkitan Cina di awal abad ke-21tidak dapat dipisahkan dari reformasi ekonomi dan modernisasi yang ia jalankan. Reformasi telah mengantarkan Cina menemukan momentum kebangkitan ekonominya

Lebih terperinci

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME

1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME 1 1. DARI IDEOLOGI HINGGA TERORISME Dalam sejarahnya, manusia memang sudah ditakdirkan untuk berkompetisi demi bertahan hidup. Namun terkadang kompetisi yang dijalankan manusia itu tidaklah sehat dan menjurus

Lebih terperinci

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni

BAB VI KESIMPULAN. Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni BAB VI KESIMPULAN Kennedy hanya menjalankan jabatan kepresidenan selama dua tahun yakni sejak tahun 1961 hingga 1963, akan tetapi Kennedy tetap mampu membuat kebijakan-kebijakan penting yang memiliki dampak

Lebih terperinci

Pendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer

Pendahuluan. Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer Pendahuluan A. Latar Belakang Pakistan merupakan salah satu negara yang terletak diwilayah Asia Selatan. Negara ini memiliki garis pantai sepanjang 1,046-kilometer (650 mi) dengan Laut Arab dan Teluk Oman

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK KOREA (TREATY ON EXTRADITION BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE

Lebih terperinci

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA www.bpkp.go.id PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa penyelenggaraan

Lebih terperinci

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN LAMPIRAN PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2008 TENTANG KEBIJAKAN UMUM PERTAHANAN NEGARA PENDAHULUAN 1. Umum. Pertahanan negara sebagai salah satu fungsi pemerintahan negara merupakan

Lebih terperinci

MI STRATEGI

MI STRATEGI ------...MI STRATEGI KATA PENGANTAR Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, buku "Strategi Pertahanan Negara" yang merupakan salah satu dari produk-produk strategis di bidang pertahanan

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 1996 TENTANG PERAIRAN INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA Menimbang: 1. bahwa berdasarkan kenyataan sejarah dan cara pandang

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan

Lebih terperinci

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini:

Telah menyetujui sebagai berikut: Pasal 1. Untuk tujuan Konvensi ini: LAMPIRAN II UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF TERRORIST BOMBINGS, 1997 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENGEBOMAN

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak :

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak : PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH ROMANIA TENTANG KERJASAMA PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN KEJAHATAN TERORGANISIR TRANSNASIONAL, TERORISME DAN JENIS KEJAHATAN LAINNYA Pemerintah

Lebih terperinci

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN

BAB 20: SEJARAH PERANG DINGIN www.bimbinganalumniui.com 1. Perang Dingin a. Perang terbuka antara Blok Barat dan Blok Timur b. Ketegangan antara Blok Barat dalam masa ideologi c. Persaingan militer antara Amerika Uni di Timur Tengah

Lebih terperinci

BAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan

BAB IV PENUTUP. di dunia. Dimana power suatu negara tidak hanya dapat di ukur melalui kekuatan BAB IV PENUTUP Kesimpulan Perkembangan senjata nuklir sejak dijatuhkannya bom atom di Hiroshima dan Nagasaki hingga saat ini telah mempengaruhi politik luar negeri antara negara-negara di dunia. Dimana

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 1978 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN MENGENAI PENCEGAHAN PENYEBARAN SENJATA-SENJATA NUKLIR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang

Lebih terperinci

Resolusi yang diadopsi tanpa mengacu pada komite Pertanyaan dipertimbangkan oleh Dewan Keamanan pada pertemuan 749 dan750, yang diselenggarakan pada 30 Oktober 1956 Resolusi 997 (ES-I) Majelis Umum, Memperhatikan

Lebih terperinci

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME

BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME BAB 5 PENCEGAHAN DAN PENANGGULANGAN TERORISME A. KONDISI UMUM Keterlibatan dalam pergaulan internasional dan pengaruh dari arus globalisasi dunia, menjadikan Indonesia secara langsung maupun tidak langsung

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK KOREA (TREATY ON EXTRADITION BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE

Lebih terperinci

BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia

BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia BAB II KEDAULATAN NEGARA DI RUANG UDARA BERDASARKAN KONVENSI CHICAGO 1944 D. Pengertian Ruang Udara dan Wilayah Udara Indonesia Eksistensi horisontal wilayah udara suatu negara mengikuti batas-batas wilayah

Lebih terperinci

URGENSI DAN EFEKTIVITAS PENGATURAN PENCEGAHAN PENDANAAN PROLIFERASI SENJATA PEMUSNAH MASSAL DISAMPAIKAN OLEH: DR. DIAN EDIANA RAE WAKIL KEPALA PPATK

URGENSI DAN EFEKTIVITAS PENGATURAN PENCEGAHAN PENDANAAN PROLIFERASI SENJATA PEMUSNAH MASSAL DISAMPAIKAN OLEH: DR. DIAN EDIANA RAE WAKIL KEPALA PPATK URGENSI DAN EFEKTIVITAS PENGATURAN PENCEGAHAN PENDANAAN PROLIFERASI SENJATA PEMUSNAH MASSAL DISAMPAIKAN OLEH: DR. DIAN EDIANA RAE WAKIL KEPALA PPATK INDONESIA, RESOLUSI DK PBB, DAN FATF RESOLUSI DK PBB

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rusia adalah sebuah Negara baru bekas pecahan dari Uni Soviet. Negara ini mulai berdiri ketika Pemerintahan Uni Soviet berakhir, yaitu setelah pada tanggal 25

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK SOSIALIS VIETNAM TENTANG PENETAPAN BATAS LANDAS KONTINEN,

Lebih terperinci

BENTUK KERJA SAMA ASEAN

BENTUK KERJA SAMA ASEAN BENTUK KERJA SAMA ASEAN Hubungan kerja sama negara-negara anggota ASEAN dilakukan di berbagai bidang, antara lain dalam bidang politik, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan lainlain. Hubungan kerja sama ini

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer BAB V KESIMPULAN Perjalanan sejarah strategi kekuatan militer China telah memasuki babak baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer China di Djibouti, Afrika pada Tahun 2016.

Lebih terperinci

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers

2 dunia. Kerjasama yang terjalin diantara negara-negara menjadikan status antar negara adalah partner bukan musuh sehingga keinginan untuk saling bers BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Globalisasi telah menjadi fenomena yang terjadi secara global yang cukup mempengaruhi tatanan dunia hubungan internasional dewasa ini. Globalisasi merupakan proses

Lebih terperinci

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika

bilateral, multilateral maupun regional dan peningkatan henemoni Amerika Serikat di dunia. Pada masa perang dingin, kebijakan luar negeri Amerika BAB V KESIMPULAN Amerika Serikat merupakan negara adikuasa dengan dinamika kebijakan politik luar negeri yang dinamis. Kebijakan luar negeri yang diputuskan oleh Amerika Serikat disesuaikan dengan isu

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAMANAN WILAYAH UDARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAMANAN WILAYAH UDARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2018 TENTANG PENGAMANAN WILAYAH UDARA REPUBLIK INDONESIA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA

OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA OEPARTEMEN PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA BUKU PUTIH PERTAHANAN INDONESIA 2008 DAFTAR 151 PEN D A H U l U A N... 1 Latar Belakang Buku Putih.................................. 1 Esensi Buku Putih..............................4

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 42 TAHUN 2007 TENTANG PENGESAHAN PERJANJIAN EKSTRADISI ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK KOREA (TREATY ON EXTRADITION BETWEEN THE REPUBLIC OF INDONESIA AND THE

Lebih terperinci

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001

PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 PENGARUH AIPAC TERHADAP KEBIJAKAN AMERIKA SERIKAT PASCA PERISTIWA 11 SEPTEMBER 2001 Oleh: Muh. Miftachun Niam (08430008) Natashia Cecillia Angelina (09430028) ILMU HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar

BAB I PENDAHULUAN. Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Asia Tenggara merupakan suatu kawasan di Asia yang memiliki sekitar 80% merupakan wilayah lautan. Hal ini menjadikan kawasan Asia Tenggara sebagai jalur alur

Lebih terperinci

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI. Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah KAJIAN TERMINOLOGI TERHADAP PEMBERITAAN PERANG GAZA: TINJAUAN SEMANTIK SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-I Jurusan Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan Daerah

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA Menimbang : PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, a.

Lebih terperinci

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk

negara-negara di Afrika Barat memiliki pemerintahan yang lemah karena mereka sebenarnya tidak memiliki kesiapan politik, sosial, dan ekonomi untuk BAB IV KESIMPULAN Sejak berakhirnya Perang Dingin isu-isu keamanan non-tradisional telah menjadi masalah utama dalam sistem politik internasional. Isu-isu keamanan tradisional memang masih menjadi masalah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kerja sama merupakan upaya yang dilakukan oleh perseorangan, kelompok maupun negara untuk mencapai kepentingan bersama. Lewat bekerjasama, tentu saja seseorang, kelompok

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. mengatasi konflik di Sampit, melalui analisis sejumlah data terkait hal tersebut, BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Dari analisis yang telah dilakukan terkait resolusi konflik yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia, baik jangka pendek maupun jangka panjang guna mengatasi konflik di Sampit,

Lebih terperinci

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL

LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL LEGALITAS PENGANCAMAN DAN PENGGUNAAN SENJATA NUKLIR OLEH NEGARA DALAM HUKUM INTERNASIONAL Oleh: Dani Budi Satria Putu Tuni Cakabawa Landra I Made Budi Arsika Program Kekhususan Hukum Internasional dan

Lebih terperinci

BAB III PERMASALAHAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJASAMA ANTARA KOREA UTARA DENGAN KOREA SELATAN DI DISTRIK KAESONG

BAB III PERMASALAHAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJASAMA ANTARA KOREA UTARA DENGAN KOREA SELATAN DI DISTRIK KAESONG BAB III PERMASALAHAN DAN PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJASAMA ANTARA KOREA UTARA DENGAN KOREA SELATAN DI DISTRIK KAESONG Berjalannya kegiatan di Kaesong merupakan sebuah keberhasilan dari proyek yang telah lama

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, 1 UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA Nomor 15 TAHUN 1992 TENTANG PENERBANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA Presiden Republik Indonesia, Menimbang : a. bahwa transportasi mempunyai peranan penting dan

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF ACTS OF NUCLEAR TERRORISM (KONVENSI INTERNASIONAL PENANGGULANGAN TINDAKAN TERORISME

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara pada tanggal 25 Mei tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. Uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara pada tanggal 25 Mei tahun 2009 BAB I PENDAHULUAN Uji coba nuklir yang dilakukan Korea Utara pada tanggal 25 Mei tahun 2009 ini, hingga dikeluarkannya Resolusi Dewan Keamanan PBB Nomor 1874 dan sikap keras Korea Utara dengan resolusi-resolusi

Lebih terperinci

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36 TAHUN 2002 TENTANG HAK DAN KEWAJIBAN KAPAL ASING DALAM MELAKSANAKAN LINTAS DAMAI MELALUI PERAIRAN INDONESIA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: a. bahwa

Lebih terperinci

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.403, 2014 BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEMENHAN. Pengamanan. Wilayah Perbatasan. Kebijakan. PERATURAN MENTERI PERTAHANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG KEBIJAKAN PENGAMANAN WILAYAH

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu,

BAB I PENDAHULUAN. internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara merupakan salah satu subjek hukum internasional. Sebagai subjek hukum internasional, negara harus memiliki syarat-syarat yang harus dipenuhi yaitu, salah satunya

Lebih terperinci

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia, selanjutnya disebut Para Pihak :

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia, selanjutnya disebut Para Pihak : PERSETUJUAN ANTARA PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA DAN PEMERINTAH REPUBLIK POLANDIA TENTANG KERJASAMA PEMBERANTASAN KEJAHATAN TERORGANISIR TRANSNASIONAL DAN KEJAHATAN LAINNYA Pemerintah Republik Indonesia

Lebih terperinci

REGULASI NO. 2000/09

REGULASI NO. 2000/09 UNITED NATIONS United Nations Transitional Administration in East Timor NATIONS UNIES Administrasion Transitoire des Nations Unies in au Timor Oriental UNTAET UNTAET/REG/2000/9 25 February 2000 REGULASI

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan

BAB 5 PENUTUP. 5.1.Kesimpulan 99 BAB 5 PENUTUP 5.1.Kesimpulan Berbagai macam pernyataan dari komunitas internasional mengenai situasi di Kosovo memberikan dasar faktual bahwa bangsa Kosovo-Albania merupakan sebuah kelompok yang memiliki

Lebih terperinci

Hak Lintas Damai di Laut Teritorial

Hak Lintas Damai di Laut Teritorial Hak Lintas Damai di Laut Teritorial A. Laut Teritorial HAK LINTAS DAMAI DI LAUT TERITORIAL (KAJIAN HISTORIS) Laut teritorial merupakan wilayah laut yang terletak disisi luar dari garis-garis dasar (garis

Lebih terperinci

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al-

BAB VI. 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- 166 BAB VI 6.1 Kesimpulan Strategi Suriah dalam menghadapi konflik dengan Israel pada masa Hafiz al- Assad berkaitan dengan dasar ideologi Partai Ba ath yang menjunjung persatuan, kebebasan, dan sosialisme

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia

1. PENDAHULUAN. meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia 1 1. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Seiring dengan meningkatnya hubungan perdagangan antar negara, maka semakin meningkat pula frekuensi lalu lintas transportasi laut yang mengangkut manusia dan barang-barang/kargo.

Lebih terperinci

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG PENGESAHAN INTERNATIONAL CONVENTION FOR THE SUPPRESSION OF THE FINANCING OF TERRORISM, 1999 (KONVENSI INTERNASIONAL PEMBERANTASAN PENDANAAN TERORISME,

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG OPERASI PENCARIAN DAN PERTOLONGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang: bahwa untuk melaksanakan

Lebih terperinci