ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA DAERAH KOTA MALANG DESY IRIANTY

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA DAERAH KOTA MALANG DESY IRIANTY"

Transkripsi

1 i ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA DAERAH KOTA MALANG DESY IRIANTY DEPARTEMEN ILMU EKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013

2 ii

3 iii PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Daerah Kota Malang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juli 2013 Desy irianty NIM H

4 iv ABSTRAK DESY IRIANTY. Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Daerah Kota Malang. Dibimbing oleh TANTI NOVIANTI. Pariwisata merupakan salah satu sektor strategis dalam sistem perekonomian nasional yang memberikan kontribusi besar terhadap devisa negara. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis daya saing dan faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata terhadap perekonomian Kota Malang. Penelitian ini menggunakan analisis kuantitatif. Analisis yang digunakan untuk menganalisis daya saing industri pariwisata yaitu Competitiveness Monitor (CM) dengan kota pembandingnya adalah Kota Blitar, sedangkan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Hasil analisis Competitiveness Monitor menunjukkan indikator pengaruh pariwisata, indikator sumberdaya manusia, dan indikator keterbukaan, dan indikator sosial, Kota Malang berada di posisi yang lebih tinggi dibandingkan Kota Blitar. Berdasarkan hasil dengan metode OLS menunjukkan jumlah hotel dan jalan beraspal kualitas baik berpengaruh nyata dan signifikan terhadap industri pariwisata. Kata kunci: Daya saing, OLS, Pariwisata. ABSTRACT DESY IRIANTY. The Competitiveness and The Factors that Affect The Tourism Industry to Malang City. Supervised by TANTI NOVIANTI. Tourism is one of the strategic sectors in the national economy system that contributed greatly to the country s foreign exchange. This study is aim to asses the analyses of competitiveness and the factors that affect the tourism industry to the economy in Malang City. This study were used quanttitive analyses. Analyses the competitiveness of the tourism industry is Competitiveness Monitor (CM) with the comparison is Blitar City, While the factors that affect the tourism industry were used Ordinary Least Square (OLS). The Competitiveness Monitor show that the influence of tourism indikators, human resources indikators, openness indikators, and social indikator in Malang City are higher than Blitar City. Based on the Ordinary Least Square show that the number of hotel and good quality of street as a real and significant impact on the tourism industry. Keywords: Competitiveness, OLS, Tourism

5 v ANALISIS DAYA SAING DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI INDUSTRI PARIWISATA DAERAH KOTA MALANG DAN KOTA BLITAR DESY IRIANTY Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi DEPARTEMEN ILMU EEKONOMI FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012

6 vi

7 vii Judul Skripsi : Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Daerah Kota Malang Nama : Desy Irianty NIM : H Disetujui oleh Tanti Novianti, M.Si Pembimbing Diketahui oleh Dedi Budiman Hakim, Ph.D. Ketua Departemen Tanggal Lulus:

8 viii PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta ala atas segala karunia-nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Februari 2013 ini ialah pariwisata, dengan judul Analisis Daya Saing dan Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Daerah Kota Malang. Terima kasih penulis ucapkan kepada Tanti Novianti, M.Si. selaku pembimbing, Dr. Wiwiek Rindayati, dan Dewi Ulfa Wardani, M.Si selaku dosen penguji, serta seluruh dosen Departemen Ilmu Ekonomi IPB, serta teman-teman di IPB khususnya Ovilla, aci, stannia, tata, Tami, Iwi, Mala, Dita, Anti, dan Tika yang telah memberikan bimbingan, motivasi, saran sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada orangtua, Departemen Manajemen IPB, Ilmu Ekonomi IPB, serta teman-teman semua atas doa, dukungan dan motivasinya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juli 2013 Desy Irianty

9 ix DAFTAR ISI DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi DAFTAR LAMPIRAN vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Perumusan Masalah 4 Tujuan Penelitian 5 Manfaat Penelitian 5 Ruang Lingkup Penelitian 6 TINJAUAN PUSTAKA 6 Penelitian Terdahulu 9 Kerangka Pemikiran 10 METODE PENELITIAN 12 Jenis dan Sumber Data 12 Metode Analisis 12 GAMBARAN UMUM 18 Kondisi Umum Kota Malang 18 Objek Wisata Kota Malang 20 Perkembangan Jumlah Wisatawan 21 HASIL DAN PEMBAHASAN 22 Analisis Daya Saing Industri Pariwisata Kota Malang 22 Faktor-faktor yang Memengaruhi Industri Pariwisata Kota Malang 27 SIMPULAN DAN SARAN 29 Simpulan 29 Saran 29 DAFTAR PUSTAKA 30 LAMPIRAN 32 RIWAYAT HIDUP 37

10 x DAFTAR TABEL 1. Distribusi persentase PDRB Kota Malang atas dasar harga konstan Menurut lapangan usaha tahun (%) 2. Distribusi persentase PDRB Kota Blitar atas dasar harga konstan Menurut lapangan usaha tahun (%) 3. Luas kecamatan (Km 2 ) dan persentase terhadap luas kabupaten (%) Struktur penduduk Kota Malang berdasarkan piramida penduduk Kunjungan wisatawan yang berkunjung di hotel berbintang dan tak 22 berbintang 6. Perkembangan indikator daya saing pariwisata Kota Malang dan 23 Kota Blitar pada tahun Indikator lingkungan Kota malang dan Kota Blitar periode Daya saing pariwisata Kota Malang dan Kota Blitar Hasil estimasi OLS faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kota Malang 27 DAFTAR GAMBAR 1. Penerimaan devisa dari wisatawan (US $ juta) 1 2. Distribusi PDRB Kota Malang menurut kelompok sektor (%) 2 3. Kerangka pemikiran 11 DAFTAR LAMPIRAN 1. Analisis daya saing Kota Malang dengan Kota Blitar Analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata 33 Kota Malang 3. Uji normalitas Uji heteroskedastisitas Uji autokorelasi Uji multikolinieritas Peta pariwisata Kota Malang 36

11 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Sektor pariwisata memberikan peluang terhadap pertumbuhan ekonomi nasional dan regional serta menjadi tumpuan pemerintah dalam menunjang kesejahteraan masyarakat. Pariwisata di Indonesia memiliki pengaruh terhadap sistem perekonomian nasional dengan memberikan kontribusi besar terhadap devisa negara, dimana pada tahun 2011 mencapai US $ 8554 juta (Kemenparekraf 2012). Sektor pariwisata merupakan salah satu jenis industri baru yang mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi dan penyediaan lapangan kerja, peningkatan penghasilan, dan standar hidup serta menstimulasi sektor-sektor produktif lainnya (Wahab 1992). Industri pariwisata dianggap mampu menciptakan lapangan kerja serta pembangunan ekonomi, dimana pada tahun 2011 mencapai Rp 7.44 Triliun (Kemenparekraf 2012). Pembangunan ekonomi merupakan suatu rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara berkesinambungan untuk mewujudkan keadaan yang lebih baik. Dalam hal pembangunan ekonomi juga dilaksanakan untuk memacu pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata (Raharjo 2006). Pariwisata merupakan bisnis yang terus berkembang di Indonesia. Kegiatan pariwisata memberikan keuntungan dan manfaat bagi suatu negara tujuan wisata. Keuntungan dari sektor pariwisata adalah sumbangan terhadap neraca pembayaran dalam mendatangkan devisa, terciptanya kesempatan kerja, serta adanya kemungkinan bagi masyarakat di negara penerima wisatawan tersebut untuk meningkatkan tingkat pendapatan dan standar hidup (Saptutyaningsih 2003). Pertumbuhan pariwisata di Indonesia menunjukkan tingkat pertumbuhan 5.94 persen pada tahun Jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang datang pun terus meningkat dari tahun ke tahun. Pada tahun 2011, jumlah wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia sebanyak wisatawan. Jumlah tersebut meningkat mencapai wisatawan pada tahun 2012 (BPS 2012). Hal ini mengindikasikan bahwa sektor pariwisata semakin dikenal masyarakat internasional. Wisatawan Tahun Gambar 1 Penerimaan devisa dari wisatawan (US $ juta) Sumber: Kemenparekraf 2012

12 2 Pada Gambar 1, terlihat bahwa penerimaan devisa dari sektor pariwisata pada tahun 2011 mencapai US $ juta, sedangkan pada tahun 2010 penerimaan devisa dari sektor pariwisata mencapai US $ juta. Hal ini mengindikasikan bahwa penerimaan devisa mengalami peningkatan sebesar persen pada tahun Sementara penerimaan devisa pada sektor pariwisata pada tahun 2008 mencapai US $ juta, sedangkan pada tahun 2009 mencapai US $ juta. Hal ini mengindikasikan perolehan devisa mengalami penurunan sebesar persen pada tahun Hal ini disebabkan karena kecenderungan wisatawan yang membatasi pengeluaran akomodasi selama berada di Indonesia dan menurunnya daya beli wisman sebagai imbas krisis keuangan global. Meskipun demikian, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung meningkat menjadi 6.4 juta wisatawan pada tahun 2009 (BPS 2010). Jawa Timur merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki potensi dan sumberdaya alam yang dapat dikembangkan di sektor pariwisata. Kota Malang merupakan salah satu daerah di wilayah Jawa Timur yang menjadikan pariwisata sebagai program unggulan di daerah tersebut. Penetapan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan dilakukan dengan melihat adanya potensi alam yang masih dapat dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata terhadap PDRB Kota malang disajikan pada Gambar 2. Gambar 2 Distribusi persentase PDRB Kota Malang menurut kelompok sektor tahun 2011 (%) Sumber: BPS Kota Malang 2012 Sektor pariwisata termasuk dalam sektor tersier. Berdasarkan Gambar 2, terlihat bahwa sektor tersier memberikan kontribusi yang paling dominan terhadap pembentukkan PDRB yang mencapai persen. Berbanding terbalik dengan perkembangan kontribusi sektor primer yang hanya mencapai 0.35 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa sektor tersier memiliki kontribusi terbesar terhadap PDRB Kota Malang. Perkembangan Kota Malang sebagai kota tujuan wisata semakin meningkat dan meluas khususnya pada jenis wisata belanja, kuliner, alam, seni, budaya dan sejarah. Industri pariwisata menjadi salah satu fokus pembangunan Kota Malang. Kota Malang memiliki kekayaan alam yang berpotensi menjadi objek wisata yang menarik. Beberapa objek wisata Kota Malang yang sudah berkembang dan sering dikunjungi wisatawan diantaranya, Taman Rekreasi dan Pemandian Wendit, Museum Brawijaya, Pemandian Watu Gede, Museum Bentoel, Pasar Minggu

13 Semeru, dan Wisata Kuliner Pulosari. Perkembangan potensi alam yang masih dapat dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata dapat memberikan kontribusi terhadap PDRB Kota malang. Dapat dilihat pada Tabel 1, sektor pariwisata dalam lima tahun terakhir memberikan kontribusi yang paling dominan terhadap pembentukan PDRB selama periode dari tahun 2007 hingga Perekonomian Kota Malang mulai bertransformasi dari sektor pertanian ke sektor pariwisata berdasarkan distribusi persentase menurut lapangan usaha disajikan pada Tabel 1. 3 Tabel 1 Distribusi persentase PDRB Kota Malang atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha tahun (%) SEKTOR Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Perdagangan besar & eceran Hotel Restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan Jasa-jasa Sumber: BPS Kota Malang 2012 Pada Tabel 1, terlihat bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Kota Malang. Distribusi persentase PDRB sektor pariwisata menunjukkan share yang meningkat pada tahun 2007 berkisar antara persen menjadi persen pada tahun Jumlah kontribusi hotel dan restoran mengalami peningkatan, terlihat pada tahun 2010 jumlah restoran menunjukkan peningkatan sebesar persen. Hal ini mengindikasikan bahwa kontribusi jumlah hotel dan restoran di daerah Kota Malang dapat memberikan kontribusi terhadap PDRB pariwisata. Tingginya kontribusi pariwisata terhadap pembentukan PDRB menunjukkan bahwa pariwisata merupakan sektor yang penting bagi Kota Malang. Kota Blitar merupakan kota pembanding yang digunakan untuk menganalisis perkembangan daya saing Kota Malang. Penetapan Kota Blitar menjadi kota pembanding karena memiliki potensi dan daya tarik wisata. Kota Blitar terkenal sebagai Kota Patria yang didukung oleh sistem perdagangan barang dan jasa unggulan sehingga menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan untuk mengembangkan ekonomi daerah. Kota Blitar merupakan salah satu tempat kepahlawanan pejuang bangsa seperti Adipati Aryo Blitar, Bung Karno, Sodancho Supriyadi.

14 4 Sektor perdagangan, hotel dan restoran memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Kota Blitar. Distribusi persentase PDRB pariwisata menunjukkan share yang meningkat pada tahun 2007 berkisar antara persen menjadi persen pada tahun Tingginya kontribusi sektor pariwisata terhadap pembentukan PDRB menunjukkan bahwa pariwisata merupakan sektor unggulan Kota Blitar disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Distribusi Persentase PDRB Kota Blitar atas dasar harga konstan 2000 menurut lapangan usaha pada tahun (%) SEKTOR Pertanian Pertambangan dan penggalian Industri pengolahan Listrik dan air bersih Bangunan Perdagangan, hotel, dan restoran Perdagangan besar & eceran Hotel Restoran Pengangkutan dan komunikasi Keuangan Jasa-jasa Sumber: BPS Kota Blitar 2012 Pariwisata menjadi suatu industri yang penting karena manfaat-manfaat ekonomisnya sehingga setiap daerah mulai bersaing untuk mengembangkan potensi daerah yang dimiliki. Daerah yang memiliki daya saing pariwisata yang lebih unggul dapat dilihat dari pengembangan potensi yang dimiliki, sarana dan prasarana yang memadai, serta pelayanan yang baik dan memuaskan (Sholeh 2010). Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa sektor pariwisata mengalami pertumbuhan yang positif. Hal ini mempelihatkan bahwa potensi pariwisata daerah sudah dapat memberikan kontribusi cukup baik. Namun, kontribusi sektor pariwisata masih dapat ditingkatkan, terlihat bahwa masih banyaknya potensi wisata yang belum berkembang, sehingga dipelukan suatu penelitian yang dilakukan agar pengembangan potensi berjalan secara optimal. Perumusan Masalah Kota Malang merupakan salah satu daerah di wilayah Jawa Timur yang menjadikan pariwisata sebagai program unggulan di daerah tersebut. Penetapan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan dilakukan dengan melihat adanya potensi alam yang masih dapat dikembangkan sebagai objek dan daya tarik wisata terhadap

15 PDRB pariwsata. Pada Tabel 1, terlihat bahwa nilai kontribusi Kota Malang selalu meningkat pada sektor perdagangan, hotel, dan restoran. Akomodasi Pariwisata tidak dapat dipisahkan dengan aktivitas wisata yang merupakan salah satu faktor penting seperti hotel, restoran, penginapan, kafe, dan sarana pendukung lainnya. Akomodasi di Kota Malang mengalami peningkatan tiap tahunnya. Jumlah akomodasi yang ada di Kota Malang pada tahun 2011 sebanyak 65 yang terdiri dari 10 hotel berbintang, 42 hotel melati, dan 13 akomodasi lainnya. Jumlah wisatawan yang menginap di hotel pada tahun 2011 tercatat sebesar 47421orang, jumlah ini menurun dari tahun sebelumnya sebesar orang (BPS 2012). Kota Blitar sebagai kota pembanding yang digunakan untuk menganalisis perkembangan daya saing industri pariwisata karena memiliki potensi dan daya tarik wisata. Kota Blitar terkenal sebagai kota patria yang didukung oleh sistem perdagangan barang dan jasa unggulan sehingga menjadikan sektor pariwisata sebagai sektor unggulan untuk mengembangkan ekonomi. Daya saing pariwisata memiliki peranan yang sangat penting terhadap kunjungan wisatawan karena manfaat-manfaat ekonomisnya, sehingga setiap daerah mulai bersaing untuk mengembangkan potensi daerah yang dimiliki. Daya saing pariwisata dapat dilihat dari beberapa indikator, seperti indikator pengaruh pariwisata, indikator daya tingkat harga, indikator infrastruktur, indikator kondisi lingkungan, indikator tingkat harga, indikator keamanan, indikator sosial serta indikator teknologi. Posisi daya saing yang semakin baik akan meningkatkan daya tarik wisata sehingga jumlah wisatawan akan meningkat. Jumlah kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh faktor eksternal yaitu persaingan dalam menarik karakteristik wisatawan dengan objek wisata di daerah destinasi lain. Karakteristik objek wisata yang ditawarkan memiliki daya tarik wisata alam. Karakteristik wisatawan yang datang pun memiliki mayoritas wisatawan yang berasal dari Jabodetabek. Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perkembangan daya saing sektor industri pariwisata Kota Malang dengan Kota Blitar? 2. Faktor-faktor apa saja yang memengaruhi industri pariwisata Kota Malang? 5 Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah tersebut, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis perkembangan daya saing sektor industri pariwisata Kota Malang dengan Kota Blitar. 2. Menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kota Malang. Manfaat Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat member manfaat bagi berbagai pihak, diantaranya adalah sebagai berikut:

16 6 1. Bagi pemerintah, diharapkan hasil penelitian dapat menjadi informasi dan masukan untuk perumusan kebijakan mengenai pengembangan sektor pariwisata di Kota Malang dengan memerhatikan indikator-indikator penentu daya saing. 2. Bagi pelaku industri pariwisata, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk meningkatkan kinerja industri pariwisata Kota Malang 3. Bagi masyarakat, diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi informasi tentang bagaimana potensi dan masalah yang ada pada industri pariwisata di Kota Malang. 4. Bagi penulis, diharapkan penelitian dapat menambah ilmu pengetahuan dan menjadikan bahan rujukan dalam membuat karya tulis lainnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini menganalisis perkembangan daya saing industri pariwisata Kota Malang dan Kota Blitar dan faktor-faktor apa saja yang memengaruhi industri pariwisata Kota Malang. Metode yang digunakan untuk melihat perkembangan daya saing pariwisata adalah metode Competitiveness Monitor dan periode waktu yang digunakan untuk analisis daya saing adalah tahun 2007 hingga Analisis ini difokuskan terhadap beberapa indikator daya saing industri pariwisata, antara lain: Pengaruh pariwisata, infrastruktur, lingkungan, harga, keterbukaan, teknologi, dan keamanan tempat wisata. Namun, indikator pengaruh pariwisata yang diukur dengan PAD pariwisata diubah menjadi PDRB pariwisata, indikator teknologi dan Indikator lingkungan dengan pengukuran kualitas udara tidak dibahas dalam penelitian ini karena keterbatasan data yang tersedia. Analisis tentang daya saing industri pariwisata difokuskan untuk melihat daya saing industri pariwisata Kota Malang dan Kota Blitar. Tujuannya adalah untuk melihat bagaimana perkembangan indikator-indikator yang dianalisis. Sementara, metode yang digunakan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kota Malang adalah metode Regresi Linier Berganda (Ordinary Least Squre) dan periode yang digunakan adalah pada tahun 2002 hingga Faktor-faktor yang dianalisis dalam penelitian ini antara lain adalah jumlah hotel, tingkat tenaga kerja, tingkat hunian hotel, dan jalan beraspal kualitas baik. Tinjauan Pustaka Menurut Halim (2004) pendapatan asli daerah adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sektor pendapatan daerah memegang peranan yang sangat penting, karena melalui sektor ini dapat dilihat sejauh mana suatu daerah dapat membiayai kegiatan pemerintah dan pembangunna daerah. Salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah pada periode tertentu adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dilihat dari atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya merupakan nilai tambah (value added) yang dihasilkan oleh seluruh unit

17 ekonomi. PDRB atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung dengan menggunakan harga yang berlaku pada setiap tahunnya. PDRB atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tmbah barang dan jasa yang dihitung dengan harga yang berlaku pada satu waktu tertentu sebagai tahun dasar (BPS 2000). Pariwisata berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari dua kata yaitu kata Pari berarti penuh, seluruh, atau semua dan kata Wisata berarti perjalanan. Menurut Wahab (1992) pariwisata mengandung tiga unsur antara lain: manusia (unsur insan sebagai pelaku kegiatan pariwisata), tempat (unsur fisik yang sebenarnya tercakup oleh kegiatan sendiri) dan waktu (unsur tempo yang dihabiskan dalam perjalanan tersebut dan selama berdiam di tempat tujuan). Jadi definisi pariwisata merupakan salah satu industri baru yang mampu meningkatkan pertumbuhan ekonomi dengan cepat dalam hal kesempatan kerja, pendapatan, taraf hidup dan dalam hal mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan mendefinisikan pariwisata merupakan berbagai macam kegiatan wisata dan didukung berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Damanik dan Webber (2006) memberikan pengertian pariwisata sebagai kegiatan rekreasi di luar domisili untuk melepaskan diri dari pekerjaan rutin atau mencari suasana lain. Pariwisata sebagai serangkaian kegiatan perjalanan yang dilakukan oleh perorangan atau kelompok dari tempat tinggal asalnya ke berbagai tempat lain dengan tujuan melakukan kunjungan wisata dan bukan untuk bekerja atau mencari penghasilan di tempat tujuan. Kunjungan bersifat sementara dan pada waktunya akan kembali ke tempat semula (Heriawan 2004). Menurut Yoeti (2003), syarat suatu perjalanan disebut sebagai perjalanan pariwisata apabila: (1) Perjalanan dilakukan dari suatu tempat ke tempat lain, di luar tempat kediaman orang tersebut biasa tinggal; (2) Tujuan perjalanan semata-mata untuk bersenang-senang, dan tidak mencari nafkah di tempat atau negara yang dikunjungi; (3) Semata-mata sebagai konsumen di tempat yang dikunjungi. World Tourism Organization (2008) menyepakati bahwa pariwisata telah menjadi fenomena sosial ekonomi yang sangat penting dalam perkembangan kehidupan dan pergaulan global antara bangsa-bangsa di dunia. Pariwisata menjadi penting bagi kehidupan karena terkait dengan dampaknya pada perkembangan ekonomi, sosial, budaya, dan pendidikan baik dalam lingkup nasional maupun internasional. World Tourism Organization, WTO (1995) mendefinisikan permintaan pariwisata sebagai permintaan terhadap barang dan jasa yang muncul karena adanya kegiatan pariwisata. Pihak yang melakukan permintaan adalah wisatawan, pemerintah, serta swasta dalam rangka investasi dan promosi wisata. Menurut Yoeti (2003), permintaan dalam kepariwisataan dapat dibagi menjadi dua yaitu potential demand dan actual demand. Potential demand adalah sejumlah orang yang berpotensi untuk melakukan perjalanan wisata. Sedangkan actual demand adalah orang-orang yang sedang melakukan perjalanan wisata pada suatu Daya Tarik Wisata (DWT). Penawaran pariwisata mencakup hal-hal yang ditawarkan oleh daerah destinasi kepada wisatawan yang real maupun potensial. Penawaran pariwisata mencakup seperti hotel, restoran, transportasi domestik dan lokal, industri kerajinan, jasa 7

18 8 hiburan, serta biro perjalanan. Menurut Damanik dan Webber (2006), elemen penawaran wisata terdiri dari Triple A, yang terdiri dari: 1. Atraksi Atraksi dapat diartikan sebagai objek wisata yang memberikan kenikmatan kepada wisatawan. Atraksi dibagi menjadi tiga, yakni alam, budaya, dan buatan. 2. Aksebilitas Aksebilitas mencakup keseluruhan infrastruktur transportasi yang menghubungakn wisatawan ke daerah tujuan wisata. Akses ini tidak hanya menyangkut aspek kuantitas tetapi juga inklusif mutu, ketepatan waktu, kenyamanan, dan keselamatan. 3. Amenitas Amenitas adalah infrastruktur yang sebenarnya tidak langsung terkait dengan pariwisata tetapi sering menjadi bagian dari kebutuhan wisatawan. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 41 tahun 2007 tentang standar proses mendefinisikan daya saing adalah kemampuan untuk menunjukkan hasil yang lebih baik, lebih cepat atau lebih bermakna. Kemampuan yang dimaksud adalah (1) kemampuan memperkokoh pangsa pasarnya; (2) kemampuan menghubungkan dengan lingkungannya; (3) kemampuan meningkatkan kinerja; (4) kemampuan menegakkan posisi yang menguntungkan. Daya saing menurut Porter (1995) dapat didefinisikan sebagai kemampuan usaha suatu perusahaan dalam industri untuk menghadapi berbagai lingkungan yang dihadapi. Porter menjelaskan pentingnya daya saing karena tiga hal berikut: (1) mendorong produktivitas dan meningkatkan kemampuan mandiri; (2) dapat meningkatkan kapasitas ekonomi, baik dalam kondisi regional ekonomi maupun entitas pelaku ekonomi sehingga pertumbuhan ekonomi meningkat; (3) kepercayaan bahwa mekanisme pasar lebih menciptakan efisiensi. Daya saing ditentukan oleh keunggulan bersaing suatu perusahaan dan sangat bergantung pada tingkat sumber daya relatif atau keunggulan kompetitif. Konsep keunggulan kompetitif adalah suatu cara yang dilakukan perusahaan untuk memperkuat posisinya dalam menghadapi pesaing dan mampu menunjukkan perbedaan dengan yang lainnya. Competitiveness Monitor merupakan suatu metode yang dapat digunakan untuk melihat daya saing industri pariwisata. Analisis Competitiveness Monitor diperkenalkan pertama kali oleh World Travel and Tourism Council (WTTC) pada tahun 2001 sebagai alat ukur daya saing pariwisata. Analisis ini menggunakan delapan indikator yang digunakan untuk melihat daya saing. Indikator tersebut antara lain (World Tourism Organization 2008): 1. Indikator pengaruh pariwisata, menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah tersebut. 2. Indikator persaingan tingkat harga, menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata di daerah tujuan wisata. 3. Indikator perkembangan infrastruktur, menunjukkan perkembangan infrastruktur di daerah tujuan wisata. 4. Indikator lingkungan, menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya. 5. Indikator sumberdaya manusia, menunjukkan kualitas sumberdaya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih baik kepada turis.

19 6. Indikator keterbukaan, menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi wisata terhadap kunjungan wisatawan asing di daerah tujuan wisata. 7. Indikator sosial, menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis untuk berwisata di daerah destinasi. 8. Indikator kemajuan teknologi, menunjukkan perkembangan infrastruktur dan teknologi modern yang ditunjukkan dengan adanya ekspor produk teknologi tinggi di daerah tujuan wisata. 9 Penelitian Terdahulu Penelitian mengenai pariwisata dan daya saing sudah banyak dilakukan sebelumnya. Berikut ini beberapa penelitian terdahulu yang membahas sektor pariwisata antara lain: Floriyana (2011) dalam penelitiannya mengenai analisis daya saing dan faktorfaktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur dengan menggunakan Competitiveness Monitor untuk analisis daya saing, sedangkan faktorfaktor yang memengaruhi PAD pariwisata Kabupaten Cianjur menggunakan Ordinary Least Square (OLS). Analisis daya saing menggunakan Kabupaten Bogor sebagai daerah pembanding. Hasil analisis menunjukkan bahwa indikator perkembangan infrastruktur, indikator keterbukaan, dan indikator pengaruh pariwisata menunjukkan pertumbuhan yang negatif sejak tahun 2006 hingga 2010, sedangkan indikator sosial, indikator lingkungan, indikator sumberdaya manusia, dan indikator persaingan tingkat harga cenderung konstan Analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kabupaten Cianjur terhadap pembentukan PAD menggunakan beberapa variabel, antara lain: jumlah hotel, jumlah restoran, jalan beraspal kualitas baik, tingkat hunian hotel dan tingkat tenaga kerja sektor pariwisata. Hasil analisis menunjukkan jumlah hotel, jalan beraspal kualitas baik, tingkat hunian hotel, dan tingkat tenaga kerja sektor pariwisata berpengaruh secara nyata dan signifikan terhadap industri pariwisata. Jumlah restoran ternyata tidak berpengaruh signifikan terhadap industri pariwisata Kabupaten Cianjur. Sholeh (2010) dalam penelitiannya mengenai analisis daya saing dan pengaruh industri pariwisata terhadap perekonomian Kabupaten Bogor dengan menggunakan Competitiveness Monitor untuk mengukur trend perkembangan daya saing dan metode regresi untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi PAD pariwisata Kabupaten Bogor. Analisis daya saing menggunakan Kota Yogyakarta sebagai daerah pembanding. Hasil analisis menunjukkan bahwa perkembangan dari Human Tourism Indikator, Price Competitiveness Indikator, Human Resources Indikator, dan Sosial Development Indikator sejak tahun 2004 hingga 2008 terus meningkat. Environment Indikator dan Technology Advencement Indikator mengalami perkembangan yang konstan. Analisis pengaruh industri pariwisata terhadap pembentukan PAD menggunakan beberapa variabel, antara lain adalah jumlah hotel, jumlah wisatawan, dan pajak hiburan. Hasil analisis memperlihatkan semua variabel berpengaruh positif dan signifikan terhadap PAD Kabupaten Bogor. Yulianti (2009) menganalisis faktor-faktor penentu daya saing dan preferensi wisatawan dalam berwisata dengan menggunakan pendekatan porter s diamond dan

20 10 metode probit menyebutkan bahwa potensi dan kondisi faktor-faktor yang memengaruhi daya saing kepariwisataan Kota Bogor menarik dan beragam namun tidak diiringi jumlah kunjungan wisatawan yang terus meningkat. Hal ini karena fasilitas kepariwisataan yang kurang memadai baik dari segi kualitas maupun kuantitas. Selain itu, anggaran yang dialokasikan pemerintah untuk pengembangan kepariwisataan Kota Bogor masih sangat kurang untuk membiayai peningkatan kualitas dan kuantitas kepariwisataan Kota Bogor. Faktor-faktor yang memengaruhi preferensi wisatawan dalam berwisata ke Kota Bogor menurut penelitian ini adalah variabel pendidikan, intensitas biaya, dan kenyamanan. Semua variabel signifikan pada taraf nyata sepuluh persen. Hal ini memperlihatkan semakin besar nilai variabel-variabel tersebut maka semakin besar pula peluang wisatawan yang preferensi wisatanya ke Kota Bogor Trisnawati (2007) melakukan penelitian dengan judul analisis daya saing industri pariwisata untuk meningkatkan ekonomi daerah kajian perbandingan daya saing pariwisata antara Surakarta dan Yogyakarta. Bertujuan untuk mengukur indeks daya saing industri pariwisata antara Surakarta dan Yogyakarta. Metode analisis yang digunakan adalah Competitiveness Monitor (CM). Hasil analisis yang menunjukkan bahwa indeks daya saing pariwisata Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Berdasarkan Price Competitiveness Indikator (PCI), Yogyakarta mempunyai indeks yang lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Berdasarkan Infrastructure Development Indikator (IDI) menunjukkan bahwa pendapatan per kapita di kedua destinasi tersebut tidak berbeda secara nyata, namun pertumbuhan pendapatan perkapita Yogyakarta lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Environment Indikator (EI) menunjukkan bahwa tingkat kepadatan penduduk di kedua destinasi tersebut tidak berbeda secara nyata. Technology Advancement Indikator (TAI) menunjukkan indeks nilai Yogyakarta lebih tinggi. Human Resources Indikator (HRI) menunjukkan bahwa indeks pendidikan di destinasi Yogjakarta lebih tinggi dibandingkan Surakarta. Openess Indikator (OI) daya saing pariwisata destinasi Yogyakarta kembali menunjukkan angka yang lebih tinggi. Indikator terakhir, Social Development Indikator (SDI) menunjukkan bahwa rata-rata masa tinggal turis di Yogyakarta lebih lama dibandingkan di Surakarta. Hal ini mengindikasikan bahwa daya saing pariwisata Yogyakarta secara menyeluruh lebig tinggi dibandingkan Surakarta. Indikatoe-indikator menunjukkan bahwa pariwisata Yogyakarta lebih unggul. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah daerah penelitian, variabel, dan periode waktu yang digunakan. Daerah yang dianalisis pada penelitian ini adalah Kota Malang. Variabel yang digunakan adalah jumlah hotel, jalan beraspal kualitas baik, tingkat hunian hotel, tingkat tenaga kerja pariwisata. Data yang digunakan merupakan data sekunder dengan periode waktu dari tahun 2002 hingga Kerangka Pemikiran Berdasarkan penelitian terdahulu, analisis daya saing dilakukan dengan metode Competitiveness Monitor, sedangkan analisis faktor-faktor yang memengaruhi dilakukan dengan Ordinary Least Square. Variabel bebas yang digunakan adalah jumlah hotel dan jalan beraspal kualitas baik, yang menunjukkan bahwa keduanya merupakan faktor utama yang memengaruhi penawaran pariwisata.

21 Faktor lain yang memengaruhi penawaran pariwisata adalah jumlah restoran, jumlah wisatawan, tingkat tenaga kerja pariwisata, tingkat hunian hotel, dan pajak hotel. Penelitian-penelitian terdahulu menjadi rujukan untuk penyusunan kerangka pemikiran dalam penelitian ini. Kerangka pemikiran yang mencakup perkembangan sektor pariwisata yang memberikan kontribusi besar terhadap PDRB Kota Malang dan Kota. Dimana kota tersebut memiliki objek wisata yang beraneka ragam dan potensi yang besar untuk menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber utama PDRB. Sehingga analisis perkembangan daya saing pariwisata penting dilakukan untuk menunjukkan perkembangan sektor pariwisata Kota Malang dan Kota Blitar. Analisis mengenai faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata diperlukan untuk melihat variabel apa saja yang berpengaruh signifikan terhadap industri pariwisata. Sehingga dapat membantu pemerintah daerah dalam meningkatkan pembangunan daerah disajikan pada Gambar PDRB Perkembangan industri pariwisata Kota Malang dan Kota Blitar Kontribusi perkembangan industri pariwisata Kota Malang dan Kota Blitar Analisis perkembangan daya saing Analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Competitiveness Monitor Ordinary Least Square (OLS) Kebijakan pemerintah daerah untuk meningkatkan pembangunan industri pariwisata Gambar 3 Kerangka pemikiran

22 12 Metode Penelitian Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan untuk analisis daya saing merupakan data sekunder dari tahun 2007 hingga Sedangkan, analisis faktor-faktor yang memengaruhi pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2002 hingga Data yang digunakan pada penelitian ini diperoleh dari berbagai sumber yaitu Badan Pusat Statistik (BPS), Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Selain itu, sumber juga terdapat pada literatur yang ada di perpustakaan IPB, media massa, dan internet. Metode Analisis Analisis dalam penelitian ini dilakukan menggunakan dua metode, yaitu metode Competitiveness Monitor (CM) untuk menganalisis daya saing, dan Ordinary Least Square (OLS) untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi daerah Kota Malang. Competitiveness Monitor (CM) Metode yang digunakan dalam penelitian daya saing adalah Competitiveness Monitor (CM). Kota Blitar merupakan kota pembanding untuk menganalisis daya saing industri pariwisata Kota Malang. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah indeks daya saing pariwisata yang dibentuk dari delapan indikator penentu daya saing pariwisata yang telah ditetapkan oleh World Tourism Organization (WTO). Kedelapan indikator tersebut adalah sebagai berikut (World Tourism Organization 2008): 1. Indikator Pengaruh Pariwisata Indikator ini menunjukkan pencapaian perkembangan ekonomi daerah akibat kedatangan turis pada daerah tersebut. Indikator ini diukur dengan menggunakan Tourism Impact Index (TII). Besarnya TII dapat dihitung dengan rumus berikut: TII = PDRB pariwisata PDRB total 2. Indikator Daya saing Tingkat Harga (IDHT) Indikator ini menunjukkan harga komoditi yang dikonsumsi oleh turis selama berwisata di daerah tujuan wisata. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah Purchasing Power Party (PPP) dan rata-rata tarif minimum hotel berbintang. IDHT = f(ppp, rata-rata tarif minimum hotel berbintang) 3. Indikator Perkembangan Infrastruktur (IPI) Indikator ini menunjukkan infrastruktur di daerah tujuan wisata. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah panjang jalan beraspal dan kualitas jalan. Rumus dari indikator ini adalah sebagai berikut:

23 13 IPI = f(panjang jalan beraspal,kualitas jalan) 4. Indikator Lingkungan Indikator ini menunjukkan kualitas lingkungan dan kesadaran penduduk dalam memelihara lingkungannya. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah indeks kepadatan penduduk, dan indeks kualitas udara menggunakan temperatur. Kepadatan penduduk = Kualitas udara = temperatur Jumlah penduduk Luas wilayah 5. Indikator Sumberdaya Manusia (ISM) Indikator ini menunjukkan kualitas sumberdaya manusia daerah tersebut sehingga dapat memberikan pelayanan yang lebih kepada turis. Pengukuran yang digunakan untuk indikator ini adalah indeks pendidikan yang dapat diukur dengan rumus sebagai berikut: ISM = f(angka melek huruf, rata-rata lama sekolah) 6. Indikator Keterbukaan (IK) Indikator ini menunjukkan tingkat keterbukaan destinasi terhadap kunjungan wisatawan asing di daerah tujuan wisata. Rumus untuk mengukur indikator keterbukaan adalah sebagai berikut: IK = Jumlah wisatawan asing yang menginap di hotel Total tamu hotel 7. Indikator Sosial Indikator ini menunjukkan kenyamanan dan keamanan turis dalam berwisata di daerah destinasi. Ukuran SDI adalah rata-rata masa tinggal turis di daerah destinasi. SDI = rata-rata masa tinggal turis asing Metode Competitiveness Monitor tidak memiliki standar baku untuk melihat tinggi atau rendahnya nilai daya saing dari setiap indikator. Analisis ini hanya membandingkan hasil pengukuran daya saing Kota Malang dengan daerah pembandingnya, yaitu Kota Blitar. Pemilihan Kota Blitar sebagai daerah pembanding dilakukan karena Kota Blitar dalam kawasan Provinsi Jawa Timur dan memiliki kontribusi besar terhadap PDRB menurut lapangan usahanya pada sektor pariwisata. - Uji-t Uji-t digunakan untuk menguji apakah rata-rata satu grup sampel berbeda dengan grup sampel lainnya (Juanda 2009). Setelah mendapatkan nilai masingmasing indikator, maka dapat dilakukan uji t untuk melihat signifikan perbedaan daya saing di Kota Malang dan Kota Blitar. Uji-t yang dilakukan dengan menggunakan software SPSS.

24 14 Hipotesis: Ho : β 1 0 i = 1,2,3, 0 H1 : β 1 > 0 Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji t adalah sebagai berikut: Jika t-hitung tα/2 (n-k) maka tolak H 0 Jika t-hitung < tα/2 (n-k) maka terima H 0 Jika t-hitung > t-tabel (tα/2 (n-k) maka tolak H 0, artinya daya saing Kota Malang lebih tinggi dibandingkan daya saing Kota Blitar. Jika t-hitung < tα/2 (n-k) maka terima H 0 hal ini berarti daya saing Kota Malang relatif sama atau lebih rendah dibandingkan daya saing Kota Blitar. Analisis Regresi Berganda Dalam penelitian ini analisis untuk melihat faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kota Malang. Metode analisis yang digunakan adalah metode Regresi Linier Berganda (ordinary Least Square) dengan menggunakan software Microsoft Excel 2007 dan software SPSS. Salah satu regresi dalam OLS adalah regresi linier berganda. Analisis regresi linier berganda menunjukkan hubungan sebab akibat antara variabel X (variabel bebas) yang merupakan penyebab dan variabel Y (variabel tak bebas) yang merupakan akibat. Analisis regresi linier berganda merupakan suatu metode yang digunakan untuk menguraikan pengaruh variabel bebas terhadap variabel bebasnya. Regresi linier berganda tidak hanya melihat keterkaitan antar variabel, namun juga mengukur besaran hubungan kausalitasnya. Menurut Walpole (1995), model regresi linier berganda adalah sebagai berikut: Keterangan: r = 1,2,3,..,N b 0 = intersep Y = b 0 + b 1 x 1 + b 2 x 2 + b r x r Analisis Faktor-faktor yang Memengaruhi Sektor Pariwisata Kota Malang Analisis faktor-faktor yang memengaruhi industri pariwisata Kota Malang menggunakan PDRB sektor pariwisata sebagai variabel dependen. Variabel independen yang digunakan antara lain jumlah hotel, jalan beraspal kualitas baik, tingkat hunian hotel, dan tingkat tenaga kerja sektor pariwisata. Model persamaan untuk menganalisis faktor-faktor yang memengaruhi sektor adalah sebagai berikut: PDRBPar t = α o + αjh t + αjbkb t + αtptkp t +αthh t + e t Keterangan: PDRBPar t JH t = Jumlah produk domestik regional bruto sektor pariwisata pada periode t (Rupiah) = Jumlah hotel dan akomodasi lainnya pada periode t (Unit)

25 15 JBKB t TPTKP t THH t e t = Jalan beraspal kualitas baik pada periode t (Km) = Tingkat tenaga kerja pariwisata pada periode t (Persen) = Tingkat hunian hotel pada periode t (Persen) = error term Langkah selanjutnya adalah mengubah data-data yang berada pada persamaan tersebut ke dalam bentuk logaritma untuk mempermudah dalam melihat respon dari setiap variabel independen yang digunakan terhadap variabel dependen. LnPDRBPar t = α o + αlnjh t + αlnjbkb t + αtptkp t + αthh t + e t Keterangan: LnPDRBPar t LnJH t LnJBKB t TPTKP t THH t e t = Jumlah produk domestik regional bruto sektor pariwisata pada periode t (Persen) = Jumlah hotel dan akomodasi lainnya pada periode t (Persen) = Jalan beraspal kualitas baik pada periode t (Persen) = Tingkat tenaga kerja pariwisata pada periode t (Persen) = Tingkat hunian hotel pada periode t (Persen) = error term Kemudian model tersebut dianalisis menggunakan kriteria-kriteria uji agar model tersebut memenuhi persyaratan metode analisis Ordinary Least Square (OLS), seperti tidak ada masalah-masalah normalitas, autokorelasi, heteroskedastisitas, dan multikolinieritas. Identifikasi Model Setelah mendapatkan parameter estimasi yang dianggap sesuai, maka dilakukan tiga uji kriteria terhadap parameter tersebut, yakni uji kriteria statistik, uji ekonometrika, dan uji ekonomi. - Uji Kriteria Statistik Tujuan pengujian adalah melihat korelasi antar variabel persamaan, yaitu dengan menggunakan uji t, uji F, dan uji koefisien determinasi. Uji t dilakukan untuk melihat tingkat signifikansi variabel bebas, apakah variabel bebas berpengaruh atau tidak terhadap variabel tak bebas. Perbandingan antara t-statistik dengan nilai t-tabel dapat menunjukkan daerah atau wilayah penolakan. Selain itu, uji ini digunakan untuk keabsahan dari hipotesis dan membuktikan bahwa koefisien regresi dalam model secara statistik signifikan atau tidak. Hipotesis: H o : β 1 = 0 i = 1,2,3, 0 H 1 : β 1 0 Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji t sebagai berikut: Jika t-hitung tα/2 (n-k) maka tolak Ho Jika t-hitung < tα/2 (n-k) maka terima Ho

26 16 Jika t-hitung t-tabel (t /2( )), maka tolak H o hal ini berarti variabel bebas yang digunakan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebasnya pada taraf nyata α. Sedangkan apabila t-hitung < t-tabel (t /2( )), maka terima H 0 hal ini berarti variabel bebas yang digunakan tidak berpengaruh nyata terhadap variabel bebasnya pada taraf α. Uji F adalah untuk melihat pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak bebas secara keseluruhan dengan menggunakan pengujian F-hitung. Uji F juga digunakan untuk mengetahui kelayakan model yang diajukan untuk menduga parameter yang ada pada persamaan. Hipotesis: H 0 : β o = β 1 = β 2 = = β n = 0 H 1 : minimal ada salah satu β 1 0 (variabel bebas tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas) (paling sedikit ada satu variabel bebas yang berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas) β = dugaan parameter Kriteria uji yang digunakan dalam melakukan uji F adalah sebagai berikut: Jika F-hitung > (F( 1, ), maka tolak H 0 Jika F-hitung < (F( 1, ), maka terima H 0 Jika hasil F-hitung > F-tabel (F( 1, )), maka tolak H 0 minimal terdapat variabel bebas yang nilainya tidak nol dan berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas. Sedangkan apabila F-hitung < F-tabel (F( 1, )), maka terima H 0 hal ini berarti tidak ada variabel bebas yang dapat menjelaskan secara nyata keragaman dari variabel bebas. Koefisien determinasi (R 2 ) dan Adjusted R 2 digunakan untuk melihat sejauh mana variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel tak bebas dan untuk melihat seberapa kuat variabel bebas mampu menerangkan keragaman variabel tak bebas serta untuk melihat seberapa kuat variabel yang dimasukkan pada model dapat menerangkan model tersebut. Menurut Gujarati (1993) terdapat dua sifat R-squared, yaitu: a. Merupakan besaran non-negatif. b. Batasnya adalah 0 R 2 1. Jika R 2 bernilai 1 ada suatu kecocokan sempurna, sedangkan jika R 2 bernilai 0 berarti tidak ada hubungan antara variabel bebas dengan variabel tak bebas. Uji Kriteria Ekonometrika Uji ekonometrika dilakukan untuk memastikan estimator bersifat BLUE, maka harus dilakukan uji asumsi yang memastikan estimator menyebar normal dan bebas dari masalah heteroskedastisitas, autokorelasi, dan multikolinieritas. Uji asumsi normalitas merupakan salah satu asumsi statistik dimana error term terdistribusi secara normal (Firdaus 2004). Model regresi seperti ini disebut model regresi linear normal klasik. Regresi normal klasik mengasumsikan bahwa tiap i didistribusikan secara normal dengan:

27 17 1. Rata-rata : E ( i) = 0 2. Varians : E ( i) = σ2 3. Cov ( i, j) : E ( i, j) = 0, i j Uji asumsi autokorelasi sering ditemukan pada berbagai penelitian adalah adanya hubungan serius antara gangguan estimasi satu observasi dengan gangguan estimasi obserbasi yang lain. Nisbah antara observasi inilah yang disebut menjadi tidak bias, nilai galat baku terkorelasi sehingga ramalan menjadi tidak efisien, dan ragam galat berbias. Uji Durbin Watson (Uji DW) biasa digunakan untuk melihat ada atau tidaknya autokorelasi pada model. Nilai hitung statistik d dibandingkan dengan d tabel, yaitu dengan batas bawah (dl) dan batas atas (du). Hasil perbandingan akan menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: 1. Jika d < dl, berarti ada autokorelasi positif. 2. Jika d > 4-dL, berarti ada autokorelasi negatif. 3. Jika dl < d < 4-dU, berarti tidak terjadi autokorelasi positif maupun negatif 4. Jika dl d du atau 4-dU d 4-dL, berarti tidak dapat disimpulkan. Solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah autokorelasi adalah sebagai berikut (Gujarati, 1993): a. Menghilangkan variabel bebas yang sebenarnya berpengaruh terhadap variabel tak bebas. b. Apabila terjadi kesalahan dalam hal spesifikasi model, hal ini dapat di atasi dengan mentransformasi model, misalnya dari model linier menjadi model nonlinier atau sebaliknya. Uji asumsi heteroskedastisitas adalah suatu model dikatakan baik apabila memenuhi asumsi homoskedastisitas atau memiliki ragam error yang sama. Heteroskedastisitas adalah suatu penyimpangan asumsi OLS dalam bentuk varians gangguan estimasi yang dihasilkan oleh estimasi OLS yang tidak bernilai konstan. Heteroskedastisitas tidak merusak sifat ketidakbiasan dan konsistensi dari penaksir OLS tetapi penaksir yang dihasilkan tidak lagi mempunyai varians yang minimum (efisiensi). Menurut Gujarati (1993), jika terjadi heteroskedastisitas maka akan berakibat sebagai berikut: a. Estimasi dengan menggunakan OLS tidak akan memiliki varian yang minimum atau estimator tidak efisien. b. Prediksi (nilai Y untuk X tertentu) dengan estimator dari data yang sebenarnya akan mempunyai varian yang tinggi sehingga prediksi menjadi tidak efisien. c. Tidak dapat diterapkannya uji nyata koefisien atau selang kepercayaan dengan menggunakan formula yang berkaitan dengan nilai varian. Memeriksa keberadaan heteroskedastisitas salah satunya dapat ditujukkan dengan White-Heteroskedastisity Test, dimana tidak perlu asumsi normalitas dan relatif mudah. Hipotesis yang digunakan untuk menguji keberadaan heteroskedastisitas adalah sebagai berikut: Hipotesis: H 0 : = 0 (homoskedastisitas) H 1 : 0 (heteroskedastisitas)

28 18 Jika nilai probability Obs*R-squared-nya > taraf nyata yang digunakan maka hipotesis H o diterima yang berarti tidak terdapat gejala heteroskedastisitas pada model. Jika nilai probability Obs*R-squared-nya < taraf nyata yang digunakan, maka hipotesis H 0 ditolak yang berarti terdapat gejala heteroskedastisitas pada model. Solusi dari masalah ini adalah mencari transformasi model asal sehingga model yang baru akan memiliki error term dengan varian yang konstan. Uji asumsi multikolinearitas adalah adanya hubungan linier yang sempurna antara beberapa atau semua variabel yang ada pada model. Multikolinearitas menyebabkan koefisien regresi menjadi tidak dapat ditaksir dan nilai standard error setiap koefisien regresi menjadi tidak terhingga. Gujarati (1993) mengemukakan tanda-tanda adanya multikolinearitas adalah sebagai berikut: a. Tanda tidak sesuai dengan yang diharapkan. b. R-squared-nya tinggi tetapi uji individu tidak banyak bahkan tidak ada yang nyata. c. Korelasi sederhana antara variabel individu tinggi (r tinggi). d. R 2 < r menunjukkan adanya masalah multikolinearitas. Solusi untuk mengatasi masalah multikolinieritas menurut Gujarati (1993) adalah sebagai berikut: a. Menggunakan extraneous atau informasi sebelumnya. b. Mengkombinasikan data cross-sectional dan data deretan waktu. c. Meninggalkan variabel yang sangat berkorelasi. d. Mentransformasikan data. e. Mendapatkan tambahan data baru. Uji Ekonomi Uji ekonomi dilakukan dengan mencocokan tanda dan besaran dalam model dengan teori ekonomi. Jika model dan besaran hasil estimasi sesuai dengan teori ekonomi mengenai pengaruh variabel-variabel independen terhadap variabelterikat, maka model dapat dikatakan baik. GAMBARAN UMUM Kondisi Umum Kota Malang Kota Malang merupakan salah satu kota tujuan wisata di Jawa Timur karena potensi alam dan iklim yang dimiliki. Kota Malang secara geografis berada pada posisi Bujur Timur, Lintang Selatan, dengan batasbatas wilayah sebagai berikut: 1. Sebelah Utara : Kec. Singosari dan Kec. Karangploso Kab. Malang 2. Sebelah Timur : Kec. Pakis dan Kec. Tumpang Kab. Malang 3. Sebelah Selatan : Kec. Wagir dan Kec. Pakisaji Kab. Malang 4. Sebelah Barat : Kec. Wagir dan Kec. Dau Kab. Malang

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet.

III. METODE PENELITIAN. pariwisata menggunakan data time series dari tahun 2001 sampai dengan perpustakaan IPB, media massa, dan internet. III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder. Data yang digunakan untuk analisis dayasaing merupakan data sekunder dari tahun 2006

Lebih terperinci

5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur. Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur. Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini. V. PEMBAHASAN 5.1. Analisis Dayasaing Industri Pariwisata Kabupaten Cianjur Hasil analisis dayasaing Kabupaten Cianjur dengan menggunakan Competitiveness Monitor bisa dilihat pada tabel 5.1 berikut ini.

Lebih terperinci

Msi = x 100% METODE PENELITIAN

Msi = x 100% METODE PENELITIAN 20 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang diperoleh dari Biro Pusat Statistik (BPS), Perpustakaan IPB,

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 39 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder tersebut merupakan data cross section dari data sembilan indikator

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Modal, Dinas Penanaman Modal Kota Cimahi, Pemerintah Kota Cimahi, BPS Pusat III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data tenaga kerja, PDRB riil, inflasi, dan investasi secara berkala yang ada di kota Cimahi.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja,

III. METODE PENELITIAN. model struktural adalah nilai PDRB, investasi Kota Tangerang, jumlah tenaga kerja, III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk time series dari tahun 1995 sampai tahun 2009. Data yang digunakan dalam model

Lebih terperinci

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

BAB IV METODE PENELITIAN. dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat 4.1. Waktu dan Tempat Penelitian BAB IV METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan dalam lingkup wilayah Jawa Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) melihat bahwa propinsi Jawa Barat

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011,

I. PENDAHULUAN. menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Industri pariwisata saat ini sudah menjadi salah satu primadona dunia dan menjadi sumber pendapatan bagi beberapa negara di dunia. Pada tahun 2011, United Nations World

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini

METODE PENELITIAN. Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian ini IV. METODE PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Bogor, Provinsi Jawa Barat dengan studi kasus Struktur, Perilaku, dan Kinerja Industri Kakao di Indonesia. Kegiatan penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yaitu berkaitan dengan data yang waktu dikumpulkannya bukan (tidak harus) untuk memenuhi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder (time series) yang diperoleh dari beberapa lembaga dan instansi pemerintah,

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Lokasi/Objek Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Provinsi Jawa Timur. Pemilihan Provinsi Jawa Timur ini didasarkan pada pertimbangan bahwa Jawa Timur merupakan provinsi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah

III. METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah 63 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh Upah Minimum Provinsi (UMP) dan Belanja Barang dan Jasa (BBJ) terhadap pembangunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari 34 III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, time series triwulan dari tahun 2005-2012, yang diperoleh dari data yang dipublikasikan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai

METODE PENELITIAN. Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Situ Cipondoh yang terletak di Kecamatan Cipondoh dan Kecamatan Pinang, Kota Tangerang. Penentuan lokasi sebagai obyek

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder 47 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2003-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, Badan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi

III. METODE PENELITIAN. Pusat Statistik (BPS) Kota Bandar Lampung yang berupa cetakan atau publikasi III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB 3 METODE PENELITIAN BAB 3 METODE PENELITIAN 3. 1. Pendekatan Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif deskriptif. Pendekatan kuantitatif menitikberatkan pada pembuktian hipotesis.

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah jenis sumber data sekunder dalam runtun waktu (time Series) yang diperoleh dari BPS (Badan Pusat Statistik),

Lebih terperinci

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terbentuk dalam runtun waktu (time series) dan jurnal-jurnal ilmiah tentang upah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN 21 III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Babakan Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Pemilihan tersebut dengan pertimbangan bahwa wilayah tersebut merupakan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data kuantitatif dengan rentang waktu dari tahun 2001 2012. Tipe data yang digunakan adalah data runtut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di

BAB III METODE PENELITIAN. Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di BAB III METODE PENELITIAN A. Objek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah perilaku prosiklikalitas perbankan di Indonesia pada tahun 2007M01 2016M09. Pemilihan pada periode tahun yang digunakan adalah

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai BAB III METODE PENELITIAN A. Langkah Penelitian Dalam penelitian ini, penulis akan melaksanakan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan spesifikasi model Langkah ini meliputi: a. Penentuan variabel,

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data

BAB III METODE PENELITIAN. tercatat secara sistematis dalam bentuk data runtut waktu (time series data). Data 24 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data 3.1.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder atau kuatitatif. Data kuantitatif ialah data yang diukur dalam

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan Data sekunder III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data sekunder tahunan 2001-2012.Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung Dalam Angka, dan Dinas

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi 41 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan terhadap ekonomi Indonesia dalam waktu 1996-2013, oleh karena

Lebih terperinci

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung

semua data, baik variabel dependen maupun variable independen tersebut dihitung BAB VI ANALISIS DAN PEMBAHASAN Pada bab ini akan membahas mengenai pengaruh pertumbuhan variabel PMTDB, pertumbuhan variabel angkatan kerja terdidik, pertumbuhan variabel pengeluaran pemerintah daerah

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari

III. METODE PENELITIAN. Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari 46 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Pertumbuhan ekonomi mengukur prestasi dari perkembangan suatu perekonomian dari suatu periode ke periode lainya. Dari satu periode ke periode lainnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai. tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pembangunan merupakan alat yang digunakan untuk mencapai tujuan bangsa dan pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk menilai keberhasilan pembangunanan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel

METODE PENELITIAN. A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional. Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Operasional Untuk memperjelas dan memudahkan pemahaman terhadap variabelvariabel yang akan dianalisis dalam penelitian ini, maka perlu dirumuskan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

III. METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif. Definisi dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan

Lebih terperinci

IV METODOLOGI PENELITIAN

IV METODOLOGI PENELITIAN IV METODOLOGI PENELITIAN 4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian Kegiatan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi perumusan masalah, perancangan tujuan penelitian, pengumpulan data dari berbagai instansi

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi

METODE PENELITIAN. deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah tingkat suku bunga deposito berjangka terhadap suku bunga LIBOR, suku bunga SBI, dan inflasi pada bank umum di Indonesia.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat memberikan sumbangan bagi pembangunan ekonomi. konsumsi maupun investasi yang pada gilirannya akan menimbulkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sektor pariwisata merupakan sektor yang potensial untuk dikembangkan sebagai salah satu sumber pendapatan daerah. Usaha memperbesar pendapatan asli daerah, maka program

Lebih terperinci

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait.

Daerah Jawa Barat, serta instansi-instansi lain yang terkait. IV. METODE PENELITIAN 4.1 Waktu dan Lokasi Penelitian Pengambilan data sekunder untuk keperluan penelitian ini dilaksanakan pada awal bulan juli hingga bulan agustus 2011 selama dua bulan. Lokasi penelitian

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Riau, yang bertempat di Kota Pekanbaru Provinsi Riau. Dan waktu penelitian

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel

METODE PENELITIAN. tingkat migrasi risen tinggi, sementara tingkat migrasi keluarnya rendah (Tabel 30 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini dilakukan dengan ruang lingkup nasional, yang dilihat adalah migrasi antar provinsi di Indonesia dengan daerah tujuan DKI Jakarta, sedangkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan data time series tahunan Data 40 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series tahunan 2002-2012. Data sekunder tersebut bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS) Lampung. Adapun data

Lebih terperinci

SKRIPSI ANALISIS INDIKATOR DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN SAMOSIR OLEH VALENTINO PANJAITAN

SKRIPSI ANALISIS INDIKATOR DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN SAMOSIR OLEH VALENTINO PANJAITAN SKRIPSI ANALISIS INDIKATOR DAYA SAING INDUSTRI PARIWISATA DI KABUPATEN SAMOSIR OLEH VALENTINO PANJAITAN 10050142 PROGRAM STUDI STRATA 1 EKONOMI PEMBANGUNAN DEPARTEMEN EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI

Lebih terperinci

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN. Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Obyek dari penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah besarnya yield to maturity (YTM) dari obligasi negara seri fixed rate tenor 10 tahun

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time 44 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data time series periode 2001-2012 yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik

Lebih terperinci

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa

V. PEMBAHASAN Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa 72 V. PEMBAHASAN 5.1. Perkembangan Penyerapan Tenaga Kerja Sektor Industri dan Perdagangan, Hotel dan Restoran di Pulau Jawa Pulau Jawa merupakan salah satu Pulau di Indonesia yang memiliki jumlah penduduk

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder

III. METODE PENELITIAN. runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data sekunder 42 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian adalah data sekunder yang mempunyai sifat runtut waktu (time series) atau disebut juga data tahunan. Dan juga data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam usahanya untuk mensejahterakan dan memakmurkan masyarakatnya, suatu negara akan melakukan pembangunan ekonomi dalam berbagai bidang baik pembangunan nasional

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan

METODE PENELITIAN. wilayah Kecamatan Karawang Timur dijadikan sebagai kawasan pemukiman dan IV. METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini merupakan studi kasus yang dilakukan di Kecamatan Karawang Timur, Kabupaten Karawang. Pemilihan lokasi tersebut didasarkan atas wilayah

Lebih terperinci

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan

BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. berbatasan dengan Laut Jawa, Selatan dengan Samudra Indonesia, Timur dengan BAB IV HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Sampel Provinsi Jawa Timur mempunyai 229 pulau dengan luas wilayah daratan sebesar 47.130,15 Km2 dan lautan seluas 110.764,28 Km2. Wilayah ini membentang

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun Data 1.1 Analisis Deskripsi Data BAB IV HASIL DAN ANALISIS Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk deret waktu (time series) selama 17 tahun, yaitu tahun 1996-2012. Data tersebut

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dengan kurun waktu , mengenai Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian

BAB III METODE PENELITIAN. dengan kurun waktu , mengenai Jumlah Wisatawan, Tingkat Hunian BAB III METODE PENELITIAN A. Obyek/Subyek Penelitian Sehubungan dengan obyek yang akan ditulis, maka populasi dalam penelitian difokuskan di Kabupaten Banjarnegara. Dimana data dalam penelitian ini diperoleh

Lebih terperinci

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun

III. METODELOGI PENELITIAN. Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun III. METODELOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan oleh penulis adalah data sekunder dalam bentuk tahunan dari tahun 2000-2013 yang terdiri dari satu variabel terikat yaitu Konsentrasi

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Gambaran Umum Kondisi Administrasi Kota Bandung

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Gambaran Umum Kondisi Administrasi Kota Bandung BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian 3.1.1. Gambaran Umum Kondisi Administrasi Kota Bandung Kota Bandung merupakan Ibu kota Propinsi Jawa Barat yang terletak diantara 107 36 Bujur

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu

III. METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder deret waktu (time-series data) bulanan dari periode 2004:01 2011:12 yang diperoleh dari PT.

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun

BAB III METODE PENELITIAN. Utara. Series data yang digunakan dari tahun BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari Badan Pusat Statistik Republik Indonesia dan BPS Provinsi Maluku Utara.

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang

METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Pusat Data dan Informasi Kementerian Energi dan Sumberdaya Mineral

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 73 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Yang menjadi objek dalam penelitian ini adalah menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi distribusi pendapatan Indonesia yang terjadi

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hubungan Antara Penerimaan DAU dengan Pertumbuhan PDRB Dalam melihat hubungan antara PDRB dengan peubah-peubah yang mempengaruhinya (C, I, DAU, DBH, PAD, Suku Bunga dan NX)

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini membahas tentang pengaruh inflasi, kurs, dan suku bunga kredit BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini memiliki ruang lingkup ekspor mebel di Kota Surakarta, dengan mengambil studi kasus di Surakarta dalam periode tahun 1990-2014. Penelitian

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11)

BAB I PENDAHULUAN. panjang yang disertai oleh perbaikann sistem kelembagaan (Arsyad, 2010:11) BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan ekonomi pada hakikatnya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat maka diperlukan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder tahunan

III. METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder tahunan III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Dalam penelitian ini data yang digunakan merupakan data sekunder tahunan 2001-2013. Data sekunder yang digunakan karena penelitan yang dilakukan meliputi

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan

III. METODE PENELITIAN. series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan 29 III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1)

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan dalam V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Hasil Estimasi Variabel Dependen PDRB Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda dengan metode pendugaan Ordinary Least Square (OLS). Data pada penelitian ini dimasukkan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian di lakukan di Provinsi Jawa Barat dengan menggunakan data tahun 2005 sampai dengan data tahun 2009. Pemilihan dilakukan secara sengaja

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian

METODE PENELITIAN. Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian 28 III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Berdasarkan sifat penelitiannya, penelitian ini merupakan sebuah penelitian deskriptif kuantitatif. Ruang lingkup penelitian ini adalah untuk melihat

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian terdapat yang nama nya variable penelitian. Varibel

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam suatu penelitian terdapat yang nama nya variable penelitian. Varibel BAB III METODE PENELITIAN A. Variabel Penelitian dan Definisi Opersional 1) Variable Penelitian Dalam suatu penelitian terdapat yang nama nya variable penelitian. Varibel penelitian harus di tentukan terlebih

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah,

BAB III METODE PENELITIAN. Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, 36 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Ruang lingkup penelitian ini adalah menganalisis Pengaruh Pajak Daerah, Retribusi Daerah, Pendapatan BUMD Dan Pendapatan Lain Daerah Terhadap Pertumbuhan

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. tahunan dalam runtun waktu (time series) dari periode 2005: :12 yang

METODE PENELITIAN. tahunan dalam runtun waktu (time series) dari periode 2005: :12 yang III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder berupa data tahunan dalam runtun waktu (time series) dari periode 2005:01 2012:12 yang diperoleh

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi III. METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini merupakan kajian mengenai Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produk Domestik Bruto Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia Tahun

Lebih terperinci

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan

METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan III. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan dalam bab ini adalah dengan menggunakan data sekunder. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data sekunder sehingga metode pengumpulan data

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

BAB III METODE PENELITIAN. di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009 17 BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang di peroleh dari Website Bank Muamlat dalam bentuk Time series tahun 2009

Lebih terperinci

H 2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Modal

H 2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Modal H 2 : Dana Perimbangan berpengaruh positif terhadap Belanja Modal BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah penelitian Kuantitatif,yaitu penelitian yang menekankan pada

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang 52 III. METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berupa data tahunan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan

III. METODE PENELITIAN. dan yang tidak dipublikasikan. Data penelitian bersumber dari laporan keuangan 53 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Jenis data yang akan diteliti adalah data sekunder, berupa catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip (data dokumenter) yang dipublikasikan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/Subjek Penelitian Objek penelitian data ini adalah Pemerintah Daerah pada 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Subjek penelitiannya, yaitu data PAD, DAU, DAK, dan

Lebih terperinci

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data

III. METODOLOGI PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah data sekunder berupa data tahunan dari periode 2003 2012 yang diperoleh dari publikasi data dari Biro

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi dari

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli. sarana pendukung, dan jumlah obyek wisata.

BAB III METODE PENELITIAN. dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli. sarana pendukung, dan jumlah obyek wisata. a. Obyek/Subyek Penelitian BAB III METODE PENELITIAN Daerah penelitian yang digunakan adalah Provinsi DIY. Variabel dependen yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendapatan asli daerah, sedangkan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian diambil di provinsi Jawa Timur dengan menggunakan data PDRB, investasi (PMDN dan PMA) dan ekspor provinsi Jawa Timur. B. Jenis dan Sumber

Lebih terperinci

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta

IV. METODOLOGI PENELITAN. Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta IV. METODOLOGI PENELITAN 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di objek wisata Taman Margasatwa Ragunan, Jakarta Selatan. Penelitian lapang dilakukan selama dua bulan, yaitu Maret-April

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari

BAB III METODE PENELITIAN. (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari 55 BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Obyek Penelitian Adapun yang menjadi obyek penelitian sebagai variabel bebas (independent variable) adalah sumber-sumber penerimaan daerah yang terdiri dari PAD, transfer

Lebih terperinci

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI BAB II LANDASAN TEORI Bab ini terdiri dari 3 bagian. Pada bagian pertama diberikan tinjauan pustaka dari penelitian-penelitian sebelumnya. Pada bagian kedua diberikan teori penunjang untuk mencapai tujuan

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini bersumber dari data sekunder mulai dari tahun 2005 sampai dengan tahun 2010. Data tersebut didapat dari beberapa

Lebih terperinci

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi

BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN. Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi 48 BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN 3.1. Objek Penelitian Objek penelitian yang dianalisis adalah faktor-faktor yang mempengaruhi ekspor komoditi karet di Indonesia periode 1990-2006. Adapun variabelnya

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data sekunder adalah data yang tersedia dan telah terproses oleh pihak pihak lain

III. METODE PENELITIAN. Data sekunder adalah data yang tersedia dan telah terproses oleh pihak pihak lain 48 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang tersedia dan telah terproses oleh pihak pihak

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

BAB III METODE PENELITIAN Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Penelitian ini menggunakan data time series triwulanan dengan periode data 2000 2010. Data diperoleh dari BPS RI, BPS Provinsi Papua dan Bank Indonesia

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat

III. METODE PENELITIAN. Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat III. METODE PENELITIAN Variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian Analisis Pengaruh Tingkat Suku Bunga Deposito (3 Bulan) Dan Kredit Macet (NPL) Terhadap Loan To Deposit Ratio (LDR) Bank Umum Di

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN III. METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder tingkat kabupaten/kota tahun 2010, yang bersumber dari Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari

III. METODE PENELITIAN. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari III. METODE PENELITIAN Metode penelitian merupakan langkah dan prosedur yang akan dilakukan dalam pengumpulan data atau informasi empiris guna memecahkan permasalahan dan menguji hipotesis penelitian.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan ekonomi dibutuhkan peran pemerintah, tingkat BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan Nasional adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa dalam rangka mencapai tujuan bernegara. Termasuk dalam tujuan pembangunan ekonomi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN 48 BAB III METODE PENELITIAN A. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian dilakukan di Kabupaten/Kota yang berada di Provinsi Banten. Pemilihan lokasi di Kabupaten/Kota disebabkan karena berdasarkan hasil evaluasi

Lebih terperinci

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang terdiri atas Indeks Pembangunan Manusia (IPM), sektor perekonomian yang

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah investasi swasta di

BAB III METODE PENELITIAN. Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah investasi swasta di BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Yang menjadi objek dari penelitian ini adalah investasi swasta di Indonesia periode tahun 1988 2007. Sehingga data yang digunakan merupakan data time series

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. dan tujuan penelitian seperti yang telah disampaikan sebelumnya, maka metode

BAB III METODE PENELITIAN. dan tujuan penelitian seperti yang telah disampaikan sebelumnya, maka metode BAB III METODE PENELITIAN A. Objek/ Subyek Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini sebenarnya secara rinci dan aktual dengan melihat masalah dan tujuan penelitian seperti yang telah disampaikan sebelumnya,

Lebih terperinci

Analisis pengaruh biaya promotional mix terhadap volume penjualan pada PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta. Indah Wulansari F BAB I

Analisis pengaruh biaya promotional mix terhadap volume penjualan pada PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta. Indah Wulansari F BAB I Analisis pengaruh biaya promotional mix terhadap volume penjualan pada PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri Surakarta Indah Wulansari F 0299059 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewasa ini dunia

Lebih terperinci

BAB III METODI PENELITIAN. kabupaten/kota di provinsi Bali pada tahun

BAB III METODI PENELITIAN. kabupaten/kota di provinsi Bali pada tahun BAB III METODI PENELITIAN A. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di provinsi Bali yang merupakan salah satu provinsi yang berada di Indonesia dengan maksud, memberikan kejelasan tentang keterkaitan

Lebih terperinci

III. METODE PENELITIAN. Jenderal Pengelolaan Utang, Bank Indonesia dalam berbagai edisi serta berbagai

III. METODE PENELITIAN. Jenderal Pengelolaan Utang, Bank Indonesia dalam berbagai edisi serta berbagai 51 III. METODE PENELITIAN A. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang berasal dari publikasi dinas atau instansi pemerintah, diantaranya adalah publikasi

Lebih terperinci

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur.

BAB III METODE PENELITIAN. tahun mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder periode tahun 2001-2010 mencakup wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Jawa Timur. Kabupaten

Lebih terperinci

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA Tria Rosana Dewi dan Irma Wardani Staf Pengajar Fakultas Pertanian, Universitas Islam Batik Surakarta Email : triardewi@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini

Lebih terperinci

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN 44 V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Analisis Integrasi Pasar (keterpaduan pasar) Komoditi Kakao di Pasar Spot Makassar dan Bursa Berjangka NYBOT Analisis integrasi pasar digunakan untuk mengetahui bagaimana

Lebih terperinci

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least

menggunakan fungsi Cobb Douglas dengan metode OLS (Ordinary Least III. METODE PENELITIAN 3.1. Jenis dan Sumber Data Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder dan data primer. Data primer diperoleh dari wawancara langsung dengan pegawai divisi produksi

Lebih terperinci